Anda di halaman 1dari 36

1

SUBSTANSI

Variabel toksisitas

Tolak ukur kualitatif

Tolak ukur kuantitatif

Hubungan kekerabatan dan


respon
Tujuan 1. Dapat memehami variabel
ketoksikan racun
Instruksional
2. Dapat memahami tolak ukur
khusus : kualitatif ketoksikan racun
3. Dapat memahami tolak ukur
kuantitatif ketoksikan racun
4. Dapat memahami hubungan
kekerabatan dosis dan respon
VARIABEL KETOKSIKAN
RACUN

1. Variabel bebas : kondisi pemejanan


2. Variabel kendali : kondisi makhluk hidup
3. Variabel tergantung : wujud serta sifat efek toksik
TOLOK UKUR KETOKSIKAN RACUN

sebab perantara akibat

Kondisi pemejanan Wujud efek toksik


Mekanisme aksi
Sifat efek toksik
Variabel tergantung
Variabel bebas

Keadaan fisiologi
keadaan patologi
Variabel kendali

Kekerabatan….???

5 TOLOK UKUR…!!!
Efek Efek Efek
kuantitatif toksik kualitatif
Tolok Ukur
(Parameter)….??
Tolok ukur Tolok ukur
kuantitatif kualitatif

Diperoleh dari uji ketoksikan pada sekelompok hewan uji

Pemahaman tentang ketoksikan racun akan mempermudah


dalam mengevaluasi batas aman suatu racun
1. TOLOK UKUR KUALITATIF

Makhluk Wujud efek


Racun
Hidup toksik dan
sifatnya

Gejala klinis
disidik
Berdasarkan skema diatas, yang
dapat berlaku sebagai tolok ukur
kualitatif adalah :
Selama efek toksik
Mekanisme aksi berlangsung
Jenis wujud efek toksik
Sifat efek toksik
Gejala klinis yang Semua tolok ukur ini harus
tampak ditegaskan dalam uji ketoksikan

Untuk melihat hubungan


sebab-akibat ketoksikan racun
Misalnya :
sebab akibat

anoksia
Sodium nitrit
Peubahan
fungsional
Mekanisme aksi
Sifat timbal balik

Haemoglobin Methamoglobin

Sianosis
Nekrosis Takhikardi
Sesak napas
gelisah

Kematian…..!!! Bila tdk


tertanggulangi
MANFAAT MENGETAHUI TOLOK UKUR
KUALITATIF

Seseorang dapat menjelaskan mekanisme aksi, wujud


dan sifat efek toksik, serta berbagai gejala klinis
ketoksikan racun

Artinya….??

Keparahan dari akibat yang ditimbulkan dapat


dijelaskan melalui tolok ukur kualitatif disamping
tolok ukur kuantitatif
2. TOLOK UKUR KUANTITATIF

PARACELCUS

Makanan..?? Racun…??

Dosis /
takaran
Dari skema diatas dapat disimpulkan :
1. Ada takaran/dosis yang tidak menimbulkan efek toksik
yang dapat teramati.
2. Takaran yang lebih tinggi dapat menyebabkan efek
toksik yang maksimum
sebab akibat
Kondisi pemejanan
Intensitas wujud
• Takaran/dosis efek toksik
• Lama pemejanan

kekerabatan
Tolok ukur
KUANTITATIF

1. Kekerabatan dosis-intensitas efek toksik (dosis-respon)


2. Kekerabatan lama pemejanan-intensitas efek toksik
(waktu-respon)

LD50, TD50
Waktu latent (waktu yang dibutuhkan sampai efek toksik
muncul)
MHMD (masukan harian maksimum yang dapat diterima)
KEKERABATAN DOSIS – RESPON

Asumsi :
1. Efek toksik merupakan fungsi kadar racun
ditempat aksinya
2. Kadar racun ditempat aksinya berhubungan
dengan takaran pemejanannya
3. Respon toksik menunjukkan hubungan
sebab-akibat dengan racun yang dipejankan
FREKUENSI atau ANGKA KEJADIAN
timbulnya EFEK TOKSIK pada
sekelompok individu
15
Ketoksikan racun dianggap berkerabat
dengan takaran pemejanannya
jum lah individu respon

150 250
200
100
150
50 100
50
0 0
10

30

50

70

90

30

80

0
11

13

15

17

11

13

16

19

21

25
1000 individu dosis (mg) 1000 individu dosis (mg)

Gambar 1. Diagram kekerabatan dosis-respon


120 120
100 100

respon (%)
respon (%)

80 80
60 60
40
40
20
20
0
0

0
30

80
11

13

16

19

21

25
10
30
50
70
90

0
0
0
0
11
13
15
17
dosis (mg)
TD50
dosis (mg)
TDTD
50 50

Gambar 2. Kurva kekerabatan dosis-respon

Takaran pemejanan dimana 50 % individu dalam sekelompok populasi


menunjukan efek toksik baku (takaran median) digunakan sebagai tolok ukur
potensi ketoksikan racun

TD50 (toksic dose) Bila efek toksik berupa perubahan biokimia,


fungsional dan struktural

LD50 (lethal dose) Bila efek toksik berupa kematian


Harga LD50 dan TD50 dapat diperoleh
secara statistika. Metode yang paling
lazim digunakan untuk menghitung harga
LD50 atau TD50 adalah :

1. Metode grafik Lietchifield dan wilcoxon (1949)

2. Metode grafik logaritmik miller dan Tainter (1944)

3. Tata cara menemukan kisaran dari Weill (1952)


Pada penentuan LD50 perlu dipilih dosis mematikan sekitar 50%, lebih
dari 50% (90%) dan kurang dari 50% (sekitar 10%).

Pada penetuan dosis dapat menggunakan dosis lazim penggunaan zat


sebagai terapi dikalikan faktor tertentu (5x, 10x atau 20x dan seterusnya
hingga diperoleh dosis yang mematikan 10 dan 90% hewan coba

Dua atau 3 dosis diantaranya dapat dihitung berdasar :

Log N/n = k log a/n

N = dosis yang mematikan sekitar 90% hewan uji


n = dosis yang mematikan sekitar 10 % hewan uji
k = jumlah kelompok tanpa kontrol
a = dosis setelah n
Metode Grafik
CARA PROBIT

Syarat :
1. Mempunyai tabel probit
2. Menentukan nilai probit dari % kematian tiap kelompok uji
3. Menentukan log dosis tiap-tiap kelompok
4. Menetukan persamaan garis lurus hubungan antara nilai
probit dengan log dosis
5. Masukkan nilai 5 (probit dari 50% kematian hewan coba)
pada persamaan garis lurus pada nilai Y. Nilai LD50 atau LC50
dihitung dari nilai antilog X pada saat Y=5
CARA FARMAKOPE INDONESIA III

1. Menggunakan seri dosis atau konsentrasi yang berkelipatan tetap


2. Jumlah hewan percobaan tiap kelompok harus sama
3. Dosis harus diatur sedemikian rupa supaya memberikan efek dari 0-
100% dan hitungan dibatasi di rentang tersebut
Rumus perhitungan LD50 adalah
m = a-b (∑pi – 0,5)
m = log LD50
a = logaritma dosis terendah yang masih menyebabkan jumlah
kematian 100% tiap kelompok
b = beda log dosis yang berurutan
pi = jumlah yang mati menerima dosis i dibagi jumlah hewan
seluruhnya yang menerima dosis i
CARA WEIL

Log m = log D + d (f + 1)

Dimana :
m = nilai LD50
D = dosis terkecil yang digunakan
d = log dari kelipatan dosis
f = suatu nilai dalam tabel Weil, karena angka
kematian tertentu (r)
Pada Kurva hubungan dosis-respon
• Bentuk bagian awal kurva lebih relevan dikaji daripada bentuk kurva keseluruhan
• Hal ini berkaitan dengan ambang pemejanan racun, yakni takaran pemejanan
dimana individu tidak menunjukan respon atau efek toksik yang terukur/teramati

Batas aman ketoksikan racun yang lazim disebut kadar efek toksik tak
teramati (KETT) atau “no observed effect level”

KETT merupakan takaran pemejanan tertinggi yang tidak menyebabkan


timbulnya efek toksik atau kematian pada diri subjek uji, yakni titik potong
kurva awal dengan absis (sumbu x)

Jadi dari kasus pemejanan tunggal/akut kekerabatan dosis-respon dapat


diperoleh informasi penting yakni :

Harga LD50/TD50 Tolok ukur kuantitatif utama ketoksikan


racun

KETT
% respon

A B

Dosis (skala linier)


KETT

Gambar 3. Perbandingan kekerabatan dosis-respon racun A (tampa KETT) dan B (dengan


KETT)

Harga LD50/TD50
Semakin kecil harga LD50/TD50 maka semakin besar potensi toksik atau
ketoksikan akut racun
kriterianya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Kriteria ketoksikan xenobiotika (Loomis, 1978)

Kriteria LD50 (mg/kg)


1. Luar biasa toksik Kurang dari 1 (< 1)
2. Sangat toksik 1 – 50
3. Cukup toksik 50 – 500
4. Sedikit toksik 500 – 5000
5. Praktis tidak toksik 5000 – 15000
6. Relatif kurang berbahaya > 15000

LD50/TD50 tidak menggambarkan batas keamanan racun


Batas keamanan racun digambarkan oleh KETT, artinya :
Misalnya meskipun harga LD50 racun A lebih besar dari pada LD50 racun B
atau potensi ketoksikan akut racun A lebih rendah daripada racun B, tidak
berarti racun A pasti lebih aman daripada racun B. Batas aman suatu racun
haruslah dilihat dari harga KETT nya
Hal ini dapat dilihatpada gambar berikut :
Respon toksik Batas aman racun B lebih
besar dari pada racun A,
B meskipun ketoksikan akut B
A relatif lebih tinggi daripada A
50 Hal ini terjadi terutama bila
kurva kekerabatan dosis-
respon yang diperbandingkan
tidak sejajar, misalnya
mekanisme aksi atau wujud
KETT A KETT B LD50 B LD50 A dosis efek toksik racun A dan
Berbeda

Respon toksik

A B
Tetapi bila kurva yang
50 diperbandingkan sejajar
(gambar disamping) mungkin
perbedaan potensi ketoksikan
akut berbading lurus dengan
batas keamanan (KETT)
racun
KETT A KETT B LD50 A LD50 B dosis
KEKERABATAN WAKTU-RESPON
Berguna untuk :
Evaluasi dan penilaian ketoksikan racun pada pemejanan sub kronis
(10% masa hidup subjek uji) dan kronis (85% masa hidup subjek uji)
WAKTU LATEN (WL)
Adalah waktu yang dilewati sebelum efek toksik menjadi nyata

KTM

WL

Profil kadar racun pada pemberian kronis


Sifat antaraksi racun pada pemejanan
kronis dibagi menjadi :
1. Antaraksi yang terbalikan (umumnya racun
memiliki t 1/2 yang pendek)
• Jarang terjadi kejenuhan translokasi racun. Kinetika
hubungan dosis-respon mengikuti orde 1, sehingga WL tidak
berbanding lurus dengan dosis.
• Mencapai kadar konstan dalam darah/kadar steady-state
(kadar tunak / Kkt)
• Bila kadar toksik minimum adaalah Kkt, maka gejala-gejala
efek toksik akan cepat terlihat
• Keadaan ini disebut dengan waktu latent (waktu yang
dilewati sebelum efek toksik menjadi nyata) yang besarnya
pada umumnya adalah :
WL = 4 x t
30
2. Sekuestrasi fisik (umumnya memiliki t 1/2 yang jauh
lebih panjang)
• T ½ relatif panjang sehingga Kkt dan WL akan lebih
panjang.
mis : DDT (t ½ : 1,8 tahun) maka Kkt atau WL akan dicapai
dalam waktu : 4 x 1,8 tahun = 7,2 tahun (bila pemejanannya
1,8 tahun sekali)
• Karena itu DDT akan berada pada kadar subtoksiknya
(dibawah KTM) dalam waktu yang lama, sehingga gejala-
gejala toksiknya juga lambat terlihat, kecuali frekuensi
pemejanannya jauh lebih pendek daripada t I/2 nya
3. Antaraksi yang tak terbalikan
• Profil kekerabatan waktu-respon yang diperoleh berbeda
sekali dengan 2 kasus di atas
• WL sebanding dengan dosis pemejananya (mengikuti
orde 0), karena itu dengan dosis yang rendahpun efek
toksik sudah terlihat nyata
• Akibat pemejanan kronis akan terjadi penumpukan efek
toksik sehingga kadang sulit dijumpai adanya
perwujudan dosis tanpa efek toksik pada kurva
kekerabatan dosis-respon. Hal ini terjadi pada kasus
teratogenesis
Masukan harian yang dapat diterima (MHDD)

32
Istilah lain “aceptable daile intake” (ADI)
• Tolok ukur ini dapat ditetapkan apabila KETT suatu racun telah
ditetapkan
• MHDD dihitung dengan rumus

MHDD(mg/kg BB manusia) = KETT (mg/kgBB hewan uji)


faktor aman (biasanya 100)
Faktor aman
• Merupakan tetapan yang menggantikan berbagai faktor
yang tidak diketahui dalam mengekstrapolasikan data hasil
hewan uji ke manusia.
• Berbagai faktor tersebut adalah : kondisi fisiologis dan
patologis hewan uji ke manusia, faktor perbedaan jumlah
subjek yang terlibat dalam ekstrapolasi (dari jumlah hewan
uji yang sedikit ke manusia dengan jumlah yang besar dan
beragam)
• Faktor aman bisanya 100, tetapi tidak semua racun/obat
memiliki faktor aman 100, bisa lebih kecil atau lebih besar
Contoh nilai MHDD berbagai senyawa

senyawa KETT (tikus) Faktor aman MHDD (manusia)

Heksa klorobenzena (1969) 1,25 mg/kgBB/hari 2000 0,6 mcg


Dieldrin (1970) 0,025 mg/kgBB/hari 200 0,1 mcg
DDT 0,05 mg/kgBB/hari 10 5,0 mcg

Dari harga MHDD dapat dihitung MHMD (masukan harian maksimum


yang diperbolehkan) yang dihitung dengan cara mengalikan MHDD dengan
purata berat badan manusia (kg)

MHMD (mg/hari) = MHDD (mg/kgBB mnusia/hari) x BB (kg)


Suatu contoh :

KETT endosulfan (anjing) : 0,75 ,g/kg/hari


Faktor aman : 100
Purata berat badan manusia : 60 kg
MHDD dan MHMD dapat dicari

MHDD = 0,75 mg/kg/hari = 0,0075 mg/kg/hari


100

MHMD = 0,0075 mg/kg/hari x 60 kg


= 0,45 mg/hari
Terima
kasih

36

Anda mungkin juga menyukai