Anda di halaman 1dari 14

I.

SEJARAH
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin
yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang
memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting.
Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang
dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari
Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari
klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain. Tetrasiklin
merupakan agen antimikrobial hasil biosintesis yang memiliki spektrum aktivitas luas.
Mekanisme kerjanya yaitu blokade terikatnya asam amino ke ribosom bakteri (sub unit
30S). Aksi yang ditimbulkannya adalah bakteriostatik yang luas terhadap gram positif,
gram negatif, chlamydia, mycoplasma, bahkan rickettsia. Generasi pertama meliputi
tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin. Generasi kedua merupakan penyempurnaan
dari sebelumnya yaitu terdiri dari doksisiklin, minosiklin. Generasi kedua memilki
karakteristik farmakokinetik yang lebih baik yaitu antara lain memiliki volume
distribusi yang lebih luas karena profil lipofiliknya. Selain itu bioavailabilitas lebih
besar, demikian pula waktu paruh eliminasi lebih panjang (> 15 jam). Doksisiklin dan
minosiklin tetap aktif terhadap stafilokokus yang resisten terhadap tetrasiklin, bahkan
terhadap bakteri anaerob seperti Acinetobacter spp, Enterococcus yang resisten
terhadap Vankomisin sekalipun tetap efektif.
Struktur kima

Karakteristik struktur tetrasiklin adalah :


1. Turunan oktahidronaftasen yang terbentuk dari gabungan 4 buah cincin.
2. Mempunyai 5 atau 6 pusat atom asimetrik
3. Bersifat amfoter karena mengandung gugus yang bersifat asam (gugus hidroksil) dan yang
bersifat basa ( gugus dimetilamino )
4. Dengan asam kuat membentuk garam asam yang mudah larut dalam air dan cukup stabil,
melalui protonisasi gugus dimetilamino pada C4.
5. Dengan basa kuat ( NaOH, KOH, Ca(OH)2 ) membentuk garam basa yang tidak stabil
dalam air.
6. Mempunyai gugus – gugus yang dapat membentuk ikatan hidrogen intramolekul.
7. Dapat membentuk kompleks dengan garam – garam ( Ca, Fe, Mg )
8. 8. Mempunyai tiga gugus yang mudah terionisasi yaitu gugus trikarbonilmetan (pKa3),
fenoldiketon (pKa2), amonium kationik (pKa1).
9. Pada larutan pH 2 – 6 mengalami epimerisasi pada atom C4, membentuk epitetrasilin yang
mempunyai aktivitas antibakteri yang lebih rendah
10. Asam kuat menyebabkan dehidrasi dengan mengambil gugus OH dari C6 dan atom H dari
C5a sehingga membentuk ikatan rangkap antara C6 dan C5a, perpindahan ikatan rangkap
dari C11a=C12 ke C11=C11a membentuk anhidrotetrasiklin yang tidak aktif.
11. Basa kuat akan memacu reaksi antara gugus OH pada C6 dengan gugus keton pada C11
sehingga ikatan rangkap C11=C11a putus membentuk cincin lakton, terbentuk
isotetrasiklin yang tidak aktif
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS TURUNAN TETRASIKLIN
1) Gugus farmakofor dengan aktivitas biologis penuh adalah senyawa semisintetik
sansiklin karena mengandung struktur yang dibutuhkan untuk pembentukan khelat
dan dipandang mempunyai peran penting pada pengangkutan turunan tetrasilin ke
dalam sel bakteri dan penghambatan biosintesa protein di dalam sel
2) Struktur yang penting dalam aktivitas antibakteri turunan tetrasiklin adalah :
a. Pengaturan linier dari empat cincin
b. Konfigurasi pusat kiral pada C4, C4a dan C12a.
c. Sistem planar fenol diketon pada cincin BCD
d. Sistem elektron π yang berbeda ( gugus fenoldiketon dan trikarbonilmetan ).
e. Gugus 4-dimetilamino untuk membentuk ion Zwitter agar obat dapat terdistribusi
optimum dalam tubuh dan aktivitas in vivo
f. Gugus karbonil pada C2
3) Struktur yang dapat diubah adalah :
a. Konfigurasi pada C5a dan C6
b. Cincin AB
c. Satu atom H pada gugus amida yang terikat pada C2
d. Daerah hidrofob pada C5 sampai C9 dapat diubah asal tidak mempengaruhi
bentuk konformasi esensialnya.
4) Aktivitas akan meningkat bila :
a. Substituen yang dapat meningkatkan kemampuan donor elektron dari gugus
fenoldiketon
b. Modifikasi pada C6 dan C7 menghasilkan turunan yang :
a) mempunyai stabilitas kimia lebih besar
b) memperbaiki sifat farmakokinetik
c) meningkatkan aktivitas
5) Aktivitas akan menurun bila :
a. Penambahan atau pengurangan jumlah cincin dan pembukaan cincin akan
menghilangkan aktivitas.
b. Penambahan atau pengurangan gugus farmakofor akan menyebabkan penurunan
atau hilangnya aktivitas
6) Semua turunan tetrasiklin pada pH fisiologis mempunyai bentuk konfigurasi yang
sama, gugus dimetilamino berada di bawah sistem yang planar dan kemungkinan
membentuk ikatan hidrogen dengan gugus OH pada cincin C12a

II. SIFAT OBAT


Sifat obat Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HCl-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan
garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin
sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya. Golongan tetrasiklin adalah suatu
senyawa yang bersifat amfoter sehingga dapat membentuk garam baik dengan asam
maupun basa. Sifat basa tetrasiklin disebabkan oleh adanya radikal dimetilamino yang
terdapat didalam struktur kimia tetrasiklin, sedangkan sifat asamnya disebabkan oleh
adanya radikal hidroksi fenolik. Menurut farmakope Indonesia Edisi 4, Tetrasiklin
memiliki pemerian serbuk hablur kuning, tidak berbau. Stabil di udara tetapi pada
pemaparan dengan cahaya matahari kuat, menjadi gelap. Dalam laruta dengan pH lebih
kecil dari 2, potensi berkurang dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida
(4).Tetrasiklin mempunyai kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50 bagian
etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P. Larut dalam
asam encer, larut dalam alkali disertai peruraian (3).

III. MEKANISME KERJA TETRASIKLIN


Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein. Hal ini
dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S sehingga t-RNA tidak
menempel pada ribosom yang mengakibatkan tidak terbentuknya amino asetil RNA.
Antibiotik ini dilaporkan juga berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun
tetrasiklin dapat menembus sel mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan
keracunan pada individu yang menerimanya.
Ada 2 proses masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama
yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif.
Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi
masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.

IV. Efek Antimikroba


Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya sama),
namun terdapat perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing derivat terhadap
kuman tertentu. Hanyamikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini.
Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan
bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.
V. FARMAKOKINETIKA DAN FARMAKODINAMIKA TETRASIKLIN
1) Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin
diserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus
halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali
minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH
tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang
sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang
biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan.
2) Distribusi dan Metabolisme
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah
yang bervariasi. Dalam cairan cerebrospinal (CSF) kadar golongan tetrasiklin
hanya 10-20% kadar dalam serum. Penetrasi ke CSF ini tidak tergantung dari
adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik.
Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang serta di sentin dan
email gigi yang belum bererupsi. Golongan tetrasiklin menembus sawar uri dan
terdapat dalam ASI dalam kadar yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan
tetrasiklin lainnya, doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih
baik. Distribusi tetrasiklin berlangsung ke seluruh tubuh kecuali jaringan lemak.
Afinitas yang besar terjadi pada jaringan dengan kecepatan metabolisme dan
pertumbuhan yang cepat seperti hati, tulang, gigi, dan jaringan neoplasma. Dalam
jaringan tulang dan gigi, tetrasiklin akan disimpan dalam bentuk kompleks
kalsium. Tetrasiklin akanmembentuk ikatan dengan protein plasma. Walaupun
demikian, lama kerja suatu kelompok senyawa tetrasiklin ini tidak ditentukan oleh
ikatan proteinnya, melainkan ditentukan oleh sifat-sifat kimia masing-masing
senyawa. Tetrasiklin dapat berikatan dengan protein sebesar 65%. Distribusi dalam
plasenta dapat terjadi dengan mudah karena senyawa tetrasiklin dapat melewati
plasenta. Kadartetrasiklin yang tinggi juga terdapat dalam air susu.
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah
yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin, klortetrasiklin dan
oksitetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2.0-2.5 mcg/ml. Masa paruh
doksisiklin tidak berubah pada insufiensi ginjal sehingga obat ini boleh diberikan
pada gagal ginjal.

3) Ekskresi
Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui
empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi
melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu
mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke
dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih
terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi
obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami
kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.
Antibiotik golongan tetrasiklin dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan sifat
farmakokinetiknya :
(1) Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi kelompok tetrasiklin
ini tidak lengkap dengan masa paruh 6-12 jam.
(2) Demetilklortetrasiklin. Absorpsinya lebih baik dan masa paruhnya kira-kira 16
jam sehingga cukup diberikan 150 mg peroral tiap 6 jam,
(3) Doksisklin dan minosiklin.Absorpsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-20
jam. Tetrasiklin golongan ini cukup diberikan 1 atau 2 kali 100mg sehari.
VI. SPEKTRUM ANTIMIKROBA
Tetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas meliputi kuman gram positif
dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga aktif terhadap
spiroket,mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa tertentu. Pada
umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh sterptokokus
karena aa obat lain yang lebih efektif yaitu penisilinG,eritromiin,sefaloporin : kecuali
doksisiklin yang digunakan untuk pengobatan sinusitis pada orang dewasa yang
disebabkan oleh Str. Pneumoniae dan Str.pyogenes. Banyak strain S. Aureus yang
resisten terhadap tetrasiklin. Tetra siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin
dalam pengobatan infeksi batang gram positif seperti
B.anthracis, Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria
monocytogens. Kebanyakan strain N.gonorrhoeae sensitive terhadap tetrasiklin, tetapi
N. Gonorroheae sensitive terhadap tetrasiklin,tetapi N. Gonorrhoeae penghasil
penisilinase (PPNG) biasanya resisten terhadap tetrasiklin. Efektivitasnya tinggi
terhadap infeksi batang gram-negatif seperti Brucella, Francisella
tularensis, Pseudomonas mallei, Pseuodomonas pseudomallei, Vibrio cholera,
Campylobacter fetus, Haemophilus ducreyi dan Calymmatobacterium
granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida, Spirillium minor, Leptotrichia
buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu
H.influinzae mungkin sensitive, tetapi E.colli, Klebsiella, Enterbacter, Proteus indol
positif dan Pseudomonas umumnya resisten. Tetrasiklin juga merupakan obat yang
sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumonia, Ureaplasma
urealyticum, Chlamiydia trachomatis, Chlamydia psittaci, dan berbagai riketsia. Selain
itu obat ini juga aktif terhadap Borrelia recurentis, Treponema pallidum, Treponema
pertenue, Actinomyces israelii. Dalam kadar tinggi antibiotic ini menghambat
pertumbuhan Entamoeba histolytica.

VII. EFEK SAMPING TETRASIKLIN


Efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian golongan tetrasiklin dapat
dibedakan dalam 3 kelompok yaitu reaksi kepekaan, reaksi toksik dan iritatif serta
reaksi yang timbul akibat perubahan biologik.
1. REAKSI KEPEKAAN. Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian
golongan tetrasiklin ialah erupsi morbiliformis, urtikaria dan dernmatitis ekfoliatif.
Reaksi yang lebih hebat ialah udem angioneurotik dan reaksi anafilaksis. Demam
dan eosinofilia dapat pula tejadi pada waktu terapi berlangsung.Sensitisasi silang
antara berbagai derivate tetrasiklin sering terjadi.
2. REAKSI TOKSIK DAN IRITATIF. Iritasi lambung paling sering terjadi pada
pemberian tetrasiklin per oral,terutama dengan oksuitetrasiklin dan
doksisiklin.Makin besar dosis yang diberikan,makin sering pula terjadi reaksi
ini. Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis untuk sementara waktu atau
memberikan golongan tetrasiklin bersama waktu atau makanan, tetapi jangan
dengan susu atau antacid yang mengandung aluminium,magnesium atau kalsium.
Diare seringkali timbul akibat iritasi dan ini harus dibedakan dengan diare akibat
superinfeksi stafilokokus atau Clotridium difficile yang sangat bahaya. Manifestasi
reaksi iritatif yang lain ialah terjadinya tromboflebitis pada pemberian IV dan rasa
nyeri setempat bila golongan tetrasiklin disuntikan IM tanpa anastetik local. Terapi
dalam waktu lama juga dapat menimbulkan kelainan darah tepi seperti
leukositosis, limfosit atipik, granulasi toksik pada granulosit dan
trombositopenia. Reaksi fototoksik paling jarang timbul dengan tetrasiklin,tetapi
paling sering timbul pada pemberian demetilklortetrasiklin. Manifestasinya berupa
fotosensitivitas, kadang-kadang disertai demam dan eosinofiia. Pigmentasi kuku
dan onikolisis, yaitu lepasnya kuku dari dasarnya, juga dapat terjadi.
Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian golongan tetrasiklin dosis tinggi
(lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadi setelah pemberian parenteral.
Oksitetrasiklin dan tetrasiklin mempunyai sifat hepatotoksik yang paling lemah
dibandingkan dengan golongan tetrasiklin lain. Wanita hamil dengan pielonafritis
paling sering menderita kerusakan hepar akibat pemberian golongan tetrasiklin.
Kecuali doksisiklin,golongan tetrasiklin akan mengalami kumulasi dalam
tubuh, karena itu dikontraindikasikan pada gagal ginjal.Efek samping yang paling
sering timbul biasanya berupa azotemia,iperfosfatemia dan penurunan berat
badan. Golongan tetrasiklin memperlambat koagulasidarah dan memperkuat efek
antikoagulan kumarin. Diduga hal ini disebabkan oleh terbentuknya kelat dengan
kalsium, tetapi mungkin juga karena obat-obat ini mempengaruhi sifat fisikokimia
lipoprotein plasma. Tetrasiklin terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh
dan membentuk kompleks.pertumbuhan tulang akan terhambat sementara pada
fetus dan anak bahaya ini terutama terjadi mulai pertengahan masa hamil sampai
anak umur tiga tahun.Timbulnya kelainan ini lebih ditentukan oleh jumlah daripada
lamanya penggunaan tetrasiklin. Pada gigi susu maupun gigi tetap,tetrasiklin dapat
menimbulkan disgenesis,perubahan warna permanen dan kecenderungan
terjadinya karies.Perubahan warna bervariasi dari kuning coklat sampai kelabu
tua.Karena itu tetrasiklin jangan digunakan mulai pertengahan kedua kehamilan
sampai anak umur 8 tahun.Efek ini terlihat lebih sedikit pada oksitetrasiklin dan
doksisiklin.

Efek samping lain dalam penggunaan tetrasiklin diantaranya yaitu:


1. Perusakan warna pada gigi
Tetrasiklin mengandung gugus-gugus hidroksil, dimana gugus tersebut akan
membentuk ikatan bila dikombinasikan dengan Ca++sebagai unsur-unsur
pembentuk gigi. Tetrasiklin dapat mengikat kalsium secara irreversible,
kemudian berikatan dengan kristal hidroksiapatit baik di dentin maupun
enamel. Juga, mempunyai kemampuan membentuk kompleks atau ikatan
dengan kristal hidroksiapatit dalam gigi sehingga mengakibatkan terbentuknya
senyawa orthocalcium phosphat complex yang tertimbun pada gigi dan
menyebabkan perubahan warna pada gigi. Dentin ditunjukkan sebagai jaringan
yang paling sulit untuk berubah warna daripada enamel jika melalui
plasenta.Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya perubahan warna
pada gigi. Faktor-faktor tersebut antara lain struktur kimia dari senyawa
tetrasiklin, dosis yang digunakan, lamanya pemakaian dan masa pembentukan
gigi. Faktor utama penyebab dari perubahan warna pada gigi anak akibat
tetrasiklin adalah pemberian obat dalam masa pembentukan gigi, baik gigi
sulung maupun gigi permanen. Pada masa pembentukan gigi, struktur gigi yang
sedang mengalami kalsifikasi seperti kalsium akan diikat oleh tetrasiklin secara
irreversible. Kemudian ikatan tersebut mengikat hidroksi apatit dalam struktur
gigi yang sedang erupsi. Ikatan ini nantinya akan menetap pada dentin dan
enamel sehingga mengakibatkan perubahan warna pada gigi.
2. Tetrasiklin terhadap gigi
Secara umum pemberian tetrasiklin dapat menimbulkan efek samping, seperti
mual, muntah, diare, sakit kepala ringan, glositis, alergi, kadang-kadang juga
dapat memberi dampak yang lebih parah, seperti eritema dan edema. Selama
tetrasiklin digunakan untuk penyembuhan, ditakutkan terjadi superinfeksi
seperti kandidiasis, ini dikarenakan oleh sifat tetrasiklin sebagai antibiotik
spektrum luas yang tidak hanya bakteri patogen saja, tetapi juga membunuh
flora normal pada gastrointestinal sehingga menimbulkan iritasi. Pada rongga
mulut, selain kandidiasis, efek samping yang paling sering adalah perubahan
warna pada gigi anak-anak terutama jika diberikan dalam jangka waktu yang
panjang sehingga warna gigi menjadi coklat kehitam-hitaman. Penggunaan
antibiotik sebagai spektrum luas dapat membunuh segala jenis bakteri dalam
rongga mulut. Ini memberikan kesempatan bagi kandida atau jamur untuk
berkembangbiak, karena banyaknya substrat yang dapat mempercepat proses
pertumbuhannya sehingga mengakibatkan terjadinya kandidiasis oral.
Resiko yang paling tinggi terjadi jika tetrasiklin diberikan
pada usiapembentukan gigi sulung dan gigi anterior permanen. Jika diberikan
usia 2 bulan-5 tahun, maka seluruh gigi sulung dan kemungkinan gigi anterior
permanen akan mengalami perubahan warna yang akan menimbulkan
permasalahan estetis di kemudian hari. Perubahan warna gigi pada usia dini
umumnya bersifat permanen karena tetrasiklin masuk dan berikatan dengan
unsur-unsur gigi pada saat terjadinya pembentukan dentin. Pengobatan ibu
hamil dengan tetrasiklin juga menyebabkan perubahan warna gigi sulung pada
bayi yang dilahirkan. Ini dikarenakan tetrasiklin dapat menembus plasenta
sehingga si bayi yang berada dalam kandungan dapat terpapar tetrasiklin.
Bahaya perubahan warna gigi terjadi akibak pemakaian tetrasiklin pada
kehamilan trimester kedua hingga trimester ketiga
3. Merapuhkan gigi dan melubangi gigi
Pemakaian tetrasiklin yang terus-menerus menyebabkan email gigi tidak
terbentuk sempurna, dan permukaan gigi tidaklah halus dan rata. Gigi menjadi
sulit dibersihkan, dan plak menempel dengan kuat sehingga gigi mudah
berlubang.
4. Gangguan pencernaan
Gangguan saluran pencernaan merupakan yang sering terjadi. Diantaranya
seperti mual, muntah, diare, nyeri menelan , iritasi kerongkongan. Efek
samping yang jarang terjadi termasuk : kerusakan hati, pankreatitis, gangguan
darah, fotosensitif, reaksi hipersensitif (ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom
steven-johnson, urtikaria, angioedema, anafilaksis, carditis). Sakit kepala dan
gangguan penglihatan dapat terjadi dan dapat menjadi penanda peningkatan
tekanan dalam kepala dan segera hentikan pengobatan bila ini terjadi.

VIII. RESISTENSI TETRASIKLIN


Beberapa spesies kuman, terutama sterptokokus beta hemolitikus, E.coli, Pseudomon
as aeruginosa,Str.pneumoniae, N.gonorrhoeae,Bacteroides, Shigella dan S.aureus
makin meningkat resistensinya terhadap tetrasiklin.Resistensi terhadap satu jenis
tetrasiklin biasana disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya kecuali
minosiklin pada resistensi S.aureus dan doksisiklin pada resistensi B.fragilis

IX. MANFAAT TETRASIKLIN UNTUK PENYAKIT


Ini adalah beberapa contoh penyakit yang dapat di obati dengan golongan tetrasiklin :
1. Infeksi Klamidia
a. Limfogranuloma venereum.
b. Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada
infeksi akut diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis
diberikan terapi 1-2 bulan. Empat hari setelah terapi diberikan bubo mulai
mengecil.
c. Psikatosis
d. Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala
klinis. Dosis yang digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1 gram
per hari selama 21 hari.
e. Trakoma
f. Pemberian salep mata golongan tetrasiklin yang dikombinasikan dengan
doksisiklin oral 2 x 100 mg/hari selama 14 hari memberikan hasil pengobatan
yang baik.
2. Infeksi Basil
a. Bruselosis
Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk
penyakit ini. Hasil pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan
pengobatan selama 3 minggu. Untuk kasus berat, seringkali perlu diberikan
bersama streptomisin 1gram sehari IM.
b. Tularemia
Obat pilihan utama untuk penyakit ini sebenarnya ialah streptomisin, tetapi
terapi dengan golongan tetrasiklin juga memberikan hasil yang baik.
c. Kolera
Doksisiklin dosis tunggal 300 mg merupakan antibiotik yang efektif untuk
penyakit ini. Pemberian dapat mengurangi volume diare dalam 48 jam.
d. berikut ini contoh obat yang mengandung tetrasiklin antara lain :
1. Conmycin
Komposisi : Tetracycline HCL
Indikasi : Infeksi karena organisme yang peka terhadap tetrasiklin
Dosis : 1 kaps 4 x/ hr. Brucellosis 500 mg 4 x/hr selama 3
minggu. Sifilis 30-40 g dalam dosis terbagi selama 15 hr.
Penggunaan obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2
jam sesudah makan dengan segelas air, dalam posisi tegak. Dapat diberikan
bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi : Riwayat hipersensitivitas terhadap
tetrasiklin. Hamil, anak <12 tahun.
Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia,
enterokolitis, lesi inflamasi, ruam makulopapular dan eritematosa,
fotosensitif.
2. Corsamycin
Komposisi : Oxytetracycline HCl
Indikasi : Bronkitis akut dan kronis termasuk pencegahan
eksaserbasi akut, bronkopneumonia dan atipikal pneumonia disebabkan oleh
mikoplasma pneumonia, bronkiektasis terinfeksi, bronkiolitis, otitis media,
angina vincenti, infeksi traktus urinatius, uretritis non-GO, infeksi bakteri
pada trakusGI dan biliaris, infeksi jaringan lunak, infeksi pasca persalinan
(endometritis), meningitis dan endokarditis, akne vulgaris, GO dan sifilis
yang tidak sesuai dengan penisilin. Granuloma inguinal dan khankroid,
bruselosis, kolera, amubasis, tifus dan Q-fever, psikatosis dan
limfogranuloma venereum, trakoma.
Dosis : Dewasa 250-500mg tiap 6 jam selama 5-10 hari (untuk
kebanyakan infeksi). Infeksi nafas seperti eksaserbasi akut bronkitis dan
pneumonia karena mikoplasma 500 mg 4 x/hr. Profilaksis infeksi saluran
respiratorius 250 mg 2-3 x/hr. GO dansifilis, bruselosis total dosis 2-3 g/hr.
Penggunaan Obat : Berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2
jam sesudah makan.
Kontra Indikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal. Hamil, anak < 7 tahun.
Efek samping : Gangguan GI, gatal di anus dan vulva. Perubahan
warna gigi dan hipoplasia pada anak, hambatan pertumbuhan tulang
sementara. Dosis tinggi: uremia.

X. Kegunaan Tetrasiklin
Kegunaan klinis tetrasiklin dalam kedokteran hewan yaitu:
1) Hewan Kecil
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan oleh
kuman gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit saluran
pernafasan, perkencingan, leptospirosis (penyakit manusia dan hewan dari kuman
dan disebabkan kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni dan sel-sel hewan
yang terkena), dan panleukopenia (penyakit yang menyebabkan jumlah sel darah
putih kucing menurun dengan drastis).
Tetrasklin memperlihatkan spectrum antibakteri yang luas
meliputi kuman gram positif dan negative,aerobic dan anaerobic. Selain itu juga
aktif terhadap spiroket,mikroplasma, riketsia, klmidia, legionela, dan protozoa
tertentu. Pada umumnya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan infeksi oleh
sterptokokus karena aa obat lain yang lebih efektif yaitu
penisilinG,eritromiin,sefaloporin : kecuali doksisiklin yang digunakan untuk
pengobatan sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan
oleh Str. Pneumoniae dan Str.pyogenes. Banyak strain S. Aureus yang resisten
terhadap tetrasiklin. Tetra siklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam
pengobatan infeksi batang gram positif seperti
B.anthracis, Eryspelothrixrhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria
monocytogens.
2) Hewan besar
Antibiotika ini hampir selalu diberikan untuk mengatasi berbagai penyakit pada
hewan besar, hal ini mungkin disebabkan karena sifat obat yang mempunyai
spectrum luas. Dalam kasus lapangan antibiotika ini biasa digunakan untuk
mengatasi penyakit-penyakit seperti metritis, pneumonia, mastitis, enteritis,
leptospirosis, shipping fever, listeriosis, anaplasmosis, penyakit jembrana dan
antraks.
3) Untuk babi
Dapat digunakan untu mengatasi penyakit seperti radang usus, paru, dan lain-lain.
Dalam dosis rendah klortetrasiklin juga ditemukan tercampur dalam pakan.
4) Untuk unggas
Biasa digunakan untuk mengatasi penyakit pada unggas seperti CRD, sinusitis,
infeksi PPLO dan erysipelas. Dalam banyak pakan ayam juga ditemukan kadar
tetrasiklin dengan dosis rendah.
5) Penggunaan topikal
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi radang infeksi pada kulit, biasanya sediaan
tetrasiklin dikemas dalam bentuk salep 1%. Dapat digunakan untuk mengobati
penyakit mata seperti opthalmik, selain itu dapat juga digunakan untuk mengatasi
pink eye.

XI. Pengaruh Lingkungan


Tetrasiklin harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari cahaya. Tetrasiklin
apabila bereaksi dengan logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg, Fe ) maka akan membentuk
kompleks yang inaktif sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu
dan obat-obat antasida. Obat ini dalam bentuk kering bersifat stabil, tidak demikian
halnya bila antibiotika ini berada dalam larutan air. Untuk tetrasiklin sediaan basah
perlu ditambahkan buffer. Dalam larutan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk injeksi
mengandung buffer dengan pelarut propylen glikol pada pH 7,5, dapat tahan 1 tahun
pada suhu kamar sampai 45˚C. Bila pH lebih tinggi dari 7,5 maka tingkat kestabilan
tetrasiklin akan menurun. Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik yang dapat
menghambat sintesis protein pada perkembangan organisme. Antibiotik ini diketahui
dapat menghambat kalsifikasi dalam pembentukan tulang. Tetrasiklin diketahui dapat
menghambat sintesis protein pada sel prokariot maupun sel eukariot. Mekanisme kerja
penghambatannya, yaitu tetrasiklin menghambat masuknya aminoasil-tRNA ke tempat
aseptor A pada kompleks mRNA-ribosom, sehingga menghalangi penggabungan asam
amino ke rantai peptide .
XII. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI ,1979.Farmakope Indonesia edisi III.Jakarta

FARMAKOLOGI DAN TERAPI EDISI 4. 1995. fakultas kedokteran UI ,Jakarta


Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi : ulasan bergambar Ed.2. Jakarta :Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai