SEKOLAH
Disusun Oleh :
ISI
Pertumbuhan selama periode ini rata-rata 3-3,5 kg dan 6 cm atau 2,5 inchi per
tahunnya. Lingkar kepala tumbuh hanya 2-3 cm selama periode ini,
menandakan pertumbuhan otak yang melambat karena proses mielinisasi
sudah sempurna pada usia 7 tahun (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000).
Anak laki-laki usia 6 tahun, cenderung memiliki berat badan sekitar 21 kg,
kurang lebih 1 kg lebih berat dari pada anak perumpuan. Rata-rata kenaikan
berat badan anak usia sekolah 6-12 tahun kurang lebih sebesar 3,2 kg per
tahun. Periode ini, perbedaan individu pada kenaikan berat badan disebabkan
oleh faktor genetik dan lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik
laki-laki maupun perempuan memiliki tinggi badan yang sama, yaitu kurang
lebih 115 cm. setelah usia 12 tahun, tinggi badan kurang lebih 150 cm (
Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2011). Habitus tubuh (endomorfi,
mesomorfi atau ektomorfi) cenderung secara relatif tetap stabil selama masa
anak pertengahan.
D. Bermain
Pada saat anak-anak memasuki masa sekolah, permainan anak menggunakan
dimensi baru yang merefleksikan tingkat perkembangan anak yang baru.
Bermain tidak hanya meningkatkan keterampilan fisik, kemampuan intelektual,
dan fantasi anak tetapi juga mengembangkan rasa memiliki terhadap tim atau
klubnya pada saat mereka membentuk kelompok atau klik. Rasa memiliki
kelompok merupakan bagian yang sangat penting. klub, perkumpulan rahasia,
dan organisasi seperti pramuka adalah bagian budaya pada masa kanak-kanak.
Kebutuhan untuk konformitas pada masa kanak-kanak pertengahan yang
dimanifestasikan dengan sangat kuat dalam aktivitas dan permainan sangat
penting untuk kehidupan anak-anak usia sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan
ini, mereka bermain permainan, baik permainan yang dilakukan oleh mereka
sendiri maupun bermain dengan ditemani oleh seorang teman atau orang dewasa,
dan peraturan-peraturan kurang atau lebih dikembangkan dalam permainan. Pada
masa ini anak mulai melihat kebutuhan terhadap peraturan, dan permainan yang
dimainkan memiliki peraturan tertentu dan tidak bervariasi yang mungkin
tampak aneh dan sangat kaku (terutama peraturan yang dibuat oleh kelompok).
Konformitas dan ritual terserap ke dalam permainan anak-anak usia sekolah.
Tidak hanya tampak dalam permainan, tetapi juga terbukti pada banyak perilaku
dan bahasa anak. Masa kanak-kanak penuh dengan nyanyian dan ejekan. Anak-
anak memperoleh kesenangan dan kekuasaan dari aktivitas tersebut, yang telah
diturunkan dengan beberapa perubahan pada setiap generasi. Permainan tim.
Bentuk permainan yang lebih kompleksyang berkembang dari kebutuhan untuk
berinteraksi dengan teman sebayaadalah permainan tim dan olah raga yang
merupakan bagian awal masa sekolah. Peraturan seperti dalam permainan
mungkin memerlukan kehadiran seorang pengawas, wasit, atau individu yang
berwenang sehingga peraturan dapat diikuti secara lebih akurat.
Permainan tim mengajarkan anak untuk memodifikasi atau mengubah tujuan
pribadi menjadi tujuan kelompok dan bahwa konsep pembagian kerja merupakan
strategi yang efektif untuk mencapai tujuan. Permainan tim juga dapat berperan
terhadap pertumbuhan hubungan sosial, intelektual, dan keterampilan anak.
Permainan tim membantu menstimulasi pertumbuhan kognitif karena anak terpanggl
untuk mempelajari banyaknya peraturan yang komplek membuat penilaian tentang
peraturan tersebut, merencanakan strategi, dan mengkaji kekuatan dan kelemahan
para anggota tim dan anggota tim lawan mereka. Permainan dan aktivitas yang
tenang. Walaupun permainan anak-anak usia sekolah sangat aktif mereka juga
menikmati banyak aktivitas yang tenang dan dilakukan seorang diri.
Tahun-tahun pertengahan adalah waktu untuk mengoleksi, yang merupakan
bentuk lain ritual. Koleksi anak usia sekolah yang lebih kecil adalah bermacam-
macam benda aneh yang tidak saling berhubungam ditumpuk secara tidak teratur dan
berantakan. Koleksi anak pada tahun-tahun akhir masa sekolah menjadi lebih rapi dan
selektif, dan teratur dengan rapi dalam buku tempel, pada rak, atau dalam kotak.
Anak- anak usia sekolah tidak pernah bosan membaca cerita, mereka senang
dibacakan cerita dengan suara keras. Menjahit, memasak, memahat, berkebun, dan
aktivitas kreatif lainnya seperti melukis adalah aktivitas lain yang dinikmati anak.
Banyak keterampilan kreatif, seperti musik dan seni, juga keterampilan olah raga
seperti berenang, mengendarai kuda, menari, dan skating, dipelajari dan terus
dinikmati sampai masa remaja dan masa dewasa.
Menguasai ego. Permainan juga memberikan anak cara untuk memperoleh
gambaran kekuasaan mereka pada dirinya, lingkungannya, dan orang lain. Melalui
permainan mereka dapat merasa sebesar, sekuat, dan seterampil yang mereka
bayangkan, dan mereka seolah-olah memperoleh kekuasaan dan kekuatan
siapapundan apa pun yang mereka inginkan. Mereka perlu merasa terkendali dalam
permainan mereka, Anak usia sekolah masih membutuhkan kesempatan untuk
menggunakan otot-otot besar dalam permainan yang menggembirakan di lapangan
kebebasan untuk menggunakan autonomi dan inisiatif yang baru mereka dapatkan.
Mereka memerlukan ruang untuk melatih otot-otot besar dan melepas ketegangan,
frustasi dan permusuhan. Keterampilan fisik yang dipraktikkan dan dikuasai dalam
permainan membantu mereka mengem- bangkan perasaan kompetensi pribadi, yang
menambah fasa pencapaian dan membantu menyediakan posisi status dalam
kelompok teman sebaya.
TEKNIK VERBAL
1. Pesan “Saya”
Nyatakan perasaan tentang perilaku dalam istilah “Saya.” Gambarkan efek perilaku
yang dimiliki seseorang. Hindari penggunaan “Anda” (kamu). Pesan “Anda” adalah
perlawanan yang menghakimi dan menghasut.
Contoh : “anda sangat tidak kooperatif dalam menjalankan pengobatan Anda.” “Saya
sangat memperhatikan jalannya pengobatan karena saya ingin melihat
Anda menjadi lebih baik.”
Contoh : “Terkadang bila seseorang mengalami sakit parah, ia merasa marah dan
sedih karena tidak bias melakukan yang orang lain lakukan”. Juga tunggu
dengan diam untuk mendapatkan respons. Berikan anak tiga pilihan: (1)
untuk setuju dan, dengan berharap, mengekspresikan apa yang mereka
rasakan; (2) untuk tidak setuju; atau (3) untuk tetap diam, dimana mungkin
mereka mengalami perasaan yang tidak dapat diekspresikannya pada saat
itu.
3. Saling Bercerita
Tunjukkan pikiran anak dan upayakan untuk mengubah persepsi anak atau rasa
takutnya dengan menceritakan kembali suatu cerita yang berbeda. Mulailah dengan
meminta anak menceritakan sebuah cerita tentang sesuatu, ikuti dengan cerita lain
yang diceritakan perawat yang hamper sama dengan cerita anak tetapi dengan
perbedaan yang membantu anak dalam area masalah.
Contoh : cerita si anak adalah tentang pergi ke rumah sakit dan tidak pernah melihat
orangtua mereka lagi. Cerita si perawat juga tentang anak (dengan
menggunakan nama yang berbeda tetapi situasinya serupa) di rumah sakit
yang orangtuanya berkunjung setiap hari (pada sore hari setelah bekerja),
sampai anak tersebut merasa lebih baik dan akhirnya pulang kerumah
bersama mereka.
4. Biblioterapi
Menggunakan buku-buku dalam proses terapeutik dan suportif. Beri kesempatan pada
anak untuk mengeksplorasi kejadian yang serupa dengan mereka sendiri tetapi cukup
berbeda untuk memungkinkan mereka memberi jarak dari dirinya dan tetap berada
dalam kendali. Pedoman umum untuk menggunakan biblioterapi adalah sebagai
berikut:
1. Kaji perkembangan emosi dan kognitif anak untuk kesiapan memahami pesan
dari buku.
2. Kenali isi buku dan usia yang sesuai untuk buku itu.
3. Bacakan buku tersebut apabila anak tidak dapat membaca.
4. Gali makna buku out bersama anak dengan meminta anak untuk melakukan
hal-hal berikut :
Menceritakan kembali cerita buku itu.
Membaca bagian khusus dengan perawat atau orang tua.
Melukiskan gambar yang berhubungan dengan cerita dan
mendiskusikan gambar tersebut.
Membicarakan tentang karakter.
Meringkas moral atau arti dari cerita.
TEKNIK NONVERBAL
1. Menulis
Merupakan pendekatan komunikasi alternative untuk anak yang lebih besar dan orang
dewasa. Saran khusus mencakup projek penulisan ini :
2. Menggambar
Merupakan salah satu bentuk komunikasi paling dapat diterima baik nonverbal (dari
melihat gambar) dan verbal (dari cerita anak tentang gambar). Gambar anak
menceritakan semua tentang mereka, karena gambar ini adalah projeksi diri mereka
dari dalam. Menggambar spontan mencakup memberi anak bahan seni yang
bervariasi dan memberikan kesempatan untuk menggambar. Menggambar dengan
arahan mencakup arahan yang lebih spresifik, seperti “menggambar orang” atau
pendekatan “tiga tema” (menyatakan tiga hal tentang anak dan meminta anak untuk
memilih salah satu dan melukis gambar).
Gunakan gambar spontan dan evaluasi lebih dari satu gambar bila mungkin.
Interpretasi gambar dalam pandangan informasi lain yang tersedia tentang anak dan
keluarga. Interpretasi gambar sebagai keseluruhan, bukan memfokuskan pada detil
khusus pada gambar. Pertimbangkan elemen individual dari gambar yang mungkin
bermakna :
1. Jenis kelamin figure yang digambar pertama, biasanya berhubungan dengan
persepsi anak tentang peran seksnya sendiri.
2. Ukuran figure individu, mengekspresikan kepentingan, kekuatan atau
kekuasaan.
3. Peran dimana figure digambarkan, mengekspresikan prioritas dalam hal
kepentingan.
4. Posisi anak dalam hubungannya dengan anggota keluarga, mengekspresikan
perasaan tentang status atau kelompok.
BAB III
PENUTUP
Wong, Donna L, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC