Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIC

Disusun Oleh :
ARI NUR WICAKSONO
P1337420618044

JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK

A. DEFINISI
Stroke merupakan gangguan mendadak pada sirkulasi serebral di satu pembuluh
darah atau lebih yang mensuplai otak.Stroke menginterupsi atau mengurangi suplai
oksigen dan umumnya menyebabkan kerusakan serius atau nekrosis di jaringan otak
(Williams, 2008).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari seluruh kasus
stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau penurunan aliran darah
otak. Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu,
maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari
tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel yang diikuti dengan kerusakan
fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya terjadi kematian neuron. Stroke iskemik
merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkain perubahan dalam
otak yang terserang, apabila tidak ditangani akan segera berakhir dengan kematian di
bagian otak. Stroke ini sering diakibatkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis arteri
otak atau suatu emboli dari pembuluh darah di luar otak yang tersangkut di arteri otak
(Junaidi, 2011).
B. KLASIFIKASI

Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Padila, (2012) adalah :


1. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak sepintas
dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
2. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak
berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-3 minggu
3. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran
darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam beberapa jam
sampe bbrpa hari
4. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran
darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam beberapa
jam sampai bebrapa hari
5. Completed Stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan
peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa memburuk lagi.
Sedangkan secara patogenitas menurut Tarwoto dkk, (2007) Stroke iskemik (Stroke Non
Hemoragik) dapat dibagi menjadi :
1. Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena trombosis di
arteri karotis interna secara langsung masuk ke arteri serebri media. Permulaan gejala
sering terjadi pada waktu tidur,atau sedang istrirahat kemudian berkembang dengan
cepat,lambat laun atau secara bertahap sampai mencapai gejala maksimal dalam
beberapa jam, kadang-kadang dalam beberapa hari (2-3 hari), kesadaran biasanya
tidak terganggu dan ada kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari,minggu
atau bulan.
2. Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli yang pada
umunya berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat mendadak berkembang
sangat cepat, kesadaran biasanya tidak terganggu, kemungkinan juga disertai emboli
pada organ dan ada kecenderungan untuk membaik dalam beberapa hari, minggu
atau bulan.
C. ETIOLOGI

Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering


disebabkan oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu,
stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran
serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran
darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang
berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
Stroke non hemoragik merupakan proses yang multi kompleks dan didasari oleh
berbagai macam faktor risiko. Ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi, dapat
dimodifikasi dan masih dalam penelitian yaitu :
a. Tidak dapat dirubah :
1) Usia : Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia, termasuk
anak-anak. Kejadian penderita stroke iskemik biasanya berusia lanjut (60 tahun
keatas) dan resiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan
mengalaminya degeneratif organ-organ dalam tubuh (Amin & Hardhi, 2013).
Stroke dapat terjadi pada semua usia, namun lebih dari 70% stroke terjadi pada
usia di atas 65 tahun. Perubahan struktur pembuluh darah karena penuaan dapat
menjadi salah satu faktor terjadi serangan stroke (Masood dkk, 2010).
2) Jenis kelamin : Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke
pada usia dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1.
Insiden stroke lebih tinggi terjadi pada lakilaki daripada perempuan dengan rata-
rata 25%-30% Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang
lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai
menopause. Hal ini, hormon merupakan yang berperan dapat melindungi wanita
sampai mereka melewati masa-masa melahirkan anak (Burhanuddin, Wahidudin,
Jumriani, 2012).
3) Ras
4) Genetik
b. Dapat dirubah :
1) Stress : Pengaruh stres yang dapat ditimbulkan oleh faktor stres pada proses
aterisklerosis melalui peningkatan pengeluaran hormon seperti hormon kortisol,
epinefrin, adernaline dan ketokolamin. Dikeluarkanya hormon kartisol, hormon
adernaline atau hormon kewaspadaan lainya secara berlebihan akan berefek pada
peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Sehingga bila terlalu sering dapat
merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya plak. Jika sudah
terbentuk plak akan menghambat atau berhentinya peredaran darah ke bagian otak
sehingga menyebabkan suplai darah atau oksigen tidak adekuat (Junaidi, 2011).
2) Hipertensi : Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak, sedangkan penyempitan pembuluh darah dapat mengurangi
suplai darah otak dan menyebabkan kematian sel-sel otak. Hipertensi
mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga mempercepat proses
arterisklerosis, melalui efek penekanan pada sel endotel atau lapisan dalam
dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pada pembuluh darah semakin
cepat (Junaidi, 2011). Menurut Burhanuddin, Wahidudin, dan Jumriani (2012)
mengemukakan hipertensi sering disebut sebagai penyebab utama terjadinya
stroke. Hal ini disebabkan peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke.
Hipertensi menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah karena adanya
tekanan darah yang melebihi batas normal dan pelepasan kolagen. Endotel yang
terkelupas menyebabkan membran basal bermuatan positif menarik trombosit
yang bermuatan negatif sehingga terjadi agregasi trombosit. Selain itu, terdapat
pelepasan trombokinase sehingga menyebabkan gumpalan darah yang stabil dan
bila pembuluh darah tidak kuat lagi menahan tekanan darah yang tinggi akan
berakibat fatal pecahnya pembuluh darah pada otak maka terjadilah stroke.
3) Merokok : adalah salah satu faktor resiko terbentuknya lesi aterosklerosis yang
paling kuat. Nikotin akan menurunkan aliran darah ke eksterminitas dan
meningkatkan frekuensi jantung atau tekanan darah dengan menstimulasi sistem
saraf simpatis. Merokok dapat menurunkan elastisitas pembuluh darah yang
disebabkan oleh kandungan nikotin di rokok dan terganggunya konsentrasi
fibrinogen, kondisi ini mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh
darah dan peningkatan kekentalan darah. Merokok adalah penyebab nyata
kejadian stroke yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa awal dibandingkan
lebih tua. Risiko stroke akan menurun setelah berhenti merokok dan terlihat jelas
dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perlu diketahui bahwa
merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak
sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis (Pizon & Asanti, 2010).
Arterisklerosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan aliran darah
yang lambat karena terjadi viskositas (kekentalan). Sehingga dapat menimbulkan
tekanan pembuluh darah atau pembekuaan darah pada bagian dimana aliran
melambat dan menyempit. Merokok meningkatkan juga oksidasi lemak yang
berperan pada perkembangan arteriskelorosis dan menurunkan jumlah HDL
(kolestrol baik) atau menurunkan kemampuan HDL dalam menyingkirkan
kolesterol LDL yang berlebihan (Burhanuddin, Wahidudin, Jumriani, 2012).
4) Diabetes : mempercepat terjadinya arteriskelorosis baik pada pembuluh darah
kecil maupun pembuluh darah besar atau pembuluh darah otak dan jantung. Kadar
glukosa darah yang tinggi akan menghambat aliran darah dikarenakan pada kadar
gula darah tinggi terjadinya pengentalan darah sehingga menghamabat aliran
darah ke otak. Hiperglikemia dapat menurunkan sintesis prostasiklin yang
berfungsi melebarkan saluran arteri, meningkatkanya pembentukan trombosis dan
menyebabkan glikolisis protein pada dinding arteri. Diabetes melitus juga dapat
menimbulkan perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung),
diabetes melitus mempercepat terjadinya arteriosklerosis yang lebih berat, lebih
tersebar sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar. (Burhanuddin,
Wahidudin, Jumriani, 2012).
5) Hiperkolestrolemia : Secara alamiah tubuh kita lewat fungsi hati membentuk
kolesterol sekitar 1000 mg setiap hari dari lemak jenuh. Selain itu, tubuh banyak
dipenuhi kolesterol jika mengkonsumsi makanan berbasis hewani, kolesterol
inilah yang menempel pada permukaan dinding pembuluh darah yang semakin
hari semakin menebal dan dapat menyebabkan penyempitan dinding pembuluh
darah yang disebut aterosklerosis. Bila di daerah pembuluh darah menuju ke otot
jantung terhalang karena penumpukan kolesterol maka akan terjadi serangan
jantung. Sementara bila yang tersumbat adalah pembuluh darah pada bagian otak
maka sering disebut stroke (Burhanuddin, Wahidudin, Jumriani, 2012). Kolestrol
merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi kolestrol semakin
besar kolestrol tertimbun pada dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan
saluran pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga mengganggu suplai darah
ke otak. Hiperkolestrol akan meningkatkanya LDL (lemak jahat) yang akan
mengakibatkan terbentuknya arterosklerosis yang kemudian diikuti dengan
penurunan elastisitas pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah
(Junaidi, 2011).
6) Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan seseorang yang memiliki berat badan
berlebih dengan IMT lebih besar daripada 27,8 kg/m².

D. PATOFISIOLOGI

Otak sangat tergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai cadangan
oksigen apabila tidak adanya suplai oksigen maka metabolisme di otak mengalami
perubahan, kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam waktu 3 sampai 10
menit. Iskemia dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat menjadi
infark otak yang disertai odem otak sedangkan bagian tubuh yang terserang stroke secara
permanen akan tergantung kepada daerah otak mana yang terkena. Stroke itu sendiri
disebabkan oleh adanya arteroskelorosis (Junaidi, 2011).
Arteroskelorosis terjadi karena adanya penimbunan lemak yang terdapat di dinding-
dinding pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah kejaringan otak.
Arterosklerosis juga dapat menyebabkan suplai darah kejaringan serebral tidak adekuat
sehingga menyebakan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak. Arterosklerosis dapat
menyebabkan terbentuknya bekuan darah atau trombus yang melekat pada dinding
pembuluh darah sehingga menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah. Apabila
arterisklerosis bagian trombus terlepas dari dinding arteri akan mengikuti aliran darah
menuju arteri yang lebih kecil dan akan menyebabkan sumbatan yang mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah (Amin & Hardhi, 2013)
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

1. Keadaan pembuluh darah.

2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit


meningkat, aliran darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia
berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak.
Otoregulasi otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah
otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan
walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.

4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan


karena lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.

5. Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal


(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh
karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan
jantung). Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor
penting terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak
arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis
dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang
sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari
keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat
reversibel untuk jangka waktu 46 menit. Perubahan irreversible
dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi
oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac
arrest.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik yang umum dijumpai pada penderita stroke non hemoragik yaitu:
a. Gangguan Motorik
1) Tonus abnormal (hipotonus/ hipertonus)
2) Penurunan kekuatan otot
3) Gangguan gerak volunter
4) Gangguan keseimbangan
5) Gangguan koordinasi
6) Gangguan ketahanan
b. Gangguan Sensorik
1) - Gangguan propioseptik
2) - Gangguan kinestetik
3) - Gangguan diskriminatif
c. Gangguan Kognitif, Memori dan Atensi
1) Gangguan atensi
2) Gangguan memori
3) Gangguan inisiatif
4) Gangguan daya perencanaan
5) Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
d. Gangguan Kemampuan Fungsional
Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke toilet dan
berpakaian.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Angiografi serebral

Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau


obstruksi arteri.

2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).

Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3. CT scan

Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi


hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar


terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan


dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik
dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium

a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada


perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu harihari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)

c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi


hiperglikemia.

d. gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian


berangsurrangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.

H. KOMPLIKASI

Menurut Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke yaitu:
a. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat mengakibatkan
luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat berbaring, seperti pinggul, sendi
kaki, pantat dan tumit. Luka dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
b. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki yang lumpuh
dan penumpukan cairan.
c. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan menimbulkan kekauan pada
otot atau sendi. Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu
dapat terjadi kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
d. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral
pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan
terhadap sinar matahari.
e. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau karena umur
sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi
pada 3 bulan paska stroke s dan keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
f. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah imobilitas, kekurangan
cairan dan intake makanan serta pemberian obat.
g. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi dan nyeri bahu pada
bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeri bahu (shoulder hand syndrome)
terjadi pada 27% pasien stroke. Stroke tidak hanya menyerang orang yang sakit saja
tetapi juga dapat menyerang orang secara fisik yang sehat juga. Stroke datangnya
secara tiba-tiba dalam waktu sejenak, beberapa menit, jam atau setengah hari. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya stress yang tinggi (Junaidi, 2011).

I. PENATALAKSANAAN
a. Medis

Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:


1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4) Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
b. Keperawatan

Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:


1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
5) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2) Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes miletus
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolism

Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
b) Pola eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat penurunan peristaltik usus.
c) Pola aktivitas dan latihan

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau


paralise/ hemiplegi, mudah lelah
d) Pola tidur dan istirahat

Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
e) Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara.
f) Pola persepsi dan konsep diri

Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
g) Pola sensori dan kognitif

Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan,


perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola
kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.

Pola reproduksi seksual

Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke,
seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
h) Pola penanggulangan stress

Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan


proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
i) Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
j) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.

8) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
- Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
- Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara
- Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b) Pemeriksaan integument
- Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda - tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus
bed rest 2-3 minggu
- Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis .
- Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c) Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala : bentuk normocephalik
- Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
- Leher : kaku kuduk jarang terjadi
d) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun
suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan reflex batuk dan
menelan.
e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat
kembung
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine
g) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi
- Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.


- Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.


- Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.


- Pemeriksaan reflex

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa
hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan reflex patologis.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot (00085)
2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (00108)
3) Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranial (00103)
3. Perencanaan Keperawatan

No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Terapi Latihan : Mobilitas Sendi (0224)
selama 3 X 24 jam diharapkan masalah 1. Monitor lokasi dan kecenderungan
hambatan mobilitas fisik dapat teratasi adanya nyeri atau ketidaknyamanan
dengan kriteria hasil : selama pergerakan
Pergerakan (0208) 2. Lakukan ROM pasif maupun aktif
1. Gerakan otot dari skala 1 menjadi 3 3. Ajarkan keluarga dan pasien untuk
2. Gerakan sendi dari skala 1 menjadi 3 melakukan ROM aktif maupun
3. Bergerak dengan mudah dari skala 1 pasif secara mandiri
menjadi 4 4. Kolaborasikan dengan ahli terapi
fisik
2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Bantuan Perawatan Diri (1800)
selama 3 X 24 jam diharapkan masalah 1. Monitor kemampuan perawatan diri
deficit perawatan diri teratasi dengan secara mandiri
kriteria hasil : 2. Berikan bantuan sampai pasien
Perawatan Diri : Aktivitas sehari – hari mampu melakukan perawatan diri
(0300) mandiri
1. Dapat makan sendiri dari skala 1 3. Pertimbangkan usia pasien ketika
menjadi 3 meningkatkan aktivitas perawatan
2. Memakai baju dari skala 2 menjadi 4 diri
3. Kebersihan diri dari skala 1 menjadi 4. Ajarkan keluarga untuk mendukung
3 kemandirian dengan membantu
4. Berpindah dari skala 1 menjadi 3 hanya ketika pasien tak mampu
melakukan
3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Terapi Menelan (1860)
selama 3 X 24 jam diharapkan masalah 1. Monitor pergerakan lidah saat
gangguan menelan dapat teratasi dengan makan
kriteria hasil : 2. Instruksikan pasien untuk membuka
Status Neurologi : Sensori Kranial / dan menutup mulut terkait dengan
Fungsi Motorik (0913) persiapan memanipulasi makanan
1. Berbicara dari skala 1 menjadi skala 3. Ajari pasien untuk mengucapkan
3 kata “ahs” untuk meningkatkan
2. Gerakan otot wajah dari skala 1 elevasi langit – langit halus, jika
menjadi 3 memungkinkan
3. Gerakan menelan dari skala 1 4. Kolaborasikan dengan anggota tim
menjadi 4 kesehatan yang lain
DAFTAR PUSTAKA
Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Prosesproses Penyakit edisi 4. Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 20052006. Jakarta: Prima
Medika

Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta:
EGC
Amin & Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC
NOC. Yogyakarta : Medication
Burhanuddin, M., Wahiduddin, Jumriani. 2012. Faktor Risiko Kejadian Stroke pada Dewasa
Awal (18 – 40 tahun). UNHAS Makassar.
Jauch dkk., E.C.,Saver,J.L.,Adams, H.P., Bruno,A.,Connors,JJ (Buddy),
Demaerschalk,B.M.,dkk., (2013). Guidalines For The Early Management Of Patients With
Acute Ischemice Stroke A Guidaline For Healthcare Profesional From The Americam Herath
Association.
Junaidi, Iskandar., 2011. Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta : ANDI.
Pinzon R., Asanti L., 2010. Awas Stroke! Pengertian, gejala, tindakan, perawatan, dan
pencegahan. Yogyakarta : ANDI.

Anda mungkin juga menyukai