Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU LINGKUNGAN
PENGOLAHAN DAN MANFAAT MINERAL DOLOMIT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Lingkungan

Oleh

YANDI PERMANA
116190001

PROGRAM STUDI TEKNIK METALURGI


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, karunia, dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi persyaratan penilaian mata kuliah Ilmu Lingkungan. Makalah ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang sangat menyayangi penulis dan selalu memberikan dukungan.
2. Teman-teman yang telah mendukung sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini memberikan manfaat bagi para pembaca.

Senin, 13 April 2020 Penulis

Yandi Permana

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBARiv
A. PENDAHULUAN 1
B. ANALISIS GEMPA PALU-DONGGALA 1
1. Faktor Penyebab Gempa Palu-Donggala 1
2. Proses Terjadinya Gempa Palu-Donggala 3
3. Dampak Akibat Gempa Palu-Donggala 4
C. MITIGASI 5
D. KESIMPULAN 7
E. DAFTAR PUSTAKA 7

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Letak Geografis Pulau Sulawesi 1
Gambar 2 Sesar Palu-Koro 4

iv
A. Pendahuluan
Gempa Palu terjadi pada Minggu, 28 September 2018 pukul 18.20 WITA
dengan kekuatan M7,4. Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan 80 km
kota palu dengan kedalaman 10 km. Guncangan gempa bumi dirasakan
Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Mautong, Kabupaten
Samarainda, Kota Balikpapan, dan Kota Makassar. Mengambil informasi pada
situs resmi merdeka.com, gempa bumi 7,7 skala richter yang mengguncang
Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, mengakibatkan tsunami dan korban jiwa.
Guncangan pertama terjadi pada Jumat (28/9) pukul 15.00 Wita di Kota Palu
dengan magnitudo 5,9 pada skala richter. Sebelumnya, gempa juga mengguncang
Palu pada 22 September 2018 dengan magnitudo 5,1 SR. Getaran yang dirasakan
beberapa detik itu berjarak sekitar 8 kilometer barat laut dari Donggala atau 60
kilometer utara Kota Palu dengan kedalaman 10 kilometer. Tak lama berselang,
gempa kembali mengguncang titik yang sama di Donggala dengan magnitudo 5
SR pada pukul 15.28 Wita. Satu jam kemudian, gempa kembali terjadi pada
koordinat yang sama dengan magnitudo 5,3 SR. Menjelang petang, tepatnya pada
pukul 18.02 Wita, guncangan gempa besar terjadi di Donggala. Puncak gempa
yang memporak-porandakan Donggala mencapai 7,7 SR. Namun, pusat gempa
menjauh dengan jarak 27 kilometer timur laut Donggala. Selang 15 menit
kemudian, guncangan gempa kembali terjadi. Sedikit menurun, kekuatan gempa
pada pukul 18.14 Wita mencapai 6,1 SR. Lokasinya berada pada 58 Km timur laut
Donggala. Saat bersamaan, gempa bumi juga menggoyang Kota Palu dengan
magnitudo 5,9 SR pada pukul 18.25 WIB. Jaraknya hanya 12 Km arah tenggara
Palu. Akan tetapi, Badan Meteorolgi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
kemudian merevisi magnitudo gempa pada pukul 18.02 Wita dari 7,7 SR menjadi
7,4 SR.

B. Analisis
1. Faktor Penyebab Terjadinya Gempa Bumi di Donggala-Palu
Dikutip dari situs idntimes.com,  para ilmuwan yang melakukan riset
terhadap gempa di area Sulawesi merangkum penjelasan penyebab gempa itu
dikarenakan adanya patahan aktif yang ada di sana. Bertajuk “Earthquake In Palu

1
Areas As An Indication Of Active Faults In Palu-Koro, Central Sulawesi,
Indonesia,” jurnal yang dikeluarkan pada 2016 itu menjelaskan akan adanya
pergesekan dataran yang memiliki dataran yang berbeda. Berikut adalah ringkasan
jurnal yang memaparkan faktor terjadinya gempa bumi Donggala-Palu.
a. Sulawesi diapit tiga lempeng utama
Seorang ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) mengutarakan
pernyataannya bahwa, ketika ketiga lempeng utama itu bergerak dan saling
tabrakan, energi-energi dapat terkumpul di beberapa titik, hingga membentuk
patahan-patahan dan tekanan-tekanan. Apabila salah satu titik tidak lagi kuat
menahan, energinya akan menjadi gempa bumi, seperti yang terjadi di Palu dan
Donggala baru-baru ini.

Gambar 1 Letak Geografis Sulawesi

b. Adanya aktivitas sesar


Jika di Lombok ada sesar flores, di Sulawesi juga ada beberapa sesar, yaitu
sesar Palu-Koro, sesar Matano, sesar Gorontalo, sesar Walanae, sesar Batui, sesar
Poso, dan lainnya. Dari berbagai macam sesar yang ada di Sulawesi, sesar Palu-
Koro adalah satu di antara 4 sesar yang paling besar di Sulawesi bahkan paling
aktif dari seluruh sesar di Indonesia. Posisi sesar Palu-Koro berada di bawah
wilayah Sulawesi Tengah, secara geologi membujur dari Laut Sulawesi kemudian
kota Palu, sampai Teluk Bone. Perkiraan panjangnya 500 km dari bagian Utara ke
Selatan. Jika melihat dari kedalaman titik pusat gempanya, maka gempa bumi
yang mengguncang Palu dan Donggala ini disebabkan oleh aktivitas sesar aktif

2
pada zona Sesar Palu-Koro. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kepala BMKG,
Dwikora Karnawati pada saat siaran pers BMKG.
c. Sesar Palu-Koro adalah sesar yang paling aktif
Hal ini dinyatakan melalui adanya pengamatan terhadap morfologi patahan
itu sendiri di mana terdapat dua bagian patahan, yaitu area barat dan area timur.
Kedua patahan tersebut menyebabkan dan disebabkan oleh dua area yang
memiliki ketinggian berbeda. Area barat jauh lebih tinggi ketimbang area timur,
menjadikannya ada kemiringan lembah di kedua area tersebut. Pergesekan dari
kedua patahan inilah menyebabkan adanya gempa karena adanya gerakan vertikal.
Gerakan ini mampu memiliki kecepatan 4,5 mm per tahun.

2. Proses Terjadinya Gempa Bumi di Palu


Dalam laman infonawacita.com, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM menjelaskan bagaimana proses gempa
dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala. Berdasar data-data titik pusat
gempa bumi dan peta patahan aktif yang dimiliki Badan Geologi, tampak bahwa
rangkaian gempa bumi ini sangat jelas mengikuti pola patahan Palu-Koro. Kepala
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Eko Budi Lelono mengungkapkan Patahan
Palu Koro merupakan salah satu patahan aktif di Indonesia yang memotong
wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. “Badan Geologi telah
melakukan penelitian dan pemetaan terkait patahan Palu-Koro ini dan diketahui
bahwa patahan ini melintang dengan arah relatif utara-selatan mulai dari Tanjung
Mangkaliat di Kalimantan Utara hingga perbatasan Provinsi Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Tenggara dengan panjang +- 330 kilometer. Patahan Palu – Koro
merupakan jenis patahan mendatar mengiri tipe bercabang (bifurcation) seperti
patahan Alpina,” terang Eko seperti termuat dalam keterangan resmi Minggu
(30/9/2018). Patahan Palu-Koro merupakan patahan aktif dengan indikasi
neotektonik berupa struktur geologi yang memotong endapan berumur Kuarter.
“Berdasarkan analisis pentarikhan umur dengan metode Radiocarbon diketahui
bahwa pergerakan tektonik Kuarter tersebut pernah terjadi setelah 26750 +- 700
BP dan 1790 +- 200 BP,” ungkap Eko. Lebih lanjut Eko juga menjelaskan bahwa
dari analisis struktur geologi berdasarkan data Nodal Plane Focal Mechanism dari

3
USGS diketahui bahwa gempa bumi Donggala ini disebabkan oleh pergeseran
patahan mendatar aktif Palu-Koro yang merupakan patahan dengan klasifikasi
pergeseran patahan mendatar mengiri-turun (left-normal strike-slip fault).

Gambar 2 Sesar Palu-Koro


3. Dampak yang Ditimbulkan
a. Kerusakan pada bangunan warga
Dilansir pada berita darin CNN Indonesia, Bupati Donggala, Sulawesi
Tengah, Kasman Lassa, mengungkapkan terdapat sekitar 17 ribu rumah warga di
daerahnya rusak dihantam gempa, tsunami dan tanah longsor pada akhir
September lalu. Dari jumlah itu, rumah rusak berat sebanyak 5.025, rusak sedang
5.624 dan rusak ringan 6.000 lebih. "Rumah-rumah warga yang rusak ini didata
atau diinventarisir oleh tim yang telah kami bentuk. Tim ini bekerja dan turun
langsung ke lapangan," kata Kasman di Donggala, Minggu (2/12).
b. Memakan korban jiwa yang tidak sedikit
Mengutip pada situs daring tempo, Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) mencatat jumlah korban meninggal akibat gempa dan tsunami Palu,
Sulawesi Tengah dan sekitarnya bertambah menjadi 2.113 orang. Jumlah ini
bertambah dari catatan jumlah korban meninggal sebelumnya 2.010 orang.
"Semua korban meninggal dunia telah dimakamkan, baik pemakaman massal
maupun pemakanan keluarga." Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Sutopo Purwo Nugroho menyampaikannya dalam keterangan tertulis yang
diterima Tempo, Sabtu, 20 Oktober 2018. Sutopo mengatakan jumlah korban
meninggal tersebar di beberapa lokasi. Di Palu korban tewas tercatat 1.703 orang,
Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1

4
orang. Sedangkan korban luka-luka akibat gempa dan tsunami Palu mencapai
4.612 orang. Selain itu masih ada sebanyak 1.309 orang hilang sampai saat ini.
"223.751 orang juga masih mengungsi di 122 titik," katanya.
c. Kerugian pada bidang pertanian
Gempa bumi sangat berdampak pada kehidupan para petani di Palu-Donggala
karena seluruh lahan pertanian mengalami kerusakan parah sehingga hal ini
sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan pola bertani masyarakat. Gempa
bumi menyebabkan pendapatan petani mengalami penurunan drastis hingga 50%
dari rata-rata sekitar 10 juta per bulan menjadi 5 juta per bulan. Setelah gempa
bumi seluruh petani tidak bisa menggunakan lahan yang dimiliki sehingga harus
menyewa lahan petani yang ada di desa sekitar serta menggunakan peralatan
Alcon untuk memperoleh air tanah dalam mengairi lahan pertanian.

C. Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana adalah tindakan untuk mengurangi dampak-dampak yang
berpotensi muncul saat adanya bencana. Mitigasi bencana perlu dilakukan untuk
mengurangi jumlah korban jiwa yang berjatuhan akibat bencana. Menurut
Mardatila (2020), mitigasi gempa bumi dilakukan pada tiga tempo sebagai
berikut.
1. Prabencana terjadi
a. Menyiapkan rencana untuk penyelamatan diri apabila gempa bumi terjadi.
Rencana ini amat perlu terutama di daerah dengan riwayat gempa bumi yang
cukup sering terjadi.
b. Dalam menghadapi gempa bumi, seseorang perlu mempelajari latihan
penyelamatan saat gempa bumi terjadi. Hal ini akan meminimalisir jatuhnya
korban jiwa. Latihan tersebut di antaranya seperti merunduk, perlindungan
terhadap kepala, berpegangan ataupun dengan bersembunyi di bawah meja.
c. Saat terjadi gempa bumi banyak hal tak terduga yang bisa terjadi. Memiliki
beberapa alat penyelamatan sangat dianjurkan yaitu alat pemadam kebakaran,
alat keselamatan standar, dan persediaan obat-obatan.

5
d. Perlunya membangun konstruksi rumah yang tahan terhadap guncangan
gempa bumi dengan fondasi yang kuat. Selain itu, Anda bisa merenovasi
bagian bangunan yang sudah rentan.
e. Memperhatikan daerah rawan gempa bumi dan aturan seputar penggunaan
lahan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
2. Saat bencana terjadi
a. Guncangan gempa bumi akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu
tersebut, upayakan keselamatan diri Anda dengan cara berlindung di bawah
meja untuk menghindari dari benda-benda yang mungkin berjatuhan dan
jauhi jendela kaca. Lindungi kepala dengan bantal atau pun helm, dan bisa
pula berdiri di bawah pintu. Bila sudah terasa aman, segera lari keluar rumah.
b. Apabila Anda sedang memasak, segera matikan kompor serta cabut dan
matikan semua peralatan yang dialiri listrik untuk mencegah terjadinya
kebakaran.
c. Bila keluar rumah, perhatikan kemungkinan pecahan kaca, genteng, atau
material lain. Tetap lindungi kepala dan segera menuju ke lapangan terbuka,
jauhi tiang, pohon, atau sumber listrik atau gedung yang mungkin roboh dan
menimpa anda.
d. Jangan menggunakan lift apabila sudah terasa guncangan. Gunakan tangga
darurat untuk evakuasi keluar bangunan. Apabila sudah di dalam elevator,
tekan semua tombol atau gunakan interphone untuk panggilan kepada
pengelola bangunan.
e. Kenali bagian bangunan yang memiliki struktur kuat, seperti pada sudut
bangunan.
f. Apabila Anda berada di dalam bangunan yang memiliki petugas keamanan,
ikuti instruksi evakuasi.
3. Pascabencana terjadi
a. Ketika berada di dalam bangunan, segera evakuasi diri Anda setelah gempa
bumi berhenti. Saat keluar, perhatikan reruntuhan maupun benda-benda yang
membahayakan dan bisa jatuh menimpa Anda pada saat evakuasi.
b. Apabila Anda berada di dalam rumah, tetap berada di bawah meja yang Anda
rasa kuat.

6
c. Periksalah di sekitar Anda keberadaan api dan listrik yang berpotensi
menyebabkan kebakaran.
d. Berdirilah di tempat terbuka serta jauhi Gedung atau bangunan lain dan
instalasi listrik serta air. Apabila di luar bangunan berupa tebing di
sekelilingnya, hindari daerah yang rawan longsor.
e. Jika Anda berada di dalam mobil, berhentilah tetapi tetap berada di dalam
mobil. Hindari berhenti di bawah atau di atas jembatan atau rambu-rambu
lalu lintas, tiang listrik, pohon dan sebagainya.

D. Kesimpulan
Simpulan terkait dengan permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut.
1. Gempa bumi dahsyat di Palu-Donggala disebabkan oleh adanya faktor
aktivitas pergerakan sesar palu-koro.
2. Kekuatan gempa bumi yang mengguncang Palu-Donggala sebesar 7,4 SR.
3. Gempa bumi berdampak pada kerusakan materil, korban jiwa, dan kerugian
pada bidang pertanian.
4. Mitigasi gempa bumi dapat dilakukan saat prabencana, saat bencana, dan
pascabencana.

E. Daftar Pustaka
https://blog.ruangguru.com/gempa-palu
https://www.hitekno.com/sains/2018/09/30/180000/gerakan-sesar-mendatar-ini-
penyebab-gempa-besar-secara-ilmiah
https://www.idntimes.com/science/discovery/abraham-herdyanto/penyebab-gempa-
donggala-dan-tsunami-sulawesi-adalah-patahan-palu-koro-yang-aktif/4
https://www.merdeka.com/jateng/langkah-mitigasi-bencana-gempa-bumi-yang-wajib-
diperhatikan-menurut-bnpd-kln.html ani mardatila
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181202154108-20-350528/akibat-gempa-
dan-tsunami-17-ribu-rumah-rusak-di-donggala
https://nasional.tempo.co/read/1138400/jumlah-korban-tewas-terkini-gempa-dan-
tsunami-palu-2-113-orang/full&view=ok
https://www.alinea.id/nasional/kronologi-detik-detik-gempa-tsunami-di-donggala-dan-
palu-b1U5U9egj

7
8

Anda mungkin juga menyukai