Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bumi tempat semua makhluk hidup berpijak merupakan ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai kekayaan dan keindahannya. Pada
hakekatnya penciptaan bumi bertujuan untuk menjadikan segala isinya
tunduk kepada pencipta-Nya. Tuhan telah melengkapi bumi dengan
berbagai kekayaan alam yang berlimpah, dimana kekayaan tersebut tidak
akan ada habisnya. Akan tetapai apabila kekayaan alam tersebut tidak
dikelola dengan baik maka dapat saja punah dan tidak dapat menunjang
kehidupan anak cucu kita di masa yang  akan datang. Dari sekian banyak
manusia yang ada di bumi, mungkin hanya sebagian saja diantaranya yang
mengerti dan mau melestarikan serta menjaga keseimbangan alam.
Lingkungan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan makhluk di muka bumi ini. Lingkungan memiliki suatu siklus
yang berjalan seiring dengan perjalanan waktu, terkadang sistem yang
berlangsung tersebut dapat mengalami gangguan yang menyebabkan
terjadinya suatu perubahan lingkungan. Hal ini dapat terjadi baik karena
ulah manusia maupun karena proses alamiah yang merupakan gejala
geologi di alam.
Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk
membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap
lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan
dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, ketrampilan,
sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik
secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan
berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah
baru. Sebagai tindak lanjut dalam memecahkan berbagai masakah
lingkugan saat ini sekaligus pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan
Lingkungan hidup, maka dilakukanlah di Malino, Kecamatan
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. adalah
salah satu daerah tempat warga bermukim, tempat ini merupakan tempat
yang terkenal dengan tempat-tempat wisatanya. Pada daerah ini terdapat
banyak vila dan perumahan yang disewakan menanadakan bahwa tempat
ini merupakan lokasi wisata yang diminati oleh banyak orang.
Dalam hal ini sesuai tujuan pembelajaran, kami melakukan studi
lapangan ini yaitu untuk menganalisis kehidupan Biotik, abiotik, dan
sosial di Malino, kecamatan Tinggimoncong, kabupaten Gowa ini, serta
mengamati perubahan- perubahan lingkungan sekaligus menganalisis
penyebab dari perubahan lingkungan tersebut.
Lingkungan akan mengalami perubahan baik segi positif maupun
dari segi negative. Dari segi positif itu pastinya akan memberikan
konstribusi yang bagus terhadap lingkungan atau dapat meningkatkan
kualitas lingkungan itu sendiri. Sedangkan dari segi negative akan
menghasilkan dampak berupa penurunan kualitas atau bahkan kerusakan
lingkungan. Masalah lingkungan tersebut pastinya timbul karena pengaruh
aktivitas manusia yang menybabkan lingkungan tidak atau kurang sesuai
lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Sebagai contoh di Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu Negara berpenduduk terbesar di dunia
dimana setiap tahunnya menimbulkan pertumbuhan penduduk yang sangat
pesat. Akibat dari pertumbuhan penduduk yang pesat ini akan
menimbulkan banyak masalah peningkatan akan kebutuhan sandang,
pangan, dan papan juga meningkat. Sedangkan pertumbuhan atau
penyediaan sandan dan papan juga terbatas. Disini akan terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan kebutuhannya.
Seperti halnya di daerah kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, yang
mengalami peningkatan jumlah penduduk dibanding dengan beberapa
tahun yang lalu. Sehingga menghasilkan terjadinya perubahan lingkungan
di sekitar daerah tersebut. Oleh karena itu, melalui paraktek lapang ini kita
akan mengamati keadaan disekitar  wilayah tersebut serta mencari perihal
kehidupan warga yang tinggal dilingkungan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kehidupan biotik, abiotik dan sosial di lingkungan desa
Malino dan sekitarnya?
C. Tujuan
Untuk mengetahui keadaan kehidupan abiotik, biotik, dan sosial di
lingkungan Desa Malino dan sekitarnya.
D. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui keadaan kehidupan abiotik, biotik,
dan sosial di lingkungan Desa Malino dan sekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keadaan Biotik, Abiotik, dan Sosial
1. Bendungan Bilibili
Bendungan Bilibili adalah
bendungan terbesar di Sulawesi
Selatan, yang terletak di
Kabupaten Gowa, sekitar 30
kilometer ke arah timur
Kota Makassar. Bendungan ini
diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 1999.
Bendungan dengan waduk 40.428 hektare ini dibangun dengan
dana pinjaman luar negeri sebesar Rp 780 miliar kerja sama
dengan Japan International Cooperation Agency (JICA).
Bendungan Bilibili menjadi sumber air baku bagi Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Gowa dan Makassar (Wikipedia,
2019).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
warga sekitar, diketahui bahwa bendungan bilibili digunakan
sebagai tempat wisata. Banyak pengunjung yang datang untuk
menikmati panorama maupun mengabadikan gambar. Bahkan,
bendungan bilibili juga pernah dijadikan lokasi foto pra-nikah
(Prewedding). Selain sebagai tempat wisata, bendungan bilibili
juga menjadi sumber mata pencaharian warga sekitar, seperti
memancing ikan dan berjualan di sepanjang jalan bendungan
Bilibili.
Adapun mengenai adat- istiadat di bendungan Bilibili, salah
satu narasumber mengatakan bahawa setiap tahun diadakan
pemberian sesembahan atau hidangan ke bendungan Bilibili itu
sendiri. Sesembahan tersebut berupa makanan yang diberikan
dengan cara diturunkan ke dalam air. Hal ini dilakukan sebagai
bemtuk rasa syukur warga terhadap adanya Bendungan Bilibili.
2. Penambangan Pasir dan Batu (Sirtu)
Penambangan Pasir dan Batu (Sirtu) ini terletak di dusun
Lebong, Kelurahan Latibijong,
Kabupaten Gowa. Berdasakan
hasil wawancara yang telh
dilakukan dengan warga sekitar,
diketahui bahwa sebagian besar
warga bekerja sebagai penambang di daerah tersebut. Sehingga,
dapat dikatakan adanya penambangan sirtu di daerah tersebut
membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Di daerah ini
tidak memiliki adat- istiadat tertentu.
3. Hutan wisata pohon pinus
Pohon pinus tersebut berada
di kacamatan Tinggi Moncong
Kabupaten Gowa. Tempat wisata
pinus ini dulu merupakan tempat
peristirahatan kompeni Belanda pada
zaman penjajahan pohon pinus tersebut ditanam oleh pemerintahan
Belanda pada tahun 1927. Tempat wisata ini sekarang beda dengan
dulu pada tahun 1980 an, dulu dipohon pinus ini begitu dingin.
akan tetapi, pengaruh dari pemanasan global sehingga malino tidak
begitu dingin lagi.
Pada lokasi ini yang merupakan salah satu temapat wisata
di malino, penduduk setempat kebanyakan bermata pencaharian
sebagai tukang kebun cengkeh, hal ini dikarenakan kodisi alamnya
yang merupakan daerah dataran tinggi, dengan kondisi cuaca yang
cukup dingin, serta lahannya yang subur, selain berkebun terdapat
juga pekerjaan sampingan sebagian penduduk yakni berwira usaha
dengan membuka warung- warung kecil dengan tujuan sebagai
tempat istrahat para wisatawan sambil menikmati kopi malino dan
cendol pinus, sebagian warga setempat yang memiliki modal telah
membangun villa yang akan di sewakan kepada para wisatawan
yang menginap di sekitaran kota malino.
4. Malino highland
Di tempat ini, didapati
banyak kebun seperti kebun bunga,
kebunkol, kebun teh, dan lain- lain.
Setelah mewawancarai salah satu
petani kol yang ada di
daerahtersebut, diketahi bahwa
Malino Highland ini merupakan tempat yang tanahnya sangat
subur dan cocok ditanami beberapa tumbuhan karena iklimnya
yang mendukung. Narasumber juga mengatakan bahwa keuntugan
menjadi petani di daerah tersebut cukup besar.
5. Air Terjun Takapala
Takapala berada di Desa Bontolerung, Kecamatan
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa.
Jaraknya cukup jauh dari pusat kota
Makassar, kira-kira 90 kilometer. Air
terjun Takapala dikelilingi tebing-
tebing curam yang menjulang tinggi
dan hutan rimbun. Tingginya
mencapai 109 meter dengan debit air
cukup tinggi. Ketika musim penghujan, aliran air bakal lebih deras
lagi. Di bagian bawah terdapat kolam untuk bermain air atau
berenang. Tapi disarankan tetap berhati-hati karena arus di
sekitarnya cukup deras ( Hizkia, 2018)
Selain sebagai tempat wisata, air terjun Takapala juga
menjadi salah satu mata pencaharian warga sekitar yaitu dengan
berdagang di sekitar lokasi air terjun Takapala. Karena
pemandangannya yang indah, banyak pengunjung yang datang
bahkan untuk sekadar mengambil gambar. Fasilitas di kawasan
wisata air terjun Takapala ini lumayan lengkap. Terdapat area
parkir memadai dan beragam pilihan warung makan. Bagi yang
ingin bermalam, tersedia penginapan dengan harga lumayan
terjangkau. Wisatawan yang membawa keluarga besar bisa
menyewa villa jika membutuhkan akomodasi lebih luas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi lingkungan Biotik, khususnya di Kabupaten Gowa, sebagian
besar dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
2. Kondisi lingkungan abiotik, khususnya di Kabupaten Gowa,
mengalami beberapa perubahan dari tahun ke tahun akibat pengaruh
pemanasan global..
3. Kondisi sosial masyarakat wilayah di Kabupaten Gowa cukup baik,
masyarakat bekerja sesuai dengan permintaan lingkungan.
B. Saran
1. Sebaiknya masyarakat agar lebih menjaga kebersihan lingkungannya
dengan tidak membuang sampah disembarang tempat dan mengurangi
ekploitasi lahan, terutama pada hutan.
2. Diharapkan kepada pemerintah setempat agar lebih memperhatikan
kelestarian lingkungan, dengan menindak tegas para pelaku perusak
lingkungan.
3. Diharapkan kepada semua peserta praktikum agar kiranya dapat
berpartisipasi aktif  dalam melakukan kegiatan pendataan beserta 
kegiatan lainnya yang bersinggungan langsung dengan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai