Anda di halaman 1dari 12

Pola Adaptasi Ekologi

SITU GEDE, BOGOR

S01.2
Ferisa A. Danesvaran
Febina Talitha
Inez Kania F.
Andi Putri Rezky N.
Nabila Rahma Irawati
Rafi Barranthyo

I34120097
I34120099
I34120116
I34120117
I34120155
I34120161

Fakultas Ekologi Manusia


Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah Pola Adaptasi Ekologi : Situ Gede,
Bogor ini.
Pola adaptasi ekologi yaitu pola penyesuaian di sebuah lingkungan hidup
dimana komponen yang satu mempengaruhi komponen lain sehingga terbentuk
suatu jaringan. Dalam masyarakat, lingkungan hidup mempengaruhi perilaku dan
pola hidup masyarakat, dan membentuk sebuah kebudayaan dalam masyarakat
tersebut.
Kami harap makalah ini dapat memberi informasi kepada pembaca
mengenai pola adaptasi di Kelurahan Situ Gede, Bogor.

Bogor, 14 Desember 2012

Penulis

Daftar Isi
Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

1.4 Rumusan Masalah

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 3 Pembahasan

3.1 Sejarah

3.2 Lokasi dan Deskripsi Lingkungan

3.3 Ekologi dan Lingkungan Hidup di Sekitar Danau

3.4 Krisis Ekologi

3.5 Solusi dan Upaya Warga Mengatasi Krisis Ekologi

3.6 Determinasi dan Posibilisme

3.7 Kebudayaan

Bab 4 Kesimpulan

10

Daftar Pustaka

11

Lampiran

12

BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pola adaptasi ekologi bersifat dinamis, berlangsung terus-menerus, dan
spesifik menurut ruang dan waktu. Dalam prosesnya, penyesuaian tidak hanya
berlangsung pada elemen kebudayaan tetapi juga elemen morfologi dan fisiologi
tubuh manusia. Adaptasi ekologi pada dasarnya tidak hanya bermakna manusia
dan kebudayaan yang menyesuaikan diri dengan alam, tetapi alam juga
mengalami perubahan dan penyesuaian berkat adanya campur tangan manusia.
Perubahan pola hidup masyarakat dan pembentukkan kebudayaan
masyarakat tak lepas dari kondisi lingkungan di sekitarnya. Pola hidup masyarakat
Situ Gede dipengaruhi oleh danau yang terbentuk di tengah-tengah mereka.
1.2 Tujuan
Mengetahui sejarah terbentuknya Situ Gede dan pola adaptasi ekologi
serta lingkungan hidup di sekitar Desa Situ Gede, Bogor.
1.3 Manfaat
Dengan melakukan penelitian ini kami selaku mahasiswa IPB mengetahui
kondisi lingkungan dan sejarah tempat yang banyak dikunjungi oleh turis asing
dari berbagai negara termasuk petinggi negara.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Situ Gede dan desa setempat?
2. Bagaimana ekologi dan lingkungan hidup di sekitar lokasi tersebut?
Jelaskan!
3. Apakah ada perubahan dari keadaan awal dengan sekarang dan ada
campur tangan manusia di dalamnya? Deskripsikan, jelaskan, dan
ceritakan?
4. Adakah krisis ekologi di lokasi tersebut, sebutkan jika ada dan sebab
terjadinya, bagaimana solusinya, apa yang sudah dilakukan penduduk
sekitar untuk mengatasi permasalahan tersebut, dan apa dampak yang
dirasakan oleh penduduk sekitar?
5. Apakah determinasi dan posibilisme lingkungan?

6. Bagaimanakah kebudayaan di lokasi tersebut dan kaitkan dengan ekologi,


serta apakah ekologi budaya?

BAB 2
Tinjauan Pustaka

Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara


makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya baik yang bersifat hidup (biotik)
maupun tak hidup (abiotik) sehingga terbentuk suatu jaring-jaring sistem
kehidupan pada berbagai tingkat organisasi.
Lingkungan hidup suatu makhluk (dalam hal ini manusia) adalah ruang
dimana seluruh unsur-unsur yang bersifat tak hidup saling berinteraksi secara
kompleks dengan semua yang hidup yang mempengaruhi kelangsungan
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Krisis atau bencana ekologi manusia pada dasarnya meliputi pencemarah
sungai, danau, erosi, kerusakan hutan dan keanekaragaman hayati, hingga
penipisan ozon, dan pemanasan bumi.
Pola adaptasi ekologi bersifat dinamis, berlangsung terus-menerus, dan
spesifik menurut ruang dan waktu. Tiga teori mengenai pola adaptasi ekologi : 1)
Determinasi lingkungan; 2) Posibilisme lingkungan ; 3) Ekologi budaya.
1) Determinasi lingkungan
Teori ini pada intinya menyatakan bahwa kebudayaan suatu
masyarakat pada dasarnya terbentuk sebagai akibat dari kondisi lingkungan fisik
atau alam, seperti topografi, letak geografis, dan iklim.
2) Posibilisme lingkungan
Posibilisme lingkungan memandang bahwa pada dasarnya
lingkungan bukanlah faktor penentu sebagaimana dimaksud dalam pendekatan
determinisme, melainkan hanya sebagai penapis, penyaring, atau screen bagi
terbentuknya unsur budaya tertentu (cultural traits).
3) Ekologi budaya
Tidak ada kebudayaan yang terbentuk secara linier atau mengikuti
model umum kebudayaan yang berlaku di setiap masyarakat.

BAB 3
Pembahasan

3.1 Sejarah
Situ Gede merupakan sebuah danau kecil (situ atau setu berarti telaga)
yang terletak di Kelurahan Situgede, Bogor Barat, Kota Bogor. Menurut salah
satu narasumber, Ibu Kanti, warga sekitar Situ Gede, Situ Gede telah terbentuk
sejak zaman Belanda. Ibu Kanti telah menetap di Desa Situ Gede sejak tahun
1997. Beliau mengatakan bahwa danau yang luasnya sekitar 6 hektar itu
dahulunya terawat, bersih, dan lestari.
Menurut narasumber lain, yaitu Teh Evi, seorang pedagang warung di
sekitar Situ Gede, orang tuanya pernah bercerita bahwa Situ Gede dulu hanya
sebuah rawa luas. Kemudian dengan campur tangan manusia, daerah pinggir rawa
diberi tanah (diurug) sehingga menjadi daratan dan tepi rawa diratakan dengan
semen hingga rawa kini berbentuk seperti kolam atau danau buatan.
3.2 Lokasi dan Deskripsi Lingkungan
Situ Gede terletak di Kelurahan Situgede, Bogor Barat, Kota Bogor.
Danau ini terletak di tepi Hutan Dramaga, yakni hutan penelitian milik Badan
Litbang Kehutanan. Lokasi wisata ini berada kurang lebih 10 km dari pusat kota
Bogor, atau skitar 3 km di utara Terminal Bubulak. Di sekitar Situ Gede ada
beberapa situ yakni Situ Leutik (sudah menghilang), Situ Panjang, dan Situ
Burung. Tak jauh dari Situ Gede, terdapat Pusat Penelitian Kehutanan
Internasional (CIFOR, Center for International Forestry Research, dan ICRAF,
The World Agroforestry Center), Stasiun Klimatologi atau BMKG Dramaga dan
Kampus IPB Dramaga.
Danau Situ Gede yang memiliki luas 6 hektar terhampar luas terlihat dari
tempat parkir kendaraan di sekitar warung-warung dekat danau. Di pinggir danau
terdapat beberapa sepeda air yang berfungsi sebagai sarana hiburan bagi
pengunjung Situ Gede. Di tengah danau terdapat daratan kecil dengan sebuah
pohon besar. Ada sebuah jembatan bambu yang menghubungkan antara tepi
danau dan daratan kecil tersebut. Di sekitar danau banyak terdapat rumah
penduduk yang merupakan warga Situ Gede.
3.3 Ekologi dan Lingkungan Hidup di Sekitar Danau

Terdapat beragam organisme hidup di dalam danau Situ Gede. Ada pula
populasi ikan yang memang habitatnya di air. Warga biasanya memancing ikan
tersebut dalam waktu-waktu tertentu untuk dijadikan santapan.
Selain sebagai tempat memancing dalam waktu tertentu, Situ Gede
dimanfaatkan pula sebagai sarana rekreasi. Pengunjung yang ingin bermain
sepeda air membayar tarif setiap 15 menit sebesar sepuluh ribu rupiah. Pemasukan
dari pengunjung yang biasanya ramai pada akhir pekan itu memberi masukan
pendapatan bagi kelurahan Situ Gede.
Situ Gede juga dimanfaatkan sebagai hulu air bagi daerah-daerah yang
lebih tinggi di sekitar kelurahan Situ Gede. Ketika hujan tiba, air akan mengalir
dan tertampung di situ.
Dengan demikian, Situ Gede memberi banyak manfaat bagi masyarakat di
lingkungan sekitarnya sebagaimana fungsi lingkungan hidup, yaitu sebagai
pemasok sumber daya (ikan), tempat penampungan air agar tidak menimbulkan
banjir, dan sebagai sarana rekreasi yang berfungsi sebagai pemasok keindahan.
3.4 Krisis Ekologi
Meskipun Situ Gede memberi banyak manfaat bagi lingkungan sekitarnya,
namun ada beberapa oknum masyarakat yang tidak memelihara kelestarian situ.
Ada beberapa warga yang membuang sampah ke situ hingga membuat saluran air
menuju Situ Gede tersumbat dan sampah warga yang mengambang di permukaan
air membuat keindahan danau berkurang. Ketika air memenuhi danau, air meluap
hingga mengakibatkan banjir bahkan air sampai masuk ke dalam rumah warga di
sekitar situ. Bukan hanya air, namun sampah-sampah yang berada di danau pun
masuk ke rumah warga. Warga merasa dirugikan akibat kejadian tersebut. Ketika
air surut, banyak sampah-sampah yang berserakan di jalanan.
3.5 Solusi dan Upaya Warga Mengatasi Krisis Ekologi
Adanya krisis ekologi tersebut mendorong warga dan petinggi-petinggi di
desa tersebut memikirkan solusi dan pencegahan agar lingkungan sekitar tetap
terjaga kebersihannya. Beberapa kali lurah pernah mendatangkan mobil pengeruk
sampah untuk mengeruk sampah yang mengendap di dasar danau dan menjaring
sampah-sampah yang mengambang di permukaan danau. Setiap minggu pada hari
Jumat, di desa tersebut dilaksanakan kerja bakti untuk membersihkan sekitar
danau.
3.6 Determinasi dan Posibilisme
Perilaku masyarakat yang terbentuk akibat adanya Situ Gede adalah
beberapa warga yang tidak menyadari pentingnya Situ Gede menganggap situ
8

sebagai tempat pembuangan sampah sehingga banyak warga yang membuang


sampah di Situ Gede.
3.7 Kebudayaan
Masyarakat Situ Gede yang terdahulu mempercayai beberapa mitos,
memiliki kegiatan Kedjawen, termasuk memberikan sesajen-sesajen yang berupa
kepala kambing. Namun seiring berkembangnya zaman dan masyarakat sekitar
sudah mengenal agama, mitos-mitos dan kegiatan tersebut menghilang, digantikan
oleh kegiatan rutin yang lebih bermanfaat. Contohnya adalah pengajian rutin di
aula kelurahan dan kegiatan Ngubek. Ngubek adalah kegiatan yang dilaksanakan
sekitar 10 hari sebelum bulan Ramadhan. Pada kegiatan itu, warga ramai-ramai
mengambil ikan dari danau dengan cara memancing dan memakai jala. Warga
menyewa perahu kecil dengan harga sekitar dua ratus ribu dan ketika berada di
tengah danau, mereka menjaring ikan menggunakan jala.
Selain kegiatan Ngubek, Situ Gede pun biasa dimanfaatkan sebagai tempat
mengadakan acara ulang tahun Republik Indonesia atau lazimnya disebut 17-an.

BAB 4
Kesimpulan

10

Daftar Pustaka
Adiwibowo, Soeryo dan Rina Mardiana. -. Bahan Bacaan 1 : Pola Adaptasi
ekologi

11

Lampiran

12

Anda mungkin juga menyukai