Komunitas Lokal dan Pelestarian Sumber-Sumber Genetik Saat ini, berbagai komunitas pertanian telah melaksanakan metode pelestarian yang biasa dikenal sebagai ex-situ dan in-situ. Mereka menjaga dan melestarikan berbagai variasi di kebun, halaman, dan sawah dengan fasilitas-fasilitas penyimpanan tradisional. Dengannya, sebuah kompleks sistem komunitas bank genetik (benih) dapat terbentuk. Pemeliharaan benih dengan pola ex-situ biasanya dikelola dengan menggunakan fasilitas-fasilitas lokal seperti kaleng-kaleng, pot-pot, dan lubang- lubang bawah tanah. Pemeliharaan dengan pola ex-situ untuk hasil pertanian biasanya dilengkapi dengan pemeliharaan yang menggunakan pola in-situ di area yang sama. Umumnya, komunitas lokal sangat tergantung pada keanekaragaman tanaman untuk mempertahankan produksi dan ketahanan pangan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi resiko dalam penyimpangan bahan pangan. Mereka secara tradisional saling bertukar jenis tumbuhan, dengan harapan bila terjadi percampuran berbagai jenis tanaman berbeda akan memunculkan jenis baru. Hal itu memberikan keuntungan bagi petani dalam pengembangan keanekaragaman dan pengadaptasian variasi-variasi baru dengan pola morfologi dan fisiologi yang khusus dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Komunitas lokal pada intinya merupakan penjaga sumber-sumber genetik yang aktif dan selalu dapat mempertahankan keanekaragaman hayati. Meskipun beberapa usaha termasuk bank gen, kebun raya dan kebun binatang sangat dibutuhkan, namun komunitas lokal merupakan alat yang paling efektif untuk perlindungan terhadap lingkungan. Karenanya, pelestarian keanekaragaman membutuhkan partisipasi penuh dari berbagai komunitas lokal. Beberapa peran penting dari komunitas lokal dalam pelestarian sumber-sumber genetik tersebut diantaranya adalan sebagai berikut : (1) Kesehatan ekosistem dunia ternyata masih didominasi kontrol komunitas lokal ; (2) Kelangsungan area yang dilindungi lebih banyak ditentukan oleh dukungan komunita- komunitas lokal daripada oleh adanya pagar denda atau bahkan senjata ; (3) Banyak jenis langka yang digunakan untuk kepentingan ilmiah dan teknologi industri dikembangkan oleh kelompok-kelompok lokal ; (4) Ekosistem pertanian tradisional adalah sumber ketahanan dan keanekaragaman yang didasarkan pada pertanian ; (5) Beragam hasil panen dari tanah-tanah pertanian yang terbatas masih mampu memenuhi 20% produksi dunia ; dan (6) Pemeliharaan hasil-hasil pertanian dengan teknologi tinggi masih tergantung pada keanekaragaman yang dipromosikan dan dipertahankan oleh komunitas-komunitas lokal. Berdasarkan pada kenyataan itu, kita tidak bisa memungkiri bahwa petani lokal adalah ahli-ahli dalam varietas-varietas tradisional. Pengetahuan mereka dan keanekaragaman yang diciptakannya
2 telah menjadi dasar pertanian modern. Mereka selalu mengembangkan variasi-variasi genetik melalui uji-coba pemakaian maupun dalam evaluasi. Terjaganya potensi keanekaragaman genetis dari serangan stress, tikus dan penyakit serta terjaganya kelezatan dan ketahanannya telah dikembangkan dengan baik oleh petani-petani perempuan. Dalam hal ini, petani biasanya memberikan definisi bagi jenis-jenis padi sesuai dengan karakter morfologi, fisiologi dan nilai manfaat dari setiap jenis yang ada. Jenis dengan aktivitas enzim yang tinggi misalnya diberi nama karena fermentasinya yang baik, yang bisa dibuktikan dalam kualitas kue yang dihasilkannya. Hal itu serupa dengan ketahanan jenis tertentu pada burung, tikus dan mikroba yang diberi nama dengan mengindikasi mekanisme sistem pertahanan atau kelakuan khususnya yang berguna bagi pengenalan terhadap tipe khusus dari ketahanannya. Hak tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan pertanian tradisional dapat menjadi sumber informasi penting bagi peningkatan produktivitas pertanian. Apakah Komunitas Bank Benih itu ? Pada dasarnya, komunitas bank benih merupakan bentuk strategi pertahanan keanekaragaman genetik dan penyokong swasembada benih-benih lokal. Ia merupakan tempat penyimpanan yang diadaptasikan dengan keanekaragaman hasil panen secara lokal termasuk ditingkatkannya unsur-unsur tanah yang mendukung ketersediaan bahan dalam pertanian yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan adaptasi dari jenis-jenis unggul. Fasilitas penyimpanan benih untuk komunitas dengan harga rendah dapat mengantisipasi munculnya bahaya kelaparan. Pada saat yang sama, varietas-varietas tradisional dapat menjadi dasar bagi petani untuk menyeleksi jenis-jenis tertentu yang terkait dengan kebutuhan mereka. Namun, komunitas bank benih acapkali dipahami sebagai toko-toko milik komunitas yang penggunaannya didasarkan pada distribusi berbagai benih sebagai basis pinjaman untuk komunitas lokal. Pada beberapa kasus, benih-benih dijadikan pemasukan utama, dimana benih- benih unggul dengan bungkus-bungkus kimia didistribusikan pada masyarakat petani. Tetapi sebuah sistem komunitas bank benih semestinya menjadi bagian dari komunitas yang mengelola dan mempraktekan konservasi sumber-sumber genetik itu sendiri. Strateginya dapat ditempuh dengan memperkuat secara tradisional jaringan komunitas benih yang telah ada dan mewakili sistem penyediaan benih yang kokoh, serta memfasilitasi ketergantungan sumber benih diantara keluarga-keluarga petani termasuk tukar menukar benih lewat pasar lokal. Tujuan utamanya ialah untuk meningkatkan pilihan pemakaian keanekaragaman hayati, mengurangi kerapuhan sistem penyimpanan benih, serta mengurangi kelaparan dan hilangnya keanekaragaman hayati. Melalui sistem on farm, petani mampu mempertahankan keanekaragaman sebagai komponen penting bagi tersedianya sumber-sumber genetik untuk kepentingan penyeleksian dan peningkatan produktivitas hasil pertanian. Dalam hal ini, spesies tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomis maupun ekologis namun terancam kepunahan harus lebih banyak mendapat penanganan sistem perlindungan lingkungan dan rancangan pemeliharaan spesies yang dikelola komunitas. Beberapa spesies tersebut antara lain tumbuh-tumbuhan liar, semak-semak dan rumput-rumputan yang bisa digunakan sebagai bahan pangan, makanan, obat, bahan bakar maupun konstruksi bangunan. Tatkala komunitas lokal telah memiliki dan mengelola bank benih, keberhasilan akan tercapai secara lebih baik apabila ditempuh dengan melalui program nasional maupun regional yang terpadu atau program-program pembangunan daerah-daerah khusus (Regassa Feyissa, 1998). Untuk itu, berbagai keputusan dan kerjasama dari masyarakat lokal yang memiliki posisi penting dalam memetakan persoalan dan membuat prioritas pemeliharaan serta pemakian spesies dan varietas yang sesuai dengan kebutuhan mereka menjadi sangat mendesak untuk dilakukan. Meskipun demikian, ada kemungkinan, sistem menjadi terganggu dan ketidakpastian keadaan
3 dalam kehidupan komunitas pertanian lokal pun sulit untuk dipecahkan atau diubah. Berdasarkan pada uraian diatas, kini kita bisa memahami bahwa sistem komunitas bank benih adalah langkah terpadu bagi hampir semua komunitas guna mendorong strategi peningkatan hasil produksi dan sistem pertanian tradisional. Sikap acuh tak acuh atas fungsi-fungsi sistem pertanian tradisional mungkin menimbulkan rasa keterpaksaan bagi sejumlah orang dalam masyarakat petani lantaran munculnya distribusi benih yang tidak adil bagi yang miskin ataupun adaptasi yang belum dikenal oleh komunitas. Adalah beban tersendiri bagi petani untuk beraktivitas dalam keterbatasan genetik atau sistem monokultur, distribusi yang tidak terbatas atau penggunaan bahan-bahan kimia seperti pestisida, herbisida dan pupuk buatan serta pengenalan jenis-jenis tanaman yang asing dan tidak layak bagi sistem ekosistem lokal. Berbagai pendekatan diatas tentu sangat mengganggu ekosistem lokal serta keberlangsungan dalam produksinya.
Membangun Komunitas Berdasar Sistem Persediaan Benih Sistem benih di dalam sistem-sistem pertanian tradisional kebanyakan dicirikan oleh reproduksi benih-benih oleh para petani lokal sendiri. Mereka mempraktekan berbagai hal seperti penyeleksian benih, produksi, penyimpanan bahan-bahan tanaman dan distribusi berbagai benih didalam dan diantara komunitas pertanian itu sendiri. Dalam banyak kasus, produksi benih tidak dilakukan secara khusus melainkan dipadukan dengan produksi hasil pertanian, akar-akaran dan umbu-umbian baik untuk konsumsi maupun pemasaran. Sistem persediaan benih tradisional ini merupakan penyokong utama bagi hampir seluruh produksi hasil pertanian di dalam negeri. Sistem ini didasarkan terutama pada berbagai varietas atau struktur tanah yang dimiliki para petani tanpa banyak tergantung pada varietas-varietas unggulan. Munculnya ketergantungan pada jenis- jenis unggul biasanya disebabkan oleh hilangnya varitas-varitas yang dimiliki petani lokal. Usaha-usaha masyarakat petani dalam perbaikan/penyeleksian benih serta pembentukan jaringan pemakai benih selalu berandil dalam meningkatkan distribusi keanekaragaman hasil pertanian hingga melampui berbagai kondisi yang berbeda tersebut. Potensi kegunaan dari benih-benih unggul, yang dicirikan oleh pengelolaan produksi secara vertikal berikut distribusinya yang telah melalui proses ujicoba dan mendapat pengesahan, menjadi terbatasi dalam kondisi-kondisi ini. Pemakaian dan pengembangan varitas, produksi benih dan penyimpanannya serta mekanisme pertukaran benih di lingkungan petani lokal selalu mengingatkan kita betapa pentingnya peran berbagai komponen dari sistem dinamis itu dalam mengelola sumber tanaman pangan terpenting bagi petani-petani kecil. Sayangnya, penilaian-penilaian ekonomi tentang produktivitas hasil pertanian dalam banyak hal telah mengabaikan berbagai sumbangan penting dari pemuliaan tanaman dan sistem persediaan benih tradisional. Secara luas, hal itu juga telah mengabaikan varitas-varitas tradisional, sehingga berakibat pada semakin berkurangnya pengadaptasian benih-benih lokal. Oleh karena itu, usaha- usaha potensial dari komnitas pertanian lokal harus ditingkatkan, didukung serta diperkuat. Membangun jaringan aksi benih regional bisa menjadi salah satu cara mendukung dan memperkuat kelestarian persediaan benih komunitas. Hal itu akan memberikan sumbangan besar bagi upaya mengatasi persoalan kekurangan benih di negara-negara dalam sub-regional tersebut. Beberapa jaringan bisa juga menyediakan sistem promosi bagi aksi-aksi di tingkat lokal, nasional, sub-regional dan bahkan di tingkat regional. Hal itu juga akan membantu mempersatukan semua orang yang terkait untuk memperluas usaha bersama, sumber-sumber, dan kapasitasnya demi menjamin ketahanan pangan dan manajemen keanekaragaman hayati. Bagi negara-negara berkembang yang kebanyakan penduduknya adalah petani subsisten, penyimpanan padi dan benih-benih yang bagus secara tradisional memainkan fungsi yang sangat
4 penting. Disamping menjaga agar benih-benih tetap bisa tumbuh, gudang/sistem penyimpanan yang bagus juga dapat mengantisipasi datangnya bencana/gangguan yang datang secara tiba-tiba. Berbagai mekanisme penyimpanan benih-benih yang pernah dikembangkan para petani gurem dengan pengetahuan sederhananya kini mulai menghilang. Tempat-tempat penyimpanan dalam rumah tangga petani kecil (seperti pot, lubang bawah tanah dan lain-lain) secara de fakto menunjukkan konservasi dengan pola ex situ boleh jadi lebih dinamis dari sistem yang paling konvensional di bank-bank gen. Benih yang disimpan dengan cara ini ditanam secara in situ, semisal pada lahan yang sama atau disekitar tempat yang sesuai dengan sifat-sifat khususnya; dan secara berganti-ganti ditanam diantara wilayah-wilayah yang berbeda kondisi agro-ekologisnnya, sehingga lingkup keluasaan adaptasi (fleksibelitas) dari struktur gen tanaman tersebut pun bisa diperhitungkan. Petani mempertahankan benih secara terus menerus sebagai indikator keamanan yang akan memberikan sokongan apabila terjadi kegagalan panen. Para petani selalui menyimpan benih untuk tiga tujuan berikut: (1) Konsumsi ; (2) Dijual; dan (3) Cadangan benih (pembibitan) Wanita-wanita pedusunan menjadi elemen kunci dalam strategi konservasi sumber-sumber genetik bagi petani tradisional. Mereka secara tradisional terlibat dalam berbagai tindakan seperti seleksi bibit, pembersihan, penyimpanan, dan pemakaian. Mereka bertanggungjawab terutama pada keamanan penyimpanan bahan-bahan tanaman tersebut hingga waktu tanam berikutnya. Petani telah mengembangkan sejumlah fasilitas yang berbeda untuk penyimpanan padi, yang antara satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda pula. Umumnya, fasilitas-fasilitas tersebut menggunakan tanah liat, lubang-lubang di dalam tanah, gota, tong, karung dari bulu binatang, karung rami dan labu.
Bank Benih (Penyimpanan-Distribusi-Pemasaran) Komunitas Bank Benih (KBB) merupakan komponen terpenting dalam jaringan benih. Lebih jauh, komunitas ini merupakan sistem yang tidak membutuhkan biaya dan teknologi tinggi, sehingga akan bisa dimiliki dan dikelola oleh komunitas lokal sebagai bagian dari pelayanan kerjasama yang ada dalam komunitas bersangkutan. Komunitas bank benih terdiri dari dua komponen utama yakni: gudang benih dan tempat penyimpanan plasma bagi pengembangan tanaman lokal, sebagai pelengkap dari bank resmi yang fasilitasnya lebih modern. Gudang benih mewakili sistem persediaan benih, yang terdiri atas unsur-unsur tanah yang telah dikembangkan dan diperbanyak oleh petani. Gudang tersebut memberikan dukungan pada berbagai jaringan pasar lokal sebagai tempat bagi para petani untuk bertukar benih dan informasi secara tradisional. Cadangan benih yang berusaha dipertahankan oleh komunitas bank benih menjadi sangat penting untuk meyakinkan bahwa benih-benih tersebut telah diadaptasikan dan dikaitkan dengan sistem pasar tradisonal, sehingga dapat mencegah potensi hilangnya keanekaragaman gen. Akhirnya, unit-unit penyimpanan tradisional seperti lubang tanah liat, pecahan batu (seperti lesung) dan lubang-lubang bawah tanah, membentuk sebuah sistem penyimpanan benih lokal yang terpadu dan terkait dengan komunitas bank benih. Tipe dari unit kecil yang dikembangkan dapat dibentuk pembuatan jaringan yang melibatkan semua pihak yang terkait dengan pertanian (termasuk para pemimpin tani) untuk melengkapi jaringan in-situ. Sebuah contoh dari skema jaringan persediaan benih di Etiophia diilustrasikan dalam bagan berikut. Komunitas bank benih menjadi pusat jaringan benih dan menawarkan berbagai jenis pelayanan seperti ketahanan benih, penyimpanan, distribusi benih (semisal dengan menawarkan sistem peminjaman), pertukaran, penyimpanan plasma nutfah dan pengenalan, pemasaran benih dan
5 pelayanan lain yang dimungkinkan. Bagan dua menggambarkan rencana dasar dari sistem komunitas bank benih yang sederhana. Pemasaran benih mungkin bisa dikerjakan dengan memberikan perputaran dana bagi bank benih. Pada beberapa kasus, mekanisme ini mampu melindungi petani dari kemungkinan menjadi korban dari tingkat penawaran harga yang rendah oleh kelompok petani lain semisal pedagang-pedagang beras. Akses pada harga pasar yang sesuai bagi produk mereka, ketahanan benih lokal dan ketersediaan jenis-jenis yang sesuai dengan kepentingan mereka bisa memberikan insentif yang kuat untuk keterlibatan para petani dalam konservasi on-farm dan pengembangan keanekaragaman hayati.
Pelayanan (EBDCRI, Regassa Feyissa 1999) Kegiatan Komunitas Bagi Pemelihara Benih Dalam Komunitas Benih Survei: manajemen/survei areal tanah komunitas tersebut yang dikonsultasikan dengan para petani dan anggota lain dari komunitas; termasuk didalamnya para pemulia dan pengguna plasma nutfah di dalam praktek-praktek penelitian dan pemantauan guna melindungi spesies-spesies penting baik secara lokal maupun global. Pengumpulan: mengorganisir serangkaian ekspedisi pengumpulan yang dilakukan kelompok, yang mencakup wilayah tanam dan agroekologi di sepanjang masa tumbuhnya.
Konservasi/pengawetan: mempertahankan bidang tanah untuk konservasi secara in-situ dan untuk On-farm (In-situ) Konservasi Bank Gen Nasional Gudang lokal Halaman & Kebun Gudang lokal Halaman & Kebun
Gudang lokal Halaman & Kebun Gudang lokal Halaman & Kebun
Gudang lokal Halaman & Kebun Gudang lokal Halaman & Kebun
Gudang lokal Halaman & Kebun Gudang lokal Halaman & Kebun
Gudang lokal Halaman & Kebun Gudang lokal Halaman & Kebun
Komunitas Jaringan Benih Perbaikan & Pendahuluan Peningkatan dan Pengembangan Pembiakan benih/Perputaran hasil Distribusi Benih & Pertukaran Perluasan & Pelatihan Pemasaran & Pelayanan lain
6 tempat yang memungkinkan bagi terpeliharanya berbagai nilai ekonomis, kesehatan, sosial dan budaya dari berbagai tanaman tersebut. Salinan contoh bisa disimpan di bank benih nasional yang ada. Regenerasi: lantaran rendahnya daya hidup, berbagai contoh tanaman yang tumbuh baik (jika mungkin) atau yang baru bisa dikumpulkan dari situs asalnya. Komunitas bisa bekerjasama dengan berbagai program regenerasi, dan mereka juga bisa melakukan hal itu secara lebih efektif dibanding kelompok-kelompok formal. Benih-benih yang disimpan dalam komunitas bank benih bisa diperbaharui setiap dua hingga empat tahun tergantung pada keadaan-keadaan tempat penyimpanan dan benih yang lama bisa dijual. Dokumentasi: informasi dicatat dengan menggunakan bahasa lokal sehingga berbagai deskripsi tanah dan nama orang bisa dipahami dengan mudah, guna memudahkan penelitian dan regenerasi lebih lanjut. Informasi yang dikumpulkan dari komunitas lokal dengan mempertimbangkan kegunaan langsung (saat ini) dan nilai jangka panjang dari tanaman perlu didokumentasikan. Evaluasi dan pemanfaatan: evaluasi dilakukan bersama dengan komunitas, informasi disebarluaskan kepada mereka, dan contoh-contoh yang disertai keterangan/informasi diberkan secara langsung kepada anggota-anggota komunitaas guna memperbaiki produksinya.
Strategi Manajemen Benih On-Farm (Konservasi Produksi-Penganekaragaman) Salah satu dari strategi-strategi untuk konservasi lahan pertanian dan program pengembangan pola on-farm adalah dengan belajar memahami terlebih dulu berbagai tantangan di wilayah-wilayah sasaran yang potensial untuk dikembangkan, sebelum berinisiatif membuat kegiatan. Informasi dikumpulkan berdasarkan pada berbagai kebutuhan dan tujuan pertani, persyaratan agro-ekologi, distribusi keanekaragaman jenis tanaman di dalam lokasi maupun diluar lokasi, tingkat percampuran dari materi yang dikembangkan di wilayah tersebut, petani-petani, dan strategi pemeliharaannya (Feyissa, 1998). Berdasarkan pada informasi tersebut, mekanisme bisa dirancang agar konservasi dan produksinya bisa terkait dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dari para petani. Kebutuhan dan tujuan para petani sangatlah bervariasi tergantung pada sistem benih lokal, lagi pula hal itu ikut menentukan strategi manajemen on-farm bagi keanekaragaman tanaman, Semisal, pada saat keanekargaman gen tanaman masih banyak terdapat di lahan pertanian, langkah utama untuk pelaksanaan manajemennya adalah dengan cara mengembangkan sistem kompetitif bagi petani untuk mengembangkan produksi dan mendukung konservasi dengan menggunakannya secara kontinyu. Bisa dipahami bahwa pengembangan produksi tersebut mengandung resiko kehilangan gen-gen jika tidak berhati-hati dalam penanganannya. Oleh karena itu, standar pemeliharaan yang sistematis dan teliti sangat dibutuhkan. Dalam kasus dimana keanekaragaman gen terancam punah sementara berbagai alternatif pilihan petani kian menyempit, tujuan utamanya adalah mengembalikan keanekaragaman yang hilang dengn mengoptimalkan pilihan pada tingkatan itu. Keberadaan jaringan seperti sistem produksi, pemasaran dan distribusi benih dalam komunitas akan menjadi jalan terbaik bagi penentuan kebutuhan petani lokal. Melalui pendekatan ini, petani akan mampu mengontrol pilihan jenis tanaman dan olahan yang ditargetkan dalam suatu program konservasi, dan merekapun akan siap mengakses tanaman yang telah diadaptasikan dengan kondisi-kondisi lokal dimana ia tumbuh. Para petani juga akan memiliki posisi yang memungkinkan mereka melakukan evaluasi secara kritis atas manfaat relatif dari olahan yang beragam, sehingga pembatasan berkaitan dengan pengembangan hasil olahan akan terlalu mahal dan sulit untuk diadaptasikan.
7 Berbagai Masalah Konservasi Sumber-Sumber Genetik dalam Komunitas Berbagai sistem konservasi dan penggunaan antara yang tradisional dan modern belum terpadukan. Pengetahuan tentang lingkungan alam yang dimiliki komunitas lokal biasanya dianggap remeh dan rendah. Kearifan lokal hilang lebih cepat daripada keanekaragaman gen itu sendiri. Hilangnya sistem manajemen tradisional dan bentuk-bentuk kehidupan lain yang dikembangkan dan digunakan oleh masyarakat lokal merupakan ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati. Praktek-praktek lokal untuk pelestarian keanekaragaman hayati semakin hilang dengan tidak adanya tempat bagi kebudayaan asli dan hasil olahan mereka lantaran semakin meluasnya dampak ekonomi pasar global. Klaim kesejahteraan yang sah bagi masyarakat lokal dan pengakuan bebas atas hak-hak bagi sumber-sumber tradisional mulai hilang. Manfaat dari sumber-sumber genetik di bawah wilayah konservasi komunitas, biasanya diklaim sebagai milik nasional dan dalam banyak kasus komunitas tidak mendapat banyak keuntungan. Mereka hanya diberi sebagian kecil dari keuntungan, sementara komunitas tersebut menderita kerugian akibat polusi, degradasi lingkungan hidup, dan gangguan satwa pada panennya atau cadangan pangan mereka tanpa ada ganti rugi yang adil.
Point-Pint Penting untuk Pertimbangan Manajemen Pemanfaatan Sumber-Sumber Genetik Dalam Komunitas Keanekaragaman hayati dalam pertanian dapat diselamatkan dengan menggunakan strategi yang berbeda dalam konservasi dan pengembangannya. Namun, tidak ada strategi pun yang mutlak mampu menjaga dan melindungi keanekaragaman, yang dalam penciptaannya dibutuhkan begitu banyak kebutuhan kultural manusia maupun perubahan lingkungan. Sistem-sistem konservasi yang berbeda harus diterapkan suatu cara yang tepat sehingga mereka saling melengkapi dan saling mengisi kekurangan dalam setiap metode yang digunakannya. Keanekaragaman hayati dalam pertanian akan terlindungi dengan baik hanya jika keanekaragaman itu digunakan secara maksimal. Nilai keanekaragaman hayati terletak pada penggunaannya. Hanya dengan ukuran penggunaannyalah, penyelamatan keanekaragaman dinilai cukup. Hanya dalam penggunaan keanekaragaman akan terus terlestarikan, termasuk nilai-nilainya. Apakah keanekaragaman hayati dalam pertanian telah dilindungi sangat tergantung pada siapa yang terlibat dan dimintai pendapat. Semua aspek dalam masyarakat petani, tukang kebun, ahli obat tradisional, pemimpin agama dan lain-lain perlu dilibatkan untuk meyakinkan bahwa seluruh kebutuhan komunitas akan terwakili. Hal itu akan meningkatkan potensi perlindungan bagi sumber-sumber yang tersebar luas di berbagai wilayah di sana. Keanekaragaman pertanian tidak bisa terlindungi tanpa melindungi masyarakat petani. Sebaliknya masyarakat petani tidak bisa diselamatkan tanpa menyelamatkan keanekaragaman. Tantangan utama bagi manajemen keanekaragaman hayati dengan pola on-farm yang berkelanjutan tergantung pada kemampuan untuk membuatnya berdaya dan berdikari secara ekonomi. Dorongan pasar dan instrumen lain selain pasar bagi produksi pertanian dan perluasan pelayanan yang terpadu dan terkait dengan agronomi, sosio ekonomi dan praktek-praktek kebudayaan merupakan elemen penting untuk mempertahankan kelangsungan sistem. Bank benih sebagai sebuah sistem hanya dapat lestari apabila ia bertindak sebagai sistem penyedia benih dalam komunitas, yang mampu memuaskan berbagai kebutuhan dan tujuan petani serta mendukung ketahanan lingkungan hidup di komunitas petani.
8 Pemberdayaan komunitas-komunitas lokal agar mampu mengontrol manajemen sumber-sumber dan memiliki akses pada berbagai sumber yang memiliki bibit-bibit tanaman sangatlah penting untuk mendorong keberhasilan kegiatan komunitas di wilayah ini. Di sini, strategi utamanya harus dikembangkan menjadi sistem persediaan benih lokal dan penggunaan plasma nutfah asli secara berkelanjutan melalui pembentukan jaringan benih dalam komunitas yang dikaitkan dengan tempat-tempat strategis dimana usaha pertanian itu dilakukan. Dasar dari itu semua adalah tanaman pangan tradisional berikut varietas-varietasnya, yang mana keberhasilan panen dan kehidupan para petani gurem tergantung padanya. Perbaikan daya saing melalui konservasi, penigkatan dan penggunaan berbagai bahan secara efektif oleh para petani sangat penting untuk kelestarian sistem. Upaya memfasilitasi pertukaran bahan dan informasi diantara para petani dan komunitas melalui jaringan yang ada juga merupakan hal yang penting. Sistem-sistem pertukaran benih (dan informasi) secara informal dari petani bisa menyalurkan berbagai hal tersebut secara kontinyu hingga mampu melintasi batas-batas geografis (sering melampui target pemerintah). Sistem pertukaran benih yang dinamis ini sering dikaitkan dengan manajeman sumber genetik tanaman lokal yang kuat dan tinggi angka perubahan varietasnya. Petani-petani perempuan memiliki tanggungjawab ganda dan memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup sehari-hari di dalam keluarga petani. Mereka aktif terlibat dalam pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati demi tercapainya ketahanan pangan jangka panjang. Para perempuan memiliki pengetahuan yang berharga tentang berbagai kualitas masakan, perbedaan rasa, kualitas penyimpanan dan lain-lain. Mereka juga banyak menyumbang dalam pengidentifikasian, seleksi dan penyimpanan benih untuk generasi selanjutnya.
Berbagai Saran-Kritis dan Syarat bagi Pembentukan Komplek Komunitas Bank Benih Hal-hal di bawah ini adalah masukan penting bagi suksesnya pelaksanaan jaringan aksi benih, yang didasarkan pada pengalaman para petani yang mengikuti program ketahanan pangan, yang dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai pihak (seperti LSM, pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pengembangan pertanian baik nasional maupun internasional) yang terkait dengan pengembangan pertanian lestari. Meningkatkan kemampuan yang memungkinkan petani mampu mengembangkan praktek budaya tradisonal dan sistem-sistem budidaya keanekaragaman hayati. Mengembangkan sumberdaya manusia dan lembaga-lembaga lokal untuk merencanakan, melaksanakan dan mempertahankan berbagai usaha dan kegiatan pelestarian yang dilakukannya. Orang mungkin melakukan hal itu melalui pelatihan/lokakarya, event-event khusus atapun melalui pelatihan dalam berbagai bidang yang saling berkaitan. Melatih anggota komunitas tentang berbagai kegiatan dalam bank benih seperti keterampilan untuk mengumpulkan, mengolah, melestarikan, bertukar informasi, penghitungan secara sederhana beserta pendokumentasiannya. Melatih para petani (pemimpin petani) untuk berpartisipasi dalam perbaikan lahan (seperti seleksi asal-usul tanah secara sederhana), produksi benih, pembersihan dan pembiakan, penyebaran informasi serta pelatihan bagi petani lain. Memberikan informasi/pelatihan tentang konservsi sumber-sumber genetik oleh petani (benih- benih), usaha peningkatan dan penggunaan berbagai pendekatan dan praktek pemanfaatannya. Memfasilitasi pertukaran budaya terutama dalam ketahanan pangan dan persoalan keanekaragaman hayati serta pertukarannya diantara para petani.
9 Mengembangkan akses terhadap pasar. Pengembangan strategi pemasaran dan nilai tambah produk-produk pertanian sangat penting untuk mencipatakan stimulus (mengatasi kelesuan) demi peningkatan panen yang berlimpah dan perluasan sumber-sumber makanan bagi daerah target serta peningkatan penghasilan. Mengembangkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam penelitian yang adaptif (pengolahan lahan). Dalam hal ini, petani diajak berpartisipasi dalam penelitian, observasi dan kegiatan untuk meningkatkan benih lokal (bersama para ilmuwan); dan dalam membangun wilayah pertanian yang ada, untuk memperluas sumber dasar pangan melalui pengenalan kembali hasil pertanian dan sumber lain (pertukaran). Selain itu, berbagai uji-coba adaptif pada berbagai metode kebudayaan guna membangun praktek pertanian yang telah ada menjadi tolok ukur yang penting bagi peningkatan sistem produksi pangan di wilayah-wilayah yang ditargetkan. Mengembangkan kemampuan dalam berbagai pelayanan secara berkelanjutan. Agar penduduk pedusunan di dunia ketiga memanfaatkan sumber-sumber yang berlimpah di wilayah mereka secara efektif maupun memenuhi potensi produktif dan kesejahteraan mereka, mereka memerlukan berbagai kondisi dan pelayanan yang memungkinkan mereka berdaya, dan setiap pelayanan tersebut haruslah berkelanjutan. Hal itu meliputi berbagai tolok ukur berikut: mendorong munculnya inisiatif-inisiatif komunitas untuk keuangan berkelanjutan; mengembangkan tabungan dan kredit koperasi masyarakat dan bentuk-bentuk layanan lainnya yang dapat digabungkan dengan tiruan komunitas bank benih, distribusi benih, pemrosesan dan pemasaran produk (termasuk produk-produk yang bernilai tambah). Mengembangkan fasilitas-fasilitas, semisal fasilitas komunikasi. Jaringan dengan beragam inisiatif lokal, tanaman budidaya, dan kekayaan agro-ekologi dalam sebuah lingkup kerja sangat penting bagi perluasan sudut pandang. Aktivitas jaringan komunikasi bank benih (di SEA, misalnya) seperti: partisipasi program pengembangan lahan (misalnya dengan kerjasama lembaga-lembaga lokal, nasional dan regional) termasuk variasi hasil pertanaian (umbi-umbian, biji-bijian dan serealia) mengarahkan perbincangan pada persoalan gizi, atau pemenuhan kesenjangan yang besar dalam ketersediaan sumber dasar pangan dan akhirnya tentang bagaimana membangun hubungan antar petani di wilayah-wilayah dimana program dilaksanakan (masyarakat, nasional dan daerah) Advokasi Lebih dari satu dekade lalu, telah menjadi kepercayaan umum bahwa berbagai program pembangunan berdampak pada keanekaragaman hayati untuk pangan dan pertanian secara sistem lingkungan hidup. Oleh karenanya, program itu seharusnya berperan dan memberi masukan bagi komunitas pedesaan sebagai prioritas utamanya. Pada saat yang sama, pemerintah terus menerus membuat kebijakan yang memacu munculnya tekanan pasar internasional berikut implikasi kerusakan yang potensial bagi hak-hak lokal dan keamanan pangan. Hal itu sangat mempengaruhi kemampuan komunitas lokal dan kelompok-kelompok yang bekerjasama dengan mereka, untuk meneruskan pengembangan sistem lingkungan hidup yang lestari berdasarkan pada keanekaragaman hayati. Selain itu, upaya menumbuhkan kesadaran diantara pihak-pihak yang terlibat melalui advokasi maupun berbagai bentuk kegiatan lainnya pun menjadi sangat penting. Kegiatan advokasi dilakukan (baik secara langsung ataupun dukungan langsung) terutama melalui pemberdayaan komunitas yang memungkinkan petani mampu untuk berbagai hal berikut: mengembangkan produktivitas dan pasar bagi produk-produk mereka sehingga dapat meningkatkan penghasilan secara berkelanjutan; memiliki akses dan kontrol atas sumber-sumber benih dan alat-alat produksi mereka; mengontrol penggunaan tanaman atau keanekaragaman hayati dan lain-lain. Hal itu akan memberikan sumbangan penting bagi perubahan kebijakan atau pelaksanaan hukum-hukum dalam hak-hak komunitas, yang dikebanyakan negara berkembang telah diberlakukan Komunitas Bank Benih (KBB). Penting juga kiranya menciptakan insentif-
10 insentif (atau pemecahan kelesuan pasar). Dalam hal ini, pemeliharaan (atau pemasaran) hasil produksi pertanian yang tidak sesuai boleh jadi akan memunculkan tekanan serius.