Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pemuliaan tanaman adalah kegiatan mengubah susunan genetik individu


maupun populasi tanaman untuk suatu tujuan. Seringkali pemuliaan tanaman
disamakan dengan penangkaran tanaman yang mana kegiatan memelihara
tanaman untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian. Padahal kegiatan
penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan.
Beda halnya dengan pelaku dari pemuliaan tanaman yang disebut pemulia
tanaman. Karena didasarkan pada pengetahuannya, biasanya seorang pemulia
tanaman dapat menguasai genetika serta agronomi. Seorang pemulia tanaman
dapat merakit kultivar dengan lebih baik dan memiliki ciri-ciri yang khas.
Selain melakukan penangkaran, pemuliaan berusaha memperbaiki mutu
genetik sehingga diperoleh tanaman yang lebih bermanfaat. Pengetahuan
mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman dalam budidaya tanaman
merupakan hal yang paling menentukan keberhasilan usaha pemuliaan, sehingga
buku-buku teks seringkali menyebut pemuliaan tanaman sebagaisenidanilmu
memperbaiki keturunan tanaman demi keselamatan manusia.
Melalui kegiatan pemuliaan, diharapkan dapat dihasilkan beragam kultivar
unggul baru, selain memiliki produktivitas yang tinggi, juga memiliki beberapa
karakter lain yang mendukung upaya peningkatan kualitas dan daya
saing. Pemuliaan tanaman sendiri didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan
penelitian dan pengembangan genetik tanaman (modifikasi gen ataupun
kromosom) untuk merakit kultivar/varietas unggul yang berguna bagi kehidupan
manusia. tujuan umum dalam pemuliaan tanaman yaitu, peningkatan kepastian
terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.
Peningkatan kepastian terhadap hasil biasanya diarahkan pada peningkatan daya
hasil, cepat dipanen, ketahanan terhadap organisme pengganggu atau kondisi alam
yang kurang baik bagi usaha tani, serta kesesuaian terhadap perkembangan
teknologi pertanian yang lain. Hasil yang tinggi menjamin terjaganya persediaan
bahan mentah untuk diolah lebih lanjut.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan informasi


mengenai teknologi pemuliaan yang dapat membuat tanaman tahan hama dan
tahan akan cekaman lingkungan.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai perpaduan seni dan ilmu


pengetahuan yang mempelajari bagaimana memperbaiki genotipe tanaman dalam
populasi sehingga lebih bermanfaat bagi manusia. Pada awal perkembangan
pemuliaan tanaman hanya didasarkan pada seni saja. Pemuliaan tanaman telah
lahir sejak dikenalnya bahan pertanian, yaitu sejak manusia hidup dengan cara
mengumpulkan bahan makanan dari alam, berpidah-pindah menjadi menetap
sambil bertanam dan beternak. Pada waktu itu orang memilih jenis tanaman atau
variasi antar tanaman yang lebih berguna. Pemilihan dalam populasi tanaman
didasarkan atas perasaan, keterampilan, kemampuan serta petunjuk yang terlihat
pada tanaman. Tanaman yang terpilih selanjutnya dikembangbiakkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan petani.
Jadi memilih (seleksi) dan memelihara (domestikasi) merupakan metode
pemuliaan tanaman yang lahir pertama kali. Walaupun didasarkan atas seni,
namun hasil pemuliaan tanaman di jaman dahulu cukup menakjubkan. Sejak
lahirnya teori Seleksi Alam dan Evolusi yang dikemukakan oleh Darwin (1858)
dalam Sudarka (2009) , dan diketemukannya prinsip-prinsip penurunan sifat pada
organisme oleh Gregor Mendel (1866) dalam Sudarka (2009), para ahli banyak
melakukan penelitian untuk mendapatkan varietas baru, berdasarkan atas seleksi
keturunan. Dengaan dukungan ilmu-ilmu lain seperti: Botani, Fisiologi,
Morfologi, Taksonomi, Sistimatik, Hama dam Penyakit, Statistik, Biokimia dan
lain-lain, pemuliaan tanaman senbagai ilmu berkembang dengan pesat.
Pemuliaan tanaman sebagai ilmu telah berkembang berdasarkan teori-teori
dan hasil riset yang disusun dengan baik. Akhirnya pemuliaan tanaman
didifinisikan sebagai suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman
genetic menjadi suatu bentuk yang lebih bermanfaat bagi manusia. Seleksi yang
artinya memilih dilakukan pada setiap tahap program pemuliaan , seperti: memilih
plasma nutfah yang akan dijadikan tetua, memilih metode pemuliaan yang tepat,
memilih genotipe yang akan diuji, memilih metode pengujian yang tepat, dan
memilih galur yang akan dilepas sebagai varietas.
Seleksi dapat dilakukan secara efektif pada populasi tergantung pada
tempat dan waktu. Perbaikan tanaman pada dasarnya tergantung dari penyusun
suatu populasi yang terdiri dari individu-individu dengan genetik berbeda. Seleksi
pada umumnya dilakukan untuk memilih tanaman sebagai tetua/ parental, dan
mencegah tanaman lain yang berpenampilan kurang baik sebagai tetua. Strategi
perbaikan populasi ini terdiri dari dua pekerjaan yang berlawanan, yaitu: a).
pengumpulan atau mempertahankan keragaman di dalam populasi, dan b). seleksi
yang mengarah pada pengurangan keragaman. Selama beberapa tahun terakhir,

2
seterategi pemuliaan telah berubah dari pendekatan genetika klasik ke pendekatan
baru. Pendekatan klasik dimaksudkan sebagai usaha memindahkan gen-gen
pengatur sifat tertentu dari beberapa plasma nutfah, ke dalan galur/varietas yang
ingin diperbaiki. Pendekatan baru dimaksudkan sebagai pemuliaan populasi,
dimana seluruh populasi tanaman dipandang sebagai satuan pemuliaan, dan bukan
individu-individu tanaman. Varietas unggul baru dihasilkan dari komponen
populasi asal yang beraneka. Pendekatan baru merupakan evolusi terarah, yang
tidak hanya memanfaatkan pengaruh gen major saja, tetapi juga gen minor.
Dengan pendekatan populasi, pemuliaan tanaman didifinisikan sebagai
pengurangan frekuensi gen jelek dan peningkatan prekuensi gen baik.
Suatu keputusan penting yang pertama diambil dalam setiap program
pemuliaan adalah pemilihan plasma nutfah. Plasma nutfah dimaksudkan sebagai
suatu substansi yang terdapat dalam setiap kelompok mahluk hidup dan
merupakan sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau
dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Plasma nutfah meliputi
segala kultivar unggul masa kini atau masa lampau, kultivar primitive, jenis yang
sudah dimanfaatkan tetapi belum dibudidayakan, kerabat liar, jenis budidaya atau
jenis piaraan. Apabila program pemuliaan tanaman mempunyai tujuan yang luas,
maka plasma nutfah yang diinginkan mempunyai keragaman genetik, adaptasi
luas, relative tahan terhadap hama dan penyakit tertentu. Tetapi bila program
pemuliaan tanaman mempunyai tujuan khusus, informasi yang diperlukan adalah
potensi hasil relative dari masing-masing plasma nutfah. Pemilihan yang
bijaksana terhadap plasma nutfah permulaan merupakan faktor penting untuk
keberhasilan program itu. Pemilihan metode pemuliaan juga merupakan tanggung
jawab penting dari pemulia tanaman. Suatu metode telah diketahui efisien baik
dengan percobaan atau teoritis untuk \ tanaman tertentu, mngkin tidak berlaku
untuk semua situasi. Effisiensi suatu metode dapat di pengaruhi oleh linkage,
intensitas seleksi, besarnya populasi, heritabilitas, dan peran gen (gen action).
Waktu yang dibutuhkan untuk setiap siklus pemuliaan harus diperhitungkan.
Misalnya di daerah tropika, mungkin diperoleh dua atau tiga generasi setiap tahun,
sedang di daerah beriklim sedang mungkin hanya satu kali setahun.

2.2. Tujuan pemuliaan tanaman


Tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk menciptakan jenis unggul atau
jenis superior yang yang sudah ada dan mempunyai sifat-sifat seperti :
a) Jenisnya murni
b) Resisten terhadap hama dan penyakit
c) Respon terhadap pemupukan
d) Mempunyai sifat-sifat agronomis yang disukai
e) Daya adaptasi yang besar
f) Mempunyai daya atau kemampuan menghasilkan yang tinggi

3
Sebagai tujuan akhir dalam pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan sifat
dan hasil yang lebih baik yaitu mempunyai kuantitas baik dan kualitas yang baik.

2.3 Macam-macam Pemuliaan Tanaman


Keragaman genetik sebagai modal dalam pelaksanaan program pemuliaan
tanaman.Keragaman genetik yang terjadi adanya variabilitas tanaman sebagai
sumber plasma nutfah.Untuk menambah variabilitas tanaman dapat dilakukan
dengan :
1. Mengadakan koleksi tanaman
Koleksi dilakukan dengan tukar menukar tanaman, membeli, mencari ke daerah-
daerah. Bahan tersebut dibawa untuk di pelihara dan dikembangkan. Jenis-jenis
langka biasanya mendapatkan perhatian yang lebih besar untuk dijaga
kelestariannya.
2. Introduksi tanaman
Merupakan usaha untuk mendatangkan tanaman dari negara lain atau dari tempat
asal tumbuhnya ke suatu daerah yang baru. Oleh karena itu, tanaman tersebut
harus mengalami aklimatisasi / adaptasi. Proses ini merupakan proses seleksi
alam. Bahan yang merupakan introduksi seperti biji, bagian vegetatip tanaman
dsb. Biasaya tanaman yang diintroduksi tidak hanya tanaman yang
dibudidayakan, tetapi jenis tanaman liar karena sulit didapat. Material yang
diintroduksi berupa biji mudah pengirimannya, utuk yang berupa vegetatip seperti
bulbus, kormus dalam kead sudah dikeringkan dan memerlukan kemasan yang
khusus dan pengirimannya harus cepat. Tanaman yang diintroduksi disertai
keterangan singkat tentang cara pemeliharaan dan persyaratan tumbuh.
Introduksi selain menambah variabilitas tanaman ada manfaat lain seperti :
1. Memajukan bidang industri adanya tanaman industri seperti kehutanan,
obat-obatan.
2. Memenuhi kebutuhan aestetika dengan mendatangkan tanaman
ornamental untuk koleksi kebun, taman, gedung, hotel untuk keindahan.
3. Untuk mempelajari asal, distribusi, klasifikasi dan evolusi
4. Untuk meningkatkan mutu tanaman.

2.3 Strategi dasar pemuliaan tanaman


Pemuliaan tanaman mencakup tindakan penangkaran koleksi
bahan/material pemuliaan (dikenal pula sebagai plasma nutfah atau germplasms),
penciptaan kombinasi sifat-sifat baru (biasanya melalui persilangan yang intensif),
dan seleksi terhadap bahan yang dimiliki. Semua tindakan ini dilakukan setelah
tujuan spesifik program pemuliaan ditentukan sebelumnya.

A.Koleksi plasma nutfah


Plasma mutfah adalah bahan baku dasar pemuliaan karena di sini
tersimpan berbagai keanekaragaman sifat yang dimiliki oleh masing-masing

4
nomor koleksi (aksesi). Tanpa keanekaragaman, perbaikan sifat tidak mungkin
dilakukan.
Usaha pencarian plasma nutfah baru berarti eksplorasi ke tempat-tempat
yang secara tradisional menjadi pusat keanekaragaman hayati (atau hutan) atau
dengan melakukan pertukaran koleksi. Lembaga-lembaga publik seperti IRRI dan
CIMMYT menyediakan koleksi plasma nutfah bagi publik secara bebas bea,
namun untuk kepentingan bisnis diatur oleh perjanjian antara pihak-pihak yang
terkait.

B.Peningkatan keragaman (variabilitas) genetic


Apabila aksesi tidak ada satu pun yang memiliki suatu sifat yang
diinginkan, pemulia tanaman melakukan beberapa cara untuk merakit individu
yang memiliki sifat ini. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah introduksi
bahan koleksi, persilangan, manipulasi kromosom, mutasi dengan paparan
radioaktif atau bahan kimia tertentu, penggabungan (fusi) protoplas/inti sel,
manipulasi urutan gen, transfer gen, dan manipulasi regulasi gen.
Empat cara yang disebut terakhir kerap dianggap sebagai bagian dari bioteknologi
pertanian (green biotechnology). Tiga cara yang terakhir adalah bagian dari
rekayasa genetika dan dianggap sebagai "pemuliaan tanaman molekular" karena
menggunakan metode-metode biologi molekular.

C. Introduksi
Mendatangkan bahan tanam dari tempat lain (introduksi) merupakan cara
paling sederhana untuk meningkatkan keragaman (variabilitas) genetik. Seleksi
penyaringan (screening) dilakukan terhadap koleksi plasma nutfah yang
didatangkan dari berbagai tempat dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda.
Pengetahuan tentang pusat keanekaragaman (diversitas) tumbuhan penting untuk
penerapan cara ini. Keanekaragaman genetik untuk suatu spesies tidaklah sama di
semua tempat di dunia. N.L. Vavilov, ahli botani dari Rusia, memperkenalkan
teori "pusat keanekaragaman" (centers of origin) bagi keanekaragaman tumbuhan.
Contoh pemuliaan yang dilakukan dengan cara ini adalah pemuliaan untuk
berbagai jenis tanaman buah asli Indonesia, seperti durian dan rambutan, atau
tanaman pohon lain yang mudah diperbanyak secara vegetatif, seperti ketela
pohon dan jarak pagar. Introduksi dapat dikombinasi dengan persilangan.

D. Persilangan
Malai padi dibungkus dengan kertas pelindung untuk mencegah
penyerbukan yang tidak dikehendaki. Persilangan masih menjadi tulang punggung
industri perbenihan sampai saat ini. Persilangan merupakan cara yang paling
populer untuk meningkatkan variabilitas genetik,bahkan sampai sekarang karena
murah, efektif, dan relatif mudah dilakukan.

5
E. Manipulasi kromosom
Yang termasuk dalam cara ini adalah semua manipulasi ploidi, baik
poliploidisasi (penggandaan genom) maupun pengubahan jumlah kromosom.
Gandum roti dikembangkan dari penggabungan tiga genom spesies yang berbeda-
beda. Semangka tanpa biji dikembangkan dari persilangan semangka tetraploid
dengan semangka diploid. Pengubahan jumlah kromosom (seperti pembuatan
galur trisomik atau monosomik) biasanya dilakukan sebagai alat analisis genetik
untuk menentukan posisi gen-gen yang mengatur sifat tertentu. Galur dengan
jumlah kromosom yang tidak berimbang seperti itu mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya. Teknik pemuliaan ini sebenarnya juga mengandalkan
persilangan dalam praktiknya.

F. Pemuliaan dengan bantuan mutasi


Pemuliaan tanaman dengan bantuan mutasi (dikenal pula sebagai
pemuliaan tanaman mutasi) adalah teknik yang pernah cukup populer untuk
menghasilkan variasi-variasi sifat baru. Teknik ini pertama kali diterapkan oleh
Stadler pada tahun 1924124 tetapi prinsip- prinsip pemanfaatannya untuk
pemuliaan tanaman diletakkan oleh Åke Gustafsson dari Swedia. Tanaman
dipaparkan pada sinar radioaktif dari isotop tertentu (biasanya kobal-60) dengan
dosis rendah sehingga tidak mematikan tetapi mengubah sejumlah basa DNA-nya.
Mutasi pada gen akan dapat mengubah penampilan tanaman.

Pada tanaman yang dapat diperbanyak secara vegetatif, induksi jaringan


kimera sudah cukup untuk menghasilkan kultivar baru. Pada tanaman yang
diperbanyak dengan biji, mutasi harus terbawa oleh sel-sel reproduktif, dan
generasi selanjutnya (biasa disebut M2, M3, dan seterusnya) diseleksi.

G. Manipulasi gen dan ekspresinya


Metode-metode yang melibatkan penerapan genetika molekular masuk
dalam kelompok ini, seperti teknologi antisense, peredaman gen (termasuk
interferensi RNA), rekayasa gen, dan overexpression. Meskipun teknik-teknik ini
telah diketahui berhasil diterapkan dalam skala percobaan, belum ada kultivar
komersial yang dirilis dengan cara-cara ini.

H. Transfer gen
Transfer gen sebagai alat untuk menghasilkan keragaman genetik tanaman
mulai dikembangkan sejak 1980-an, setelah orang menemukan enzim
endonuklease restriksi dan mengetahui cara menyisipkan fragmen DNA
organisme asing ke dalam kromosom penerima, dan diciptakannya alat
sekuensing DNA. Teknik transfer gen juga memerlukan keterampilan dalam
budidaya jaringan untuk mendukung proses ini. Karena memerlukan biaya sangat
tinggi, hanya industri agrokimia yang sanggup menggunakan metode ini. Akibat
dari hal ini berkembanglah isu "penguasaan gen" sebagai isu politik baru karena

6
gen-gen "buatan" dan kultivar yang dihasilkan dikuasai oleh segelintir perusahaan
multinasional besar.
Dalam transfer gen, fragmen DNA dari organisme lain (baik mikroba,
hewan, atau tanaman), atau dapat pula gen sintetik, disisipkan ke dalam tanaman
penerima dengan harapan gen "baru" ini akan terekspresi dan meningkatkan
keunggulan tanaman tersebut. Strategi pemuliaan ini banyak mendapat
penentangan dari kelompok-kelompok lingkungan karena kultivar yang dihasilkan
dianggap membahayakan lingkungan jika dibudidayakan. Penyisipan gen
dilakukan melalui berbagai cara: transformasi dengan perantara bakteri penyebab
puru tajuk Agrobacterium (terutama untuk tanaman non- monokotil),
elektroporasi terhadap membran sel, biobalistik (penembakan partikel), dan
transformasi dengan perantara virus.

2.4. Tanaman Tahan Hama


Kehadiran teknologi rekayasa genetik memberikan wahana baru bagi
pemulia tanaman untuk memperoleh kelompok gen baru yang lebih luas. Gen
yang ditransfer ke dalam genom suatu tanaman untuk membentuk tanaman
transgenic bisa berasal dari spesies lain seperti bakteri, virus atau tanaman. Gen
yang diperoleh dengan jalan sintesis secara kimia juga berhasil ditransformasikan
ke tanaman. Pada dasarnya gen yang ditransfer tersebut haruslah gen yang
bermanfaat yang belum ada atau belum dimiliki oleh tanaman. Hal ini
menggambarkan kekuatan dari rekayasa genetik dalam memperlebar lingkup atau
kisaran transfer gen di luar jangkauan pemuliaan konvensional. Teknik rekayasa
genetik dapat digunakan sebagai mitra dan pelengkap teknik pemulia tanaman
yang sudah mapan dan telah digunakan selama bertahuntahun (Herman, 1996).
Dalam memproduksi tanaman transgenik melibatkan beberapa tahap
dalam teknik biologi molekuler dan seluler (Herman, 1996). Suatu sifat yang
diinginkan harus dipilih dan gen yang mengatur sifat tersebut harus diidentifikasi.
Apabila gen yang diinginkan belum tersedia, maka harus diisolasi dari organism
donor. Organisme donor bisa berasal dari virus, bakteri, jamur, serangga atau
hewan. Supaya gen tersebut dapat berfungsi maka harus dimodifikasi secara
molekuler, yaitu harus mengandung daerah pengaturan (regulatory region), se-
hingga dapat diekspresikan di tanaman dengan tepat dan benar (Bennet, 1993;
Watson et al., 1992). Gen yang sudah diisolasi harus di-konstruksi dalam suatu
vektor plasmid untuk ditransfer ke tanaman melalui suatu teknik transfer gen.
Plasmid yang digunakan untuk transformasi tanaman tidak hanya mengandung
gen dari sifat yang di-inginkan tetapi juga gen markah untuk seleksi, seperti gen
ketahanan terhadap herbisida atau antibiotik. Gen markah tersebut akan
memudahkan seleksi sel atau jaringan yang tertransformasi. Untuk keberhasilan
suatu transformasi, rangkaian gen yang diintroduksi ke tanaman harus dapat
diinsersikan ke genom tanaman, diekspresikan, dan tetap terpelihara dalam
seluruh pro-ses divisi sel berikutnya. Pada tahap terakhir, sel atau jaringan

7
tanaman yang ditransformasi harus dapat di-regenerasi menjadi suatu tanaman.
Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara organogenesis atau
embryogenesis (Sticklen, 1991; Zhong et al., 1991; 1992).
Tanaman transgenik perlu dikarakterisasi secara molekuler untuk
mengkonfirmasi integritas gen yang diintroduksi dan menentukan jumlah kopinya
di dalam genom tanaman. Tanaman tersebut juga perlu dikarakterisasi secara
biokimia untuk menentukan apakah gen tersebut berfungsi dengan benar. Setelah
tahapan biologi seluler dan molekuler dilalui, tanaman transgenic perlu
dikarakterisasi sifat yang diinginkan di laboratorium dan rumah kaca (Herman,
1999). Untuk mengkonfirmasi apakah sifat baru yang diinginkan tersebut dapat
diturunkan maka perlu dilakukan per-silangan genetik.

2.5. Tanaman Tahan Cekaman


Dalam siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen,
tanaman selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses metabolisme tanaman
dapat berlangsung tanpa air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan
selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses
fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor
lingkungan. Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui penyerapan oleh
akar. Besarnya air yang diserap oleh akar tanaman sangat bergantung pada kadar
air dalam tanah yang ditentukan oleh kemampuan partikel tanah menahan air dan
kemampuan akar untuk menyerapnya (Jumin, 1992).
Air merupakan penting dalam proses pertumbuhan semua makhluk hidup
termasuk tumbuhan, fungsi air pada tumbuhan adalah sebagai berikut : 1)
Penyusun tubuh tanaman (70%-90%), 2) Pelarut dan medium reaksi biokimia. 3)
Medium transpor senyawa, 4) Memberikan turgor bagi sel (penting untuk
pembelahan sel dan pembesaran sel), 5) Bahan baku fotosintesis dan 6) Menjaga
suhu tanaman supaya konstan. Dalam jumlah terlalu banyak (menimbulkan
genangan) sering menimbulkan cekaman aerasi dan saat jumlahnya terlalu sedikit,
sering menimbulkan cekaman kekeringan sehingga diperlukan upaya pengaturan
lengas tanah supaya optimum, melalui pembuatan saluran drainase (mencegah
terjadinya genangan) maupun saluran irigasi (mencegah cekaman kekeringan) .

Kekeringan menimbulkan cekaman bagi tanaman yang tidak tahan kering


Kekeringan terjadi jika lengas tanah lebih rendah dari titik layu tetap . Kondisi
tersebut timbul karena tidak adanya tambahan lengas baik dari air hujan maupun
irigasi sementara evapotranspirasi tetap berlangsung. Cekaman kekeringan
merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan iar
akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media tanam. Menurut kramer
( 1980 ), levitt ( 1980 ), harjadi dan yahya ( 1988 ) bahwa cekaman kekeringan
biasa di sebut dought stess pada tanaman dapat di sebabkan dua hal yaitu (1)
kekurangan suplai air di daerah perakaran dan (2) permintaan air yang berlebihan

8
oleh daun akibat laju evaoptranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar
tanaman, walaupun keadaan air tanah tersedia cukup. Pada lahan kering, cekaman
kekeringan pada tanaman terjadi karena suplai air yang tidak mencukupi. Batasan
kekeringan adalah suatu periode dalam pertumbuhan tanaman di mana terjadi
defisiensi air tanaman atau air tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.

Apabila tanaman kehilangan lebih dari separoh air jaringannya dapat


dikatakan bahwa tanaman mengalami kekeringan .Pertumbuhan dan hasil tanaman
tidak hanya dipengaruhi oleh cekaman kekeringan, merupakan hasil integrasi dari
semua pengaruh cekaman pada proses fotosintesis, respirasi, metabolisme
pertumbuhan, dan reproduksi. Untuk mengetahui kekeringan perlu di perhatikan
beberapa proses fisiologi tumbuhan untuk mengetahui dampak kekeringan yang
dapat diukur: tekanan turgor, bukaan stomata, laju metabolisme, kerusakan enzim,
dan kerapatan akar Faktor yang mempengaruhi penurunan pertumbuhan secara
langsung bukan potensial air, tetapi potensial osmotik atau tekanan turgor.

Tekanan turgor sel tanaman akan mempengaruhi aktivitas fisiologis antara


lain pengembangan daun, bukaan stomata, fotosintesis, dan pertumbuhan akar
Pada tanaman yang tahan cekaman kekeringan, tekanan turgor daun tetap
dipertahankan meskipun kandungan lengas tanah maupun air jaringan menurun.
Hal ini terjadi melalui penurunan potensial osmotik daun yang disebut
penyesuaian osmotik Penyesuaian osmotik dapat dilakukan melalui akumulasi
atau sintesis zat terlarut yang menurunkan potensial solut dan mempertahankan
turgor sel Zat yang sering dihasilkan tanaman untuk penyesuaian osmotik pada
tanaman yang tahan cekaman kekeringan adalah senyawa prolin yang
terakumulasi di jaringan daun Kandungan prolin pada daun yang mengalami
cekaman kekeringan 10 – 100 kali lipat dibandingkan tanaman yang kecukupan
air Pada tanaman yang mengalami cekaman, prolin merupakan komponen asam
amino terbesar dalam jaringan (30% dari total nitrogen terlarut).
Peranan prolin adalah sebagai penampung nitrogen dari berbagai senyawa
nitrogen yang berasal dari kerusakan protein, sebagai senyawa pelindung untuk
mengurangi pengaruh kerusakan cekaman air di sel. Begitu tanaman terlepas dari
cekaman air, senyawa prolin akan segera terdegradasi menjadi glutamat.

9
BAB 3
PEMBAHASAN

Dengan kemajuan zaman dan diiringi oleh iklim yang tidak dapat ditebak,
kini mulai bermunculan peneliti-peneliti yang mengembangkan teknik-teknik
pemuliaan demi terciptanya tanaman yang unggul salah satunya tahan terhadap
hama dan cekaman lingkungan. Salah satu contoh dari tanaman tersebut adalah
Jagung Transgenik. Jagung trangenik mungkin sedikit awam didengar ditengah
masyarakat, apalagi ditengah ketakutan masyarakat akan hasil-hasil transgenic
yang diduga akan menyebabkan timbulnya penyakit baru. Namun, jika produksi
transgenic dijaga keamanannya hasil tanaman transgenic pun akan sangat
menguntungkan bagi manusia. Jagung transgenic disini merupakan jagung yang
disisipi bakteri Bacillus thuringiensis. Bakteri ini merupakan predator bagi hama,
sehingga jagung yang disisipi gen Bt akan tahan terhadap serangan hama.
Gen Bt menyebabkan jagung menghasilkan protein Kristal atau Crystal
protein (Cry) yang merupakan protein endotoksin dan bersifat racum pada
serangga. Protein endotoksin ini bersifat racun bagi serangga akan tetapi Cry ini
tidak melekat pada pencernaan mamalia sehingg hewan ternak dan manusia tetap
bisa untuk memakan jagung ini. Penggunaan gen Bt terhadap jagung membuat
penggunaan pestisida menurun, sehingga residu pestisida pada tanaman sedikit.
Negara yang banyak menggenakan jagung ini adakah negara Amerika. Hampir
setengah pertanian jagung Amerika merupakan jagung trasgenik yang disisipi
bakteri Bt. Selain itu, jagung ini pun ternyata sudah menyebab ke seluruh dunia,
hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui bahwa jagung ini merupakan
haril transgenetik. Selain jagung, beberapa tanaman juga mulai dikembangkan
hasil transgenetiknya beberapa diantaranya adalah padi dan kedelai. Hal tersebut
dilakukan karena permintaan yang semakin banyak sedangkan iklim yang
semakin tak mendukung. Kejadian-kejadian tersebut membuat ketidak adanya
keseimbngan jika hanya mengandalkan teknik konvensional sehingga terciptalah
tanaman hasil rekayasa genetic, muali dari Jagung Bt, Padi tahan cekaman,
kedelai transgenic dan lain sebagainya

10
BAB 4
PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Pemuliaan tanaman adalah perpaduan seni dan ilmu dalam memperbaiki pola
genetik dari populasi tanaman. Jadi ilmu pemuliaan tanaman merupakan
perpaduan suatu ilmu dan seni dalam memanipulir gen. Ilmu ini berdasarkan
pengetahuan dasar mengenai genetika.
2. Pemuliaan tanaman dapat menjadi jalan untuk mengambangkan pertanian yang
sehat tanpa bahan kimia.
3. Tanaman tahan hama dan cekaman dihasilkan dari penyisipan gen makhluk
hidup lain ataupun persilangan genetic dengan tanaman lain.
4. Pemilihan plasma nutfah yang baik akan menentukan hasil dari pemuliaan ini.

11

Anda mungkin juga menyukai