Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN
Hewan dan tumbuhan sangat penting bagi kehidupan manusia sehingga selalu dicari cara untuk
memperoleh hasil seoptimal mungkin dari hewan dan tanaman yang dibudidayakan. Di antaranya,
ditempuh melalui teknik budidaya yang baik dan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai dengan
harapan manusia. Oleh karena itu, perlu adanya usaha pengembangan yang modern guna mencukupi
gizi dan memenuhi permintaan pasar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu bentuk projek
pengembangan flora yang paling menjanjikan adalah dengan bioteknologi.
Kemajuan bioteknologi sangat pesat sehingga kita sebenarnya dapat melihatnya sebagai
gelombang baru perkembangan teknologi di dunia, setelah teknologi informasi dan komputer yang
dampaknya sangat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tulisan di berbagai media masa
dikemukakan seolah-olah bioteknologi itu merupakan 'sesuatu yang baru'. Namun sebenarnya
bioteknologi ini sudah tua tetapi sekaligus juga baru; suatu iptek tua yang menjadi muda berkat
sebuah revolusi ilmu pengetahuan, terutama dalam perkembangan teknologi DNA rekombinan atau
rekayasa genetika.
Bioteknologi modern lahir pada tahun 1970-an setelah dikembangkan teknik rekayasa terhadap
materi genetik (DNA), yang disebut teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika.
Berkembangnya teknologi ini dimungkinkan oleh kemampuan mengisolasi, memotong, menyambung
dan menggabungkan DNA di laboratorium, serta memasukkannya ke dalam organisme inang
(umumnya bakteri atau virus) untuk diperbanyak atau dilakukan kloning. Selanjutnya materi genetik
yang sudah dimanipulasi itu dapat dipindahkan ke makhuk hidup yang hendak direkayasa untuk
menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat sesuai kebutuhan manusia.
Dengan demikian, melalui teknologi ini orang mampu menciptakan sifat (karakter) baru pada
suatu mikroorganisme, tanaman ataupun hewan, serta memindahkan karakter dari satu jenis makhluk
hidup ke makhluk hidup lain, bahkan yang berjauhan secara filogenik. Contohnya, kemampuan
memproduksi protein berupa Bt-toxin (racun pembunuh serangga hama) yang secara alami terdapat
pada bakteri Bacillus thuringiensis dapat dipindahkan ke tanaman kedelai, jagung dan kapas, dengan
mentransfer gen penentunya ke dalam tanaman-tanaman tersebut (Giddings et al, 2000; High et al,
2004). Contoh lainnya, berbagai jenis vaksin yang umumnya diproduksi dengan menggunakan hewan,
saat ini dapat juga diproduksi pada tanaman pisang, tomat, kentang dan tembakau (Daniell et al, 2001;
Sala et al, 2003), sehingga vaksinasi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang berasal
dari tanaman yang sudah direkayasa itu. Contoh-contoh yang telah dikemukakan itu tidak mungkin
dapat dilakukan sebelumnya dengan pemindahan gen dan karakter secara konvensional.
II. PROJEK PERENCANAAN PENGEMBANGAN
A. FLORA (HORTIKULTURA / FLORIKULTURA)
Sesuai dengan spesialisasi penulis, tulisan ini memberi fokus kepada bioteknologi tanaman
dalam persepektif hortiklultura dan florikultura. Sebelum program pemuliaan tanaman dilakukan,
perlu penentuan tujuan program pemuliaan. Untuk menentukannya, pemulia (breeder) perlu
mengetahui masalah serta harapan produsen dan konsumen. Tujuan pemuliaan tanaman dapat
diringkas sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan tanaman budidaya dengan daya hasil tinggi dalam ukuran, jumlah, dan
kandungan
2. Untuk mendapatkan tanaman yang tahan terhadap cekaman biotik (tahan serangan hama dan
penyakit tanaman) dan abiotic (toleran tanah masam, salin, kekeringan, dll)
3. Untuk mendapatkan tanaman yang berkualitas baik: rasa, aroma, warna, ukuran, dll. Hal ini
berhubungan dengan pola makan, adat istiadat, dan modernisasi
4. Untuk mendapatkan tanaman yang mempunyai nilai estetik

Perbaikan potensi hasil dilakukan dengan merakit varietas unggul baru yang mempunyai
kemampuan lebih tinggi dalam menghasilkan biomassa dan menyalurkan biomassa ke bagian yang
dapat dipanen. Dalam rangka mencapai tujuan program pemuliaan, pemulia tanaman harus menyusun
ideotype yang akan dikembangkan. Ideotype adalah karakter – karakter ideal yang menunjang
produktivitas tinggi. Berdasarkan ideotype tersebut, pemulia menyusun tahapan-tahapan yang tepat
agar diperoleh varietas yang diinginkan (Varietas agronomi). Varietas agronomi adalah sekelompok
tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri yang dapat dibedakan secara jelas dan tetap
mempertahankan ciri-ciri khas tersebut jika direproduksi secara seksual maupun aseksual. Contoh
varietas agronomi adalah Oryza sativa cv Cisadane.

Rencana pengembangan program pemuliaan tanaman hortikultura secara ringkas saya


rangkum mengikuti tahapan – tahapan pada gambar 1. Langkah awal bagi setiap program pemuliaan
tanaman adalah koleksi berbagai genotype, yang kemudian dapat digunakan sebagai sumber untuk
menentukan genotype yang diinginkan. Koleksi genotype dapat diperoleh dari plasma nutfah local,
maupun introduksidari luar negeri. Setelah koleksi, tanaman tersebut diseleksi sesuai dengan karakter
yang diinginkan. Seleksi diharapkan dapat memperbaiki satu atau beberapa karakter yang diinginkan.
Dalam mengumpulkan karakter atau memunculkan karakter yang diinginkan, diperlukan
perluasan keragaman genetic sehingga seleksi lebih efektif. Perluasan genetik yang umum dilakukan
adalah hibridisasi (persilangan) dan mutasi. Baru-baru ini muncul teknologi baru untuk memperluas
keragaman genetic yaitu fusi protoplas dan transformasi genetic (transgenic). Fusi protoplas adalah
upaya menyilangkan sel somatic secara in vitro dengan tujuan untuk meningkatkan keragaman genetic
tanpa hibridisasi seksual. Teknik ini berpeluang untuk merakit suatu tanaman dari spesies yang
berbeda. Transgenic adalah pemindahan gen (DNA) asing (yang diisolasi dari tanaman, virus, bakteri,
jamur, dan hewan) ke dalam genome tanaman. Gen tersebut dapat menampilkan karakter yang
disandinya pada tanmaan yang mengalami transformasi tersebut.

Langkah selanjutnya adalah seleksi setelah perluasan keragaman genetic. Metode seleksi ini
bergantung pada tipe penyerbukan. Varietas yang dihasilkan berupa varietas hibrida dan bersari bebas
(Open pollinated/OP). setelah seleksi, maka langkah berikutnya adalah Evaluasi dan pengujian. Hasil
dari evaluasi dan pengujian berupa galur-galur harapan atau calon varietas yang siap dilepas.
Pengujian dan evaluasi dilakukan untuk analisis adaptasi dan stabilitas calon varietas. Pengujian ini
dilakukan di beberapa lokasi dan musim (uji multilokasi). Uji multilokasi harus mengikuti pedoman
yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian. Jika calon varietas berhasil melewati hasil evaluasi dan
pengujian, maka calon varietas tersebut siap dilepas dan dilakukan perbanyakan. Persyaratan
pelepasan varietas adalah: 1) Silsilah jelas, 2) Deskripsi lengkap, 3) Unggul, 4) Benih penjenis
tersedia dengan cukup.

Anda mungkin juga menyukai