Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH REKAYASA GENETIKA TRANSGENIK PADA

TUMBUHAN
Diajukan untuk mata kuliah Genetika

Dosen Pengampu : Dr. Yani Suryani, SP.d, M.Si

Disusun oleh :

Ismi Alifah 1167020040

JURUSAN BIOLOGI
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
2017
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami sampaikan ke hadiran Allah SWT Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Rekayasa Genetika Transgenik
Pada Tanaman”, suatu permasalahan yang selalu dialami bagi masyarakat
Indonesia khususnya pada Bidang Pertanian. Makalah ini dibuat dalam rangka
memperdalam pemahaman masalah rekayasa genetika khususnya Transgenetik
dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata
kuliah “Genetika”
Dalam proses pendalaman materi Genetika ini, tentunya kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih
yang dalam dalamnya kami sampaikan kepada Dr. Yani Suryani, SP.d, M.Si
selaku dosen mata kuliah “Genetika” yang telah mendukung pembuatan makalah
ini.

Bandung, 15 November 2017


Penyusun,

Ismi Alifah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik dalam pemuliaan tanaman.
Perkembangan IPTEK menjadi salah satu fakta dan faktor yang jelas
mempengaruhinya. Proses yang berkelanjutan dan tiada henti bagi kehidupan
manusia dan global. Rekayasa genetika mengalami perkembangan yang signifikan
dan meminta perhatian yang cukup serius di kalangan manusia. Selain
kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi
kelangsungan hidup manusia, juga memunculkan persoalan yang mendasar yang
perlu diteliti dan dicermati lebih serius guna mengawal perkembangan
bioteknologi di masa mendatang melalui rekayasa genetika. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai dewasa ini seharusnya dapat
menghasilkan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Namun banyak sekali
penemuan genetika yang tidak masuk akal yang menyebabkan spesies baru
tercipta kehilangan nilai gunanya bagi kehidupan.
Rekayasa genetika dalam kehidupan sangat banyak manfaatnya, karena
rekayasa genetika ini bertujuan untuk menghasilkan tanaman dengan daya
produksi tinggi, kualitas nutrisi tinggi, daya tahan yang tinggi terhadap penyakit
dan ramah lingkungan, serta kebutuhan yang rendah akan pupuk dan bahan kimia.
Ini membuktikan bahwasannya rekayasa genetika pada tanaman memiliki nilai
positif dan negative bagi lingkungan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang disebut rekayasa genetika tanaman?
b. Apa yang disebut transgenic pada tanaman?
c. Bagaimana proses transgenik pada tanaman tersebut?
d. Apa dampak yang ditimbulkan dari rekayasa genetika?
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui pengertian rekayasa genetika.
b. Mahasiswa mengetahui macam-macam rekayasa genetika tanaman.
c. Mahasiswa memahami proses rekayasa genetika pada tanaman.
d. Mahasiswa mengetahui dampak yang ditimbulkan dari rekayasa genetika.
1.4 Manfaat
a. Memudahkan mahasiswa dalam pembelajaran rekayasa genetika.
b. Menjadikan rekaya genetika tumbuhan sebagai pembaharuan tanaman
dengan karakteristik yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
Rekayasa Genetika merupakan proses manipulasi gen dengan tujuan untuk
mendapatkan organisme yang lebih unggul. Sejarah perkembangan bioteknologi
tanaman, diantaranya ada pemuliaan tanaman, biologi sel dan molekuler, genetika,
fisiologi, biokimia, dan sebagainya. Bukti sejarah perkembangan bioteknologi
beberapa ribu tahun yang lalu yaitu seleksi tanaman terhadap jenis unggul
misalnya berbiji besar, rasanya manis, tumbuh lebih cepat, dll.
Rekayasa genetika juga dapat diartikan sebagai suatu usaha memanipulasi
sifat genetik suatu makhluk hidup untuk menghasilkan makhluk hidup yang
memiliki sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika dapat dilakukan dengan
menambah, mengurangi, atau menggabungkan dua materi genetik (DNA) yang
berasal dari dua organisme berbeda. Hasil penggabungan dua materi genetik yang
berasal dari dua organisme yang berbeda disebut DNA Rekombinan. Organisme
hasil rekayasa genetika disebut organisme transgenik.
Salah satu rekayasa genetika pada tumbuhan yaitu :
 Transgenik
Tanaman transgenik merupakan tanaman hasil rekayasa di mana
diintroduksi seutas (sepotong) DNA dari organisme lain pada genom tanaman
tersebut. Proses ini dikenal dengan istilah transformasi. Potongan DNA yang
diintegrasikan pada genom tanaman ini biasanya didapatkan dari organisme yang
ada di alam seperti bakteria dan tanaman juga. Konstruk gen yang diintroduksi ke
tanaman pada umumnya mengandung 3 elemen, yaitu (1) promoter yang
berfungsi untuk mengaktifkan dan menidakaktifkan gen yang diintroduksikan, (2)
gen yang diintroduksi yang mengekspresikan sifat yang diinginkan, dan (3)
terminator, yaitu untuk menghentikan signal pembacaan dari sekuen gen yang
diintroduksi dalam proses pembentukan protein (Viljoen 2005).
Dilain sisi transgenic ini biayanya lumayan mahal untuk Negara Indonesia.
Memang menghasilkan tanaman yang kuat dari serangan hama dan ukuran nya
besar. Dibuktikan pada pertumbuhan jagung yang dilakukan rekayasa genetika
transgenic kualitasnya lebih baik dari cocok tanam biasa. Pada akhir-akhir ini
metode ini merupakan metode yang paling umum dipakai untuk deteksi GMO
secara kuantitatif, walaupun metode ini memerlukan biaya yang relatif mahal
dibandingkan dengan metode lainnya. Di samping itu, juga memerlukan
pelaksana (SDM) yang telah terlatih (Bahagiawati, 2007).
Terdapat 3 metode yang dapat digunakan pada transgenic yaitu :
1. Transformasi Genetik
Webb dan Morris (1992) mendefinisikan transformasi genetik sebagai
suatu perpindahan (transfer) gen asing yang diisolasi dari tanaman, virus, bakteri
atau hewan ke dalam suatu genom baru (new genetic background). Pada tanaman,
keberhasilan transformasi genetik ditunjukkan oleh keberhasilan pertumbuhan
tanaman baru yang normal, fertil dan dapat mengekspresikan gen baru hasil
insersi. Proses transformasi genetik terdiri dari beberapa tahap yaitu insersi,
integrasi, ekspresi dan pewarisan sifat DNA baru. Metode insersi gen dapat
dilakukan dengan menggunakan bakteri (species Agrobacterium) atau virus dan
transfer gen langsung (direct gene transfer). Teknik ini memanfaatkan konstruksi
gen yang terdiri dari promoter bakteri atau virus. Pemilihan metode transfer gen
pada umumnya tergantung pada species tanaman yang digunakan dan kemampuan
regenerasi tanaman tersebut secara in vitro (Webb dan Morris, 1992).
Dalam sistem transformasi genetik, tujuan akhir adalah meregenerasi
tanaman baru yang identik dengan induknya, kecuali dalam hal sifat baru dari gen
yang disisipkan. Jaringan dari berbagai spesies, termasuk sejumlah tanaman
budidaya yang penting, saat ini dapat diregenerasi menjadi tanaman baru dengan
menghasilkan tunas atau embrio secara in vitro (Lal & Lal, 1990). Hal ini
merupakan faktor yang dapat menunjang keberhasilan proses transformasi.
Untuk keperluan ekspresi di dalam sel tanaman, gen-gen asing
memerlukan promoter yang sesuai, sekuen awal 5’ dan terminator 3’ untuk
menjamin transkripsi yang efisien, stabil dan translasi mRNA. Besarnya
perbedaan antara elemen regulator dari prokariot dan eukariot menyebabkan
sekuen gen bakteri tidak dapat berfungsi dalam sel tanaman. Sebagai perkecualian
dalam hal ini adalah adanya elemen regulator dari gen-gen tertentu pada
Agrobacterium tumefaciens dan A. rhizogenes yang dapat berfungsi aktif pada sel-
sel tanaman transforman. Gen-gen promoter nos (nopaline synthase), ocs
(octopine synthase) dan mas (mannopine synthase) yang berasal dari kedua
macam bakteri tersebut telah berhasil digunakan sebagai sumber elemen regulasi.
Selain itu, virus tanaman yang mengendalikan transkripsi dan translasi telah
digunakan sebagai sumber elemen regulasi, dan yang paling sering digunakan
adalah gen promoter 35S RNA dari Cauliflower Mosaic Virus (CaMV). Promoter
ini aktif dalam semua jaringan tetapi aktivitasnya bervariasi di antara tipe-tipe sel
yang berbeda (Webb dan Morris, 1992).
2. Isolasi Gen
Gen target yang kita inginkan misalnya gen Bt (gen tahan terhadap
penggerek yang diisolasi dari bakteri Bacillus thurigenensis) diekstrak kemudian
dipotong dengan enzim restriksi. Gen yang sudah terpotong-potong kemudian
diseleksi bagian gen mana yang menyandikan gen Bt dan diisolasi. Potongan gen
Bt kemudian disisipkan ke dalam DNA sirkular (plasmid) sebagai vektor
menghasilkan molekul DNA rekombinan gen Bt. Vektor yang sudah mengandung
molekul DNA rekombinan gen Bt dimasukkan kembali ke dalam sel inang yaitu
bakteri untuk diperbanyak. Sel inang akan membelah membentuk progeni baru
yang sudah merupakan sel DNA rekombinan gen.
3. Ekspresi Gen Pada Tanaman Transgenik
Gen yang sudah dimasukkan ke dalam tanaman target dalam hal ini adalah
gen Bt yang mengekspresikan tanaman transgenik tahan terhadap hama penggerek
harus dapat diexpresikan. Untuk mengetahui apakah gen tersebut terekspresi atau
tidak digunakan penanda yaitu selectable and scoreable marker, dimana apabila
tanaman target dapat tumbuh pada media yang mengandung antibiotika atau
tanaman target menampakan warna khusus (warna biru untuk penanda gen gus)
maka tanaman target itu adalah tanaman transgenic sehingga setiap tanaman dapat
dibuat menjadi varietas unggul yang membuat hasil tanaman tersebut meningkat,
juga ketahanan terhadap hama penyakit.
Meenurut Y. Sri Wulan (2006) dampak yang ditimbulkan dari rekayasa transgenic
ini diantaranya :
a. Untuk meningkatkan nilai agrikultural, nilai hortikultural dan ornamental
tanaman.
Menjadikan tanaman transgenik sebagai pabrik biologi untuk memproduksi
protein atau metabolit lainnya yang mempunyai nilai komersial tinggi dan
menjadikan tanaman transgenik sebagai obyek untuk mempelajari proses biologi
tanaman, termasuk di antaranya biologi perkembangan.
b. Ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Perakitan tanaman transgenik tahan hama merupakan merupakan salah satu
bidang yang mendapat perhatian besar dalam perbaikan tanaman. Perakitan
tanaman tahan hama umumnya mempergunakan gen dari Bacillus thuringiensis
(Bt). Pada tahun 1995, tanaman transgenik pertama mulai tersedia bagi petani di
Amerika Serikat, yaitu jagung hibrida yang mengandung gen cry IA(b),
Maximixer, yang dibuat oleh Novartis, tanaman kapas yang mengandung gen cry
IA(c), Bollgard, sawi (Barfield & Pua, 1991) dan kentang yang mengandung gen
cry 3A, Newleaf, yang dibuat oleh Monsanto. Sampai tahun 1998, lebih dari 10
jenis tanaman telah berhasil ditransformasi untuk mendapatkan tanaman
transgenik tahan hama. Tanaman tersebut meliputi tembakau, tomat, kentang,
kapas, padi, jagung, whitespruce, kacang hijau, stroberi dan kanola (Schuler et al.
1998).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari makalah “Rekayasa Genetika Transgenik Pada
Tanaman” ini yaitu:
1. Rekayasa Genetika merupakan proses manipulasi gen dengan tujuan untuk
mendapatkan organisme yang lebih unggul. Dimana hasi dari rekayasa
genetika ini menghasilkan tanaman yang rentan dari hama penyakit.
2. Tanaman transgenik merupakan tanaman hasil rekayasa di mana
diintroduksi seutas (sepotong) DNA dari organisme lain pada genom
tanaman tersebut. Pada pemotongan DNA ini tanaman di padukan dengan
spesies lain yang masih satu genus.
3. Dampak yang ditimbulkan dari rekayasa genetika ini ketahanan terhadap
hama dan penyakit, menciptakan bibit unggul, melestarikan plasma nutfah
dan meningkatkan tanaman secara kualitatif dan kuantitaf.
DAFTAR PUSTAKA
Bahagiawati.2007. Pemanfaatan Tanaman Hasil Rekayasa Genetik: Status,
Regulasi, dan Metode Deteksi di Indonesia. Jurnal AgroBiogen.3(1):40-
48.
Barfield, D.G. and Pua, E.C. (1991) Gene transfer in plant of Brassica juncea
using Agrobacterium tumefaciens-mediated transformation. Plant Cell
Rep. 10:217-223.
Lal, R. and Lal, S. (1990) Crop Improvement Utilizing Biotechnology. CRC Press,
Boca Raton. Florida.
Schuller, T.H., G.M. Poppy, B.R. Kerry and I. Denholm (1998) Insect resistant
transgenic plants. TibTech. 16:168-175.
Sri,Wulan.2006. Pengembangan Metode Transformasi Genetik Tanaman Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Manusia.Makalah Seminar Nasional
Biodiversitas Biologi – Fmipa, Unair. ISBN : 979 – 98109 – 1 – 4.
Viljoen, C.D.2005.Detection of living modified organism (LMOs) and the need
for capacity building.Asian Biotechnol. and Dev. Review 7(3):55-69.
Webb, K.J. and Morris, P. (1992) Methodologies of Plant Transformation, In:
Gatehouse, A.M.R., Hilder, V.A. and Boulter, D. (ed). Plant Genetic
Manipulation for Crop Protection. C A B International. United
Kingdom.

Anda mungkin juga menyukai