Anda di halaman 1dari 24

Museum Gunung Merapi

Area parkir yang cukup luas di Museum Gunung Merapi.

Tak hanya bisa melihat Merapi mini yang selalu mengeluarkan asap dan
gelegar gemuruhnya, kamu juga bisa belajar mengenai sejarah kegunungapian dan
mitigasi bencana di Museum Gunung Merapi. Selain itu, Mahaguru Merapi juga
menjadi film dokumenter yang layak ditonton di museum ini.

Jika ada gunung yang dimuseumkan, itu adalah Gunung Merapi. Berdiri
menjulang hingga 2.968 meter di atas permukaan laut, Gunung Merapi merupakan
gunung berapi paling aktif di Indonesia. Nyaris 4 tahun sekali gunung yang terletak
di dua provinsi ini erupsi dan mengeluarkan material vulkanik yang meluluhlantakkan
kawasan di sekitarnya. Oleh karena kedahsyatannya, maka dibangunlah Museum
Gunung Merapi. Selain menjadi pusat studi tentang ilmu kebencanaan gunung api,
gempa bumi, dan bencana alam lainnya, museum yang dikenal dengan nama MGM
ini juga dirancang sebagai wahana edukasi dan konservasi berkelanjutan.

Diresmikan pada 1 Oktober 2009, Museum Gunung Merapi memiliki bentuk


bangunan yang cukup unik yakni trapesium dengan salah satu puncaknya
mengerucut membentuk segitita. Rupanya arsiterktur MGM memiliki filosofi
tersendiri. Pintu utama dan pelataran museum merepresentasikan bentuk candi,
puncak bangunan merepresentasikan tugu Jogja, denah bangunan yang sentripetal
(memusat di tengah) merepresentasikan keraton sebagai citra dunia, dan bangunan
keseluruhan sebagai representasi Gunung Merapi. Saat cuaca cerah, Gunung
Merapi yang kokoh akan terlihat dari pelataran museum.

Memasuki lobby utama museum, kamu akan disambut dengan maket


Gunung Merapi berukuran cukup besar. Jika kamu menekan salah satu tombol yang
bertuliskan angka tahun 1969, 1994, dan 2006 maka akan terdengar suara gemuruh
erupsi. Puncak Merapi mini ini kemudian mengepulkan asap dan terlihat sebaran
lava pijar di lereng-lerengnya menyerupai kejadian erupsi sesungguhnya. Kamu juga
bisa mendengarkan narasi mengenai sejarah letusan Merapi dalam dua bahasa.

Meninggalkan area lobby Museum gunung Merapi, kamu bisa masuk ke


ruang display di lantai 1 yang terbagi menjadi beberapa zona. Display yang menarik,
foto-foto yang bagus, serta keterangan yang lengkap pada masing-masing koleksi
menjadi daya tarik museum ini. Keberadaan alat peraga yang interaktif juga
membuatmu tidak mudah bosan. Naik ke lantai 2 kamu akan disambut dengan
display dan koleksi yang lebih menarik. Tak hanya menarik untuk diamati, namun
juga asyik dijadikan lokasi selfie. Selain tentang gunung api, kamu juga bisa
mencoba alat peraga simulasi gempa dan tsunami. Jika tidak terburu-buru, kamu
bisa melanjutkan kunjunganmu dengan menyaksikan film Mahaguru Merapi.

Bagian depan dari Museum Gunung Merapi.

Aktivitas Yang Bisa Dilakukan di Museum Gunung Merapi


Belajar Tentang Gunung Merapi dan Gunung Api
Museum Gunung Merapi asyik dikunjungi baik olehmu yang ngaku anak
gunung maupun kamu yang tidak suka dengan gunung. Di tempat ini kamu
bisa mendapatkan banyak informasi mengenai gunung-gunung berapi di
dunia dan khususnya informasi tentang Gunung Merapi. Informasi-informasi
tersebut disajikan dengan sangat informatif dalam bentuk foto-foto yang
menawan, gambar ilustrasi, replika, hingga tayangan yang diputar di LCD. Di
zona Gunung Api, kamu bisa menekan tombol di samping nama-nama
gunung. Lantas sebuah lampu kecil yang menandai lokasi gunung tersebut di
peta dunia dan peta Indonesia akan menyala. Kamu juga bisa memainkan
alat peraga simulasi tsunami dan simulasi gempa bumi. Desain interior yang
bagus membuatmu tidak mudah bosan saat berada di tempat ini. Bahkan di
lantai 2 terdapat lorong cincin api yang menjadi lokasi wajib selfie saat berada
di museum.

Menyaksikan Film Mahaguru Merapi


Di lantai 2 Museum Gunung Merapi terdapat teater mini yang menayangkan
sebuah film pendek berdurasi 24 menit. Film berjudul Mahaguru Merapi ini
mengisahkan tentang dua sisi yang berbeda dari Gunung Merapi. Saat
Merapi tertidur, keberadaannya menjadi berkah tersendiri bagi warga yang
tinggal di sekitarnya. Tanah nan subur, mata air dan sungai yang mengalir
dari lereng-lerengnya, serta pasir dan bebatuan yang bisa ditambang menjadi
sumber penghidupan bagi warga. Namun tatkala Merapi bergolak dia mampu
mengancurkan semuanya tanpa sisa. Keberadaanya menjadi ancaman
tersendiri. Meski begitu orang-orang tetap mencintai Merapi dan memilih
tinggal didekatnya. Dengan melihat film ini kamu jadi tahu dan mengenal lebih
dekat sosok Merapi nan agung.

Lokasi dan Akses Museum Gunung Merapi

Museum Gunung Merapi terletak di kawasan Kaliurang, tepatnya di Dusun


Banteng, Hargobinangun, Pakem, Sleman. Dari pusat kota Yogyakarta museum ini
bisa ditempuh sekitar 30 45 menit berkendara.

Harga Tiket
Tiket masuk: Rp 5.000 / orang

Tiket mini theater: Rp 5.000 / orang

Jam Buka Museum Gunung Merapi

Museum Gunung Merapi ini buka hari Selasa Minggu pukul 08.00 15.30 WIB.

Obyek Wisata dan Lokasi Asyik di Sekitar Museum Gunung Merapi

Museum Ullen Sentalu


Museum yang menjadi museum terbaik di Indonesia pilihan wisatawan di
website Trip Advisor ini memiliki koleksi bermacam-macam batik serta benda-
benda kepunyaan Kraton Jogja dan Solo. Arsitektur museum yang unik juga
menjadi daya tarik sendiri. Selain ruang koleksi, di Ullen Sentalu juga terdapat
Restoran Beukenhof yang menyajikan aneka hidangan lezat. Museum Ullen
Sentalu buka setiap hari Selasa Minggu pukul 09.00 15.00 WIB.

Taman Rekreasi Kaliurang


Taman rekeasi ini menyajikan aneka wahana permainan buat anak-anak
seperti jungkat-jungkit, ayunan, perosotan, jembatan titian, halang rintang,
taman lalu lintas, dan lain-lain. Lokasinya yang teduh dan dipenuhi
pepohonan menjadikan asyik dijadikan tempat piknik bersama keluarga. Di
taman ini juga terdapat kolam renang.

Tlogo Putri
Kawasan wisata ini menjadi satu dengan terminal Kaliurang dan juga lokasi
pemberangkatan wisata Merapi Lava Tour. Di area ini terdapat embung atau
danau buatan, panggung hiburan, serta hutan wisata Prono Jiwo. Tiap hari
minggu maupun tanggal merah, di panggung hiburan akan ada berbagai
pertunjukan seni seperti jathilan, campursari, dangdut, ketoprak, dan masih
banyak lagi. Bagi kamu penyuka kuliner, kamu bisa menjajal Sate Kelinci dan
tongseng kopyok di kawasan ini.

Hutan Wisata Tlogo Nirmolo


Hutan wisata ini sudah masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi. Di dalam kompleks hutan wisata terdapat 22 gua yang dibuat oleh
tentara Jepang tatkala menduduki wilayah Yogyakarta. Gua-gua tersebut
lantas dikenal dengan nama Gua Jepang.

Gardu Pandang Boyong


Gardu pandang ini tidak terlalu jauh dari Museum Ullen Sentalu. Dari gardu
pandang kamu bisa menyaksikan jurang Boyong yang membelah bukit Turgo
dan Plawangan. Jika cuaca sedang cerah dan bersahabat, kamu bisa
menyaksikan kegagahan Merapi dari tempat ini. Di kawasan Gardu Pandang
Boyong juga terdapat banyak simbok-simbok yang menjual kuliner khas
Kaliurang, jadah tempe.
Miniatur peraga di Museum Gunung Merapi.

Seorang pengunjung sedang melihat papan informasi tentang sejarah Gunung

Merapi, Keraton Yogyakarta dan Pantai Parangtritis.

Seorang pengujung sedang memperhatikan panel informasi yang membahas


tentang Mitos Gunungapi Bromo Rara Anteng & Joko Seger.
Ruangan Sejarah di Museum Gunung Merapi

Museum Gunung Merapi.


Tampak depan Museum Gunung Merapi

Museum Gunung Merapi (bahasa Jawa: Hanacaraka,


) merupakan museum bersejarah yang terdapat di
Yogyakarta tepatnya Jln. Boyong, Dusun Banteng, Desa Harjobinangun, Kecamatan
[1]
Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta sekitar lima kilometer dari kawasan objek
wisata Kaliurang. Museum Gunung Merapi telah diresmikan pada tanggal 1 Oktober
2009 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro.

Dengan luas bangunan sekitar 4,470 yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektare,
museum yang ke depan juga akan dilengkapi dengan taman, area parkir, dan plasa
ini ingin dikenal masyarakat sebagai Museum Gunungapi Merapi dengan semboyan
Merapi Jendela Bumi [2].

Museum Gunungapi ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan, penyebarluasan


informasi aspek kegunungapian khususnya dan

kebencanaan geologi lainnya yang bersifat rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas


dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang aspek ilmiah,
maupun sosial-budaya dan lain-lain yang berkaitan dengan gunungapi dan sumber
kebencanaan geologi lainnya. Museum Gunungapi ini diharapkan dapat menjadi
solusi alternatif sebagai sarana yang sangat penting dan potensial sebagai pusat
layanan informasi kegunungapian dalam upaya mencerdaskan kehidupan
masyarakat, serta sebagai media dalam meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan
masyarakat tentang manfaat dan ancaman bahaya letusan gunungapi serta
bencana geologi lainnya [1].
Referensi

1. ^ a b [1], (id) http://www.slemankab.go.id Situs Kabupaten Sleman.

2. ^ [2], (id) http://www.jogjatrip.com Museum Gunung Merapi.

Pranala luar

Museum Gunung Merapi berada di lereng Selatan Gunung Merapi, di Jalan Boyong,
Dusun Banteng, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman
Yogyakarta. Museum Gunung Merapi diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2009 oleh
Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bapak Purnomo Yusgiantoro.
Museum ini didirkan bertujuan untuk wahana pendidikan, wahana konservasi
berkelanjutan serta pengembangan ilmu tentang bencana gunung merapi, gempa
bumi, dan bencana alam lainnya. Museum ini terdiri dari dua lantai dan mempunyai
fasilitas yang cukup lengkap sebagai media pembelajaran. Lantai pertama berisikan
benda- benda koleksi museum yang dibagi menjadi beberapa ruangan dengan
setiap ruangan mempunyai tema yang berbeda-beda, mulai dari Vulcano World, On
the Merapi Vulcano Trail, Manusia dan Gunung Merapi, Bencana Gempa Bumi dan
Tsunami, Bencana Pergerakan Tanah, Diorama, Peralatan Survei, Extra- Terestrial
Vulcano, dan Fasilitas penunjang lainnya. Dilantai dua terdapat Gedung Pemutaran
film tentang gunung merapi.

Museum ini memang diciptakan untuk

media pembelajaran, mulai dari pintu masuk utama anda akan disambut dengan
maket gunug merapi yang terus menerus mengelurkan asap dan magma, suara
gemuruh dibuat sedimikian rupa agar maket gunung merapi ini terlihat seperti
aslinya, walaupun berukuran mini. Maket ini juga bisa menceritakan kronologis
letusan gunung merapi dipadu dengan musik jawa, membawa anda masuk kedalam
suasana mencekam. Terdapat juga tiga tombol yang masing- masing bertuliskan
tahun terjadinya letusan gunung merapi, mulai dari tahun 1969, 1994 dan 2006.
Anda bisa melihat kronologi letusan gunung merapi dari maket tersebut berdasarkan
tombol tahun yang anda pencet. Aliran magma pada maket akan berubah sesuai
tombol tahun.

Terdapat juga ruangan zona dunia

gunung merapi yang berisikan foto- foto dokumentari mengenai erupsi gunug merapi
dan alat- alat peraga fenomena gunung merapi yang disajikan bersama keterangan
dan penjelasannya, dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, akan
menambah pengetahuan anda. Selanjutnya memasuki ruangan yang dipenuhi alat-
alat yang digunakan pos pengamat gunung merapi yang sudah tidak terpakai
lagi,seperti radio, komputer tua, sismograf, dan masih banyak lagi yang dipajang
dalam etalase kaca. Memasuki ruangan zona khusus gunung merapi anda bisa
mempelajari foto- foto tentang terjadinya kubah lava gunung merapi, mitos tentang
gunung merapi, pos pemantau gunung merapi dari era jaman Belanda sampai yang
modern dan proses evakuasi disajikan diruangan ini.
Anda akan mendapati ruangan yang

berisikan koleksi puing puing yang dihasilkan dari terjangan awan panas, yang
mengakibatkan dua korban tewas didalam banker, dipamerkan juga kerangka motor , batu
bom, peralatan memasak warga yang terkena erupsi, dan berbagai foto efek dari wedus
gembel.

Untuk biaya masuk kedalam museum ini dikenakan biaya Rp.3.000 untuk dewasa dan
Rp.2.000 untuk anak- anak. Selain museum gunung merapi anda juga bisa berkunjung
kemuseum lainnya di jogja yang berhubungan dengan alam seperti museum biologi UGM
dan museum kayu wanagama.

How to get There :

Menuju lokasi tersebut tidak ada angkutan umum yang melayani, sehingga untuk ke kawasan
ini harus menggunakan kendaraan pribadi. Bisa menggunakan kendaraan roda dua, empat
bahkan bus carteran.

Hotel terdekat :

Beberapa rumah penginapan ata hotel dapat anda gunakan sebagai tempat bermalam
diantaranya Raffles Holiday Jogja Hotel, The Cangkringan Jogja Villas & Spa atau bisa
juga hotel disekitaran Malioboro sebagai alternatif jika anda ingin menghabiskan malam di
jantung kota Yogyakarta ini.

Gunung Merapi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk gunung di Jawa Timur dengan nama yang sama, lihat Gunung Merapi (Jawa Timur).
Untuk gunung di Sumatera Barat dengan nama yang mirip, lihat Gunung Marapi.
Gunung Merapi

Puncak 2,930 m (9,610 ft)


Lokasi
Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah), Sleman (DI Yogyakarta),
Letak
Indonesia
Koordinat 73249LU 1102640BTKoordinat: 73249LU 1102640BT
Geologi
Jenis Gunung berapi strato
Letusan
2010
terakhir
Pendakian
Rute termudah Selo, Boyolali

Gunung Merapi (ketinggian puncak 2.930 m dpl, per 2010) adalah gunung berapi di bagian
tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi
selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat,
Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan
hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun
2004.

Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak
keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh permukiman yang sangat
padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[butuh rujukan] Kota
Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari
puncaknya. Di lerengnya masih terdapat permukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya
berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi
menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung
Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).[1]

Daftar isi
1 Geologi

o 1.1 Erupsi 2006

o 1.2 Erupsi 2010


2 Vegetasi

3 Rute pendakian

4 Lihat pula

5 Galeri

o 5.1 'Foto-foto setelah erupsi 2006

o 5.2 Dokumentasi Tropenmuseum

o 5.3 Foto-foto lain

6 Referensi

7 Pranala luar

Geologi

Litografi sisi selatan Gunung Merapi pada tahun 1836, dimuat pada buku tulisan Junghuhn.

Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke
selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi
Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya
aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak yang sekarang ini tidak
ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya
puncak Gunung Batulawang yang lebih tua.[2]

Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan
seterusnya.[3] Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam
empat tahap.[4] Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu
Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi
Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 - 8000
tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan,
yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 - 2000 tahun
lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan
Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai
dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan
efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan
material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar
12 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar (atau Pasarbubrah)
diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, baru
mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui terjadi
beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4 berdasarkan pengamatan lapisan tefra.

Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai dengan
keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nue ardente) yang
dapat meluncur di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum
tidak mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010
adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.[2]

Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi berisi
material seperti lumpur yang secara "signifikan menghambat gelombang getaran gempa
bumi". Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah magma.[5] Kantung magma ini
merupakan bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghunjamnya Lempeng Indo-
Australia ke bawah Lempeng Eurasia[6].

Puncak Merapi pada tahun 1930.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat pada tahun 1006 (dugaan), 1786,
1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa
diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik.[7] Ahli geologi Belanda,
van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang
(Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai
letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4.
Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama.
Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang,
merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang.[butuh rujukan]

Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga
menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998
cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan
terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung
terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat
menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas.
Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar
sejak letusan 1872[8] dan memakan korban nyawa 273 orang (per 17 November 2010)[9],
meskipun telah diberlakukan pengamatan yang intensif dan persiapan manajemen
pengungsian. Letusan 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan "tipe Merapi"
karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20
30 km.

Gunung ini dimonitor non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota Yogyakarta,
dibantu dengan berbagai instrumen geofisika telemetri di sekitar puncak gunung serta
sejumlah pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos (Srumbung), Babadan,
dan Kaliurang.

Erupsi 2006

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus
kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan
DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah
dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera
mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.

Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa
aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa
Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah
Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas
kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah
Merapi.

Tanggal 1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat,
tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.[10]

Tanggal 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09.03 WIB meletus dengan semburan awan panas
yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan
diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul
09.40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng
selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah
Kabupaten Sleman.[11]

Erupsi 2010

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Letusan Gunung Merapi 2010
Seorang siswa SD tengah mengemudikan sepeda ketika erupsi Merapi 2010.

Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September 2010
direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian
(BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah
menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus
dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya
frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober
BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan
semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke
wilayah aman.
Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga
tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan
disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan
Cangkringan, Sleman.[12] dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari
Magelang yang tewas karena gangguan pernapasan.

Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober,
Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya
awan panas pada pukul 19.54 WIB.[13] Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak
pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.

Namun, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava
baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3
November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November
2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di
kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-
hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November
2010. Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi
20 km dari puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota
Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten
Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara,
sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang
harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung,[14] dan Bogor.[15]

Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah
pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5
November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert).[16]
[butuh rujukan]

Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum
kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas". Pada
tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi
menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi
Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.[17]

Vegetasi
Gunung Merapi di bagian puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang
tinggi. Jenis tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti
Rhododendron dan edeweis jawa. Agak ke bawah terdapat hutan bambu dan tetumbuhan
pegunungan tropika. Hutan hujan tropis pegunungan di bagian selatan Merapi merupakan
tempat salah satu forma anggrek endemik Vanda tricolor 'Merapi' yang telah langka[18].

Lereng Merapi, khususnya di bawah 1.000 m, merupakan tempat asal dua kultivar salak
unggul nasional, yaitu salak 'Pondoh' dan 'Nglumut'.

Rute pendakian
Gunung Merapi merupakan objek pendakian yang populer. karena gunung ini merupakan
gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah
melalui sisi utara dari Slo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Tlogolele.
Desa ini terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo
memakan waktu sekitar lima jam hingga ke puncak.

Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke
puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan
Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Lihat pula
Taman Nasional Gunung Merapi.

Daftar gunung di Indonesia

Daftar gunung berapi di Indonesia

Galeri
'Foto-foto setelah erupsi 2006

Merapi dari arah Ketep, Magelang.

Dari arah Jrakah, Boyolali.

Dari arah Selo, Boyolali. Tampak puncak Batulawang (puncak Merapi tua) di sebelah
kiri.

Dari arah depan

Dokumentasi Tropenmuseum

Foto-foto lain

Kawah Gunung Merapi


Gunung Merbabu dan Merapi

Puncak kawah Gunung Merapi sebelum meletus 2006

Kerucut puncak Gunung Merapi

Litografi Merapi karya Junghuhn

Erupsi 1961

Referensi
Selayang Pandang
Museum Gunung Merapi (MGM) terletak di Dusun Banteng, Desa Hargobinangun,
Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, atau sekitar 600 meter arah selatan pintu
gerbang obyek wisata Kaliurang, Yogyakarta. Untuk menuju lokasi museum yang
jaraknya sekitar 20 kilometer dari Kota Yogyakarta, dapat dicapai melalui dua
rute. Rute pertama dari sisi timur melewati Jalan Kaliurang, sedangkan rute
lainnya dari sisi barat melewati Jalan Boyong.

Museum yang mengambil tema Merapi Jendela Bumi ini mulai dibangun pada
tahun 2005 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro. Pembangunan museum
merupakan kerja sama antara pemerintah pusat (ESDM) yang mengucurkan
dana sekitar Rp3,86 miliar, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sebesar Rp3 miliar dan Pemerintah Kabupaten Sleman sekitar Rp345,5 juta yang
pada tahun 2006 menyediakan lagi anggaran sebesar Rp3,82 miliar.

Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 1 Oktober 2009 museum mulai
beroperasi yang ditandai dengan peresmian oleh Kepala Badan Geologi
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, R Shukyar, mewakili Menteri
ESDM yang tidak dapat hadir. Peresmian juga dihadiri oleh Asisten I Pemprov DIY,
T. Agus Rayanto dan Wakil Bupati Sleman, Sri Purnomo.
Setelah diresmikan dan dibuka penggunaannya bagi masyarakat umum,
operasionalisasi MGM berada di bawah koordinasi Dinas Pengairan,
Pertambangan dan Penanggulanggan Bencana Alam Kabupaten Sleman.
Rencananya, pada tahun 2010 museum yang menempati lahan seluas 3,5 hektar
ini pengelolaannya akan berpindah pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Sleman.

Koleksi Museum Gunung Merapi


Museum Gunung Merapi menyimpan berbagai macam benda koleksi yang sesuai
dengan fungsinya yaitu sebagai sarana preservasi dan konservasi (memelihara
dan melindungi suaka alam dan budaya), informasi (memberikan dan
mengembangkan pengetahuan mengenai obyek yang ditampilkan), koleksi
(mengumpulkan dan mengarsipkan benda bernilai sebagai pusat dokumentasi
masyarakat), edukasi (memberikan ilmu pengetahuan untuk masyarakat
mengenai kegunungapian), serta wahana rekreasi.

Koleksi tersebut diantaranya adalah: (1) film show tentang terjadinya letusan
Gunung Merapi dan diorama; (2) On The Merapi Volcano Trail, yaitu beragam
informasi mengenai Gunung Merapi, seperti: foto dokumentasi mengenai
aktivitas Merapi dari tahun 1900 hingga 2007, maket, citra satelit, deskripsi
singkat mengenai letak, titik koordinat dan tinggi gunung; (3) Peta deretan
gunung berapi di dunia dalam bentuk panel interaktif; (4) peta wilayah Indonesia
yang dilengkapi dengan sebaran lokasi gunung berapi beserta panel tombol-
tombol nama gunung yang apabila ditekan akan menyala; (5) berbagai peranti
yang digunakan untuk memantau Merapi, seperti: telskop, alat-alat seismograf,
pencatata aktivitas Merapi, alat-alat pengolah data, hingga komputer jinjing
lawas milik petugas pemantau; (6) Volcano World yang berisi bahan-bahan
pengetahuan tentang gunung berapi; (7) vulcanic bomb, yaitu batuan pijar
berdiameter sekitar 65 mm yang terbentuk dari lontaran material letusan
Merapi; (8) informasi mengenai kawasan rawan bencana dan sebaran endapan
lava Merapi yang dilengkapi dengan berbagai meterial endapan dan muntahan
Merapi; (9) benda-benda milik warga di kawasan wisata Kaliadem yang
tertimbun lahar panas pada erupsi Gunung Merapi tahun 2006; (9) sebuah
kerangka sepeda motor milik korban yang tewas dalam bungker Kaliadem 14 Juni
2006; dan (10) venue bertajuk Manusia dan Gunung Api yang berupa informasi
seputar manfaat dan ancaman bencana gunung api.

Seluruh koleksi tersebut ditempatkan dalam sebuah bangunan dua lantai seluas
4.470 meter persegi yang dibentuk sesuai dengan unsur alam dan pakem adat
Yogyakarta. Unsur alam yang diambil tidak lain adalah Gunung Merapi itu sendiri.
Sedangkan unsur adat atau budaya diambil dari bentuk tugu, keraton dan
berbagai macam candi yang ada di wilayah Yogyakarta.

Berdasarkan pandangan tersebut maka gedung Museum Gunung Merapi dibuat


menyerupai limasan tak beraturan dengan kubah besar sebagai pusatnya.
Bagian depan gedung mengambil bentuk gapura dan trap sejumlah candi,
seperti: Prambanan, Sambisari, dan Candi Ratu Boko. Sedangkan bagian atapnya
dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai visualisasi awan wedus gembel.

Pakem lainnnya adalah dengan dibuatnya beberapa bangunan yang


menyimbolkan garis imajiner penghubung antara Gunung Merapi-Tugu
Yogyakarta-Kraton Yogyakarta-Laut Selatan. Garis imajiner ini dibuat sedemikian
rupa mulai dari dasar hingga ujung bangunan. Selain itu, penciptaan garis
imajiner juga diwujudkan pada bagian dinding yang terbuat dari kaca sehingga
bisa tembus pandang dan sekaligus sebagai syarat tidak adanya penghalang
dalam garis imajiner. (ali gufron)

Selayang Pandang
Museum Gunung Merapi (MGM) terletak di Dusun Banteng, Desa Hargobinangun,
Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, atau sekitar 600 meter arah selatan pintu
gerbang obyek wisata Kaliurang, Yogyakarta. Untuk menuju lokasi museum yang
jaraknya sekitar 20 kilometer dari Kota Yogyakarta, dapat dicapai melalui dua
rute. Rute pertama dari sisi timur melewati Jalan Kaliurang, sedangkan rute
lainnya dari sisi barat melewati Jalan Boyong.

Museum yang mengambil tema Merapi Jendela Bumi ini mulai dibangun pada
tahun 2005 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro. Pembangunan museum
merupakan kerja sama antara pemerintah pusat (ESDM) yang mengucurkan
dana sekitar Rp3,86 miliar, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sebesar Rp3 miliar dan Pemerintah Kabupaten Sleman sekitar Rp345,5 juta yang
pada tahun 2006 menyediakan lagi anggaran sebesar Rp3,82 miliar.

Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 1 Oktober 2009 museum mulai
beroperasi yang ditandai dengan peresmian oleh Kepala Badan Geologi
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, R Shukyar, mewakili Menteri
ESDM yang tidak dapat hadir. Peresmian juga dihadiri oleh Asisten I Pemprov DIY,
T. Agus Rayanto dan Wakil Bupati Sleman, Sri Purnomo.

Setelah diresmikan dan dibuka penggunaannya bagi masyarakat umum,


operasionalisasi MGM berada di bawah koordinasi Dinas Pengairan,
Pertambangan dan Penanggulanggan Bencana Alam Kabupaten Sleman.
Rencananya, pada tahun 2010 museum yang menempati lahan seluas 3,5 hektar
ini pengelolaannya akan berpindah pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Sleman.

Koleksi Museum Gunung Merapi


Museum Gunung Merapi menyimpan berbagai macam benda koleksi yang sesuai
dengan fungsinya yaitu sebagai sarana preservasi dan konservasi (memelihara
dan melindungi suaka alam dan budaya), informasi (memberikan dan
mengembangkan pengetahuan mengenai obyek yang ditampilkan), koleksi
(mengumpulkan dan mengarsipkan benda bernilai sebagai pusat dokumentasi
masyarakat), edukasi (memberikan ilmu pengetahuan untuk masyarakat
mengenai kegunungapian), serta wahana rekreasi.

Koleksi tersebut diantaranya adalah: (1) film show tentang terjadinya letusan
Gunung Merapi dan diorama; (2) On The Merapi Volcano Trail, yaitu beragam
informasi mengenai Gunung Merapi, seperti: foto dokumentasi mengenai
aktivitas Merapi dari tahun 1900 hingga 2007, maket, citra satelit, deskripsi
singkat mengenai letak, titik koordinat dan tinggi gunung; (3) Peta deretan
gunung berapi di dunia dalam bentuk panel interaktif; (4) peta wilayah Indonesia
yang dilengkapi dengan sebaran lokasi gunung berapi beserta panel tombol-
tombol nama gunung yang apabila ditekan akan menyala; (5) berbagai peranti
yang digunakan untuk memantau Merapi, seperti: telskop, alat-alat seismograf,
pencatata aktivitas Merapi, alat-alat pengolah data, hingga komputer jinjing
lawas milik petugas pemantau; (6) Volcano World yang berisi bahan-bahan
pengetahuan tentang gunung berapi; (7) vulcanic bomb, yaitu batuan pijar
berdiameter sekitar 65 mm yang terbentuk dari lontaran material letusan
Merapi; (8) informasi mengenai kawasan rawan bencana dan sebaran endapan
lava Merapi yang dilengkapi dengan berbagai meterial endapan dan muntahan
Merapi; (9) benda-benda milik warga di kawasan wisata Kaliadem yang
tertimbun lahar panas pada erupsi Gunung Merapi tahun 2006; (9) sebuah
kerangka sepeda motor milik korban yang tewas dalam bungker Kaliadem 14 Juni
2006; dan (10) venue bertajuk Manusia dan Gunung Api yang berupa informasi
seputar manfaat dan ancaman bencana gunung api.

Seluruh koleksi tersebut ditempatkan dalam sebuah bangunan dua lantai seluas
4.470 meter persegi yang dibentuk sesuai dengan unsur alam dan pakem adat
Yogyakarta. Unsur alam yang diambil tidak lain adalah Gunung Merapi itu sendiri.
Sedangkan unsur adat atau budaya diambil dari bentuk tugu, keraton dan
berbagai macam candi yang ada di wilayah Yogyakarta.

Berdasarkan pandangan tersebut maka gedung Museum Gunung Merapi dibuat


menyerupai limasan tak beraturan dengan kubah besar sebagai pusatnya.
Bagian depan gedung mengambil bentuk gapura dan trap sejumlah candi,
seperti: Prambanan, Sambisari, dan Candi Ratu Boko. Sedangkan bagian atapnya
dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai visualisasi awan wedus gembel.

Pakem lainnnya adalah dengan dibuatnya beberapa bangunan yang


menyimbolkan garis imajiner penghubung antara Gunung Merapi-Tugu
Yogyakarta-Kraton Yogyakarta-Laut Selatan. Garis imajiner ini dibuat sedemikian
rupa mulai dari dasar hingga ujung bangunan. Selain itu, penciptaan garis
imajiner juga diwujudkan pada bagian dinding yang terbuat dari kaca sehingga
bisa tembus pandang dan sekaligus sebagai syarat tidak adanya penghalang
dalam garis imajiner. (ali gufron)

Anda mungkin juga menyukai