Anda di halaman 1dari 16

GAYA ARSITEKTUR GUA SELOMANGLENG TULUNGAGUNG

SEBAGAI PERTAPAAN MASA MATARAM KUNO JAWA


BAGIAN TIMUR DAN MUATAN PENDIDIKANNYA

Nainunis Aulia Izza


Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana latar sejarah, gaya
arsitektur, dan muatan pendidikan yang terdapat di Gua Selomangleng Tulungagung.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian arkeologi dan sejarah. Pendekatan yang
digunakan adalah kualitatif. Hasil analisisnya sebagai berikut: Gua Selomangleng
Tulungagung dibangun masa Airlangga dan digunakan sampai dengan masa
Kerajaan Majapahit sebagai tempat bertapa para Rsi, gaya arsitektur Gua
Selomangleng Tulungagung menggambarkan gaya masa transisi, muatan pendidikan
yang dapat diambil dari latar sejarah dan gaya arsitektur Gua Selomangleng
Tulungagung diantaranya dapat menjalani setiap tahap kehidupan dengan sebaik-
baiknya, kritis dan saling menghargai perbedaan pendapat, kreativitas,
kesederhanaan, fokus dalam belajar, dan menghormati orang yang lebih tua.

Kata-kata kunci: gua selomangleng, arsitektur, pertapaan

Abstract: this study tends to know how the historical background, architectural
mode, and the educational values depicted in Selomangleng Cave, Tulungagung.
This study is categorized as archaeological-historical research design and used
qualitative approach. The findings are the cave is built under the regime of
Airlangga and to be used till the period of Majapahit as a meditation place of
“Rsi”; the architectural mode of Selomangleng cave describes the transition period;
and the educational values are useful to face every stages of life; to develop the
critical thinking; and to tolerate the difference of opinion, creativity, humbleness,
focusing in learning, and tolerate the old man.

Key words: selomangleng cave, architecture, meditation

Tulungagung adalah salah satu daerah di Bertapa. Keunikan gaya arsitektur dan relief
Indonesia yang berdasar temuannya memiliki yang ada di Gua Selomangleng Tulungagung
perjalanan sejarah panjang dari zaman merupakan objek yang menarik untuk diteliti.
paleolitik sekitar 40.000 tahun lalu (Surojo, Di sekitar situs Gua Selomangleng
2010:1). Bahasan ini difokuskan pada Tulungagung terdapat beberapa gua baik
peninggalan masa Hindu-Buddha karena gua buatan maupun alami. Banyaknya gua
pada masa inilah di Kabupaten Tulungagung alami yang berada dekat dengan Gua
mulai terdapat jejak-jejak kekuasaan Selomangleng Tulungagung dan bukti
Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur hingga pemanfaatan gua alami tersebut di masa
Majapahit. Gua Selomangleng Tulungagung prasejarah memunculkan masalah tentang
adalah salah satu situs Hindu-Buddha dengan alasan pemilihan tempat pembuatan gua yang
bentuk unik dan berbeda dengan gua-gua tidak memanfaatkan gua-gua alami yang
sejenis di sekitarnya. Di dalam gua juga telah tersedia dan justru membuat gua
terdapat relief yang ditafsirkan sebagai buatan. Hal ini menunjukkan adanya kriteria
adegan Arjunawiwaha episode Arjuna

176
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 177

pemilihan tempat yang khusus untuk men- Selomangleng Tulungagung merupakan


dirikannya (Djubiantono, 2004:50). peninggalan masa pemerintahan Raja
Arsitektur Gua Selomangleng Airlangga yang merupakan Raja Kadiri di
Tulungagung juga merupakan hal yang awal abad XI M (Kasdi dkk, 2003:16).
menarik untuk dikaji karena berbeda dengan Namun, menurut penulis lebih tepat disebut
gua-gua buatan di sekitarnya. Selain Raja Mataram Kuno Jawa bagian timur di
bangunan gua, terdapat batur yang ada di awal abad XI M yang nantinya akan
teras atas dan dibentuk mirip sebuah menumbuhkan Kerajaan Kadiri. Penelitian
panggung. Berkaitan dengan hal di atas, dari Berg dan Poerbatjaraka dalam
masalah lain yang muncul selanjutnya adalah Wojowasito (1953:114) menyatakan bahwa
alasan pemilihan kisah Arjunawiwaha kakawin Arjunawiwaha dibuat pada masa
sebagai relief Gua Selomangleng. Selain itu, pemerintahan Airlangga. Sesuai dengan
sebagai sebuah situs cagar budaya dan objek penelitian-penelitian terdahulu maka dalam
wisata belum banyak orang yang mengetahui penelitian ini penulis menggunakan teori
bagaimana latar sejarah Gua Selomangleng bahwa Gua Selomangleng Tulungagung
Tulungagung yang mempunyai nama yang merupakan peninggalan masa Kerajaan
sama dengan gua lainnya di kaki Gunung Mataram Kuno Jawa bagian timur.
Klothok, Kota Kediri yang juga bernama Alasan penulis meneliti sisi gaya
Gua Selomangleng. dalam arsitektur karena arsitektur adalah
Penelitian terdahulu mengenai Gua kristalisasi pandangan hidup pembuat
Selomangleng Tulungagung telah dilakukan bangunan (Marcella, 2005:26). Studi gaya
oleh beberapa pihak dari dalam dan luar arsitektur pada penelitian ini bertujuan
negeri. Penelitian mengenai fungsi Gua mengkaji latar sejarah dan gaya arsitektur
Selomangleng Tulungagung pernah diteliti Gua Selomangleng sebagai bangunan
untuk skripsi oleh Edy Purwanto (1983), keagamaan bercorak Hindu. Maksudnya
hasilnya Gua Selomangleng Tulungagung adalah bangunan yang digunakan untuk
berfungsi sebagai tempat pertapaan yang bertapa oleh para Rsi (orang yang menjalani
berlatar Agama Hindu. Penelitian selanjutnya tahap wanaprasta) dalam Agama Hindu
dilakukan oleh Intan Ungaling Dian (1998) (Cudamani, 1989:206). Selain bertujuan
yang meneliti arsitektur Candi Sanggrahan. untuk mengkaji latar sejarah dan gaya
Hasilnya menunjukkan Candi Sanggrahan arsitektur penellitian ini juga mengkaji
mengikuti bentuk arsitektural gaya Jago muatan pendidikan yang tercermin pada gaya
dan latar keagamaannya adalah Buddha arsitektur dan relief di Gua Selomangleng
Mahayana. Penelitian mengenai arsitektur Tulungagung.
Keraton Sumenep pernah dilakukan oleh
Dyah Tri Yuniarsih (2004). Hasilnya me- Metode
nunjukkan bahwa gaya arsitektur Keraton Jenis penelitian yang dilakukan
Sumenep merupakan akulturasi dari budaya adalah penelitian arkeologi dan sejarah.
lokal Sumenep dan budaya asing yaitu Eropa Pendekatan yang digunakan adalah pendekat-
dan Cina. an kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan
Kajian sejarah pendirian Gua karena data arkeologi merupakan data yang
Selomangleng Tulungagung diawali dengan unik sehingga dengan sendirinya tidak dapat
pendapat Robson (2008:10) yang mem- didekati dengan cara kuantitatif (Sukendar
perkirakan Gua Selomangleng Tulungagung dkk, 1999:11). Kehadiran penulis dalam
dibangun sekitar abad X-XI M. Penelitian A. penelitian ini adalah sebagai pengumpul data
J. Bernet Kempers menunjukkan bahwa Gua objek yang diteliti yaitu Gua Selomangleng
Tulungagung. Penelitian ini dilakukan di baik gua alami maupun gua buatan yang
Situs Gua Selomangleng Tulungagung. berada di wilayah eks-Karesidenan Kediri.
Selain itu, sebagai penelitian pembanding Sumber data yang penulis gunakan antara
penulis juga melakukan observasi di 32 gua lain:

Tabel 1 Rincian Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


Data Sumber Teknik Pengumpulan Data
Data
Data mengenai Sumber Observasi di Gua Selomangleng Tulungagung dan
sejarah Gua data gua-gua di sekitarnya; mencari data tekstual
Selomangleng artefaktual, berupa buku-buku sejarah, laporan penelitian,
Tulungagung tekstual, skripsi, dan artikel ilmiah yang membahas atau
dan hasil berkaitan dengan sejarah Gua Selomangleng
wawancara. Tulungagung; data lisan diperoleh dengan
mewawancarai juru kunci dan mantan juru kunci.
Data mengenai Sumber Observasi mengenai gaya arsitektur di Gua
gaya arsitektur data Selomangleng Tulungagung dan gua-gua di
Gua artefaktual, sekitarnya; mencari data tekstual berupa buku-
Selomangleng tekstual, buku, laporan penelitian, skripsi, dan artikel
Tulungagung dan hasil ilmiah yang membahas atau berkaitan dengan
wawancara. arsitektur tradisional dan bangunan keagamaan;
data lisan diperoleh dengan mewawancarai juru
kunci dan mantan juru kunci.
Data mengenai Sumber Observasi di Gua Selomangleng Tulungagung dan
muatan data gua-gua di sekitarnya; mencari data tekstual
pendidikan artefaktual, berupa buku-buku, laporan penelitian, skripsi, dan
yang terdapat tekstual, artikel ilmiah yang membahas atau berkaitan
di Gua dan hasil dengan muatan pendidikan di Gua Selomangleng
Selomangleng wawancara. Tulungagung; data lisan diperoleh dengan
Tulungagung mewawancarai juru kunci dan mantan juru kunci.
(Sumber: Sukendar dkk, 1999:21-22).

Pengumpulan data dalam penelitian ini wawancara terbuka (open interviewed)


dilakukan melalui beberapa tahap antara lain: yang memungkinkan informan lebih
1. Survei: penulis datang langsung ke situs leluasa dalam memberikan jawaban.
Gua Selomangleng Tulungagung untuk Data yang telah terkumpul
mengamati bagaimana gaya arsitekturnya. selanjutnya dianalisis dan diinterpretasi-
2. Studi Pustaka: mencari buku-buku, kan. Analisis dan interpretasi yang
laporan penelitian, skripsi dan artikel dilakukan antara lain:
ilmiah yang relevan dengan topik yang 1. Analisis dan interpretasi morfologi:
penulis bahas. pengamatan mengenai ukuran bangunan
3. Wawancara: metode wawancara yang (panjang, lebar, tinggi), denah bangunan,
dilakukan dalam penelitian ini adalah arah hadap, bagian kaki, tubuh, dan atap.

178
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 179

2. Analisis dan interpretasi teknologi: Setelah dianalisis dan diinterpretasi


meliputi bahan-bahan yang digunakan, selanjutnya dilakukan pengecekan keabsahan
serta teknik hias pada ragam hias temuan dilakukan dengan cara melakukan
arsitektural maupun dekoratif. pengamatan secara mendalam dan berulang-
3. Analisis dan interpretasi gaya: meliputi kali, melakukan pemeriksaan keseuaian
bentuk dan ragam hias arsitektural antara fakta-fakta yang ada di lapangan
maupun dekoratif. Selain itu, analisis dengan hasil penelitian lain yang diperoleh
gaya juga meliputi struktur desain Gua dari sumber data tertulis, melakukan diskusi
Selomangleng Tulungagung . mendalam dengan Prof. Dr. Agus Aris
4. Analisis dan interpretasi kontekstual: Munandar, M.Hum yang merupakan ahli
meliputi halaman bangunan, bangunan- dalam bidang arkeologi Indonesia kuno dari
bangunan di sekitarnya, lingkungan fisik Universitas Indonesia.
di sekitarnya, serta sumber daya alam
yang ada di sekitarnya.

Penelitian ini jika digambarkan terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut.

Bagan 1. Bagan Alur Tahap-tahap Penelitian


(Sumber: Nainunis Aulia Izza, November 2014).
Bagan 1. Bagan Alur Tahap-tahap Penelitian
(Sumber: Nainunis Aulia Izza, November 2014).

Hasil Penelitian terletak di wilayah Kabupaten Tulungagung


1. Deskripsi Situs Gua Selomangleng yang merupakan daerah perbukitan kapur.
Tulungagung Letaknya berada dekat dengan beberapa situs
Gua Selomangleng Tulungagung bersejarah seperti Candi Sanggrahan,
secara administraif masuk dalam wilayah Gayatri, Dadi, Gua Tritis, dan Pasir. Hal ini
Dusun Sanggrahan Kidul, Desa Sanggrahan, menunjukkan bahwa lokasi sekitarnya adalah
Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulung- tempat suci pada zaman Hindu-Buddha.
agung. Gua Selomangleng Tulungagung

Gambar 1. Lokasi Gua Selomangleng Tulungagung dan Situs-situs Lain di Sekitarnya


(Sumber: PT. Karya Pembina Swajaya).
Situs Gua Selomangleng Tulungagung di Di situs Gua Selomangleng
bangun pada 2 bongkah batu besar. Satu batu Tulungagung tidak ditemui arca-arca dewa
yang berada di sebelah bawah membentuk 2 kecuali figur manusia yang menempel di sisi
ceruk gua. Sedangkan di atas terdapat utara dan mulut gua yang menghadap ke
sebongkah batu yang dibentuk menjadi batur. barat. Menurut Bapak Mukani arca tersebut
Selain itu, terdapat sebuah bentuk alas batu merupakan perwujudan sepasang manusia
yang berada di dekat batur. bernama Cakra Kusuma dan Loro Blengeh
Menurut Bapak Mukani yang yang menjaga Gua Selomangleng. Selain itu,
merupakan mantan juru kunci Gua juga ada relief Buta Locaya yaitu raksasa
Selomangleng, situs ini diketemukan kembali penjaga Gua Selomangleng.
pada tahun 1918. Setelah proklamasi
kemerdekaan Gua Selomangleng belum 2. Deskripsi Arsitektur Situs Gua
mendapat perhatian, baru pada tahun 1977 Selomangleng Tulungagung
mendapatkan perhatian dari pemerintah Bahan pembentuk bangunan berasal
melalui Suaka Peninggalan Sejarah dan dari batuan sedimen yang mudah ditemui di
Purbakala (SPSP) Trowulan. Sejak tahun sekitarnya. Luas keseluruhan situs adalah 26
1977 Gua Selomangleng Tulungagung di x 29.5 m. Terdiri dari teras bawah dan teras
tetapkan sebagai cagar budaya. atas (lihat foto 1).

Gambar 2. Teras Bawah Gua Selomangleng Tulungagung


(Sumber: Dokumentasi Nainunis Aulia Izza, Desember 2012).

Gambar 1 merupakan Foto teras bawah bila kan pada sebuah monolith dan di belakang
dilihat dari arah pintu masuk atau dari terlihat tebing dimana batur terletak dengan
sebelah barat. Tampak 2 ceruk yang dipahat- posisi lebih tinggi (lihat gambar 3).

Gambar 3. Denah Situs Gua Selomangleng Tulungagung


(Sumber: Hasil Gambar Nainunis Aulia Izza, September 2014).

180
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 181

Ceruk I merupakan sebuah lubang persegi hindari air hujan masuk lebih dalam ke
panjang berukuran panjang 397 cm, lebar Ceruk I. Ceruk I memiliki 3 dinding yang
322 cm, dan tinggi 197 cm. Ceruk ini digunakan untuk memahat relief-relief dari
menghadap ke barat dan memiliki relief di sisi utara, timur, kemudian selatan (lihat
dalamnya. Ceruk ini menunjukkan bekas- gambar 4). Setiap panil relief menggambar-
bekas pahatan (pengerukan). Selain itu, lantai kan satu sub episode cerita yang diambil dari
yang dinaikkan kurang lebih 20 cm kisah Arjunawiwaha.
diperkirakan juga berfungsi untuk meng-

Gambar 4. Sketsa Bagian dalam Ceruk I Gua Selomangleng


(Sumber: Hasil Gambar Nainunis Aulia Izza, September 2014).

Ceruk II berada pada bongkahan batu yang mulut gua 367 cm dengan tinggi mulut gua
sama dengan Ceruk I. Ceruk II menghadap sebelah timur 110 cm dan sebelah barat 105
ke selatan dan berada di ketinggian 220 cm cm. Ukuran ruangan dalam gua berbeda
bila diukur dari permukaan tanah sampai dengan ukuran mulut gua, yaitu memiliki
dengan ambang bawah mulut ceruk. Untuk panjang 409 cm, lebar 200 cm dan tinggi 184
dapat masuk ke Ceruk II, manusia harus cm (lihat gambar 5). Ceruk II tidak memiliki
melewati 5 buah anak tangga yang pahatan relief di dalamnya. Bentuk Ceruk II
dipahatkan di tubuh bongkahan batu. Panjang menunjukkan adanya bekas pemahatan.

Gambar 5. Ceruk II Gua Selomangleng Tulungagung


(Sumber: Dokumentasi Nainunis Aulia Izza, Juni 2012).
Ceruk II pada dasarnya memiliki bentuk relief, kepala kala, maupun figur (arca) di
yang sama dengan Ceruk I. Namun, Ceruk II sebelah mulut gua seperti Ceruk I (lihat
dibuat lebih sederhana tanpa menggunakan gambar 6).

Gambar 6. Sketsa Ceruk II Gua Selomangleng


(Sumber: Hasil Gambar Nainunis Aulia Izza, September 2014).

Batur di situs Gua Selomangleng juga lebar terpanjang 473 cm, serta memiliki
merupakan hasil bentukan manusia yang diagonal terpanjang 661 cm (lihat gambar 7
dibuat dari bongkahan batu besar. Batur ini dan gambar 8). Tingginya 110 cm yang
tidak memiliki bentuk persegi sempurna, di disetiap bagian tubuh batur dipahatkan panil
arah tenggara batur tersebut terdapat sisi batu bentuk yang mirip dengan palang yunani
yang tidak rata dan untuk menyempurnakan (lihat gambar 9). Di sekitar tangga terdapat
bentuk persegi maka ditambahkan bong- sebuah cekungan berbentuk bulat dengan
kahan-bongkahan batu. Di sebelah barat diameter kira-kira 20 cm. Di samping batur
terdapat sebuah teras kecil dimana terdapat terdapat sebuah bentuk mirip lapik atau meja
anak tangga untuk naik ke atas batur. Batur berbentuk tabung yang memiliki tinggi 46
ini memiliki bagian terpanjang 472 cm dan cm dan lebar 82 cm (lihat gambar 10).

Gambar 7. Batur Gua Selomangleng Tulungagung


(Sumber: Dokumentasi Nainunis Aulia Izza, Agustus 2014).

182
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 183

Batur ini terletak pada sebuah batu yang semacam halaman batu yang ada di depan
bentuk aslinya masih dapat terlihat dari tangga naik batur.

Gambar 8. Batur Tampak Depan (Sumber: Hasil Gambar Nainunis Aulia Izza, September 2014).

Di samping dan di antara tangga terdapat dibuat dengan bentuk dasar persegi (lihat
ukiran tapak dara atau palang yunani yang gambar 9).

Gambar 9. Palang Yunani di Dinding Batur sebagai Penanda Sebuah Bangunan Suci
(Sumber: Dokumentasi Nainunis Aulia Izza, Agustus 2014).

Di sebelah utara batur terdapat sebuah lapik yang memiliki permukaan bulat di bagian
atas dan bawahnya (lihat gambar 10).

Gambar 10. Lapik Batu yang Ada di Depan Batur


(Sumber: Dokumentasi Nainunis Aulia Izza, Agustus 2014).
3. Deskripsi Hiasan Relief Arjuna Wiwaha sekat-sekat kecil dan dari atas ke bawah
di Situs Gua Selomangleng cenderung membentuk sebuah bidang cekung
Relief di situs Gua Selomangleng yang makin memperjelas jalannya cerita jika
Tulungagung hanya terdapat di Ceruk I. sang pembaca dalam posisi duduk di lantai
Pembacaan relief dimulai dari sisi utara lalu ceruk. Relief sisi utara menggambarkan
ke timur dan selanjutnya ke selatan. Setiap beberapa figur manusia dan awan-awan yang
adegan relief menampilkan figur-figur memenuhi bagian-bagian kosong relief (lihat
manusia yang besar dan nampak men- gambar 11).
dominasi. Setiap adegan dibatasi dengan

Gambar 11. Sketsa dan Foto Relief di Sisi Utara Ceruk I Gua Selomangleng
(Sumber: Dokumentasi Nainunis Aulia Izza, September 2014).

Selanjutnya pembacaan relief berpindah di panil 2 menggambarkan fugur-figur manusia


sisi timur Ceruk I Gua Selomangleng yang sedang dalam perjalanan dan membawa
Tulungagung yang berisi 3 panil relief. Panil tongkat dengan ujung lebar (lihat gambar
1 dan 2 menggambarkan figur di dalam 12).
cekungan atau ceruk mirip gua sedangkan

Gambar 12. Foto Relief Sisi Timur di Ceruk I Gua Selomangleng


(Sumber: Dokumentasi Nainunis Aulia Izza, September 2014).

Di sisi selatan terdapat 2 panil relief yang utara, relief yang berada di sisi selatan juga
memunculkan kembali sebagian figur yang menggambarkan latar tempat seperti di atas
sama dengan relief-relief sebelumnya. awan dimana bagian releif yang kosong diisi
Serupa dengan relief yang berada di sisi dengan motif-motif awan (lihat gambar 13).

184
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 185

Gambar 13. Foto Relief di Sisi Selatan Ceruk I Gua


(Sumber: Dokumentasi Nainunis Aulia Izza, September 2014).

Detail dari relief di gambar 11 sampai 13 dapat dideskripsikan sebagai berikut


(lihat tabel 2).

Tabel 2. Deskripsi Relief di Gua Selomangleng Tulungagung


No. Nama Letak Deskripsi Cerita
Reli Adegan
ef

1. Dewa Indra Dindin Pada relief ini digambarkan Dewa Indra sedang
di g utara berunding dengan beberapa tokoh yang
Kahyangan mengambil latar tempat di atas awan dan
banyak terdapat gapura-gapura yang mirip
dengan suasana kahyangan.

2. Bidadari Dindin Pada relief ini digambarkan 3 sosok wanita


turun dari g utara dengan berbagai perhiasan. Ketiga tokoh ini
kahyangan dapat diidentifikasikan sebagai bidadari dari
kahyangan yang sedang melakukan perjalanan
turun ke bumi.

3. Pertapa di Dindin Pada relief ini digambarkan seorang laki-laki


antara 2 g timur yang sedang bertapa berada di antara 2 wanita
wanita yang bentuk fisik dan perhiasannya sama
dengan yang ada pada adegan relief 2. Adegan
ini dapat diidentifikasikan sebagai kejadian
dimana Arjuna yang sedang bertapa digoda
oleh para bidadari.

4. Pertapa Dindin Pada relief ini digambarkan 2 orang laki-laki


dengan g timur yang sedang duduk berhadapan. Salah seorang
seorang laki-laki mempunyai penggambaran yang sama
pria tua dengan pertapa yang berada pada relief adegan
3. Laki-laki pertapa ini terlihat sedang
berhadapan dengan seorang laki-laki yang lebih
kecil dan bungkuk (seperti orang tua). Adegan
ini dapat diidentifikasikan sebagai adegan
ketika Arjuna diuji oleh Bhatara Guru dan
kemudian mendapatkan senjata Pasopati
(Resink, 1975:219).

5. Beberapa Dindin Pada relief ini digambarkan 3 orang laki-laki


orang g timur berdiri dengan membawa senjata lebar berjalan
berjalan sejajar. Adegan ini dapat diidentifikasikan
sebagai para prajurit yang akan mengawal
Arjuna untuk memulai sebuah perang.

6. Dewa Indra Dindin Pada relief ini digambarkan Dewa Indra (figur
dengan g yang sama dengan relief 1) sedang bersama
beberapa dengan beberapa tokoh di tempat yang banyak
tokoh. selatan gapura. Adegan ini dapat diidentifikasikan
sebagai adegan ketika Dewa Indra sedang
berdiskusi dengan tokoh-tokoh di khayangan
sambil menunggu berita dari Arjuna yang
sedang berperang.

7. Sepasang Dindin Pada relief ini digambarkan seorang laki-laki


pria dan g (diidentifikasikan sebagai Arjuna) duduk
wanita berdampingan dengan seorang wanita
selatan (diidentifikasikan sebagai bidadari). Adegan ini
dapat diidentifikasikan sebagai Arjuna yang
mendapat hadiah untuk menikahi bidadari dan
memiliki kekayaan Dewa Indra (Hooykaas,
1956:312). Dalam relief ini terdapat flora,
fauna, dan bangunan-bangunan di sekitar figur
manusia.

(Sumber: Observasi Nainunis Aulia Izza; Resink, 1975; Hooykaas, 1956).

Pembahasan lubang (Prawiroatmojo, 1957: 297-330).


1. Latar Sejarah Gua Selomangleng Berdasarkan kata-kata di atas bila di
Tulungagung gabungkan maka dapat diartikan sebagai batu
Nama Selomangleng memiliki ke- yang terbuka dan memiliki lubang. Mengenai
samaan dengan gua yang berada di Kota hal ini penulis lebih condong kepada arti
Kediri. Jika dilihat berdasarkan susunan kedua. Hal ini sesuai dengan keadaan Gua
kata yang digunakan dapat dijabarkan Selomangleng baik di Tulungagung maupun
menjadi dua pendapat. Pertama, berdasarkan Kediri. Informasi ini memberikan interpretasi
informasi dari juru kunci nama mengenai latar sejarah nama Gua
Selomangleng diartikan sebagai Selo berarti Selomangleng Tulungagung yang diberikan
batu dan Mangleng berarti menggantung. berdasarkan bentuknya. Mengenai sumber
Kedua, dapat diartikan bahwa Selo sebagai sezaman berupa prasasti atau kitab yang
batu, Manga diartikan sebagai ternganga atau menyebutkan nama asli situs Gua
terbuka, sedangkan Leng diartikan sebagai

186
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 187

Selomangleng Tulungagung saat ini belum pada masa Hindu-Buddha. Berdasarkan


ditemukan. letaknya diperkirakan Gua Selomangleng
Jika dilihat dari bentuk bangunan yang Tulungagung merupakan tempat untuk
ada di sekitarnya dapat diketahui bahwa bertapa. Perkiraan ini juga diperkuat dengan
sebagian besar merupakan tempat bertapa susunan bangunan Gua Selomangleng
(Candi Dadi, Gua Pasir, Gua Tritis, dan Gua Tulungagung yang berupa dua ceruk buatan
Banyu) sedangkan bangunan lainnya me- dan sebuah batur. Ukuran dan bentuk ceruk
rupakan bangunan yang berhubungan dengan yang terlihat menunjukkan bangunan Gua
Pendharmaan. Jadi Gua Selomangleng Selomangleng Tulungagung bukan merupa-
Tulungagung merupakan salah satu kan bangunan suci berskala besar namun
bangunan suci di kawasan Pegunungan lebih kepada bangunan suci yang dimanfaat-
Kendeng selatan. kan sebagai tempat menyepi. Alasan ini
Beberapa pendapat mengenai waktu dapat dikaitkan dengan perkiraan Gua
pembuatan yang pertama dari Casparis Selomangleng Tulungagung sebagai tempat
(1958:6) yang berpendapat bahwa Gua bertapa karena cocok dengan konsep bertapa
Selomangleng merupakan peninggalan masa dimana pelakunya membutuhkan tempat
pra-Kadiri tepatnya pada masa pemerintahan yang sepi untuk menjaga kekhusyukan
Raja Airlangga. Munandar & Yulianto bertapa (Rahardjo, 2011:151). Jika di
(1995:17) berpendapat bahwa Gua hubungkan dengan keterangan mengenai
Selomangleng merupakan peninggalan masa teori tahun pembangunan Gua Selomangleng
pra-Kadiri dan tetap digunakan sampai masa Tulungagung dapat disimpulkan bahwa situs
Majapahit. Kempers (1959:69-71) ber- ini dibangun pada zaman Airlangga dari
pendapat bahwa Gua Selomangleng Kerajaan Mataram Kuno Jawa bagian timur
Tulungagung dibuat pada masa pra Kadiri dan digunakan sampai dengan masa
tepatnya tidak lama sesudah pembangunan Majapahit.
Petirtaan Jalatunda. Hal ini didasarkan Jika dilihat dari relief di Gua
pada bentuk relief Gua Selomangleng Selomangleng Tulungagung didapatkan bukti
Tulungagung. Dimana gaya arsitektur bahwa relief tersebut merupakan potongan
Jalatunda juga menunjukkan perpaduan cerita dari Kakawin Arjunawiwaha. Kakawin
antara gaya Jawa bagian tengah dan Jawa Arjunawiwaha merupakan gubahan Mpu
bagian timur (Haan & Bosch, 1965:13). Kanwa yang dimaksudkan untuk meng-
Kieven (2003:76) berpendapat bahwa Gua gambarkan kehidupan Airlangga sebagai raja
Selomangleng Tulungagung dibuat pada yang berkuasa (Berg, 1938:21). Berdasarkan
masa awal Majapahit berdasarkan relief figur bukti tertulis dan menyambung pendapat
manusia yang ada di kanan dan kiri mulut pada paragraf-paragraf sebelumnya maka
gua. dapat disimpulkan bahwa Gua Selomangleng
Mengenai masa pembangunan Tulungagung merupakan sebuah bangunan
serta pemanfaatan Gua Selomangleng suci Agama Rsi sekaligus monumen
Tulungagung penulis akan menggunakan gambaran kehidupan Airlangga yang di
acuan pendapat dari Munandar & Yulianto bangun pada masa kekuasaan Airlangga yang
(1995:17) dan akan membahasnya lebih merupakan raja Kerajaan Mataram Kuno
lanjut berdasarkan bukti-bukti gaya arsitektur Jawa bagian timur yang memerintah pada
yang memvalidasi pendapat yang penulis awal abad XI M atau 1019-1042 M
gunakan sebagai acuan. Data yang men- (Munandar, 2011:3).
dukung alasan ini, dapat diketahui dari
perkiraan subjek (komunitas) penggunanya
2. Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Buddha menunjukkan bahwa bangunan ini
Tulungagung berfungsi sebagai bangunan suci (Munandar
Ceruk I merupakan bagian utama & Yulianto, 1995:61).
dalam situs Gua Selomangleng Tulungagung. Mengenai fungsi batur jika di
Relief di ceruk I ini memiliki gaya hubungkan dengan kegiatan keagamaan di
pemahatan yang unik bila dibandingkan Gua Selomangleng Tulungagung dimungkin-
dengan bangunan Hindu-Buddha yang ada di kan batur ini merupakan tempat menaruh
sekitarnya. Relief Arjunawiwaha di Gua sesaji yang dipersembahkan kepada dewa
Selomangleng Tulungagung memiliki gaya (Munandar, 2011:4). Jadi dapat disimpulkan
pemahatan relief tinggi. Pemahatan relief bahwa batur di Gua Selomangleng merupa-
tinggi umumnya merupakan karakteristik kan bagian dari situs keagamaan yang
gaya pemahatan relief pada bangunan- digunakan sebagai tempat bertapa sekaligus
bangunan masa klasik tua (Widyosiswoyo & melaksanakan ritual-ritual bagi komunitas
Supartono, 2007:106). Selain itu, gaya Agama Rsi. Dimana pada ritual itu para Rsi
pahatan figur relief menggambarkan figur- yang sudah tinggi ilmunya tidak memerlukan
figur manusia tiga dimensi dan ke depan atau arca untuk kegiatan pemujaan.
ke samping dengan karakteristik anggota Komposisi keletakan bangunan di
tubuh serta aksesoris yang dikenakan juga Gua Selomangleng Tulungagung dapat di
berjenis tiga dimensi. Hal ini menunjukkan korelasikan juga dengan konsep-konsep
bahwa relief dalam Gua Selomangleng lebih dalam Agama Hindu yaitu pembagian dunia
condong memiliki karakteristik gaya klasik dan konsep sifat kedewataan dalam ajaran
tua (Munandar, 2004:55). yoga tantris. Menurut konsep yoga tantris
Kepala kala di atas mulut gua alam semesta dan manusia dapat dibagi
memiliki rahang yaitu ceruk I. Selain itu, menjadi tiga bentuk penjelmaan yaitu sakala,
gaya pemahatan kepala kala memiliki sakala-niskala, niskala. Sakala adalah
kedalaman pahatan rendah dan tipis sehingga tahapan dimana dalam diri seorang yogi
jelas terlihat perbedaannya bila dibandingkan masih membutuhkan sifat-sifat kebendaan
dengan bentuk kepala kala yang ada di situs yang mampu ditangkap pancaindera. Sakala-
lainnya. Gaya pemahatan figur ini memiliki niskala pada diri seorang yogi berada pada
karakteristik zaman Kerajaan Majapahit hati. Niskala pada diri seorang yogi berada
dimana terdapat teratai di samping figur pada lubuk hati yang paling dalam. Dimana
manusia yang digambarkan keluar dari vas dalam hati tersebut tidak ada yang bersifat
(Munandar, 2012:6). kebendaan (Rahardjo, 2011:161-162). Dalam
Bagian kaki batur yang paling hal ini situs Gua Selomangleng Tulungagung
bawah merupakan sebuah sisa dari bentuk yang juga digunakan oleh para yogi dapat
bongkahan batu yang belum dipahat. Apabila ditafsirkan dalam pembagian tiga dunia
dilihat dari bagian pojok atau diamati dari sakala, sakala-niskala, dan niskala.
samping terdapat sebuah pola tertentu yang Penafsiran pertama mengenai
membentuk sebuah tingkatan-tingkatan. Hal korelasi Gua Selomangleng Tulungagung
ini mengingatkan pada bentuk punden sesuai dengan konsep 3 dunia adalah dalam
berundak yang juga memiliki bentuk dasar lingkup kecil dan lingkup besar (lihat gambar
altar. Indikasi yang didapatkan adalah ada 14).
unsur-unsur dari masa prasejarah di Gua
Selomangleng Tulungagung. Adanya bentuk
palang yunani pada bangunan masa Hindu-

188
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 189

Gambar 14. Penggambaran Simbolisasi Konsep 3 Dunia pada Lingkup Kecil dan besar di Gua
Selomangleng Tulungagung (Sumber: Hasil Gambar Nainunis Aulia Izza, September 2014).

Relief Arjunawiwaha yang ada di Gua cobaan kehidupan sekaligus menjadi sosok
Selomangleng Tulungagung merupakan pemberani dalam usaha memajukan
relief potongan cerita. Alasan pemilihan negaranya.
potongan cerita ini sesuai dengan fungsi Adanya perdebatan mengenai
bangunannya yaitu untuk bertapa, jadi relief tahun pembuatan dan pemanfaatan Gua
yang dipahatkan juga menunjukkan kegiatan Selomangleng Tulungagung memiliki makna
bertapa. Jadi, jika dikorelasikan antara latar edukasi untuk memecahkan masalah secara
sejarah bangunan yang berfungsi sebagai kritis tanpa mengurangi rasa saling
pertapaan, gaya arsitektur, dan pemilihan menghargai jika ada pendapat yang berbeda.
relief Arjunawiwaha serta penempatan Dari segi arsitektur relief di ceruk I
potongan relief ini maka Gua Selomangleng merupakan bentuk karya seni yang mewakili
Tulungagung di desain sesuai fungsi dan gaya masa transisi yang memunculkan
alam pikiran pembuatnya. berbagai pendapat (Pigeaud, 1958:195). Gua
Selomangleng Tulungagung yang dibuat
3. Muatan pendidikan yang terdapat di pada batu-batu besar yang dimodifikasi
Gua Selomangleng Tulungagung mengandung muatan pendidikan mengenai
Berdasarkan pembahasan di atas pentingnya kreativitas. Dalam relief ini
menunjukkan bahwa Gua Selomangleng digambarkan tokoh-tokoh yang memakai
Tulungagung digunakan untuk tahapan busana tertentu, Dewa Indra dalam relief ini
kehidupan Wanaprasta. Hal ini me- digambarkan tinggal di sebuah tempat yang
ngandung muatan pendidikan bahwa pada indah dan mengenakan busana mewah
setiap kehidupan ada tahap atau lapisan ter- dengan mahkota di kepalanya sedangkan
tentu dimana setiap orang harus menjalan- Arjuna yang pada relief ini digambarkan
kannya dengan sebaik-baiknya. Tingkatan sedang bertapa hanya menggunakan baju
kehidupan dan relief Gua Selomangleng sederhana tanpa ada aksesoris yang
Tulungagung mencerminkan kehidupan rumit (Agustono dkk, 2007:23). Muatan
Airlangga merupakan raja Mataram Kuno pendidikannya adalah dalam menuntut ilmu
Jawa bagian timur. Muatan edukasi yang seorang pelajar seharusnya bersikap
dapat diambil dari sini adalah dengan sederhana dan tidak boleh tergoda dengan
mengetahui perjalanan hidup Airlangga akan hal-hal negatif yang berpotensi mengganggu
dapat menjadi sosok yang kuat menghadapi aktivitas menuntut ilmu.
Relief yang menggambarkan Arjuna harus menjalankannya dengan sebaik-baik-
bersama lelaki tua mengandung muatan nya; (2) Selalu berusaha dan belajar
pendidikan agar seseorang yang lebih muda memecahkan sebuah masalah. Pemecahan
dapat hormat kepada yang lebih tua. Muatan masalah dalam hal ini dilakukan dengan
pendidikan yang dapat diambil dari kakawin tidak mengurangi rasa saling menghargai jika
Arjunawiwaha dan relief Gua Selomangleng ada pendapat yang berbeda. Hal ini juga akan
Tulungagung yang bercerita tentang menumbuhkan sikap kritis dalam menelaah
potongan kisah Arjunawiwaha antara lain sebuah masalah; (3) Pentingnya kreativitas;
dapat menyampaikan pesan kepada khalayak (4) Dalam menuntut ilmu seorang pelajar
yang lebih luas (Munandar, 2003:16). seharusnya bersikap sederhana dan tidak
Berdasarkan sisi edukatifnya relief boleh tergoda dengan hal-hal negatif yang
Arjunawiwaha dapat memberikan pesan- berpotensi mengganggu aktivitas menuntut
pesan positif tentang kepahlawanan, budi ilmu; (5) Seseorang yang lebih muda dapat
pekerti, dan kerja keras Arjuna (yang menunjukkan rasa hormat kepada orang yang
diibaratkan sebagai Airlangga) yang dapat lebih tua.
menjadi suri tauladan dan menjadi The True
Personality (Yulianto, 2001:3).
DAFTAR RUJUKAN
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan Agustono, H & Haryadi. 2007. Seri
pembahasan mengenai Gua Selomangleng Mengenal Cagar Budaya di
Tulungagung maka dapat disimpulkan men- Tulungagung. Tulungagung: Dinas
jadi tiga poin. Pertama, latar sejarah Gua Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Selomangleng menunjukkan ciri bangunan Tulungagung.
yang dibuat pada masa Airlangga (Kerajaan Anonim. Peta KabupatenTulungagung.
Mataram Kuno Jawa bagian timur di abad Surabaya: PT. Karya Pembina
XI M) dan digunakan sampai masa Kerajaan Swajaya.
Majapahit. Gua Selomangleng Tulungagung Berg, C.C. 1938. De Arjunawiwaha, Er-
berada di antara gua-gua lain di sekitarnya Langga's Levensloop En
dan sama-sama di fungsikan sebagai tempat Bruiloftslied?. Bijdragen T.L.V.
bertapa kaum Rsi. Casparis, J.G de. 1958. Airlangga. Makalah
Kedua, gaya arsitektur Gua disampaikan dalam ceramah inagurasi
Selomangleng Tulungagung menggambar- Prof. J.G de Casparis UNAIR di
kan gaya masa transisi dimana di satu sisi Malang April 1958.
mencerminkan gaya Jawa bagian tengah dan Cudamani.1989. Pengantar Agama Hindu
di sisi lain mencerminkan gaya Jawa bagian untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
timur. Berdasarkan relief dan Kakawin Yayasan Dharma Sarathi.
Arjunawiwaha yang digubah pada masa Dian, I.U. 1998. Tinjauan Gaya Arsitektur
Airlangga maka didapatkan kesimpulan dan Latar Belakang Keagamaan
bahwa Gua Selomangleng Tulungagung Candi Sanggrahan Tulungagung.
merupakan sebuah bangunan suci Agama Rsi Skripsi tidak diterbitkan. Depok:
sekaligus monumen untuk Airlangga. Universitas Indonesia.
Ketiga, muatan pendidikan yang Djubiantono, T. 2004. Lingkungan Masa
terdapat di Gua Selomangleng Tulungagung Lampau Beberapa Situs Arkeologi di
antara lain: (1) Pada setiap kehidupan ada Jawa dan Bali. Jakarta: Kementrian
tahap-tahap tertentu dimana setiap orang Kebudayaan dan Pariwisata.
190
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 191

Haan, De & Bosch, F.D.K. 1965. The Prawiroatmojo, S. 1985. Bausastra Jawa –
Oldjavanese Bathing Place Jalatunda. Indonesia. Jakarta: Gunung agung.
Leiden: KITLV. Purwanto, E. 1983. Goa Selomangleng II:
Hooykaas, J. 1956. The Rainbow In Ancient Suatu Tinjauan Mengenai Fungsi dan
Indonesian Religion. Leiden: KITLV Permasalahannya. Skripsi tidak
Kasdi, A., Noorwiyanto, S., Sumarno & diterbitkan. Yogyakarta: Universitas
Wisnu. 2003. Sejarah Tulungagung. Gadjah Mada.
Tulungagung: Dinas Pendidikan dan Rahardjo, S. 2011. Peradaban Jawa: dari
Kebudayaan. Mataram Kuno sampai Majapahit
Kempers, A.J.B. 1959. An Ancient Akhir. Jakarta: Komunitas Bambu.
Indonesian Art. Amsterdam: C.P.J van Resink, G. J. 1975. From The Old
Der Peet. Mahabharata - To The New Ramayana
Kieven, L. 2003. Worshiping Siva and - Order. Leiden: KITLV.
Buddha:The Temple Art of East Java. Robson, S. 2008. Arjunawiwāha: The
Hawaii:University of Hawaii Press. Marriage of Arjuna of Mpu Kanwa.
Marcella, L. 2005. Arsitektur dan Perilaku Leiden: KITLV Press.
Manusia. Jakarta: Gramedia. Sukendar, H., Simanjuntak, T., Ernawati, Y.,
Munandar, A.A. & Yulianto, K. 1995. Suhadi, M., Prasetyo, B.,
Arsitektur Gua sebagai Sarana Harkantiningsih, N., Handini, R. 1999.
Peribadatan dalam Masa Hindu- Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta:
Buddha. Depok: Universitas Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Indonesia. Surojo, 2010. Tapak Budaya Tulungagung.
Munandar, A.A. 2003. Aksamala: Bunga Tulungagung: Dinas Kebudayaan
Rampai Karya Penelitian. Untaian Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
Persembahan untuk Ibunda Prof. Dr. Kabupaten Tulungagung.
Edi Sedyawati. Bogor: Akademia. Widyosiswoyo & Supartono. 2007. Sejarah
Munandar, A.A. 2004. Karya Sastra Jawa Seni Rupa I. Jakarta: Universitas
Kuno yang Diabadikan Pada Relief Trisakti.
Candi-Candi Abad Ke-13—15 M. Wojowasito, S. 1953. Sejarah Kebudayaan
Makara, Sosial Humaniora, Vol. 8, Indonesia: Indonesia Sejak Pengaruh
No. 2, Agustus 2004:54-60. India. Jakarta: Siliwangi.
Munandar, A.A. 2011. Catuspatha Arkeologi Yulianto, K. 2001. Penelitian Empat Prasasti
Majapahit. Jakarta: Wedatama Widya dari Masa Pemerintahan Raja
Sastra. Airlangga. Depok: Universitas
Munandar, A.A. 2012. Peradaban Indonesia.
Majapahit: Data dan Masalah Yuniarsih, D. T. 2004. Gaya Arsitektur dan
Interpretasinya. Disampaikan pada Ornamentasi Keraton Sumenep
Seminar Nasional “Teladan Per- (Tinjauan Akulturasi Budaya). Skripsi
adaban: Nilai-nilai Luhur Kerajaan tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Majapahit dalam Perspektif Kekinian. Negeri Malang.
Sabtu 10 November 2012.
Pigeaud. 1958. Javanese Gold. Leiden:
KITLV.

Anda mungkin juga menyukai