Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana latar sejarah, gaya
arsitektur, dan muatan pendidikan yang terdapat di Gua Selomangleng Tulungagung.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian arkeologi dan sejarah. Pendekatan yang
digunakan adalah kualitatif. Hasil analisisnya sebagai berikut: Gua Selomangleng
Tulungagung dibangun masa Airlangga dan digunakan sampai dengan masa
Kerajaan Majapahit sebagai tempat bertapa para Rsi, gaya arsitektur Gua
Selomangleng Tulungagung menggambarkan gaya masa transisi, muatan pendidikan
yang dapat diambil dari latar sejarah dan gaya arsitektur Gua Selomangleng
Tulungagung diantaranya dapat menjalani setiap tahap kehidupan dengan sebaik-
baiknya, kritis dan saling menghargai perbedaan pendapat, kreativitas,
kesederhanaan, fokus dalam belajar, dan menghormati orang yang lebih tua.
Abstract: this study tends to know how the historical background, architectural
mode, and the educational values depicted in Selomangleng Cave, Tulungagung.
This study is categorized as archaeological-historical research design and used
qualitative approach. The findings are the cave is built under the regime of
Airlangga and to be used till the period of Majapahit as a meditation place of
“Rsi”; the architectural mode of Selomangleng cave describes the transition period;
and the educational values are useful to face every stages of life; to develop the
critical thinking; and to tolerate the difference of opinion, creativity, humbleness,
focusing in learning, and tolerate the old man.
Tulungagung adalah salah satu daerah di Bertapa. Keunikan gaya arsitektur dan relief
Indonesia yang berdasar temuannya memiliki yang ada di Gua Selomangleng Tulungagung
perjalanan sejarah panjang dari zaman merupakan objek yang menarik untuk diteliti.
paleolitik sekitar 40.000 tahun lalu (Surojo, Di sekitar situs Gua Selomangleng
2010:1). Bahasan ini difokuskan pada Tulungagung terdapat beberapa gua baik
peninggalan masa Hindu-Buddha karena gua buatan maupun alami. Banyaknya gua
pada masa inilah di Kabupaten Tulungagung alami yang berada dekat dengan Gua
mulai terdapat jejak-jejak kekuasaan Selomangleng Tulungagung dan bukti
Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur hingga pemanfaatan gua alami tersebut di masa
Majapahit. Gua Selomangleng Tulungagung prasejarah memunculkan masalah tentang
adalah salah satu situs Hindu-Buddha dengan alasan pemilihan tempat pembuatan gua yang
bentuk unik dan berbeda dengan gua-gua tidak memanfaatkan gua-gua alami yang
sejenis di sekitarnya. Di dalam gua juga telah tersedia dan justru membuat gua
terdapat relief yang ditafsirkan sebagai buatan. Hal ini menunjukkan adanya kriteria
adegan Arjunawiwaha episode Arjuna
176
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 177
178
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 179
Gambar 1 merupakan Foto teras bawah bila kan pada sebuah monolith dan di belakang
dilihat dari arah pintu masuk atau dari terlihat tebing dimana batur terletak dengan
sebelah barat. Tampak 2 ceruk yang dipahat- posisi lebih tinggi (lihat gambar 3).
180
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 181
Ceruk I merupakan sebuah lubang persegi hindari air hujan masuk lebih dalam ke
panjang berukuran panjang 397 cm, lebar Ceruk I. Ceruk I memiliki 3 dinding yang
322 cm, dan tinggi 197 cm. Ceruk ini digunakan untuk memahat relief-relief dari
menghadap ke barat dan memiliki relief di sisi utara, timur, kemudian selatan (lihat
dalamnya. Ceruk ini menunjukkan bekas- gambar 4). Setiap panil relief menggambar-
bekas pahatan (pengerukan). Selain itu, lantai kan satu sub episode cerita yang diambil dari
yang dinaikkan kurang lebih 20 cm kisah Arjunawiwaha.
diperkirakan juga berfungsi untuk meng-
Ceruk II berada pada bongkahan batu yang mulut gua 367 cm dengan tinggi mulut gua
sama dengan Ceruk I. Ceruk II menghadap sebelah timur 110 cm dan sebelah barat 105
ke selatan dan berada di ketinggian 220 cm cm. Ukuran ruangan dalam gua berbeda
bila diukur dari permukaan tanah sampai dengan ukuran mulut gua, yaitu memiliki
dengan ambang bawah mulut ceruk. Untuk panjang 409 cm, lebar 200 cm dan tinggi 184
dapat masuk ke Ceruk II, manusia harus cm (lihat gambar 5). Ceruk II tidak memiliki
melewati 5 buah anak tangga yang pahatan relief di dalamnya. Bentuk Ceruk II
dipahatkan di tubuh bongkahan batu. Panjang menunjukkan adanya bekas pemahatan.
Batur di situs Gua Selomangleng juga lebar terpanjang 473 cm, serta memiliki
merupakan hasil bentukan manusia yang diagonal terpanjang 661 cm (lihat gambar 7
dibuat dari bongkahan batu besar. Batur ini dan gambar 8). Tingginya 110 cm yang
tidak memiliki bentuk persegi sempurna, di disetiap bagian tubuh batur dipahatkan panil
arah tenggara batur tersebut terdapat sisi batu bentuk yang mirip dengan palang yunani
yang tidak rata dan untuk menyempurnakan (lihat gambar 9). Di sekitar tangga terdapat
bentuk persegi maka ditambahkan bong- sebuah cekungan berbentuk bulat dengan
kahan-bongkahan batu. Di sebelah barat diameter kira-kira 20 cm. Di samping batur
terdapat sebuah teras kecil dimana terdapat terdapat sebuah bentuk mirip lapik atau meja
anak tangga untuk naik ke atas batur. Batur berbentuk tabung yang memiliki tinggi 46
ini memiliki bagian terpanjang 472 cm dan cm dan lebar 82 cm (lihat gambar 10).
182
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 183
Batur ini terletak pada sebuah batu yang semacam halaman batu yang ada di depan
bentuk aslinya masih dapat terlihat dari tangga naik batur.
Gambar 8. Batur Tampak Depan (Sumber: Hasil Gambar Nainunis Aulia Izza, September 2014).
Di samping dan di antara tangga terdapat dibuat dengan bentuk dasar persegi (lihat
ukiran tapak dara atau palang yunani yang gambar 9).
Gambar 9. Palang Yunani di Dinding Batur sebagai Penanda Sebuah Bangunan Suci
(Sumber: Dokumentasi Nainunis Aulia Izza, Agustus 2014).
Di sebelah utara batur terdapat sebuah lapik yang memiliki permukaan bulat di bagian
atas dan bawahnya (lihat gambar 10).
Gambar 11. Sketsa dan Foto Relief di Sisi Utara Ceruk I Gua Selomangleng
(Sumber: Dokumentasi Nainunis Aulia Izza, September 2014).
Di sisi selatan terdapat 2 panil relief yang utara, relief yang berada di sisi selatan juga
memunculkan kembali sebagian figur yang menggambarkan latar tempat seperti di atas
sama dengan relief-relief sebelumnya. awan dimana bagian releif yang kosong diisi
Serupa dengan relief yang berada di sisi dengan motif-motif awan (lihat gambar 13).
184
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 185
1. Dewa Indra Dindin Pada relief ini digambarkan Dewa Indra sedang
di g utara berunding dengan beberapa tokoh yang
Kahyangan mengambil latar tempat di atas awan dan
banyak terdapat gapura-gapura yang mirip
dengan suasana kahyangan.
6. Dewa Indra Dindin Pada relief ini digambarkan Dewa Indra (figur
dengan g yang sama dengan relief 1) sedang bersama
beberapa dengan beberapa tokoh di tempat yang banyak
tokoh. selatan gapura. Adegan ini dapat diidentifikasikan
sebagai adegan ketika Dewa Indra sedang
berdiskusi dengan tokoh-tokoh di khayangan
sambil menunggu berita dari Arjuna yang
sedang berperang.
186
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 187
188
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 189
Gambar 14. Penggambaran Simbolisasi Konsep 3 Dunia pada Lingkup Kecil dan besar di Gua
Selomangleng Tulungagung (Sumber: Hasil Gambar Nainunis Aulia Izza, September 2014).
Relief Arjunawiwaha yang ada di Gua cobaan kehidupan sekaligus menjadi sosok
Selomangleng Tulungagung merupakan pemberani dalam usaha memajukan
relief potongan cerita. Alasan pemilihan negaranya.
potongan cerita ini sesuai dengan fungsi Adanya perdebatan mengenai
bangunannya yaitu untuk bertapa, jadi relief tahun pembuatan dan pemanfaatan Gua
yang dipahatkan juga menunjukkan kegiatan Selomangleng Tulungagung memiliki makna
bertapa. Jadi, jika dikorelasikan antara latar edukasi untuk memecahkan masalah secara
sejarah bangunan yang berfungsi sebagai kritis tanpa mengurangi rasa saling
pertapaan, gaya arsitektur, dan pemilihan menghargai jika ada pendapat yang berbeda.
relief Arjunawiwaha serta penempatan Dari segi arsitektur relief di ceruk I
potongan relief ini maka Gua Selomangleng merupakan bentuk karya seni yang mewakili
Tulungagung di desain sesuai fungsi dan gaya masa transisi yang memunculkan
alam pikiran pembuatnya. berbagai pendapat (Pigeaud, 1958:195). Gua
Selomangleng Tulungagung yang dibuat
3. Muatan pendidikan yang terdapat di pada batu-batu besar yang dimodifikasi
Gua Selomangleng Tulungagung mengandung muatan pendidikan mengenai
Berdasarkan pembahasan di atas pentingnya kreativitas. Dalam relief ini
menunjukkan bahwa Gua Selomangleng digambarkan tokoh-tokoh yang memakai
Tulungagung digunakan untuk tahapan busana tertentu, Dewa Indra dalam relief ini
kehidupan Wanaprasta. Hal ini me- digambarkan tinggal di sebuah tempat yang
ngandung muatan pendidikan bahwa pada indah dan mengenakan busana mewah
setiap kehidupan ada tahap atau lapisan ter- dengan mahkota di kepalanya sedangkan
tentu dimana setiap orang harus menjalan- Arjuna yang pada relief ini digambarkan
kannya dengan sebaik-baiknya. Tingkatan sedang bertapa hanya menggunakan baju
kehidupan dan relief Gua Selomangleng sederhana tanpa ada aksesoris yang
Tulungagung mencerminkan kehidupan rumit (Agustono dkk, 2007:23). Muatan
Airlangga merupakan raja Mataram Kuno pendidikannya adalah dalam menuntut ilmu
Jawa bagian timur. Muatan edukasi yang seorang pelajar seharusnya bersikap
dapat diambil dari sini adalah dengan sederhana dan tidak boleh tergoda dengan
mengetahui perjalanan hidup Airlangga akan hal-hal negatif yang berpotensi mengganggu
dapat menjadi sosok yang kuat menghadapi aktivitas menuntut ilmu.
Relief yang menggambarkan Arjuna harus menjalankannya dengan sebaik-baik-
bersama lelaki tua mengandung muatan nya; (2) Selalu berusaha dan belajar
pendidikan agar seseorang yang lebih muda memecahkan sebuah masalah. Pemecahan
dapat hormat kepada yang lebih tua. Muatan masalah dalam hal ini dilakukan dengan
pendidikan yang dapat diambil dari kakawin tidak mengurangi rasa saling menghargai jika
Arjunawiwaha dan relief Gua Selomangleng ada pendapat yang berbeda. Hal ini juga akan
Tulungagung yang bercerita tentang menumbuhkan sikap kritis dalam menelaah
potongan kisah Arjunawiwaha antara lain sebuah masalah; (3) Pentingnya kreativitas;
dapat menyampaikan pesan kepada khalayak (4) Dalam menuntut ilmu seorang pelajar
yang lebih luas (Munandar, 2003:16). seharusnya bersikap sederhana dan tidak
Berdasarkan sisi edukatifnya relief boleh tergoda dengan hal-hal negatif yang
Arjunawiwaha dapat memberikan pesan- berpotensi mengganggu aktivitas menuntut
pesan positif tentang kepahlawanan, budi ilmu; (5) Seseorang yang lebih muda dapat
pekerti, dan kerja keras Arjuna (yang menunjukkan rasa hormat kepada orang yang
diibaratkan sebagai Airlangga) yang dapat lebih tua.
menjadi suri tauladan dan menjadi The True
Personality (Yulianto, 2001:3).
DAFTAR RUJUKAN
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan Agustono, H & Haryadi. 2007. Seri
pembahasan mengenai Gua Selomangleng Mengenal Cagar Budaya di
Tulungagung maka dapat disimpulkan men- Tulungagung. Tulungagung: Dinas
jadi tiga poin. Pertama, latar sejarah Gua Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Selomangleng menunjukkan ciri bangunan Tulungagung.
yang dibuat pada masa Airlangga (Kerajaan Anonim. Peta KabupatenTulungagung.
Mataram Kuno Jawa bagian timur di abad Surabaya: PT. Karya Pembina
XI M) dan digunakan sampai masa Kerajaan Swajaya.
Majapahit. Gua Selomangleng Tulungagung Berg, C.C. 1938. De Arjunawiwaha, Er-
berada di antara gua-gua lain di sekitarnya Langga's Levensloop En
dan sama-sama di fungsikan sebagai tempat Bruiloftslied?. Bijdragen T.L.V.
bertapa kaum Rsi. Casparis, J.G de. 1958. Airlangga. Makalah
Kedua, gaya arsitektur Gua disampaikan dalam ceramah inagurasi
Selomangleng Tulungagung menggambar- Prof. J.G de Casparis UNAIR di
kan gaya masa transisi dimana di satu sisi Malang April 1958.
mencerminkan gaya Jawa bagian tengah dan Cudamani.1989. Pengantar Agama Hindu
di sisi lain mencerminkan gaya Jawa bagian untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
timur. Berdasarkan relief dan Kakawin Yayasan Dharma Sarathi.
Arjunawiwaha yang digubah pada masa Dian, I.U. 1998. Tinjauan Gaya Arsitektur
Airlangga maka didapatkan kesimpulan dan Latar Belakang Keagamaan
bahwa Gua Selomangleng Tulungagung Candi Sanggrahan Tulungagung.
merupakan sebuah bangunan suci Agama Rsi Skripsi tidak diterbitkan. Depok:
sekaligus monumen untuk Airlangga. Universitas Indonesia.
Ketiga, muatan pendidikan yang Djubiantono, T. 2004. Lingkungan Masa
terdapat di Gua Selomangleng Tulungagung Lampau Beberapa Situs Arkeologi di
antara lain: (1) Pada setiap kehidupan ada Jawa dan Bali. Jakarta: Kementrian
tahap-tahap tertentu dimana setiap orang Kebudayaan dan Pariwisata.
190
Nainunis Aulia Izza, Gaya Arsitektur Gua Selomangleng Tulungagung ….. 191
Haan, De & Bosch, F.D.K. 1965. The Prawiroatmojo, S. 1985. Bausastra Jawa –
Oldjavanese Bathing Place Jalatunda. Indonesia. Jakarta: Gunung agung.
Leiden: KITLV. Purwanto, E. 1983. Goa Selomangleng II:
Hooykaas, J. 1956. The Rainbow In Ancient Suatu Tinjauan Mengenai Fungsi dan
Indonesian Religion. Leiden: KITLV Permasalahannya. Skripsi tidak
Kasdi, A., Noorwiyanto, S., Sumarno & diterbitkan. Yogyakarta: Universitas
Wisnu. 2003. Sejarah Tulungagung. Gadjah Mada.
Tulungagung: Dinas Pendidikan dan Rahardjo, S. 2011. Peradaban Jawa: dari
Kebudayaan. Mataram Kuno sampai Majapahit
Kempers, A.J.B. 1959. An Ancient Akhir. Jakarta: Komunitas Bambu.
Indonesian Art. Amsterdam: C.P.J van Resink, G. J. 1975. From The Old
Der Peet. Mahabharata - To The New Ramayana
Kieven, L. 2003. Worshiping Siva and - Order. Leiden: KITLV.
Buddha:The Temple Art of East Java. Robson, S. 2008. Arjunawiwāha: The
Hawaii:University of Hawaii Press. Marriage of Arjuna of Mpu Kanwa.
Marcella, L. 2005. Arsitektur dan Perilaku Leiden: KITLV Press.
Manusia. Jakarta: Gramedia. Sukendar, H., Simanjuntak, T., Ernawati, Y.,
Munandar, A.A. & Yulianto, K. 1995. Suhadi, M., Prasetyo, B.,
Arsitektur Gua sebagai Sarana Harkantiningsih, N., Handini, R. 1999.
Peribadatan dalam Masa Hindu- Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta:
Buddha. Depok: Universitas Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Indonesia. Surojo, 2010. Tapak Budaya Tulungagung.
Munandar, A.A. 2003. Aksamala: Bunga Tulungagung: Dinas Kebudayaan
Rampai Karya Penelitian. Untaian Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
Persembahan untuk Ibunda Prof. Dr. Kabupaten Tulungagung.
Edi Sedyawati. Bogor: Akademia. Widyosiswoyo & Supartono. 2007. Sejarah
Munandar, A.A. 2004. Karya Sastra Jawa Seni Rupa I. Jakarta: Universitas
Kuno yang Diabadikan Pada Relief Trisakti.
Candi-Candi Abad Ke-13—15 M. Wojowasito, S. 1953. Sejarah Kebudayaan
Makara, Sosial Humaniora, Vol. 8, Indonesia: Indonesia Sejak Pengaruh
No. 2, Agustus 2004:54-60. India. Jakarta: Siliwangi.
Munandar, A.A. 2011. Catuspatha Arkeologi Yulianto, K. 2001. Penelitian Empat Prasasti
Majapahit. Jakarta: Wedatama Widya dari Masa Pemerintahan Raja
Sastra. Airlangga. Depok: Universitas
Munandar, A.A. 2012. Peradaban Indonesia.
Majapahit: Data dan Masalah Yuniarsih, D. T. 2004. Gaya Arsitektur dan
Interpretasinya. Disampaikan pada Ornamentasi Keraton Sumenep
Seminar Nasional “Teladan Per- (Tinjauan Akulturasi Budaya). Skripsi
adaban: Nilai-nilai Luhur Kerajaan tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Majapahit dalam Perspektif Kekinian. Negeri Malang.
Sabtu 10 November 2012.
Pigeaud. 1958. Javanese Gold. Leiden:
KITLV.