Anda di halaman 1dari 13

Kerajaan

sriwijaya
X MIPA 1A
Kelompok:
• Abyan
• Ardyansyah
• Syabilal rosyad
• ibtihal
• akmal rizqulah
• adam faried
• muhamad zidan
ramadani
pengertian
Sriwijaya (atau juga disebut Śrīivijaya; Jawa:
ꦯꦿꦷꦮꦶꦗꦪ (bahasa Jawa: Sriwijaya); Thai: ศรี วชิ ั ย;
Siwichai) adalah salah satu kemaharajaan
bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatra
dan banyak memberi pengaruh di Nusantara
dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta
membentang dari Kamboja, Thailand Selatan,
Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa Barat dan
kemungkinan Jawa Tengah.[1][2] Dalam bahasa
Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau
"gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan"
atau "kejayaan",[2] maka nama Sriwijaya
bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang".
Kerajaan sriwijaya
⬗ Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal
dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti
Tang, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya
tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.[3][4] Selanjutnya
prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga
berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di
Palembang, bertarikh 682.[5]
⬗ Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah
bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa
peperangan[2] di antaranya tahun 1025 serangan
Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya
tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali
kerajaan Dharmasraya.[6] Setelah keruntuhannya,
kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru
Pusat sriwijaya
Menurut Prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605
Saka (683 M), Kadatuan Sriwijaya pertama kali didirikan
di sekitar Palembang, di tepian Sungai Musi. Prasasti ini
menyebutkan bahwa Dapunta Hyang berasal dari
Minanga Tamwan. Lokasi yang tepat dari Minanga
Tamwan masih diperdebatkan. Teori Palembang sebagai
tempat di mana Sriwijaya pertama kali bermula
diajukan oleh Coedes dan didukung oleh Pierre-Yves
Manguin. Selain Palembang, tempat lain seperti Muaro
Jambi (Sungai Batanghari, Jambi) dan Muara Takus
(pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Kiri, Riau) juga
diduga sebagai ibu kota Sriwijaya.
catatan sejarah
⬗ Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang
dapat ditemukan.[8] Tidak terdapat catatan
lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah
Indonesia; masa lalunya yang terlupakan
dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada
orang Indonesia modern yang mendengar
mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika
sarjana Prancis George Cœdès mempublikasikan
penemuannya dalam surat kabar berbahasa
Belanda dan Indonesia.[8] Coedès menyatakan
bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i",
sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa
prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada
sejarah
⬗ Pembentukan dan pertumbuhan
Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara
bahari, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di
luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian
berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di
barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang
menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya,[22] selain itu
kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat
pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibu kota tetap
diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah
pendukungnya diperintah oleh datu setempat.
Lanjutan sejarah
⬗ Perjalanan Siddhayatra
Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan
catatan I Tsing. Dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun
682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan
Dapunta Hyang. Bahwa beliau berangkat dalam
perjalanan suci siddhayatra untuk "mengalap berkah",[a]
dan memimpin 20.000 tentara dan 312 orang di kapal
dengan 1.312 prajurit berjalan kaki dari Minanga Tamwan
menuju Jambi dan Palembang. Diketahui, Prasasti
Kedukan Bukit adalah prasasti tertua yang ditulis
dalam bahasa Melayu. Para ahli berpendapat bahwa
prasasti ini mengadaptasi ortografi India untuk menulis
prasasti ini.
lanjutan
• Penaklukan kawasan
• Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan
Semenanjung Malaya, menjadikan
Sriwijaya mengendalikan simpul jalur
perdagangan utama di Asia Tenggara.
Berdasarkan observasi, ditemukan
reruntuhan candi-candi Sriwijaya di
Thailand dan Kamboja. Pada abad ke-7,
pelabuhan Champa di sebelah timur
Indochina mulai mengalihkan banyak
pedagang dari Sriwijaya. Untuk
mencegah hal tersebut, Maharaja
Dharmasetu melancarkan beberapa
serangan ke kota-kota pantai di
Indochina. Kota Indrapura di tepi
Kerajaan sriwijaya
peninggalaan

Kerajaan
sriwijaya
,
Prasasti telaga batu

Prasasti Telaga Batu ditemukan di


sekitar kolam Telaga Biru, Kota
Palembang, Sumatra Selatan, pada
tahun 1935. Prasasti ini berisi
imbauan dan kutukan kepada siapa
saja yang tidak patuh pada
Prasasti talang tuo
PPrasasti ini ditemukan di Talang Tuo, sebelah barat
Kota Palembang. Prasasti ini bertuliskan angka 606 Place your screenshot here

Saka atau 684 Masehi.


Prasasti Talang Tuo berisikan syair tentang
pembuatan taman Srikseta. Taman itu dibangun atas
perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Selain itu,
prasasti juga berisi doa-doa dalam agama Buddha.
Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai