Anda di halaman 1dari 10

Bandar Udara Frans Kaisiepo adalah bandar udara yang terletak di Kecamatan Biak Kota,

Kabupaten Biak Numfor, Papua. Bandara ini menjadi pusat penerbangan pada masa
penjajahan Belanda di Indonesia dan pada masa pembebasan Irian Barat. Landasan pacu
yang digunakan masih digunakan saat ini merupakan peninggalan Belanda yang dibangun
pada masa Perang Dunia II. Saat ini, bandara ini dikelola oleh PT Angkasa Pura I.

Info Bandara Frans Kaisiepo

Nama bandara ini diambil dari nama Frans Kaisiepo, pahlawan nasional Indonesia yang lahir
di Biak. Beliau merupakan salah satu tokoh di Konferensi Malino, yaitu konferensi yang
membahas pembentukan negara Republik Indonesia. Beliau juga merupakan tokoh yang
mengusulkan nama Irian yang berasal dari bahasa Biak. Bandara Frans Kaisiepo juga
terkenal sebagai Bandara Mokmer.
Bandar udara di Biak ini mempunyai luas sekitar 206 hektar dan berjarak kurang lebih 1,5
kilometer dari pusat kota Biak.

Terminal:

Domestik

o Luas: 1.367 m

o Kapasitas penumpang: 100.000/tahun

Internasional

o Luas: 1.781 m

o Kapasitas penumpang: 85.000/tahun

Fasilitas:

Bank

Telepon

Tempat makan

Toko souvenir

Jenis bandara : Sipil


Lokasi : Biak, Papua, Indonesia
Landas Pacu : 3500 Meter
Ketinggian : 14 m (46 f)
Koordinat : 1 11 24,6 LS,
136 6 28,79 BT

Bandara Frans Kaisiepo Bisa Didarati oleh Boeing 777.

http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1519626

Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo adalah Bandar udara internasional yang terletak
di Biak, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Bandara ini menjadi pusat penerbangan pada
masa penjajahan Belanda di Indonesia dan pada masa Pembebasan Irian Barat.

Landasan pacu yang digunakan masih digunakan saat ini merupakan peninggalan Belanda yang
dibangun pada masa Perang Dunia II. Saat ini, bandar udara ini dikelola oleh PT Angkasa Pura I.

Bandar udara ini menempati posisi keempat sebagai bandara dengan landasan pacu terpanjang di
Indonesia setelah Bandar Udara Internasional Hang Nadim di Batam, Bandar Udara Internasional
Kualanamu di Medan, dan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta di Tangerang.

https://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Frans_Kaisiepo

Bandar Udara Frans Kaisepo


Bandar Udara Frans Kaisiepo adalah bandar udara yang terletak di Biak, Kabupaten Biak
Numfor, Papua. Bandara ini menjadi pusat penerbangan pada masa penjajahan Belanda
di Indonesia dan pada masa Pembebasan Irian Barat.
Landasan pacu yang digunakan masih digunakan saat ini merupakan peninggalan
Belanda yang dibangun pada masa Perang Dunia II. Saat ini, bandar udara ini dikelola
oleh PT Angkasa Pura I.
Bandar udara ini menempati posisi keempat sebagai bandara dengan landasan pacu
terpanjang di Indonesia setelah Bandar Udara Internasional Hang Nadim di Batam,
Bandar Udara Internasional Kualanamu di Medan, dan Bandar Udara Internasional
Soekarno Hatta di Tangerang.
Sejarah Bandara Frans Kaisepo
BANDAR UDARA FRANS KAISIEPO BIAK
1. PERIODE PENDUDUKAN JEPANG :
Meletusnya Perang Dunia ke - II di kawasan Asia - Pasific, membawa dampak tentara
Jepang menduduki Irian Jaya/Biak pada tahun 1942. Dalam usahanya memenangkan
perang, maka dibangun beberapa pangkalan angkatan laut dan angkatan udara di Irian
Jaya, demikian pula di Biak (Khususnya) perkampungan Ambroben dibangun satu
landasan pesawat udara, guna menunjang mobilitas tentara, logistic dan lain - lain
dengan ukuran 2000m x 40m.
Lapangan terbang tersebut berlokasi di daerah perkampungan Ambroben dan
pelaksanaannya dikerjakan oleh tenaga manusia yang bersifat padat karya atau
romusha.
Diperkampungan Samao / Sorido, Jepang berusaha membangun Lapangan Terbang
yang ke 2 namun baru dikerjakan, tentara sekutu telah menyerang basis -basis
pertahanan tentara Jepang dan akhirnya lapangan terbang tersebut tidak dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya. Lapangan terbang yang berlokasi di Ambroben
yang dibangun pada tahun 1943 dan selesai tahun itu juga, sudah dapat beroperasi
untuk menampung kegiatan pesawat -pesawat udara bermesin satu dan bermesin
ganda dari tentara Jepang.
2. PERIODE PENDUDUKAN SEKUTU :
Perang Dunia keII, tentara Sekutu mendaratkan pasukannya di Biak pada tanggal 16
Nopember 1944. Dengan peralatan yang serba lengkap mereka membangun semua
fasilitas termasuk prasarana angkutan udara untuk mobilitas tentara, logistic dan basis
pertahanan. Di Biak dibangun beberapa landasan lapangan terbang yaitu : lapangan
terbang (Boroku Manuhua) diperkampungan Boroku, di (Samau) dibangun lapangan
terbang Sorido dan diperkampungan (Ambroben) dibangun lapangan terbang Mokmer
yaitu bekas lapangan terbang Jepang yang diperpanjang serta diperluas dengan ukuran
(3000m x 40m). Namun Lapangan terbang tersebut dipergunakan RAAF (Royal Australia
Air Force) yang bertugas sebagai tentara Sekutu. Pendudukan tentara Sekutu di Biak
berakhir menjelang akhir tahun 1946.
3. PERIODE PENDUDUKAN TENTARA BELANDA :
Setelah tentara sekutu tinggalkan Irian Jaya, maka bekas fasilitas tentara Sekutu
diambil alih pemerintahan Belanda, setelah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia
pada tanggal: 17 Agustus 1945. perhubungan udara di Biak dibuka oleh pemerintahan
Belanda pada tahun 1947 dengan menggunakan lapangan terbang Boroku dengan
panjang lapangan berkisar 2km. Sedangkan lapangan terbang Mokmer (Ambroben)
sejak tahun 1947 s/d tahun 1951 tidak digunakan.
Dengan adanya surat keputusan HAK PAKAI oleh Gubernur Nieuw Guinea atas nama
Angkatan Laut Belanda di Biak, Nomor:38/a.2/1935 tanggal:17 September 1953
sehingga lapangan terbang Boroku yang digunakan oleh Bureau Luchtvaart ditutup,
karena untuk operasi penerbangan komersial, dan Belanda mencarikan lokasi baru dan
pilihan jatuh pada bapangan terbang Mokmer bekas lapangan terbang Jepang / RAAF (
Royal Australi Air Force ).
Pada tahun 1952 Bureau Luchtvaart melakukan pembangunan lapangan terbang pada
lokasi kampung Ambroben dan pembangunan di kerjakan secara bertahap. Tahap
pertama dibangun untuk dapat menampung jenis pesawat DC 3 dan selesai pada
tahun 1953 / 1945. selanjutnya kegiatan penerbangan komersial mulai dialihkan ke
pelabuhan udara Mokmer dari lapangan terbang Boroku (Manuhua). Tahaptahap
pembangunan pelabuhan udara Mokmer untuk dapat menampung pesawat udara jenis
DC 8. permulaan pelaksanaan test landing dilakukan pada bulan Desember 1959.
Namun lapangan terbang Sorido ditutup karena dibangun asrama, kantor, bengkel
gudang dan lsin - lain, yang saat ini menjadi areal TNI angkatan laut RI Biak ( lanal ).
4. MASALAH PERALIHAN DIBAWA PEMRINTAHAN UNTEA :
Q Sejak bulan Agustus 1962 s/d 30 April 1963 Irian Jaya dipimpin oleh badan/organ
Perserikatan Bangsa - Bangsa yang disebut UNTEA (United Nation Temporary) sebagai
pemerintahan sementara. Dan Bapak A. A. WIDODO adalah Airport Manager pertama.
Q Pada bulan Nopember 1962 dilakukan serah terima pengelolahan pelabuhan udara
Mokmer dari J. C. SMITH mewakili pemerintahan Belanda selaku Lucht Haven Meester
kepada Bapak A. A. WIDODO wakil dari UNTEA selaku Airport Manager yang baru.
Q Pada tanggal 30 April 1963 Irian Jaya dipimpin oleh (RI) dimana unsur perhubungan
dipimpin oleh Bapak Germania Suryanegara dan unsur penerbangan sipilnya dipimpin
oleh Ir. Karno Barkah (yang kemudian diganti oleh Bapak Wasito).
5. PENDUDUKAN PEMERINTAHAN INDONESIA :
Bandar Udara Mokmer di Biak secara resmi diserah terimakan dari UNTEA kepada
Pemerintahan Indonesia pada tanggal : 1 Mei 1963, dalam masa transasi tersebut
dilakukan pembenahan administrasi yang menyangkut organisasi dan operasional.
Bapak A. A. WIDODO sebagai kepala pelabuhan udara Mokmer di Biak dipercayakan
untuk mengadakan penyesuaianpenyesuaian yang dikaitkan dengan peraturan
pemerintahan yang berlaku.
Pejabat - pejabat pelabuhan udara Mokmer sejak peralihan Belanda, adalah sebagai
berikut :
5.1 A. A. WIDODO
Tentang datadata riwayat hidup Bapak A. A. WIDODO, kurang lengkap sehingga
tidak dapat ditulis dalam lembaran sejarah pelabuhan udara Mokmer. Namun secara
singkat dapat dicatat bahwa Beliau seorang lulusan Akademi Penerbangan Indonesia
jurusan Course Syah Bandar Udara di Curug - Tanggerang. Beliau ditugaskan oleh
Pemerintah Indonesia sebagai tenaga TRIKORA.
Serah terima Pelabuhan Mokmer pada bulan Nopember 1962 semasa pemerintahan
UNTEA dari pejabat lama J. C. SMITH. Dalam masa transisi tersebut tugastugas
beliau telah dilaksanakan dalam mengambil alih tugas - tugas teknisi, komunikasi dan
tata usaha untuk menggantikan tenaga - tenaga kerja asing Belanda dan Philiphina.
Hingga beliau dipindahkan ke Jayapura bulan Maret 1963 sebagai kepala penerbangan
propinsi Irian Jaya, menggantikan Bapak Wasito.
5.2 A. T. E. LIANDO
Bapak A. T. E. LIANDO seorang lulusan Akademi Penerbangan Indonesia jurusan Air
Trafic Control. Yang berjabat sebagai kepala Bandar Udara ke2 menggantikan Bapak
A. A. WIDODO, Beliau melanjutkan tugas - tugas rutin yang ditinggalkan oleh pejabat
sebelumnya dan juga menyelesaian masalah - masalah yang menyangkut kegiatan
peralihan.
5.3 R. SOEHARTO
Bapak R. SOEHARTO, adalah pejabat yang ke-3 juga seorang lulusan Akademi
Penerbangan Indonesia jurusan ATC. Beliau mulai berjabat pada tahun 1967 (dari Bapak
A. T. E. LIANDO) dan memipin pelabuhan Mokmer hingga Juli 1972. Selanjutnya
dipindahkan ke kantor wilayah direktorat jendral perhubungan udara I di Medan. Beliau
meneruskan tugastugas rutin Pelabuhan Mokmer Biak, terutama pada masa
menjelang penentuan pendapat masyarakat di Irian Jaya, dimana Pelabuhan Mokmer
merupakan tempat transit bagi pejabat yang menunjang kegiatan tersebut.
5.4 ACHMAD SAID
Bapak ACHMAD SAID sebagai kepala pelabuhan udara Mokmer yang ke - 4, Beliau juga
adalah seorang lulusan Akademi Penerbangan Indonesia jurusan ATC di Curug. Serah
terima jabatan dilaksanakan pada bulan juli 1972 dan berakhir pada bulan Maret
1974. Selanjutnya beliau mendapatkan tugas baru di Surabaya.
5.5 JULIUS BAKAR
Bapak. JULIUS BAKAR sebagai kepala pelabuhan udara mokmer yang ke - 5 serah terima
pada bulan Maret 1974 dan berakhir pada tanggal : 31 Januari 1976 karena di
pindahkan ke kantor wilayah III Surabaya. Beliau adalah lulusan Akademi Penerbangan
Indonesia jurusan ATC.
5.6 F. H. WAROKKA
Bapak F. H. WAROKKA sebagai kepala pelabuhan udara Mokmer yang ke - 6 dan mulai
bertugas sejak tanggl 15 Januari 1977, dan berakhir pada bulan April 1982. Beliau
adalah lulusan Akademi Penerbangan Indonesia jurusan Radio Envineering. Dalam masa
jabatannya tugastugas persiapan pelabuhan udara Mokmer sebagai pelabuhan
udara nasional dirintis untuk menampung pesawat berbadan lebar (Wide Body
Aircraft). Pembenaan beberapa komponen pelabuhan udara Mokmer dalam rangka
menunjang kegiatan tersebut diatas.
5.7 T. H. TAMBUNAN
Bapak T. H. TAMBUNAN adalah kepala pelabuhan udara Mokmer yang ke - 7, Beliau
adalah lulusan Akademi Penerbangan Indonesia jurusan ATC di Curug.
Pekerjaan untuk meningkatkan pelabuhan udara Mokmer sebagai bandar udara
Internasional terus ditingkatkan. Beliau menjabat sejak April 1982 dan berakhir pada
bulan November 1985. Pada masa jabatan bapak T. H. TANBUNAN, maka terjadi
penggantian nama unit organisasi pelabuhanudara mokmer menjadi Bandara Udara
Frans Kaisiepo Biak berdasarkan Surat Keputusan Mentri Perhubungan Nomor :
KM.101/AU.104/phb1984, tanggal 25 September 1984.
Pada tahun 1990 Bandara Frans Kaisiepo Biak dikelola oleh PERUM ANGKASA PURA 1
dengan diterbitkannya PP No.Tahun 1990, tanggal 1 Januari 1990
- See more at: http://www.wisatabiak.com/home/pageview/12#sthash.baMpBIzk.dpuf

Bandar Udara Biak berlokasi di Biak, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Bandar Udara Biak memiliki nama
Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo.
Pada masa penjajahan belanda, Bandar Udara Biak menjadi markas pusat penerbangan pihak Belanda.
Pada masa pembebasan Irian Barat, bandara ini juga menjadi pangkalan utama segala penerbangan

menuju Biak.

Landasan pacu di Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo Biak adalah landasan Pacu peninggalan
Belanda yang masih dipertahankan struktur dasarnya. Landasan pacu di Bandar Udara Biak hanya
mengalami perbaikan-perbaikan selama masa operasionalnya hingga saat ini.

Saat ini Bandar Udara Biak berada di bawah manajemen PT. Angkasa Pura I.

Bandar udara ini menempati posisi keempat sebagai bandara dengan landasan pacu terpanjang
di Indonesia. Setelah Bandar Udara Hang Nadim di Batam, Bandar Udara Internasional Kualanamu di
Medan, dan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta di Jakarta.

Frans Kaisiepo Internasional Airport berada di ketinggian 14 meter di atas permukaan laut. Bandara ini
berstatus sipil yang melayani rute-rute penerbangan domestik dan internasional setiap harinya.

Rute-rute yang dilayani oleh Bandara Biak diantaranya adalah Jakarta Biak, Jayapura Biak, Makassar
Biak, Nabire Biak, Manokwari Biak, dan Serui Biak.

Maskapai-maskpai domestik yang melayani penerbangan dari dan ke Biak antara lain adalah Garuda
Indonesia, Susi Air, dan Sriwijaya Air.
Untuk rute penerbangan internasional, jalur yang sudah beroperasi adalah Biak Thailand, Biak
Australia, Biak Jepang, Biak Korea Selatan, dan Biak Tiongkok.

Rute internasional ini sempat vakum sejak tajun 1998 karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Rute internasional dari dan ke Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo Biak mulai dibuka kembali
tahun 2014 yang lalu.

Fasilitas yang disediakan oleh Frans Kaisiepo Internasional airport adalah tempat parkir, ruang tunggu
pengantar dan penjemput di kedua terminal domestik dan internasional, ruang check in di kedua terminal
domestik dan internasional, outlet-outlet maskapai, FIDS system, bagasi, mesin-mesin ATM, cafetaria,
dan toilet umum yang bersih.

http://any.web.id/bandar-udara-biak.info

http://news.baca.co.id/6347544?origin=relative&pageId=f8110248-50d8-4361-
b652-8f7c268920c5&PageIndex=0
Warta Ekonomi.co.id, Biak -

Standar pelayanan penerbangan di Bandara Frans Kaisiepo Kabupaten Biak Numfor


berdasarkan hasil penilaian Indonesian National Air Carriers Association (INACA)
mengalami peningkatan dari 3,5 menjadi 3,79.

General Manager PT Angkasa Pura 1 Bandara Frans Kaisiepo Biak Minggus GT


Gundiguai dihubungi di Biak, Rabu, membenarkan adanya peningkatan tingkat
kepuasan pelayanan penerbangan bandara internasional Frans Kaisiepo dari penilaian
INACA.

"Manajemen AP 1 Bandara Frans Kaisiepo Biak setiap waktu melakukan perbaikan


pelayanan penerbangan bandara Frans Kaisiepo dengan standar internasional, salah
satunya menyangkut keamanan penerbangan terhadap aktivitas keberangkatan
penumpang, cargo dan fasilitas umum lainnya," kata GM AP 1 Bandara Frans Kaisiepo
Minggus Gundiguai.

Minggus mengatakan, sesuai aturan Permenhub 56 tahun 2015 tentang kewajiban


pengelola bandan usaha bandar udara memperhatikan 16 item pelayanan di bandara.

Ke-16 kewajiban di antaranya memiliki sertifikat Bandara, menyediakan fasilitas


bandara yang laik operasi, memiliki personel yang berkompetensi, mampu,
memberikan pelayanan kepada pengguna bandara dengan standar yang telah
ditetapkan kementerian Perhubungan.

Serta menyediakan fasilitas kelancaran lalu lintas udara, menjaga dan meningkatkan
keselamatan, keamanan, kelancaran dan kenyamanan di bandara, menjaga keamanan
dan ketertiban, memelihara kelestarian lingkungan, mematuhi ketentuan perundang-
undangan, melakukan pengawasan dan pengendalian secara internal.

Menyerahkan laporan kinerja keuangan yang telah diaudit, mempertahankan kinerja


keuangan, memberikan laporan secara berkala kepada Dirjen dan Otoritas Bandara.

"Manajemen AP 1 bandara Frans Kaisiepo Biak sebagian besar sudah melaksanakan


berbagai kewajiban pengelola bandar udara sebagai prosedur yang harus dipatuhi,"
katanya.

Kepada masyarakat adat, lembaga keagaman, tokoh masyarakat serta lembaga


pendidikan yang berada di areal bandara Frans Kaisiepo Biak dapat membantu pihak
Angkasa Pura 1 untuk meningkatkan kualitas pelayanan penerbangan yang lebih baik
untuk kepentingan jasa penerbangan di wilayah paling Timur Indonesia. (Ant).

Anda mungkin juga menyukai