Anda di halaman 1dari 7

REVITALISASI BUKIT PELANGI DALAM MASA PANDEMI DI DESA JEMBUL

KECAMATAN JATIREJO MOJOKERTO


Edna Elkarima1, Silvia Hani Ayubby2, Mohamad Revaldo Maury3, Ahmad Faiz
Setiawan4, Yellin Fitri Rastrania5, Elleanora Andreina6, Hasta Amalia7, Nilna
Maulida8, Maratus Sholikhah9, Muhammad Albazie10
1
Gizi, FKM, Universitas Airlangga; 2Statistika, FST, Universitas Airlangga; 3Fisioterapi, FV,
Universitas Airlangga; 4Ilmu Perpustakaan, FISIP, Universitas Airlangga; 5,6Antropologi, FISIP,
Universitas Airlangga; 7Sastra Indonesia, FIB, Universitas Airlangga; 8,9Sastra Inggris, FIB,
Universitas Airlangga; 10Ilmu Sejarah, FIB, Universitas Airlangga.
ABSTRAK
Desa Jembul mempunyai sumber daya alam yang melimpah dengan hasil bumi seperti kopi dan
porang. Sehingga dapat dikategorikan sebagai ekowisata. Hal ini didasarkan pada pariwisata alam
menarik yang ditawarkan Jembul kepada masyarakat luar. Namun, pandemi COVID-19
mengakibatkan berbagai destinasi wisata sepi pengunjung. Hal tersebut berujung pada kurang
terawatnya tempat wisata, sehingga objek wisata seperti Bukit Pelangi, terlampaui kurang
menarik lagi. Oleh karena itu, TIM KKN Universitas Airlangga berusaha untuk mengajukan
usulan guna mengembangkan dan mengaktifkan kembali potensi wisata desa Jembul yaitu dengan
merevitalisasi wisata di desa Jembul, terutama Bukit Pelangi yang menjadi ikon desa ini. Metode
pengambilan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi dengan menggunakan
deskriptif analitis. Hasilnya adalah pada proses berjalannya kegiatan revitalisasi, organisasi
masyarakat seperti karang taruna sangat antusias dalam menata ulang dan kerja bakti di Bukit
Pelangi. Kesimpulan : Program ini dapat memberikan peluang kepada Desa Jembul untuk kembali
sebagai desa wisata dan mengembalikan suasana wisata seperti pada saat sebelum pandemi. Saran
: Diperlukan kerja sama dengan pihak-pihak terkait, sehingga permasalahan yang cukup kompleks
di bukit pelangi dapat teratasi dengan musyawarah.

Kata Kunci : Revitasisasi, Desa, Wisata

ABSTRACT

Jembul village has abundant natural resources with agricultural products such as coffee and
porang. Hence, it can be categorized as ecotourism. This is based on the attractive nature tourism
that Jembul offers to the outside community. However, the COVID-19 pandemic has resulted in
various tourist destinations being empty of visitors. This leads to the lack of maintenance of tourist
attractions. Therefore, tourist attractions are too less attractive. Hence, the Airlangga University
KKN Team are trying to share the idea to develop and reactivate the tourism potential of Jembul
village, through revitalizing tourism in Jembul , especially Bukit Pelangi which is an icon of this
village. The data collection method used is interviews and observations using analytical
descriptive. The result is in the process of revitalization activities, community organizations such
as youth organizations are very enthusiastic in rearranging and community service at Bukit
Pelangi. Conclusion: This program can provide opportunities for Jembul Village to return as a
tourist village and restore the tourist atmosphere as it was before the pandemic. Suggestion:
Cooperation with related parties is needed. Therefore, quite complex problems in Bukit Pelangi
can be resolved through deliberation.

Keywords : Revitalization, Village, Tourism

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia. Dilansir dari kkp.go.id, Indonesia
mempunyai lebih dari 17.500 pulau. Secara biogeografis, Indonesia mempunyai keanekaragaman
ekosistem yang mencerminkan persebaran flora dan faunanya. Menurut lipi.go.id, Indonesia
merupakan negara kedua setelah Brazil yang mendudukan sebagai kawasan keanekaragaman
hayati terbanyak di dunia. Tidak hanya keanekaragaman dalam perihal flora dan fauna, namun
juga ekosistem dan budayanya yang menjadi ikon atau daya tarik potensial terhadap
pengembangan ekowisata di tanah air. Berbicara mengenai ekowisata, ekowisata dalam bahasa
Indonesianya (Peraturan Menteri Dalam Negeri, 2009) didefinisikan sebagai kegiatan perjalanan
wisata pada daerah yang memanfaatkan sumber daya alam, keunikan alam, ekologi serta budaya
yang bertujuan untuk menikmati keindahan alam, mendukung konservasi, meningkatkan
pendapatan masyarakat setempat serta melibatkan unsur pendidikan dan pemahaman dalam setiap
kegiatannya. Ekowisata masih diakui sangat masif untuk memperkaya dan meningkatan
kedudukan bidang pariwisata. Di Indonesia, potensi sumber daya alam, lingkungan, serta keunikan
alam dan budayanya dapat menjadi salah satu sektor unggulan daerah. Namun belum
dikembangkan secara optimal.

Dalam hal ini, peran ekowisata merupakan hal yang sangat mendasar terkait dengan isu-isu
ekologi, ekonomi, dan etnik yang berkontribusi aktif dalam pelestarian alam, sebagai alat
perekomian yang berkelanjutan dan sesuai dengan visi menteri dalam negeri yang menjadikan
pariwisata sebagai sumber devisa utama dalam 10 tahun ke depan (Ridlwan, dkk. 2017), ekologi
juga berperan menjadi kebutuhan untuk memberdayakan masyarakat lokal dengan meningkatkan
partisipasi masyarakat terhadap konservasi dan melibatkan budaya masyarakat. Sudarto, 1999
dalam (Nasional, 2003) mengungkapkan bahwa ekowisata di Indonesia mempunyai 5 prinsip yaitu
(1) mendukung program konservasi alam, (2) melibatkan masyarakat lokal, (3) memberikan
manfaat ekonomi kepada masyarakat yang paling terkena dampak langsung dari kegiatan
pariwisata, (4) melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan sistem religi masyarakat setempat, (5)
mematuhi peraturan yang berkaitan dengan pariwisata dan pelestarian lingkungan. Sehingga,
ekowisata bukan hanya alat sebagai konservasi, namun juga untuk mempromosikan pembangunan
berkelanjutan terhadap pariwisata. Dengan adanya campur tangan dan manfaat ekonomi yang
diberikan kepada masyarakat lokal, maka sistem pengembangan wisata akan terwujudkan.

Salah satunya desa Jembul yang letaknya di kecamatan Jatirejo kabupaten Mojokerto, dengan
ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Desa ini mempunyai sumber daya alam yang melimpah
dengan hasil bumi seperti kopi dan porang. Sehingga dapat dikatakan sebagai tempat ekowisata.
Hal ini didasarkan pada desa ini yang menawarkan pariwisata alam yang menarik kepada
masyarakat luar desa Jembul cukup menarik. Namun, pandemi membuat berbagai wisata yang ada
di desa ini tidak ada pengunjung dan kurang terawatnya tempat wisata menjadikan tempat wisata
ini sudah terlampaui kurang menarik lagi. Usaha untuk merevitalisasi wisata di desa Jembul
terutama bukit pelangi yang menjadi ikon desa ini merupakan hal yang dapat dilakukan dalam
waktu dekat ini.

Tidak hanya bukit pelangi yang menjadi wisata di desa ini, ada banyak wisata yang lainnya juga .
namun bukit ini menjadi hal yang sangat identic dan melekat pada desa Jembul kecamatan Jatirejo.
Bukit pelangi mempunyi pengaruh besar terhadap pengembangan dan kesejahteraan desa.
Harapannya dengan hal ini bukit pelangi dapat mempromosikan desa Jembul sebagai desa wisata
kembali meskipun di tengah pandemic covid-19.

METODE PENGABDIAN MASYARAKAT


Pengabdian ini dilaksanakan berdasarkan analisis hasil penelitian dan diskusi dengan masyarakat
desa Jembul kecamatan Jatirejo kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Permasalahan yang sedang
terjadi yaitu ketika pandemic covid-19 menjadi salah-satu virus yang mematikan dan menyebar di
Indonesia. Hal ini berdampak pada semua sektor termasuk pariwisata. Sejak pandemi, pariwisata
desa jembul tidak aktif, sehingga mengakibatkan tempat wisata Jembul ditutup dan tidak dirawat
kembali.

Solusi yang ditawarkan melalui program pengabdian masyarakat dari Lembaga Pengabdian dan
Pengembangan Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga adalah revitalisasi tempat wisata yang
kurang terawatt di desa Jembul, tepatnya Bukit Pelangi yang menjadi ikon desa Jembul

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2021 di desa Jembul
kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa
tahap yaitu rembug desa, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Pada tahap rembug desa
mencakup undangan karang taruna dan tokoh masyarakat untuk menyatupadukan pendapat terkait
dengan wisata alam di desa Jembul, kemudian dalam tahap persiapan meliputi pembentukan
penanggung jawab kegiatan, menyiapkan alat dan bahan kegiatan, pembuatan proposal dan surat
izin kegiatan, serta survey lokasi kegiatan.

Kegiatan ini dilaksanakan sekitar pukul 09.00 wib hingga 11.00 wib, dengan acara sebagai berikut
: mempersiapkan dan membawa alat dan bahan menuju ke Bukit Pelangi desa Jembul,
mengumpulkan massa untuk kerja bakti, kemudian menata kembali tempat-tempat yang sudah
usang dan rapuh. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan dan mengembalikan keindahan bukit
pelangi sebagai wisata alam desa Jembul. Dalam revitalisasi ini, membutuhkan bantuan dari
berbagai elemen masyarakat, sehingga perihal “gotong royong” perlu di terapkan untuk
menunjang keberlangsungannya kegiatan ini. Pelaksanaannya dengan menggunakan metode
observasi dan wawancara guna mendapatkan hasil yang maksimal. Tidak hanya itu, hal ini juga
berdampak pada masyarakat untuk berperan aktif dalam membangun desanya terutama dalam
unsur wisata. Setelah melakukan kerja bakti tesebut, konsolidasi terkait pembangunan bukit
pelangi selanjutnya, ada dua rencana yang diajukan yaitu (1) melakukan kerja sama dengan pihak
NGO (Non Government Organization), (2) dan kerja sama dengan pihak pemerintah terkait seperti
dinas kebudayaan dan pariwisata. Usulan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi desa
Jembul yang hampir tidak aktif kembali akibat pandemi. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif analitis.
Tahap evaluasi yaitu belum terbangunnya saluran air yang ada di bukit pelangi sehingga tidak
dapat memperindang dengan menanam bunga, kurangnya lahan parkir dan kurangnya koordinasi
dengan menjalin kerja sama bersama dengan pemerintah untuk mengembangkan potensi desa
Jembul yang bertujuan untuk melestarikan dan merawat lingkungan serta wisata alam desa
tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan oleh TIM KKN 104 Universitas Airlangga di
Desa Jembul, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto. Kegiatan dimulai pada awal bulan
Agustus hingga 17 Agustus 2021. Sasaran dari kegiatan pengabdian ini tidak lain adalah potensi
yang dimiliki oleh Desa jembul, yakni objek wisata. Desa Jembul terkenal sebagai Desa Wisata
Selatan Majapahit yang memiliki beberapa destinasi wisata, salah satunya yaitu Bukit Pelangi.
Bukit Pelangi menjadi destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan ketika berkunjung
ke Desa Jembul. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi saat ini. Pasalnya, sejak
munculnya pandemi COVID-19 pada bulan Maret 2020 silam, Bukit Pelangi tidak lagi menerima
kunjungan dari wisatawan.

Gambar 1. Bukit Pelangi Sebelum Pandemi (Doc. Liputan6)

Revitalisasi Bukit Pelangi merupakan program kerja yang dicanangkan oleh TIM KKN
Universitas Airlangga sebagai upaya mengaktifkan kembali eksistensi Bukit Pelangi, mengingat
akan potensi yang dimiliki. Kegiatan dimulai dengan melakukan survey lokasi pada 23 Juni 2021.
Survey dilakukan dengan melihat kondisi lokasi wisata sekaligus mengajukan beberapa
pertanyaan kepada perangkat desa sebagai pihak pengurus Bukit Pelangi. Permasalahan drainase
menjadi faktor utama, selain adanya pandemi. Medan yang curam dan keterbatasan dana menjadi
kendala dalam pengoperasian kembali Bukit Pelangi.

Menindaklanjuti temuan TIM saat survey, maka pada 23 Juli 2021 diadakan kembali rembug desa
bersama aparat desa untuk membahas lebih lanjut rencana revitalisasi bukit pelangi. Hasil dari
pertemuan tersebut menunjukan bahwa revitalisasi Bukit Pelangi dapat dilakukan dengan beberapa
tahap yakni: 1) Rembug Desa, 2) Pembersihan dan Perawatan Lokasi, 3) Pengajuan Pendanaan,
dan 4) Branding.

Langkah awal yang dilakukan adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya
Karang Taruna dan Bumdes akan pentingnya Revitalisasi Bukit Pelangin sebagai asset Desa
Jembul. Kegiatan dilaksanakan pada Pukul 20.00 WIB tanggal 07 Agustus 2021 di salah satu
kediaman warga. Kegiatan ini dilakukan untuk menyamakan persepsi dan pembahasan metode
serta tindakan yang akan dilakukan kedepannya. Hasil dari pertemuan tersebut menemui
kesepakatan bahwa Revitalisasi dilakukan dengan pembersihan kembali Bukit Pelangi.

Pembersihan lokasi Bukit Pelangi merupakan langkah kedua dalam Revitalisasi Bukit Pelangi.
TIM KKN bersama dengan warga bergotong royong membersihkan area Bukit Pelangi dari
rumput liar serta sampah-sampah bekas pengunjung yang datang. Kegiatan dilakukan pada 13
Agustus 2021 pukul 08.00 WIB hingga 10.30 WIB.

Gambar 2. Pembersihan Area Bukit Pelangi

PENUTUP

SIMPULAN
Pengabdian kepada masyarakat ini memberikan peluang kepada desa Jembul untuk menjadikan
kembali sebagai desa wisata dan mengembalikan suasana wisata seperti pada saat sebelum
pandemi. Sebagai desa wisata, masyarakat harus menjaga dan merawat wisata alamnya supaya
tetap menjadi elok dan rupawan meskipun dalam keadaan pandemi. Dalam pelaksanaan kegiatan
ini membantu menata ulang kembali bukit pelangi yang menjadi ikon desa Jembul kecamatan
Jatirejo kabupaten Mojokerto

SARAN

Pengabdian massyarakat untuk mengupayakan peningkatan wisata alam yang telah lama tidak
aktif akibat pandemic. Hal ini diperlukan kerja sama dengan pihak-pihak terkait baik dari apparat
desa maupun pemerintahan kota, sehingga permasalahan yang cukup kompleks di bukit pelangi
dapat teratasi dengan musyawarah antar pihak yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pendayagunaan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. (no date). Jumlah Pulau.
https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4270-jumlah-pulau diakses pada 20 Agustus 2021
Menteri Dalam Negeri. (2009). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tertanggal
7 Juli 2009 tentang “Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah”. 8pp. Mendagri RI: Jakarta.
Ridlwan, M. A., Muchsin, S., & Hayat, H. (2017). Model Pengembangan Ekowisata dalam Upaya
Pemberdayaan Masyarakat Lokal. Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, 2(2), 141-158.
Nasional, D. R. (2003). Tantangan dan peluang lingkungan dalam pembangunan yang
berkelanjutan. Jakarta: DRN.

Anda mungkin juga menyukai