Anda di halaman 1dari 10

P-ISSN : 2597-5064

https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i3 E-ISSN : 2654-8062

Pemanfaatan Potensi Wisata Berbasis Sumber Daya Alam Dan Budaya


(Studi Kasus Desa Ekowisata Pancoh Yogyakarta)

Roels Ni Made Sri Puspadewi1, Dessy Natalia2


1,2
Universitas Bunda Mulia, Tangerang Selatan Indonesia
Email: roelspuspa16@gmail.com, dnatalia@bundamulia.ac.id

ABSTRAK
Desa Ekowisata Pancoh terletak di kawasan Gunung Api Merapi Yogyakarta. Lokasi desa cukup tinggi dan sejuk
membuat banyak masyarakat mengembangkan produk alam dan budaya untuk menarik wisatawan. Tujuan
penelitian untuk mengkaji pemanfaatan sumber daya alam dan budaya sebagai atraksi wisata. Aktivitas wisata
yang disajikan kepada wisatawan serta pengelolaan destinasi dengan konsep Ekowisata. Metode penelitian yang
digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan eksploratif. Metode pengumpulan data dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan Purposive Sampling dengan jumlah
informan yaitu 10 orang. Metode Analisis data yang digunakan yaitu model interaktif terdiri pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah sumber daya alam berupa
mengolah potensi lingkungan alam dan tidak banyak melakukan perubahan pada kondisi sebenarnya. Atraksi
wisata tersebut yaitu susur sungai, bajak sawah, kolam ikan, kebun salak embung dan biogas. Seni dan budaya
lokal dijadikan aktivitas wisata seperti Tradisi Wiwitan dan bermain gamelan. Wisatawan dapat belajar mengenai
pelestarian upacara adat serta alat musik tradisional. Masyarakat lokal dilibatkan dalam keseluruhan kegiatan
wisata. Sehingga masyarakat dapat manfaat secara ekonomi, disisi lain alam dan budaya tetap dapat dilestarikan
dengan baik. Pengelolaan Desa Ekowisata Pancoh dapat menjadi contoh destinasi yang memaksimalkan potensi
alam dan budaya desa.

Kata Kunci: Pemanfaatan, Potensi, Alam, Budaya, Ekowisata

ABSTRACT
Pancoh Ecotourism Village is located in the Yogyakarta Merapi Volcano area. The location of the village which
is quite high and cool makes many people develop natural and cultural products to attract tourists. The research
objective is to examine the utilization of natural and cultural resources as a tourist attraction. Tourism activities
presented to tourists and management of destinations with the concept of Ecotourism. The research method used
is descriptive qualitative research with an exploratory approach. Methods of data collection by observation,
interviews, and documentation. Investigation of informants using purposive sampling with a total of 10
informants. The data analysis method used is an interactive model consisting of data collection, data reduction,
data presentation, and drawing conclusions. The results of this study are natural resources in the form of
processing the potential of the natural environment and not making many changes to the actual conditions. The
tourist attractions are river crossings, rice field plows, fish ponds, embung, salak gardens, and biogas. Local arts
and culture are used as tourism activities such as the Wiwitan Tradition and playing gamelan. Tourists can learn
about preserving traditional ceremonies and traditional musical instruments. Local people are involved in all
tourism activities. So that people can benefit economically, on the other hand, nature, and culture can still be
properly preserved. Pancoh Ecotourism Village Management can be an example of a destination that maximizes
the natural and cultural potential of the village.

Keywords:
Utilizing, Potential, Nature, Cultural, Ekotourism

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 7, NO. 3 November 2023 259


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i3

1. PENDAHULUAN Aktivitas wisata di Desa Ekowisata


Pancoh beragam mulai dari wisata alam dan
Pengelolaan destinasi wisata dapat budaya. Wisatawan yang berkunjung terdiri
dilakukan dengan beragam model sesuai dari wisatawan individu maupun berkelompok.
dengan karakteristik daerah tersebut. Salah satu Banyak yang memilih Desa Ekowisata Pancoh
model pengelolaan yang banyak digunakan sebagai laboratorium riset hidup bagi para
yaitu Ekowisata. Ekowisata sebagai wujud mahasiswa, lokasi gathering untuk perusahaan
pengelolaan wisata yang mengutamakan serta tempat belajar mengenal alam dari siswa-
kelestarian lingkungan dan menyuguhkan siswi sekolah. Berikut data jumlah kunjungan
atraksi wisata sesuai dengan lansekap daerah wisatawan ke Desa Ekowisata Pancoh 5 tahun
tersebut. Banyak destinasi memilih konsep terakhir dari tahun 2018 sampai tahun 2023.
back to nature karena dirasa dapat memberikan
manfaat edukasi terhadap wisatawan dan tidak Tabel 1. Kunjungan Wisatawan
merusak lingkungan alam. Daerah Istimewa Tahun Jumlah Kunjungan
Yogyakarta sebagai salah satu wilayah di (orang)
Indonesia yang menawarkan sumber daya alam 2018 10.490
dan budaya untuk menarik minat wisatawan. 2019 7986
Kota yang mempunyai beragam budaya yang 2020 267
masih terjaga kuat sampai saat ini. Selain itu 2021 1136
Yogyakarta juga terletak di kawasan Gunung 2022 5843
Api Merapi yang membuat areanya masih Sumber: Sekretariat Desa Ekowisata
sangat alami dan banyak pemandangan alam Pancoh (2023)
yang indah. Salah satu destinasi wisata di kota Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan
ini yaitu Desa Ekowisata Pancoh. Pengelolaan konsistensi kunjungan wisatawan ke Desa
wisata di desa ini mengambil konsep Ekowisata Pancoh. Kunjungan wisatawan
Ekowisata. mengalami penurunan drastis pada tahun 2020
Desa Ekowisata Pancoh berlokasi di karena penutupan lokasi destinasi akibat
Kecamatan Turi Kabupaten Sleman pandemi Covid-19. Namun setelah itu Desa
Yogyakarta. Lokasi desa berada di diketinggian Ekowisata Pancoh mulai bangkit kembali untuk
700 mdpl, sehingga membuat suhu sejuk menata kawasan dan membuka kembali
mencapai 200C. Jarak dengan lereng Gunung ekowisata. Penerapan pengelolaan berbasis
Api Merapi yaitu 15 KM. Kondisi tersebut ekowisata membuat wisatawan tidak ragu
membuat Desa Pancoh sangat subur dan banyak berkunjung kembali pasca pandemi. Kunjungan
mengembangkan produk pertanian dan tahun 2023 terakhir dari bulan januari sampai
peternakan. Awalnya Desa Pancoh seperti desa bulan juni berjumlah 2.614 wisatawan.
pada umumnya yang belum mengenal Fenomena ini menunjukkan antusias wisatawan
pariwisata. Pada tahun 2012 barulah mulai menjadikan Ekowisata Pancoh sebagai pilihan
dikembangkan menjadi destinasi wisata dengan destinasi untuk dikunjungi.
bantuan Kementrian Lingkungan Hidup, 2. LANDASAN TEORI
perguruan tinggi Universitas Gadjah Mada Pengelolaan destinasi berbasis
(Pusat Studi Pariwisata) serta LSM Surakarta. ekowisata harus memperhatikan prinsip-prinsip
Selanjutnya wisata terus berkembang dan Ekowisata. Prinsip-prinsip tekowisata harus
membentuk manajemen pengelola serta mengacu pada kelestarian lingkungan alam,
Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Konsep memberikan kesempatan masyarakat lokal
pengelolaan dari awal memang mengusung untuk berperan aktif dalam pengelolaan
ekowisata. Masyarakat lokal tidak ekowisata seperti tahap perencaanaan,
menginginkan banyak perubahan dari pelaksaanan, pengelolaan dan pengawasan
lingkungan desa mereka. Oleh karena itu serta evaluasi (Arida, 2017). Pengembangan
atraksi wisata dibuat seramah mungkin dengan ekowisata dapat mewujudkan pariwisata
lingkungan dan mengupayakan konservasi berkelanjutan melalui partisipasi masyarakat
lingkungan. Menurut Fandeli dalam (Haryanto, dalam pengelolaanya (Jaya & Arida, 2018).
2014), Ekowisata merupakan wisata yang Kriteria pengelolaan destinasi wisata berbasis
berbasis alam dan budaya dengan ekowisata harus memperhatikan dampak
mengutamakan unsur pendidikan, interpretasi lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan
lingkungan alami dan kelestarian ekologis.

260 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 7, NO. 3 November 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i3 E-ISSN : 2654-8062

wisata (Fandeli, 2019). Menurut Fandeli dalam 3. METODOLOGI


(Nawawi, 2013), Tolak ukur keberhasilan
pengelolaan ekowisata dapat dilihat dari tiga Metode penelitian yang digunakan yaitu
aspek yaitu kelestarian alam, terjaminnya Penelitian Deskriptif Kualitatif. Pendekatan
penelitian menggunakan penelitian eksploratif yang
kenyamaan wisatawan dan kepuasan
artinya penelitian yang menggali lebih mendalam
wisatawan . Berikut penjelasan masing-masing mengenai suatu fenomena atau masalah yang diteliti
aspek tersebut. (Arikunto, 2019). Lokasi penelitian terletak di Desa
a) Kelestarian alam Ekowisata Pancoh Jalan Turgo Raya, Pancoh,
Indikator kelestarian tersebut dapat Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman
dilihat dari dari keanekaragaman jenis, Yogyakarta. Metode pengumpulan data dengan
keunikan, kualitas, otentisitas serta observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi
keindahan sebagai atraksi alam dapat yang dipilih yaitu observasi partisipan. Peneliti ikut
tetap dipertahankan. aktif dalam mengikuti aktivitas Ekowisata di Desa
b) Terjaminnya kenyaman wisatawan Pancoh. Penentuan informan menggunakan
Purposive Sampling yaitu penetapan narasumber
dikarenakan sudah ada penghitungan
berdasarkan pertimbangan paling mengetahui
daya dukung baik fisik maupun terhadap fenomena yang akan diteliti (Sugiyono,
psikologis. Daya dukung tersebut 2018). Jumlah informan yaitu 10 orang terdiri dari 4
digunakan untuk melihat kemampuan orang pengelola Ekowisata, 4 orang dari anggota
kawasan ekowisata untuk menampung Pokdarwis serta 2 orang masyarakat yang terlibat
wisatawan. dalam pengelolaan. Metode Analisis data yang
c) Kepuasan wisatawan dalam berwisata digunakan yaitu metode analisis data kualitatif
Kepuasan wisatawan saat berkunjung model interaktif. Definisi operasional variabel pada
ke suatu kawasan ekowisaa dapat penelitian ini terdiri dari potensi ekowisata, prinsip-
dilihat dari datangnya kembali prinsip ekowisata, tolak ukur dan keberhasilan
ekowisata. Berikut adalah kerangka pemikiran
wisatawan tersebut sebagai repeater
dalam penelitian ini pada bagan berikut.
guest dan juga bantuan promosi secara
tidak langsung.
Konsep ekowisata yang diaplikasikan
yaitu pemanfaatan sumber daya alam dan
budaya sebagai atraksi wisata. Sumber daya
alam tersebut terdiri dari lahan pertanian dan
peternakan, sungai, dan area desa. Atraksi
budaya berupa seni budaya setempat. Ketika
masa pandemi Desa Ekowisata Pancoh menjadi
tujuan wisatawan karena mengusung konsep
ekowisata dan secara tidak langsung sudah
melakukan pembatasan jumlah kunjungan.
Desa Ekowisata Pancoh sudah dikembangkan
kurang lebih sebelas tahun dan masih tetap
eksis dan menjadi pilihan wisatawan ketika
datang ke Yogyakarta. Sehingga penting untuk Gambar 1. Kerangka Pemikiran
diteliti sebagai contoh destinasi yang tidak Sumber: Diolah Peneliti (2023)
banyak melakukan modifikasi terhadap potensi
wisata desa. Oleh karena itu tujuan penelitian
Berdasarkan bagan kerangka pemikiran
ini dimaksudkan untuk mengkaji pemanfaatan
tersebut, langkah pertama yang dilakukan
sumber daya alam dan budaya sebagai atraksi
peneliti yaitu identifikasi potensi wisata alam
wisata. Aktivitas wisata yang disajikan kepada
dan budaya yang dikembangkan menjadi
wisatawan serta pengelolaan destinasi dengan
atraksi wisata. Selanjutnya melakukan kajian
konsep Ekowisata.
terkait implementasi prinsip-prinsip ekowisata.
Tahap terakhir yaitu melihat implikasi
pengelolaan ekowisata untuk mengukur
keberhasilan pengelolaan ekowisata di Desa
Pancoh. Metode Analisis data yang digunakan
yaitu metode analisis data model interaktif.

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 7, NO. 3 November 2023 261


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i3

Menurut Miles dan Huberman dalam (Harahap, Pengelolaan Desa Ekowisata Pancoh
2021) model interaktif terdiri dari pengumpulan sepenuhnya melibatkan masyarakat dan pada
data, reduksi data, penyajian data dan penarikan saat ini sudah melimpahkan pengelolaan
kesimpulan. Pengumpulan data dilakukan kepada para pemuda-pemudi desa. Hal ini
dengan turun langsung kelapangan dan dilakukan untuk regenerasi manajemen
melakukan wawancara dengan informan yang ekowisata yang dibagi atas 10 seksi. Setiap
sudah ditentukan. Hasil data dilapangan kegiatan wisata ketua pengelola akan
kemudian dipilah sesuai dengan kebutuhan data memberikan tugas pada masing-masing seksi
penelitian. Selanjutnya melakukan proses sesuai dengan kebutuhan aktivitas wisata yang
penyajian data melalui transkrip wawancara dilakukan.
dilengkapi dengan dokumentasi. Proses Desa Ekowisata Pancoh mengangkat dua
terakhir yaitu penarikan kesimpulan mengenai potensi wisata yang berasal dari sumber daya
pemanfaatan sumber daya alam dan budaya alam serta budaya tradisi setempat. Sumber
sebagai atraksi wisata di Desa Ekowisata daya alam yang dikembangkan menjadi atraksi
Pancoh. wisata berupa area pertanian, sawah, pengairan
serta peternakan. Budaya yang dikembangkan
4. HASIL PENELITIAN DAN yaitu tradisi wiwitan serta belajar gamelan.
PEMBAHASAN Pemanfaatan Sumber Daya Alam sebagai
Atraksi Wisata di Desa Ekowisata Pancoh
Desa Ekowisata Pancoh berlokasi di a) Tanam Padi
Dusun Pancoh, Kalurahan Girikerto, Kegiatan wisata tanam padi dapat
Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman, dilakukan wisatawan pada lahan
D.I.Yogyakarta. Ekowisata didirikan pada pertanian di musim tanam seluas 4000
tanggal 14 Februari 2012 dengan No. SK meter. Lahan aktivitas wisata tanam
Penetapan: SK17/KPTS.KD/GK/IX/2015. padi menyesuaikan dengan tempat
Pada saat ini Desa Ekowisata Pancoh sudah petani yang kosong siap untuk
masuk kategori Desa Wisata Mandiri. Desa ditanami. Kegiatan tanam padi ini
Ekowisata Pancoh sudah berjalan selama 11 terdiri dari 3 aktivitas besar yaitu bajak
tahun. Pada awal perkembangan ekowisata sawah, tanam padi dan panen padi.
berjalan tertatih-atih sampai 3 tahun, barulah Wisatawan akan diajarkan mengenai
pada tahun 2014 Dusun Pancoh keliatan layak proses penanaman padi dari awal
menjadi desa wisata melalui peningkatan sampai menjadi padi dan siap untuk
jumlah kunjungan. Puncak jumlah tertinggi dipanen. Kegiatan tanam padi terdiri
yaitu kunjungan pada tahun 2018. Pada tahun dari bajak sawah, edukasi mengenai
2019 mengalami penurunan karena banyak jenis padi, jarak tanam antar benih padi,
munculnya desa wisata dan banting-bantingan tanam padi serta cara memanen padi.
harga. Namun seiring berjalananya waktu Wisatawan yang datang ketika musim
seperti seleksi alam, Desa Ekowisata Pancoh panen tiba dapat ikut aktivitas
dapat bertahan dan tetap menarik di mata memanen padi dan tradisi syukuran
wisatawan. Tahun 2020 sempat tutup akibat yaitu wiwitan.
pandemi, dan tahun 2021 mulai melangkah lagi.
Setelah pasca pandemi wisatawan mulai
banyak berdatangan dan sudah mncapai agka
1000 lebih wisatawan berkunjung. Desa
Ekowisata Pancoh tidak mengejar banyak tamu
sesuai konsep ekowisata, tamu sedikit tetapi
penghasilan banyak. Fokus pada kualitas yang
dioptimalkan ketika wisatwan berkunjung
dibanding banyak wisatawan namun tidak
maksimal dalam pelayanannya. Berikut
struktur organisasi pengelolaan Ekowisata
Pancoh.

Gambar 1. Lokasi tanam padi dan bajak sawah


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

262 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 7, NO. 3 November 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i3 E-ISSN : 2654-8062

difermentasi menjadi gas sehingga dapat


b) Kebun Salak memberikan manfaat secara ekonomi (Side et
al., 2021). Biogas di Desa Ekowisata Pancoh
Masyarakat Dusun Pancoh memang sudah dikembangkan di dua tempat yaitu
mengandalkan pertanian karena tinggal di kandang komunal dan di rumah Bapak Suharjo.
lereng Gunung Api Merapi. Oleh karena itu Menurut wawancara dengan pengelola
banyak masyarakat membudidayakan kebun menyampaikan bahwa “pengembangan biogas
salak. Atraksi wisata kebun salah diinisiasi dari di dusun ini sudah dimulai dari tahun 2016,
masalah penjualan buah salak yang sangat mimpinya seluruh warga pancoh menggunakan
murah. Harga buah salak 1 kg hanya Rp. 3.000. biogas disetiap rumah, tetapi kendala dana dan
Kebun salak milik warga dan semua lahan suplai kotoran sapi” BN, wawancara tanggal 5
welcome untuk dikunjungi, Luas keseluruhan Juli 2023. Pembuatan biogas harus kotoran sapi
kebun salak kurang lebih 10 Hektar. yang murni dan tidak boleh tercampur rumput
Aktivitas wisata di Kebun Salak yaitu dan bahan lainnya. Bapak Suharjo sudah
edukasi budidaya salak seperti cara membuat biogas secara continue untuk
mencangkok, cara penyerbukan, cara digunakan sehari-hari. Wisatawan yang
mengupas salak yang benar, cara membabat berkunjung dapat melihat penggunaan biogas di
untuk mengurangi pelepah dan berapa yang rumah Bapak Suharjo. Aktivitas wisata dalam
disisakan untuk dapat tumbuh dan berbuah pembuatan biogas yaitu mengambil kotoran
dengan baik. Pengolahan salak ditujukan untuk sapi dari kandang, kemudian dibawa ke tempat
meningkatkan harga salak dari yang hanya penampungan, proses mengaduk dan
Rp.3.000 menjadi Rp.35.000. Edukasi fermentasi sampai dapat digunakan untuk
pengolahan salak untuk ekonomi masyarakat menyalakan api.
dapat terangkat. Kegiatan wisata kebun salak
perpaket Rp. 20.000 per orang dan Rp. 15.000
perorang jika jumlah wisatawan cukup banyak.
Wisatawan diajak untuk membuat olahan
makanan dari salak seperti dibuat eggroll,
wajik, wingko, manisan salak, dan kerupuk
salak. Pengerjaan kuliner salak ada timnya
sendiri oleh masyarakat lokal dan pemuda desa
kurang lebih 4 sampai 5 orang dan bergantung
pada jumlah wisatawan.

Gambar 3. Kompor dengan Biogas


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

d) Embung
Di Dusun Pancoh terdapat embung yang
mempunyai luas 3000 m2 dengan kedalaman 6
meter. Embung ini dimanfaatkan untuk
kegiatan wisata memancing. Di dalam embung
terdapat banyak jenis ikan seperti mujair, ikan
Gambar 2. Kebun Salak mas dan ikan nila. Event memancing
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023) diselenggarakan setiap 35 hari sekali yaitu
pada penanggalan jawa pada pertemuan
minggu kliwon. Harga paket memancing yaitu
c) Biogas
Rp. 50.000 perorang dan ikan dapat dibawa
Desa Ekowisata Pancoh memanfaatkan kotoran pulang. Dahulunya embung ini dimanfaatkan
sapi menjadi biogas. Biogas merupakan untuk pengairan sawah dan perkebunan warga
pemanfaatan kotoran hewan ternak baik sapi, serta tempat penampungan air hujan.
kerbau, kambing dan hewan lainnya untuk

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 7, NO. 3 November 2023 263


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i3

Tidak ada peralatan khusus yang dibutuhkan


karena debit air yang cukup dangkal.
Wisatawan hanya disarankan untuk
menggunakan pakaian yang nyaman serta
menggunakan alas seperti sendal. Sendal yang
digunakan pun sendal gunung yang aman ketika
berpijak pada batu yang berlumut. Daerah
Pancoh termasuk wilayah yang dingin sehingga
banyak membuat batu berlumut sepanjang
sungai. Susur sungai akan dibantu oleh
pemandu yang disesuaikan dengan jumlah
wisatawan. Jumlah pemandu wisata di
Ekowisata Pancoh sudah ada 30 orang yang
merupakan kolaborasi antara kalangan muda
Gambar 4. Embung
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)
dan orang tua.

e) Kandang Komunal
Aktivitas wisata yang berkaitan dengan
peternakan warga yaitu kendang komunal.
Wisatawan dapat melakukan kegiatan peras
susu kambing Etawa, edukasi tentang guyang
sapi, memberikan makan sapi, dan olah biogas.
Salah satu pengolahan biogas juga terdapat
pada kendang komunal. Wisatawan dapat
belajar wisata edukasi pengembangbiakan
ternak kambing dan sapi.

Gambar 6. Susur Sungai


Sumber: @desekowisatapancoh (2023

g) Kolam ikan
Aktivitas wisata selanjutnya yaitu tangkap
ikan. Wisatawan dapat belajar mengenai paket
edukasi perikanan yang terdiri dari
pengembangbiakan ikan, cara pembibitan, cara
pembesaran harus berapa hari dan cara
memberikan makan, Pada kolam ikan
Gambar 5. Kandang Komunal wisatawan juga dapat melakukan kegiatan
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023) tangkap ikan.

f) Susur Sungai
Salah satu aktivitas wisata favorit
wisatawan yaitu susur sungai. Susur sungai
Susur menonjolkan keaslian alam dan
kejernihan air yang ada di Dusun Pancoh. Rute
susur sungai kurang lebih 1 jam sepanjang 400
Meter. Rute pendek dapat diikuti dengan jalan
pintas sesuai kebutuhan wisatawan. Setiap
kegiatan wisata di Ekowisata Pancoh
mempunyai SOP masing-masing yang harus Gambar 7. Kolam pembudidayaan ikan
diikuti oleh pemandu wisata dan wisatawan. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

264 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 7, NO. 3 November 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i3 E-ISSN : 2654-8062

h) Omah Partoredjan Pemanfaatan Budaya sebagai Atraksi


Wisata di Desa Ekowisata Pancoh
Omah Partoredjan meruapakan resto a) Wiwitan
bernuansa tradisional jawa yang dibangun pada
masa pandemi tahun 2020. Ekowisata Pancoh Tradisi budaya yang dijadikan atraksi
ditutup untuk wisatawan seperti anjuran wisata di Ekowisata Pancoh yaitu Wiwitan.
pemerintah. Pengelola tidak hanya diam namun Tujuan pelaksanaan upacara adat ini yaitu
menambah atraksi wisata baru sesuai dengan sebagai wujud syukur petani dikasi panen yang
permintaan wisatawan. Sebelumnya wisatawan melimpah, terimakasih kepada Sang Penguasa
yang datang tidak menemukan tempat untuk untuk sedekah dan memberikan makanan ke
makan dan minum setelah selesai aktivitas masyarakat sekitar. Makanan yang disajikan
ekowisata. Oleh karena itu Ibu Menuk selaku berupa nasi, lauk pauk, telor, jajanan pasar dan
owner bersama masyarakat membangun resto ayam. Pada aktivitas wisata ini wisatawan ikut
Omah Partoredjan. Menu yang ditawarkan dari penyajian awal di rumah untuk prosesinya
sangat sederhana yaitu menu Ndeso dengan dan ikut memasak. Setelah sesajian selesai
konsep prasmanan. Omah Partoredjan menjadi dibuat wisatawan akan diajak ke ladang
terobosan baru untuk menunjang kegiatan persawahan untuk melaksanakan upacara
wisata di Ekowisata Pancoh. Tujuan pendirian wiwitan. Tradisi wiwitan dapat dilakukan oleh
resto ini juga untuk membuka lapangan wisatawan, menyesuaikan dengan waktu panen
pekerjaan untuk para pemuda desa serta padi. Setelah upacara adat selesai, wisatawan
menambah pemasukan. akan diajak makan bersama dan selanjutnya
Menurut petikan wawancara dengan Ibu dapat ikut paket wisata untuk panen padi. Selain
Menuk pada tanggal 7 Juli 2023 menyampaikan tradisi wiwitan, di Desa Ekowisata Pancoh juga
bahwa Omah Partoredjan dibangun dengan dapat belajar membuat sesajian dan mengikuti
membuat MOU sharing profit dari penjualan upacara adat jawa lainnya seperti Mitoni dan
resto kepada manajemen ekowisata. Jumlah Nyadran
pekerja saat ini yaitu 6 orang yang terdiri dari 3
orang pramusaji, 2 orang tukang masak, 1 orang
jaga malam. Konsep yang ditawarkan berupa
lokasi tempat makan yang ada di aliran sungai
bernuansa kehidupan petani zama dahulu.
Bangunan warung berupa rumah adat joglo
serta kendang kebo. Selain tempat makan,
Omah Partoredjan juga membuka trip VW
Safari. Trip VW safari ini bekerja sama dengan
destinasi wisata lainnya. Wisatawan akan naik
VW start dari warung kemudian berkeliling
sesuai dengan trip yang diambil. Perjalanan
tersebut ada yang Long, Medium dan Short Gambar 9. Lahan Persawahan
Trip. Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

b) Belajar Gamelan
Wisatawan yang berkunjung ke Desa
Ekowisata Pancoh dapat belajar gamelan. Di
sini terdapat House of Gamelan sebagai lokasi
wisatawan untuk belajar melestarikan alat
musik tradisional. Kegiatan wisatawan yaitu
terlebih dahulu diperkenalkan jenis-jenis alat
gamelan, diceritakan sejarah gamelan dari
Gambar 8. Omah Partoredjan mana, belajar memaikan gamelan atau dikenal
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023) dengan istilah nabuh dalam bahasa jawa.
Instruktur yang mengajarkan notasi gamelan
berasal dari warga pancoh, sesuai dengan
kelompok yang ada di struktur organisasi yaitu
pada bagian seksi seni budaya.Tradisi

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 7, NO. 3 November 2023 265


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i3

memainkan Gamelan berasal dari leluhur


Dusun Pancoh. Peralatan gamelan sudah
berumur cukup lama untuk dilestarikan dan
disimpan pada rumah tradisional jawa yaitu Joglo.
Wisatawan membutuhkan waktu kurang lebih satu
jam dari pengenalan notasi sampai dapat memaikan
satu lagu (gending) secara bersamaan.

Gambar 11. Lokasi membuat Kerajinan Bambu


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

Masyarakat sepenuhnya terlibat dalam


pengelolaan Ekowisata Pancoh. Keterlibatan
masyarakat dengan menjaga lingkungan seperti
kerja bhakti setiap satu minggu 2 kali. Warga
Gambar 10. Instrumen Gamelan membersihkan area rumah dan lingkungan
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023) sekitar serta ikut gotong royong untuk
membersihkan saluran irigasi. Luas total area
ekowisata yaitu 48 hektar terdiri dari kawasan
Implementasi Prinsip-Prinsip serta Tolak perkebunan dan persawahan milik warga
Ukur Keberhasilan Ekowisata setempat. Ekowisata Pancoh dalam setiap
Prinsip-prinsip ekowisata terdiri dari kegiatannya sudah memberikan pengalaman
kelestarian lingkungan, keterlibatan serta pendidikan kepada masyarakat dalam
masyarakat, pariwisata berkelanjutan, bentuk edukasi pada setiap aktivitas wisatanya.
memberikan pendidikan dan pengalaman dan Tolak ukur keberhasilan ekowisata yaitu
pengelolaan (Sastrayuda, 2010). Desa kelestarian alam, terjaminnya kenyamaan
Ekowisata Pancoh sudah menerapkan prinsip- wisatawan dan terpenuhinya kepuasan
prinsip tersebut dari awal pengelolaan. wisatawan. Wisatawan yang berkunjung terus
Kelestarian alam dapat dilihat dengan mengalami peningkatan sesuai dengan jumlah
terwujudnya pariwisata ramah lingkungan. kunjungan wisatawan. Pilihan aktivitas wisata
Desa Pancoh tidak melakukan banyak berbasis ekowisata diwujudkan dalam beberapa
modifikasi namun menyuguhkan keaslian paket wisata di tabel berikut ini.
lansekap alamnya. Pelestarian wisata juga Tabel 2. Paket Wisata
didukung dengan pelatihan konservasi No Paket Aktivitas Ekowisata
lingkungan yang dilakukan oleh DLH (dinas Wisata
lingkungan hidup) dengan pendampingan 1. Surthong 1 a) Paket 1
secara continue. Dari aspek pariwisata ( 1 hari) Outbond: Fun
berkelanjutan dapat dilihat Ekowisata pancoh Games,
dapat berlanjut sampai generasi berikutnya membajak
dengan melakukan regenerasi pengelolaan sawah, susur
kepada para pemuda-pemudi desa. Para orang sungai dan
tua hanya sebagai penasehat dan ikut membantu tangkap ikan.
jika terjadi masalah dalam pengelolaan b) Paket Outbond
wisatanya. Selain itu Ekowisata Pancoh juga 2: Fun games,
menggunakan produk ramah lingkungan berkebun salak,
dengan memanfaatkan limbah plastik menjadi susur sungai dan
kerajinan tangan. Wisatawan juga dapat tangkap ikan.
membuat kerajinan berupa anyaman bambu c) Paket Outbond
serta Caping Art. Caping Art yaitu aktivitas 3: Fun Games,
untuk melukis topi petani dari bambu. membajak
sawah,

266 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 7, NO. 3 November 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i3 E-ISSN : 2654-8062

pengolahan Paket wisata tersebut ada yang bernama


biogas dan dan Surthong yang menjadi lambang dari Desa
tangkap ikan. Ekowisata Pancoh. Surthong merupakan
d) Paket Outbond 4 bambu yang dialiri air akan tumpah dan
: Fun Games, menghasilkan suara yang nyaring dan khas.
membajak Selain lima paket diatas juga terdapat paket
sawah, susur makrab dan paket camping yang kegiatan
sungai dan wisatanya dapat dipesan sesuai keinginan
berkebun salak. wisatawan. Aktivitas wisata menerapkan
pemanfaatn sumber daya alam dan budaya
2. Surthong 1 Fasilitas Home Stay dan berbasis ekowisata di Dusun Pancoh.
(2 hari 1 4 x makan. Aktivitas
malam) wisata: belajar seni KESIMPULAN DAN SARAN
tradisional, berkebun Pemanfaatan sumber daya alam dan
salak, susur sungai, budaya sebagai atraksi wisata di Desa
aktivitas bersama induk Ekowisata Pancoh. Sumber daya alam berupa
semang, free welcoming mengolah potensi lingkungan alam dan tidak
meals dan biaya banyak melakukan perubahan pada kondisi
operasional sebenarnya. Hal ini membuat alam di Desa
4. Surthong 3 Fasilitas Home Stay dan Pancoh tetap terjaga kelestariannya. Atraksi
(3 hari 2 7 x makan. Aktivitas wisata tersebut yaitu susur sungai, bajak sawah,
malam) wisata: belajar seni kolam ikan, kebun salak embung dan biogas.
tradisional, berkebun Selain itu seni dan budaya lokal dijadikan
salak, susur sungai, aktivitas wisata seperti Tradisi Wiwitan dan
aktivitas bersama induk bermain gamelan. Wisatawan dapat belajar
semang, free welcoming mengenai pelestarian upacara adat serta alat
meals dan biaya musik tradisional. Di Desa Ekowisata Pancoh
operasional terdapat House of Gamelan yang menjadi
5. Paket a) Pilihan kegiatan tempat wisatawan belajar memaikan gamelan.
Family wisata alam: Pengelola Desa Ekowisata Pancoh
(minimal 1 tangkap ikan, bersama masyarakat mewujudkan konsep
keluarga 4 edukasi destinasi ekowisata. Masyarakat lokal
orang) kambing Etawa, dilibatkan dalam keseluruhan kegiatan wisata.
membajak Sehingga masyarakat dapat manfaat secara
sawah, susur ekonomi dari kegiatan wisata, disisi lain alam
sungai dan dan budaya tetap dapat dilestarikan dengan
tanam padi. baik. Pengelolaan Desa Ekowisata Pancoh
b) Pilihan kegiatan dapat menjadi contoh destinasi yang
budaya: memaksimalkan potensi alam dan budaya desa
membatik, untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata.
anyaman Saran untuk Desa Ekowisata Pancoh dapat tetap
bambu, melukis mempertahankan pengelolaan dengan konsep
caping, daur ekowisata dan tidak memaksakan aktivitas lain
ulang samoah, yang dapat memberikan dampak terhadap
pengolahan kelestarian lingkungan. Saran yang dapat
salak dan seni diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu
Karawitan. berupa penelitian mengenai implementasi
aktivitas ekowisata dari sudut pandang
Sumber: Sekretariat Desa Ekowisata wisatawan.
Pancoh (2023)

IKRAITH-HUMANIORA VOL. 7, NO. 3 November 2023 267


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://doi.org/10.37817/ikraith-humaniora.v7i3

DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, A. (2013). Partisipasi Masyarakat
Dalam Pengelolaan Wisata Pantai Depok
Di Desa Kretek Parangtritis. Jurnal
Nasional Pariwisata, 5(2), 1411-9862.

Arikunto, S. (2019). Prosedur penelitian suatu


pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Fandeli, C. (2019). Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan dalam Pembangunan
Berbagai Sektor. Gadjah Mada University
Press.

Harahap, M. N. (2021). Analisis Data


Penelitian Kualitatif Model Miles Dan
Huberman. Manhaj, 18(1).

Haryanto, J. T. (2014). Model Pengembangan


Ekowisata Dalam Mendukung
Kemandirian Ekonomi Daerah Studi
Kasus Provinsi DIY. Jurnal Kawistara,
4(3).
https://doi.org/10.22146/kawistara.6383

Jaya, I. M. A. K., & Arida, I. N. S. (2018).


Identifikasi Kesesuaian Potensi
Ekowisata Di Desa Jatiluwih Kecamatan
Penebel Kabupaten Tabanan Dengan
Prinsip Ekowisata. Jurnal Destinasi
Pariwisata, 5(1).
https://doi.org/10.24843/jdepar.2017.v05.
i01.p20

Sastrayuda, G. S. (2010). Konsep


Pengembangan Ekowisata. Hand out
Resort and Leisure.

Side, S., Maru, R., Achmad, M. L., Amiruddin,


N. aidhilah M., Rusdi, R., Arfandi, A.,
Basram, N. F., & Nurfadilah, N. (2021).
Pemanfaatan Limbah Kotoran Sapi
Menjadi Biogas di Desa Congko.
Chemica: Jurnal Ilmiah Kimia Dan
Pendidikan Kimia, 22(2).
https://doi.org/10.35580/chemica.v22i2.2
6209

Sugiyono. (2018). Sugiyono Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif.

268 IKRAITH-HUMANIORA VOL. 7, NO. 3 November 2023

Anda mungkin juga menyukai