Anda di halaman 1dari 7

Edu Geography 4 (3) (2016)

Edu Geography

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo

PARTISIPASI PETANI KENTANG DALAM PENGEMBANGAN


PARIWISATA DI DATARAN TINGGI DIENG
(Studi Kasus di Desa Sembungan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo)

Eko Adi Saputro , Tjaturahono Budi Sanjoto, Sriyanto

Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pariwisata sebelum pengembangan pariwisata,
Diterima Agustus 2016 mengetahui kondisi pariwisata sesudah pengembangan pariwisata dan mengetahui partisipasi
Disetujui September 2016 petani kentang dalam pengembangan pariwisata. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Dipublikasikan Oktober petani kentang yang ada di Desa Sembungan dengan jumlah 652 orang. Teknik sampling yang
2016 digunakan adalah Purposive Sampling, dengan perhitungan rumus Solvin dapat diambil sampel
_______________ dengan jumlah 87 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi lapangan, studi
Keywords: literatur, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif
Tourism Development, persentase. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebelum pengembangan pariwisata pengelola
Participation, Potatoe wisata terkendala dengan pendanaan serta masih kurangnya dukungan dari masyarakat maupun
Farmers. pemerintah. Setelah pengembangan pariwisata fasilitas tersedia dengan baik, serta mulai ada
____________________ dukungan dari masyarakat maupun keterlibatan pemerintah maupun swasta. Partisipasi petani
kentang dalam pengambilan keputusan pengembangan pariwisata masuk kedalam kriteria sedang
dengan skor 64,59%, dalam pelaksanaan masuk kedalam kriteria sedang yaitu 66,14%, kemudian
dalam pemantauan dan evaluasi 49,17% masuk kedalam kriteria rendah, dan dalam pemanfaatan
masuk kedalam kriteria tinggi dengan skor 81,37%.

Abstract
___________________________________________________________________
This research aimed to analyze tourism condition before tourism development, knowing the tourism condition
after the development and the participation of potatoe farmers in tourism development. Population in this
research was the entire potatoe farmers existed in Sembungan field with total 652 people. Sampling technique
used was Purposive Sampling, by using Solvin formula could be taken by 87 people. The data collecting
technique used field observation, literary studies, interview, questionnaires, and documentation. The data
analysis used was percentage descriptive. The result of this research known that before tourism development, the
tourism organizer constraint by funding by funding and the lack of support from people and government. After
tourism development the tourism facility was available, moreover support from people and government or
private appeared. Potatoe farmers participation was about 64,59%, in implementation included in medium
criterion was 66,14%, then in observation and evaluation 49,17% included in low criterion, and the profit
included in high criterion was about 81,37%.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6684
Gedung C1 Lantai 2 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: geografiunnes@gmail.com

35
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)

PENDAHULUAN
Dataran Tinggi Dieng dikenal memiliki obyek pariwisata alam lainya yaitu telaga
udara dingin dengan suhu rata-rata 15°C-23°C cebong, gunung paku waja, dan air terjun
sedangkan pada malam hari mencapai 6°C- sikarim. Selain itu daya tarik pariwisata yang
10°C. Pada musim kemarau (Juli-Agustus) suhu dimiliki dari sisi sosial budaya yaitu masyarakat
udara dapat mencapai 0°C di pagi hari dan Desa Sembungan masih memiliki kepercayaan
memunculkan embun beku oleh masyarakat yang masih begitu kental dengan ruatan rambut
Dataran Tinggi Dieng biasa disebut bun upas gembel sama seperti masyarakat yang hidup di
(embun racun) karena dapat menyebabkan Dataran Tinggi Dieng pada umumnya. Sektor
kerusakan pada tanaman pertanian Akan tetapi pertanian kentang merupakan mata pencaharian
hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi utama bagi masyarakat Desa Sembungan akan
para wisatawan lokal maupun mancanegara tetapi beberapa tahun terakhir pendapatan pada
untuk berkunjung ke Dataran Tinggi Dieng. sektor pariwisata ikut andil dalam penambahan
Sejak zaman kolonial Belanda, Dataran Tinggi pemasukan bagi masyarakat khususnya bagi
Dieng sudah menjadi objek penelitian dan mereka yang mau berpatisipasi dalam pariwisata
tempat tujuan pariwisata salah satunya yang seperti mendirikan usaha pariwisata atau jasa
dilakukan oleh Melville. Melville melakukan pariwisata. Usaha wisata diantaranya sebagai
penelitian selama 5 tahun antara tahun 1911 penyedian home stay, pemandu wisata (tour
sampai 1916 sehingga dengan adanya penelitian guide), penyedia jasa ojek wisata, penjual suvenir
tersebut Dataran Tinggi Dieng dikenal sampai dan juga sebagai penjual makanan oleh-oleh
negara-negara di wilayah Eropa (Setyowati dan khas Dataran Tinggi Dieng.
Hardati, 2009: 71). Berdasarkan latar belakang sudah
Pengembangan pariwisata tidak terlepas diuraikan di atas, maka tujuan yang hendak
dari partisipasi masyarakat lokal karena dicapai dari penelitian ini yaitu : (1) Untuk
penduduk lokal sebagai pemain kunci dalam mengetahui kondisi pariwisata sebelum
pariwisata, karena sesungguhnya merekalah pengembangan pariwisata di Desa Sembungan
yang menyediakan sebagian besar atraksi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, (2)
sekaligus menentukan kualitas produk wisata Untuk mengetahui kondisi pariwisata sesudah
(Damanik dan Weber, 2006: 23). Dalam pengembangan pariwisata di Desa Sembungan
kegiatan partisipasi masyarakat itu sendiri setiap Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, (3)
anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi Untuk mengetahui partisipasi petani kentang
atau sumbangan. Konrtibusi tersebut bukan dalam pengembangan pariwisata di Desa
hanya terbatas pada dana dan finansial saja akan Sembungan Kecamatan Kejajar Kabupaten
tetapi dapat berbentuk daya (tenaga), ide Wonosobo.
(pemikiran) dan material (Notoatmodjo, 2007:
125). Selain kontribusi berupa fikiran, tenaga METODE PENELITIAN
maupun materi, kegiatan partisipasi adalah
proses dimana masyarakat memperoleh Jenis penelitian yang digunakan dalam
pengalaman, pembelajaran dan manfaat untuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
mendukung kehidupan dalam jasa usaha wisata. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Hal tersebut sebagi upaya-upaya meningkatkan petani kentang yang ada di Desa Sembungan
kualitas kehidupan dan kesejahteraan dengan jumlah 652 orang. Menurut Sugiono
masyarakat yang berlandaskan nilai sosial (2010: 62) populasi merupakan bagian dari
budaya, falsafah pandangan hidup dan jumlah dan karakteristik anggota populasi yang
lingkungan masyarakat (Nugroho, 2011: 240). diambil sebagai objek penelitian. Pengambilan
Desa Sembungan memiliki potensi sampel dilakukan dengan teknik Purposive
pariwisata andalan yaitu melihat matahari terbit Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sesui
(golden sunrise) di atas bukit sikunir sedangkan dengan tujuan dan karakteristik yang ditentukan

36
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)

oleh peneliti karena pertimbangan yang desa tertinggi di pulau Jawa. Desa Sembungan
mendalam dianggap/diyakini akan benar-benar mempunyai keindahan alam yang eksotis dan
mewakili karakter populasi (Yunus, 2010: 302). sekarang menjadi salah satu objek wisata
Dengan perhitungan dengan rumus Solvin dapat unggulan di Kabupaten Wonosobo tiga tahun
diambil sampel dengan jumlah 87 orang. terakhir. Secara morfologi wilayah Desa
Variabel dalam penelitian ini adalah 1) Sembungan berupa wilayah yang bergelombang
pengembangan pariwisata yang terdiri dari khas daerah pegunungan dengan suhu rata-rata
beberapa indikator yaitu aksesibilitas, 15-23°C, sedangkan pada malam hari suhu bisa
kompatibilitas dengan kegiatan lain, mencapai 6-10°C. Secara umum wilayah Desa
karakteristik sarana pariwisata, interaksi sosial, Sembungan digunakan sebagai lahan pertanian
tingkat akseptabilitas komunitas lokal terhadap kentang dengan luas area panen pertahun 219,69
keberadaan wisatawan, derajat manajemen Ha dan sebagai salah satu pemasok komoditas
kontrol. 2) partisipasi petani kentang dalam sayuran untuk daerah Jawa Tengah dan Kota
pengembangan pariwisata yang terdiri dari besar lainya seperti Jakarta dan Surabaya.
beberapa indikator yaitu partisipasi dalam Masyarakat di Desa Sembungan memilih
pengambilan keputusan pengembangan sebagai petani kentang karena dari sisi ekonomi
pariwisata, partisipasi dalam pelaksanaan lebih menguntungkan dari pada komoditas
kegiatan pengembangan pariwisata, partisipasi tanaman pangan lainnya. Sedangkan dari sisi
dalam pemantauan dan evaluasi pengembnagan yang lain tanaman kentang lebih tahan lama dan
pariwisata, partisipasi dalam pemanfaatan hasil tidak mudah busuk, dari pemasarannya juga
pengembangan pariwisata. Metode lebih mudah karena pembeli langsung
pengumpulan data dilakukan menggunakan mendatangi rumah penduduk dan pertanian
observasi lapangan, studi literatur, wawancara, kentang merupakan tradisi turun temurun
kuesioner dan studi dokumentasi. Analisis data sehingga budaya menanam kentang terus
yang digunakan adalah deskriptif persentase. berjalan dari waktu ke waktu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengembangan Pariwisata


a. Kondisi Sebelum Pengembangan Pariwisata
Deskripsi Wilayah Desa Sembungan Berdasarkan hasil penelitian kondisi
Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng pariwisata sebelum pengembangan pariwisata
dikenal sebagai obyek wisata unggulan Jawa keadaan aksesibilitas belum disediakan dengan
Tengah salah satunya adalah Desa Sembungan. baik oleh pihak pengelola pihak pengelola
Desa Sembungan terletak sekitar 119 km arah wisata yang ada di Desa Sembungan. Keadaan
barat daya Kota Semarang, 107 km arah barat aksesibilitas tersebut diantaranya jalan menuju
laut Kota Yogyakarta, 93 km arah utara Kota tempat wisata, sarana informasi dan media
Purwokerto, 26 km arah utara Kota Wonosobo, promosi wisata. Kompatibilitas antara sektor
46 km arah timur laut Banjarnegara dan 480 km pariwisata dengan pertanian kentang sebelum
arah timur Kota Jakarta. Secara astronomis pengembangan pariwisata belum saling
Desa Sembungan terletak pada posisi 7° 14’ 0” mendukung antar kedua sektor tersebut
LS - 7° 15’ 0” LS dan 109° 54’ 0” BT - 109° 56’ dikarenakan pertanian kentang dianggap lebih
0” BT. Desa Sembungan sebelah utara memberikan keuntungan dibandingkan pada
berbatasan dengan Desa Jojogan, sebelah barat bidang pariwisata. Karakterisitik sarana
berbatasan dengan Desa Sikunang, sebelah pariwisata sebelum pengembangan pariwisata
timur berbatasan dengan Desa Tieng, dan sperti home stay, tempat parkir, MCK,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Menjer. pengadaan toko/kios dan rumah makan belum
Secara fisik Desa Sembungan tersedia dengan baik di tempat wisata. Interaksi
merupakan wilayah dataran tinggi dengan sosial sebelum pengembangan pariwisata baik
ketinggian ± 2.306 mdpl dan termasuk sebagai interaksi sosial maupun ekosistem yang ada di

37
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)

tempat wisata belum begitu intensif, interaksi pertanian seperti kentang baik sudah berbentuk
sosial antara masyarakat dengan wisatawan makanan maupun masih keadaan mentah
belum terjalain dengan baik dikarenakan dari kepada pengunjung. Karakteristik sarana
pihak masyarakat belum terjun secara langsung pariwisata sesudah pengembangan pariwisata
dalam bidang pariwisata baik dalam penyedia masih belum memenuhi wisatawan yang ada
jasa maupun usaha pariwisata. tingkat seperti MCK dan home stay, sedangkan fasilitas
akseptabilitas kominutas lokal terhadap yang lain seperti tempat parkir, kios dan rumah
keberadaan wisatawan sebelum pengembangan makan sudah disediakan dengan baik oleh pihak
pariwisata dari pihak kelompok masyarakat ada pengelola pariwisata. sesudah pengembangan
yang kurang setuju mengenai keberadaan pariwisata interaksi antara wisatawan dengan
wisatawan karena mereka menganggap bahwa ekosistem alam yang ada di objek pariwisata
akibat yang akan ditimbulkan berdampak pada semakin intensif dikarenakan banyaknya
generasi muda baik dari segi perilaku, cara wistawan yang datang. Interaksi anatara
berpenampilan maupun moral. Derajat wisatawan dengan ekosistem alam maupun
manajemen kontrol sebelum pengembangan sosial berdampak positif bagi keberlangsungan
pariwisata masih tergolong rendah dikarenakan kedua eksistem tersebut. Tingkat akseptabilitas
masih sedikitnya wisatawan yang datang untuk komunitas lokal terhadap keberadaan wisatawan
menikmati atraksi yang disediakan oleh pihak sesudah pengembangan pariwisata pihak
pengelola dan masih minimnya informasi masyarakat yang kurang setuju seperti tokoh
mengenai potensi wisata yang ada. Agama sudah bisa menerima adanya kegiatan
b. Kondisi Pariwisata Sesudah Pengembangan pariwisata. Karena pariwisata membawa
Pariwisata dampak yang begitu signifikan bagi kehidupan
Kondisi pariwisata sesudah mereka dan mereka sudah merasakan secara
pengembangan pariwisata keadaan aksesibilitas langsung manfaat yang diperoleh dengan
ditempat pariwisata mulai ada perbaiki oleh adanya kegiatan pariwisata yang ada di desa
pihak pengelola pariwisata dan mendapat mereka. Derajat manajemen kontrol sesudah
perhatian dari pemerintah mapun pihak swasta. pengembangan pariwisata mengalami
Aksesibilitas tersebut diantaranya jalan menuju peningkatan dikarenakan atraksi yang di
tempat wisata dan penyediaan informasi sediakan baik atraksi alam maupun budaya
mengenai rute tempat wisata yang ada di tempat dapat diterima oleh wisatawan, hal ini
tersebut, sedangkan media yang digunakan ditunjukan dengan meningkatnya jumlah
untuk mempromosikan mengunakan media pengunjung pada tiga tahun terakhir.
seperti baliho, dan brosur. Kompatibilitas
pariwisata dengan pertanian kentang sudah Partisipasi Petani Kentang dalam
terlihat adanya saling mempengaruhi antar Pengembangan Pariwisata
kedua sektor, hal tersebut dapat terlihat dengan a. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
adanya masyarakat yang menjual hasil Pengembangan Pariwisata

Tabel. 1 Pengambilan Keputusan dalam Pengembangan Pariwisata


Kriteria Interval F Persentase (%) Skor Kriteria
Sangat Rendah 25 - 39,9 2 2,30
Rendah 40 - 54,9 21 24,14
Sedang 55 - 69,9 33 37,93 64,59 Sedang
Tinggi 70 - 84,9 14 16,09
Sangat Tinggi 85 - 100 17 19,54
Total 87 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015

38
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)

Berdasarkan Tabel. 1 dapat dijelaskan dalam pengembangan pariwisata. Karena


bahwa partisipasi petani kentang dalam partisipasi dalam pengambilan keputusan
pengambilan keputusan pengembangan pengembangan pariwisata merupakan hal
pariwisata masuk kedalam ktiteria sedang denga terpenting dimana dalam pengambilan
skor rata-rata 64, 59%. Dari hasil penelitian keputusan akan terbentuk sebuah mufakat antar
tersebut menunjukan bahwa partisipasi petani pelaku partisipasi demi terlaksananya program-
kentang dalam pengambilan keputusan dari program pengembangan pariwisata nantinya.
pihak petani kentang sendiri belum sadar akan
pentingnya pengambilan keputusan dalam b. Partisipasi dalam Pelaksanaan Kegiatan
sebuah kegiatan salah satunya yaitu kegiatan Pengambangan Pariwisata

Tabel. 2 Pelaksanaan Kegiatan dalam Pengambangan Pariwisata


Kiteria Interval F Persentase (%) Skor Kriteria
Sangat Rendah 25 - 39,9 0 0
Rendah 40 - 54,9 11 12,64
Sedang 55 - 69,9 30 34,48 66,14 Sedang
Tinggi 70 - 84,9 45 51,72
Sangat Tinggi 85 - 100 1 1,15
Total 87 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan Tabel. 2 dapat dijelaskan ke ladang untuk mengurus tanaman kentang


bahwa partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan seperti menanam, menyiangi dan menyemprot.
pengembangan pariwisata masuk kedalam Dari hasil penelitian menunjukan masyarakat
kriteria sedang dengan skor rata-rata 66,14%. selain terlibat dalam usaha pariwisata mereka
Hal ini menunjukan bahwa masyarakat terlibat langsung dalam mempromosikan
berantusias untuk mengikuti kegiatan dalam pariwisata dengan cara dari mulu ke mulut
pengembangan pariwisata karena dalam kepada wisatawan yag singgah di kios-kios
kegiatan pengembangan pariwisata masyarakat mereka.
bisa mendapat tambahan penghasil selain
pertanian kentang. Dipagi hari masyarakat c. Partisipasi dalam Pemantauan dan Evaluasi
terlibat langsung dalam kegiatan pariwisat Pengembangan Pariwisata
sedangkan untuk siang harinya masyarakat pergi

Tabel. 3 Pemantauan dan Evaluasi dalam Pengembangan Pariwisata


Kriteria Interval F Persentase (%) Skor Kriteria
Sangat Rendah 25 - 39,9 % 29 33,33
Rendah 40 - 54,9 % 33 37,93
Sedang 55 - 69,9 % 16 18,39 49,17 Redah
Tinggi 70 - 84,9 % 5 5,75
Sangat Tinggi 85 - 100 % 4 4,60
Total 87 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan Tabel. 3 di atas dapat dalam pemantauan dan evaluasi masuk kedalam
dijelaskan bahwa partisipasi petani kentang kriteria rendah dengan skor 49, 17%. Dari hasil

39
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)

penelitian tersebut dapat diketahui bahwa dan evalusasi sebagai salah satu umpan balik
masyarakat belum tahu tentang pentingnya dalam penyelesaian permasalahan secara
pemantauan dan evaluasi pengembangan tanggap dan cepat agar supaya dalam kegiatan
pariwisata di desa mereka. Padahal dengan pengembangan pariwisata tidak terhambat serta
pemantauan dan evaluasi, masyarakat bisa tujuan yang mereka inginkan cepat terlaksana.
mengetahui informasi-informasi mengenai
kendala-kendala yang dihadapi dalam d. Partisipasi dalam Pemafaatan Hasil
pengemabangan pariwisata. Selain sebagai Pengembangan Pariwisata
media informasi dengan adanya pemantauan

Tabel. 4 Pemafaatan Hasil Pengembangan Pariwisata


Kriteria Interval F Persentase (%) Skor Kriteria
Sangat Rendah 25 - 39,9 1 1,15
Rendah 40 - 54,9 0 0,00
Sedang 55 - 69,9 2 2,30 81,37 Tinggi
Tinggi 70 - 84,9 50 57,47
Sangat Tinggi 85 - 100 34 39,08
Total 87 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berdasarkan Tabel. 4 dapat dijelaskan saling mendukung dari kedua sektor, interaksi
bahwa partisiapsi petani kentang dalam wisatawan belum berpengaruh antara ekosistem
pemanfaatan hasil pengembangan pariwisata alam dan ekosistem sosial, akseptabilitas dengan
masuk kedalam kriteria tinggi dengan skor rata- tokoh agama mengalami pro dan kontra dan
rata 81,37%. Dari pengakuan sebagaian besar manajemen kontrol masih rendah. Kondisi
responden dengan adanya pengemabangan pariwisata sesudah pengembangan pariwisata
pariwisata di Desa Sembungan sangat aksesibilitas dan sara sudah disediakan oleh
bermanfaat bagi kehidupan mereka. Masyarakat pihak pengelola pariwisata dan mulai ada
merasa diuntungkan dengan adanya keterlibatan dari pihak pemerintah dan swasta.
penambahan pendapatan dari sektor pariwisata Kontabilitas dengan pertanian kentang sudah
dengan adanya penambahan penghasilan saling mendukung antara kedua sektor,
masyarakat bisa memanfatkan penghasilan sedangkan interaksi wisatawan berpengaruh
tersebut untuk pendidikan anak, pendukung pada ekosistem yang ada di sekitar pariwisata
dalam pertanian kentang, sebagai kebutuhan dan ekosistem sosial, akseptabilitas dengan
sehari-hari dan sebagainnya. Sedangkan dari tokoh agama terdapat kesepahaman dan
penjualan karcis yang dihasilkan untuk manajemen kontrol mengalami kenaikan baik
kebutuhan pengembangan pariwisata seperti pada pariwisata alam maupun budaya.
perbaikan infrastruktur dan kebutuhan yang Partisipasi petani kentang dalam pengembangan
lainnya. pariwisata termasuk dalam kategori sedang
dengan skor rata-rata yaitu sebesar 64,56%
SIMULAN dengan indikator pengambilan keputusan
64,59%, pelaksanaan kegiatan 66,14%,
Berdasarkan penelitian dapat ditarik pemantauan dan evaluasi 49,17% dan
kesimpulan bahwa Kondisi pariwisata sebelum pemanfaatan hasil pengembangan pariwisata
adannya pengembangan pariwisata seperti mempunyai skor tertinggi yaitu sebesar 81,37%.
aksesibilitas dan sarana masih terbatas,
kontabilitas dengan pertanian kentang belum

40
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)

DAFTAR PUSTAKA Setyowati, Dewi Liesnoor dan Puji Hardati. 2009.


Fenomena Dataran Tinggi Dieng.
Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. 2006. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.
Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta : Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif
Andi. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Notoatmomodjo, soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Wikipedia. Dieng.
dan Ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. http://id.wikipedia.org/wiki/Dieng (20
Nugroho, Iwan. 2001. Ekowisata dan Pembangunan Maret 2015).
Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yunus, Hadi Sabar. 2010. Metodologi Penelitian
Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Lampiran Peta Penelitian

41

Anda mungkin juga menyukai