Edu Geography
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo
Abstract
___________________________________________________________________
This research aimed to analyze tourism condition before tourism development, knowing the tourism condition
after the development and the participation of potatoe farmers in tourism development. Population in this
research was the entire potatoe farmers existed in Sembungan field with total 652 people. Sampling technique
used was Purposive Sampling, by using Solvin formula could be taken by 87 people. The data collecting
technique used field observation, literary studies, interview, questionnaires, and documentation. The data
analysis used was percentage descriptive. The result of this research known that before tourism development, the
tourism organizer constraint by funding by funding and the lack of support from people and government. After
tourism development the tourism facility was available, moreover support from people and government or
private appeared. Potatoe farmers participation was about 64,59%, in implementation included in medium
criterion was 66,14%, then in observation and evaluation 49,17% included in low criterion, and the profit
included in high criterion was about 81,37%.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6684
Gedung C1 Lantai 2 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: geografiunnes@gmail.com
35
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)
PENDAHULUAN
Dataran Tinggi Dieng dikenal memiliki obyek pariwisata alam lainya yaitu telaga
udara dingin dengan suhu rata-rata 15°C-23°C cebong, gunung paku waja, dan air terjun
sedangkan pada malam hari mencapai 6°C- sikarim. Selain itu daya tarik pariwisata yang
10°C. Pada musim kemarau (Juli-Agustus) suhu dimiliki dari sisi sosial budaya yaitu masyarakat
udara dapat mencapai 0°C di pagi hari dan Desa Sembungan masih memiliki kepercayaan
memunculkan embun beku oleh masyarakat yang masih begitu kental dengan ruatan rambut
Dataran Tinggi Dieng biasa disebut bun upas gembel sama seperti masyarakat yang hidup di
(embun racun) karena dapat menyebabkan Dataran Tinggi Dieng pada umumnya. Sektor
kerusakan pada tanaman pertanian Akan tetapi pertanian kentang merupakan mata pencaharian
hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi utama bagi masyarakat Desa Sembungan akan
para wisatawan lokal maupun mancanegara tetapi beberapa tahun terakhir pendapatan pada
untuk berkunjung ke Dataran Tinggi Dieng. sektor pariwisata ikut andil dalam penambahan
Sejak zaman kolonial Belanda, Dataran Tinggi pemasukan bagi masyarakat khususnya bagi
Dieng sudah menjadi objek penelitian dan mereka yang mau berpatisipasi dalam pariwisata
tempat tujuan pariwisata salah satunya yang seperti mendirikan usaha pariwisata atau jasa
dilakukan oleh Melville. Melville melakukan pariwisata. Usaha wisata diantaranya sebagai
penelitian selama 5 tahun antara tahun 1911 penyedian home stay, pemandu wisata (tour
sampai 1916 sehingga dengan adanya penelitian guide), penyedia jasa ojek wisata, penjual suvenir
tersebut Dataran Tinggi Dieng dikenal sampai dan juga sebagai penjual makanan oleh-oleh
negara-negara di wilayah Eropa (Setyowati dan khas Dataran Tinggi Dieng.
Hardati, 2009: 71). Berdasarkan latar belakang sudah
Pengembangan pariwisata tidak terlepas diuraikan di atas, maka tujuan yang hendak
dari partisipasi masyarakat lokal karena dicapai dari penelitian ini yaitu : (1) Untuk
penduduk lokal sebagai pemain kunci dalam mengetahui kondisi pariwisata sebelum
pariwisata, karena sesungguhnya merekalah pengembangan pariwisata di Desa Sembungan
yang menyediakan sebagian besar atraksi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, (2)
sekaligus menentukan kualitas produk wisata Untuk mengetahui kondisi pariwisata sesudah
(Damanik dan Weber, 2006: 23). Dalam pengembangan pariwisata di Desa Sembungan
kegiatan partisipasi masyarakat itu sendiri setiap Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, (3)
anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi Untuk mengetahui partisipasi petani kentang
atau sumbangan. Konrtibusi tersebut bukan dalam pengembangan pariwisata di Desa
hanya terbatas pada dana dan finansial saja akan Sembungan Kecamatan Kejajar Kabupaten
tetapi dapat berbentuk daya (tenaga), ide Wonosobo.
(pemikiran) dan material (Notoatmodjo, 2007:
125). Selain kontribusi berupa fikiran, tenaga METODE PENELITIAN
maupun materi, kegiatan partisipasi adalah
proses dimana masyarakat memperoleh Jenis penelitian yang digunakan dalam
pengalaman, pembelajaran dan manfaat untuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
mendukung kehidupan dalam jasa usaha wisata. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Hal tersebut sebagi upaya-upaya meningkatkan petani kentang yang ada di Desa Sembungan
kualitas kehidupan dan kesejahteraan dengan jumlah 652 orang. Menurut Sugiono
masyarakat yang berlandaskan nilai sosial (2010: 62) populasi merupakan bagian dari
budaya, falsafah pandangan hidup dan jumlah dan karakteristik anggota populasi yang
lingkungan masyarakat (Nugroho, 2011: 240). diambil sebagai objek penelitian. Pengambilan
Desa Sembungan memiliki potensi sampel dilakukan dengan teknik Purposive
pariwisata andalan yaitu melihat matahari terbit Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sesui
(golden sunrise) di atas bukit sikunir sedangkan dengan tujuan dan karakteristik yang ditentukan
36
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)
oleh peneliti karena pertimbangan yang desa tertinggi di pulau Jawa. Desa Sembungan
mendalam dianggap/diyakini akan benar-benar mempunyai keindahan alam yang eksotis dan
mewakili karakter populasi (Yunus, 2010: 302). sekarang menjadi salah satu objek wisata
Dengan perhitungan dengan rumus Solvin dapat unggulan di Kabupaten Wonosobo tiga tahun
diambil sampel dengan jumlah 87 orang. terakhir. Secara morfologi wilayah Desa
Variabel dalam penelitian ini adalah 1) Sembungan berupa wilayah yang bergelombang
pengembangan pariwisata yang terdiri dari khas daerah pegunungan dengan suhu rata-rata
beberapa indikator yaitu aksesibilitas, 15-23°C, sedangkan pada malam hari suhu bisa
kompatibilitas dengan kegiatan lain, mencapai 6-10°C. Secara umum wilayah Desa
karakteristik sarana pariwisata, interaksi sosial, Sembungan digunakan sebagai lahan pertanian
tingkat akseptabilitas komunitas lokal terhadap kentang dengan luas area panen pertahun 219,69
keberadaan wisatawan, derajat manajemen Ha dan sebagai salah satu pemasok komoditas
kontrol. 2) partisipasi petani kentang dalam sayuran untuk daerah Jawa Tengah dan Kota
pengembangan pariwisata yang terdiri dari besar lainya seperti Jakarta dan Surabaya.
beberapa indikator yaitu partisipasi dalam Masyarakat di Desa Sembungan memilih
pengambilan keputusan pengembangan sebagai petani kentang karena dari sisi ekonomi
pariwisata, partisipasi dalam pelaksanaan lebih menguntungkan dari pada komoditas
kegiatan pengembangan pariwisata, partisipasi tanaman pangan lainnya. Sedangkan dari sisi
dalam pemantauan dan evaluasi pengembnagan yang lain tanaman kentang lebih tahan lama dan
pariwisata, partisipasi dalam pemanfaatan hasil tidak mudah busuk, dari pemasarannya juga
pengembangan pariwisata. Metode lebih mudah karena pembeli langsung
pengumpulan data dilakukan menggunakan mendatangi rumah penduduk dan pertanian
observasi lapangan, studi literatur, wawancara, kentang merupakan tradisi turun temurun
kuesioner dan studi dokumentasi. Analisis data sehingga budaya menanam kentang terus
yang digunakan adalah deskriptif persentase. berjalan dari waktu ke waktu.
37
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)
tempat wisata belum begitu intensif, interaksi pertanian seperti kentang baik sudah berbentuk
sosial antara masyarakat dengan wisatawan makanan maupun masih keadaan mentah
belum terjalain dengan baik dikarenakan dari kepada pengunjung. Karakteristik sarana
pihak masyarakat belum terjun secara langsung pariwisata sesudah pengembangan pariwisata
dalam bidang pariwisata baik dalam penyedia masih belum memenuhi wisatawan yang ada
jasa maupun usaha pariwisata. tingkat seperti MCK dan home stay, sedangkan fasilitas
akseptabilitas kominutas lokal terhadap yang lain seperti tempat parkir, kios dan rumah
keberadaan wisatawan sebelum pengembangan makan sudah disediakan dengan baik oleh pihak
pariwisata dari pihak kelompok masyarakat ada pengelola pariwisata. sesudah pengembangan
yang kurang setuju mengenai keberadaan pariwisata interaksi antara wisatawan dengan
wisatawan karena mereka menganggap bahwa ekosistem alam yang ada di objek pariwisata
akibat yang akan ditimbulkan berdampak pada semakin intensif dikarenakan banyaknya
generasi muda baik dari segi perilaku, cara wistawan yang datang. Interaksi anatara
berpenampilan maupun moral. Derajat wisatawan dengan ekosistem alam maupun
manajemen kontrol sebelum pengembangan sosial berdampak positif bagi keberlangsungan
pariwisata masih tergolong rendah dikarenakan kedua eksistem tersebut. Tingkat akseptabilitas
masih sedikitnya wisatawan yang datang untuk komunitas lokal terhadap keberadaan wisatawan
menikmati atraksi yang disediakan oleh pihak sesudah pengembangan pariwisata pihak
pengelola dan masih minimnya informasi masyarakat yang kurang setuju seperti tokoh
mengenai potensi wisata yang ada. Agama sudah bisa menerima adanya kegiatan
b. Kondisi Pariwisata Sesudah Pengembangan pariwisata. Karena pariwisata membawa
Pariwisata dampak yang begitu signifikan bagi kehidupan
Kondisi pariwisata sesudah mereka dan mereka sudah merasakan secara
pengembangan pariwisata keadaan aksesibilitas langsung manfaat yang diperoleh dengan
ditempat pariwisata mulai ada perbaiki oleh adanya kegiatan pariwisata yang ada di desa
pihak pengelola pariwisata dan mendapat mereka. Derajat manajemen kontrol sesudah
perhatian dari pemerintah mapun pihak swasta. pengembangan pariwisata mengalami
Aksesibilitas tersebut diantaranya jalan menuju peningkatan dikarenakan atraksi yang di
tempat wisata dan penyediaan informasi sediakan baik atraksi alam maupun budaya
mengenai rute tempat wisata yang ada di tempat dapat diterima oleh wisatawan, hal ini
tersebut, sedangkan media yang digunakan ditunjukan dengan meningkatnya jumlah
untuk mempromosikan mengunakan media pengunjung pada tiga tahun terakhir.
seperti baliho, dan brosur. Kompatibilitas
pariwisata dengan pertanian kentang sudah Partisipasi Petani Kentang dalam
terlihat adanya saling mempengaruhi antar Pengembangan Pariwisata
kedua sektor, hal tersebut dapat terlihat dengan a. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
adanya masyarakat yang menjual hasil Pengembangan Pariwisata
38
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)
Berdasarkan Tabel. 3 di atas dapat dalam pemantauan dan evaluasi masuk kedalam
dijelaskan bahwa partisipasi petani kentang kriteria rendah dengan skor 49, 17%. Dari hasil
39
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa dan evalusasi sebagai salah satu umpan balik
masyarakat belum tahu tentang pentingnya dalam penyelesaian permasalahan secara
pemantauan dan evaluasi pengembangan tanggap dan cepat agar supaya dalam kegiatan
pariwisata di desa mereka. Padahal dengan pengembangan pariwisata tidak terhambat serta
pemantauan dan evaluasi, masyarakat bisa tujuan yang mereka inginkan cepat terlaksana.
mengetahui informasi-informasi mengenai
kendala-kendala yang dihadapi dalam d. Partisipasi dalam Pemafaatan Hasil
pengemabangan pariwisata. Selain sebagai Pengembangan Pariwisata
media informasi dengan adanya pemantauan
Berdasarkan Tabel. 4 dapat dijelaskan saling mendukung dari kedua sektor, interaksi
bahwa partisiapsi petani kentang dalam wisatawan belum berpengaruh antara ekosistem
pemanfaatan hasil pengembangan pariwisata alam dan ekosistem sosial, akseptabilitas dengan
masuk kedalam kriteria tinggi dengan skor rata- tokoh agama mengalami pro dan kontra dan
rata 81,37%. Dari pengakuan sebagaian besar manajemen kontrol masih rendah. Kondisi
responden dengan adanya pengemabangan pariwisata sesudah pengembangan pariwisata
pariwisata di Desa Sembungan sangat aksesibilitas dan sara sudah disediakan oleh
bermanfaat bagi kehidupan mereka. Masyarakat pihak pengelola pariwisata dan mulai ada
merasa diuntungkan dengan adanya keterlibatan dari pihak pemerintah dan swasta.
penambahan pendapatan dari sektor pariwisata Kontabilitas dengan pertanian kentang sudah
dengan adanya penambahan penghasilan saling mendukung antara kedua sektor,
masyarakat bisa memanfatkan penghasilan sedangkan interaksi wisatawan berpengaruh
tersebut untuk pendidikan anak, pendukung pada ekosistem yang ada di sekitar pariwisata
dalam pertanian kentang, sebagai kebutuhan dan ekosistem sosial, akseptabilitas dengan
sehari-hari dan sebagainnya. Sedangkan dari tokoh agama terdapat kesepahaman dan
penjualan karcis yang dihasilkan untuk manajemen kontrol mengalami kenaikan baik
kebutuhan pengembangan pariwisata seperti pada pariwisata alam maupun budaya.
perbaikan infrastruktur dan kebutuhan yang Partisipasi petani kentang dalam pengembangan
lainnya. pariwisata termasuk dalam kategori sedang
dengan skor rata-rata yaitu sebesar 64,56%
SIMULAN dengan indikator pengambilan keputusan
64,59%, pelaksanaan kegiatan 66,14%,
Berdasarkan penelitian dapat ditarik pemantauan dan evaluasi 49,17% dan
kesimpulan bahwa Kondisi pariwisata sebelum pemanfaatan hasil pengembangan pariwisata
adannya pengembangan pariwisata seperti mempunyai skor tertinggi yaitu sebesar 81,37%.
aksesibilitas dan sarana masih terbatas,
kontabilitas dengan pertanian kentang belum
40
Eko Adi Saputro, dkk / Edu Geography 4 (3) (2016)
41