Anda di halaman 1dari 18

Andelissa Nur Imran

Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal dalam Pemanfaatan Potensi Ekowisata Bagi Pengembangan Ekowisata di Kawah
Cibuni
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 23 No. 2, Agustus 2012, hlm. 85 - 102
IDENTIFIKASI KAPASITAS KOMUNITAS LOKAL DALAM PEMANFAATAN
POTENSI EKOWISATA BAGI PENGEMBANGAN EKOWISATA
DI KAWAH CIBUNI

Andelissa Nur Imran

West Java Province Metropolitan Development Management


Jalan Braga No. 137 Bandung
E-mail: andelissa.imran@gmail.com

Abstrak

Ekowisata merupakan bagian dari kegiatan wisata yang bertujuan untuk mengagumi
keindahan alam dan budaya dengan tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan
(konservasi) dan memberikan keuntungan terhadap komunitas lokal secara ekonomi. Kawah
Cibuni yang terletak di daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung, merupakan salah satu objek
wisata yang memiliki keindahan alam dan budaya yang masih asli, didukung dengan kondisi
alamnya yang hijau, alami, dan terdapat penduduk asli yang menempati daerah tersebut.
Kawah Cibuni dikenal karena memiliki sumber air panas dan kawah-kawah kecil yang masih
aktif di sekitarnya. Kawah Cibuni memiliki kriteria sebagai lokasi ekowisata yang ikut
melibatkan peran komunitas lokal dalam pengembangannya. Artikel ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kapasitas komunitas lokal dalam pemanfaatan potensi ekowisata bagi
pengembangan ekowisata di Kawah Cibuni. pengumpulan data dilakukan dengan
mewawancarai komunitas lokal di Kawah Cibuni. Artikel ini menggunakan metode analisis
kualitatif dimana ada 3 tahap yang harus dilalui, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kawah Cibuni layak untuk
dikembangkan menjadi kawasan ekowisata karena hampir memenuhi kriteria ekowisata, yaitu
konservasi, edukasi, dan sustainability.

Kata Kunci: Pengembangan Ekowisata, Kapasitas Komunitas, Komunitas Lokal

Abstract

Ecotourism is part of the tourism activities that aim to admire the beauty of nature and culture
with no negative impact on the environment (conservation) and provide economic benefits to
local communities. Cibuni crater that located in Ciwidey, Bandung regency is one attraction
that has a natural beauty and pristine culture, supported by the landscape of green, natural,
and the natives who occupied the area. Cibuni crater known for the hot springs and small
craters are still active in the vicinity. Crater Cibuni has criteria as ecotourism sites that
involving the participation of local communities in development. This article aims to identify
the capacity of local communities in ecotourism potential use for the development of
ecotourism in the crater Cibuni. Data was collected by interviewing local communities at
Crater Cibuni.This article uses qualitative methods of analysis, there are 3 stages: data
reduction, data presentation, and drawing conclusions. The analysis showed that the crater
Cibuni deserve to be developed into an ecotourism area, because it meets ecotourism criteria,
which is conservation, education, and sustainability.

Keywords: Ecotourism Development, Community Capacity, Local Communities

1. Pendahuluan penting karena dapat menjadi sumber


pemasukan dana dan dapat menjadi daya tarik
Pariwisata merupakan bagian dari kegiatan perkotaan. Pariwisata juga merupakan suatu
masyarakat yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh daerah dengan
waktu luangnya. Kegiatan pariwisata di dalam jenis yang berbeda-beda dengan daerah
maupun di sekitar wilayah perkotaan sangatlah lainnya. Sebagai sumber daya, maka pariwisata

85
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

perlu dikelola secara khusus agar rimba, arung jeram, panjat tebing, mendaki
perkembangannya tepat sasaran. gunng, telusuri gua adalah beberapa contoh
Perkembangan pariwisata di kota-kota di ekowisata yang dimaksud (Warpani, 2007).
Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun Salah satu yang menjadi contoh objek
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari ekowisata yang sedang digemari akhir-akhir
segi kuantitas dan kualitas objek wisata yang ini adalah Wisata Bumi Cekungan Bandung.
terdapat di sekitar perkotaan. Wisata ini memanfaatkan kawasan patahan di
seputar Cekungan Bandung untuk dijadikan
Ekowisata sebagai sebuah konsep yang kawasan geowisata. Geowisata sendiri
menggabungkan antara aspek lingkungan dan merupakan bagian dari ekowisata. Geowisata
pariwisata, menjadi sebuah konsep penataan adalah wisata dengan minat khusus dan wisata
pariwisata dengan menambahkan aspek alternatif dari wisata alam. Geowisata dapat
partisipasi masyarakat di dalamnya. Ekowisata dijadikan sebagai sebuah konsep ekowisata
merupakan pariwisata berkelanjutan yang yang relatif baru. Geowisata banyak menarik
berbasis pada prinsip ekologis dan teori wisatawan sebagai wisata alternatif di sekitar
pembangunan berkelanjutan (Hongshu Wang Bandung, Jawa Barat yang cenderung mulai
& Min Tong, 2009). Hal ini bertujuan untuk jenuh untuk sekedar berbelanja di factory
mengkonservasi sumber daya alam, khususnya outlet, atau distro, atau berwisata kuliner.
keanekaragaman hayati dan mempertahankan Geowisata tidak hanya mengandalkan
pemanfaatan sumber daya alam yang pemandangan menarik, tetapi juga
berkelanjutan di mana keduanya memberikan memberikan makna pada pemandangan atau
pengalaman ekologi kepada wisatawan, fenomena alam. Perjalanan menyusuri objek
konservasi lingkungan ekologis dan wisata yang dilakukan oleh wisatawan tidak
memperoleh manfaat ekonomi. Ekowisata hanya sekedar jalan-jalan, berfoto, makan, dan
merupakan kegiatan wisata yang ramah pulang; namun dengan mengikuti perjalanan
lingkungan yang mengadopsi prinsip-prinsip ini, wisatawan mendapatkan pengetahuan dan
pariwisata berkelanjutan, sehingga ekowisata informasi lewat penuturan pemandu, baik
merupakan suatu bentuk industri pariwisata secara lisan maupun tertulis (Tempo, 2010).
yang memberikan dampak kecil pada
kerusakan lingkungan namun dapat Perkembangan ekowisata ini juga didukung
menciptakan peluang kerja dan membantu oleh besarnya kesadaran masyarakat
kegiatan konservasi itu sendiri. Akan tetapi, khususnya generasi muda terhadap keadaan
kesadaran masyarakat terhadap lingkungan di lingkungan sekitarnya, ditandai dengan
kota-kota Indonesia untuk mendukung munculnya berbagai komunitas khusus yang
kegiatan pariwisata yang berkelanjutan masih memberi perhatian pada pelestarian sejarah,
rendah. Maka dari itu harus dilakukan upaya budaya, maupun lingkungan tempat hidup
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap (Suryana, 2009). Komunitas-komunitas
lingkungan dan kepekaan budaya disekitarnya. fungsional ini ikut membantu dalam
memfasilitasi perjalanan geowisata/ekowisata
Saat ini, ekowisata telah berkembang menjadi bagi masyarakat umum yang berminat
suatu bentuk pariwisata yang sedang diminati mengikuti perjalanan tersebut. Kemunculan
oleh masyarakat umum. Ekowisata mempunyai komunitas fungsional sangat dibutuhkan untuk
pasar tersendiri, karena biasanya menuntut mengenalkan objek-objek wisata baru kepada
kemampuan fisik dan mental. Wisata jelajah masyarakat umum, karena tidak banyak orang

86
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

dapat mengetahui potensi-potensi objek wisata Pelibatan komunitas lokal berkaitan erat
baru, khususnya di Kawasan Cekungan dengan kapasitas komunitas yang dimiliki
Bandung. dengan adanya komunitas fungsional komunitas lokal tersebut untuk membantu
ini, masyarakat semakin mudah untuk pengembangan ekowisata. Oleh karena itu,
mendapatkan pengalaman berwisata alam. diperlukan identifikasi kapasitas komunitas
lokal dalam pemanfaatan potensi ekowisata
Kawah Cibuni merupakan salah satu objek sebagai upaya untuk membantu pengembangan
wisata di sekitar Bandung Selatan yang mulai ekowisata di Kawah Cibuni.
terkenal semenjak tiga tahun terakhir. Kawah
Cibuni terdapat di Desa Patengang, Kecamatan Pembahasan terdiri dari enam bagian utama.
Rancabali, Kabupaten Bandung. Keberadaan Bagian pertama adalah pendahuluan yang
Kawah Cibuni terletak sejauh 50 Km dari Kota membahas latar belakang dan memaparkan
Bandung. Kawah Cibuni tidak berbeda dengan fokus utama artikel ini. Bagian kedua
kawah-kawah lainnya, seperti Kawah Domas membahas peran komunitas lokal dalam
di Tangkuban Perahu atau Kawah Sikidang pengembangan ekowisata, yang merupakan
dan Kawah Sileri di Dieng. Namun, Kawah tinjauan teoritis pada artikel ini. Bagian ketiga
Cibuni memiliki keunikan tersendiri adalah pemaparan mengenai kapasitas
dibandingkan dengan kawah lainnya, yaitu komunitas dalam pengembangan ekowisata.
terdapatnya sebuah perkampungan kecil di Bagian keempat memaparkan identifikasi
tengah-tengah kawah tersebut. Konon, peran komunitas lokal dalam pengembangan
keberadaan kampung di tengah-tengah kawah ekowisata. Bagian kelima memaparkan
ini sudah ada semenjak dahulu kala. Selain persepsi pihak luar terhadap komunitas Kawah
pemandangan alam dan lingkungan, Kawah Cibuni. Bagian keenam adalah kesimpulan
Cibuni memiliki daya tarik wisata lainnya, berdasarkan hasil artikel ini.
yaitu sebagai tempat pengobatan. Banyak
wisatawan yang datang berkunjung ke Kawah 2. Peran Komunitas Lokal dalam
Pengembangan Ekowisata
Cibuni untuk sekedar berendam di kolam
pemandian air panas yang dipercaya dapat
Partisipasi lokal merupakan komponen penting
menyembuhkan berbagai penyakit.
dari pembangunan berkelanjutan pada
umumnya (untuk memenuhi kebutuhan
Dalam pengembangannya, ekowisata ini juga
generasi sekarang dan mendatang, sekaligus
harus didukung dengan partisipasi dari
melindungi sumber daya alam) dan ekowisata
komunitas lokal di sekitar objek wisata
secara khusus. Istilah partisipasi lokal di sini
tersebut, begitu pula dengan Kawah Cibuni.
adalah kemampuan masyarakat lokal untuk
Pelibatan komunitas lokal secara aktif dapat
mempengaruhi hasil dari proyek-proyek
menjadi kunci dalam pengembangan
pembangunan seperti ekowisata yang
ekowisata. Sehingga komunitas lokal di sana
berdampak pada mereka (Drake (1991)).
bukan hanya menjadi objek wisata, tetapi juga
Masyarakat lokal dapat berpartisipasi dalam
ikut berperan aktif dalam membantu
ekowisata mulai dari awal perencanaan,
pengembangan ekowisata maupun pengelolaan
implementasi, monitoring, dan evaluasi.
dari kawasan ekowisata tersebut. Pelibatan
Penerapan ekowisata sendiri perlu melibatkan
komunitas lokal ini sangat diperlukan karena
masyarakat lokal karena ini berkaitan dengan
berkaitan dengan peningkatan kualitas dan
peningkatan kualitas dan kondisi sosial dan
kondisi sosial dan ekonomi komunitas lokal.

87
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

ekonomi masyarakat lokal. Oleh karena itu, akan berguna dalam pengambilan keputusan
agar tercipta sumberdaya alam yang lestari untuk menentukan prioritas, kepentingan, dan
sekaligus meningkatnya kondisi sosial, arah yang positif dari berbagai faktor. Selain
ekonomi, dan budaya masyarakat, maka dalam berguna dalam pengambilan keputusan, peran
pengembangan ekowisata sangat diperlukan serta komunitas dapat dijadikan suatu proses
partisipasi masyarakat lokal. Dengan adanya pembelajaran bagi masyarakat dan pemerintah
keterlibatan masyarakat lokal, artinya yang secara langsung dapat memperbaiki
masyarakat lebih sebagai subjek daripada kapasitas mereka dalam mencapai
objek, maka upaya pelestarian daya tarik kesepakatan.
ekowisata dan upaya konservasi sumberdaya
alam akan lebih mudah mendapat tanggapan 3. Kapasitas Komunitas dalam
positif dari masyarakat luas. Pengembangan Ekowisata

Suatu komunitas yang bertempat tinggal di 3.1 Kapasitas Komunitas


dalam kawasan pariwisata sangat potensial
untuk terkena dampak dari kegiatan pariwisata Secara garis besar, pendefinisian kapasitas
yang dilakukan di tempat tersebut. Berapa pun komunitas dapat dibagi berdasarkan
jumlah orang yang terdapat dalam komunitas pemenggalan kata, yaitu community dan
tersebut, memiliki fungsi dan peranan penting capacity. Komunitas adalah anggota
terhadap pembangunan kawasan pariwisata. masyarakat yang terlibat dalam sistem
Tujuan utama peran serta komunitas mencakup memiliki sense dan memahami hubungan dan
dua hal pokok, yaitu untuk melahirkan output areal kepentingan bersama. Seringkali didasari
rencana yang lebih baik daripada dilakukan oleh homogenitas (kesamaan atribut yang
hanya melalui proses teknokratis, dan dimiliki oleh anggotanya), tetapi yang lebih
mendorong proses capacity building penting lagi adalah communality (kesetaraan)
komunitas dan pemerintah. Output rencana yaitu suatu kondisi dimana terdapat hal yang
yang dihasilkan melalui proses partisipasi dibagi antara anggotanya, tetapi tidak selalu
diharapkan dapat memperkecil derajat konflik berasal dari atribut yang dimiliki, melainkan
antar berbagai stakeholder, dalam hal ini untuk berdasarkan pada motivasi, tujuan, keinginan,
pengembangan kawasan ekowisata. Selain itu, hubungan darah, dan mutuality (kebersamaan).
peran serta masyarakat lebih mampu unutuk
mengakomodasi kebutuhan berbagai kelompok Komunitas timbul karena adanya kesamaan
masyarakat yang beragam tanpa dalam geografis masyarakat, seperti
mengenyampingkan kearifan lokal yang lingkungan perumahan, kesamaan sosial
dimiliki oleh suatu komunitas. seperti etnis tertentu, pendidikan, umur, dan
kesamaan interest (minat). Komponen dari
Keberadaan suatu komunitas di suatu tempat communities dimulai dari level terendah di
tertentu, pasti memiliki kebutuhan tertentu masyarakat yaitu individu, informal group,
yang pula. Kebutuhan mereka sangat organisasi hingga level lainnya yang lebih
tergantung dari berbagai faktor, seperti sosial, tinggi. Komunitas bersifat dinamis yaitu dapat
geografis, ekonomi, politik, adat, dan budaya berubah sesuai dengan waktu dan tempat
serta agama. Oleh karena itu, keberadaan dimana kemunitas itu berada. Contoh
mereka dapat dijadikan suatu pandangan, komunitas di Indonesia adalah RT/RW,
kebutuhan, dan pengharapan mereka yang berdasarkan pekerjaan, kelompok adat,

88
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

perdesaan, serta keagamaan. Komunitas juga jejaring sosial yang terdapat di dalam dan di
dapat memiliki kombinasi dalam antara komunitas tersebut serta pada sistem
kesamaannya, misalnya kesamaan geografis yang lebih luas dimana komunitas tersebut
dan sosial seperti pada kota-kota tua yang menjadi bagiannya.
berisikan para imigran dari suatu negara
(Golab, 1982; Masey, 1985; Portes and Beberapa definisi dari pembangunan
Mining, 1986 dalam Chaskin, 2001). komunitas fokus pada cadangan lokal
komitmen, keterampilan, sumber daya, dan
Burke dalam Lestari (2004), menjelaskan kemampuan dalam memecahkan masalah,
bahwa dalam kamus perencanaan sosial yang seringkali juga dihubungkan baik dengan
bersifat sukarela, dibuat perbedaan antara program maupun lembaga tertentu (Mayer,
community ‘fungsional’ dengan community 1994; Aspen Institute, 1996 dalam Chaskin
‘geografis’. Community geografis, yang secara 2001). Pendekatan lain menekankan pada
tidak langsung diartikan oleh istilah itu sendiri, partisipasi dari anggota individu dalam
didefinisikan oleh batas geografis seperti komunitas dalam proses membangun
neighborhood, kota, wilayah metropolitan, hubungan, perencanaan komunitas,
propinsi, dan sebagainya. Di lain pihak, sebuah pengambilan keputusan, dan tindakan (Gittel,
community fungsional terdiri dari individu Newman, Ortega, 1995 dalam Chaskin 2001).
maupun kelompok yang memiliki kepentingan Dari berbagai dimensi, kapasitas komunitas
yang sama. memiliki perbedaan dalam berbagai
pendekatan. Beberapa fokus terutama pada
Capacity terdiri dari dua hal, yaitu containing organisasi dan beberapa pada individu;
dan ability, baik dari pemikiran maupun beberapa fokus pada hubungan afektivitas dan
tindakan. Secara umum, kapasitas komunitas shared values, sedangkan yang lain
merupakan sesuatu yang dapat membuat suatu memberikan prioritas terhadap partisipasi dan
komunitas “bekerja” dan dapat membuat suatu keterlibatan. Akan tetapi, beberapa definisi
komunitas yang berfungsi dengan baik akan kapasitas komunitas tersebut mencakup
bekerja sesuai dengan fungsinya tersebut. Pada beberapa faktor, yaitu: keberadaan sumber
tingkatan yang dasar, kemampuan individu daya, memiliki range dari kemampuan
yang membentuk kapasitas komunitas individu hingga kekuatan organisasi untuk
terkandung di dalam komunitas tersebut, tetapi mengakses modal finansial; jaringan
mereka juga harus menciptakan hubungan hubungan, jaringan hubungan terkadang
kerjasama terhadap sistem yang lebih besar terkonsentrasi pada lingkup afektif, di saat
dimana komunitas tersebut ikut berperan. yang lain terkonsentrasi pada lingkup
Chaskin (2001) berpendapat bahwa kapasitas instrumental; kepemimpinan, memiliki banyak
komunitas merupakan interaksi dari modal definisi, salah satunya adalah kemampuan
manuasia, sumberdaya organisasi, dan modal untuk mengelola sumber daya alam dan juga
sosial yang terdapat di dalam komunitas yang manusia secara dewasa dan bertanggung
dapat berpengaruh dalam pemecahan jawab; dukungan untuk pergerakan (mobilitas),
permasalahan kolektif dan meningkatkan serta adanya partisipasi dari anggota komunitas
menjaga kesejahteraan komunitas. Kapasitas dalam tindakan kolektif dan pemecahan
komunitas dapat bekerja di dalam proses sosial permasalahan.
secara informal maupun usaha yang
terorganisir baik oleh individu, organisasi, dan

89
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

Cara pandang dari definisi tersebut bertujuan tingkatan tertentu yang mungkin menjadi
komprehensif yaitu dengan memperlakukan tujuan dari inisiatif komunitas atau
community capacity secara dinamis dan melaksanakan kapasitas mereka mencapai
multidimensional. Hal tersebut dimaksudkan tujuan tertentu. Di dalam komunitas yang
agar dengan menetapkan bagaimana strategi bekerja dengan baik, kapasitas komunitas
tindakan sosial dapat terlibat dan membantu relatif diperkuat oleh adanya interaksi terus-
pihak yang tertarik pada pembangunan menerus di antara tiga dimensi yang mendasar.
kapasitas komunitas untuk berpikir lebih Pengembangan kapasitas komunitas fokus
efektif tentang kapasitas dalam pekerjaan dan pada beberapa kombinasi dari empat strategi
komunitas mereka sendiri. utama, yaitu (Chaskin, 2001):
a. Leadership Development, yang fokus
Berikut ini merupakan suatu model yang kepada keahlian, komitment, keterlibatan,
menjelaskan keterkaitan antara kapasitas dan keefektivan individu dalam proses
komunitas dengan pengembangan kapasitas. pengembangan komunitas.
Cara pandang ini menggambarkan beberapa b. Organizational Development, termasuk
dimensi dan hubungan spesifik di antara membentuk organisasi baru atau
mereka. (Gambar 1). memperkuat yang sudah ada sehingga
mereka dapat bekerja lebih baik atau
Gambar 1 mengambil peran baru.
Kapasitas Komunitas Dan Pengembangan c. Community Organizing, memiliki target
Kapasitas: Kerangka Kerja Rasional
pengumpulan aspek-aspek dari fungsi
komunitas dan memobilisasi stakeholder
individu untuk menjadi kolektif pada
akhirnya.
d. Interorganizational Collaboration,
membangun infrastruktur organisasi
komunitas meliputi pengembangan
hubungan dan kerjasama kolaboratif dalam
level organisasi.

Pengembangan Kepemimpinan (Leadership


Sumber: Chaskin, 2001 Development)

Tiga dimensi pertama menyangkut kapasitas Kepemimpinan merupakan komponen inti


komunitas berdasarkan karakteristik dasarnya; dalam kapasitas komunitas. Pemimpin
tingkat lembaga sosial dimana ia tertanam dan memfasilitasi dan memberi arah kerja dari
mungkin dapat terlibat atau ditingkatkan; dan organisasi komunitas. Pemimpin menginisiasi
fungsi-fungsi khususnya. Dimensi 4 aktivitas yang menyediakan aktivitas kultural,
menjelaskan strategi yang sengaja dibuat untuk pendidikan, rekreasi, dan peluang lainnya bagi
mempromosikan kapasitas masyarakat. penduduk komunitas untuk menikmati hidup
Dimensi 5 menjelaskan konteks, yaitu mereka dan memperkuat identitas komunitas.
pengaruh kondisional yang menunjang Pemimpin juga mengadvokasi kepentingan
kapasitas atau upaya untuk membangunnya. komunitas dan menganalisis pembentukan
Dimensi 6 memfokuskan pada keluaran dari grup-grup informal untuk mengatasi masalah-

90
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

masalah yang muncul atau memanfaatkan partisipan di dalam kegiatan komunitas serta
peluang. Semakin aktif pemimpin yang dapat menerapkannya untuk mengembangkan
dimiliki oleh komunitas, maka semakin kaya kualitas hidup masyarakat. Program pelatihan
komunitas yang akan mendukungnya. kepemimpinan pada umumnya fokus pada:
Pengembangan kepemimpinan fokus pada disseminasi informasi, pemberdayaan personal
individual. Hal ini secara khusus untuk atau membangun kepercayaan diri,
menggunakan partisipasi dan komitmen pembangunan keterampilan untuk kepentingan
pemimpin yang sekarang dan yang potensial, publik, dan pengembangan sikap dan
memberikan peluang pada pengembangan perspektif secara spesifik untuk melaksanakan
keahlian, menghubungkan mereka informasi peran kepemimpinan. Keuntungan dari
dan sumber daya baru, memperluas perspektif pelatihan formal ini adalah pendekatan ini
mereka terhadap komunitasnya dan bagaimana terstruktur dan terdefinisi dengan baik.
komunitasnya itu bisa berubah serta membantu Pelatihan formal memiliki cara yang efisien
mereka membentuk hubungan baru. dalam mentransfer informasi dan membangun
keterampilan spesifik serta relatif mudah untuk
Kepemimpinan merupakan interaksi antara dua merencanakan dan mengelola.
atau lebih anggota kelompok yang seringkali
meliputi struktur atau restruktur terhadap Kebalikannya, yaitu strategi pengikatan
situasi dan persepsi serta ekspektasi dari (Engagement Strategies). Pendekatan
anggotanya. Pemimpin merupaka agen peubah, pengikatan terbagi dalam dua tipe, yaitu
yaitu orang yang bertindak untuk partisipasi dalam proses kebijakan, dan
mempengaruhi orang lain lebih dari orang lain langsung terlibat dalam program kerja.
mempengaruhi mereka. Pemimpin muncul Pendekatan pengikatan dilakukan dengan cara
ketika satu anggota kelompok memodifikasi melibatkan langsung orang secara bersama-
motivasi atau kompetensi anggota lainnya di sama pada aktivitas yang bermanfaat untuk
dalam kelompok (Bass, 1990:19 dalam komunitas. Keuntungan dari pendekatan ini
Chaskin, 2001). adalah memungkinkan adanya intervensi agar
hubungan dengan agenda pengembangan
Usaha untuk membangun strategi kapasitas komunitas. Pendekatan strategis
kepemimpinan dapat berfokus pada satu atau memiliki hasil yang lebih kuat dalam hal
lebih pendekatan strategi untuk memanfaatkan pembelajaran, namun tidak efisien dalam
dan membangun kapasitas komunitas yang penyampaian fakta dan teknik informasi serta
letaknya sangat luas dalam individual dan tidak terstruktur.
dalam hubungan mereka. Perbedaan strategi
ini merupakan hasil dari pilihan dasar yang Pengorganisasian Komunitas (Community
berbeda dalam dua dimensi kunci, yaitu proses Organizing)
(pelatihan formal atau pembelajaran informal
“on the job”) dan target (individu atau Selain mengembangkan masing-masing
kelompok). Strategi pelatihan formal diarahkan komponen individual (orang dan organisasi),
untuk mencoba membangun keterampilan usaha peningkatan kapasitas seringkali fokus
individual atau suatu kelompok yang berisi pada pengembangan hubungan antara
individu-individu. Tujuannya dalam konteks komponen-komponen dan tindakan kolektif.
pengembangan kapasitas komunitas adalah Pengorganisasian komunitas merupakan salah
untuk meningkatkan kemampuan dan komiten satu pendekatannya. Perorganisasian

91
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

komunitas didefinisikan sebagai proses menginformasikan pengambilan keputusan


membawa orang bersama-sama untuk dalam organisasi dan hubungan struktur di
memecahkan masalah komunitas dan antara mereka. Strategi yang mendukung
mencapai tujuan bersama. Tujuan dari upaya hubungan antar organisasi digunakan untuk
pengorganisasi komunitas sangat bervariasi, memecahkan masalah, alokasi sumber daya,
mulai dari pengadaan sumber daya dan dan hubungan sumber daya di dalam
perolehan kekuasan, sampai dengan redefinisi komunitas. Tujuan dari pendekatan ini adalah:
identitas kelompok.  Meningkatkan pengaruh komunitas pada
sebuah kebijakan
Pengorganisasian komunitas tidak hanya  Membentuk dan memperluas kapasitas
melibatkan individual, tetapi juga organisasi dalam memproduksi barang dan jasa
dan jaringan mobilisasi untuk mencapai tujuan publik
bersama. Di dalam cara pandang  Memperkuat komunitas yang
pengembangan kapasitas komunitas (Gambar berkelanjutan untuk memecahkan masalah
2.1), pengorganisasian dapat digunakan untuk dan kapasitas dalam pembuat keputusan
mempromosikan berbagai jenis kapasitas  Meningkatkan penyediaan akses kepada
komunitas. Pengorganisasian komunitas dapat sumber daya luar
meningkatkan modal sosial dari individu
dengan cara meningkatkan dan menguatkan Untuk membangun kolaborasi organisasi ini
hubungan di antara para tetangga dan dengan maka terdapat beberapa strategi, yaitu:
membangun kepercayaan dan kesadaran akan 1) Membuat Organisasi Perantara
adanya tujuan bersama. Pembuatan organisasi perantara menunjukkan
suatu usaha untuk menyediakan institusi
Pengorganisasian masyarakat juga merupakan mediasi yang tertanam dalam komunitas
suatu usaha yang dapat digunakan untuk tersebut, yang dapat bertindak sebagai
membentuk kembali suatu mekanisme mekanisme untuk memecahkan persoalan
pemerintah dan meningkatkan kualitas proses secara terus menerus, membangun dan
pengambilan keputusan di antara para aktor melakukan akuisisi sumberdaya, dan mungkin
yang sudah bekerja sama. juga pada tingkat pemerintahan dan
pengambilan keputusan pada tingkat
Kolaborasi, Kerjasama, dan Hubungan komunitas. Sebagai kepentingan pada sebuah
antar Organisasi komunitas yang beroperasi sebagai
penjembatan informasi dan sumber daya di
Upaya untuk membangun kapasitas komunitas dalam dan juga di luar lingkaran komunitas,
seringkali terfokus kepada pengorganisasian tetapi pada dasarnya terlihat sebagai bagian
infrastruktur dari sebuah komunitas, mencari dari komunitas tersebut.
cara untuk mengubah organisasi individu yang
berhubungan satu sama lain dan pihak-pihak di Ada beberapa keuntungan yang didapat dengan
luar lingkungan organisasi. Pendekatan ini adanya organisasi perantara, yaitu: organisasi
dianggap sebagai pembangunan modal sosial perantara sangat dibutuhkan dalam mengatur
di dalam organisasi; membina jejaring sebuah relasi baru, karena posisi tersebut
hubungan yang positif di antara organisasi menjadi nilai tambah yang besar untuk sebuah
dengan memberikan akses ke sumber daya komunitas; berperan sebagai penyambung dan
yang lebih baik dan dalam konteks sosial membawa organisasi yang terpisah bersama-

92
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

sama untuk tujuan tertentu; sebagai penyalur Haines (2002) dalam Adi (2008) menyoroti
informasi dan sumber daya; dan efisiensi. enam aset dalam komunitas terkait dengan
pengembangan masyarakat.
2) Mekanisme Hubungan antar Organisasi
yang Berkelanjutan a. Modal fisik
Mekanisme ini sangat beragam, dapat formal Modal fisik merupakan salah satu modal dasar
atau informal, dalam waktu yang terbatas atau yang terdapat dalam setiap masyarakat, baik
jangka waktu yang lama, dan dapat dengan yang hidup secara tradisional maupun yang
organisasi yang banyak ataupun yang hanya modern. Green dan Haines (2002) membagi
sedikit, dapat berupa koalisi yang memiliki modal fisik ke dalam dua kelompok, yaitu
fokus luas maupun koalisi yang berfokus pada bangunan (building) dan infrastruktur
isu. Koalisi yang memiliki fokus luas dapat (infrastructure). Bangunan maupun
termasuk organisasi dari satu macam infrastruktur merupakan modal penting dalam
komunitas saja, seperti kelompok masyarakat komunitas. Keberadaan bangunan dan
suatu blok, atau dapat pula mencakup tipe infrastruktur yang memadai dalam suatu
yang bervariasi, misalnya gabungan komunitas seringkali digunakan sebagai
lingkungan penduduk. Tujuannya adalah untuk indikator berkembang atau tidaknya suatu
meningkatkan kapasitas organisasi dan komunitas.
kemampuan mereka, untuk mendapat sumber
daya (finansial, teknis, informasi), b. Modal Finansial
meningkatkan pengaruh mereka pada pelaku Modal finansial merupakan dukungan
lain, meningkatkan kapasitas komunitas keuangan yang dimiliki suatu komunitas yang
dengan membiarkan komunitas-komunitas dapat digunakan untuk membiayai proses
untuk mencapai hal-hal yang tidak bisa mereka pembangunan yang diadakan di dalam
capai sendiri. komunitas tersebut. Modal finansial yang
dimiliki ataupun diakses oleh komunitas dapat
3) Kerjasama Khusus menentukan kesejahteraan dari komunitas
Merupakan strategi ketiga untuk membangun tersebut.
kapasitas komunitas dengan memperkuat
ikatan di antara organisasi, yaitu membantu
mengembangkan hubungan spesifik untuk c. Modal Lingkungan
mengerjakan tujuan tertentu. Modal lingkungan merupakan potensi yang
belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi
3.2 Modal Komunitas dalam yang tinggi, serta mempunyai nilai yang tinggi
Pengembangan Ekowisata dalam upaya pelestarian alam dan juga
kenyamanan hidup dari manusia dan makhluk
Melakukan pengembangan ekowisata dengan hidup lainnya.
memanfaatkan kapasitas komunitas lokal di
dalamnya perlu dikaitkan dengan potensi d. Modal Teknologi
komunitas tersebut. Komunitas di tingkat lokal Keberadaan teknologi dalam suatu komunitas
dalam perjalanan waktu telah mengembangkan tidak selalu berarti teknologi yang canggih dan
suatu aset yang menjadi sumber daya ataupun kompleks seperti contoh di berbagai negara
potensi bagi komunitas tersebut guna yang sudah berkembang dengan melibatkan
menghadapi perubahan yang terjadi. Green dan berbagai perangkat komputer dan mesin yang

93
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

modern. Teknologi di sini merupakan kualitas dari fasilitas wisata tentu akan
teknologi yang tepat guna yang dapat semakin diperhatikan. Fasilitas penunjang
dimanfaatkan dan bermanfaat bagi komunitas. wisata dapat berupa akses jalan menuju
kawasan wisata, tempat penginapan, WC
e. Modal Manusia umum, tempat beribadah, warung, dan lain-
Sumber daya manusia yang berkualitas lain. Kondisi akses jalan menuju tempat wisata
merupakan tolak ukur berkembangnya suatu harus diperhatikan, karena selain bermanfaat
komunitas. Sumber daya manusia yang bagi komunitas lokal, hal ini juga untuk
berkualitas dapat menguasai teknologi yang kenyamanan wisatawan. Begitu juga dengan
bermanfaat bagi komunitas, serta dapat tempat penginapan, tempat beribadah, WC
mencegah terjadinya pengeksploitasian pada umum, dan fasilitas lainnya, kondisi bangunan
lingkungan di sekitarnya. masing-masing tempat harus diperhatikan.
Kualitas bangunan yang memadai dapat
f. Modal Sosial menjadi indikator berkembangnya suatu
Modal sosial merupakan norma dan aturan komunitas. Akan tetapi perlu diperhatikan juga
yang mengikat warga masyarakat yang berada bahwa kualitas bangunan tidak harus dilihat
di dalamnya, dan mengatur pola perilaku dari bentuknya yang modern atau mengikuti
warga, juga unsur kepercayaan (trust), dan trend terbaru. Hal ini juga harus
jaringan (network) antar warga masyarakat memperhatikan ekowisata sebagai konsep dari
atau kelompok masyarakat. Norma dan aturan tempat wisata tersebut yang mengusung pada
yang ada juga mengatur perilaku individu baik kelestarian lingkungan dan sumber daya alam.
dalam perilaku ke dalam (internal kelompok)
maupun perilaku ke luar (eksternal). Di negara-negara yang tingkat
perekonomiannya dikategorikan berkembang,
3.3 Implikasi Perkembangan Pariwisata sektor pariwisata secara aktif dipromosikan
terhadap Kapasitas Komunitas sebagai kunci bagi mesin pertumbuhan
ekonomi (Wade et al., 2001). Mastny (2002)
Perkembangan pariwisata di suatu kawasan menyatakan bahwa pertumbuhan industri
wisata tentunya mempunyai beberapa wisata dapat menjadi pemasukan yang dapat
implikasi terhadap komunitas yang tinggal di digunakan untuk pembangunan, mengurangi
destinasi objek wisata. Implikasi kegiatan impor luar negeri, membantu pembiayaan
pariwisata juga akan berpengaruh terhadap impor, membantu dan mendorong penguatan
kapasitas dari komunitas lokal. Kegiatan infrastruktur domestik, dan mendukung
wisata dapat meningkatkan kesejahteraan bagi program-program sosial dan pendidikan untuk
komunitas lokal. Parameter kesejahteraan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
komunitas lokal dapat dilihat dari kapasitas Secara tidak langsung, pertumbuhan industri
komunitas lokal berupa modal fisik, modal wisata juga memberikan dampak kepada
finansial, modal lingkungan, modal teknologi, finansial dari komunitas lokal, khususnya yang
modal manusia, dan modal sosial. berdiam di destinasi wisata. Adanya kegiatan
wisata dapat membuka peluang bagi komunitas
Perkembangan pariwisata di suatu kawasan lokal untuk membuka unit usaha pariwisata
wisata tentunya membawa perubahan pada baru di daerah mereka. Hal ini dapat
fasilitas-fasilitas penunjang wisata. Semakin meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal
ramai tempat wisata oleh wisatawan, maka karena dapat memberikan tambahan

94
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

pendapatan melalui kegiatan pariwisata. Selain sumber daya alam secara berlebihan, konversi
itu, dengan adanya peningkatan keadaan lahan, dan lain sebagainya.
finansial di dalam komunitas, maka mereka
akan semakin optimal dalam melakukan Selain itu, perkembangan pariwisata juga dapat
kegiatan konservasi lingkungan di kawasan berdampak pada modal sosial dalam
wisata. komunitas. Perencanaan kegiatan wisata dan
pengelolaan lingkungan dapat menambah
Selain berdampak pada infrastruktur dan keeratan hubungan di antara individu dalam
keadaan finansial, kegiatan pariwisata juga komunitas dan dapat menjadikan mereka untuk
tentunya mempunyai dampak terhadap saling bekerja sama dalam menjaga lingkungan
lingkungan di sekitar kawasan wisata. Atraksi dan mencegah terjadinya kerusakan
wisata dapat berdasarkan sumber daya alam, lingkungan. Kegiatan wisata juga dapat
budaya, etnisitas, atau hiburan. Sebagian besar menciptakan interaksi di antara komunitas
tujuan wisata di kawasan negara berkembang lokal dengan wisatawan. Interaksi yang timbul
dengan tingkat kekayaan sumber daya alam di antara komunitas lokal dan wisatawan dapat
yang tinggi, atraksi alam seperti bentangan menimbulkan dampak negatif dan positif bagi
berpasir putih, air terjun, pegunungan, hutan, komunitas lokal. Dampak positif yang timbul
fauna, dan lainnya merupakan andalan utama dapat berupa pertukaran informasi di antara
sebuah destinasi wisata (Hakim, 2004). mereka dan bisa menambah pengetahuan
Sedangkan ekowisata merupakan bagian dari komunitas lokal tentang dunia luar, dan
konsep pariwisata berkelanjutan yang sangat mendorong timbulnya aspek-aspek
mementingkan kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Adanya
sumber daya alam yang terdapat di dalamnya. kepercayaan antara wisatawan dan masyarakat
Oleh karena itu, kegiatan wisata tidak boleh lokal akan menimbulkan kerjasama yang
mengancam keadaan lingkungan alam di menguntungkan antara keduanya (Hakim,
sekitarnya. Dengan kata lain, pengembangan 2004). Penduduk seringkali mendapatkan
wisata di suatu kawasan wisata harus keuntungan karena jasa-jasa yang dapat
memperhatikan daya dukung lingkungannya. ditawarkan, seperti menjadi pemandu wisata,
Secara ekologis, daya dukung dapat pedagang, porter, atau lainnya. Akan tetapi,
didefinisikan sebagai limit jumlah maksimum wisatawan juga dapat membawa pengaruh
bagi konsumen atau pengguna yang diizinkan negatif bagi komunitas lokal. Kehadiran
untuk tetap hidup. Sehingga sumber daya wisatawan dapat menyebabkan terjadinya
lingkungannya masih dapat mendukung tanpa perubahan sosial-budaya di dalam komunitas
merusak habitatnya. Hal ini untuk mencegah lokal. Budaya modern yang dibawa wisatawan
timbulnya kerusakan lingkungan dan resiko dapat mencemari budaya lokal yang ada di
bencana yang mungkin terjadi di kawasan kawasan wisata (Pink dan Martin, 2003). Hal
wisata. Daya dukung dapat menurun atau rusak ini tentu tidak sejalan dengan konsep
karena dua faktor, yakni faktor internal dan ekowisata yang mengedepankan pelestarian
eksternal. Kerusakan faktor-faktor internal budaya lokal.
sering timbul dan berasal dari alam sendiri.
Sebaliknya, kerusakan karena faktor eksternal Dari penjabaran tersebut, diketahui bahwa
dapat terjadi karena manusia, antara lain perkembangan pariwisata di suatu daerah dapat
perusakan dan penggudulan hutan, eksploitasi membawa dampak positif maupun negatif bagi
komunitas lokal yang secara tidak langsung

95
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

akan berdampak juga pada kapasitas 4. Identifikasi Peran Komunitas Lokal


komunitas lokal. Perkembangan wisata dapat dalam Pengembangan Ekowisata
memberikan dampak positif bagi komunitas
lokal dari segi ekonomi dan sosial. Adanya 4.1 Peran Komunitas Lokal Dalam
kegiatan wisata di suatu daerah dapat Menjaga Kelestarian Lingkungan dan
meningkatkan kehidupan perekonomian Budaya Lokal
komunitas lokal. Akan tetapi, komunitas lokal
harus berhati-hati terhadap dampak negatif Bagian utama yang paling penting dari
yang mungkin terjadi, seperti perubahan ekowisata adalah pelestarian lingkungan dan
sosial-budaya dalam masyarakat, kerusakan budaya lokal. Pelestarian lingkungan
lingkungan, serta eksploitasi sumber daya alam mencakup sumber daya alam yang terdapat
yang mungkin timbul akibat adanya tuntutan didalamnya, sedangkan pelestarian budaya
perkembangan kegiatan wisata di kawasan lokal mencakup tradisi dan adat istiadat yang
lindung sehingga melebih daya dukung sudah dipegang komunitas tersebut dari awal.
lingkungannya (Mitsch dan Gossiling, 2000) Hal ini lah yang dimaksud upaya konservasi di
dalam ekowisata. Pelestarian lingkungan di
Kawah Cibuni diterapkan kepada anggota
komunitas itu sendiri dan wisatawan.

Tabel 1
Keterlibatan Masyarakat Dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan Dan Budaya Lokal
Pertanyaan Lilis Ma Amih Asep Dewi Pak Aep Eneng
Masyarakatnya
Menjaga
sudah sadar sendiri
Keterlibatan kebersihan dan
Masyarakat buat menjaga Semua warga
masyarakat memberi tahu
berpartisipasi langsung Semua ikut menjaga kebersihan terlibat dalam Perorangan
dalam wisatawan yang
dalam menjaga lingkungannya lingkungan, sering menjaga saja
menjaga datang untuk
lingkungannya gotong royong lingkungannya
lingkungan menajaga
dalam memelihara
kebersihan juga
lingkungan
Ziarah ke tempat-tempat Karena
Ziarah ke tempat- keramat, meminta Karena sudah acaranya sudah
tempat keramat, sesuatu tergantung turun temurun turun temurun,
namanya Rahim Ibu. masing-masing orang. wisatawan sering dari dulu, wisatawan
Pengenalan
Fungsinya sebagai Melewati rahim ibu meramaikan pengunjung sudah tahu
budaya pada Tidak ada
pemahaman tentang yang berjumlah 4 buah. kegiatan tradisi di sudah pada tahu acara ini dari
wisatawan
bagaimana kita dulu Itu fungsinya untuk Kawah Cibuni dan sering ikut dulu dan
dilahirkan oleh ibu mengerti bagaimana kita dalam kegiatan banyak yang
kita. saat dilahirkan oleh ibu tersebut ikut acara ini
kita tanpa diajak
Sumber: Hasil Wawancara, 2011

Salah satu peran komunitas adalah melakukan seminggu sekali, terutama ketika tempat
kegiatan konservasi. Akan tetapi, harus tersebut ramai oleh wisatawan. Pembersihan
ditanamkan terlebih dahulu nilai-nilai penting lingkungan ini dilakukan sendiri oleh anggota
dari kegiatan konservasi. Nilai-nilai konservasi komunitas tanpa bantuan dari pemerintah
ditanamkan kepada komunitas lokal dilakukan setempat maupun pengelola wisata.
dengan cara ikut menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan, kemudian mencegah Upaya pelestarian lingkungan dan budaya
adanya kerusakan lingkungan akibat kegiatan lokal juga membutuhkan dukungan wisatawan,
wisata. Kegiatan membersihkan lingkungan karena bagaimanapun juga wisatawan
rutin dilakukan oleh komunitas setiap merupakan bagian penting dalam kegiatan

96
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

wisata. Upaya pelestarian lingkungan belerang disini ada 3 macem ya.. untuk
dilakukan melalui penanaman nilai-nilai penyembuhan kulit, yang 1 macem itu yang
konservasi yang dilakukan oleh komunitas paling mujarab keluarnya setiap kemarau.
lokal melalui interaksi langsung yang terjadi di Bentuknya seperti salep gitu neng, ada
antara keduanya. Pada dasarnya, nilai-nilai minyaknya, lembek seperti salep. Tapi kalau
konservasi yang ditanamkan berupa larangan didiamin, lama kelamaan jadi kering juga. Itu
atau aturan-aturan yang harus dipatuhi bagus buat jerawat, bisul.. tapi keluarnya
wisatawan selama berada di Kawah Cibuni. setiap kemarau.. susah.. setaun sekali kadang-
Contoh larangan-larangan tersebut adalah kadang, apalagi sekarang udah setaun lebih
dilarang buang air kecil sembarangan, tidak hampir 2 tahun tidak ada kemarau kan.
boleh bertindak ceroboh terutama di area Belerang itu keluarnya dari sela-sela batu
kawah, dilarang membuang sampah yang panas.” (Pak Aep, penduduk Kawah
sembarangan, dan dilarang melakukan Cibuni)
tindakan-tindakan perusakan dan pencemaran
lingkungan. Dari kutipan wawancara tersebut dapat dilihat
bahwa sebenarnya mereka mempunyai
Kawah Cibuni tidak memiliki suatu atraksi keinginan kuat untuk membuat sebuah
seni khusus yang menjadi ciri khas daerah cinderamata khas dari Kawah Cibuni. Mereka
mereka. Akan tetapi, salah satu cara sadar dengan modal yang dimilikinya, akan
melestarikan budaya di daerah mereka adalah tetapi hal ini masih terkendala oleh minimnya
dengan mengikutsertakan wisatawan dalam pengetahuan dan keterampilan serta belum
perayaan-perayaan khusus tahunan, seperti adanya dukungan finansial yang kuat dari
acara 25 Safar dan 14 Maulud. Komunitas pengelola wisata.
memberikan kebebasan kepada wisatawan
yang mau ikut acara tersebut, bahkan menurut 4.2 Analisis Keterlibatan dan Peran
penuturan salah satu warga, acara tersebut Komunitas Lokal dalam Pengembangan
cenderung lebih ramai oleh para pengunjung, Ekowisata Kawah Cibuni
dibandingkan dengan anggota komunitas
tersebut. Pelibatan komunitas lokal dalam proses
perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan
Salah satu yang menjadi kekurangan dari kawasan wisata erat kaitannya dengan konsep
Kawah Cibuni adalah belum adanya ekowisata dan sekaligus dapat membantu
cinderamata khas dari daerah tersebut. Hal ini meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal.
terjadi karena komunitas tersebut tidak Komunitas lokal secara turun temurun
memiliki keterampilan khusus untuk membuat merupakan penghuni di Kawah Cibuni dan
cinderamata. Akan tetapi, bukan berarti sudah sejak lama pula kawasan tersebut ramai
komunitas tidak memiliki keinginan untuk oleh pengunjung. Selama ini, Kawah Cibuni
membuat suatu cinderamata khas dari Kawah belum mendapatkan pengelolaan khusus dari
Cibuni. pengelola wisatanya, sehingga membuat
komunitas tersebut terjun langsung dalam
“Mau bikin kerajinan apa saja lah.. untuk mengelola kawasan tersebut. Banyaknya
cinderamata khas Kawah Cibuni. Kan disini wisatawan yang berkunjung ke Kawah Cibuni
yang khasnya itu belerang, ya sudah aja akhirnya membuat pengelola wisata mulai
cinderamatanya belerang yang asli. Kan berpikir untuk memfokuskan pembangunan

97
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

kegiatan wisata di Kawah Cibuni. Kegiatan Bentuk dukungan lain yang diberikan oleh
pembangunan wisata ini tentunya melibatkan komunitas adalah membantu pengelola dalam
komunitas lokal karena mereka sudah penataan lingkungan demi keindahan
menghuni tempat tersebut sejak dulu. lingkungan bagi kegiatan pariwisata di tempat
tersebut. Pada dasarnya, pemilik kawasan
Keinginan para anggota komunitas lokal untuk perkebunan adalah PTPN VIII Agrowisata,
terlibat dalam pengembangan ekowisata di sehingga masyarakat menyerahkan sepenuhnya
Kawah Cibuni cukup besar. Hal ini kepada pengelola apabila ingin dikembangkan
diperlihatkan dengan adanya keramah-tamahan menjadi kawasan pariwisata. Namun, dengan
dari komunitas lokal disana dalam menerima syarat harus adanya saling menghargai satu
tamu. Mereka tidak segan untuk mengantar sama lain, terutama mengenai lingkungan.
wisatawan berkeliling di Kawah Cibuni. Masyarakat tidak ingin lingkungan di Kawah
Dalam kesehariannya, masyarakat juga Cibuni mengalami perubahan atau kerusakan
menerima tamu-tamu yang ingin menginap karena adanya kegiatan wisata, sehingga
atau berobat di rumahnya. Hal ini dilakukan mereka berharap pada pengelola wisata apabila
dengan sukarela tanpa mematok bayaran akan dikembangakan pariwisatanya,
tertentu. Dukungan dari komunitas lokal juga diharapkan tetap memperhatikan kelestarian
diperlihatkan dengan kesadaran dan tanggung dan sumber daya alam yang terdapat di Kawah
jawab mereka dalam memelihara lingkungan Cibuni. Contoh lainnya adalah masalah
di sekitarnya. penataan lingkungan di sekitar kawah.
Pengelola menginginkan tidak ada satu pun
“Yaa..kan dulunya kalau disini kalo di hutan bangunan didirikan di area kawah tersebut
kan sepi, jarang dikunjungi orang. Kalau karena dapat menganggu keindahan alam dan
sekarang kan ada orang bule yang dateng ke dianggap tidak layak ada bangunan di tengah-
sini. Banyak tamu-tamu yang dari Jakarta itu, tengah kawah. Hal ini ditanggapi dengan baik
ya pengaruhnya buat anak-anak kan jadi oleh komunitas karena terjalinnya koordinasi
tambah pengetahuan ya neng ya. Kalau dulu yang cukup baik di antara kedua pihak. Untuk
kan ga tau, yang namanya turis itu orangnya mengatasi permasalahan tersebut, pengelola
yang mana, kan gatau kalau dulu..jarang wisata menyediakan lahan kosong sebagai
orang.” (Lilis, Penduduk Kawah Cibuni) pengganti lokasi untuk bangunan mereka. Oleh
Pada dasarnya, komunitas lokal disana senang karena itu, komunitas tidak merasa dirugikan
dengan adanya kegiatan pariwisata, karena dengan adanya rencana pemindahan bangunan
dapat meramaikan daerah tersebut. Kawah rumah mereka.
Cibuni merupakan objek wisata yang
tempatnya cukup jauh dari mana-mana, Keberadaan komunitas lokal dianggap dapat
sehingga dengan banyaknya wisatawan yang membantu pengelola Kawah Cibuni untuk
datang, masyarakat jadi merasa senang. memajukan daerah pariwisata tersebut.
Adanya kunjungan wisatawan dapat membuat Pengelola sangat berharap komunitas lokal
daerah mereka menjadi lebih dikenal oleh dalam melancarkan kegiatan pembangunan
masyarakat luas. Selain itu juga memberikan pariwisata ini. Salah satu upaya yang
dampak positif bagi mereka seperti, menambah dilakukan pengelola adalah memberikan
pendapatan dari hasil berjualan di warung dan pemahaman dan pengetahuan mengenai
tempat penitipan motor. pariwisata kepada komunitas lokal di Kawah
Cibuni. Komunitas lokal diberikan pendidikan

98
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

mengenai cara menjadi guide (pemandu) dan warung yang didirikan oleh warga sekitar
pengelolaa kawasan wisata. Selain semenjak mulai ramainya tempat tersebut oleh
memberikan pendidikan, komunitas lokal juga wisatawan. Gambar kedua merupakan tempat
diperlihatkan pada contoh keberhasilan wisata pembelian tiket yang dijaga oleh warga sekitar
yang melibatkan peran komunitas lokal. dan gambar terakhir merupakan tempat
Pemberian pendidikan dan kepariwisataan penitipan motor yang disediakan oleh
pada komunitas akan menyadarkan mereka komunitas tersebut.
terhadap perannya masing-masing.
5. Persepsi Pihak Luar Terhadap
Upaya lain yang melibatkan komunitas lokal Komunitas Lokal Kawah Cibuni
adalah memberikan kesempatan kepada
mereka untuk membuka sumber pengasilan Secara administratif, Kawah Cibuni masuk ke
baru dari kegiatan wisata, seperti membuka dalam Desa Patengang, RT 03 Rengganis.
warung dan penitipan motor. Walaupun hanya
beberapa warga yang terlibat, tapi dengan “Iya itu mah kampung pribadi. Bikin
begitu sedikit demi sedikit dapat menambah rumahnya masing-masing..tapi wilayahnya
pendapatan warga. Selain itu, pengelola juga bukan milik sendiri tapi milik perkebunan.”
menyerahkan penjagaan tiket masuk kepada (Bu Nani, pegawai kantor desa)
warga.
Komunitas lokal Kawah Cibuni terbentuk
Gambar 2 karena mempunyai kesamaan wislayah tempat
Fasilitas Penunjang Wisata tinggal, yaitu di Kawah Cibuni, kemudian
mereka tinggal turun temurun di tempat
tersebut hingga akhirnya ada 8 keluarga. Akan
tetapi, status mereka adalah menumpang di
kawasan perkebunan milik PTPN VIII
Agrowisata, yang juga merupakan pengelola
wisata Kawah Cibuni. Sehingga, sewaktu-
waktu mereka harus siap apabila disuruh
memindahkan bangunan rumahnya ke tempat
lain.

Peran komunitas dalam pengembangan


ekowisata juga diakui oleh masyarakat
setempat. Pegawai desa mengakui bahwa
kegiatan wisata dapat berkembang salah
satunya karena ada komunitas tersebut.
Komunitas memberikan pelayanan pengobatan
pada pengunjung yang ingin berobat dan juga
menyediakan fasilitas wisata bagi wisatawan.
Sumber: Hasil Survei, 2011
Sehingga semakin lama semakin banyak orang
Gambar di atas merupakan fasilitas penunjang yang datang ke tempat tersebut.
wisata yang disediakan oleh komunitas lokal
Kawah Cibuni. Gambar pertama merupakan

99
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

Upaya mereka dalam membantu melestarik bagi wisatawan yang datang ke Kawah Cibuni.
dan lingkungan dan budaya lokal juga diakui Selain sumber daya alamnya, keberadaan
oleh kepala desa setempat dan pengelola komunitas lokal di tempat tersebut juga
wisata. Komunitas mempunyai andil dalam menjadi daya tarik bagi para wisatawan,
menjaga kebersihan lingkungan di Kawah terutama dengan budayanya yang masih
Cibuni dan mengelola sampah-sampah yang kental, seperti napak tilas/ziarah.
dihasilkan disana.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk
Hubungan komunitas lokal dengan komunitas mengidentifikasi kapasitas komunitas lokal
lainnya di luar wilayah tersebut terjalin dengan dalam pemanfaatan potensi ekowisata bagi
baik. Dalam beberapa kesempatan, mereka pengembangan ekowisata di Kawah Cibuni.
sering diundang untuk mengikuti musyawarah Kapasitas komunitas dapat menjadi suatu
yang sering diadakan oleh Kantor Desa. Akan pendekatan penting dalam rangka
tetapi belum semuanya dilibatkan dalam pengembangan ekowisata. Ekowisata sangat
pengambilan keputusan karena proses mementingkan pelibatan komunitas lokal di
pengambilan keputusan di daerah tersebut dalamnya, oleh karena itu harus diketahui
hanya melibatkan orang-orang yang seperti apa kapasitas yang dimiliki komunitas
mempunyai peran penting, seperti tokoh lokal sehingga mereka mampu berkontribusi
masyarakat atau pejabat di Desa tersebut. dalam pengembangan ekowisata di Kawah
Proses penyaluran informasi untuk komunitas Cibuni.
lokal Kawah Cibuni melalui ketua RT. Apabila
ada informasi penting mengenai sesuatu, Ketua Kapasitas komunitas yang dimiliki warga
RT yang datang sendiri ke Kawah Cibuni Kawah Cibuni sudah cukup mampu untuk ikut
untuk menyampaikan informasi tersebut. serta dalam pengembangan kawasan ekowisata
Selain itu, pihak Desa juga pernah di Kawah Cibuni. Mereka memiliki modal
mengadakan penarikan inspirasi bagi dasar yang dapat digunakan dalam membantu
warganya, akan tetapi yang terkait dengan pengembangan ekowisata di Kawah Cibuni.
pengembangan pariwisata belum dijalankan. Pengadaan fasilitas pendukung wisata
Hal ini disebabkan pemerintah tidak dilakukan sendiri oleh komunitas lokal
mempunyai wewenang untuk mengelola tersebut, seperti menyediakan tempat sampah,
kawasan pariwisata di sana. membangun mushola dan toilet umum, serta
mendirikan warung. Mereka juga menyediakan
6. Kesimpulan tempat untuk menginap bagi para wisatawan
yang ingin bermalam di Kawah Cibuni. Akan
Kawah Cibuni merupakan objek wisata yang tetapi, hal ini belum didukung oleh finansial
terletak di penghujung jalur wisata Bandung yang mencukupi. Komunitas lokal masih
Selatan dengan jarak sekitar 50 km dari Kota menggunakan dana mereka masing-masing
Bandung. Kawah Cibuni memiliki potensi dan untuk melakukan kegiatan konservasi di
karakteristik wisata tersendiri yang Kawah Cibuni. Selain itu, mereka juga masih
membedakannya dengan objek wisata lainnya memerlukan pengetahuan lebih mengenai
di Kawasan Wisata Bandung Selatan. ekowisata untuk mendukung pengelolaan
Keindahan alamnya yang dikelilingi hutan dan kawasan wisata. Namun secara keseluruhan,
kebun teh serta sumber daya alam lokal berupa komunitas lokal mendukung adanya kegiatan
sumber air panas menjadi daya tarik tersendiri wisata di Kawah Cibuni. Hal ini dapat dilihat

100
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

dari keterlibatan mereka dalam menjaga Burke, Ph.D. Bandung: Yayasan Sugijanto
lingkungan Kawah Cibuni agar tetap alami dan Soegijoko.
Mastny, L. 2002. Redirection International
menjaga keaslian budaya lokal di sana sebagai Tourism. Dalam C. Flavin, H. French dan G.
salah satu bentuk untuk upaya mereka untuk Gardner (eds). The State of the World 2002.
tetap menjaga daya tarik wisata di Kawah Washington: Worldwatch Institute, hal 101-
126.
Cibuni. Mitsch W J, Gossilink J G, 2000. The Value of
Wetlands: Importance of Scale and
Ucapan Terima Kasih Landscape Setting. New York: Ecological
Economics 35(1), 25-33.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pink, Brian dan Martin Matthews. 2003. A Measure
Suhirman, Drs., SH., MT., Dr. untuk arahan of Culture: Cultural Experiences and
Cultural Spending in New Zealand.
dan bimbingan sehingga artikel ini dapat
Wellington: Statistics New Zealand and
ditulis. Terima kasih juga kepada dua mitra Ministry of Culture and Heritage.
bestari yang telah memberikan komentar yang Warpani, Suwardjoko P. Dan Indira P. Warpani.
berharga. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang
Wilayah. Bandung: Penerbit ITB.
Daftar Pustaka Wang, Hongshu & Min Tong. 2009. Research on
Community Participation in Environmental
Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Management of Ecotourism. China: School
Komunitas: Pengembangan Masyarakat of Economics & Management, Northeast
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Forestry University.
Jakarta: Rajawali Press.
Chaskin, Robert J., et al. 2001. Building Wade, Derek J., B.C. Mwasaga, Paul F.J. Eagles.
Community Capacity. New York: Walter de 2001. A History and Market Analysis of
Gruyter Inc. Tourism in Tanzania. Tourism Management
Drake, S. 1991. Development of a Local 22. Elsevier Science.
Particitpation Plan for Ecotourism Projects. “Wisata Bumi Cekungan Bandung” oleh Asep
In: J. Kusler (ed), Ecotourism and Resource Suryana.
Conservation. Selected Paper from the 2nd http://www.scribd.com/doc/24449797/Prese
International Symposium: Ecotourism and ntasi-Modal-Sosial (Diakses Maret 27, 2011)
Resource Conservation, Madison: Kajian Pengembangan Ekowisata di Indonesia.
Omnipress. 2002. Kementrian Kebudayaan dan
Hakim, Luchman. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Pariwisata, Deputi Bidang Pengembangan
Malang: Bayumedia Publishing. Pariwisata.
Lestari, Puji. 2004. Sebuah Pendekatan Partisipatif
dalam Perencanaan Kota by Edmund M.

101
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 23/No.2 Agustus 2012

102

Anda mungkin juga menyukai