Ring of Fire (Cincin Api) adalah zona dimana terdapat banyak aktifitas
seismik yang terdiri dari busur vulkanik dan parit-parit (palung) di dasar laut. Cincin
Api memiliki panjang lebih dari 40000 km memanjang dari barat daya Amerika
Selatan dibagian timur hingga ke sebelah tenggara benua Australia di sebelah barat.
Pada zona yang disebut Cincin Api inilah banyak terjadi gempa dan letusan gunung
berapi. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar
di dunia terjadi di sepanjang Cincin Api in Indonesia berada pada posisi ring of fire
( Endro, 1984), seperti terlihat pada beberapa gambar 1.
Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di
daerah Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak
diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya.
Tidak terhitung lagi berapa kali Indonesia digoyang oleh gempa. Sepanjang
tahun 2012, lebih dari 50 kali gempa berkekuatan di atas 5 Skala Richter
mengguncang Indonesia4 dan tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sedangkan
pasca tsunami Aceh yang terjadi pada tahun 2004, telah terjadi beberapa kali tsunami,
salah satunya adalah tsunami yang melanda dan menyapu wilayah di kepulauan
Mentawai pada tanggal 26 Oktober 2010 setelah diguncang gempa berkekuatan
sebesar 7,2 SR. Sedangkan untuk gunung merapi sendiri, dari 129 gunung merapi di
Indonesia, 17 diantaranya masih aktif. Salah satunya adalah Gunung Merapi yang
berada di Provinsi Jawa Tengah dan DI.Yogyakarta yang pada bulan Oktober 2010
sempat memuntahkan material-material dari dalam perutnya dan mengusir banyak
warga yang selama ini hidup dan bertempat tinggal di lereng Gunung Merapi
tersebut.
Apa yang terjadi di Kabupaten Simeulue pada saat gempa bumi yang
kemudian diikuti oleh tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 merupakan sebuah
bukti bahwa sebenarnya masyarakat telah memiliki pengetahuan lokal serta kearifan
lokal dalam menghadapi bencana. Disaat sebagian besar wilayah Aceh daratan dan
Sumatera Utara hancur dan menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dunia, di
Pulau Simeuleu yang hampir 95% penduduknya bertempat tinggal di wlayah pesisir
yang lagi- lagi sangat dekat dengan pusat gempa, jumlah korban meninggal relatif
kecil. Sebuah laporan resmi menyebutkan dari total penduduk Pulau Simeuleu yang
berkisar 78.000 jiwa, korban meninggal hanya 22 orang. Jumlah korban meninggal
dunia yang sangat sedikit ini dikarenakan sebagian besar penduduk yang bertempat
tinggal di wilayah pesisir pantai telah lari menyelamatkan diri menuju wilayah
perbukitan sesaat setelah gempa bumi 8,9 Scala Richter dan air laut terlihat mulai
surut di wilayah pantai. Penyelamatan diri yang dilakukan oleh masyarakat setempat
ini bukanlah tindakan spontan yang dilakukan ketika gempa yang diikuti oleh
surutnya air laut. Tindakan ini tekait dengan beberapa peristiwa tsunami yang pernah
terjadi pada masa lalu yang kemudian diceritakan secara terus menerus dari satu
generasi kegenerasi yang selanjutnya secara lisan.
Tanggal 16 dan 21 Agustus terdengar suara gemuruh dan asap keluar dariG. Seulawah
Agam.
DAFTAR PUSTAKA