discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/273756335
READS
1,159
2 authors, including:
Alfonso Harianja
Forestry Research and Development Agency
11 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan korelasi antara pertambangan emas
tradisional terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Madina, Sumatera
Utara. Sampel penelitian diambil pada Huta Bargot Dolok, dengan mengambil responden
secara purposive terhadap masyarakat yang terlibat pada pertambangan emas tradisional.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Spearman,
yakni dengan menguji kekuatan korelasi variabel bebas (Xi), yakni usia, lama tinggal,
pendidikan dan pendapatan terhadap varibel dependen (Yi) yakni persepsi responden akan
perubahan sosial ekonomi sebagai dampak dari adanya pertambangan emas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pendapatan merupakan faktor yang berkorelasi positif terhadap
persepsi, yang berarti semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka persepsinya akan
semakin positif terhadap dampak pertambangan emas tradisional bagi perubahan sosial
ekonomi masyarakat. Faktor lain seperti umur, lama tinggal dan tingkat pendidikan tidak
signifikan korelasinya terhadap persepsi masyarakat.Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai data dan informasi awal untuk kajian lebih dalam mengenai kelestarian daerah
penyangga taman nasional, dengan memasukkan faktor sumber daya alam dan manusia
sebagai faktor penentunya.
Kata-kata kunci: korelasi Spearman, pertambangan, sosial, ekonomi, Madina.
I.PENDAHULUAN
Keterangan :
- Ho diterima apabila
- Ho ditolak apabila
4). Menentukan nilai uji statistik. Merupakan nilai rS itu sendiri.
5). Membuat kesimpulan, apakah menolak atau menerima Ho. Untuk sampel
besar ( n > 10 ) nilai uji statistikanya dihitung dengan
rumus :
Dalam penelitian ini beberapa faktor yang diduga saling berkorelasi adalah
faktor-faktor karakteristik sosial ekonomi responden (Xi) dengan persepsi mereka
Dari data PDRB Kabupaten Mandailing Natal (BPS Kabupaten Madina, 2011),
sumbangan sektor pertambangan terhadap PDRB pada kurun waktu 2006 sampai
dengan 2010 terus mengalami peningkatan (dari Rp 35,860 milyar tahun 2006
menjadi Rp 48,150 milyar pada tahun 2010) yang berarti terdapat kenaikan
kontribusi pertambangan terhadap perekonomian daerah sebesar 34.27 % dalam
kurun waktu 5 tahun. Padahal hasil pertambangan yang tercatat pada PDRB
Kabupaten tersebut hanya dari sektor pertambangan (emas) resmi saja. Pekerjaan
penambangan emas merupakan pekerjaan sampingan dari masyarakat desa Huta
Bargot Dolok, selain mengandalkan mata pencaharian pada bidang pertanian yakni
perkebunan karet.
Perkebunan karet merupakan mata pencaharian turun temurun (Ikhsan, et
al, 2005) dan merupakan upaya pemanfaatan lahan yang umum dilakukan
masyarakat di sekitar daerah penyangga Taman Nasional Batang Gadis (Siregar,
2011). Kegiatan pertambangan emas melibatkan beberapa tingkatan pekerjaan dan
keahlian, yang jaringannya dapat digambarkan seperti pada Gambar 1 berikut.
desa mereka sebelum dan sesudah adanya pertambangan emas yang hasilnya
disajikan pada Tabel 3 dan 4.
Indikator pertama dari sepuluh indikator mengenai persepsi masyarakat
Desa Huta Bargot Dolok tentang perubahan sosial yang terjadi di daerah mereka
adalah mengenai sarana pendidikan. Dari seluruh responden, 85 % menyatakan
bahwa sarana pendidikan di desa mereka belum berubah, dan secara fisik
diperlihatkan oleh fasilitas pendidikan yang tersedia hanyalah sekolah dasar.
Demikian juga dengan kualitas tenaga pendidik, 85 % responden menyatakan
bahwa kualitas tenaga pendidik tidak mengalami perubahan.
Tabel 3. Penilaian Responden Atas Dampak Sosial Pertambangan Emas.
Skor (Persentase)
No Pernyataan SS S KS TS STS Total
1 Ketersediaan sarana pendidikan bertambah. 0,00 15,00 60,00 25,00 0 100,00
2 Terjadi kualitas peningkatan tenaga pendidik. 0,00 15,00 60,00 25,00 0,00 100,00
3 Kemampuan untuk memenuhi uang sekolah anak 15,00 85,00 0,00 0,00 0,00 100,00
lebih baik.
4 Kemampuan membeli buku-buku sekolah anak lebih 10,00 90,00 0,00 0,00 0,00 100,00
baik.
5 Kemampuan untuk memenuhi biaya sekolah lain 10,00 90,00 0,00 0,00 0,00 100,00
anak lebih baik.
6 Ketersediaan sarana kesehatan bertambah. 0,00 15,00 65,00 20,00 0,00 100,00
7 Kemampuan memenuhi kebutuhan kesehatan 15,00 80,00 5,00 0,00 0,00 100,00
keluarga lebih baik.
8 Kemampuan mengikuti kegiatan sosial termasuk 5,00 80,00 10,00 0,00 5,00 100,00
adat istiadat menjadi lebih baik.
9 Kemampuan memenuhi biaya sosial 5,00 65,00 20,00 10,00 0,00 100,00
kemasyarakatan (binaan pemerintah) menjadi lebih
baik.
10 Terjadi peningkatan kualitas kehidupan keluarga. 40,00 50,00 10,00 0,00 0,00 100,00
sama dengan temuan Pasaribu, 2011 dan Refles 2012, yakni secara ekonomis
pertambangan emas dapat memberikan kehidupan yang lebih baik di sekitarnya.
Analisis lebih lanjut adalah analisis mengenai keterkaitan beberapa
perubahan sosial ekonomi yang merupakan hasil persepsi responden dengan faktor-
faktor yang diduga mempengaruhi persepsi masyarakat tersebut. Faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi penilaian masyarakat akan perubahan sosial ekonomi
sebagai dampak dari keberadaan pertambangan diidentifikasi sebagai umur, lama
tinggal di lokasi penelitian, tingkat pendidikan dan pendapatan responden.
Ringkasan hasil analisis tersebut disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisa Korelasi Rank Spearman Dengan Faktor Sosial Ekonomi Responden.
No Indikator Koefisien t hitung t tabel ( = Kesimpulan
Rank 0.10)
Spearman
1 Umur -0,19 -0,79851 0,377 Korelasi lemah
2 Lama tinggal -0,12 -0,52228 0,377 Korelasi lemah
3 Tingkat pendidikan 0,10 0,40698 0,377 Korelasi lemah
4 Tingkat pendapatan 0,59 179,570 0,377 Korelasi kuat
Dari penelitian yang dilakukan di Desa Huta Bargot Dolok, terlihat pada
Tabel 5 bahwa faktor umur responden mempunyai nilai koefisien korelasi Rank
Spearman sebesar -0,19; t hitung = -0,79851 dan t tabel = 0,377 untuk tingkat
kepercayaan pada level 90 %, yang berarti bahwa faktor umur mempunyai korelasi
yang lemah dengan persepsi terhadap perubahan sosial ekonomi akibat keberadaan
tambang emas. Hal ini berarti perbedaan umur bukan merupakan faktor signifikan
sebagai pembeda persepsi responden terhadap perubahan sosial ekonomi akibat
pertambangan tradisional. Demikian juga dengan faktor lama tinggal dan tingkat
pendidikan. Jadi, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan umur,
lama tinggal dan tingkat pendidikan tidak mempunyai korelasi yang kuat terhadap
perbedaan persepsi mengenai perubahan sosial ekonomi akibat pertambangan
emas di Desa Huta Bargot Dolok.
Faktor terakhir yang diteliti adalah faktor tingkat pendapatan responden.
Nilai koefisien korelasinya adalah 0,59; t hitung = 1,79570 dan t tabel = 0,377
(=0,10). Hal ini berarti faktor tingkat pendapatan responden mempunyai korelasi
yang kuat terhadap persepsi responden akan perubahan sosial ekonomi yang
signifikan pada tingkat kepercayaan 90 %, bahkan signifikan juga pada tingkat
4.1. Kesimpulan.
Berdasarkan penelitian mengenai dampak sosial ekonomi pertambangan
emas tradisional di Desa Huta Bargot Dolok yang termasuk dalam wilayah daerah
penyangga Taman Nasional Batang Gadis diperoleh kesimpulan bahwa secara sosial
ekonomi kualitas kehidupan masyarakat semakin baik pada masa sekarang ini.
Secara ekonomi perbaikan kehidupan diperoleh dari terbukanya peluang kerja
sebagai sumber mata pencaharian utama sebagai pengganti pertanian karet yang
sekarang ini sedang dalam tahap peremajaan. Peluang pekerjaan tersebut meliputi
investasi atau pemodal, penambang, transportasi, pengolah dan pedagang hasil
tambang. Perubahan ekonomi masyarakat juga terjadi pada peningkatan
pendapatan rumah tangga, peningkatan aktivitas ekonomi kawasan serta peluang
tabungan rumah tangga.
Perubahan kemampuan ekonomi juga diikuti dengan perubahan sosial di
masyarakat di mana masyarakat semakin dapat mengakses kebutuhan akan
pendidikan anak, kesehatan dan pemenuhan kebutuhan sosial baik atas inisiatif
masyarakat maupun kegiatan sosial binaan pemerintah. Salah satu dampak sosial
negatif keberadaan tambang emas di desa tersebut adalah karena semakin
sempitnya waktu yang tersedia bagi masyarakat untuk melaksanakan upacara adat
budaya tradisional karena keterlibatan masyarakat di pertambangan membutuhkan
waktu yang lebih banyak.
Dari hasil analisis terhadap faktor-faktor yang diduga mempengaruhi korelasi
antara faktor sosial ekonomi masyarakat dengan persepsi mereka akan perubahan
sosial ekonomi akibat adanya pertambangan emas tradisional diperoleh kesimpulan
tingkat pendapatan merupakan faktor yang berkorelasi positif terhadap persepsi,
yang berarti semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka persepsinya akan
semakin positif terhadap dampak pertambangan emas tradisional bagi perubahan
sosial ekonomi masyarakat. Faktor lain seperti umur, lama tinggal dan tingkat
pendidikan tidak signifikan korelasinya terhadap persepsi mayarakat.
4.2. Saran.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mandailing Natal. 2011. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2006 - 2010.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mandaliling Natal. 2012. Kecamatan Huta
Bargot Dalam Angka 2011.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal. 2012. Kabupaten Mandailing
Natal Dalam Angka, 2011.
Hastuti, J. Harjono, S. Sumarto, A. Suharyadi, S.K. Rahayu, B. Soelaksono, D.
Perwira, D. Suryadarma, N. Toyamah, R.P.Artha, R.Filaili, S. Budiyati, W.
Munawar, W. Widyanti, B.C. Hadi, M. Sintia, H. Marsono, Mardianti dan
Supriyadi. 2004. Evaluasi Dampak Sosial-ekonomi Proyek Pengembangan
Wilayah Berbasis Pertanian Sulawesi (SAADP): Pelajaran dari Program Kredit
Mikro di Indonesia. Lembaga Penelitian SMERU. Jakarta. 131 pp. Diakses
dari http://www.smeru.or.id/report/research/saadp/saadp_ind.pdf pada
tanggal 6 Agustus 2012.
Ikhsan, E., Z. Lubis, Arif, M. Ritonga, S. Siregar, Y. Melvani, Yusriwiyati. 2005. Dari
Hutan Rarangan ke Taman Nasional: Potret Komunitas Lokal di Sekitar Taman
Nasional Batang Gadis. USU Press. 2005. pp: 127 - 137.
Jagger P., Sills E.O., Lawlor, K. dan Sunderlin, W.D. 2011 Pedoman untuk
mempelajari berbagai dampak proyek REDD+ bagi mata pencarian.
Occasional Paper 67. CIFOR, Bogor, Indonesia. Diakses dari
http://www.cifor.org/publications/pdf_files/OccPapers/OP-67.pdf pada tanggal
2 Mei 2012.
Pasaribu, A. 2010. Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap Sosial Ekonomi
Masyarakat di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Thesis
pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak
Diterbitkan. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/22264/5/Chapter%20I.pdf pada tanggal 5 Agustus 2012.
Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution).
Mediakom. Yogyakarta.
Refles. 2012. Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat dan Implikasinya Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kenagarian Mundam Sakti Kecamatan IV
Nagari, Kabupaten Sijunjung. Arikel ilmiah pada Program Studi Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan, Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.
Tidak diterbitkan. Diakses dari http://pasca.unand.ac.id/id/wp-
content/uploads/2011/09/KEGIATAN-PERTAMBANGAN-EMAS-RAKYAT.pdf
pada tanggal 5 Agustus 2012.
Siregar, H. 2011. Analisis Potensi Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat di
Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi Sumatera Utara. Thesis Pada Sekolah
Pasca Sarjan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan. Diakses dari
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46588 pada tanggal 5 Agustus
2012.