Anda di halaman 1dari 7

HIRONO : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol.

3, No1,April 2023
LPPM Universitas Hein Namotemo E-ISSN 2807-6702
http://e-jurnal.lppmunhena.ac.id/index.php/hirono https://doi.org/10.55984/hirono/v3i1/138

SOSIALISASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


PADA PENAMBANGAN BATUAN DI DESA WAESALA
KECAMATAN HUAMUAL BELAKANG KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
Pieter. M. Ririmase1, Marlita. H. Makaruku1*
1) Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura - Ambon
E-mail: litaerlin@gmail.com

Diterima : 17 Agustus 2023 Disetujui : 6 September 2023 Diterbitkan : 8 September 2023

Abstrak
Masalah lingkungan dan keselamatan kerja dalam usaha pertambangan selalu menjadi isu yang paling
penting. Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang diantaranya berupa perubahan
lingkungan, yang meliputi perubahan kimiawi, perubahan fisik dan perubahan biologi. Desa Waesala dalam
lingkup pengelolaan pertambangan menjadi penting dan strategis karena mempunyai potensi bahan
tambang yang cukup besar, khususnya bahan galian jenis batuan untuk mendukung pembangunan yang
terus meningkat. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini untuk meningkatkan pengetahuan
Masyarakat Desa Waesala dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup yang baik pada lokasi
penambangan batuan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui tahapan persiapan,
sosialisasi, dan evaluasi kegiatan. Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan PKM ini menunjukkan
bahwa terjadi perubahan pengetahuan masyarakat yang sangat signifikan terhadap pengelolaan
lingkungan hidup di lahan tambang setelah pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Kata kunci: pengelolaan, lingkungan, tambang, desa waesala

Abstract
Environmental and occupational safety issues in the mining business have always been the most important
issues. The main problems that arise in ex-mining areas include environmental changes, which include
chemical changes, physical changes and biological changes. Waesala Village in the scope of mining
management is important and strategic because it has quite large potential for mining materials, especially
rock-type minerals to support increasing development. The aim of this community service activity is to increase
the knowledge of the Waesala Village Community in carrying out good environmental management at rock
mining locations. This community service activity is carried out through the stages of preparation,
socialization, and activity evaluation. The results obtained from the implementation of this PKM activity show
that there has been a very significant change in community knowledge regarding environmental management
on mining land after implementing community service activities.
Keywords: management, environment, mine, waesala village

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kegiatan pertambangan merupakan perubahan lingkungan, yang meliputi
kegiatan usaha yang kompleks dan sangat perubahan kimiawi, perubahan fisik dan
rumit, syarat risiko, merupakan kegiatan perubahan biologi. Perubahan kimiawi
usaha jangka panjang, melibatkan teknologi berdampak terhadap keberadaan air tanah
tinggi, padat modal, dan aturan regulasi yang dan air permukaan, berlanjut secara fisik
dikeluarkan dari beberapa sektor. Masalah yaitu mengakibatkan perubahan morfologi
lingkungan dan keselamatan kerja dalam dan topografi lahan. Lebih jauh lagi adalah
usaha pertambangan di dunia ini selalu perubahan iklim mikro yang disebabkan oleh
menjadi isu yang paling penting. Masalah perubahan kecepatan angin, gangguan
utama yang sering terjadi pada wilayah habitat biologi berupa flora dan fauna, serta
daerah bekas tambang diantaranya berupa adanya penurunan produktivitas tanah

Pieter. M. Ririmase, Marlita. H. Makaruku 54


HIRONO : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol.3, No1,April 2023
LPPM Universitas Hein Namotemo E-ISSN 2807-6702
http://e-jurnal.lppmunhena.ac.id/index.php/hirono https://doi.org/10.55984/hirono/v3i1/138

dengan akibat tanah menjadi tandus atau resiko terhadap kesehatan dan keselamatan
gundul (Munir, 2017). manusia akibat kegiatan pertambangan.
Umumnya daya tampung lingkungan Desa Waesala merupakan salah satu
hidup cukup baik, namun demikian daerah di Kecamatan Huamual Belakang
pengusahaan batu dan pasir menimbulkan Kabupaten Seram Bagian Barat. Kecamatan
isu strategis yaitu potensi: (a) penurunan Huamual Belakang memiliki luas 409,71 Km2,
kualitas udara karena debu penambangan dan terbagi atas 7 (tujuh) desa. Desa yang
dan pengolahan, (b) kebisingan, getaran memiliki luas wilayah terbesar adalah Desa
tanah dan rusaknya infrastruktur, (d) Waesala sebesar 179,27 Km2 atau 43,76 %
penurunan kesehatan masyarakat disekitar dari luas wilayah Kecamatan Huamual
jalan angkut, (e) kekuatiran masyarakat Belakang. Desa Waesala dalam lingkup
terhadap gangguan kamtibnas, amenitas, dan pengelolaan pertambangan menjadi penting
perubahan sosial budaya, (f) perubahan dan strategis karena mempunyai potensi
bentang alam, stabilitas tanah, erosi, bahan tambang yang cukup besar, khususnya
sedimentasi, kualitas air dan kesuburan bahan galian jenis batuan untuk mendukung
tanah. Namun demikian usaha pertambangan pembangunan yang terus meningkat.
tersebut dapat meningkatkan perekonomian Aspek lingkungan pada industri
masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja pertambangan merupakan aspek yang paling
serta dapat meningkatkan pendapatan asli sering menjadi korban dalam kegiatan
daerah melalui pajak. industri pertambangan, hal tersebut bukan
Kegiatan pertambangan mempunyai lagi merupakan suatu isu yang baru. Hakekat
daya ubah lingkungan yang besar, sehingga perlindungan dan pengelolaan lingkungan
memerlukan perencanaan total yang matang hidup yang baik adalah suatu bagian penting
sejak tahap awal sampai pasca tambang. Pada dari hak asasi manusia, seperti hak untuk
saat membuka tambang, sudah harus hidup, hak atas standar hidup yang layak, dan
dipahami bagaimana menutup tambang. hak atas kesehatan dan lingkungan yang
Rehabilitasi/reklamasi tambang bersifat bersih, hak atas lingkungan hidup yang baik
progresif, sesuai rencana tata guna lahan dan sehat berkaitan erat dengan pencapaian
pasca tambang (Munir, 2017). Berdasarkan kualitas hidup manusia, sehingga hak atas
UU No. 39 Tahun 2009 kawasan dan/atau lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak
kegiatan pertambangan wajib dilakukan dapat dikurangi dalam kondisi apapun.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
Permasalahan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Permasalahan yang dihadapi
9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum KLHS
masyarakat sebagai kelompok mitra adalah
mengamanatkan KLHS sebagai acuan dalam
kurangnya pengetahuan serta rendahnya
pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup,
kesadaran dalam penerapan pengelolaan
baik sektoral maupun kewilayahan, dalam hal
lingkungan di sekitar wilayah tambang.
ini sektor dan wilayah pertambangan. KLHS
pada Desa Waisala Kecamatan Huamual Tujuan
Belakang berfokus pada kajian: cakupan Kegiatan pengabdian masyarakat ini
wilayah rawan bencana, kekeringan, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
peningkatan alih fungsi kawasan hutan, sosial masyarakat Desa Waesala dalam melakukan
ekonomi dan budaya, sarana dan prasarana, pengelolaan lingkungan hidup yang baik pada
dan potensi hasil tambang, serta peningkatan lokasi penambangan batuan di daerah
tersebut.

Pieter. M. Ririmase, Marlita. H. Makaruku 55


HIRONO : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol.3, No1,April 2023
LPPM Universitas Hein Namotemo E-ISSN 2807-6702
http://e-jurnal.lppmunhena.ac.id/index.php/hirono https://doi.org/10.55984/hirono/v3i1/138

Tinjauan Pustaka Kegiatan pengelolaan pertambangan harus


Aktifitas dari suatu kegiatan usaha, dilakukan dari awal sampai akhir lahan yang
seperti pertambangan batuan pada digunakan dari pertambangan sebelum
hakekatnya tidak boleh menjadi penyebab penambangan atau reklamasi (Wiyanti dkk,
kerugian bagi pihak-pihak tertentu atau 2019). Pengembalian lahan pascatambang ke
kelompok mayoritas (masyarakat umum). bentuk lahan yang aman, stabil, tidak
Demikian pula alam yang menjadi sumber berpolusi dengan penggunaan lahan
penyedia bahan tambang (sumber daya alam) selanjutnya dilakukan perencanaan pasca
tidak boleh terganggu karena dapat tambang (Bozzuto dan Geroldi. 2021).
menghilangkan keseimbangan ekosistem, Terganggunya aspek kehidupan masyarakat,
ekologi yang berakibat pada kerusakan alam/ jika dilihat dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM),
lingkungan hidup (damage of environment). sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Sesuai Undang-Undang No. 39 Tahun Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
2009 kawasan dan/atau kegiatan Manusia, yakni terutama yang berkaitan
pertambangan wajib dilakukan Kajian dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya,
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). tentulah sangat bersentuhan dengan dampak
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor dari pertambangan batuan ini. Karena hak
9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum KLHS asasi manusia meliputi aspek-aspek hak
mengamanatkan KLHS sebagai acuan dalam untuk hidup dan berkehidupan yang baik,
pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, aman dan sehat yang merupakan hak atas
baik sektoral maupun kewilayahan, dalam hal lingkungan hidup yang baik yang sehat yang
ini sektor dan wilayah pertambangan. diatur di dalam Undang-Undang Dasar
Kerusakan lingkungan adalah Negara Republik Indonesia tahun 1945. Nilai-
perubahan yang terjadi akibat tindakan nilai kehidupan manusia dapat menjadi
manusia yang langsung maupun tidak terganggu atau berkurang, apalagi yang
langsung terhadap sifat fisik dan lingkungan terparah adalah membawa bencana kematian
hayati, yang mengakibatkan lingkungan tidak yang secara tidak langsung melalui aktifitas
berfungsi lagi dalam menunjang kegiatan usaha yang ada, termasuk
pembangunan yang berkesinambungan diantaranya eksploitasi batuan. Upaya
(Soerjani dan Syah, 1987). Kegiatan manusia memang telah dilakukan, namun tetap harus
yang dapat menyebabkan kerusakan terus dilakukan karena upaya yang telah ada
lingkungan atau kelangkaan sumberdaya nampaknya masih jauh dan masih banyak
alam berlangsung dalam tiga cara : pertama, yang harus dibenahi.
jika sumberdaya dieksploitasi dengan tingkat
kecepatan yang melebihi daya pulihnya; METODE
kedua, kelangkaan sumberdaya disebabkan Lokasi dan Peserta
oleh pertumbuhan penduduk, dan ketiga, Kegiatan pengabdian masyarakat
akses terhadap lingkungan dan sumberdaya dilaksanakan di Desa Waesala Kecamatan
alam yang tidak seimbang (Mitchell dkk, Huamual Belakang Kabupaten Seram Bagian
2000). Barat. Kegiatan pengabdian masyarakat ini
Pengelolaan pertambangan merupakan melibatkan masyarakat desa terutama tokoh
suatu usaha, secara teknis dan non teknis masyarakat, tokoh pemuda dan aparat Desa
agar tidak menimbulkan masalah lingkungan. Waesala Kecamatan Huamual Belakang
Kabupaten Seram Bagian Barat.

Pieter. M. Ririmase, Marlita. H. Makaruku 56


HIRONO : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol.3, No1,April 2023
LPPM Universitas Hein Namotemo E-ISSN 2807-6702
http://e-jurnal.lppmunhena.ac.id/index.php/hirono https://doi.org/10.55984/hirono/v3i1/138

Tahapan Kegiatan pertambangan bagi lingkungan, pentingnya


Tahapan pelaksanaan kegiatan PKM menjaga pelestarian lingkungan hidup, serta
yang dilakukan untuk dapat memberikan cara merehabilitasi lahan bekas tambang.
hasil yang maksimal sesuai dengan target Dalam pemaparannya pemateri menjelaskan
capaian yang direncanakan yakni: bahwa lingkungan sangat penting bagi
a) Persiapan: kelangsungan hidup makhluk hidup, dimana
Tim pelaksana melakukan kunjungan dan lingkungan merupakan tempat tinggal semua
survei lapangan untuk melihat kondisi makhluk hidup di muka bumi, termasuk
lokasi kegiatan PKM. Kunjungan yang manusia, hewan dan tumbuhan, yang harus
dilakukan guna memberitahukan rencana dijaga kelestariannya. Proses penambangan
kegiatan kepada aparat desa. yang dilakukan selama ini, cenderung
b) Sosialisasi: menjadi usaha eksploitasi sumber daya alam
Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini secara berlebihan yang pada akhirnya
dilakukan dengan metode ceramah berdampak negatif bagi kelangsungan hidup
dengan teknik persentasi materi serta manusia itu sendiri.
dilanjutkan dengan diskusi terkait materi Aktivitas penambangan menyebabkan
yang telah disampaikan. penurunan mutu lingkungan hidup dan dapat
c) Evaluasi: mempercepat proses penurunan potensi
Evaluasi dilakukan dengan pengisian tanah, yang pada akhirnya dapat
kuisioner mengenai pengetahuan dan mempengaruhi kegiatan pembangunan
pemahaman masyarakat desa tentang dimasa mendatang. Jika daya tampung
pengelolaan lingkungan hidup pada lingkungan dilampaui, maka struktur dan
daerah tambang batuan. Evaluasi ini fungsi dasar ekosistem yang menjadi
dilakukan untuk mengukur tingkat penunjang kehidupan dapat rusak dan
keberhasilan pengabdian yang dilakukan keberlanjutan fungsi lingkungan pun
oleh Tim pelaksana. terganggu. Aktivitas penambangan juga
dapat menyebabkan beberapa dampak
HASIL DAN PEMBAHASAN
negatif yaitu: terjadinya penggundulan lahan
Kegiatan Persiapan
akibat hilangnya vegetasi penutup tanah,
Pelaksanaan persiapan diawali dengan
dimana tanpa reklamasi yang benar dapat
pertemuan tim PKM dan aparat Desa
berdampak gangguan fungsi hutan dan
Waesala, untuk membahas kegiatan yang
gunung sebagai daerah serapan (recharge)
akan dilaksanakan, lokasi dan waktu
air tanah dan gangguan ekosistem lainnya.
pelaksanaan kegiatan. Hasil pertemuan
Lokasi penambangan juga berpotensi
disepakati tentang, waktu pelaksanaan, dan
meningkatkan ancaman tanah longsor.
tempat pelaksanaan.
Dijelaskan juga bahwa lahan bekas tambang
Kegiatan Sosialisasi yang sudah tidak digunakan lagi, dalam hal ini
Kegiatan sosialisasi terhadap bekas lahan tambang batuan, jika dibiarkan
masyarakat di Desa Waesala diadakan begitu saja tanpa adanya penanganan, dapat
langsung bersama dengan pihak pengusaha menimbulkan peningkatan erosi pada area
tambang. Sosialisasi dilakukan kepada tersebut. Hal ini akibat perubahan bentuk
masyarakat sekitar yang terkena langsung lahan yang ada pada area bekas lahan
dampak pengelolaan tambang. Materi yang tambang, ditambah dengan keadaan curah
disampaikan oleh narasumber P. M. hujan yang tinggi, sehingga mudah
Ririmasse dari Fakultas Pertanian Universitas menyebabkan erosi dan gerakan massa
Pattimura, menjelaskan tentang dampak tanah.

Pieter. M. Ririmase, Marlita. H. Makaruku 57


HIRONO : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol.3, No1,April 2023
LPPM Universitas Hein Namotemo E-ISSN 2807-6702
http://e-jurnal.lppmunhena.ac.id/index.php/hirono https://doi.org/10.55984/hirono/v3i1/138

Gambar 1. Penyampaian Materi oleh Narasumber

Pentingnya menjaga lingkungan wajib manfaat ini dapat menjadi bekal untuk
harus ditanamkan sejak dini. Narasumber generasi mendatang, agar dapat mengetahui
juga menekankan bagaimana pengelolaan sistem pengelolaan lingkungan bagi
lingkungan ini menjadi tanggung jawab masyarakat maka dalam sosialisasi tersebut
bersama, dan tentu harapannya adalah peserta diberikan kuesioner.

Gambar 2. Suasana Kegiatan Sosialisasi

Hasil Evaluasi responden dibobot dengan menggunakan


Proses evaluasi dilakukan untuk angka (nilai) 1 sampai 4. Nilai 1 jika
mengukur tingkat pemahaman responden responden “sangat tidak tahu” tentang
sebelum dan setelah penyampaian materi dan pertanyaan yang diberikan. Nilai 2 jika
diskusi dilakukan. Kegiatan survei kuesioner responden “tidak tahu” tentang pertanyaan
pada pengabdian ini dilaksanakan dalam dua yang diberikan. Nilai 3 jika responden “tahu”
tahap, yaitu tahap sebelum sosialisasi (pre- tentang pertanyaan yang diberikan. Nilai 4
test) dan tahap setelah sosialisasi (post-test). jika responden “sangat tahu” tentang
Setiap pertanyaan pada kuesioner pertanyaan yang diberikan.
memperlihatkan persentase pengetahuan Pertanyaan yang dalam kuisioner
responden sebelum dan setelah pelaksanaan yaitu: 1) Pengetahuan masyarakat sekitar
sosialisasi. Persentase tingkat pengetahuan tambang tentang pengelolaan lingkungan

Pieter. M. Ririmase, Marlita. H. Makaruku 58


HIRONO : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol.3, No1,April 2023
LPPM Universitas Hein Namotemo E-ISSN 2807-6702
http://e-jurnal.lppmunhena.ac.id/index.php/hirono https://doi.org/10.55984/hirono/v3i1/138

hidup?, 2) Pengetahuan masyarakat sekitar mengenai cara pemanfaatan lahan bekas


tambang tentang rehabilitasi lahan tambang?, tambang dengan baik?, 7) Pengetahuan
3) Pengetahuan mengenai kondisi mengenai kegiatan penembangan dapat
operasional tambang memenuhi standar merangsang perekonomian masyarakat
keselamatan kerja?, 4) Pengetahuan lokal?
masyarakat tentang dampak dari kegiatan Hasil evaluasi ini menjadi acuan untuk
penambangan?, 5) Pengetahuan mengenai menilai tingkat pengetahuan peserta
kegiatan penambangan dapat mempengaruhi penyuluhan terhadap materi yang diberikan.
lahan masyarakat di sekitar area Hasil evaluasi kegiatan penyuluhan disajikan
penambangan?, 6) Pengetahuan masyarakat pada Gambar 3.

Pengetahuan Responden (Pre-test) Pengetahuan Responden (Post-test)

10%5% 0%
40%
50%
35% 60%

Sangat tidak tahu Tidak tahu


Sangat tidak tahu Tidak tahu
Tahu Sangat tahu Tahu Sangat tahu

Gambar 3. Hasil Evaluasi Kegiatan PKM


Gambar 3 di atas menunjukkan hasil dapat dilihat bahwa telah terjadi kenaikan
evaluasi pengetahuan responden tentang pengetahuan/pemahaman peserta setelah
dengan pengelolaan lingkungan di sekitar dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada
lahan tambang sebelum dan sesudah masyarakat oleh tim pengabdian.
pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada KESIMPULAN
masyarakat (pre-test dan post-test). Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian
Secara kuantitatif jumlah responden kepada masyarakat bersama mitra dapat
yang memahami tentang pengelolaan disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian ini
lingkungan hidup pada saat pre-test (sebelum menghasilkan perubahan perilaku
dilakukan sosialisasi) sebesar 50% tercatat masyarakat terhadap pengelolaan
sangat tidak tahu, 35% tidak tahu, 10% tahu, lingkungan di lahan tambang dengan baik.
dan 5% sangat tahu. Sebaliknya pada saat Hasil survei kuesioner terhadap responden
post-test (setelah pelaksanaan sosialisasi) memperlihatkan bahwa setelah pelaksanaan
tercatat 0% responden menyatakan sangat sosialisasi, responden telah memahami dan
tidak tahu terhadap pengelolaan lingkungan mengetahui pengelolaan lingkungan di lahan
hidup, 0% responden tercatat tidak tahu, 70 tambang dengan baik. Hal ini
% responden tercatat tahu, dan 30% mengindikasikan bahwa telah terjadi
responden sangat tahu. Hal ini menunjukkan perubahan pengetahuan masyarakat yang
bahwa telah terjadi perubahan yang sangat sangat signifikan terhadap pengelolaan
signifikan bagi masyarakat terhadap lingkungan hidup di lahan tambang setelah
pengetahuan pengelolaan lingkungan hidup pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada
disekitar lahan tambang. Secara kuantitatif masyarakat.

Pieter. M. Ririmase, Marlita. H. Makaruku 59


HIRONO : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol.3, No1,April 2023
LPPM Universitas Hein Namotemo E-ISSN 2807-6702
http://e-jurnal.lppmunhena.ac.id/index.php/hirono https://doi.org/10.55984/hirono/v3i1/138

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menyampaikan terima kasih Seram Bagian Barat yang telah membantu
kepada aparat dan masyarakat Desa Waesala sehingga kegiatan pengabdian masyarakat
Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Munir, M., dan Setyowati, R. D. N. 2017. Kajian
Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Reklamasi Lahan Pasca Tambang Di
tentang Pertambangan Mineral dan Jambi, Bangka, dan Kalimantan Selatan
Batubara. Fakultas Sains Dan Teknologi,
Universitas Islam
Anonim. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor
78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Negeri Sunan Ampel Surabaya. Vol. 1
Pasca tambang. No. 1, 2017: 11-16.
Badan Pusat Statistik. 2020. Kecamatan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya
Huamual Belakang Dalam Angka 2020. Mineral Republik Indonesia No. 26
Badan Pusat Statistik Kabupaten Seram Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan
Bagian Barat. Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan
Bozzuto, P., dan Geroldi, C. 2021. The Former
Mineral dan Batubara.
Mining Area of Santa Barbara in
Tuscany and a Spatial Strategy for Its Wiyanti, S.H., Salindeho, M.L., dan Agustine,
Regeneration: Politecnico in Milano, W.D. 2019. Rencana Pascatambang
Department of Architecture and Urban Bahan Galian Sirtu Cv. Xxx Desa
Studies, via Bonardi 3, Milano 20133, Jugosari, Kecamatan Candipuro,
Italy. Kabupaten Lumajang, Jawa Timur;
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral dan Kelautan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Pieter. M. Ririmase, Marlita. H. Makaruku 60

Anda mungkin juga menyukai