Anda di halaman 1dari 25

DAMPAK NEGATIF PENAMBANGAN PASIR BESI.

3 September 2013 pukul 0:25


DAMPAK NEGATIF PENAMBANGAN PASIR BESI.
(Studi kasus Dermaga Linau Kecamatan Maje Kabupaten Kaur) September 22,
2011
Abstrak
Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi yang
saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak
lingkungan yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini
menyokong pendapatan negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak
lingkungan, pertambangan terbuka (open pit mining) dapat mengubah secara
total baik iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan
tambang disingkirkan. Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut
menghilangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi, banjir,
penyerap karbon, pemasok oksigen dan pengatur suhu. Idealnya, suatu
perusahaan berkewajiban untuk menyejahterakan masyarakat sekitar. Caranya?
Dengan merekrut mereka menjadi pegawai tetap di perusahaan itu. Jika mereka
belum memenuhi kriteria sebagai seorang pegawai, maka menjadi kewajiban
perusahaan untuk melatihnya sampai mereka memenuhi kriteria. Dengan cara ini,
perusahaan akan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitar. Akan tetapi, banyak perusahaan yang tidak mau memenuhi kewajibannya
karena hal itu akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Akibatnya, tingkat
keuntungan yang diperoleh perusahaan akan lebih sedikit.
Dalam jangka pendek mungkin hal itu benar. Akan tetapi jika mereka berpikir
jangka panjang akan lain jadinya. Sebenarnya, menyejahterakan masyarakat
sekitar merupakan investasi sosial yang amat diperlukan bagi perusahaan. Jika
masyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan itu amat menguntungkan
mereka, mereka pasti akan berusaha melindungi perusahaan itu dari berbagai
ancaman. Mereka akan berusaha menjaga dengan segala kemampuan mereka
agar perusahaan itu maju dan tersu maju. Sebab kemajuan perusahaan itu berarti
juga peningkatan kesejahteraan bagi mereka. Dalam makalah ini dikemukakan
beberapa hal tentang dampak penambangan pasir besi, upaya pencegahan dan
penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penambangan pasir
besi. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua,
sehingga akan dapat menjaga alam dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang
telah terjadi di sekitar penambangan.
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan
butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol,
piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous
magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang
cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir
besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitic volkanik. Kegunaannya
pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan
pada industri semen. (www.tekmiraesdm.go.id//pasirbesi/ulasan.asp?)
Namun demikian, pertambangan selalu mempunyai dua sisi yang saling
berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan
yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sudah tidak diragukan lagi
bahwa sektor ini menyokong pendapatan negara selama bertahun-tahun. Sebagai
perusak lingkungan, pertambangan terbuka (open pit mining) dapat merubah
total iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan tambang
disingkirkan. Selain itu, untuk memperoleh atau melepaskan biji tanbang dari
batu-batuan atau pasir seperti dalam pertambangan emas, para penambang pada
umumnya menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari
tanah, air atau sungai dan lingkungan.
Pada pertambangan bawah (underground mining) kerusakan lingkungan
umumnya diakibatkan karena adanya limbah (tailing) yang dihasilkan pada
proses pemurnian bijih. Baik tambang dalam maupun tambang terbuka
menyebabkan terlepasnya unsur-unsur kimia tertentu seperti Fe dan S dari
senyawa pirit (Fe2S) menghasilkan air buangan bersifat asam (Acid Mine
Drainage / Acid Rock Drainage) yang dapat hanyut terbawa aliran permukaan
pada saat hujan, dan masuk ke lahan pertanian di bagian hilir pertambangan,
sehingga menyebabkan kemasamam tanahnya lebih tinggi. Tanah dan air asam
tambang tersebut sangat masam dengan pH berkisar antara 2,5 3,5 yang
berpotensi mencemari lahan pertanian.
1. 2 Kabupaten Kaur Secara Umum
a..Letak Geografis Kabupaten Kaur.
Secara astronomis (geografis), Kabupaten Kaur terletak pada posisi derajad 15
menit 8,21 detik sampai 4 derajat 55 menit 27,77 detik Lintang selatan dan 103
derajat 4 menit 8,76 detik sampai 103 derajat 46 menit 50,12 detik Bujur Timur.
Luas wilayah daratan mencapai 2556 km2 dengan garis pantai sepanjang 89 km,
memanjang dari perbatasan Kabupaten Bengkulu Selatan sampai ke perbatasan
Propinsi Lampung. Adapun batas wilayah Kabupaten Kaur adalah sebagai berikut
:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kedurang, Kabupaten Bengkulu

Selatan dan Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera Selatan.


Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat, Propinsi
Lampung.
Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Propinsi
Sumatera Selatan. (BPS. 2007)
b. Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca,dimana factor pembentuk cuaca antara lain
curah hujan,kelembaban,kecepatan angin, lama penyinaran matahari dan
sebagainya.fakor iklim atau cuaca yang sering di gunakan untuk beberapa
aplikasi hidrologi adalah curah hujan,karena disamping mudah dalam hal
pengukurannya juga mempunyainya pengaruh secara langsung pada kehidupan
manusia ,tumbuhan dan hewan.curah hujan digunakan untuk menjelaskan
fenomena-fenomena hidrologis yang sering terjadi seperti banjir, longsor dan
lain-lain.selain itu juga untuk menggambarkan potensi ketersediaan air
(kelembaban tanah) untuk pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan kondisi tersebut, analisis iklim yang akan di jelaskan lebih kepada
kondisi curah hujan yaitu dalam hal distribusinya dalam ruang dan waktu.Stasiun
penakar yang ada di Kabupaten Kaur ada tiga, yaitu: di Muara Tetap,Linau dan
Tanjung Harapan.
c. Perkebunan
Luas panen perkebunan rakyat di Kabupaten Kaur cenderung mengalami
penurunan pada periode 2004-2007. Pada tahun 2004, luas panen perkebunan
rakyat mencapai 14.862,5 hektar. Tahun berikutnya meningkat menjadi 23.950,5
hektar dan turun menjadi 17.468,87 hektar pada tahun 2006. Sedangkan pada
tahun 200, luas panen perkebunan rakyat kembali mengalami penurunamenjadi
14.156,1 hektar.
Pada tahun 2007, peroduksi perkebunan rakyat di Kabupaten Kaur adalah
32.121,29 ton. Komoditi yang paling banyak diproduksi adalah kelapa sawit yang
mencapai 23.652 ton. Sedangkan yang paling sedikit diperoduksi adalah
kasiavera, yaitu 0,18 ton.Total peroduksi perkebunan rakyat ini mengalami
peningkatkan dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 46.670,36 ton.(BPS.2007)
d. Penduduk
Data kependudukan yang ada pada publikasi kaur Dalam angka 2007 ini
berdasarkan estimasi dari Survei penduduk Antara Sensus yang diadakan
BPS.jumlah Penduduk Kabupaten Kaur pada tahun 2007 adalah 112.528 jiwa,
yangt terdiri dari 57.319 jiwa laki-laki dan 55.209 jiwa perempuan. Jumlah ini
meningkat dari pada tahun 2006 yang berjumlah 107.473 jiwa (BPS. 2007).

1.3 Dampak Pertambangan Pasir Besi


U Santoso (2008) Beberapa dampak negatif akibat pertambangan jika tidak
terkendali antara lain sebagai berikut:
1). Kerusakan lahan bekas tambang.
2). Merusak lahan perkebunan dan pertanian.
3). Membuka kawasan hutan menjadi kawasan pertambangan.
4). Dalam jangka panjang, pertambangan adalah penyumbang terbesar lahan
sangat kritis yang susah dikembalikan lagi sesuai fungsi awalnya.
5). Pencemaran baik tanah, air maupun udara. Misalnya debu, gas beracun, bunyi
dll.
6). Kerusakan tambak dan terumbu karang di pesisir.
7). Banjir, longsor, lenyapnya sebagian keanekaragaman hayati.
. Air tambang asam yang beracun yang jika dialirkan ke sungai yang akhirnya ke
laut akan merusak ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut.
9). Menyebabkan berbagai penyakit dan mengganggu kesehatan.
10). Sarana dan prasarana seperti jalan dll. rusak berat.
11). Dan lain-lain.
Mengapa bisa terjadi? Karena:
1). Adanya perbedaan kepentingan antara kepentingan lingkungan vs
kepentingan ekonomi, politik dll.
2). Penegakkan hokum yang belum baik.
3). Aturan yang dibuat seringkali mengakomodasi beberapa kepentingan dengan
bahkan mengabaikan unsur lingkungan.
4). Aturan yang tidak dilaksanakan dengan konsisten.
5). Dalam prakteknya otonomi daerah menyebabkan pertambangan maju pesat
dan nyaris tidak terkendali. Banyak kasus di beberapa daerah justru terjadi
konversi hutan lindung menjadi kawasan produksi. Illegal logging justru

dilakukan oleh oknum-oknum yang seharusnya melindungi hutan.


Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kaur Nomor. 245 Tahun 2008 tanggal 15
September 2008, PT. Selomoro Banyu Arto memperoleh Kuasa Pertambangan
eksplorasi pasir besi di Kecamatan Maje dengan kode wilayah KW. 08 PKR 004
dengan luas kuasa wilayah pertambangan eksplorasi pasir besi 179,36 Hektar.
Dampak penambangan pasir besi di Kecamatan Maje Kabupaten Kaur (Anonim
2011):
1. Menurunnya kualitas udara
Pada tahap prakonstruksi tambang akibat kegiatan mobilisasi alat berat
diperkirakan perusahaan akan mengoperasikan 44 unit alat berat. Pada tahap ini
aktifitas yang dilakukan meliputi pembersihan lahan, pembuatan jalan tambang ,
pembangunan sarana tambang, pembangunan pengelolaan instalasi pasir besi,
dipastikan akan meningkatkan kadar debu di lingkungan sekitar. Intensitas ini
dipastikan akan bertambah pada tahap operasi tambang akibat pengupasan
tanah pucuk . perusahaan memasang target akan mengelola dan mengangkut
1500 s/d 2000 ton per hari dengan volume angkut 75 s/d 100 rit per hari. hal ini
tentu akan meningkatkan sebaran debu di sekitar tambang dan akan mencapai ke
pemukiman penduduk Desa Sukamenanti, Way Hawang dan Linau akibat
angkutan pasir besi. Lamanya dampak debu ini diperkirakan oleh perusahaan
selama 15 s/d 18 tahun (selama tambang masih aktif beroperasi) tingkat polusi
debu akan semakin tinggi pada saat siang hari dimana angin bertiup dari laut ke
arah daratan (pemukiman warga, Desa Sukamenanti dan Way Hawang) Hal ini
tentu saja akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat, mereka terancam
penyakit ISPA (Infeksi saluran Pernafasan Akut) TBC, dan lain-lain.
2. Kebisingan
Kegiatan tambang pasir besi pada tahap prakonstruksi berupa mobilisasi alat-alat
berat berjumlah 44 unit. Dipastikan ini akan meningkatkan kebisingan di areal
tambang dan pemukiman masyarakat di jalan Way Hawang Sukamenanti. Tingkat
kebisingan akan semakin bertambah ketika operasional pertambangan mulai
berjalan normal. Lama kebisingan berlangsung sebanyak 150 s/d 200 kali setiap
hari sesuai volume yang direncanakan perusahaan sebanyak 1500 s/d 2000 ton
per hari. Dengan volume angkut 75 s/d 100 rit per hari. Kondisi ini tentu akan
mempengaruhi ketenangan warga pada saat tidur.
3. Perubahan Bentuk Danau Kembar
Sebagian wilayah penambangan merupakan perairan Sungai Air Numan (Danau
Kembar) kondisi awal seluas 16,02 hektar dan daratan seluas 163,34 hektar.
Kegiatan penggalian tentu saja akan memperluas bentuk dan struktur danau,
diperkirakan akan meluas sebesar 28 hektar. Begitu juga dengan kedalaman, saat

ini kedalaman danau berkisar 0,2 meter s/d 0,8 meter. Dengan adanya penggalian
pasir besi dapat dipastikan kedalaman danau akan menjadi 7 hingga 8 meter. Hal
ini sangat membahayakan warga, dan debit air akan mengalami perubahan
struktur, ancaman terhadap kekeringan dan banjir yang mendadak akibat iklim
yang tidak menentu, merupakan ancaman utama bagi warga.
4. Abrasi Pantai
Harus diakui aktifitas pertambangan juga akan mempengaruhi struktur pantai
Way Hawang, ancaman akan meningkat khususnya pada saat air laut pasang dan
gelombang besar serta tinggi akan membuat bentuk pantai berubah. Kondisi ini
diakui oleh perusahaan sulit dipulihkan karena membutuhkan biaya besar.
Masyarakat yang terkena dampak langsung adalah Desa Sukamenanti dan Desa
Way Hawang. Lamanya dampak akan terjadi selama perusahaan masih
beroperasi hingga pada tahap pasca operasi tambang. (UPL 2008: IV-3)
Hasil analisa dalam laporan UPL dikatakan, kegiatan tambang pasir besi PT. Selo
Moro Banyu Arto berdampak negative terhadap morfologi lahan karena dapat
menimbulkan dampak turunan berupa abrasi yang merugikan masyarakat. (UPL
2008: IV-4)
5. Menurunnya Kualitas Air
Kegiatan pertambangan dipastikan akan mengurangi kualitas air tanah (sumur)
dan kualitas air permukaan Danau Kembar dan Air Way Hawang pengolaan pasir
besi membutuhkan banyak air untuk diolah di Magnetic Separator, yang
menghasilkan pasir besi dan limbah dengan kapasitas air 225 m3/ jam. Limbah
dari pengolaan ini tentu akan mempengaruhi kadar air yang ada di sekitar
pemukiman warga. Sumber negatif lainnya adalah pengoperasian bengkel.
Perawatan alat berat tambang pasir besi dipastikan akan menghasilkan pelumas
bekas sebanyak 58,49 liter per hari. Sisa oli bekas ini jika tidak dikelola dengan
baik akan dapat mencemari danau kembar dan sumur warga, serta air laut di
lingkungan tambang. Hal ini terbukti dibanyak pertambangan yang dengan
ceroboh membuang begitu saja pelumas bekas mereka ke sungai atau
berceceran di tanah.
6. Kerusakan Jalan
Jalur angkut perusahaan meliputi jalan Raya Desa Sukamenanti Desa Way
Hawang hingga Pelabuhan Linau. Jalan ini merupakan jalan negara dengan
spesifikasi III A atau dapat dilalui kendaraan dengan muatan maksimal 8 ton. Pada
tahap pengoperasian tambang setiap hari direncanakan 1500 2000 ton pasir
besi diangkut menggunakan truck penganggkut dengan kapasitas 20 ton per unit.
Kondisi ini akan dapat merusak jalan di sepanjang route pengangkutan sebab,
maksimal berat jalan route tersebut adalah 10 ton.

7. Aspek biologi
Kegiatan penambangan dipastikan merubah tipe vegetasi seluas 46,03 hektar
(total) dari vegetasi daratan seluas 16,02 hektar dan perairan Danau Kembar
seluas 30,01 hektar kehilangan vegetasi penutup dipastikan akan menimbulkan
abrasi. Disamping itu pendapatan masyarakat dari berkebun, seperti kelapa,
kelapa sawit, tanaman padi juga ikut hilang.
8. Biota Air
Dampak terhadap biota air merupakan dampak tak langsung akibat kegiatan
tambang pasir besi. Sumber dampak berasal dari perubahan kulitas air akibat
limbah pengolahan pasir. Sumber lainnya adalah karena tirisan penumpukan
pasir besi, air limbah bekas pelumas dari kegiatan bengkel. Indeks
keanekaragaman Danau Kembar akan menurun dari kondisi awal 0,8 s/d 2, 48
untuk plankton dan 1,90 s/d 2,98 untuk biota benthos. Kondisi ini akan
menurunkan jumlah ikan, udang, kepiting, yang merupakan mata pencaharian
tambahan bagi masyarakat selain bertani. Lama dampak berlangsung selama 15
s/d 18 tahun.
9. Pendapatan Masyarakat
Perusahaan mengklaim aktifitas pertambangan mereka dapat merekrut tenaga
kerja dari warga lokal, selanjutnya masyarakat sekitar tambang dapat membuka
warung dan sebagainya. Namun, perlu diingat sedikit sekali, jika tidak mau
dikatakan tidak ada, warga setempat yang memiliki keahlian di bidang
pertambangan artinya, mereka akan dijadikan buruh kasar saja, yang sewaktuwaktu dapat mereka PHK dengan beragam alasan. Selain itu, proses ini akan
membuat masyarakat meninggalkan profesi asal mereka yang mungkin awalnya
petani, nelayan, menjadi pekerja buruh di perusahaan yang biasanya mereka
tidak memiliki posisi tawar tinggi. Ini banyak terjadi di pertambanganpertambangan lain.
Reaksi air asam tambang (Acid Mine Drainage/AMD) berdampak secara langsung
terhadap kualitas tanah dan air karena pH menurun sangat tajam. Menurunnya,
pH tanah akan mengganggu keseimbangan unsur hara pada lahan tersebut,
unsur hara makro menjadi tidak tersedia karena terikat oleh logam sedangkan
unsur hara mikro kelarutannya meningkat (Tan, 1993 dalam Widyati, 2010).
Menurut Hards and Higgins (2004) dalam Widyati (2010) turunnya pH secara
drastis akan meningkatkan kelarutan logam-logam berat pada lingkungan
tersebut.
Dampak yang dirasakan akibat AMD tersebut bagi perusahaan adalah alat-alat
yang terbuat dari besi atau baja menjadi sangat cepat terkorosi sehingga
menyebabkan inefisiensi baik pada kegiatan pengadaan maupun pemeliharaan
alat-alat berat. Terhadap makhluk hidup, AMD dapat mengganggu kehidupan flora

dan fauna pada lahan bekas tambang maupun hidupan yang berada di sepanjang
aliran sungai yang terkena dampak dari aktivitas pertambangan. Hal ini
menyebabkan kegiatan revegetasi lahan bekas tambang menjadi sangat mahal
dengan hasil yang kurang memuaskan. Disamping itu, kualitas air yang ada dapat
mengganggu kesehatan manusia.
Luas permukaan daratan Indonesia yang telah diijinkan untuk kegiatan
pertambangan relatif kecil (1,336 juta ha atau 0,7% dari area daratan total), dan
bahkan luas total areal penambangan yang masih aktif dan yang sudah selesai
ditambang lebih kecil lagi (36.743 ha, atau 0,019% dari area daratan total)
(Anonim, 2006). Sekalipun areal total yang terusik secara nasional relatif kecil,
kebanyakan kegiatan penambangan menerapkan teknik penambangan di
permukaan (surface mining) yang dengan sendirinya mengakibatkan usikan
terhadap lansekap setempat; areal areal vegetasi yang ada dan habitat fauna
menjadi rusak, dan pemindahan lapisan atas tanah yang menutupi cadangan
mineral menghasilkan perubahan yang tegas dalam topografi, hidrologi, dan
kestabilan lansekap. Apabila pengelolaan lingkungan tidak efektif, pengaruh lokal
(on-site) ini dapat mengakibatkan usikan lanjutan di luar areal penambangan (offsite), yang bersumber dari erosi air dan angin terhadap sisa galian yang belum
terstabilkan atau bahan sisa yang berasal dari pengolahan mineral. Pengaruhpengaruh ini dapat pula meliputi sedimentasi sungai-sungai, dan penurunan
kualitas air akibat meningkatnya salinitas, keasaman, dan muatan unsur-unsur
beracun dalam air sungai tersebut.
1.3 Definisi Bioremediasi
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur
kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada
banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan
beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi
metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun (Wikipedia, 2010).
Menurut Anonim (2010) menyatakan bahwa bioremediasi adalah proses
pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur,
bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon
dioksida dan air).
Bioremediasi pada lahan terkontaminasi logam berat didefinisikan sebagai
proses membersihkan (clean up) lahan dari bahan-bahan pencemar (pollutant)
secara biologi atau dengan menggunakan organisme hidup, baik mikroorganisme
(mikrofauna dan mikroflora) maupun makroorganisme (tumbuhan) (Onrizal, 2005).
Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk

mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada
perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit
untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang
termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum
hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida,
herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan
mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang
bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai
bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenisjenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan
bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat
penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada
bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan
pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan
beracun menjadi tidak berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih
efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan
dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri pemakan minyak. Bakteri ini dapat
mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak
bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis
lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah
diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan
karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan
jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi
komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di
lingkungan.
1.4 Jenis Bioremediasi
Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:
Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau
tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri
remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.
Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu
ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering
digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Namun ada
beberapa hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan. Sangat sulit untuk
mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang
dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme

yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke


lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.
Di masa yang akan datang, mikroorganisme rekombinan dapat menyediakan cara
yang efektif untuk mengurangi senyawa-senyawa kimiawi yang berbahaya di
lingkungan kita. Bagaimanapun, pendekatan itu membutuhkan penelitian yang
hati-hati berkaitan dengan mikroorganisme rekombinan tersebut, apakah efektif
dalam mengurangi polutan, dan apakah aman saat mikroorganisme itu
dilepaskan ke lingkungan.
II. PENANGANAN MASALAH
2.1 Pencegahan abrasi pantai
(Adegustara, F 2011) Abrasi pantai sudah menjadi ancaman serius bagi kawasan
pantai pesisir Sumatera Barat, solusinya :
Penanaman bakau secara terpadu
Pemasangan pemecah ombak
Pembuatan tanggul penahan ombak
Penanaman Mangrove dan pohon-pohon pada hutan untuk mencegah terjadinya
abrasi pantai. Definisi Abrasi atau Pengertian Abrasi adalah proses pengikisan
pantai oleh kekuatan gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Ada
yang mengatakan Abrasi sebagai erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat
abrasi ini dipengaruhi oleh gejala alami dan tindakan manusia. Tindakan manusia
yang mendorong terjadinya abrasi adalah pengambilan batu dan pasir di pesisir
pantai sebagai bahan bangunan. Selain itu penebangan pohon-pohon pada hutan
pantai atau hutan mangrove memacu terjadinya abrasi pantai lebih cepat. Hutan
Pantai yang tidak terjadi abrasi mempunyai beberapa zonasi yang jelas, yaitu
zone Ipomea pescaprae dan zone Barringtonia. Zone Ipomea pescaprae biasanya
didominasi oleh Ipomea pescaprae dan Spinifex littoreus (rumput angin).
Sedangkan zone Barringtonia sering terdapat jenis-jenis pohon Barringtonia
asiatica, Pongamia pinnata Merr, Cordia subcordata L, Calophyllum inophyllum L,
Terminalia cattapa L, dll. Untuk mencegah terjadinya abrasi pantai perlu dilakukan
penanaman mangrove dan pohon-pohon pada hutan pantai serta memelihara
pohon-pohon tersebut dari gangguan manusia. (http: // pengertiandefinisi.blogspot.com/2010/pengertian-abrasi-pantai.html
2.2 Penanggulangan Acid Mine Drainage/AMD
Sudah banyak teknologi yang ditujukan untuk menanggulangi acid mine drainage

(AMD). Teknologi yang diterapkan baik yang berdasarkan prinsip kimia maupun
biologi belum memberikan hasil yang dapat mengatasi AMD secara menyeluruh.
Teknik yang didasarkan atas prinsip-prinsip kimia, misalnya pengapuran,
meskipun memerlukan biaya yang mahal akan tetapi hasilnya hanya dapat
meningkatkan pH dan bersifat sementara. Teknik pembuatan saluran anoksik
(anoxic lime drain) yang menggabungkan antara prinsip fisika dan kimia juga
sangat mahal dan hasilnya belum menggembirakan. Teknik bioremediasi dengan
memanfaatkan bakteri pereduksi sulfat memberikan hasil yang cukup
menggembirakan. Hasil seleksi Widyati (2007) dalam Widyati (2010) menunjukkan
bahwa BPS dapat meningkatkan pH dari 2,8 menjadi 7,1 pada air asam tambang
Galian Pit Timur dalam waktu 2 hari dan menurunkan Fe dan Mn dengan efisiensi
> 80% dalam waktu 10 hari.
Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut dilakukan pada air sedangkan
sumber-sumber yang menjadi pangkal terjadinya AMD belum tersentuh. Hal yang
sangat penting sesungguhnya adalah upaya pencegahan terbentuknya AMD.
Bagaimana mencegah kontak mineral sulfide dengan oksigen dan menghambat
pertumbuhan bakteri pengoksidasi sulfur (BOS) adalah hal yang paling
menentukan dalam menangani AMD. Bakteri ini tergolong kemo-ototrof, sehingga
penambahan bahan organik akan membunuh mikrob tersebut. Bagaimana
menyediakan bahan organik pada lahan yang begitu luas? Penanaman lahan
yang baik adalah jawaban yang tepat. Bagaimana melakukan penanaman pada
lahan yang begitu berat? Jawaban yang tepat juga penambahan bahan organik.
Sebab bahan organik dapat berperan sebagai buffer sehingga dapat
meningkatkan pH, sebagai sumber unsur hara, dapat meningkatkan water holding
capacity, meningkatkan KTK dan dapat mengkelat logam-logam (Stevenson, 1997
dalam Widyati, 2010) yang banyak terdapat pada lahan bekas tambang.
Revegetasi pada lahan bekas tambang yang berhasil dengan baik akan memasok
bahan organik ke dalam tanah baik melalui produksi serasah maupun eksudat
akar.
2.2 Bakteri Thiobacillus Ferrooxidans Sebagai Penanganan Limbah
Penambangan pasir besi
Kelompok bahan galian metalliferous antara lain adalah emas, besi, tembaga,
timbal, seng, timah, mangan. Sedangkan bahan galian nonmetalliferous terdiri
dari batubara, kwarsa, bauksit, trona, borak, asbes, talk, feldspar dan batuan
pospat. Bahan galian untuk bahan bangunan dan batuan ornamen termasuk
didalamnya slate, marmer, kapur, traprock, travertine, dan granite.
Perkembangan teknologi pengolahan menyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah
menjadi lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang
harus di gali. Hal ini menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak
lingkungan yang sangat besar dan bersifat penting.
Alternatif yang paling aman dan ramah terhadap lingkungan untuk desulfurisasi

pasir besi adalah secara mikrobiologi menggunakan bakteri Thiobacillus


ferrooxidans dan Thiobacillus thiooxidans. Penggunaan kombinasi kedua bakteri
ini ditujukan untuk lebih mengoptimalkan desulfurisasi. Thiobacillus ferooxidans
memiliki kemampuan untuk mengoksidasi besi dan sulfur, sedangkan
Thiobacillus thiooxidans tidak mampu mengoksidasi sulfur dengan sendirinya,
namun tumbuh pada sulfur yang dilepaskan setelah besi teroksidasi.
2.4 Pemanfaatan Sludge Untuk Memacu Revegetasi Lahan Pasca Tambang pasir
besi
Umumnya, perusahaan tambang menggunakan top (tanah lapisan atas) atau
kompos untuk mengembalikan kesuburan tanah. Rata-rata dibutuhkan 5.000 ton
per hektar kompos atau top soil. Metode konvensional ini kurang tepat diterapkan
pada bekas lahan tambang yang luas. Pemanfaatan sludge limbah industri kertas
bisa menjadi alternatif pilihan. Industri kertas menghasilkan 10 persen sludge
dari total pulp yang mengandung N dan P (Anonim, 2006a).
Percobaan menunjukkan sludge paper dosis 50 persen dapat memperbaiki sifatsifat tanah lebih efektif dibandingkan perlakuan top soil. Sludge kertas ini
berperan ganda dalam proses bioremediasi tanah bekas tambang batubara yaitu
sebagai sumber bahan organik tanah (BOT) dan sumber inokulum bakteri
pereduksi sulfat (BPS). Pemberian sludge pada bekas tambang batubara
menimbulkan 2 proses yakni perbaikan lingkungan (soil amendment) dan
inokulasi mikroba yang efektif.
Pemberian sludge paper 50 persen ke dalam tanah bekas tambang batubara
mampu menurunkan ketersediaan Fe tanah 98.8 persen, Mn 48 persen, Zn 78
persen dan Cu 63 persen. BPS mampu mereduksi sulfat menjadi senyawa sulfdalogam yang tidak tersedia.
2.5 Bioremediasi Tanah Tercemar
Pencemaran lingkungan tanah belakangan ini mendapat perhatian yang cukup
besar, karena globalisasi perdagangan menerapkan peraturan ekolabel yang
ketat. Sumber pencemar tanah umumnya adalah logam berat dan senyawa
aromatik beracun yang dihasilkan melalui kegiatan pertambangan dan industri.
Senyawa-senyawa ini umumnya bersifat mutagenik dan karsinogenik yang
sangat berbahaya bagi kesehatan (Joner dan Leyval, 2001 dalam Madjid, 2009).
Bioremidiasi tanah tercemar logam berat sudah banyak dilakukan dengan
menggunakan bakteri pereduksi logam berat sehingga tidak dapat diserap oleh
tanaman. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa cendawan memiliki
kontribusi yang lebih besar dari bakteri, dan kontribusinya makin meningkat
dengan meningkatnya kadar logam berat (Fleibach, et al, 1994 dalam Madjid,
2009)..

Cendawan ektomikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap logam


beracun dengan melalui akumulasi logam-logam dalam hifa ekstramatrik dan
extrahyphae slime (Aggangan et al, 1997 dalam Madjid, 2009). sehingga
mengurangi serapannya ke dalam tanaman inang. Namun demikian, tidak semua
mikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman inang terhadap logam beracun,
karena masing-masing mikoriza memiliki pengaruh yang berbeda. Pemanfaatan
cendawan mikoriza dalam bioremidiasi tanah tercemar, disamping dengan
akumulasi bahan tersebut dalam hifa, juga dapat melalui mekanisme
pengkomplekan logam tersebut oleh sekresi hifa ekternal.
Polusi logam berat pada ekosistem hutan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan tanaman hutan khususnya perkembangan dan pertumbuhan bibit
tanaman hutan (Khan, 1993 dalam Madjid, 2009). Hal semacam ini sangat sering
terjadi disekitar areal pertambangan (tailing dan sekitarnya). Kontaminasi tanah
dengan logam berat akan meningkatkan kematian bibit dan menggagalkan
prgram reboisasi. Penelitian Aggangan et al (1997) dalam Madjid (2009) pada
tegakan Eucalyptus menunjukkan bahwa Ni lebih berbahaya dari Cr. Gejala
keracunan Ni tampak pada konsentrasi 80 umol/l pada tanah yang tidak
dinokulasi dengan mikoriza sedangkan tanah yang diinokulasi dengan Pisolithus
sp., gejala keracunan terjadi pada konsentrasi 160 umol/l. Isolat Pisolithus yang
diambil dari residu pertambangan Ni jauh lebih tahan terhadap kadar Ni yang
tinggi dibandingkan dengan Pisolithus yang diambil dari tegakan Eucalyptus
yang tidak tercemar logam berat.
Upaya bioremediasi lahan basah yang tercemar oleh limbah industri (polutan
organik, sedimen pH tinggi atau rendah pada jalur aliran maupun kolam
pengendapan) juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan tanaman semi akuatik
seperti Phragmites australis. Oliveira et al, 2001 dalam Madjid, 2009)
menunjukkan bahwa Phragmites australis dapat berasosiasi dengan cendawan
mikoriza melalui pengeringan secara gradual dalam jangka waktu yang pendek.
Hal ini dapat dijadikan strategi pengelolaan lahan terpolusi (phytostabilisation)
dengan meningkatkan laju perkembangan spesies mikotropik. Penelitian Joner
dan Leyval (2001) dalam Madjid (2009) menunjukkan bahwa perlakuan mikoriza
pada tanah yang tercemar oleh polysiklik aromatic hydrocarbon (PAH) dari limbah
industri berpengaruh terhadap pertumbuhan clover, tapi tidak terhadap
pertumbuhan reygrass. Dengan mikoriza laju penurunan hasil clover karena PAH
dapat ditekan. Tapi bila penambahan mikoriza dibarengi dengan penambahan
surfaktan, zat yang melarutkan PAH, maka laju penurunan hasil clover meningkat.
Tanaman yang tumbuh pada limbah pertambangan batubara diteliti Rani et al
(1991) dalam Madjid (2009) menunjukkan bahwa dari 18 spesies tanaman
setempat yang diteliti, 12 diantaranya bermikoriza. Tanaman yang berkembang
dengan baik di lahan limbah batubara tersebut, ditemukan adanya oil droplets
dalam vesikel akar mikoriza. Hal ini menunjukkan bahwa ada mekanisme filtrasi,
sehingga bahan beracun tersebut tidak sampai diserap oleh tanaman.

Mikoriza juga dapat melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat
racun seperti logam berat (Killham, 1994 dalam Madjid dan Novriani : 2009).
Mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur beracun yang
diberikan mikoriza dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimiawi atau
penimbunan unsur tersebut dalam hifa cendawan. Khan (1993) dalam Madjid dan
Novriani (2009) menyatakan bahwa vesikel arbuskular mikoriza (VAM) dapat
terjadi secara alami pada tanaman pioner di lahan buangan limbah industri,
tailing tambang batubara, atau lahan terpolusi lainnya. Inokulasi dengan inokulan
yang cocok dapat mempercepat usaha penghijauan kembali tanah tercemar
unsur toksik.
2.6 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Terhadap Dampak Yang Ditimbulkan
Oleh Penambangan Pasir Besi
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
penambang pasir dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan
tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective)
yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan pasir besi
sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki
(pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker
debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh pasir
(coal dust).
2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga
akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan.
Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan pasir besi dapat
mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas
lubang/kawah pasir besi dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding
place). Penanaman bakau dan mangrove secara terpadu untuk mencegah
terjadinya abrasi pantai.
3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan
pengusahaan penambangan pasir besi tersebut untuk mematuhi ketentuanketentuan yang berlaku (law enforcement)
4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan
untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus
memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut
memelihara kelestarian lingkungan.
III. KESIMPULAN
Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan
eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap

lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat


negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat
dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang
bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya
dan juga memanfaatkannya secara bijaksana.
Dampak negatif Penambangan Pasir Besi di Kecamatan Maje Kabupaten Kaur :
Menurunnya kualitas air
Kebisingan
Perubahan bentuk danau kembar
Abrasi pantai
Menurunnya kualitas air
Kerusakan jalan
Aspek biologi
Biota air
Pendapatan masyarakat
Jika dilakukan penelitian secara mendalam, akan banyak sekali dampak buruk
dari daya rusak yang disebabkan oleh pertambangan ini. Jika kita banyak belajar
dari kasus-kasus pertambangan yang ada di Bengkulu seperti Batubara, pasir
besi di Seluma, dan lain-lain.
Mengandalkan pengerukan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah satu bentuk pemerintahan daerah yang
tidak kreatif dan solutif. Sebab pertambangan tidak saja membawa berkah bagi
sipemiliknya namun juga bencana besar akibat daya rusak yang diakibatkan, baik
kerusakan lingkungan, kerusakan sosial, budaya masyarakat menjadi lebih
konsumtif dan masih banyak lagi.

PROSES PENAMBANGAN PASIR DAN DAMPAKNYA TERHADAP


LINGKUNGAN
DI DESA CIKEUSIK KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

Makalah ini mempunyai latar belakang masalah tentang proses penambangan pasir

yang menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif terhadap lingkungan.


Masalah pokok yang dibahas adalah: Bagaimanakah proses penambangan pasir yang
dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka dan
bagaimanakah dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya
eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka?
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui proses
penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten
Majalengka dan untuk mengetahui dampak positif maupun dampak negatif yang
ditimbulkan dari adanya eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji
Kabupaten Majalengka.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif, hal ini
penulis lakukan setelah memperhitungkan kewajarannya dari segi tujuan. Makalah ini
digunakan untuk memaparkan suatu bahasan dengan cara disususn, dijelaskan dan
disimpulkan. Dan teknik yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan
menggunakan teknik studi pustaka, ini merupakan teknik yang paling tepat karena data
yang akan disusun pada hakikatnya diambil dari berbagai sumber kepustakaan yaitu
dengan cara mencatat data dan fakta melalui buku-buku yang berhubungan dengan
masalah yang akan dibahas.
Hasil pembahasan makalah ini menyimpulkan bahwa proses penambangan pasir
di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka desa, dilakukan dengan
cara tradisonal yang dilakukan oleh masyarakat setempat sejak tahun 1990. Dampak
penambangan pasir ini meliputi dampak positif dan dampak negatif terhadap kondisi
lingkungan. dampak positif diantaranya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat dan membuka lapangan pekerjaan, sedangkan dampak negatifnya terdiri dari
meningkatnya polusi udara, peningkatan kebisingan, dan penurunan kualitas air.
PENDAHULUAN
Bukti Ketergantungan bangsa Indonesia kepada alam dapat dilihat dari
pemanfaatan sumber daya alam yang besar-besaran tanpa melihat kelanjutan

fungsinya. Pada masa sentralisasi pemerintahan, kegiatan exploitasi terhadap sumber


daya alam yang tidak berwawasan lingkungan masih terbatas pada pemanfaatan
wilayah-wilayah yang strategis saja, namun dewasa ini setiap daerah saling belombalomba mengeksploitasi dan memanfaatkan kekayaan alam masing-masing.
Kegiatan ekploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti pasir
merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan baik secara fisik, ekonomi
maupun sosial. Hasil pertambangan merupakan sumberdaya yang mampu
menghasilkan pendapatan yang sangat besar untuk suatu negara. Kebutuhan akan
bahan galian konstruksi dan industri seperti pasir tampak semakin meningkat seiring
dengan semakin berkembangnya pembangunan berbagai sarana maupun prasarana
fisik di berbagai daerah di Indonesia.
Penambangan pasir memang dianggap memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Majalengka, hal ini dapat
terlihat dari begitu banyaknya aktivitas penggalian pasir yang dilakukan oleh
masyarakat di berbagai daerah di Kabupaten Majalengka. Kegiatan penambangan pasir
sering dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan yang merusak lingkungan, hal itu
dapat terjadi apabila kegiatan penambangan tidak dikelola dengan baik dan benar
maka setiap kegiatan penambangan pasti akan menimbulkan dampak lingkungan, baik
bersifat positif maupun bersifat negatif. Meskipun demikian besarnya permintaan pasar
terhadap pasir turut mendorong berkembangnya kegiatan ini dengan pesat. Akibatnya,
munculah berbagai masalah terhadap lingkungan. Dengan melihat latar belakang diatas
yang dapat memberikan sedikit gambaran mengenai demikian besarnya kegiatan

eksploitasi terhadap bahan galian seperti pasir, maka akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis membatasi masalah dengan tujuan untuk memudahkan dalam penulisan
makalah. Adapun masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.

Bagaimanakah proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik


Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka?

2.

Bagaimanakah dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya
eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini


adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik


Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.

2.

Untuk mengetahui dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari
adanya eksploitasi pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.
Kegunaan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah:

1.

Untuk menambah wawasan dan konsep keilmuan mengenai kajian tentang kegiatan
eksploitasi pasir dan dampaknya terhadap lingkungan di Desa Cikeusik Kecamatan
Sukahaji Kabupaten Majalengka.

2.

Secara teoritis kegunaan makalah ini akan berguna untuk perkembangan ilmu
pengetahuaan dalam kajian lingkungan khususnya mengenai ekploitasi pasir dan

dampaknya terhadap lingkungan di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten


Majalengka.
Secara praktis diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat menjadi
rekomendasi/pemikiran/konsep/saran untuk digunakan para pihak yang berkepentingan
mengenai eksploitasi pasir dan dampaknya terhadap lingkungan di Desa Cikeusik
Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif, hal ini
penulis lakukan setelah memperhitungkan kewajarannya dari segi tujuan. Makalah ini
digunakan untuk memaparkan suatu bahasan dengan cara disususn, dijelaskan dan
disimpulkan.
Dan teknik yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan
menggunakan teknik studi pustaka, ini merupakan teknik yang paling tepat karena data
yang akan disusun pada hakikatnya diambil dari berbagai sumber kepustakaan yaitu
dengan cara mencatat data dan fakta melalui buku-buku yang berhubungan dengan
masalah yang akan dibahas.
PEMBAHASAN
Kegiatan penambangan khususnya pasir dikenal sebagai kegiatan yang dapat
merubah permukaan bumi. Karena itu penambangan sering dikaitkan dengan
kerusakan lingkungan. walaupun pernyataan ini tidak selamnya benar, patut diakui
bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di
tempat penambangannya. Akan tetapi perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas
lingkungan di tempat penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut
kualitas hidup manusia yang berada di lingkungan tempat penambangan itu,

namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih baik, dengan kelengkapan
infrastrukturnya. Karena itu, kegiatan penambangan dapat menjadi daya tarik,
sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan
tersebut. Sering pula dikatakan bahwa kegiatan penambangan telah menjadi
lokomotif pembangunan didaerah tersebut.
A.

Proses Penambangan Pasir


Proses penambangan pasir yang dilakukan di Desa Cikeusik Kecamatan
Sukahaji Kabupaten Majalengka yaitu dilakukan dengan cara tradisional. Penambangan
pasir yang dilakukan hanya dengan menggunakan alat-alat yang sederhana seperti:
cangkul, pengeruk pasir, dan karung sebagai tempat penyimpanan pasir. Namun,
apabila penggalian dengan jumlah pasir yang cukup besar, biasanya kendaraan
pengangkut pasir ini langsung dimasukan ke lokasi penambangan, guna
mempermudah proses penggaliannya. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam
penambangan pasir diantaranya adalah:

1.

Tahap Persiapan
Tahap persiapan biasanya didahului dengan kegiatan pengangkutan berbagai
jenis peralatan tambang, dan selanjutnya adalah pembuatan/pembukaan jalan untuk
proses pengangkutan. Dalam hal pengangkutan peralatan tambang yang perlu
diperhatikan adalah jalan yang akan dilalui. Hal ini perlu diperhitungkan secara matang
agar tidak terjadi dampak negatif terhadap lingkungan di sepanjang jalan yang akan
dilalui, baik terhadap manusia maupun fisik alam itu sendiri.

Pada tahap ini dilakukan pengamatan, dimana saja biasanya pasir akan
terkumpul banyak, maka setelah diketahui lokasinya, maka masyarakat akan langsung
melakukan penggalian.
2.

Tahap Eksploitasi/Penggalian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini utamanya berupa
penambangan/penggalian pasir. Bahan tambang yang terdapat di daerah perbukitan,
walaupun jenisnya sama, misalnya pasir, teknik penambangannya akan berbeda
dengan deposit pasir yang terdapat di daerah pedataran, apalagi yang terdapat di
dalam alur sungai. pada tahap eksploitasi dalam kaitannya dengan pengelolaan
pertambangan yang berwawasan lingkungan.
Penggalian biasanya dilakukan dengan alat pengeruk yang sederhana, namun,
sekali-kali apabila kedaan sungai kering biasanya alat berat seperti beko bisa langsung
masuk ke lokasi penambangan.

3.

Pengangkutan
Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah ketika alat-alat berat mulai masuk
ke lokasi penambangan untuk mengangkut pasir. Pengangkutan pasir ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan truk, untuk mencapai kawasan penambangan secara
mudah, maka dilakukan pembukaan jalan dengan menebang pohon-pohon disekitar
kawasan penambangan, sehingga lingkungan menjadi gersang dan berdebu.

B.

Dampak yang Ditimbulkan dari Adanya Kegiatan Penambangan Pasir


Kerusakan lingkungan adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap
sifat fisik, kimia atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup. Kegiatan penambangan khususnya pasir dan lain-lain dikenal

sebagai kegiatan yang dapat merubah permukaan bumi. Karena itu, penambangan
sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Walaupun pernyataan ini tidak
selamanya benar, patut diakui bahwa banyak sekali kegiatan penambangan yang dapat
menimbulkan kerusakan di tempat penambangannya.
Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat
penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup
manusia yang berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar
menjadi tertata lebih baik, dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu kegiatan
penambangan dapat menjadi daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah
mendekati lokasi penambangan tersebut.
Dampak penambangan pasir ini, mengakibatkan dampak positif dan dampak
negatif terhadap kondisi lingkungan, dampak positif diantaranya dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat setempat dan membuka lapangan pekerjaan, sedangkan
dampak negatifnya terdiri dari meningkatnya polusi udara, dan kerusakan pada tanggul
sungai.
1.

Dampak Positif

a.

Meningkatkan pendapatan masyarakat


Kegiatan penambangan pasir memberikan dampak terhadap tingkat pendapatan
masyarakat, hal ini terlihat pada masyarakat pengangguran mengakui bahwa adanya
kegiatan penambang pasir memberikan keuntungan yang sangat besar sehingga bisa
mencukupi kebutuhan hidupnya.

b.

Membuka lapangan pekerjaan

Pada dasarnya tingkat kehidupan ekonomi seseorang atau masyarakat


ditentukan oleh kesempatannya memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja,
dan kesempatan berusaha. Namun pada kenyataannya masyarakat dihadapkan pada
masalah-masalah yang menimbulkan tingkat ekonominya rendah diantaranya seperti
sulitnya mendapatkan pekerjaan. Kesempatan kerja di Desa Cikeusik semakin terbuka
setelah adanya kegiatan penambangan pasir yang memberikan dampak positif bagi
warga sekitar sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
c.

Meningkatkan daya kreativitas masyarakat


Penambangan pasir sangatlah menguntungkan bagi masyarakat yang tinggal di
dekat tempat penambagan tersebut. Salah satu nya meningkatkat daya kreativitas
masyarakat, masyarakat dapat memanfaatkan pasir hasil galian untuk di buat kerajinan
tangan, bahan bangunan, dan masih banyak lagi.

2.

Dampak Negatif

a.

Meningkatnya polusi udara


Terjadinya peningkatan debu yang menyebabkan kualitas udara disekitar
kawasan penambangan menurun, sebagai akibat dari kendaraan truk yang mengangkut
pasir serta tiupan angin jika di lokasi tambang tersebut tidak ada vegetasi yang cukup.
Kara vegetasi yang berada di sekitar penambangan telah mati baik itu yang di tebang
ataupun mati karena polusi yang ditimbulkan oleh kendaraan berat yang digunakan di
penambangan pasir

b.

Peningkatan kebisingan
Peningkatan kebisingan diakibatkan oleh aktivitas kendaraan truk, padahal
sebelum adanya penambangan pasir suasana dilokasi tersebut jauh dari kebisingan,

dan masyarakat masih dapat menghirup udara segar karena arus lalau lintas yang tidak
begitu ramai. Sama halnya dengan hewan - hewan yang sebelumnya berada di sekitar
tempat penambanagn, hewan tersebut mati karena kehabisan bahan makan yang.
Sebagian hewan ada yang melarikan diri mencari tempat baru untuk mencari makanan
demi mempertahankan keturunan dan juga kelangsungan hidupnya
c.

Penurunan kualitas air


Terjadinya penurunan kualitas air akibat dari pencucian pasir-pasir maupun
karena akibat dari lahan yang telah menjadi terbuka karena tidak ada vegetasi penutup,
sehingga air dapat mengalir dengan bebas ke badan-badan air. Debit air tanah juga
akan menurun karena vegetasi/pepohonan yang dapat menampung air telah ikut di
tebang dalam system penamabangan pasir.

d.

Rusaknya Jalan
Para penambang yang telah mendapatkan pasir biasanya meggunakan alat atau
mesin mesin berat seperti mobil pengangkut. Mobil yang mengangkut pasir tersebut
tentu menggunakan alternatif jalan raya yang tentunya akan membuat jalan raya
semakin rusak di karenakan berat beban pada kendaraan angkut tersebut melebihi
kapasitas yang di tentukan. Selain itu juga pengankutan bobot beban yang berlebihan
dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas terutama di jalur utama. Kendaraan yang
melintas di jalur utama biasa menggunakan kecepatan diatas 60 km/jam untuk
menempuh waktu yang di targetkan. Itulah kenapa di jalan utama kendaraan tidak di
izinkan untuk membawa beban yang melebihi kapasitas seperti truk pembawa pasir.
Selain itu juga kendaraan yang membawa beban berat bisa menimbulkan kemacetan
yang cukup parah.

SIMPULAN DAN SARAN


A.

Simpulan
Dalam bagian ini akan membahas kesimpulan dari hasil pembahasan mengenai
proses penmbangan pasir dan dampaknya terhadap kondisi lingkungan di Desa
Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.

1.

Proses penambangan pasir di Desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten


Majalengka, dilakukan dengan cara tradisonal yang dilakukan oleh masyarakat
setempat.

2.

Dampak penambangan pasir ini, mengakibatkan dampak positif dan dampak negatif
terhadap kondisi lingkungan, dampak positif diantaranya dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat setempat dan membuka lapangan pekerjaan, sedangkan
dampak negatifnya yaitu meningkatnya polusi udara, peningkatan kebisingan, dan
penurunan kualitas air.

B.

Saran

1.

Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan sebaiknya tidak boleh hanya untuk
kesejahteraan generasi sekarang, melainkan juga untuk kesejahteraan generasi
mendatang. Oleh karena itu, kelestarian sumber daya alam dan lingkungan harus tetap
diperhatikan.

2.

Pemerintah harus berupaya membuat kebijakan yang mengatur masalah eksploitasi


pasir. Kebijakan itu tentu tidak hanya terkait dengan perdagangan melainkan juga
kebijakan seperti izin penambangan dan pengawasan terhadap penambangan yang
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai