Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan VII Tahun Akademik 2022/2023)

Dosen Pengampu :
Bibit Nasrokhatun Diniah, SKM., MKes

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Ayu Mulya CMR0190074 Fiarus Filhaq Salsabila CMR0190026
Cantika Afrilliani CMR0190006 Nabila Ayundari CMR0190022
Eva Rahmayanti CMR0190101 Shima Munikasifah CMR0190032
Faya Maretha CMR0190015
Rahmasari D

KESEHATAN LINGKUNGAN
KESEHATAN MASYARAKAT SEMESTER VII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN TAHUN 2022/2023
Jalan Lingkar Kadugede No. 02 Kuningan - Jawa Barat Telp. 0232-875847
Fax. 0232-875123 Email : info@stikeskuningan.ac.id Website :
http://stikeskuningan.ac.id
SOAL!

1. Pajanan Hg masuk dalam kategori non carsinogenik atau carsinogenik

2. Sebutkan jenis jalur pajanan yg beresiko

3. Sebutkan populasi atau ekosistem yg terdampak

4. Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan pada kasus tersebut, buatlah uraian

tentang fase karakterisasi risikonya, secara terintegratif, menyeluruh dan

komunikatif, sebagai bahan pada tahap manajemen risiko untuk pemangku

kepentingan (stakeholder), buatlah sesuai prinsip transparant, clear, consistent,

reasonable (TCCR)

5. Jelaskan alur berpikir, kenapa karakterisasi risiko tersebut harus

memperhatikan faktor hukum, ekonomi dan biaya?

6. Observasi video minamata teluk jakarta


JAWABAN!

1. Pajanan Merkuri (Hg) termasuk kedalam kategori nonkarsinogenik.

2. Jalur pajanan yang berisiko pada Penambang Emas Tradisional di Desa Jendi

Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri, yaitu antara lain:

a. Inhalasi

Jalur pajanan inhalasi dikarenakan adanya uap yang dihasilkan dari

merkuri, uap tersebut berpeluang masuk ke dalam paru-paru jika tidak

menggunakan APD yang Adekuat.

Penggunaan APD yang adekuat tentunya dapat mencegah

terabsorbsinya merkuri ke dalam saluran darah mengingat mereka selalu

kontak dengan merkuri setiap hari maka dimungkinkan semua ini akan

dapat masuk ke dalam tubuh. Penggunaan APD yang Adekuat pada

penambang emas dapat meliputi penggunaan sarung tangan yang kedap air

(dari karet) dan penggunaan sepatu boot.

b. Absorpsi pada kulit

Pajanan absorpsi pada kulit, terjadi karena adanya kontak langsung

merkuri dengan kulit dan akan terabsorbsi melalui pori. Pajanan absorpsi

pada kulit terhadap penambang emas diakibatkan oleh sarung tangan yang

dipakai sebagian pekerja terbuat dari kain dengan demikian jika basah

maka merkuri akan terserap pada sarung tangan kain tersebut, hal ini

memungkinkan kontak antar merkuri dan kulit semakin lama selanjutnya

berimbas pada kadar merkuri yang masuk ke dalam darah.


3. Populasi/Ekosistem yang terdampak:

a. Manusia

b. Lingkungan

c. Sumber Air Bersih (Sumur)

4. Risiko tinggi pemaparan Merkuri pada pengolahan emas tradisional adalah

pada saat proses penyaringan dan pemijaran. Pada proses penyaringan,

Merkuri yang masih dalam bentuk anorganik akan diserap dan masuk ke

dalam tubuh melalui kulit karena pada proses penyaringan dilakukan

pencampuran Merkuri, sedangkan pada proses pemijaran maka pengolah akan

terpajan uap Merkuri melalui inhalasi karena bijih emas yang telah diikat

dengan Merkuri akan dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi dan akan

terjadi penguapan Merkuri.

Populasi atau ekosistem yang terdampak pada kegiatan Penambang Emas

Tradisional di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri, yaitu

semuanya memiliki risiko besar untuk terpapar pajananan merkuri. Dimulai

dari pekerjanya yang setiap hari memegang, melihat, dan terhirup dari unsur

merkuri. Dan selanjutnya lingkungannya yang berasal dari air/ sisa limbah

yang mungkin menyerap ketanah atau ke sumber air lainnya sehingga

berpenaruh pada kualitas air yang dikonsumsi penduduk, sehingga penduduk

setempat juga terpengaruh berisiko terpajan paparan dari merkuri tersebut.

Uraian fase karakterisasi risiko antara lain sebagai berikut:

40 pekerja mengalami keracunan merkuri rata-rata kadar merkuri dalam


darah 535 Ng/L => (Jam Kerja)
Manajemen Resiko (PK)
- Tokoh Masyarakat
- Pemerintah Daerah
- Dinkes
- Pengusaha/Persatuan Kerja
- LSM Lingkungan
- Kelompok Agama
- Lembaga Penelitian

5. Alur berpikir karakterisasi risiko diatas harus memperhatikan faktor

hukum, ekonomi dan biaya, hal ini dikarenakan

 Faktor Hukum

Risiko ekologi merupakan kegiatan tambang yang berdampak dapat

mencemari lingkungan sehingga bertentangan dengan hukum.

 Faktor Ekonomi

Masuknya sebuah industri dalam suatu wilayah dapat berpengaruh

terhadap pergerakan penduduk, seperti halnya memicu terjadinya

migrasi penduduk. Dijelaskan oleh Rusli (2012) migrasi adalah suatu

bentuk gerak penduduk geografis, spasial atau territorial antara unit-

unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari

tempat asal ke tempat tujuan. Seseorang melakukan migrasi apabila ia

melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah tempat secara

permanen atau relative permanen dalam menempuh jarak minimal

tertentu atau pindah dari satu geografis ke geografis lainnya. Banyak

factor melatarbelakangi seseorang melakukan migrasi seperti halnya

adalah memperoleh pekerjaan.


Dampak positif adanya pertambangan adalah peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), terciptanya lapangan pekerjaan, dan

peningkatan ekonomi bagi masyarakat yang bergerak di sekitar

wilayah lingkar tambang. Sedangkan dampak negative yang mungkin

terjadi karena adanya usaha pertambangan adalah penurunan

pendapatan masyarakat yang bekerja di sector pertanian, karena

menurunnya kualitas lahan yang tersedia.

 Faktor Biaya

Pertimbangan pada aspek ini perlu diprioritaskan juga mengingat

hampir seluruh tenaga kerja menggantungkan hidupnya dari hasil

tambang. Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) bagi sebagian

masyarakat dapat menjadi tumpuan hidup, karena dapat menghasilkan

pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan pada sector pertanian.

Selain itu kegiatan PETI dapat dilakukan oleh semua masyarakat

dengan berbagai tingkat pendidikan, karena kegiatan PETI tidak perlu

memiliki latar belakang pendidikan yang cukup karena untuk

melakukan kegiatannya para penambang hanya cukup melihat dan

meniru kegiatan yang dilakukan rekannya di lapangan.

6. Adapun hasil Observasi pada video minamata teluk Jakarta, antara lain

yaitu:

YOUTUBE PERTAMA:

Dampak Negatif Limbah Merkuri Akibat Penambangan Emas:


Pertambangan ilegal tersebar 180 titik di 197 kabupaten/kota, dari sekitar
250 penambang dengan penghasilan 80 ton/tahun. Salah satu LSM di Aceh Barat
dapat menghasilkan 89.000 gram/tahun dan mencapai 1,1 ton dengan kerugian
mencapai 1 milyar.

Dampak Merkuri pada lingkungan:

 Hutan gundul
Penambangan membuka hakur dan penggalian sehingga
menyebabkan hutan gundul
 Sungai Kotor
Mengambil emas dari dasar tanah maka adanya proses penyedotan
tanah dan dikeluarkan dari dasar tanah lalu di gali kembali sehingga
menyebabkan sungai tercemar dan dalat merusak biota laur
perairan.
 Kualitas air dan tanah menurun
Mengakinatkan kerusakan struktur, komunitas, gen, jaringan
makanan
 Meninggalkan lubang sisa galian yang besar

Dampak Merkuri pada kesehatan:

 Jangka pendek:
1. Gangguan pencernaan (sembelit)
2. Penyakit kulit
 Jangka Panjang:
1. Ginjal
2. Kerusakan struktur gen
3. Cacat lahir pada bayi dapat memasuki plasenta dan merusak
janin, kerusakan DNA, kromosom
4. Mengganggu saluran darah ke otak
YOUTUBE KEDUA

MINAMATA TELUK JAKARTA

Teluk jakarta merupakan teluk semi terbuka, Merupakan tempat


penerimaan muara kurang labeih 13 sungai yang ada di jakarta, jawa barat dan
banten. Dan juga tempat kegiatan bermacam aktivitas manusia kurang lebih
sekitar 10 juta. Setiap hari sungai-sungai ini mengalirkan limbah industri 21
pabrik besar dan juga sekitar 6.500 ton sampah. Teluk jakarta ibarat keranjang
sampah.

3. kategori kritis pencemaran di Teluk Jakarta :

1. Zona tercemar berat jarak sekitar ± 1 mil dari pantai.


2. Zona transisi antara 1-2 mil
3. Zona lebih dari 3 mil

Dalam radius yang tercemar berat sekitar 1300 titik budidaya kerang hijau
yang terseber dari perairan barat hingga timur teluk jakarta. Aktivitas perikanan
atau budidaya kerang hijau disekitar muara angkei dikawasan barat teluk jakarta
dan daerah cilingcing sangat riskan untuk dimakan.

Minamata adalah penyakit kelainan fungsi saraf akibat kercunan logam


berat dalam kondisi akut bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Penyakit
ini menjadi terkenal setelah sebuah tragedi di kawasan teluk minamata Jepang
tahun 1956. Ribuan warga setempat lumpuh, kehilangan pengelihatan dan
pendengaran setelah memakan ikan dan kerang dari teluk minamata. Diketahui
teluk minamata tercemar limbah pembuangan pabrik kimia yang mengandung
merkuri salah satunya jenis logam berat.

Logam berat bersifat katerogenik pada ibu-ibu hamil bisa mengakibatkan


cacat bawaan pada bayi yang dilahirkan. Tiga jenis logam berat yang mecemari
Teluk Jakarta :

1. Timbal
Timbal banyak digunakan dalam industri sebagai zat tambahan bahan
bakar aki dalam industri otomotif hingga industri plastik. Kadar pada timbal
jauh diatas ambang batas 20 kali lipat.
2. Merkuri
Merkuri yang jadi bahan baku baterai digunakan oleh hampir seluruh
sektor industri. Kadar pada merkuri jauh diatas ambang batas rata-rata
sekitar 10-20 kali lipat
3. Kadmium
Kadmium adalah jenis logam yang dimanfaatkan dalam industri elektronik.
Kadar pada kadmium jauh diatas ambang batas yaitu 20 kali lipat.

Fisik yang bisa dilihat dari kerang hijau dilihat dari kerang nya. Jika
kerangnya kembung sudah cacat dari lahir dan sudah mempunyai kandungan
logam berat yang tinggi. Prediksi peristiwa minamata pembiaran budidaya
diteluk jakarta dalam waktu 10-20 tahun kedepan akan terjadi peristiwa
minamata

Anda mungkin juga menyukai