Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

“DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT

OLEH PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

TERHADAP NELAYAN”

OLEH :

NAMA : NURITA

NIM : A1L1 15 067

KELAS : A (GANJIL)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada mulanya oang berpikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka

semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktivitas

mnausia di daratan seluruhnya dapat ditampung oleh lautan tanpa menimbulkan

suatu akibat yang membahayakan. Bahan pencemaran yang masuk ke dalam

lautan akan diencerkan dan kekuatan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-

lahan akan diperlemah sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya.

Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya

lingkungan industri mengakibatkan banyaknya bahan-bahan yang bersifat racun

yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara tepat.

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak bagi semua warga

negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, serta seluruh pemangku

kepentingan berkewajiban melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup

Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia

serta makhluk hidup lainnya.

Indonesia berada pada posisi yang sangat rentan terhadap dampak

perubahan iklim. Pencemaran air laut diatur secara hukum karena air laut

merupakan milik umum yang penguasaannya dimandatkan kepada Pemerintah.

Pencemaran air laut perlu dikendalikan karena akibat pencemaran air dapat
mengurangi pemanfaatan air sebagai modal dasar dan faktor utama pembangunan.

Jumlah limbah semakin lama semakin besar, dan hingga sekarang belum diketahui

pasti dampak lingkungannya secara jangka panjang, selain dampak estetikanya

yang sudah jelas merugikan. Industri pertambangan merupakan industri yang

tidak berkelanjutan karena tergantung pada sumber daya yang tidak terbarukan.

Perilaku lainnya adalah praktik pembuangan limbah pertambangan dengan cara-

cara primitif, membuang langsung limbah tailing ke sungai, danau, dan laut.

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung pada

hasil laut, baik secara melakukan penanggkapan maupun secara budi daya.

Karena kekayaan akan sumber bahan logamnya, lima belas tahun terakhir

Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah merupakan sebuah wilayah yang dikepung

oleh penetrasi investasi korporasi pertambangan. Pertambangan nikel merupakan

bahan tambang yang paling diminati oleh para investor. Tanah yang banyak

mengandung nikel terdapat di Kecamatan Bahodopi, Bungku Timur dan

Kecamatan Bungku Pesisir. Sehingga di tiga kecamatan tersebut hingga sekarang

terdapat puluhan perusahaan tambang yang memperoleh izin usaha pertambangan

dari pemerintah dan kini tengah melakukan aktivitas pengerukan nikel.

Tahun 2012 pemerintah mengeluarkan kebijakan UU Minerba yang

melarang eksport mineral mentah sehingga pada tahun yang sama salah satu

perusahaan nikel terbesar yang beroperasi di Kecamatan Bahodopi yakni PT.

Bintang Delapan Mineral (BDM) menggagas kerja sama dengan perusahaan

BUMN asal China untuk membangun sebuah pabrik industri pengolahan nikel.

Dari hasil kerja sama tersebut kemudian berdiri PT. Sulawesi Mining Investment
(SMI). Seiring dengan perkembangan investasi pertambangan di wilayah tersebut

PT. BDM, PT. SMI dan beberapa perusahaan lain bersama pemodal asal China

kemudian mendirikan kawasan Industri pengolahan nikel yang diberi nama

Indonesia Morowali Industrial Park atau yang lebih dikenal dengan nama PT.

IMIP. Saat ini paling tidak lebih dari 20 lebih perusahaan pengolahan nikel yang

beroperasi di kawasan PT. IMIP.

Salah satu perusahaan yang saat ini menyatakan minat untuk menanamkan

investasinya di kawasan PT. IMIP adalah PT. Hua Pioner Indonesia (PT. HPI)

yang berstatus sebagai Perusahaan Modal Asing (PMA) dengan jenis

usaha/kegiatan pengolahan dan pemurnian logam dasar bukan besi. PT. HPI

merupakan perusahaan yang berdiri dari joint venture antara PT Huayue Nickel

Cobalt dengan kepemilikan saham, PT QMB New Energy Material, PT Teluk

Metal Industry dan PT Fajar Metal Industry dengan nilai kepemilikan saham

masingmasing sebesar 25 persen.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan laut ?

2. Apa sajakah dampak pencemaran lingkungan laut akibat limbah

perusahaan pertambangan ?

3. Bagaimanakah solusi mengatasi pencemaran laut akibat limbah

1.3 Tujuan

Tujuan utama dari pembuatan makalah ini yaitu mengidentifikasi

terjadinya pencemaran laut dan pantai di kawasan PT Indoneia Morowali


Industrial Park (IMIP) tepatnya di Desa Kurisa Kecamatan Bahodopi, serta akibat

dari pencemaran tersebut.

1.4 Manfaat

Manfaaat dari penulisan makalah ini yaitu agar dapat mengetahui

informasi tentang pencemaran laut dan pantai di kawasan PT Indonesia Morowali

Industrial Park (IMIP) tepatnya di Desa Kurisa Kecamatan Bahodopi, serta solusi

atau cara pengendalian terhadap pencemaran yang terjadi.

BAB II

KAJIAN PUTAKA
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan

daratan, dimana buangan limbag dari daratan akan bermuara ke laut. Limbah yang

mengandung polutan tersebut akan masuk ke dalam ekosistem peraran pantai dna

laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke

sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut. Perairan

laut Indonesia selain dimanfaatkan sebagai sarana perhubngan lokal maupun

internasional, juga memiliki sumber daya laut yang sangat kaya, antara lain

sumber daya perukanan, terumbu karang, mangrove, bahan tambang, dan daerah

pesisir pantai dapat dimanfaatkan sebagai wisata yang menarik (Rengki, 2011).

Sulawesi Tengah dalam hal ini khususnya perairan laut Desa Kurisa

Kecamatan Bahodopi, memegang peran penting dalam menunjang kebutuhan

hidup dari sebagian masyarakatnya, yang paling umum adalah berupa kebutuhan

ikan serta adanya budidaya rumput laut yang dapat meningkatkan pendapatan bagi

sebagian masyarakat terutama nelayan. Pencemaran laut diartikan sebagai adanya

kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke daerah laut

(Rengki, 2011).

Keberadaan logam berat di perairan laut dapat berasal dari berbagai

sumber, antara lain dari kegiatan pertambangan, rumah tangga, limbah pertanian

dan buangan industri (Parawita dkk, 2009).

Pencemaran laut dibatasi sebagai dampak negatif (pengaruh yang

membahayakan) bagi kehidupan biota, sumber daya, kenyamanan ekosistem laut

serta kesehatan manusia yang disebabkan oleh pembuangan bahan-bahan atau


limbah secara langsung atau tidak langsung yang berasal dari kegiatan manusia

(Yennie dan Martini, 2005).

Pencemaran laut secara langsung maupun tidak langsung dapat disebabkan

oleh pembuangan limbah ke dalam laut, dimana salah satu bahan pencemar utama

yang terkandung dalam buangan limbah adalah logam berat yang beracun (Hala

dkk, 2005).

Penurunan kualitas air diakibatkan oleh adanya zat pencemar, baik berupa

komponen-komponen organik maupun anorganik. Komponen-komponen

anorganik, diantaranya adalah logam berat yang berbahaya (Siaka, 2008).

Kegiatan atau aktivitas di laut yang berpotensi mencemari lingkungan

pesisir dan laut antara lain: perkapalan, dumping di laut, pertambangan, eksplorasi

dan eksploitasi minyak, budidaya laut, dan perikanan (Sugara, 2012).

Laut juga mempunyai arti penting bagi kehidupan makhluk hidup seperti

manusia, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan biota laut lainnya. Hal ini menunjukkan

bahwa sektor kelautan mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat ikut

mendorong pembangunan di masa kini maupun masa depan. Oleh karena itu, laut

yang merupakan suatu sumber daya alam, sangat perlu untuk dilindungi. Hal ini

berarti pemanfaatannya harus dilakukan dengan bijaksana dengan

memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang (Rengki,

2011).
Suatu hal yang menjadi masalah, luas dan besar dijadikannya lautan

sebagai tempat penampungan bagi kegiatan kehidupan di darat dan di laut, karena

dianggap mampu mengelola limbah. Namun ternyata proses fisika dan kimiawi

berlangsung tidak secepat yang diperkirakan. Masuknya unsur lain ke dalam

lingkungan laut memberi dampak pada keseimbangan ekosistem secara

keseluruhan (Sumarni, 2004).

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Permasalahan yang Terjadi

Hitam : Beginilah kondisi laut diseputaran kawasan PT IMIP tepatnya di desa kurisa

kecamatan bahodopi, yang kini berubah menjadi warna hitam. (Dok warga kurisa).

Beberapa pekan terakhir, warna laut di seputaran area aktivitas

pertambangan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) tepatnya di Desa

Kurisa Kecamatan Bahodopi berubah menjadi warna hitam yang mengakibatkan

penghasilan para nelayan yang bergantung pada banyaknya hasil laut yang

didapatkan menjadi terganggu. Sebelum air laut berwarna hitam dan masih steril

para nelayan dengan mudah mendaptkan hasil laut walaupun dengan jarak yang

beberapa meter dari daratan, tetapi semenjak air laut berwarna hitam para nelayan

kesulitan untuk mendapatkan hasil laut. Seblumnya kurang lebih dua tahun yang

lalu hingga kini, para kelompok nelayan desa kurisa mengatakn bahwa hasil laut

yang berada di tambak mereak seringkali mati, penyebabnya karena suhu air laut

kerap berubah panas.

3.2 Penyebab dari Permasalahan


Bertahun-tahun orang tidak peduli dengan pencemaran laut karena volume

air laut yang besar, dan kemampuannya mengencerkan segala jenis zat asing

sehingga hampir tak menimbulkan dampak sama sekali. Oleh karena itu laut

dianggap sebagai tempat pembuangan limbah. Namun, pandangan tersebut mulai

berangsur berubah. Hal itu disebabkan antara lain karena limbah yang dibuang ke

laut semakin lama semakin banyak dan dalam konsentrasi tinggi, sehingga akibat

pencemaran lingkungan pada skala lokal terjadi. Apabila pembuangan limbah ke

laut secara terus menerus dilakukan, maka ditakutkan akan terjadi dampak global

dari pencemaran laut.

Dugaan sementara, penyebab berubahnya warna laut di desa yang

mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan tersebut diduga akibat

pencemaran dari PT IMIP dalam melakukan aktivitas pertambangannya.

Berdasarkan hasl penelusuran media, masyarakat setempat menyebut bahwa

berubahnya warna laut menjadi hitam karena tumpahan batu bara dari stock file

yang berada di seputaran jetty PT IMIP dan limbah lainnya.

Ketika terjadi hujan, tumpukan batu bara tersebut terseret dan jatuh ke

pembuangan air panas PLTU milik PT IMIP, kemudian aliran air panas

pembuangan dari PLTU itu langsung mengarah kelaut. Oleh karena itu

masyarakat desa kurisa khususnya para kelompok nelayan menduga kuat bahwa

perubahan warna laut itu disebabkan oleh aktivitas PT IMIP.

Pembuangan limbah dan air panas PLTU dari perusahaan PT IMIP itu

juga diduga penyebab hasil laut yang ada di tembak milik nelayan banyak yang
mati. Karena itulah masyrakat khususnya nelayan yang memiliki tembak sudah

mulai malas mengurus tembaknya masing-masing.

Berdasarkan hasil observasi lapangan WALHI Sulteng di Kecamatan

Bungku Selatan, Bungku Timur, Bungku Pesisir dan Kecamatan Bahodopi, saat

ini aktifitas pengerukan ore oleh perusahaan tambang telah menimbulkan dampak

serius di sepanjang wilayah pesisir dann pulau-pulau kecil. Dimana pada musim

hujan lumpur pekat sisa hasil galian terbawa dan mencemari dan menjadi

mengendap di sepanjang wilayah tersebut. Sehingga mengakibatkan kerusakan

ekosistem padang lamun, mangrove sebagai tempat berkembangbiaknya ikan teri

mengalami degradasi. Sementara petani rumput laut mengalami penurunan

produktivitas.

BAB IV

SOLUSI PERMASALAHAN
4.1 Solusi untuk mengatasi permasalahan pencemaran

Lingkungan hidup yang sehat dan bersih adalah hak asasi manusia. Namun

yang terjadi justru makin turunnya kualitas lingkungan hidup. Karenanya limbah

industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh pemerintah dengan

mengawasi sungguh-sungguh. Sementara bagi pelaku industri harus melakukan

cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi

bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang.

Yang paling penting adalah pelibatan masyarakat dalam pengawasan pengolahan

limbah buangan industri agar lebih intens dalam menjaga mutu lingkungan hidup.

Ikhtiar ini merupakan salah satu bentuk partisipasi dan pengawasan untuk

memelihara kelestarian lingkungan hidup.

Namun demikian, persoalan limbah industri akan makin komplek dimasa

mendatang. Penanganan Limbah Industri tidak akan pernah bisa efektif dalam

menjamin kelangsungan lingkungan hidup termasuk pula akan mampu menjamin

derajat hidup manusia secara maksimal bilamana Negara masih “setia” dengan

paradigma lama yang selalu tidak berkutik di depan “modal”. Permasalahan ini

akan makin kompleks saat ini karena Industri lebih terfokus pada upaya untuk

melakukan efisiensi seiring makin melambungnya biaya produksi, belanja

pegawai hingga ongkos energi. Sehingga mau tak mau akan menomorduakan

persoalan pembuangan limbahnya mengingat pengolahan limbah memerlukan

biaya tinggi. Sementara disisi lain negara gagal dalam melakukan penegakan

hukum lingkungan.10 Ditengah sistem yang manipulatif, maka tersedia berbagai

pilihan untuk mengurangi jumlah limbah industri yang dihasilkan, yaitu dengan
melakukan moratorium tambang terutama terhadap tambang besar, melakukan

peninjauan ulang terhadap kontrak karya bahkan sampai pada tahap menghentikan

pendirian industri ekstratif yang mengeruk SDA dan menghasilkan limbah yang

besar dengan manfaat yang tidak seberapa bagi rakyat. Baru baru ini Venezuela

melakukan penutupan terhadap industri pertambangan karena dampak buruknya

sangat luas dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk recovery. Semoga

Indonesia cepat belajar dan lebih konstrasi untuk membenahi sector-sektor agro

sebagai pilihan industrinya.

4.2 Upaya yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kembali

permasalahan

Dalam melaksanakan kegiatan pengusaha diwajibkan mencegah dan

menangulangi terjadinya gangguan dan/atau pencemaran terhadap tata lingkungan

hidup.

1. Pemerintah harus melakukan kajian berkaitan dengan oceanografi,

kerentanana wilayah laut, patahan aktif rawan gempa, kajian upweling dan

daerah –daerah sensitive. karena 34 studi yang dilakukan oleh TIM

peneliti pihak PT HPI. Kami membutuhkan perbandingan studi yang

dikeluarkan resmi oleh Pemerintah.

2. Dinas Lingkungan Hidup harus melakukan kajian baku mutu terkait

limbah tailing yang di produksi oleh PT HPI yang rencananya akan di

buang ke laut Morowali,


3. Melindungi wilayah konservasi laut baik yang telah ditetapkan melalui

peraturan pemerintah maupun yang memiliki fungsi untuk perlindungan

dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil (RZWP3K) yang

berpihak kepada komunitas masyarakat nelayan.

4. WALHI Sebagai organisasi advokasi lingkungan, kami mempunyai

perhatian terhadap peraturan perundang – undangan yang berdampak pada

lingkungan hidup dan perlindungan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan hasil

temuan diatas maka kami melihat adanya ancaman serius terhadap

ekosistem laut dan masyarakat nelayan. Oleh kareena itu kami

mengusulkan terhadap pemerintah daerah untuk tidak mengeluarkan izin

lokasi pemasangan pipa untuk pembuangan limbah tailing di laut

morowali.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pencemaran lingkungan adalah suatu tindakan yang tidak bertanggung

jawab dan kita dapat melihat beberapa dampak yang ditimbulkan akbibat

pencemaran limbah yang sangat merugikan bagi manusia terutama pada daerah

dikawasan IMIP tepatnya di desa kurisa kecamtan bahodopi, yang dahulu nelayan

menggunakan karamba jarring apung, tetapi saat ini nelayan di wilayah tersebut

sudah tidak bisa lagi melakukan budidaya ikan laut dengan keramba jaring apung

sebab suhu air laut yang mencapai 39 derajat celcius. Sementara ikan hanya

bertahan di suhu 34 derajat celcius. Dengan adanya pencemaran laut akibat

limbah pertambangan maupun industri, mengakibatkan terganggunya ekosistem

sumber daya laut, misalnya mati-nya ikan dan rusaknya terumbu karang. Oleh

karena itu Pemerintah khususnya diharapkan agar bisa lebih peka lagi terhadap

masalahmasalah yang timbul akibat pencemaran lingkungan laut karena limbah

industri maupun pertambangan, serta diharapkan agar Pemerintah ikut berperan

aktif dalam memulihkan perekonomian masyarakat pesisir ( nelayan ) dan selalu

menjaga ekosistem sumber daya laut.

5.2 Saran

Penulis berharap setelah membaca makalah ini agar para pembaca

membuat keputusan-keputusan yang mengedepankan aspek lingkungan dan selalu

menggunakan aspek lingkungan sebagai acuan penetapan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA
Hala, Y., Wahab, A. W., & Meilanti, H. (2005). Analisis kandungan ion timbal

dan seng pada kerang darah (anadara granosa) di perairan pelabuhan Pare-

Pare. Jurnal Marina Chimica Acta, 6(2).12-16.

Parawita, D., Insafitri., & Nugraha, A.W. (2009). Analisis konsentrasi logam berat

timbal (Pb) di muara sungai Porong. Jurnal Kelautan, 2(2), 34-41.

Rengki. (2011). Kandungan logam berat pada air laut permukaan dan sedimen

serta pencemaran limbah padat. Diunggah kembali dari

http://rengkiik08.blogspot. com/2011/01/kandungan-logam-beratpada-

air-laut.html.

Siaka, M. L. (2008). Korelasi antara kedalaman sedimen di pelabuhan Benoa dan

konsentrasi logam berat Pb dan Cu. Jurnal Kimia, 2(2), 61-70.

Sugara, G. (2012, Januari 1). Pencemaran laut. Diunggah kembali dari

http://gamasugara.blogspot. com/2012_08_01_archive.html.

Sumarni. (2004). Analisis hidrokarbon fraksi aromatik dalam sedimen laut

dangkal pelabuhan Pantoloan (skripsi). UNTAD Press, Palu.

Anda mungkin juga menyukai