Abstrak :
Kata Kunci :
Dewasa ini, pencemaran perairan laut sedang menjadi topik perbincangan yang menarik
untuk dibahas. Salah satu bentuk pencemaran yang sering terjadi adalah tumpahan minyak.
Menurut UNEP (2004), laut merupakan suatu lahan yang kaya dengan sumber daya alam
termasuk sumber daya hayati yang kesemuaannya dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran
masyarakat. Begitu pentingnya laut bagi manusia harus terus dijaga dan dilestarikan
keberadaannya termasuk dijaga dari tumpahan minyak yang dapat merusak keberagaman hayati
pada laut Indonesia.
Menurut Muhtar (2011), minyak bumi merupakan campuran senyawa kompleks dari
senyawa kimia (C, H, S, O, N, dan logam). Kandungan tersebut sangat berbahaya jika masuk
kedalam sistem regulasi yang ada pada makhluk hidup perairan dan juga manusia. Pencemaran
laut adalah adanya kotoran/hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke daerah laut.
Pencemaran laut biasanya terjadi secara disengaja ataupun tidak disengaja.
Bukti faktualitas bahwa telah terjadi pencemaran laut di Indonesia meliputi Pencemaran
di Pulau Seribu, 2003 – 2004 berlangsung 6 kali (Dirjen P2SDKP, 2004), Kapal Tanker Vista
Marine tenggelam akibat cuaca buruk dan tumpahan limbah minyak dalam tangki slop 200 ton di
Kepulauan Riau 15 Juli 2003 – 2005. (JICA-Dephub, 2002), dan Tumpahan minyak mentah dari
pertamina UP VI Balangan, menyebabkan rusaknya terumbu karang tempat pengasuhan warga
di Pantai Indramayu. 17 Oktober 2004 (JICA-Dephub, 2002). Dari bukti faktualitas yang telah
dipaparkan, ternyata kejadian minyak tumpah di Indonesia masih tergolong sangat banyak. Bisa
dibayangkan berapa banyak ikan dan organisme laut yang mati dan keracunan.
Penyebab dari terjadinya tumpahan minyak di Perairan Indonesia, yaitu hasil
pembuangan air dari pencucian tangki slop kapal tanker. Tidak dapat disangkal bahwa buangan
air yang telah dipompakan ke laut masih mengandung minyak. Sehingga hal ini dapat mencemari
keseimbangan laut.
Selain itu, penyebab terjadinya tumpahan minyak yaitu kecelakaan kapal tanker, proses
bongkar muat tengah laut banyak menimbulkan resiko kecelakaan seperti pipa laut yang pecah,
buangan air bilga yang dibuang sembarangan serta proses scrapping (Pemotongan badan kapal
untuk dijadikan besi tua) membuat banyak kandungan metal dan lainnya termasuk kandungan
minyak terbuang ke laut.
Dampak yang ditimbulkan dari tumpahan minyak yaitu keindahan pantai menjadi rusak,
kerusakan biologis mengganggu proses perkembangan sel dan sub sel makhluk hidup sehingga
menyebabkan kematian serta perubahan prilaku, bakteri laut terhambat pertumbuhan makhluk
hidup seperti Biodegradasi mengakibatkan pertumbuhan bakteri laut terhambat, penurunan alga
dan protozoa hingga kualitas air menurun pada air minum, pertanian, rumah sakit, dan industri
(Ismiyo, 1994)
Berdasarkan pemaparan penyebab dan dampak tersebut, perlu adanya upaya yang
dilakukan oleh manusia sebagai bentuk kesadaran. Solusi yang ditawarkan adalah fenol pada
limbah kilang minyak dapat dikurangi dengan elektroagulasi, mengkaji kembali alasan terjadinya
kecelakaan kapal tanker, menciptakan sistem bongkar-muat kapal tanker yang efektif,
meningkatkan pengawasan sistem pembuangan air bilga, pemberdayaan lokasi scrapping yang
strategis dan pengembangan alat penyerap minyak berbasis teknologi “Magic Stickyoil” yang
akan menjadi topic pembahasan kali ini.