A
irtanah merupakan sumberdaya yang bersifat non-renewable, yang berarti
tidak dapat diperbaharui. Perkembangan areal permukiman memungkinkan
adanya pencemaran yang berasal dari limbah domestik, dengan demikian
maka eksistensi airtanah yang memiliki kuantitas dan kualitas yang layak untuk dikonsumsi
akan semakin terbatas. Potensi pencemaran airtanah dapat berasal dari banyak aspek,
diantaranya adalah pengaruh geomorfologi, litologi, geologi, iklim dam penggunaan
lahan. Potensi pencemaran akan semakin tinggi untuk media yang bersifat porus (lolos air)
dimana faktor tersebut akan mempengaruhi kecepatan aliran airtanah dan sebarannya.
Permasalahan ini dapat menjadi ancaman yang serius di masa depan, karena
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat otomatis akan meningkatkan
kebutuhan akan air. Sementara itu di sisi lain adanya indikasi pencemaran airtanah akan
menyebabkan penipisan pada cadangan air bersih, yang kemudian akan berpotensi
menyebabkan kerawanan air. Upaya yang dapat dilakukan guna menanggulangi
abstrak bahasa
permasalah ini adalah dengan melakukan monitoring secara terpadu, yang didukung
indonesia dengan analisis karakteristik akuifer, sehingga dapat diketahui potensi pencemaran baik
secara distributif maupun secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perkembangan kawasan pesisir menyebabkan alih fungsi lahan dari lahan alamiah menjadi
lahan terbangun. Kondisi tersebut diikuti dengan munculnya potensi pencemaran yang
bersumber dari limbah domestik dan limbah dari peternakan. Klasifikasi mutu air dengan
metode STORET menunjukkan kondisi pencemaran air dalam tingkat ringan hingga
sedang, dimana 9 dari 10 sampel yang diteliti menunjukkan kelas cemar ringan,
sementara 1 sampel menunjukkan cemar sedang. Unsur pencemar yang paling umum
adalah fosfat, coli tinja dan total coliform. Kajian Hidrostratigrafi akuifer menunjukkan
adanya bentukan akuifer lokal, dengan arah aliran airtanah dominan dari arah utara
menuju ke arah selatan. Kata kunci : airtanah, akuifer, pencemaran, kualitas air
1671
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1672
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1673
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
dan pariwisata di gumuk pasir Air yang melalui zona aerasi ditahan
Parangtritis. oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori
yang kecil atau oleh tarikan molekuler di
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN sekitar partikel-partikel tanah. Apabila
1. Memberikan gambaran bagai- kapasiltas retensi dari tanah pada zona
mana kondisi pencemaran yang ini telah dihabiskan, air akan bergerak ke
terjadi hingga saat ini terhadap bawah menuju pori-pori tanah atau
keberadaan permukiman dan batuan yang jenuh air yang disebut
pariwisata di Pantai Parangtritis. sebagai zona jenuh air (zone of
2. Memberikan dasar bagi pengam- saturation). Air yang terdapat pada zona
bilan kebijakan tentang peman- jenuh air inilah yang disebut sebagai
faatan dan pengelolaan ruang airtanah (Linsley, 1985). Perbedaan
terhadap potensi pencemaran yang kondisi fisik secara alami akan
dapat terjadi dalam kaitannya mengakibatkan air dalam zonasi ini
untuk mendukung rencana pemb- akan bergerak/mengalir baik secara
angunan dan fungsi ruang kawasan gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol
di wilayah gumuk pasir Parangtritis. struktur batuan dan parameter
lainnya. Kondisi inilah yang disebut
sebagai aliran airtanah. Daerah aliran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
airtanah ini selanjutnya disebut sebagai
2.1 Airtanah daerah aliran (flow zone).
Airtanah adalah air yang berada di Airtanah ditemukan pada formasi
bawah permukaan tanah pada zona geologi permeabel (tembus air) yang
jenuh air, dengan tekanan hidrostatis disebut sebagai akuifer. Akuifer
sama atau lebih besar daripada tekanan merupakan formasi pengikat air yang
udara. Sumber utama airtanah adalah memungkinkan jumlah air yang cukup
air hujan yang meresap ke dalam tanah besar untuk bergerak melaluinya pada
mengikuti suatu proses yang disebut kondisi lapangan yang biasa. Pada
sebagai daur hidrologi (Purnama, 2000). akuifer, airtanah menempati pori-pori
Menurut Todd (1980), airtanah adalah batuan, retakan ataupun patahan pada
air yang terdapat dalam tanah atau suatu batuan. Secara umum airtanah
batuan, menempati ruang-ruang antar akan mengalir sangat perlahan melalui
butir batuan serta berada dalam suatu celah yang sangat kecil dan atau
celah-celah batuan. Berdasarkan daur melalui butiran antar batuan. formasi
hidrologi, airtanah berasal dari air geologi merupakan faktor yang
hujan yang bergerak ke bawah melalui mempengaruhi proses terbentuknya
zona aerasi yaitu zona yang berupa pori- airtanah. Formasi geologi adalah
pori tanah berisi air dan udara dalam formasi batuan atau material lain yang
jumlah yang berbeda-beda. berfungsi menyimpan airtanah dalam
1674
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
jumlah besar (Asdak, 1995). Dalam batuan kedap air (Kodoatie, 1996)
proses pembentukan airtanah, formasi- b. Akuifer tertekan (confined aquifer)
formasi yang berisi dan memancarkan yaitu akuifer yang seluruh
airtanah dikenal sebagai akuifer (Linsley, jumlahnya dibatasi oleh lapisan
1985). kedap air, baik yang atas maupun
Airtanah tidak dapat ditemukan di yang berada di bawah, serta
setiap tempat. Ada tidaknya airtanah mempunyai tekanan lebih besar
tergantung dari ada tidaknya lapisan daripada tekanan atmosfer.
batuan yang dapat mengandung c. Akuifer semi tertekan (semi confined
airtanah yang disebut dengan akuifer. aquifer) yaitu akuifer yang
Menurut PP No. 43 tahun 2008 akuifer seluruhnya jenih air, dimana bagian
merupakan lapisan batuan jenuh atasnya dibatasi dengan lapisan semi
airtanah yang dapat menyimpan dan lolos air pada bagian bawahnya
meloloskan air dalam jumlah yang merupakan lapisan kedap air.
cukup. Artinya dapat mensuplai suatu d. Akuifer semi bebas (semi uncinfined
sumur atau mata air pada suatu periode aquifer) yaitu akuifer yang bagian
tertentu. bawahnya merupakan lapisan kedap
Akuifer sering pula disebut waduk air air, sednagkan material atasnya
atau formasi air. Menurut Krussman dan merupakan material berbutir halus
Ridder (1970) bahwa akuifer dapat sehingga pada lapisan penutupnya
dikelompokkan menjadi barbagai masih memungkinkan adanya
macam, yaitu : gerakan air. Dengan demikian akifer
a. Akuifer bebas (unconfined aquifer) ini merupakan peralihan antara
yaitu lapisan air yang hanya sebagian akuifer bebas dengan akuifer semi
terisi oleh air dan berada di atas tertekan.
lapisan kedap air. Permukaan tanah
pada akuifer ini disebut dengan
water table (preatik level), yaitu
permukaan air yang mempunyai
tekanan hidrostatik sama dengan
atmosfer. Airtanah yang berasal dari
akuifer bebas pada umumnya
ditemukan pada kedalaman yang
relatif dangkal atau kurang dari 40 m.
Kasus khusus dari akuifer bebasa
a d a l a h a ku i fe r m e n g ga nt u n g
(perched aquifer) yang terjadi akibat
terpisahnya airtanah dari tubuh
airtanah utama oleh suatu formasi
1675
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1676
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1677
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1678
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Geomorfologi Perkembangan
Kawasan Kawasan fungsi
Pantai Selatan DIY kawasan
pesisir
Kondisi
Litologi dan Pertumbuhan
genesa infrastruktur
Kualitas Airtanah
Karakteristik Distribusi Perubahan
Hidrostratigrafi aliran Penggunaan
Airtanah airtanah lahan
Peningkatan
kebutuhan air
Karakteristik Akuifer bersih
Analisis Penurapan
pencemaran airtanah
airtanah berlebih
1680
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1681
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1682
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1683
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
pencemar pada setiap titik yang diuji 2) GPS untuk mengetahui posisi tiik
kualitas airtanahnya. Hasil pengo- sampel.
lahan ini kemudian disajikan kedalam 3) Kamera untuk dokumentasi.
sebuah peta agihan uantuk analisis 4) Seperangkat komputer.
secara spasial. 5) Program IP2WIN untuk pengolahan
data geolistrik.
?
Analisis Data DHL 6) Program ArcGIS 9.3 untuk
Data DHL yang disajikan dalam pengolahan data spasial dalam
bentuk flownet menyatakan pembuatan peta aliran airtanah
besarnya daya hantar listrik dari air (flownet).
s u m u r y a n g d i u j i . B e s a r ny a
kandungan pencemar yang tinggi C. Cara Pengumpulan Data
akan dinyatakan dengan DHL yang (Tabel 3.3.)
besar, karena arus listrik dapat
mengalir dengan adanya tambahan
D. Cara Pengolahan Data
unsur yang terkandung di dalam air.
? Pengolahan Data Geolistrik
Data geolistrik pada mulanya
?
Analisis Agihan Pencemaran
merupakan data besarnya nilai
Analisis agihan pencemaran
resistivitas yang diberikan pada
dianalisis melalui peta flownet.
setiap material yang ada di bawah
Agihan pencemaran ditandai dengan
permukaan tanah pada titik yang
pola flownet DHL yang rapat (DHL
diuji. Setiap material akan membe-
tinggi).
rikan nilai resistivitas yang berbeda-
beda. Untuk mendapatkan gam-
3.3 Mengkaji agihan pencemaran dari baran besarnya potensi pencemar
keberadaan permukiman dan pariwi- pada airtanah terumama yang
sata di gumuk pasir Parangtritis berasal dari permukiman menggu-
A. Bahan yang digunakan adalah : nakan bantuan software IP2WIN
1) Data nilai resistivity dalam membuat deskripsi mengenai
2) Data tinggi permukaan airtanah akuifer di dalam tanah. Deskripsi
3) Peta Geologi Indonesia lembar detail mengenai akuifer tersebut
Yogyakarta dari Pusat Penelitian dan digambarkan melalui IPI_res3
Pengembangan Geologi, Bandung sebagai bagian dari software
skala 1 : 100.000. IP2WIN kemudian diinterpolasi men-
jadi sebuah penampang melintang
B. Alat yang digunakan adalah : nilai resitivitas di dalam tanah.
1) Distometer digital, untuk pengukuran
kedalaman muka airtanah.
1684
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
?
Pengolahan Data Tinggi Muka pengolahan data geolistrik, daerah yang
Airtanah memiliki potensi air yang rendah akan
Data tinggi muka airtanah yang memiliki kerentanan tercemar lebih
berasal dari pengukuran kedalaman besar dibandingkan dengan daerah
sumur yang tersebar di area gumuk yang memiliki potensi airtanah yang
pasir ini diolah menjadi peta aliran besar.
airtanah dalam bentuk kontur
(flownet) yang berupa garis tinggi
muka airtanah. Pembuatan flownet
ini menggunakan interpolasi antar
dua titik tinggi muka airtanah.
1685
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Overlay
Pengukuran Lapangan
Pengukuran
Analisis Hidrostratigrafi
Laboratorium
Analisis Deskriptif
1686
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Gambar 4.1. Kegiatan Peternakan Di Kawasan Pesisir Parangtritis (Foto oleh Dhoni, 2012)
1687
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1688
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1689
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1690
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1691
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
luan industri kimia, industri minu- jukkan adanya pola yang spesifik
man (bir), industri kertas, industri pada penggunaan lahan tertentu.
lem dan lain sebagainya. Ambang Berdasarkan parameter kalsium,
batas kadar kalsium menurut Standar secara umum kondisi airtanah di
Mutu Air Menurut Keputusan Guber- kawasan pesisir Parangtritis masih
nur Daerah Istimewa Yogyakarta dalam tingkat yang aman untuk
Nomor 214/KPTS/1991yang diper- dikonsumsi.
bolehkan untuk keperluan konsumsi
adalah 75 mg/L. Kalsium merupakan d. Magnesium
unsur yang banyak dimanfaatkan Magnesium ditemukan melimpah
oleh organisme dalam pembentukan p a d a p e ra i ra n a l a m i , ga ra m
tulang dan pengaturan permeabilitas magnesium memiliki sifat mudah
dinding sel, unsur ini tidak bersifat larut dan cenderung bertahan
toksik dalam kadar yang tidak sebagai cairan meskipun telah
berlebihan. pengalami presipitasi (Effendi, 2003).
Berdasarkan Tabel 4.3 nampak Unsur ini biasanya digunakan pada
bahwa mayoritas titik sampel masih industri kimia, tekstil, kertas dan
menunjukkan kadar dibwah ambang bahan peledak. Kelebihan kadar
batas baku mutu kalsium yang Magnesium dapat menyebabkan
ditentukan. Terdapat dia titik dengan anesthesia pada organisme
kadar kalsium diatas ambang batas vertebrata dan avertebrata (Cole,
baku mutu, yaitu titik 4 dengan nilai 1988). Didalam baku mutu air minum
80,8 mg/L dan titik 6 dengan nilai 89 yang terdapat Standar Mutu Air
mg/L. Kadar kalsium tidak menun- Menurut Keputusan Gubernur
1692
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1693
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
bersifat toksik jika dalam kadar yang Sebaran kandungan klorida tidak
tidak berlebihan dan memiliki peran menunjukkan adanya indikasi
dalam pengaturan osmotik sel. pengelompokan pada penggunaan
Didalam pemanfaatannya, klorin lahan yang spesifik. Terkait dengan
sering digunakan sebagai bahan ambang batas kandungan klorida
desinfektan untuk menghilangkan pada baku mutu air (600 mg/L), maka
mokroorganisme akuatik yang ada dapat dikatakan bahwa kondisi
di perairan. Berdasarkan Peraturan a i r ta n a h d i ka wa s a n p e s i s i r
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2008 Parangtritis relatif masih aman untuk
tentang Baku Mutu Air di Provinsi dikonsumsi.
Daerah Istimewa Yogyakarta,
ambang batas maku mutu Klorida f. Sulfat
adalah 600 mg/L. Ion Sulfat merupakan bentuk dari
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat Sulfur anorganik yang ada pada
dilihat bahwa kadar klorida pada perairan dan tanah. (Rao, 1992 dalam
seluruh titik sampel masih berada Effendi 2003). Ion ini merupakan
dibawah ambang baku mutu. bentuk oksidasi utama dari unsur
Kandungan klorida tertinggi sebesar Sulfur dan termasuk kedalam ion
211,2 mg/L ada pada titik 8 dengan yang paling banyak ditemukan di
penggunaan lahan berupa permu- perairan setelah bikarbonat. Sifat
kiman padat dan pertokoan. ion ini mudah larut dalam air dan
Sementara itu untuk kandungan banyak dimanfaatkan untuk keper-
terendah 18,9 mg/L ada pada titik 1 luan industri, berupa industri tekstil,
dengan penggunaan lahan berupa penyamaan kulit, kertas, metalugi
permukiman dan peternakan. dan lain sebagainya. Di alam perairan
1694
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
alami, kadar Sulfat ada pada kisaran pengelompokan kadar sulfat pada
2-80 mg/L, sementara itu untuk setiap penggunaan lahan, dengan
wilayah yang memiliki unsur geologi demikian maka unsur sulfat kurang
berupa gypsum dapat mencapat spesifik untuk menggambarkan kon-
1000 mg/L. Baku mutu sulfat disi pencemaran airtanah. Jika
menurut Peraturan Pemerintah dibandingkan dengan Baku Mutu air,
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku dimana ambang batas sulfat adalah
Mutu Air di Provinsi Daerah 400 mg/L, maka kondisi di wilayah
Istimewa Yogyakarta adalah 400 pesisir parangtritis ini dapat dikata-
mg/L. Kadar sulfat yang melebihi kan aman untuk dikonsumsi.
baku mutu dapat menyebabkan
gangguan pencernaan pada g. Nitrit
manusia. Nitrit merupakan senyawa
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat turunan dari amonia (NH4) dan
diamati bahwa kandungan sulfat di merupakan unsur yang ada pada
kawasan pesisir Parangtritis masih tahapan intermediet antara amonia
berada dibawah ambang baku mutu. dengan nitrat (NO3). Senyawa ini
Kandungan sulfat tertinggi sebesar banyak ditemukan di perairan alami,
95,4 mg/L ada pada titik 2 dengan dan merupakan senyawa yang tidak
penggunaan lahan berupa permu- stabil sehingga keberadaannya selalu
kiman dan peternakan. Sementara lebih sedikit daripada nitrat. Nitrit
itu kandungan sulfat terendah merupakan indikator adanya
sebesar 3,5 mg/L ada pada peng- pencemaran yang bersumber dari
gunaan lahan berupa tegalan dan limbah industri dan limbah domestik.
semak belukar. Secara keseluruhan, Ambang batas nitrit menurut
tidak terdapat kecenderungan
1695
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1696
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
aerob. Hasil dari proses tersebut penyakit ini memiliki indikasi kulit
adalah senyawa nitrit dan nitrat. bayi yang berubah menjadi kebiruan
Senyawa nitrat juga kerap digunakan (cyanosis) (Davis dan Cornwell, 1993,
sebagai indikator pencemaran libah dalam Effendi, 2003).
industri dan domestik. Kadar nitrat Berdasarkan Tabel 4.8 dapat
lebih dari 5 mg/L merupakan indi- diamati bahwa kadar nitrat di seluruh
kator telah terjadinya pencemaran titik pengamatan masih berada di
(Effendi, 2003). Berdasarkan Pera- bawah ambang batas baku mutu,
turan Pemerintah Nomor 20 Tahun yaitu sebesar 10 mg/L. Kadar nitrat
2008 tentang Baku Mutu Air di tertinggi ada pada titik 6 sebesar 8,1
Provinsi Daerah Istimewa Yogya- mg/L dengan penggunaan lahan
karta, ambang batas baku mutu berupa permukiman padat dan
nitrat adalah 10 mg/L. Konsumsi air pertokoan. Sementara itu kadar
yang mengandung kadar nitrat nitrat terendah ada pada titik 1
yang tinggi dapat mengganggu sebesar 0,2 mg/L dengan penggu-
proses pengikatan oksigen oleh naan lahan berupa permukiman dan
Hemoglobin pada sel darah merah, peternakan. Distribusi kandungan
karena pada dasarnya eksistensi nitrat yang relatif tinggi ada pada titik
senyawa ini akan mengakibatkan 6 (8,1 mg/L), 7 (5,7 mg/L) dan 8 (6
penurunan pada kapasitas darah mg/L) dengan penggunaan lahan
dalam mengikat oksigen. Dalam berupa permukiman padat dan
suatu kasus, kadar nitrat yang tinggi pertokoan. Lokasi titik tersebut
dapat mengakibatkan methemo- berada pada kawasan Pantai
globinemia atau blue-baby pada bayi Parangtritis yang notabene merupa-
dengan usia kurang dari lima bulan. kan pusat pariwisata pantai di
1697
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1698
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Tabel 4.10 Kadar Coli Tinja dan Total Coliform Pada Masing-Masing
Penggunaan Lahan
Coli tinja Total coliform
No.Sampel (JPT/100mL) (JPT/100mL) Penggunaan Lahan
4 6
1 4,3.10 ³2,4.10 Permukiman dan peternakan
2 ³2,4.105 ³2,4.106 Permukiman dan peternakan
3 4.103 - Peternakan dan tegalan
4 1,5.105 9.103 Peternakan dan tegalan
5 1,5.105 9.104 Tegalan dan semak belukar
6 1,5.105 1,5.105 Permukiman padat dan pertokoan
7 4.103 9.103 Permukiman padat dan pertokoan
8 4.103 1,5.104 Permukiman padat dan pertokoan
9 9.103 4.103 Permukiman padat dan rumah makan
10 1,5.104 4.103 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012
Keterangan : melebihi ambang Baku Mutu
1699
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1700
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1701
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1702
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr
Na mg/L 30,6 0 48,6 0 44,3 0 44,4 0 45 0
K mg/L 57,9 0 450,7 0 588,8 0 588,8 0 44,3 0
Ca mg/L 36,4 0 51,1 0 37,9 0 80,8 -2 51,1 0
Mg mg/L 8 0 19 0 3 0 5 0 8 0
Cl mg/L 18,9 0 68,9 0 80,2 0 27,4 0 24,9 0
SO4 mg/L 6,3 0 95,4 0 25,5 0 8,1 0 3,5 0
NO3 mg/L 0,2 0 0,3 0 7,5 0 3 0 0,9 0
NO2 mg/L 0,03 0 0,03 0 0,02 0 0,03 0 0,02 0
PO4 mg/L 0,8 -2 4,7 -2 6 -2 1,6 -2 0,001 0
Coli tinja JPT/100mL 4,3.104 -3 2,4.105
³ -3 4.103 -3 1,5.105 -3 1,5.105 -3
2,4.106
Total coliform JPT/100mL ³ -3 2,4.106
³ -3 - -3 9.103 -3 9.104 -3
Total Skor/Indeks STORET -8 -8 -8 -10 -6
Kelas mutu air Cr Cr Cr Cr Cr
No. Sampel
Parameter Satuan
uji 6 7 8 9 10
Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr
Na mg/L 55,7 0 20 0 50,9 0 33,3 0 41,3 0
K mg/L 53,4 0 111,1 0 33,6 0 60 0 60 0
Ca mg/L 89 -2 42,8 0 74,2 0 56 0 67,6 0
Mg mg/L 35 -2 48,1 -2 37,5 -2 33 -2 15 0
Cl mg/L 56,2 0 161,3 0 211,2 0 178 0 44 0
SO4 mg/L 14,1 0 14,8 0 26,8 0 18,5 0 5,5 0
NO3 mg/L 8,1 0 5,7 0 6 0 3,7 0 1,3 0
NO2 mg/L 0,02 0 0,02 0 0,06 -2 0,02 0 0,02 0
PO4 mg/L 0,8 -2 0,6 -2 0,2 -2 1,2 -2 0,5 -2
Coli tinja JPT/100mL 1,5.105 -3 4.103 -3 4.103 -3 9.103 -3 1,5.104 -3
Total coliform JPT/100mL 1,5.105 -3 9.103 -3 1,5.104 -3 4.103 -3 4.103 -3
Total Skor/Indeks STORET -12 -10 -10 -10 -8
Kelas mutu air Cs Cr Cr Cr Cr
1703
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1704
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
area gumuk pasir dan beting gisik. zona pertamuan antara airtanah yang
Sementara itu untuk nilai DHL yang bersifat tawar dengan air laut yang
paling tinggi, yaitu mencapai lebih dari bersifat asin. Perkembangan kawasan
1200 µmhos/cm terdapat di kawasan terbangun di sekitar pantai menye-
Pantai Parangtritis. nilai DHL di Pantai babkan penurapan airtanah untuk
Depok secara relatif dapat dikatakan keperluan domestik, akibatnya akan
lebih tinggi dari nilai DHL yang umum di terjadi perubahan posisis zona interface
kawasan pesisir Parangtritis, namun ke arah daratan, sehingga pada
masih dalam kadar yang masuk kelas kedalaman tertentu, airtanah akan
airtanah tawar. Nilai DHL yang relatif memiliki sifat payau atau bahkan asin.
tinggi berada pada area yang dekat Tabel 4.17 menunjukkan bahwa
dengan laut, hal ini dapat disebabkan mayoritas nilai DHL masih termasuk
oleh adanya proses intrusi air laut kearah kedalam kelas airtanah tawar. Namun
daratan. Zona interface merupakan dmikian pada titik 6 terdapat nilai DHL
1705
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
yang relatif tinggi yaitu 1390 µmhos/cm, kedalam air payau (DHL : 1200-2500
terdapat di permukiman padat dan µmhos.cm). namun demikian secara
pertokoan di Pantai Parangtritis. kondisi garis besar, baik hasil dari nilai DHL
i n i m e r u p a ka n i n d i ka s i a d a nya maupun TDS menunjukkan bahwa
overpumping pada airtanah, sehingga airtanah di kawasan pesisir Parangtritis
menyebabkan masuknya air laut ke arah masih didominasi oleh air tawar.
daratan.
Padatan terlarut total atau Total 4.3 Agihan Spasial Aliran Airtanah
Dissolve Solid (TDS) menunjukkan 4.3.1 Hidrostratigrafi Akuifer
kondisi bahan-bahan terlarut (diameter Hidrostratigrafi akuifer mencakup
< 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 – 10-3 kajian mengenai kondisi akuifer secara
mm) berupa senyawa kimia dan bahan- vertikal, dimana dengan mengetahui
bahan lain yang tidak tersaring dalam hidrostratigrafi maka akan dapat
kertas saring berdiameter 0,45 µm (Rao, diketahui karakteristik akuifer, termasuk
1992). Air laut relatif memiliki nilai TDS kondisi airtanah yang ada didalamnya.
yang tinggi, hal ini disebabkan oleh Didalam melakukan investigasi ini,
kandungan senyawa kimia yang banyak digunakan metode Electrical Resistivity
terdapat di air laut, hal ini juga terkait To m o g r a p hy ( E RT ) . M eto d e i n i
nilai salinitas. Hubungan antara TDS menekankan pada nilai hambatan (ñ)
dengan salinitas ada pada Tabel 4.18 untuk dapat menentukan material atau
Nilai TDS pada 10 titik kondisi apa yang ada dibawah
pengamatan menunjukkan airtanah di permukaan. Data yang digunakan
kawasan pesisir Parangtritis masih merupakan data sebaran nilai resistivity
termasuk kedalam air tawar, yaitu secara vertikal pada setiap titik
dengan nilai TDS < 1000 mg/L. Hal ini pengamatan, selanjutnya untuk dapat
sedikit berbeda dengan klasifikasi mengetahui kondisi hidrostratigrafi
berdasarkan nilai DHL, dimana 1 secara wilayah, maka digunakan metode
diantara 9 titik pengamatan termasuk cross-section.
Tabel 4.18
Hubungan Antara Nilai TDS Dengan Salinitas
Nilai TDS (mg/L) Tingkat salinitas
0-1000 Air tawar
1001-3000 Agak asin/payau (slightly saline)
3001-10000 Keasinan sedang / payau (moderate saline)
10001-100000 Asin (saline)
> 100000 Sangat asin (brine)
Sumber : Mc Neely et al (1979)
1706
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Gambar. 4.6 Peta Distribusi DHL Akuifer Bebas Kawasan Pesisir Parangtritis
1707
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Gambar. 4.7 Peta Lokasi Titik dan Jalur Geolistrik Kawasan Pesisir Parangtritis
1708
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1709
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1710
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1711
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
jauh kedalam tanah. kondisi ini dapat 4.3.2 Aliran Airtanah Bebas
dianalogikan bahwa bentuk akuifer di Flownet merupakan dugaan aliran
pesisir Parangtritis ini memiliki bentuk airtanah yang ditentukan berdasarkan
sepertii sebuah mangkok terbuka, garis kontur kedalaman airtanah. Data
dimana material lempung berfungsi kedalaman muka airtanah diperoleh
sebagai penampung atau lapisan dengan melakukan pengukuran pada
impermeabel. sumur-sumur gali yang terdapat di
Potensi pencemaran airtanah bebas dalam kawasan pesisir Parangtritis yang
di kawasan pesisir Parangtritis dapat dipilih berdasarkan sistematic sampling
dikatakan cukup tinggi. Hal ini terkait dengan membentuk sistem grid untuk
dengan kondisi hidrostratigrafi akuifer mendapatkan data yang representatif.
dimana cakupan akuifer bersifat lokal, Aliran airtanah terjadi akibat adanya
sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh gaya gravitasi yang menyebabkan
Mac Donald (1984) bahwa akuifer di terjadinya aliran akibat perbedaan
kawasan pesisir selatan Daerah ketinggian posisi muka airtanah. Aliran
Istimewa Yogyakarta memiliki sifat lokal, akan berjalan dari muka airtanah yang
yang artinya adalah segala bentuk lebih tinggi menuju muka airtanah yang
imbuhan di lokasi tersebut akan lebih rendah. Daerah yang menjadi
disimpan kedalam airtanah. Perkem- pusat akumulasi aliran airtanah
bangan kawasan pesisir oleh adanya cenderung memiliki nilai kerentanan
sektor pariwisata menyebabkan adanya yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh
ancaman pada sumberdaya airtanah di adanya aliran material dari lokasi yang
kawasan ini. Konsekuensi dari pertum- lebih tinggi termasuk didalamnya
buhan kawasan terbangun adalah kemungkinan terangkutnya zat-zat yang
adanya limbah domestik baik yang dapat mencemari (polutan).
dibuang secara langsung di permukaan Distibusi polutan akan sangat
tanah, maupun yang ada didalam tangki dipengaruhi oleh arah aliran airtanah.
septik. Segala bentuk polutan terebut Polutan akan terbawa aliran menuju
dapat terjebak kedalam sistem airtanah. lokasi yang memiliki tinggi muka
Hidrostratigrafi akuifer menunjukkan airtanah lebih rendah. Terkait dengan
bahwa bentuk akuifer di kawasan pesisir kondisi material akuifer di kawasan
Parangtritis ini berbentuk seperti pesisir Parangtritis yang berupa pasiran,
sebuah mangkuk yang terbuka, dengan maka aliran airtanah kemungkinan
demikian maka polutan yang masuk berjalan relatif cepat (2,5 – 45 m/hari ;
kedalam sistem akuifer akan terus Todd, 1980)
terjebak didalamnya karena tidak
adanya aliran airtanah ke tempat lain.
1712
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1713
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Gambar. 4.12 Peta Kedalaman Muka Airtanah Akuifer Bebas, Kawasan Pesisir Parangtritis
1714
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
4.3.3 Keberadaan Sumber Pencemar Dari gambar 4.13 dapat dilihat bahwa
Agihan aliran airtanah di kawasan terdapat aliran airtanah yang bersumber
pesisir Parangtritis secara umum dari area dengan penggunaan lahan
memiliki arah distribusi dari arah berupa lahan terbangun. Berdasarkan
sebelah timur, yaitu arah perbukitan pengamatan lapangan diketahui
struktural menuju ke arah selatan bahwa baik lokasi 2-3 maupun lokasi
dengan bentuklahan dataran pantai 3-4 merupakan lahan yang dimanfaat-
yang di notabene merupakan pusat kan untuk kegiatan peternakan.
pertumbuhan area terbangun. Kondisi Komoditas utama adalah sapi dan
aliran airtanah bebas di kawasan pesisir kambing dimana lokasi tersebut
Parangtritis dapat dilihat pada Gambar memang merupakan sentra peternakan
4.13 di kawasan pesisir Parangtritis.
1715
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1716
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
1717
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Bernard, J., Leite O. And VermeerschF., 2004, Multi-Electrode Resistivity Imaging for
Environmental and Mining Aplication, Orleans : IRIS
Chamber, J.E., Kuras O., Philip I. Meldrum, R.D. Ogilvy, and Hollands J., 2006, Electrical Resistivity
Tomography Applied to Geoloc, Hydrogeologic, and Engineering Investigation at a Former
Waste Disposal Site. Geophysics, 71, 6, B231-B239.
Cole, G.A. 1988. Textbook of Limnology. Third edition. Illinois, USA.401 p : Waveland Press, inc.
Colella, A., Lapenna V., and E. Rizzo, 2004, High-resolution Imaging of the High Agri Valley Basin
(Southern Italy) with Electrical Resistivity Tomography, Tectonophysics, 386, 29-40.
Daily, W., and Ramires A. L., 2000, Electrical Imaging of Engineered Hydraulic Bariers : Geophysics,
65, 83-94.
Dugan, P.R. 1972. Biochemical Ecology of Water Pollution. New York, 159 p : Plenum Press.
Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Krussman, G.P. and N.A. de Ridder, 1970, Analysis and Evaluation of Pumping Test Data,
International Institude for Land Reclamation and Improvement, Wageningen
1718
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Lowrie, W. 2007. Fundamental of Geophysics. Second Edition. New York : Cambridge University
Press
Mc Donald and Partners, 1984. Greater Yogyakarta Groundwater Resources Study. London :
Overseas Dvelopment Administration.
Milsom, J. 2003. Field Geophysics, The Geological Field Guide Series 3rd Edition. West
Sussex : John Wiley & Sons.
Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminats of Surface Water. New York : Springer-Verlag.
Patriana, D. 2009. Kualitas Airtanah Bebas di Kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Purnama, S. 2000. Geohidrologi. Bahan Ajar. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada
Putri, F.W. 2008. Potensi Airtanah Di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul DIY.
Thesis. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Santosa, L.W. 2010. Pengaruh Genesis Bentuklahan Terhadap Hidrostratigrafi Akuifer Dan
Hidrogeokimia Dalam Evolusi Airtanah Bebas. Desertasi. Yogyakarta : Program
Pascasarjana Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Storz, Hm, W. Storz and F. Jacobs, 2000, Electrical Resistivity Tomography to Investigate
Geological Structures of The Earth's Uppercrust, Geophysics. Prospect., 48, 455-471.
Tamburiello, et al, 2008, Deep Electrical Resistivity Tomography and Geothermal Analysis of
Bradano Foredeep Deposits in Venosa Area (South Italy) : Preliminary Result. Annals
of Geophysics, 51, 1.
Telford, W.M., & L.P. Geldart, R. E. Sheriff. 2004. Applied Geophysics, 2nd Edition. Cambridge
University Press.
1719
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis
Todd, D.K., 1980, Groundwater Hidrology 2nd Edition, New York: John Wiley & Sons
Zein, A.G.I. 2011. Pengaruh litoralisasi terhadap kualitas airtanah di wilayah pesisir
Parangtritis kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
1720