Anda di halaman 1dari 50

Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

ANALISIS POTENSI PENCEMARAN AIRTANAH BEBAS


DI KAWASAN GUMUK PASIR PARANGTRITIS
Oleh :
Tjahyo Nugroho Adji1, Dhoni Wicaksono2, Muhammad Firman Nur Said3

A
irtanah merupakan sumberdaya yang bersifat non-renewable, yang berarti
tidak dapat diperbaharui. Perkembangan areal permukiman memungkinkan
adanya pencemaran yang berasal dari limbah domestik, dengan demikian
maka eksistensi airtanah yang memiliki kuantitas dan kualitas yang layak untuk dikonsumsi
akan semakin terbatas. Potensi pencemaran airtanah dapat berasal dari banyak aspek,
diantaranya adalah pengaruh geomorfologi, litologi, geologi, iklim dam penggunaan
lahan. Potensi pencemaran akan semakin tinggi untuk media yang bersifat porus (lolos air)
dimana faktor tersebut akan mempengaruhi kecepatan aliran airtanah dan sebarannya.
Permasalahan ini dapat menjadi ancaman yang serius di masa depan, karena
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat otomatis akan meningkatkan
kebutuhan akan air. Sementara itu di sisi lain adanya indikasi pencemaran airtanah akan
menyebabkan penipisan pada cadangan air bersih, yang kemudian akan berpotensi
menyebabkan kerawanan air. Upaya yang dapat dilakukan guna menanggulangi
abstrak bahasa
permasalah ini adalah dengan melakukan monitoring secara terpadu, yang didukung
indonesia dengan analisis karakteristik akuifer, sehingga dapat diketahui potensi pencemaran baik
secara distributif maupun secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perkembangan kawasan pesisir menyebabkan alih fungsi lahan dari lahan alamiah menjadi
lahan terbangun. Kondisi tersebut diikuti dengan munculnya potensi pencemaran yang
bersumber dari limbah domestik dan limbah dari peternakan. Klasifikasi mutu air dengan
metode STORET menunjukkan kondisi pencemaran air dalam tingkat ringan hingga
sedang, dimana 9 dari 10 sampel yang diteliti menunjukkan kelas cemar ringan,
sementara 1 sampel menunjukkan cemar sedang. Unsur pencemar yang paling umum
adalah fosfat, coli tinja dan total coliform. Kajian Hidrostratigrafi akuifer menunjukkan
adanya bentukan akuifer lokal, dengan arah aliran airtanah dominan dari arah utara
menuju ke arah selatan. Kata kunci : airtanah, akuifer, pencemaran, kualitas air

1) Dr. Tjahyo Nugroho Adji, S.Si, MSc.Tech adalah


keterangan penulis 2,3) Dhoni Wicaksono dan Muhammad Firman Nur Said adalah

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1671
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

BAB I PENDAHULUAN simpanan (discharge) yang ada pada satu


Perkembangan lahan terbangun di lokasi. Dengan adanya kondisi tersebut, maka
kawasan Pantai Selatan Daerah Istimewa segala proses hidrologi akan saling mempe-
Yogyakarta (DIY) mengalami perubahan ngaruhi dengan cepat. Konsekuensinya
yang cukup pesat. Perkembangan tersebut adalah segala bentuk input berupa polutan
terkait dengan adanya objek wisata pantai, akan dapat berpengaruh besar dalam
antara lain Pantai Parangtritis, Pantai Parang kondisi kualitas airtanah.
Kusuma dan Pantai Depok. Adanya Disamping itu, pertumbuhan pendu-
perkembangan tersebut di ikuti dengan duk yang cepat akibat arus migrasi menye-
adanya pembuangan limbah, terutama babkan permintaan akan kebutuhan air
limbah domestik ke dalam bak-bak semakin tinggi, terbukti dengan perkem-
penampungan yang berada di dalam tanah. bangan kawasan yang tidak hanya sebagai
Dengan adanya akumulasi limbah pada bak hunian, namun juga untuk kawasan jasa
penampungan tersebut, maka kemungkinan penginapan. Pemenuhan kebutuhan air
akan terjadi pencemaran airtanah. Indikasi masyarakat di kawasan Pantai Selatan DIY
pencemaran airtanah diperburuk dengan masih mengandalkan airtanah. Kondisi
adanya karakteristik material batuan yang tersebut menunjukkan bahwa airtanah
porus, berupa material pasiran sehingga zat memegang peranan penting dalam
pencemar akan dapat menyebar dengan kelangsungan hidup masyarakat. Sumber
cepat. Dengan adanya kondisi tersebut, pencemaran yang ada tidak hanya berasal
maka kemungkinan kawasan di Pantai dari limbah domestik namun juga dapat
Selatan DIY pada suatu saat tidak akan dapat berasal dari septik-tank. Perkembangan
memanfaatkan airtanah sebagai sumber air pariwisata memicu dibangunnya toilet umum
untuk kebutuhan domestik. dalam jumlah yang banyak, sehingga akan
Menurut Bemmelen (1972), Pantai semakin banyak sumber pencemar.
Selatan DIY berada pada perbatasan antara Kondisi topografi yang datar di wilayah
Jawa bagian timur dan Jawa bagian selatan. ekosistem bentanglahan Kabupaten Bantul
Berdasarkan kondisi geologinya, pantai memberikan keleluasaan bakteri patogen
selatan DIY terdiri dari dua formasi batuan. dan E-coli tinja yang mengikuti aliran air
Kedua formasi batuan tersebut adalah secara gravitasi yang berasal dari wilayah
Formasi Wonosari yang berupa batuan ekosistem kota Yogyakarta dan Kabupaten
gamping terumbu dan kalkarenit yang ada di Sleman, disamping wilayah ekosistem
sebelah timur dan formasi alluvium (Qa) yang bentanglahan Kabupaten Bantul itu sendiri.
terdiri dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung Secara topografis, kelerengan lahan secara
yang ada du bagian barat (Raharjo, 1977 : umum mengarah ke selatan, secara hipotetik
Peta Geologi). aliran airtanah juga ke arah selatan, debit
Karakteristik akuifer di kawasan gumuk aliran airtanah yang berasal dari lapisan
pasir ini bersifat lokal, yang artinya adalah akuifer bagian hulu mengalir ke arah
memiliki sistem imbuhan (recharge) dan Kabupaten Bantul. (Gunawan, 2007)

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1672
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Gambar 1.1 Sistem Akuifer Merapi


(Dinas PU Pengairan Kabupaten Bantul 2007)

Berdasarkan kondisi fisik wilayah 1.2 PERUMUSAN MASALAH


tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk 1. Bagaimana karakteristik sumber
mengetahui potensi pencemaran pencemar yang berasal dari kebe-
airtanah di kawasan gumuk pasir radaan permukiman dan pariwisata
Parangtritis. Kawasan yang potensial untuk di gumuk pasir Parangtritis?
pariwisata semacam ini tidak seharusnya 2. Bagaimana kondisi tingkat pence-
terhambat oleh masalah pencemaran maran, terkait dengan kebera-
airtanah, dimana jika hal tersebut terjadi daan permukiman dan pariwisata
maka akan membawa dampak yang cukup di gumuk pasir Parangtritis?
besar bagi perkembangan pariwisata di 3. Bagaimana agihan pencemaran
kawasan ini. Dengan menggunakan tiga dari keberadaan permukiman
pendekatan secara terpadu antara geolistrik, dan pariwisata di gumuk pasir
flownet dan uji kualitas air, maka akan Parangtritis?
diperoleh hasil yang cukup relevan dengan
kondisi empiris. Kajian ini penting guna
1.3 TUJUAN PENELITIAN
mengetahui potensi pencemaran dan tingkat
1. Mengkaji karakteristik sumber
pencemaran yang ada di kawasan Pantai
pencemar yang berasal dari kebera-
Parangtritis, ke depan diharapkan dengan
daan permukiman dan pariwisata
adanya hasil penelitian ini maka akan
di gumuk pasir Parangtritis.
memberikan gambaran kepada Pemerintah
Daerah untuk merumuskan kebijakan terkait 2. Mengkaji tingkat potensi pence-
dengan pemeliharaan airtanah di kawasan maran dengan keberadaan permu-
ini. akhirnya ditentukanlah penelitian dengan kiman dan pariwisata di gumuk
judul “ANALISIS POTENSI PENCEMARAN pasir Parangtritis.
AIRTANAH BEBAS DI KAWASAN GUMUK 3. Mengkaji agihan pencemaran
PASIR PARANGTRITIS”. dari keberadaan permukiman

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1673
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

dan pariwisata di gumuk pasir Air yang melalui zona aerasi ditahan
Parangtritis. oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori
yang kecil atau oleh tarikan molekuler di
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN sekitar partikel-partikel tanah. Apabila
1. Memberikan gambaran bagai- kapasiltas retensi dari tanah pada zona
mana kondisi pencemaran yang ini telah dihabiskan, air akan bergerak ke
terjadi hingga saat ini terhadap bawah menuju pori-pori tanah atau
keberadaan permukiman dan batuan yang jenuh air yang disebut
pariwisata di Pantai Parangtritis. sebagai zona jenuh air (zone of
2. Memberikan dasar bagi pengam- saturation). Air yang terdapat pada zona
bilan kebijakan tentang peman- jenuh air inilah yang disebut sebagai
faatan dan pengelolaan ruang airtanah (Linsley, 1985). Perbedaan
terhadap potensi pencemaran yang kondisi fisik secara alami akan
dapat terjadi dalam kaitannya mengakibatkan air dalam zonasi ini
untuk mendukung rencana pemb- akan bergerak/mengalir baik secara
angunan dan fungsi ruang kawasan gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol
di wilayah gumuk pasir Parangtritis. struktur batuan dan parameter
lainnya. Kondisi inilah yang disebut
sebagai aliran airtanah. Daerah aliran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
airtanah ini selanjutnya disebut sebagai
2.1 Airtanah daerah aliran (flow zone).
Airtanah adalah air yang berada di Airtanah ditemukan pada formasi
bawah permukaan tanah pada zona geologi permeabel (tembus air) yang
jenuh air, dengan tekanan hidrostatis disebut sebagai akuifer. Akuifer
sama atau lebih besar daripada tekanan merupakan formasi pengikat air yang
udara. Sumber utama airtanah adalah memungkinkan jumlah air yang cukup
air hujan yang meresap ke dalam tanah besar untuk bergerak melaluinya pada
mengikuti suatu proses yang disebut kondisi lapangan yang biasa. Pada
sebagai daur hidrologi (Purnama, 2000). akuifer, airtanah menempati pori-pori
Menurut Todd (1980), airtanah adalah batuan, retakan ataupun patahan pada
air yang terdapat dalam tanah atau suatu batuan. Secara umum airtanah
batuan, menempati ruang-ruang antar akan mengalir sangat perlahan melalui
butir batuan serta berada dalam suatu celah yang sangat kecil dan atau
celah-celah batuan. Berdasarkan daur melalui butiran antar batuan. formasi
hidrologi, airtanah berasal dari air geologi merupakan faktor yang
hujan yang bergerak ke bawah melalui mempengaruhi proses terbentuknya
zona aerasi yaitu zona yang berupa pori- airtanah. Formasi geologi adalah
pori tanah berisi air dan udara dalam formasi batuan atau material lain yang
jumlah yang berbeda-beda. berfungsi menyimpan airtanah dalam

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1674
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

jumlah besar (Asdak, 1995). Dalam batuan kedap air (Kodoatie, 1996)
proses pembentukan airtanah, formasi- b. Akuifer tertekan (confined aquifer)
formasi yang berisi dan memancarkan yaitu akuifer yang seluruh
airtanah dikenal sebagai akuifer (Linsley, jumlahnya dibatasi oleh lapisan
1985). kedap air, baik yang atas maupun
Airtanah tidak dapat ditemukan di yang berada di bawah, serta
setiap tempat. Ada tidaknya airtanah mempunyai tekanan lebih besar
tergantung dari ada tidaknya lapisan daripada tekanan atmosfer.
batuan yang dapat mengandung c. Akuifer semi tertekan (semi confined
airtanah yang disebut dengan akuifer. aquifer) yaitu akuifer yang
Menurut PP No. 43 tahun 2008 akuifer seluruhnya jenih air, dimana bagian
merupakan lapisan batuan jenuh atasnya dibatasi dengan lapisan semi
airtanah yang dapat menyimpan dan lolos air pada bagian bawahnya
meloloskan air dalam jumlah yang merupakan lapisan kedap air.
cukup. Artinya dapat mensuplai suatu d. Akuifer semi bebas (semi uncinfined
sumur atau mata air pada suatu periode aquifer) yaitu akuifer yang bagian
tertentu. bawahnya merupakan lapisan kedap
Akuifer sering pula disebut waduk air air, sednagkan material atasnya
atau formasi air. Menurut Krussman dan merupakan material berbutir halus
Ridder (1970) bahwa akuifer dapat sehingga pada lapisan penutupnya
dikelompokkan menjadi barbagai masih memungkinkan adanya
macam, yaitu : gerakan air. Dengan demikian akifer
a. Akuifer bebas (unconfined aquifer) ini merupakan peralihan antara
yaitu lapisan air yang hanya sebagian akuifer bebas dengan akuifer semi
terisi oleh air dan berada di atas tertekan.
lapisan kedap air. Permukaan tanah
pada akuifer ini disebut dengan
water table (preatik level), yaitu
permukaan air yang mempunyai
tekanan hidrostatik sama dengan
atmosfer. Airtanah yang berasal dari
akuifer bebas pada umumnya
ditemukan pada kedalaman yang
relatif dangkal atau kurang dari 40 m.
Kasus khusus dari akuifer bebasa
a d a l a h a ku i fe r m e n g ga nt u n g
(perched aquifer) yang terjadi akibat
terpisahnya airtanah dari tubuh
airtanah utama oleh suatu formasi

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1675
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Gambar 2.1. Akuifer Bebas dan Tertekan


(Israelsen dan Hanses, 1962 dalam Purnama 2010)

2.2 Geolistrik suatu penerima dan sumber,


Geolistrik merupakan metode sedangkanberdasarkan Encyclopedic
pendugaan area keterdapatan airtanah Dictionary of Applied Geophysics,
dan kedalamannya dengan prinsip tomografi merupakan penentuan
perbedaan nilai tahanan jenis tiap distribusi resistivitas menggunakan
batuan (Lowrie, 2007). Salah satu pemancar dari satu tempat ke tempat
metode geolistrik yang dapat dilakukan lainnya.
adalah dengan menggunakan metode ERT merupakan teknik untuk
ERT (Electrical Resistivity Tomography). pencitraan struktur bawah permukaan
ERT merupakan metode yang digunakan menggunakan arus konduksi listrik
untuk menduga jenis dan susunan (Daily dan Ramirez, 2000). ERT diusulkan
material permukaan bumi berdasarkan 22 tahun yang lalu independen oleh
distribusi spasial nilai resistivitasnya Henderson dan Webster (1978)
(Lowrie, 2007) ERT disebut juga dengan sebagai modalitas pencitraan medis
Sub Surface Imaging (Telford et al, 2004) dan oleh Lytle dan Dines (1978)
atau Resitivity Profiling (Milsom, 2003) sebagai alat pencitraan geofisika.
Menurut sheriff (2002) tomography Metode ERT berbeda dengan metode
merupakan sebuah metode untuk VES (Vertical Electrical Sounding).
mencari sifat distribusi, kecepatan dan Perbedaannya pada tipe, sifat data dan
pantulan dari serangkaian observasi data yang dihasilkan. Perbedaannya
berulang-ulang yang menggunakan yaitu :

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1676
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 2.1. 1. Mengetahui karakteristik akuifer


Perbandingan Metode VES dan ERT (Tamburiello et al, 2008)
Perbedaan Metode VES Metode ERT 2. Mengetahui struktur bidang material
penyusun bentuklahan (Kielbasinski
Satu pasang Beberapa pasang
Tipe dan Mieszkowski, 2008)
elektroda elektroda
Sifat data 1 dimensi 2 dimensi 3. Mengetahui terjadinya pencemaran
Hasil Data log Stratigrafi tahanan jenis dan distribusi spasialnya (Chamber et
al, 2006)
Data ERT dapat digunakan untuk 4. Penyelidikan potensi dan distribusi
melihat gambaran bawah permukaan spasial mineral bahan galian
secara 1D, 2D dan 3 D. Pada awalnya (Bernard et al, 2004)
metode ERT hanya digunakan untuk Dalam geolistrik, terdapat berbagai
melihat gambaran secara 2 D karena macam konfigurasi susunan elektroda
dianggap lebih mudah akan tetapi yang sering disebut dengan geometric
seiring dengan perkembangan factor. Konfigurasi susunan elektroda
teknologi komputer maka data tersebut tersebut adalah Wenner alpha, Wenner
diolah menjadi gambaran 3D. Beta, Dipole-Dipole, dan Wenner
ERT secara luas diterapkan delam Schlumberger. Salh satu konfigurasi
penyelidikan skala kecil untuk menyele- susunan elektroda yang sering diguna-
saikan masalah lingkungan dan rekaya- kan adalah konfigurasi Wenner
sa. Perbaikan di bidang teknologi dan Schlumberger karena dianggap paling
pengolahan data memungkinkan kita baik tingkat keakuratannya.
untuk menerapkan metode ini dalam
penyelidikan skala besar untuk studi 2.3 Flownet
struktur geologi (Storez et al., 2000;
Peta Kontur dan aliran airtanah
Colella et al., 2004)
(flownet) dapat diketahui untuk
Metode ERT digunakan untuk men- mengetahui arah aliran airtanah
dapatkan data yang lebih detail daripada terhadap sungai. Disamping itu arah
menggunakan metode VES. Saat aliran airtanah juga dapat digunakan
pengukuran menggunakan metode ERT untuk mengetahui arah pencemaran
untuk lintasa yang sama panjangnya airtanah yang mungkin terjadi. Arah
dengan metode VES, data yang aliran airtanah mengikuti kemiringan
diperoleh jumlahnya akan berbeda. topografinya.
Data yang diperoleh ERT lebih banyak
Untuk menentukan arah aliran
daripada VES, sehingga keakuratan
airtanah terlebihdahulu dibuat peta
data juga lebih baik. Ileh karena itu
kontur airtanah. Peta kontur airtanah
metode ini sering digunakan untuk
merupakan peta yang menunjukkan
melakukan penelitian dengan skala
ketinggian muka airtanah, dimana
detail. Contoh aplikasi metode ERT ;

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1677
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

airtanah yang memiliki ketinggian


muka airtanah yangsama dihubungkan
oleh sebuah garis yang disebut garis
kontur. Dengan membuat garis kontur
airtanah pada ketinggian dapat diten-
tukan arah alirannya, dengan cara
menarik garis aliran tegak lurus garis
kontur tersebut. Pembuatan peta kontur
dan penentuan arah aliran airtanah
dapat dilihat pada gambar.
Pembuatan peta kontur airtanah
Gambar 2.2.
dihasilkan dari interpolasiantara dua Penentuan Kontur Airtanah (Todd, 1980)
titik tinggi muka airtanah. Tinggi muka
2.4 Metode Storet
airtanah dapat dicari dengan langkah
sebagai berikut : Metode STORET merupakan salah
satu metoda untuk menentukan status
1. Mengetahui ketinggian permukaan
mutu air yang umum digunakan. Dengan
tanah pada lokasi pengukuran
metode STORET ini dapat diketahui
sumur.
parameter-parameter yang telah me-
Dapat dilakukan dengan pengukuran
menuhi atau melampaui baku mutu air.
menggunakan altimeter, atau juga
Keuntungan menggunakan metode
secara digital dengan peta kontur
Storet salah satunya adalah mengha-
topografi.
silkan nilai atau angka yang dapat
2. Mengukur jarak antara muka airta-
menggambarkan keseluruhan para-
nah dengan bibir sumur.
meter -parameter karakteristik air
3. Mengukur jarak antara bibir sumur sehingga diketahui status mutu kualitas
dengan permukaan tanah. air sungai sesungguhnya sesuai dengan
4. Menghitung kedalaman airtanah peruntukannya.
dari permukaan tanah dengan cara Secara prinsip metode STORET
mengurangi jarak pada langkah ke-2 adalah membandingkan antara data
dengan jarak pada langkah ke-3. kualitas air dengan baku mutu air
5. Tinggi muka airtanah didapat yang disesuaikan dengan peruntu-
dengan mengurangi elevasi (keting- kannya guna menentukan status mutu
gian permukaan tanah) terhadap air. Cara untuk menentukan status
kedalaman airtanah. mutu air adalah dengan menggunakan
sistem nilai dari “US – EPA (Environ-
mental Protection Agency)“ dengan
mengklasifikasikan mutu air dalam
empat kelas, yaitu :

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1678
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Geomorfologi Perkembangan
Kawasan Kawasan fungsi
Pantai Selatan DIY kawasan
pesisir

Kondisi
Litologi dan Pertumbuhan
genesa infrastruktur

Kualitas Airtanah
Karakteristik Distribusi Perubahan
Hidrostratigrafi aliran Penggunaan
Airtanah airtanah lahan

Peningkatan
kebutuhan air
Karakteristik Akuifer bersih

Analisis Penurapan
pencemaran airtanah
airtanah berlebih

Potensi Pencemaran Airtanah


Airtanah di Gumukpasir Parangtritis

Gambar 2.3. Kerangka Pikir Teoritis

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1680
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

tak jenuh karena adanya gaya BAB III METODE PENELITIAN


gravitasi atau arahnya ditentukan
oleh kondisi kemiringan hidrolik 3.1 Mengkaji karakteristik sumber pence-
(Balek, 1988 dalam Simmers, 1988) mar yang berasal dari keberadaan
Infiltrasi (infiltration) adalah pergerakan permukiman dan pariwisata di gumuk
air secara vertikal dari permukaan pasir Parangtritis.
tanah menuju ke dalam tanah dalam A. Bahan yang digunakan adalah :
zona aerasi (Vrba dan Zoporozec, 1) Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)
1994) dalam betuk shapefile (Shp) skala 1
Kualitasair (water quality) adalah tingkat : 25.000 Lembar Dringo tahun 2001
kesesuaian air supaya digunakan 2) Citra Quickbird kawasan pesisir
dalam pemenuhan kebutuhan Parangtritis tahun 2010.
tertentu bagi kehidupan manusia.
(Arsyad, 1989)
B. Alat yang digunakan adalah :
Permeabilitas (permeability) adalah
1) Seperangkat komputer
kemampuan tanah dan batuan
2) Software ArcGIS 9.3 untuk pengo-
dalam melalukan zat cair (Todd,
lahan data spasial
1976)
3) Kamera untuk dokumentasi penggu-
Muka airtanah (water table) adalah
naan lahan
batas teratas dari akuifer tidak
tertekan yang memiliki nilai tekanan 4) GPS untuk mengetahui posisi
yang sama dengan tekanan atmosfer 5) Seperangkat alat ceklist dan
(Vrba dan Zoporozec, 1994) rekapitulasi data lapangan
Zat pencemar (pollutant) dapat
didefinisikan sebagai zat kimia, C. Cara Pengumpulan Data
biologi, radio aktif yang berwujud (Tabel 3.1.)
benda cair, padat, maupun gas, baik
yang berasal dari alam yang D. Cara Pengolahan Data
kehadirannya tidak dipicu oleh ? Identifikasi Penggunaan Lahan
manusia (tidak langsung) ataupun Identifikasi penggunaan lahan
dari kegiatan manusia dilakukan melalui pengolahan data
(anthropogenic origin) yang telah sekunder antara lain melalui Peta RBI
diidentifikasi mengakibatkan efek dan citra Geo-Eye dilanjutkan
yang buruk bagi kehidupan manusia identifikasi di lapangan secara
dan lingkungannya. semua itu langsung. Melalui data sekunder,
dipicu oleh aktivitas manusia interpretasi dilakukan secara
(Watts 1997 dalam Notodarmojo, subjektif berdasarkan kenampakan
2005) yang terlihat dari peta dan citra.

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1681
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 3.1. Jenis Sumber dan Cara Perolehan Data

Jenis Data Sifat Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

Data Sekunder Peta RBI Skala Dari data digital Bakosurtanal


penggunaan lahan 1 : 25.000 dalam bentuk shapefile (Shp)
Data Sekunder Citra Geo-Eye Dari Citra Google Earth
penggunaan lahan
Penggunaan Primer Cek lapangan Purposiver sampling dari
lahan penggunaan lahan di
daerah penelitian

Identifikasi lapangan dilakukan untuk penggunaan lahan peternakan


menguji penggunaan lahan yang terutama dari sisa-sisa kotoran
sebenarnya di lapangan dibanding- hewan.
kan dengan interpretrasi dari peta
dan citra yang dilakukan sebelumnya. 3.2 Mengkaji tingkat potensi pencemaran
dengan keberadaan permukiman dan
E. Cara Analisis Data pariwisata di gumuk pasir Parangtritis.
? Analisis Penggunaan Lahan Terhadap A. Bahan yang digunakan adalah :
Potensi Pencemaran 1) Data hasil uji laboratorium sampel
Analisis potensi pencemar dilaku- airtanah.
kan tersebar secara keseluruhan 2) Data DHL, pH, TDS dan Suhu
gumuk pasir, namun lebih ditekankan airtanah.
pada daerah dengan penggunaan
lahan untuk permukiman, pariwi- B. Alat yang digunakan adalah :
sata, pertanian ataupun untuk 1) Seperangkat alat pengembil sampel
peternakan. Setiap penggunaan airtanah.
lahan memiliki potensi pencemaran
2) EC meter digital
yang berbeda-beda. Besarnya po-
3) pH meter digital
tensi sumber pencemar setiap
penggunaan lahan berbeda, sumber 4) Seperangkat komputer
pencemar dari penggunaan lahan 5) Software ArcGIS 9.3 untuk pengo-
permukiman berasal dari limbah lahan data digital.
domestik, dan limbah dari wisata-
wan, sumber pencemar dari peng- C. Cara Pengumpulan Data
gunaan lahan pertanian berasal dari (Tabel 3.2.)
penggunaan bahan-bahan kimia
pertanian, baik itu dari pupuk kimia
ataupun pestisida, sedangkan

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1682
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 3.2. Jenis Sumber dan Cara Perolehan Data

Jenis Data Sifat Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

Data Primer Uji laboratorium Purposiver sampling dari


kualitas air penggunaan lahan di daerah penelitian
Data DHL, Primer 1. Penelitian 1. Data diperoleh dari Skripsi
pH, TDS dan sebelumnya berjudul : "Pengaruh Litoralisasi
dan Suhu Sekunder oleh Azwar Garry Terhadap Kualitas Airtanah
airtanah Irfan Zein (2011) Di Wilyah Pesisir Parangtritis
2. Kegiatan Kabupaten Bantul,
lapangan (2012) Daerah Istimewa Yogyakarta”
2. Systematic Sampling
di daerah penelitian

D. Cara Pengolahan Data dimasukkan ke dalam peta dan di


? Pengolahan Data Hasil Uji interpolasi antar titik menjadi
Laboratorium peta flownet DHL untuk
Pengolahan data kualitas airtanah mempermudah analisis secara
berfungsi untuk mengidentifikasi spasial.
pencemaran yang terjadi pada
airtanah. Pengambilan sampel E. Cara Analisis Data
dilakukan pada daerah-daerah ? Analisis Data Hasil Uji Laboratorium
tertentu yang memiliki potensi Sampel air yang diuji di labora-
terjadi pencemaran airtanah, seperti torium adalah sampel airtanah yang
pada daerah permukiman, pertanian diambil dari sumur pada setiap
dan daerah peternakan yang saat ini penggunaan lahan meliputi permu-
banyak berkembang di daerah kajian. kiman, pertanian dan peternakan.
Data kualitas air yang berasal dari Unsur-unsur yang dianalisis adalah
analisis laboratorium kemudian unsur-unsur yang diduga merupakan
ditampilkan ke dalam diagram untuk unsur pencemar yang berpotensi ada
mempermudah pembacaan data pada setiap penggunaan lahan yang
kualitas air. berbeda, meliputi Na, K, Ca, Mg, Cl,
? Pengolahan Data DHL SO4, NO3, NO2, PO4, bakteri coli dan
Data DHL yang di dapat melalui total coliform. Hasil dari uji labo-
mengukur besarnya ting kat Daya ratorium tersebut ditampilkan keda-
Hantar Listrik (DHL) melalui lam sebuah tabel crosstab antara
pengukuran lapangan. Data DHL yang unsur pencemar dengan penggu-
menyatakan besar daya hantar listrik naan lahan untuk mempermudah
pada badan air yang diuji kemudian pembacaan beberapa unsur

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1683
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

pencemar pada setiap titik yang diuji 2) GPS untuk mengetahui posisi tiik
kualitas airtanahnya. Hasil pengo- sampel.
lahan ini kemudian disajikan kedalam 3) Kamera untuk dokumentasi.
sebuah peta agihan uantuk analisis 4) Seperangkat komputer.
secara spasial. 5) Program IP2WIN untuk pengolahan
data geolistrik.
?
Analisis Data DHL 6) Program ArcGIS 9.3 untuk
Data DHL yang disajikan dalam pengolahan data spasial dalam
bentuk flownet menyatakan pembuatan peta aliran airtanah
besarnya daya hantar listrik dari air (flownet).
s u m u r y a n g d i u j i . B e s a r ny a
kandungan pencemar yang tinggi C. Cara Pengumpulan Data
akan dinyatakan dengan DHL yang (Tabel 3.3.)
besar, karena arus listrik dapat
mengalir dengan adanya tambahan
D. Cara Pengolahan Data
unsur yang terkandung di dalam air.
? Pengolahan Data Geolistrik
Data geolistrik pada mulanya
?
Analisis Agihan Pencemaran
merupakan data besarnya nilai
Analisis agihan pencemaran
resistivitas yang diberikan pada
dianalisis melalui peta flownet.
setiap material yang ada di bawah
Agihan pencemaran ditandai dengan
permukaan tanah pada titik yang
pola flownet DHL yang rapat (DHL
diuji. Setiap material akan membe-
tinggi).
rikan nilai resistivitas yang berbeda-
beda. Untuk mendapatkan gam-
3.3 Mengkaji agihan pencemaran dari baran besarnya potensi pencemar
keberadaan permukiman dan pariwi- pada airtanah terumama yang
sata di gumuk pasir Parangtritis berasal dari permukiman menggu-
A. Bahan yang digunakan adalah : nakan bantuan software IP2WIN
1) Data nilai resistivity dalam membuat deskripsi mengenai
2) Data tinggi permukaan airtanah akuifer di dalam tanah. Deskripsi
3) Peta Geologi Indonesia lembar detail mengenai akuifer tersebut
Yogyakarta dari Pusat Penelitian dan digambarkan melalui IPI_res3
Pengembangan Geologi, Bandung sebagai bagian dari software
skala 1 : 100.000. IP2WIN kemudian diinterpolasi men-
jadi sebuah penampang melintang
B. Alat yang digunakan adalah : nilai resitivitas di dalam tanah.
1) Distometer digital, untuk pengukuran
kedalaman muka airtanah.

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1684
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 3.3. Jenis Sumber dan Cara Perolehan Data

Jenis Data Sifat Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

Data nilai Sekunder Penelitian Data diperoleh dari Thesis berjudul


resistivity sebelumnya oleh "Potensi Airtanah Di Desa Parangtritis
Fidhiana Wahyu Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul
Putri (2008) DIY". Teknik yang digunakan adalah
menggunakan konfigurasi elektroda
tipe Schlumberger
Data tinggi Primer 1. Penelitian 1. Data diperoleh dari Skripsi berjudul :
permukaan dan sebelumnya oleh "Pengaruh Litoralisasi Terhadap
airtanah Sekunder Azwar Garry Kualitas Airtanah Di Wilyah Pesisir
Irfan Zein (2011) Parangtritis Kabupaten Bantul,
2. Kegiatan Daerah Istimewa Yogyakarta”
lapangan (2012) 2. Systematic Sampling di daerah
penelitian
Peta Geologi Sekunder Pusat Analisis Peta Geologi
lembar Pengembangan dan
Yogyakarta Penelitian Geologi

?
Pengolahan Data Tinggi Muka pengolahan data geolistrik, daerah yang
Airtanah memiliki potensi air yang rendah akan
Data tinggi muka airtanah yang memiliki kerentanan tercemar lebih
berasal dari pengukuran kedalaman besar dibandingkan dengan daerah
sumur yang tersebar di area gumuk yang memiliki potensi airtanah yang
pasir ini diolah menjadi peta aliran besar.
airtanah dalam bentuk kontur
(flownet) yang berupa garis tinggi
muka airtanah. Pembuatan flownet
ini menggunakan interpolasi antar
dua titik tinggi muka airtanah.

E. Cara Analisis Data


Data geolistrik yang telah di
interpolasi dan peta flownet di analisis
secara deskriptif dengan memban-
dingkan peta flownet dengan hasil

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1685
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Peta RBI Skala Peta Geologi Skala


Citra Satelit LANDSAT
1 : 25.000 1 : 100.000

Overlay

Peta Aliran Airtanah Peta Satuan


Geomorfologi Skala
1: 30.000
Sifat Fisika Airtanah :
Pengukuran Kedalaman DHL, PH, Temperatur
Penentuan Lokasi dan TDS
Muka Airtanah
Sampel

Pengukuran Lapangan

Pendugaan Geolistrik Pengambilan Sampel


Airtanah

Pengukuran
Analisis Hidrostratigrafi
Laboratorium

Kedalaman Interface Analisis


Penampang Analisis
Tabel
Hidrostratigrafi Spasial
Cross Section

Analisis Deskriptif

Potensi Pencemaran Airtanah


di Kawasan
Pantai Parangtritis

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1686
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan peta penggunaan lahan,


permukiman/rumah makan banyak
4.1 Karakteristik Sumber Pencemar terletak di pantai Parangtritis di sebelah
Berbagai macam penggunaan lahan timur dan pantai Depok di bagian barat
berkembang di daerah Gumuk Pasir dan beberapa tersebar pada daerah
Parangtritis ini, antara lain adalah gumuk pasir di bagian utara. Dugaan
permukiman penduduk, pertanian, awal telah terjadi perubahan kimia pada
peternakan dan juga pariwisata. Setiap air tanah dapat diidentifikasi melalui
penggunaan lahan memiliki jenis peta distribusi DHL pada akuifer bebas,
pencemar yang berbeda-beda. Penggu- hasilnya adalah pada daerah Pantai
naan lahan berupa permukiman memi- Depok di sebelah barat dan Pantai
liki sumber pencemar yang sangat besar Parangtritis bagian Timur besarnya DHL
dari limbah domestik, begitu juga cukup tinggi yaitu hingga lebih dari 800
dengan berkembangnya pariwisata umhos hal ini mengindikasikan bahwa
pantai Depok, limbah dari wisatawan telah ada indikasi intrusi air laut ke
dan juga adanya fasilitas rumah makan daratan. Hal ini dapat terjadi akibat
yang terus berkembang. Penggunaan pengambilan airtanah yang berlebihan
lahan berupa pertanian yang berupa ataupun karena suplai airtanah lebih
tegalan pada daerah gumuk pasir ini kecil dibandingkan air laut pada daerah
telah mulai berkembang, limbah yang pesisir sehingga menyebabkan intrusi air
dihasilkan umumnya bersumber dari laut.
sisa-sisa tanaman dan juga penggunaan Di daerah disekitar pentai Depok dan
pupuk-pupuk kimia dan pestisida. Parangtritis yang digunakan untuk
Penggunaan lahan peternakan telah permukiman dan peternakan, berda-
lama berkembang di daerah ini, sumber sarkan peta DHL menunjukkan bahwa
pencemar terutama adalah yang berasal nilainya sebesar 400-600 umhos, hal ini
d a r i ko to ra n / t i n j a te r n a k ya n g menunjukkan bahwa daerah ini telah
dikembangkan. ada gejala pencemaran yang berasal dari

Gambar 4.1. Kegiatan Peternakan Di Kawasan Pesisir Parangtritis (Foto oleh Dhoni, 2012)

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1687
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Gambar 4.2. Pertumbuhan Kawasan Terbangun di Pantai Depok (kiri)


dan Pantai parangtritis (kanan) (Foto oleh Dhoni, 2012)

permukiman ataupun peternakan, 4.2 Kondisi Tingkat Pencemaran Airtanah


persebarannya pun mengikuti pola 4.2.1 Parameter Kimia dan Biologi Airtanah
pemanfaatan permukiman dan juga a. Natrium
peternakan yang berada di gumuk pasir. Menurut Effendi (2003) Natrium
Di daerah gumuk pasir yang masih (Na) adalah salah satu unsur alkali
belum dimanfaatkan airtanahnya masih utama yang ditemukan di perairan
dalam keadaan normal. dan merupakan kation penting yang
Berdasarkan kepada peta kualitas mempengaruhi kesetimbangan
airtanah yang tersebar di gumuk pasir, keseluruhan kation di perairan.
ion pencemar dapat di identifikasi. Di Natrium memiliki beberapa sifat,
pantai Depok, kandungan bahan kimia diantaranya adalah bersifat mudah
didominasi oleh kalium (K) dan ion lain larut dalam air dan bersifat sangat
yang bersumber dari limbah domestik. reaktif. Senyawa ini sering
Hal ini mengindikasikan bahwa pada digunakan sebagai indikator oleh
daerah ini telah terjadi pencemaran adanya pencemaran yang berasal
yang berasal dari panggunaan lahan dari kegiatan manusia (Antropogenic
permukiman dan rumah makan. origin) yaitu berupa limbah domestik
Sedangkan pada daerah Parangtritis ion dan limbah industri. Kadar Natrium di
klorida pun cukup besar hal ini dalam airtanah berkisar kurang dari
mengindikasi bahwa telah terjadi intrusi 50 mg/L, sementara itu untuk
air laut masuk ke daratan yang airtanah dalam bisa mencapai lebih
diakibatkan oleh pengambilan airtanah dari 50 mg/L (Effendi , 2003). Baku
yang berlebihan. mutu yang digunakan untuk unsur
Natrium adalah 200 mg/L (WHO,
1984).

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1688
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1689
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 4.1 Kadar Natrium (Na) Pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

No.Sampel Na (mg/L) Penggunaan Lahan


1 30,6 Permukiman dan peternakan
2 48,6 Permukiman dan peternakan
3 44,3 Peternakan dan tegalan
4 44,4 Peternakan dan tegalan
5 45 Tegalan dan semak belukar
6 55,7 Permukiman padat dan pertokoan
7 20 Permukiman padat dan pertokoan
8 50,9 Permukiman padat dan pertokoan
9 33,3 Permukiman padat dan rumah makan
10 41,3 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat sebagai indikator pencemaran di


dilihat bahwa secara keseluruhan, kawasan pesisir Parangtritis belum
kadar Natrium di kawasan pesisir menunjukkan adanya pencemaran.
Parangtritis masih berada dibawah
ambang batas baku mutu air yang b. Kalium
diterapkn oleh WHO tahun 1984 Kalium merupakan senyawa yang
yaitu sebesar 200 mg/L. Kadar biasa ditemukan pada tubuh air
Natrium yang paling tinggi berada alamiah, karena senyawa ini berasal
pada titik 6 dengan penggunaan dari kerak bumi. Didalam perairan,
lahan berupa permukiman padat dan Kalium dapat berupa ikatan antar ion
pertokoan pada titik sampling ke-6 berupa senyawa garam yang mudah
yaitu 55,7 mg/L, sementara itu untuk larut, dan juga dapat berupa
penggunaan lahan lain berupa senyawa yang tidak mudah larut
permukiman dan tegalan memiliki (micas) (Cole, 1988). Penggunaan
kadar Natrium maksimum sebesar Kalium biasanya untuk industri gelas,
48,6 mg/L, Peternakan dan tegalan farmasi, karet sintesis, sabun,
44,4 mg/L, tegalan dan semak detergen, dan industri lain serta
belukar 45 mg/L dan permukiman sebagai bahan dalam pupuk tanaman
dan rumah makan 41,3 mg/L. Dari (Effendi, 2003). Kadar Kalium dalam
keseluruhan hasil tersebut, maka perairan biasanya kurang dari 10
dapat dilihat bahwa kadar natrium mg/L, sementara itu untuk
pada area terbangun di kawasan airtanah dapat mencapai 100mg/L.
pesisir Parangtritis berada pada Didalam Peraturan Pemerintah
kirasan nilai 20-55,7 mg/L dan hasil Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku
ini menunjukkan bahwa Natrium Mutu Air di Provinsi Daerah

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1690
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 4.2 Kadar Kalium (K) Pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

No.Sampel K (mg/L) Penggunaan Lahan


1 57,9 Permukiman dan peternakan
2 450,7 Permukiman dan peternakan
3 588,8 Peternakan dan tegalan
4 588,8 Peternakan dan tegalan
5 44,3 Tegalan dan semak belukar
6 53,4 Permukiman padat dan pertokoan
7 111,1 Permukiman padat dan pertokoan
8 33,6 Permukiman padat dan pertokoan
9 60 Permukiman padat dan rumah makan
10 60 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012

Istimewa Yogyakarta tidak kandungan unsur kalium, airtanah di


dicantumkan kadar baku mutu untuk kawasan pesisir Parangtritis ini masih
unsur Kalium, namun demikian jauh dari ambang batas yaitu
menurut Effendi (2003) kadar Kalium 2000mg/L, dengan demikian maka
yang lebih dari 2000 mg/L dapat a i r ta n a h re l at i f a m a n u nt u k
menyebabkan gangguan pencernaan dikonsumsi.
dan gangguan sistem syaraf manusia.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat c. Kalsium
dilihat bahwa kadar Kalium secara Kalsium (Ca) merupakan unsur
keseluruhan masih berada pada yang biasa ditemui di alam bebas,
kadar yang cukup aman untuk sumber utama kalsium perairan
dikonsumsi (>2000 mg/L). Kadar berasal dari batuan dan tanah. Kal-
Kalium tertinggi ada pada titik 3 dan sium pada batuan dapat ditemukan
4 dengan penggunaan lahan berupa dalam bentuk mineral batu kapur
peternakan dan tegalan dengan nilai (limestone) , pyroxenes, amphiboles,
588,8 mg/L, sementara itu untuk calcite, dolomite, gypsum, dan
kadar terendah terdapat pada apatite (Effendi, 2003). Didalam
titik 8 dengan penggunaan lahan perairan, kalsium memiliki sifat yang
permukiman padat dan pertokoan cukup stabil dan merupakan salah-
dengan nilai 33,6 mg/L. Secara satu sumber utama penyebab
umum, kadar Kalium pada kesadahan air. Penurunan kadar
penggunaan lahan yang berasosiasi kalsium dapat disebabkan oleh
dengan peternakan memiliki nilai adanya proses presipitasi (pengen-
yang relatif lebih tinggi daripada dapan) menjadi CaCO 3 . Kalsium
penggunaan lahan lain. Ditinjau dari banyak dimanfaatkan dalam keper-

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1691
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 4.3. Kadar Calsium (Ca) Pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

No.Sampel Ca (mg/L) Penggunaan Lahan


1 36,4 Permukiman dan peternakan
2 51,1 Permukiman dan peternakan
3 37,9 Peternakan dan tegalan
4 80,8 Peternakan dan tegalan
5 51,1 Tegalan dan semak belukar
6 89 Permukiman padat dan pertokoan
7 42,8 Permukiman padat dan pertokoan
8 74,2 Permukiman padat dan pertokoan
9 56 Permukiman padat dan rumah makan
10 67,6 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012
Keterangan : melebihi ambang Baku Mutu

luan industri kimia, industri minu- jukkan adanya pola yang spesifik
man (bir), industri kertas, industri pada penggunaan lahan tertentu.
lem dan lain sebagainya. Ambang Berdasarkan parameter kalsium,
batas kadar kalsium menurut Standar secara umum kondisi airtanah di
Mutu Air Menurut Keputusan Guber- kawasan pesisir Parangtritis masih
nur Daerah Istimewa Yogyakarta dalam tingkat yang aman untuk
Nomor 214/KPTS/1991yang diper- dikonsumsi.
bolehkan untuk keperluan konsumsi
adalah 75 mg/L. Kalsium merupakan d. Magnesium
unsur yang banyak dimanfaatkan Magnesium ditemukan melimpah
oleh organisme dalam pembentukan p a d a p e ra i ra n a l a m i , ga ra m
tulang dan pengaturan permeabilitas magnesium memiliki sifat mudah
dinding sel, unsur ini tidak bersifat larut dan cenderung bertahan
toksik dalam kadar yang tidak sebagai cairan meskipun telah
berlebihan. pengalami presipitasi (Effendi, 2003).
Berdasarkan Tabel 4.3 nampak Unsur ini biasanya digunakan pada
bahwa mayoritas titik sampel masih industri kimia, tekstil, kertas dan
menunjukkan kadar dibwah ambang bahan peledak. Kelebihan kadar
batas baku mutu kalsium yang Magnesium dapat menyebabkan
ditentukan. Terdapat dia titik dengan anesthesia pada organisme
kadar kalsium diatas ambang batas vertebrata dan avertebrata (Cole,
baku mutu, yaitu titik 4 dengan nilai 1988). Didalam baku mutu air minum
80,8 mg/L dan titik 6 dengan nilai 89 yang terdapat Standar Mutu Air
mg/L. Kadar kalsium tidak menun- Menurut Keputusan Gubernur

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1692
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 4.4. Kadar Magnesium (Mg) Pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

No.Sampel Mg (mg/L) Penggunaan Lahan


1 8 Permukiman dan peternakan
2 19 Permukiman dan peternakan
3 3 Peternakan dan tegalan
4 5 Peternakan dan tegalan
5 8 Tegalan dan semak belukar
6 35 Permukiman padat dan pertokoan
7 48,1 Permukiman padat dan pertokoan
8 37,5 Permukiman padat dan pertokoan
9 33 Permukiman padat dan rumah makan
10 15 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012
Keterangan : melebihi ambang Baku Mutu

Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 berada di kawasan Pantai Depok.


214/KPTS/1991, kadar maksimum Kedua area tersebut memang
Magnesium adalah 20 mg/L. merupakan pusat kegiatan di
Berdasarkan Tabel 4.4 , dapat kawasan Pesisir Parangtritis, dimana
diamati bahwa pada beberapa lokasi Pantai Depok merupakan sentra
kadar magnesium telah melebihi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan
ambang batas yang ditentukan pada pusat kuliner laut, sementara itu
baku mutu. Kadar tertinggi adalah Pantai Parangtritis Merupakan pusat
48,1 mg/L yang terdapat pada titik 7 pariwisata.
dengan penggunaan lahan berupa
permukiman padat dan pertokoan, e. Klorida
sementara itu kadar terendah ada Ion Klorida (Cl) umum ditemui di
pada titik 3 dengan penggunaan perairan laut. Effendi (2003)
lahan berupa peternakan dan menjelaskan bahwa ¾ dari klorin (Cl2)
tegalan sebesar 3 mg/L . Secara terdapat di bumi dalam bentuk
umum, akumulasi kadar magnesium larutan. Ion ini merupakan anion
lebih terkonsentrasi pada area anorganik yang memiliki jumlah
terbangun, dengan demikian maka terbanyak dibandingkan dengan
kemungkinan tingginya kadar anion Halogen lain di perairan alami.
magnesium ini diakibatkan oleh Kandungan ion Klorida secara umum
adanya pencemaran yang berasal dapat dijadikan indikator sebagai
dari limbah domestik. Titik 6, 7 dan 8 penentu sifat korosifitas air, yang
berada pada kawasan Pantai dapat menyebabkan pengkaratan
Parangtritis, sementara itu untuk titik pada unsur logam. Ion ini tidak

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1693
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 4.5. Kadar Clorida (Cl) Pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

No.Sampel Cl (mg/L) Penggunaan Lahan


1 18,9 Permukiman dan peternakan
2 68,9 Permukiman dan peternakan
3 80,2 Peternakan dan tegalan
4 27,4 Peternakan dan tegalan
5 24,9 Tegalan dan semak belukar
6 56,2 Permukiman padat dan pertokoan
7 161,3 Permukiman padat dan pertokoan
8 211,2 Permukiman padat dan pertokoan
9 177,9 Permukiman padat dan rumah makan
10 44 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012

bersifat toksik jika dalam kadar yang Sebaran kandungan klorida tidak
tidak berlebihan dan memiliki peran menunjukkan adanya indikasi
dalam pengaturan osmotik sel. pengelompokan pada penggunaan
Didalam pemanfaatannya, klorin lahan yang spesifik. Terkait dengan
sering digunakan sebagai bahan ambang batas kandungan klorida
desinfektan untuk menghilangkan pada baku mutu air (600 mg/L), maka
mokroorganisme akuatik yang ada dapat dikatakan bahwa kondisi
di perairan. Berdasarkan Peraturan a i r ta n a h d i ka wa s a n p e s i s i r
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2008 Parangtritis relatif masih aman untuk
tentang Baku Mutu Air di Provinsi dikonsumsi.
Daerah Istimewa Yogyakarta,
ambang batas maku mutu Klorida f. Sulfat
adalah 600 mg/L. Ion Sulfat merupakan bentuk dari
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat Sulfur anorganik yang ada pada
dilihat bahwa kadar klorida pada perairan dan tanah. (Rao, 1992 dalam
seluruh titik sampel masih berada Effendi 2003). Ion ini merupakan
dibawah ambang baku mutu. bentuk oksidasi utama dari unsur
Kandungan klorida tertinggi sebesar Sulfur dan termasuk kedalam ion
211,2 mg/L ada pada titik 8 dengan yang paling banyak ditemukan di
penggunaan lahan berupa permu- perairan setelah bikarbonat. Sifat
kiman padat dan pertokoan. ion ini mudah larut dalam air dan
Sementara itu untuk kandungan banyak dimanfaatkan untuk keper-
terendah 18,9 mg/L ada pada titik 1 luan industri, berupa industri tekstil,
dengan penggunaan lahan berupa penyamaan kulit, kertas, metalugi
permukiman dan peternakan. dan lain sebagainya. Di alam perairan

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1694
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 4.6 Kadar Clorida (SO4) Pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

No.Sampel SO4 (mg/L) Penggunaan Lahan


1 6,3 Permukiman dan peternakan
2 95,4 Permukiman dan peternakan
3 25,5 Peternakan dan tegalan
4 8,1 Peternakan dan tegalan
5 3,5 Tegalan dan semak belukar
6 14,1 Permukiman padat dan pertokoan
7 14,8 Permukiman padat dan pertokoan
8 26,8 Permukiman padat dan pertokoan
9 18,5 Permukiman padat dan rumah makan
10 5,5 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012

alami, kadar Sulfat ada pada kisaran pengelompokan kadar sulfat pada
2-80 mg/L, sementara itu untuk setiap penggunaan lahan, dengan
wilayah yang memiliki unsur geologi demikian maka unsur sulfat kurang
berupa gypsum dapat mencapat spesifik untuk menggambarkan kon-
1000 mg/L. Baku mutu sulfat disi pencemaran airtanah. Jika
menurut Peraturan Pemerintah dibandingkan dengan Baku Mutu air,
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku dimana ambang batas sulfat adalah
Mutu Air di Provinsi Daerah 400 mg/L, maka kondisi di wilayah
Istimewa Yogyakarta adalah 400 pesisir parangtritis ini dapat dikata-
mg/L. Kadar sulfat yang melebihi kan aman untuk dikonsumsi.
baku mutu dapat menyebabkan
gangguan pencernaan pada g. Nitrit
manusia. Nitrit merupakan senyawa
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat turunan dari amonia (NH4) dan
diamati bahwa kandungan sulfat di merupakan unsur yang ada pada
kawasan pesisir Parangtritis masih tahapan intermediet antara amonia
berada dibawah ambang baku mutu. dengan nitrat (NO3). Senyawa ini
Kandungan sulfat tertinggi sebesar banyak ditemukan di perairan alami,
95,4 mg/L ada pada titik 2 dengan dan merupakan senyawa yang tidak
penggunaan lahan berupa permu- stabil sehingga keberadaannya selalu
kiman dan peternakan. Sementara lebih sedikit daripada nitrat. Nitrit
itu kandungan sulfat terendah merupakan indikator adanya
sebesar 3,5 mg/L ada pada peng- pencemaran yang bersumber dari
gunaan lahan berupa tegalan dan limbah industri dan limbah domestik.
semak belukar. Secara keseluruhan, Ambang batas nitrit menurut
tidak terdapat kecenderungan

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1695
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 4.7 Kadar Nitrit (NO2) Pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

No.Sampel NO2 (mg/L) Penggunaan Lahan


1 0,03 Permukiman dan peternakan
2 0,03 Permukiman dan peternakan
3 0,02 Peternakan dan tegalan
4 0,03 Peternakan dan tegalan
5 0,02 Tegalan dan semak belukar
6 0,02 Permukiman padat dan pertokoan
7 0,02 Permukiman padat dan pertokoan
8 0,06 Permukiman padat dan pertokoan
9 0,02 Permukiman padat dan rumah makan
10 0,02 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012

Peraturan Pemerintah Nomor 20 kandungan yang paling banyak


Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di ditemukan, yaitu terdapat di titik
P rov i n s i D a e ra h I st i m ewa 3,5,6,7,9 dan 10. Secara keseluruhan,
Yogyakarta adalah 0,06 mg/L. Kadar kandungan nitrit di kawasan pesisir
nitrit diatas 0,05 mg/L dapat bersifat Parangtritis relatif mendekati
racun (toksik) bagi organisme akuatik ambang batas yang ada pada baku
(Moore, 1991). Nitrit lebih bersifat mutu. Kondisi ini merupakan indikasi
toksik daripada nitrat, konsumsi air adanya pencemaran yang berasal
yang mengandung nitrit dengan dari limbah domestik yang berasal
kadar tinggi dapat menyebabkan dari kawasan terbangun di pesisir
gangguan pengikatan oksigen oleh Parangtritis.
hemoglobin pada sel darah merah
(Effendi, 2003). Sebagai akibatnya h. Nitrat
adalah terjadi gangguan metabo- Nitrat adalah bentuk utama
lisme sel dalam tubuh. dari nitrogen yang terdapat pada
Berdasarkan Tabel 4.7, dapat perairan alami, peran nitrat adalah
dilihat bahwa kandungan nitrit pada sebagai sumber nutrien bagi orga-
seluruh titik sampel masih belum nisme akuatik seperti berbagai jenis
melebihi ambang baku mutu yaitu algae (Effendi, 2003). Nitrat merupa-
sebesar 0,06 mg/L. Kandungan kan produk hasil oksidasi sempurna
tertinggi ada pada titik 8 sebesar 0,06 dari senyawa nitrogen pada perairan.
mg/L yang terdapat pada penggu- Oksidadi amonia (NH4) oleh bakteri
naan lahan permukiman padat dan Nitrosomonas merupakan proses
pertokoan. Sementara itu kandungan yang penting dalam siklus nitrogen
sebesar 0,2 mg /L merupakan yang berlangsung dalam kondisi

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1696
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 4.8 Kadar Nitrit (NO3) Pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

No.Sampel NO3 (mg/L) Penggunaan Lahan


1 0,2 Permukiman dan peternakan
2 0,3 Permukiman dan peternakan
3 7,5 Peternakan dan tegalan
4 3 Peternakan dan tegalan
5 0,9 Tegalan dan semak belukar
6 8,1 Permukiman padat dan pertokoan
7 5,7 Permukiman padat dan pertokoan
8 6 Permukiman padat dan pertokoan
9 3,7 Permukiman padat dan rumah makan
10 1,3 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012

aerob. Hasil dari proses tersebut penyakit ini memiliki indikasi kulit
adalah senyawa nitrit dan nitrat. bayi yang berubah menjadi kebiruan
Senyawa nitrat juga kerap digunakan (cyanosis) (Davis dan Cornwell, 1993,
sebagai indikator pencemaran libah dalam Effendi, 2003).
industri dan domestik. Kadar nitrat Berdasarkan Tabel 4.8 dapat
lebih dari 5 mg/L merupakan indi- diamati bahwa kadar nitrat di seluruh
kator telah terjadinya pencemaran titik pengamatan masih berada di
(Effendi, 2003). Berdasarkan Pera- bawah ambang batas baku mutu,
turan Pemerintah Nomor 20 Tahun yaitu sebesar 10 mg/L. Kadar nitrat
2008 tentang Baku Mutu Air di tertinggi ada pada titik 6 sebesar 8,1
Provinsi Daerah Istimewa Yogya- mg/L dengan penggunaan lahan
karta, ambang batas baku mutu berupa permukiman padat dan
nitrat adalah 10 mg/L. Konsumsi air pertokoan. Sementara itu kadar
yang mengandung kadar nitrat nitrat terendah ada pada titik 1
yang tinggi dapat mengganggu sebesar 0,2 mg/L dengan penggu-
proses pengikatan oksigen oleh naan lahan berupa permukiman dan
Hemoglobin pada sel darah merah, peternakan. Distribusi kandungan
karena pada dasarnya eksistensi nitrat yang relatif tinggi ada pada titik
senyawa ini akan mengakibatkan 6 (8,1 mg/L), 7 (5,7 mg/L) dan 8 (6
penurunan pada kapasitas darah mg/L) dengan penggunaan lahan
dalam mengikat oksigen. Dalam berupa permukiman padat dan
suatu kasus, kadar nitrat yang tinggi pertokoan. Lokasi titik tersebut
dapat mengakibatkan methemo- berada pada kawasan Pantai
globinemia atau blue-baby pada bayi Parangtritis yang notabene merupa-
dengan usia kurang dari lima bulan. kan pusat pariwisata pantai di

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1697
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

sepanjang pesisir di Kabupaten terlarut, tersuspendi atau terikat


Bantul. Tingginya kadar nitrat dalam organisme akuatik. Ke-
merupakan indikasi adanya pence- beradaan P yang berlebihan dalam
maran oleh limbah domestik sebagai airtanah pada umumnya disebab-
akibat dari aktivitas manusia. kan oleh adanya aktivitas manusia,
Meskipun kadar nitrat di lokasi ini seperti penggunaan pupuk, industri
masih berada di bawah ambang dan pembuangan limbah domestik.
baku mutu, namun kisaran angkanya Fosfat banyak dimanfaatkan untuk
mulai mendekati ambang baku mutu, pupuk, sabun, detergen, bahan
sehingga perlu mendapatkan perha- industri keramik, pelumas, produk
tian secara serius. makanan dan minuman, katalis dan
lain sebagainya. Ambang batas kadar
I. Fosfat fosfat dalam Peraturan Pemerintah
Bentuk lain dari senyawa fosfor Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku
yang dimanfaatkan oleh tumbuhan Mutu Air di Provinsi Daerah
adalah fosfat (Dugan, 1972). Istimewa Yogyakarta, ambang batas
Selanjutnya Notodarmojo (2005) baku mutu nitrat adalah 0,2 mg/L.
menjelaskan bahwa dalam larutan Sifat intrisik dari senyawa fosfat itu
airtanah, fosfor terdapat dalam sendiri sesugguhnya tidak memiliki
bentuk orthoposfat, dengan urutan pengaruh yang membahayakan jika
kelarutan sebagai berikut H2PO4 > dikonsumsi, namun keberadaannya
HPO4 > PO4. Keberadaan senyawa merupakan indikator yang cukup
umum untuk mendeteksi adanya
fosfat terdapat dalam bentuk
pecemaran.

Tabel 4.9 Kadar Fosfat (PO4) Pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

No.Sampel PO4 (mg/L) Penggunaan Lahan


1 0,8 Permukiman dan peternakan
2 4,7 Permukiman dan peternakan
3 6 Peternakan dan tegalan
4 1,6 Peternakan dan tegalan
5 0,001 Tegalan dan semak belukar
6 0,8 Permukiman padat dan pertokoan
7 0,6 Permukiman padat dan pertokoan
8 0,2 Permukiman padat dan pertokoan
9 1,2 Permukiman padat dan rumah makan
10 0,5 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012
Keterangan : melebihi ambang Baku Mutu

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1698
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilakukan oleh Sujatmiko (2009)


diketahui bahwa 80% dari keselu- diketahui bahwa 52, 5 % dari 40
ruhan titik sampling menunjukkan responden menyatakan bahwa
kadar fosfat yang telah melebihi tangki septik yang digunakan tidak
ambang batas baku mutu, yaitu diplester (kedap air), kondisi ini
sebesar 0,2 mg/L. Kandungan fosfat sesuai dengan hasil uji laboratorium
tertinggi sebesar 4,7 mg/L terdapat bahwa kandungan fosfat yang tinggi
di titik 2 dengan penggunaan lahan memiliki pola relatif mengelompok
berupa permukiman dan peter- pada area terbangun di kawasan
nakan. Sementara itu kadar terendah pesisir.
atau sekitar 0,001 mg/L terdapat
pada penggunaan lahan tegalan dan j. Bakteri Coli Tinja dan Total Coli
semak belukar. Kondisi ini menun- Escherichia coli (E.coli) merupa-
jukkan adanya indikasi pencemaran kan salah satu bakteri dalam kelas
yang bersumber dari limbah total coliform tidak berbahaya yang
domestik maupun limbah dari ditemukan dalam tinja manusia
peternakan. Di kawasan terbangun, (Effendi, 2003). Eksistensi E.coli
kadar fosfat yang tinggi kemungkinan sering digunakan sebagai parameter
tidak terlepas dari pengaruh limbah indikator adanya pencemaran yang
domestik yang berasal dari tangki berasal dari kotoran manusia. Di
septik (septik tank). Berdasarkan dalam kotoran manusia, selain
penelitian sebelumnya yang telah terdapat E.coli, kemungkinan juga

Tabel 4.10 Kadar Coli Tinja dan Total Coliform Pada Masing-Masing
Penggunaan Lahan
Coli tinja Total coliform
No.Sampel (JPT/100mL) (JPT/100mL) Penggunaan Lahan
4 6
1 4,3.10 ³2,4.10 Permukiman dan peternakan
2 ³2,4.105 ³2,4.106 Permukiman dan peternakan
3 4.103 - Peternakan dan tegalan
4 1,5.105 9.103 Peternakan dan tegalan
5 1,5.105 9.104 Tegalan dan semak belukar
6 1,5.105 1,5.105 Permukiman padat dan pertokoan
7 4.103 9.103 Permukiman padat dan pertokoan
8 4.103 1,5.104 Permukiman padat dan pertokoan
9 9.103 4.103 Permukiman padat dan rumah makan
10 1,5.104 4.103 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012
Keterangan : melebihi ambang Baku Mutu

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1699
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1700
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 4.11 Baku Mutu Air


Kandungan maksimal
Parameter Satuan yang digunakan
Natrium (Na) mg/l 200**
Kalsium (Ca) mg/l 75*
Magnesium (Mg) mg/l 30*
Klorida (Cl) mg/l 600
Sulfat (SO4) mg/l 400
Nitrat (NO3) mg/l 10
Nitrit (NO2) mg/l 0,06
Phosfat (PO4) mg/l 0,2
Bakteri coli tinja JPT/100mL 1000
Total coliform JPT/100mL 2000
Sumber : 1. Baku Mutu Air menurut Peraturan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008
2. Standar Mutu Air Menurut Keputusan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTS/1991. Dengan
parameter bertanda*
3. WHO tahun 1992 dalam Effendi (2003) yaitu untuk
parameter bertanda ***

Tabel. 4.12 Uji Kualitas Air Terhadap Baku Mutu


No. Sampel
Parameter
uji Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Na mg/L 30,6 48,6 44,3 44,4 45 55,7 20 50,9 33,3 41,3
K mg/L 57,9 450,7 588,8 588,8 44,3 53,4 111,1 33,6 60 60
Ca mg/L 36,4 51,1 37,9 80,8 51,1 89 42,8 74,2 56 67,6
Mg mg/L 8 19 3 5 8 35 48,1 37,5 33 15
Cl mg/L 18,9 68,9 80,2 27,4 24,9 56,2 161,3 211,2 178 44
SO4 mg/L 6,3 95,4 25,5 8,1 3,5 14,1 14,8 26,8 18,5 5,5
NO3 mg/L 0,2 0,3 7,5 3 0,9 8,1 5,7 6 3,7 1,3
NO2 mg/L 0,03 0,03 0,02 0,03 0,02 0,02 0,02 0,06 0,02 0,02
PO4 mg/L 0,8 4,7 6 1,6 0,001 0,8 0,6 0,2 1,2 0,5
Coli tinja JPT/100mL 4,3.104 ³ 2,4.105 4.103 1,5.105 1,5.105 1,5.105 4.103 4.103 9.103 1,5.104
2,4.106 ³
Total coliform JPT/100mL ³ 2,4.106 - 9.103 9.104 1,5.105 9.103 1,5.104 4.103 4.103

Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012


Keterangan : melebihi baku mutu air
Dalam standart baku mutu air

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1701
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel. 4.13 Uji Kualitas Air Sebagai Indikator Pencemaran Domestik


dan Pertanian di Kawasan Pesisir Parangtritis

SO4 NO3 NO2 PO4 Bakteri Bakteri


No Coli Tinja Total Coli Penggunaan Lahan
mg/L mg/L mg/L mg/L
JPT/100mL JPT/100mL
1 6,3 0,2 0,03 0,8 4,3.104 ³2,4.106 Kawasan permukiman dan peternakan
2 95,4 0,3 0,03 4,7 ³2,4.105 ³2,4.106 Kawasan permukiman dan peternakan
3 25,5 7,5 0,02 6 4.103 - Peternakan dan tegalan
4 8,1 3 0,03 1,6 1,5.105 9.103 Peternakan dan tegalan
5 3,5 0,9 0,02 0,001 1,5.105 9.104 Tegalan dan semak belukar
6 14,1 8,1 0,02 0,8 1,5.105 1,5.105 Permukiman padat dan pertokoan
7 14,8 5,7 0,02 0,6 4.103 9.103 Permukiman padat dan pertokoan
8 26,8 6 0,06 0,2 4.103 1,5.104 Permukiman padat dan pertokoan
9 18,5 3,7 0,02 1,2 9.103 4.103 Permukiman padat dan rumah makan
10 5,5 1,3 0,02 0,5 1,5.104 4.103 Permukiman padat dan rumah makan

Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012


Keterangan : melebihi baku mutu air
Dalam standart baku mutu air

Tabel 4.13 merupakan kumpulan paling representatif dalam menggam-


parameter yang digunakan sebagai barkan konisi pencemaran terutama
indikator adanya pencemaran oleh yang bersumber dari tangki septik
aktivitas manusia. Kadar fosfat, bakteri (septik tank). terkait tingginya kedua
coli tinja dan total coliform parameter tersebut, terkait dengan
menunjukkan hasil yang melampaui adanya pertumbuhan area terbangun di
ambang baku mutu, kondisi ini kawasan pesisir Parangtritis selain itu
menunjukkan adanya pencemaran juga tumbuhnya usaha di bidang jasa
sebagai dampak dari aktivitas manusia. yang menyediakan toilet umum yang
Kawasan pantai Parangtritis merupakan kurang terkonstruksi dengan baik (tangki
salahsatu pusat pariwisata pantai di sektik yang di plester) menjadi
Kabupaten Bantul, dengan adanya salahsatu penyebab tingginya kadar
kegiatan dan pertumbuhan penduduk di coli tinja dan total coliform di kawasan
kawasan pesisir, tentu saja akan pesisir Parangtritis. Limbah yang masuk
berpengaruh kepada produksi limbah kedalam tangki septik akan dengan
baik limbah domestik, maupun limbah mudah untuk terserap kedalam tanah
yang berasal dari kegiatan penduduk yang notabene memiliki nilai
seperti pertanian dan peternakan. permeabilitas yang tinggi (tanah tekstur
Kadar bakteri coli tinja dan total pasiran) sehingga akan mempercepat
coliform merupakan indikator yang suplai polutan sampai ke airtanah.

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1702
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

4.2.3 Klasifikasi Tingkat Pencemaran ditetapkan. Asumsi yang digunakan


Klasifikasi tingkat pencemaran dalam metode ini adalah kadar yang
menggunakan metode STORET , secara ter wakili adalah dalam kondisi
umum untuk membandingkan antara maksimum, dimana hal tersebut terkait
kandungan unsur yang ada pada dengan waktu pengambilan sampel
airtanah dengan baku mutu yang yang dilakukan pada bulan September

Tabel. 4.12 Uji Kualitas Air Terhadap Baku Mutu


No. Sampel
Parameter Satuan
uji 1 2 3 4 5

Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr
Na mg/L 30,6 0 48,6 0 44,3 0 44,4 0 45 0
K mg/L 57,9 0 450,7 0 588,8 0 588,8 0 44,3 0
Ca mg/L 36,4 0 51,1 0 37,9 0 80,8 -2 51,1 0
Mg mg/L 8 0 19 0 3 0 5 0 8 0
Cl mg/L 18,9 0 68,9 0 80,2 0 27,4 0 24,9 0
SO4 mg/L 6,3 0 95,4 0 25,5 0 8,1 0 3,5 0
NO3 mg/L 0,2 0 0,3 0 7,5 0 3 0 0,9 0
NO2 mg/L 0,03 0 0,03 0 0,02 0 0,03 0 0,02 0
PO4 mg/L 0,8 -2 4,7 -2 6 -2 1,6 -2 0,001 0
Coli tinja JPT/100mL 4,3.104 -3 2,4.105
³ -3 4.103 -3 1,5.105 -3 1,5.105 -3
2,4.106
Total coliform JPT/100mL ³ -3 2,4.106
³ -3 - -3 9.103 -3 9.104 -3
Total Skor/Indeks STORET -8 -8 -8 -10 -6
Kelas mutu air Cr Cr Cr Cr Cr
No. Sampel
Parameter Satuan
uji 6 7 8 9 10

Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr Kadar Skr
Na mg/L 55,7 0 20 0 50,9 0 33,3 0 41,3 0
K mg/L 53,4 0 111,1 0 33,6 0 60 0 60 0
Ca mg/L 89 -2 42,8 0 74,2 0 56 0 67,6 0
Mg mg/L 35 -2 48,1 -2 37,5 -2 33 -2 15 0
Cl mg/L 56,2 0 161,3 0 211,2 0 178 0 44 0
SO4 mg/L 14,1 0 14,8 0 26,8 0 18,5 0 5,5 0
NO3 mg/L 8,1 0 5,7 0 6 0 3,7 0 1,3 0
NO2 mg/L 0,02 0 0,02 0 0,06 -2 0,02 0 0,02 0
PO4 mg/L 0,8 -2 0,6 -2 0,2 -2 1,2 -2 0,5 -2
Coli tinja JPT/100mL 1,5.105 -3 4.103 -3 4.103 -3 9.103 -3 1,5.104 -3
Total coliform JPT/100mL 1,5.105 -3 9.103 -3 1,5.104 -3 4.103 -3 4.103 -3
Total Skor/Indeks STORET -12 -10 -10 -10 -8
Kelas mutu air Cs Cr Cr Cr Cr

Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012


Keterangan : melebihi baku mutu air Cr : Cemar ringan
Dalam standart baku mutu air Cs : Cemar sedang

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1703
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

yang merupakan musim kemarau, Faktor pembobot yang paling berat


dimana kandungan dalam airtanah adalah pada parameter biologi yang
berada dalam kondisi maksimum dalam hal ini diwakili oleh parameter coli
akibat tidak adanya imbuhan airtanah tinja dan total coliform. Bobot untuk
dari air hujan yang merupakan parameter ini adalah masing-masing -3
pengencer unsur terlarut dalam untuk coli tinja dan total colifotm.
airtanah itu sendiri. Kondisi pencemaran bologis pada
Berdasarkan Tabel 4.15 dapat seluruh titik sampel menunjukkan hasil
diamati bahwa hasil klasifikasi STORET yang positif sehingga parameter ini
menunjukkan bahwa 9 dari 10 sampel sangat mempengaruhi kelas pence-
yang digunakan termasuk dalam kelas maran airtanah bebas.
cemar ringan, dengan indeks STORET
berada pada kisaran nilai -6 hingga -10. 4.2.4 Parameter Fisika Airtanah
Sementara itu, terdapat satu sampel Konduktivitas (Daya Hantar Listrik /
yang masuk kedalam kelas cemar DHL) adalah gambaran numerik dari
sedang, yaitu sampel 6 dengan indeks kemampuan air untuk meneruskan
STORET -12. Hasil tersebut aliran listrik (Effendi, 2003). Nilai DHL
menunjukkan bahwa pengaruh aktivitas dapat merepresentasikan kondisi
manusia dalam mempengaruhi tingkat garam-garaman yang terlarut didalam
pencemaran airtanah dapat dikatakan air. Selanjutnya Klosterman (1989);
cukup tinggi. Dugaan ini diperkuat Fetter (1988); Sutikno (1992); Santosa
dengan adanya fakta bahwa titik 5 yang (2002); dalam Santosa (2010)
terdapat pada penggunaan lahan mengklasifikasikan nilai DHL sebagai-
tegalan dan semak belukar, merupakan mana yang ada pada Tabel 4.16.
titik yang paling sedikit mendapatkan
pengaruh manusia, titik tersebut Tabel 4.16
Klasifikasi Nilai DHL
memiliki indeks STORET paling rendah
yaitu -6 dan masuk kedalam kelas No Nilai DHL (µmhos/cm) Keterangan
cemar ringan. 1 < 1200 Airtanah tawar
2 1200-2500 Airtanah payau
3 2500-4500 Airtanah asin
4 > 4500 Airtanah sangat asin
Sumber : Santosa (2010)

Distribusi DHL kawasan pesisir


Parangtritis memiliki sebaran yang
spesifik. Airtanah dengan nilai DHL yang
Gambar. 4.4 Kondisi Penggunaan Lahan rendah (<1200 µmhos/cm) yang masuk
di Sekitar Titik 6 (Foto Dhoni, 2012) kedalam kelas airtanah tawar terdapat di

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1704
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

area gumuk pasir dan beting gisik. zona pertamuan antara airtanah yang
Sementara itu untuk nilai DHL yang bersifat tawar dengan air laut yang
paling tinggi, yaitu mencapai lebih dari bersifat asin. Perkembangan kawasan
1200 µmhos/cm terdapat di kawasan terbangun di sekitar pantai menye-
Pantai Parangtritis. nilai DHL di Pantai babkan penurapan airtanah untuk
Depok secara relatif dapat dikatakan keperluan domestik, akibatnya akan
lebih tinggi dari nilai DHL yang umum di terjadi perubahan posisis zona interface
kawasan pesisir Parangtritis, namun ke arah daratan, sehingga pada
masih dalam kadar yang masuk kelas kedalaman tertentu, airtanah akan
airtanah tawar. Nilai DHL yang relatif memiliki sifat payau atau bahkan asin.
tinggi berada pada area yang dekat Tabel 4.17 menunjukkan bahwa
dengan laut, hal ini dapat disebabkan mayoritas nilai DHL masih termasuk
oleh adanya proses intrusi air laut kearah kedalam kelas airtanah tawar. Namun
daratan. Zona interface merupakan dmikian pada titik 6 terdapat nilai DHL

Tabel 4.17 Nilai Parameter Fisik Airtanah


Bebas Kawasan Pesisir Parangtritis
No. DHL (µmhos) TDS (mg/L) Penggunaan Lahan
1 1178 793 Kawasan permukiman dan peternakan
2 842 561 Kawasan permukiman dan peternakan
3 357 239 Peternakan dan tegalan
4 798 539 Peternakan dan tegalan
5 518 347 Tegalan dan semak belukar
6 1390 700 Permukiman padat dan pertokoan
7 602 403 Permukiman padat dan pertokoan
8 964 643 Permukiman padat dan pertokoan
9 717 477 Permukiman padat dan rumah makan
10 547 464 Permukiman padat dan rumah makan
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012

Gambar 4.5 Kondisi Penggunaan Lahan Lokasi


Yang Memiliki Nilai DHL Yelatif Tinggi (Foto oleh Dhoni, 2012)

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1705
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

yang relatif tinggi yaitu 1390 µmhos/cm, kedalam air payau (DHL : 1200-2500
terdapat di permukiman padat dan µmhos.cm). namun demikian secara
pertokoan di Pantai Parangtritis. kondisi garis besar, baik hasil dari nilai DHL
i n i m e r u p a ka n i n d i ka s i a d a nya maupun TDS menunjukkan bahwa
overpumping pada airtanah, sehingga airtanah di kawasan pesisir Parangtritis
menyebabkan masuknya air laut ke arah masih didominasi oleh air tawar.
daratan.
Padatan terlarut total atau Total 4.3 Agihan Spasial Aliran Airtanah
Dissolve Solid (TDS) menunjukkan 4.3.1 Hidrostratigrafi Akuifer
kondisi bahan-bahan terlarut (diameter Hidrostratigrafi akuifer mencakup
< 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 – 10-3 kajian mengenai kondisi akuifer secara
mm) berupa senyawa kimia dan bahan- vertikal, dimana dengan mengetahui
bahan lain yang tidak tersaring dalam hidrostratigrafi maka akan dapat
kertas saring berdiameter 0,45 µm (Rao, diketahui karakteristik akuifer, termasuk
1992). Air laut relatif memiliki nilai TDS kondisi airtanah yang ada didalamnya.
yang tinggi, hal ini disebabkan oleh Didalam melakukan investigasi ini,
kandungan senyawa kimia yang banyak digunakan metode Electrical Resistivity
terdapat di air laut, hal ini juga terkait To m o g r a p hy ( E RT ) . M eto d e i n i
nilai salinitas. Hubungan antara TDS menekankan pada nilai hambatan (ñ)
dengan salinitas ada pada Tabel 4.18 untuk dapat menentukan material atau
Nilai TDS pada 10 titik kondisi apa yang ada dibawah
pengamatan menunjukkan airtanah di permukaan. Data yang digunakan
kawasan pesisir Parangtritis masih merupakan data sebaran nilai resistivity
termasuk kedalam air tawar, yaitu secara vertikal pada setiap titik
dengan nilai TDS < 1000 mg/L. Hal ini pengamatan, selanjutnya untuk dapat
sedikit berbeda dengan klasifikasi mengetahui kondisi hidrostratigrafi
berdasarkan nilai DHL, dimana 1 secara wilayah, maka digunakan metode
diantara 9 titik pengamatan termasuk cross-section.

Tabel 4.18
Hubungan Antara Nilai TDS Dengan Salinitas
Nilai TDS (mg/L) Tingkat salinitas
0-1000 Air tawar
1001-3000 Agak asin/payau (slightly saline)
3001-10000 Keasinan sedang / payau (moderate saline)
10001-100000 Asin (saline)
> 100000 Sangat asin (brine)
Sumber : Mc Neely et al (1979)

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1706
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Gambar. 4.6 Peta Distribusi DHL Akuifer Bebas Kawasan Pesisir Parangtritis

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1707
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Gambar. 4.7 Peta Lokasi Titik dan Jalur Geolistrik Kawasan Pesisir Parangtritis

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1708
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

a. Cross-section G10-G11-G12 material endapan lempung jenuh


Jalur pengamatan G10-G11-G12 airtanah yang terdapat pada
terbentang sejauh 1393 meter dari kedalaman sekitar 2-3 meter dari
arah utara-selatan. Lapisan teratas permukaan tanah. terdapat indikasi
dari model stratigrafi adalah adanya intrusi airlaut di titik G10
endapan pasir halus kering dan dengan kedalaman 20 meter, hal ini
endapan aluvium dimana terdapat ditandai dengan adanya nilai
hingga kedalaman 5 meter dari resistivity yang relatif rendah yaitu <
permukaan tanah. Material 1 Ùm, dimana kemungkinan air
berikutnya adalah pasir halus yang bersifat payau. Di kedalaman 20
jenuh akan airtanah tawar, dengan meter pada bentuklahan dataran
kedalaman bervariasi dari 3- 10 banjir dan fluvio-marin terdapat
meter dari permukaan tanah. Tebal material dengan nilai resistivity >
material endapan pasir jenuh 2000 Ùm, hal ini mengindikasikan
airtanah pada bentuklahan gumuk adanya batuan yang tidak mengan-
pasir lebih lebal daripada di dung airtanah. Kemungkinan
bentuklahan dataran banjir dan material tersebut bersifat imper-
fluvio-marin. Wilayah dengan meabel atau massif sehingga tidak
bentuklahan dataran banjir dan terdapat pori-pori untuk dapat
fluvio marin lebeih didominasi oleb menyimpan air.

Gambar 4.8 Model Cross-section Jalur G10-G11-G12

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1709
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

b. Cross-section G6-G7-G8 pasir yang tidak jenuh airtanah.


Jalur pengamatan G6-G7-G8 Material ini terdapat cukup luas, dari
terbentang sejauh 1888 meter dari bentuklahan gumuk pasir hingga
arah utara-selatan. Jalur ini melintasi dataran banjir dan dataran fluvio-
dua bentuklahan yaitu bentuklahan marin.
dataran banjir dan dataran fluvio
marin di sebelah utara, dan gumuk c. Cross-section G2-G3-G4
pasir di sebelah selatan. Hasil model Berada di posisi yang paling barat,
hidrostratigrafi menunjukkan yaitu jalur pengamatan G2-G3- G4
adanya simpanan airtanah tawar yang membentang sejauh 1308
pada kedalaman 2-4 meter dari meter dari arah utara-selatan. Jalur
p e r m u ka a n ta n a h . s i m p a n a h ini melintasi bentuklahan beting
airtanah terebut berada pada gisik dan dataran banjir dan fluvio-
material pasir halus. Di posisi yang marin. Hasil interpretasi pada
lebih dalam terdapat pula akumulasi model hidrostratigrafi menunjukkan
airtanah tawar yang terdapat pada adanya simpanan airtanah tawar
material lempung mulai dari yang cukup besar yang terdapat
kedalaman 10 hingga 20 meter dari dekat dengan titik G4. Simpanan
permukaan tanah. berada di posisi airtanah tawar ini terdapat dari
paling bawah, terdapat material batu kedalaman 3 – 60 meter dibawah

Gambar 4.9 Model Cross-section Jalur G6-G7-G8

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1710
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Gambar 4.10 Model Cross-section Jalur G2-G3-G4

permukaan tanah dan terdapat pada Kondisi Umum Hidrostratigrafi Akuifer


material pasir halus. Sementara itu di Berdasarkan hasil pemodelan
bawah lapisan pasir halus jenuh hidrostratigrafi pada jalur G10-G11-G12,
airtanah terdapat material lempung G6-G7-G8 dan G2-G3-G4 dapat
yang juga jenuh akan airtanah. Pola disimpulkan bahwa material penyusun
tebal airtanah dari titik G4 menuju akuifer di kawasan pesisir Parantritis
titik G2 mengalami penurunan, didominasi oleh pasir halus dan
dimana dari titik G4 berangsur- lempung. kondisi ini sesuai dengan
angsur menipis hingga pada titik G2 tipologi pesisir Parangtritis yang
yang hanya memiliki ketebalan termasuk kedalam jenis marine
sekitar 4 meter. Dekat dengan titik G2 depositional coast sehingga material
terdapat indikasi adanya intrusi air pasir merupakan material yang umum
laut dimana ditandai dengan nilai dijumpai. Eksistensi material lempung
resistivity yang cukup rendah (ñ < berasal dari aktivitas fluvial Sungai Opak
1Ùm). Kondisi ini kemungkinan yang bermuara di sebelah barat Pantai
disebabkan oleh adanya aktivitas Depok. Dari ketiga jalur pengamatan
manusia dalam menurap airtanah dapat ditemukan adanya material
yang kemudian berdampak pada lempung yang berada di bawah material
pergerakan zona interface menuju ke pasir, eksistensi lempung ini berfungsi
arah daratan. sebagai penampung airtanah dna
mencegah airtanah untuk lolos lebih

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1711
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

jauh kedalam tanah. kondisi ini dapat 4.3.2 Aliran Airtanah Bebas
dianalogikan bahwa bentuk akuifer di Flownet merupakan dugaan aliran
pesisir Parangtritis ini memiliki bentuk airtanah yang ditentukan berdasarkan
sepertii sebuah mangkok terbuka, garis kontur kedalaman airtanah. Data
dimana material lempung berfungsi kedalaman muka airtanah diperoleh
sebagai penampung atau lapisan dengan melakukan pengukuran pada
impermeabel. sumur-sumur gali yang terdapat di
Potensi pencemaran airtanah bebas dalam kawasan pesisir Parangtritis yang
di kawasan pesisir Parangtritis dapat dipilih berdasarkan sistematic sampling
dikatakan cukup tinggi. Hal ini terkait dengan membentuk sistem grid untuk
dengan kondisi hidrostratigrafi akuifer mendapatkan data yang representatif.
dimana cakupan akuifer bersifat lokal, Aliran airtanah terjadi akibat adanya
sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh gaya gravitasi yang menyebabkan
Mac Donald (1984) bahwa akuifer di terjadinya aliran akibat perbedaan
kawasan pesisir selatan Daerah ketinggian posisi muka airtanah. Aliran
Istimewa Yogyakarta memiliki sifat lokal, akan berjalan dari muka airtanah yang
yang artinya adalah segala bentuk lebih tinggi menuju muka airtanah yang
imbuhan di lokasi tersebut akan lebih rendah. Daerah yang menjadi
disimpan kedalam airtanah. Perkem- pusat akumulasi aliran airtanah
bangan kawasan pesisir oleh adanya cenderung memiliki nilai kerentanan
sektor pariwisata menyebabkan adanya yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh
ancaman pada sumberdaya airtanah di adanya aliran material dari lokasi yang
kawasan ini. Konsekuensi dari pertum- lebih tinggi termasuk didalamnya
buhan kawasan terbangun adalah kemungkinan terangkutnya zat-zat yang
adanya limbah domestik baik yang dapat mencemari (polutan).
dibuang secara langsung di permukaan Distibusi polutan akan sangat
tanah, maupun yang ada didalam tangki dipengaruhi oleh arah aliran airtanah.
septik. Segala bentuk polutan terebut Polutan akan terbawa aliran menuju
dapat terjebak kedalam sistem airtanah. lokasi yang memiliki tinggi muka
Hidrostratigrafi akuifer menunjukkan airtanah lebih rendah. Terkait dengan
bahwa bentuk akuifer di kawasan pesisir kondisi material akuifer di kawasan
Parangtritis ini berbentuk seperti pesisir Parangtritis yang berupa pasiran,
sebuah mangkuk yang terbuka, dengan maka aliran airtanah kemungkinan
demikian maka polutan yang masuk berjalan relatif cepat (2,5 – 45 m/hari ;
kedalam sistem akuifer akan terus Todd, 1980)
terjebak didalamnya karena tidak
adanya aliran airtanah ke tempat lain.

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1712
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Gambar. 4.11 Peta Aliran Airtanah Bebas Kawasan Pesisir Parangtritis

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1713
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Gambar. 4.12 Peta Kedalaman Muka Airtanah Akuifer Bebas, Kawasan Pesisir Parangtritis

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1714
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

4.3.3 Keberadaan Sumber Pencemar Dari gambar 4.13 dapat dilihat bahwa
Agihan aliran airtanah di kawasan terdapat aliran airtanah yang bersumber
pesisir Parangtritis secara umum dari area dengan penggunaan lahan
memiliki arah distribusi dari arah berupa lahan terbangun. Berdasarkan
sebelah timur, yaitu arah perbukitan pengamatan lapangan diketahui
struktural menuju ke arah selatan bahwa baik lokasi 2-3 maupun lokasi
dengan bentuklahan dataran pantai 3-4 merupakan lahan yang dimanfaat-
yang di notabene merupakan pusat kan untuk kegiatan peternakan.
pertumbuhan area terbangun. Kondisi Komoditas utama adalah sapi dan
aliran airtanah bebas di kawasan pesisir kambing dimana lokasi tersebut
Parangtritis dapat dilihat pada Gambar memang merupakan sentra peternakan
4.13 di kawasan pesisir Parangtritis.

Gambar 4.13 Aliran Airtanah Bebas

Gambar 4.14 Penggunaan Lahan di Lokasi 1-2 (kiri)


dan Lokasi 3-4 (kanan). (Foto oleh Dhoni, 2012)

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1715
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Tabel 4.19 Uji Kualitas Air Titik 1, 2, 3


dan 4 Terhadap Baku Mutu
No. Sampel
Parameter
uji Satuan
1 2 3 4
Na mg/L 30,6 48,6 44,3 44,4
K mg/L 57,9 450,7 588,8 588,8
Ca mg/L 36,4 51,1 37,9 80,8
Mg mg/L 8 19 3 5
Cl mg/L 18,9 68,9 80,2 27,4
SO4 mg/L 6,3 95,4 25,5 8,1
NO3 mg/L 0,2 0,3 7,5 3
NO2 mg/L 0,03 0,03 0,02 0,03
PO4 mg/L 0,8 4,7 6 1,6
Coli tinja JPT/100mL 4,3.104 ³ 2,4.10
5
4.103 1,5.105
Total coliform JPT/100mL ³ 6
2,4.10 ³2,4.106 - 9.103
Sumber : Kegiatan lapangan, September 2012
Keterangan : melebihi baku mutu air

Dalam standart baku mutu air

Eksistensi kompleks peternakan di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


kedua area tersebut, berpotensi dalam
memberikan suplai polutan kedalam 5.1 Kesimpulan
airtanah dan berpotensi mencemari 1. Potensi pencemaran di kawasan
area di sekitarnya yang memiliki tinggi pesisir Parangtritis secara umum
muka airtanah rendah. berasal dari aktivitas manusia yang
Tabel 4.19 menunjukkan kadar unsur merupakan dampak dari pemba-
pencemar yang ada di lokasi 1,2,3 dan 4. ngunan. Pertumbuhan kawasan
Hampir di seluruh titik tersebut kadar wisata menjadi pendorong pertum-
fosfat, coli tinja dan total coliform buhan penduduk, terutama di
berada diatas ambang baku mutu air dan kawasan yang dekat dengan pantai.
hanya di titik 3 saja yang kadar total Eksistensi manusia tentu akan ber-
coliformnya nihil. Tingginya kadar coli dampak pada munculnya perma-
tinja dan total coliform dapat berbahaya salahan lingkungan, yaitu berupa
bagi kesehatan. Terkait dengan pola limbah domestik, pertanian dan
aliran airtanah bebas, ke empat lokasi ini peternakan. Kebutuhan air pendu-
merupakan titik dengan tinggi muka air duk di kawasan pesisir yang masih
yang relatif lebih tinggi daripada menggantungkan pada airtanah,
kawasan di sekitarnya, dengan memicu adanya indikasi penurapan
demikian maka terdapat potensi air secara berlebih, sehingga akan
penyebaran polutan ke kawasan di memicu adanya intrusi airlaut.
sekitarnya.

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1716
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

2. Kondisi kualitas airtanah di menjadi sumber aliran airtanah


kawasan pesisir Parangtritis dimanfaatkan sebagai kompleks
menunjukkan adanya pencemaran, peternakan, kondisi ini berpotensi
mulai dari tingkat ringan hingga memberikan dampak pencemaran ke
tingkat sedang menurut klasifikasi daerah sekitar yang memiliki muka
STORET. Unsur pencemar yang air yang lebih rendah.
paling signifikan telah melebihi 5.2 Saran
ambang batas baku mutu adalah 1. Perlu adanya penataan ruang di
fosfat, coli tinja dan total coliform. kawasan pesisir yang berbasis
Tingginya angka pada ketiga pada kondisi hidrostratigrafi dan
indikator tersebut mencirikan aliran airtanah. Dengan adanya
bahwa telah terjadi pencemaran langkah tersebut, maka eksistensi
airtanah akibat aktivitas manusia, sumberdaya airtanah akan dapat
fosfat mencirikan pencemaran dari terjaga, sehingga dapat diman-
tangki septik yang dapat berupa faatkan secara berkelanjutan.
deterjen, maupun limbah domestik 2. Perlu adanya kawasan lindung di
lain. Sementara itu coli tinja dan total kawasan pesisir terutama daerah-
coliform mencirikan pencemaran daerah yang menjadi sumber aliran
dari kotoran manusia dan hewan. airtanah. Hal ini penting dilakukan
Kondisi parameter fisika secara untuk menjaga sumberdaya
umum masih menunjukkan bahwa airtanah.
a i r ta n a h d i ka wa s a n p e s i s i r 3. Perlu dirumuskan peraturan me-
Parangtritis masih didominasi oleh ngenai standarisasi pembuatan
air tawar. Konsentrasi DHL yang tangki septik. Sesuai dengan
relatif tinggi bersifat lokal dan kondisi material tanah dan batuan
terdistribusi di sekitar Pantai yang bersifat porus, maka tangki
Parangtritis dan Pantai Depok. septik yang ideal adalah jenis tengki
3. Hidrostratigrafi akuifer menunjuk- septik yang diplester atau dibuat
kan bahwa bentuk akuifer pesisir kedap air.
Parangtritis memiliki bentuk seperti 4. Sosialisasi kepada kelompok ternak
mangkuk yang terbuka, kondisi ini masyarakat untuk secara rutin dalam
mencirikan sistem akuifer yang membersihkan kandang ternak.
bersifat lokal. Aliran airtanah Langkah ini perlu dilakukan untuk
menunjukkan distribusi airtanah memperkecil kemungkinan mere-
yang bersifat lokal, muka airtanah sapnya kotoran ternak kedalam
yang relatif tinggi berada dekat tanah yang pada akhirnya dapat
dengan perbukitan struktural dan mempertinggi kadar bakteri coli tinja
beberapa lokasi di daerah gumuk dan total coliform yang berpotensi
pasir. Di beberapa lokasi yang membahayakan kesehatan.

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1717
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Penerbit IPB.

Bernard, J., Leite O. And VermeerschF., 2004, Multi-Electrode Resistivity Imaging for
Environmental and Mining Aplication, Orleans : IRIS

Chamber, J.E., Kuras O., Philip I. Meldrum, R.D. Ogilvy, and Hollands J., 2006, Electrical Resistivity
Tomography Applied to Geoloc, Hydrogeologic, and Engineering Investigation at a Former
Waste Disposal Site. Geophysics, 71, 6, B231-B239.

Cole, G.A. 1988. Textbook of Limnology. Third edition. Illinois, USA.401 p : Waveland Press, inc.

Colella, A., Lapenna V., and E. Rizzo, 2004, High-resolution Imaging of the High Agri Valley Basin
(Southern Italy) with Electrical Resistivity Tomography, Tectonophysics, 386, 29-40.

Daily, W., and Ramires A. L., 2000, Electrical Imaging of Engineered Hydraulic Bariers : Geophysics,
65, 83-94.

Dugan, P.R. 1972. Biochemical Ecology of Water Pollution. New York, 159 p : Plenum Press.

Gunawan, T. 2007. Makalah Seminar Nasional : Pendekatan Ekosistem Bentuklahan Sebagai


Dasar Pembangunan Wilayah Sebagai Dasar Pembangunan Wilayah Berbasis Lingkungan
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Kielbasinski, K, and Radoslaw M., 2008. Aplication of Electrical Resistivity Tomography to


Detection of Geological Setting, Geologija, 5

Kodoatie, R. J., 1996, Pengantar Hidrogeologi, Yogyakarta : Andi Offset

Krussman, G.P. and N.A. de Ridder, 1970, Analysis and Evaluation of Pumping Test Data,
International Institude for Land Reclamation and Improvement, Wageningen

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1718
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Linsley, R.K. 1985. Teknik Sumber Daya Air. Yogyakarta: Erlangga

Lowrie, W. 2007. Fundamental of Geophysics. Second Edition. New York : Cambridge University
Press

Mc Donald and Partners, 1984. Greater Yogyakarta Groundwater Resources Study. London :
Overseas Dvelopment Administration.

Milsom, J. 2003. Field Geophysics, The Geological Field Guide Series 3rd Edition. West
Sussex : John Wiley & Sons.

Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminats of Surface Water. New York : Springer-Verlag.

Notodarmojo, S. 2005. Tanah dan Airtanah. Bandung : Penerbit ITB

Patriana, D. 2009. Kualitas Airtanah Bebas di Kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Purnama, S. 2000. Geohidrologi. Bahan Ajar. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada

Putri, F.W. 2008. Potensi Airtanah Di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul DIY.
Thesis. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Santosa, L.W. 2010. Pengaruh Genesis Bentuklahan Terhadap Hidrostratigrafi Akuifer Dan
Hidrogeokimia Dalam Evolusi Airtanah Bebas. Desertasi. Yogyakarta : Program
Pascasarjana Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Sheriff, R.E. 2002. Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics. Kouston: SEG

Storz, Hm, W. Storz and F. Jacobs, 2000, Electrical Resistivity Tomography to Investigate
Geological Structures of The Earth's Uppercrust, Geophysics. Prospect., 48, 455-471.

Tamburiello, et al, 2008, Deep Electrical Resistivity Tomography and Geothermal Analysis of
Bradano Foredeep Deposits in Venosa Area (South Italy) : Preliminary Result. Annals
of Geophysics, 51, 1.

Telford, W.M., & L.P. Geldart, R. E. Sheriff. 2004. Applied Geophysics, 2nd Edition. Cambridge
University Press.

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1719
Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis

Todd, D.K., 1980, Groundwater Hidrology 2nd Edition, New York: John Wiley & Sons

Vrba,J., Zaporozec, A. 1994. Guidebook on Mapping Groundwater Vulnerability. International


Assosation of Hydrogeologist, International Contribution to Hydrogeology Verlag Vol 16.
Heinz Heise, Hannover.

Zein, A.G.I. 2011. Pengaruh litoralisasi terhadap kualitas airtanah di wilayah pesisir
Parangtritis kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.

Jurnal Riset Daerah Vol. XII, No.1. April 2013

1720

Anda mungkin juga menyukai