Anda di halaman 1dari 4

1.

Muatan Elektron
Dalam sebuah eksperimennya, Michael Faraday berhasil mengamati dan menemukan
keterkaitan fenomena percikan bunga api di udara dan peristiwa elektrostatistik. Faraday
menyimpulkan bahwa jika ujung kedua kabel yang terhubung dengan beda potensial
didekatkan satu sama lain di dalam sebuah tabung kedap udara bertekanan rendah, akan
menghasilkan percikan api. Pada waktu itu, para ilmuwan bersepakat bahwa berkas cahaya
yang dihasilkan dari percikan api oleh plat katoda (Sutarto, 2015).
Pada tahun 1897 JJ Thomson, melakukan sebuah percobaan menggunakan alat yang terdiri
dari sebuah tabung kaca yang dibuat hampir hampa udara. Di dalam tabung tersebut berisi
gas yang dapat terionisasi ketika diberikan arus listrik. Thomson menggunakan kumparan
magnetik yang dapat menghasilkan medan magnet di dalam tabung, vektor medan magnet
tegak lurus dengan medan listrik dan arah rambat berkas elektron. Terdapat sepasang keping
pembelok yang di pasang saling berhadapan. Sepasang keping pembelok ini diberikan beda
potenisal sehingga menghasilkan medan listrik di antara keping tersebut.
Pada tahun 1909, Robert Andrews Millikan melakukan eksperimen untuk menentukan besar
muatan elektron. Eksperimen tersebut dikenal dengan Percobaan Tetes Minyak Millikan.
Dalam eksperimen ini Millikan menggunakan penyemprot minyak dan tetes minyak yang
dimasukkan ke dalam tabung eksperimen. Tetes minyak tersebut melewati sebuah celah
untuk menghasilkan butiran – butiran minyak terionisasi oleh radiasi pengion. Millikan
menggunakan analisis gerak jatuh bebas untuk mengetahui massa tiap butiran minyak
tersebut. Pada eksperimen ini, Millikan memasang dua plat yang dialiri arus listrik sehingga
menghasilkan medan listrik yang akan menimbulkan gaya listrik untuk mengimbangi gaya
gravitasi. Medan listrik ini akan menarik butiran minyak yang telah terionisasi. Medan listrik
ini diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan gaya listrik yang dapat mengimbangi
gaya gravitasi yang menyebabkan butiran muatan minyak mengambang. Dari data yang
diperoleh, Milikan menyimpulkan muatan yang terkandung pada butiran minyak tersebut
merupakan kelipatan 1,602 x 10-19 C. Nilai ini kemudian digunakan sebagai muatan
partikel, yaitu muatan elektron, e = -1,602 x 10-19 C. Dengan mengetahui muatan elektron,
massa elektron juga dapat ditentukan yaitu sebesar 9,109 x 10-31 Kg (Sutarto,2015).
2. Percepatan Elektron
Elektron dapat dipercepat jika konduktor dipanaskan, maka akan terjadi pelepasan elektron
(discharge thermoelectron). Begitu juga dengan Katoda (-) yang ada didalam tabung
pelucutan gas, elektron yang terlepas akan dipercepat gerakannya oleh beda potensial antara
Katoda (-) dengan Anoda (+).Elektron yang terlepas dan bergerak ke Anoda berupa sinar,
sehingga disebut sinar Katoda. Jika Anoda diberi lubang, maka energi elektron saat
melewati lubang memenuhi hukum kekekalan energi.

1
mv 2 = eV (1)
2

V =√2eV/m (2)
keterangan
v = Kecepatan elektron (m/s)
e = Muatan elektron.
V = Beda Potensial antara Katoda (-) dan Anoda (+).
m = Massa elektron

3. Transistor
Transistor adalah suatu komponen aktif yang dibuat dari bahan semikonduktor ada dua
macam yaitu transistor dwikutub (bipolar) dan transistor efek medan. Transistor digunakan
dalam rangkaian untuk memperkuat isyarat artinya isyarat masukan lemah dan diubah
menjadi isyarat kuat pada keluaran. Pada transistor dwikutub sambungan p-n antara emitor
dan basis (Sutrisno, 1986).
Transistor mempunyai tiga kaki (elektroda) yang diberi nama basis (b), emitor (e) dan
collector (c). Basis dihubungkan pada lapisan tengah sedangkan emitor dan collector pada
lapisan tepi. Emitor artinya pemancar, disinilah pembawa muatan berasal. Kolektor artinya
pengumpul. Pembawa muatan yang berasal dari emitor ditampung pada collector. Basis
artinya dasar, basis digunakan sebagai elektroda mengendali. Prinsip transistor juga sebagai
penguat (Amplifier): artinya transistor bekerja pada wilayah antara titik jenuh dan kondisi
terbuka (cut off), tetapi tidak pada kondisi keduanya. Prinsip transistor sebagai penghubung
(saklar): transistor akan mengalami cut off apabila arus yang melalui basis sangat kecil
sekali sehingga collector dan emitor akan seperti kawat yang terbuka, dan transistor akan
mengalami jenuh apabila arus yang melalui basis terlalu besar sehingga antara collector dan
emitor bagaikan kawat terhubung dengan begitu tegangan antara collector dan emitor VCE.
Prinsip dasar dari kerja transistor yang lain adalah tidak akan ada arus antara collector dan
emitor apabila pada basis tidak diberi tegangan muka atau bias. Bias pada basis ini biasanya
diikuti dengan sinyal – sinyal atau pulsa listrik yang nantinya hendak dikuatkan, sehingga
pada collector, sinyal yang diinputkan pada kaki basis telah dikuatkan. Kedua jenis transitor
baik NPN atau PNP memiliki prinsip kerja yang sama (Sriwidodo, 2012).
Daftar Pustaka

- Sriwidodo. (2012). Elektronika Dasar. Jakarta: Salemba Teknika.

- Sutarto. (2015). Fisika Nuklir dan Partikel. Jakarta: Erlangga.

- Sutrisno. (1986). Elektronika 1. Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai