Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Perkembangan Teori Atom


(J.J. Thomson)

Oleh :
Kelompok 2
1. Desri Wati (18176003)
2. Silvia Wahyuni (18176011)
3. Trayda Afrianti (18176014)
4. Yeni Agustin (18176023)

Dosen Pembimbing:
Dr. Yerimadesi, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
DAFTAR ISI

A.
Sejarah..............................................................................................................
Error! Bookmark not defined.
B. Percobaan yang Menunjukkan Adanya Elektron ................................ 10
C Kelebihan dan Kelemahan Model Atom Thomson ................................ 7
Kepustakaan ................................................................................................................. 8

i
Perkembangan Teori Atom
(J.J. Thomson)
A. Sejarah

Elektron ditemukan oleh Joseph John Thomson pada tahun 1897.


Penemuan elektron diawali dengan ditemukannya tabung katode oleh William
Crookes. Kemudian J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode ini
dan dapat dipastikan bahwa sinar katode ini merupakan partikel, sebab dapat
memutar baling-baling yang diletakkan di antara katode dan anode.
Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode
merupakan partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif
dan selanjutnya disebut elektron.Atom merupakan partikel yang bersifat
netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain
yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan negatif elektron tersebut.
Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom
dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom
Thomson (A.Haris Watoni,2016: 52).
B. Percobaan yang Menunjukkan Adanya Elektron

Pada tahun 1890-an banyak ilmuan berlomba-lomba meneliti radiasi


(radiation), yaitu pemancaran dan perambatan energi melalui ruang dalam
bentuk gelombang. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini memberikan
sumbangan besar pada pemahaman kita tentang struktur atom. Salah satu alat
yang digunakan untuk menyelidiki fenomena ini adalah tabung sinar katoda,
cikal bakal dari tabung televisi (Gambar 2.3). tabung itu berupa tabung kaca
yang sebagian besar udaranya sudah disedot keluar. Ketika dua lempeng
logam dihubungkan dengan sumber tegangan tinggi, lempeng yang bermuatan
negatif, disebut katoda, memancarkan sinar yang tidak terlihat. Sinar katoda
ini tertarik ke lempeng bermuatan positif, yang disebut anoda, dimana sinar itu
akan melalui suatu lubang dan terus merambat menuju ujung tabung yang
satunya. Ketika sinar ini menumbuk permukaan yang telah dilapisi secara

1
khusus, sinar katoda tersebut menghasilkan pendaran yang kuat, atau cahaya
yang terang.

Gambar 1.1 Tabung sinar katoda dengan medan listrik yang tegak
lurus dengan arah sinar katoda dan medan magnetik luuar. Lambang U
dan S menandakan kutub utara dan selatan magnet. Sinar katoda akan
menumbuk ujung tabung di A dengan adanya medan magnetik, di C
dengan adanya medan listrik, dan di B dimana tidak ada medan luar
atau ketika pengaruh medan listrik dan medan magnetik saling
menghilangkan.
(James E Brady, 1982: 63)

Dalam beberapa percobaan, ditambahkan dua lempeng bermuatan listrik


dan sebuah megnet di luar tabung sinar katoda. Ketika medan magnetik
dihidupkan dan medan listrik dimatikan, sinar katoda menumbuk titik A.
Ketika hanya medan listrik yang dihidupkan, sinar akan menumbuk titik C.
Ketika medan listrik dan medan magnetik kedua-duanya mati atau kedua-
duanya hidup tetapi seimbang sehingga salaing menghilangkan, sinar
menumbuk titik B. Menurut teori elektromagnetik, benda bermuatan yang
bergerak berperilaku seperti sebuah magnet sehingga dapat berinteraksi
dengan medan listrik dan medan magnetik yang dilaluinya. Karena sinar
katoda ditarik oleh lempeng yang bermuatan positif dan ditolak oleh lempeng
yang bermuatan negatif, sinar tersebut haruslah terdiri atas partikel-partikel
yang bermuatan negatif. Kita mengenal partikel bermuatan negatif ini sebagai
elektron. Gambar 1.4 menunjukkan pengaruh batang magnet terhadap sinar
katoda.

2
Seorang fisikawan Inggris, J. J. Thomson, menggunakan tabung sinar
katoda dan pengetahuannya tentang teori-teori elektromagnetik untuk
menentukan perbandingan muatan listrik terhadap massa elektron tunggal.
Angka yang diperolehnya adalah −17 × 108 C ∕ g, dimana C adalah
kependekan dari Coulomb, yaitu satuan muatan listrik (Raymond
Chang,2008:32).

Selanjutnya, Robert Milikan (1868-1953) menentukan muatan elektron e


melalui serangkaian percobaan tetes minyak (1906-1914) seorang fisikawan
Amerika, menemukan bahwa muatan sebuah elektron adalah sebesar
−1,6022 × 10–19C. Dari data-data ini ia menghitung massa terhadap muatan
untuk satu elektron yaitu:
muatan
Massa satu elektron =
muatan/
macca

−1,6022 × 10–19 C
=
−17 × 108 C ∕ g

= 9,1094 × 10–2 8g

Sewaktu elektron diterima sebagai partikel dasar materi yang ditemui


dalam semua atom, fisikawan atom mulai berspekulasi tentang bagaimana
partikel-partikel ini ada di dalam atom. Model yang dapat diterima umum
adalah yang diajukan oleh J.J Thomson. Thomson berpikir bahwa muatan
positif yang diperlukan untuk mengimbangi muatan negatif dari eloktron
dalam atom yang netral adalah dalam bentuk awan nebula. Elektron,
sebagaimana dikemukakan, mengapung di awan muatan positif yang berbaur
(mirip seperti gelatin dengan “Buah” elektron terbenam di dalamnya). Model
ini menjadi dikenal sebagai model plum-pudding karena kemiripannya dengan
penganan bahasa inggris yang populer (kita dapat mengibaratkan seperti roti
kismis). Model roti kismis ini diilustrasikan pada Gambar 1.2 untuk atom

3
netral dan untuk spesies atomik, yang dinamakan ion, yang membawa muatan
netto.

Gambar 1.2 Percobaan tetes minyak Milikan

Ion (atom atau molekul bermuatan) dihasilkan oleh radiasi berenergi


tinggi seperti sinar –X (X). Beberapa dari ion-ion ini menjadi tertarik ke
tetesan minyak, memberinya muatan netto. Jatuhnya tetesan di dalam medan
listrik antara pelat-pelat kondensor dipercepat atau diperlambat, bergantung
pada besarnya dan tanda muatan pada tetesan. Dengan menganalisis data dari
sejumlah besar tetesan, Milikan menyimpulkan bahwa besarnya muatan, q,
pada satu tetes adalah kelipatan bulat dari muatan listrik, e. Artinya q= ne
(dengan n=1,2,3...) (Pettrucci, 2011:40).

Radioaktivitas

Pada tahun 1895, seorang fisikawan Jerman Wihelm Rontgen


mengamati bahwa sinar katoda menyebabkan kaca dan logam memancarkan
sinar yang tidak biasa. Radiasi yang berenergi tinggi ini menembus materi,
menghitamkan lempeng fotografi yang tertutup, dan menyebabkan berbagai
zat berflouresensi. Karena sinar ini tidak dapat dibelokkan oleh magnet, berarti
sianr ini tidak mengandung partikel bermuatan seperti sinar katoda. Rontgen
menyebutkan sebagai sinar-x.

4
Gambar 1.3 (a) Sinar katoda yang dihasilkan dalam suuatu tabung. Sinar itu
sendiri tidak dapat dilihat, tapi fluoresensi dari lapisan senga sulfida pada kaca
menyebabkan sinar itu tampak berwarna hijau. (b) Sinar katoda
( Raymond Chang, 2008: 32)

Tidak lama setelah penemuan Rontgen, Antoine Becquerel, seorang


profesor fisika di Paris, mulai mengkaji sifat-sifat fluoresensi dari berbagai
zat. Secara tidak sengaja, ia menemukan bahwa senyawa Uranium dapat
menyebabkan lempeng fotografi yang terbungkus tebal berubah menghitam,
bahkan tanpa rangsangan sinar katoda. Seperti sinar-x, sinar dari senyawa
Uranium berenergi sangat tinggi dan tidak dapat dibelokkan oleh magnet,
tetapi berbeda dengan sinar-x karena sinarnya dihasilkan secara spontan
memancarkan radiasi disebut radioaktif.
Penyelidikan lebih jauh mengungkapkan bahwa ada tiga jenis sinar yang
dihasilkan dari peluruhan (decay) , atau pemecahan, zat-zat radioaktif seperti
Uranium. Dua dari tiga jenis sinar itu dibelokkan oleh lempeng logam yang
muatannya berlawanan (Gambar 1.5). sinar alfa (α) terdiri atas partikel-
partikel bermuatan positif, disebut partikel alfa, dan beta merupakan elektron
dan dibelokkan oleh lempeng yang bermuatan positif. Sinarbeta (β), atau
partikel dari radiasi radioaktif terdiri atas sinar-sinar berenergi tinggi yang
disebut sinar gamma (Ɣ). Seperti sinar-x, sinar-Ɣ tidak bermuatan dan tidak
dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnetik luar. Sehingga penemuan
radioaktivitas Uranium ini seolah-olah memperkuat ide Thomson tentang
model atom yang diajukannya.

5
Gambar 1.4 Tiga jenis sinar yang dipancarkan oleh unsur
radioaktif. Sinar β terdiri atas partikel bermuatan negatif (elektron)
dan dengan demikian ditarik oleh lempeng bermuatan positif.
Kebalikannya berlaku bagi sinar α – sinar ini berupa partikel
bermuatan positif dan tertarik ke lempeng bermuatan negatif.
Karena sinar Ɣ tidak bermuatan, lintasannya tidak dipengaruhi
oleh medan listrik luar (Raymond Chang, 2008 : 32).

Berdasarkan penemuan elektron tersebut , J.J. Thomson (1904)


mengemukakan teori atomnya sebagai berikut.
“Atom merupakan suatu bola yang bermuatan positif, di tempat-tempat
tertentu terdapat elektron yang bermuatan negatif. Keadaanya mirip seperti
roti kismis, dimana elektron diumpamakan sebagai kismis yang tersebar dalam
seluruh bagian dari roti” (Rahmawati, 2007: 44).
Jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan negatif.Model
Atom Thomson diilustrasi seperti Gambar 1.5

Gambar 1.5 Model Atom Thomson


(Raymond Chan, 2008 : 33)

6
C. Kelebihan dan Kelemahan Model Atom Thomson
 Kelebihan: membuktikan adanya partikel lain yang bermuatan
negatif dalam atom. Berarti atom bukan merupakan bagian
terkecil dari suatu unsur.
 Kelemahan: model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan
muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
(https://abang-sahar.blogspot.com/2012/12/makalah-model-atom
thomson.html?m=1)

7
Kepustakaan

A.Haris Watoni.2016. Kimia untuk Siswa SMA Kelas X Peminatan. Bandung:


Yrama Widya
Brady James E. 1982. General Chemistry Principles and Structure. Amerika:
John Wiley & Sons
Chang Raymond. 2008. Kimia Dasar Konsep-Konsep Kimia Inti Jilid 1 Edisi
Ketiga. Jakarta: Erlangga
https://abang-sahar.blogspot.com/2012/12/makalah-model-atom-
thomson.html?m=1. (Tanggal 05 Februari 2019)
Petrucci Ralph H. 2011. Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi
kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Rahmawati, J. 2007. Kimia 1 SMA dan MA. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai