Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KIMIA INTI DAN RADIO KIMIA

STRUKTUR ATOM

RAMLAH - [1513141002]

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


28 AGUSTUS 2017
PERKEMBANGAN TEORI ATOM

Spekulasi paling dini tentang keberadaan atom sebagai pembentuk materi


terjadi kira-kira 500 B SM. Anaxagoras, Leucippus dan Democritus
mempostulasikan bahwa semua materi terbentuk dari kumpulan partikel yang
disebut atom, yang berasal dari kata atomos yang berarti tak dapat dibagi-bagi
lagi. Pengetahuan tentang atom ini tidak mengalami perkembangan hingga awal
abad 19 (Ariyanto, 2000: 8).
Teori atom pada awalnya dikemukakan untuk menjelaskan reaksi kimia.
teori atom ini dimulai dengan teori atom Dalton yang menjelaskan adanya hukum
kekekalan massa dan hukum perbandingan tetap, serta mampu meramalkan
adanya hukum kelipatan perbandingan atau hukum perbandingan berganda.
Selanjutnya, untuk dapat menjelaskan sifat-sifat atom lainnya, seperti spectrum
atom, sifat magnet dan listrik, serta bagaimana cara atom berikatan membentuk
senyawa kimia, berkembanglah model-model atom menurut Thomson,
Rutherford, Bohr, dan melalui pendekatan mekanika kuantum. Model-model
tersebut terutama mengemukakan struktur atom yang berkaitan dengan
kebolehjadian menemukan posisi electron di dalam volume ruang atom. melalui
pendekatan mekanika kuantum, penyelesaian persamaan gelombang Schrodinger
dapat memvisualisasikan berbagai bentuk orbital electron (Bundjali, 2002: 1).
Teori Atom Dalton
Menurut Subowo (1983: 42-43), John Dalton (1766 1844), ahli kimia
inggris mengusulkan teori atom yang dikenal dengan teori atom Dalton.
Hipotesis Dalton tentang atom pertama kali dipublikasikan pada kuliahnya tahun
1803 dan dipublikasikan secara lengkap dalam buku A New System in Chemical
Philosophy tahun 1808. Isi teori atom Dalton dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur, yang selalu berada dalam
keadaan bebas.
b. Atom dan unsurnya selalu mempunyai sifat yang identik dalam hal:
massanya, volumenya, daya reaktivenya, dsb.
c. Atom dari unsur yang berbeda sellau mempunyai sifat yang berbeda.
d. Kombinasi sifat kimia dapat terjadi, bila atom-atom saling berhubungan
dan bersatu membentuk sebuah molekul.
Konsep atom Dalton jauh lebih terperinci daripada konsep Democritus.
Hipotesisi pertama menyatakan bahwa atom dari suatu unsur berbeda dengan
atom dari unsur yang lain. Dalton tidak menjelaskan struktur atau komposisi
dari atom, ia tidak mempunyai ide seperti apa atom itu sebenarnya tetapi ia
menyadari sifat-sifat yang berbeda yang ditunjukkan oleh unsur-unsur seperti
hidrogen dan oksigen dapat dijelaskan dengan menganggap bahwa atom-atom
hidrogen tidak sama dengan atom oksigen. Hipotesisi kedua dari Dalton,
menunjukkan bahwa atom-atom dari unsur yang tepat dengan jumlah atom-
atom yang benar diperlukan untuk membentuk senyawa tertentu. ide ini
merupakan pengembangan dari hukum yang ditemukan oleh Joseph Proust
(1799), hukum perbandingan tetap. Hipotesisi kedua ini mendukung hukum
kelipatan berganda sedangkan hipotesis ketiga mendukung hukum kekekalan
massa yang diperkenalkan oleh Antoine Lavoiser pada tahun 1774 (Tim
Dosen Unhas, 2013: 2).
Menurut Syukri (1999: 29-30), Jika ditinjau dari teori modern terdapat
beberapa kelemahan teori atom Dalton, yaitu sebagai berikut:
1. Dalton menyatakan bahwa atom tidak dapat dibagi lagi. Kini telah dibuktikan
bahwa atom terbentuk dari partikel dasar (yang lebih kecil dari atom), yakni
neutron, proton dan electron.
2. Menurut Dalton, atom tidak dapat dicipta atau dimusnahkan. Ternyata dengan
reaksi nuklir satu atom dapat diubah menjadi atom unsur lain.
3. Dalton menyatakan bahwa atom suatu unsur sama dalam segala hal. Sekarang
ternyata ada isotope, yaitu atom unsur yang sama tetapi massanya berbeda.
4. Perbandingan unsur dalam satu senyawa menururt Dalton adalah bilangan
bulat dan sederhana. Tetapi kini semakin banyak ditemukan senyawa dengan
perbandingan yang tidak sederhana, misalnya C18H35O2Na.
Walaupun mempunyai kelemahan, teori atom Dalton merupakan tonggak
sejarah dalam kemajuan ilmu kimia. Ia yang mula-mula melahirkan teori
berdasarkan percobaan, maka ia disebut sebagai bapak kimia, sebagaimana
Newton dalam fisika. Teori atom Dalton tidak hanay dapat menjelaskan
hukum dasar, tetapi juga hukum pernyatuan volume dan hukum Avogadro.
Teori Atom Thomson
Tonggak sejarah perkembangan teori atom selanjutnya dimulai dari
penemuan hukum Faraday yang diperoleh melalui percobaan elektrolisis. Dalam
tahun 1838, Michael Faraday (1791 1867) melaporkan hasil percobaannya
tentang muatan listrik melalui gas-gas, ia menggunakan tabung pengawa.
Lempeng logam yang disebut elektroda ditempatkan di ujung tabung gelas yang
mempunyai sebuah lengan-sisi terbuka. Salah satu elektroda disebut katoda,
dihubungkan dengan sumber listrik negative dengan tegangan tinggi (beberapa
ribu volts), yang lain disebut anoda, dihubungkan dengan kutub positif. Sewaktu
tabung masih terisi udara, tidak terjadi arus listrik. Udara bukan merupakan
konduktor yang baik. Tabung gelas dapat dihampakan dengan menghubungkan ke
pompa vakum. Gejala yang tertera, terjadi bila tekanan dari sisa udara dalaam
tabung berkurang menjadi kira-kira seperseribu dari tekanan atmosfer normal,
batas dimana pompa vakum mekanis dapat bekerja pada masa Faraday (Petrucci,
1985: 34-35).
Dalam percobaan lebih lanjut, Joseph John Thomson dapat menentukan
angka banding muatan terhadap massa e/m electron. Sinar katoda dilewatkan
melalui anoda berlubang dengan celah sempit dan dijatuhkan pada suatu layar.
Dengan memasang suatu medan magnetic, berkas sinar katoda akan mengalami
pembelokan. Pembelokan akibat adanya medan magnet tersebut dapat diimbangi
dengan pemanasan medan listrik dengan kekuatan dan arah yang sesuai sehingga
berkas sinar katoda kemudian tidak mengalami penyimpanan arah. Penyimpangan
suatu partikel bermuatan dalam suatu medan magnet atau medan listrik adalah
sebanding dengan muatannya (=e) dan berbanding terbalik dengan massanya
(=m). Dari besarnya kekuatan medan magnet dan medan listrik yang digunakan
sehingga tidak terjadi penyimpanan arah gerak electron, J.J Thomson dapat
menghitung angka banding e/m electron yaitu -1,76 x 1011 C k-1 (Bundjali, 2002:
3).
Penentuan muatan electron telah dilakukan oleh Milikan (1909) dengan
tetesan minyak. Elektron dibebaskan dari atom yang terdapat antara pelat oleh
seberkas sinar-X. Bila tetesan minyak disemprotkan ke dalam ruangan, electron
akan menenmpel pada tetesan minyak yang dilewatkan antara dua pelat tersebut.
Dengan menentukan muatan total pada minyak, banyaknya minyak, dan
pengendalian bahwa satu tetes hanya mengikat satu electron, maka muatan
electron dapat dihitung. Nilai muatan yang didapat, digabungkan dengan nilai
e/me dari Thomson, memberikan nilai me massa electron. Apabila nilai me ini
dibandingkan terhadap nilai masa hydrogen, Mh, maka me/Mh = 1/1837 (Surdia,
1993: 5).
Menurut Petrucci (1985: 35) Beberapa sifat sinar katoda disimpulkan oleh
Plucker, Hittorf, Croockes dan lain-lain:
1. Sinar katoda dipancarkan oleh katoda dalam sebuah tabung hampa bila
dilewati arus listrik (aliran listrik adalah penting).
2. Sinar katoda berjalan dalam garis lurus
3. Sinar tersebut bila membentuk gelas atau benda tertentu lainnya akan
menyebabkan terjadinya fluoresensi (mengeluarkan cahaya). Dari fluorosensi
inilah sinar dapat dilihat, sedangkan sinar katoda sendiri tidak tampak.
4. Sinar katoda dibelokkan oleh medan listrik dan magnet. sehubungan dengan
hal ini diperkirakan partikel-partikel bermuatan negative.
5. Sifat-sifat dari sinar katoda tidak tergantung dari bahan elektrodanya (besi,
platina dan sebagainya).
Elektron sangat ringan sehingga dapat meninggalkan atom jika diberi
energi, misalnya diberi tegangan listrik seperti pada tabung Croockes. Oleh
karena itu diduga electron berada dibagian luar atom. Berdasarkan penalaran
seperti ini, akhirnya Thomson (1898) merumuskan teori yang disebut teori atom
Thomson (Syukri, 1999: 118).
Berdasarkan penemuan ini, Thomson mengajukan sebuah model atom
untuk menjelaskan hasil-hasil eksperimen maupun prediksi teoritis yang muncul
saat itu dengan nama model kue kismis. Atom dipandang sebagai bola bermuatan
positif yang dinetralisir oleh electron-elektron yang tersebar di seluruh volume
bola (Ariyanto, 2000: 8).
Teori Atom Rutherford
Teori atom Thomson tidak menjelaskan kedudukan electron dalam atom,
hanya menyatakan berada dipermukaan, karena ditarik oleh muatan positifnya.
Akan tetapi mengapa electron lepas bila diberi energi, seperti tegangan listrik atau
ditabrak partikel lain? Hal ini mendorong para ahli mencari teori (model) atom
yang lebih memuaskan. Akan tetapi hal ini tidak terlepas dari penemuan lainnya,
seperti sinar radioaktif. Sejak ditemukan zat radioaktif oleh Becguerel pada tahun
1896, para ahli mulai mempelajari sifat-sifat zat ini. Ternyata zat radioaktif dapat
memancarkan tiga macam sinar (partikel), yaitu alfa (), beta () dan gamma ()
(Syukri, 1999: 119).
Sekitar tahun 1911 Rutherford dengan mahasiswanya, Hans Geiger dan
Ernest Marsden telah melakukan percobaan penghamburan sinar . Sinar dari
polonium yang bersifat radioaktif dijatuhkan pada lempeng emas. Berkas sinar
yang berkecepatan sekitar 10.000 mil/detik ternyata hampir semuanya dapat
menembus lempeng, hanya sebagian kecil yang dibelokkan dan dipantulkan
kembali (Sukarna, 2003: 88).
Menurut Sugiarto (2004: 14), Rutherford mengajukan teori atonya, yaitu:
a. Sebagian besar atom berupa ruang kosong sehingga semua massa atom
terpusat pada inti atom yang sangat kecil.
b. Atom disusun dari:
Inti atom yang bermuatan positif.
Elektron-elektron yang bermuatan negative yang mengelilingi inti
atom.
c. Seluruh proton terpusat d dalam inti atom.
d. Banyaknya proton di dalam inti sama dengan jumlah electron yang
mengelilingi inti atom, sehingga atom bersifat netral.
Dari teorinya, Rutherford memodelkan atom sebagaimana pada sistem tata surya,
yaitu electron-elektron bergerak mengelilingi atom seperti planet-planet
mengelilingi matahari. Sebagai contoh, atom hydrogen mempunyai inti yang
bermuatan +1, maka muatan ini diimbangi oleh 1 elektron yang mengitari inti.
Rutherford menganggap bahwa electron bergerak disekitar inti pada jarak-
jarak tertentu, sehingga gaya sentripetal akan mengimbangi gaya tarik kelistritan.
Anggapan ini menimbulkan kesulitan baru sebab menurut teori mekanika klasik,
partikel yang bergerak dan mengalami percepatan akan memancarkan spectrum
yang berkesinambungan. Adanya pemancaran sinar ini akan mengakibatkan
energi electron akan berkurang sehingga electron makin lama makin dekat inti dan
akhirnya melebur dengan inti atom. Pada kenyataannya bahwa atom senantiasa
dalam keadaan stabil, selektron tidak lebur dengan inti atom. Dua hal yang
digambarkan tersebut merupakan kelemahan dari atom Rutherford (Tim Dosen
Kimia Unhas, 2013: 7).
Model Atom Bohr
Walaupun hasil percobaan hamburan sinar oleh Rutherford benar-benar
menakjubkan, namun teori atom yang dikemukakan sama sekali tidak dapat
mejelaskan spectrum atom. Penjelasan teoritik tentang terjadinya spectrum emisi
atom hydrogen, pertama-tama datang dari seorang ahli fisika Denmark, Niel Bohr
pada tahun 1913 yang kira-kira dua tahun sebelumnya pernah bekerja di dalam
laboratorium tempat Rutherford melakukan percobaan hamburan sinar
(Sugiyarto, 2004: 6).
Teori masuk akal yang pertama tentang struktur electron dalam atom
daijukan pada tahun 1914 oleh Niels Bohr (1885-1962) seorang ahli fisika
Denmark. Untuk mejelaskan spectrum hydrogen ia mengusulkan bahwa dalam
setiap atom hydrogen, electron yang mengelilingi inti dlaam satu atau beberapa
orbit melingkar yang mungkin, masing-masing mempunyai jejari tertentu yang
berkaitan dengan energi electron itu. Elektron pada orbit yang paling dekat
dengan inti memiliki energi paling rendah (Goldberg, 2007: 42).
Menurut Sukarna (2003: 89), Niels Bohr mengemukakan postulat-
postulatnya, yang selanjutnya dikenal dengan model atom Bohr. Bohr dalam
postulatnya berpendapat bahwa:
1. Elektron mengelilingi inti dalam lintasan berbentuk lingkaran, yang disebut
orbit.
2. Elektron dalam keadaan stasioner tidak meamncarkan energi sehingga energi
electron tidak berubah dan lintasan electron tidak makin mengecil, tetapi
tertentu dengan energi tertentu.
3. Elektron memiliki momentum angular tertentu, yang terkuantisasi dalam

satuan , dengan h adalah tetapan Planck = 6,627 x 10-27 erg detik = 6,63 x
2

10-34 Js.
4. Perubahan energi dapat terjadi bila electron berpindah dari lintasan yang satu
kelintasan yang lain.
Model atom Bohr berhasil menjelskan spectrum yang teramati untuk atom
Hidrogen dan ion-ion serupa atom hydrogen (seperti He+, Li2+, Be3+ dan
sebagainya), namun tidak dapat menjelaskan spectra atom yang memiliki lebih
dari satu electron. Selain itu, model atom Bohr tidak memiliki dasar pembenaran

dalam kuantisasi momentum sudut electron yang hanay bernilai kelipatan dari ,
2

mengapa bukan kelipatan atau dan sebagainya. Keterbatasan lain dari
3 5

modela tom Bohr adalah tidak dapat menjelaskan cara-cara atom berikatan
membentuk molekul yang stabil dengan kombinasi tertentu dari atom-atom
penyusunnya. Demikian pula mengenai anggapan dasar bahwa suatu electron
dalam atom terletak pada suatu jarak tertentu dari inti dan bergerak mengitari inti
pada lintasannya dengan suatu kecepatan tertentu pula. Hal ini kemudian
ditunjukkan oleh Heisenberg bahwa tidak mungkin untuk menentukan secara
serentak posisi dan momentum suatu partikel subatomic dengan tepat.
Berdasarkan kekurangan dan keterbatasan tersebut, para ahli peneliti melalui
usaha-usaha berkesinambungan dan berkelanjutan memperbaiki model struktur
atom yang dikemukakan Bohr dengan menggunakan konsep-konsep secara
mekanika kuantum (Bundjali, 2002: 12).
Teori Atom Mekanika Gelombang (Teori Kuantum)
Walaupun Bohr telah melukiskan struktur atom cukup detail, namun masih
ada sesuatu yang hilang. Untuk itu perlu kiranya ditinjau kembali mengenai sifat
cahaya. Para Ilmuan selalu saja mendapat kesulitan dalam melukiskan sifat
karakteristik cahaya. Banyak percobaan dengan jelas menunjukkan bahwa cahaya
bersifat gelombang, tetapi percobaan lain menunjukkan bahwa cahaya bersifat
sebagai partikel (yang nantinya dikenal sebagai aliran foton)yang membawa
paket-paket energi atau sejumlah energi diskret terkuantisasi) (Sugiyarto, 2004:
20).
Teori kuantum lahir dari penelitian tentang radiasi yang dipancarkan oleh
benda hitam pada temperature tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa apabila
radiasi ini dialurkan terhadap frekuensi, intensitas dari radiasi tersebut pada
temperature tinggi mencapai suatu harga maksimum kemudian turun lagi. Pada
temperature yang relatif rendah, nilai mkasimum itu diletakkan di daerah infra
merah. Bila temperature di naikkan, maka nilai maksimum itu diletakkan kearah
yang lebih tinggi. Teori mekanika gelombang dirumuskan oleh Werner
Heisenberg dan Erwin Schrodinger hampir bersamaan waktunya, meskipun
ditempat yang berbeda. Sumbangan pemikiran yang penting dalam teori ini
diberikan oleh Paul Dirac, Max Born dan Wolfgang Pauli (Tim Dosen Kimia
Unhas, 2013: 9-10).
Penggunaan model atom Bohr masih terbatas pada atom yang tersusun
atas inti dan satu electron, serta belum dapat menjelasakn intesitas garis spectrum.
Ahli fisika Perancis, Prince Louis de Broglie, menyarankan dalam desertasi
doktornya, bahwa bilangan bulat Bohr (n=1,2,3,.....) dan teori dualism cahaya dari
Planck harus disatukan apabila semua partikel yang bergerak dipertimbangkan
mempunyai sifat gelombang (Sukarna, 2003: 95).
Louis de Broglie mengemukakan konsep dualisme gelombang dan materi
yaitu kaitan antara panajng gelombang dan momentum

Planck E = h v =

enstein E= m c2
dari kedua ungkapan diatas, ungkapan de Brouglie:

=

Sifat partikel radiasi dibuktikan oleh kajian efek fotolistrik dan efek Compton,
sedangkan sifat gelombang dari berkas electron (ataupun neutron) dibuktikan
melalui gejala difraksi (Bundjali, 2002: 12).
Sebagai akibat dari dualism sifat partikel gelombang, Werner Heisenberg
(1925) mengemukakan prinsip ketidakpastian yang menyatakan bahwa tidak
mungkin untuk dapat mengetahui pada waktu yang bersamaan baik momentum
maupun kedudukan suatu partikel seperti electron dengan tepat (Tim Dosen Kimia
Unhas, 2013: 10).
Menurut Syukri (1999, 137) Tiap bilangan kuantum mempunyai nilai dan
arti tertentu, dan yang satu berhubungan dengan yang lainnya. Nilai-nilai tersebut
menentukan bentuk dan ukuran orbital.
1. Bilangan Kuantum Utama
Bilangan kuantum ini memeriksa lokasi dan energi suatu electron dan
merupakan ukuran dari volume efektif awan electron. Dengan meningkatnya
nilai n, semakin jauh dari inti, energi membesar. Nilai n menyatakan kulit
electron (n= 1,2,3,....).
2. Bilangan Kuantum Azimut atau bilangan kuantum Orbital (l)
Setiap kulit terdiri atas satu atau lebih subkulit. Jumlah subkulit dalam satu
kulit ditentukan oleh niali n dari kulit tersebut, misalnya kulit K, n=1 hanya
memiliki satu subkulit. nilai (l = 0,1,2,3,..... (n-1)).
3. Bilangan Kuantum magnetic (m)
Setiap orbital memiliki bilangan kauntum magnetic yang karakteristik dan
hanaya diisi maksimum oleh dua electron (sesuai larangan pauli). Orbital
dalam suatu subkulit dengan bilangan kauntum azimuth l, memiliki bilangan
kuantuk magnetic l, -(l-1), -(l-2),.....
4. Bilangan Kuantum spin (s)
bilangan kuantum spin ini meyatakan arah putaran electron pada porosnya,
searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Hal ini dinyatakan dengan
nilai atau -. Suatu orbital dapat diisi dengan maksimum dua electron
dengan arah spin berlawanan. Hal ini dikenal sebagai prinsip larangan Pauli.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, Sudi. 2000. Lintasan Sejarah Perkembangan Konsep Atom.


Widyanuklid. Vol 3. No.2.

Bundjali, Bunbun. 2002. Kimia Inti. Bandung: ITB.

Goldberg, David E. 2007. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralph dan Suminar. 1985. Kimia Dasar Jilid 1. Bogor: PT Gelora
Aksara Pratama.

Subowo, Tutu dan Akhmad Sunjaya. 1983. Kimia Fisik 1. Bandung: CV Armico.

Sugiyarto, Bambang. 2004. Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur. Jakarta.

Sugiyarto, Kristian. 2004. Kimia Anorganik I Common Textbook. Yogyakarta:


JICA.

Sukarna, I Made. 2003. Kimia Dasar 1 Common Textbook. Yogyakarta: JICA.

Surdia, Noer Mansdsjoeriah. 1993. Ikatan dan Struktur Molekul. Bandung: ITB.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.

Tim Dosen Kimia UNHAS. 2013. Kimia Dasar 1. Makassar: UPT MKU
Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai