Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

KELOMPOK 6 KIMIA SAINS


RAMLAH
RABIANTI
NURWAHIDA

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERESITAS NEGERI MAKASSAR


2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt atas berkat,rahmat, dan
hidayah-Nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan “Laporan Lengkap
Observasi di Malino” ini dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan taslim kepada
junjungan kita Nabiyullah Muhammad saw, beserta para keluarga, dan sahabat.

Dalam penyusunan laporan ini penyusun tidak terlepas dari beberapa


pihak Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada ibunda dan ayahanda kami tercinta. Begitupun kepada Tim
Dosen pengetahuan lingkungan beserta asisten-asistennya yang senantiasa
mengajar dan membimbing penyusun dengan baik, serta semua pihak yang baik
secara langsung maupun tidak langsung ikut memberikan sumbangsinya dalam
penyelesaian laporan ini.

Penyusun sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan seperti
kata pepatah tak ada gadin yang yang tak retak, penyusun adalah manusia, oleh
karna itu penyusun nantikan kritik dan saran yang bersifat mendukung
senangtiasa penyusun nantikan demi kesempurnaan laporan yang akan di susun
pada kesempatan lain.

Makassar, 18 November 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Dasar Pelaksanaan :
Untuk mendapatkan informasi dalam penyusunan laporan ini, kami
melakukan beberapa observasi secara langsung, adapun pengamatan / observasi
telah kami laksanakan pada :
Lokasi : 1. Bendungan Bili-Bili (desa parangloe Bili-Bili)
2. perkebunan Hortikultural (malino)
3.Pasar (Malino)
4. air terjun takkapala (tinggi moncong, Malino, Sulawesi Selatan)
5. Penambangan (malino)
Waktu : Sabtu, 07 November 2015
Dan dari hasil pengamatan kami, kami telah menemukan beberapa informasi
mengenai hal-hal apa saja yang menjadi objek pengamatan selama kami disana
dan inilah yang akan kami paparkan di halaman berikutnya.

Tujuan
Maksud dan tujuan dibuatnya laporan observasi ini adalah sebagai salah satu
tugas yang diberikan oleh Dosen Pembimbing dan juga agar kita mampu
menambah wawasan tentang beberapa objek yang menjadi pusat pengamatan kita
dalam Observasi ini.

Metode Pengumpulan Data Observasi


1. Wawancara langsung dengan Dosen Pembimbing
2. Mengamati tempat Observasi secara langsung.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bendungan Bili-Bili
Daerah Bili-Bili ini terkenal
dengan adanya danau bendungan
bili-bili. Bendungan Bili-Bili di
bangun pada tahun 1994-1999
oleh pemerintah Indonesia yang
bekerja sama dengan Jepang.
Bili-bili merupakan salah satu
bendungan terbesar, dibangun
untuk menampung air yang
mengalir dari gunung
Bawakaraeng di Sinjai. Hal ini digunakan untuk mencegah peluapan air yang
terlalu banyak di Gowa dan Makassar. Pembangunan bendungan ini bermanfaat
sebagai tempat wisata, tempat penambangan pasir karena terjadi endapan di
daerah tersebut. Hal ini dijadikan masyarakat sebagai salah satu mata pencaharian.
Pada mulanya, bendungan tersebut merupakan suatu desa dan warga yang
tinggal di tempat itu diberikan tempat tinggal di lokasi lain. Untuk mendapatkan
air yang bersih dari bendungan tersebut, dilakukan penyaringan air di daerah
Tamarunang, Gowa. Bili-Bili dijadikan sebagai bendungan karena
menghubungkan sungai-sungai dari Malino, tempatnya lebih aman, tidak banyak
dampak negatifnya, sumber mata air, wilayah perhubungan dan jika di tempat lain
maka akan banyak penggurusan terjadi. Bendungan Bili-Bili ini dibangun karena
berbagai faktor, salah satunya adalah banyaknya endapan pasir yang terjadi di
daerah hilir (tanjung bayang).
Bendungan multifungsi Bili-Bili merupakan pengadaan yang dilakukan guna
mengatasi krisis air minum, listrik, kebutuhan irigasi, dan guna mengatasi banjir
di kota Makassar dan sekitarnya. System DAS terbagi atas tiga, yaitu Daerah Hulu
yaitu daerah ketinggian tempat penampungan air larian hujan, daerah Tengah
yaitu wilayah dimana sebagai tempat penampungan air atau tempat dimana
bendungan berada, dan daerah hilir yaitu wilayah sebagai tempat penampungan
terakhir atas larian air. Struktur dari Bendungan Bili-Bili mempunyai panjang
2.309 m dan tinggi 73 m, serta kemiringan ± 106 m MSL. Dampak positif dan
sosial ekonomi, Musibah longsor tidak dapat dipungkiri memberatkan
perekonomian yang berada di daerah tengan batas air, karena sedimen yang nota
bene isinya adalah jenis pasir galian jenis tipe c, maka ini menjadi lokasi mata
pencaharian baru bagi masyarakat setempat. Akan tetapi yang mendominasi usaha
tersebut lebih banyak didominasi oleh kalangan pengusaha dengan modal besar
(pengusaha besar). dan masyarakat setempat lebih banyak sebagai buruh penggali
pasir. Dari segi prospek usaha sebenarnya, banyak alternatif usaha industri jenis
rumah tangga, antara lain pembuatan pot-pot bunga, pavin blok, dan kerajinan-
kerajinan tangan lainnya yang bahan bakunya berasal dari pasir tersebut.
Masyarakat terkadang melihat peluang tersebut untuk dijadikan mata pencaharian
baru namun terkendala pada persoalan modal dan keterampilan untuk
menciptakan barang berkualitas dengan nilai jual tinggi. Untuk mencapai targetan
tersebut memerlukan keterlibatan perangkat pemerintah, LSM, dan masyarakat itu
sendiri. Dengan dibangunnya Bendungan Bili-bili, masyarakat sekitar serta
masyarakat luar menjadikan tempat tersebut sebagai tempat pariwisata sehingga
meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan dengan terjadinya
pengendapan oleh bendungan, masyarakat juga dapat memperoleh penghasilan
melalui tambang pasir akibat pengendapan tersebut. Dampak negatif,
Penambangan pasir secara tidak terkontrol yang berlangsung sejak lama di Sungai
Jeneberang mengancam keselamatan Bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan. Penambangan itu menyebabkan terjadinya erosi sekitar kaki
bendungan yang gilirannya dapat merapuhkan tanggul bendungan. Dalam konteks
keberadaan Bendungan Bili-Bili, masyarakat di daerah tengah batas air yang
paling menerima kerugian atas longsor yang terjadi tahun 2004 yang lalu. Hal ini
dikarenakan hilangnya fungsi bendungan akibat dari longsor serta jumlah material
longsoran yang melebihi ambang batas. Adanya longsor yang terjadi kemudian
menghilangkan tatanan ekonomi yang dicanangkan untuk masyarakat sebagai
kompensasi atas pembebasan lahan masyarakat setempat. Bentuk-bentuk mata
pencaharian pembangunan Bendungan Bili-Bili untuk wilayah tengah yaitu
pertanian jenis keramba apung, pariwisata (lesehan), dan pertanian jenis
hortikultural untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Dengan adanya longsor
tersebut menghilangkan seluruh fungsi mata pencaharian masyarakat. Dampak
negatif seperti hilangnya beberapa jenis fauna karena luasnya lahan yang
dibutuhkan, serta pemukiman penduduk yang harus dialokasikan ke tempat lain
2. Perkebunan Hortikultural
perkebunan horticultural ini
terletak dibulu baleang lingkungan
kampung baru. Kecematang tinggi
moncong. Dulunya lahan ini hanya
digunakan untuk tanaman jagung
yang hanya dapat di panen sekali
dalam setahun.
Sekitar tahun 1982 datanglah
orang yang bernama H.Ilyas
bersama 3 temannya dari
pengalengan jawa barat. Ia mencicipi tanah yang ada di bulu baleang ini, dan
ia menemukan bahwa rasa tanah di bulu baleang sama dengan tanah di
pangalengan. Pengalengan mrupakan wilayah budidaya holtikultural.
Awalnya H.ilyas bersama 3 temannya membeli tanah di wilayah ini dan
akhirnya dalam satu musim mereka menghasilkan kentang, tomat hasilnya
pun cukup baik. Ia pun memperluas perkebunannya dan masyarakatpun ikut
dan seketika kondisi di bulu baleang berubah dari lahan markinal menjadi
lahan produktif. H.Ilyas pun mendapat penghargaan dari pemerintah pusat.
Dulu di wilayah ini belum ada rumah, mesjid dan bangunan lainnya, namun
beberapa tahun belakangan ini mulai di bangunan rumah-rumah mesjid dsb
dan wilayah ini seketika berubah mejadi kota mini.
Hal yang mendukung dibudidayakan tanaman holtikultural yaitu struktur
tanahnya. Tidak banyak wilayah yang memiliki struktur tanah seperti di bulu
baleang. Di Sulawesi selatan sendiri hanya ada sekitar 4 wilayah yang
memiliki struktur tanah seperti di bulu baleang, antara lain enrekang, malino,
kandeapia dan gunung loka. Hal lainnya adalam unsure mineral yang
dikandung tanah tersebut. Di bulu baleang selama setahun, paling lama hanya
ada dua bulan yang tidak ada hujannya. Untuk menyirami tanaman
holtikultural masyarakat di wilaayah bulu baleang menggunakan kincir.
Dreinase tanah di bulu baleang pun tergolong bagus. Dreinase sendiri adalah
pengaliran dalam tanah lancer, pori-pori tanah longgar dan mengakibatkan
sirkulasi tanah menjadi baik, semua kebutuhan tanah terpenuhi dengan baik.
Hasil dari perkebunan ini dipasarkan ke pasar malino, Makassar, palangga,
sungguminasa, takalar dan sekitarnya. Tidak hanya sampai disaitu hasilnya
pun ada yang sampai di Kalimantan bahkan ke papua. Perkebunan
holtikultural ini berseberangan dengan tanaman teh. Awalnya pupuk yang
digunakan adalah pupuk kimia, namun sekarang masyarakat mulai beralih ke
pupuk organic.
3. Pasar Sentral Malino
Pasar wisata di Kota Malino
Provinsi Sulawesi Selatan.
merupakan tempat wisata favorit
yang ada di Makassar, Terletak
sekitar 90 km arah selatan Kota
Makassar. Historis kota ini
sudah panjang, mulai dibangun
sejak masa pemerintahan Hindia
Belanda berkuasa, tempat ini
sudah dijadikan tempat peristirahatan bagi para penduduk warga kelas atas
(orang-orang Eropa dan orang Timur jauh). Malino dikenal sebagai “Bogor-
nya” Kota Makassar, banyak tempat wisata di tempat ini, antara lain, Air
Terjun Tertinggi di Sulsel, Air terjun Takapala, Lembah Biru, Hutan
Pinus/Embun Pagi, Kebun Teh Malino serta tempat-tempat wisata Malino
favorit lainnya. Wisata Malino Ramai dikunjungi wisatawan setiap akhir
pekan, untuk fasilitas penginapan di kota dingin malino sudah termasuk
lengkap, mulai dari hotel berbintang sampai Losmen yang murah meriah.
Untuk jajanan para wisatawan yang berkunjung Ke malino juga sudah
termasuk komplit, dan yang palin terkenal adalah jajanan Tenteng Malino,
atau penganan yang terbuat dari Kacang tanah yang dicampur Gula merah.
Disamping itu terdapat banyak jajanan lainnya, misalnya Kripik Sukun, kripik
Ubi Jalar, Sayur-sayuran khas malino misalnya Kol, Sawi, Lombok, Paprica,
Buncis, sayur Paku, di pasar wisata ini juga tersedia aneka macam kembang
yang dijual, mulai dari bunga edelweys (bunga abadi), Buah-buahan Malino,
antara lain Markisa malino, alpokat, Tomat segar. Segala macam jenis
anggrek dan bunga-bunga lainnya yang dijual dengan harga murah, Juga
dijual ayam hutan, dan burung-burung peliharaan khas malino. Juga sudah
tersedia Baju kaos Malino, juga tersedia Madu Asli dari hutan Malino
4. Air Terjun Takapala
Air terjun Takapala tingginya
mencapai 109 meter dengan volume
air yang dicurahkannya sangat besar
terlebih lagi dikala musim hujan
tiba. Curahan airnya menimpa
bongkahan batu-batu besar di
dasarnnya, menimbulkan suara
gemuruh dan percikan air
membentuk kabut tipis sejauh 20
m. Tak jauh (bersebelahan) dari Air Terjun Takapala terdapat juga air terjun
lain yaitu Air Terjun ketemu Jodoh. Lokasi air terjun ini hanya dipisahkan
oleh ruas jalan yang menuju ke Desa Majannang, Kecamatan Parigi.

Air terjun Takapala terletak di daerah Tinggi Moncong, Malino, Sulawesi


Selatan. Air terjun Malino atau dikenal dengan Air Terjun Takapala
merupakan salah satu destinasi wisata dari Kawasan Malino sendiri. Letaknya
kurang lebih 5 Km dari perkebunan teh Malino Highland yang berada di Desa
Bulu’tana Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Air Terjun Takapala
merupakan salah satu dari dua air terjun yang dimiliki Malino. Dan di
sekeliling air terjun terdapat tebing curam dengan corak unik yang membuat
kesan air terjun ini nampak masih alami. Untuk sampai ke air terjun takapala
dibutuhkan waktu sekitar kurang lebih 2 jam dari kota Makassar.
Pada tahun 1982, di sekitar air terjun takapala belum ada kios-kios, rumah
warga dan pondokan-pondokan atau penginapan. Namun sekarang masyarakt
sudah mulai membangun rumag di sekitar air terjun tersebut. Dulu pula
belum ada jalan yang ada hanya tangga seribu yang menghubungkan air
terjun dengan jalan raya. Ada beberapa syarat mengapa air terjun itu bisa
tejadi: Ada perbedaan tempat, Ada sumber air yang kontinu.
Beberapa dampak positif dari keberadaan air terjun takapala adalah.
1. Menjadi sumber pendapatan daerah
2. Menambah kesejahteraan masyarakat
3. Menjadi tempat hiburan tersendiri untuk sebagian orang, dsb.
Tidak bisa di pungkiri bahwa di setiap dampak positif pasti akan
mendatangkan dampak negative: adapun dampak negative yang di
timbulkan dari keberadaan air terjun takapala antara lain:
1. Merusak morfologi lahan karena menebang pohon-pohon yang aada dan
mendirikan bangunan
2. Kebersihan lingkungan bisa saja tercemar akibat ulang oknum yang
tidakbertanggung jawab dengan membuang sampah disembarang tempat.
3. Membahayakan keselamatan masyarakat. Sewaktu-waktu bisa saja batu
batu besar yang ada disekitar air terjun menggelinding dan mengenai
pemukiman penduduk.
4. Penginapan yang di buat bisa saja ada yag menginap muda-mudi yang
bukan muhrim dan menimbulkan fitnah
5. Penambangan

Anda mungkin juga menyukai