Anda di halaman 1dari 15

SPEKTRUM ATOM HIDROGEN

DISUSUN OLEH:
DEVI TRIA OKAVIYANI (M0318023)
LAYLA NADDA ZABRINA (M0318035)
NUR HALIMAH SA’DIYAH (M0318049)
PRISCILLA INEZ GERARD (M0318051)
RANA SAVITRI (M0318053)
TARA AMELIA PRATIWI (M0318063)

MATA KULIAH KIMIA DASAR


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memohon rahmat dan ridho Allah SWT serta mengucap syukur kepada
Nya atas segala limpahan karuniaNya kami diberi kekuatan untuk menyusun makalah
tentang spektrum atom hidrogen. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
pemenuhan tugas Kimia Dasar I yang diampu oleh ibu Tri Martini. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu
proses penyusunan karya ilmiah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Kami memiliki harapan yang sangat besar bahwa makalah ini bisa memberikan
manfaat kepada semua pihak, khususnya bagi para pembaca untuk memperluas wawasan
dan juga pengetahuan pembaca.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna
karena berbagai keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, berbagai bentuk kritikan
dan juga saran yang membantun akan sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.

Surakarta, 9 Oktober 2018

Tim Penulis

I
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……….…………………………………………………..
Kata Pengantar ………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………….........................

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..
A. Latar Belakang ……………………………………………………..

B. Rumusan Masalah ………………………


C. Tujuan Penulisan ………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………
A. Model Atom………………
B. Spektrum Emisi Atom Hidrogen…………………………………………………….

BAB III PENUTUP ………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………

I
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tahun 1900, J.J Thomson mengajukan model atom yang menyerupai roti kismis.
Menurut Thomson, atom terdiri dari materi bermuatan positif dan didalamnya tersebar
elektron bagaikan kismis dalam roti kismis. Ernest Rutherford telah dapat menunjukkan
bahwa atom terdiri dari sebentuk awan difus elektron bermuatan negatif mengelilingi inti
yang kecil, padat, dan bermuatan positif dengan elektron-elektron mengorbit inti seperti
layaknya planet mengorbit matahari. Namun demikian, model sistem keplanetan untuk
atom menemui beberapa kesulitan. Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan
Swedia, mengikuti jejak Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil
studinya mengenai spektrum atom hidrogen. Bohr mengemukakan teori baru mengenai
struktur dan sifat-sifat atom. Teori atom Bohr ini pada prinsipnya menggabungkan teori
kuantum Planck dan teori atom dari Ernest Rutherford yang dikemukakan pada tahun
1911.
Jika sebuah gas diletakkan di dalam tabung kemudian arus listrik dialirkan ke dalam
tabung, gas akan memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkan oleh setiap gas berbeda-
beda dan merupakan karakterisktik gas tersebut. Cahaya dipancarkan dalam bentuk
spektrum garis dan bukan spektrum yang kontinu. Kenyataan bahwa gas memancarkan
cahaya dalam bentuk spektrum garis diyakini berkaitan erat dengan struktur atom. Dengan
demikian, spektrum garis atomic dapat digunakan untuk menguji kebenaran dari sebuah
model atom. Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang
gelombang berbeda. Untuk gas hydrogen yang merupakan atom yang paling sederhana,
deret panjang gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan matematis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka, rumusan masalah yang akan diteliti adalah :
1. Bagaimana spektrum diskrit pada atom hidrogen
2. Menentukan panjang gelombang pada spektrum atom hidrogen
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


1. Menunjukkan adanya spektrum diskrit atom hidrogen
2. Mengetahui lebih lanjut mengenai model atom
3 Mempelajari spektrum emisi atom hidrogen
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Atom
Percobaan tabung sinar katoda pertama kali dilakukan William Crookes (1875).
Hasil eksperimennya adalah ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katoda
menuju ke anoda yang disebut sinar katoda.
Joseph John Thomson (1897) melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu
pengaruh medan listrik dan medan magnet dalam tabung sinar katoda

Gambar Eksperimen J.J Thomson


Hasil percobaannya membuktikan bahwa ada partikel bermuatan negatif dalam suatu
atom karena sinar tersebut dapat dibelokkan ke arah kutub positif medan listrik.
berdasarkan besarnya simpangan sinar katoda dalam medan listrik, Thomson dapat
menentukan nisbah muatan terhadap massa (nilai e/m) dari partikel sinar katoda sebesar
1.76 x 108 Coulomb/gram.
Besarnya muatan dalam elektron ditemukan oleh Robert Andrew Milikan (1908)
melalui percobaan tetes minyak Milikan seperti gambar di bawah ini
Minyak disemprotkan ke dalam tabung yang bermuatan listrik. Akibat gaya tarik gravitasi
akan mengendapkan tetesan minyak yang turun. Bila tetesan minyak diberi muatan negatif
maka akan tertarik kekutub positif medan listrik, milikan menemukan menemukan bahwa
muatan tetes-tetes minyak selalu bulat dari suatu muatan tertentu, yaitu 1.602 x 10-19
coulomb.
Hasil percobaan Milikan dan Thomson diperoleh muatan elektron –1 dan massa
elektron 0, sehingga elektron dapat dilambangkan
Data Fisis Elektron :
e/m = 1.76 x 108 Coulomb/gram
e = 1.602 x 10-19 coulomb
maka massa elektron = 9.11 x 10-28 gram
Setelah penemuan elektron, maka teori Dalton yang mengatakan bahwa atom adalah
partikel yang tak terbagi, tidak dapat diterima lagi. Pada tahun 1900, J.J Thomson
mengajukan model atom yang menyerupai roti kismis. Menurut Thomson, atom terdiri dari
materi bermuatan positif dan didalamnya tersebar elektron bagaikan kismis dalam roti
kismis.
Di awal abad ke-20, percobaan oleh Ernest Rutherford telah dapat menunjukkan
bahwa atom terdiri dari sebentuk awan difus elektron bermuatan negatif mengelilingi inti
yang kecil, padat, dan bermuatan positif. Berdasarkan data percobaan ini, sangat wajar jika
fisikawan kemudian membayangkan sebuah model sistem keplanetan yang diterapkan
pada atom, model Rutherford tahun 1911, dengan elektron-elektron mengorbit inti seperti
layaknya planet mengorbit matahari. Namun demikian, model sistem keplanetan untuk
atom menemui beberapa kesulitan. Sebagai contoh, hukum mekanika klasik (Newtonian)
memprediksi bahwa elektron akan melepas radiasi elektromagnetik ketika sedang
mengorbit inti. Karena dalam pelepasan tersebut elektron kehilangan energi, maka lama-
kelamaan akan jatuh secara spiral menuju ke inti. Ketika ini terjadi, frekuensi radiasi
elektromagnetik yang dipancarkan akan berubah. Namun percobaan pada akhir abad 19
menunjukkan bahwa loncatan bunga api listrik yang dilalukan dalam suatu gas bertekanan
rendah di dalam sebuah tabung hampa akan membuat atom atom gas memancarkan cahaya
(yang berarti radiasi elektromagnetik) dalam frekuensi-frekuensi tetap yang diskrit.
Pada tahun 1913, Niels Bohr, fisikawan berkebangsaan Swedia, mengikuti jejak
Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya mengenai spektrum
atom hidrogen. Bohr mengemukakan teori baru mengenai struktur dan sifat-sifat atom.
Teori atom Bohr ini pada prinsipnya menggabungkan teori kuantum Planck dan teori atom
dari Ernest Rutherford yang dikemukakan pada tahun 1911. Bohr mengemukakan bahwa
apabila elektron dalam orbit atom menyerap suatu kuantum energi, elektron akan meloncat
keluar menuju orbit yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika elektron itu memancarkan suatu
kuantum energi, elektron akan jatuh ke orbit yang lebih dekat dengan inti atom.
 Gagasan Kunci Model atom Bohr
Dua gagasan kunci adalah:
1. Elektron-elektron bergerak di dalam orbit-orbit dan memiliki momentum yang
terkuantisasi, dan dengan demikian energi yang terkuantisasi. Ini berarti tidak setiap orbit,
melainkan hanya beberapa orbit spesifik yang dimungkinkan ada yang berada pada jarak
yang spesifik dari inti.
2. Elektron-elektron tidak akan kehilangan energi secara perlahan-lahan sebagaimana mereka
bergerak di dalam orbit, melainkan akan tetap stabil di dalam sebuah orbit yang tidak
meluruh.
 Postulat Dasar Model Atom Bohr
Ada empat postulat yang digunakan untuk menutupi kelemahan model atom
Rutherford, antara lain :
1. Atom Hidrogen terdiri dari sebuah elektron yang bergerak dalam suatu lintas edar
berbentuk lingkaran mengelilingi inti atom ; gerak elektron tersebut dipengaruhi oleh gaya
coulomb sesuai dengan kaidah mekanika klasik.
2. Lintas edar elektron dalam hydrogen yang mantap hanyalah memiliki harga momentum
angular L yang merupakan kelipatan dari tetapan Planck dibagi dengan 2π.
dimana n = 1,2,3,… dan disebut sebagai bilangan kuantum utama, dan h adalah konstanta
Planck.
3. Dalam lintas edar yang mantap elektron yang mengelilingi inti atom tidak memancarkan
energi elektromagnetik, dalam hal ini energi totalnya E tidak berubah.
4. Jika suatu atom melakukan transisi dari keadaan energi tinggi EU ke keadaan energi lebih
rendah EI, sebuah foton dengan energi hυ = EU-EI diemisikan. Jika sebuah foton diserap,
atom tersebut akan bertransisi ke keadaan energi rendah ke keadaan energi tinggi.
 Model Atom Bohr
”Bohr menyatakan bahwa elektron-elektron hanya menempati orbit-orbit tertentu disekitar
inti atom, yang masing-masing terkait sejumlah energi kelipatan dari suatu nilai kuantum
dasar. (Gribbin, 2002)”
Model Bohr dari atom hidrogen menggambarkan elektron-elektron bermuatan
negatif mengorbit pada kulit atom dalam lintasan tertentu mengelilingi inti atom yang
bermuatan positif. Ketika elektron meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya selalu disertai
dengan pemancaran atau penyerapan sejumlah energi elektromagnetik hf.
Menurut Bohr :
” Ada aturan fisika kuantum yang hanya mengizinkan sejumlah tertentu elektron
dalam tiap orbit. Hanya ada ruang untuk dua elektron dalam orbit terdekat dari inti.
(John Gribbin, 2005)”

Gambar Model Atom Bohr

Model ini adalah pengembangan dari model puding prem (1904), model Saturnian
(1904), dan model Rutherford (1911). Karena model Bohr adalah pengembangan dari
model Rutherford, banyak sumber mengkombinasikan kedua nama dalam penyebutannya
menjadi model Rutherford-Bohr.
Kunci sukses model ini adalah dalam menjelaskan formula Rydberg mengenai
garis-garis emisi spektral atom hidrogen, walaupun formula Rydberg sudah dikenal secara
eksperimental, tetapi tidak pernah mendapatkan landasan teoritis sebelum model Bohr
diperkenalkan. Tidak hanya karena model Bohr menjelaskan alasan untuk struktur formula
Rydberg, ia juga memberikan justifikasi hasil empirisnya dalam hal suku-suku konstanta
fisika fundamental.
Model Bohr adalah sebuah model primitif mengenai atom hidrogen. Sebagai
sebuah teori, model Bohr dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan orde pertama dari
atom hidrogen menggunakan mekanika kuantum yang lebih umum dan akurat, dengan
demikian dapat dianggap sebagai model yang telah usang. Namun demikian, karena
kesederhanaannya, dan hasil yang tepat untuk sebuah sistem tertentu, model Bohr tetap
diajarkan sebagai pengenalan pada mekanika kuantum.

Gambar Model Bohr untuk atom hidrogen


 Lintasan yang diizinkan untuk elektron dinomori n = 1, n = 2, n =3 dst. Bilangan ini
dinamakan bilangan kuantum, huruf K, L, M, N juga digunakan untuk menamakan
lintasan
 Jari-jari orbit diungkapkan dengan 12, 22, 32, 42, …n2. Untuk orbit tertentu dengan jari-jari
minimum a0 = 0,53 Å

 Jika elektron tertarik ke inti dan dimiliki oleh orbit n, energi dipancarkan dan energi elektron
menjadi lebih rendah sebesar

B. Spektrum Emisi Atom Hidrogen


Tabung sinar hidrogen adalah suatu tabung tipis yang berisi gas hidrogen pada
tekanan rendah dengan elektroda pada tiap-tiap ujungnya. Jika didalam tabung dialirkan
tegangan tinggi (seperti 5000 volt), tabung akan menghasilkan sinar berwarna merah
muda yang terang. Jika sinar tersebut dilewatkan pada prisma atau kisi difraksi, sinar akan
terpecah menjadi beberapa warna. Warna yang dapat dilihat merupakan sebagian kecil dari
spektrum emisi hidrogen. Sebagian besar spektrum tak terlihat oleh mata karena berada
pada daerah infra-merah atau ultra-violet. Pada gambar dibawah ini, menunjukkan bagian
dari tabung sinar katoda, sebelah kanan menunjukkan tiga garis yang paling mudah dilihat
pada daerah tampak (visible) dari spektrum.
Ada lebih banyak lagi spektrum hidrogen selain tiga garis yang dapat dilihat dengan mata
telanjang. Hal ini memungkinan untuk mendeteksi pola garis-garis pada daerah ultra-violet
dan infra-merah spektrum dengan baik. Hal ini memunculkan sejumlah "deret" garis yang
dinamakan dengan nama penemunya.
Deret Lyman merupakan deret garis pada daerah ultra-violet. Perhatikan bahwa garis
makin merapat satu sama lain dengan naiknya frekuensi. Akhirnya, garis-garis makin rapat
dan tidak mungkin diamati satu per satu, terlihat seperti spektrum kontinu. Hal itu terlihat
sedikit gelap pada ujung kanan tiap spektrum. Kemudian pada titik tertentu, disebut
sebagai deret limit (limit series), deret terhenti. Jika dilihat deret Balmer atau Paschen,
membentuk pola yang sama tetapi deretnya menjadi makin dekat. Pada deret Balmer,
perhatikan posisi tiga garis yang tampak pada gambar di atas.
Pola deret-deret ini ternyata serupa dan dapat dirangkum dalam satu persamaan.
Persamaan ini disebut deret spektrum hidrogen.

Dimana R adalah konstanta Rydberg yang nilainya 1,097 × 107 m−1.


- Deret Lyman (n = 1) dengan n = 2, 3, 4, ….

- Deret Balmer (n = 2) dengan n = 3, 4, 5 ….

- Deret Paschen (n = 3) dengan n = 4, 5, 6 ….


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jika sebuah gas diletakkan di dalam tabung kemudian arus listrik dialirkan ke
dalam tabung, gas akan memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkan oleh setiap gas
berbeda-beda dan merupakan karakterisktik gas tersebut. Cahaya dipancarkan dalam
bentuk spektrum garis dan bukan spektrum yang kontinu. Kenyataan bahwa gas
memancarkan cahaya dalam bentuk spektrum garis diyakini berkaitan erat dengan struktur
atom. Dengan demikian, spektrum garis atomik dapat digunakan untuk menguji kebenaran
dari sebuah model atom.
Sejak ditemukannya partikel-partikel dasar atom, teori atom banyak mengalami
perubahan. Hal ini menggoyahkan teori atom Dalton yang menyatakan bahwa atom tidak
dapat dibagi-bagi. Atom dalam suatu unsur dapat menghasilkan spektrum emisi (spektrum
diskrit) dengan menggunakan alat spektrometer, sebagai contoh spektrum hydrogen. Atom
hydrogen memiliki struktur yang paling sederhana. Spektrum garis atom hydrogen berhasil
dijelaskan oleh Niels Bohr, pada tahun 1913.
Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang
gelombang berbeda. Untuk gas hydrogen yang merupakan atom yang paling sederhana,
deret panjang gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan matematis. Seorang guru matematika Swiss bernama Balmer
menyatakan deret untuk gas hidrogen sebagai persamaan dibawah ini.

Dimana panjang gelombang dinyatakan dalam satuan nanometer (nm). Beberapa


orang yang lain kemudian menemukan deret-deret yang lain selain deret Balmer sehingga
dikenal adanya deret Lyman, deret Paschen, Bracket, dan Pfund. Pada akhir abad ke-
sembilan belas ditemukan bahwa panjang gelombang yang terdapat pada spektrum atomic
jatuh pada kumpulan tertentu yang disebut deret spectral. Panjang gelombang pada setiap
deret dapat dispesifikasikan dengan rumus empiris yang menyatakan spektrum yang
sederhana dengan keserupaan yang mengherankan antara rumusan dari berbagai deret
yang menyatakan spektrum lengkap suatu unsur.
DAFTAR PUSTAKA

Gribbin, John. 2003. Fisika Kuantum. Jakarta: Erlangga

Gribbin, John. 2005. Bengkel Ilmu: Fisika Modern. Jakarta: Erlangga

Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia.

Kusminarto. 1994. Pokok – Pokok Fisika Modern. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

http://id.wikipedia.org/wiki/Model_Bohr

Anda mungkin juga menyukai