KEPERIODIKAN UNSUR”
OLEH
KELOMPOK I
A. STRUKTUR ATOM
1. Perkembangan Model Atom
Lima abad sebelum masehi, filsuf dari Yunani yang bernama Democritus
menjelaskan dan percaya bahwa semua materi (zat) tersusun dari partikel yang sangat
kecil dan tidak dapat dibagi lagi yang disebut dengan atomos (tidak dapat dibagi).
Atom merupakan bagian yang sangat kecil dari suatu unsur yang masih memiliki sifat
unsur tersebut.
Pada tahun 1803, John Dalton (1766-1844), seorang guru sekaligus ilmuwan
Inggris, mendefinisikan bahwa benda terkecil penyusun materi yang tidak dapat dibagi
lagi sebagai “atom”. Di dalam teorinya tentang atom, John Dalton membuat hipotesis
yang menjadi dasar berkembangnya kimia modern. Hipotesis Dalton tentang atom
secara ringkas adalah sebagai berikut.
a. Unsur tersusun atas partikel yang dan tidak dapat dibagi lagi yang disebut dengan
“atom”.
b. Atom-atom yang menyusun suatu unsur adalah identik, baik massa, ukuran, dan
sifatnya, sedangkan atom dari unsur yang berbeda mempunyai ukuran, massa, dan
sifat yang berbeda.
c. Senyawa tersusun dari atom-atom yang terdiri dari dua unsur atau lebih dengan
perbandingan tetap dan tertentu.
d. Atom tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. Pada reaksi kimia, terjadi penataan
ulang atom-atom atau berpisahkan atom-atom penyusun senyawa dan kemudian
bergabung kembali dengan komposisi yang berbeda.
Teori atom Dalton dikemukakan berdasarkan dua hukum, yaitu hukum kekekalan
massa dan hukum perbandingan tetap.
Gambar 1.1 Model atom Dalton Gambar 1.2 John Dalton (1766–1844)
Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif
dalam bola atom tersebut.
Kelemahan teori atom Rutherford diperbaiki oleh Neils Bohr dengan postulat
Bohr yaitu:
Gambar 1.8 Model atom Bohr Gambar 1.9 Niels Bohr (1885-1962)
1.5 Model Atom De Brolie (Mekanika Gelombang)
Apabila spektrum garis pada atom hidrogen dilewatkan pada medan magnet,
ternyata dapat terlihat bahwa setiap garis tersebut terdiri dari beberapa garis spektrum
dengan perbedaan frekuensi yang sangat kecil antara satu dengan yang lainnya. Hal
tersebut tidak dapat dijelaskan secara memuaskan oleh Niels Bohr. Kegagalan Niels
Bohr untuk menjelaskan spektrum atom yang berelektron banyak serta adanya
beberapa spektrum dari setiap garis spektrum atom hidrogen merupakan salah satu
kelemahan teori atom Niels Bohr.
Sampai saat ini, tidak ada satupun alat yang mampu untuk melihat bagaimana
bentuk dan susunan dari atom. Oleh karena itu, beberapa ahli membuat suatu model
untuk menjelaskan bagaimana keadaan suatu atom yang sebenarnya berdasarkan
fenomena (gejala-gejala) yang ditimbulkan. Penyelidikan tentang atom dimulai dengan
ditemukannya sifat listrik dari suatu materi,. Bila sisir plastic digosokkan pada rambut
yang tidak berminyak, sisir plastic tersebut akan dapat menarik potongan-potongan
kecil kertas. Peristiwa itu menunjukan bahwa sisir mempunyai sifat listrik. Bila ditinjau
lebih jauh, karena siisr merupakan materi maka sisir jga tersusun oleh atom-atom.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atom mempunyai sifat listrik. Gejala
kelistrikkan atom makin menarik para ahli fisika sehingga pada perkembangan
selanjutnya ditemukan bahwa atom tersusun dari partikel-partikel penyusun atom
(partikel sub-atom) yang terdiri dari elektron, proton, dan neutron.
2.1 Elektron
Penemuan elektron bermula dengan ditemukannya tabung sinar katode oleh Karl
Ferdinand Braun. Tabung sinar katode berupa tabung hampa dari kaca yang dialiri arus
listrik searah dari kutub positif ynag disebut anode dan dari kutub negatif yang disebut
katode. Bila tabung tersebut dialiri arus listri yang cukup kuat, akan terjadi aliran
radiasi yang tidak tampak dari kutub negatif menuju utub positif. Inilah yang disebut
dengan sinar katode. Sifat-sifat sinar katode dapat diketahui setelah penyempurnaan
tabung sinar katode yang dilakukan oleh Sir William Crookes. Sifat-sifat sinar katode
tersebt adalah sebagai berikut.
a. Merambat dalam garis lurus dari kutub negatif (katode) menuju kutub positif
(anode).
b. Dibelokkan oleh medan magnet dan medan listrik menuju ke kutub positif.
c. Sifat sinar katode tidak dipengaruhi oleh jenis kawat electrode yang dipakai, jenis
gas dalam tabung, dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan arus listrik.
Gambar 2.2 Sinar katode
(a) Sinar katode bergerak lurus
(b) Sinar katode berbelok arah akibat adanya medan magnet
Setelah William Crookes menemukan tabung katode yang lebih baik pada tahun
1879, maka penelitian tengan sinar katode dilanjutkan oleh Joseph John Thomson yang
mendapatibahwa sinar katode sebenarnya adalah materi yang ukurannya sangat kecil
karena daoat memutar baling-baling yang dipasang di antara anode dan katode. Dari
penelitiannya tersebut, J.J. Thomson dapat menentukan muatan elektro, yaitu sebesar
1,76 x 108 coulomb/gram.
Gambar 2.3 Tabung sinar katode (modifikasi William Crookes
Muatan
Massa satu elektronn =
Muatan/gram
Dari hasil percobaan tersebut, J.J. Thomson berkesimpulan bahwa sinar katode
merupakan partikel penyusun atom (partikel sub-atom) yang bermuatan negatif (-
1,6022 x 10-19 C) dan mempunyai massa 9,10 x 10-28 gram, dan selanjutnya oleh Stoney
diusulkan nama elektron.
Atom bersifat netral dan karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada
partikel lain bermuatan positif yang menetralkan muatan negatif elektron tersebut.
Berdasarkan hal ini maka menurut J.J. Thomson, atom merupakan bola pejal yang
bermuatan positif dan didalamnya tersebar muatan negatif elektron. Teori ini dikenal
dengan teori atom roti kismis karena elektron mirip dengan kismis yang menempel
pada roti. Model atom ini juga dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah
dikelupas dagingnya, di mana isi jambu merupakan elektron yang tersebar merata
dalam bola daging jambu yang pejal.
Penemuan elektron oleh Thomson menyebabkan para ahli semakin yakin bahwa
atom tersusun oleh partikel-partikel sub-atom yang lebih kecil ukurannya. Pada tahun
1886, Eugene Goldstein memodifikasi tabung sinar katode dengan melubangi lempeng
katodenya. Dari percobaan ini, ditemukan sinar yang arahnya berlawanan dengan sinar
katode. Sinar tersebut menembus lubang katode yang telah dibuat dan disebut sinar
kanal (karena menebus lubang kanal pada katode). Pada tahun 1898, Wilhelm Wien
menunjukkan bahwa sinar kanal merupakan partikel yang bermuatan positif dan
selanjutnya disebut proton. Sifat proton tergantung pada gas yang diisikan pada tabung
katode. Dari penelitiannya terhadap atom hidrogen, dapat ditentukkan bahwa massa
proton adalah 1.837 kali massa elektron.
a. Hampir semua partikel α diteruskan, berarti atom bukan merupakan bola pejal
yang bermuatan positif seperti yang digambarkan J.J. Thomson, tatpi sebagian
besar marupakan ruang hampa (kosong).
b. Jika lempengan emas tersebut dianggap sebagai satu lapisan atom-atom emas,
amka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan
positif.
c. Partikel tersebut merupakan partikel yang menyusun suatu inti atom. Berdasarkan
fakta, 1 dari 20.000 merupakan perbandingan diameter, maka akan didapatkan
ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.
Terdapat pernyataan yang belum dapat dijelaskan oleh Rutherford pada saat itu,
yaitu bagaimanakah elektron yang bermuatan negatif tidak tertarik ke dalam inti atom
yang bermuatan positif? Alasan yang diberikan oleh Rutherford adalah gaya terik inti
terhadap elektron dilawan oleh gaya sentripetal akibat gerakan elektron yang
mengelilingi inti. Namun, jawaban ini pun belum memuaskan karena bertentangan
dengan teori Maxwell yang mengatakan bila ada partikel bermuatan bergerak maka
akan memancarkan radiasi sehingga kecepatannya makin turun. Demikian pula
dengan elektron yang bermuatan dan bergerak mengelilingi inti. Jiak kecepatakan
elektron berkurang, maka gaya sentripetalyang terjadi juga menurun dan akibatnya
sedikit demi sedikit elektron akan makin dekat dengan inti dan akhirnya tertarik masuk
ke inti. Dalam kenyataannya, hal tersebut tidak terjadi.
2.3 Neutron
Apabila partikel alfa ditembakkan pada lapisan logam boron, ternayata logam
tersebut memancarkan sinar yang serupa dengan felombang elektromagnetik berenergi
tinggi. Sinar tersbut tidak dibelokkan oleh megan magnet. Percobaan selanjutnya
menunjukkan bahwa sinar tersbut merupakan partikel netral yang mempunyai massa
sedikit lebih besar daripada massa proton selanjutnya, partikel tersebut diberi nma
neutron oleh James Chadwick. Dengan ditemukannya neutron, maka teka-teki terntang
perbandingan massa atom hidrogen dan massa atom helium terjawab. Di dalam inti
atom hidrogen hanya ada sebuah proton sedangkan pada inti atom helium terdapat 2
proton dan 2 neutron sehingga perbandingan massa atom hidrogen dengan massa atom
helium menjadi 1 : 4.
Akhirnya didapat kesimpulan bahwa di dalam inti atom terdapat proton yang
bermuatan positif dan neutron yang netral denga massa hamper sama. Massa elektrn
sangat kecil bila dibandingkan dengan massa neutron sehingga pengaruhnya sangat
kecil terhadap massa atom secara keseluruhan, oleh karena itu, massa elektron
dianggap sa,a dengan 0 (nol). Untuk merasionalkan massa yang sangat kecil tersebut,
dibuat standar barudengan massa proton sebagai standarnya. Proton yang massanya
1.6726 x 10-24 gram dianggap sama dengan 1 satuan massa atom ( 1 sma), dan neutron
yang massanya sedikit lebih besar dari proton juag dianggap sama dengan 1 sma.
Selain massa, muatan elektron dan proton juag perlu dairasionalkan dimana
muatan elektron yang besarnya -1,6 x 10-19 coulomb secara relative sa,a dengan -1
sedangkan proton mempunyai muatan +1.
Proton merupakan partikel khas suatu atom. Artinya, tiap atom akan mempunyai
jumlah proton yang berbeda dengan atom lain. Hal ini didukung dengan fakta percobaan
yang dilakukan oleh Henry Moseley. Pada saat itu, sinar X sudah banyak dimanfaatkan
untuk rontgen dan umumnya dibuat dengan cara memborbardir dengan menggunakan
elektron. Dari pengamatan Moseley, ternyata sinar X yang dihasilkan mempunyai
frekuensi yang dipengaruhi oleh jumlah proton logam yang ditembak. Berdasarkan hal
tersebut, kemudian disimpulkan bahwa jumlah proton merupakan sifat khas dari suatu
atom.
Massa atom merupakana massa dari seluruh partikel penyusun atom. Oleh karena
sangat kecil, maka massa elektron dapat diabaikan sehingga massa atom dianggap
merupakan jumlah massa proton dan neutron saja. Jumlah proton dan neutron
selanjutnya disebut sebagai nomor massa (A) dari suatu atom. Kecuali hidrogen, semua
atom mempunyai neutron, sehingga secara umum:
atau A = Z+n
Atom-atom suatu unsur dapat mempunyai nomor massa yang berbeda karena
jumlah neutron dalam atom tersebut berbeda. Sebagai contoh, hidrogen mempunyai tiga
jenis atom, yaitu atom hydrogen yang hanya mempunyai sebuah proton didalam inti
tanpa ada neutronnya, atom hidrogen yang mempunyai sebuah neutron, dan atom
hidrogen dengan dua buah neutron. Oleh karena itu, atom hidrogen ada yang
mempunyai nomor massa 1 sma, 2 sma, dan 3 sma. Atom-atom dari unsur yang sama
tetapi mempunyai nomor massa yang berbeda disebut isotop.
Untuk membedakan isotop yang satu dengan isotop lainnya, digunakan tanda
atom lengkap, yang menunjukkan jumlah proton dan neutron atau nomor atom dan
nomor massa. Tanda atom yang lengkap ditulis sebagai berikut:
Contoh:
23
11Na mempunyai arti isotop Na dengan nomor atom 11 dan nomor massa 23.
Jumlah proton dalam isotop Na = 11
Jumlah elektron dalam isotop Na = 11
Jumlah neutron dalam isotop Na = 23 – 11 = 12
Atom-atom unsur yang berbeda dapat dipastikan mempunyai jumlah proton yang
berbeda, tetapi dapat mempunyai nomor massa yang sama. Peristiwa ini disebut dengan
isobar, contohnya 40 40
19K dan 20Ar.
24 23
Atom 12Mg dan 11Na mempunyai jumlah proton yang berbeda tetapi jumlah
neutronnya sama yaitu 12. Peristiwa dimana dua atom yang berbeda mempunyai
jumlah neutron yang sama disebut dengan isoton.
4. Isotop
Massa atom untuk tiap atom tidak khas, dalam arti atom suatu unsur yang sama,
mungkin memiliki massa yang berbeda. Isotop adalah unsur yang mempunyai nomor
atom yang sama tetapi nomor massa yang berbeda. Hidrogen mempunyai 3 isotop.
Mengapa atom dari unsur yang sama, bias mempunyai nomor massa yang
berbeda? Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah neutron yang terdapat dalam inti
atomnya, karena massa atom lebih ditentukan dari jumlah massa proton + jumlah massa
neutronnya, sementara jumlah mass elektronnya diabaikan. Massa dari isotop dapat
ditentukkan dengan alat yang diberi nama Spektograf Massa.
Selain isotop, dikenal juga beberapa istilah yang lain, yaitu sebagai berikut:
1) Isobar, merupakan atom unsur yang mempunyai nomor massa sama, tetapi nomor
atom dan unsurnya berbeda.
2) Isoton, merupakan atom unsur yang mempunyai jumlah neutron yang sama, tetapi
nomor atom dan unsurnya berbeda.
Contoh:
n = 31 – 15
= 16
n = 32 – 16
= 16
3) Isoelektron, merupakan atom unsur yang mempunyai jumlah elektron yang sama,
tetapi nomor atom dan unsurnya berbeda.
+
Contoh: 11Na
e = 11 – 1
= 10
-
9F
e =9+1
= 11
a. Aturan Aufbau
Aufbau berarti membangun. Menurut prinsip Aufbau ini, elektron didalam suatu
atom akan berada dalam kondisi yang stabil nila mempunyai energi yang rendah,
sedangkan elektron-elektron akan berada pada orbital-orbital yang bergabung
membentuk subkulit. Jadi, elektron mempunyai kecenderungan untuk menempati
subkulit yang tingkat energinya rendah. Besarnya tingkat energi dari suatu subkulit
dapat diketahui dari nilai bilangan kuantum utama (n) dan bilangan kuantum azimuth
(l) dari orbital tersebut. Secara umum, orbital yang mempunyai nilai (n+l) lebih besar
akan mempunyai tingkat energi yang lebih tinggi dan sebaliknya bila (n+l) kecil
tingkat energinya juga kecil. Untuk nilai (n+l) yang sama, maka orbital dengan nilai n
lebih besar akan mempunyai tingkat energi yang besar (tabel 2.6.).
Berdasarkan tabel tersebut, maka urutan tingkat energi dari yang paling rendah
ke yang paling tinggi adalah sebagai berikut. 1s < 2s < 2p < 3s < 3p < 4s < 3d < 4p <
4d, …. dan seterusnya.
Cara lain untuk mengetahui urutan tingat energi adalah dengan menggunakan
deret pancaran cahaya seperti pada Gambar
Gambar 2.7 Salah satu cara untuk mengetahui urutan tingkat energi
b. Larangan Pauli
Larangan Pauli atau eksklusi Pauli menyatakan bahwa di dalam satu atom tidak
boleh terdapat dua elektron dengan empat bilangan kuantum yang sama. Orbital yang
sama akan mempunyai bilangan kuantum n, l, m1 yang sama. Dengan demikian, yang
bias membedakan hanya bilangan kuantum spin (s). jadi, setiap orbital hanya dapat
berisi 2 elektron dengan spin (arah putar) yang berlawanan.
Dengan adanya larangan Paula ini, maka elektron yang dapat menempati suatu
subkulit terbatas hanya dua kali dari jumlah orbitalnya. Dengan demikian, jumlah
maksimum elektron adalah sebagai berikut.
1) 2He : 1s2
2) 10Ne : 1s2 2s2 2p6
3) 18Ar : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
4) 36Kr : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
5) 54Xe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6
Contoh:
Atom 15P dengan konfigurasi elektron [Ne] 3s2 3p3 mempunyai 5 elektron
valensi yaitu elektron 3s2 dan 3p3.
Contoh;
Atom 1H : 1s1
diagram orbitalnya adalah :
c. Aturan Hund
Jika spektrum garis suatu atom diletakkan dalam medan magnet maka akan
didapatkan garis spektrum tambahan yang keberadaannya hanya dapat dijelaskan
dengan adanya sebuahbilangan kuantum baru yang selanjutnya disebut sebagai bilangan
kuantum magnetik. Bilangan kuantum magnetik menentukkan arah orientasi dari orbital
di dalam ruang relatif terhadap orbital yang lain. Dengan demikian, untuk setiap satu
subkulit terdapat beberapa orbital yang dicirikan oleh ml.
Setiap subkulit (setiap nilai l) akan terdiri dari beberapa orbital dengan nilai
antara -l sampai dengan +l. jadi, untuk subkulit s dengan nilai l = 0 hanya ada sebuah
nilai ml = 0, subkulit p dengan nilai l = 1 mwmpunyai tiga nilai ml , yaitu ml = -1, ml =
0, dan ml = +1, dan untuk nilai l = 2 mempunyai nilai ml, yaitu = -1, -2, 0, +1, +2.
Terdapat keterakaitan antara bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth
atau momentum sudut (l), dan bilangan kuantum magnetic (ml) karena nilai l bergantung
pada n dan m bergantung pada l. tabel menjelaskan keterkaitan anatar ketiga bilangan
kuantum tersebut.
d. Bilangan kuantum spin (s atau ms)
Bilangan kuantum spin merupakana bilangan kuantum yang terlepas dari pengaruh
momentum sudut. Hal ini berarti bilangan kuantum spin tidak berhubungan secara
langsung dengantiga bilangan kuantum yang lain.
Untuk membedakan arah putarnya, maka diberi tanda negatif dan positif. Jadi nilai
1 1
bilangan kuantum spin hanya ada dua macam, yaitu +2 atau -2.
d. Orbital
Orbital adalah daerah atau ruang disekitar inti dimana peluang (kebolehjadian)
terbesar elektron dapat ditemukan. Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk dan arah
orientasi ruang yang ditentukan oleh bilangan kuantum n, l, dan ml.orbital-orbital
tersebut bergabung membentuk suatu subkulit, dan subkulit bergabung membentuk
kulit atau tingkat energi.
Subkulit p tersusun dari tiga orbital dengan bilangan kuantum l = 1. Tiga orbital
p tersebut adalah Px, Py, Pz. bentuk ruang orbital p digambarkan seperti dumbbell
dengan probabilitas untuk menemukan elektron semakin kecil bila mendekati inti.
6.94+39.10
Massa Atom Na (Ar Na) = = 23.02
2
11 Na 3Li
Jari-jari atom dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin pendek. Hal ini
dikarenakan muatan inti semakin bertambah sedangkan jumlah kulit elektronnya tetap.
Akibatnya gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kuat sehngga menyebabkan
jarak elekton kulit terluar dengan inti semakin dekat.
Jari-jari atom unsur segolongan dari atas ke bawah semakin panjang. Hal ini
dikarenakan semakin ke bawah jumlah kulitnya semakin banyak. Meskipun dalam hal
ini jumlah muatan inti semakin banyak, tetapi pengaruh bertambahnya jumlah kulit
lebih besar daripada pengaruh muatan inti akibatnya, jarak elektron kulit terluar
semakin jauh.
2.2 Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang
terikat paling lemah oleh suatu atom-atom atau ion dalam wujud gas. Elektron yang
terikat paling lemah dari suatu atom adalah elektron yang terdapat pada kulit terluar.
Contoh:
Gambar 3.6
Gambar diatas menunjukkan atom Li akan berubah menjadi ion Li+ dengan
cara melepas satu elektron terluarnya. Pada proses tersebut membutuhkan sejumlah
energi. Energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron inilah yang disebut sebagai
energi ionisasi. Semakin besar energi ionisasinya, semakin sukar electron terlepas dari
atom sebaliknya semakin kecil energi ionisasinya maka semakin mudah elektron
terlepas dari atom . contoh diatas menunjukkan bahwa energi sebesar 520 kJ diperlukan
untuk melepaskan sebuah elektron dari atom Litium,
Semakin Panjang jari-jari atom, semakin jauh jarak elektron terhadap inti
sehingga gaya tarik inti terhadap elektron lemah. Oleh karena itu, dibutuhkan energi
yang rendah untuk melepas elektronnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin
Panjang jari-jari atom, semakin kecil energi ionisasinya.
Tabel 1.4 Energi Ionisasi pertama unsur-unsur golongan utama (kJ/mol)
Golongan
IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA
H He
1.312 2.373
Li Be B C N O F Ne
520 900 801 1.086 1.402 1.314 1.681 2.081
Na Mg Al Si P S Cl Ar
495.5 738 578 789 1.012 1000 1.251 1.521
K Ca Ga Ge As Se Br Kr
418.7 590 579 762 947 941 1.140 1.351
Rb Sr In Sn Sb Te I Xe
404 550 558 709 834 869 1.008 1.170
Cs Ba Tl Pb Bi Po At Rn
376 503 589 716 703 812 ? 1.037
Dari data tersebut terlihat bahwa energi ionisasi unsur-unsur dalam satu periode
dari kiri ke kanan cenderung makin besar, dan energi ionisasi unsur-unsur segolongan
dari atas ke bawan semakin kecil.
2.3 Afinitas electron
Afinitas elektron adalah energi yang dilepaskan atau diserap oleh atom netral
dalam wujud gas apa bila menerima sebuah elektron untuk membentuk ion negative
(anion).
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
1) Penyerapan elektron ada yang disertai pelepasan energi maupun penyerapan energi.
2) Jika penyerapan elektron disertai pelepasan energi, maka harga afinitas elektronnnya
dinyatakan dengan tanda negative.
3) Jika penyerapan elektron disertai penyerapan energi, maka harga afinitas elektronnya
dinyatakan dengan tanda positif.
4) Unsur yang mempunyai harga afinitas elektron bertanda negatif, mempunyai daya tarik
elektron yang lebih besar daripada unsur yang mempunyai harga afinitas elektron
bertanda positif. Atau semakin negative harga afinitas elektron suatu unsur, semakin
besar kecenderungan unsur tersebut untuk menarik elektron membentuk ion negative
(anion).
Afinitas elektron merupakan ukuran bagi sukar mudahnya atom menangkap
elektron. Makin besar afinitas elektron makin mudah atom itu menangkap electron.
Perubahan afinitas electron sama dengan kecenderungan perubahan energi ionisasi,
jadi “Afinitasi elektron adalah energi yang dilepaskan jika pada suatu atom
ditambahkan elektron. Elektron yang terikat kuat pada atom suatu unsur memiliki
afinitas electron yang besar dan negative.
Contoh:
Cl(g) + e- d Cl- Afinitas Elektron = 352,4kJ
Harga afiinitas elektron suatu unsur sukar ditentukan, apalagi bila unsur
tersebut sukar menangkap elektron. Tabel di bawah ini menunjukkan harga afinitas
elektron beberapa unsur yang sudah diketahui.
Ahmad, H dan Lubna Baradja. (2014). Sistem Periodik Kunci Kimia Unsur. Bandung:
Media Cendekia Publisher