Anda di halaman 1dari 46

TELAAH KIMIA SEKOLAH

“STRUKTUR ATOM, HUBUNGAN KONFIGURASI ELEKTRON DALAM

TABEL PERIODIK UNSUR, KEMIRIPAN SIFAT UNSUR DAN

KEPERIODIKAN UNSUR”

Dosen Pengampuh : Dr. Ijirana, S.Pd., M.Si

OLEH
KELOMPOK I

FIKRIYANTI WARDANI (A 251 17 052)


SITTI ARMIYANTI LAHANGKO (A 251 17 085)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
MATERI POKOK

A. STRUKTUR ATOM
1. Perkembangan Model Atom

Lima abad sebelum masehi, filsuf dari Yunani yang bernama Democritus
menjelaskan dan percaya bahwa semua materi (zat) tersusun dari partikel yang sangat
kecil dan tidak dapat dibagi lagi yang disebut dengan atomos (tidak dapat dibagi).
Atom merupakan bagian yang sangat kecil dari suatu unsur yang masih memiliki sifat
unsur tersebut.

1.1 Model Atom Dalton

Pada tahun 1803, John Dalton (1766-1844), seorang guru sekaligus ilmuwan
Inggris, mendefinisikan bahwa benda terkecil penyusun materi yang tidak dapat dibagi
lagi sebagai “atom”. Di dalam teorinya tentang atom, John Dalton membuat hipotesis
yang menjadi dasar berkembangnya kimia modern. Hipotesis Dalton tentang atom
secara ringkas adalah sebagai berikut.

a. Unsur tersusun atas partikel yang dan tidak dapat dibagi lagi yang disebut dengan
“atom”.
b. Atom-atom yang menyusun suatu unsur adalah identik, baik massa, ukuran, dan
sifatnya, sedangkan atom dari unsur yang berbeda mempunyai ukuran, massa, dan
sifat yang berbeda.
c. Senyawa tersusun dari atom-atom yang terdiri dari dua unsur atau lebih dengan
perbandingan tetap dan tertentu.
d. Atom tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. Pada reaksi kimia, terjadi penataan
ulang atom-atom atau berpisahkan atom-atom penyusun senyawa dan kemudian
bergabung kembali dengan komposisi yang berbeda.

Teori atom Dalton dikemukakan berdasarkan dua hukum, yaitu hukum kekekalan
massa dan hukum perbandingan tetap.
Gambar 1.1 Model atom Dalton Gambar 1.2 John Dalton (1766–1844)

1.2 Model Atom J.J Thomson

Pada tahun 1897 Joseph. John. Thomson menemukan elektron. Berdasarkan


penemuannya tersebut, kemudian Thomson mengajukan teori atom baru yang dikenal
dengan sebutan model atom Thomson. Model atom Thomson dianalogkan seperti
sebuah roti kismis, di mana atom terdiri atas materi bermuatan positif dan di dalamnya
tersebar elektron bagaikan kismis dalam roti kismis. Karena muatan positif dan negatif
bercampur jadi satu dengan jumlah yang sama, maka secara keseluruhan atom menurut
Thomson bersifat netral
 Kelemahan model atom Thomson

Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif
dalam bola atom tersebut.

Gambar 1.3 Model atom Thomson Gambar 1.4 J. J. Thompson (1856-1909)


1.3 Model Atom Rutherford

Antoine Henri Becquerel (1852-1908), seorang ilmuwan dari Perancis pada


tahun 1896 menemukan bahwa uranium dan senyawa-senyawanya secara spontan
memancarkan partikel-partikel. Partikel yang dipancarkan itu ada yang bermuatan
listrik dan memiliki sifat yang sama dengan sinar katode atau elektron.
Unsur-unsur yang memancarkan sinar itu disebut unsur radioaktif, dan sinar
yang dipancarkan juga dinamai sinar radioaktif. Ada tiga macam sinar radioaktif,
yaitu:
a. sinar alfa (α), yang bermuatan positif
b. sinar beta (), yang bermuatan negatif
c. sinar gama(), yang tidak bermuatan
Sinar alfa dan beta merupakan radiasi partikel. Setiap partikel sinar alfa
bermuatan +2 dengan massa 4 sma, sedangkan partikel sinar beta sama dengan
1
elektron, bermuatan –1 dan massa sma (dianggap sama dengan nol). Adapun sinar
1.840

gama adalah radiasi elektromagnet, tidak bermassa, dan tidak bermuatan.


Pada tahun 1908, Hans Geiger dan Ernest Marsden yang bekerja di
laboratorium Rutherford melakukan eksperimen dengan menembakkan sinar alfa
(sinar bermuatan positif) pada pelat emas yang sangat tipis. Sebagian besar sinar alfa
itu berjalan lurus tanpa gangguan, tetapi sebagian kecil dibelokkan dengan sudut yang
cukup besar, bahkan ada juga yang dipantulkan kembali ke arah sumber sinar.
Dari hasil percobaan kedua asistennya itu, Ernest Rutherford menafsirkan
sebagai berikut.
a. Sebagian besar partikel sinar alfa dapat menembus pelat karena melalui daerah
hampa.
b. Partikel alfa yang mendekati inti atom dibelokkan karena mengalami gaya tolak
inti.
c. Partikel alfa yang menuju inti atom dipantulkan karena inti bermuatan positif dan
sangat massif
Gambar 1.5 Percobaan Rutherford menembakkan sinar alfa pada lempengan emas
tipis.

Beberapa tahun kemudian, yaitu tahun 1911, Ernest Rutherford mengungkapkan


teori atom modern yang dikenal sebagai model atom Rutherford.
a. Atom tersusun dari:
1) Inti atom yang bermuatan positif.
2) Elektron-elektron yang bermuatan negatif mengelilingi inti dengan kecepatan
yang sangat tinggi.
b. Semua proton terkumpul dalam inti atom, dan menyebabkan inti atom bermuatan
positif.
c. Sebagian besar volume atom merupakan ruang kosong. Hampir semua massa atom
terpusat pada inti atom yang sangat kecil. Jari-jari atom sekitar 10-10 m, sedangkan
jari-jari inti atom sekitar 10-15 m.
d. Sebagian besar partikel α lewat tanpa mengalami pembelokkan/hambatan.
Sebagian kecil dibelokkan, dan sedikit sekali yang dipantulkan.
e. Jumlah proton dalam inti sama dengan jumlah elektron yang mengelilingi inti,
sedangkan atom bersifat netral.

 Kelemahan Model Atom Rutherford


a. Menurut hukum fisika klasik, elektron yang bergerak mengelilingi inti
memancarkan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Akibatnya,
makin lama elektron itu akan kehabisan energi dan akhirnya menempel pada inti.
b. Model atom Rutherford ini belum mampu menjelaskna dimana letak elektron dan
cara rotasinya terhadap ini atom
c. Elektron memancarkan energi ketika bergerak, sehingga energi atom menjadi
tidak stabil
d. Tidak dapat menjelaskan spektrum garis pada atom hidrogen (H).

Gambar 1.6 Model atom Rutherford Gambar 1.7 Rutherford (1871–1937)

1.4 Model Atom Niels Bohr

Pada tahun 1913, Niels Bohr mengemukakan pendapatnya bahwa elektron


bergerak mengelilingi inti atom pada lintasan tertentu yang disebut kulit atom. Model
atom Bohr merupakan penyempurnaan dari model atom Rutherford.
Dua tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1913, seorang ilmuwan dari Denmark
yang bernama Niels Henrik David Bohr (1885- 1962) menyempurnakan model atom
Rutherford. Model atom yang diajukan Bohr dikenal sebagai model atom Bohr, yang
dapat diterangkan sebagai berikut.
a. Elektron-elektron dalam atom hanya dapat melintasi lintasan-lintasan tertentu
yang disebut kulit-kulit atau tangkat-tingkat energi, yaitu lintasan di mana elektron
berada pada keadaan stationer, artinya tidak memancarkan energi.
b. Kedudukan elektron dalam kulit-kulit, tingkat-tingkat energi dapat disamakan
dengan kedudukan seseorang yang berada pada anak-anak tangga. Seseorang
hanya dapat berada pada anak tangga pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, tetapi
ia tidak mungkin berada di antara anak tangga-anak tangga tersebut.
Model atom Bohr tersebut dapat dianalogkan seperti sebuah tata surya mini. Pada
tata surya, planet-planet beredar mengelilingi matahari. Pada atom, elektronelektron
beredar mengelilingi atom, hanya bedanya pada sistem tata surya, setiap lintasan (orbit)
hanya ditempati 1 planet, sedangkan pada atom setiap lintasan (kulit) dapat ditempati
lebih dari 1 elektron.
Dalam model atom Bohr ini dikenal istilah konfigurasi elektron, yaitu susunan
elektron pada masing-masing kulit. Data yang digunakan untuk menuliskan
konfigurasi elektron adalah nomor atom suatu unsur, di mana nomor atom unsur
menyatakan jumlah elektron dalam atom unsur tersebut. Sedangkan elektron pada kulit
terluar dikenal dengan sebutan elektron valensi. Susunan elektron valensi sangat
menentukan sifat-sifat kimia suatu atom dan berperan penting dalam membentuk
ikatan dengan atom lain.
Untuk menentukan konfigurasi elektron suatu unsur, ada beberapa patokan yang
harus selalu diingat, yaitu:
a. Dimulai dari lintasan yang terdekat dengan inti, masing-masing lintasan disebut
kulit ke-1 (kulit K), kulit ke-2 (kulit L), kulit ke-3 (kulit M), kulit ke-4 (kulit N),
dan seterusnya.
b. Jumlah elektron maksimum (paling banyak) yang dapat menempati masing-
masing kulit adalah:
Kulit K dapat menampung maksimal 2 elektron.
Kulit L dapat menampung maksimal 8 elektron.
Kulit M dapat menampung maksimal 18 elektron, dan seterusnya.
c. Kulit yang paling luar hanya boleh mengandung maksimal 8 elektron

Kelemahan teori atom Rutherford diperbaiki oleh Neils Bohr dengan postulat
Bohr yaitu:

a. Elektron yang mengelilingi inti mempunyai lintasan dan energi tertentu.


b. Dalam orbital tertentu, energi elektron adalah tetap. Elektron akan menyerap
energi jika berpindah ke orbit yang lebih luar dan akan membebaskan energi jika
berpindah ke orbit yang lebih dalam

 Kelemahan model atom Bohr


a. Tidak dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Strack
b. Tidak dapat menerangkan kejadian dalam ikatan kimia dengan baik, pengaruh
medan magnet terhadap atom, dan spektrum atom yang berelektron lebih banyak.

Gambar 1.8 Model atom Bohr Gambar 1.9 Niels Bohr (1885-1962)
1.5 Model Atom De Brolie (Mekanika Gelombang)

Apabila spektrum garis pada atom hidrogen dilewatkan pada medan magnet,
ternyata dapat terlihat bahwa setiap garis tersebut terdiri dari beberapa garis spektrum
dengan perbedaan frekuensi yang sangat kecil antara satu dengan yang lainnya. Hal
tersebut tidak dapat dijelaskan secara memuaskan oleh Niels Bohr. Kegagalan Niels
Bohr untuk menjelaskan spektrum atom yang berelektron banyak serta adanya
beberapa spektrum dari setiap garis spektrum atom hidrogen merupakan salah satu
kelemahan teori atom Niels Bohr.

Penjelasan yang lebih memuaskan diperoleh dari Louis de Broglie yang


mengemukakan hipotesisnya tentang sifat dualisme materi, yaitu materi yang bersifat
sebagai partikel dan sekaligus dapat mempunyai sifat sebagai gelombang. Bukti
eksperimen pola difraksi dari elektron membenarkan adanya anggapan dualisme
partikel-gelombang karena gejala difraksi hanya dapat dijelaskan dengan menganggap
elektron sebagai gelombang. Akibat dualisme sifat tersebut maka letak dan kecepatan
elektron tidak dapat dipastikan secara serentak. Apabila letaknya dapat dipastikan,
maka kecepatannya tidak dapat ditentukan, demikian pula sebaliknya. Dengan
demikian, ada ketidakpastian tentang letak dan kecepatan elektron tersebut. Keadaan
ini dikenal dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg.

Louis Victor de Broglie kemudian menurunkan suatu persamaan untuk


menentukan panjang gelombang partikel yang bergerak sebagai gelombang. Dengan
menggunakan mekanika kuantum dari Max Planck, diketahui bahwa lintasan elektron
tidak dapat lagi digambarkan sebagai suatu garis melingkar seperti yang digambarkan
Niels Bohr, tetapi pola lintasan elektron mengikuti pola gelombang diam. Keliling orbit
elektron yang digambarkan oleh Niels Bohr merupakan perkalian dari bilangan bulat
dengan panjang gelombang (Gambar 2.0).
Gambar 2.1 Perkembangan model atom

2. PARTIKEL PENYUSUN ATOM

Sampai saat ini, tidak ada satupun alat yang mampu untuk melihat bagaimana
bentuk dan susunan dari atom. Oleh karena itu, beberapa ahli membuat suatu model
untuk menjelaskan bagaimana keadaan suatu atom yang sebenarnya berdasarkan
fenomena (gejala-gejala) yang ditimbulkan. Penyelidikan tentang atom dimulai dengan
ditemukannya sifat listrik dari suatu materi,. Bila sisir plastic digosokkan pada rambut
yang tidak berminyak, sisir plastic tersebut akan dapat menarik potongan-potongan
kecil kertas. Peristiwa itu menunjukan bahwa sisir mempunyai sifat listrik. Bila ditinjau
lebih jauh, karena siisr merupakan materi maka sisir jga tersusun oleh atom-atom.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atom mempunyai sifat listrik. Gejala
kelistrikkan atom makin menarik para ahli fisika sehingga pada perkembangan
selanjutnya ditemukan bahwa atom tersusun dari partikel-partikel penyusun atom
(partikel sub-atom) yang terdiri dari elektron, proton, dan neutron.

2.1 Elektron

Penemuan elektron bermula dengan ditemukannya tabung sinar katode oleh Karl
Ferdinand Braun. Tabung sinar katode berupa tabung hampa dari kaca yang dialiri arus
listrik searah dari kutub positif ynag disebut anode dan dari kutub negatif yang disebut
katode. Bila tabung tersebut dialiri arus listri yang cukup kuat, akan terjadi aliran
radiasi yang tidak tampak dari kutub negatif menuju utub positif. Inilah yang disebut
dengan sinar katode. Sifat-sifat sinar katode dapat diketahui setelah penyempurnaan
tabung sinar katode yang dilakukan oleh Sir William Crookes. Sifat-sifat sinar katode
tersebt adalah sebagai berikut.

a. Merambat dalam garis lurus dari kutub negatif (katode) menuju kutub positif
(anode).
b. Dibelokkan oleh medan magnet dan medan listrik menuju ke kutub positif.
c. Sifat sinar katode tidak dipengaruhi oleh jenis kawat electrode yang dipakai, jenis
gas dalam tabung, dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan arus listrik.
Gambar 2.2 Sinar katode
(a) Sinar katode bergerak lurus
(b) Sinar katode berbelok arah akibat adanya medan magnet

Setelah William Crookes menemukan tabung katode yang lebih baik pada tahun
1879, maka penelitian tengan sinar katode dilanjutkan oleh Joseph John Thomson yang
mendapatibahwa sinar katode sebenarnya adalah materi yang ukurannya sangat kecil
karena daoat memutar baling-baling yang dipasang di antara anode dan katode. Dari
penelitiannya tersebut, J.J. Thomson dapat menentukan muatan elektro, yaitu sebesar
1,76 x 108 coulomb/gram.
Gambar 2.3 Tabung sinar katode (modifikasi William Crookes

Penyelidikkan lebih lanjut mengenai elektron ini dilakukan oelh Robert A.


Millikan antara tahun 1908-1917 yang dikenal dengan percobaan tetes minyak Millikan.
Dari percobaan tersebut, Millikan berhasil menemukan muatan setiap tetes minyak.
Muatan-muatan tersebut merupakan kelipatan dari bilangan yang sangat kecil, yaitu
1,6022 x 10-19 C. Berdasarkan percobaan Millikan, disimpulkan bahwa muatan 1
elektron adalah 1,6022 x 10-19 C. Dari nilai muatan tersebut dapat dihitung massa 1
elektron sebagai berikut.

Muatan
Massa satu elektronn =
Muatan/gram

−1,6022 x 10−19 coulomb


=
−1,76 x 108 coulomb/gram

= 9,10 x 10-28 gram


Gambar 2.4 Percobaan tetes minyak oleh Robert Andrew Milikan (1909)

Dari hasil percobaan tersebut, J.J. Thomson berkesimpulan bahwa sinar katode
merupakan partikel penyusun atom (partikel sub-atom) yang bermuatan negatif (-
1,6022 x 10-19 C) dan mempunyai massa 9,10 x 10-28 gram, dan selanjutnya oleh Stoney
diusulkan nama elektron.

Atom bersifat netral dan karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada
partikel lain bermuatan positif yang menetralkan muatan negatif elektron tersebut.
Berdasarkan hal ini maka menurut J.J. Thomson, atom merupakan bola pejal yang
bermuatan positif dan didalamnya tersebar muatan negatif elektron. Teori ini dikenal
dengan teori atom roti kismis karena elektron mirip dengan kismis yang menempel
pada roti. Model atom ini juga dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah
dikelupas dagingnya, di mana isi jambu merupakan elektron yang tersebar merata
dalam bola daging jambu yang pejal.

2.2 Inti Atom dan Proton

Penemuan elektron oleh Thomson menyebabkan para ahli semakin yakin bahwa
atom tersusun oleh partikel-partikel sub-atom yang lebih kecil ukurannya. Pada tahun
1886, Eugene Goldstein memodifikasi tabung sinar katode dengan melubangi lempeng
katodenya. Dari percobaan ini, ditemukan sinar yang arahnya berlawanan dengan sinar
katode. Sinar tersebut menembus lubang katode yang telah dibuat dan disebut sinar
kanal (karena menebus lubang kanal pada katode). Pada tahun 1898, Wilhelm Wien
menunjukkan bahwa sinar kanal merupakan partikel yang bermuatan positif dan
selanjutnya disebut proton. Sifat proton tergantung pada gas yang diisikan pada tabung
katode. Dari penelitiannya terhadap atom hidrogen, dapat ditentukkan bahwa massa
proton adalah 1.837 kali massa elektron.

Gambar 2.5 Bagian aliran sinar kanal dan sinar katode

Penemuan proton oleh Goldstein ini menimbulkan pertanyaan, bagaimanakah


kedudukan masing-masing partikekl tersebut didalam atom. Untuk mengetahui
kedudukan partikel-partikel tersebut, Ernest Rutherford Bersama asistennya, Hans
Geiger dan Ernest Marsden, melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan
sinar alfa terhadap lempeng tipis emas. Sebelumnya telah ditemukan adanya partikel
alfa yaitu partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, serta daya tembusnya
besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas.

Gambar 2.6 percobaan Rutherford

Dari pengamatan tersebut, didapat bahwa jika partikel alfa ditembakkan


(dihamburkan) pada lempeng emas yang sangat tipis, sebagian besar partikel alfa
diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1º). Dari pengamatan Marsden juga
diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok dengan sudut
90 º, bahkan lebih. Berdasarkan gejala yang terjadi, didapatkan beberapa kesimpulan,
yaitu :

a. Hampir semua partikel α diteruskan, berarti atom bukan merupakan bola pejal
yang bermuatan positif seperti yang digambarkan J.J. Thomson, tatpi sebagian
besar marupakan ruang hampa (kosong).
b. Jika lempengan emas tersebut dianggap sebagai satu lapisan atom-atom emas,
amka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan
positif.
c. Partikel tersebut merupakan partikel yang menyusun suatu inti atom. Berdasarkan
fakta, 1 dari 20.000 merupakan perbandingan diameter, maka akan didapatkan
ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.

Berdasarkan fakta-fakta yang didapat dari percobaan tersebut, Rutherford


mengusulkan model atom yang dikenal sebagai model atom Rutherford yang
menyatakan bahwa atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif,
dikelilingi olek elektron yang bermuatan negatif. Dari percobaan tersbut, Rutherford
dapat memperkirakan jari-jari atom kira-kira 10-8 cm dan jari-jari inti kira-kira 10-13
cm.

Terdapat pernyataan yang belum dapat dijelaskan oleh Rutherford pada saat itu,
yaitu bagaimanakah elektron yang bermuatan negatif tidak tertarik ke dalam inti atom
yang bermuatan positif? Alasan yang diberikan oleh Rutherford adalah gaya terik inti
terhadap elektron dilawan oleh gaya sentripetal akibat gerakan elektron yang
mengelilingi inti. Namun, jawaban ini pun belum memuaskan karena bertentangan
dengan teori Maxwell yang mengatakan bila ada partikel bermuatan bergerak maka
akan memancarkan radiasi sehingga kecepatannya makin turun. Demikian pula
dengan elektron yang bermuatan dan bergerak mengelilingi inti. Jiak kecepatakan
elektron berkurang, maka gaya sentripetalyang terjadi juga menurun dan akibatnya
sedikit demi sedikit elektron akan makin dekat dengan inti dan akhirnya tertarik masuk
ke inti. Dalam kenyataannya, hal tersebut tidak terjadi.

2.3 Neutron

Dalam penelitiannya, Rutherford menemukan suatu kejanggalan yaitu


perbandngan massa atom hidrogem terhadap massa atom helium adalah 1 : 4, dimana
hidrogen mempunyai 1 proton dan helium mempunyai dua proton. Seharusnya
perbandingannya adalag 1 : 2. Oleh karena itu, Rutherford dan tim penelitiannya
meyakini bahwa ada partikel lain di dalam inti atom. Dugaan tersebut baru dapat
dibuktikan oleh James Chadwick pada tahun 1932, berdasarkan percobaan hamburan
partikel alfa terhadap boron dan parafin.

Apabila partikel alfa ditembakkan pada lapisan logam boron, ternayata logam
tersebut memancarkan sinar yang serupa dengan felombang elektromagnetik berenergi
tinggi. Sinar tersbut tidak dibelokkan oleh megan magnet. Percobaan selanjutnya
menunjukkan bahwa sinar tersbut merupakan partikel netral yang mempunyai massa
sedikit lebih besar daripada massa proton selanjutnya, partikel tersebut diberi nma
neutron oleh James Chadwick. Dengan ditemukannya neutron, maka teka-teki terntang
perbandingan massa atom hidrogen dan massa atom helium terjawab. Di dalam inti
atom hidrogen hanya ada sebuah proton sedangkan pada inti atom helium terdapat 2
proton dan 2 neutron sehingga perbandingan massa atom hidrogen dengan massa atom
helium menjadi 1 : 4.

Akhirnya didapat kesimpulan bahwa di dalam inti atom terdapat proton yang
bermuatan positif dan neutron yang netral denga massa hamper sama. Massa elektrn
sangat kecil bila dibandingkan dengan massa neutron sehingga pengaruhnya sangat
kecil terhadap massa atom secara keseluruhan, oleh karena itu, massa elektron
dianggap sa,a dengan 0 (nol). Untuk merasionalkan massa yang sangat kecil tersebut,
dibuat standar barudengan massa proton sebagai standarnya. Proton yang massanya
1.6726 x 10-24 gram dianggap sama dengan 1 satuan massa atom ( 1 sma), dan neutron
yang massanya sedikit lebih besar dari proton juag dianggap sama dengan 1 sma.

Selain massa, muatan elektron dan proton juag perlu dairasionalkan dimana
muatan elektron yang besarnya -1,6 x 10-19 coulomb secara relative sa,a dengan -1
sedangkan proton mempunyai muatan +1.

3. Nomor Atom dan Nomor Massa

Proton merupakan partikel khas suatu atom. Artinya, tiap atom akan mempunyai
jumlah proton yang berbeda dengan atom lain. Hal ini didukung dengan fakta percobaan
yang dilakukan oleh Henry Moseley. Pada saat itu, sinar X sudah banyak dimanfaatkan
untuk rontgen dan umumnya dibuat dengan cara memborbardir dengan menggunakan
elektron. Dari pengamatan Moseley, ternyata sinar X yang dihasilkan mempunyai
frekuensi yang dipengaruhi oleh jumlah proton logam yang ditembak. Berdasarkan hal
tersebut, kemudian disimpulkan bahwa jumlah proton merupakan sifat khas dari suatu
atom.

Bila atom-atom diurutkan berdasarkan jumlah protonnya, maka atom hidrogen


akan mempunyai nomor satu karena mempunya sebuah proton, helium nomor dua
karena mempunyai dua buah proton, dan seterusnya. Selanjutnya, jumlah proton yang
terdapat dalam inti atom disebut nomor atom (Z). Nomor atom suatu unsur adalah khas,
artinya nomor tersebut hanya dimiliki oleh atom bersangkutan. Sebagai contoh, jika
nomor atomnya 6 berarti atom tersebut mempunyai jumlah proton 6 hanya atom karbon.
Sebaliknya, apabila disebut unsur karbon maka atomnya mempunyai proton sebanyak
6, karena tidak ada atom lain selain karbon yang mempunyai jumlah proton 6.

Massa atom merupakana massa dari seluruh partikel penyusun atom. Oleh karena
sangat kecil, maka massa elektron dapat diabaikan sehingga massa atom dianggap
merupakan jumlah massa proton dan neutron saja. Jumlah proton dan neutron
selanjutnya disebut sebagai nomor massa (A) dari suatu atom. Kecuali hidrogen, semua
atom mempunyai neutron, sehingga secara umum:

Nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron

= nomor atom + jumlah neutron

atau A = Z+n

Atom-atom suatu unsur dapat mempunyai nomor massa yang berbeda karena
jumlah neutron dalam atom tersebut berbeda. Sebagai contoh, hidrogen mempunyai tiga
jenis atom, yaitu atom hydrogen yang hanya mempunyai sebuah proton didalam inti
tanpa ada neutronnya, atom hidrogen yang mempunyai sebuah neutron, dan atom
hidrogen dengan dua buah neutron. Oleh karena itu, atom hidrogen ada yang
mempunyai nomor massa 1 sma, 2 sma, dan 3 sma. Atom-atom dari unsur yang sama
tetapi mempunyai nomor massa yang berbeda disebut isotop.

Untuk membedakan isotop yang satu dengan isotop lainnya, digunakan tanda
atom lengkap, yang menunjukkan jumlah proton dan neutron atau nomor atom dan
nomor massa. Tanda atom yang lengkap ditulis sebagai berikut:

dengan, X : lambang unsur


A
ZX A : nomor massa (jumlah proton + jumlah neutron)

Z : nomor atom (jumlah proton = jumlah elektron)

Contoh:

 23
11Na mempunyai arti isotop Na dengan nomor atom 11 dan nomor massa 23.
Jumlah proton dalam isotop Na = 11
Jumlah elektron dalam isotop Na = 11
Jumlah neutron dalam isotop Na = 23 – 11 = 12

Atom-atom unsur yang berbeda dapat dipastikan mempunyai jumlah proton yang
berbeda, tetapi dapat mempunyai nomor massa yang sama. Peristiwa ini disebut dengan
isobar, contohnya 40 40
19K dan 20Ar.

24 23
Atom 12Mg dan 11Na mempunyai jumlah proton yang berbeda tetapi jumlah
neutronnya sama yaitu 12. Peristiwa dimana dua atom yang berbeda mempunyai
jumlah neutron yang sama disebut dengan isoton.

4. Isotop

Massa atom untuk tiap atom tidak khas, dalam arti atom suatu unsur yang sama,
mungkin memiliki massa yang berbeda. Isotop adalah unsur yang mempunyai nomor
atom yang sama tetapi nomor massa yang berbeda. Hidrogen mempunyai 3 isotop.
Mengapa atom dari unsur yang sama, bias mempunyai nomor massa yang
berbeda? Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah neutron yang terdapat dalam inti
atomnya, karena massa atom lebih ditentukan dari jumlah massa proton + jumlah massa
neutronnya, sementara jumlah mass elektronnya diabaikan. Massa dari isotop dapat
ditentukkan dengan alat yang diberi nama Spektograf Massa.

Selain isotop, dikenal juga beberapa istilah yang lain, yaitu sebagai berikut:

1) Isobar, merupakan atom unsur yang mempunyai nomor massa sama, tetapi nomor
atom dan unsurnya berbeda.
2) Isoton, merupakan atom unsur yang mempunyai jumlah neutron yang sama, tetapi
nomor atom dan unsurnya berbeda.
Contoh:
n = 31 – 15
= 16
n = 32 – 16
= 16
3) Isoelektron, merupakan atom unsur yang mempunyai jumlah elektron yang sama,
tetapi nomor atom dan unsurnya berbeda.
+
Contoh: 11Na

e = 11 – 1
= 10
-
9F

e =9+1
= 11

Unsur yang terdapat di alam kebanyakan terdapat sebagai campuran isotop.


Massa atom relative (Ar/Mr) dari suatu unsur dapat dicari dengan menjumlahkan perse
ntase setiap isotop dari atom terdapat nomor massanya. Karena setiap isotop
mempunyai massa yangberbeda, maka harga massa atom setiap unsur merupakan harga
merata seluruh isotopnya.

 Kelimpahan isotop dialam dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:


Massa 1 atom X serata = {( %X1.massa X1 ) + ( %X2.massa X2 )}
Di mana :
%X = persentase atom
Massa X1 = massa isotop ke-1
Massa X2 = massa isotop ke-2
Contoh :
Diketahui di alam terdapat 59,98% isotop. Bila Ar Cl 36,2 dan Cl mempunyai
2 isotop, maka nomor massa isotop yang lain adalah
Penyelesaian :
Cl ke-1 = 59,98% -> NM = 36,2
Cl ke-12 = (100 – 59,98)%
= 40,02 % -> NM = …?
Ar Cl = (%Cl-1 . Massa Cl-1) + (%Cl-2 . Massa Cl-2)
36,2 = (59,98% . 37) + (40,02% . NM Cl-2)
36,2 = (22,19926) + (40,02% . NM Cl-2)
NM = 35,001
= dibulatkan menjadi 35 sehingga nomor massa isotop yang lain
adalah 35
B. HUBUNGAN KONFIGURASI ELEKTRON DALAM TABEL PERIODIK
UNSUR
1. Konfigurasi Elektron

Konfigurasi elektron menggambarkan penataan elektron-elektron dalam suatu


atom. Konfigurasi elektron adalah khas untuk suatu atom. Sebagai contoh, walaupun
sama-sama subkulit 1s tetapi tingkat energi dari subkulit 1s untuk atom natrium tidak
sama dengan tingkat energi 1s untuk atom magnesium. Meskipun demikian, terdapat
suatu aturan yang bersifat umum dalam memperkirakan penataan elektron dalam suatu
atom.

a. Aturan Aufbau

Aufbau berarti membangun. Menurut prinsip Aufbau ini, elektron didalam suatu
atom akan berada dalam kondisi yang stabil nila mempunyai energi yang rendah,
sedangkan elektron-elektron akan berada pada orbital-orbital yang bergabung
membentuk subkulit. Jadi, elektron mempunyai kecenderungan untuk menempati
subkulit yang tingkat energinya rendah. Besarnya tingkat energi dari suatu subkulit
dapat diketahui dari nilai bilangan kuantum utama (n) dan bilangan kuantum azimuth
(l) dari orbital tersebut. Secara umum, orbital yang mempunyai nilai (n+l) lebih besar
akan mempunyai tingkat energi yang lebih tinggi dan sebaliknya bila (n+l) kecil
tingkat energinya juga kecil. Untuk nilai (n+l) yang sama, maka orbital dengan nilai n
lebih besar akan mempunyai tingkat energi yang besar (tabel 2.6.).

Berdasarkan tabel tersebut, maka urutan tingkat energi dari yang paling rendah
ke yang paling tinggi adalah sebagai berikut. 1s < 2s < 2p < 3s < 3p < 4s < 3d < 4p <
4d, …. dan seterusnya.

Cara lain untuk mengetahui urutan tingat energi adalah dengan menggunakan
deret pancaran cahaya seperti pada Gambar
Gambar 2.7 Salah satu cara untuk mengetahui urutan tingkat energi

b. Larangan Pauli

Larangan Pauli atau eksklusi Pauli menyatakan bahwa di dalam satu atom tidak
boleh terdapat dua elektron dengan empat bilangan kuantum yang sama. Orbital yang
sama akan mempunyai bilangan kuantum n, l, m1 yang sama. Dengan demikian, yang
bias membedakan hanya bilangan kuantum spin (s). jadi, setiap orbital hanya dapat
berisi 2 elektron dengan spin (arah putar) yang berlawanan.

Dengan adanya larangan Paula ini, maka elektron yang dapat menempati suatu
subkulit terbatas hanya dua kali dari jumlah orbitalnya. Dengan demikian, jumlah
maksimum elektron adalah sebagai berikut.

 Subkulit s terdiri dari 1 orbital, dapat ditempati oleh maksimum 2 elektron,


 Subkulit p terdiri dari 3 orbital, dapat ditempati oleh maksimum 6 elektron,,
 Subkulit d terdiri dari 5 orbital, dapat ditempati oleh maksimum 10 elektron.

Dengan menggunakan dua aturan tersebut, dapat digambarkan konfigurasi elektron


dari suatu atom
Konfigurasi elektron gaas mulia dapat digunakan untuk menyingkat konfigurasi
elektron dari atom-atom yang mempunyai jumlah elektron (bernomor atom) besar.
Berikut ini adalah konfigurasi elektron dari gas-gas mulia.

1) 2He : 1s2
2) 10Ne : 1s2 2s2 2p6
3) 18Ar : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
4) 36Kr : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
5) 54Xe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6

Perhatikan cara menyingkat berikut:

1) 4Be : 1s2 2s2 disingkat menjadi [He] 2s2


2) 19K : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 disingkat menjadi [Ar] 4s1
3) 15P : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3 disingkat menjadi [Ne] 3s2 3p3

Penyingkatan ini memberikan kemudahan di dalam menentukan elektron valensi


dan diagram orbital dari suatu atom. Elektron valensi dan diagram orbital ini akan
sangat berguna di dalam mempelajari ikatan kimia.

Elektron valensi suatu atom adalah elektron-elektron yang terlibat di dalam


pembentukkan ikatan kimia, biasanya merupakan elektron yang berada di luar
konfigurasi gas mulia

Contoh:

 Atom 15P dengan konfigurasi elektron [Ne] 3s2 3p3 mempunyai 5 elektron
valensi yaitu elektron 3s2 dan 3p3.

Diagram orbital menunjukkan sebaran elektron dalam orbital-orbital pada suatu


atom. Penggambaran diagram orbital pada umumnya menggunakan kotak yang
mewakili jumlah orbital pada setiap subkulit disertai dengan tanda panah ke atas () atau
ke bawah () yang menggambarkan spin elektron. Diagram orbital umumnya hanya
dituliskan untuk elektron valensi.

Contoh;

 Atom 1H : 1s1
diagram orbitalnya adalah :

 Atom 17Cl : [Ne] 3s2 3p5


diagram orbitalnya adalah :

c. Aturan Hund

Seperti yang dikemukakan di atas bahwa setiap subkulit (kecuali subkulit s)


tersusun atas beberapa orbital dengan energi setingkat . dengan demikian, elektron
dimungkinkan menempati orbital mana saja, sebagai contoh, pada atom 5B dengan
konfigurasi 1s2 2s2 2p1, sebuah elektron terdapat pada subkulit p dapat menempati
orbital Px, Py, Pz karena ketiganya mempunyai tingkay energi yang sama. Ketiga
kemungkinan tersebut dapat digambarkan diagram orbitalnya sebagai berikut.

5B : [He] 2s2 2p1

Kemungkinan pertama 2s2 2p1x 2p0y 2p0z


Diagram orbital ] [pp
Kemungkinan kedua 2s2 2p0x 2p1y 2p0z
Diagram orbital ] p[p
Kemungkinan ketiga 2s2 2p0x 2p0y 2p1z
Diagram orbital ] pp[
Untuk elektron-elektron yang menempati subkulit dengan jumlah orbital lebih
dari satu (misalnya subkulit p atau d), maka kemungkinannya akan lebih banyak lagi.
Sebagai contoh, atom karbon akan mempunyai 15 kemungkinan penyebaran elektron
pada orbital baik yang berisi 2 atau 1 elektron. Berdasarkan pengamatan spektrum,
diketahui bahwa keadaan yang paling rendah energinya (paling stabil) adalah bila
elektron-elektron tersebut tersebar ke semua orbital dengan spin yang sejajar (spin
sama). Aturan ini dikenal dengan Aturan Hund.

2. Bilangan Kuantum Dan Bentuk Orbital

Penyelesaian persamaan gelombang Schrodinger menghasilkan tiga bilangan


yang mencirikan orbital elektron atau lebih mudahnya disederhanakan sebagai alamat
elektron. Tiga bilangan ini disebut dengan bilangan kuantum, yang terdiri dari
bilangan kuantum utama, bilangan kuantum azimuth, dan bilangan kuantum magnetik.

a. Bilangan kuantum utama (n)

Bilangan kuantum utama menentukan besarnya tingkat energi suatu elektron


yang mencirikan ukuran orbital. Berdasarkan penyelesaian persamaan gelombang
Schrodinger, didapat bahwa nilai bilangan kuantum utama merupakan bilangan bulat
dari 1 sampai tak terhingga (n = 1, 2, 3, . . ., ∞). Dalam perkembangannya, nilai n sesuai
dengan besarnya energi pada orbital (kulit elektron) yang terdapat pada spektrum atom
hidrogen. Dengan demikian, semakin besar nilai n semakin jauh letak elektron dari inti
atom. Berdasarkan hal tersebut, maka nilai bilangan kuantum utama (n) kemudian
dikaitkan dengan letak elektron dalam kulit pada model atom Bohr. Nilai n = 1 elektron
terletak pada kulit K, n = 2 elektron terletak pada kulit L, n = 3 elektron terletak pada
kulit M, dan seterusnya.

b. Bilangan kuantum azimuth atau momentum sudut (l)

Bilangan kuantum azimuth atau memontum sudut (l) memerikan informasi


tentang bentuk orbital. Nilai l tergantung (ditentukan) pada nilai bilangan kuantum
utama (n) . Nilai n tertentu akan menghasilkan nilai l berupa bilangan bulat dari 0 (nol)
sampai dengan n – 1 atau lebih mudahnya nilai l adalah dari 0 sampai dengan (n – 1)
untuk setiap n.
Bilangan kuantum azimuth ini dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya
beberapa garis-garis spektrum bila sebuah garis pada spektrum hidrogen dilewatkan
pada medan magnet. Berdasarkan hal tersebut, kemudian dianggap bahwa setiap kulit
elektron (tingkat energi) pada model atom Bohr mempunyai satu atau beberapa subkulit
(subtingkat energi) dan nilai bilangan kuantum azimuth ini sebagai penanda terhadap
jenis subkulit tersebut, dinama untuk nilai l = 0 melambangkan subkulit s; nilai l = 1
melambangkan subkulit p; nilai l = 2 melambangkan subkulit d; nilai l = 3
melambangkan subkulit f. lambing s, p, d, dan f ini diambil dari nama spektrum yang
dihasilkan oleh logam alkali dari Li sampai dengan Cs yang terdiri dari empat deret,
yaitu tajam (sharp), utama (principal), kabur (diffuse), dan dasar (fundamental). Untuk
nilai l selanjutnya (jika mungkin), digunakan lambing huruf berikutnya, yaitu g, h, i dan
seterusnya.

c. Bilangan kuantum magnetic (ml atau m)

Jika spektrum garis suatu atom diletakkan dalam medan magnet maka akan
didapatkan garis spektrum tambahan yang keberadaannya hanya dapat dijelaskan
dengan adanya sebuahbilangan kuantum baru yang selanjutnya disebut sebagai bilangan
kuantum magnetik. Bilangan kuantum magnetik menentukkan arah orientasi dari orbital
di dalam ruang relatif terhadap orbital yang lain. Dengan demikian, untuk setiap satu
subkulit terdapat beberapa orbital yang dicirikan oleh ml.

Setiap subkulit (setiap nilai l) akan terdiri dari beberapa orbital dengan nilai
antara -l sampai dengan +l. jadi, untuk subkulit s dengan nilai l = 0 hanya ada sebuah
nilai ml = 0, subkulit p dengan nilai l = 1 mwmpunyai tiga nilai ml , yaitu ml = -1, ml =
0, dan ml = +1, dan untuk nilai l = 2 mempunyai nilai ml, yaitu = -1, -2, 0, +1, +2.

Terdapat keterakaitan antara bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth
atau momentum sudut (l), dan bilangan kuantum magnetic (ml) karena nilai l bergantung
pada n dan m bergantung pada l. tabel menjelaskan keterkaitan anatar ketiga bilangan
kuantum tersebut.
d. Bilangan kuantum spin (s atau ms)

Bilangan kuantum spin merupakana bilangan kuantum yang terlepas dari pengaruh
momentum sudut. Hal ini berarti bilangan kuantum spin tidak berhubungan secara
langsung dengantiga bilangan kuantum yang lain.

Bilangan kuantum spin bukan merupakan hasil dari penyelesaian persamaan


gelombang, tetapi didasarkan pada pengamatan Otto Stern Walter Gerlach terhadarp
spektrum yang dilewatkan pada medan magnet. Dari hasil pengamatan tersebut,
ternyata didapatkan dua spektrum yang terpisah dengan kerapatan yang sama.
Kesimpulan yang diperoleh, bahwa terjadinya pemisahan garis spektrum oleh medan
magnet dimungkinkan karena elektron-elektron tersebut selama mengelilingi inti
berputar pada sumbunya denganarah yang berbeda. Dapat diandaikan bumi berotasi
pada sumbunya selama mengelilingi matahari. Berdasarkan hal tersebut, diusulkan
adanya bilangan kuantum spinuntuk menandai arah putaran (spin) elektron pada
sumbunya, setiap elektron dapat berputar pada sumbunya sesuai dengan arah jarum jam
atau berlawanan arah dengan jarum jam sehingga probabilitas elektron berputar searah
1 1
jarum jam adalah 2, dan probabilitas berputar berlawanan dengan jarum jam juga 2.

Untuk membedakan arah putarnya, maka diberi tanda negatif dan positif. Jadi nilai
1 1
bilangan kuantum spin hanya ada dua macam, yaitu +2 atau -2.

d. Orbital

Orbital adalah daerah atau ruang disekitar inti dimana peluang (kebolehjadian)
terbesar elektron dapat ditemukan. Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk dan arah
orientasi ruang yang ditentukan oleh bilangan kuantum n, l, dan ml.orbital-orbital
tersebut bergabung membentuk suatu subkulit, dan subkulit bergabung membentuk
kulit atau tingkat energi.

Subkulit s tersusun dari sebuah orbital dengan bilangan kuantum l = 0 dan


mempunyai ukuran yang berbeda tergantung nilai bilangan kuantum n (bagian dari kulit
yang mana). Probabilitas (kebolehjadian) untuk menemukan elektron pada orbital s
adalah sama untuk ke segala arah sehingga bentuk ruang orbital s digambarkan seperti
bola.

Gambar 2.8 Bentuk orbital s.

Subkulit p tersusun dari tiga orbital dengan bilangan kuantum l = 1. Tiga orbital
p tersebut adalah Px, Py, Pz. bentuk ruang orbital p digambarkan seperti dumbbell
dengan probabilitas untuk menemukan elektron semakin kecil bila mendekati inti.

Gambar 2.9 Bentuk orbital p.

Subkulit d tersusun dari lima orbital dengan bilangan kuantum l = 2. Arah


orientasi dari orbital d dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu yang berada di
antara sumbu terdiri dari 3 orbital (dxy, dxz, dyz) dan yang berada pada sumbu terdiri dari
dua orbital (dx2 – y2 dan dz2).
Gambar 3.0 Orbital d.

C. TABEL PERIODIK UNSUR


1. Perkembangan Sistem Periodik Unsur
1.1 Hukum Triade Dobereiner
 Dikemukakan oleh Johan Wolfgang Dobereiner (Jerman)
 Unsur dikelompokkan ke dalam Kelompok tiga unsur yang disebut Triade
 Dasarnya: kemiripan sifat fisika dan kimia dari unsur tersebut
Jenis Triade:
a. Triade Litium (Li), Natrium (Na) dan Kalium (K)
Tabel. 1.0 Unsur Triade Dobereiner
Massa
Unsur Wujud
Atom
Li 6.94 Padat
Na 22.99 Padat
K 39.10 Padat

6.94+39.10
Massa Atom Na (Ar Na) = = 23.02
2

b. Triade Kalsium (Ca), Stronsium (Sr) dan Barium (Ba)


c. Triade Klor (Cl), Brom (Br) dan Iod (I)
1.2 Hukum Oktaf Newlands
 Dikemukakan oelh John Newlands (Inggris) tahun 1865
 Unsur dikelompokkan berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya (Ar)
 Unsur ke-8 memiliki sifat kimia yang mirip dengan unsur pertama
 Unsur ke-9 memiliki sifat yang mirip dengan unsur ke-2 dan seterusnya.
 Sifat unsur yang ditemuka berkala atau periodic setelah 8 unsur disebut oktaf
Tabel 1.1 Daftar unsur oktaf Newlands
H Li Be B C N O
F Na Mg Al SI P S
Cl K Ca Cr Ti Mn Fe

Berdasarkan Dafta Oktaf Newlands diatas; unsur H, F dan Cl mempunyai


kemiripan sifat.

1.3 Sistem Periodik Mendelev


Dua ahli kimia, Lothar Meyer (Jerman) dan Dmitri Ivanovich Mendelev (Rusia)
berdasarkan pada prinsip dari Newlands, melakukan penggolongan unsur Lothar
Meyer lebih mengutamakan sifat kimia unsur sedangkan Mendelev lebih
mengutamakan kenaikan massa atom. Menurut Mendelev: sifat unsur adalah fungsi
periodic dari massa atom relatifnya. Artinya: jika unsur disusun menurut kenaikan
massa atom relatifnya, maka sifat tertentu akan berulang secara periodik
Unsur yang memiliki sifat serupa ditempatkan pada satu lajur tegak disebut
Golongan. Sedangkan lajur horizontal, untuk unsur berdasarkan pada kenaikan massa
atom relatifnya dan disebut Periode. Pada tabel sistem periodic tersebut tampak bahwa
ada sifat kimia yang dicantumkan, misalnya rumus oksidanya. Sebagai contoh, pada
golongan I terdapat rumus R2O yang menunjukkan bahwa golongan I tersebut bila
membentuk oksida akan mempunyai rumus H2O, Li2O dan Na2O.
Mendelev menyusun tabel dari unsur-unsur yang disusun oleh Newlands
dengan ebberapa perbaikan antara lain:
a. Beberapa tempat disediakan untuk unsur yang diramalkan dan diyakini oleh mendelev
akan ditemukan
b. Ditempatkannya unsur-unsur yang sekarang disebut sebagai unsur transisi pada lajur
khusus.
c. Mengadakan koreksi terhadap massa atom yang kurang tetap misanya Cr yang semula
diyakini 43.3 dikoreksi menjadi 52.0
d. Meramalkan sifat unsur yang belum ditemukan dan ternyata ramalannya tetap setelah
unsur tersebut ditemukan .

Gambar 3.1 Tabel Periodik Mendeleev


1.4 Sistem Periodik Modern
Henry G Moseley menemukan bahwa keperiodikan sifat tidak didasarkan pada
masa atom, tetapi didasarkan pada nomor atom atau muatan inti.
Susunan periodic yang disusun oleh Moseley akhirnya berkembang lebih baik
sampai di dapatkan bentuk seperti sekarang dengan mengikuti hukum periodik, bahwa
sifat unsur merupakan fungsi periodic dari nomor atom. artinya bila unsur-unsur
disusun berdasarkan kenaikan nomor atom maka sifat unsur akan berulang secara
periodik. Sistem periodik modern dikenal juga sebagai sistem periodic bentuk panjang,
dimana terdapat lajur mendatar yang disebut periode dan lajur tegak yang disebut
golongan.
Jumlah golongan pada sistem periodik modern ada 8 dan ditandai dengan angka
romawi. Selain itu, ada dua Kelompok besar pada golongan, yaitu golongan utama atau
golongan A dan golongan transisi atau golongan B. beberapa golongan diberi nama
khusus misalnya golongan alkali, alkali tanah, atau transisi.

Gambar 3.2 Tabel Periodik Modern


2. Hubungan Konfigurasi Elektron dan Sistem Periodik
Ada keterkaitan antara konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam sistem
periodic. Simak beberapa contohnya pada tabel berikut.
Tabel 1.2 Konfigurasi elektron beberapa unsur dalam sistem periodic unsur (SPU)
Letak pada SPU
Lambang
No Konfigurasi Elektron Golong
Unsur Periode
an
1 3Li 1s2 2s1 IA 2
2 12Mg 1s2 2s2 2p6 3s2 IIA 3
3 20Ca 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 IIA 4
4 31Ga 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p1 IIIA 4
5 15P 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3 VA 3
6 8O 1s2 2s2 2p4 VIA 2
7 9F 1s2 2s2 2p5 VIIA 2
8 10Ne 1s2 2s2 2p6 VIIIA 2

Dari tabel diatas terlihat bahwa konfigurasi elektron unsur-unsur golongan IA


mempunyai elektron valensi ns1, sedangkan unsur-unsur golongan IIA mempunyai
elektron valensi ns2 dimana n adalah nomor periode dalam sistem periodic tempat unsur
tersebut berada. Oleh karena itu, unsur-unsur yang terdapat pada golongan IA dan
IIAdisebut unsur-unsur blok s.
Jika kita perhatikan, unsur-unsur golongan IIIA sampai dengan unsur-unsur
golongan VIIIA, semuanya mempunyai elektron valensi ns2npx . oleh karena aitu,
unsur-unsur golongan IIIA-VIIIA disebut unsur-unsur blok p. demikian juga ketika kita
perhatikan konfigurasi elektron dari unsur-unsur transisi yang terdapat diantara
golongan IIA dan IIIA, yaitu dari golongan IIIB sampai IIB, elektron valensinya ns2
(n-1) dy. Oleh karena itu, unsur-unsur golongan ini disebut unsur-unsur blok d. Unsur-
unsur yang terdapat pada deret Lantanida dan Aktinida mempunyai elektron valensi
pada subkulit f sehingga unsur-unsur tersebut disebut unsur blok f.

Gambar 3.3 Pembagian blok dalam SPU


Dengan memperhatikan konfigurasi elektron beberapa unsur utama (golongan
IA-VIIIA) pada tabel sebelumnya dapat disimpulkan bahwa jumlah elektron valensi
menunjukkan nomor golongan adapun jumlah kulit elektron menunjukkan nomor
periode.
Tabel 1.3 Hubungan antara konfigurasi elektron dan letak unsur pada sistem periodic
unsur
Letak unsur pada sistem
Konfigurasi elektron
periodik unsur
Valensi
Golongan Periode
ns1 IA n
ns2 IIA n
ns2np1 IIIA n
ns2np2 IVA n
ns2np4 VIA n
ns2np5 VIIA n
ns2np6 VIIIA n
ns2(n-1)d1 IIIB n
ns2(n-1)d2 IVB n
ns2(n-1)d3 VB n
ns2(n-1)d4 VIB n
ns2(n-1)d5 VIIB n
ns2(n-1)d6 VIIIB n
ns2(n-1)d7 VIIIB n
ns2(n-1)d8 VIIIB n
ns1(n-1)d10 IB n
ns2(n-1)d10 IIB n

D. KEMIRIPAN SIFAT UNSUR DAN KEPERIODIKAN UNSUR


1. Sifat Fisik dan Kimia Unsur
1.1 Golongan alkali
Logam alkali merupakan unsur-unsur yang termasuk kedalam golongan IA
kecuali Hidrogen (H) yaitu Litium(Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb),
Sesium (Cs) dan Fransium (Fr).
 Sifat fisis golongan alkali di antaranya adaalah sifatnya yang lunak dan ringan.
Unsur-unsur tersebut juga memiliki titik leleh dan titik didih yang cukup rendah.
Hal ini dikarenakan dalam satu golongan unsur-unsur logam dari atas ke bawah
cenderung makin rendah
 Sifat kimia unsur logam alkali adalah reaktivitasnya yang tinggi. Hal ini
disebabkan logam Alkali memiliki 1 elektron valensi yang mudah lepas, sehingga
merupakan kelompok logam yang paling reaktif, dapat terbakar di udara, dan
bereaksi hebat dengan air . Dari Litium ke Sesium reaksi dengan air bertambah
dahsyat. Litium bereaksi agak pelan, tetapi natrium bereaksi dengan disertai
terbentuknya api dan ledakan, sementara yang lainnya bereaksi dengan lebih
dahsyat lagi. Oleh karena kereaktifannya dengan air dan udara, logam alkali biasa
disimpan dalam kerosin (minyak tanah). Adapun sifat logamnya dari atas kebawah
semakin besar.
1.2 Golongan alkali tanah
Logam alkali tanah merupakan unsur-unsur yang termasuk kedalam golongan
IIA yaitu Berelium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium (Br)
dan Radium (Ra).
 Sifat fisis logam alkali tanah adalah memiliki titik lebur, titik didih, massa jenis dan
kekerasan materi yang lebih besar dibandingkan logam alkali seperiode. Hal ini
dikarenakan unsur-unsur logam alkali tanah memiliki dua elektron pada kulit
terluar,sehingga ikatan logamnya lebih kuat.
 Sifat kimia logam alkali tanah adalah dapat bereaksi dengan air membentuk basa.
Logam alkali tanah juga tergolong logam aktif, tetapi kereaktifannya kurang
dibandingkan dengan logam alkali seperiode, dan hanya akan terbakar di udara bila
dipanaskan. Kecuali berilium, logam alkali tanah larut dalam air. Magnesium dan
stronsium digunakan dalam membuat kembang api. Magnesium memberi nyala
terang dan menyilaukan, sedangkan stronsium memberikan nayla merah terang.
Senyawa magnesium, yaitu magnesium hidroksida (Mg(OH)2), digunakan sebagai
antasida dalam obat mag. Batu kapur, pualam, dan mamer adalah senyawa kalsium,
yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Salah satu senyawa kalsium lainnya, yaitu
kalsium hidroksida (Ca(OH)2), digunakan sebagai kapur sirih
1.3 Halogen
Halogen meliputi unsur-unsur yang berada pada golongan VIIA dan terdiri dari
Fluorin (F), Klorin (Cl), Bromin (Br), Iodin (I) dan At (Astatin).
 Sifat fisis dari unsur halogen adalah titik leleh dan titik didihnya meningkat seiring
dengan kenaikan nomor atom. disuhu ruangan Fluorin dan Klorin berwujud gas,
sementara Bromin berwujud cair yang mudah menguap dan iodin berupa padatan
yang mudah menyublim.
 Sifat kimia unsur halogen adalah reaktivitasnya yang tinggi sebagi unsur
nonlogam. Hal itu berkaitan dengan elektron valensinya yang berjumlah 7,
sehingga hanya memerlukan tambahan 1 elektron untuk mencapai konfigurasi
stabil seperti gas mulia. Semua unsur halogen bereaksi dengan tipe yang sama,
walaupun kereaktifannya berbeda. Halogen dengan logam membentuk senyawa
yang kita sebut garam, seperti NaF, NaCl, NaBr dan NaI. Oleh karena itu pula,
unsur golongan VIA disebut halogen artinya pembentuk garam. Kereaktifan unsur
halogen berkurang dari F ke I.
1.4 Gas mulia
Unsur-unsur gas mulia berada pada golongan VIIIA ang terdiri dari
Helium(He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe) dan Radon (Rn).
 Sifat fisis gas mulia antara lain adalah titik leleh dan titik didih yang sangat rendah.
Titik didihnya mendekati 0° kelvin dan titik didihnya hanya beberapa derajat
diatas titik lelehnya. Gas mulia hanya akan mencair atau memadat jika energi
molekul-molekulnya sangat lemah yaitu pada suhu yang sangat rendah.
 Sifat kimia gas mulia adalah memiliki reaktivitas yang sangat rendah. Hal ini
diduga karena dipengaruhi oleh konfigurasi elektronnya. Selain itu , semakin besar
jari-jari atom unsur gas mulia, maka semakin tinggi pula reaktivitasnya.

2. Sifat Keperiodikan unsur


2.1 Jari-jari atom
Jari-jari atom merupakan jarak dari pusat atom (inti atom) sampai kulit elektron
terluar yang di tempati elektron. Panjang pendeknya jari-jari atom ditentukan oleh 2
faktor, yaitu sebgai berikut.
a. Jumlah kulit elektron
Semakin banyak jumlah kulit yang dimiliki oleh suatu atom, maka semakin
panjang `jari-jari atomnya.
Contoh:
Jari-jari atom natrium lebih panjang dari jari-jari atom litium karena jumlah
kulit yang dimiliki atom natrium lebih banyak dari atom litium.

11 Na 3Li

b. Muatan inti atom


Bila jumlah kulit dari dua atom sama banyak, maka yang berpengaruh terhadap
panjangnya jari-jari atom adalah muatan inti atom. Semakin besar muatan intinya, gaya
tarik inti atom terhadap elektron lebih kuat, sehingga elektron lebih mendekat ke inti
atom.
Contoh:
11Na :2 8 1 17Cl: 2 8 7
Kedua atom ini mempunyai jumlah kulit yang sama banyak (3 kulit), tetapi nomor atom
Cl (17) lebih besar dibandingkan nomor atom Na (11) sehingga gaya Tarik inti atom
Cl lebih kuat daripada Na. akibatnya, jari-jari atom Cl lebih pendek daripada Na.
Gambar 3.4 Kecenderungan perubahan jari-jari atom (dalam picometer) dalam SPU

Jari-jari atom dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin pendek. Hal ini
dikarenakan muatan inti semakin bertambah sedangkan jumlah kulit elektronnya tetap.
Akibatnya gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kuat sehngga menyebabkan
jarak elekton kulit terluar dengan inti semakin dekat.

Gambar 3.5 Jari-jari atom beberapa unsur

Jari-jari atom unsur segolongan dari atas ke bawah semakin panjang. Hal ini
dikarenakan semakin ke bawah jumlah kulitnya semakin banyak. Meskipun dalam hal
ini jumlah muatan inti semakin banyak, tetapi pengaruh bertambahnya jumlah kulit
lebih besar daripada pengaruh muatan inti akibatnya, jarak elektron kulit terluar
semakin jauh.
2.2 Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang
terikat paling lemah oleh suatu atom-atom atau ion dalam wujud gas. Elektron yang
terikat paling lemah dari suatu atom adalah elektron yang terdapat pada kulit terluar.
Contoh:

Gambar 3.6
Gambar diatas menunjukkan atom Li akan berubah menjadi ion Li+ dengan
cara melepas satu elektron terluarnya. Pada proses tersebut membutuhkan sejumlah
energi. Energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron inilah yang disebut sebagai
energi ionisasi. Semakin besar energi ionisasinya, semakin sukar electron terlepas dari
atom sebaliknya semakin kecil energi ionisasinya maka semakin mudah elektron
terlepas dari atom . contoh diatas menunjukkan bahwa energi sebesar 520 kJ diperlukan
untuk melepaskan sebuah elektron dari atom Litium,
Semakin Panjang jari-jari atom, semakin jauh jarak elektron terhadap inti
sehingga gaya tarik inti terhadap elektron lemah. Oleh karena itu, dibutuhkan energi
yang rendah untuk melepas elektronnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin
Panjang jari-jari atom, semakin kecil energi ionisasinya.
Tabel 1.4 Energi Ionisasi pertama unsur-unsur golongan utama (kJ/mol)
Golongan
IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA
H He
1.312 2.373
Li Be B C N O F Ne
520 900 801 1.086 1.402 1.314 1.681 2.081
Na Mg Al Si P S Cl Ar
495.5 738 578 789 1.012 1000 1.251 1.521
K Ca Ga Ge As Se Br Kr
418.7 590 579 762 947 941 1.140 1.351
Rb Sr In Sn Sb Te I Xe
404 550 558 709 834 869 1.008 1.170
Cs Ba Tl Pb Bi Po At Rn
376 503 589 716 703 812 ? 1.037

Dari data tersebut terlihat bahwa energi ionisasi unsur-unsur dalam satu periode
dari kiri ke kanan cenderung makin besar, dan energi ionisasi unsur-unsur segolongan
dari atas ke bawan semakin kecil.
2.3 Afinitas electron
Afinitas elektron adalah energi yang dilepaskan atau diserap oleh atom netral
dalam wujud gas apa bila menerima sebuah elektron untuk membentuk ion negative
(anion).
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
1) Penyerapan elektron ada yang disertai pelepasan energi maupun penyerapan energi.
2) Jika penyerapan elektron disertai pelepasan energi, maka harga afinitas elektronnnya
dinyatakan dengan tanda negative.
3) Jika penyerapan elektron disertai penyerapan energi, maka harga afinitas elektronnya
dinyatakan dengan tanda positif.
4) Unsur yang mempunyai harga afinitas elektron bertanda negatif, mempunyai daya tarik
elektron yang lebih besar daripada unsur yang mempunyai harga afinitas elektron
bertanda positif. Atau semakin negative harga afinitas elektron suatu unsur, semakin
besar kecenderungan unsur tersebut untuk menarik elektron membentuk ion negative
(anion).
Afinitas elektron merupakan ukuran bagi sukar mudahnya atom menangkap
elektron. Makin besar afinitas elektron makin mudah atom itu menangkap electron.
Perubahan afinitas electron sama dengan kecenderungan perubahan energi ionisasi,
jadi “Afinitasi elektron adalah energi yang dilepaskan jika pada suatu atom
ditambahkan elektron. Elektron yang terikat kuat pada atom suatu unsur memiliki
afinitas electron yang besar dan negative.
Contoh:
Cl(g) + e- d Cl- Afinitas Elektron = 352,4kJ
Harga afiinitas elektron suatu unsur sukar ditentukan, apalagi bila unsur
tersebut sukar menangkap elektron. Tabel di bawah ini menunjukkan harga afinitas
elektron beberapa unsur yang sudah diketahui.

Gambar 3.7 harga afinitas elektron bebrapa unsur (kJ/mol)


Kecenderungan afinitas elekron menunjukkan pola yang sama dengan pola
kecenderungan energi ionisasi.
2.4 Keelektronegatifan
Pada ikatan kovalen, dua elektron digunakan bersama oleh dua atom. apakah
kedua atom ini sama kuat menarik elektron ke dekatnya? Fakta menunjukkan ada
perbedaan kekuatan antara atom-atom untuk untuk menarik elektron ke dekatnya,
istilah yang digunakan untuk kekuatan ini disebut keelektronegatifan.
“keelektronegatifan atau elektronegativitas suatu atom menunjukkan
kecenderungan suatu atom atau molekul-molekul menarik pasangan elektron yang
digunakan bersama dalam membentuk ikatan ke dekatnya” banyak usaha telah
dilakukan untuk menemukan harga keelektronegatifan. Namun yang paling banyak
digunakan adalah skala pauling. Menurut skala pauling harga keelektronegatifan
terbesar diberikan untuk F yaitu 4 dan harga terkecil 0.7 untuk Cs.
Kecenderungan keelektronegatifitas dalam satu perioda dari kiri ke kanan harga
keelektronegatifan makin besar. Dalam satu golongan dari atas ke bawah harga
keelektronegatifan makin kecil.
Semakin besar nilai keelektronegatifan suatu atom, semakin mudah bagi atom
tersebut untuk menarik pasangan elektron ikatan atau gaya tarik elektron dari atom
tersebutsemakin kuat. Dengan demikian pola kecenderungannya akan sama dengan
afinitas elektron.

Gambar 3.8 Harga keelektronegatifan unsur-unsur dalam sistem periodik


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H dan Lubna Baradja. (2014). Sistem Periodik Kunci Kimia Unsur. Bandung:
Media Cendekia Publisher

Irwandy. (2014). Kimia Teknik. Bogor: ITB Press

Sudarmo, U. (2016). Kimia untuk SMA/MA kelas X. Surakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai