Anda di halaman 1dari 26

1 BAB II

DASAR TEORI
2.1 Antena
Antena didefinisikan sebagai sebuah perangkat yang biasanya
terbuat dari logam (sebagai tongkat atau kawat) yang digunakan untuk
memancarkan dan menerima gelombang radio [3]. Dengan kata lain,
Antena memiliki definisi sebagai transformator dan struktur transisi dari
gelombang terbimbing dan gelombang bebas atau sebaliknya. Pada
gambar 2.1 menunjukkan perbedaan dari spesifikasi antena [3].

1. Antena menurut jenisnya


a. Antena kawat : dipole, loop, helix
b. Antena aparture : horn, slot
c. Antena cetak/strip : patch, spiral, dipole
2. Antena menurut gain
a. Gain tinggi : dish
b. Gain sedang : horn
c. Gain rendah : loop, slot, dipole, patch
3. Antena menurut Bandwidth
a. Wideband : spiral, log, helix
b. Narrow band : patch, slot

Gambar 2.1 Jenis-jenis Antena [3]

15101118 6
2.2 Antena Mikrostrip[3]
Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri atas dua kata, yaitu
micro (sangat tipis/kecil) dan strip (bilah/potongan),maka antena
mikrostrip dapat didefenisikan sebagai salah satu jenis antena yang
mempunyai bentuk seperti bilah/potongan yang mempunyai ukuran yang
sangat tipis/kecil. Hal ini yang menjadikan antena mikrostrip popular
karena memiliki keunggulan dan memenuhi permintaan akan antena yang
kecil dan ringan sehingga kompatibel dan mudah diintegrasikan. Antena
mikrostrip merupakan antena yang berbentuk papan (board) tipis dan
mampu bekerja pada frekuensi tinggi. Gambar 2.1 menunjukkan
gambaran umum antena mikrostrip.

Gambar 2.2 Gambaran Umum Antena mikrostrip [4]

Berdasarkan Struktur Gambar diatas, dapat dilihat bahwa antena


mikrostrip terdiri atas beberapa bagian, yakni [4]
1. Conducting Patch, adalah lapisan logam (metal) dengan
ketebalan tertentu yang berfungsi untuk meradiasi gelombang
elektromagnetik. Pada antena mikrostrip dikenal beberapa
bentuk (patch) seperti persegi panjang (rectangular), persegi
(square), lingkaran (circular), elips (elliptical), segitiga
(triangular), dan circular ring seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.3.
2. Substrate, merupakan bahan dielektrik dengan nilai konstanta
dielektri tertentu (Ԑr) dan ketebalan (h) tertentu, yang
memepengaruhi frekuensi kerja, bandwidth,dan efisiensi dari
suatu antena. Substrate digunakan sebagai pembatas antara
elemen peradiasi (patch) dengan elemen pertanahan (ground).
15101118 7
3. Groundplane, berada pada lapisan paling bawah yang
berfungsi sebagai reflektor, yakni untuk memantulkan sinyal
yang tidak diinginkan.
56

Gambar 2.3 Beberapa Bentuk Patch Antena Mikrostrip [4]

Beberapa kelebihan antena mikrostrip, antara lain : [1]


1. Bentuknya low-profile, ringan serta ukuran kecil dan
compact.
2. Low-fabrication, fabrikasi mudah dan murah.
3. Bisa menghasilkan polarisasi sirkular maupun linier.
4. Bisa beroperasi pada single, dual, ataupun multi band.
Sedangkan, beberapa kekurangan antena mikrostrip antara lain : [1]
1. Memiliki gain yang kecil
2. Mempunyai bandwidth yang sempit
3. Sinyal yang dipancarkan dengan daya yang relatif kecil,
maksimum 100 Watt

2.3 Parameter-parameter Antena


Dalam merancang suatu antena kita harus memahami parameter-
parameter antena, antara lain :

2.3.1 Pola Radiasi


Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena
merupakan bentuk pancaran dari sebuah antena dalam bentuk
koordinat bola yang direpresentasikan oleh fungsi (ɵ,ɸ). Pola
radiasi dapat disebut sebagai pola magnet (field pattern)
15101118 8
apabila yang digambarkan adalah kuat medan dan disebut
pola daya (power pattern) apabila yang digambarkan pointing
vector. Dengan adanya gambaran pola radiasi kita dapat
melihat bentuk pancaran yang dihasilkan oleh antena tersebut
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Gambaran Pola Radiasi [5]

Lebar berkas ½ daya (half power beamwidth atau HPBW)


adalah lebar sudut pada 3 dB dibawah maksimum. Untuk
menyatakan lebar berkas bisaanya dalam satuan derajat. Pada
gambar 2.2 tampak pola radiasi yang terdiri dari lobe-lobe
radiasi yang meliputi main lobe dan minor lobe (side lobe).
Main lobe adalah lobe radiasi yang mempunyai arah radiasi
maksimum. Sedangkan minor lobe adalah radiasi pada arah
lain.
Berdasarkan pola radiasinya, antena dikelompokkan menjadi
dua yaitu [5] :
1. Antena unidirectional, yaitu antena yang mampu
memancarkan atau menerima gelombang elektromagnetik
pada arah tertentu saja.
2. Antena omnidirectional, yaitu antena yang mampu
memancarkan atau menerima energi ke segala arah.
Antena omnidirectional mempunyai pola radiasi 360̊
apabila dilihat pada bidang magnetnya.

15101118 9
2.3.2 Gain Antena
Gain antena berkaitan erat dengan direktivitas,
merupakan besaran yang memperhitungkan efisiensi antena
dan kemampuan direksionalnya. Gain suatu antena
merupakan perbandingan intensitas radiasi maksimum suatu
antena terhadap intensitas radiasi antena referensi. Parameter
gain antena (G) dapat dinyatakan dengan persamaan 2.1 [6].

I
G = 10 log .................................................................... [2.1]
I

Dengan :
I0 = Intensitas radiasi Maksimum
I = Intensitas radiasi antena referensi

Intensitas radiasi yang berhubungan dengan daya yang


diradiasikan secara isotropic sama dengan daya yang diterima
oleh antena (Pin) dibagi dengan 4. Absolute gain ini dapat
dihitung dengan persamaan 2.2 [5]:

𝜃,𝜙
𝐺𝑎𝑖𝑛 = 𝜋 𝑥 ................................... ............... ..[2.2]
𝑃𝑖

Dengan :
Pin = daya yang diterima oleh antena
𝜃, 𝜙 = intensitas radiasi.

2.3.3 Polarisasi [7]


Polarisasi gelombang teradiasi adalah karakteristik
gelombang elektromagnetik teradiasi yang menggambarkan
arah fungsi waktu dan magnitude relatif dari vektor medan
listrik yang diamati sepanjang arah propagasi. Selain itu,
polarisasi juga dapat didefinisikan sebagai gelombang yang
diradiasikan dan diterima oleh antena pada suatu arah
tertentu. Polarisasi dapat diklasifikasikan sebagai linear
(linier), circular (melingkar), atau elliptical (elips) seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.5.

15101118 10
(a) (b) (c)

Gambar 2.5 Polarisasi Antena (Linear (a) , Circular (b), Elliptical (c) ) [7]

2.3.3.1 Polarisasi Linier


Polarisasi linier yaitu jika medan listrik pada arah y
dan AR(axial ratio) = ~. AR adalah rasio antara sumbu mayor
dan sumbu minor. Polarisasi linier bisa horizontal dan
vertikal. Polarisasi ini bersesuaian dengan pemasangan
antena, jika antena dipasang vertikal maka polarisasi antena
linier vertikal dan jika antena dipasang horizontal maka
polarisasi antena linier horizontal. seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Polarisasi Linier [7]

2.3.3.2 Polarisasi Circular


Polarisasi melingkar terjadi jika suatu gelombang yang
berubah menurut waktu pada suatu titik memiliki vektor
medan elektrik (magnet) pada titik tersebut berada pada jalur
lingkaran sebagai fungsi waktu. Polarisasi melingkar terjadi
jika sumbu mayor sama dengan sumbu minor dan AR (axial
ratio) = 1. Pada polarisasi melingkar besarnya medan listrik

15101118 11
sama dan berputar dalam lintasan berbentuk lingkaran.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Polarisasi Melingkar [7]

2.3.3.3 Polarisasi elips


Polarisasi elips terjadi ketika gelombang yang berubah
menurut waktu memiliki vektor medan (elektrik atau magnet)
berada pada jalur kedudukan elips pada ruang. Polarisasi
elips sama dengan polarisasi lingkaran, tetapi polarisasi elips
memiliki AR (axial ratio) = E2/E1 dan berputar dalam
lintasan berbentuk elips. Seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.8.

Gambar 2.8 Polarisasi Elips [7]


2.3.4 VSWR
Akibat adanya gelombang pantul yang disebabkan ZL
≠ Z0 (tidak match) maka akan terjadi interferensi antara
gelombang datang dan gelombang pantul pada saluran.

15101118 12
Dengan adanya interferensi gelombang tersebut akan terjadi
gelombang berdiri, akan timbul tegangan-tegangan
maksimum dan minimum pada saluran. Voltage standing
wave ratio (VSWR) merupakan perbandingan antara
tegangan maksimum (|V|max) terhadap tegangan minimum
(|V|min).

Perbandingan amplitudo-amplitudo gelombang yang


dipantulkan terhadap gelombang datang ditentukan oleh
impedansi beban (ZL), perbandingan tersebut dinyatakan oleh
suatu bilangan yang disebut koefisien pantul (Reflection
Coefficient)yang disimbolkan Γ seperti pada persamaan 2.3
[8]
:

𝐿−
Γ= + = .............................................................. ...[2.3]
𝐿+

Sedangkan, untuk mencari nilai VSWR dengan menggunakan


persamaan 2.4 [7]

| +Γ|
= | −Γ|
................................... ..................... ........[2.4]

Dengan, Γ = Koefisien pantul


ZL= Impendansi beban
Z0 = Impedansi karakteristik

Koefisien pantul sangat menentukan besarnya VSWR


(Voltage Standing Wave Ratio) antena, karena dengan
VSWR ini juga dapat ditentukan baik buruknya antena.
Semakin tinggi nilai VSWR maka semakin besar pula
mismatch, dan semakin minimum VSWR maka antena
semakin matching. Batas nilai VSWR yang ditentukan adalah
≤ 2 [9].

2.3.5 Bandwidth
Lebar pita (bandwidth) didefinisikan sebagai lebar pita
frekuensi yang digunakan oleh suatu sistem. Lebar pita

15101118 13
antena dapat ditentukan oleh beberapa karakteristik yang
memenuhi ketentuan yang dispesifikasikan. Dalam
penggunaan sebuah antena didalam sistem pemancar atau pun
penerima selalu dibatasi oleh daerah frekuensi kerjanya. Pada
range frekuensi kerja tersebut, antena diusahakan dapat
bekerja dengan efektif agar dapat menerima dan
memancarkan gelombang elektro magnetik pada band
frekuensi tertentu. Pengertian harus dapat bekerja dengan
efektif disini adalah bahwa distribusi arus dan impedansi dari
antena pada range frekuensi tersebut benar-benar belum
mengalami perubahan yang berarti, sehingga masih sesuai
dengan pola radiasi yang direncanakan serta VSWR yang
ditentukan. Lebar band frekuensi atau dikenal sebagai
bandwidth antena adalah range frekuensi kerja dimana antena
masih dapat bekerja dengan efektif. Seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.9

VSWR

Bandwidth
2
1

Gambar 2.9 Hubungan VSWR dengan Bandwidth [8]

Bandwidth dapat dinyatakan dalam bentuk persen. Dapat


dinyatakan dalam persamaan 2.5:

= Χ % ………………… ........................ [2.5]
Dengan :
BW = Bandwidth (MHz) untuk VSWR ≤ 2
f2 = frekuensi tertinggi
f1 = frekuensi terendah
fc = frekuensi center

15101118 14
Salah satu kelemahan antena mikrostrip adalah bandwidth
yang sangat sempit. Namun hal itu bisa diatasi dengan
beberapa cara, yaitu [7]:
1. Menambah tebal substrat (h) pada plat parallel
saluran transmisi yang juga akan meningkatkan
impedansi karakteristik.
2. Menggunakan permitivitas dielektrik substrat untuk
mengurangi dimensi fisik dari saluran plat parallel.
3. Meningkatkan induktansi dari mikrostrip dengan
membuat slot.
4. Menambah komponen reaktif untuk menurunkan
VSWR

2.3.6 Direktivitas
Direktivitas (keterarahan) sebuah antena merupakan
perbandingan intensitas radiasi maksimum dengan intensitas
radiasi dari antena referensi isotropis [10]. Direktivitas yakni
merepresentasikan ‘pengarahan’ antena, semakin besar
direktivitas dapat diartikan bahwa lebar berkasnya semakin
sempit Keterarahan pada antena dapat didefinisikan pada
persamaan 2.6 :

𝐼 𝑖 𝑖 𝑖𝑀 𝑘 𝑖
𝐷= = .... ..................... ....[2.6]
𝐼 𝑖 𝑖 𝑖 −
Berdasarkan persamaan diatas, direktivitas antena dapat
didefinisikan sebagai rasio intensitas radiasi dalam arah
tertentu dari antena untuk intensitas radiasi rata-rata ke segala
arah. Intensitas radiasi rata-rata sama dengan daya total yang
dipancarkan oleh antena dibagi dengan 4π. Secara umum,
keterarahan pada antena dinyatakan dengan persamaan 2.7 :

π×U ax
D0 = 10 log .................... ................................ .....[2.7]
Prad

Dengan:
D0 = Direktivitas (dB)
Umax = Intensitas radiasi maksimum (watt)
15101118 15
Prad = Daya radiasi total (watt)
2.3.7 Impedansi Karakteristik Antena
Pada antena mikrostrip terdapat impedansi
karakteristik yang sangat sensitif terhadap perubahan
frekuensi. Karakteristik bahan antena yang digunakan, serta
lebar patch antena akan mempengaruhi impedansi
karakteristik. Impedansi karakteristik antena mikrostrip dapat
dinyatakan dengan persamaan 2.8 dan persamaan 2.9 [11].

Untuk W/h ≤ 1 dinyatakan dengan :


Z0 = 𝑙𝑛 + ...................................................... [2.8]
√𝜀
Untuk W/h ≥ 1 dinyatakan dengan :
𝜋
Z0= 𝑊 𝑊 ..................................... [2.9]
√𝜀 [ + , + , + , ]

Nilai dimensi W/h dapat dinyatakan dengan menggunakan


persamaan 2.10, 2.11, 2.12, 2.13.

Untuk W/h 2:
𝐴
= 𝐴− ....................................................................... [2.10]

Dimana,
𝜀𝑟 + 𝜀𝑟 − ,
= √ + , + ................................ [2.11]
𝜀𝑟 + 𝜀𝑟

Untuk W/h 2:
𝜀𝑟 −
= { − − ln − + [𝑙𝑛 − + , 9−
ℎ 𝜋 𝜀𝑟
,
]} ............................................................................... [2.12]
𝜀𝑟
Dimana,
𝜋
= ............................................................... [2.13]
√𝜀𝑟

2.3.8 Impedansi Masukkan


Impedansi masukan dari suatu antena didefinisikan
sebagai impedansi pada bagian terminal antena atau

15101118 16
merupakan perbandingan antara tegangan dan arus listrik
pada terminal antena. Pada gambar 2.10 ini, akan
menunjukkan rasio antara tegangan dan arus pada terminal a
dan b tanpa beban.

Gambar 2.10 Impedansi Antena

Impedansi antena terdiri dari bagian riil dan imajiner,


yang dapat dinyatakan dengan persamaan 2.14[12] :

Zin = Rin+ j Xin................................... ...................... ...[2.14]

Dalam perancangan antena, biasanya memiliki nilai


impedansi masukan sebesar 50 Ω atau 75 Ω. Jika impedansi
antena seusai (matching) dengan impedansi saluran transmisi,
maka daya yang disalurkan dapat tercapai secara maksimum.
Hal ini berarti, seluruh daya dapat tersalurkan secara sempura
dan tidak ada daya yang dipantulkan. Namun, jika impedansi
antena tidak sesuai dengan impedansi saluran transmisi,
maka akan terjadi kerugian, yaitu daya dari pemancar tidak
bisa ditransmisikan oleh antena secara maksimal.

2.3.9 Return loss


Return loss merupakan perbandingan antara amplitudo
dari gelombang yang dipantulkan (V0-) terhadap amplitudo
gelombang yang dikirimkan (V0+). Return loss dapat terjadi
jika impedansi antena dengan impedansi saluran transmisi
tidak sesuai (missmatch). Dimana, keadaan ini menimbulkan
adanya daya yang dipantulkan kembali. Dan pengukuran
return loss adalah untuk mengetahui seberapa banyak daya
yang dipantulkan kembali. Batas nilai return loss yang

15101118 17
ditentukan adalah ≤ 10 dB [9]. Return loss dapat dinyatakan
pada persamaan 2.15 dan persamaan 2.16 :


𝐿− −
𝚪= + = = ........................................... ...[2.15]
𝐿+ +

Return loss = 20 log10 | Γ | ....................... ..................... .[2.16]

Dimana :
 : Koefisien Pantul
ZL : Impedansi Beban (Ω)
Z0 : Impedansi Karakteristik (Ω)
(V0-) : Amplitudo dari gelombang yang dipantulkan
+
(V0 ) : Amplitudo dari gelombang yang dikirimkan
VSWR : Voltage Standing Wave Ratio

2.4 Antena Mikrostrip Patch Persegi Panjang (Rectangular)


Secara umum, antena mikrostrip terbagi atas 2 bentuk patch yakni
bentuk persegi panjang (rectangular) dan patch berbentuk bulat (circular).
Namun, patch persegi panjang yang banyak digunakan saat ini. Karena,
pada patch ini sangat mudah untuk dianalisis menggunakan transmission-
line dan model cavity [7]. Berikut adalah perhitungan yang digunakan
untuk merancang antena mikrostrip berbentuk persegi panjang [7].

Untuk menentukan lebar patch antena (W) dapat menggunakan


persamaan 2.17:
𝐶
W= √𝜀 .................................................................................... [2.17]
𝑟+

Dimana :
c : Kecepatan cahaya di ruang bebas yaitu 3×108 m/s
f0 : Frekuensi kerja dari antena
Ɛr : Konstanta dielektrik dari bahan substrat

Sedangkan untuk menentukan panjang patch antena (L), diperlukan


nilai konstanta dielektrik antena (Ԑff) dan pertambahan panjang dari L
(∆L). Dengan perumusan Ԑff dinyatakan pada persamaan 2.18 :

15101118 18
𝜀𝑟 + 𝜀𝑟 − ℎ − /
𝜀 = + ([ + ] )..................... ...................... [2.18]

Dan pertambahan panjang (∆L) pada antena dapat dinyatakan pada


persamaan 2.19:
𝑊
(𝜀 + , ) ℎ+ ,
∆𝐿 = , ℎ 𝑊 ....................... ...................... ...[2.19]
(𝜀 + , ) + ,

Dimana h merupakan tinggi substrat. Dengan demikian panjang patch


(L) dinyatakan pada persamaan 2.20:

𝐿= 𝐿 − ∆𝐿........................................................................... .[2.20]

Leff merupakan panjang patch efektif antena dengan persamaan 2.21 :

𝐶
𝐿 = ............................................... ..................... .....[2.21]
√𝜀

2.5 Teknik Pencatuan Antena[8]


Pada antena, untuk mengirimkan energi dari sumbernya ke antena
mikrostrip diperlukan suatu pencatu (feeding). Antena mikrostrip
memiliki beberapa teknik pencatuan, yang terbagi atas 2 jenis, yakni
pencatuan terhubung (contacting feed) dan pencatuan tidak terhubung
(non-contacting feed). Pada pencatu terhubung yang terbagi menjadi
Microstrip Line Feeding dan Coaxial Probe Feeding, daya pada pencatu
ditransfer secara langsung ke microstrip patch melalui saluran pencatu
(line feed) yang terhubung ke konduktor patch peradiasi. Sedangkan pada
pencatu tidak terhubung yang terbagi menjadi Aperture Coupled Feeding
dan Proximity Coupled Feeding, medan elektromagnetik digunakan untuk
mentransfer daya antara saluran mikrostrip dan patch peradiasi.

2.5.1 Microstrip Line Feeding


Pencatuan ini dilakukan langsung dengan
menghubungkan line pencatuan dengan patch antena. Secara
umum, microstrip line dibuat dengan panjang dan lebar
tertentu yang sesuai dengan impedansi karakterisitik (Zo) yang
diinginkan. Nilai impedansi karakteristik pada saluran

15101118 19
microstrip line akan menentukan lebar saluran pencatu (Wst)
dan tinggi substrat.
Pada teknik ini mudah untuk dilakukan fabrikasi
karena, microstrip line dan elemen peradiasi (patch) dicetak
pada substrat yang sama. Namun, teknik ini akan
memunculkan radiasi yang tidak diinginkan dari feeder-nya.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Teknik Pencatuan Microstrip Line Feeding [8]

Dalam menghitung lebar saluran mikrostrip dapat dinyatakan


pada persamaan 2.22 [8] :
ℎ 𝜋 𝜋 𝜀𝑟 − 𝜋
= { − − ln − + [𝑙𝑛 −
𝜋 √𝜀𝑟 √𝜀𝑟 𝜀𝑟 √𝜀𝑟
,
+ , 9− ]}............................................................[2.22]
𝜀𝑟
Dengan 𝜀 adalah konstanta dielektrik relatif
Besarnya konstanta dielektrik relatif untuk W/h≤1, dinyatakan
dengan dinyatakan dengan persamaan 2.23:
𝜀𝑟 + 𝜀𝑟 −
𝜀 = + [ + , +
√ + ℎ/
ℎ − ,
] ..........................................................................[2.23]
Besarnya konstanta dielektrik untuk W/h > 1, dinyatakan
dengan persamaan 2.24 :
𝜀𝑟 + 𝜀𝑟 − ℎ
𝜀 = + + .................................. ......[2.24]
Untuk menghitung panjang saluran mikrostrip dapat
dinyatakan dengan persamaan 2.25 .

15101118 20
𝜆
𝐿 = ......................................................................... [2.25]
Dengan λg merupakan panjang gelombang pada bahan
dielektrik yang besarnya dapat dihitung dengan persamaan
2.26 :
𝜆
𝜆 = ........................................................................[2.26]
√𝜀

2.5.2 Coaxial Probe Feeding


Pada teknik ini, pencatuan dilakukan dengan
melubangi patch untuk dihubungkan dengan elemen pencatu.
Pencatuan dapat dilakukan pada seluruh bagian patch untuk
mendapatkan impedansi yang sepadan dengan impedansi
input. Teknik ini merupakan teknik pencatu yang cukup
efisien dalam meminimalisir radiasi yang tidak diinginkan.
Namun, perbedaan lapisan pada inner dan outer konduktor
pada patch menyulitkan fabrikasi dari antena jenis ini. Seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Teknik Coaxial Probe Feeding [8]

2.5.3 Aperture Coupled Feeding


Pada teknik pencatuan ini, ground plane terpisah dari
patch dan saluran mikrostripnya. Kopling diantara patch dan
microstrip line-nya dihasilkan dengan adanya sebuah
aparture pada ground plane. Besar kopling yang terjadi
antara microstrip line dengan patch dipengaruhi oleh bentuk

15101118 21
ukuran dan letak dari aparture. Seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Teknik Pencatuan Aperture Couple Feeding [8]

2.5.4 Proximity Coupled Feeding


Pada teknik ini terdiri dari dua lapisan yakni, ground
substrat berada dibagian bawah layer yang terdiri dari saluran
pencatu mikrost.rip. Dan bagian atas material yang
merupakan layer dielektrik dengan sebuah patch terletak pada
permukaan lapisannya. Daya dari pencatu digabungkan
diantara lapisan hingga ke patch secara elektromagnetik.
Oleh sebab itu, teknik ini disebut juga dengan skema
pencatuan elektromagnetik kopling. Seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 Teknik Pencatu Proximity Couple Feeding [8]

15101118 22
2.6 Antena T-Shaped slot
Antena microstrip T- shaped slot merupakan modifikasi pada
geometri patch pada mikrostrip rectangular (persegi panjang). Pada patch
antena akan dibuat slot/celah yang berbentuk huruf “T”. Konfigurasi T-
shaped ini dilakukan untuk meningkatkan bandwidth antena yang
digunakan pada komunikasi Wi-Fi. Hal ini dilakukan, karena pada antena
mikrostrip patch rectangular memiliki kekurangan berupa bandwidth yang
terbatas. Saluran pencatu yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu
microstrip line. Pada teknik pencatuan microstrip line. Teknik pencatuan
dilakukan langsung dengan menghubungkan line pencatuan dengan patch
antenna. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.15.

[13]
Gambar 2.15 Antena T-shaped slot

T-shaped yang akan didesain pada antena melekat pada patch rectangular,
yang terdiri dari panjang Ls dan lebar Ws. Dimensi panjang Ls dan lebar Ws
merupakan fungsi dari frekuensi kerja antena. Sedangkan, fungsi dari
impedansi saluran mikrostrip terdapat pada dimensi W f . Variasi dari
dimensi panjang, lebar patch dan T-shaped akan menghasilkan impedansi
bandwidth antena yang lebar [13].

2.7 Software Computer Simulation Technology (CST)


Computer Simulation Technology (CST) merupakan software yang
dapat digunakan untuk mensimulasikan semua jenis elektromagnetik dan
aplikasi yang terkait serta dapat juga mengintegerasikan berbagai macam
metode simulasi. Modul-modul yang terdapat pada CST Studio Suite
adalah :

15101118 23
1. CST Microwave Studio merupakan software analisis dan simulasi
medan elektromagnetik 3D untuk frekuensi tinggi.
2. CST EM Studio adalah tool yang digunakan untuk simulasi
elektromagnetik 3D untuk frekuensi rendah dan statis.
3. CST Particle Studio adalah simulasi 3D dari medan
elektromagnetik yang berintegrasi dengan perubahan partikel.
4. CST Design Studio adalah skematik tool untuk sistem level
simulasi.
5. CST PCB Studio adalah tool untuk mendeteksi dan mensimulasi
kuat sinyal serta integritas efek Electromagnetic Compatibility
(EMC) dan Electromagnetic Interference (EMI) pada PCB.
6. CST Cable Studio adalah tool untuk menganalisis EMC, EMI, dan
efek dalam sistem kabel termasuk single wires, dan twisted pairs.

Dalam simulasi ini menggunakan CST Microwave Studio untuk


mendesain antena mikrostrip untuk mendapatkan nilai return loss, VSWR,
dan bandwidth hingga mendapatkan bentuk dan ukuran antena yang
menghasilkan nilai-nilai parameter antena sesuai dengan yang diiginkan.
Gambar 2.16 menunjukkan tampilan awal dari simulator Computer
Simulation Technology (CST) Studio Suite 2012 .

Gambar 2.16 Tampilan Layout CST Studio Suite 2012

15101118 24
2.8 Software Advanced Design System (ADS)
Advanced Design System atau biasa disebut ADS merupakan
perangkat lunak yang digunakan dalam dalam mendesain elektronik pada
bidang RF, microwave, dan aplikasi digital berkecepatan tinggi. Banyak
perusahaan besar yang bergerak dalam bidang telekomunikasi dan
jaringan menggunakan -parameters dan 3D EM simulators yang ada pada
software ini untuk simulasi WIMAX, LTE, multi-gigabit per second data
links, radar, dan aplikasi satelit.
Adapun kemampuan atau keunggulan dari aplikasi ADS ini adalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk langsung membuat S-Paramater model dari
layout PCB Allegro.
2. Kemampuan untuk mencampur teknologi pemodelan dalam
simulasi tunggal, misalnya pada Touchstone, IBIS, dan HSPICE.
3. Library komponen yang khusus untuk pemodelan aplikasi
frekuensi tinggi.
4. Kemampuan untuk dengan cepat menganalisa ciri kanal, dan
dapat menjalani jutaan bit data dalam hanya beberapa menit.
Pada gambar 2.17 menunjukkan tampilan layout dari simulator Advanced
Design System (ADS) 2011.

Gambar 2.17 Tampilan Layout Software ADS

15101118 25
2.9 Teknologi Wi-Fi
Wi-Fi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity, yang
memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk
Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks - WLAN) yang
didasari pada spesifikasi IEEE 802.11 [4]. Standar terbaru dari spesifikasi
802.11a atau b, dan 802.16 g, saat ini sedang dalam penyusunan,
spesifikasi terbaru tersebut menawarkan banyak peningkatan mulai dari
luas cakupan hingga kecepatan transfernya. Spesifikasi standar Wi-Fi
ditunjukkan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Tabel Spesifikasi Standar Wi-Fi

Standar WiFi Frekuensi Jarak

802.11a 5 GHz < 50 m

802.11b 2,4 GHz < 100 m

802.11g 2,4 GHz < 100 m

Wireless LAN (WLAN) merupakan sistem transmisi data yang


dirancang untuk memberikan suatu jaringan akses yang independen
terhadap lokasi antar peralatan komputer dengan menggunakan
gelombang radio yang lebih baik dari pada kabel. Wireless LAN biasanya
diimplementasikan sebagai link akhir diantara jaringan kabel yang ada
dan komputer client. Pokok persoalan yang terjadi pada WLAN yaitu
throughput yang terbatas. Kecepatan yang digunakan pada standar 802.11
terlalu lambat untuk mensuport kebutuhan bisnis. Keunggulan dari
WLAN adalah mobilitas yang dapat meningkatkan produktifitas dengan
menggunakan akses informasi secara real-time dengan tidak melihat
lokasi user, lebih cepat dan lebih efisien. Instalasi lebih mudah dan
meminimalisasi penggunaan kabel dan biaya tiap alat dan user.
Penempatan antena mikrostrip ini disesuaikan dengan tujuan
perancangan awal, yaitu antena ditempatkan pada sisi penerima. Oleh
sebab itu, perancangan antena ini difokuskan untuk memperlebar pita
frekuensi . Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini

15101118 26
(berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai
2.500 MHz. Dengan begitu mengijinkan operasi dalam 14 channel
(masing-masing 5 MHz), berpusat di frekuensi seperti yang ditunjukkan
pada tabel 2.2 [4]:

Tabel 2.2 Tabel Channel Frekuensi Wi-Fi


No. Channel Frekuensi

1. Channel 1 2,412 MHz

2. Channel 2 2,417 MHz

3. Channel 3 2,442 MHz

4. Channel 4 2,427 MHz

5. Channel 5 2,432 MHz

6. Channel 6 2,437 MHz

7. Channel 7 2,442 MHz

8. Channel 8 2,447 MHz

9. Channel 9 2,452 MHz

10. Channel 10 2,457 MHz

11. Channel 1 1 2,462 MHz

12. Channel 1 2 2,467 MHz

13. Channel 1 3 2,472 MHz

14. Channel 1 4 2,484 MHz

15101118 27
2.10 Metoda Komputansi CST dan ADS [14]
Analisa dan perancangan antena pada awalnya menggunakan
solusi persamaan Maxwell dan turunannya dengan menggunakan metode
pemisahan variabel dan ekspansei barisan. Metoda analitis ini sangat
berguna dan bisa memberikan jawaban secara eksak.
Seiring berkembangnya teknologi komputer, persamaan Maxwell
dan turunannya disolusikan secara numeris. Gambar 2.18, menunjukkan
taksonomi metoda komputansi elketromagnetika.

Gambar 2.18 Taksonomi Metoda Komputansi Elektromagnetika

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa metoda


komputansi elektromagnetika terbagi atas dua kategori besar, yakni solusi
di wilayah waktu, yang bisa mengamati kondisi transien dari masalah, dan
solusi di wilayah frekuensi, yang mensyaratkan kondisi terayun, atau
kondisi harmonis dengan bantuan sinyal sinus.
Pada simulator CST menggunakan metoda Finite Integration
Technique (FIT), yang merupakan versi integral dari FDTD. Metode ini,
merupakan solusi yang dapat digunakan karena mendekati persamaan
Maxwell. Selain itu, CST juga mengembangkan fungsi lanjutnya dengan
memiliki bagian FEM dan metoda frekuensi tinggi. Pada metode ini,
seluruh volume dari model antena akan diamati, dimulai dengan bahan
antena yang digunakan sampai seluruh dimensi dan tata letak antena.
Dengan kata lain, pada simulator CST memiliki keunggulan berupa
detailnya setiap aspek pada perancangan antena. Oleh sebab itu, antena
yang dirancang menjadi lebih real dengan mendekati nilai pengukuran
yang sesungguhnya.
Sedangkan, pada simulator ADS menggunaan metode Method of
Moment (MoM). Metode ini menggunakan persamaan integral (Integral

15101118 28
Equation/IE). MoM mendiskretisasi model hanya pada permukaannya
saja dengan asumsi bagian dalam dari model yang didiskretisasi memiliki
distribusi material yang homogen. Hal ini berarti, analisis pada MoM
tidak dibatasi oleh batasan fisik/material yang membungkus volume
pengamatan, karena pada metode ini menggunakan fungsi Green yang
otomatis memenuhi syarat radiasi yang disyaratkan. Oleh sebab itu,
metode MoM tidak efisien digunakan sebagai pemecahan masalah-
masalah yang rumit yang berkaitan dengan struktural dan material pada
antena. Namun, sangat efektif digunakan untuk merancang Radio
Frequency (RF) dan microwave filters.

15101118 29
NIM Mahasiswa L-1

Anda mungkin juga menyukai