Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Antenna
2.1.1 Definisi Antena
Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk
memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara atau
sebaliknya dari udara ke media kabel [1]. Karena merupakan perangkat perantara
antara media kabel dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai
(match) dengan media kabel pencatunya. Prinsip ini telah diterangkan dalam
saluran transmisi. Berikut merupakan definisi lain tentang antena :
 Definisi antena menurut Webster’s Dictionary, antena adalah perangkat
yang umumnya terbuat dari logam berbentuk batang atau kawat untuk
memancarkan dan menerima gelombang radio [1].
 Definisi standar antena menurut IEEE (IEEE Std 145-1973) adalah suatu
perangkat yang dapat memancarkan dan menerima gelombang [6].

Dalam perancangan suatu antena, baberapa hal yang harus diperhatikan


adalah :
- bentuk dan arah radiasi yang diinginkan
- frekuensi kerja,
- lebar band (bandwidth), VSWR, return loss dan
- impedansi input yang dimiliki.

2.1.2 Fungsi Antena


Berdasarkan pengertian diatas, dapat dilihat bahwa fungsi antena adalah
sebagai berikut [1] :

1. Directional Device : antena berfungsi untuk mengarahkan energi atau daya


elektromgnetik ke arah tertentu.

5
2. Matching Device : antena berfungsi untuk menyesuaikan sifat-sifat atau
karakteristik gelombang elektromagnetik di ruangan bebas dengan
gelombang elektromagnetik di saluran transmisi.

2.1.3 Pola Radiasi


Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah pernyataan grafis
yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada medan jauh sebagai fungsi
arah. Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern) apabila yang
digambarkan adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila
yang digambarkan poynting vektor [6].
1. Isotropis
Isotropis adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan energi sama
besar pada seluruh bidang. Pola radiasi antena isotropis dalam tiga dimensi
bentuk pola radiasinya seperti bola. Antena isotropis ini merupakan jenis
antena ideal dan secara teoritis dijadikan sebagai referensi dalam pengukuran
antena lain namun tidak mungkin direalisasikan karena dalam hal ini antena
sebagai titik, seperti yang di perlihatkan pada gambar 2.1 & 2.2.
z

Gbr. 2.1 - Pola radiasi isotropis


z

y y

x
(a) (b)

Gbr.2.2 - Pola radiasi Isotropis. (a) Pola E-Plane (b) Pola H-Plane

6
2. Directional
Directional adalah pola radiasi yang arah pancarnya diarahkan pada satu
tempat saja. Seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.3, 2.4a, dan 2.4b,
antena ini merupakan jenis antena narrow beamwidth, yaitu antena dengan
sudut pemancarannya kecil namun dengan daya yang lebih terarah, jarak
pancarnya jauh tetapi tidak dapat menjangkau area yang luas, contohnya
antena Yagi, Panel, Sektoral.Umumnya antena ini digunakan sebagai
penghubung antar gedung (konfigurasi point to point) yang mempunyai
cakupan area yang kecil.
z

  270
Gbr. 2.3 - Pola radiasi directional

  0
  0
  0

y
  180

x x   90
  90

(a)   90
(b)
Gbr. 2.4 - Pola radiasi directional (a) Pola azimuth (b) Pola Elevasi

  180
3. Omnidirectional
Omnidirectional adalah pola radiasi yang terbentuk karena antena
memancarkan atau menerima gelombang elektromagnetik pada satu bidang
sama besar, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.5 dan 2.6. Umumnya
antena omni-directional ini digunakan untuk antena-antena jenis broadcast.

7
Gbr. 2.5 - Pola radiasi omni-directional

y y

(a) (b)
Gbr. 2.6.- Pola radiasi Omnidirectnal. (a) E-Plane (b) H-Plane

2.1.4 VSWR dan Return Loss


Return loss merupakan besaran daya pantul (faktorrefleksi) yang
disebabkan oleh tidak match-nya beban dengan transmission line dalam dB [6].
Besarnya return loss sangat tergantung faktor refleksi yaitu perbandingan antara
tegangan yang dipantulkan dengan tegangan yang datang dari sumber. Faktor
refleksi secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Vref

Vinc (1)

dimana:  = faktor refleksi.


Vref = tegangan yang dipantulkan
Vinc = tegangan yang datang dari sumber

8
Besar dari koefisien pantul -1 menunjukkan bahwa beban dalam keadaan
short circuit dan +1 menunjukkan dalam keadaan open circuit.Jika   0 maka
sistem dalam keadaan match. Hubungan antara return loss dengan faktor refleksi
dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut :


RL 20 
log
(2)

0   1

Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) didefinisikan sebagai perbandingan


(ratio) antara tegangan maksimum ( Vmaks ) dan tegangan minimum ( V min ) yang
terjadi pada saluran yang tidak sesuai (match). Secara matematis hubungan antara
VSWR dan faktor refleksi dapat dituliskan sebagai berikut:

Vmaks

VSWR
Vmin
(3)

1 
VSWR 
1 
(4)

Pola gelombang berdiri untuk saluran tak meredam secara umum


diperlihatkan pada gambar 2.7.

Gbr. 2.7 – Pola Gelombang berdiri untuk saluran tak meredam

9
2.1.5 Directivity

Menurut definisi pengarahan (directivity) adalah perbandingan rapat daya


radiasi maksimum yang dimiliki antena S  ,  max dan rapat daya radiasi rata- rata

yang dimiliki oleh antena tersebut S  ,  av . Atau sederhananya Directivity


adalah nilai directive gain pada arah maksimum [1].

Directivity dituliskan dengan persamaan :

4 4
D 
 P  ,  d
n
A
4 (5)

Dimana Pn  ,  d  P ,   / P ,  max = pola daya yang ternormalisasi

Sedangkan  A   Pn  ,   d = beam area antenna


4

2.1.6 Gain
Gain (penguatan) suatu antena merupakan perbandingan antara intensitas
radiasi maksimum suatu antena terhadap intensitas radiasi maksimum suatu
antena referensi dengan daya yang masuk pada kedua antena adalah sama.
4 Intensitas radiasi 4 U  ,  
G  ,    
daya total input Pin

maka,
4 Um
G (6)
Pin
Gain suatu antena memiliki keterkaitan dengan directivity yang dapat
dihitung dengan nilai efisiensi suatu antena yang sama dengan kemampuan untuk
mengarahkan yang dinyatakan pada persamaan berikut:

G = e.D (7)

dimana : G = penguatan (Gain)

10
e = Efisiensi
D = pengarahan (directivity)

Jika efisiensi antena 100  atau 1, maka penguatan antena sama dengan
pengarahannya.

2.1.7 Polarisasi Antena


Polarisasi antena didefinisikan sebagai arah vektor medan listrik yang
diradiasikan oleh antena pada arah propagasi [6]. Terdapat 3 jenis polarisasi
antena, yaitu :
1. Polarisasi Linear
Medan listrik pada arah sumbu Y dan AR (Axial Ratio) = ∞. AR adalah
rasio antara sumbu mayor dengan sumbu minor. Polarisasi linear bisa
horizontal dan vertikal. Polarisasi ini bersesuaian dengan pemasangan
antena, jika antena dipasang vertical, maka polarisasi antena linear vertikal
dan jika antena dipasang horizontal, maka polarisasi antena linear
horizontal.(Gambar 2.8).
E

(a) (b)

Gbr. 2.8 - Polarisasi linier (a) arah vertikal (b) arah horizontal

2. Polarisasi Lingkaran
Jika sumbu mayor sama dengan sumbu minor dan AR (Axial Ratio) = 1.
Pada polarisasi lingkaran besarnya medan listrik sama dan berputar dalam
lintasan berbentuk lingkaran (Gambar 2.9). Ada dua jenis perputaran, yaitu
: searah jarum jam (left hand circulary) dan berlawanan arah jarum jam
(right hand circulary polarization).

11
E  E

(a) (b)

Gbr. 2.9 - Polarisasi Lingkaran (a)Searah jarum jam (b) Berlawanan


arah jarum jam
3. Polarisasi Elips
Polarisasi Elips sama dengan polarisasi lingkaran, tetapi polarisasi elips
E2
memiliki AR  dan berputar dalam lintasan berbentuk elips, seperti
E1
yang diperlihatkan pada gambar 2.10..
E E

(a) (b)

Gbr. 2.10 - Polarisasi elips


(a) Searah jarum jam (b) Berlawanan arah jarum jam

2.1.8 Bandwidth
Bandwidth antena dapat didefinisakn sebagai range frekuensi kerja dari
antena yang menunjukan batas atas dan batas bawah dari frekuensi yang
digunakan oleh antena dalam pemancarnya [3]. Pemakaian sebuah antena dalam
sistem pemacar atau penerima selalu dibatasi oleh daerah frekuensi kerjanya. Pada
range frekuensi kerja tersebut antena dituntut harus dapat bekerja dengan efektif
agar dapat menerima atau memancarkan gelombang pada band frekuensi tertentu.
Daerah frekuensi kerja dimana antena masih dapat bekerja dengan baik
dinamakan bandwidth antenna. Pada umumnya kriteria bandwidth antena adalah
besarnya perubahan impedansi antena tersebut terhadap perubahan frekuensi kerja
dari frekuensi tengahnya.Perubahan impedansi antena biasanya ditunjukkan oleh
perubahan harga VSWR.Jadi, bandwidth antena dapat diartikan sebagai lebar

12
bidang frekuensi untuk VSWR dibawah suatu harga tertentu. Seperti ilustrasi pada
gambar 2.11, untuk harga VSWR 1,5.

Gbr. 2.11 - Ilustarsi bandwidth untuk VSWR  1.5

2.1.9 Impedansi Input Antena


Impedansi akan menentukan proses matching dengan saluran transmisi.
Impedansi input antena merupakan impedansi antena jika antena terisolasi dari
keadaan sekelilingnya [9]. Impedansi input dipengaruhi oleh antena atau benda-
benda yang berada di sekitar antena tersebut tapi dapat diasumsikan bahwa antena
terisolasi. Impedansi input antena perlu diperhitungkan untuk memperoleh
efisiensi penyaluran daya yang maksimum. Impedansi input antena terdiri dari
resistansi input dan reaktansi input.
Z in  Rin  jX in (8)

Reaktansi input (Xin) merepresentasikan daya yang disimpan disekitar


antena. Sedangkan resistansi input (Rin) merepresentasikan disipasi atau daya
hilang yang terjadi karena hilang sebagai panas pada bagian antena, dan daya yang
memang diradiasikan melalui antena.

Rin  Rr  Rohmic (9)

dimana :
Rr = resistansi akibat radiasi

Rohmic = resistansi karena adanya panas pada antenna

13
2.2 Antena Mikrostrip
2.2.1 Karakteristik Dasar
Antena mikrostrip seperti yang ditunjukan pada gambar 1. terdiri dari tebal
patch yang sangat tipis  t  0  dimana 0 adalah panjang gelombang di ruang

bebas . Patch tersebut ditempatkan diatas ground plane. Tebal substrat, h  0 (

biasanya 0.0030  h  0.050 ). Untuk patch persegi panjang L dari elemen

biasanya 0 / 3  L  0 / 2 [3]. Patch dan ground plane dipisahkan oleh bahan


dielektrik yang disebut substrat seperti yang ditunjukan pada gambar 2.12.

a) Tampak Atas (b) Tampak Samping


Gbr.2.12- Struktur antena mikrostrip [6]

Antena mikrostrip konvensional mempunyai kelebihan dan kekurangan,


diantaranya [6]:
Kelebihan antena mikrostrip:
a. Mempunyai penampang yang tipis
b. Massa yang ringan
c. Memudahkan pabrikasi yang jumlahnya sangat banyak
d. Dapat di integrasikan langsung
e. Dapat dibuat untuk dual atau triple frekuensi
Kekurangan antena mikrostrip :
a. Bandwidth yang sempit
b. Gain yang rendah
c. Kecilnya alat mengakibatkan perlu ketelitian yang tinggi dalam
perancangan.

14
2.2.2 Dimensi Fisik
Konstruksi dari mikrostrip terdiri dari konduktor strip (line) dan sebuah
konduktor bidang tanah yang dipisahkan oleh medium dielektrik dengan
konstanta dielektrik   r  . Di atas strip adalah udara sehingga bila tanpa shielding

sebagian medan elektromagnetik akan meradiasi, dan sebagian lagi ada yang
masuk kembali ke dalam substrat dielektrik [3]. Fenomena ini kemudian disebut
sebagai fringing effect.

a) Tampak atas

b) Tampak Samping
Gbr.2. 13 - Panjang efektif antena mikrostrip

Fringing effect menyebabkan dimensi antena mikrostrip terlihat lebih


besar dari dimensi fisiknya [3]. Seperti terlihat pada gambar 2.13, panjang antena
mikrostrip bertambah sebesar 2ΔL. Sehingga panjang efektif dari antenna
mikrostrip menjadi [3]:

(10)

dengan :

(11)

15
dan :

(12)

(13)

2.2.3 Fringing Effect


Pada dasarnya antena mikrostrip dapat dimodelkan sebagai suatu saluran
yang terdiri dari 2 buah konduktor (patch dan groundplane) dan dipisahkan oleh
substrat yang memiliki konstanta dielektrik . Konduktor pada saluran mikrostrip
tidak bersifat perfectly magnetic conducting sehingga medan elektromagnetik
yang timbul tidak sepenuhnya tegak lurus terhadap patch maupun groundplane.
Fenomena ini kemudian disebut fringing effect [6].
Fringing effect ini menyebabkan sebagian medan elektromagnetik
meradiasi ke udara dan sebagian lagi ke dalam substrat seperti yang ditunjukan
pada Gambar 2.14. Oleh karena itu terdapat 2 jenis dielektrik yang melingkupi
saluran mikrostrip, yaitu dielektrik dengan bahan udara dan substrat
yang memiliki dielektrik . Dengan demikian saluran mikrostrip ini,
secara keseluruhan, dapat kita lihat sebagai sebuah saluran dengan dielektrik
homogen yang besarnya Konstanta dielektrik ini disebut konstanta

dielektrik efektif (effective dielectric constant).

h r

Wo

Gambar 2.14.Fringing Effect

16
Besarnya εeff didapat dari persamaan :

(14)

2.2.4 Impedansi Input


Besarnya nilai impedansi input antena dihitung dengan terlebih dahulu
menghitung admitansi pada slot#1 (admitansi input), yaitu dengan cara
mentransfer admitansi pada slot#2 pada terminal output ke terminal input. Pada
kondisi ideal, kedua slot dipisahkan oleh jarak sebesar λ g/2. Akan tetapi karena
adanya fringing effect maka panjang antena mikrostrip menjadi lebih lebar, oleh
karena itu panjang antenna mikrostrip sesungguhnya kurang dari λg/2. Besarnya
admitansi yang telah ditransformasi pada slot#2 menjadi [3] :
(15)

sehingga besarnya admitansi input menjadi :


(16)

dan impedansi input antena menjadi :


(17)

Selain besarnya konduktansi diri dari masing – masing slot, terdapat pula
konduktasni mutual yang harus ikut diperhitungkan, sehingga besarnya resistansi
input antenna mikrostrip ini menjadi :
(18)

dengan :
(19)

17
Pada umumnya impedansi input terdiri dari bagian real dan imajiner dan
berubah terhadap frekuensi. Nilai reaktansi dari antenna relatif jauh lebih kecil
bila dibandingkan dengan nilai resistansinya, oleh karena itu untuk alasan praktis
nilai reaktansi dari antenna biasanya di abaikan [3].
Dengan mengetahui nilai impedansi input, selanjutnya dapat dihitung
dimensi inset feed untuk mempermudah proses penyesuaian impedansi (gambar
2.15), yaitu :

(20)

Gbr. 2.15 - Antena Mikrostrip dengan inset feed

2.3 Saluran Koplanar


Saluran koplanar (coplanar transmission line) diperlihatkan pada Gambar
2.16a, sedangkan Gambar 2.16b adalah konfigurasi medan listrik pada saluran
tersebut. Saluran koplanar terdiri dari strip dengan lebar W yang dipisahkan
dengan bidang tanah (ground-plane) sejauh S. Saluran koplanar ini sering juga
disebut coplanar waveguide (CPW). Pada saluran koplanar kita dapat memasang
komponen rangkaian aktif maupun pasif secara paralel dari strip ke bidang tanah,
karena strip dan bidang tanah berada pada satu bidang yang sama. Pada saluran
strip dan mikrostrip hal ini tidak dapat dilakukan karena harus menembus
dielektrik yang memisahkan antara strip dan bidang tanah [4].

Pada frekuensi rendah, impedansi karakteristrik dari saluran koplanar


dapat ditentukan dengan teknik pemetaan konformal [Collin]. Untuk dielektrik
yang sangat tebal dan bidang tanah sangat lebar dibanding dengan lebar slot S
(ideal), kapasitansi diberikan oleh

18
S Wo S
a h ah
an tan
n gt str
ip
ng
a a
Bi d Bi d
substrat r

Gbr. 2. 16 - Saluran koplanar


(a) konfigurasi fisik; (b) konfigurasi medan listrik

K (k ) K (k ) (  1) K (k )
C  2 0  2 r  0  4 0 r (21)
K (k ) K (k ) 2 K (k )

dengan K(k) dan K(k) adalah integral eliptis lengkap jenis pertama, dan

W0
k (22)
W0  2S

k  1 k 2 (23)

Impedansi karakteristik dari saluran koplanar seperti ini adalah

30 K (k )
Z0  (24)
 e K (k )

dengan e adalah konstanta dielektrik efektif, dan dari (21) diketahui

r 1
e  (25)
2

dan K(k)/K(k) :

1  1 k 
 ln  2 
 0,71  k  1
 
K (k )   
1 k
  (26)
K (k )  0  k  0,71
 1  k 
 ln  2 
  1  k  

19
2.4 Antena Monopol dan Dipol
Sebatang logam yang panjangnya lamda ( ) akan beresonansi dengan baik
bila ada gelombang radio yang menyentuh permukaannya. Jadi bila pada ujung
coax bagian inner kita sambung dengan logam sepanjang dan outernya di
ground, akan menjadi antena. Antena semacam ini hanya mempunyai satu pole
dan disebut monopole (mono artinya satu). Apabila outer dari coax tidak di
ground dan disambung dengan seutas logam sepanjang lagi, menjadi antena
dengan dua pole dan disebut dipole (di artinya dua). Antena dipole bisa terdiri dari
hanya satu kawat saja yang disebut single wire dipole, atau bisa juga dengan dua
kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan yang dinamakan two wire folded dipole,
bisa juga terdiri atas 3 kawat yang ujung-ujungnya disambung yang dinamakan
three wire folded dipole [1].
Antena monopol adalah antena yang terdiri dari radiating elemen dan
groundplane. Monopol berarti satu kutub. Sebatang logam yang panjangnya ¼
Lamda akan beresonansi dengan baik bila ada gelombang radio yang
menyentuh permukaannya. Jadi bila ada ujung coax bagian inner kita sambung
dengan logam sepanjang ¼ dan outernya di ground, akan menjadi antena,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.17. Antena semacam ini hanya
mempunyai satu pole dan disebut monopole (mono artinya satu).

Radiating elemen VOLTAGE

groundplane ARUS
(a) (b) (c)
Gbr. 2.17 - Antena Monopol
(a) & (b) antena Monopol
(c) Distribusi Arus dan Tegangan pada antena monopol Vertikal

20
Antena dipol ditemukan oleh Heinrich Rudolph Hertz pada tahun 1886.
Antena dipol adalah antena yang memiliki driven elemen di bagian tengahnya
yang berfungsi untuk mentransmisikan dan menerima sinyal frekuensi radio
(sinyal RF).
Antena dipol adalah antena yang dibentuk dari dua buah konduktor
dimana panjang totalnya adalah setengah panjang gelombang, seperti yang
ditunjukan pada gambar 2.18. Dengan panjang ini impedansi dipol tidak terlalu
besar maupun kecil.
Pada antena dipol , arus diasumsikan memiliki distribusi sinusoidal
dan amplitudo maksimum di tengah-tengah (dimana antena diberi pencatu) dan
nol di bagian ujung. Antena ini dibagi dua sama besar dari keseimbangan jalur
transmisi dua kawat. Oleh karena itu arus yang mengalir pada setiap kawat akan
sama besar dan arahnya sama. Sehingga antena dipol dikatakan sebagai antena
balans.

V I I(Z)

0
I I
~
L=

(a) (b)
Gbr. 2.18 – Antena dipol
(a). Distribusi tegangan pada antena dipol, (b). Distribusi Arus pada antena dipol

2.5 Wimax
WiMAX (Worldwide Interoperabilityfor Microwave Access) adalah
sebuah tanda sertifikasi untuk produk-produk yang lulus tes cocok dan sesuai
dengan standar IEEE 802.16. WiMAX merupakan teknologi nirkabel yang
menyediakan hubungan jalur lebar dalam jarak jauh[4]. WiMAX merupakan
teknologi broadband yang memiliki kecepatan akses yang tinggi dan jangkauan
yang luas. WiMAX merupakan evolusi dari teknologi BWA sebelumnya dengan
fitur-fitur yang lebih menarik. Disamping kecepatan data yang tinggi mampu
diberikan, WiMAX juga membawa isu open standar. Dalam arti komunikasi

21
perangkat WiMAX di antara beberapa vendor yang berbeda tetap dapat dilakukan
(tidak proprietary). Dengan kecepatan data yang besar (sampai 70 MBps),
WiMAX layak diaplikasikan untuk ‘last mile’ broadband connections, backhaul,
dan high speed enterprise.
Yang membedakan WiMAX dengan Wi-Fi adalah standar teknis yang
bergabung di dalamnya. Jika WiFi menggabungkan standar IEEE 802.11 dengan
ETSI (European Telecommunications Standards Intitute) HiperLAN sebagai
standar teknis yang cocok untuk keperluan WLAN, sedangkan WiMAX
merupakan penggabungan antara standar IEEE 802.16 dengan standar ETSI
HiperMAN.
Standar keluaran IEEE banyak digunakan secara luas di daerah asalnya,
Amerika, sedangkan standar keluaran ETSI meluas penggunaannya di daerah
Eropa dan sekitarnya. Untuk membuat teknologi ini dapat digunakan secara
global, maka diciptakanlah WiMAX. Kedua standar yang disatukan ini
merupakan standar teknis yang memiliki spesifikasi yang sangat cocok untuk
menyediakan koneksi berjenis broadband lewat media wireless atau dikenal
dengan BWA.

Spektrum Frekuensi WiMAX


Sebagai teknologi yang berbasis pada frekuensi, kesuksesan WiMAX
sangat bergantung pada ketersediaan dan kesesuaian spektrum frekuensi. Sistem
wireless mengenal dua jenis band frekuensi yaitu Licensed Band dan Unlicensed
Band. Licensed band membutuhkan lisensi atau otoritas dari regulator, yang mana
operator yang memperoleh licensed band diberikan hak eksklusif untuk
menyelenggarakan layanan dalam suatu area tertentu. Sementara Unlicensed Band
yang tidak membutuhkan lisensi dalam penggunaannya memungkinkan setiap
orang menggunakan frekuensi secara bebas di semua area.
WiMAX Forum menetapkan 2 band frekuensi utama pada certication
profile untuk Fixed WiMAX (band 3.5 GHz dan 5.8 GHz), sementara untuk
Mobile WiMAX ditetapkan 4 band frekuensi pada system profile release-1, yaitu
band 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz dan 3.5 GHz[8].

22
Secara umum terdapat beberapa alternatif frekuensi untuk teknologi
WiMAX sesuai dengan peta frekuensi dunia. Dari alternatif tersebut band
frekuensi 3,5 GHz menjadi frekuensi mayoritas Fixed WiMAX di beberapa
negara, terutama untuk negara-negara di Eropa, Canada, Timur-Tengah, Australia
dan sebagian Asia. Sementara frekuensi yang mayoritas digunakan untuk Mobile
WiMAX adalah 2,5 GHz.
Isu frekuensi Fixed WiMAX di band 3,3 GHz ternyata hanya muncul di
negara-negara Asia. Hal ini terkait dengan penggunaan band 3,5 GHz untuk
komunikasi satelit, demikian juga dengan di Indonesia. Band 3,5 GHz di
Indonesia digunakan oleh satelit Telkom dan PSN untuk memberikan layanan
IDR dan broadcast TV. Dengan demikian penggunaan secara bersama antara
satelit dan wireless terrestrial (BWA) di frekuensi 3,5 GHz akan menimbulkan
potensi interferensi terutama di sisi satelit.

23

Anda mungkin juga menyukai