TE 3423
ANTENA DAN PROPAGASI
2
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
A. Dasar Pemahaman
Konsep Sumber Titik
Konsep sumber titik berguna dalam lebih memudahkan perhitungan
mengenai daya terima, pada medan jauh / tempat yang jauh. Antena
dianggap sebagai sumber titik karena dimensinya adalah jauh lebih kecil
dari jarak antara antena pengirim dengan titik observasi.
konstan. R
5
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
A. Dasar Pemahaman
Bukti teorema Carson
Z V Z A sebagai syarat, misalkan Z V Z A 0
Dari gambar (a) :
Teorema Carson
VA
I1 menyatakan bahwa,
[ Z1 ( Z 2 // Z 3 )]
I .Z VA Z 3 Untuk medium transmisi
IB 1 3
Z 3 Z 2 ( Z1 Z 2 Z 2 Z 3 Z 3 Z 1 ) yang homogen dan isotropis,
Dari gambar (b) : Jika suatu tegangan
VB dipasangkan pada terminal
I2
[ Z 2 ( Z1 // Z 3 )] suatu antena A, maka arus
I .Z VB Z 3 yang sama ( amplitudo dan
IA 2 3 fasa ) akan diperoleh pada
Z1 Z 3 ( Z 1 Z 2 Z 2 Z 3 Z 3 Z1 )
terminal A seandainya
tegangan yang sama
Jadi jika VA VB , maka IA IB !! dipasangkan pada terminal B
6
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
B. Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
z Konsep Daya
Antena Isotropis
Pr • Antena isotropis hanya ada
r.d secara hipothetical
y (teoritis)
• Pada dasarnya semua
O
2
antena tidak ada yang
dS = r sin .d .d
x memiliki pancaran sama
r sin .d kesegala arah
Asumsi dasar (unisotropic)
Antena, sumber dianggap titik dan ditempatkan di O
Pr radial keluar pada setiap titik bola
Pr dS atau Pr // d S
7
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
B. Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
Penurunan rumus,
Jika medium antara antena (bola) tidak meredam, juga tidak
menyerap daya, berdasarkan hukum kekekalan energi, maka :
Daya yang dipancarkan sumber = Daya total yang menembus bola
Dinyatakan,
z
2
W Pr .dS Pr .dS
S 0 0
!!
Pr
r.d
dimana, y
Pr = rapat daya pada bola
dS = elemen luas = r2.sin.d.d O
W = daya yang dipancarkan antena dS = r 2 sin .d .d
x
r sin .d
8
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
B. Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
2
Wi Pr .dS Pr .r 2 . sin .d .d 4r 2 .Pr
S 0 0
Maka,
Pr W
4r 2 !!
Disimpulkan bahwa rapat daya berbanding terbalik dengan r2
9
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
B. Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
Didefinisikan,
U Pr .r 2 W
4
Dengan berbagai definisi di atas, maka
dapat dituliskan ekspresi daya sebagai
fungsi dari intensitas radiasi sbb :
2 2
W U. sin .d.d U. d
0 0 0 0
dimana, d = sin.d.d 1 rad2 = 57,3o x 57,3o = 3283,3 deg2
4rad2 = 4 x 57,3o x 57,3o = 41253 deg2
10
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
B. Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
2 2
W U. sin .d.d U. d
0 0 0 0
!!
Dari ekspresi diatas, dapat disimpulkan bahwa,
Daya yang dipancarkan = integrasi intensitas radiasi untuk
seluruh sudut ruang 4 Sr
11
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
Karakteristik antena yang diturunkan sebagai sumber / pemancar dapat
dibuktikan berlaku pula sebagai penerima, hal ini dijelaskan menurut
Teorema Resiprositas CARSON
Diagram arah
Diagram fasa
Karakteristik antena : Gain
Direktivitas
Lebar berkas
12
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
Diagram Arah
Diagram arah menunjukkan karakteristik pancaran antena ke
berbagai arah (pattern), pada r konstan, jauh, sebagai fungsi
dan
Menurut besaran
Menurut skala
D ia g r a m a r a h a b s o lu t D ia g r a m a r a h n o r m a l
D ia g r a m a r a h r e la t if
Berbagai istilah dalam diagram arah
Main lobe = major lobe, lobe utama ; daerah pancaran terbesar
Side lobe = minor lobe, lobe sisi ; daerah pancaran sampingan
Back lobe = lobe belakang ; daerah pancaran belakang
BEAMWIDTH = Lebar berkas ; Sudut yang dibatasi ½ daya atau -3
dB atau 0,707 medan maksimum pada Mainlobe
FBR = Front to Back Ratio = Main lobe / Back lobe
14
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
15
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
3dB Beamwidth
Peak - 3dB
Peak - 3dB
17
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
Diagram Fasa
Seperti juga pada diagram arah, dapat diambil penampang diagram
fasa 3-dimensi , ataupun plot linearnya
18
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
Direktivitas
Merepresentasikan ‘pengarahan’ antena, semakin besar direktivitas dapat
diartikan bahwa lebar berkasnya semakin sempit
Didefinisikan :
Um 4 Wm Em 2
D x
Uo 4 Wo Eo 2
19
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
Jika fungsi diagram arah antena diketahui, maka direktivitas dapat
dihitung secara eksak
Contoh 1 : Penghitungan direktivitas dengan cara eksak:
Pers. diagram arah
U= Um.cos ; 0 /2 & 0 2
0 ; , lainnya !!
Solusi,
22 (pers 1) (pers 2) Definisi
W Um. cos sin .d.d
0 0
W = .Um W= 4.Uo
2 2
W Um. cos d (cos ) d D = Um/Uo
0 0 = 4/ = 4 = 6 dB
Um
2
cos 0 2 0 .Um (pers 1)
2 2
20
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
Latihan !
Jika diketahui
Pers. diagram arah
U= Um.sin2 ; 0 & 0 2
0 ; , lainnya
Macam-macam referensi :
Isotropis, eff = 100%
dipole ½
horn, dll
Untuk referensi antena isotropis,
Um intensitas radiasi maks suatu antena
G
Umr intensitas radiasi maks antena isotropis tanpa rugi
dengan daya input sama
24
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
Ilustrasi Gain Antena (Pemancar/Penerima)
2.14dBi
Dipole
25
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
26
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
Luas Berkas / Lebar Berkas/ Beam Area
Adalah sudut ruang yang mewakili seluruh daya
yang dipancarkan, jika intensitas radiasi = 1/2
intensitas radiasi maksimum
atau, 1/2 1/2
Seolah-olah antena memancar hanya dalam sudut
ruang B dengan intensitas radiasi uniform sebesar
Um W = B.Um
Kaitan Antara Direktivitas Dengan Lebar Berkas
( Perhitungan pendekatan !! )
Jika fungsi diagram arah intensitas radiasi dinyatakan oleh :
U = Ua.f(,) dimana Ua adalah konstanta
Untuk intensitas maksimum dinyatakan oleh :
Um = Ua. f(,)maks
27
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
Uo
W
Ua.f (, ).d dengan, W = daya yang dipancarkan
4 4 d = sin.d.d
28
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
B
f (, ).d f (, )
d B f (, ) normal .d
f (, ) maks f (, ) maks
Dapat juga
dinyatakan... f(,)normal = fungsi normal
diagram arah
Perhitungan Direktivitas Dengan Cara Pendekatan Lebar Berkas
A. Fungsi sederhana
4 4
2 (dua)
• Unidirectional
• Direktivitas 10
D
B 1/ 2 .1/ 2 !! 1/2
30
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
31
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
C. Karakteristik Antena Pemancar
4
B = a1b1 + a2b2 + …. dst = i a i bi D B
dimana
0 0
32
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
Konsep aperture antena berasal dari anggapan bahwa antena sebagai luas bidang
yang menerima daya dari gelombang radio yang melaluinya
Misalkan pada antena corong.
Rapat daya pada permukaan corong P
(watt/m2). Jika mulut corong dapat
E E E menerima daya melalui mulut A semuanya,
maka daya yang berhasil diserap oleh
P E E E
antena dari gelombang EM adalah :
A
Wr = P A = P.A cos
H H H P dengan adalah arah orientasi antena
Wr terhadap arah vektor rapat daya. Umumnya
H H H P orientasi antena dibuat sesuai polarisasi
gelombang, sehingga terjadi penerimaan
maksimum (’ = 0)
Jadi “ Daya yang ditangkap antena berbanding lurus dengan luas aperture-nya”.
Dalam praktek, luas tersebut 0,5 – 0,7 luas sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan
terbaginya daya dari GEM menjadi bagian –bagian yang hilang sebagai panas,
dipancarkan kembali, dll.
Sehingga ada beberapa macam aperture : Aperture efektif, aperture rugi-rugi,
aperture pengumpul, aperture hambur, dll
33
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
Jika suatu antena menerima daya, maka dapat dibayangkan antena seolah-olah
mempunyai aperture yang luasnya adalah daya tersebut dibagi dengan rapat daya
gelombang yang datang pada antena. Dinyatakan :
AW
P (meter persegi)
a. Aperture Efektif
b. Aperture Rugi-Rugi
e. Aperture Fisis
34
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
I
Jika antena ditempatkan pada medan
EM dan dibebani oleh beban
terminasi Z T . Untuk harga-harga rms
P ZA
dari arus, tegangan, maka : ZT ZT
V ZT R T jX T
V
I
Z A ZT ZA R A jX A
Antena dgn Rangkaian
RA Rr RL beban ekivalen
Rr = tahanan pancar
RL = tahanan rugi ohmic antena
V W I2R
I V2R
W
(R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2 (R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2
W V2R
Aperture
P P (R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2
35
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
Kasus-Kasus
A. Aperture Efektif
• RT mewakili daya yang berguna bagi penerimaan, sehingga :
WT V2R T
Ae
P
P. ( R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2
• Ae mencapai harga maksimum pada orientasi penerimaan maksimum ( =
0 ), matchedZ T( Z A* ), dan tidak ada rugi-rugi ohmic antena ( RL= 0 )
WT ' V2 V2
Aem
P 4 P.Rr 4 P.RT
• Effectiveness Ratio ( ) , sering juga disebut sebagai efisiensi antena :
Ae Aem dengan 0 1
Daya yang termanfaatkan / sampai pada pesawat penerima akan kurang dari W T, jika
saluran transmisi memberikan redaman, contoh antena batang pendek biasa memiliki
panjang efektif 70 % dari panjang sebenarnya.
36
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
B. Aperture Hambur (Scattereing Apperture)
• Rr mewakili daya yang diradiasikan kembali ke ruang bebas
WS V 2R r
AS
P P.(R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2
• Jika RL = 0 ( antena lossless ), dan Rr = RT, dan XT = - XA (MATCHED), maka
V2 V2
As' As’ = apperture hambur matched
4P.R r 4P.R T
Sehingga Asm = 4 x As’ atau Asm = 4 x Aem.
Dalam hal ini, misalnya antena dipakai sebagai elemen parasit,
seperti pada yagi atau juga sebagai elemen pemantul, seperti pada
paraboloidal antena.
• SCATTERING RATIO, perbandingan hambur
As 0
Ae
37
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
WL V2R L
AL
P
P. (R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2
D. Aperture Pengumpul (Collector Apperture )
V 2 (R r R L R T )
AC
P. (R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2
38
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
E. Aperture Fisis ( Phisics Apperture )
• Apertur Fisis (Ap) merupakan luas maksimum tampak depan antena dari
arah rapat daya
• Untuk antena dengan pemantul atau berupa celah, luas aperture fisis ini
sangat menentukan, tapi untuk beberapa antena lainnya tidak berarti
samasekali
P
A p L
P
d 2
Ap
D 2 4
Ap
4 d A p = Ld
P
• ABSORBTION RATIO : perbandingan antara apertur efektif maksimum
dengan apertur fisis
Aem
0
Ap
39
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
A e /A e m
4
R R T 1 A c
r
1 2 3 4
R T /R r
40
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
Beberapa Contoh Apertur
A. Antena Dipole Pendek
0,119
V E.L
80 2 L2
Rr
2
V2 V2
E2 E2 Aem
P 4P.R r 4P.R T
0 (120)
120. .E 2 .L2 2 32
Aem 0,119λ 2
320. 2 .E 2 .L2 8
Jadi Aem untuk antena dipole pendek ( L < 0,1 ), besarnya adalah tetap 0,1192,
tidak tergantung kepada panjangnya
41
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
B. Antena Dipole 1/2
y
2y
I I 0 . cos
2y - /4 dy + /4
dV E.dy E 0 .dy. cos
R T
/4
2y E
V dV 2 E 0 cos dy 0 V2 V2
0
Aem 0,13λ 2
4P.R r 4P.R T
Rr = 73 ohm
/4
a ta u
/2
Dalam hal ini Aem >> Ap, atau besar. Jika antena dibuat sangat
tipis, maka Ap sangat kecil, tetapi Aem tetap ( )
42
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
Hubungan Apertur Dengan Direktivitas
• Hubungan apertur dengan direktivitas adalah berbanding lurus, dinyatakan :
D1 Aem1
D 2 Aem2
• Jika tidak MATCHED sempurna,
G1 D1eff 1 eff 1 Aem1 Ae1
G = eff. D
G 2 D 2 eff 2 eff 2 Aem2 Ae2
eff = = EFECTIVENESS RATIO
• Untuk antena isotropis, D = 1 , maka :
Aem2 AemX Aem isotropis diketahui, dengan
AemISO mengambil antena 2 adalah dipole pendek,
D2 DX
Sehingga, 3 2
Aem2 dan D2 = 3/2 = 1,5
4
D X 2 AemX
!! 8
43
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
D. Konsep Aperture Antena
4
DX AemX
2
44
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
E. Rumus Transmisi Friis
Tujuan
Menghitung transfer daya dari Tx ke Rx
Tx Rx
Isotropis
• Asumsi / syarat :
2
a. Jarak Tx-Rx cukup jauh (pada medan jauh) ; r 2L
b. Medium tidak meredam
c. Tak ada multipath dari refleksi
Pr WT WR Pr .AeR AeR WT
4r 2 4r 2
dimana, AeR = aperture efektif antena penerima
WT = daya pancar pengirim WR = daya yang diterima Rx
45
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
E. Rumus Transmisi Friis
46
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
E. Rumus Transmisi Friis
WT
Redaman Lintasan: Lp 10 log dB
WR
2 .r 2 2
10 log dengan AeT AeR ( isotropis )
AeT .AeR 4
4 r
2
4
2
10 log 10 log f r
2 2
c
Lp = 32,5 + 20 log fMHz + 20 log rkm
Lp = 92,45 + 20 log fGHz + 20 log rkm
• Redaman lintasan atau pathloss disebut juga dengan redaman ruang bebas / FSL (free
space loss), terjadi bukan karena penyerapan daya tetapi karena penyebaran daya
• Jika terjadi multipath, Lp berubah menjadi harga efektif, (Lp – 6 dB) Lpeff
• Penurunan –6 dB ini dapat terjadi jika ada dual path yang merupakan interferensi saling
menguatkan secara sempurna (kuat medan di Rx dua kali single path)
47
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
F. Polarisasi
Arah orientasi medan elektrik (E) disebut polarisasi
Vertical Horizontal
+ 45degree
- 45degree slant
slant
48
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
F. Polarisasi
49
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
F. Polarisasi
Beberapa hal tentang polarisasi,
Polarisasi gelombang berkaitan dengan orientasi vektor medan listrik yang
dibangkitkan saat pemancaran.
Jika pemasangan antena Rx tidak sesuai dengan polarisasi gelombang, maka ada
yang diterima akan lebih kecil ; terjadi “ polarization mismatch “.
Untuk orientasi yang sesuai, maka penerimaan daya akan maksimu
( polarisasi medan = polarisasi antena ).
Jika polarisasi medan membuat sudut dengan polarisasi antena, maka daya
terima akan mengalami penurunan yang dinyatakan dengan PLF ( polarization
loss factor )
ER aA dimana,
E R vektor medan listrik
a A orientasi antena
Contoh :
untuk,
E Re ff
2
= 60o PLF = ¼ WR turun 6 dB PLF a ER a A cos 2
= 90o PLF = 0 WR = 0
50
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
F. Polarisasi
51
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
G. Temperatur Antena
Semua benda jika temperaturnya 0 K, akan merupakan pemancar noise yang
spektrumnya sangat lebar, termasuk di kanal frekuensi operasi antena
Temperatur antena ( TA ) adalah temperatur yang mewakili antena karena
menerima daya noise. Jika daya noise yang diketahui antena adalah NR, maka :
NR
TA
k.B N
dengan ,
k = konstanta Boltzman = 1,38.10-23 J/oK
BN = Bandwidth noise system
Temperatur antena dapat dihitung dari beberapa kontribusi :
2 2
1
TA
A T (, ).sin .d.d dgn,
0 0
S A G N ( , ). sin .d.d
0 0
Sumber noise adalah :
A = sudut ruang beam antena matahari, galaxy,
GN(,) = pola penguatan normal atmosfer, man made
TS(,) = brigtness temperatur of sources (busi, dsb )
harga TS dari clear sky (zenith) sekitar 3oK 5oK
dari arah horisontal sekitar 100oK - 150oK
dari bumi sekitar 290oK - 300oK
52
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
H. Kesimpulan Modul 2
1. Konsep sumber titik berguna dalam lebih memudahkan perhitungan mengenai
daya terima, pada medan jauh / tempat yang jauh. Antena dianggap sebagai
sumber titik karena dimensinya adalah jauh lebih kecil dari jarak antara antena
pengirim dengan titik observasi
2. Teorema Resiprositas Carson digunakan untuk membuktikan bahwa karakteristik
antena sebagai pemancar berlaku juga pada antena sebagai penerima
G eff .D
7. Adalah sudut ruang yang mewakili seluruh daya yang dipancarkan, jika intensitas
radiasi = intensitas radiasi maksimum atau Seolah-olah antena memancar hanya
dalam sudut ruang B dengan intensitas radiasi uniform sebesar Um W = B.Um
8. Konsep aperture antena berasal dari anggapan bahwa antena sebagai luas bidang
yang menerima daya dari gelombang radio yang melaluinya
W V2R 4
Aperture DX AemX
P P (R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2 2
54
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena
H. Kesimpulan Modul 2
ER aA
2
PLF a ER a A cos 2
E Re ff
11. Temperatur antena menunjukkan kinerja antena terhadap noise termal. Antena
yang baik tentunya memiliki temperatur yang rendah.
55
TE3423 - Antena dan Propagasi - Konsep Dasar Antena