Anda di halaman 1dari 13

Review

• Hukum Biot-Savart merupakan hukum yang umum


yang digunakan untuk menghitung kuat medan magnet
yang dihasilkan oleh arus listrik. Apapun bentuk
konduktor yang dialiri arus, dan berapa pun arus yang
mengalir, maka kuat medan magnet di sekitar arus
tersebut selalu memenuhi hukum Biot-Savart.
• Namun, kita tidak selalu mudah menentukan kuat
medan magnet di sekitar arus dengan menggunakan
hukum Biot-Savart. Untuk bentuk kawat yang rumit,
maka integral pada hukum Biot-Savart tidak selalu
dapat diselesaikan
Adakah Metode alternatif untuk menentukan kuat medan
magnet di sekitar arus listrik???
Bab 13
Magnet

A. Medan Magnet Listrik b. Medan Magnet pada Kawat Melingkar


Berarus Listrik
a. Medan Magnet pada Kawat Lurus Berarus Besarnya medan magnet di titik O (pusat
Listrik lingkaran) akibat kawat melingkar berarus
Besarnya medan magnet di titik P akibat listrik seperti pada gambar di bawah adalah:
kawat lurus berarus listrik seperti pada
P
gambar berikut adalah:

x r

a
O

I
P
µ0 .i.N
B B0 =
2a
a
µ0 .i k.i Sedangkan, besarnya medan magnet di titik
Bp = =
2π.a a P adalah:

Pada gambar di atas merupakan KAIDAH µ0 .i.a.sin θ .N


Bp =
TANGAN KANAN: 2.r 2
• “IBU JARI menunjukkan ARAH ARUS listrik.
• A R A H K E E M P A T J A R I y a n g Keterangan:
MENGGENGGAM menyatakan arah garis- N : Jumlah lilitan kawat
garis MEDAN MAGNETIK.” r : a2 + x 2

Keterangan: c. Medan Magnet pada Solenoida


Bp : kuat medan magnet di titik P (Tesla)
I
µ0 : permeabilitas ruang hampa B

(4p. 10-7 Wb A-1 m-1 )


i : kuat arus pada kawat (A)
a : jarak kawat terhadap titik acuan P (m)
Besarnya medan magnet DI TENGAH-
k : tetapan (Wb/Am)
TENGAH SOLENOIDA seperti pada gambar
di atas adalah:

329
• JARI TELUNJUK menunjukkan ARAH
Bo = µ0 . i . n
L MEDAN MAGNET (B).
• JARI TENGAH menunjukkan ARAH GAYA
Sedangkan besarnya medan magnet DI
LORENTZ (F)
UJUNG SOLENOIDA adalah:
• i-B-F SALING TEGAK LURUS.
µ0 .i.N
Bo =
2.L i

B
Keterangan:
N : jumlah lilitan solenoida
F
L : panjang solenoida (m)
Keterangan:
B. Gaya Lorentz i : arah kuat arus
B : arah medan magnet
Gaya Lorentz atau Gaya Magnet adalah gaya yang
F : arah gaya Lorentz
terjadi akibat interaksi antara medan magnet
dan arus listrik atau muatan yang bergerak. Gaya c. Gaya Interaksi Antara Dua Kawat Sejajar
Lorentz ini dapat terjadi pada: Berarus Listrik
1. Kawat lurus berarus listrik di dalam medan Jika kedua kawat berarus listrik ARAH
magnetik. ARUSNYA SEARAH maka akan muncul GAYA
2. Dua kawat sejajar berarus listrik. interaksi TARIK-MENARIK.
3. Muatan yang bergerak di dalam medan ma­g­net. Sebaliknya, jika ARAH ARUSNYA
a. Gaya Lorentz pada Kawat Lurus Berarus BERLAWANAN ARAH maka akan muncul
Listrik GAYA interaksi TOLAK-MENOLAK.
I

F12
B
q F21 F12 F21

i1 i2 i1 i2

Apabila kawat berarus listrik berada di a a


dalam medan magnet maka besarnya gaya
Besarnya gaya interaksi tersebut adalah:
Lorentz yang dialami kawat adalah:
µ0 .i1.i2 .L k.i .i .L
F = B.i.L sin q F = = 1 2
2 π.a a
Keterangan:
Keterangan:
F : gaya Lorentz (N)
L : panjang kawat (m) F : gaya interaksi antara dua kawat berarus
q : sudut antara B dan i listrik (N)
b. Aturan Kaidah Tangan Kanan I-B-F µ0
k = = 2 ⋅ 10−7 Wb / A ⋅ m

Jika kita mengatur tangan kanan seperti
pada gambar di bawah, yaitu: a : jarak antara dua kawat (m)
• IBU JARI menunjukkan ARAH ARUS (i). L : panjang kawat ( m)

330
d. Gaya Lorentz pada Muatan yang Bergerak f. Lintasan Partikel Bermuatan di dalam
di dalam Medan Magnet Medan Magnet

v v +
B (masuk)
F
B +
q
F
v
F
q v
+
Jika muatan q bergerak dengan kecepatan v
Jika muatan positif q bergerak di dalam
mem­bentuk sudut terhadap medan magnet
medan magnet B maka muatan tersebut
B maka akan muncul gaya Lorentz dengan per-
akan membuat lintasan berupa lingkaran
samaan:
dengan jari-jari R.
F = B.q.v.sin q Akibat lintasan melingkar ini maka gaya Lo-
rentz yang terjadi akan berperan sebagai
Keterangan: gaya sentripetal, jika dibuat persamaan akan
F : gaya Lorentz (N) menjadi:
q : muatan listrik ( C) F = Fsp
v : kecepatan gerak muatan q (m/s) m ⋅ v2
q ⋅ v ⋅ B = = m ⋅ ω2 ⋅ R
q : sudut yang dibentuk antara v dan B R

e. Aturan Tangan v-B-F Maka, besarnya jari-jari R dapat dirumuskan


Jika kita mengatur TANGAN KANAN seperti dengan:
pada gambar di bawah, yaitu: m⋅v
R=
• IBU JARI menunjukkan ARAH KECEPATAN B⋅q
(v).
Keterangan:
• JARI TELUNJUK menunjukkan ARAH
Fsp : gaya sentripetal (N)
MEDAN MAGNET (B).
m : massa partikel (kg)
• JARI TENGAH menunjukkan ARAH GAYA
R : jari-jari lintasan (m)
LORENTZ (F)
w : kecepatan sudut partikel (rad/s)
• v-B-F SALING TEGAK LURUS.
Aturan TANGAN KANAN ini hanya untuk
C. Induksi Elektromagnetik
PARTIKEL BERMUATAN POSITIF, dan untuk
PARTIKEL BERMUATAN NEGATIF maka a. Fluks Magnetik
menggunakan aturan TANGAN KIRI.
Fluks magnetik adalah banyaknya garis-
V garis gaya magnet (medan magnetik) yang
B
dilingkupi luas bidang tertentu.
normal

F
B (medan magnet)

θ

Keterangan:
v : arah kecepatan muatan positif
B : arah medan magnet
F : arah gaya Lorentz
A (luas bidang)

331
v : kecepatan gerak kawat (m/s)
φ = B ⋅ A ⋅ Cosθ
R : hambatan (ohm)
Keterangan:
I : kuat arus pada loop (A)
f : fluks magnetik (Weber)
B : kuat medan magnet (Tesla) d. GGL Induksi karena Perubahan Sudut
A : luasan yang ditembus garis gaya (m2) Antara Medan Magnet dan Garis Normal
q : sudut antara B dengan garis normal
Pada generator, GGL induksi yang dihasilkan
b. Gaya Gerak Listrik (GGL) Induksi pada outpunya dirumuskan dengan:
GGL induksi terjadi karena perubahan jumlah ε = N ⋅ B ⋅ A ⋅ ω ⋅ Sinθ

garis-garis gaya magnet yang menembus εmaks
= N ⋅ B ⋅ A ⋅ ω
suatu kawat loop. GGL induksi dirumuskan:
GGL induksi diri dirumuskan dengan:
−N ⋅ dφ −N ⋅ ∆φ ∆I
ε= = ε = −L
dt ∆t ∆t

Keterangan: Sedangkan, koefisien induksi diri dirumus-
e : GGL induksi (V) kan dengan:
N : jumlah lilitan kumparan
dφ N⋅φ
: turunan f terhadap waktu t L=
dt I

Df : perubahan fluks magnetik (Wb)
Besarnya energi yang tersimpan di dalam
∆t : selisih waktu (sekon)
induktor/kumparan tersebut adalah:
1 2
c. GGL Induksi karena Perubahan Luasan W= L ⋅I
2
B′
C B Keterangan:
L : koefisien induksi diri (H)
R V ∆I : perubahan kuat arus dalam induktor (A)
∆t : perubahan waktu (sekon)
A′
D A
W : energi yang tersimpan (joule)
Jika sebuah loop kawat ABCD ditembus
oleh medan magnet B secara tegak lurus e. Transformator (Trafo)
dan salah satu sisinya digeser sehingga • Transformator adalah sebuah alat yang
terjadi perubahan luasan loop kawat yang terdiri atas susunan lempeng-lempeng
ditembus maka akan terjadi GGL induksi besi yang dililit oleh dua kumparan, yaitu
yang dirumuskan: kumparan primer (input) dan kumparan
sekunder (output), dan inti besi lunak.
∆A
ε = −N ⋅ B ε =B⋅⋅v
∆t
Inti besi
Sehingga terjadi arus listrik pada loop
ABCD karena terdapat hambatan R yang
ke rangkaian
Sumber
dirumuskan: biasa
tegangan
ε bolak-balik
I=
R
Keterangan:
∆A : perubahan luasan (m2) kumparan primer kumparan sekunder

l : panjang kawat AB (m)


332
• Transformator harus menggunakan sumber • Persamaan trafo dirumuskan sebagai
arus listrik AC (arus bolak-balik) agar dapat berikut, yaitu:
terjadi perubahan garis-garis gaya magnet
di sekitarnya sehingga menghasilkan arus VP NP N I
= dan P = S
VS NS NS IP
listrik induksi.
• Fungsi utama transformator adalah
Keterangan:
MENAIKKAN atau MENURUNKAN tegangan
Vp = tegangan primer (volt)
listrik.
Vs = tegangan sekunder (volt)
• Terdapat dua jenis transformator (trafo),
Np = banyaknya lilitan primer
yaitu:
Ns = banyaknya lilitan sekunder
1. Transformator step up, yaitu trafo yang Ip = kuat arus primer (ampere)
dapat MENAIKKAN TEGANGAN listrik. Is = kuat arus sekunder (ampere)
Trafo step-up memiliki sifat-sifat sebagai
berikut: Efisiensi Transformator
• Vs > Vp g artinya, tegangan sekunder • Efisiensi trafo menunjukkan kemampuan
lebih besar daripada tegangan trafo untuk menghasilkan daya keluar yang
primernya. sama dengan daya masuk. Dirumuskan,
• N s > N p g artinya, jumlah lilitan sebagai berikut:
sekunder lebih banyak daripada
jumlah lilitan primernya. η = Ps x100% dan P = V ⋅ I
P
• Is < Ip g artinya, arus primer lebih besar p
daripada arus sekundernya. Keterangan:
Ps = daya sekunder (daya output) (watt)
2. Transformator step down, yaitu jenis
Pp = daya primer (daya input) (watt)
trafo yang dapat digunakan untuk
η = efisiensi trafo
MENURUNKAN TEGANGAN listrik.
V = tegangn trafo (volt)
Trafo step-down memiliki sifat-sifat
i = kuat arus pada trafo (ampere)
berikut, yaitu:
• Vs < Vp g artinya, tegangan primer • Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
lebih besar daripada tegangan me­ngurangi panas pada trafo sehingga
sekundernya. membuat efisiensinya mendekati 100%,
yaitu:
• N s < N p g artinya, jumlah lilitan
1. Mengalirkan udara dingin pada trafo.
primer lebih besar dari­pada lilitan
2. Melapisi trafo dengan bahan pendingin.
sekundernya.
3. Inti besi dibuat berbentuk lempengan.
• Is > Ip g artinya, arus sekunder lebih
besar daripada arus sekundernya.

333

Anda mungkin juga menyukai