Anda di halaman 1dari 30

Revisi Maret 2004

Modul 4
EE 3253a Sistem Antena
Susunan Antena
Oleh :
Nachwan Mufti Adriansyah, ST

Organisasi

Modul 3 Susunan Antena


• A. Pendahuluan page 3
• B. Konsep Dasar Susunan page 7
• C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis page 26

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 2


A. Pendahuluan
Dalam kuliah Medan Elektromanetika Telekomunikasi kita sudah mengenal
penjumlahan/ superposisi medan.
Telah dikenal bahwa medan total disuatu titik merupakan superposisi dari medan-
medan yang datang dititik tersebut (medan-medan datang dan/atau medan pantul).
r r r r
E t = E1 + E 2 + E 3 + .....
Dalam hal antena, medan total (magnituda dan fasa) dari suatu susunan antena
tergantung dari magnituda dan fasa dari medan-medan yang dihasilkan masing-
masing elemen antena.
Fasa dari medan-medan yang datang dari masing-masing elemen antena berbeda
karena adanya perbedaan jarak yang ditempuh masing-masing gelombang.
Jika perbedaan jarak tempuh dua buah gelombang adalah ∆d , maka beda fasa antara
kedua gelombang tersebut pada titik observasi adalah :

∆ϕ = β .∆d = ∆d
λ

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 3

A. Pendahuluan
Contoh..
Lihat gelombang langsung dan gelombang pantul di bawah ini ..

A
Tx Di penerima ( titik B ), medan total
adalah penjumlahan / superposisi dari
B
h1 Rx gelombang langsung dan gelombang
θ1 O h2 pantul
θ2

Gelombang Langsung ( ES1 ) Gelombang Pantul ( ES2 )


( Melalui lintasan AB ) ( Melalui lintasan AOB )

E S1 = E 0 e j ϕ 1 E S 2 = E 0 e jϕ 2
Beda fasa antara kedua gelombang,

∆ ϕ = ϕ1 − ϕ 2 = β ∆ d = (AOB − AB )
λ
β = konstanta fasa ( rad/m )

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 4


A. Pendahuluan
Persamaan medan totalnya menjadi...

E t = E S1 + E S 2
jϕ1 jϕ 2 A
= E 0e + E 0e Tx
(
= E 0 e jϕ1 + e jϕ 2 ) h1 B
Rx
= E0 (e jϕ 1
+ e j (ϕ 1 + ∆ ϕ ) ) θ1 O θ2
h2

Jika medan E1 dianggap sebagai referensi ( fasanya dianggap = 0 ), maka akan


didapat persamaan :

(
E t = E 0 1 + e j∆ϕ )

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 5

A. Pendahuluan
• Konsep Dasar Susunan
a. Susunan 2 antena isotropik untuk berbagai kasus ( amplitudo dan
fasa sama, amplitudo sama fasa berbeda, amplitudo dan fasa berbeda ),
meliputi : (1) persamaan medan total susunan, (2) penentuan letak
medan maksimum dan minimum, (3) diagram arah medan dan fasa
b. Prinsip perkalian diagram dan sintesa pada susunan antena
sejenis, meliputi : syarat-syarat, teknik perkalian, dan sintesa
• Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Susunan a. Distribusi Arus Uniform, meliputi : penurunan persamaan medan
Antena total susunan, arah maksimum dan minimum, Array Factor, gain
susunan, teknik desain antena
b. Distribusi Arus Non Uniform, terdiri dari : (1) Susunan Binomial
(2) Susunan Optimum (Dolph Tchebyschef), (3) Susunan Edge
• Macam-Macam Susunan
a. Susunan Distribusi Arus Kontinyu
b. Susunan Antena Parasit
c. Susunan Antena Log Perodik
• Pencatuan Susunan
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 6
B. Konsep Dasar Susunan
B.1. Tujuan Membuat Susunan / Array Antena…..
• Mendapatkan diagram arah dengan pola tertentu ( beam forming )
• Mendapatkan diagram arah dengan pengendalian arah tertentu ( beam steering )

B.2. Susunan 2 Sumber Titik Isotropis


Lihat susunan 2 sumber isotropis di bawah ini !
Interpretasi gambar..
y Ke titik observasi pada medan jauh
• 2 sumber isotropis dipisahkan
oleh jarak d
• Titik observasi adalah ke arah
sudut φ dari sumbu horisontal
d garis dianggap sejajar
(sumbu-x)
d cos φ
cos φ k a r e n a j a r a k
2 2 • Garis orientasi dari sumber-
titik observasi >> dimensi
φ antena (di medan jauh) sumber isotropis menuju titik
observasi dianggap sejajar
1 0 2 x
karena d (jarak antar sumber
d isotropis) << daripada jarak
antena menuju titik observasi

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 7

B. Konsep Dasar Susunan


y Kasus 1 : Amplitudo dan Fasa Sama
• Referensi titik 0...
Jika titik O dianggap sebagai referensi
(dianggap sbg titik dengan fasa = 0 ), maka E1
d
cos φ
d
cos φ akan tertinggal sebesar :
2
2 ϕ 2π d
φ = cos φ
2 λ 2
1 0 2 x
dan medan E2 akan mendahului sebesar :
d ϕ 2π d
= cos φ
2 λ 2
ϕ
j
E 2 = E 0e 2

ϕ Sehingga, medan gabungan Et dapat


2 dituliskan sebagai berikut :
ϕ Et
− ϕ ϕ
2 j −j
E1 = E 0 e
−j
ϕ
2
E t = E 0e + E 0e 2 2

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 8


B. Konsep Dasar Susunan
ϕ ϕ Kasus 1 : Susunan Isotropik Amplitudo dan Fasa Sama
j −j
E t = E 0e + E 0e 2 2 Medan maksimum terjadi ketika, ( d = λ )
ϕ π
cos = 1 ⇒ d cos φ m = 0
2 λ
 j ϕ2 −j
ϕ
 ⇒ cos φ m = 0
e +e 2 
E t = 2E 0   π 3
⇒ φm = , π
 2  2 2
  Medan minimum terjadi ketika, ( d = λ )
ϕ π1 π
Jadi, untuk referensi titik 0 cos =0⇒ λ cos φ0 =
2 λ2 2
ϕ ⇒ φ0 = 0, π
E t = 2E 0 cos
2
dengan,
mencari medan maksimum dan minimum dimaksudkan
ϕ = d r cos φ 2π untuk menggambar diagram arah medan
dr = d
λ
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 9

B. Konsep Dasar Susunan


y Kasus 1 : Susunan Isotropik Amplitudo dan Fasa Sama

• Referensi titik 1...


Jika titik 1 dianggap sebagai referensi
d cos φ (dianggap sbg titik dengan fasa = 0 ), maka E2
akan mendahului sebesar :
φ 2π
ϕ= d cos φ
1 0 2 x λ
d Sehingga, medan gabungan Et dapat
dituliskan sebagai berikut :

E 2 = E 0e
E t = E 0 + E 0 e jϕ
ϕ
Et

E1 = E 0
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 10
B. Konsep Dasar Susunan

E t = E 0 + E 0 e jϕ
Kasus 1 : Susunan Isotropik Amplitudo dan Fasa Sama

E t = 2E 0 cos
ϕ ϕ
2 123 2

1424 3
 j ϕ2 −j
ϕ
 fasa
magnituda
e +e 2
j
ϕ

E t = 2E 0 e  2
  2π d 
 2  2E 0 cos cos φ  Diagram
   λ 2  Arah Medan

Jadi, untuk referensi titik 1 φ


ϕ
ϕ j
E t = 2E 0 cos e 2  2π d


cos φ 
2 Diagram  λ 2 
dengan, Fasa
ϕ = d r cos φ 2π
dr = d φ
λ
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 11

B. Konsep Dasar Susunan


Diagram arah medan Kasus 1 : Susunan Isotropik Amplitudo dan Fasa Sama
Berbentuk “Donat”
Diagram arah fasa
y
referensi titik 1
f p (φ) referensi titik 0
90o
φ

x 0o φ
90o 180 o
360 o

− 90o
λ ϕ
2 Ref. titik 0 E t = 2E 0 cos
 1  2π  2
E t = 2E 0 cos  d cos φ  
2 λ  Ref. titik 1 E t = 2E 0 cos
ϕ ϕ
2
2 123

Lihat cara mencari arah maksimum 1424 3 fasa
magnituda
dan minimum pada slide 9 !!
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 12
B. Konsep Dasar Susunan
Pengaruh perbedaan fasa arus...
Beda fasa pada medan-medan yang Kasus 2 :
dihasilkan oleh 2 antena yang dicatu Amplitudo Sama, Beda Fasa 180o
dengan amplitudo arus yang sama di
titik jauh disebabkan karena jarak
relatif antara dua antena tersebut, • Referensi titik 0...
dinyatakan oleh :
2π ϕ
ϕ= d cos φ E t = 2E 0 cos ϕ=

d cos φ + π
λ 2
Jika dua antena tersebut dicatu oleh λ
arus dengan beda fasa tertentu, maka
beda fasa antara medan-medan yang π π
dihasilkan dinyatakan oleh : E t = 2E 0 cos  d cos φ + 
ϕ=

d cos φ + ∆φ λ 2
λ
Harga maksimum, d = ½λ
= d r cos φ + ∆φ π π
cos φ m = ±(2k + 1)
λ 2
beda fasa medan karena beda fasa medan
perbedaan jarak relatif karena beda fasa arus φ m = 0, π
antar sumber catuan sumber
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 13

B. Konsep Dasar Susunan


Kasus 2 : Amplitudo sama, beda fasa 180o
Harga minimum, d = ½λ
π
cos φ0 = ± kπ
λ y
π 3
φ0 = , π φ 1 = 60o
2 2 2

Harga ½ daya, d = ½λ
π 1 x
cos φ 1 = 2 diagram arah
2 2 2 medan
π π
cos φ 1 = ± (2k + 1) λ
2
2 2 4
φ 1 = 60 o
2

HPBW = 2φ 1 = 120 o
2

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 14


B. Konsep Dasar Susunan
Kasus 3 : Amplitudo Sama, Beda Fasa 90o y

• Referensi titik 0...


ϕ
E t = 2E 0 cos 2π π
2 ϕ= d cos φ + x
λ 2 π
δ=
π π 2
E t = 2E 0 cos  d cos φ +  λ
λ 4 2
Untuk menggambarkan diagram arah y
fungsi tidak sederhana, hitunglah untuk
nilai medan untuk nilai maksimum dan
minimum, serta terutama untuk sudut-sudut
istimewa. Buat tabel perhitungan sbb :
x
φ Et(φ) π
δ=
0o 2
10o setelah itu…plot !! λ
dst 4
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 15

B. Konsep Dasar Susunan

Kasus Umum : Amplitudo Berbeda, Beda Fasa =δ


• Referensi titik 1
Misal :
Et
E1 = E 0 dan E 2 = aE 0 aE 0 ϕ
Beda fasa sembarang !! E0
Bentuk Umum :

E t = E 0 (1 + a cos ϕ) + a 2 sin 2 ϕ
2
∠ tan −1  a sin ϕ 

 1 + a cos ϕ


dan,

ϕ= d cos φ + δ
λ

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 16


B. Konsep Dasar Susunan
B.3. Prinsip Perkalian Diagram dan Sintesa Pada
Susunan Antena Sejenis
a. Perkalian Diagram...

• Susunan antena biasanya akan terdiri dari antena-antena sejenis. Antena


sejenis adalah antena yang memiliki diagram arah medan dan fasa yang sama,
dan orientasinya juga sama.
• Susunan dari sejumlah n antena-antena sejenis, dapat diperhatikan sebagai
susunan sejumlah n sumber isotropik dengan catuan arus dan fasa tertentu,
sehingga memiliki Diagram Arah dan Diagram Fasa yang terkoreksi dari
diagram susunan isotropiknya.
• Pada susunan antena yang sejenis, dapat dipakai PRINSIP
PERKALIAN DIAGRAM
• Untuk susunan TAK ISOTROPIK DAN/ATAU TAK SEJENIS
TIDAK BERLAKU PRINSIP PERKALIAN DIAGRAM

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 17

B. Konsep Dasar Susunan


• Misalkan suatu antena A, memiliki diagram arah yang dinyatakan
sebagai berikut :
jf p (θ,φ )
E e = f (θ, φ).e
• Dan susunan sejumlah – n antena isotropis memiliki diagram arah :
jFp (θ,φ )
E ti = E 0 F(θ, φ).e
• Maka, susunan sejumlah – n antena A, akan memiliki diagram arah
sesuai Prinsip Perkalian Diagram, sbb :

E te = E 0 f (θ, φ) F(θ, φ) ∠f p (θ, φ)Fp (θ, φ)


1442443 1442443
magnitude medan
fasa

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 18


B. Konsep Dasar Susunan

JD Krauss, Marhefka, RJ, “Antennas


For All Applications”, McGraw-Hill,
2002 page-100

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 19

B. Konsep Dasar Susunan

JD Krauss, Marhefka, RJ, “Antennas For All Applications”, McGraw-


Hill, 2002 page-101

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 20


B. Konsep Dasar Susunan

b. Sintesa Diagram...
• Definisi / tujuan Proses untuk mencari sumber atau susunan yang memberikan
sintesa diagram arah sesuai keinginan designer
• Problem sintesa Sintesa diagram tidak selalu sederhana dan mungkin
menghasilkan susunan yang kurang realiable.
Salah satu sintesa yang sederhana adalah dengan menggunakan
Prinsip Perkalian Diagram

• Contoh persoalan sintesa


Carilah susunan antena yang mempunyai diagram arah dengan radiasi maksimum
ke arah utara (φ = 0 ) dan radiasi minimum ke arah barat, timur, tenggara, dan
barat daya

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 21

B. Konsep Dasar Susunan

• Pada susunan primer


Bentuk umum :
ϕ
E t = 2E 0 cos 2π
2 ϕ= d cos φ + δ
λ
Æ Misalkan kita tentukan d = 0,3 λ
ϕ 2π
E1 = cos
2
dengan ϕ = (0,3λ ) cos φ + δ = 0,6π cos φ + δ
λ
E1 = 0 pada φ = 135o ⇒ ϕ = (2k + 1)π , k = 0,1,2,...dst
Maka : 1
− 0,6π + δ = (2k + 1)π
2
⇒ δ = (2k + 1)π + 0,425π
k = 0 ⇒ δ = −104o
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 22
B. Konsep Dasar Susunan
• Pada susunan sekunder
Bentuk umum :
ϕ
E t = 2E 0 cos 2π
2 ϕ= d cos φ + δ
λ
Æ Misalkan kita tentukan d = 0,6 λ
ϕ 2π
E 2 = cos
2
dengan ϕ = (0,6λ ) cos φ + δ = 1,2π cos φ + δ
λ
E 2 = 0 pada φ = 270o ⇒ δ = 180 o
• Jadi, medan total hasil perkalian :

E t = E1 × E 2 = cos
(0,6π cos φ − 104 ) × cos (1,2π cos φ + 180 )
o o

2 2
( ) (
= cos 54o cos φ − 52o cos 108o cos φ + 90o )
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 23

U
B. Konsep Dasar Susunan
max Ilustrasi ….
Syarat
T Maximum ke arah utara, null ke arah
nol nol
timur (90o) dan tenggara (135o)
Tenggara
Null ke arah timur (90o), bisa
diimplementasikan dengan susunan 2
Null ke arah tenggara (135o), bisa antena isotropik berjarak 0,6λ dengan
diimplementasikan dengan susunan 2 beda fasa -180o.
antena isotropik berjarak 0,3λ dengan
beda fasa -104o.
U
U U max

nol
0,3λ 0,6λ 0,6λ
nol
0,3λ
nol nol
B. Konsep Dasar Susunan

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 25

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


• Telah kita sepakati sebelumnya bahwa diagram arah medan maupun
fasa dapat diubah-ubah dengan mengatur distribusi arus pada
masing-masing elemen antena
• Pada sub bab ini, dipakai elemen antena isotropis dan kemudian
dilihat pengaruh perubahan distribusi arus pada masing-masing
elemen terhadap perubahan diagram arah dan fasa, gain susunan, dan
sebagainya
• Distribusi arus yang diamati :
• Distribusi arus uniform
• Distribusi arus tak uniform

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 26


C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
C.1. Distribusi Arus Uniform
Pengantar
Kita memakai prinsip-prinsip yang sudah dipahami sebelumnya untuk menurunkan
persamaan medan total yang dihasilkan oleh susunan sejumlah n antena isotropis
Lihat gambar berikut, • Referensi titik 1
y Dengan dinormalisasikan terhadap Eo,
Ke titik observasi pada medan jauh
E tn = 1 + e jϕ + e j2 ϕ + ..... + e j( n −1) ϕ
E tn e jϕ = e jϕ + e j2 ϕ + e j3ϕ + ..... + e jnϕ

ϕ= d cos ϕ
d cos φ λ ( )
E tn 1 + e jϕ = 1 − e jnϕ -
φ
Didapatkan,

jn
ϕ
 jn ϕ2 − jn
ϕ

1
d
2
d
3 n x
1− e ejnϕ 2 e −e 2 
E tn = = ϕ  jϕ ϕ 
1 + e jϕ j
 e 2 − e− j 2 
e2  
Nachwan Mufti A

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


Sehingga, didapatkan medan Dengan cara yang sama, kita bisa
total ternormalisasi untuk mendapatkan persamaan medan total ternormalisasi
referensi pada titik 1 untuk referensi titik tengah, sbb :

 ϕ  ϕ Diagram fasa persamaan


sin  n  sin  n 
E tn = 
ϕ
 
2
ζ ∠ E tn = 
2
ϕ
disamping berupa STEP
FUNCTION yang
sin   sin   diberikan dari polaritas
2 2 (+/-) harga Etn
n −1
dimana, ζ = ϕ Selanjutnya kita akan pelajari :
2
2π • Menurunkan syarat medan
dan, ϕ= cos φ + δ maksimum dan minimum
λ • Array Factor
d = jarak spasi antar elemen
• Konsep Gain Susunan
δ = beda fasa antar catuan
arus yang berdekatan • Tinjauan berbagai kasus

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 28


C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Medan Maksimum dan Minimum ...
Lihat kembali persamaan berikut !
• Medan maksimum terjadi jika suku penyebut sama
 ϕ
sin  n  dengan atau mendekati nol
2
E tn =  ϕ ϕ
sin   → 0 atau   → 0 atau ϕ = 0
ϕ
sin   2 2
2 Jika ϕ tidak pernah mencapai harga nol, maka medan
maksimum terjadi jika ϕ mencapai harga minimum

• Medan minimum terjadi jika suku pembilang sama


dengan nol
 ϕ ϕ
sin  n  = 0 atau n = ± kπ k =0,1, 2,...dst
 2 2
Tetapi, k tidak boleh merupakan kelipatan dari n (k ≠ mn)
PR : Mengapa ?

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 29

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis

Array Factor ...


Array factor adalah normalisasi
medan total susunan antena terhadap Et
nilai maksimum dari medan total
Array Factor = AF = E N =
E maks
susunan tersebut
Contoh, lihat persamaan medan total
sebelumnya !!

 ϕ Emaks tercapai pada ϕ = 0


sin  n 
2
Et =   ϕ Array Factor
sin  n 
ϕ 2  ϕ
sin   E tmaks = lim  =n sin  n 
2 ϕ→ 0 ϕ
  1  2
sin   EN =
Et 2 n ϕ
EN = sin  
E tmaks 2
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 30
C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Faktor susunan (untuk sejumlah sumber) dapat digambarkan sebagai
fungsi ϕ. Jika ϕ adalah merupakan fungsi φ, maka nilai dari faktor
susunan dan pola medan akan dapat langsung diketahui dari grafik di
bawah ini !

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 31

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis

Gain Susunan ...


• Jika daya W masuk pada 1 antena Æ maka E1 = E 0
E0
• Jika daya W masuk pada n antena Æ maka E1 ' =
n
E0
• Dan E t maks = n E1 ' = n = E0 n
n
• Sehingga,
E0 n
- Penguatan Medan GF = = n
E0
- Penguatan Daya
G = (G F )2 = n

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 32


C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis

Kasus 1 (Utk Distribusi Arus Uniform) – Susunan Broadside


Untuk menghasilkan pola pancar broadside, dapat dicapai dari contoh berikut :

Arah maksimum, dicapai untuk ϕ = d r cos φm = 0


λ π 3π
n = 4, d = ,δ=0 didapat φ m = dan
2 2 2
Arah minimum, dicapai untuk
 ϕ ϕ
sin  n  = 0 n = ± kπ k = 0 ,1, 2 ,...dst
 2 2
 2k  1
φ0 = cos −1  ± π − δ 
 n  dr 
o o
 k k =1→ φ0 = ±60 / ± 120
didapat
φ0 = cos ± 
 2  k = 2→ φ0 = 0 o / 180 o

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 33

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


• Pola pancar dan fasa susunan broadside

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 34


C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Kasus 2 (Utk Distribusi Arus Uniform) – Susunan Endfire Biasa
• Endfire memiliki sifat : E maksimum
pada sudut φ = 0 (φm = 0 )
• Proses desain dilakukan dgn
menentukan beda fasa δ yang memberi
φ=0 , pada harga Emaks atau ϕ=0o.
• Jadi, ϕ=0o untuk φm =0o
⇒ 0 = d r cos φ m + δ

⇒ δ = −d r = − d
λ
• Untuk n = 4, d = λ/2, didapat :

δ = -π
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 35

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


Kasus 3 (Utk Distribusi Arus Uniform) – Susunan Endfire Hansen-
Woodyard Dengan Direktifitas Diperbesar
• Susunan Endfire Hansen-Woodyard
dgn direktifitas diperbesar , dicapai dgn
syarat :
 π
δ = − d r + 
 n
π
⇒ ϕ = d r (cos φ − 1) −
n
• Emaks terjadi pada :
π
φ m = 0 dan φ m = −
n
• Faktor susunan dapat dituliskan sbb:
 nϕ 
sin  
 π  2
Gambar diatas adalah E N = sin    
contoh untuk : λ 5  2n  sin  ϕ 
n = 4, d = , dan δ = − π  
2 4 2 36
C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Kasus 4 (Utk Distribusi Arus Uniform) – Susunan Dengan Medan
Maksimum Untuk Arah Sembarang
Misalkan ditentukan medan maksimum
untuk arah tertentu yang sembarang
• Maksimum terjadi ketika :
ϕ=0
• Minimum terjadi ketika :
 ϕ
sin  n  = 0
 2

dimana, ϕ = cos φ + δ
λ
• Gambar disamping berasal dari
perhitungan untuk :
λ
n = 4, d = , dan φ m = 60o
2
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 37

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


C.2. Distribusi Arus Non-Uniform
Seperti juga dengan pengaturan fasa untuk tiap catuan susunan, maka perubahan pola
pancar dapat juga dicapai dengan mengatur distribusi arus tiap catuan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan pola pancar yang diinginkan. Pada sub-bagian
ini kita mempelajari beberapa macam distribusi arus tidak seragam dan pengaruhnya
pada pola pancar yang dihasilkan

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 38


C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis

C.2.1. Distribusi Binomial


• Distribusi arus Binomial disebut juga sebagai Distribusi John Stone

• Susunan dgn distribusi ini berarti


urutan amplituda arus harus
sebanding dengan koefisien-
koefisien pada deret suku banyak
yang memenuhi :

(a + b )n +1 = a n −1 + (n − 1)a n −2 b + (n − 1)(n − 2) a n −3b 2 + ...dst


2!
Koefisien-koefisien tersebut membentuk Deret Segitiga Pascal

• Sifat pengarahan yang didapatkan : (1) perbandingan mayor


terhadap minor lobe Æ ∞, (2) lebar berkas mainlobe cukup besar

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 39

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


C.2.2. Distribusi Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
Distribusi Dolph-Tchebyscheff
digunakan untuk mendapatkan • Jika lebar berkas mainlobe ditentukan,
kriteria optimum dari pola pancar maka perbandingan mayor terhadap
antena susunan. minorlobe akan (menuju) maksimum.
• Jika perbandingan antara mayor terhadap
Kriteria optimum terdiri minor lobe ditentukan, maka lebar berkas
dari 2 macam : main-lobe akan (menuju) minimum.
Dalam distribusi Dolph-Tchebyscheff, diasumsikan syarat sbb:
• Antena ISOTROPIS dengan distribusi amplitudo arus SIMETRIS
• Beda fasa antar catuan elemen isotropis berdekatan = 0 (δ = 0)
• Jarak spasi antar elemen isotropis SERAGAM (d seragam)
θ=0
sehingga, selisih fasa kuat ϕ = dr cos φ
θ medan penerimaan dari elemen
berdekatan pd titik observasi
yang jauh = d r sin θ dgn d 2π
φ r= d
λ

40
C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
Penurunan medan total susunan dilakukan dengan cara yang sama
(spt sebelumnya), dengan referensi titik tengah susunan.
Didapatkan medan total untuk n-genap sbb:
ϕ ϕ  n −1 
E ne = 2A 0 cos + 2A1 cos 3 + ... + 2A k cos e ϕ 
2 2  2 
k = N −1
 ϕ
E ne =2 ∑k =0
A k cos [2k + 1] 
 2 
Dimana,
ne = jumlah elemen (genap)
ne
N=
2
k = 0, 1, 2, … , (N-1)

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 41

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)

Sedangkan medan total untuk n-ganjil sbb:


 n −1 
E no = 2A 0 + 2A1 cos ϕ + 2A 2 cos 2ϕ + ... + 2A k cos o ϕ
 2 
k=N
 ϕ
k =0

E no = 2 A k cos [2k ] 
 2 Dimana,
no = jumlah elemen (ganjil)
no −1
N=
2
k = 0, 1, 2, … , N

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 42


C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
k = N −1 k=N
 ϕ  ϕ
E ne = 2 ∑ A k cos [2k + 1] 
 2
E no = 2 ∑
k =0
A k cos [2k ] 
 2
k =0

Dua persamaan di atas, dapat dipandang sebagai suatu DERET FOURIER


dengan suku terbatas. Sepasang suku menyatakan kontribusi dari “sepasang”
sumber atau dari sumber tengah. Dan dapat dianggap sebagai penjumlahan
konstanta DC, fundamental, dan harmonik-harmonik.
λ
Contoh : n = 9, dan d =
2
2π  λ 
maka, ϕ =   sin θ = π sin θ
λ 2
dan konstanta Ak diasumsikan Î 2A0 = A1 = A2 = A3 = A4 = 

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 43

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
k=N
 ϕ
E no ∑
= 2 A k cos [2k ] 
k =0  2
λ 2π  λ 
n = 9, dan d = ⇒ ϕ=   sin θ = π sin θ
2 λ 2

1
E9 = + cos ϕ + cos 2ϕ + cos 3ϕ + cos 4ϕ
2

DC Fundamental Harmonik#2
Modul 4 Susunan AntenaHarmonik#3
Harmonik#4 44
Nachwan Mufti A
C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)

Dalam distribusi arus OPTIMUM (Dolph-


Tchebyscheff), nilai konstanta-konstanta Ak
adalah sesuatu yang ditentukan dgn
perhitungan yang akan kita lakukan, untuk
mendapatkan pola pancar optimum.
Optimum ditinjau dari sisi : Perbandingan
mayor terhadap minorlobe-nya, atau lebar
berkas mainlobe

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 45

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
Polinom Tchebyscheff
Teorema de Moivre
ϕ m
jm ϕ ϕ  ϕ ϕ
e 2 = cos m + j sin m =  cos + j sin 
2 2  2 2
sehingga,
m
ϕ  ϕ ϕ
cos m = Re cos + j sin 
2  2 2

Persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai Deret Binomial sbb:

ϕ ϕ m(m − 1) ϕ
cos m = cos m − cos m −2
2 2 2! 2
m(m − 1)(m − 2)(m − 3) ϕ ϕ A
+ cos m −4 sin 4 − ...
4! 2 2

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 46


A Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
Bentuk disamping kiri bawah, bersesuaian dengan
substitusi Polinom Tchebyscheff, dgn rumus rekursif :
ϕ ϕ
Tn +1 (x ) = 2x Tn (x ) − Tn −1 (x )
sin 2 = 1 − cos 2
2 2
ϕ T0 (x ) = 1
m = 0 → cos m =1
2 T1 (x ) = x
ϕ ϕ
m = 1 → cos m = cos T2 (x ) = 2x 2 − 1
2 2
ϕ ϕ T3 (x ) = 4 x 3 − 3x
m = 2 → cos m = 2 cos 2 − 1
2 2 T4 (x ) = 8x 4 − 8x 2 + 1
ϕ ϕ ϕ
m = 3 → cos m = 4 cos3 − 3 cos T5 (x ) = 16x 5 − 20 x 3 + 5x
2 2 2
ϕ ϕ ϕ T6 (x ) = 32x 6 − 48x 4 + 18x 2 − 1
m = 0 → cos m = 8 cos 4 − 8 cos 2 + 1
2 2 2 T7 (x ) = 64x 7 − 112 x 5 + 56x 3 − 7 x
dst dst
ϕ
dengan x = cos
2
Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 47

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
Dibawah ini adalah grafik untuk polinom-polinom Tchebyscheff untuk
nilai m = 1 sd 5
Sifat polinom :
1. Semua Tm(x) melewati
(1,1)
2. Jika –1 < x < 1, maka :
-1 < Tm(x) < 1
3. Semua akar Tm(x) ada
diantara –1 dan 1 atau
-1 < x0 < 1
4. Semua harga ekstrim
adalah ±1

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 48


C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
Pemahaman grafik polinom
Misalkan R adalah perbandingan antara mainlobe mainlobe maksimum
R=
maksimum dan minorlobe level minorlobe level

R
Tn-1(x) • Tn-1(x) adalah menggambarkan diagram arah
medan untuk sejumlah n elemen Î En
• Titik (x0 , R) pada kurva menggambarkan harga
mainlobe maksimum
• Akar-akar polinom menunjukkan harga-harga
NOL diagram medan
• FNBW (First Null Beamwidth) pada titik
(x = x1’)

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 49

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)

Dalam distribusi arus OPTIMUM


(Dolph-Tchebyscheff), artinya adalah :
Metoda Dolph dipakai untuk mendapatkan
susunan optimum dengan menggunakan
polinom Tchebyscheff
• Jika direncanakan susunan antena terdiri
dari n sumber, maka diagram arah medan
susunan merupakan suku banyak orde
(n – 1)
Æ Suku banyak ini yang kemudian
diekivalensikan dengan Polinom
Tchebyscheff orde (n – 1) Æ Tn-1(x)

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 50


C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
Prosedur Perencanaan
1. Untuk susunan n-sumber, pilih polinom orde (n – 1) Æ Tn-1(x)

2. Selesaikan Tn-1(x0) = R untuk mendapatkan harga x0.


Untuk m = n – 1 , dapat dihitung sebagai berikut :

1
( ) + (R − ) 
1 1 
x0 =  R + R 2 −1 m
R 2 −1 m
2
 

3. Penyekalaan. Jika R > 1, maka x0 > 1 juga. Padahal nilai x adalah


berkisar (-1 < x < 1), sebab x = cos (ϕ/2). Lakukan perubahan
skala x Æ w x ϕ
w= w = cos
Nachwan Mufti A
x0 Modul 4 Susunan Antena 2 51

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)

4. Persamaan medan total n-sumber


k = N −1 k=N
 ϕ  ϕ
E ne = 2 ∑ A k cos [2k + 1] 
 2
E no = 2 ∑
k =0
A k cos [2k ] 
 2
=
k 0

N=
ne n genap N = n o − 1 n ganjil
2 2
Persamaan dapat dinyatakan dalam w (setelah penyekalaan)

5. Penyetaraan. En(w) disetarakan dengan Tn-1(x), dengan : x


w=
x0
E n (w ) w = x = Tn −1 (x )
x0

Diperoleh harga-harga : AModul


0, A41,Susunan
A2, … A
Antenak 52
Nachwan Mufti A
C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
Contoh:
λ
n = 8, d = , ditentukan R dB = 26 dB
2
1. Untuk n = 8, dipilih T8-1(x) = T7(x) = 64x7 – 112x5 + 56x3 – 7x

2. R = 26 dB Æ R(numerik) = 20
1
( ) ( )
1 1
Untuk orde tinggi,
x 0 =  20 + 20 2 − 1 7 + 20 − 20 2 − 1 7  = 1,15 x0 harus teliti: 3-5
2 
 digit
3. R = 20 Æ R > 1 , sehingga perlu perubahan skala !.
x ϕ
w= untuk w = cos
1,15 2

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 53

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)

4. Persamaan setengah medan total (n = 8)


k = N −1
 ϕ ne
E ne = 2 ∑
k =0
A k cos [2k + 1]  N =
 2 2
persamaan medan total

ϕ ϕ ϕ ϕ persamaan
E 8 = A 0 cos + A1 cos 3 + A 2 cos 5 + A 3 cos 7 setengah medan
2 2 2 2 total
ϕ
Substitusi dgn w, cos =w
2
setelah penyekalaan
ϕ
cos 3 = 4 w 3 − 3w
2
ϕ
cos 5 = 16 w 5 − 20w 3 + 5w
2
ϕ
cos 7 = 32w 6 − 48w 4 + 18w 2 − 1
2

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 54


C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)

( ) (
E 8 (w ) = A 0 w + A1 4 w 3 − 3w + A 2 16 w 5 − 20 w 3 + 5w )
(
+ A 3 64 w 7 − 112 w 5 + 56 w 3 − 7 w )
E 8 (w ) = (64A 3 )w 7
− (112A 3 − 16A 2 )w 5
+ (56A 3 − 20A 2 + 4A1 )w 3
− (7 A 3 − 5A 2 + 3A1 − A 0 )w

5. Penyetaraan
E 8 (w ) w = x = T7 (x ) = 64x7 – 112x5 + 56x3 – 7x
x0

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 55

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis

Didapatkan :
 64A 3  7
E 8 (w ) =  x
7 
= 64x7 A3 = 2,66
 1 ,15 
 112A 3 − 16A 2  5 A2 = 4,56
−   x = – 112x5
 1,157 
 56A 3 − 20A 2 + 4A1  3
+  7
 x = + 56x3 A1 = 6,82
 1,15 
 7 A − 5A 2 + 3A1 − A 0 
−  3 7
 x = – 7x A0 = 8,25
 1,15 
Jadi, kita dapatkan distribusi amplituda arus :
A3 A2 A1 A0 A0 A1 A2 A3
2,66 : 4,56 : 6,82 : 8,25 : 8,25 : 6,82 : 4,56 : 2,66
Atau, 1 : 1,7 : 2,6 : 3,1 : 3,1 : 2,6 : 1,7 : 1 56
C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis
Distribusi Non-Uniform Optimum (DOLPH-TCHEBYSCHEF)
Diagram Arah :
Untuk mendapatkan diagram arah kuat
medan, dapat ditabelkan lalu diplot,
untuk nilai-nilai variabel : θ, x, En
 d sin θ 
x = x 0 cos r  dan En = Tn-1(x)
 2 

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 57

C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis


Di bawah ini adalah perbandingan pola pancar yang dihasilkan dari
beberapa distribusi arus untuk jumlah elemen 8 (n = 8)

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 58


C. Susunan Linear n Sumber Titik Isotropis

Berbagai distribusi arus


(ternormalisasi) untuk berbagai
R dengan n = 8.
Susunan dengan distribusi
BINOMIAL dan EDGE
merupakan SUBSET / kasus
dari distribusi DOLPH-
TCHEBYSCHEFF

Nachwan Mufti A Modul 4 Susunan Antena 59

Anda mungkin juga menyukai