Anda di halaman 1dari 34

Teknik Antena &

Propagasi
DTH2L3 TEKNIK ANTENA & PROPAGASI

D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI - TA 2016/2017

Capaian Pembelajaran
Mampu Memahami (Menjelaskan) Tentang
impedansi gandeng antena.

Konsep Susunan antena dan

Materi Pembelajaran
Susunan Antena I
1. Konsep dasar susunan.
2. Susunan n-elemen sumber isotropic linier: persamaan medan, array factor,
gain susunan, dan prinsip perkalian diagram.

Susunan
Antena

Susunan
Antena

Antenna Array adalah sejumlah elemen peradiasi (antena)


yang memiliki pola radiasi yang sama, disusun menghadap ke
satu arah yang sama dalam ruang tiga dimensi.
Elemen-elemen peradiasi tersebut dicatu dengan frekuensi
sinyal yang sama.

Pengertian

Tujuan susunan antena adalah :

Tujuan

1.Meningkatkan gain antena


2.Mengontrol Sidelobe level
3.Mengatur pola pancar antena
(beam forming)

4.Mengarahkan pola pancar ke


arah tertentu (beam steering)

Susunan
Antena
Hal-hal yang
mempengaruhi
karakteristik
antena array

1. Geometri Susunan
1D array (Linear Array)
2D Array / Planar Array (Rectangular aray, circular array)
3D Array (Volume Array)
2. Elemen Array
Element sejenis (bisa menggunakan perkalian diagram)
Element tidak sejenis (Antena parasitik, antena log periodik)
3. Metoda pencatuan
a) Berdasarkan jumlah elemen yang di catu
Semua element dicatu
Hanya driven elemen saja yang dicatu (antenna uda-yagi)
b) Berdasarkan variasi sumber catuan
Variasi Amplituda (Uniform, Binomial, Chebiscev)
Variasi Phasa (Phased Array)
4. System Network
Passive array
Active array
Adaptative array

Susunan
Antena
Geometri
susunan antena

Susunan
Antena
Array element
sejenis dan tidak
sejenis

Susunan
Antena
Efek variasi
Amplitude arus
catuan

D-T: Dolph-Tschebyscheff

Susunan
Antena
Efek variasi Phasa
arus catuan

di titik Observasi di medan jauh

Et E1 E2 E3 ... En
Mengalami beda fasa

Susunan
Antena
Konsep
Superposisi
Gelombang

= lintasan+ = 2 / lintasan+
1 d 2

Medan total dititik observasi medan jauh merupakan superposisi gelombang


dari tiap-tiap gelombang yang berasal dari masing-masing elemen
Pembentukan diagram arah dari suatu susunan antena di medan jauh
tergantung dari MAGNITUDA dan FASA dari medan-medan yang dihasilkan
masing-masing elemen antena.
MAGNITUDA dari medan-medan dari masing-masing elemen bisa Uniform
bisa juga NonUniform
FASA dari medan-medan dari masing-masing element tergantung dari Jarak
relatif antar elemen (d) dan Beda Fasa catuan () dari masing-masing
elemen
Jarak relatif antar elemen (d) akan menyebabkan jarak tempuh gelombang
tidak samadi titik observasi medan jauh terjadi beda fasa antar gelombang
yang dihasilkan tiap-tiaap elemen

2 sumber isotropis
dipisahkan oleh jarak d
|I1|=|I2| |E1|=|E2|= E0
=0o

1=2

Susunan 2
Isotropis
Kasus 1 :
Magnitudo dan
Fasa pencatuan
sama

Titik observasi adalah ke arah


sudut dari sumbu
horisontal (sumbu-x)

d cos

Garis orientasi dari sumbersumber isotropis menuju


titik observasi dianggap
sejajar karena d (jarak antar
sumber isotropis) <<
x
daripada jarak antena
menuju titik observasi

Referensi titik 1...


Jika titik 1 dianggap sebagai referensi
(dianggap sbg titik dengan fasa = 0 ),
maka E2 akan mendahului sebesar :

2
d cos

Sehingga, medan gabungan Et dapat dituliskan


sebagai berikut :

E t E 0 E 0e j

End of session 1

E t E 0 E 0e

Susunan 2
Isotropis
Kasus 1 :
Magnitudo dan
Fasa pencatuan
sama


E t 2E 0 cos
2
2

magnituda

j e 2 e 2
E t 2E 0 e 2
2

j2
E t 2E 0 cos e
2

d cos

fasa

|I1|=|I2| |E1|=|E2|= E0

j
2

Susunan 2
Isotropis
Kasus 2 :
Magnitudo dan
beda fasa catuan
180

E t 2E 0 cos e
2
2
Dimana:
d cos

y
1 60o
2

Magnitudonya

E t 2E 0 cos d cos
2

Harga maksimum, misal d =

d cos m 0

cos m 2k 1
2

Harga Minimum, misal d =

m 0,

cos 0 k

3
0 ,
2 2

|I1|=|I2| |E1|=|E2|= E0

= /2

Susunan 2
Isotropis
Kasus 3 :
Magnitudo dan
beda fasa catuan
90

E t 2E 0 cos e
2
Dimana:

d cos

Magnitudonya

E t 2E 0 cos d cos
4

2
y

x
d

y
Ke titik observasi pada medan jauh

Dengan dinormalisasikan terhadap Eo,

Susunan n
Isotropis
Kasus umum

d cos

E tn e j e j e j2 e j3 ..... e jn

E tn 1 e j e j2 ..... e j( n 1)

Dikali
dengan

Referensi titik 1

= + + + +

Didapatkan

jn

jn
jn
2
2
e e
e
1
e

E tn

j
j
j
j
1 e
2
2
e e
e 2
jn

Sehingga, didapatkan
medan total
ternormalisasi untuk
referensi pada titik 1

Susunan n
Isotropis
Kasus umum


sin n
2
E tn

sin
2
dimana,

n 1

2
cos d
dan,

d = jarak spasi antar elemen

d = beda fasa antar catuan


arus yang berdekatan

Magnitudonya
Medan maksimum terjadi jika suku
penyebut sama dengan atau
mendekati nol

sin 0 atau 0 atau


2
2

Jika tidak pernah mencapai harga


nol, maka medan maksimum terjadi
jika mencapai harga minimum
Medan minimum terjadi jika suku
pembilang sama dengan nol


n
k
sin n 0 atau
2
2

k 0 ,1, 2,...dst

Array Factor ...

Susunan n
Isotropis
Kasus umum

Array factor adalah normalisasi


medan total susunan antena
terhadap nilai maksimum dari
medan total susunan tersebut
Etmaks tercapai pada mendekati 0

sin n

2 n 1

sin
n
E tn

E
2
2
E tmaks lim
n E N tn
sin
0

E t max
sin
2

d cos
Array Factor


sin n
1
2

EN
n

sin
2

End of session 2

Faktor susunan (untuk sejumlah sumber) dapat


digambarkan sebagai fungsi . Jika adalah merupakan
fungsi , maka nilai dari faktor susunan dan pola medan
akan dapat langsung diketahui dari grafik di bawah ini !

Susunan n
Isotropis
Kasus umum

Susunan n
Isotropis
Gain Susunan
(distribusi arus
catuan uniform)

Perbandingan Daya

Perbandingan
Medan

Sehingga,

wo

wo
n

wo
n

E0
n

E0
n

E1 E 0

w
w

n
n
E E
n
n

Et maks n

E0
E0 n
n

E0 n
- Penguatan Medan G F
n
E0
- Penguatan Daya

G G F n
2

n 4, d

Susunan n
Isotropis
Kasus 1

Untuk Distribusi
Arus Uniform
Susunan
Broadside

,d 0

Untuk n = 4, d = /2, didapat :

d = -

Susunan n
Isotropis
Kasus 2

Untuk Distribusi
Arus Uniform
Susunan Endfire
Biasa


5
n 4, d , dan d
2
4

Susunan n
Isotropis
Kasus 3

Untuk Distribusi
Arus Uniform
Susunan Endfire
Hansen-Woodyard
Dengan Direktifitas
Diperbesar

Variasi amplitudo catuan pada antena array (Distribusi Uniform,


Binomial, dan dolph-chebisev):

Susunan n
Isotropis
Variasi amplitudo
catuan
1:0:0:0:1
Perbandingan
Daya
Gain

12:02:02:02:12
1 0 0 0 1

1:1:1:1:1
12:12:12:12:12

2
Gf

1,414
2
12 02 02 02 12

1:1.6:1.9:1.6:1

1:4:6:4:1

12:1.62:1.92:1.62:12

12:42:62:42:12

Distribusi arus Binomial disebut juga sebagai Distribusi John


Stone

Susunan n
Isotropis
Distribusi
amplitude arus
catuan Binomial

Susunan dgn distribusi ini berarti urutan amplituda arus harus


sebanding dengan koefisien-koefisien pada deret suku banyak
yang memenuhi :

a b

n1

a n1 n 1a n2 b

n 1n 2 a
2!

n3

b 2 ...dst

Koefisien-koefisien tersebut membentuk Deret Segitiga Pascal


Sifat pengarahan yang didapatkan :
(1) perbandingan mayor terhadap minor lobe
(2) lebar berkas mainlobe cukup besar

Pada susunan antena yang sejenis, dapat dipakai PRINSIP


PERKALIAN DIAGRAM

Perkalian
Diagram
Prinsip

Antena sejenis adalah antena yang memiliki diagram


arah medan dan fasa yang sama, dan orientasinya juga
sama.
Susunan dari sejumlah n antena-antena sejenis, dapat
diperhatikan sebagai susunan sejumlah n sumber isotropik
dengan catuan arus dan fasa tertentu, sehingga memiliki
Diagram Arah dan Diagram Fasa yang terkoreksi dari
diagram susunan isotropiknya.

Untuk susunan TAK ISOTROPIK DAN/ATAU TAK


SEJENIS TIDAK BERLAKU PRINSIP PERKALIAN
DIAGRAM

JD Krauss, Marhefka, RJ,


Antennas For All Applications,
McGraw-Hill, 2002 page-100
KOLINIER

Perkalian
Diagram
Contoh

JD Krauss, Marhefka, RJ, Antennas For All Applications,


McGraw-Hill, 2002 page-101 SIDE BY SIDE

Perkalian
Diagram
Contoh

Susunan
Antena
Impedansi

Impedansi Antena/Impedansi Input Antena/Impedansi


Terminal antena/Driving Point Impedance dipengaruhi oleh :
Frekuensi Operasi
Geometri Antena
Metoda Pencatuan
Kondisi Objek-objek Sekitar
Metode analisis/perhitungan Impedansi Antena :
Boundary-Value Method
Transmission Line Method
Poynting Vector Method
Integral Equation Method of Moment
Induced Emf Method (1932)
Karena banyaknya variasi dan Kompleksnya geometri antena,
maka hanya beberapa antena saja yang sudah dianalisa.
Sedangkan untuk antena yang lain, impedansi antena hanya
bisa ditentukan melalui experimental

Zo

Zo

Susunan
Antena
Impedansi
Impedansi antena
= Impedansi sendiri +
Impedansi gandeng

ZA

Dari sisi saluran transmisi,


antena dipandang sebagai
jaringan 2 terminal yang
disebut sebagai impedansi
terminal / titik catu
Impedansi Sendiri
Jika antena terisolasi dari
keadaan sekelilingnya
Impedansi Gandeng
Jika terdapat benda-benda
lain di sekitar antena dan
mempengaruhi antena

Susunan
Antena
Impedansi

Pengaruh
tanah

Umumnya tanah akan dianggap sebagai konduktor sempurna


( ) dengan luas juga , sehingga antena diatas tanah
dapat dianggap sebagai susunan 2 antena, yaitu yang
sesungguhnya dengan bayangannya

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai