Geologi tata lingkungan didefenisikan sebagai cabang ilmu geologi terapan yang
membahas tentang pemanfaatan bumi oleh manusia untuk kelangsungan hidup
yang ada hubungannya dengan sumber kekayaan bumi serta proses-proses yang
ada padanya (Purbohadiwijaya, 1975). Hal ini diperlihatkan dengan adanya
reaksi terhadap lingkungan yang mencakup tiga aspek, yaitu : sumber daya alam,
proses alam dan pengembangan lingkungan fisik. Berdasarkan kondisi geologi
daerah pemetaan, baik dari litologi, morfologi, dan struktur geologinya maka
dapat dianalisa daerah pemetaan memililki potensi Sumber Daya Alam (Natural
Resources) dan Bencana Alam (Natural Hazard).
VI - 2
GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
sifatnya dapat diperbaiki apabila mengalami kerusakan. Pada daerah pemetaan
yang termasuk pada sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah air.
Air merupakan bagian dari sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh
makhluk hidup untuk kebutuhan seharihari, baik bagi manusia, hewan maupun
bagi tumbuhan. Sumber daya alam ini, pada daerah pemetaan sangat mudah
ditemukan, tepatnya bagi mereka yang bermukim tidak jauh dari sungai.
berdasarkan keterdapatannya pada daerah pemetaan hanya terdapat air
permukaan.
VI - 3
GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
Foto 6.1. Salah satu pemanfaatan aliran sungai oleh penduduk sebagai
keperluan sehari hari di Mangku dan W. Ilang
VI - 4
GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
pada daerah pemetaan tidak terlalu luas, lebih kurang 15% dari luas daerah
pemetaan.
Endapan sirtu pada daerah pemetaan dikontrol oleh proses erosi oleh aliran
sungai, dimana sungai Kr. Bidin adalah sungai utama yang stadia sungainya stdia
dewasa. Sungai ini mengalir pada satuan yang mudah tererosi atau lepas yaitu
batupasir dan satuan batu sabak.
Masyarakat yang memanfaatkan endapan sirtu ini tidak memperdulikan dampak
negatif dari penambangan yang akhirnya akan menjadi pencemaran terhadap
lingkungan seperti pencemaraan air, akibat dari aktifitas penambangan tersebut air
yang berada pada sungai Kr. Bidin ini akan keruh dan kotor.
Foto 6.2. Sumber daya alam yang terdapat pada Kr. Bidin, dimanfaatkan sebagai
pembuatan jalan.
VI - 5
GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
6.1.2.2.
Satuan Granit
Sumber daya alam ini memiliki sebaran sebesar 15 % pada daerah pemetaan,
dimana sumber daya ini terdapat pada bagian Barat Daya dari daerah pemetaan
(Lihat Peta Geologi). Dilihat dari ciri ciri kenampakan di lapangan, batuan ini
berwarna abu abu keputihan dan terlihat sebagian singkapan terlihat lapuk.
Secara pemanfaatan satuan granit bisa di gunakan sebagai Bahan eksklusif pelapis
dinding, inti maupun plafon gedung, hiasan prasasti, Kemudian untuk mengetahui
kekuatan batuan tersebut, perlu dilakukan analisa khususnya untuk mengetahui
kekuatan batuannya seperti analisa sifat keteknikan batuan sehingga dapat
diketahui layak atau tidak digunakan sebagai bahan baku bangunan dan ornamen
dinding dan lain lain (Supriatna Suhala dan M. Arifin 1997). Sumber daya
alam ini belum di manfaatkan oleh penduduk yang bermukim di sekitar
keterdapatan satuan granit tersebut. Untuk bisa di manfaatkan perlu dilakukan
pemetaan dan analisa serta uji lanjut tentang sumber daya alam tersebut, sehingga
diketahui kelayakannya untuk bisa di lakukan penambangan.
Foto 6.3. Singkapan batu Granit yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
pada pos 23.
VI - 6
GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
6.1.2.3.
Satuan batu sabak pada daerah pemetaan memiliki sebaran sebanyak 20%. Potensi
yang dapat digunakan dari batu tersebut adalah sebagian bahan bangunan.untuk
Sabak terbagi
Foto 6.4. Singkapan batu sabak yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan banguna
n
pada Post-17
VI - 7
GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
Bencana alam yang dimotori oleh geo-dinamika adalah gempa bumi, letusan
gunung api , pergerakan tanah dan gejala sampingan yang bermula dari padanya.
Sedangkan bencana alam yang dikarenakan oleh faktor geo-meteorologi berupa
banjir, tanah longsor, erosi dan sebagainya (Sampoerno, 1990).
Berdasarkan kondisi geologi daerah pemetaan, maka daerah pemetaan
memungkinkan terjadi bencana alam antara lain seperti gempa bumi dan
pergerakan tanah.
VI - 8
GEOLOGI TATA LINGKUNGAN
Longsoran pada daerah pemetaan yang telah terjadi dipinggiran tebing jalan,
karena batuan pada daerah tersebut memiliki tingkat resistensi yang rendah yang
dipengaruhi pelapukan yang sangat tinggi. Gerakan tanah atau longsoran ini
terdapat pada satuan pasir yang sudah mengalami pelapukan dan sangat
mengancam daerah penguna jalan raya.
Foto 6.5. Longsoran batuan sedimen yang ada pada tebing jalan setapak di Desa
Mangku