Anda di halaman 1dari 31

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMI RENCANA PENAMBANGAN

BATUAN TRASS DARI DATA EKSPLORASI DI DESA BENDI


KECAMATAN BUAY RAWAN KABUPATEN OGAN KOMERING
ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR


Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Pada Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Oleh
Maura Dwi Utami
03021281520133

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA

1. Judul
KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMI RENCANA PENAMBANGAN
BATUAN TRAS DARI DATA HASIL EKSPLORASI DI DESA BENDI
KECAMATAN BUAY RAWAN OGAN KOMERING ULU SELATAN
PROVINSI SUMATERA SELATAN

2. Pengusul
a. Nama : Maura Dwi Utami
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIM : 03021281520133
d. Semester : VII (Tujuh)
e. Fak. / Jurusan : Teknik / Teknik Pertambangan
f. Institusi : Universitas Sriwijaya
g. Nomor Telepon : 0821-1630-8411
h. Alamat Email : maurad.maur@gmail.com

3. Lokasi Penelitian :
Desa Bendi Kecamatan Buay Rawan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Provinsi Sumatera Selatan

Palembang, September 2018

Pembimbing Proposal, Pengusul

Ir. Taufik Arief, M. S. Maura Dwi Utami


NIP. 196309091989031002 NIM. 03021281520133

Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya,

Dr. Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, S.T., M.T.


NIP. 196902091997032001
A. JUDUL
Kajian Teknis dan Ekonomi Rencana Penambangan Batuan Trass Dari Data
Hasil Eksplorasi Di Desa Bendi Kecamatan Buay Rawan Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan

B. LOKASI
Desa Bendi Kecamatan Buay Rawan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Provinsi Sumatera Selatan

C. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan.

D. LATAR BELAKANG
Dengan semakin pesatnya perkembangan populasi manusia, kebutuhan seluruh
sektor kehidupan juga dituntut untuk turut berkembang dengan pesat. Khususnya
di bidang pembangunan seperti infrastruktur mulai dari pembangunan jalan raya,
rumah sakit, dan lain-lain. Apalagi, di era pemerintahan Joko Widodo
pembangunan infrastruktur sedang gencar dilakukan guna meningkatan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Pembangunan ini tentunya tidak dapat berlangsung tanpa adanya semen.
Semen merupakan salah satu bahan vital untuk pembangunan karena fungsinya
sebagai penguat, perekat atau pelapis sebuah banguan yang hingga saat ini masih
masih belum ada yang bisa menggantikannya. Pembuatan semen dapat dilakukan
dengan menggabungkan beberapa mineral yaitu Silika (SiO2), Alumina (Al2O3)
dan mineral lainnya. Mineral-mineral ini biasa diperoleh dari bahan mentah
berupa batu gamping atau batu kapur, tanah liat, pasir silika, dan pasir besi. Selain
itu, mineral-mineral ini pun dapat diperoleh dari batuan tras.
Menurut PP No.27 tahun 1980, batu tras merupakan batuan bahan industri
yang termasuk kedalam golongan C. Hal ini menunjukan bahwa batuan tersebut
merupakan batuan berharga atau bernilai jual lebih dari batuan lainnya.
Pemanfaatan batu tras untuk pembuatan semen ini diharapkan dapat mengurangi
penggunaan batu gamping.
Muaradua diduga memiliki potensi endapan batu trass yang cukup banyak.
Untuk memastikan benar atau tidaknya dugaan potensi endapatan batu tras
tersebut perlu dilakukan eksplorasi.

E. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi endapan batuan tras di Desa Bendi Kecamatan Buay Rawan
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan?
2. Bagaimana kelayakan rencana penambangan batuan tras di Desa Bendi
Kecamatan Buay Rawan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi
Sumatera Selatan dari segi teknis dan ekonomi dari data hasil eksplorasi?

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kelayakan rencana penambangan
batuan tras Desa Bendi Kecamatan Buay Rawan Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan Provinsi Sumatera Selatan secara teknis dan ekonomi dengan berdasar
dari data eksplorasi yang dilakukan.

G. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kondisi endapan batuan tras di Desa Bendi Kecamatan Buay
Rawan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan
2. Mengetahui kelayakan rencana penambangan batuan tras di Desa Bendi
Kecamatan Buay Rawan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi
Sumatera Selatan secara teknis dan ekonomi dari data hasil eksplorasi

H. MANFAAT PENELITIAN
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan batu trass di Desa Bendi
Kecamatan Buay Rawan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi
Sumatera Selatan dapat diketahui kelayakannya secara teknis dan ekonomi untuk
ditambang juga dapat menarik para investor dan perusahaan-perusahaan terkait
untuk berinvestasi dan bekerja sama.
I. TINJAUAN PUSTAKA
1. Semen
Semen adalah suatu bahan yang dapat menjadi pengikat ketika bereaksi
dengan air. Semen dapat menjadi bahan pengikat dikarenakan sifat adhesive dan
cohesive nya. Semen dihasilkan dari pembakaran kapur dan bahan campuran
lainnya seperti pasir silika dan tanah liat pada suhu tinggi. Kandungan-kandungan
pada semen akan bereaksi dengan air menjadi bahan yang keras. Reaksi ini
dikenal sebagai reaksi hidrasi.
Semen dibagi menjadi dua yaitu semen hidrolik dan semen non-hidrolik.
Semen hidrolik adalah material yang menetap dan mengeras setelah
dikombinasikan dengan air. Kebanyakan konstruksi semen saat ini menggunakan
semen hidrolik dan kebanyakan yang digunakan adalah semen Portland. Semen
non-hidrolik meliputi material seperti batu kapur dan gipsum yang harus tetap
kering supaya bertambah kuat dan mempunyai komponen cair. Contohnya adukan
semen kapur yang ditetapkan hanya dengan pengeringan, dan bertambah kuat
secara lambat dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer untuk membentuk
kembali kalsium karbonat.
Ada beberapa jenis semen dan tipe semen yang berada di pasaran. Beberapa
jenis semen diatur dalam SNI, salah satunya adalah SNI 15-0302-2004 mengenai
semen portland pozolan (PPC = Portland pozzoland cement). Berdasarkan SNI
15-0302-2004, Semen Portland pozolan adalah suatu semen hidrolis yang terdiri
dari campuran yang homogen antara semen Portland dengan pozolan halus.
Semen ini dibuat dengan cara mencapur dan menggiling semen Portland bersama
bubuk pozolan dimana kadar pozolannya sebanyak 6%-40% dari massa semen
Portland pozolan.
Beberapa jenis dari semen portland dibuat dengan mengadakan variasi baik
dalam perbandingan unsur- unsur utamanya maupun dalam derajat kehalusannya.
Senyawa-senyawa tersebut diatas saling bereaksi di dalam tungku dan membentuk
senyawa kompleks dan biasanya masih terdapat kapur sisa karena tidak cukup
bereaksi sampai keseimbangan reaksi tercapai. Pada waktu pendinginan terjadi
proses pengkristalan dan yang tidak terkristal berbentuk amorf. Silikat dan
aluminat yang terkandung dalam semen portland jika bereaksi dengan air akan
menjadi perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi
membentuk media perekat ini disebut dengan hidrasi (Tjokrodimulyo, 1996).
Pozolan adalah suatu hasil alam yang mengandung silika atau senyawanya dan
alumina yang reaktif. Pozolan tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen tapi
jika material tersebut dihaluskan kemudian dicampur dengan serbuk kapur padam
dan air, material ini dapat mengeras pada suhu kamar dan membentuk suatu masa
yang padat dan sukar larut dalam air membentuk senyawa bersifat seperti semen
(Shreve, 1984). Pozolan digunakan sebagai bahan campuran semen Portland agar
semen bisa tahan terhadap air laut dam asam. Salah satu material yang dapat
dijadikan alternatif adalah tras.

2. Batu Tras
Kelompok Bahan Galian Industri yang berhubungan dengan batuan gunung
api. Kelompok Bahan Galian ini dibagi Menjadi Dua Kelompok yaitu sub
kelompok A yang merupakan bahan galian industri yang berkaitan dengan batu
gamping dan Sub kelompok B yang merupakan bahan galian industri yang
berkaitan dengan batuan sedimen lainnya.
Tras adalah batuan gunung api yang telah mengalami perubahan komposisi
kimia yang disebabkan oleh pelapukan dan pengaruh kondisi air bawah tanah.
Bahan galian ini berwarna putih kekuningan hingga putih kecoklatan, kompak dan
padu dan agak sulit digali dengan alat sederhana. (Anton, 2007).
Tras disebut pula sebagi pozolan alam. Tras disebut pozolan karena
mengandung cukup banyak silika amorf yang dapat larut di air/larutan asam dan
atau aluminat yang reaktif (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia,
1982). Tras banyak ditemukan didaerah aceh, smatera utara, sumatera barat,
jambi, bengkulu, lampung, jawa barat, Jawa tengah, jawa timur, bali, nusa
tenggara timut, nusa tenggara barat, sulawesi utara dan sulawesi selatan. Tras
yang terdapat di Indonesia berwarna kuning, merah muda, abu-abu (seperti
Gambar 1. dibawah ini) setelah digiling dan di ayak lalu diperdagangkan.
.

Gambar 1. Batuan Trass (sumber: google.com)

Tras termasuk salah satu bahan galian yang digunakan untuk bahan pembuat
semen alam (hydraulic cement). Tras temasuk dalam kelompok bahan galian
industri. Selain tras digunakan untuk bangunan sebagai semen alam, juga dapat
dijadikan bahan untuk pembuatan bata. Tras merupakan bahan galian yang mudah
sekali kontak dengan air, yang kemudian menjadi keras. Selain digunakan sebagai
pembuatan semen alam, trass juga dipakai sebagai bahan tambahan untuk
pembuatan semen Portland agar semen lebih tanah terhadap garam, sulfat, dan air
asam. Laju kenaikan kekuatannya lebih lambat dari beton normal dimana pada
umur 28 hari kuat tekannya lebih rendah namun setelah 90 hari kuat tekannya
dapat lebih tinggi dari beton normal.
Tras sejenis tuf (menurut kamus umum berarti semacam batu yang terdapat
pada gunung api), yang berwarna putih kekuning-kuningan dan telah mengalami
tingkat pelapukan lebih lanjut. Trass mengandung unsur silikat dan aluminat
dimana apabila unsur tersebut bereaksi dengan kapur bebas yang merupakan hasil
sampingan proses hidarsi antara semen dan air menjadi kalsium silikat hidrat
seperti Tobermorite.
Trass dapat dipakai sebagai bahan tambahan atau sebagai pengganti sebagian
semen portland. Bila dipakai sebagai pengganti semen portland, umumnya
berkisar antara 10 sampai 35 persen dari berat semen. Bahan tambahan ini dapat
membuat beton lebih tahan terhadap garam, sulfat, dan air asam. Laju kenaikan
kekuatannya lebih lambat dari pada beton normal dan pada umur 28 hari kuat
tekannya lebih rendah dari beton normal, namun setelah tiga bulan (90 hari) kuat
tekannya dapat sedikit lebih tinggi.
Bila dicampur dengan kapur dan air akan dapat mengeras menjadi massa yang
padat. Sifat mengeras ini antara lain disebabkan bereaksinya atau bersenyawanya
silikat dan aluminat yang terkandung dalam trass dengan kapur melalui
perantaraan air hidrat membentuk kalsium silikat. Sifat kereaktifannya terutama
terdapat pada butiran-butiran yang halus, maka kehalusan butiran akan
mempengaruhi kekuatan tekan.
Tras memiliki bahan penyusun kimia yaitu SiO2 (62,85%), Al2O3 (18,18%),
Fe2O3 (4,99%), MnO (0,06%), Na2O (1,86%) dan K2O (3,45%) (Hijhoff, 1970).
Oksida-oksida tersebut dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen
ketika bereaksi dengan air (Anton, 2007). Selain sebagai bahan pengikat tras juga
dapat ditinjau sebagai bahan pengisi dalam mortar karena sifat tras sendiri mudah
hancur dan memiliki ukuran butir yang menyerupai pasir.
Tras alam pada umumnya terbentuk dari batuan vulkanik yang banyak
mengandung feldspar dan silica, antara lain breksi andesit, granit, rhyolit, yang
telah mengalami pelapukan lanjut. Akibat proses pelapukan feldspar akan berubah
menjadi mineral lempung/ kaolin dan senyawa silika amorf. Makin lanjut tingkat
kelapukannya makin bagus kualitas tras tersebut.
Sebagai bahan banguna Tras mempunyai sifat – sifat yang khas, sifat tras yang
terpenting adalah apabila di campur dengan kapur padam ( kapur tohor ) dan air
akan mempunyai sifat seperti semen. Sifat ini disebabkan oleh Oksida silica (
SiO2) yang amorf dan oksida alumunia ( Al2O3 ) di dalam tras yang
menjadikannya bersifat asam.
Dengan pemanfaatan batu tras sebagai bahan pengikat dapat mengurangi
ketergantungan akan produksi semen. Trass sebagai bahan untuk campuran
adukan pasangan dan plesteran dinding harus memenuhi syarat. Persyaratan mutu
yang harus dipenuhi oleh trass dan semen merah dapat dilihat pada Tabel 1
dibawah ini.

Tabel 1. Persyaratan Mutu Trass dan Semen Merah (PUBI, 1982)

Syarat Mutu
No. Uraian / Sifat yang di Uji Mutu I Mutu II Mutu III
1. Kadar Air Bebas (%) <6 6-8 9 – 10
2. Kehalusan, sisa diatas
 Ayakan 2,5 (%) 0 0 0
 Ayakan 0,21 (%) <10 10 - 30 30 – 50

3. Waktu Pengikatan (%) 1 2 3


4. Kuat Tekan pada Umur 14 Hari (kg/cm2) 100 75 - 100 50 – 75
5. Kuat Tarik pada Umur 14 Hari (kg/cm2) 16 12 - 16 8 – 12

3. Eksplorasi
Menurut UU No.4 tahun 2009, Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang
lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan
galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
Menurut Dhadar (1980), eksplorasi bahan galian didefinisikan sebagai
penyelidikan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu keterangan mengenai
letak, sifat-sifat, bentuk, cadangan, mutu serta nilai ekonomis dari endapan bahan
galian.
Koesoemadinata (1995) berpendapat bahwa eksplorasi adalah suatu aktivitas
untuk mencari tahu keadaan suatu daerah, ruang ataupun realm yang sebelumnya
tidak diketahui keberadaannya, sedangkan istilah eksplorasi geologi adalah
mencari tahu tentang keadaan suatu objek geologi yang umumnya berupa cebakan
mineral.
Tujuan dari eksplorasi adalah untuk menemukan serta mendapatkan sejumlah
maksimum dari cebakan mineral ekonomis baru dengan biaya dan waktu
seminimal mungkin (Baily, 1968 dalam Koesoemadinata 1995).
Koesoemadinata (1995) menyebutkan bahwa untuk melakukan eksplorasi atau
pencarian suatu cebakan, seseorang yang bekerja di bidang eksplorasi ini harus
mempunyai bayangan tentang apa yang akan dicari, di daerah mana akan dicari
serta metoda dan sistem apa yang efektif digunakan, dengan kata lain harus
memiliki konsep. Konsep ini akan digunakan sebagai dasar suatu sistem
pencarian. Terakhir adalah menentukan metoda untuk melacak, sehingga secara
singkat konsep eksplorasi akan merumuskan strategi dan taktik serta program
kegiatan eksplorasi.
Dalam melakukan eksplorasi, ada 2 (dua) macam pendekatan, yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan modern/scientific. Pendekatan tradisional meliputi
prospeksi (pelacakan/penyisiran langsung terhadap obyek yang dicari) dan
eksplorasi (mencari tahu akan kelanjutan suatu singkapan dari obyek (endapan)
yang dicari secara lateral maupun ke dalam). Pendekatan modern/scientific
merupakan eksplorasi geologi yang merupakan pencarian suatu objek geologi
(endapan) secara ilmiah dan berencana.
Metoda/teknik eksplorasi tidak dapat digunakan tanpa suatu konsep eksplorasi.
Konsep eksplorasi menentukan sasaran eksplorasi sehingga pemakaian metoda
dan teknik ekplorasi dapat tepat guna, efektif dan efisien.
Berdasarkan draft Peraturan Pemerintah tentang Konservasi Bahan Galian
pasal 2b, eksplorasi penyelidikan geologi adalah untuk mengidentifikasi,
menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu
endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis/kajian
kemungkinan dilakukannya penambangan. Hal ini menunjukan bahwa eksplorasi
mineral bertujuan untuk mendapatkan dan mengetahui kualitas dan kuantitas
cebakan mineral sampai tingkat kepastian yang paling tinggi (Indarto dkk., 1999).
Tingkat kepastian kualitas dan kuantitas sumberdaya mineral atau disebut juga
Tingkat Keyakinan Geologi dalam Standarisasi Nasional Indonesia (SNI 13-4726-
1998) tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan, yaitu (dari terendah
sampai tertinggi):
a) Sumberdaya Mineral Hipotetik,
b) Sumberdaya Mineral Tereka,
c) Sumberdaya Mineral Terunjuk,
d) Sumberdaya Mineral Terukur,
e) Cadangan Terkira
f) Cadangan Terbukti.
Tingkat Keyakinan Geologi ditentukan oleh tahapan eksplorasi yang telah
dilakukan, penerapan metoda, sumberdaya manusia dan peralatan yang
digunakan. Konsep dan pentahapan eksplorasi bersifat dinamis, sesuai dengan
data awal yang dimiliki, perkembangan metoda, teori dan pemodelan geologi
empiris. Adapun tahapan eksplorasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Studi pendahuluan
Pada studi pendahuluan yang dilakukan persiapan lapangan sebelum menuju ke
tempat yang akan diselidiki. Dalam hal ini dilakukan pengumpulan data-data yang
dapat berupa literatur keadaan geologi regional maupun lokal daerah yang ingin di
eksplorasi, studi citra landsat / foto udara, data laboratorium yang mendukung,
eksplorasi geofisika maupun eksplorasi geokimia.
2. Survei tinjau
Tahap survei tinjau mulai dilakukan pembuatan peta geologi berskala kecil ( 1 :
100.000 – 1: 200.000), selain itu terkadang dilakukan pula pengambilan sampel
stream sediment dan survei aeromagnetic/airborne radiometric. Data yang
didapat pada survei tinjau masih bersifat umum, hasil yang didapat digunakan
untuk menentukan daerah tertentu yang dianggap memiliki prospek.
3. Prospeksi
Tahap prospeksi membutuhkan pembuatan peta geologi daerah prospek yang
lebih terperinci, peta yang diperlukan adalah berskala sekitar 1: 50.000 – 1 :
25.000. Pada tahap ini akan dikumpulkan data mengenai keadaan dan jenis
batuan, struktur, stratigrafi (dilakukan MS sepanjang lintasan tertentu) dan
pengumpulan sampel lapangan yang dilakukan secara lebih sistematik. Di tahap
ini juga umumnya dilakukan land atau aero magnetic/radioactivity, survei seismik
dan survei gravitasi, juga pengambilan sampel stream sediment. Seluruh data di
tahap ini akan digunakan untuk menentukan daerah sasaran.
4. Eksplorasi umum
Tahap eksplorasi umum dilakukan pada peta yang memiliki skala antara 1 :
10.000 – 1 : 5.000. Pemetaan yang dilakukan ditunjang pula dengan pekerjaan
pembuatan paritan (trench), pembuatan sumur uji (test pit), pengukuran geofisika
detail, pengambilan sampel geokimia detail (soil sampling dan hidrokimia) serta
pemboran dangkal. Data yang diharapkan dalam tahap eksplorasi ini adalah
mengetahui penyebaran lateral dan vertikal secara umum endapan mineral, juga
kualitas dan kuantitasnya.
5. Eksplorasi rinci/detail
Eksplorasi rinci dilakukan pada peta dengan skala 1 : 2.000 – 1: 200. Pada
tahap ini juga dilakukan pula pemetaan geologi detail bawah permukaan (studi
struktur geologi tubuh deposit) juga program pemboran dan pengambilan sampel
yang terperinci dan sistematis untuk estimasi cadangan terukur dan perencanaan
penambangan.
Pemilihan metoda eksplorasi yang akan digunakan harus sesuai dengan
petunjuk geologi yang diturunkan dari model geologi. Pemilihan metoda
eksplorasi yang dipakai harus disesuaikan dengan jenis dan sifat bahan galian
yang akan dicari untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan biaya, waktu dan
tenaga yang tersedia. Selain itu pemilihan metoda eksplorasi juga harus
menyesuaikan tingkat tahapan eksplorasi yang dilakukan. Metoda eksplorasi yang
biasa dilakukan dalam kegiatan eksplorasi bahan galian ada dua yaitu metoda
eksplorasi tidak langsung dan metoda eksplorasi langsung.
Eksplorasi langsung adalah metoda eksplorasi yang dilakukan pada
endapannya, baik permukaan (pemetaan geologi), maupun bawah permukaan (test
pitting, trencing & pemboran inti).
1. Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi endapan dilakukan untuk mendapatkan data geologi
endapan yang representatif mencakup aspek litologi, stratigrafi, struktur geologi,
pola alterasi dan mineralisasi, pola serta arah urat dan lain sebagainya. Pemetaan
geologi endapan umumnya dilakukan pada skala rinci (1 : 5000 – 1 : 200) untuk
mendapat gambaran detail kondisi geologi endapan.
2. Paritan Uji (Trencing)
Paritan uji dilakukan untuk mengetahui penyebaran vertikal dan horizontal
tubuh bijih. Dibuat pada lokasi yang menunjukkan adanya gejala mineralisasi dan
dibuat tegak lurus terhadap jurus tubuh bijih atau formasi serta memiliki
overburden yang tipis. Biasanya kedalaman yang efektif atau ekonomis berkisar
antara 2 – 2,25 m.
3. Sumur Uji (Test Pitting)
Sumur uji dilakukan untuk mengetahui perkembangan secara vertikal suatu
tubuh bijih serta ketebalannya. Metoda ini dipilih ketika endapan terlalu dalam
bila dibuat parit uji. Kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 meter, hal ini
tergantung pada kestabilan dinding, tubuh bijih, dan kemampuan
pekerja/peralatan.
4. Pemboran Inti
Teknik ini dilakukan pada tubuh bijih. untuk mengetahui kondisi bawah
permukaan dan penyebaran dari tubuh bijih. Dengan mengkorelasikan kolom-
kolom litologi dari titik-titik bor akan didapatkan gambaran penampang bawah
permukaan daerah mineralisasi.

4. Metode Penambangan
Metode penambangan yang biasa digunakan untuk menambang batu trass
merupakan metode yang cukup sederhana. Metode penambangan yang biasa
digunakan adalah metode tambang terbuka dengan menggunakan alat-alat
sederhana. Salah satu metode yang biasa digunakan untuk menambang bahan
galian industry adalah quarry mining.
Dimensi batuan yang diproduksi pada sistem penambangan quarry, pada
umumnya adalah mineral yang berbentuk prismatik pendek atau balok-balok yang
memiliki ukuran dan bentuk yang kasar. Quarry pada dasarnya sama dengan open
pit, namun yang membedakannya adalah material yang ditambang. Open pit pada
dasarnya merupakan tambang terbuka yang menambang mineral logam.
Sedangkan quarry pada dasarnya merupakan sistem penambangan terbuka yang
menambang mineral non logam atau batuan, contoh material yang biasanya
ditambang pada quarry yaitu : marmer, batu granit, dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Produk yang dihasilkan pada system quarry pada umumnya merupakan
dimensi batuan nonlogam (Barton, 1968). Pada umumnya, dimensi batuan granit,
marmer, batu gamping, batu pasir, batu ubin besar, dan slate yang diperkirakan
semakin lama semakin turun atau semakin susah untuk dipotong. Karena kesulitan
atau kendala dan biaya yang berasosiasi dengan proses pemotongan batuan,
quarry pada umumnya lebih mahal dibandingkan dengan metode lain di tambang
terbuka, dengan square set stoping, merupakan biaya terbesar dalam
penambangan. Quarry juga memiliki selektifitas yang tinggi, metode dalam skala
kecil, dengan produktifitas yang rendah.
Ada dua istilah yang dipakai pada cara penambangan secara kuari ini,
berdasarkan bentuk yang dihasilkan, yaitu :
1. Dimension stone, biasa pada penambangan batu mamer, dimana dipergunakan
gergaji atau dengan peledakan khusus, sehingga dihasilkan bongkah-bongkah
yang baik dan teratur. Produksinya sangat selektif dengan jumlah yang
terbatas. Pada metode penambangan ini muka dari jenjang (bench
face) adalah hampir vertikal.
2. Broken stone, cara penambangan guna menghasilkan batu pecah dan pada
umunya dilakukan dengan cara peledakan. Pada metoda penambangan ini,
muka dari jenjang (face bench) tidak pasti harus vertikal, tetap diusahakan.
Quarry adalah system tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang
endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri, antara lain:
penambangan batu gamping, marmer, granit, andesit dan sebagainya. Quarry
dapat menghasilkan material atau hasil tambang dalam bentuk loose/broken
materials ataupun dalam bentuk dimensional stones. Berdasarkan letak endapan
yang digali atau arah penambangan atau penggalian, secara garis besar quarry
dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Side hill type
Side Hill Type Quarry adalah system penambangan yang diterapkan untuk
menambang batuan atau endapan mineral industri yang letalnya di lereng bukit
atau endapannya berbentuk bukit. Berdasarkan jalan masuk (access road) ke front
penambangan, side hill type dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
1) Jalan masuk spiral
Cara ini diterapkan apabila seluruh lereng/bukit akan digali atau
ditambang.Penggalian dilakukan mulai dari bagian atas ke arah bawah. Jalan
masuk tipe ini diterapkan apabila seluruh lereng bukit kana digali dan arah
galiannya dimulai dari bagian atas kea rah bawah.
2) Jalan masuk langsung
Cara ini digunakan apabila hanya sebagian lereng saja yang akan
digali. Front kerjanya dibuat memanjang sepanjang lereng yang akan digali
dan jalan masuk dari salah satu sisinya atau dari depan (Straight Ramp)
2. Pit type/sub surface type
Pit type adalah sistem penambangan yang diretapkan untuk menambang
batuan atau endapan mineral industri yang terletak pada suatu daerah yang relatif
mendatar. Permuka kerja (front) di gali kearah bawah sehingga membentuk
cekungan (pit). Berdasarkan jalan masuk ke permuka kerja, pit type memiliki tiga
kemungkinan untuk membuatnya, yaitu:
1) Jalan masuk spiral
Apabila bentuk endapan yang akan ditambang kurang lebih bulat atau lonjong,
maka jalan masuk dan front penambangannya dibuat berbentuk spiral.
2) Jalan masuk langsung
Apabila bentuk endapan yang akan ditambang kurang lebih memanjang atau
persegi, maka jalan masuk ke front penambangan dibuat berbentuk langsung
dari salah satu sisi.
3) Jalan masuk zig zag
Sama halnya dengan jalan masuk langsung apabila bentuk endapan yang akan
ditambang kurang lebih memanjang atau persegi, maka jalan masuk ke front
penambangan dibuat berbentuk zig-zag dari salah satu sisi
Kelebihan penambangan dengan cara ini adalah :
1) Produksi Tinggi
2) Pemakaian bahan peledak leluasa dan efisien
3) Keadaan geologi dan kegiatan eksplorasi lebih mudah
4) Leluasa dalam pemilihan serta pemindahan alat
5) Kondisi kerja lebih baik, karena berhubungan langsung dengan udara bebas
6) Mudah Pengawasannya
Sementara kelemahan yang didapat jika menggunakan proses penambangan
ini adalah :
1) Meterial penutup harus dikupas dan dibuang sekaligus sebelum penambangan
dilakukan, berarti diperlukan modal yang besar untuk mengongkosi
pengupasan material penutup.
2) Membutuhkan waktu yang lama, karena harus mengupas lapisan pucuk dan
pengotor dan harus membuat jalan utama (Hauling) untuk transportasi alat
maupun lapisan penutup
3) Dengan peralatan yang ada pada saat sekarang ini keterbatasan kedalaman
lapisan batubara yang dapat ditambang.
4) Karena jalan masuknya miring, kalau pengemudi-pengemudi alat-alat angkut
kurang hati-hati karena ingin dapat premi produksi, maka hal ini akan dapat
menyebabkan kecelakaan, terutama pada jalan masuk yang berbentuk spiral.

5. Studi Kelayakan Tambang


Studi kelayakan selain merupakan salah satu kewajiban normatif yang harus
dipenuhi dan prasyarat untuk memperoleh IUP Operasi Produksi. Sesungguhnya
apabila dipahami secara benar, studi kelayakan merupakan dokumen penting yang
berguna bagi berbagai pihak, khususnya bagi pelaku usaha, pemerintah, dan
investor atau perbankan.
Dengan demikian, dokumen studi kelayakan bukan hanya seonggok tumpukan
kertas yang di dalamnya memuat konsep, perhitungan angka-angka dan gambar-
gambar semata, tetapi merupakan dokumen yang sangat berguna bagi manajemen
dalam mengambil keputusan strategik apakah rencana tambang tersebut layak
untuk dilanjutkan atau tidak.
Ruang lingkup dalam penyusunan studi kelayakan meliputi beberapa aspek
yaitu aspek teknis, K3, lingkungan, ekonomi, sosial, pasca tambang, dan aspek
lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan studi kelayakan adalah:
1) Kajian keadaan bahan galian/ cadangan
2) kajian geoteknik
3) kajuan geohidrologi
4) kajian penambangan
5) kajian pengolahan/pemurnian
6) kajian pengangkutan
7) kajian K3 dan lingkungan hidup
8) kajian pengembangan masyrakat
9) kajian pasca tambang
10) kajian ekonomi
Hal lain yang harus dipahami adalah, studi kelayakan bukan hanya mengkaji
secara teknis, atau membuat prediksi/ proyeksi ekonomis, juga mengkaji aspek
nonteknis lainnya, seperti aspek sosial, budaya, hukum, dan lingkungan. Studi
kelayakan selain berguna dalam mengambil keputusan jadi atau tidaknya rencana
usaha penambangan itu dijalankan, juga berguna pada saat kegiatan itu jadi
dilaksanakan, yaitu:
1) Dokumen studi kelayakan berfungsi sebagai acuan pelaksanaan kegiatan, baik
acuan kerja di lapangan, maupun acuan bagi staf manajemen di dalam kantor;
2) Berfungsi sebagai alat kontrol dan pengendalian berjalannya pekerjaan;
3) Sebagai landasan evaluasi kegiatan dalam mengukur prestasi pekerjaan,
sehingga apabila ditemukan kendala teknis ataupun nonteknis, dapat segera
ditanggulangi atau dicarikan jalan keluarnya;
4) Bagi pemerintah, dokumen studi kelayakan, merupakan pedoman dalam
melakukan pengawasan, baik yang menyangkut kontrol realisasi produksi,
kontrol keselamatan dan kesehatan kerja, kontrol pengendalian aspek
lingkungan, dan lain-lain.
Adapun aspek-aspek yang menjadi kajian dalam studi kelayakan adalah:
1. Aspek kajian teknis, meliputi:
Kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji,
parit uji, pemboran, kualitas endapan, dan jumlah cadangan serta kajian
pemilihan sistem pengolahan bahan galian Hasil kajian data-data eksplorasi
tersebut, sebagai data teknis dalam menentukan pilihan sistem penambangan,
apakah tambang terbuka, tambang bawah tanah, atau campuran. Dalam
perencanaan sistem penambangan dilakukan juga kajian aspek teknis lainnya,
meliputi:
1) Kajian geoteknik dan hidrologi;
2) Kajian pemilihan jenis dan kapasitas slat produksi;
3) Proyeksi produksi tambang dan umur tambang;
4) Jadwal penambangan, berkaitan dengan sistem shift kerja;
5) Tata letak sarana utama dan sarana penunjang; Penyediaan infrastuktur
tambang, meliputi pembuatan kantor, perumahan, jalan, dan lain-lain,
2. Aspek kajian non-teknis, meliputi:
1) Kajian peraturan perundang-undangan
Terkait aspek ketenagakerjaan, aturan K3, sistem perpajakan dan retribusi,
aturan administrasi pelaporan kegiatan tambang, dan lain-lain;
2) Kajian Sosial
Terkait aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, meliputi
kajian aspek hukum adat yang berlaku, pola perilaku dan kebiasaan
masyarakat setempat.
3) Kajian Pasar
Berkaitan dengan supply and demand, dapat dianalisis dari karakteristik pasar,
potensi, dan pesaing pasar (melalui analisis terhadap kebutuhan pasar dan
supply yang telah berjalan, maupun dari analisis substitusi produk). Selain itu
hal yang paling penting adalah karakteristik dan standarisasi produk di
pasaran.
4) Kajian kelayakan ekonomis
Perhitungan tentang kelayakan ekonomis, berupa estimasi-estimasi dengan
mempergunakan beberapa metode pendekatan. Secara umum, metode
pendekatan dimaksud biasanya melalui analisis Net Present Value (NPV),
Benefit Cos Ratio (BCR), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return
(IRR), dan Payback Period.
5) Kajian kelayakan lingkungan (AMDAL dan UKL-UPL)
Kajian lingkungan untuk industri pertambangan merupakan kegiatan yang
wajib AMDAL, karena baik dari sisi intensitas, ruang lingkup kegiatan,
maupun dari sisi operasional dan pengolahan bahan galian merupakan
kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan dampak serius terhadap
lingkungan.
6. Kajian Ekonomi
Beberapa kajian teknis ada yang menjadi parameter dasar untuk melandasi
nilai-nilai investasi dari sebuah proyek untuk mengkaji kelayakannya secara
ekonomi, yaitu:
1) Jumlah cadangan bahan galian dari data eksplorasi
2) Rencana produksi bahan galian dan umur tambang
3) Jenis dan jumlah peralatan yang dibutuhkan untuk operasi penambangan
4) Jenis dan jumlah peralatan pendukung jika dibutuhkan
5) Infrastruktur dalam dan luar tambang
6) Harga jual dari bahan galian
Suatu rencana penambangan dikatakan layak secara ekonomis bila keuntungan
yang didapat lebih besar dari modal. Dengan kata lain, proyeksi pendapatan yang
akan didapat dari penjualan seluruh cadangan harus lebih besar dari perkiraan
modal yang harus dikeluarkan.
1. Perhitungan proyeksi pendapatan (revenue)
Perhitungan proyeksi pendapatan (revenue) adalah perkiraan dana yang masuk
atau diterima oleh perusahaan sebagai hasil dari penjualan produksi endapan
bahan galian yang dihasilkan sesuai dengan rencana produksi dan harga yang
diperkirakan.
2. Perhitungan dan analisa biaya (modal)
A. Biaya kapital
Biaya kapital dalam industri pertambangan didefinisikan sebagai biaya yang
diperlukan pada saat awal proyek sampai dapat dicapainya tahapan produksi.
Biaya kapital terdiri dari dua komponen, yaitu:
1) Modal tetap (capital cost)
Modal tetap adalah segala biaya yang akan dikeluarkan pada saat proyek baru
dimulai. Misalnya: pengembangan, biaya eksplorasi, fasilitas penunjang, biaya
konstruksi, dll.
2) Modal kerja (working capital)
Modal kerja adalah sejumlah uang diluar modal tetap yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan atau operasi sehari–hari pada saat proyek sudah
dimulai. Perhitungan modal kerja (working capital) dapat berdasarkan atas 10
– 20% dari modal tetap.
B. Biaya operasi produksi (production cost)
Biaya operasi adalah segala macam biaya yang harus dikeluarkan agar proyek
penambangan daoat beroperasi atau sesuai dengan modal awal perusahaan
(budget). Besar atau kecilnya biaya operasi penambangan tergantung pada
perancangan teknis sistem penambangan, jenis dan jumlah pemilihan alat yang
digunakan sesuai dengan target produksi yang direncanakan. Biaya operasi secara
umum dibagi menjadi tiga komponen biaya, yaitu:
1) Biaya operasi tetap
Biaya operasi tetap adalah biaya operasi yang dikeluarkan dengan jumlah dan
waktu yang tetap tiap tahunnya. Seperti biaya listrik, air, gaji pegawai, dll.
2) Biaya operasi tidak tetap
Biaya operasi tidak tetap adalah biaya operasai yang tidak dikeluarkan dalam
jumlah dan waktu yang tetap akan tetapi biasanya biaya ini dikeluarkan dalam
keadaan-keadaan tertentu dan dalam jumlah yang tidak tetap. Seperti asuransi
kecelakaan kerja, perawatan alat-alat produksi, pengiriman bahan galian, dll.
3) Biaya investasi
Perhitungan biaya investasi adalah meliputi dana yang dikeluarkan oleh
perusahaan sebagai akibat realisasi kegiatan dalam masa pra penambangan
yang mencakup kegiatan studi eksplorasi, studi kelayakan, studi AMDAL,
biaya pembebasan lahan, biaya persiapan pengembangan daerah
(development), biaya konstruksi infrastruktur baru, pembelian atau pengadaan
peralatan, dan lain–lain sampai kegiatan proyek penambangan tersebut siap
dilakukan.
3. Pembuatan aliran kas (cash flow)
Aliran kas (cash flow) adalah aliran pemasukan dan pengeluaran uang yang
terjadi selama periode operasi (Stermole & Stermole, 1987). Analisis aliran kas
penting dilakukan untuk mengetahui potensi pendapatan pada masa sekarang dan
pada masa yang akan datang bila dilakukan penambangan terhadap suatu deposit
mineral. Analisis aliran kas tahunan memerlukan pertimbangan–pertimbangan,
yakni:
1) Jumlah tonase yang ditambang pertahun dan kadar yang akan diproduksi
2) Pembayaran royalti terhadap pendapatan harga jual tiap tahun
3) Biaya produksi tahunan
4) Pajak penghasilan perusahaan
Pertimbangan–pertimbangan tersebut harus dilakukan mengingat adanya
perbedaan karakteristik industri pertambangan dengan industri lainnya. Maka
seorang analisis investasi harus dapat mengakomodasi perbedaan tersebut
sehingga dapat melakukan analisis suatu investasi pertambangan dengan benar.
Beberapa perbedaan dalam analisis aliran kas tersebut diantaranya, yaitu:
1) Mengestimasikan pendapatan
2) Memperkirakan tingkat resiko usaha
3) Memperkirakan biaya operasi
4) Adanya konsep royalti, dan sebagainya.
Perhitungan aliran kas dilakukan untuk menganalisis investasi selama umur
proyek dengan dasar hitungan per tahun. Perhitungan dilakukan dengan
mempertimbangkan aliran masuk tahunan dan aliran keluar tahunan. Aliran kas
investasi dapat bernilai positif atau negatif. Aliran kas untuk perusahaan tambang
umumnya akan bernilai negatif selama beberapa tahun di awal proyek (masa pra
produksi) dan akan bernilai positif pada masa produksi. Besarnya pun akan
bervariasi tergantung pada jumlah produksi, harga bahan tambang, pasar dan
situasi politik atau ekonomi. Sedangkan pada akhir masa produksi, aliran kas
cenderung menurun sesuai dengan berkurangnya cadangan dan produksi, bahkan
bisa pula negatif karena harus mengeluarkan biaya reklamasi, biaya penutupan
tambang atau biaya sosial lainnya.
4. Depresiasi
Depresiasi dan amortisasi tidak termasuk kedalam pengeluaran kas tetapi
hanyalah suatu metode perhitungan akuntansi yang bermasuksud untuk
membebankan biaya perolehan aset berwujud dan aset tidak berwujud dengan
mendistribusikan selama periode tertentu, dimana aset tersebut masih
berfungsi. Menurut peraturan, depresiasi dan amortisasi dianggap sebagai suatu
pengeluaran yang dapat dipotong dari bagian yang akan dikenakan pajak.
Untuk itu, maka perlu diupayakan untuk mendepresiasikan dan
mengamortisasikan aset dalam periode sesingkat mungkin dan diizinkan oleh
peraturan yang ada. Dengan upaya itu, maka diharapkan mengurangi jumlah
pajak yang harus dibayar pada tahun–tahun awal operasi, sehingga dapat
meningkatkan aliran kas masuk dan mempercepat pengembalian aset
(recovery). Sebelum perhitungan depresiasi dilakukan, hal yang harus
diperhatikan adalah:
1) Biaya asset yang akan dihitung nilai depresiasinya
2) Menentukan umur pakai ekonomis dari asset yang akan didepresiasikan
(recovery period)
3) Memperkirakan nilai sisa alat (salvage value)
4) Kecepatan atau laju depresiasi
5) Menentukan metode perhitungan depresiasi
Dalam metode depresiasi garis lurus, bila nilai sisa dianggap nol, maka
depresiasi per tahun dari suatu asset dirumuskan dalam persamaan 1 dibawah
ini

1
𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 = (𝑐𝑜𝑠𝑡) 𝑥 ................................................................. (1)
𝑛 (𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)

Perhitungan depresiasi diterapkan untuk aset yang nyata secara fisik


(tangible) sedangkan untuk aset yang tidak nyata (intangible) perhitungannya
menggunakan konsep amortisasi.
Beberapa aset yang diamortisasikan diantaranya seperti hak cipta, hak paten
atau hak franchise. Persyaratan aset yang dapat didepresiasikan adalah:
1) Aset tersebut digunakan untuk kegiatan produksi yang dapat menghasilkan
pendapatan;
2) Umur aset dapat ditentukan dan berumur lebih dari 1 tahun;
3) Aset tersebut mengalami penurunan nilai (rusak, unjuk kerja menurun, dan
akibat yang lainnya);
4) Aset dapat digantikan.
5. Amortisasi
Amortisasi adalah suatu insentif yang diberikan oleh pemerintah kepada
pengusaha akibat investasi yang dilakukan oleh pengusaha. Dampak dari adanya
amortisasi dalam aliran kas adalah akan mengurangi besar pendapatan yang
terkena pajak. Jenis investasi yang dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan
amortisasi adalah investasi yang tidak berkaitan dengan produksi secara langsung
tetapi dianggap perlu oleh pemerintah, seperti AMDAL, UKL – UPL, biaya ganti
rugi lahan, biaya perijinan, dll.
6. Kriteria penilaian
A. Net Present Value (NPV)
Analisis net value didasarkan pada perbedaan antara net revenue (inflow) dan
net cost (outflow) selama umur proyek pada tingkat laju pengembalian modal
minimum (i*). Net adalah penjumlahan keseluruhan komponen–komponen inflow
atau outflow.
Net present value (NPV) adalah sejumlah uang pada saat sekarang (awal
proyek, t = 0) yang ekivalen nilainya dengan uang sepanjang di masa depan
(selama umur tambang) pada laju pengembalian modal tertentu (i tertentu).
Kriteria NPV didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas (cash
flow) ke nilai sekarang (present value). Dengan mendiskontokan semua aliran kas
masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow) selama umur proyek
(investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung nilai sekarang bersih dengan
memakai dasar yang sama, yaitu harga saat ini. Dengan demikian dalam kriteria
penilai NPV memperhatikan dua hal sekaligus, yaitu faktor nilai waktu dari uang
dan selisih besarnya aliran kas masuk dan keluar kas. Dengan kata lain NPV dapat
menunjukkan jumlah (lumpsum) dengan arus diskonto tertentu dan memberikan
berapa besar uang pada saat ini.
Pada aliran kas proyek investasi penambangan bahan galian, untuk
memperhitungkan NPV yang akan dikaji yaitu meliputi seluruh aspek penerimaan
kas dan seluruh aspek pengeluaran kas. Seperti dalam persamaan 2 berikut.
1
𝑁𝑃𝑉 = ...................................................................... (2)
(1+𝑖)𝑛 𝑥 𝑛𝑒𝑡 𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑓𝑙𝑜𝑤

Keterangan:
NPV = Nilai sekarang bersih
Net cash flow = Aliran kas masuk tahun ke-n
n = Tahun aliran kas
i = Bunga
Dengan menggunakan kriteria penilaian NPV dalam analisis finansial ini akan
diperoleh beberapa kelebihan, yaitu:
1) Telah memasukkan faktor nilai waktu dari uang:
2) Telah mempertimbangkan semua aspek aliran kas proyek;
3) Dilakukan perhitungan besaran absolut (bukan relatif).
Apabila harga NPV positif (NPV > 0), hal ini menunjukkan bahwa investasi
menguntungkan dan juga sebaliknya apabila harga NPV negatif (NPV < 0), maka
hal ini menunjukkan bahwa investasi tidak menguntungkan.
B. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) merupakan kriteria penilaian lain yang digunakan
dalam analisis finansial dengan tujuan untuk menjelaskan apakah rencana proyek
investasi penambangan yang dilakukan cukup menarik bila dilihat dari laju
pengembalian yang telah ditentukan. Laju pengembalian internal adalah laju
pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran
kas keluar.
Pada metoda NPV, analisis dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu
besarnya laju pengembalian (diskonto/i), kemudian dihitung nilai sekarang bersih
(NPV) dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Besarnya IRR atau laju
pengembalian (diskonto/i) yang dicari adalah yang memberikan kondisi NPV = 0.
Perhitungan secara matematis adalah sebagai berikut:

𝑛 𝑛
(𝐶)𝑡 (𝐶𝑜)𝑡
∑ =∑ ............................................................. (3)
𝑡=0 (1+𝑖)𝑡 𝑡=0 (1+𝑖)
𝑡
Keterangan:
(C)n = Aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)n = Aliran kas keluar tahun ke-t
i = arus pengembalian (diskonto)
n = umur investasi
t = tahun
Dalam menganalisis investasi dengan IRR ini ditentukan aturan sebagai
berikut:
1) IRR > (lebih besar) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan (required
rate of return - ROR), maka proyek investasi diterima;
2) IRR < (lebih kecil) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan (required
rate of return - ROR), maka proyek investasi ditolak.
C. Paybeck Period (Periode pengembalian)
Payback Periode menunjukkan berapa lama (tahun) suatu investasi akan bisa
kembali. Payback periode menunjukkan perbandingan antara initial investment
dengan aliran kas tahunan, dengan rumus umum:

𝑛+𝑎+𝑏 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑃𝐵𝑃 = ................................................................... (4)
𝑐−𝑏

Keterangan:
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula
b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n+1
D. Analisis sensitivitas
Teknik yang digunakan untuk menganalisis pengaruh suatu variabel atau
parameter terhadap suatu kesimpulan / keputusan semula adalah analisa
sensitivitas. Dalam analisa kepekaan akan dikaji sejauh mana perubahan
parameter biaya produksi, harga jual produk yang akan berpengaruh terhadap
penilaian kelayakan yang akan dilakukan.
Dalam hal ini akan dievaluasi sensitivitas atau tidaknya penilaian kelayakan
yang sudah diputuskan terhadap perubahan–perubahan pada parameter– parameter
tersebut. Oleh sebab itu perkiraan yang tepat terhadap ketidakpastian kondisi
masa depan akan didapatkan suatu arah pengambilan keputusan yang benar untuk
kelangsungan rencana penambangan. Analisis sensitivitas merupakan suatu
analisis untuk dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang
berubah–ubah.
Tujuan dari analisis sensitivitas adalah sebagai berikut:
1) Menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan
investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau
manfaat;
2) Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya
didasarkan pada proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yg
akan terjadi di waktu yang akan datang;
3) Analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan
terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan
atau ketidaktepatan dalam perhitungan.
4) Menilai apa yang terjadi dari perubahan harga jual, discount rate, biaya
produksi dan kapital pabrik

J. PENELITIAN TERDAHULU
Oktalia,R. et al. (2017) dalam penelitiannya mengenai Analisis Investasi dan
Kelayakan Ekonomi Tambang Andesit PT Puspa Jaya Madiri Desa Mekarsari,
Kecamatan Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Analisis
Discounted Cash Flow (DCF) merupakan analisis yang berhubungan dengan
investasi yang memperhitungkan nilai waktu dari uang dan discount rate yang
dihitung dengan metode Weighted Average Cost of Capital yaitu 11,4%.
Berdasarkan hasil pengkajian analisis DCF didapat nilai Net Present Value yaitu
Rp. 68.936.714.184 Internal Rate of Return yaitu 77,1%, dengan Payback Period
yaitu 1 tahun 6 bulan, maka proyek ini layak untuk dijalankan. Kemudian
dilakukan Analisis sensitivitas untuk mengevaluasi dampak dari ketidakpastian
investasi dengan menentukan tingkat profitabilitas yang akan bervariasi akibat
perubahan parameter sensitivitas. Parameter investasi yang menjadi parameter
sensitivitas pada penelitian ini yaitu biaya produksi dan harga jual. Penilaian
sensitivitas terhadap nilai NPV akibat perubahan harga jual dan biaya produksi di
PT Puspa Jaya Madiri dengan asumsi eskalasi pendapatan dan eskalasi biaya
sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, 12% dan 14%, 16%, 18%, 20%, 22%, 24%, 26%,
28%, 30%, 32%, 34%, dan 36% sehingga nilai Net Present Value yang dihasilkan
dapat menunjukan seberapa sensitif nilai yang didapatkan dari parameter biaya
produksi dan harga jual. Ketika harga jual menurun diatas 10% dan biaya
produksi naik diatas 26%, maka proyek ini akan rugi.
Sudiyanto, A. et al. (2011) dalam penelitiannya mengenai analisis kelayakan
ekonomi terhadap rencana penambangan bijih mangan di daerah Karangsari
Kabupaten Kulonprogo ini perlu dilakukan agar investor dapat mengetahui
kemampulabaan yang akan didapat dalam berbagai kondisi, seperti terjadinya
perubahan harga jual, perubahan besarnya investasi total, dan perubahan biaya
operasional. Investasi total untuk membiayai rencana penambangan bijih mangan
untuk industri baterai kering, industri besi-baja, dan industri kimia tersebut adalah
Rp21.706.900.219,- yang terdiri dari modal tetap sebesar Rp19.535.992.000,-
modal kerja sebesar Rp 2.065.908.219,dan jaminan reklamasi Rp105.000.000,-.
Ada tiga alternatif struktur modal yang digunakan, yaitu 100% modal sendiri,
70% modal sendiri dan 30% pinjaman, dan 60% modal sendiri dan 40% pinjaman.
Tingkat bunga kredit dari Bank yaitu 12%. Metode analisis yang digunakan
adalah Net Present Value (NPV), Discounted Cash Flow Rate of Return
(DCFROR), dan Pay Back Period (PBP). Dari hasil analisis kelayakan ekonomi
tersebut, rencana penambangan bijih mangan layak dipertimbangkan.

K. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan bahan-bahan pustaka berupa
teori-teori yang menunjang untuk penelitian.
2. Pengambilan Data
Data-data yang dibutuhkan untuk menyusun laporan ini berupa :
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan meliputi data eksplorasi, dll
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur dan referensi yang
berkaitan sebagai data pelengkap yang diperoleh dari instansi terkait,
perpustakaan, dan informasi-informasi lainnya yang berkaitan. Data-data
yang dibutuhkan seperti data suku bunga, depresiasi, dll
3. Pengolahan Data
4. Analisa Data
Merupakan analisis terhadap data yang diperoleh dari pengolahan data
sehingga didapatkan hasil dari penelitian.
5. Kesimpulan dan Saran
Hasil dari analisa data dapat ditarik menjadi kesimpulan yang menjadi
jawaban atas perumusan masalah yang dibuat.

Data Eksplorasi

 Jumlah Cadangan
 Kualitas Cadangan

 Metode Penambangan
 Rencana produksi
 Umur Tambang
 Proyeksi Pendapatan
 Modal dan Biaya
 Depresiasi
 Amortisasi

 Net Present Value (NPV)


 Internal Rate of Return
(IRR)
 Payback Period (PBP)
 Analisis kepekaan

Layak/Tidak

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian


K. WAKTU DAN JADWAL PELAKSANAAN TUGAS AKHIR
Waktu pelaksanaan Tugas Akhir yang Pemohon usulkan adalah dimulai sejak
tanggal September 2018 sampai dengan November 2018 Adapun jadwal
pelaksanaan Tugas Akhir yang Pemohon usulkan dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:

No Kegiatan Minggu Minggu Minggu


1-2 3-6 7-9
1 Orientasi Lapangan
2 Pengamatan dan Observasi
3 Pengambilan dan Pengumpulan Data
4 Pengolahan dan Analisa Data
5 Pembuatan dan Penyusunan Laporan

L. PENUTUP
Demikian proposal Tugas Akhir ini Pemohon buat untuk menggambarkan
tujuan dilakukan studi Tugas Akhir ini. Besar harapan Pemohon untuk dapat
melaksanakan Tugas Akhir ini dan membantu mencari pemecahan masalah
mengenai Kajian Tekni dan Ekonomi Rencana Penambangan Batuan Trass Dari
Data Hasil Eksplorasi Di Desa Bendi Kecamatan Buay Rawan Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
selalu melimpahkan rahmat dan petunjuknya kepada kita semua. Atas bantuan dan
perhatiannya Pemohon ucapkan terima kasih.

M. DAFTAR PUSTAKA
Barton, W.R.,1968. Dimension stone. U.S. Bureau of Mines Information
Circular 8391:147
Dhadar, J. R., 1980. Eksplorasi bahan galian, Penerbit G.S.B., Bandung.
Hijhof, M. 1970. “The Geology of Indonesia Vol II Economic Geology”. RW
Van Brmmelen: Netherland
Indarto, S., et al. 1999. Sistematika teknik eksplorasi mineral logam primer
emas dan logam dasar di daerah kepulauan Indonesia. Prosiding Seminar
Nasional 40 tahun Jurusan Teknik Geologi UGM: 66-70
Indrawati, V. and Manaf, A., 2008. Mechanical Strength of Trass as
Supplementary Cementing Material. Journal of Physical Science,
19(2):51–59
Koesoemadinata, R., 1995. Kuliah tamu yang diadakan di Jurusan Geologi,
Fakultas Teknologi Mineral, ITB, Bandung, untuk kalangan terbatas.
Oktalia, R. et al., 2017. Analisis Investasi dan Kelayakan Ekonomi Tambang
Andesit PT Puspa Jaya Madiri Desa Mekarsari, Kecamatan Cikalong
Kulon Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Prosiding Teknik
Pertambangan, 3(2)
Pamuji, A.L. 2007. Pengaruh Penambahan Tras Muria Sebagai Bahan Ikat
Tambahan pada Pembuatan Paving Block Ditinjau Terhadap Nilai Kuat
Tekan, Ketahanan Aus dan Serapan Air. Tugas Akhir. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Shreve, R. N., et al. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries. New York:
MeGraw Hill Book Co.
Tjokrodimuljo, K. 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta: NAFIRI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maura Dwi Utami


Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung / 12 Juli 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : S1 Program Sarjana Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya
IPK : 3, 31 (semester 6)
Nomor HP : 082116308411
Alamat : Jl. Pasir Subur No.31 Bandung Jawa Barat

Riwayat Pendidikan
Tahun
Jenjang Pendidikan Tahun Lulus Nama Lembaga
Masuk
SD 2004 2009 SD Negeri Banjarsari Kota Bandung
SMP 2009 2012 SMP Negeri 5 Kota Bandung
SMA 2012 2015 SMA Negeri 11 Kota Bandung
Teknik Pertambangan Universitas
S1 2015 -
Sriwijaya

Riwayat Organisasi
Nama Organisasi Jabatan Tahun
PRAMUKA Anggota 2010-2012
KKR (KADER KESEHATAN REMAJA) Ketua Umum 2014-2015
HIMA BAJAJ (HIMPUNAN Anggota 2015-2018
MAHASISWA BANTEN, JAKARTA,
JAWA DAN SEKITARNYA)
PERHAPI Bendahara Umum 2017-2018

Anda mungkin juga menyukai