Jawa
Timur serta Rekomendasi Pemanfaatannya
GALIH F FITONO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
Pasir kuarsa merupakan salah satu bahan galian industri yang tersusun atas
mineral-mineral silika (SiO2). Bahan galian ini juga dikenal dengan sebutan pasir putih,
merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral seperti kuarsa dan
feldspar serta beberapa kandungan litik. Warna putih dari pasir tersebut dihasilkan dari
komposisi SiO2 yang dominan. Silika atau kuarsa tersebut mempunyai kekerasan 7
(skala mohs), berat jenis 2,65 gr/cm3, bentuk kristal heksagonal, dan lain-lain (Suhala
Dalam dunia industri pasir kuarsa memegang peranan cukup penting, baik
sebagai bahan baku utama maupun sebagai bahan baku tambahan. Sebagai bahan baku
utama, pasir kuarsa digunakan untuk industri gelas dan kaca, industri semen, lantai,
keramik, bahan baku fero-silicon, silicon carbide, bahan abrasif (ampelas dan sand
industri perminyakan dan pertambangan, bahan tahan api, dan industri lainnya (Suhala
Pada era 80-an, industri hilir pemakai pasir kuarsa tumbuh dan berkembang
dengan pesat. Pada tahun 1981-1993, Biro Pusat Statistik memperoleh data bahwa
konsumsi pasir kuarsa meningkat sekitar 24,70% per tahun (Suhala dan Arifin, 1997).
Sementara itu, hasil survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral
Karakteristik dan Genesa Pasir Kuarsa di Desa Belikanget, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban,
Jawa
Timur serta Rekomendasi Pemanfaatannya
GALIH F FITONO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dalam kurun waktu yang sama, produksi pasir kuarsa meningkat sekitar 28,30% per
tahun. Salah satu penyebab naiknya produksi ini adalah ketersediaan pasokan pasir
Persebaran pasir ini cukup merata di Indonesia, dari bagian barat ke bagian
timur Indonesia. Dari Pulau Sumatera hingga Pulau Sulawesi persebaran cukup
melimpah. Akan tetapi, cadangan terbesar ada di Provinsi Sumatera Barat dan
Kalimantan Barat, namun yang telah diketahui bahwa kualitas terbaik terdapat di Pulau
sebagian besarnya digunakan untuk industri semen, keramik, dan lain-lain serta
sebagian besar ada yang diekspor ke berbagai negara seperti Singapura, Korea, Jepang,
Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui karakteristik pasir kuarsa yang
meliputi tekstur, struktur, dan komposisi. Dari karakteristik tersebut nantinya dapat
ditentukan bagaimana proses dan tempat terbentuknya pasir kuarsa tersebut. Selain itu,
bidang industri.
Masalah yang akan menjadi bahasan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Karakteristik dan Genesa Pasir Kuarsa di Desa Belikanget, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban,
Jawa
Timur serta Rekomendasi Pemanfaatannya
GALIH F FITONO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
berikut:
industri khususnya pasir kuarsa dalam hal ini dengan menggunakan beberapa
metode.
Karakteristik dan Genesa Pasir Kuarsa di Desa Belikanget, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban,
Jawa
Timur serta Rekomendasi Pemanfaatannya
GALIH F FITONO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Bancar, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Daerah penelitian berada pada Peta Rupa
Bumi Digital Indonesia lembar Bancar 1509 – 223 dengan koordinat UTM 9244900-
Perjalanan menuju daerah pemetaan dapat ditempuh selama kurang lebih 8 jam
dari Yogyakarta. Kemudian area kavling penelitian dapat ditempuh kurang lebih 50
menit dengan motor dari rumah singgah. Jarak dari rumah singgah ke area kavling
Gambar 1.1. Lokasi Penelitian (titik warna merah) (skala tidak sebenarnya) (Bakosurtanal,
1995)
Karakteristik dan Genesa Pasir Kuarsa di Desa Belikanget, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban,
Jawa
Timur serta Rekomendasi Pemanfaatannya
GALIH F FITONO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
sebagai berikut:
3. Manfaat atau penggunaan akhir dari pasir kuarsa daerah penelitian berdasarkan
karakteristik geokimianya.
Pada kala Miosen Tengah, terjadi fasa regresi disebabkan karena adanya suatu
pengangkatan yang meliputi daerah yang luas di Indonesia. Pada Miosen Tengah
Pringgoprawiro, 1983).
pembentukan batupasir Formasi Ngrayong pada kala Miosen Tengah adalah dari utara
ke selatan. Pada kala tersebut, sebagian basement yang terdiri dari gneis, sekis, dan
Ngrayong apabila dilihat dari skala 1:100.000. Di dalam Formasi Ngrayong tersebut
batulempung.
Daerah yang dipengaruhi oleh pengangkatan pada kala Miosen Tengah akan
kuarsa dengan sisipan-sisipan lapisan batubara dan gipsum yang dalam hal ini
membentuk Formasi Ngrayong. Formasi ini diendapkan pada lingkungan fluvial (non-
marine), daerah pasang surut sampai neritik tengah. Batupasir mendominasi formasi
lapisan batubara tipis atau batulempung karbonan (Kadar dan Sudijono, 1994).
sekitarnya teramati adanya endapan delta yang merupakan progradasi pasir kuarsa
Formasi Ngrayong ke arah selatan. Formasi Ngrayong diendapkan secara selaras dan
Hampir 50% kuarsa pada batupasir Formasi Ngrayong berasal dari batuan
metamorf. Salah satu cirinya adalah mempunyai struktur polikristalin dan batas kristal
Arah sedimentasi
pembentukan batupasir Mengetahui asal mula
2 Datun (1982) Formasi Ngrayong dan basement dari tatanan
munculnya basement ke tektoniknya.
permukaan.
Anggota Formasi
Ngrayong pada skala
Hanya menitikberatkan
Situmorang 1:100.000 diantaranya
3 pada pasir kuarsa dengan
dkk. (1992) batupasir kuarsa
skala 1:25.000.
berselingan batugamping
dan batulempung.
Batupasir mendominasi
Formasi Ngrayong dengan
Mengetahui karakteristik
Kadar dan sisipan-sisipan
4 pasir kuarsa di dalam
Sudijono (1994) batulempung dan
Formasi Ngrayong.
batugamping serta
dijumpai batubara tipis.
Hanya mengetahui
Teramati adanya endapan
Djuhaeni dan lingkungan pengendapan
5 delta progradasi pasir
Nugroho (2002) pasir kuarsa dikaitkan
kuarsa ke arah selatan.
dengan tatanan tektonik.
Karakteristik dan Genesa Pasir Kuarsa di Desa Belikanget, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban,
Jawa
Timur serta Rekomendasi Pemanfaatannya
GALIH F FITONO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
penelitian sebelumnya difokuskan pada Formasi Ngrayong secara umum dan beberapa
penjelasan singkat mengenai lingkungan pengendapan dan ciri umum saja. Oleh karena
itu, penelitian mengenai karakteristik secara khusus, genesa, dan juga pemanfaatannya