Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

PERPETAAN
TAPPING KOMPAS

OLEH :

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi dengan mempergunakan
skala tertentu dan digambarkan pada bidang horizontal dengan mempergunakan
proyeksi tertentu, gambaran penampakan tersebut diberikan simbol-simbol dan tulisan-
tulisan sebagai keterangan simbol-simbol tersebut. Dalam kaitannya dengan laporan
ini, mahasiswa diharapkan dapat membuat peta tofografi. Pembuatan peta suatu daerah
dan lingkungan sekitar tentu membutuhkan data-data yang akurat.Sumber data tersebut
adalah lapangan nyata, yaitu kenampakan-kenampakan yang ada di daerah atau
lingkungan tersebut. Akan tetapi tidak semua data yang ada di lapangan diperlukan,
tergantung pada tujuan peta atau peta yang akan dibuat. Misalnya kita akan membuat
peta iklim maka cukup data-data iklim dari daerah tersebut yang dikumpulkan, peta
tanah, cukup data mengenai jenis tanah dan batas-batasnya dan seterusnya. Jadi
pengambilan data dari lapangan harus selektif.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk melakukan pengukuran
ketinggian (kemiringan/slope), jarak, dan arah atau koordinat suatu daerah atau
lingkungan tertentu dengan menggunakan kompas dan meteran.Hal tersebut
merupakan salah satu kunci pokok yang sangat diperlukan dalam pembuatan
peta suatu daerah mulai dari pengolahan data sampai pada akhirnya
menghasilkan suatu peta topografi.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui lebih dalam
tentang tapping kompas dan supaya lebih memahami serta bisa menggunakan
kompas dengan baik dan benar.
1.3 Waktu dan Tempat
1.3.1 Waktu
Waktu praktikum tapping kompas yang di lakukan mulai dari pukul 15.00
WITA sampai pukul 16.00 WITA.
1.3.2 Tempat
Tempat praktikum tapping kompas tepatnya di Antang, dekat SMP 21
Antang

1.4 Alat dan Bahan


1.4.1 Alat
a. Penggaris 30 cm, 50 cm
b. Busur Derajat 360º
c. Rotring / pena gambar (0,2:0,3:0,5)
d. Mistar sablon
e. Tabung gambar
f. Kalkulator
g. Alat tulis menulis
1.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Kertas A4
b. Kertas Kalkir biasa ukuran 1x1 m
c. Kertas Grafik biasa ukuran 1x1 m
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kompas


Kompas adalah alat bantu cara untuk menentukan arah mata angin. Bagian-bagian
kompas yang penting antara lain :
      1. Dial, yaitu permukaan di mana tertera angka dan huruf seperti pada permukaan jam.
      2. Visir, yaitu pembidik sasaran
      3. Kaca Pembesar, untuk pembacaan pada angka
      4. Jarum penunjuk
      5. Tutup dial dengan dua garis bersudut 45º
      6. Alat penggantung, dapat juga digunakan sebagai penyangkut ibu jari untuk
menopang kompas pada saat membidik.

2.2 Cara Menggunakan Kompas


Adapun cara menggunakan kompas adalah sebagai berikut:
1. Letakkan kompas anda di atas permukaan yang datar. setelah jarum kompas tidak
bergerak lagi, maka jarum tersebut menunjuk ke arah utara magnet.
2. Bidik sasaran melalui visir dengan kaca pembesar. Miringkan sedikit letak kaca
pembesar, kira-kira 50  di mana   berfungsi untuk membidik ke arah visir dan
mengintai angka pada dial.
3. Apabila visir diragukan karena kurang jelas dilihat dari kaca pembesar, luruskan saja
garis yang terdapat pada tutup dial ke arah visir, searah dengan sasaran bidik agar
mudah dilihat melalui kaca pembesar.
Dalam mempelajari ilmu bumi, kompas memjadi alat yang vital. Layaknya
seorang Dokter yang membutuhkan stetoskop untuk memeriksa pasiennya, maka bagi
ilmuwan kebumian, kompas selalu dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan aktivitas
tertentu. Sehingga harus selalu dibawa dan dimiliki. Kompas yang baik mempunyai
cairan yang terdapat di dalamnya; cairan tersebut mengatur gerakan dari jarum,
sehingga kita dapat menggunakan kompas dengan baik walaupun memegangnya
kurang dengan sempurna. Jarum kompas diwarnai dalam dua warna. Jika kompas
digenggam secara benar (mendatar), ujung warna merah mengarah ke utara, dan putih
mengarah ke selatan.

2.3 Kegunaan Kompas


Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara
magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan menunjuk arah utara-
selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet
bumi).Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut
adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya. Hal ini sebetulnya
tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi
pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan
perhitungan koreksi sudut yang didapat dari kompas (azimuth) yaitu :
a. Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)
b. Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)

Keterangan:

Tanda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)

= dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-) = dari P ke K: DM ke


timur tanda (-), DM ke barat tanda (+)

Tanda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)

= tanda (+) untuk increase/naik; tanda (-) untuk decrease/turun.

Secara fisik, kompas terdiri atas :

a)      Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya berada;

b)      Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya;

c)      Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.


Contoh penggunaan kompas secara langsung dilapangan sebagaio berikut :

a. Navigasi sungai.

Dalam perjalanan menyusuri sungai, baik berjalan kaki atau dengan perahu,
kita dituntut untuk menguasai navigasi sungai seperti halnya navigasi darat dalam
perjalanan gunung hutan. Kompas digunakan untuk menentukan sudut belokan-
belokan sungai, kompas bidik dan kompas orienteering dengan keakuratan yang
baik dapat digunakan untuk keperluan ini.

b. Membaca peta.
Ini adalah teknik yang sederhana, dan ini mungkin kegunaan kompas yang paling
penting :
1) Pegang kompas secara horizontal.
2) Letakkan kompas mendatar di atas peta, putar peta sampai “garis utara” dari
peta sejajar/satu garis lurus dengan jarum kompas.

Dengan demikian, arah peta sekarang sudah sama dengan medan yang sebenarnya. Ini
membuat lebih mudah dibaca, seperti membaca tulisan akan lebih mudah dari atas ke
bawah.

c. Mengambil sudut.

Setiap arah dapat dinyatakan sebagai sebuah sudut dengan acuan arah utara. di dalam
kemiliteran atau kepramukaan, ini dinamakan sebuah “azimuth”, dan sudut-sudutnya
dinyatakan oleh angka dengan satuan derajat.

2.4 Pengertian Strike dan Dip


Strike dan Dip adalah metode yang menggambarkan orientasi pesawat dalam tiga
dimensi. Biasanya diterapkan pada miring orientasi lapisan batu.Dip adalah sudut
kemiringan, diukur dari horizontal.. Dip sudut diukur dalam derajat. Strike
adalah tingkat arah garis pada permukaan miring. Hal ini lebih sulit
untuk memvisualisasikan, tapi mudah diingat karena selalu tegak lurus terhadap arah
dip.
2.5 Kompas Geologi dan Cara Penggunaanya
2.5.1 Kompas Geologi
Kompas, klinometer, dan “hand level” merupakan alat-alat yang
dipakai dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur
kedudukan unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan
kombinasi dari ketiga fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang akan dibahas
disini adalah tipe Brunton dari berbagai merek.

2.5.2 Bagian-Bagian utama kompas geologi


Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton . Yang terpenting
diantaranya adalah :
a. Jarum magnet
Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet
bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan
dari posisi utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya
deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat
menunjuk posisi geografi yang benar maka “graduated circle” harus
diputar.

Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat tanda


yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu. Biasanya
diberi warna (merah, biru atau putih).

b. Lingkaran pembagian derajat (graduated circle)


Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu
kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N)
sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan
kompas kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N)
dengan selatan (S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat (W). (Gambar
II.2)
c. Klinometer
Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau
kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas dan
dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian skala
(Gb. II.3A). Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen.
a. Menentukan arah azimuth dan cara menentukan lokasi
Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke
tempat yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa puncak bukti,
patok yang sengaja dipasang, dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil
pembacaan yang baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut :
1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang
2. Kompas dibuat horizontal (dengan bantuan “mata lembu” ) dan
dipertahankan demikian selama pengamatan.
3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135o menghadap ke depan dan
sighting arm dibuka horizontal dengan peep sight ditegakkan
4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang dimaksud
tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung sighting arm dan garis
tengah dan garis tengah pada cermin. Sangat penting diingat bahwa :
bukan hanya tangan dengan kompas yang berputar tetapi seluruh badan.
5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak. Hasil bacaan
adalah arah yang dimaksud. Pada gambar II.A, azimuth = S 45 o dan pada
gambar II.B, azimuth = N 220o E.
Hasil pembacaan arah dapat dipakai untuk menentukan lokasi dimana
pengamat berdiri, dengan dibantu peta topografi. Pembidikan dapat dilakukan
ke beberapa obyek yang lokasinya diketahui dengan pasti di peta (biasanya tiga
obyek) kemudian arah-arah tersebut ditarik pada peta dengan menggunakan
busur derajat dan segitiga. Titik potong ketiganya, yang bila pembacaannya
tepat, akan hanya berpotongan di satu titik. Titik tersebut adalah titik dimana
pengamat berdiri . Membaca arah dapat juga dilakukan dengan memegang dan
menempatkan kompas pada posisi mata
Kompas dipegang horizontal dengan cermin dilipat 45o dan menghadap
ke mata). Arah yang ditunjukkan jarum dapat dibaca melalui cermin. Karena
tangan penunjuk arah terbalik (menghadap kita), maka yang dibaca adalah
ujung selatan jarum kompas. Yang mana dari kedua cara ini yang paling baik
adalah tergantung dari kebiasaan kita dan keadaan medan.

b. Mengukur besarnya sudut suatu lereng dan menentukan ketinggian


suatu titik
Untuk mengukur besarnya sudut lereng dilakukan tahapan sebagai
berikut :
1. Tutup kompas dibuka kurang lebih 45o, sighting arm dibuka dan
ujungnya di tekuk 90o.
2. Kompas dipegang dengan posisi seperti yang diperlihatkan dalam Gb.
II.6. Skala klinometer harus di sebelah bawah.
3. Melalui lubang peep-sight dan sighting-window dibidik titik yang dituju.
Usahakan agar titik tersebut mempunyai tinggi yang sama dengan jarak
antara mata pengamat dengan tanah tempat berdiri.
4. Klinometer kemudian diatur dengan jalan memutar pengatur di bagian
belakang kompas, sehingga gelembung udara dalam “clinometer level”
berada tepat di tengah.
5 Baca skala yang ditunjukkan klinometer seperti. Satuan kemiringan dapat
dinyatakan dalam derajat maupun dalam persen.

Apabila jarak antara tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui,
misalnya dengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi antara kedua
titik tersebut dapat dihitung. Perbedaan tinggi tersebut dapat juga diketahui
dengan cara seperti yang diperlihatkan dalam Gb. II.7. Dalam hal ini, ikutilah
prosedur sebagai berikut :
1. Letakkan angka 0 klinometer berimpit dengan angka 0 pada skala.
2. Pegang kompas, gerakan dalam arah vertikal sedemikian rupa sehingga
gelembung udara berada di tengah).
3. Bidiklah melalui lubang pengintip sehingga mata, lubang pengintip dan
garis pada jendela panjang berada dalam satu garis lurus. Perpanjangan dari
garis lurus tersebut akan “menembus” permukaan tanah di depan pada suatu
titik tertentu. Ingat-ingatlah titik “tembus” ini.
4. Beda tinggi antara pengamat berdiri dan “titik tembus” tadi sama dengan
tinggi pengamat dari telapak sepatu sampai mata.
5. Berpindahlah ke “titik tembus” tadi dan ulanglah prosedur no. 2 dan 3 di
atas sampai daerah yang akan anda ukur selesai.
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Koreksi Slope
KS = ∑Sn = 1 = 0,11
∑Sn 11

2. Faktor Koreksi Slope


FKS1= 0,11 x 3 = 0,33
FKS2= 0,11 x 2 = 0,22
FKS3= 0,11 x 1 = 0,11
FKS4= 0,11 x 1 = 0,11
FKS5= 0,11 x 1 = 0,11
FKS6= 0,11 x 1 = 0,11
∑FKS= 0,99

3. Slope Terkoreksi
STn = Sn ± FKSn
ST1 = -3 – 0,11 = 2,67
ST2 = -2 – 0,22 = -2,22
ST3 = -1 – 0,11 = -1,11
ST4 = -1 – 0,11 = -1,11
ST5 = -1 – 0,11 = 0,89
ST6 = 1 – 0,11 = 0,89
∑STn = 0,001

4. Jarak Horizontal (JHn)


JHn = Jarak Lapangan x Cos STn
JH1 = 1776 × cos 2,67 = 1774,07
JH2 = 1681 × cos (-2,22) = 1679,74
JH3 = 1670 × cos (-1,11) = 1669,69
JH4 = 1940 × cos (-1,11) = 1939,64
JH5 = 1705 × cos 0,89 = 1704,79
JH6 = 2007 × cos 0,89 = 2006,76
∑JHn = 10774,69

5. Perhitungan Koordinat x(KXn)


Xn = Xn-1 ± (JHn x sin/ cos α)
X1 = 0
X2 = 0 + (1774,07 x sin 8º) = 246,90 cm
X3 = 246,90 – (1679,74 x sin 32º ) = -643,23 cm
X4 = -643,23 – (1669,96 x cos 20º) = -2212,48 cm
X5 = -2212,48 – (1939,64 × sin 20º) = -2875,87 cm
X6 = -2875,87 + (1704,79 x cos 46º) = -1691,62 cm
X7 = -1691,62 + (2006,76 × cos 17º) = 227,45 cm
6. Koreksi Koordinat X
X1 = 0
X2 – X1 = 246,90
X3 – X2 = -643,23 - 246,90 = -890,13
X4 – X3 = -2212,48 + 643,23 = -1569,25
X5 – X4 = -2875,87 + 2212,48 = -663,39
X6 – X5 = -1691,62 + 2875,87 = 1184,85
X7 – X6 = 227,45 + 1691,62 = 1919,07
ƩKKX = 227,45
ǀƩKKXǀ = 6472,99

7. Factor koreksi x ( FKx)

ǀΔX −Xǀ
FKXn = ×Ʃ X
ǀƩ KK Xǀ
246,90 890,13
FKX1 = ×227,45=8,67 cm FKX2 = ×227,45=31,28 cm
6472,99 6472,99
1569,25 663,39
FKX3 = ×227,45=55,14 cm FKx4 = × 227,45=23,33 cm
6472,99 6 472,99
1184,85 1919,07
FKx5 = ×227,45=41,61 cm FKx6 = ×227,45=67,43 cm
6472,99 6472,99
ƩKxn = FKx1 + FKx2 + FKx3 +FKx4 + FKx5 + FKx6 = 227,45 cm

8. Koordinat x terkoreksi

XTn = ( X2– X1 ) – FKXn


XT1 = 246,90 – 8,67 = 238,23 cm
XT2 = -890,13 – 31,28 = -921,4 cm
XT3 = -1569,25 – 55,14 = -1624,39 cm
XT4 = -663,39 – 23,33= -686,72 cm
XT5 = 1184,85+ 41,61 = 1142,64 cm
XT6 = 1919,07–67,43= 1851,64 cm
ƩXTn = XT1 + XT2 + XT3 + XT4 + XT5 + XT6 + XT7 = 0

9. Menentukan koordiat Y

Yn = Yn-1 ± ( JHn-1 x sin/cos α )


Y1 = 0
Y2 = 0 – (1774,07 x cos 80 ) = -1756,80 cm
Y3 = 1756,80 – ( 1679,74 x cos 32o) = -31,81,3 cm
Y4 = -31,81,3 – ( 1669,96 x sin 20o ) = -3752,46 cm
Y5 = -3752,46 + (1939,64 x cos 20o) = -1929,79 cm
Y6 = -1929,79 + (1704,76 x sin 46o) = -703,49 cm
Y7 = -703,49 + ( 2006,76 x sin 17o) = -116,76 cm

10. Koreksi Koordinat y


Y1 = 0
Y2 – Y1 = -1756,80 cm
Y3 – Y2 = -3181,3 + 1756,80 = -1424,5 cm
Y4 – Y3 = -3752,46 + 3181,3 = - 571,16 cm
Y5 – Y4 = -1929,79 + 3752,46 = 1822,67 cm
Y6 – Y5 = -703,49 + 1929,79 = 1226,3 cm
Y7 – Y6 = -116,77 +703,49 = 586,72 cm
ƩKKYn = -116,77
ǀƩKKYnǀ = 7388,15

11. Factor koreksi y (FKy)

ǀKKyǀ
FKy = ×∨Ʃ KKYn∨¿
ǀƩKKYnǀ
1756,80
FKy1= ×116,77=27,77 cm
7388,15
1424,5
FKy2 = ×116,77=22,151 cm
7388,15
571,16
FKy3 = ×116,77=9,03 cm
7388,15
1822,67
FKy4 = ×116,77=28,81 cm
7388,15
1226,3
FKy5 = ×116,77=19,38 cm
7388,15
586,72
FKy6 = ×116,77=9,27 cm
7388,15
ƩFKyn = FKy1 + FKy2 + FKy3 + FKy4 + FKy5 + FKy6 = 116,77 cm
12. Koordinat Y Terkoreksi
YTn = ( KKYn – FKYn )
YT1 = -1756,80 + 27,77 YT2 = -1424,5+ 22,51
= -1729,03 cm = -1401,99
YT3 = -571,16 + 9,03 YT4 = 1822,67 + 28,81
= -562,13 cm = 1851,48 cm
YT5 = 1226,37 + 19,38 YT6 = 586,72 + 9,27
= 1245,68 cm = 595,99 cm
ƩY =0

7. Menentukan jarak vertical (∆T)

ΔTn = JLn x sin STn


ΔT1 = 1776 x sin 2.67 = 82,73 cm
ΔT2 = 1681x sin (-2,22) = -65,12 cm
ΔT3 = 1670 x sin (-1,11) = -32,35 cm
ΔT4 = 1940 x sin (-1,11) = -37,58 cm
ΔT5 = 1705 x sin 0,89 = 26,48 cm
ΔT6 = 2007 x sin 0,89 = 31,17 cm
ƩΔTn = 5,33 cm
ǀƩ ∆Tnǀ = 275,43

8. Faktor koreksi

ǀΔTnǀ
FKΔTn = × Ʃ ∆ Tn
ǀƩ ∆ Tnǀ
82,73
FKΔT1 = ×5,33=1,60 cm
275,43
65,12
FKΔT2 = ×5,33=1,26 cm
275,43
32,35
FKΔT3 = ×5,33=0,63 cm
275,43
37,58
FKΔT4 = ×5,33=0,73 cm
275,43
26,48
FKΔT5 = ×5,33=0,51 cm
275,43
31,17
FKΔT6 = ×5,33=0,60 cm
275,43
Ʃ FKΔT n = 5,33 cm

 Beda Tinggi (∆T) untuk Poligon :


Pn = ∆TTn + STB
P1 = 87 cm
P2 = 81,13 + 87 = 168,13 cm
P3 = 168,13 - 66,38 = 101,75 cm
P4 = 101,75 – 32,95 = 68,8 cm
P5 = 68,8 – 38,31 = 30,49 cm
P6 = 30,49 – 25,97 = 56,46 cm
P7 = 56,46 – 30,57 = 87,03 cm

 Patok Detail A :
Slope (A) = 2º
JH = JL x cos Slope = 1497 x cos 2º = 1496,09 cm
∆T = JL x sin Slope = 1497 x sin 2º = 52,24 cm
Koordinat x = JH x cos α = 1496,088 x cos 1º = 1495,86
Koordinat y = JH x sin α = 1496,088 x sin 1º = 26,11

 Patok Detail B :
Slope (B) = 2º
JH = JL x cos Slope = 2310 x cos 2º = 2308,59 cm
∆T = JL x sin Slope = 2310 x sin 2º = 80,62 cm
Koordinat x = JH x cos α = 2308,592 x cos 20º = 2169,36
Koordinat y = JH x sin α = 2308,592 x sin 20º = 789,58

 Patok Detail C :
Slope (C) = -1º
JH = JL x cos Slope = x cos (-1º) = 1508,77 cm
∆T = JL x sin Slope = 1497 x sin (-1º) = -26,34 cm
Koordinat x = JH x cos α = 1508,770 x cos 25º = -1367,41
Koordinat y = JH x sin α = 1508,770 x sin 25º = -637,446

 Penggambaran Poligon

Skala 1 : 100
Koordinat patok utama
(X1, Y1)= (0, 0)
(X2, Y2)= (2,38 ; -17,29 )
(X3, Y3)= (-6,83 ; 31,31 )
(X4, Y4)= (-23,07 ; -36,93 )
(X5, Y5)= (-29,94 ; -18,41)
(X6, Y6)= (-18,51 ; -5, 95 )
Koordinat Patok Detail
(XA, YA) = (14,95 ; 0,26 )
(X\B, YB) = (21,69 ; 7,89 )
(XC, YC) = (-13,67 ; -6,37 )

Beda Tinggi Patok Utama


Patok 1= 87 cm
Patok 2= 168 cm
Patok 3= 101,75 cm
Patok 4 = 68,8 cm
Patok 5 = 30,49 cm
Patok 6 = 56,46 cm
Beda Tinggi (Patok Detail)
Patok Detail A = 139,24 cm
Patok Detail B = 167,62 cm
Patok Detail C = 141,73 cm

 Penggabaran Kontur
Kontur (1 – 2)
Dik ; DTOT = 17,5 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 168,13 – 87 = 81,13 cm
BT1 = 90 – 87 = 3 cm
BT2 = 168,13– 160 = 8,13 cm
Dtot . BT 1 17,5× 3
d1 = = = 0,648 cm
BTtot 81,13
Dtot . BT 2 17,5× 8,13
d2 = = = 1,753 cm
BT tot 8,13
Dtot × IK 17,5 ×10
d3 = = =2,157 cm
BTot 81,13
Kontur (2 – 3)
Dik ; DTOT = 16,8 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT2 - BT3
= 168,13 – 101,75 = 66,38 cm
BT1 = 110 – 101,75 = 8,25 cm
BT2 = 168,13 – 87 = 8,13 cm
Dtot . BT 1 16,8× 8,25
d1 = = = 2,087 cm
BTtot 66,38
DTOT . BT 2 16,8× 8,13
d2 = = = 2,057 cm
BT TOT 66,38
DTOT . IK 16,8× 10
d3 = = = 2,530 cm
BT TOT 66,38

Kontur ( 3 – 4 )
Dik ; DTOT = 17,1 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT3 - BT4
= 101,75 – 68,8 = 32,95 cm
BT1 = 70 – 68,8 = 1,2 cm
BT2 = 101,75 – 100 = 1,75 cm
DTOT . BT 1 17,1×1,2
d1 = = = 0,622 cm
BT TOT 32,95
DTOT . BT 2 17,1×1,75
d2 = = = 0,908 cm
BT TOT 32,95
DTOT . IK 17,1×10
d3 = = = 5,189 cm
BT TOT 32,95

Kontur ( 4 – 5 )
Dik ; DTOT = 19,7 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT4 - BT5
= 68,8 – 30,49 = 38,31 cm
BT1 = 40 – 30,49 = 9,51 cm
BT2 =68,8 – 60 = 8,8 cm
DTOT . BT 1 19,7× 9,51
d1 = = = 4,890 cm
BT TOT 38,31
DTOT . BT 2 19,7× 8,8
d2 = = = 4,525 cm
BT TOT 38,31
DTOT . IK 19,7× 10
d3 = = = 5,142 cm
BT TOT 38,31

Kontur (5 – 6)
Dik ; DTOT = 17 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT6 - BT5
= 56,46 – 30,49 = 25,97 cm
BT1 = 40 – 30,49 = 9,51 cm
BT2 = 56,46– 50 = 6,46 cm
DTOT . BT 1 17 ×9,51
d1 = = = 6,225 cm
BT TOT 25,97
DTOT . BT 2 17 ×6,46
d2 = = = 4,228 cm
BT TOT 25,97
DTOT . IK 17 ×10
d3 = = = 6,546 cm
BT TOT 25,97

Kontur ( 6 – 1 )
Dik DTOT = 19,4 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT1 - BT6
= 87 – 56,46 = 30,54 cm
BT1 = 60 - 53,75 = 3,54 cm
BT2 = 87 - 80 = 7 cm
DTOT . BT 1 19,4 ×3,54
d1 = = = 2,248 cm
BT TOT 30,54
DTOT . BT 2 19,4 ×7
d2 = = = 4,446 cm
BT TOT 30,54
DTOT . IK 19,4 ×10
d3 = = = 6,350 cm
BT TOT 30,54

Kontur ( 1-B )
Dik DTOT = 13,4 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BTB - BT1
= 167,62 – 87 = 80,62 cm
BT1 = 90 – 87 = 3 cm
BT2 = 167,62 - 160 = 7,62 cm
DTOT . BT 1 13,4 ×3
d1 = = = 0,498 cm
BT TOT 80,62
DTOT . BT 2 13,4 ×7,62
d2 = = = 1,266 cm
BT TOT 80,62
DTOT . IK 13,4 × 10
d3 = = = 1,662 cm
BT TOT 80,62

Kontur ( 6 – B)
Dik DTOT = 11,2 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BTB - BT6
= 167,62 – 56,46 = 111,16 cm
BT1 = 60 – 56,46= 3,54 cm
BT2 =167,62 – 160 = 7,62 cm
DTOT . BT 1 11,2 ×3,54
d1 = = = 0,356 cm
BT TOT 111,16
DTOT . BT 2 11,2 ×7,62
d2 = = = 0,767cm
BT TOT 111,16
DTOT . IK 11,2 ×10
d3 = = = 0,964 cm
BT TOT 111,16
Kontur (5 – B)
Dik ; DTOT = 23 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BTB - BT5
= 167,62 – 30,49 = 137,13 cm
BT1 = 40 – 30,49 = 9,51cm
BT2 = 167,62 – 160 = 7,62 cm
DTOT . BT 1 23× 9,51
d1 = = = 1,595 cm
BT TOT 137,13
DTOT . BT 2 23× 7,62
d2 = = = 1,278 cm
BT TOT 137,13
DTOT . IK 23 ×10
d3 = = = 1,677 cm
BT TOT 137,13

Kontur ( A - B )
Dik DTOT = 10,2 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT2 - BT1
=167,62 – 139,24 = 28,38 cm
BT1 = 140 – 139,24 = 0,76 cm
BT2 = 167,62 – 160 = 7,62 cm
DTOT . BT 1 10,2× 0,76
d1 = = = 0,271cm
BT TOT 28,38
DTOT . BT 2 10,2×7,62
d2 = = = 2,378 cm
BT TOT 28,38
DTOT . IK 10,2 ×10
d3 = = = 3,594 cm
BT TOT 28,38

Kontur (C - B)
Dik ; DTOT = 13,5 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 167,62– 141,79 = 25,83 cm
BT1 = 150 – 141,79 = 8,21 cm
BT2 = 167,62 – 160 = 7,62 cm
DTOT . BT 1 13,5× 8,21
d1 = = = 4,290 cm
BT TOT 25,83
DTOT . BT 2 13,5× 7,62
d2 = = = 3,982 cm
BT TOT 25,83
DTOT . IK 13,5× 10
d3 = = = 5,22 cm
BT TOT 25,83

Kontur ( C - 2 )
Dik ; DTOT = 15,1 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 168,13 – 141,79 = 26,34 cm
BT1 = 150– 141,79 = 8,21 cm
BT2 = 168,13 – 160 = 8,13 cm
DTOT . BT 1 15,1× 8,21
d1 = = = 4,706 cm
BT TOT 26,34
DTOT . BT 2 15,1× 8,13
d2 = = = 4,660 cm
BT TOT 26,34
DTOT . IK 15,1×10
d3 = = = 5,732 cm
BT TOT 26,34

Kontur (3- C)
Dik DTOT = 8,6 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 141,79– 101,75 = 40,04cm
BT1 = 110 – 101,75= 8,25 cm
BT2 = 141,79– 140 = 1,79cm
DTOT . BT 1 8,6 ×8,25
d1 = = = 1,771cm
BT TOT 40,04
DTOT . BT 2 8,6 ×1,79
d2 = = = 0,38cm
BT TOT 40,04
DTOT . IK 8,6 ×10
d3 = = = 2,147 cm
BT TOT 40,04

Kontur ( 4 – C )
Dik ; DTOT = 17,7 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 149,128 – 103,958 = 73,011 cm
BT1 = 110 – 103,958= 7,225 cm
BT2 = 149,128 – 140 = 5,786 cm
DTOT . BT 1 17,6× 6,042
d1 = = = 1,75 cm
BT TOT 45,17
DTOT . BT 2 17,6× 9,128
d2 = = = 1,402 cm
BT TOT 45,17
DTOT . IK 17,6× 10
d3 = = = 2,424 cm
BT TOT 45,17

Kontur ( C - 5 )
Dik ; DTOT = 19,4 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 149,128 – 17,394 = 111,317 cm
BT1 = 20 – 17,394 = 5,531 cm
BT2 = 194,128– 140 = 5,786 cm
DTOT . BT 1 19,4 ×2.606
d1 = = = 0,95 cm
BT TOT 131,73
DTOT . BT 2 19,4 ×9,128
d2 = = = 1,003 cm
BT TOT 131,73
DTOT . IK 19,4 ×10
d3 = = = 1,733 cm
BT TOT 131,73
Kontur ( 5 - A )
Dik ; DTOT = 15cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 139,24– 30,49= 108,75cm
BT1 = 40– 30,49= 9,51cm
BT2 = 139,24 – 130= 9,24cm
DTOT . BT 1 15× 9,51
d1 = = = 1,311cm
BT TOT 108,75
DTOT . BT 2 15× 9,24
d2 = = = 1,274cm
BT TOT 108,75
DTOT . IK 15× 10
d3 = = = 1,379cm
BT TOT 108,75

Kontur ( 4-C )
Dik ; DTOT = 17,6 cm
IK = 10 cm
BTTOT = BT2 - BT1
= 149,79 – 68,8= 72,99 cm
BT1 = 70-68,8 = 1,2cm
BT2 = 149,79 – 140 = 1,79 cm
DTOT . BT 1 1,2×17,6
d1 = = = 7,71cm
BT TOT 72,99
DTOT . BT 2 17,6× 1,79
d2 = = = 3,576 cm
BT TOT 72,99
DTOT . IK 17,6× 10
d3 = = = 2,411cm
BT TOT 72,99
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi dengan mempergunakan


skala tertentu dan digambarkan pada bidang horizontal dengan mempergunakan
proyeksi tertentu, gambaran penampakan tersebut diberikan simbol-simbol dan
tulisan-tulisan sebagai keterangan simbol-simbol tersebut. Serta yang di maksud
dengan kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah
utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan menunjuk arah
utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain
magnet bumi).

4.2 Saran
Olah data harus lebih sering dan usahakan olah data sampai pagi dikurangi
karena sedikit yang bisa masuk. Juga olah data ada baiknya perkelompok dengan
asiten pendamping agar lebih efektif dan praktikan juga bisa lebih di perhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Peta
http://www.scribd.com/doc/70341979/kompas-geologi
http://geosurveying.net/index.php?route=product/category&path=48
http://adesmansa.blogspot.com/2011/09/pemakaian-kompas-geologi.html
http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/26/06520694/SMKN.2.Depok.Sleman.Diincar.In
dustri.Pertambangan
http://aneka-publish.blogspot.com/2012/03/kompas-geologi-kompas-klinometer-dan.html
http://www.scribd.com/doc/76442076/Kompas-Geologi-Dan-Fungsinya

Anda mungkin juga menyukai