Anda di halaman 1dari 30

BAB 4

NAVIGASI DARAT
ILMU MEDAN PETA & KOMPAS
NAVIGASI DARAT

 Pendahuluan
Pengetahuan navigasi itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak adanya
kebudayaan manusia beribu tahun yang lalu. Hal ini dapat dilihat dari tata kehidupan
manusia pada masa lalu yang bermula dengan berburu, bertani sampai dengan
berdagang. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari mereka harus berjalan jauh
keluar masuk hutan bahkan terkadang harus menyeberangi laut dan mereka dapat
pulang kembali ke kediamannya dengan selamat. Salah satu peninggalan yang
dapat membuktikan adanya hipotesa diatas adalah sketsa diatas yang
menggambarkan suatu daerah lengkap dengan tanda-tanda alamnya yang dibuat
oleh bangsa Babylonia pada 4500 tahun yang lalu. Disamping itu juga masih banyak
bentuk peninggalan lainnya seperti dari suku Indian Astec, bangsa Eskimo Tua, dsb.

 Pengertian Navigasi
Navigasi adalah suatu tehnik dari proses menentukan suatu kedudukan serta
arah perjalanan yang terletak diantara dua lokasi secara tepat. Sedangkan untuk
personilnya disebut navigator. Istilah navigasi itu sendiri pada mulanya dipakai untuk
keperluan berlayar.

 Navi : Laut
 Gasi : Ukur
Sedangkan penambahan darat itu sendiri lebih ditekankan peggunaannya di
Gunung, Sungai dan Sungai. Ada 2 hal pokok yang penting dan harus dipahami
dalam navigasi darat :

 Mampu membaca serta mengetahui gambaran fisik atau bentuk-bentuk dari


permukaan bumi. Hal tersebut sangatlah penting sebab pada saat berada
di hutan belantara atau medan yang keadaannya tertutup dimana tanda-
tanda alam tidak dapat ditemukan.
 Mampu mempergunakan serta memaksimalkan peralatan navigasi.

 Ilmu Medan Peta dan Kompas

Secara garis besar garis besar tehnik navigasi darat serta peralatan yang
dipergunakan dalam melakukan kegiatannya meliputi :
I. Kompas
II. Altimeter
III. Peta
IV. Peralatan Bantu
- Penggaris
- Busur
- Kurva Meter
- Protektor
- Pensil
- Spidol warna
- Buku tulis

I. Kompas

Adalah alat pengukur sudut datar yang jarumnya selalu menunjukkan arah
Utara magnetis bumi. Karena prinsip kerja kompas berdasarkan medan magnet
yang ditimbulkan, maka penggunaannya harus dijauhkan dari benda yang
terbuat dari besi atau logam serta medan listrik. Maksudnya agar kompas
dapat berfungsi seoptimal mungkin.

1. Bagian-bagian Kompas
a. Badan Kompas
Tempat beradanya komponen-komponen kompas
b. Skala Lingkar Mendatar
Menunjukkan besarnya sudut penyimpangan garis lintasan skala
lingkar mendatar medan magnetis bumi yang ditunjukkan oleh jarum
kompas
c. Jarum Kompas
Selalu menunjjukan arah Utara-Selatan medan magnetis bumi
bagaimanapun posis kompas dengan syarat kompas selalu datar

2. Jenis-jenis Kompas
Pada Umumnya dipakai 2 jenis kompas
a. Kompas Prisma
Kompas jenis Prisma biasanya dipergunakan untuk melakukan
pembidikan karena kompas jenis Prisma lebih baik dalam membaca
presesi besarnya sudut penyimpangan garis lintasan skala lingkar
mendatar yang ditunjukkan oleh jarum kompas
b. Kompas Silva
Kompas jenis Silva lebih membantu dalam membaca perhitungan pada
peta sebaliknya kompas jenis Silva kurang presesi orientaringnya
dalam melakukan pembidikan.
Kompas yang baik adalah pada ujungnya dilapisi fosfor agar tetap dapat
terlihat walaupun dalam kegelapan.

3. Penggunaan Kompas Siang


a. Pastikan tidak ada gangguan lokal yang dapat mempengaruhi kerja
kompas
b. Bukalah penutup kompas sehingga membentuk sudut 90°
c. Rapatkan pembidiknya/prisma kepermukaan kompas, kemudian
masukan ibu jari ke cincin kompas dan sanggah atau tahan badan
kompas oleh jari telunjuk yang ditekuk
d. Intai atau lihat kaca pembidik pada kompas, dimana nanti akan terlihat
angka-angka yang terdapat pada skala lingkar mendatar

e. Setelah satuan angka yang terdapat pada skala lingkar mendatar


terlihat misalnya 270, sejajarkan dengan sumbu pokok kompas (dan
lihat kearah mana sumbu pokok bergerak) kemudian sejajarkan pula
dengan obyek bidikan
f. Setelah obyek telah di cek point terlihat, berjalanlah kearah obyek atau
cek point tersebut. Apabila tidak ada obyek atau cek point yang berupa
benda atau tanda alam, maka kita dapat memakai rekan kita sebagai
obyek atau cek point. Apabila jaraknya dianggap sama dengan
besarnya sudut penyimpangan garis lintasan skala lingkar mendatar
yang dituju atau diinginkan suruh rekan kita berhenti

4. Penggunaan Kompas Malam


a. Bukalah penutup kompas seluruhnya sehingga mendatar dan
membentuk sudut 180°
b. Putar angka yang telah ditentukan yang terdapat pada kaca luar
kompas dan sejajarkan dengan garis tengah sumbu kompas kemudian
kunci. Misalnya sudut kompas malam 270°, maka angka 27
disejajarkan, karena angka-angka diluar adalah perkalian dengan 10°
c. Garis hijau 0° sama dengan 360° yang terdapat diluar kompas sejajar
dengan garis hijau yang terdapat pada didalam bagian dalam kompas
d. Setelah sejajar, kita lihat arah yang ditunjukkan oleh sumbu pokok
kompas, kemudian kita berjalan sesuai dengan arah yang ditunjukkan
oleh sumbu pokok kompas. Sebaiknya kita gunakan rekan sebagai
obyek atau cek point sejauh batas kita melihat

Catatan :
Penggunaan kompas malam tidak dianjurkan, terkecuali apabila tujuan atau
sasaran sudah relatif dekat, bersifat pertolongan (emergency) atau penting
(urgent). Kebanyakan penggunaan kompas malam adalah untuk latihan
pihak militer dimana jaraknya relatif dekat sekitar 300 meter dan untuk
setiap pos dibantu dengan sistem bintang (pada saat cuaca sedang cerah,
red).

II. Altimeter

Merupakan alat pengukur ketinggian dari permukaan laut. Alat ini dapat
membantu menentukan posisi. Pada medan yang bergunung tinggi kompas
sering sekali banyak tidak dipergunakan. Altimeter pada saat tersebut akan
lebih bermanfaat dalam menentukan arah perjalanan dengan menyusuri
punggungan yang sudah ditandai pada peta (dengan catatan kita juga harus
mengetahui posisi terakhir kita dimedan dan peta yang digunakan, red). Yang
harus diperhatikan dalam menggunakan altimeter adalah :
1. Setiap Altimeter harus di kalibrasi
2. Altimeter sensitif terhadap guncangan, cuaca dan perubahan temperatur

Gambar : Altimeter
Alat ini bekerja berdasarkan tekanan udara. Digunakan untuk
mengukur batas ketinggian suatu tempat dari permukaan laut (dpl).
III. Peta

Peta merupakan gambaran seluruh atau sebagian permukaan bumi yang


diproyeksikan dalam bidang datar dengan menggunakan suatu metode
perbandingan atau skala dengan gambaran medan yang sebenarnya. Adapun
informasi yang ada dari peta adalah :
o Keadaan Medan (Description)
o Jarak Medan (Distance)
o Tanda-tanda Medan (Details)
o Arah Perjalanan (Direction)
o Tujuan Perjalanan (Designation)

A. Macam-macam Peta
1. Peta Geografik
Geo : Bumi
Grafik : Catatan
Menyajikan gambaran proyeksi dari seluruh permukaan bumi, seperti
Atlas dan Globe
Skalanya lebih kecil dari 1 : 250.000 cm
2. Peta Topografi
Topo : Lapangan
Grafi : Catatan
Menyajikan gambaran dari sebagian permukaan bumi, seperti Peta
Gunung Dempo, Peta Gunung Leuser, dsb.
Skalanya lebih kecil dari 1 : 50.000 cm
3. Peta Tehnik
Menyajikan gambaran proyeksi permukaan bumi untuk menunjang
suatu kebutuhan, seperti Peta Tehnik Jaringan Kereta Api, Peta Jalan
Tol, dsb.
Skalanya lebih besar dari 1 : 25.000 cm
4. Peta Tematik
Menyajikan data serta informasi mengenai tema tertentu dan sesuai
dengan kedudukan geografinya, seperti Peta Distribusi Peluru Kendali
U.S.A, dsb.
Untuk keperluan navigasi darat yang diperlukan adalah Peta Topografi.
Tentunya dengan memiliki catatan lapangan yang sesuai dengan
daerah-daerah atau medan yang akan dijelajahi.

Catatan :
Perlu ditambahkan bahwa gambaran daratan dari permukaan bumi atau
peta tidak berarti gambaran daratan semata-mata. Lautan beserta
dasarnyapun dapat disajikan dalam bentuk peta yang dinamakan Peta
Hidrografik dan Peta Oceangrafik.
B. Bagian-bagian Peta
1. Judul Peta
Identitas nama daerah yang tergambar pada peta umumnya terletak
pada bagian tengah atas peta, seperti Peta Gunung Dempo, Peta
Gunung Leuser, dsb.
2. Keterangan Pembuatan
Informasi dari pembuat peta yang meliputi keterangan tahun
pembuatan, sistem proyeksi, instansi yang membuat serta tujuan
dibuatnya peta umumnya terletak pada sisi kiri bawah.
3. Nomor Helai Peta
Menjelaskan registrasi Nomor Helai Peta dengan 2 cara penulisan,
yaitu Angka Latin dihitung dari batas wilayah Barat Indonesia ke Timur
(posisi Sabang 94°40’ BT) dan Angka Romawi dihitung dari batas
wilayah Utara Indonesia (6° LU) ke batas dari wilayah Selatan
Indonesia (11° LS). Di Indonesia menggunakan 2 sistem penomoran,
yaitu Sistem Penomoran Helai Peta Proyeksi (Polyder) dan LCO
(Lambert Contal Orthomorphis)
4. Lembar Derajat
Penjelasan dari nomor peta-peta lain yang telah digambar disekitar
peta yang digunakan. Hal tersebut untuk memudahkan melakukan
interprestasi dari suatu daerah yang lebih luas. Lembar Derajat
dicantumkan pada sisi kiri bawah
5. Sistem Kordinat
Cara untuk menyatakan suatu kedudukan titik pada bidang atau
terhadap 2 buah garis bilangan. Sistem Kordinat umumnya tertulis
dalam 2 sistem, yaitu Sistem Proyeksi (Grid) dengan menggunakan
satuan panjang dan Sistem Ellipsoid (Graticule) dengan menggunakan
satuan sudut
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak antara 2 titik pada peta dengan jarak
mendatar (Horisontal) antara dua titik sebenarnya di medan
a. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak dipeta =
25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.

b. Skala garis, contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok garis


mewakili 1 km jarak horizontal

Rumus :

Jarak di Peta x Skala = Jarak di Medan

o 1 : 50.000 cm
o Dengan angka pecahan 1 cm : 1
50.000 cm

o Dengan mempergunakan garis : Jarak di Peta


Jarak di Medan

o Misalnya 2 cm jarak di peta, berapakah jarak di medan sebenarnya


apabila menggunakan skala 1 : 50.000
Jawab :
2 cm x 50.000 cm = 100.000 cm = 1.000 m
100 cm
= 100.000 cm = 1 km
100.000 cm
7. Legenda Peta
Memberikan informasi tambahan baik itu unsur yang dibuat manusia
maupun dari alam itu sendiri. Peta Topografi memberikan beberapa
keterangan mengenai ketinggian, perairan, tumbuhan dan benda
budaya manusia. Legenda peta dapat dibedakan dalam warna serta
bentuk.
a. Warna
 Merah menggambarkan kontruksi dari batu dan jalanan
 Biru menggambarkan kontruksi besi, air dan sawah
 Hitam menggambarkan kontruksi bambu, kayu serta tanaman
 Hijau menggambarkan daerah yang didiami atau daerah
perkembangan kampung
 Coklat menggambarkan ketinggian atau kedalaman dari
permukaan bumi


 Kuning menggambarkan batas perkebunan, jalan yang tidak
diperkeras

b. Bentuk
 Tanda-tanda di peta digambarkan sangat sederhana
 Benda-benda berdenah digambarkan dengan arah yang tepat,
misalnya jembatan
 Benda-benda yang tidak berdenah digambarkan dengan arah
Utara Peta, misalnya pohon

8. Garis Ketinggian (Kontur)


Adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik ketinggian yang
sama dengan referensi atau pedoman serta acuan tertentu dari
permukaan laut (Sea Level). Maksud garis kontur :
a. Untuk mengetahui ketinggian suatu tempat dari permukaan laut
(dpl)
b. Untuk mengetahui bentuk medan yang sebenarnya, oleh sebab itu
garis ketinggian disebut juga garis sama tinggi
Adapun bentuk-bentuk keterangan ketinggian didapat melalui
Interpensi dari garis-garis kontur. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum menginterpensi sifat-sifat garis kontur :

a. Garis Kontur untuk ketinggian yang lebih tinggi selalu dikelilingi


garis ketinggian yang lebih rendah, kecuali daerah-daerah khusus,
misalnya kawah
b. Beda ketingian (Interval) antara garis kontur yang satu dengan
garis kontur yang lainnya adalah tetap walaupun kerapatannya
garis kontur berubah-ubah
c. Pada daerah yang landai garis kontur akan selalu berjauhan,
sebaliknya pada daerah yang terjal garis ketinggian akan selalu
merapat
d. Garis kontur tidak pernah saling berpotongan
e. Garis kontur untuk punggungan gunung atau bukit di peta
digambarkan sebagai rangkaian kontur yang berbentuk huruf “U”
dimana ujungnya melengkung menjauhi puncak
f. Garis kontur untuk lembah di peta digambarkan sebagai rangkaian
kontur yang berbentuk huruf “V terbalik” dimana ujungnya yang
tajam kearah puncak
g. Perbedaan jarak antara 2 garis kontur yang berurutan dalam ½
dari bilangan ribuan skala, kecuali bila dinyatakan lain
h. Perbedaan jarak antara 2 garis kontur yang berurutan sama
dengan ½ bilangan angka ribuan pada peta dinyatakan dalam
meter
Contoh :
Pada peta 1 : 50.000 cm
Jarak antara 2 garis kontur yang berurutan

= 1 x 1 x 50.000 cm x 1
2 1.000

= 25 m

Perlu diketahui bahwa banyak peta tidak menganut ketentuan


tersebut, sehingga untuk mengetahui perbedaan antara 2 garis
kontur lebih baik membaca legenda peta yang tercantum pada
lembar peta

i. Pelana atau sadel terletak antara 2 garis kontur yang sama


tingginya tetapi terpisah satu sama lainnya. Pelana yang terletak
diantara 2 gunung besar disebut PASS
j. Tinggi Mutlak
Ketinggian diukur dari permukaan laut merupakan standart
pengukuran Tinggi Mutlak. Digunakan untuk menentukan tinggi
sebenarnya dari permukaan laut
j. Tinggi Nisbi
Diukur dari tempat dimana benda itu berada, biasanya diukur dari
permukaan tanah
Catatan :
Ketinggan yang kurang dari setengah ketinggian antara 2 garis
kontur tidak dapat terlihat dalam peta atau tak tergambar
k. Titik Triangulasi
Selain dari garis kontur atau garis ketinggian adalah dengan
mengetahui tingginya suatu tempat dengan pertolongan titik
ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya dinamakan Titik
Triangulasi. Titik Triangulasi adalah suatu titik atau tanda yang
merupakan pilar (patok atau tongak) yang menyatakan tinggi
mutlak dari suatu tempat diukur dari permukaan laut. Titik
Triangulasi ini digunakan oleh Jawatan Topografi untuk
menentukan tinggi suatu tempat atau letak suatu tempat dalam
pengukuran cara ilmu pasti pada waktu pembuatan peta.

Macam-macam Titik Triangulasi :

P.14
 Primer
3120

 Sekunder S.45
2530

T.145
 Tertier
975

Q.45
 Quartier
875

 Antara T.P.23
670

Bilangan diatas tanda strip menyatakan nomor registrasi dari


Jawatan Kadester (Agraria) atau Jawatan Topografi. Bilangan
dibawah tanda strip menyatakan tinggi mutlak tempat tersebut dari
permukaan laut (dpl) dan dinyatakan dalam satuan meter

C. Menentukan Titik atau Tempat di Peta

1. Dengan Cara Kordinat

Koordinat titik merupakan bilangan yang menyatakan kedudukan dari


titik tersebut pada sistem kordinat yang digunakan, sebagai contoh :
a. Sistem Grid dinyatakan dalam Sumbu Absis (sumbu x) dan Sumbu
Kordinat (sumbu y). Misalnya titik A (x cm.y cm)
b. Sistem Graticule dinyatakan terhadap Lingkungan Equator dan
Lingkaran Meditarian Greenwich.
Misalnya titik A (106°BT.9°LS)
Umumnya dalam kegiatan prakteknya navigasi darat menggunakan
sistem Grid, mengingat dapat dicapai ketelitian kordinat yang lebih
akurat daripada sistem Graticule. Terdapat 2 macam cara dalam
menentukan titik kordinat :
a. Cara 6 angka
Misalnya titik A (250.301)
b. Cara 8 angka
Misalnya titik A (2504.3010)
Hal ini dilakukan diatas peta bukan dilapangan. Misalnya Kordinat
kampung A 2504.3010
Penunjukkan dari arah Barat ke Timur kemudian dari arah Selatan
ke Utara. Cara menunjukkan dan menetukannya disebutkan dulu
obyek, kemudian nomor lembar peta dan titik kordinatnya
Contoh :
a. Obyek : Gunung Ardjuna
b. Nomor Lembar Peta : 54/XLII-A
c. Kordinat : 2504.3010

2. Dengan Cara Karvak (Kv)


Menyatakan kedudukan yang lebih luas daripada 1 titik. Misalnya
kampung A berada di Karvak 2530

30
KampungA
KV 2530
29

28
23 24 25

Contoh menentukan titik dengan sistem Karvak

D. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat.
Macam koordinat adalah :
1. Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang
dianggap 0° atau 106°48’ 27,29". Sehingga di wilayah Indonesia awal
perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat Jakarta akan
berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang
adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu
diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
2. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat
grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter),
sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
3. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada
gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta topografi.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi
peta. Kedua sistem koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara
internasional. Namun dalam pembacaan seiring membingungkan, karenaya
pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
Misalnya: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.

E. Mencari Besarnya Sudut Tanjakan


Diketahui :
Tinggi A = 2.500 meter
Tinggi B = 2.700 meter
Skala Peta = 1 : 50.000 cm
Jarak antara A-B = 2 cm
Ditanya : Besarnya sudut tanjakan?
Jawab :
1. Dengan Pecahan
Jarak mendatar dari A-B di medan
= 2 x 50.000 cm = 1.000 meter
100 m
Perbedaan kontur A dan B
= 2.700 – 2.500 = 200 meter
Sudut tanjakan dari A-B = T/A = 200/1.000 = 2/10 pml

2. Dengan Prosentase
T/A x 100% = (200/1.000) x 100% = 20% pml
3. Dengan Derajat
T/A x 57,3° = (2/10) x 57,3° = 11,46°
Dalil ilmu ukur yang menyatakan besarnya sudut tangen dibuat dari titik
tengah lingkaran menuju keliling lingkaran adalah sama dengan
busurnya, dimana keliling suatu lingkaran
(2 x 27/7) x r = 6,28 x r = 360°
360° : 6,28 = 57,3°
Ini dinamakan Faktor 57,3° yang sama dengan 1 radian
Catatan :
Cara ini tidak dapat dipergunakan untuk sudut yang lebih besar dari
20°

F. Pokok Pembahasan Navigasi Darat

Terdapat 3 macam Utara dalam mempelajari navigasi darat, yaitu Utara


Sebenarnya “US” (True North), Utara Peta “UP” (Grid North) dan Utara
Magnetis “UM” (Magnetic North). Ketiga Utara tersebut tidak berhimpit
menjadi satu, disebabkan masa volume bumi terjadi oleh adanya rotasi dan
evolusi, dengan demikian akan timbul :

1. Utara Sebenarnya
Yaitu arah yang ditunjukkan oleh Meridien dan menuju ke kutub Utara
Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara
yang melalui Kutup Utara di Selatan Bumi.
2. Utara Peta
Utara Peta (Grid North/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang
sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.

3. Utara Magnetis
Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak panah
separuh), yaitu Utara yang ditunjukan oleh jarum kompas. Utara
magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau
Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan,
karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka
akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut.

4. Ikhtilab Magnetis
Penyimpangan sudut antara US-UM baik ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yang menjadi patokan
adalah Utara Sebenarnya (US).

5. Ikhtilab Peta
Penyimpangan sudut antaraUS - UP baik ke Barat maupun ke Timur,
disebut ikhlaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi
patokan adalah Utara Sebenarnya

6. Ikhtilab UP - UM (Sudut Peta Magnetis / SPM)


Penyimpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur,
disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi
patokan adalah Utara Peta dengan diagram sudut digambarkan US UP
UM
Gambar : Utara Peta dan Ikhtilab Peta

7. Sudut-sudut
Yaitu sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis yang menuju Utara Peta
dan Utara Magnetis. Untuk mengubah susdut kompas ke sudut peta
dan sebaliknya dapat menggunakan rumus :
a. Sudut Kompas
Sudut Peta - Ikhtilab UP.UM bila UP.UM di Timur
Sudut Peta + Ikhtilab UP.UM bila UP.UM di Barat
b. Sudut Peta
Sudut Kompas + Ikhtilab UP.UM bila UP.UM di Timur
Sudut Kompas - Ikhtilab UP.UM bila UP.UM di Barat

8. Variasi Magnetis
Adalah perbedaan antara Ikhtilab Magnetis pada waktu-waktu yang
berlainan. Variasi Magnetis pada beberapa tempat tidak sama. Variasi
magnetis ini ditulis pada bagian bawah peta topografi untuk
menentukan Deklinasi dan Variasi Magnetis. Untuk Peta Topografi
Indonesia yang baru digambarkan dengan diagram sudut yang
terdapat disebelah kiri bawah peta. Biasanya dituliskan dengan :
GN = Grid North (Utara Peta)
TN = True North ( Utara Sebenarnya)
MN = Magnetic North (Utara Magnetis)
Disamping itu pula dinyatakan pula beberapa variasi magnetis rata-rata
tiap tahun. Ada juga diantaranya yang tidak menggambarkan Ikhtilab
Peta hanya Ikhtilab Magnetisnya saja. Untuk mencari Ikhtilab Peta
harus dilihat batas kiri dan kanan Peta tertulis kata Grid Deklination
yang artinya sama juga dengan Ikhtilab Peta. Kalau Grid Deklination ini
juga tidak ada, berarti Utara Peta dan Utara Sebenarnya dianggap
Sejajar.

8. Increase - Decrease
Dalam Variasi Magnetis tak jarang sering ditemukan kata Increase dan
Decrease, maksudnya adalah :
a. Bilamana suatu Variasi bertambah, sehingga setiap tahunnya
makin lama makin bertambah, maka dikatakan Variasi Magnetis
tersebut Increase
b. Bilamana suatu variasi berkurang, sehingga setiap tahunnya makin
lama makin berkurang, maka dikatakan Variasi Magnetis tersebut
Decrease
9. Pemberian Nomor Pada Peta

Indeks Peta Rupa Bumi Indonesia


Skala 1 : 2.500.000

Indeks Peta Rupa Bumi Indonesia


Skala 1 : 1.000.000

a. Lembar Peta
Umumnya peta di Indonesia mempunyai luas gambar peta 37.1 cm
x 37.1 cm (kecuali pada bagian medan yang mendekati pantai
terdapat semenanjung yang menjorok)
b. Jalur Bagian Derajat (JBD)
Suatu bidang JBD adalah 1° atau berjarak 111.3 km.
Keliling Katulistiwa (keliling bumi) adalah 360°.
Jadi jarak keliling bumi adalah :
1° x 360° = 111.3 km x 360 = 40.068 km
c. Lembar Bagian Derajat (LBD)
Potongan-potongan JBD dinamakan LBD (Lembar Bagian
Derajat). Potongan-potongan LBD diterangkan pada indeks
petunjuk Lembar Derajat pada sisi kiri bawah peta. LBD
mempunyai panjang 20’ dan lebar 20’.
Dimana 1° (JBD) ÷ 20’ adalah 3 LBD
Jumlah LBD melalui lingkar Katulistiwa adalah :
3 x 360 = 1.080 LBD
Panjang satuan jarak 1 LBD melalui lingkar Katulistiwa :
40.068 ÷ 1.080 = 37.1 km
1 JBD = 3 LBD
7 LS

52/XL 53/XL 54/XL


1 LBD = 20’

7 20’ LS

52/XLI 53/XLI 54/XLI

7 40’ LS

52/XLII 53/XLII 54/XLII

8 LS
5 BT 5 20’ BT 5 40’ BT 6 BT
Gambar : 1 JBD (1 ) = 111.3 km x 111.3 km
1 LBD (20’ x 20’) = 37.1 k m 37.1 km
Peta Nomor 54/XLII
Jakarta 0 sebagai Meridian Indonesia
Posisi Jakarta dari Greenwich 106 48’27,29” BT
Posisi JBD 5 40’ BT dihitung dari posisi Jakarta ke Timur

Luas LBD 37.1 km x 37.1 km jika diskalakan 1 : 100.000 cm (37.1 cm x


37.1 cm) masih terlalu besar, maka perkecil menjadi 4 bagian
potongan-potongan LBD yaitu 18.55 km x 18.55 km dan skalanya
menjadi 1 : 50.000 cm (74.2 cm x 74.2 cm)
Skala 1 : 100.000 cm
7 40’ LS
Skala 1 : 50.000 cm

54/XLII-A 54/XLII-B

7 50’ LS

54/XLII-C 54/XLII-D

8 LS
5 40’ BT 5 50’ BT 6 BT

Gambar : Skala 1 : 50.000 cm


1 LBD 10’ = 18.55 km x 18.55 km
Nomor Peta 54/XLII-A
Posisi Peta 5 40’ BT dari Jakarta
Apabila skalanya 1 : 25.000 cm, maka masing-masing A, B, C, dan D
dibagi menjadi 4 dari a s/d q (tapi tampa huruf i)

Skala 1 : 100.000 cm
7 40’ LS
a b c d

Skala 1 : 25.000 cm
7 45’ LS
e f g h
7 50’ LS
j k l m
7 55’ LS
n o p q
8 LS
5 40’BT 5 45’BT 5 50’BT 5 55’BT 6 BT

Gambar : Skala 1 : 25.000 cm


1 LBD 5’ = 9.275 cm x 9.275 cm
Nomor Peta 54/XLII-q
Posisi Peta 5 55’ BT dari Jakarta

10. Batas-batas Wilayah


Batas Barat Indonesia : 94°40’ BT
Batas Timur Indonesia : 141° BT
Batas Utara Indonesia : 6° LU
Batas Selatan Indonesia : 11° LS
Batas Jakarta : 106°48’27,29” BT
Dan Jakarta dijadikan Meridian 0° untuk Indonesia.
Jumlah LBD (Lembar Bagian Derajat) untuk jarak mendatar di
Indonesia adalah :
3 x (141° - 94°40’) = 139 LBD
3 x (6° - 11°) = 51 LBD
Jadi jumlah seluruh LBD di Indonesia 139 x 51 = 7.089 lembar. LBD
Horisontal (dari Batas Barat Indonesia ke Timur) diberikan nomor mulai
1 s/d 139 memakai Angka Latin. Sedangkan LBD Vertikal (dari Batas
Utara Indonesia ke Selatan) diberikan nomor mulai I s/d LI memakai
Angka Romawi.

11. Mencari Lembar Peta

Misalnya diketahui sebuah pesawat komersial jatuh pada posisi


112°32’BT.7°50’LS
Ditanyakan : Nomor berapa lembar petanya?
Jawab :
a. Nomor Lembar Bagian Derajat ke Timur (Angka Latin)
112°32’ - 94°40’ = 17°52’
17°52’ x 3 (atau dibagi 20’) = 53° + 36’
Jadi LBD Angka Latin Peta tersebut 54
b. Nomor Lembar Bagian Derajat ke Selatan (Angka Romawi)
6° - 7°50’ = 13°50’
13°50’ x 3 (atau dibagi 20’) = 41° + 30’
Jadi LBD Angka Romawi Peta tersebut XLII
Catatan :
53° + 36’ = 54 ( kelebihan 36’) dan 41° + 30’ = XLII (kelebihan 30’)
kelebihan tersebut dimasukkan pada nomor peta selanjutnya. Maka
Nomor Lembar Peta adalah 54/XLII

12. Mencari Batas Peta

Misalnya diketahui lembar peta nomor 54/XLII-A


Ditanyakan :
Batas Timur 0° Jakarta ?
Batas Selatan 0° Katulistiwa ?
Jawab :
a. Batas Timur 0° dari Jakarta
112°48’27,29” - 106°48’27,29” = 6°
Jadi batas Timur 0° Jakarta = 6° - 10’
= 5°50’
b. Batas Selatan 0° dari Katulistiwa
14° - 6° LU = 8°
Jadi batas Selatan 0° Katulistiwa = 8° - 10’
= 7°50’
Catatan :
Batas Timur 0° dari Jakarta dan Selatan Katulistiwa untuk setiap LBD
dikurangi 10’, karena petanya terletak pada lembar A

13. Menggunakan Peta

Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi,


sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelum
berjalan catatlah:
 Koordinat titik awal (A)
 Koordinat titik tujuan (B)
 Sudut peta antara A - B
Tanda medan apa saja yang akan dijumpai pada sepanjang lintasan A
- B. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu
yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan lintasan A - B. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah kita harus tahu
titik awal keberangkatan kita, baik di medan maupun di peta.
 Gunakan tanda medan yang jelas bali di medan dan peta.
 Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai
dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau
belum.
 Perkirakan berapa jarak lintasan. Misalnya, medan datar 5 km
ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama
10 menit.
Lakukan orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan.
Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi
medan dan perubahan arah perjalanan, menyeberangi sungai, ujung
lembah dan lainnya. Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan
cara, pada peta dibuatkan lintasan dengan jalan membuat garis (skala
vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar
garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan
juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan
mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang
lintasan sebenarnya.

14. Memahami Cara Ploting Peta

Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan


tanda-tanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam
membaca peta. Misalnya Tim Camp berada pada koordinat titik A
(3989 : 6360) + 1400 m dpl.
Basecamp memerintahkan tim Camp agar menuju koordinat titik T
(4020 : 6268) + 1301 m dpl. Maka langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah:
 Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor.
Pembacaan dimulai dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y,
didapat (X.Y).
 Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T,
kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut
A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan
sistem Azimuth (0° - 360°) searah putaran jarum jam. Sudut ini
berguna untuk mengorientasikan arah dari A ke T.
 Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A
menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun
berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun
punggungan. Harus dipahami betul bentuk garis-garis kontur.
 Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi waktu tempuh:
Kemiringan lereng dan Panjang lintasan
 Keadaan dan kondisi medan (misalnya hutan lebat, semak berduri
atau pasir)
 Keadaan cuaca rata-rata
 Waktu pelaksanaan (pagi, siang atau malam)

15. Orientasi Peta

Merupakan langkah dasar dalam memegang peta yang benar


(menunjukkan arah Utara)
a. Bukalah kompas seluruhnya
b. Letakkan kompas diatas peta, lalu sejajarkan sumbu pokoknya
dengan Utara peta
c. Putar petanya sehingga sejajar pula dengan arah Utara
magnetisnya. Setelah itu dilakukan, maka peta telah dipegang
secara benar

16. Tehnik Membaca Peta

 Tentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan


menggunakan tehnik orientasi dan resection, bila keadaan
memungkinkan
 Ketahui terlebih dahulu titik keberangkatan, baik itu dipeta maupun
di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.
 Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus,
aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah
perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan
menginterprestasikan peta.
 Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan. Apakah sesuai
dengan arah punggungan, sungai, dsb, yang akan dijelajahi.
 Usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah
perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumlah
waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta
sehingga dapat memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat,
bahwa taksiran itu tidak pasti.

17. Perhitungan Sudut Kompas

Misalnya diketahui :
Peta Gunung Ardjuna
Peta Nomor 54/XLII-A
Skala 1 : 50.000 cm
Peta dibuat tahun 1943
Decrease 1’1” pertahun
Ikhtilab Magnetis 1°39’ ke Timur
Ikhtilab Peta/Grid Declination 21’
Sudut Kompas 170°
Ditanya : Hitung sudut kompasnya?
Jawab :
Sudut Kompas = Sudut Peta - Ikhtilab UP.UM (2005)
UP.UM 2005 = US UM - US UP
= 1°39’ - 21’ = 1°18’
Decrease = 1’1” x 62 tahun = 1°3’2”
UP.UM 2005 = 1°18’ - 1°3’2” = 14’58”
Jadi Sudut Kompas = 170° - 14’58” = 169°45’2”
18. Perhitungan Sudut Peta
Diketahui :
Peta Gunung Arjuna
Peta Nomor 54/XLII-A
Skala 1 : 50.000 cm
Peta dibuat tahun 1943
Decrease 1’1” pertahun ke Timur
Ikhtilab Magnetis 1°39’ ke Timur
Ikhtilab Peta/Grid Declination 21’
Sudut Kompas 170°
Ditanya : Hitung sudut peta?
Jawab :
Sudut Peta = Sudut Kompas + Ikhtilab UP.UM (2005)
UP.UM 2005 = US UM - US UP
= 1°39’ - 21’ = 1°18’
Decrease = 1’1” x 62 tahun = 1°3’2”
UP.UM 2005 = 1°18’ - 1°3’2” = 14’58”
Jadi Sudut Peta = 170° + 14’58” = 170°14’58”

19. Mengenal Tanda Medan


Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk
keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam
yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda
Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum
berangkat ke lapangan, yaitu:
 Lembah antara dua puncak
 Lembah yang curam
 Persimpangan jalan atau ujung desa
 Perpotongan sungai dengan jalan setapak
 Percabangan da kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain
 Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan
dan percabangan sungai, jembatan dan lain-lain.

F. Tehnik Pergerakan di Medan

1. Back Azimuth (Titik Balik)


Merupakan sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai
dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah
Utara). Maksud dan tujuan Azimuth sendiri dipakai untuk menentukan
arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan
perjalanan, apakah telah mematuhi sudut kompas atau tidak. Karena
garis yang membentuk sudut kompas adalah arah lintasan yang
menghubungkan titik awal dan titik akhir perjalanan itu sendiri. Cara
menghitung Azimuth :
a. Back Azimuth = Sudut Kompas + 180°
Apabila sudut kompas lebih kecil dari 180°
b. Back Azimuth = Sudut Kompas - 180°
Apabila sudut kompas lebih besar dari 180°
Disamping untuk meneliti kembali sudut kompas pada garis lintas,
Back Azimuth juga berguna untuk mengatasi halang rintang medan
2. Mengatasi Hambatan Alam

Apabila pada lintasan perjalanan terhalang oleh hambatan alam,


misalnya : Tebing, Rawa-rawa, Danau, dsb, maka untuk mengatasinya
terdapat 2 macam cara :

a. Alternatif Pertama

Titik B
Arah Perjalanan A C Arah Perjalanan
Rintangan

 Dari titik A karena terhalang, maka dicari tanda alam pada


lintasan dengan asumsi sekiranya tanda tersebut dapat terlihat
dari balik atau seberang rintangan, misalnya titik B
 Selanjutnya kita lewati rintangan tersebut lewat jalan yang
mudah (tentunya dilakukan tampa perlu bidikan kompas).
Sampai diseberang rintangan tampa tanda alam, misalnya titik
C
 Dari titik C dibidik Back Azimuth ke titik B. Apabila tidak
mendapatkan posisi yang baik, kita dapat mengeser posisi ke
kiri atau ke kanan sampai mendapatkan sudut yang dimaksud
atau dituju
 Bila sudut telah tepat, maka badan kita memutar kembali 180°,
kemudian kembali membidik sudut kompas awal dan
meneruskan kembali perjalanan yang sempat terhambat oleh
hambatan alam atau faktor-faktor lainnya

b. Alternatif Kedua

A D
Arah Perjalanan Ri nt an ga n Arah Perjalanan
+ 90 + 90
Pelambungan >>

Pelambungan >>

- 90 - 90

B Pelambungan >> C

 Pada awal rintangan, yaitu titik A lintasan dibelokan dengan


sudut kompas lintasan baru. Kemudian sudut kompas awal
ditambah (+90°) atau dikurangi (-90°) disesuaikan dengan
arah.
 Ikuti arah lintasan yang baru itu sambil menghitung jaraknya
dari A menuju B
 Setelah sampai pada titik B terlewati, sesuaikan sudut kompas
dengan awal perjalanan menuju titik C
 Pada titik C sudut kompas awal kembali ditambah (+90°) atau
dikurangi (-90°) sambil menghitung jaraknya menuju titik D
 Setelah hitungan jarak C ke D sama dengan hitungan jarak
dari A ke B, sesuaikan sudut kompas dengan awal perjalanan,
dan selamat kembali melanjutkan perjalanan

Catatan :
Harus selalu diingat, apabila berbelok ke arah kanan, maka sudut
kompas harus selalu ditambah (+90°). Dan sebaliknya, apabila
berbelok ke arah kiri sudut kompas harus selalu dikurangi (-90°)
3. Resection

Yaitu suatu tehnik untuk menentukan keadaan kita di peta


a. Oreantasikan peta dengan benar, kemudian lihat dan amati medan
disekitarnya
b. Beri tanda kedudukan atau posisi titik yang telah dikenali baik
dilapangan maupun di peta
c. Bidik kompas pada titik yang telah dikenali, kemudian catat pula
sudut kompasnya. Misalnya titik A dan B
d. Hitung Ikhtilab Peta, Ikhtilab Magnetis, Variasi Magnetis serta
perhatikan Increase dan Decrease (UP.UM tahun yang sedang
berjalan)
e. Tarik garis dari titik A dan B sebesar perhitungan Back Azimuthnya
sehingga berpotongan
f. Titik perpotongan tersebut merupakan posisi kita, misalnya di titik
C

B
A

4. Intersection Gambar : Tehnik Resection

Yaitu suatu tehnik untuk menentukan suatu obyek lain di peta


a. Oreantasikan peta dengan benar
b. Misalnya pada tempat kita berada terdapat titik Triangulasi yang
pada peta dikenal posisinya, lalu kita sebut titik A
c. Kemudian bidik kompas kearah obyek. Misalnya titik C itu dari
kedudukan kita (titik A). Pindahkan ke peta dengan cara menarik
garis setelah dihitung Ikhtilab-Ikhtilab serta Variasi Magnetisnya
d. Selanjutnya kita berpindah ke titik B yang juga telah diketahui
kedudukannya baik pada peta maupun di medan (seperti point b)
e. Bidikkan kompas dari kedudukan kita (titik B) ke arah sasaran,
kemudian pindahkan ke peta dengan cara menarik garis setelah
dihitung Ikhtilab-Ikhtilab dan Variasi Magnetisnya (seperti point c)
f. Perpotongan kedua garis tersebut merupakan kedudukan dari
obyek tersebut (titik C)

B
A

Gambar : Tehnik Intersection

IV. Pengetahuan Tambahan

Pengetahuan tambahan tak jarang juga kerap dipergunakan pada setiap


melakukan olahraga petualangan alam bebas

A. Menentukan Arah Tampa Kompas

Beberapa cara yang dapat dilakukan apabila kompas kita tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya lagi atau hilang pada saat tengah
melakukan kegiatan di medan

1. Tanda-tanda Alam
a. Kuburan Muslim selalu menunjukkan arah Utara
b. Masjid menghadap kearah Kiblat (untuk Indonesia menghadap
Barat Daya
c. Bagian pohon yang berlumut tebal, menunjukkan arah Timur Laut

2. Jarum Arloji
Daerah Utara dari sebelah Equator, jarum kecil arahkan ke Matahari,
garis pembagi sudut antara 12 dengan jarum kecil tersebut adalah
menunjukkan arah Utara

3. Perbintangan
a. Perhatikan arah Bulan, Bintang, serta Matahari yang terbit yaitu
disebelah Timur, demikianlah bila terpendam ada disebelah Barat
b. Perhatikan rasi Bintang Crux (Bintang Salib atau Gubuk Penceng),
perpotongan garis diagonal yang memotong Horizon atau kaki
langit dari tempat kedudukan kita adalah menunjukkan arah
Selatan

4. Dengan mempergunakan sebuah silet yang ditaruh pada permukaan


air. Kedua sisi pendeknya akan menunjukkan arah Utara dan Selatan

Telah hampir seluruhnya pengetahuan Ilmu Medan Peta dan Kompas


pada Navigasi Darat yang dapat dipelajari. Langkah selanjutnya adalah
mempelajari serta mengaplikasikan teori tersebut di medan yang
sebenarnya yang tentunya tahap demi tahap. Dengan terus berlatih,
diharapkan nantinya kita akan lebih memahami dan menyempurnakan
lagi ilmu yang telah dipelajari itu sendiri. Sehingga nantinya diri kita
dapat menjadi seorang Crue Pecinta Alam Profesional serta Handal
dalam pengabdian kepada bangsa dan negara Indonesia. Semoga
para Elang Gunung dan Rimba selalu Jaya.

Anda mungkin juga menyukai