Anda di halaman 1dari 14

RAHASIA

PUSAT KESENJATAAN INFANTERI Lampiran III Keputusan Danpusdikif


PUSAT PENDIDIKAN INFANTERI Nomor Kep / 22 / III / 2018
Tanggal 26 Maret 2018

PIONIR

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Dalam suatu operasi, baik operasi pertahanan maupun operasi serangan,


sering kita menghadapi hal-hal yang tidak diduga sebelumnya, meskipun
pelaksanaan itu sendiri sudah direncanakan dengan seteliti-telitinya.

b. Satu contoh, Suatu jembatan yang kita jadikan salah satu poros komunikasi
utama, pada hari ini masih dalam keadaan utuh/bisa dilewati, tetapi keesokan
harinya sudah tidak ada lagi karena di Bom oleh musuh, sehingga putuslah
komunikasi tersebut. Demikian juga misalnya pada hari ini kita ketahui bahwa
medan yang akan kita lalui masih bersih dari ranjau-ranjau/rintangan-rintangan,
ternyata pada malam harinya musuh telah menanam/memasang ranjau-ranjau/
rintangan-rintangan dengan penuh keahlian dan keberanian dimedan tersebut.
Tidak jarang pula terjadi, kita harus melakukan suatu operasi barhari-hari dimana
kita harus mengadakan perkemahan. Untuk mengatasi semua hal-hal seperti
tersebut diatas dan untuk tercapainya tujuan operasi, maka dibutuhkan suatu team
khusus yang betul-betul ahli dalam bidang pekerjaan tersebut dan harus mampu
menyelesaikannya dalam waktu yang relatif singkat, tepat dan sesuai dengan
rencana operasi. Pekerjaan ini disebut dengan “PEKERJAAN PIONIR”.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi Dikbabakduk.

b. Tujuan Agar Bintara siswa mampu melaksanakan Pionir.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Pendahuluan.
b. Tali Temali.
c. Kedudukan Tembak.
d. Penutup.

RAHASIA
2

4. Pengertian Pionir.

a. Pionir adalah Perintis atau pelopor, merupakan unsur yang terdepan yang
bertugas unuk meratakan atau menyiapkan jalan bagi unsur-unsur dinamis yang
bergerak mengikutinya dibelakang.

b. Hakekat Pekerjaan Pionir. Agar dalam operasi memperoleh keselamatan,


keamanan dan ketenangan dari unsur-unsur yang ikut terlibat dalam operasi,
personel dan alat-alat perang. Dengan diperlukan keahlian atau ilmu tertentu
yang disertai dengan pengalaman-pengalaman untuk pekerjaan itu.

BAB II
TALI TEMALI

5. Umum. Tali temali adalah salah satu pekerjaan pionir yang berhubungan
dengan tali, juga berhubungan dengan bambu/kayu yang dapat dipergunakan untuk
kepentingan latihan atau pada saat menjalankan operasi.

Pada dasarnya pekerjaan tali-temali ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian besar ialah :

a. Simpul.
b. Jerat.
c. Ikatan.

6. Simpul.

a. Pengertian. Simpul adalah hubungan antara kedua ujung tali.


b. Macam-macam Simpul.

1) Simpul Sosok.

Gambar 1

2) Mata.

Gambar 2
3

3) Simpul Biasa/Mati.

Gambar 3

4) Simpul Hidup. Untuk menyambung 2 utas tali yang sama


besarnya.

Gambar 4

5) Simpul Anyam. Untuk menyambung 2 utas tali yang besar


dengan yang kecil.

Gambar 5

6) Simpul Anyam Rangkap/Ganda. Untuk menyambung 2 utas tali


antara yang besar dengan yang kecil dalam keadaan basah.

Gambar 6

7) Simpul Aceh. Untuk mengikat orang-orang tahanan/tawanan.

Gambar 7
8) Simpul Gelung. Untuk tali pengaman.
4

Gambar 8

7. Jerat.

a. Pengertian. Jerat adalah hubungan antara tali dengan 1 buah benda


kayu/bambu.

b. Macam-macam jerat.

1) Mastworp. Adalah jerat permulaan untuk membuat ikatan.

Gambar 9

2) Jerat Tukang Kayu. Adalah jerat untuk permulaan membuat ikatan.

Gambar 10

3) Repstock - I. Digunakan untuk menegangkan tali yang besar.

Gambar 11

4) Repstok - II. Digunakan untuk menarik tali baja.


5

Gambar 12

5) Jerat anak tangga. Digunakan untuk membuat tangga.

Gambar 13

6) Jerat sauh.

a) Jerat sauh tunggal. Untuk mengikat tali pada pohon.

Gambar 14

b) Jarat sauh rangkap.

Gambar 15

7) Jerat untuk memperpendek tali.


6

Gambar 16

8. Ikatan.

a. Pengertian. Ikatan adalah hubungan antara 2 buah benda (kayu/bambu)


dengan pertolongan seutas tali.

b. Macam-macam Ikatan.

a) Ikatan pokok. Digunakan untuk mengikat 2 batang kayu/bambu


yang letaknya sejajar, pelaksanaannya dimulai dengan jerat tukang kayu.

Gambar 17

b) Ikatan Silang. Digunakan untuk mengikat 2 batang kayu/bambu


yang letaknya menyilang, pelaksanaannya didahului dengan jerat tukang
kayu.

Gambar 18

c) Ikatan Hidup. Digunakan untuk mengikat 2 batang kayu/bambu


yang letaknya bersilangan tegak lurus pelaksanaannya didahului dengan
jerat tukang kayu.

Gambar 19
d) Ikatan Susut/Puntir. Digunakan untuk mengikat 2 batang kayu/bambu
atau lebuh dengan menggunakan kayu pemuntir.
7

Gambar 20

9. Keterangan Tali Temali.

a. Jika akan mengikat suatu benda (kayu/bambu), pada permulaannya dengan


menggunakan jerat tukang kayu/jerat pangkal (Maswarp).
b. Jika pengikatan telah selesai, harus diakhiri/dimatikan dengan simpul
hidup/jerat setengah.
c. Ikatan susut/ikatan puntir biasanya digunakan untuk mengikat pada rusuk-
rusuk penutup jembatan kepada lantai dan pada gelagar/golongannya.
d. Untuk segala macam pengikatan dapat menggunakan tali ijuk, rotan, kawat
atau tali dari bambu.
e. Untuk ikatan-ikatan yang menggunakan kawat tadak dimulai dengan ikatan
tukang kayu/jerat pangkal, tetapi cukup dengan satu ujungnya dibelitkan.
f. Simpul Gelung hanya dapat dilakukan pada pengikatan-pengikatan kecil dan
bahannya dari tali bambu atau kawat.

BAB III
KEDUDUKAN TEMBAK

10. Umum. Sebagian dari usaha prajurit agar tetap aman didalam pertempuran
dan dapat membinasakan musuh sebanyak-banyaknya adalah dengan jalan memilih
kedudukan tembak yang terlindung, baik perlindungan alam maupun buatan. Biasanya
perlindungan buatan lebih baik dari perlindungan alam karena sudah dipersiapkan lebih
baik. Apalagi kalau keduanya dikombinasikan dengan baik.

Gambar 21

11.
Kedudukan
Tembak.
8

a. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas diperhatikan faktor-faktor :

1) Samaran. Ketentuan dan cara menyamar.


2) Senjata-senjata harus dapat digunakan dengan tepat. Sumur-sumur
dan kedudukan harus sesuai dengan senjata yang digunakan, agar senjata
tetap dapat menembak dengan baik. Tentunya kedudukan mortir dibuat
berbeda dengan kedudukan senapan mesin.
3) Senjata dapat menembak kesegala jurusan. Memberikan
keleluasaan bagi senjata untuk menembak ke medan yang diinginkan.
4) Terlindung. Terlindung dari segala arah (muka, belakang, kanan dan
kiri). Perlindungan yang meliputi perlindungan terhadap tembakan,
peninjauan, serangan tank, sinar radio aktif dan lain-lain.
5) Pelaksanaan pimpinan dan jalan-jalan penghubung. Masing-masing
kedudukan tidak saling berjauhan antara kedudukan satu dengan lainnya.
Dapat dengan pandangan maupun suara.
6) Seenak-enaknya bagi prajurit. Tersedia tempat penampung hujan
(agar kaki tidak basah), tempat duduk dan sandaran lengan yang enak Kalau
mungkin tempat tidur, kakus dan lain-lain.

b. Agar kedudukan tembak ini benar-benar dapat memberikan perlindungan


yang aman bagi prajurit, maka pembuatannya harus berpedoman kepada petunjuk-
petunjuk tentang pembuatan kedudukan tembak.

12. Samaran. Samaran adalah merupakan usaha, pekerjaan kegiatan dan tindakan
untuk menyembunyikan, perlengkapan dan kedudukan terhadap peninjauan musuh dapat
menggunakan bahan-bahan dari alam atau buatan.

a. Ketentuan dalam samaran, yaitu sebagai berikut :

1) Memanfaatkan perlindungan alam yang ada disekitar dari peninjaun


musuh.
2) Merubah bentuk bayangan, susunan dan warna benda-benda.
3) Samaran ditunjukkan terhadap peninjauan baik dari darat maupun
dari udara.
4) Samaran jangan berlebihan.
5) Lakukan disiplin samaran yang baik.

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam samaran, diantaranya yaitu :

1) Gerakan. Gerakan adalah hal yang menarik perhatian. Yang


perlu diperhatikan saat bergerak yaitu :

a) Bila kita memberi isyarat tangan atau bergerak dari satu


kedudukan kedudukan yang lain akan dapat terlihat dari jarak yang
jauh dengan mata telanjang.
b) Hindari gerakan yang tidak perlu, dan kalau terpaksa maka
usahakan bergerak dengan posisi rendah (merunduk).
c) Bergeraklah pada rute yang terlindung dari pandangan dan
tembakan musuh.
d) Hindari gerakan yang melintang sebab lebih mudah terlihat
dibandingkan dengan gerakkan membujur.
9

2) Kedudukan.

a) Kedudukan
harus berada
ditempat yang
tidak diduga oleh
musuh. seperti pada
sisi/lereng bukit, jauh dari pertigaan jalan dan bangunan-bangunan
terpencil, dll.
b) Pelajari medan dan tumbuh-tumbuhan disekitarnya, susunan
rumput-rumputan, dedaunan dan jangan memasang cabang-cabang
di daerah yang terbuka.
c) Gunakan bahan sesuai kebutuhan jangan berlebihan, karena
justru akan menunjukkan kedudukan kita karena terlihat tidak
sewajarnya/alami.
d) Perhatikan waktu mengambil rerumputan atau dedaunan
jangan dari satu tempat, karena akan meninggalkan jejak.
e) Tutup tanah galian baru karena kelihatan menonjol dan
menutupnya jangan berlebihan.
f) Setelah selesai menyamar kedudukan, diperiksa dari arah
peninjauan datangnya musuh, bila belum sempurna disempurnakan.
g) Disiplin samaran dipegang teguh karena samaran sudah
sempurna tetapi gerakan di daerah kedudukan akan tertinjau oleh
musuh.

Gambar 22

3) Garis atau bayangan medan.

a) Garis atau bayangan medan akan memberikan perlindungan


terhadap peninjauan udara dan darat.
b) Usahakan bergerak dari satu bayangan medan kebayangan
medan lainnya.
c) Jika berhenti harus selalu memanfaatkan bayangan atau garis
medan yang ada.
10

Gambar 23

4) Sinar/cahaya.

a) Sinar/cahaya akan menarik perhatian musuh.


b) Pada malam hari dapat berupa cahaya senter atau api rokok.
c) Pada siang hari dapat berupa pantulan cahaya perlengkapan
yang mengkilat.
d) Cahaya ini akan memudahkan bagi musuh untuk mengetahui
kedudukan kita.
e) Untuk mengurangi cahaya/sinar ini maka gunakan cat khusus
samaran (krim)/lumpur/arang pada muka dan bagian-bagian badan
lainnya yang tidak tersamar seperti tangan dan leher.
f) Samaran untuk menghilangkan pantulan cahaya dari kulit
(muka) tidak mutlak berwarna hitam.
g) Untuk bagian Dahi, tulang pipi, hidung, dagu dan belakang
leher (tengkuk, bagian bawah telinga)adalah bagian muka yang perlu
dipoles dengan samaran yang agak gelap.
h) Pada saat menyamar saling bantu sesama prajurit sehingga
dapat sempurna.

Gambar 24
5) Warna Samaran.
11

a) Warna samaran harus sesuai dengan warna tumbuhan latar


belakang disekitar kedudukan jangan menggunakan samaran yang
menarik perhatian.
b) Warna tumbuh-tumbuhan dapat berubah sesuai dengan
peredaran musim.
c) Perlengkapan yang perlu samar, yaitu :

(1) Rangsel.
(2) Ikat pinggang yang mengkilat, senjata, pakaian.
(3) Samaran dapat menggunakan rerumputan, kain loreng
atau samaran yang terbuat dari karung goni, dicat sobekan
kain dan lain sebagainya yang dapat digunakan untuk
menyamar.
(4) Bagian kulit badan yang terlihat disamar seperti muka,
leher, tangan disamping pakaian yang dipakai loreng.

d) Perlengkapan harus dipoles tebal dengan corak tidak teratur,


gunakan lumpur atau kotoran-kotoran agar permukaan senjata tidak
mengkilat, tetapi bagian-bagian yang bergerak supaya tetap bersih
agar senjata bekerja sebagaimana mestinya dtidak mengganggu
dalam penggunaannya.
e) Perlengkapan diberi warna hitam atau hijau supaya
menyerupai warna-warna yang ada disekelilingnya.
f) Penggunaan warna-warna untuk samaran perlu juga
dipertimbangkan apakah warna-warna tersebut menimbulkan bau-
bauan atau tidak.

Gambar 25

13. Cara Membuat Lubang Perlindungan. Lobang perlindungan atau sumur


penembakan perorangan dapat dibuat untuk sikap tiarap, jongkok atau duduk dan sikap
berdiri.

a. Sikap tiarap. Untuk membuat lobang perlindungan perorangan dapat


menggunakan cangkul, linggis atau alat lainnya sangkur dapat digunakan untuk
membuat lobang. Ukuran minimal :

1) Panjang lobang sepanjang tubuh ditambah 10 cm.


2) Lebar 60 cm.
12

3) Dalam 45 cm.
4) Tebal tanggul 15 cm (dengan senjata tanpa magazen).
5) Tebal 30 cm (bila dengan senjata bermagazen).
6) Lebar tanggul 90 cm.
7) Jarak sandaran tangan dari lobang ketanggul 30 cm.

C
B 15 cm
Sepanjang Tubuh Ditambah 10 cm 30 cm

90 cm
45 cm A

Gambar 26

Keterangan : A = Sumur tembak.


B = Tanggul.
C = Sandaran tangan.

b. Sikap jongkok/duduk. Untuk pembuatan lobang perlindungan


perorangan dapat menggunakan cangkul, linggis atau alat lainnya yang
dapat digunakan untuk membuat lobang. Ukuran minimal :

1) Panjang lobang sepanjang badan berlutut.


2) Lebar 60 cm.
3) Dalam 75 cm.
4) Tebal tanggul 15 cm (dengan senjata tanpa magazen).
5) Tebal 30 cm (bila dengan senjata bermagazen).
6) Lebar tanggul 90 cm.
7) Jarak sandaran tangan dari lobang ketanggul 30 cm.

C
30 cm B 15 cm

90 cm
Sepanjang Badan Berlutut

75 cm

40 cm
A
Gambar 27

Keterangan : A = Sumur tembak.


B = Tanggul.
C = Sandaran tangan.
13

c. Sikap berdiri. Untuk membuat lobang perlindungan perorangan dapat


menggunakan cangkul, linggis atau alat lainnya sangkur dapat digunakan untuk
membuat lobang. Ukuran minimal :

1) Panjang lobang 60 cm.


2) Lebar 60 cm.
3) Dalam setinggi ketiak ditambah 10 cm.
4) Tebal tanggul 15 cm (dengan senjata tanpa magazen).
5) Tebal 30 cm (bila dengan senjata bermagazen).
6) Lebar tanggul 90 cm.
7) Jarak sandaran tangan dari lobang ketanggul 30 cm.

C
30 cm B 15 cm

90 cm

Setinggi Ketiak + 10 cm
60 cm

40 cm
A

Gambar 28

Keterangan : A = Sumur tembak.


B = Tanggul.
C = Sandaran tangan.
RAHASIA
14
14

BAB IV
PENUTUP

14. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini di susun sebagai pedoman bagi
tenaga pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar Pionir pada
Dikbabakduk.

Komandan Pusat Pendidikan Infanteri,

Haryanto, S.I.P., M.Tr (Han).


Kolonel Inf NRP 1910035810467

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai