Anda di halaman 1dari 642

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Dankodiklatad


KODIKLAT Nomor Kep / / VIII / 2019
Tanggal, Agustus 2019

FUNGSI TEKNIS MILITER UMUM

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam


menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara (Pasal 5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI). TNI AD
adalah bagian dari TNI, berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan di darat
yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik
negara serta menjalankan fungsi TNI sebagai penangkal maupun penindak setiap
bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar serta dalam negeri terhadap
keutuhan wilayah, keselamatan bangsa dan yang membahayakan kedaulatan negara
serta pemulih terhadap kondisi keamanan negara di darat yang terganggu akibat
kekacauan keamanan.

b. Sebagai bagian dari TNI, tugas pokok TNI AD adalah menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara di darat.

c. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan tugas-tugasnya, TNI AD


menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu fungsi utama, fungsi organik militer, fungsi
pembinaan, fungsi teknis militer umum, fungsi teknis militer khusus, dan fungsi teknis
khusus.

d. Berangkat dari pembahasan di atas dan untuk mendukung penyelenggaraan


Pendidikan Perwira TNI AD, maka perlu disusun bahan ajaran (Hanjar) tentang fungsi
teknis militer umum TNI AD untuk digunakan sebagai pedoman dalam proses belajar
mengajar Pendidikan Perwira TNI AD, sehingga tujuan dan sasaran pendidikan dapat
tercapai secara optimal.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Hanjar ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran


dan penjelasan tentang Fungsi Teknis Militer Umum TNI AD sebagai materi pelajaran
pada Pendidikan Perwira TNI AD.

RAHASIA
2

b. Tujuan. Hanjar tentang Fungsi Teknis Militer Umum TNI AD ini disusun
dengan tujuan untuk digunakan sebagai pedoman bagi Guru Militer (Gumil)
dan Perwira Siswa (Pasis) dalam proses belajar mengajar pada Pendidikan Perwira
TNI AD agar tujuan pelajaran dapat tercapai.

3. Ruang Lingkup dan Tata urut. Hanjar tentang Fungsi Teknis Militer Umum TNI AD
ini menjelaskan tentang seluruh Fungsi Teknis Militer Umum TNI AD yang disusun dengan
tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan.
b. Infanteri
c. Kavaleri
d. Artileri Medan
e. Artileri Pertahanan Udara
f. Penerbangan
g. Zeni
h. Perhubungan
i. Peralatan
j. Pembekalan Angkutan
k. Kesehatan
l. Polisi Militer
m. Ajen
n. Topografi
o. Hukum
p. Keuangan
q. Penutup

4. Pengertian. ( Terlampir )

BAB II
INFANTERI

5. Umum. Infanteri merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai


kekuatan yang menjalankan fungsi manuver, pertempuran jarak dekat dan tembakan
Infanteri.

6. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Infanteri.

a. Umum. Dalam menyelenggarakan fungsi Infanteri, diperlukan ketentuan pokok


sebagai pedoman bagi penyelenggara. Ketentuan pokok tersebut meliputi peran,
tugas dan fungsi, serta pedoman lain yang diperlukan dalam penyelenggaraan fungsi
Infanteri.
3

b. Peran. Infanteri, Berperan sebagai pasukan tempur berjalan kaki untuk


menyelenggarakan pertempuran jarak dekat dengan menggunakan peralatan dan
perlengkapan ringan dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

c. Tugas.

1) Tugas Pokok. Infanteri bertugas untuk mencari, mendekati dan


menghancurkan musuh serta merebut, menguasai dan atau mempertahankan
suatu medan.

2) Dalam melaksanakan tugasnya Infanteri melaksanakan operasi tempur


dalam tugas pertahanan negara untuk menghadapi ancaman baik dari luar
negeri maupun dari dalam negeri, tugas bantuan, tugas kemanusiaan dan
tugas perdamaian dunia.

d. Fungsi. Dalam melaksanakan tugasnya, Infanteri menyelenggarakan


fungsi-fungsi sebagai berikut:
1) Manuver. Menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan
dalam rangka mencari dan mendekati guna menemukan kedudukan musuh di
darat, dengan cara bergerak di berbagai bentuk medan dan cuaca baik dengan
berjalan kaki maupun menggunakan peralatan angkut yang tersedia untuk
mendukung mobilitas pasukan.
2) Pertempuran Jarak Dekat. Menyelenggarakan segala usaha, kegiatan
dan pekerjaan dalam rangka menghancurkan musuh dengan cara pertempuran
jarak dekat baik secara perorangan maupun dalam hubungan satuan.
3) Tembakan. Menyelenggarakan tembakan yang dimiliki Infanteri dalam
rangka menghancurkan musuh serta menguasai dan atau mempertahankan
medan.

e. Asas. Penyelenggaraan Infanteri berdasarkan asas-asas :


1) Tujuan.
a) Setiap pertempuran harus ditujukan untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan yang harus dicapai ini, akan menentukan tugas yang harus
dilaksanakan.
b) Tujuan dari pertempuran Infanteri adalah menghancurkan musuh
secara fisik dan kemudian menduduki/menguasai medan/daerah
tersebut, untuk kemudian dikembangkan.

2) Ofensif.
a) Tindakan ofensif adalah penting untuk mencapai hasil yang
menentukan, ketentuan ini hanya dapat dilaksanakan dengan
menyerang.
4

b) Tindakan bertahan dilakukan sebagai tindakan sementara, untuk


menantikan kesempatan melakukan tindakan ofensif atau untuk tujuan
menghemat kekuatan pada suatu tempat guna memusatkan kekuatan
ditempat lain yang menentukan.

3) Mobilitas.

a) Mobilitas yang tinggi akan memperbesar keamanan,


mempertinggi inisiatif, semangat ofensif, moril dan memperbesar
pendadakan.

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas antara lain :

(1) Komando dan pengendalian.


(2) Tingkat latihan satuan.
(3) Bantuan administrasi.
(4) Pengalaman.
(5) Disiplin.
(6) Tindakan musuh.
(7) Medan.
(8) Iklim dan cuaca.

4) Kesatuan Komando.

a) Komando adalah kegiatan-kegiatan yang menggerakkan


organisasi atau bagiannya yang telah disusun untuk mencapai tujuan
tertentu.

b) Dalam pertempuran, keadaan-keadaan yang dihadapi sering


sangat cepat berkembang dan berubah yang sukar diperhitungkan
sebelumnya.

c) Dengan adanya kesatuan komando dapat dijamin adanya


kesatuan usaha dan kegiatan yang sangat diperlukan dalam
melaksanakan pertempuran dan dapat pula dihindari duplikasi usaha
yang tidak perlu.

d) Kesatuan komando mutlak diperlukan dalam melaksanakan


pertempuran.

5) Pemusatan. Kekuatan dan perkuatan dipusatkan pada daerah operasi


dan sasaran tertentu untuk menjamin penyelesaian tugas dalam ruang dan
waktu yang ditentukan, serta melanjutkan tugas pada tahap operasi selanjutnya
secara bertahap guna memperoleh keunggulan di setiap tahap.
6) Penghematan.
5

a) Dalam setiap pertempuran seorang komandan sering merasakan


tidak cukupnya satuan dan sarana yang tersedia bila dibandingkan
dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan.

b) Penghematan berarti menggunakan kekuatan yang tersedia


menurut keperluan dan tidak berlebih-lebihan.

7) Pendadakan.

a) Pendadakan adalah suatu kejadian yang diciptakan oleh suatu


keadaan pada waktu dan tempat yang diperhitungkan terhadap musuh
yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya, sehingga musuh
kehilangan keseimbangan pada susunan, sistem komando dan moril.

b) Faktor-faktor yang dapat memperbesar kemungkinan untuk


mencapai pendadakan antara lain :

(1) Kerahasiaan.
(2) Kecepatan.
(3) Intelijen dan lawan Intelijen.
(4) Variasi dalam taktik dan teknik.
(5) Penggunaan keadaan medan dan cuaca.
(6) Persiapan yang baik.

8) Kesemestaan. Untuk memberikan jaminan terhadap keberhasilan tugas,


penggunaan kekuatan dilaksanakan secara serasi dan seimbang, sehingga
dapat tercapai usaha dan kegiatan yang saling membantu.

9) Keunggulan Moril. Keunggulan moril merupakan faktor penentu


keberhasilan tugas, dilandasi motivasi yang kuat, semangat juang yang
pantang menyerah, hubungan atasan dengan bawahan yang kohesif, latihan
yang keras, dukungan yang memadai dan prosedur operasional yang jelas.

10) Tidak Kenal Menyerah. Motivasi dalam melaksanakan tugas untuk


secara terus menerus berupaya mencapai hasil keberhasilan tanpa
menimbulkan korban dan kerugian yang sia-sia.

g. Prinsip. Penyelenggaraan Infanteri berpegang teguh pada prinsip-prinsip


sebagai berikut :

1) Titik Kuat. Yaitu kekuatan Satuan Infanteri terletak pada jiwa


pengabdian setiap anggota dan jiwa korsa satuan yang bersumber pada tradisi,
sejarah dan kepentingan yang berorientasi ke depan serta didukung oleh
keterampilan yang memadai.

2) Kebhinekaan. Yaitu kebhinekaan tradisi Infanteri merupakan sumber


inspirasi dan aspirasi guna menempa keekaannya dan merupakan kekuatan
dalam menjalankan perjuangannya.
6

3) Kewilayahan. Yaitu Satuan Infanteri merupakan salah satu unsur


organik kekuatan dan ketahanan wilayah.

4) Nilai Guna dan Kekuatan Satuan. Yaitu totalitas hasil pembinaan


mental, ideologi, pemeliharaan tradisi dan jiwa korsa, pembinaan kekuatan dan
latihan yang berkualitas, terarah, dan bersumber kepada tradisi perjuangan
TNI.

5) Kaderisasi Kepemimpinan. Yaitu usaha dan kegiatan untuk menyiapkan,


membentuk dan melatih kader pemimpin di masa mendatang.

6) Rekayasa. Yaitu usaha mencari, menemukan dan mengembangkan


Infanteri dikaitkan dengan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi.

h. Ciri. Infanteri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Infanteri dalam melaksanakan tugasnya didukung oleh kemampuan


berjalan kaki dan kemampuan menembak/perkelahian perorangan.

2) Infanteri mampu melaksanakan pertempuran jarak dekat di berbagai


bentuk medan dan dalam berbagai kondisi cuaca.

3) Infanteri melaksanakan tugasnya dapat berdiri sendiri, atau diperkuat


oleh kesenjataan lain, atau merupakan bagian dari kesatuan yang lebih besar
dalam bentuk gabungan.

4) Rawan terhadap serangan udara.

5) Dukungan bantuan tempur terbatas.

6) Dukungan administrasi terbatas.

7. Dasar Penyelenggaraan Infanteri.

a. Umum. Konsep dasar penyelenggaraan Infanteri dilaksanakan melalui dua


pilar utama yaitu pembinaan dan penggunaan Infanteri yang satu sama lain tidak
dapat dipisahkan, oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi yang mencakup
dua pilar utama yang dirumuskan berdasarkan kepentingan untuk keberhasilan
melaksanakan tugas pokoknya.

b. Kebijakan.
7

1) Pembinaan Infanteri diarahkan untuk mewujudkan Prajurit/Satuan


Infanteri yang profesional, efisien dan modern sehingga mampu dan terampil
dalam melaksanakan pertempuran jarak dekat di semua bentuk medan dan
berbagai kondisi cuaca.

2) Penggunaan Infanteri diarahkan untuk menghadapi ancaman terhadap


pertahanan negara, tugas bantuan, tugas kemanusiaan dan tugas internasional
dengan menggunakan pola operasi militer untuk perang dan pola operasi militer
selain perang.

c. Strategi. Penyelenggaraan Infanteri untuk mendukung pelaksanaan tugas


pokok TNI AD dilaksanakan secara terpadu melalui pembinaan dan penggunaan
kekuatan, kemampuan dan gelar pasukan dihadapkan dengan ancaman terhadap
pertahanan negara, terutama yang menuntut tersedianya kemampuan Infanteri baik
dalam operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain perang, sesuai
dengan strategi pembinaan dan penggunaan kekuatan TNI AD yang berlaku.

1) Tujuan. Untuk mewujudkan Prajurit/Satuan Infanteri yang


profesional, efisien dan modern sehingga terampil dalam pertempuran jarak
dekat di semua bentuk medan dan berbagai kondisi cuaca dalam rangka
mencegah, menangkal dan menindak setiap ancaman yang timbul di wilayah
darat sebagai bagian dari penggunaan kekuatan TNI AD.

2) Sasaran.

a) Sasaran Pembinaan Infanteri.

(1) Terciptanya kekuatan satuan Infanteri yang handal sesuai


tuntutan tugas dan prediksi ancaman serta karakteristik daerah
operasi.

(2) Terwujudnya kemampuan satuan Infanteri yang optimal


dalam rangka mendukung tugas-tugas TNI AD.

(3) Tertatanya gelar satuan Infanteri yang mampu mendukung


tugas-tugas TNI AD di seluruh wilayah daratan NKRI.

b) Sasaran Penggunaan Infanteri. Terwujudnya penggunaan


Infanteri guna mencapai efek tangkal yang optimal untuk meniadakan
setiap bentuk ancaman dan gangguan sesuai dengan kemampuan
Infanteri dalam rangka mendukung peran TNI AD sebagai alat
pertahanan negara di wilayah darat.

3) Metoda.

a) Bidang Pembinaan.

(1) Pembinaan kekuatan.


8

(a) Pembinaan organisasi dilaksanakan dengan cara


observasi, uji teori / lapangan, pengkajian dan
pengembangan serta studi banding.
(b) Pembinaan personel dilaksanakan dengan cara
penilaian, pengamatan dan penelitian.
(c) Pembinaan materiel dilaksanakan dengan cara
penilaian, pengujian, pengamatan, analisa, pemeliharaan
dan evaluasi.
(d) Pembinaan peranti lunak dilaksanakan dengan cara
pengkajian dan uji teori serta uji lapangan.
(e) Pembinaan pangkalan dilaksanakan dengan cara
pembangunan, pemeliharaan dan rehabilitasi.

(2) Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan


diarahkan untuk mewujudkan Satuan Infanteri yang mampu
melaksanakan tugas operasi di berbagai bentuk medan dan
cuaca di wilayah penugasan dengan memiliki kemampuan Linud,
Mobud, Raider, taktik bertempur Konvensional dan Non
Konvensional yang dilaksanakan melalui siklus pendidikan,
latihan dan penugasan.

(3) Pembinaan Gelar. Dilaksanakan dengan cara observasi,


pengkajian, pengembangan dan penataan.

b) Bidang Penggunaan.
(1) Penggunaan dalam operasi militer untuk perang. Kekuatan
Infanteri diarahkan untuk melaksanakan operasi tempur baik
bersifat tindakan preventif untuk menggagalkan tindakan
permusuhan maupun tindakan represif untuk menghancurkan
musuh .
(2) Penggunaan dalam operasi militer selain perang.
Dilaksanakan melalui operasi tempur sesuai bentuk ancaman
yang dihadapi dan bentuk operasi lainnya atas permintaan pihak
yang dibantu.

4) Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana disesuaikan dengan


skala prioritas penugasan dengan mempertimbangkan peran, tugas dan fungsi
Infanteri sebagai berikut :

a) Dalam Pembinaan Kemampuan.


(1) Lembaga Pendidikan. Untuk membentuk personel Infanteri
agar memiliki kualifikasi keprajuritan Infanteri yang tinggi, maka
9

dalam setiap pendidikan Infanteri perlu adanya kurikulum yang


dapat meningkatkan kemampuan tempur personel Infanteri,
antara lain :

(a) Taktik dan teknik bertempur.


(b) Ilmu medan.
(c) Jasmani militer.
(d) Menembak.
(2) Fasilitas Latihan. Merupakan komponen pendukung bagi
terselenggaranya realisme latihan, sehingga setiap Satuan
Infanteri harus memiliki fasilitas latihan yang dapat mendukung
tugas pokok Infanteri, antara lain :

(a) Lapangan tembak.


(b) Lapangan halang rintang.
(c) Lapangan bayonet ban.
(d) Menara serba guna.
(e) Sarana ground training (khusus Satuan Linud).
(f) Sarana alat instruksi (Alin).
(g) Daerah latihan teknis, taktis dan tempur.
(h) Rumah ban (khusus Satuan Raider).
(i) Kolam renang.
(j) Menara simulasi hellykopter (khusus Satuan
Raider).

(3) Peranti Lunak. Merupakan komponen pendukung sebagai


pedoman dan petunjuk dalam meningkatkan serta mewujudkan
prajurit yang profesional, antara lain :

(a) Buku Petunjuk Induk Infanteri, merupakan Bujuk


tertinggi di lingkungan kecabangan Infanteri sebagai
jabaran dari Petunjuk Dasar TNI AD yang materinya
meliputi pokok-pokok pelaksanaan fungsi teknis militer
Infanteri dalam rangka pembinaan maupun penggunaan
kekuatan Infanteri.

(b) Buku Petunjuk Pembinaan Infanteri, merupakan


jabaran dari Petunjuk Induk Infanteri dengan materi
mengenai ketentuan-ketentuan, tata cara pelaksanaan
pembinaan kekuatan Infanteri yang meliputi metode,
prosedur dan macam kegiatan yang komponennya antara
lain struktur, personel, materiel dan Doktrin Infanteri.
(c) Buku Petunjuk Operasi Infanteri, merupakan jabaran
dari Petunjuk Induk Infanteri dengan materi tata cara
pelaksanaan penggunaan kekuatan Infanteri meliputi
macam-macam taktis dan teknis operasi Infanteri.
10

(d) Buku Petunjuk Administrasi, merupakan jabaran dari


Petunjuk Pembinaan Infanteri yang berisi tentang tata cara
dan atau kegiatan serta administrasi secara rinci dalam
rangka pembinaan kemampuan dan kekuatan Infanteri.
(e) Buku Petunjuk Lapangan, merupakan jabaran dari
Petunjuk Operasi Infanteri berisi tentang tata cara dan
kegiatan yang bersifat instruksi secara rinci dalam rangka
pembinaan kemampuan dan kekuatan Infanteri.
(f) Buku Petunjuk Teknik, merupakan jabaran dari
Petunjuk Operasi Infanteri mendukung Petunjuk
Pembinaan, Petunjuk Operasi, Petunjuk Administrasi dan
Petunjuk Lapangan tentang Infanteri yang menyangkut
pelaksanaan suatu kegiatan perorangan/kelompok/satuan
dalam melaksanakan tugas tertentu, uraiannya meliputi
penjelasan dan tata cara melaksanakan kegiatan/tindakan
secara rinci.

(4) Pangkalan. Untuk memelihara dan meningkatkan kesiap-


siagaan operasional prajurit Infanteri.

b) Dalam Penggunaan Kekuatan.

(1) Tersedianya senjata/peralatan dan perlengkapan Infanteri


yang bersifat ringan, sehingga memungkinkan Infanteri
melaksanakan pertempuran jarak dekat dan gerakan yang dititik
beratkan kepada berjalan kaki dalam pencapaian tugas pokok.

(2) Tersedianya dukungan alat angkut untuk mobilitas satuan


Infanteri di darat, air dan udara.

(3) Tersedianya sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh


satuan/organik Infanteri untuk melaksanakan fungsi Infanteri
sebagai berikut :

(a) Manuver.

i. Infanteri dalam pelaksanaan manuver


tergantung dari keadaan dan jarak yang harus
ditempuh, pelaksanaannya dapat dilakukan dengan
berjalan kaki, dengan kendaraan bermotor atau
angkutan darat lainnya ataupun dengan kombinasi
dari cara-cara tersebut.
ii. Untuk Batalyon Infanteri daya angkut
kendaraan minimal mampu mengangkut untuk
kekuatan 2 (dua) Kompi.
11

(b) Pertempuran Jarak Dekat.

i. Senjata/peralatan dan perlengkapan Infanteri


harus bersifat ringan, sehingga memungkinkan
Infanteri melaksanakan pertempuran jarak dekat
dan perkelahian orang lawan orang.

ii. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan untuk


Satuan Infanteri perlu adanya standar perlengkapan
bagi perorangan, Regu, Peleton, Kompi, Batalyon
dan Brigade.

(c) Tembakan.

i. Dalam pemilihan jenis senjata untuk Infanteri


perlu diperhatikan faktor daya angkut/gerak Infanteri
sebagai perorangan/dalam kelompok baik dengan
ataupun tanpa bantuan alat angkutan serta nilai
tempur yang harus dipenuhi oleh Infanteri sesuai
dengan fungsinya dalam pertempuran.

ii. Dilihat dari segi kaliber, jarak capai, berat


senjata dan kesederhanaan dalam perjalanan maka
senjata Infanteri dibeda-bedakan dalam senjata
Infanteri ringan, senjata Infanteri sedang dan senjata
Infanteri berat.

d. Penyelenggaraan Infanteri. Penyelenggaraan Infanteri dilaksanakan melalui


dua pilar utama, yaitu:

1) Pembinaan Infanteri. Pembinaan Infanteri diselenggarakan untuk


mewujudkan, memelihara, dan meningkatkan kinerja fungsi dalam mendukung
pelaksanaan tugas, sebagai berikut:

a) Pembinaan Kekuatan. Pembinaan ini lebih diarahkan untuk


pembinaan postur Infanteri sesuai dengan tuntutan tugas, melalui
pembinaan komponen organisasi, personil, materiel, peranti lunak dan
pangkalan.

b) Pembinaan Kemampuan. Diselenggarakan untuk mewujudkan


profesionalisme keprajuritan meliputi kemampuan intelijen, kemampuan
tempur, teritorial terbatas dan kemampuan dukungan dilaksanakan
melalui pendidikan, latihan dan penugasan.

c) Pembinaan Gelar. Diselenggarakan untuk mendukung gelar


kekuatan TNI AD baik yang bersifat terpusat maupun kewilayahan.
12

b) Penggunaan Infanteri. Penggunaan Infanteri pada hakikatnya adalah


untuk operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang, antara lain
sebagai berikut:

a) Operasi Militer Untuk Perang. Penggunaan Infanteri pada


hakekatnya adalah untuk menghadapi ancaman berupa invasi, agresi
maupun infiltrasi dari negara lawan. Dalam pelaksanaannya dapat
diwujudkan dalam bentuk operasi tempur bersama-sama dengan
penggunaan fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem operasi sesuai
dengan sasaran dan tingkat eskalasi ancaman yang dihadapi. Dalam
pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam macam operasi, yang terdiri
dari :

(1) Operasi tempur yang bersifat gabungan.


(2) Operasi tempur yang bersifat matra darat.
(3) Operasi tempur yang bersifat bantuan.

b) Operasi Militer Selain Perang. Penggunaan Infanteri pada


hakekatnya adalah untuk menghadapi ancaman yang timbul di dalam
negeri antara lain operasi tempur melawan pemberontak bersenjata
gerakan separatis, tugas mengatasi kejahatan lintas negara, tugas
bantuan, tugas kemanusiaan dan tugas perdamaian dunia. Penggunaan
kekuatan Infanteri dapat berdiri sendiri atau sebagai bagian dari satuan
yang lebih besar yang disusun dengan sasaran dan tingkat eskalasi
ancaman yang dihadapi.

8. Pembinaan Infanteri.

a. Umum.

1) Pembinaan Infanteri bertujuan untuk dapat mewujudkan fungsi Infanteri


yang mampu melaksanakan tugas pokok secara berdaya dan berhasil guna
serta setiap saat siap operasional baik dalam tugas operasi militer untuk perang
maupun operasi militer selain perang.

2) Pembinaan Infanteri diselenggarakan secara berlanjut dan disesuaikan


dengan pola pembinaan yang berlaku di lingkungan TNI AD meliputi
pembinaan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan.

b. Manuver.

1) Pembinaan Kekuatan.

a) Pembinaan Organisasi.

(1) Tujuan.
13

(a) Tercapainya tugas pokok Infanteri secara berhasil


dan berdaya guna.

(b) Mewujudkan organisasi Infanteri yang mampu


melaksanakan tugas pokok pada berbagai bentuk medan
dan cuaca.
(2) Pola. Pola pembinaan kekuatan diwujudkan dalam bentuk
pengorganisasian Satuan Infanteri yang berdasarkan TOP ROI
dan Satuan tugas untuk satuan operasional serta DSPP untuk
satuan bukan operasional.

(a) Satuan Operasional.

i. Organisasi sesuai TOP ROI.

i) Divisi Infanteri.

(i) Merupakan suatu komando


operasional yang berdasarkan TOP,
terdiri dari satuan-satuan kecabangan
Infanteri dan kecabangan lain, disusun
secara serasi dan organik agar dapat
menyelenggarakan tugas-tugas
operasi yang bersifat taktis dan
strategis, baik dengan berdiri sendiri
maupun gabungan dalam waktu relatif
lama secara berhasil dan berdaya
guna.

(ii) Divisi Infanteri bertugas untuk


menyelenggarakan operasi militer
yang bersifat taktis/strategis,
pembinaan satuan, pembinaan
teritorial terbatas dan menyiapkan
satuan serta menyelenggarakan
kegiatan lain sesuai perintah/arahan
Komando Atas.

ii) Brigade Infanteri.

(i) Merupakan satuan tempur yang


terdiri dari 3 (tiga) Batalyon Infanteri
yang berkedudukan langsung di
bawah Divisi Infanteri Kostrad atau
Komando Kewilayahan/ Kodam.
14

(ii) Brigif bertugas pokok


melaksanakan operasi tempur darat
baik berdiri sendiri maupun dalam
hubungan yang lebih besar dalam
rangka mendukung tugas pokok
Komando Atas.

iii) Batalyon Infanteri.

(i) Batalyon adalah satuan tempur


dasar Infanteri. Pada umumnya
Batalyon merupakan bagian dari
Brigade Infanteri atau Komando
Kewilayahan pada tingkat
Kodam/Korem.

(ii) Batalyon Infanteri adalah suatu


susunan satuan yang semata-mata
terdiri dari unsur-unsur Kompi
Senapan, Kompi Bantuan dan
diperlengkapi dengan unsur-unsur
administrasi.

iv) Kompi Senapan.

(i) Kompi Senapan adalah satuan


taktis terkecil Infanteri yang
menyelenggarakan fungsi administrasi.

(ii) Kompi Senapan terdiri dari


unsur Peleton Senapan dan Peleton
Bantuan.

v) Peleton Senapan. Peleton Senapan


adalah suatu satuan taktis yang terdiri dari
Regu-Regu Senapan dan kelompok bantuan.

vi) Regu Senapan.

(i) Regu Senapan adalah suatu


satuan taktis yang terkecil dan
tersusun sedemikian rupa, sehingga
dapat melaksanakan tugas tempur
secara lengkap dengan kekuatan
sendiri ataupun dalam hubungan
satuan yang lebih besar.
15

(ii) Untuk melaksanakan tugasnya,


Regu Senapan diperlengkapi dengan
senjata-senjata dan alat-alat yang
dapat dibawa oleh seorang prajurit.

vii) Kompi Bantuan. Untuk memperbesar


daya tembak, maka dalam Batalyon disusun
Kiban, yang terdiri dari Peleton Mortir
Sedang, Senapan Mesin Sedang dan Peleton
Senjata Lawan Tank.

viii) Kompi Markas. Untuk menyeleng -


garakan bantuan tempur dan administrasi,
Batalyon dilengkapi unsur-unsur perawatan,
angkutan, komunikasi, pionir dan munisi,
kesehatan serta administrasi yang disusun
dalam Kima.

ii. Satuan Tugas.

i) Satuan tugas adalah satuan yang


disusun untuk melakukan tugas-tugas
tertentu yang bersifat insidentil dan tidak
dapat dilakukan dengan mempergunakan
organisasi TOP ROI.

ii) Infanteri harus mampu membentuk


suatu satuan tugas, baik secara gabungan
dengan kesenjataan dan angkatan lain
maupun khusus Infanteri.

(b) Satuan Bukan Operasional.

i. Satuan Pembinaan.

i) Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif


TNI AD) merupakan badan pelaksana pusat
di tingkat Mabesad dan berkedudukan
langsung dibawah Kasad, dengan tugas
pokok penyelenggaraan pembinaan fungsi
Infanteri di lingkungan TNI AD.

ii) Lingkup pembinaan fungsi Infanteri


meliputi fungsi kecabangan/kesenjataan,
lapangan kekuasaan teknis dan pembinaan
korps.
16

ii. Lembaga Pendidikan.

i) Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif)


sebagai lembaga pendidikan kecabangan di
lingkungan TNI AD, merupakan satuan
pelaksana pendidikan berkedudukan
langsung di bawah Dankodiklat TNI AD
dengan tugas pokok menyelenggarakan
kegiatan pendidikan dan pengajaran
kecabangan Infanteri.

ii) Lingkup pembinaan fungsi meliputi


fungsi utama yang terdiri dari operasi
pendidikan dan pengembangan pendidikan
serta fungsi organik militer dan fungsi organik
pembinaan.

b) Pembinaan Personel.

(1) Tujuan.

(a) Terwujudnya personel Infanteri yang memiliki jati diri


sebagai prajurit Sapta Marga dengan semangat juang dan
jiwa korsa yang mantap.

(b) Terwujudnya personel Infanteri yang profesional


dalam menyelenggarakan fungsi teknis militer Infanteri.

(c) Terwujudnya personel Infanteri yang memiliki


disiplin, kesehatan dan kesemaptaan jasmani sesuai
norma/standar yang ditentukan.

(2) Pola.

(a) Penyediaan. Penyediaan personel Infanteri


dilakukan melalui proses penyediaan personel TNI AD dan
pengisian ke dalam kecabangan Infanteri setelah yang
bersangkutan selesai melaksanakan pendidikan pertama.

(b) Pendidikan. Pendidikan personel Infanteri


bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan
personel Infanteri yang profesional di bidang Infanteri serta
dilaksanakan melalui lembaga pendidikan Infanteri.

(3) Penggunaan.

(a) Pengembangan karier dilaksanakan berdasarkan


ketentuan yang berlaku di lingkungan TNI AD.
17

(b) Penugasan dapat dilaksanakan di lingkungan TNI


AD, Mabes TNI dan Dephan.

(c) Jabatan.

i. Penempatan dalam jabatan berpedoman


pada ketentuan yang berlaku di lingkungan TNI AD.

ii. Penempatan jabatan bagi Perwira Infanteri


yang selesai mengikuti pendidikan Sessarcabif,
Selapaif, Susdanyonif, Seskoad, Golongan V
(Danyonif dan Kasbrig) dan Golongan IV
(Danpusdikif, Sekretaris, Direktur di Pussenif TNI AD
dan Danbrig) diusulkan oleh pembina
kecabangan Infanteri kepada Kasad sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan.

iii. Penentuan jabatan Pamen Infanteri di luar


Satuan Infanteri dilakukan berdasarkan Keputusan
Kasad dan atau atas saran Danpussenif TNI AD.

(d) Kepangkatan. Pemberian pangkat harus dapat


menunjang tegaknya wewenang dan tanggung jawab
jabatan yang diberikan kepada yang bersangkutan.

(4) Perawatan. Perawatan diselenggarakan dengan


pemberian rawatan kedinasan kepada setiap prajurit dan
keluarganya dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku di
lingkungan TNI AD.

(5) Pemisahan. Pemisahan merupakan tahap akhir dari


pembinaan personel yang pelaksanaannya dilakukan
berdasarkan ketentuan yang berlaku di lingkungan TNI AD.

c) Pembinaan Materiil.

(1) Tujuan.

(a) Terwujudnya kesiapan operasional materiel Infanteri


guna menjamin kelancaran tugas pokok Infanteri.

(b) Tersedianya semua jenis materiel sesuai kebutuhan


Infanteri.

(2) Pola.
18

(a) Penyelenggaraan pembinaan materiel Infanteri


berpedoman pada ketentuan yang berlaku di lingkungan
TNI AD serta berdasarkan kebijaksanaan Pimpinan TNI
AD.

(b) Penyelenggaraan pembinaan materiel Infanteri


prosesnya dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan Satuan
Infanteri, dengan memperhatikan :

i. Senjata/peralatan dan perlengkapan Infanteri


harus bersifat ringan, sehingga memungkinkan
Infanteri memiliki mobilitas yang tinggi dengan
berjalan kaki, melaksanakan pertempuran jarak
dekat dan perkelahian orang lawan orang.

ii. Infanteri diperlengkapi dengan alat


perlengkapan lainnya yang dapat dipergunakan bagi
kepentingan kelangsungan hidup (survival).

iii. Persenjataan/peralatan dan perlengkapan


Infanteri harus merupakan suatu standar
perorangan ataupun satuan maka perlu ditentukan
macam dan jenis senjata/peralatan serta
perlengkapan Infanteri.

d) Pembinaan Peranti Lunak.

(1) Tujuan.

(a) Tersedianya semua kebutuhan buku-buku petunjuk


tentang fungsi Infanteri.

(b) Terwujudnya kesamaan visi, persepsi dan


keterpaduan dalam pelaksanaan tugas sesuai kebutuhan
Buku Petunjuk Infanteri.

(2) Pola.

(a) Peranti lunak dijabarkan dalam bentuk buku-buku


petunjuk Infanteri serta peranti lunak lainnya sesuai
dengan pola pembinaan buku-buku petunjuk di lingkungan
TNI AD.

(b) Materi peranti lunak dikembangkan dari jabaran


fungsi yang ada pada Buku Petunjuk Induk Infanteri, dalam
rangka pembinaan maupun penggunaan Infanteri. Seluruh
materi mengarah kepada pencapaian tugas pokok dari
fungsi TNI AD.
19

(c) Pembinaan kecabangan Infanteri bertanggung


jawab atas tersedianya buku-buku petunjuk Infanteri.

e) Pembinaan Pangkalan.

(1) Tujuan. Menyediakan fasilitas bangunan, sarana dan


prasarana agar memudahkan kegiatan pembinaan materiel serta
memperlancar pelaksanaan tugas Satuan Infanteri serta
terpeliharanya moril dan kesejahteraan bagi seluruh personel dan
keluarganya.

(2) Pola.

(a) Pembinaan pangkalan diselenggarakan melalui


fungsi konstruksi yang mencakup peranti lunak dan peranti
keras sesuai kebijaksanaan TNI AD.

(b) Kegiatan pembinaan meliputi pembangunan dan


pemeliharaan konstruksi dengan memanfaatkan sarana
dan prasarana yang tersedia di setiap wilayah/lokasi.

(c) Pemeliharaan pangkalan harus diselaraskan dengan


upaya pemurnian pangkalan secara terus menerus sesuai
klarifikasi bangunan guna mendukung pencapaian
pembinaan satuan secara optimal.

(d) Upaya pemeliharaan pangkalan adalah merupakan


bagian tak terpisahkan dari tugas rutin satuan di samping
dukungan program dari komando atas guna
memperpanjang usia pakai pangkalan serta meninggikan
moril prajurit dan keluarganya.

(e) Agar dapat mencapai kesiapsiagaan yang tinggi


serta melaksanakan tugas dengan baik maka Satuan
Infanteri dilengkapi dengan sarana/prasarana pangkalan
sesuai dengan tingkatan serta jenis satuannya, sebagai
berikut :

i. Satuan Infanteri Lintas Medan, antara lain :

i) Sarana perkantoran.
ii) Sarana latihan.
iii) Sarana perbekalan.
iv) Sarana kesehatan.
v) Sarana pemeliharaan.
20

vi) Sarana perumahan.


vii) Sarana ibadah.
viii) Sarana olah raga.

ii. Satuan Infanteri Lintas Udara, sarana/


prasarana pangkalan Satuan Lintas Udara pada
hakekatnya sama dengan sarana/prasarana
pangkalan Satuan Lintas Medan, hanya yang
membedakan pada sarana latihan ditambahkan
sarana latihan ground training.

iii. Satuan Raider, sarana/prasarana pangkalan


Satuan Raider pada hakekatnya sama dengan
sarana/prasarana pangkalan Satuan Lintas Medan,
hanya yang membedakan pada sarana latihan
ditambahkan dengan sarana latihan raid serta
dilengkapi dengan alat peralatan khusus.

2) Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan dilaksanakan guna


mewujudkan Satuan Infanteri agar mampu melaksanakan tugas operasi di
berbagai wilayah penugasan di tanah air yang meliputi kemampuan Linud,
Mobud, Raider, Konvensional dan non Konvensional.

a) Pembinaan Kemampuan Lintas Udara.

(1) Tujuan. Mewujudkan kemampuan Infanteri dalam


pelaksanaan operasi lintas udara untuk merebut dan menduduki
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka membentuk
tumpuan udara dan atau untuk kepentingan operasi-operasi
selanjutnya.

(2) Pola. Pembinaan kemampuan lintas udara bagi personel


Infanteri terbatas pada satuan lintas udara melalui penataran,
pendidikan, latihan dan penugasan.

b) Pembinaan Kemampuan Mobil Udara.

(1) Tujuan. Mewujudkan kemampuan Infanteri dalam


melaksanakan operasi Mobud sesuai dengan kemampuan dan
batas kemampuan.

(2) Pola. Pembinaan kemampuan Mobud dilaksanakan


melalui penataran, pendidikan, latihan dan penugasan.

c) Pembinaan Kemampuan Raider.


21

(1) Tujuan. Mewujudkan kemampuan Infanteri dalam


melaksanakan pertempuran di darat dan melaksanakan operasi
khusus berupa Raid pembebasan tawanan dan Raid
penghancuran.

(2) Pola. Pembinaan kemampuan Raider bagi personel


Infanteri terbatas pada kemampuan Raiders melalui penataran,
pendidikan, latihan dan penugasan.

d) Pembinaan Kemampuan Perang Konvensional.

(1) Tujuan. Mewujudkan kemampuan Infanteri dalam


melaksanakan tugas dalam berbagai bentuk operasi tempur di
darat khususnya dalam taktik perang konvensional.

(2) Pola. Pembinaan kemampuan tempur dalam taktik perang


konvensional melalui penataran, pendidikan dan latihan.

e) Pembinaan Kemampuan Perang Non Konvensional.

(1) Tujuan. Mewujudkan kemampuan Infanteri dalam


menumpas dan menghancurkan musuh dalam taktik perang non
konvensional.

(2) Pola. Pembinaan kemampuan tempur dalam taktik perang


non konvensional melalui pendidikan, latihan dan penugasan.

3) Pembinaan Gelar Kekuatan.

a) Tujuan. Mewujudkan penggelaran Satuan Infanteri sebagai


bagian dari penggelaran kekuatan TNI AD baik yang bersifat terpusat
maupun kewilayahan, sehingga mampu menjamin tercapainya totalitas
efek tangkal dan terbentuknya kekuatan penangkal awal terhadap setiap
kemungkinan timbulnya ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.

b) Pola. Pola pembinaan gelar kekuatan Infanteri dilaksanakan


menggunakan baik terhadap kekuatan terpusat maupun kekuatan
kewilayahan dimana masing-masing memiliki pola khusus dalam
mengimplementasikan pembinaannya dan dijabarkan sebagai berikut :

(1) Pola Pembinaan Gelar Kekuatan Infanteri Terpusat.


Adalah pola pembinaan gelar yang diarahkan kepada tersedianya
kekuatan Infanteri sebagai bagian integral dan kekuatan
Balahanpus sehingga dapat dikerahkan untuk mengatasi 2
TROBLE SPOT dalam waktu yang bersamaan, guna mewujudkan
hal tersebut pembinaan dapat dilaksanakan sebagai berikut :
22

(a) Pembentukan Satuan Baru. Pembentukan satuan


baru dilaksanakan dengan rencana pembentukan dan
pengembangan kekuatan Balahanpus. Besar kekuatan
Infanteri yang digelar disesuaikan dengan kebutuhan.
(b) Pengembangan Satuan. Pengembangan Satuan
Infanteri yang menjadi bagian dari kekuatan Balahanpus
dititik beratkan pada pengembangan kemampuan Alut
Sista terutama dari segi teknologi.

(c) Redislokasi Satuan. Redislokasi Satuan Non


Infanteri yang menjadi bagian dari kekuatan Balahanpus
disesuaikan dengan dislokasi dari satuan manuver yang
dibantu.

(2) Pola Pembinaan Gelar Kekuatan Infanteri Kewilayahan.


Adalah pola pembinaan gelar yang diarahkan kepada tersedianya
kekuatan Infanteri sehingga diharapkan akan meningkatkan
kemampuan kewilayahan sebagai kompartemen strategis untuk
dapat mempertahankan wilayahannya sendiri. Untuk mewujudkan
hal tersebut, pembinaan dapat dilaksanakan sebagai berikut :

(a) Pembentukan Satuan Baru. Pembentukan satuan


baru diarahkan kepada wilayah-wilayah yang belum
tersedia kekuatan Infanteri dengan prioritas di wilayah
berpotensi rawan konflik dan wilayah perbatasan negara
yang memiliki tingkat kerawanan yang cukup tinggi.

(b) Pengembangan Satuan. Pengembangan terhadap


satuan yang merupakan bagian dari kekuatan kewilayahan
dimana dari segi kuantitas maupun kualitas dinilai belum
mampu untuk melaksanakan tugas pokoknya secara
optimal.

(c) Redislokasi. Redislokasi satuan diarahkan kepada


keseimbangan kekuatan Infanteri secara proporsional
dihadapkan kepada kemungkinan ancaman atau gangguan
yang dihadapi melalui penataan kembali satuan-satuan
Infanteri yang keberadaannya di dalam suatu
kompartemen strategis dinilai berlebih atau kurang efisien.

c. Pertempuran Jarak Dekat.

1) Pembinaan Kekuatan.

a) Tujuan. Untuk dapat melaksanakan pertempuran jarak dekat


dengan mencari, mendekati, menghancurkan, menawan musuh serta
23

merebut, menguasai dan atau mempertahankan medan baik berdiri


sendiri maupun dalam hubungan yang lebih besar.

b) Pola. Untuk dapat menyelenggarakan pertempuran jarak dekat


secara berhasil dan berdaya guna, maka Infanteri disusun dan
dilengkapi dengan alat peralatan serta senjata ringan dan
mengutamakan dengan berjalan kaki.

2) Pembinaan Kemampuan.

a) Tujuan. Untuk dapat mewujudkan kemampuan Infanteri dalam


pelaksanaan pertempuran jarak dekat yang berdaya guna dan berhasil
guna dalam menghadapi setiap bentuk dan macam operasi di berbagai
wilayah daratan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b) Pola. Pola pembinaan kemampuan Infanteri dalam pelaksanaan


pertempuran jarak dekat dilaksanakan dengan latihan dan berbagai
variasi penugasan.

3) Pembinaan Gelar. Gelar Satuan Infanteri dalam pertempuran jarak


dekat yang disusun dalam Balahanpus dan Balahanwil yang diarahkan bagi
terwujudnya totalitas efek tangkal dan tersedianya kekuatan penangkal awal
terhadap setiap ancaman yang diprediksi di wilayah darat Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

d. Tembakan.

1) Pembinaan Kekuatan.

a) Tujuan. Untuk mengorganisir persenjataan yang dimiliki Satuan


Infanteri agar memiliki daya tembak yang tinggi sehingga mampu
menghancurkan kedudukan musuh dengan menggunakan jenis-jenis
senjata yang digunakan oleh Satuan Infanteri (senjata Infanteri ringan,
senjata Infanteri sedang dan senjata Infanteri berat).

b) Pola. Pola pembinaan kekuatan persenjataan Infanteri dapat


dilakukan sebagai berikut :

(1) Jenis persenjataan dapat dikelompokkan menjadi dua


bagian antara lain kelompok senjata lintas datar dan kelompok
senjata lintas lengkung.

(2) Penggunaan persenjataan disesuaikan dengan susunan


organisasi personel dan peralatan yang ada di masing-masing
satuan Infanteri.

(3) Penyelenggaraan pembinaan persenjataan berpedoman


kepada Siklus Sisbinmat yang berlaku di lingkungan TNI AD.
24

(4) Setiap jenis senjata disertai dengan buku petunjuk teknik


tentang pengetahuan senjata dan penggunaannya.

2) Pembinaan Kemampuan.

a) Tujuan. Mewujudkan kemampuan menembak Satuan Infanteri


dalam menghancurkan musuh pada jarak yang maksimal, antara lain
melumpuhkan pasukan Berba musuh, menangkis serangan dari udara
secara terbatas, menindas senjata-senjata kelompok musuh.

b) Pola. Pola pembinaan kemampuan Infanteri yang berorientasi


pada kemampuan menembak baik lintas datar maupun lintas lengkung
dapat dilaksanakan dengan latihan, pendidikan dan variasi penugasan.
Dimana dilihat dari segi kemampuan senjata perlu adanya standar
kemampuan, sesuai dengan tingkat satuan :

(1) Senjata ringan untuk perorangan.


(2) Senjata lawan tank untuk Peleton dan Kompi.
(3) Mortir untuk Peleton, Kompi, Batalyon dan Brigade.
(4) PSU untuk Batalyon, Brigade dan Divisi.

3) Pembinaan Gelar. Dengan kemampuan dan batas kemampuan senjata


serta alat pendukungnya pada masing-masing tingkat Satuan Infanteri (Regu
s.d Divisi), maka pola pembinaan gelar sista diperlukan penentuan secara
cermat skala prioritas kelengkapan sista Satuan Infanteri dihadapkan dengan
besar dan kecilnya ancaman yang dihadapi baik terhadap kekuatan terpusat
maupun kekuatan kewilayahan.

9. Penggunaan Infanteri.

a. Umum. Penggunaan Infanteri merupakan bagian integral dari perwujudan


tampilan TNI AD sebagai komponen kekuatan TNI dalam penyelenggaraan
pertahanan darat negara yang ditujukan untuk mencegah, menangkal dan mengatasi
ancaman atau gangguan di wilayah daratan yang membahayakan kedaulatan bangsa,
keutuhan wilayah Indonesia dan keselamatan bangsa. Untuk menghadapi ancaman
tersebut, proyeksi penggunaannya ditujukan kepada operasi militer perang dalam
bentuk operasi tempur dan operasi intelijen sangat terbatas.
Di sisi lain guna menyikapi perkembangan kondisi lingkungan strategis dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Infanteri dapat diberi peran dalam operasi
militer selain perang yang implementasinya dalam bentuk operasi tempur, operasi
bantuan kemanusiaan, operasi bantuan kepada Polri dalam rangka Kamtibmas,
operasi bantuan kepada pemerintah sipil dan operasi perdamaian dunia.

b. Penggunaan Dalam Operasi Militer Untuk Perang. Infanteri dalam operasi


militer untuk perang dilibatkan sebagai unsur tempur pada operasi militer yang
dilaksanakan TNI AD guna mencegah, menangkal dan mengatasi ancaman dari luar
25

negeri dalam bentuk agresi mulai dari tahap pencegahan, penindakan, perlawanan
wilayah, serangan balas sampai dengan pemulihan keamanan. Dalam rangka operasi
militer perang ini, penggunaan Infanteri adalah sebagai unsur utama di darat dalam
mendukung berbagai bentuk operasi baik operasi tempur maupun dalam operasi
intelijen. Agar penggunaan Infanteri dapat terlaksana secara optimal, maka ditentukan
sasaran dan penggunaannya sebagai berikut :
1) Sasaran. Tercapainya pelaksanaan peran dan tugas pokok Infanteri
secara optimal dalam operasi militer untuk perang sesuai dengan kemampuan
dan batas kemampuannya.
2) Penggunaan.
a) Operasi Tempur. Penggunaan dalam operasi tempur, Infanteri
dapat dilibatkan dalam operasi gabungan maupun operasi matra darat
antara lain :

(1) Operasi Gabungan.


(a) Operasi Lintas Udara. Merupakan operasi gabungan
yang dilancarkan melalui udara oleh satuan udara ( TNI AU
) dan satuan pendarat udara dengan cara di terjunkan.
Infanteri dalam operasi lintas udara bertugas merebut,
menduduki dan mempertahankan tumpuan udara serta
mengembangkan kekuatan melalui penggabungan dengan
pasukan lain.

(b) Operasi Pertahanan Pantai. Merupakan operasi


gabungan yang diselenggarakan oleh satuan laut, satuan
udara dan satuan darat. Infanteri dalam operasi
pertahanan pantai bertugas untuk melaksanakan
pertempuran di darat dalam rangka mempertahankan
daerah pantai tertentu melalui penghancuran atau
menetralisir operasi amfibi musuh.

(c) Operasi Amfibi. Merupakan operasi gabungan yang


dilancarkan dari laut oleh satuan laut, satuan udara dan
pasukan pendarat yang diangkut dengan kapal laut dan
didaratkan di sekitar pantai yang dikuasai musuh. Infanteri
dalam operasi amfibi bertugas melaksanakan perebutan
tumpuan pantai di daerah sasaran amfibi.

(d) Operasi Darat Gabungan. Adalah suatu operasi


gabungan yang diselenggarakan oleh satuan darat, satuan
laut dan satuan udara dalam rangka mempertahankan
suatu wilayah daratan dan merebut kembali wilayah
daratan yang telah diduduki oleh musuh. Tugas Satuan
Infanteri adalah menghambat, menghalau dan
menghancurkan pasukan musuh di darat.
26

(e) Operasi Pendaratan Administrasi. Merupakan


operasi gabungan yang dilaksanakan antara satuan darat
dan satuan laut. Infanteri dalam operasi pendaratan
administrasi adalah sebagai bagian dari satuan tugas darat
yang di daratkan di suatu pantai tertentu untuk keperluan
operasi selanjutnya. Selama pentahapan operasi
pendaratan administrasi, peran Infanteri sebagai unsur
satuan tempur belum dapat dilaksanakan.

(2) Operasi Matra Darat.

(a) Operasi Serangan. Infanteri dalam operasi


serangan adalah sebagai unsur utama bertugas untuk
menghancurkan musuh dengan cara mencari, mendekati
dan menghancurkan melalui pertempuran jarak dekat.
Dalam serangan, Infanteri digunakan “Dalam gerak maju
untuk kontak, Pengintaian paksa, Serangan yang
dikoordinasikan, Eksploitasi, Pengejaran dan Operasi
serangan dalam kondisi khusus.

(b) Operasi Pertahanan. Infanteri dalam pertahanan


adalah sebagai unsur utama bertugas untuk mencegah
musuh memasuki/menduduki suatu daerah tertentu dan
menghancurkan di depan BDDT pada pertahanan daerah
atau di daerah “killing ground” yang disiapkan pada
pertahanan mobil.

(c) Operasi Pemindahan Kebelakang. Infanteri dalam


suatu operasi pemindahan ke belakang merupakan bagian
dari satuan yang lebih besar yang melaksanakan
pemindahan kebelakang baik karena dipaksa musuh atau
atas kemauannya sendiri, melaksanakan pemindahan
kebelakang dengan tujuan untuk memperoleh waktu dan
menghindari pertempuran yang menentukan.

(d) Operasi Pergantian. Satuan Infanteri dalam operasi


pergantian dilaksanakan dengan tujuan penghematan
tenaga, pemeliharaan daya tempur dan pemeliharaan
momentum. Operasi pergantian dapat dilaksanakan
melalui operasi pergantian di tempat, operasi lintas ganti
dan operasi lepas libat melalui posisi belakang.

(e) Operasi Dalam Kondisi Khusus. Infanteri sebagai


unsur utama bertugas untuk mencari dan menghancurkan
kekuatan bersenjata dan kemampuan bertempur musuh
yang menduduki sasaran khusus antara lain daerah
27

perkubuan, bangunan, hutan rimba, pegunungan, rawa dan


sungai serta pada waktu malam hari.

(f) Operasi Dalam Lingkungan Nubika. Operasi dalam


lingkungan Nubika kemampuan satuan Infanteri terbatas
hanya untuk melaksanakan tindakan pengamanan
terhadap Nubika berupa kegiatan selubung taktis dan
penipuan, penyebaran dan tindakan pengamanan.

(g) Operasi Mobud. Infanteri sebagai unsur tempur


darat dibantu oleh unsur Penerbad, unsur Banpur dan
Banmin melaksanakan pertempuran dengan cara di
daratkan melalui daerah yang lemah pertahanannya
maupun relatif dekat dengan sasaran.

(h) Operasi Gerilya. Satuan Infanteri dalam operasi


gerilya bertugas untuk mengikat, melelahkan,
mengacaukan dan merongrong kekuatan musuh serta
menghindari kehancuran kekuatan sendiri dalam rangka
merubah perimbangan kekuatan yang lebih
menguntungkan kita, dilaksanakan secara berdiri sendiri
atau dapat pula membantu operasi konvensional yang
memerlukan dukungan rakyat.

b) Operasi Intelijen. Satuan Infanteri dapat digunakan dalam operasi


Intelijen dengan di BP/BKO ke satuan Intelijen. Tugas satuan Infanteri
sebagai badan pengumpul keterangan dan tugas pengamanan.

c. Penggunaan Dalam Operasi Militer Selain Perang. Merupakan kegiatan


penggunaan kekuatan Infanteri sebagai integral dari penggunaan kekuatan TNI AD
beserta kekuatan pertahanan lainnya yang dilibatkan dalam melaksanakan operasi
militer selain perang yang terdiri dari mengatasi pemberontakan gerakan separatis,
bantuan kepada pemerintahan sipil, bantuan kemanusiaan dan operasi perdamaian
dunia.

1) Sasaran. Terwujudnya pelaksanaan penggunaan Infanteri dalam


operasi militer selain perang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki satuan-satuan Infanteri dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam rangka tugas TNI AD.

2) Penggunaan.

a) Penggunaan Infanteri dalam operasi militer selain perang adalah


untuk menghadapi pemberontakan bersenjata gerakan separatis, tugas
mengatasi kejahatan lintas negara, tugas bantuan untuk menghadapi
ancaman non militer, tugas kemanusiaan dan tugas perdamaian. Dalam
hal ini Infanteri dapat digunakan secara mandiri atau bersama-sama
dengan penggunaan fungsi-fungsi TNI/TNI AD maupun fungsi-fungsi
28

pemerintah, sesuai dengan sasaran dan tingkat eskalasi ancaman yang


dihadapi.

b) Penggunaan Infanteri dalam operasi militer selain perang dalam


bentuk operasi tempur dapat diselenggarakan dengan operasi lawan
gerilya. Dalam operasi lawan gerilya, Infanteri dapat ditugaskan sebagai
satuan pemukul dan satuan kerangka dengan pentahapan operasi
penggiringan, lokalisir dan penghancuran. Dalam mendukung operasi ini
diutamakan satuan Infanteri yang memiliki mobilitas yang cukup tinggi.

c) Bantuan kepada pemerintah dalam rangka pembangunan.


Bantuan tersebut diwadahi dalam kegiatan Bhakti TNI yang
dilaksanakan secara gabungan dengan instansi pemerintah daerah serta
instansi terkait lainnya dalam menyusun sasaran, kegiatan serta
mekanisme pelaksanannya. Bentuk kegiatan yang dilakukan meliputi
kegiatan fisik dan non fisik.

d) Tugas bantuan perdamaian internasional sesuai dengan


keputusan politik negara. Infanteri yang merupakan salah satu fungsi
teknis militer umum TNI AD ditugaskan sebagai pengamat dan pasukan
penjaga perdamaian dunia yang dikoordinir oleh organisasi PBB guna
mengemban tugas negara Republik Indonesia baik secara perorangan
maupun satuan.

10. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Guna menjamin kelancaran penyelenggaraan fungsi Infanteri, perlu


diatur ketentuan tentang tataran kewenangan dan tanggung jawab atas
penyelenggaraan fungsi Infanteri agar dapat diperoleh hasil dan daya guna yang
optimal.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Mabes TNI AD. Sebagai


pembantu dan pelaksana utama Panglima TNI, Kasad berwenang dan bertanggung
jawab menjabarkan pokok-pokok kebijakan Panglima TNI sebagai berikut :

1) Menjabarkan kebijakan dan strategi pembinaan Infanteri sesuai


kewenangannya.

2) Menentukan kebijakan pengembangan kemampuan, kekuatan dan gelar


Infanteri.

3) Menyelenggarakan pembinaan teknis administrasi dan kemampuan


Infanteri.
29

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Pusat Kesenjataan Infanteri. Wewenang


dan tanggung jawab komando dalam pembinaan kecabangan, lapangan kekuasaan
teknis dan pembinaan korps yang meliputi :

1) Menyusun rencana dan program penyelenggaraan kesiapan bagi satuan


Infanteri setelah melalui koordinasi sesuai program dari Komando Atas.

2) Menyelenggarakan pembinaan teknis, supervisi dan pengawasan teknis


Infanteri.

3) Menyelenggarakan fungsi Infanteri melalui pembinaan kesenjataan,


pembinaan pendidikan dan latihan serta pembinaan penelitian dan
pengembangan yang berkaitan dengan teknis keinfanterian.

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama. Wewenang dan


tanggung jawab Komando Atas penyelenggaraan fungsi Infanteri berada pada
Pangkotama yang meliputi :

1) Menyusun dan merumuskan program penyelenggaraan latihan Satuan


Infanteri.

2) Memelihara dan membina kesiapsiagaan operasional Satuan Infanteri.

3) Mengendalikan, mengawasi, mengevaluasi dan melaporkan kesiapan


Satuan Infanteri kepada Kasad.

4) Mengkoordinasikan dengan LKT Infanteri dalam rangka pembinaan


Satuan Infanteri.

5) Mengerahkan Satuan Infanteri sesuai kewenangan yang diberikan oleh


Panglima TNI.

e. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan. Wewenang dan


tanggung jawab Komando dalam pembinaan dan penggunaan Infanteri di tingkat
satuan berada di tangan Komandan Satuan yang meliputi :

1) Tingkat Divisi. Wewenang dan tanggung jawab Komando atas


penyelenggaraan fungsi Infanteri berada pada Panglima Divisi.

2) Tingkat Brigade. Wewenang dan tanggung jawab Komando atas


penyelenggaraan fungsi Infanteri berada pada Komandan Brigade.

3) Tingkat Batalyon. Wewenang dan tanggung jawab Komando atas


penyelenggaraan fungsi Infanteri berada pada Komandan Batalyon.
30

BAB III
KAVALERI

11. Umum. Kavaleri merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai
kekuatan yang menjalankan fungsi penggempur dan pengaman dengan menggunakan
kendaraan tempur lapis baja dan/atau kuda Kavaleri.

12. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Kavaleri.

a. Umum. Guna menjamin efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan


Kavaleri dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD, maka perlu ditetapkan
ketentuan pokok didalam penyelenggaraan yang meliputi peran, tugas, fungsi dan
asas.

b. Peran. Kavaleri sebagai satuan maneuver meleksanakan pertempuran didarat


menggunakan alat utama system senjata (Alutsista) kendaraan tempur (Ranpur)
berlapis baja dan/atau kuda Kavaleri dengan kemampuan daya gerak, daya tembak
dan daya kejut, serta didukung oleh system dan aplikasi teknologi yang moderen.

c. Tugas.

1) Tugas Pokok. Kavaleri bertugas pokok melaksanakan pembinaan dan


menyelenggarakan fungsi Kavaleri dalam OMP dan OMSP dengan
menggunakan kendaraan tempur (Ranpur) dan/atau kuda Kavaleri sebagai
alat peralatan utamanya dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

2) Tugas-tugas.

a) Melaksanakan pembinaan kekuatan, kemampuan dan gelar


kekuatan Kavaleri dalam rangka mendukung tugas pokok satuan
Kavaleri.

b) Melaksanakan pembinaan fungsi Kavaleri yang meliputi fungsi


penggempur dan/atau fungsi pengaman dalam rangka mendukung tugas
pokok satuan Kavaleri.

c) Melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan operasi militer perang


(OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP).

d. Fungsi. Kavaleri merupakan salah satu korps TNI AD dan sebagai


kekuatan yang menjalankan fungsi manuver dalam pertempuran darat dengan
kemampuan penggempur dan/atau pengaman menggunakan kendaraan tempur
berlapis baja dan/atau kuda Kavaleri sebagai alat peralatan utama.

1) Fungsi Penggempur. Melaksanakan pertempuran di darat yang


bersifat
31

ofensif dengan daya gerak, daya tembak dan daya kejut (pendadakan) guna
mendekati dan menghancurkan musuh terutama kendaraan berlapis baja.

2) Fungsi Pengaman. Melaksanakan pengamanan pada satuan yang lebih


besar, obyek vital Nasional, VIP dan VVIP serta pengamanan wilayah sebagai
satuan kawal, satuan tirai, satuan pengaman dan satuan pengintai.

e. Azas.

1) Tujuan. Tugas-tugas Kavaleri dilaksanakan secara struktur, mengarah


pada pencapaian tujuan dan pentahapan sasaran yang jelas dan realistik.

2) Ofensif. Tindakan ofensif dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang


menentukan, memiliki keleluasaan bertindak dan cepat tanggap terhadap
perubahan situasi.

3) Mobilitas. Kemempuan mobilitas diperlukan untuk melaksanakan


tugas
secara renponsif, menjamin kebebasan bertindak, mengembngkan hasil yang
dicapai dan mencegah kehancuran pasukan sendiri.

4) Kesatuan Komando. Kesatuan Komando diperlukan untuk


memperoleh
kecepatan, kepastian dan keterpaduan dalam melaksanakan koordinasi
Komando serta pengendalian.

5) Pemusatan. Kekuatan dan perkuatan dipusatkan pada daerah


operasi dan sasaran tertentu untuk menjamin penyelesaian tugas dalam ruang
dan waktu yang ditentukan, sehingga memungkinkan suatu kekuatan yang
relatif kecil, dapat mencapai keunggulan tempur menentukan pada saat-saat
kritis.

6) Penghematan. Penggunaan sumber daya secara efisien tanpa


mengorbankan efektivitas untuk mencapai hasil yang optimal.

7) Keamanan. Tindakan keamanan terhadap kegiatan, informasi,


Alutsista
dan personil dilakukan untuk mencegah ronrongan musuh atau lawan.

8) Kesederhanaan. Prosedur tetap dan aturan pelibatan bersifat


sederhana dan mudah dimengerti, sehingga menghilangkan keragu-raguan.

9) Pendadakan. Pendadakan memberikan keunggulan perimbangan


kekuatan dipihak sendiri, sehingga musuh atau lawan tidak dapat bereaksi
secara cepat dan tepat.

10) Kesemestaan. Penyelenggaraan operasi pertahanan didarat


dilaksanakan dengan mengerahkan segenap komponen pertahanan Negara
32

dengan mengerahkan segenap komponen kekuatan satuan Kavaleri yang


dapat mewujudkan kekuatan besar dan berlanjut.

11) Keunggulan Moril. Keunggulan moril merupakan factor penentu


keberhasilan tugas, dilandasi motivasi yang kuat, semangat juang yaqng
pantang menyerah, hubungan atasan dan bawahan yang kohesif, latihan yang
keras, dukungan yang memadai dan prosedur operasional yang jelas.

12) Tidak Kenal Menyerah. Motivasi dalam pelaksanaan tugas untuk


secara terus menerus berupaya mencapai keberhasilan tanpa menimbulkan
korban dan kerugian sia-sia.

13) Penyebaran Untuk Menghindari Pemusnahan. Penempatan pasukan


dan instalasi secara tersebar, namun tetap dalam jangkauan komando dan
pengendaliaan. Penyebaran dilakukan untuk menghindari kehancuran total.

14) Perintah Jenis Tugas (Mission Type Order). Kemampuan


menjabarkan setiap tugas sebagai perintah yang harus dilaksanakan dengan
maksimal.

13. Dasar Penyelenggaraan Kavaleri.

a. Umum. Dasar penyelenggaraan Kavaleri dilaksanakan dengan tetap


mengacu pada tujuan dan sasaran, subyek, obyek, metode dan sarana prasarana
serta pedoman penyelenggaraannya agar dapat mendukung tugas pokok TNI AD
secara optimal.

b. Tujuan dan Sasaran.

1) Tujuan. Mewujudkan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan


satuan Kavaleri yang mampu melaksanakan operasi militer perang (OMP)
maupun operasi militer selain perang (OMSP) dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI AD.

2) Sasaran.

a) Sasaran pembinaan Kavaleri.

(1) terwujudnya kekuatan kavaleri yang solid, tangguh dan


modern sehingga mampu menghadapi ancaman militer dan non
militer baik yang berasal dari dalam maupun luar;

(2) tercapainya keseimbangan antara teknologi militer yang


berkembang dengan sumber daya manusia yang profesional,
sehingga memiliki kemampuan penindakan yang maksimal;dan
33

(3) tertatanya gelar satuan kavaleri yang mampu mewujudkan


daya tangkal/deterrence effect dan daya tanggap atau kecepatan
merespon terhadap segala bentuk ancaman militer yang datang
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

b) Sasaran penggunaan Kavaleri.

(1) terwujudnya penggunaan kavaleri secara optimal pada


pelaksanaan operasi militer untuk perang (OMP);dan

(2) terwujudnya penggunaan kavaleri secara optimal pada


pelaksanaan operasi militer selain perang (OMSP) baik yang
bersifat tempur maupun non tempur.

c. Subyek, Obyek, Metoda dan Sarpras.

1) Subyek.

a) Panglima TNI.

b) Kasad.

c) Pangkostrad.

d) Dankodiklat TNI AD.

e) Pangdam/Pangdivif.

f) Danpussenkav.

g) Danpusdikkav.

h) Dansatkav.

2) Obyek. Satuan Kavaleri.

3) Metode.

a) Pembinaan Kavaleri.

(1) pembinaan kekuatan. pembinaan kekuatan kavaleri


dilaksanakan dengan menggunakan metode
pengamatan/observasi, penelitian, pengkajian, penilaian, uji teori
dan uji coba/lapangan, analisa dan evaluasi, studi banding,
pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan/rehabilitasi serta
pengawasan dan pengendalian;
34

(2) pembinaan kemampuan. pembinaan kemampuan


kavaleri dilaksanakan dengan menggunakan metode pendidikan,
latihan, penugasan, operasi bersama, kunjungan dan litbang;dan

(3) pembinaan gelar kekuatan. pembinaan gelar kekuatan


dilaksanakan dengan menggunakan metode
pengamatan/observasi, penelitian, pengkajian, pembentukan,
pengembangan dan redislokasi.

b) Penggunaan Kavaleri.

(1) penggunaan dalam pola operasi militer untuk perang.


Penggunaan kekuatan Kavaleri dalam pola operasi militer untuk
perang dilaksanakan melalui metode preventif, represif,
konsolidasi, rehabilitasi dan stabilisasi;dan

(2) penggunaan dalam pola operasi militer selain perang.


Penggunaan kekuatan Kavaleri dalam pola operasi militer selain
perang dilaksanakan dengan metode preventif, preemtif, represif,
bhakti TNI dan komunikasi sosial dan pembinaan perlawanan
wilayah.

4) Sarana Prasarana.

a) Peranti Keras. Merupakan sarana dan prasarana yang


digunakan dalam rangka menjamin terselenggaranya pembinaan
Kavaleri secara berhasil dan berdaya guna, yang meliputi :

(1) alutsista ranpur dan kuda kavaleri;dan

(2) fasilitas pendukung yang berada di dalam maupun di luar


lingkungan TNI AD, berupa bangunan, perkantoran, perumahan,
fasilitas latihan, fasilitas pendidikan, medan latihan dan perangkat
lainnya.

b) Peranti Lunak. Merupakan sarana dan prasarana pendukung


penyelenggaraan pembinaan dan penggunaan Kavaleri yang meliputi :

(1) doktrin;

(2) buku petunjuk yang terdiri dari buku petunjuk induk, buku
petunjuk pelaksanaan, buku petunjuk administrasi, buku petunjuk
taktis dan buku petunjuk teknis;dan

(3) prosedur tetap.

d. Pedoman Penyelenggaraan Kavaleri. Guna mewujudkan Kavaleri yang


solid, profesional, tangguh, modern dan dicintai rakyat dalam rangka mendukung
35

pelaksanaan tugas pokok TNI AD dilaksanakan melalui pembinaan dan penggunaaan


Kavaleri.

1) Pembinaan Kavaleri.

a) Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan Kavaleri merupakan


bagian dari sistem pembinaan kekuatan TNI AD yang dilaksanakan
melalui pembinaan organisasi, SDM, materiil dan Alutsista, fasilitas,
pendidikan dan pelatihan, latihan, peranti lunak dan kepemimpinan serta
diselenggarakan secara berkesinambungan dan terus-menerus
sehingga menjadi kekuatan yang mampu menghadapi setiap bentuk
ancaman.

b) Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan Kavaleri


merupakan bagian dari sistem pembinaan kemampuan TNI AD yang
dilaksanakan melalui pembinaan kemampuan Intelijen, tempur,
pembinaan teritorial (Binter) dan dukungan serta diselenggarakan untuk
menciptakan efek tangkal di darat sebagai bentuk sinergitas antara
kemampuan pertahanan militer dengan pertahanan non militer baik
dalam rangka tugas OMP maupun OMSP.

c) Pembinaan Gelar Kekuatan. Pembinaan gelar kekuatan Kavaleri


merupakan bagian dari sistem pembinaan gelar kekuatan TNI AD yang
dilaksanakan melalui pembinaan gelar kekuatan terpusat, kewilayahan
dan pendukung sesuai strategi penangkalan dengan konsep pertahanan
pulau-pulau besar dan rangkaian pulau-pulau kecil (kompartemen
strategis pertahanan matra darat) yang disusun dalam Balahanwil dan
Balahanpus serta diarahkan bagi terwujudnya totalitas efek tangkal dan
tersedianya kekuatan penangkal awal terhadap setiap ancaman yang
diprediksi di wilayah darat NKRI.

2) Penggunaan Kavaleri.

a) Pola operasi militer untuk perang (OMP). Penggunaan dalam


pola OMP diarahkan untuk mewujudkan penggunaan Kavaleri secara
optimal sehingga mampu melaksanakan pentahapan operasi mulai dari
operasi pencegahan, penindakan, perlawanan wilayah, serangan balas
dan pemulihan keamanan

b) Pola operasi militer selain perang (OMSP). Penggunaan dalam


pola OMSP diarahkan untuk mewujudkan penggunaan Kavaleri secara
optimal dalam operasi yang bersifat tempur dan non tempur.

(1) penggunaan dalam bentuk tugas operasi bersifat tempur


dimulai sejak embrio ancaman terhadap keamanan negara
berkembang di wilayah secara eskalatif;
36

(2) dalam rangka penyelenggaraan tugas yang bersifat


membantu, penggunaan kekuatan satuan kavaleri harus
memperhatikan keutuhan taktis, ditentukan sasaran tugas, waktu,
dan daerah operasi tertentu, serta kodal taktis dan teknis
operasional tetap berada pada komandan satuan militer;

(3) dalam hal membantu tugas pemerintahan di daerah dan


memberi bantuan kemanusiaan, pengerahan kekuatan hanya
dilakukan atas permintaan kepala daerah, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;

(4) dalam hal membantu tugas kepolisian negara republik


indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban
masyarakat, pelaksanaannya dilakukan atas permintaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;dan

(5) tugas dalam rangka operasi perdamaian dunia


dilaksanakan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri
indonesia dan mandat dari PBB atau organisasi
internasional/regional yang diakui oleh pemerintah.

14. Pembinaan Kavaleri.

a. Umum. Pelaksanaan pembinaan Kavaleri TNI AD diarahkan kepada


tercapainya tingkat kekuatan yang mampu menjamin kepentingan strategis
pertahanan aspek darat. Pembinaan tersebut diwujudkan melalui pembinaan
kekuatan, pembinaan kemampuan dan pembinaan gelar, sehingga mampu menjadi
kekuatan yang handal untuk menangkal setiap bentuk ancaman sesuai
perkembangan lingkungan strategis dan perkembangan teknologi.

b. Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan diarahkan untuk mewujudkan


Satuan Kavaleri menjadi kekuatan yang mampu menghadapi setiap bentuk ancaman
militer dan nonmiliter melalui pembinaan organisasi, SDM, materiil dan Alutsista,
fasilitas, pendidikan dan pelatihan, latihan, peranti lunak dan kepemimpinan dalam
rangka mendukung tugas pokoknya.

1). Pembinaan Organisasi. Pembinaan organisasi Kavaleri bertujuan


untuk menyusun, memelihara dan meningkatkan validitas serta kesiapan
operasional organisasi Kavaleri agar sumber daya yang dimiliki dan berbagai
potensi yang ada dapat didayagunakan seluas-luasnya untuk mencapai tujuan
pertahanan negara yang tangguh sehingga mampu dan siap mengemban
tugas-tugas operasional, mudah disusun, fleksibel, mudah dikonsentrasikan
dan dikerahkan sesuai kebutuhan operasional di lapangan serta mampu
berintegrasi dan bersinergi dengan kekuatan Matra Darat lainnya.
37

a) Proses.

(1) perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan organisasi sebagai kelanjutan hasil pengamatan/
observasi dan penelitian secara terus-menerus terhadap
organisasi Kavaleri, serta pengkajian terhadap perlunya
pembentukan/penataan organisasi Kavaleri;

(2) pengorganisasian. Menyusun personel dalam


organisasi yang akan melaksanakan pembinaan organisasi serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan
dan latar belakang pengalaman;

(3) pelaksanaan; dan

(a) Melaksanakan penyusunan naskah akademik untuk


memberikan penjelasan dan pemahaman tentang latar
belakang pemikiran perlunya dilaksanakan pembentukan/
penataan Orgas satuan

(b) Melaksanakan penyusunan naskah organisasi dan


tugas (Orgas) serta naskah mekanisme hubungan kerja
(Mekhubja)

i. pada pembentukan organisasi baru perlu


ditentukan tujuan, tugas pokok organisasi dan
kegiatan yang perlu dilaksanakan, mengelompokkan
kegiatan dalam fungsi, menentukan unit-unit kerja,
menyusun personel dalam bentuk DSPP/TOP,
materiil dan peranti lunak (penak), menetapkan
prosedur kerja dan metode kerja serta menentukan
tugas, tanggung jawab dan wewenang yang jelas
dan mudah dipahami oleh seluruh unsur organisasi
yang disusun/dibentuk, sehingga dapat mendukung
tugas pokok organisasi;dan

ii. perubahan organisasi dilaksanakan terhadap


organisasi kavaleri yang telah terbentuk, yang
meliputi reorganisasi, validasi organisasi,
pembekuan organisasi dan likuidasi organisasi.

(c) Melaksanakan kegiatan pengujian dengan


mekanisme UT I di tingkat Pussenkav Kodiklat TNI AD, UT
II di tingkat Kodiklat TNI AD dan UT III di tingkat Mabesad;

(d) Melaksanakan kegiatan penerbitan naskah yang


meliputi pencetakan, pengambilan dan pengarsipan serta
pendistribusian naskah ke seluruh satuan jajaran Angkatan
38

Darat. Naskah Orgas yang telah disahkan selanjutnya diuji


coba selama 1 (satu) tahun di satuan Kavaleri yang telah di
tunjuk.

(e) Melaksanakan kegiatan evaluasi pelaksanaan Orgas


satuan setelah diuji coba selama 1 (satu) tahun, untuk di
sempurnakan dan selanjutnya disahkan serta berlaku
selama lima tahun dan/atau adanya perubahan kebijakan
Pimpinan TNI AD.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung (operatif) terhadap efektifitas organisasi Satkav melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung
(administratif) melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan organisasi di satuan.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan struktur/


organisasi Kavaleri dilakukan oleh setiap Komandan dan pembina fungsi
organisasi secara berjenjang dan berlanjut sesuai dengan tingkat
kewenangan dan tanggung jawabnya, melalui pembentukan organisasi
dan penataan organisasi.

2) Pembinaan SDM. Pembinaan SDM Kavaleri diarahkan untuk


meningkatkan profesionalisme SDM TNI AD yang berkualitas, terbaik dan
unggul, berdisiplin tinggi, taat dan menjunjung tinggi hukum, memahami jati
dirinya sebagai tentara pejuang, tentara rakyat, tentara nasional dan tentara
profesional, serta memiliki wawasan kebangsaan sehingga selalu mencintai
dan dicintai rakyat.

a) Proses. Proses pembinaan SDM Kavaleri dilaksanakan melalui


pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan SDM sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi
dan penelitian secara terus-menerus serta pengkajian terhadap
personel Kavaleri;

(2) Pengorganisasian. Menyusun personel dalam organisasi


yang akan melaksanakan pembinaan SDM serta menentukan
tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan latar
belakang pengalaman;

(3) pelaksanaan;dan
39

(a) Melaksanakan pembinaan tenaga manusia melalui


pengisian dan pengajuan kebutuhan Prajurit agar
tercapainya Right seizing dan Zero Growth Personnel
(ZGP).

(b) Melaksanakan pembinaan SDM secara


komprehenship dan berkesinambungan melalui proses
perekrutan, pembangunan, pengembangan profesi dan
kompetensi, penggunaan dan pembinaan karir, perawatan
dan pemisahan personel yang dilaksanakan;

i. melaksanakan perekrutan dalam rangka


penyediaan tenaga (diaga) melalui kampanye
tentang kecabangan kavaleri di lemdikpus dan
lemdikrah TNI AD, penentuan minat, bakat dan
kompetensi Prajurit kavaleri sebagai kriteria
penentuan kecabangan, serta mengikuti sidang
penentuan kecabangan yang dikoordinasikan oleh
staf personel angkatan darat;

ii. hasil perekrutan dilanjutkan dengan


pembangunan, pengembangan profesi dan
kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan
dengan mekanisme : pengusulan personel, seleksi
dan sidang penentuan kelulusan seleksi pendidikan,
menyiapkan persyaratan administrasi bagi personel
yang akan mengikuti pendidikan serta
menyelenggaran pendidikan dan evaluasi hasil
belajar akhir pendidikan kecabangan kavaleri;

iii. penggunaan personel diatur sesuai pola


pembinaan karir dan dikembangkan berdasarkan
evaluasi kinerja SDM sebagai penentu
pengembangan karir personel yang dilaksanakan
melalui pengajuan usulan dan sidang kenaikan
pangkat (UKP) di satuan serta inventarisasi data,
perencanaan pengisian dan mutasi jabatan sesuai
mekanisme TOA/TOD yang berlaku di lingkungan
TNI AD;

iv. melaksanakan perawatan personel melalui


pembinaan hukum, disiplin dan tata tertib,
pembinaan moril, pembinaan kesejahteraan,
pembinaan mental, serta pembinaan jasmani;dan

v. melaksanakan pemisahan personel yang


dilakukan secara tepat waktu melalui penyelesaian
administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
40

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung (operatif) terhadap efektifitas pembinaan SDM melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung
(administratif) melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan SDM di satuan.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan SDM


Kavaleri dilakukan oleh setiap Komandan dan pembina fungsi personel
secara berjenjang dan berlanjut sesuai dengan tataran kewenangan dan
tanggung jawabnya melalui kegiatan pembinaan tenaga manusia dan
pembinaan personel yang meliputi penyediaan tenaga, pendidikan,
penggunaan, perawatan dan pemisahan.

3) Pembinaan Materiil dan Alutsista. Pembinaan materiil dan


Alutsista Kavaleri bertujuan untuk menyiapkan materiil dan Alutsista dalam
rangka meningkatkan kesiapan operasional satuan Kavaleri, serta memberikan
dukungan logistik secara optimal melalui pembangunan, pengadaan,
pemeliharaan, perawatan dan perbaikan guna meningkatkan, mempertahankan
dan memelihara kondisi materiil dan Alutsista satuan Kavaleri.

a) Proses. Proses Pembinaan materiil dan Alutsista Kavaleri


dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


Pembinaan materiil dan Alutsista sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap materiil/ Alutsista Kavaleri.

(2) Pengorganisasian. Menyusun personel dalam organisasi


yang akan melaksanakan Pembinaan materiil dan Alutsista serta
menentukan tugas dan tanggungjawabnya sesuai kemampuan
dan latar belakang pengalaman.

(3) Pelaksanaan.

(a) melaksanakan penentuan kebutuhan materiil dan


alutsista melalui penelitian dan pengembangan dalam
bentuk pengkajian terhadap seluruh materiil kavaleri,
saran kebutuhan materiil sesuai TOP/DSPP satuan
kavaleri serta koordinasi dan memonitor pelaksanaannya;

(b) menyarankan spesifikasi teknis materiil dan alutsista


serta melaksanakan dan/atau membantu pelaksanaan
pengadaan materiil dan alutsista kavaleri dengan
41

melibatkan pussenkav kodiklat TNI AD sebagai LKT


(Lapangan kekuasaan teknis) kecabangan kavaleri;

(c) membantu dan/atau melaksanakan serta


mengawasi kegiatan pendistribusian materiil khusus
kavaleri ke satuan-satuan kavaleri;

(d) melaksanakan pemeliharaan materiil dan alutsista


melalui penelitian dan pengembangan dalam bentuk
rekayasa dan uji coba materiil, kegiatan pemeliharaan di
satuan sampai tingkat pemeliharaan 2 serta melaksanakan
koordinasi dengan areal service dalam rangka kegiatan
pemeliharaan;

(e) melaksanakan pemeriksaan ketertiban administrasi


dan kesiapan operasional materiil dan alutsista satuan
kavaleri;dan

(f) melaksanakan koordinasi dengan pembina fungsi


materiil dalam rangka kegiatan penghapusan materiil dan
alutsista (ranpur) yang berada dalam kondisi tercela, yaitu
kondisi rusak berat (tidak dapat diperbaiki), rusak (bila
diperbaiki tidak ekonomis), habis masa pakai, hilang
dan/atau susut, musnah, terjadi keadaan paksa (force
majeur), terkena peraturan khusus dan hal-hal lain
berdasarkan ketentuan yang berlaku. serta melaksanakan
pemisahan bagi alutsista kuda kavaleri yang sudah tidak
memenuhi syarat

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung (operatif) terhadap efektifitas Pembinaan materiil dan
Alutsista melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara secara langsung di satuan, serta pengawasan secara
tidak langsung (administratif) melalui kegiatan pencatatan,
pencocokan, penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif
terhadap data hasil kegiatan Pembinaan materiil dan Alutsista di
satuan Kavaleri, yang akan dikoordinasikan dengan badan
pembina logistik di lingkungan Angkatan Darat.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan Pembinaan materiil dan


Alutsista Kavaleri dilakukan oleh setiap Komandan, pembina fungsi
logistik dan peralatan secara berjenjang dan berlanjut sesuai dengan
tataran kewenangan dan tanggung jawabnya melalui pembinaan fungsi
utama Binmat yang meliputi penentuan kebutuhan, pengadaan,
distribusi, pemeliharaan dan penghapusan.

4) Pembinaan Fasilitas. Pembinaan fasilitas bertujuan untuk


menyediakan, memelihara dan merawat fasilitas bangunan serta sarana dan
42

prasarana yang ada di satuan Kavaleri guna mewujudkan kesiapsiagaan


satuan, kelancaran proses pembinaan kemampuan dan terpeliharanya moril
serta kesejahteraan personel beserta keluarganya dengan kegiatan yang
meliputi :

a) Proses. Proses pembinaan fasilitas Kavaleri dilaksanakan melalui


pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan fasilitas sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan pemeriksaan secara terus-menerus
serta pengkajian terhadap pangkalan Kavaleri.

(2) Pengorganisasian. Menyiapkan personel dan menyusun


organisasi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam hal
pembinaan fasilitas.

(3) Pelaksanaan.

(a) menentukan kebutuhan fasilitas bangunan dan


prasarana lainnya yang diperlukan untuk melengkapi dan
mendukung organisasi dalam rangka melaksanakan tugas
pokoknya;

(b) mengajukan dan mengupayakan kebutuhan


bangunan dan prasarananya melalui kegiatan pengadaan
jasa kontruksi militer atau swakelola sesuai peraturan yang
berlaku;

(c) melaksanakan kegiatan pemeliharaan terhadap


ketertiban, kebersihan dan keamanan fasilitas bangunan
dan prasarana lainnya yang dipertanggungjawabkan
kepada satuan sesuai rencana yang telah disusun;

(d) melaksanakan perawatan dan perbaikan terhadap


fasilitas pangkalan sesuai dukungan dari komando atas
dan kemampuan satuan, berkoordinasi dengan satuan zeni
baik ditziad maupun zeni kotama;

(e) melaksanakan inventarisasi terhadap dokumen


penghapusan fasilitas bangunan dan prasarana yang
sudah tidak memenuhi persyaratan teknis berdasarkan
ketentuan yang berlaku;dan

(f) membuat saran kepada komando atas tentang


perlunya diadakan kegiatan rehabilitasi, renovasi dan
43

pembangunan terhadap fasilitas pangkalan bagi satuan


kavaleri.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung (operatif) terhadap efektifitas pembinaan fasilitas melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung
(administratif) melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan Pembinaan fasilitas di satuan.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan fasilitas


Kavaleri dilaksanakan oleh setiap Komandan, pembina fungsi logistik
dan kontruksi secara berjenjang dan berlanjut sesuai tataran
kewenangan dan tanggung jawabnya dengan berpedoman pada
ketentuan yang berlaku di lingkungan TNI AD.

5) Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan. Pembinaan pendidikan dan


pelatihan bertujuan untuk membekali prajurit Kavaleri dalam standar minimal
kompetensi yang berupa pengetahuan umum dan militer yang seimbang
dengan kemampuan, kecakapan dan karakter sesuai profesi serta
mengembangkan kompetensi sesuai pekerjaan dan tugas secara
berkesinambungan, dengan kegiatan yang meliputi :

a) Proses. Proses pembinaan pendidikan dan pelatihan


dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan pendidikan dan pelatihan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/ observasi dan penelitian secara terus-menerus
serta pengkajian terhadap personel Kavaleri.

(2) Pengorganisasian. Menyusun personel dalam organisasi


yang akan melaksanakan pembinaan pendidikan dan pelatihan
serta menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai
kemampuan dan latar belakang pengalaman.

(3) Pelaksanaan.

(a) menyusun pola dan struktur pendidikan dan


pelatihan kavaleri sebagai kerangka dasar bagi penataan
dan penyelenggaraan pendidikan kecabangan kavaleri
yang memperlihatkan gambaran jenjang pendidikan
golongan perwira, bintara dan tamtama kecabangan
kavaleri dengan memanfaatkan dan mengembangkan
keterampilan serta pengalaman yang telah dimiliki;
44

(b) meningkatkan kualitas 10 komponen pendidikan dan


pelatihan, sehingga operasional pendidikan dapat berjalan
lancar dalam rangka membentuk dan mengembangkan
peserta didik agar tercapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. pembinaan komponen pendidikan meliputi
kurikulum, paket instruksi, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, metode pengajaran, alins/alongins, evaluasi
pendidikan, fasilitas pendidikan, peserta didik serta
anggaran;

(c) pembinaan penyelenggaraan pendidikan


dilaksanakan secara terpadu dan berlanjut, yang meliputi
analisis kebutuhan pendidikan, pelaksanaan pendidikan,
pengendalian dan pengawasan pendidikan, serta evaluasi
pendidikan;

(d) pembinaan kehidupan di lemdik kavaleri sebagai


lingkungan pendidikan diarahkan pada upaya nyata agar
lingkungan dapat memberikan dampak positif terhadap
pencapaian tujuan pendidikan. proses pembinaan
penyelenggaraan lingkungan pendidikan dilaksanakan
dengan menciptakan lingkungan belajar dan mengajar
yang kondusif di lemdik kavaleri;

(e) pembinaan validasi pendidikan dilaksanakan


dengan kegiatan pengendalian mutu hasil didik yang
menggunakan informasi umpan balik dari pemakai
personel hasil didik;dan

(f) pengembangan pendidikan dilakukan melalui


penelitian/pengkajian yang sistimatik dan mendalam
dengan mempergunakan teknik dan metode keilmuan agar
pendidikan dapat terselenggara secara efektif dan efisien.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung (operatif) terhadap efektifitas pembinaan pendidikan dan
pelatihan melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara secara langsung di satuan/Lemdik Kavaleri, serta
pengawasan secara tidak langsung (administratif) melalui
kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi yang
bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan
pendidikan dan pelatihan di satuan.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan pendidikan


dan pelatihan dilaksanakan oleh setiap Komandan dan pembina fungsi
personel secara berjenjang dan berlanjut sesuai tataran kewenangan
dan tanggung jawabnya dengan berpedoman pada ketentuan yang
berlaku di lingkungan TNI AD.
45

6) Pembinaan Latihan. Pembinaan Latihan dilaksanakan dengan tujuan


untuk mewujudkan kesiapan operasional, kesiapsiagaan operasional dan gelar
kekuatan satuan Kavaleri. sehingga pada saat digunakan mampu menjawab
kebutuhan tugas, dengan kegiatan yang meliputi :

a) Proses. Proses pembinaan latihan dilaksanakan melalui


pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan.
(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan
pembinaan latihan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap latihan di satuan Kavaleri.

(2) Pengorganisasian. Menyusun personel dalam organisasi


yang akan melaksanakan pembinaan latihan serta menentukan
tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan latar
belakang pengalaman maupun penugasan.

(3) Pelaksanaan.

(a) menyelenggarakan dan melaksanakan latihan


dalam rangka pembinaan kekuatan (binkuat) yang
berorientasi pada pencapain standard kemampuan
program pembinaan kekuatan sesuai dengan program
pemantapan yang pelaksanaannya didasarkan pada siklus
latihan dan program latihan standarisasi (proglatsi) yang
berlaku di lingkungan satuan kavaleri, dimulai dari latihan
perorangan, sampai dengan latihan satuan;

(b) menyelenggarakan dan melaksanakan latihan


dalam rangka penggunaan kekuatan (gunkuat) yang
dltujukan kepada satuan kavaleri yang disiaptugaskan
(latihan pratugas) serta latihan bagi satuan yang disiapkan
untuk menghadapi kontinjensi dan tugas-tugas
pengamanan obyek vital nasional baik penugasan operasi
militer untuk perang maupun operasi militer selain
perang;dan

(c) melaksanakan latihan bersama (latma) dengan


satuan angatan darat negara sahabat dengan tujuan untuk
meningkatkan persahabatan antara TNI AD dengan
angkatan darat negara sahabat serta berimplikasi pada
peningkatan profesionalisme prajurit dan satuan kavaleri.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung (operatif) terhadap efektifitas pembinaan latihan melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
46

langsung di satuan Kavaleri, serta pengawasan secara tidak


langsung (administratif) melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan latihan di satuan.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan latihan


dilaksanakan oleh setiap Komandan dan pembina fungsi operasi secara
berjenjang dan berlanjut sesuai tataran kewenangan dan tanggung
jawabnya dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku di
lingkungan TNI AD.

7) Pembinaan Peranti Lunak. Pembinaan peranti lunak bertujuan


untuk mewujudkan kesamaan pemahaman dan tindakan, validitas, kualitas,
kuantitas, standarisasi dan tersedianya semua kebutuhan peranti lunak yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembinaan maupun penggunaan
kekuatan Kavaleri.
a) Proses. Kegiatan pembinaan peranti lunak (Penak) Kavaleri
dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan peranti lunak sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap peranti lunak Kavaleri.

(2) Pengorganisasian. Menyusun personel dalam organisasi


kelompok kerja (Pokja) yang akan melaksanakan pembinaan
peranti lunak serta menentukan tugas dan tanggung jawabnya
sesuai kemampuan dan latar belakang pengalaman.

(3) Pelaksanaan.

(a) Menginventarisasi peranti lunak yang berupa


Doktrin/Bujuk yang ada serta referensi yang diperlukan
serta hasil umpan balik dari satuan pengguna sebagai
bahan penyusunan Doktrin /Bujuk baru/revisi.

(b) Menghimpun pengajuan kebutuhan untuk


penyusunan/revisi peranti lunak yang berupa Doktrin/Bujuk
dan menerima umpan balik dalam rangka penyempurnaan
Doktrin /Bujuk termasuk usulan perubahan Doktrin /Bujuk
yang merupakan Naskah Sementara menjadi Naskah
Tetap.

(c) Menyusun rencana program dan anggaran bidang


Doktrin berdasarkan kebutuhan peranti lunak yang berupa
Doktrin/Bujuk di lingkungan Kavaleri untuk dijabarkan di
dalam program dan anggaran penyusunan dan penerbitan
47

Doktrin/ Bujuk secara bertahap dan berkesinambungan


sesuai skala prioritas.

(d) Melaksanakan penyusunan/revisi peranti lunak yang


berupa protap-protap satuan yang terkait dengan
pengamanan, operasi, latihan, bencana maupun protap-
protap lainnya sesuai kebutuhan.

(e) Merumuskan konsep naskah peranti lunak yang


akan disusun serta melaksanakan pengujian terhadap
naskah yang disusun sesuai pentahapan yang berlaku.

(f) Melaksanakan penerbitan/penggandaan dan


pendistribusian terhadap peranti lunak baik yang berupa
Doktrin, Bujuk maupun Protap satuan dengan ketentuan :

i. mabesad/sopsad untuk doktrin “KEP” dan


bujukin;

ii. kodiklatad untuk bujuklak, bujukmin, bujuktis,


bujuklap dan bujuknik yang merupakan naskah
tetap;

iii. pussenkav kodiklatad untuk bujuk yang


merupakan naskah sementara;dan

iv. satkav untuk protap-protap satuan yang


dibutuhkan.

(4) pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung (operatif) terhadap efektifitas pembinaan peranti lunak
melalui inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung
(administratif) melalui kegiatan pencatatan, pencocokan dan
evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan peranti lunak di satuan.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan peranti lunak


Kavaleri dilakukan oleh setiap Komandan dan pembina fungsi Doktrin
secara berjenjang dan berlanjut sesuai dengan tataran kewenangan dan
tanggung jawabnya, yang meliputi bidang Doktrin, Bujuk dan Protap
satuan.

8) Pembinaan Kepemimpinan. Pembinaan kepemimpinan bertujuan


untuk mewujudkan personel Kavaleri yang memiliki pengetahuan, kecakapan,
kemampuan dan karakter yang dibangun melalui kapasitas intelektual,
kehadiran dan keberadaan, tingkah laku dan suri tauladan, pengakuan serta
penerimaan lingkungan.
48

a) Proses. Kegiatan pembinaan kepemimpinan Kavaleri


dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan kepemimpinan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap kepemimpinan di satuan Kavaleri.

(2) Pengorganisasian. Menyusun personel dalam organisasi


yang akan melaksanakan pembinaan kepemimpinan serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai kemampuan
dan latar belakang pengalaman maupun penugasan.

(3) Pelaksanaan.

(a) meningkatkan pengetahuan para unsur pimpinan di


satuan tentang asas-asas kepemimpinan secara
proporsional serta kemampuan individu dalam
menjalankan organisasi sesuai tataran kewenangannya;

(b) melaksanakan pembinaan melalui proses konseling,


mentoring dan bimbingan profesional sehingga memiliki
kesadaran ‘self-awareness’ diri yang tinggi;

(c) meningkatkan kemampuan berkomunikasi,


kedekatan dengan anak buah dan memiliki pengetahuan
yang baik dalam bidangnya sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan anak buah dan mengefektifkan roda
organisasi;dan

(d) menumbuhkembangkan kemampuan transformatif


agar pemimpin mampu mengenali dirinya sendiri,
kelemahan dan kelebihannya, harga diri yang tinggi,
motivasi yang baik, empati, komitmen, kepedulian yang
dipadukan dengan kemampuan untuk mengambil
keputusan pada saat dibutuhkan.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung (operatif) terhadap efektifitas pembinaan kepemimpinan
melalui inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung
(administratif) melalui kegiatan pencatatan, pencocokan dan
evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan kepemimpinan di satuan.
49

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan


kepemimpinan dilaksanakan oleh setiap Komandan secara berjenjang
dan berlanjut sesuai tataran kewenangan dan tanggung jawabnya
dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku di lingkungan TNI
AD.

c. Pembinaan Kemampuan.

1) Pembinaan Kemampuan Intelijen. Pembinaan kemampuan Intelijen


diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kualitas bidang penyelidikan,
pengamanan dan penggalangan secara terbatas.

a) Proses. Proses pembinaan kemampuan Intelijen dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Merencanakan kegiatan pembinaan


kemampuan Intelijen sebagai kelanjutan hasil evaluasi, penelitian
dan pengembangan yang telah dilakukan sebelumnya;

(2) Pengorganisasian. Menentukan personel yang akan


melaksanakan pembinaan kemampuan Intelijen sesuai tugas dan
tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Meningkatkan kemampuan Intelijen personel


Kavaleri melalui :

i. pembinaan kemampuan penyelidikan melalui


kegiatan kontra penyelidikan terbatas terhadap
personel, materiil, berita/dokumen dan kegiatan;

ii. pembinaan kemampuan pengamanan


meliputi pengamanan personel, materiil,
berita/dokumen dan kegiatan;dan

iii. pembinaan kemampuan penggalangan


melalui kegiatan kontra penggalangan terbatas.

(b) Menyelenggarakan kegiatan Intelijen meliputi


penyelidikan, pengamanan dan penggalangan.
(c) Mengoptimalkan peran personel di satuan sebagai
badan pengumpul keterangan.

(d) Memberikan kesempatan kepada personel di satuan


untuk mengikuti pendidikan/kursus, latihan maupun
penugasan di bidang Intelijen sesuai kemampuannya.
50

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan pembinaan kemampuan Intelijen di satuan.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan kemampuan


Intelijen dilaksanakan oleh setiap Komandan dan pembina fungsi
Intelijen sesuai dengan tataran kewenangan dan tanggung jawabnya.

2) Pembinaan Kemampuan Tempur. Pembinaan kemampuan tempur


satuan Kavaleri diarahkan untuk mewujudkan kesiapsiagaan dan kesiapan
operasional satuan dalam melaksanakan operasi tempur pada tingkat strategis
maupun taktis.

a) Proses. Proses pembinaan kemampuan tempur dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan


pembinaan kemampuan tempur sebagai kelanjutan hasil
asistensi, pengawasan, pengkajian dan evaluasi.

(2) Pengorganisasian. Menentukan personel yang akan


melaksanakan pembinaan kemampuan tempur sesuai tugas dan
tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) melaksanakan penataan alutsista dan materiil


satuan kavaleri dalam mendukung kesiapan dan
kesiapsiagaan operasional kemampuan tempur satuan
kavaleri;

(b) melaksanakan peningkatan kemampuan personel


melalui pendidikan dan latihan;

(c) menerapkan sistem dan metode latihan (program


dan non program) sesuai program latihan standarisasi
(proglatsi) Kavaleri;

(d) melaksanakan asistensi teknis dan pengawasan di


bidang latihan satuan kavaleri;

(e) melaksanakan kegiatan lomba pembinaan satuan


Kavaleri tingkat batalyon sampai dengan tingkat kompi;

(f) mengikutsertakan personel maupun satuan Kavaleri


dalam kegiatan latihan yang bersifat latihan gabungan baik
di dalam negeri maupun luar negeri;
51

(g) mengirimkan personel kavaleri dalam kegiatan


pertukaran personel (personnel exchange programme)
dengan negara sahabat;dan

(h) mengirimkan personel maupun satuan kavaleri


dalam penugasan operasi di dalam negeri dan di luar
negeri.

(4) Pengawasan. Melaksanakan asistensi dan pengawasan


terhadap pelaksanaan pembinaan kemampuan tempur di satuan
Kavaleri.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan kemampuan


tempur dilaksanakan oleh setiap Komandan dan pembina fungsi
operasi/latihan sesuai tataran kewenangannya, melalui kegiatan
pendidikan, latihan dan penugasan.

3) Pembinaan Kemampuan Binter. Pembinaan kemampuan teritorial


satuan Kavaleri diarahkan untuk mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat.

a) Proses. Proses pembinaan kemampuan Binter dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun kegiatan pembinaan


kemampuan sebagai kelanjutan hasil pelaksanaan Binter yang
telah dilaksanakan.

(2) Pengorganisasian. Menentukan personel yang akan


melaksanakan pembinaan kemampuan teritorial di wilayah binaan
satuan.

(3) Pelaksanaan.

(a) meningkatkan, memelihara dan memantapkan sikap


serta kepribadian prajurit TNI sebagai insan teritorial
melalui penghayatan dan pengamalan pancasila, sapta
marga, sumpah prajurit dan 8 wajib TNI dalam rangka
mewujudkan kemanunggalan TNI-rakyat;

(b) melaksanakan kegiatan teritorial satuan non kowil


sesuai dengan program maupun non program, serta
melaksanakan koordinasi dengan satkowil;

(c) membekali personel tentang kemampuan teritorial


melalui pendidikan/kursus, latihan maupun penugasan;dan
52

(d) mengalokasikan mata pelajaran teritorial pada


pendidikan pengembangan umum (dikbangum) yang
diselenggarakan di lembaga pendidikan kavaleri.

(4) pengawasan. Melaksanakan asistensi dan pengawasan


terhadap pelaksanaan pembinaan kemampuan teritorial di satuan
Kavaleri.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan kemampuan Binter


dilaksanakan oleh setiap Komandan dan pembina fungsi teritorial secara
berjenjang dan berlanjut sesuai dengan tataran kewenangan dan
tanggung jawabnya yang diselenggarakan melalui kegiatan pendidikan,
latihan dan penugasan dengan berpedoman pada ketentuan Binter bagi
satuan non Kowil.

4) Pembinaan Kemampuan Dukungan. Pembinaan kemampuan


dukungan diarahkan untuk menyiapkan personel dan satuan Kavaleri dalam
kegiatan yang meliputi diplomasi militer, ilmu pengetahuan dan teknologi,
manajemen, penyelenggaraan K4IPP, operasi bantuan bencana alam, operasi
bantuan kepada Pemda dan Polri serta operasi perdamaian dunia.

a) Proses. Proses pembinaan kemampuan dukungan dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun kegiatan pembinaan


kemampuan dukungan agar dapat dipedomani dalam
pelaksanaannya.

(2) pengorganisasian. Menentukan personel yang akan


melaksanakan pembinaan kemampuan dukungan sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan tugas.

(3) Pelaksanaan.

(a) menyelenggarakan dan meningkatkan mutu


pendidikan kecabangan kavaleri;

(b) melaksanakan kegiatan latihan program maupun


non program yang berhubungan dengan kemungkinan
pelibatan satuan kavaleri dalam tugas-tugas dukungan TNI
AD;

(c) memberi kesempatan kepada personel dan satuan


kavaleri untuk mengikuti pendidikan dan latihan serta
penugasan;dan
53

(d) menyusun dan melatihkan protap-protap satuan


yang terkait dengan pelibatan satuan kavaleri dalam
operasi penanggulangan bencana, bantuan TNI kepada
pemda dan polri.

(4) Pengawasan. Melaksanakan asistensi dan pengawasan


terhadap pelaksanaan tugas dukungan.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan kemampuan


dukungan dilaksanakan oleh setiap Komandan dan pembina fungsi di
lingkungan TNI AD secara berjenjang dan berlanjut sesuai dengan
tataran kewenangan dan tanggung jawabnya, melalui kegiatan
pendidikan, latihan dan penugasan dengan berpedoman pada ketentuan
yang berlaku.

5) Pembinaan Kemampuan Fungsi. Pembinaan kemampuan fungsi


diarahkan untuk mewujudkan kesiapan dan kesiapsiagaan operasional satuan
sesuai fungsi satuan Kavaleri sebagai penggempur dan pengaman.

a) Pembinaan Kemampuan Penggempur. Melaksanakan


pembinaan kemampuan satuan Kavaleri dalam pertempuran di darat
yang bersifat ofensif melalui kegiatan asistensi, latihan dan pendidikan
serta penugasan.

(1) Proses. Proses pembinaan kemampuan fungsi


penggempur dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

(a) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan


pembinaan kemampuan fungsi penggempur satuan
Kavaleri.

(b) Pengorganisasian. Melaksanakan penyusunan


personel dan alutsista organisasi satuan penggempur
melalui kegiatan asistensi, pemenuhan personel dan
alutsita, pengkajian serta evaluasi.

(c) Pelaksanaan.

i. melaksanakan penataan alutsista, materiil


dan personel di satuan kavaleri dalam mendukung
kesiapan dan kesiapsiagaan operasional sebagai
satuan penggempur;

ii. melaksanakan kegiatan latihan sesuai


dengan program latihan standarisasi kavaleri
maupun latihan non program untuk meningkatkan
54

kemampuan dalam fungsi sebagai satuan


penggempur;

iii. memberikan kesempatan kepada personel


dan satuan kavaleri untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan di lembaga pendidikan baik di dalam negeri
maupun luar negeri;dan

iv. melaksanakan kegiatan penelitian dan


pengembangan dibidang taktik dan teknik serta
strategi tempur satuan kavaleri berdasarkan
perkembangan ancaman, ilmu pengetahuan dan
teknologi.

(d) Pengawasan. Melaksanakan asistensi,


pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan fungsi
Kavaleri sebagai penggempur.

(2) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan


kemampuan fungsi penggempur dilaksanakan oleh setiap
Komandan dan pembantu pimpinan kesenjataan, pendidikan dan
latihan serta penelitian dan pengembangan sesuai tataran
kewenangannya.

b) Pembinaan Kemampuan Pengaman. Melaksanakan pembinaan


kemampuan satuan Kavaleri sebagai satuan pengaman dengan
kegiatan asistensi, latihan dan pendidikan serta penugasan.

(1) Proses. Proses pembinaan kemampuan fungsi pengaman


dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

(a) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan


pembinaan kemampuan sebagai satuan pengaman.

(b) Pengorganisasian. Melaksanakan penyusunan


personel dan alutsista organisasi satuan pengaman dengan
melaksanakan kegiatan asistensi, pemenuhan personel dan
alutsita, pengkajian serta evaluasi.

(c) Pelaksanaan.

i. melaksanakan penataan alutsista, materiil


dan personel satuan kavaleri untuk kesiapan dan
kesiapsiagaan operasional satuan pengaman;

ii. melaksanakan kegiatan sesuai program


latihan standarisasi kavaleri serta latihan non
55

program untuk meningkatkan kemampuan fungsi


pengaman;

iii. memberikan kesempatan untuk mengikuti


pendidikan dan latihan bagi personel dan satuan
kavaleri di lembaga pendidikan dalam negeri dan
luar negeri;dan

iv. melaksanakan kegiatan penelitian dan


pengembangan dibidang taktik dan teknik serta
strategi pengamanan oleh satuan kavaleri dalam
fungsi pengaman.

(d) Pengawasan. Melaksanakan asistensi,


pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan fungsi
Kavaleri sebagai pengaman.

(2) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan


kemampuan fungsi Pengaman dilaksanakan oleh setiap
Komandan dan pembantu pimpinan kesenjataan, pendidikan dan
latihan serta penelitian dan pengembangan sesuai tataran
kewenangannya.

d. Pembinaan Gelar Kekuatan. Pembinaan gelar kekuatan diarahkan untuk


mewujudkan daya tangkal/deterrence effect dan menciptakan kesiapsiagaan terhadap
segala bentuk ancaman militer dan non militer yang datang baik dari luar negeri
maupun dalam negeri yang digelar secara terpusat, kewilayahan dan pendukung.

1) Pembinaan Gelar Kekuatan Terpusat. Pembinaan gelar kekuatan


terpusat yang diarahkan pada satuan Kavaleri sebagai bagian dari unsur
pemukul strategis (Kostrad) yang disiapkan untuk melaksanakan operasi taktis
dan strategis di seluruh wilayah Indonesia.

a) Perencanaan. Menyusun kegiatan pembinaan gelar kekuatan


terpusat melalui penataan personel dan Alutsista serta sistem dan
metoda pendukungnya.

b) Persiapan. Menyiapkan personel dan Alutsista sesuai dengan


kebutuhan organisasi dan penugasan guna mendukung kesiapan gelar
kekuatan terpusat.

c) Pelaksanaan.

(1) melaksanakan penataan personel gelar kekuatan terpusat


satuan kavaleri sesuai rencana penataan pussenkav dengan
berpedoman pada rencana strategis TNI AD;
56

(2) melaksanakan penataan alutsista gelar kekuatan terpusat


satuan kavaleri sesuai rencana penataan pussenkav dengan
berpedoman pada rencana strategis TNI AD;

(3) menerapkan sistem dan metode sesuai prosedur dan


ketentuan yang berlaku;dan

(4) memelihara kesiapsiagaan dan kesiapan operasional


melalui pendidikan, latihan dan penugasan.

d) Pengakhiran. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap


kekuatan dan kemampuan yang tergelar secara terpusat.

2) Pembinaan Gelar Kekuatan Kewilayahan. Pembinaan gelar


kekuatan kewilayahan diarahkan pada satuan Kavaleri sebagai bagian dari
unsur Kotama kewilayahan yang disiapkan untuk mampu melaksanakan
operasi dan penugasan di wilayahnya.

a) Perencanaan. Menyusun kegiatan pembinaan gelar kekuatan


kewilayahan melalui penataan personel dan Alutsista serta sistem dan
metoda pendukungnya.

b) Persiapan. Menyiapkan personel dan Alutsista sesuai dengan


kebutuhan organisasi dan penugasan guna mendukung kesiapan gelar
kekuatan kewilayahan.

c) Pelaksanaan.

(1) melaksanakan penataan personel kavaleri pada gelar


kekuatan kewilayahan satuan kavaleri yang didasarkan pada
rencana penataan pussenkav dengan berpedoman pada rencana
strategis TNI AD;

(2) melaksanakan penataan alutsista pada satuan kavaleri


sebagai bagian dari gelar kekuatan kewilayahan sesuai rencana
penataan pussenkav dengan berpedoman pada rencana strategis
TNI AD;

(3) menerapkan sistem dan metode sesuai prosedur dan


ketentuan yang berlaku;dan

(4) memelihara kesiapsiagaan dan kesiapan operasional


melalui pendidikan, latihan dan penugasan.

d) Pengakhiran. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap


kekuatan dan kemampuan satuan Kavaleri yang tergelar sebagai bagian
dari kekuatan kewilayahan.
57

3) Pembinaan Gelar Kekuatan Pendukung. Pembinaan gelar kekuatan


pendukung diarahkan pada satuan Kavaleri sebagai bagian dari
Kodiklat/Balakpus TNI AD yang disiapkan untuk mendukung kekuatan terpusat
maupun kekuatan kewilayahan.

a) Perencanaan. Menyusun kegiatan pembinaan gelar kekuatan


pendukung melalui penataan personel dan Alutsista serta sistem dan
metoda pendukungnya.

b) Persiapan. Menyiapkan personel, materiil dan Alutsista sesuai


dengan kebutuhan organisasi dan penugasan yang dilaksanakan guna
mendukung kesiapan gelar kekuatan pendukung.

c) Pelaksanaan.

(1) melaksanakan penataan personel kavaleri sebagai bagian


dari
kekuatan pendukung sesuai rencana penataan satuan kavaleri
yang disusun oleh pussenkav dengan berpedoman pada rencana
strategis TNI AD;

(2) melaksanakan penataan materiil dan alutsista pada satuan


kavaleri sebagai bagian dari kekuatan pendukung sesuai rencana
penataan satuan kavaleri yang disusun oleh pussenkav dengan
berpedoman pada rencana strategis TNI AD;

(3) menerapkan sistem dan metode sesuai prosedur dan


ketentuan yang berlaku;dan

(4) memelihara kesiapsiagaan dan kesiapan operasional


melalui pendidikan, latihan dan penugasan.

d) Pengakhiran. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap


kekuatan dan kemampuan satuan Kavaleri yang tergelar sebagai bagian
dari gelar kekuatan pendukung.

15. Penggunaan Kavaleri.

a. Umum. Pelaksanaan penggunaan Kavaleri difokuskan pada pencapaian


keberhasilan tugas pokok Kavaleri dalam rangka penangkalan, penindakan dan
pemulihan keadaan pasca krisis yang diselenggarakan untuk kepentingan perang dan
kepentingan selain perang (Perbantuan TNI dalam rangka keamanan, kemanusiaan
dan pemeliharaan perdamaian).

b. Penggunaan Pada Operasi Militer Untuk Perang (OMP). Penggunaan


Kavaleri dalam pola operasi militer untuk perang (OMP) adalah sebagai satuan
manuver di darat yang mengemban tugas melaksanakan fungsi pertempuran secara
58

langsung agar dapat menentukan kemenangan dari suatu pertempuran, serta


menyelenggarakan fungsi yang membantu Satpur lainnya dengan tembakan, mobilitas
dan Kodal, baik dalam bentuk operasi gabungan, operasi darat maupun operasi
bantuan.

1) Pada Operasi Gabungan.

a) Operasi lintas udara. Operasi lintas udara adalah suatu operasi


gabungan yang dilancarkan melalui udara oleh satuan pelaksana
operasi udara (Satgasud) dan satuan tugas lintas udara (Satgas Linud)
beserta bantuan logistik dan peralatannya ke daerah sasaran, dengan
cara diterjunkan dan atau didaratkan (air landed) serta ekstraksi dalam
rangka melaksanakan tugas taktis dan/atau strategis untuk merebut dan
menduduki serta membentuk dan mempertahankan tumpuan udara
(TU).

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan satuan


Kavaleri secara optimal untuk membentuk dan mempertahankan
tumpuan udara (TU) pada operasi lintas udara sampai dengan
dinyatakan selesai.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri membantu satpur/satlinud dengan


tembakan, mobilitas dan kodal untuk membentuk dan
mempertahankan tumpuan udara (TU) sebagai eselon
susulan dengan cara di daratkan serta untuk mendukung
banmin sebagai eselon belakang yang didaratkan dalam
rangka mendukung keberhasilan operasi linud;dan

(b) penggunaan satuan kavaleri dalam operasi linud


terbatas pada ketersediaan dan kesiapan alat angkutan
udara, ranpur yang mampu untuk diterjunkan pada babak
pemindahan udara, ketersediaan lapangan terbang untuk
mendaratkan ranpur kavaleri di sekitar sasaran serta
kelancaran dukungan logistik yang terus-menerus.

b) Operasi Pertahanan Pantai. Operasi pertahanan pantai adalah


suatu operasi gabungan yang diselenggarakan oleh satuan laut, satuan
udara dan satuan darat dalam rangka mempertahankan daerah pantai
tertentu dari serangan Amfibi musuh.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Kavaleri


secara optimal untuk mencegah amfibi musuh menggunakan
suatu daerah pantai tertentu atau fasilitas-fasilitas lainnya,
menghambat jalannya operasi amfibi musuh serta
menghancurkan amfibi musuh yang berusaha masuk di daerah
pantai yang dipertahankan pada operasi Hantai.
59

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri melaksanakan pertempuran secara


langsung dan/atau membantu satpur lainnya dengan
tembakan, mobilitas dan kodal untuk menghancurkan
musuh terutama satuan berba baik di daerah pertahanan
utama, kedudukan antara, daerah pertahanan kedua dan
kedudukan cadangan komando atasan, maupun pada
daerah titik kuat, daerah penghancuran serta kedudukan
satuan pemukul dalam rangka mendukung keberhasilan
operasi hantai;dan

(b) penggunaan satuan kavaleri dalam operasi hantai


terbatas pada ketersediaan dan kesiapan alutsista yang
dimiliki oleh satuan kavaleri serta kelancaran dukungan
logistik yang terus-menerus.

c) Operasi darat gabungan. Operasi darat gabungan adalah suatu


operasi gabungan yang dilaksanakan oleh satuan darat, satuan laut dan
satuan udara dalam rangka merebut dan menguasai kembali wilayah
yang telah dikuasai musuh atau mempertahankan suatu wilayah daratan
dari serangan musuh.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Kavaleri


secara optimal untuk merebut dan menguasai kembali wilayah
yang telah dikuasai musuh, mempertahankan suatu wilayah
daratan daratan dari serangan musuh. menghentikan gerak maju
musuh, serta menghalau dan/atau menghancurkan musuh
dengan titik berat sasaran darat pada operasi darat gabungan.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri melaksanakan pertempuran secara


langsung dan/atau membantu satpur lainnya dengan
tembakan, mobilitas dan kodal dalam bentuk operasi matra
darat yang berupa operasi serangan dan operasi
pertahanan dalam rangka mendukung keberhasilan
operasi darat gabungan;dan

(b) penggunaan satuan kavaleri dalam operasi darat


gabungan terbatas pada keadaan medan terpotong-potong
dan tertutup yang ekstrim, rawan terhadap serangan udara,
senjata lawan tank (ATGM) dan ranjau anti tank,
kelancaran dukungan logistik yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan operasi berdiri
sendiri.
60

d) Operasi Pendaratan Administrasi. Operasi pendaratan


administrasi adalah suatu operasi gabungan yang diselenggarakan
untuk melaksanakan pemindahan kekuatan satuan darat beserta
peralatannya dari titik embarkasi melalui laut untuk didaratkan melalui
tumpuan pantai yang telah dikuasai.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Kavaleri


secara optimal sebagai unsur kekuatan Kogasratgab untuk
didaratkan ke pantai yang telah dikuasai satuan sendiri dengan
metode pendaratan administratif pada operasi pendaratan
administrasi, sehingga satuan yang diangkut tiba di daerah
persiapan dalam kondisi siaga operasional;

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan satuan


tugas darat (satgasrat) dapat dikerahkan sebagai satuan
tempur dan satuan banpur dalam rangka mendukung
keberhasilan operasi pendaratan administrasi;dan

(b) penggunaan satuan kavaleri dalam operasi


pendaratan administrasi terbatas pada ketersediaan dan
kesiapan alat angkutan laut, dimensi ranpur yang mampu
untuk diangkut dalam babak lintas laut, ketersediaan
dermaga/pelabuhan laut untuk mendaratkan ranpur
kavaleri di sekitar sasaran serta kelancaran dukungan
logistik yang terus-menerus.

2) Pada Operasi Darat. Operasi darat merupakan bagian dari operasi


militer untuk perang dan operasi militer selain perang, yang dalam
implementasinya dapat bersifat tempur maupun non tempur dengan kekuatan
utama dari matra darat dan dapat diperkuat oleh matra lain. Dihadapkan
dengan kemampuan dan batas kemampuan Kavaleri, maka dalam rangka
operasi darat satuan Kavaleri dapat dilibatkan antara lain pada operasi tempur
dan operasi bantuan.

a) Operasi Tempur. Operasi tempur merupakan suatu kegiatan,


tindakan, dan usaha secara berencana dengan menitikberatkan
penggunaan sistem senjata teknologi untuk menghancurkan musuh.

(1) Operasi serangan. Merupakan bagian dari bentuk


operasi tempur yang memadukan antara manuver dan tembakan
dalam rangka menyerang musuh guna memperoleh suatu
keputusan.

(a) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk merebut dan menguasai suatu
61

daerah atau medan penting guna keperluan operasi,


menghancurkan kekuatan musuh utamanya satuan
berlapis baja musuh di darat, merebut sumber kebutuhan
dan logistik musuh, serta mengalihkan perhatian musuh
dari suatu daerah lain yang menentukan dan mewujudkan
perkembangan situasi atau keadaan yang menguntungkan
pasukan sendiri pada operasi serangan.

(b) Penggunaan.

i. satuan kavaleri melaksanakan pertempuran


secara langsung dan/atau membantu satpur lainnya
dengan tembakan, mobilitas dan kodal, baik sebagai
satuan yang melaksanakan serangan pokok,
serangan bantuan atau sebagai satuan cadangan
yang merupakan bagian dari satuan penyerang
yang lebih besar, pada gerak maju untuk kontak
(GMUK), pengintaian paksa, serangan yang
dikoordinasikan, eksploitasi dan pengejaran,
maupun tugas-tugas pengintaian dan pengamanan
dalam rangka mendukung keberhasilan operasi
serangan;dan

ii. penggunaan satuan kavaleri dalam operasi


serangan terbatas pada keadaan medan terpotong-
potong dan tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata lawan tank
(ATGM) dan ranjau anti tank, kelancaran dukungan
logistik yang terus-menerus serta kemampuannya
untuk melaksanakan operasi berdiri sendiri.

(2) Operasi pertahanan. Operasi pertahanan merupakan


bagian dari bentuk operasi tempur yang memadukan antara
medan dan tembakan untuk menghambat, menahan, dan
menghancurkan gerakan dan serangan musuh.

(a) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan


Kavaleri secara optimal untuk menahan gerak maju musuh
guna mengembangkan kondisi pasukan sendiri dalam
rangka melakukan tindakan ofensif, memelihara kekuatan
untuk dikerahkan ke daerah yang menentukan,
menyalurkan musuh ke dalam suatu daerah yang
direncanakan dan menghancurkan kekuatan musuh di
tempat yang telah direncanakan pada operasi pertahanan.

(b) Penggunaan.
62

i. Pertahanan Daerah. Pertahanan daerah


adalah suatu bentuk dasar pertahanan, dimana
pasukan disusun secara melebar dan kuat di
sepanjang daerah pertahanan untuk menghentikan,
menghancurkan, memukul mundur atau melempar
kembali musuh keluar dari daerah yang
dipertahankan.

i) satuan kavaleri melaksanakan


pertempuran secara langsung
dan/atau membantu satpur lainnya
dengan tembakan, mobilitas dan
kodal, sebagai pasukan pengaman,
pasukan di inti pertahanan depan atau
sebagai pasukan cadangan dalam
rangka mendukung keberhasilan
operasi pertahanan daerah;dan

ii) penggunaan satuan kavaleri dalam


pertahanan daerah terbatas pada
keadaan medan terpotong-potong dan
tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata
lawan tank (ATGM) dan ranjau anti
tank, kelancaran dukungan logistik
yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri.

ii. Pertahanan Mobil. Pertahanan mobil adalah


suatu bentuk dasar pertahanan, dimana pasukan
yang relatif kecil disusun secara melebar di
daerah pertahanan depan untuk menyalurkan
musuh ke daerah penghancuran yang dipersiapkan
dan cadangan yang kuat serta mempunyai mobilitas
tinggi ditempatkan di belakang untuk
menghancurkan musuh dengan serangan balas.

i) satuan Kavaleri melaksanakan


pertempuran secara langsung
dan/atau membantu Satpur lainnya
dengan tembakan, mobilitas dan
Kodal, sebagai pasukan pengaman,
pasukan pengikat atau pasukan
cadangan mobil (pasukan pemukul)
dalam rangka mendukung
keberhasilan operasi pertahanan
mobil;dan
63

ii) penggunaan satuan Kavaleri dalam


pertahanan mobil terbatas pada
keadaan medan terpotong-potong dan
tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata
lawan tank (ATGM) dan ranjau anti
tank, kelancaran dukungan logistik
yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri.

iii. Pertahanan melingkar.

i) satuan kavaleri melaksanakan


pertempuran secara langsung
dan/atau membantu satpur lainnya
dengan tembakan, mobilitas dan
kodal, sebagai pasukan pengaman,
pasukan pada titik kuat atau sebagai
pasukan pemukul dalam rangka
mendukung keberhasilan operasi
pertahanan melingkar;dan

ii) penggunaan satuan kavaleri dalam


pertahanan melingkar terbatas pada
keadaan medan terpotong-potong dan
tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata
lawan tank (ATGM) dan ranjau anti
tank, kelancaran dukungan logistik
yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri.

iv. Pertahanan dengan front lebar.

i) satuan kavaleri melaksanakan


pertempuran secara langsung
dan/atau membantu satpur lainnya
dengan tembakan, mobilitas dan
kodal, sehingga mampu digerakkan
/dikerahkan ke segala arah untuk
menghancurkan musuh karena
banyaknya medan kritik yang berada di
depan BDDT (Batas depan daerah
tempur) dalam rangka mendukung
64

keberhasilan operasi pertahanan


dengan front lebar;dan

ii) penggunaan satuan kavaleri dalam


pertahanan dengan front lebar pada
keadaan medan terpotong-potong dan
tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata
lawan tank (ATGM) dan ranjau anti
tank, kelancaran dukungan logistik
yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri.

(3) operasi pemindahan ke belakang. Operasi pemindahan


ke belakang merupakan bagian dari bentuk operasi tempur yang
memadukan manuver dan tembakan, dilaksanakan melalui
gerakan ke arah belakang, samping atau menjauhi musuh;

(a) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan


Kavaleri secara optimal untuk melepaskan pasukan sendiri
dari pertempuran, menghindari pertempuran dalam kondisi
yang tidak menguntungkan, membawa musuh dalam
situasi yang tidak menguntungkan, memperoleh waktu
tanpa terlibat dalam pertempuran yang menentukan,
menempatkan pasukan ke dalam suatu kedudukan yang
menguntungkan dalam hubungan dengan pasukan kawan
dan mewujudkan penggunaan sebagian pasukan di tempat
lain pada operasi pemindahan ke belakang.

(b) Penggunaan.

i. satuan kavaleri melaksanakan pertempuran


secara langsung dan/atau membantu satpur lainnya
dengan tembakan, mobilitas dan kodal, dalam lepas
libat (pemutusan pertempuran) sebagai pasukan
pengaman; dalam aksi penghambatan sebagai
pasukan pelindung, pasukan penghambat atau
pasukan cadangan; serta dalam pemindahan (mars
meninggalkan musuh) sebagai pasukan pengaman
(kawal depan, kawal lambung atau kawal belakang)
dalam rangka mendukung keberhasilan operasi
pemindahan ke belakang;dan

ii. penggunaan satuan kavaleri dalam operasi


pemindahan ke belakang terbatas pada keadaan
medan terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim,
kerawanan terhadap serangan udara, senjata lawan
65

tank (ATGM) dan ranjau anti tank, kelancaran


dukungan logistik yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan operasi berdiri
sendiri.

(4) operasi pergantian. Operasi pergantian merupakan


bagian dari bentuk operasi tempur yang dilaksanakan melalui
suatu operasi pergantian tugas dan tanggung jawab suatu
pasukan di daerah pertempuran. Dilaksanakan bila operasi taktis
berlangsung lama, sehingga perlu dilakukan pergantian pasukan
yang terlibat secara periodik, untuk memelihara daya tempur dan
momentum operasi.

(a) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan


Kavaleri secara optimal untuk memelihara moril pasukan,
memelihara daya tempur pasukan sendiri dan menghemat
tenaga pasukan sendiri pada operasi pergantian.

(b) Penggunaan.

i. satuan kavaleri melaksanakan pertempuran


secara langsung dan/atau membantu satpur lainnya
dengan tembakan, mobilitas dan kodal, sebagai
pasukan yang melaksanakan pergantian di tempat,
lintas ganti dan lepas libat melalui posisi belakang
dalam rangka mendukung keberhasilan operasi
pergantian;dan

ii. penggunaan satuan kavaleri dalam


operasi
pergantian terbatas pada keadaan medan
terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim,
kerawanan terhadap serangan udara, senjata lawan
tank (ATGM) dan ranjau anti tank, kelancaran
dukungan logistik yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan operasi berdiri
sendiri.

(5) Operasi dalam Kondisi Khusus. Operasi dalam kondisi


khusus merupakan bagian dari bentuk operasi tempur,
dilaksanakan pada kondisi daerah/medan tertentu, antara lain
keadaan alam atau benda buatan, sifat dan ciri daerah operasi
yang unik sehingga memerlukan penggunaan satuan dan
peralatan khusus.

(a) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan


Kavaleri secara optimal untuk menyalurkan musuh ke
66

daerah tertentu yang disiapkan sehingga mudah


dihancurkan, melaksanakan penerobosan di kedudukan
lambung musuh, menghancurkan garis perhubungan
musuh, menghindar dari tembakan dan pengintaian musuh
serta menyediakan waktu untuk mempersiapkan rencana
serangan selanjutnya pada operasi khusus.

(b) Penggunaan.

i. satuan kavaleri melaksanakan pertempuran


secara langsung dan/atau membantu satpur lainnya
dengan tembakan, mobilitas dan kodal, sebagai
satuan pengaman, satuan depan maupun sebagai
satuan cadangan pada operasi di daerah
perkubuan, bangunan, hutan rimba, pegunungan,
rawa, sungai dan pada malam hari dalam rangka
mendukung keberhasilan operasi dalam kondisi
khusus;dan

ii. penggunaan kavaleri pada operasi dalam


kondisi khusus terbatas pada keadaan medan
terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim,
kerawanan terhadap serangan udara, senjata lawan
tank (ATGM) dan ranjau anti tank, kelancaran
dukungan logistik yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan operasi berdiri
sendiri.

(6) Operasi gerilya. Operasi gerilya merupakan bagian dari


bentuk operasi tempur yang dilaksanakan oleh satuan-satuan
kecil dengan peralatan yang terbatas dalam rangka operasi
perlawanan wilayah untuk menghadapi kekuatan musuh yang
lebih kuat. Operasi gerilya juga merupakan bagian utama dari
perlawanan untuk mengurangi kekuatan perang musuh, sehingga
diharapkan dapat terwujud perimbangan kekuatan dan
menguntungkan kita untuk beralih kepada tindakan ofensif
strategis.

(a) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan


Kavaleri secara optimal untuk menghancurkan kekuatan
satuan musuh secara bertahap terutama satuan musuh
yang lemah dan berada di daerah terpencil,
menghancurkan instalasi logistik, pusat komunikasi dan
posko musuh, melemahkan kemauan bertempur pasukan
musuh untuk menghadapi gerilya dan menghancurkan
semangat tempur dan moril musuh, memutus hubungan
dan saling membantu diantara kekuatan musuh dan rakyat
67

yang memihak, menimbulkan kesulitan musuh dalam


menyusun/mengkonsolidasi kekuatannya serta
mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pengaruh
ideologi musuh pada operasi gerilya.

(b) Penggunaan.

i. satuan kavaleri melaksanakan pertempuran


secara langsung dan/atau membantu satpur lainnya
dengan wilayah operasi di daerah belakang dan di
daerah komunikasi musuh untuk mengikat,
melemahkan, mengacaukan dan merongrong
kekuatan dan kemampuan perang musuh serta
menghindari kehancuran kekuatan sendiri dalam
rangka mendukung keberhasilan operasi gerilya;dan

ii. penggunaan kavaleri pada operasi gerilya


terbatas dalam memberikan bantuan tembakan dan
mobilitas karena tidak diorganisir dalam bentuk
organisasi kavaleri serta tidak dilengkapi alutsista
ranpur.

(7) operasi Lawan Insurjensi. Operasi lawan insurjensi


adalah bentuk kegiatan untuk menumpas atau melumpuhkan
pemberontak/ Insurjen, dalam rangka mengembalikan keamanan
dan ketertiban demi terwujudnya kembali kewibawaan/kekuasaan
pemerintah.

(a) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan


Kavaleri secara optimal untuk melumpuhkan kekuatan
Insurjen dan simpatisannya, menangkap tokoh insurjen
yang paling berpengaruh, menciptakan rasa aman bagi
penduduk di wilayah, meningkatkan kewibawaan
pemerintah dan menciptakan kondisi Ipoleksosbud
Hankamneg yang kondusif pada operasi lawan insurjen.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Kavaleri melaksanakan pertempuran


secara langsung dan/atau membantu Satpur lainnya
dengan tembakan, mobilitas dan Kodal sebagai
pasukan kerangka, pasukan pemukul dan pasukan
cadangan dalam rangka mendukung keberhasilan
operasi lawan insurjensi, dengan tugas-tugas
sebagai berikut :
68

i) pasukan kerangka. melaksanakan


tugas pengamanan pemukiman,
pengamanan rute perbekalan
utama/cadangan (RPU/RPC), pengepungan
kampung dan penggeledahan rumah,
pengamanan objek vital, patroli keamanan,
penghadangan dan penyergapan;

ii) pasukan pemukul. melaksanakan


tugas penyergapan, penghadangan,
pelingkaran, serangan di daerah pemukiman
serta pengepungan dan pembersihan
kampung;dan

iii) pasukan cadangan. melaksanakan


tugas exploitasi, pembersihan, cadangan
mobil, pengamanan dan pengawalan serta
pengejaran.

ii. Penggunaan Kavaleri pada operasi lawan


insurjensi terbatas pada keadaan medan terpotong-
potong dan tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata lawan tank
(ATGM) dan ranjau anti tank, kelancaran dukungan
logistik yang terus-menerus serta kemampuannya
untuk melaksanakan operasi berdiri sendiri.

b) Operasi Teritorial. Operasi teritorial merupakan bentuk operasi


darat yang dilaksanakan oleh satuan militer yang dibatasi oleh waktu
dan tempat dengan memberdayakan potensi wilayah dalam rangka
memperoleh dukungan rakyat guna menghadapi setiap bentuk ancaman
yang mengganggu kedaulatan negara.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk mewujudkan jiwa perlawanan rakyat dalam
menentang dan menghancurkan musuh, membentuk kekuatan
nyata komponen perlawanan rakyat untuk membantu TNI dalam
menghadapi musuh, menjamin rasa aman para pengungsi di
daerah penampungan dan melaksanakan rehabilitasi daerah-
daerah yang rusak akibat perang pada operasi territorial.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri membantu menyiapkan seluruh


potensi geografi, demografi, kondisi sosial yang tersedia
menjadi ruang, alat dan kondisi (RAK) juang yang tangguh
serta terwujudnya kemanunggalan TNI-rakyat untuk
mendukung kepentingan pertahanan negara (hanneg)
69

aspek darat yang dilaksanakan sebelum, selama dan


sesudah perang, baik dengan atau tanpa menggunakan
alutsista kavaleri dalam rangka mendukung keberhasilan
operasi territorial;dan

(b) penggunaan satuan kavaleri dalam operasi teritorial


yang menggunakan alutsista ranpur terbatas pada
keadaan medan terpotong-potong dan tertutup yang
ekstrim, rawan terhadap serangan udara, senjata lawan
tank (ATGM) dan ranjau anti tank, kelancaran dukungan
logistik yang terus-menerus serta kemampuannya untuk
melaksanakan operasi berdiri sendiri.

3) Pada Operasi Bantuan.

a) Operasi Bantuan Perlindungan. Merupakan operasi yang


dilaksanakan oleh satuan TNI AD dalam rangka mengamankan tujuan
dan sasaran operasi dan atau meningkatkan keberhasilan tugas pokok.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk melindungi dan mengatasi serangan darat
lawan /musuh di daerah operasi dari komando tugas operasi yang
dibantu, misalnya lapangan udara dan obyek/instalasi vital
militer/TNI lainnya, pada operasi bantuan perlindungan.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari satuan yang


lebih besar melaksanakan pertempuran secara langsung
dan/atau membantu satpur lainnya dengan tembakan,
mobilitas dan kodal untuk melindungi dan mengatasi
serangan darat lawan/musuh terhadap personel, materiil
maupun sarana dan prasarana dalam rangka mendukung
keberhasilan operasi bantuan perlindungan;dan

(b) penggunaan satuan kavaleri dalam operasi bantuan


perlindungan terbatas pada keadaan medan terpotong-
potong dan tertutup yang ekstrim, kerawanan terhadap
serangan udara, senjata lawan tank (ATGM) dan ranjau
anti tank, kelancaran dukungan logistik yang terus-
menerus serta kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri.

b) Operasi Bantuan SAR Tempur. Merupakan operasi bantuan


yang dilakukan oleh satuan TNI AD dalam rangka penyelamatan dan
evakuasi kepada satuan yang melaksanakan operasi sesuai permintaan.
70

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk mencari dan menyelamatkan korban,
mengevakuasi korban yang selamat dan yang meninggal serta
mengamankan dokumen dan materiil militer pada operasi bantuan
SAR tempur;dan

(2) Penggunaan.

(a) kavaleri sebagai bagian dari satgas TNI AD,


membantu melaksanakan pencarian, penyelamatan dan
evakuasi personel serta pengamanan/penghancuran
dokumen/materiil militer yang berada di bawah
penguasaan lawan dalam rangka mendukung operasi
bantuan SAR tempur;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi bantuan SAR


tempur terbatas personel-personel yang telah memiliki
kualifikasi khusus SAR dengan dilengkapi alat peralatan
khusus sesuai kebutuhan, serta apabila menggunakan
alutsista ranpur akan terbatas pada keadaan medan
terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata lawan tank (ATGM) dan
ranjau anti tank, kelancaran dukungan logistik yang terus-
menerus serta kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri.

c) Operasi Bantuan Teritorial. Merupakan operasi bantuan yang


dilakukan oleh satuan kewilayahan untuk memberi bantuan teritorial
dalam pelaksanaan operasi di wilayahnya.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk memberikan bantuan teritorial dalam
pelaksanaan operasi sehingga mampu merebut hati dan pikiran
masyarakat agar melakukan perlawanan terhadap keberadaan
militer asing di Indonesia, membentuk suatu koordinasi
perlawanan masyarakat untuk menentang keberadaan militer
asing di Indonesia, mengendalikan pelaksanaan rehabilitasi
kerusakan daerah serta membentuk rehabilitasi daerah
pemukiman dan perkotaan yang rusak akibat perang pada
operasi bantuan territorial.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari unsur-unsur TNI


AD yang berada di kewilayahan memberikan bantuan
teritorial yang dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah
perang untuk merebut serta memenangkan hati dan pikiran
rakyat, sehingga timbul kemauan melakukan perlawanan
71

untuk menentang keberadaan militer asing yang


menduduki dan menguasai Indonesia dalam rangka
mendukung operasi bantuan territorial;dan

(b) penggunaan satuan kavaleri pada operasi bantuan


teritorial terbatas dalam memberikan bantuan tembakan
dan mobilitas karena tidak diorganisir dalam bentuk
organisasi kavaleri serta tidak dilengkapi alutsista ranpur.

d) Operasi Bantuan Angkutan. Merupakan operasi bantuan


yang dilaksanakan oleh satuan TNI AD dalam rangka memberikan
bantuan angkutan kepada satuan yang melakukan operasi untuk
melaksanakan gerakan pemindahan personel, materiil/alat peralatan dan
perbekalan militer.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk membantu melaksanakan pergeseran
personel, materiil, logistik dan Alutsista dari suatu Komando tugas
gabungan/ satuan tugas operasi yang dibantu pada operasi
bantuan angkutan.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari unsur-unsur TNI


AD membantu pergeseran personel, materiil, logistik dan
alutsista yang diselenggarakan sebelum, selama dan
sesudah pelaksanaan operasi baik di dalam atau di luar
wilayah operasi dalam rangka mendukung operasi bantuan
angkutan;dan

(b) penggunaan satuan kavaleri pada operasi bantuan


angkutan terbatas pada keadaan medan terpotong-potong
dan tertutup yang ekstrim, kerawanan terhadap serangan
udara, senjata lawan tank (ATGM) dan ranjau anti tank,
kelancaran dukungan logistik yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan operasi berdiri
sendiri.

e) Operasi Bantuan Keamanan. Merupakan operasi bantuan


yang dilaksanakan satuan TNI AD guna memberikan bantuan keamanan
kepada satuan yang melaksanakan operasi pada pola OMP.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk membantu satuan lain yang sedang
melaksanakan operasi agar dapat mencapai hasil yang maksimal
dalam pelaksanaan tugasnya serta terjaminnya keamanan
personel, materiil, sarana dan prasarana maupun obyek vital dari
satuan yang dibantu pada operasi bantuan keamanan.
72

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari unsur-unsur TNI


AD melaksanakan pertempuran secara langsung dan/atau
membantu satpur lainnya dengan tembakan, mobilitas dan
kodal untuk membantu satuan lain yang sedang
melaksanakan operasi dalam rangka mendukung
keberhasilan operasi batuan keamanan;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi bantuan


keamanan terbatas pada keadaan medan terpotong-
potong dan tertutup yang ekstrim, kerawanan terhadap
serangan udara, senjata lawan tank (ATGM) dan ranjau
anti tank, kelancaran dukungan logistik yang terus-
menerus serta kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri.

c. Penggunaan Pada Operasi Militer Selain Perang. Penggunaan Kavaleri


pada pola operasi militer selain perang di dalamnya mengatur pelibatan Kavaleri
dalam operasi yang bersifat tempur maupun Non tempur.

1) Operasi Militer Selain Perang Yang Bersifat Tempur. Penggunaan


Kavaleri pada operasi militer selain perang yang bersifat tempur dilaksanakan
bersama-sama instansi/lembaga non TNI. Operasi militer selain perang yang
bersifat tempur dapat dilaksanakan, melalui :

a) Operasi Mengatasi Gerakan Separatis Bersenjata. Adalah segala


usaha kegiatan menghadapi gerakan bersenjata melawan pemerintah,
yang bertujuan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan berakibat mengancam kedaulatan negara, keutuhan
wilayah serta keselamatan bangsa.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri secara


optimal untuk melumpuhkan kekuatan separatis bersenjata,
membongkar jaringan separatis bersenjata, merebut dan
memenangkan hati dan pikiran rakyat serta menanamkan rasa
nasionalisme masyarakat yang berada di daerah kelabu pada
operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar melaksanakan pertempuran secara langsung
dan/atau membantu satpur lainnya dengan tembakan,
mobilitas dan kodal dalam bentuk operasi tempur dan
operasi teritorial (pemberdayaan wilayah pertahanan) guna
73

mendukung keberhasilan operasi mengatasi gerakan


separatis bersenjata;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi mengatasi


gerakan separatis bersenjata, dalam pengerahannya yang
menggunakan alutsista terbatas pada keadaan medan
terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata lawan tank (ATGM) dan
ranjau anti tank, kelancaran dukungan logistik yang terus-
menerus serta kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri. sedangkan pengerahan tanpa
menggunakan alutsista akan membatasi dalam pemberian
bantuan tembakan dan mobilitas.

b) Operasi Mengatasi Pemberontakan Bersenjata. Adalah


segala usaha dan kegiatan untuk menghadapi gerakan bersenjata
melawan pemerintah yang sah dan berakibat mengancam kedaulatan
negara atau keutuhan wilayah atau keselamatan bangsa.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk melumpuhkan kekuatan pemberontak
bersenjata, membongkar jaringan pemberontakan bersenjata,
menghilangkan keinginan pemberontak untuk menggulingkan
pemerintah yang sah serta merebut dan memenangkan hati dan
pikiran rakyat pada operasi mengatasi pemberontakan bersenjata.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar melaksanakan pertempuran secara langsung
dan/atau membantu satpur lainnya dengan tembakan,
mobilitas dan kodal dalam bentuk operasi tempur dan
operasi teritorial (pemberdayaan wilayah pertahanan) guna
mendukung keberhasilan operasi mengatasi
pemberontakan bersenjata;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi mengatasi


pemberontakan bersenjata, dalam pengerahannya yang
menggunakan alutsista terbatas pada keadaan medan
terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata lawan tank (ATGM) dan
ranjau anti tank, kelancaran dukungan logistik yang terus-
menerus serta kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri. sedangkan pengerahan tanpa
menggunakan alutsista akan membatasi dalam pemberian
bantuan tembakan dan mobilitas.
74

c) Operasi Mengatasi Aksi Terorisme. Adalah segala usaha dan


kegiatan untuk menghadapi semua tindakan kejahatan dengan cara
kekerasan secara sistematis, yang tidak mengindahkan norma-norma
kemanusiaan, bermotifkan kejahatan luar biasa yang memiliki jaringan
internasional dan yang dapat mengancam kedaulatan negara dan
keselamatan bangsa.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk melumpuhkan aksi dan membongkar
jaringan terorisme pada operasi mengatasi aksi terorisme.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar membantu satpur lainnya dengan tembakan,
mobilitas dan kodal melalui operasi khusus yang
dilaksanakan dalam rangka mendukung keberhasilan
operasi mengatasi aksi terorisme;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi mengatasi aksi


terorisme dalam pengerahannya terbatas pada keadaan
medan terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim, senjata
lawan tank (ATGM) dan ranjau anti tank, kelancaran
dukungan logistik yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan operasi berdiri
sendiri.

d) Operasi Mengamankan Wilayah Perbatasan. Adalah segala


usaha dan kegiatan untuk menjamin tegaknya kedaulatan wilayah
negara diperbatasan darat, laut dan udara dengan negara lain, dari
segala bentuk ancaman dan pelanggaran, termasuk kegiatan-kegiatan
survei dan pemetaan.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk mencegah semua kegiatan ilegal baik yang
akan memasuki dan/atau keluar dari wilayah NKRI melalui
perbatasan, mencegah tindakan negara lain yang berbatasan
langsung dengan wilayah NKRI dan infiltrasi dari negara lain yang
akan melewati perbatasan pada operasi mengamankan wilayah
perbatasan.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar melaksanakan pertempuran secara langsung
dan/atau membantu satpur lainnya dengan tembakan,
mobilitas dan kodal dalam bentuk operasi tempur dan
operasi teritorial (pemberdayaan wilayah pertahanan) guna
75

mendukung keberhasilan operasi mengamankan wilayah


perbatasan;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi mengamankan


wilayah perbatasan, dalam pengerahannya yang
menggunakan alutsista terbatas pada keadaan medan
terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata lawan tank (ATGM) dan
ranjau anti tank, kelancaran dukungan logistik yang terus-
menerus serta kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri. sedangkan pengerahan tanpa
menggunakan alutsista akan membatasi dalam pemberian
bantuan tembakan dan mobilitas.

e) Operasi mengamankan obyek vital nasional yang bersifat


strategis. Adalah segala usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin
keamanan obyek vital nasional yang bersifat strategis dari berbagai
bentuk ancaman.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk mewujudkan keamanan di wilayah obyek
vital nasional yang bersifat strategis serta mengatasi setiap
ancaman dan gangguan yang timbul di wilayah obyek vital
nasional yang bersifat strategis pada operasi mengamankan
obyek vital nasional yang bersifat strategis.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar melaksanakan pertempuran secara langsung
dan/atau membantu satpur lainnya dengan tembakan,
mobilitas dan kodal dalam bentuk operasi tempur dan
operasi teritorial (pemberdayaan wilayah pertahanan) guna
mendukung keberhasilan operasi mengamankan obyek
vital nasional yang bersifat strategis;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi mengamankan


obyek vital nasional, dalam pengerahannya yang
menggunakan alutsista terbatas pada keadaan medan
terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim, kerawanan
terhadap serangan udara, senjata lawan tank (ATGM) dan
ranjau anti tank, kelancaran dukungan logistik yang terus-
menerus serta kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri. sedangkan pengerahan tanpa
menggunakan alutsista akan membatasi dalam pemberian
bantuan tembakan dan mobilitas.

f) Operasi melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan


kebijakan politik luar negeri. Adalah tugas-tugas yang dilaksanakan TNI
76

atas nama Indonesia untuk kepentingan perdamaian regional atau


Internasional, di bawah bendera PBB atau organisasi internasional lain.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk mewujudkan misi PBB dalam menjaga dan
memelihara perdamaian dunia, memperoleh pengalaman bagi
prajurit dan satuan Kavaleri untuk melaksanakan penugasan
operasi perdamaian dunia dan meningkatkan kepercayaan dan
citra Indonesia di fora internasional pada operasi melaksanakan
tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar
negeri.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar melaksanakan pertempuran secara langsung
dan/atau membantu satpur lainnya dengan tembakan,
mobilitas dan kodal dalam rangka mendukung keberhasilan
operasi melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai
dengan kebijakan politik luar negeri;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi melaksanakan


tugas perdamaian dunia terbatas pada keadaan medan
terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim, rawan
terhadap serangan udara, senjata lawan tank (ATGM) dan
ranjau anti tank, kelancaran dukungan logistik yang terus-
menerus serta kemampuannya untuk melaksanakan
operasi berdiri sendiri.

g) Operasi mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta


keluarganya. Adalah segala usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin
keselamatan very-very important person (VVIP) dari berbagai bentuk
ancaman.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk menjamin keselamatan dan keamanan
pribadi serta kegiatan dan keamanan wilayah selama kegiatan
Presiden dan Wakil Presiden RI beserta keluarganya pada
operasi mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta
keluarganya.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari unsur kekuatan


paspampres mengamankan ring I dan sebagai bagian dari
unsur kekuatan kewilayahan mengamankan ring II dalam
rangka mendukung operasi mengamankan presiden dan
wapres RI beserta keluarganya;dan
77

(b) penggunaan kavaleri pada operasi mengamankan


presiden dan wapres RI beserta keluarganya terbatas pada
keadaan medan terpotong-potong dan tertutup yang
ekstrim, kerawanan terhadap serangan udara, senjata
lawan tank (ATGM) dan ranjau anti tank, kelancaran
dukungan logistik yang terus-menerus serta
kemampuannya untuk melaksanakan operasi berdiri
sendiri. sedangkan pengerahan tanpa menggunakan
alutsista akan membatasi dalam pemberian bantuan
tembakan dan mobilitas pada pelaksanaan ecape VVIP.

h) Operasi mengamankan Tamu Negara setingkat Kepala Negara


dan Perwakilan Asing yang sedang berada di Indonesia. Adalah segala
usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin keselamatan very-very
important person (VVIP) asing dari berbagai bentuk ancaman.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk menjamin keselamatan dan keamanan
pribadi serta kegiatan dan keamanan wilayah selama kegiatan
tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan asing yang
sedang berada di Indonesia.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari unsur kekuatan


paspampres mengamankan ring I dan sebagai bagian dari
unsur kekuatan kewilayahan mengamankan ring II dalam
rangka mendukung operasi mengamankan tamu negara
setingkat kepala negara dan perwakilan asing yang sedang
berada di indonesia;dan

(b penggunaan kavaleri pada operasi mengamankan


tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan asing
yang sedang berada di indonesia terbatas pada keadaan
medan terpotong-potong dan tertutup yang ekstrim,
kerawanan terhadap serangan udara, senjata lawan tank
(ATGM) dan ranjau anti tank, kelancaran dukungan logistik
yang terus-menerus serta kemampuannya untuk
melaksanakan operasi berdiri sendiri. sedangkan
pengerahan tanpa menggunakan alutsista akan membatasi
dalam pemberian bantuan tembakan dan mobilitas pada
pelaksanaan ecape VVIP.

2) Operasi Militer Selain Perang Yang Bersifat Non Tempur. Operasi


Militer Selain Perang bersifat non tempur dapat dilaksanakan secara mandiri
78

oleh unsur TNI saja maupun bersama-sama instansi/lembaga non TNI, melalui
:

a) Operasi memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan


pendukungnya. Adalah segala usaha kegiatan pembinaan wilayah
dan potensi sumber daya pertahanan nasional sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri secara


optimal untuk mewujudkan ruang, alat dan kondisi juang yang
tangguh untuk dapat digunakannya sebagai kekuatan pertahanan
di darat dalam rangka mewujudkan pertahanan semesta pada
operasi memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar menyiapkan pelatihan bela negara, melakukan
pendekatan dengan mempengaruhi rakyat agar tumbuh
kesadaran untuk membela negara dan membentuk daerah
pangkal perlawanan dalam rangka mendukung
keberhasilan operasi memberdayakan wilayah pertahanan
dan kekuatan pendukungnya;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi memberdayakan


wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya
dilaksanakan tanpa pengerahan alutsista dan terbatas
dalam perencanaan dan penyiapan kekuatan personel,
materiil, bekal dan alkapsus, alpal, sarana transportasi,
akomodasi dan logistik yang akan digunakan, sehingga
perlu disusun dalam hubungan satuan tugas yang meliputi
unsur satkowil, satpur dan satbanpur serta terkoordinasi
dengan instansi terkait.

b) Operasi membantu Pemerintah di daerah. Adalah segala usaha


kegiatan mendukung dan atau memperlancar program yang
dilaksanakan oleh pemerintah/otoritas sipil dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan keselamatan rakyat.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk membantu tugas-tugas pemerintah di
daerah pada operasi membantu pemerintah di daerah.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar membantu tugas-tugas pemerintah di daerah
79

sesuai dengan permintaan dalam rangka mendukung


keberhasilan operasi membantu pemerintah di daerah;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi membantu


pemerintah di daerah dilaksanakan tanpa pengerahan
alutsista dan terbatas dalam perencanaan dan penyiapan
kekuatan personel, materiil, bekal dan alkapsus, alpal,
sarana transportasi, akomodasi dan logistik yang akan
digunakan, sehingga perlu disusun dalam hubungan
satuan tugas yang meliputi unsur satkowil, satpur dan
satbanpur, serta terkoordinasi dengan instansi terkait.

c) Operasi membantu Kepolisian Negara RI dalam rangka tugas


keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam Undang-
Undang. Adalah segala usaha dan kegiatan mendukung dan atau
memperlancar program yang dilaksanakan oleh Polri dalam rangka
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-
undang.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk membantu Kepolisian Negara RI dalam
mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat serta
mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif
pada operasi membantu Kepolisian Negara RI dalam rangka
tugas keamanan dan ketertiban masyarakat.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar melaksanakan tindakan polisional yang
senantiasa menjunjung tinggi dan mentaati hukum serta
hak azasi manusia (HAM) untuk menghadapi unjuk rasa;
menghadapi kerusuhan massa, menangani konflik sosial,
menangani kelompok kriminal bersenjata dan
mengamankan kegiatan masyarakat atau pemerintah yang
bersifat lokal, nasional maupun internasional yang
mempunyai kerawanan guna mendukung keberhasilan
operasi membantu kepolisian negara RI dalam rangka
tugas keamanan dan ketertiban masyarakat;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi membantu


kepolisian negara RI dalam rangka tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat terbatas untuk mendukung kegiatan
kepolisian dan/atau operasi kepolisian atas permintaan
berdasarkan kriteria ancaman dan kemampuan polri.

d) Operasi membantu menanggulagi akibat bencana alam,


pengungsian dan pemberian bantuan kemanusian. Adalah segala
80

usaha dan kegiatan dalam rangka membantu menanggulangi bencana


yang diakibatkan oleh bencana alam dan bencana lainnya, seperti
gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, luapan
lumpur dan sebagainya.

(1) Sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk menciptakan situasi keamanan yang
kondusif di daerah bencana dan mewujudkan pertolongan darurat
terhadap korban bencana alam serta mewujudkan rehabilitasi
daerah dan situasi kehidupan masyarakat yang normal kembali
pada operasi membantu menanggulagi akibat bencana alam,
pengungsian dan pemberian bantuan kemanusian.

(2) Penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar membantu penanggulangan bencana alam,
pengungsian dan memberikan bantuan kemanusiaan
dalam rangka mendukung keberhasilan operasi membantu
menanggulagi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusian;dan

(b) penggunaan kavaleri pada operasi membantu


menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusian dilaksanakan tanpa
pengerahan alutsista dan terbatas dalam perencanaan dan
penyiapan kekuatan personel, materiil, bekal dan alkapsus,
alpal, sarana transportasi, akomodasi dan logistik yang
akan digunakan, sehingga perlu disusun dalam hubungan
satuan tugas yang meliputi unsur satkowil, satpur dan
satbanpur, serta terkoordinasi dengan instansi terkait.

e) Operasi membantu pencarian dan pertolongan dalam


kecelakaaan (SAR). Adalah segala usaha dan kegiatan untuk
membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaaan (SAR), seperti
kecelakaan transportasi dan sebagainya.

(1) sasaran. Terselenggaranya penggunaan Kavaleri


secara optimal untuk menemukan, menyelamatkan dan
mengamankan pihak korban baik jiwa maupun harta benda akibat
kecelakaan pada operasi membantu pencarian dan pertolongan
dalam kecelakaaan (SAR);dan

(2) penggunaan.

(a) satuan kavaleri sebagai bagian dari kekuatan yang


lebih besar, mencari, menemukan, dan menyelamatkan
korban dalam rangka mendukung keberhasilan operasi
81

membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaaan


(SAR);dan

(b) penggunaan kavaleri dalam operasi membantu


pencarian dan pertolongan dalam kecelakaaan (SAR) yang
dilaksanakan dengan menggunakan alutsista terbatas
pada keadaan medan terpotong-potong dan tertutup yang
ekstrim, kelancaran dukungan logistik yang terus-menerus
serta kemampuannya untuk melaksanakan operasi berdiri
sendiri. sedangkan pengerahan tanpa menggunakan
alutsista terbatas dalam perencanaan dan penyiapan
kekuatan personel, materiil, bekal dan alkapsus, alpal,
sarana transportasi, akomodasi dan logistik yang akan
digunakan, sehingga perlu disusun dalam hubungan
satuan tugas yang meliputi unsur satkowil, satpur dan
satbanpur, serta terkoordinasi dengan instansi terkait.

16. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Guna menjamin kelancaran penyelenggaraan Kavaleri perlu


diatur tataran kewenangan dalam pelaksanaan pembinaan dan penggunaan Kavaleri
sesuai dengan hierarki yang berlaku di lingkungan TNI AD, mulai dari tingkat pusat,
Kotama sampai dengan tingkat satuan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.

1) Dalam rangka pembinaan. Wewenang dan tanggung jawab


pembinaan Kavaleri di tingkat Pusat (Mabesad) berada pada Kasad, meliputi :

a) Menentukan kebijakan dan strategi penyelenggaraan Kavaleri TNI


AD sesuai dengan peran, tugas dan fungsi Kavaleri TNI AD.

b) Menentukan kebijakan umum pembinaan Kavaleri disesuaikan


dengan sistem pembinaan Kavaleri TNI AD yang diwujudkan melalui
pembinaan kekuatan, pembinaan kemampuan dan pembinaan gelar
kekuatan.

2) Dalam rangka penggunaan.

a) Panglima TNI memegang kewenangan dan tanggung jawab untuk


menyelenggarakan penggunaan kekuatan Kavaleri bagi kepentingan
operasi militer baik dalam pola OMP maupun OMSP berdasarkan
undang-undang, serta menyelenggarakan strategi operasi militer. Dalam
hal penggunaan kekuatan Kavaleri sebagai bagian dari komponen
pertahanan negara, Panglima TNI bertanggung jawab kepada Presiden
RI.
82

b) Kepala Staf Angkatan Darat membantu Panglima TNI dalam


penyiapan Kavaleri sebagai bagian dari komponen pertahanan negara
matra darat dan siap memberikan dukungan kekuatan yang dibutuhkan
sesuai dengan perintah Panglima TNI baik dalam pola OMP maupun
OMSP.

c) Kewenangan komando dan pengendalian dalam tugas Operasi


Perdamaian Dunia dilaksanakan oleh Komandan Pasukan Perdamaian.
Komando dan Pengendalian Satuan Kavaleri yang terlibat dalam operasi
perdamaian dunia didelegasikan kepada Komandan Kontingen satuan
TNI.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama/Pussenkav Kodiklat


TNI AD.

1) Dalam rangka pembinaan. Wewenang dan tanggung jawab


pembinaan Kavaleri di tingkat Kotama/Pussenkav Kodiklat TNI AD berada di
tangan Pangdam/Pangdivif/Danpussenkav, yang mengimplementasikan
kebijakan Kasad yang berkaitan dengan pembinaan Kavaleri, meliputi :

a) Menyusun rencana dan program penyelenggaraan kesiapan


teknis satuan Kavaleri yang disesuaikan dengan peran, tugas dan fungsi
Kavaleri TNI AD.

b) Menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan teknis


Kavaleri.

c) Menyelenggarakan pembinaan Kavaleri melalui pembinaan


kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan Kavaleri.

d) Melaksanakan evaluasi penyelenggarakan Kavaleri dan


melaporkan hasilnya kepada Kasad.

2) Dalam rangka penggunaan.

a) Pangdam/Pangdiv melaksanakan komando dan pengendalian


operasional terhadap satuan-satuan Kavaleri sebagai bagian dari
komponen pertahanan negara, yang berada di bawah komandonya baik
dalam pola OMP maupun OMSP.

b) Dalam hal penggunaan kekuatan Kavaleri sehubungan dengan


tugas membantu tugas pemerintahan di daerah, membantu tugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia, membantu mengamankan tamu
negara, membantu menanggulangi akibat bencana
alam/pengungsian/bantuan kemanusiaan, membantu SAR dan tugas
lainnya, penentuan tugas,
83

sasaran, daerah, dan waktu disesuaikan permintaan dari


komando/pimpinan badan pelaksana atau institusi yang dibantu.

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan.

1) Dalam rangka pembinaan. Wewenang dan tanggung jawab


pembinaan Kavaleri di tingkat satuan berada di tangan Komandan satuan
Kavaleri,

yang mengimplementasikan perintah Pangdam/Pangdivif serta Danpussenkav


yang berkaitan dengan :

a) Melaksanakan pembinaan satuan Kavaleri.

b) Memelihara kesiapan personel Alutsista Kavaleri melalui latihan


satuan maupun latihan dalam satuan, guna meningkatkan kemampuan,
mutu dan daya tempur satuan Kavaleri.

c) Mengendalikan, mengawasi, mengevaluasi dan melaporkan


kesiapan satuan Kavaleri kepada Pangdam/Pangdivif serta
Danpussenkav.

d) Melaksanakan pembinaan teritorial satuan non Kowil di lingkungan


satuan Kavaleri.

2) Dalam rangka penggunaan.

a) Kewenangan komando dan pengendalian taktis dan teknis


operasional penggunaan Kavaleri baik dalam pola OMP maupun OMSP
berada pada komandan satuan Kavaleri.

b) Pelaksanaan komando dan pengendalian taktis dan teknis di


lapangan berada pada Komandan satuan Kavaleri yang ditugasi sesuai
dengan kemampuan, Doktrin dan profesionalisme Kavaleri.

BAB IV
ARTILERI MEDAN

17. Umum. Artileri Medan merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai
kekuatan yang menjalankan fungsi serangan artileri dan bantuan tembakan terhadap
sasaran di darat maupun permukaan secara tepat dan kontinyu.
84

18. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Armed.

a. Umum. Pembinaan armed merupakan penjabaran dari pelaksanaan kebijakan


pembinaan TNI AD yang harus dipedomani, agar dapat dilaksanakan dengan baik dan
benar. Pembinaan armed diarahkan untuk mewujudkan kekuatan, kemampuan,gelar
kekuatan, dan pembinaan fungsi armed yang optimal dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI AD. Dalam penyelenggaraan pembinaan Armed yang efektif dan efisien
diperlukan ketentuan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembinaan armed
meliputi peran, tugas, fungsi dan asas.

b. Peran. Armed merupakan salah satu kecabangan TNI AD berperan


sebagai satuan bantuan tempur yang menyelenggarakan serangan artileri dan
bantuan tembakan utama darat dan permukaan serta mengoordinasikan semua
sarana bantuan tembakan yang terlibat dalam operasi guna memperbesar daya
tembak satuan yang dibantu.

c. Tugas.

1) Tugas Pokok. Armed melaksanakan pembinaan dan


menyelenggarakan fungsi serangan artileri dan bantuan tembakan secara
cepat, tepat dan kontinyu terhadap sasaran darat dan permukaan dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI AD.

2) Tugas-Tugas. Armed mempunyai tugas-tugas, yaitu :

a) Melaksanakan pembinaan kekuatan, kemampuan, gelar kekuatan


satuan dan fungsi Armed.

b) Melaksanakan penghancuran, netralisasi sasaran baik strategis


maupun taktis darat dan permukaan.

c) Melaksanakan tembakan untuk memberikan kedalaman


pertempuran.

d) Melaksanakan koordinasi bantuan tembakan.

d. Fungsi. Armed merupakan salah satu kecabangan TNI AD yang


melaksanakan fungsi-fungsi meliputi:

1) Penghancur dan Penetralisir Sasaran. Melaksanakan kegiatan


untuk menghancurkan dan menetralisir sasaran yang mengganggu
pelaksanaan tugas pokok dengan menggunakan alat utama sistem senjata,
taktik dan teknik Artileri Medan.

2) Pemberantas Mortir dan Artileri Musuh. Melaksanakan kegiatan


untuk menemukan dan mengidentifikasi serta menghancurkan mortir dan
Artileri musuh.
85

3) Pemberi Kedalaman Pertempuran. Melaksanakan kegiatan untuk


menembaki sasaran-sasaran yang berada jauh di kedudukan belakang musuh
guna memberikan kedalaman pertempuran bagi satuan yang dibantu.

4) Pengoordinir Bantuan Tembakan. Melaksanakan kegiatan untuk


mengintegrasikan semua sarana bantuan tembakan yang tersedia agar dapat
menjamin penggunaan bantuan tembakan secara responsif, efektif dan efisien.

5) Pengukur Medan dan Cuaca. Melaksanakan kegiatan pengukuran


medan dancuaca/meteo secara terbatas untuk kepentingan penembakan.

6) Pencari dan Penemu Sasaran. Melaksanakan kegiatan untuk mencari


dan menemukan sasaran strategis dan taktis.

7) Pemberi Efek Cahaya Medan Operasi. Melaksanakan kegiatan untuk


memberikan pencahayaan di medan operasi dengan menggunakan munisi
cahayaguna mendukung kepentingan taktis satuan yang dibantu.

8). Penimbul Efek Perang Urat Syaraf (PUS). Melaksanakan kegiatan


untuk mengurangi atau meniadakan kemauan bertempur di pihak musuh.

e. Asas. Armed merupakan salah satu kecabangan TNI AD yang mempunyai


asas-asas meliputi :

1) Kesatuan Komando. Kesatuan Komando diperlukan untuk


memperoleh kecepatan, ketepatan, dan kesatuan pengendalian yang
terkoordinir dalam pelaksanaan tugas pokok Armed.

2) Keterpaduan. Perencanaan manuver, tembakan, dan tim


pelaksana tembakan serta koordinasi bantuan tembakan antar unsur bantuan
tembakan yang selaras akan memungkinkan tersedianya bantuan tembakan
yang berhasil dan berdaya guna.

3) Prioritas. Bantuan tembakan Armed yang ditujukan terhadap setiap


sasaran harus mengutamakan pertimbangan kepentingan taktis dan sesuai
dengan kebutuhan.

4) Pendadakan. Kecepatan bantuan tembakan Armed yang bersifat


massal dan bombardir terhadap sasaran harus dapat memberikan efek kejut
yang tinggi terhadap lawan.

5) Kontinyuitas. Bantuan tembakan Armed harus selalu tersedia


secara berkesinambungan dan terus-menerus untuk mendukung kepentingan
taktis guna tercapainya tugas satuan yang dibantu.

6) Kecepatan. Pengerahan unsur-unsur tim pelaksana tembakan,


pengolahan data penembakan serta pelaksanaan penembakan dilaksanakan
dengan cepat tanpa mengabaikan ketelitian akan memungkinkan bantuan
86

tembakan dapat diberikan dengan cepat sehingga momentum jalannya operasi


taktis tetap terpelihara.

7) Ketelitian. Perhitungan data ukur menjadi data tembak secara


telitiyang dipadukan dengan kecepatan proses pelaksanaan penembakan akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap pencapaian tugas penembakan.

8) Kehancuran massal. Bantuan tembakan Artileri Medan merupakan


bantuan tembakan yang bersifat bombardir dan massal yang memiliki
kedalaman dan kelebaran sehingga hasil tembakan mampu menghancurkan
dan menetralisir serta memberikan efek kehancuran secara maksimal terhadap
sasaran.

9) Proporsional. Pengerahan satuan Armed dalam pelaksanaan


operasi dilakukan secara proporsional, tidak berlebihan, memiliki prosedur
standar operasi yang jelas dan terhindar dari tindakan di luar batas kewajaran.

19. Dasar Penyelenggaraan Armed.

a. Umum. Penyelenggaraan pembinaan Armed dilaksanakan melalui


peningkatan/pengembangan kekuatan, kemampuan serta gelar kekuatan yang saling
berkaitan. Pembinaan Armed memerlukan perumusan dasar berupa pokok-pokok
pembinaan sehingga dalam penyelenggaraan dapat terlaksana secara efektif, efisien
dan optimal. Agar tugas pokok dapat terlaksana dengan baik maka dalam
penyelenggaraan pembinaan armed harusberpedoman pada pokok-pokok pembinaan
yang meliputi tujuan, sasaran, subjek, objek, metode, sarana dan prasarana serta
pedoman pembinaan.

b. Tujuan dan Sasaran.

1) Tujuan. Untuk mewujudkan satuan Armed yang modern, cerdas,


dan tangguh dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan operasional satuan-
satuan Armed sebagai alat pertahanan di darat yang mampu mendukung
pencapaian tugas pokok dan tugas-tugas TNI AD.

2) Sasaran. Sasaran pembinaan Armed adalah :

a) Terpenuhinya kekuatan satuan Armed yang sesuai dengan


tuntutan tugas dalam menghadapi berbagai ancaman dan karakter
medan operasi.

b) Terwujudnya kemampuan satuan Armed untuk mendukung


pelaksanaan operasi TNI AD.

c) Terselenggaranya gelar kekuatan satuan Armed yang dapat


memenuhi kebutuhan pelaksanaan tugas satuan jajaran TNI AD
87

diberbagai wilayah sesuai skala prioritas dan tingkat ancaman yang


terjadi.

d) Terselenggaranya fungsi artileri medan dalam mendukung tugas


pokok TNI AD.

c. Subjek, Objek, Metode, Sarana dan Prasarana.

1) Subjek.

a) Kasad.
b) Pangkostrad.
c) Dankodiklatad.
d) Pangdam.
e) Danpussenarmed.
f) Dansat Armed ( Danpusdikarmed, Danmenarmed, Danyonarmed,
dan Danrai Armed ).

2) Objek. Satuan Armed.

3) Metode. Metode yang dilaksanakan dalam pembinaan armed meliputi


pembinaan kekuatan, kemampuan, gelar dan fungsi yaitu :

a) Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan yang meliputi


pembinaan organisasi, personel, materiil, fasilitas, pendidikan, latihan
dan doktrin dilaksanakan sesuai fungsi armed melalui metode sebagai
berikut :

(1) Pembinaan organisasi dilaksanakan dengan cara studi


banding, penelitian, uji teori, uji coba lapangan, pengkajian,
evaluasi dan pengembangan.

(2) Pembinaan personel dilaksanakan melalui penyediaan,


pendidikan, penggunaan, perawatan, penyaluran dan pemisahan
personel Armed.

(3) Pembinaan materiil dilaksanakan melalui penentuan


kebutuhan, pengadaan, penggudangan, pendistribusian,
pemeliharaan dan penghapusan serta peningkatan mutu materiil
kecabangan Armed.

(4) Pembinaan fasilitas dilaksanakan dengan cara


pembangunan, pemeliharaan dan rehabilitasi.

(5) Pembinaan pendidikan dilaksanakan sesuai dengan siklus


pembinaan pendidikan melalui pembinaan sistem pendidikan,
komponen pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan.
88

(6) Pembinaan latihan dilaksanakan sesuai siklus pembinaan


latihan mulai dari pemrograman latihan, penyelenggaraan latihan,
asistensi, pengawasan dan pengendalian latihan serta pembinaan
sarana dan prasarana latihan.

(7) Pembinaan doktrin dibangun melalui pengumpulan data,


riset, pencatatan, uji teori, uji simulasi, uji lapangan, refleksi, dan
pemikiran berkualitas yang holistik, integral serta komprehensif
untuk kesempurnaan doktrin kecabangan Armed.

b) Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan dilaksanakan


melalui metode/cara sebagai berikut :

(1) Kemampuan intelijen dilaksanakan melalui pendidikan


dasar intel, pendidikan intel lanjutan, penataran (sesuai
kebutuhan) dan penugasan.

(2) Kemampuan tempur dilaksanakan melalui pendidikan


(Diksar, Dikbang Armed), latihan (Lator, Latsat), latihan dengan
teknologi alutsista, penataran (sesuai kebutuhan), simulasi tempur
dan penugasan.

(3) Kemampuan dukungan dilaksanakan melalui pendidikan


(Diksar, Dikbang armed), penugasan luar negeri, latihan bersama
latihan (Lator, Latsat), penataran (sesuai kebutuhan).

(4) Kemampuan Binter dilaksanakan melalui pembinaan


komunikasi sosial dan karya bhakti secara terbatas.

c) Pembinaan Gelar Kekuatan. Pembinaan gelar kekuatan satuan


Armed melalui metode/cara sebagai berikut :

(1) Gelar kekuatan terpusat dilaksanakan melalui pengkajian,


pengembangan, pembentukan dan penataan satuan untuk
priorotas satuan armed dibawah kostrad sebagai satuan pemukul
strategis.

(2) Gelar kekuatan kewilayahan dilaksanakan melalui


pengkajian, pengembangan, pembentukan, dan penataan satuan
armed dibawah kodam untuk mampu beroperasi di wilayah
secara mandiri dan berkelanjutan menangkal, mencegahdari
segala bentuk ancaman.
89

(3) Gelar kekuatan pendukung dilaksanakan melalui


pengkajian, pengembangan, pembentukan dan penataan satuan
Puscabfung dalam hal ini Pussenarmed untuk membantu
kekuatan pusat dan kekuatan wilayah.

d) Pembinaan Fungsi Artileri Medan. Pembinaan fungsi artileri


medan melalui metode/cara sebagai berikut:

(1) Serangan artileri dilaksanakan terhadap aspek organisasi,


personel, materiil, fasilitas, pendidikan, latihan dan doktrin yang
pelaksanaannya sebagai berikut :

(a) Pembinaan organisasi dilaksanakan sesuai siklus


pembinaan organisasi berupa penyusunan organisasi dan
tugas satuan serta evaluasi organisasi dan tugas satuan.

(b) Pembinaan personel dilaksanakan sesuai siklus


pembinaan personel mulai dari penyediaan tenaga,
pendidikan, penggunaan, perawatan dan pemisahan.

(c) Pembinaan materiil dilaksanakan sesuai siklus


pembinaan materiil mulai penentuan kebutuhan,
pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan
serta peningkatan mutu materiil kecabangan Armed.

(d) Pembinaan fasilitas dilaksanakan melalui


pembangunan satuan baru, memelihara dan meningkatkan
pembangunan fasilitas yang ada.

(e) Pembinaan pendidikan dilaksanakan sesuai dengan


siklus pembinaan pendidikan dengan melakukan
pembinaan sistem pendidikan, komponen pendidikan dan
penyelenggaraan pendidikan.

(f) Pembinaan latihan dilaksanakan sesuai siklus


pembinaan latihan mulai dari pemrograman latihan,
penyelenggaraan latihan, asistensi, pengawasan dan
pengendalian latihan, serta pembinaan sarana dan
prasarana latihan.
(g) Pembinaan doktrin dilaksanakan sesuai siklus
pembinaan doktrin mulai perencanaan dan persiapan,
penyusunan, penerbitan, distribusi dan inventarisasi.
90

(2) Bantuan tembakan dilaksanakan terhadap aspek


organisasi, personel, materiil, fasilitas, pendidikan, latihan dan
doktrin yang pelaksanaannya sebagai berikut :

(a) Pembinaan organisasi dilaksanakan sesuai siklus


pembinaan organisasi berupa penyusunan organisasi dan
tugas satuan serta evaluasi organisasi dan tugas satuan.

(b) Pembinaan personel dilaksanakan sesuai siklus


pembinaan personel mulai dari penyediaan tenaga,
pendidikan, penggunaan, perawatan dan pemisahan.

(c) Pembinaan materiil dilaksanakan sesuai siklus


pembinaan materiil mulai penentuan kebutuhan,
pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan
serta peningkatan mutu materiil kecabangan Armed.

(d) Pembinaan fasilitas dilaksanakan melalui


pembangunan satuan baru, memelihara dan meningkatkan
pembangunan fasilitas yang ada.

(e) Pembinaan pendidikan dilaksanakan sesuai dengan


siklus pembinaan pendidikan dengan melakukan
pembinaan sistem pendidikan, komponen pendidikan dan
penyelenggaraan pendidikan.

(f) Pembinaan latihan dilaksanakan sesuai siklus


pembinaan latihan mulai dari pemrograman latihan,
penyelenggaraan latihan, asistensi, pengawasan dan
pengendalian latihan, serta pembinaan sarana dan
prasarana latihan.

(g) Pembinaan doktrin dilaksanakan sesuai siklus


pembinaan doktrin mulai perencanaan dan persiapan,
penyusunan, penerbitan, distribusi dan inventarisasi.

4) Sarana dan Prasarana.

a) Sarana :
(1) Doktrin.
(2) Alutsista.
(3) Sarana angkut.
(4) Alins dan alongins pendidikan dan latihan.

b) Prasarana :
(1) Pangkalan/markas beserta pendukungnya.
91

(2) Fasilitas latihan.


(3) Fasilitas pendidikan.
(4) Fasilitas pemeliharaan.

d. Pedoman Pembinaan Artileri Medan.

1) Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan armed meliputi:

a) Organisasi.
b) Personel.
c) Materiil.
d) Fasilitas.
e) Pendidikan.
f) Latihan.
g) Doktrin.

2) Pembinan Kemampuan. Pembinaan kemampuan Armed meliputi :

a) Kemampuan intelijen.
b) Kemampuan tempur.
c) Kemampuan dukungan.
d) Kemampuan Binter.

3) Pembinaan Gelar Kekuatan. Pembinaan gelar kekuatan satuan


Armed di seluruh wilayah NKRI mengacu kepada ketentuan pokok penggelaran
kekuatan utama TNI AD yang meliputi :

a) Gelar kekuatan terpusat.


b) Kekuatan kewilayahan.
c) Kekuatan pendukung.

4) Pembinaan Fungsi Artileri Medan. Pembinaan fungsi yang


meliputi:

a) Serangan artileri.
b) Bantuan tembakan.

20. Pembinaan Armed.

a. Umum. Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok armedakan ditentukan


oleh sejauhmana efektivitas pelaksanaan pembinaan kekuatan armed untuk
mewujudkan postur armed yang modern, cerdas dan tangguh.Pembinaan Armed
meliputi pembinaan kekuatan, kemampuan, gelar kekuatan, dan fungsi melalui tahap
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan. Pembinaan
tersebut diselenggarakan melalui proses dan prosedur secara berjenjang mulai tingkat
pusat, kotama, sampai dengan tingkat satuan.
92

b. Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan diarahkan untuk mewujudkan


satuan Armedsiap operasional dan mampu melaksanakan fungsi serangan artileri dan
bantuan tembakan secara bijak, cepat, dan teliti dalam menghadapi setiap bentuk
ancaman. Pembinaan kekuatan dilaksanakan melalui pembinaan organisasi, personel,
materiil, fasilitas, pendidikan, latihan dan doktrin.

1) Pembinaan Organisasi. Pembinaan organisasi armed bertujuan


untuk menyusun, memelihara, dan meningkatkan validitas serta kesiapan
operasional organisasi sehingga dapat mewujudkan organisasi armed yang
mampu dan siap mengemban tugas-tugas operasi, mudah diorganisir dan
fleksibel, mudah dikonsentrasikan dan dikerahkan sesuai kebutuhan
operasional di lapangan serta mampu berintegrasi dan bersinergi dengan
kekuatan matra darat lainnya maupun dalam konteks operasi gabungan.

a) Proses. Proses pembinaan organisasi armed dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan organisasi sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus
terhadap organisasi Armed, serta pengkajian terhadap perlunya
pembentukan/evaluasi organisasi Armed.

(2) Pengorganisasian.

(a) Mengorganisir personel yang akan melaksanakan


pembinaan organisasi untuk meningkatkan validitas dan
kesiapan operasional organisasi sehingga dapat
mewujudkan organisasi Armed yang mampu dan siap
melaksanakan tugas.

(b) Memilih dan menentukan personel sesuai


kemampuan dan latar belakang pengalaman/penugasan.

(3) Pelaksanaan.

(a) Melaksanakan penyusunan naskah akademik untuk


memberikan penjelasan dan pemahaman tentang latar
belakang pemikiran perlunya dilaksanakan pembentukan/
perubahan orgas satuan.

(b) Melaksanakan penyusunan naskah organisasi dan


tugas (orgas) serta naskah mekanisme hubungan kerja
(mekhubja) dengan cara :
93

i. Pada pembentukan organisasi baru perlu


ditentukan tujuan, tugas pokok organisasi dan
kegiatan yang perlu dilaksanakan, mengelompokkan
kegiatan dalam fungsi, menentukan unit-unit kerja,
menyusun personel dalam bentuk TOP/DSPP,
materiil, doktrin (penak), menetapkan prosedur kerja
dan metode kerja serta menentukan tugas,
tanggung jawab dan wewenang yang jelas dan
mudah dipahami oleh seluruh unsur organisasi yang
disusun/dibentuk, sehingga dapat mendukung tugas
pokok organisasi.

ii. Perubahan organisasi dilaksanakan terhadap


organisasi armed yang telah terbentuk, yang
meliputi :

i) Reorganisasi. Reorganisasi digunakan


untuk menyusun kembali organisasi setelah
terjadi perubahan, dapat bersifat menyeluruh
dan mendasar yang meliputi kedudukan,
tugas dan fungsi-fungsi organisasi atau
beberapa bagian yang berupa
penambahan/pengurangan tugas yang harus
dilaksanakan, dengan menggunakan
pendekatan struktural dan pendekatan
teknologi.

ii) Validasi organisasi. Validasi


digunakan untuk lebih memaksimalkan
keberhasilan pen-capaian tujuan terhadap
organisasi yang sudah operasional dan
dipandang kurang efektif. Validasi dilakukan
bersifat tidak menyeluruh, namun hanya
beberapa bagian tertentu melalui kegiatan
revitalisasi, refungsionalisasi dan
restrukturisasi.

iii) Pembekuan organisasi. Pembekuan


organisasi digunakan terhadap organisasi
yang dinilai tidak efisien/efektif lagi, namun
dapat difungsikan kembali bila dibutuhkan.
Pembekuan organisasi dilakukan apabila
secara operasional kegiatan organisasi
tertentu dihentikan, namun struktur organisasi
dan prosedur kerja masih tetap ada dalam
bentuk kerangka. Organisasi dapat diaktifkan
kembali dengan mengisi personel sesuai
TOP/DSPP dan bekerja sesuai dengan
94

prosedur kerja yang telah disempurnakan


kembali sesuai tuntutan tugas.

iv) Likuidasi organisasi. Likuidasi


organisasi digunakan terhadap organisasi
yang tidak layak lagi untuk dipertahankan,
sehingga perlu dibubarkan. Likuidasi
organisasi dilaksanakan dengan cara
pembentukan organisasi baru yang
merupakan pemisahan atau penggabungan
dari organisasi-organisasi yang telah
dilikuidasi ataupun dapat membentuk
organisasi yang lebih kecil, efektif, dan
efisien. Personel, materiil dan perlengkapan
lain hasil likuidasi yang belum tertampung
dapat didayagunakan pada organisasi yang
lain. Materiil, perlengkapan dan aset lainnya
yang tidak diperlukan lagi dapat dialihkan
kepada pihak ketiga yang hasilnya
merupakan kekayaan negara dan dapat
digunakan untuk kebutuhan satuan-satuan
yang lain.

(c) Melaksanakan kegiatan pengujian dengan


mekanisme UT I di tingkat Pussenarmed, UT II di tingkat
Kodiklatad dan UT III di tingkat Mabesad.

(d) Melaksanakan kegiatan penerbitan naskah yang


meliputi pencetakan, pengambilan, dan pengarsipan serta
pendistribusian naskah ke seluruh satuan jajaran TNI AD.
Naskah Orgas yang telah disahkan selanjutnya diuji coba
selama 3 (tiga) tahun di satuan Armed yang telah ditunjuk.

(e) Melaksanakan kegiatan evaluasi pelaksanaan orgas


satuan setelah diuji coba selama minimal 3 (tiga) tahun,
untuk disempurnakan dan selanjutnya disahkan serta
berlaku selama 5 (lima) tahun dan/atau adanya perubahan
kebijakan pimpinan TNI AD.

(f) Melaksanakan penelitian dan pengembangan


terhadap pengorganisasian alutsista armeddengan
memperhatikan aspek doktrin, organisasi, operasi,
pendidikan dan latihan yang diberlakukan.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas organisasi satuan Armed melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung
95

melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi


yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan organisasi di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan organisasi yang ada di lingkungan Angkatan
Darat.

(2) Dankodiklatad merencanakan penyelenggaraan


pembinaan organisasi satuan-satuan jajaran TNI AD sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(3) Pangkostrad/Pangdam merencanakan pembinaan


organisasi satuan Armed di bawah komandonya sesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Danpussenarmed merencanakan pembinaan organisasi


Armed sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari
Kasad.

(5) Dansat jajaran Armed.

(a) Merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan organisasi satuan Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan organisasi satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan organisasi satuan Armed.

2) Pembinaan Personel. Pembinaan personel Armed bertujuan untuk


memenuhi kebutuhan kekuatan personel armed secara kualitatif dan kuantitatif
sesuai TOP/DSPP organisasi secara bertahap sesuai skala prioritas serta
memelihara dan meningkatkan profesionalisme personel armed yang memiliki
disiplin tinggi, taat dan menjunjung tinggi hukum, paham akan jati dirinya
sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional dan Tentara
Profesional, serta memiliki wawasan kebangsaan sehingga selalu dicintai
rakyat.

a) Proses. Proses pembinaan personel armed dilaksanakan melalui


pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan.
96

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan personel sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi yang telah dilakukan secara terus-
menerus serta pengkajian yang mendalam dan akurat.

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir personel yang akan melaksanakan


pembinaan personeluntuk memenuhi kebutuhan kekuatan
personel Armed secara kualitatif dan kuantitatif sesuai
TOP/DSPP.

(b) Memilih dan menentukan personel sesuai


kemampuan dan latar belakang pengalaman/penugasan.

(3) Pelaksanaan.

(a) Melaksanakan pembinaan tenaga manusia melalui


pengisian, pengajuan kebutuhan, pembinaan, dan
perawatan personel sesuai TOP/DSPP Armed dalam
rangka pemeliharaan dan pengembangan kekuatan satuan
guna tercapainya kebijakan pembinaan personel TNI AD
serta pembinaan terhadap istri prajurit dan keluarganya.

(b) Melaksanakan pembinaan penyediaan tenaga


(diaga) melalui promosi/sosialisasi tentang kecabangan
armed di Lemdikpus dan Lemdikrah TNI AD, mengajukan
rekrutmen prajurit armed sesuai dengan kriteria prajurit
armed serta mengikuti sidang penentuan kecabangan yang
dikoordinir oleh staf personel Angkatan Darat.

(c) Melaksanakan pemilihan personel di lemdikrah


sesuai dengan standar kebutuhan personelarmed yang
akan mengawaki alutsista modern.

(d) Melaksanakan pembinaan pendidikan melalui


pengusulan personel, seleksi dan sidang penentuan
kelulusan seleksi pendidikan serta menyiapkan
persyaratan administrasi bagi personel yang akan
mengikuti pendidikan.

(e) Melaksanakan pembinaan penggunaan personel


melalui pengajuan usulan dan pelaksanaan sidang usulan
kenaikan pangkat (UKP) di satuan serta inventarisasi data,
perencanaan pengisian dan mutasi jabatan sesuai
mekanisme Tour of Area (ToA)/Tour of Duty (ToD) yang
berlaku di lingkungan TNI AD.
97

(f) Melaksanakan pembinaan perawatan personel


dalam rangka mewujudkan kondisi kesiapan personel
untuk mengemban tugas melalui pembinaan hukum,
disiplin, dan tata tertib, pembinaan moril, pembinaan
kesejahteraan, pembinaan mental serta pembinaan
jasmani.

(g) Penyaluran personel armed dilakukan bagi prajurit


yang akan mengakhiri dinas keprajuritannya dalam rangka
menjalani alih status dan alih profesi di luar lingkungan
kemiliteran dengan mempertimbangkan bakat,
keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya.

(h) Melaksanakan pembinaan pemisahan personel


yang dilakukan secara tepat waktu melalui kegiatan
penyaluran personel dan pemberhentian dengan hormat
yang diberikan Masa Persiapan Pensiun (MPP) bagi
prajurit, bebas tugas bagi PNS dan pengurusan
administrasi pensiun serta penyelesaian administrasi yang
berkaitan dengan pemberhentian dengan tidak hormat.

(i) Melaksanakan penelitian dan pengembangan


terhadap aspek-aspek insani yang meliputi jiwa kejuangan,
mental, psikologi, kesehatan, jasmani dan keterampilan
serta pengetahuan untuk menentukan postur prajurit
Armed dikaitkan dengan alutsista Armed.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan kepada


satuan-satuan Armed dengan cara langsung terhadap efektivitas
pembinaan personel melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji
petik, dan wawancara secara langsung serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian, dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan personel di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan personel yang ada di lingkungan Angkatan
Darat.

(2) Pangkostrad/Pangdam merencanakan pembinaan


personel satuan Armed yang berada di bawah komandonya
sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan pembinaan personel


Armed sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari
Kasad.
98

(4) Dansat jajaran Armed:

(a) Merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan personel satuan Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan personel satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan personel satuan Armed.

3) Pembinaan Materiil. Pembinaan materiil armed bertujuan untuk


menyiapkan materiil dalam rangka meningkatkan kesiapan operasional satuan
Armed, serta memberikan dukungan logistik secara optimal guna mendukung
pelaksanaan tugas satuan Armed.

a) Proses. Proses pembinaan materiil armed dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana pembinaan materiil


sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi secara terus-
menerus serta pengkajian terhadap materiil Armed.

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir personel yang akan melaksanakan


pembinaan materiildalam rangka meningkatkan kesiapan
operasional satuan Armed.

(b) Memilih dan menentukan personel sesuai


kemampuan dan latar belakang pengalaman/penugasan.

(3) Pelaksanaan :

(a) Melaksanakan penelitian dan pengembangan


materiil dan sistem senjata armed untuk mendukung
optimalisasi penyelenggaraan fungsi Armed.

(b) Menyarankan spesifikasi teknis materiil armed serta


melaksanakan dan atau membantu pelaksanaan
pengadaan materiil armed dengan melibatkan
Pussenarmed sebagai pemegang LKT pengadaan
kecabangan Armed.
99

(c) Menentukan kebutuhan sarana transportasi untuk


mendukung kegiatan pergeseran personel dan alutsista
Armed TNI AD.

(d) Membantu dan atau melaksanakan serta


mengawasi kegiatan pendistribusian materiil khusus armed
ke satuan-satuan Armed.

(e) Melaksanakan pemeliharaan materiil berkoordinasi


dengan pembina materiil melalui penelitian dan
pengembangan dalam bentuk rekayasa dan uji coba
materiil, melaksanakan asistensi teknis terhadap materiil
armed dengan melaksanakan kegiatan harcegah dan
perbaikan di satuan sampai dengan tingkat II.

(f) Mengembangkan fasilitas pemeliharaan dengan


membentuk organisasi Depo Pemeliharaan.

(g) Menyarankan dan melaksanakan rematerialisasi


alutsista armed yang sudah tidak memenuhi persyaratan
teknis dalam menjalankan fungsi armed atau berdasarkan
kebijakan renstra.

(h) Melaksanakan pemeriksaan ketertiban administrasi


dan kesiapan operasional materiil satuan Armed.

(i) Melaksanakan koordinasi dengan pembina fungsi


materiil dalam rangka kegiatan penghapusan materiil yang
berada dalam kondisi rusak berat (tidak dapat diperbaiki),
rusak (bila diperbaiki tidak ekonomis), habis masa pakai,
hilang dan/atau susut, musnah, terjadi keadaan paksa
(force majeur), terkena peraturan khusus dan hal-hal lain
berdasarkan ketentuan yang berlaku.

(j) Melaksanakan penelitian dan pengembangan


terhadap seluruh perangkat keras Armed yang meliputi
materiil, bekal, dan fasilitas kesenjataan Armed untuk
menentukan kelaikan, jenis dan tipe alutsista Armed.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara terus-


menerus terhadap satuan-satuan Armed dengan cara langsung
terhadap efektivitas pembinaan materiil melalui kunjungan,
inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara serta pengawasan
secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan materiil di satuan Armed.
100

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan materiil yang ada di lingkungan Angkatan
Darat.

(2) Pangkostrad/Pangdam merencanakan pembinaan materiil


satuan Armed di bawah komandonya sesuai dengan keputusan
dan kebijakan umum dari Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan pembinaan materiil


armed sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Dansat jajaran Armed.

(a) Merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan materiil satuan Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan materiil satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan materiil satuan Armed.

4) Pembinaan Fasilitas. Pembinaan fasilitas bertujuan untuk


menyediakan, memelihara, dan merawat fasilitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang ada di satuan Armed guna mewujudkan kesiapan operasional
satuan dengan kegiatan yang meliputi :

a) Proses. Proses pembinaan fasilitas Armed dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan


pembinaan fasilitas sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan pemeriksaan secara terus-menerus
serta pengkajian terhadap fasilitas Armed.

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir personel yang akan melaksanakan


pembinaan fasilitas yang bertujuan untuk menyediakan,
memelihara, dan merawat fasilitas bangunan serta sarana
dan prasarana yang ada di satuan Armed.

(b) Memilih dan menentukan personel sesuai


kemampuan dan latar belakang pengalaman/penugasan.
101

(3) Pelaksanaan :

(a) Mengusahakan ketersediaan fasilitas bangunan dan


prasarananya guna memenuhi kebutuhan organisasi
melalui kegiatan pengadaan jasa konstruksi militer atau
swakelola dengan cara paling ekonomis sesuai peraturan
yang berlaku.

(b) Melaksanakan kegiatan pemeliharaan terhadap


ketertiban, kerapian, kebersihan dan keamanan fasilitas
bangunan dan prasarana lainnya yang
dipertanggungjawabkan kepada masing-masing satuan
sesuai rencana yang telah disusun;

(c) Melaksanakan perawatan dan perbaikan terhadap


fasilitas-fasilitas yang mengalami kerusakan sehingga
dapat berfungsi sebagaimana mestinya sesuai
kemampuan masing-masing satuan dan atau alokasi dari
komando atas.

(d) Mengembangkan fasilitas lapangan tembak senjata


berat di setiap Kotama sebagai prasarana pembinaan
kekuatan armed.

(e) Mengembangkan fasilitas latihandengan


membentuk organisasi detasemen pemeliharaan daerah
latihan;

(f) Melaksanakan inventaris terhadap dokumen


penghapusan fasilitas bangunan dan prasarana yang
sudah tidak memenuhi persyaratan teknis berdasarkan
ketentuan yang berlaku.

(g) Membuat saran kepada komando atas tentang


perlunya kegiatan rehabilitasi, renovasi, dan pembangunan
fasilitas-fasilitas bagi satuan Armed.

(h) Mengembangkan fasilitas pemeliharaan untuk


kendaraan tempur dan alutsista modern.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan di satuan


Armed dengan cara langsung terhadap efektivitas pembinaan
fasilitas melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik, dan
wawancara secara langsung di satuan, serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan fasilitas di satuan.
102

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan fasilitas yang ada di lingkungan Angkatan
Darat.

(2) Pangkostrad/Pangdam merencanakan pembinaan fasilitas


satuan Armed di bawah komandonya sesuai dengan keputusan
dan kebijakan umum dari Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan pembinaan fasilitas


Armed sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari
Kasad.

(4) Dansat jajaran Armed.

(a) Merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan fasilitas satuan Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan fasilitas satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan fasilitas satuan Armed.

5) Pembinaan Pendidikan. Pembinaan pendidikan bertujuan untuk


mewujudkan sistem pendidikan, komponen pendidikan, dan penyelenggaraan
pendidikan dalam rangka membentuk dan mengembangkan kualitas sumber
daya prajurit Armed yang profesional dengan kegiatan meliputi :

a) Proses. Proses pembinaan pendidikan dan pelatihan armed


dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan.

(a) Pembinaan Sistem Pendidikan:

i. Mengusulkan program dan anggaran


pembinaan sistem pendidikan kecabangan armed.

ii. Menghimpun saran dan masukan serta


evaluasi yang terkait dengan pola dan struktur,
stratifikasi, validasi, dan pengembangan pendidikan
103

sebagai bahan penyusunan naskah/kajian dalam


rangka pembinaan sistem pendidikan.

iii. Menyiapkan referensi yang dibutuhkan dalam


penyelenggaraan pembinaan sistem pendidikan.

iv. Melaksanakan koordinasi dengan


badan/instansi yang terkait dengan pembinaan
sistem pendidikan.

(b) Pembinaan Komponen Pendidikan:

i. Mengusulkan program dan anggaran


pembinaan komponen pendidikan kecabangan
Armed.

ii. Menyiapkan referensi yang dibutuhkan dalam


penyelenggaraan pembinaan komponen pendidikan.

iii. Melaksanakan koordinasi dengan


badan/instansi yang terkait dengan pembinaan
komponen pendidikan.
(c) Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan:

i. Merencanakan administrasi 10 komponen


pendidikan.

ii. Penerimaan direktif pendidikan.

iii. Menyiapkan perangkat operasional


pendidikan.

iv. Menyiapkan rencana operasional pendidikan.

(2) Pengorganisasian.

(a) Pembinaan Sistem Pendidikan :

i. Menyiapkan personel dalam rangka


pelaksanaan pembinaan sistem pendidikan yang
meliputi pembinaan pola dan struktur, pembinaan
stratifikasi, validasi serta pengembangan
pendidikan.

ii. Menentukan tugas dan tanggung jawab


pelaksanaan pembinaan sistem pendidikan.
104

(b) Pembinaan Komponen Pendidikan :

i. Menyiapkan personel dalam rangka


pelaksanaan pembinaan komponen pendidikan
yang meliputi kurikulum, paket instruksi, Gadik,
Gapendik, Serdik, Alins/Alongins, Fasdik, Metjar,
evaluasi dan anggaran.

ii. Menentukan tugas dan tanggung jawab


pelaksanaan pembinaan komponen pendidikan.

(c) Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan :

i. Menyiapkan personel dalam rangka


penyelenggaraan pendidikan.

ii. Menentukan tugas dan tanggung jawab


penyelenggaraan pendidikan.

(3) Pelaksanaan.
(a) Pembinaan Sistem Pendidikan:

i. Melaksanakan pembinaan pola dan struktur


pendidikan yang merupakan rancang bangun
pendidikan yang berfungsi sebagai kerangka dasar
bagi penataan dan penyelenggaraan pendidikan
kecabangan Armed. Penyelenggaraan pendidikan
yang mantap mempunyai pola dan struktur yang
relatif tetap, namun harus bersifat fleksibel dalam
arti dapat mengakomodasikan tuntutan kebutuhan
sesuai dengan perkembangan organisasi dan
lingkungan serta dapat menjamin keterpaduan
upaya pendidikan.

ii. Melaksanakan pembinaan stratifikasi


pendidikan kecabangan armed melalui penataan
macam dan jenis pendidikan sebagai jabaran dari
pola dan struktur pendidikan kecabangan Armed
yang disusun berdasarkan kebutuhan kemampuan
personel dalam mengawaki organisasi.

iii. Melaksanakan validasi pendidikan yang


diarahkan kepada kegiatan pengendalian mutu hasil
didik yang dilaksanakan dengan menggunakan
105

informasi umpan balik dari pemakai personel hasil


didik.

iv. Melaksanakan pengembangan pendidikan


dilakukan melalui pengkajian yang sistematik dan
mendalam dengan mempergunakan teknik dan
metode keilmuan agar pendidikan dapat
terselenggara secara efektif dan efisien.
Pengembangan pendidikan dapat bersifat mikro
yang mencakup penyempurnaan suatu macam
pendidikan tertentu atau bersifat makro yang
mengarah kepada pengembangan pendidikan
secara keseluruhan.

(b) Pembinaan Komponen Pendidikan:

i. Pembinaan kurikulum, dilaksanakan melalui


pembinaan terhadap pejabat pelaksana penyusunan
dan operasional kurikulum serta penyusunan/revisi
kurikulum pendidikan.

ii. Pembinaan paket instruksi, dilaksanakan


melalui pembinaan terhadap pejabat pembina paket
instruksi, serta pembenahan paket instruksi di
lembaga pendidikan kecabangan Armed.

iii. Pembinaan tenaga pendidik, dilaksanakan


untuk memenuhi standar kuantitas dan kualitas
Gadik melalui penyediaan, pendidikan, latihan,
penggunaan dan perawatan.

iv. Pembinaan tenaga kependidikan,


dilaksanakan untuk memenuhi standar kuantitas dan
kualitas Gapendik melalui penyediaan, pendidikan,
latihan, penggunaan dan perawatan.

v. Pembinaan peserta didik, dilaksanakan


melalui bimbingan dan pengasuhan dengan
menggunakan teknik individual maupun kelompok.

vi. Pembinaan Alins/Alongins, dilaksanakan


untuk memenuhi standar kualitas dan kuantitas
Alins/Alongis melalui pengadaan dan pemeliharaan.

vii. Pembinaan fasilitas pendidikan, dilaksanakan


untuk memenuhi standar kualitas dan kuantitas
Fasdik melalui pengadaan dan pemeliharaan.
106

viii. Pembinaan metode pengajaran, dilaksanakan


melalui pembinaan terhadap pejabat pembina dan
pengguna metode pengajaran di Lemdik
Kecabangan Armed.

ix. Pembinaan evaluasi pendidikan,


dilaksanakan melalui pembinaan terhadap pejabat
penyelenggara evaluasi pendidikan di Lemdik
Kecabangan Armed.

x. Pembinaan anggaran pendidikan diarahkan


agar pengelolaan anggaran dilaksanakan sesuai
dengan peruntukannya.

(c) Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan :

i. Menyelenggarakan operasional pendidikan


sesuai dengan program pendidikan berdasarkan
kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan.

ii. Melaksanakan pengendalian dan


pengawasan pendidikan, ditujukan pada seluruh
proses operasional pendidikan.

iii. Melaksanakan evaluasi pendidikan, ditujukan


pada keberhasilan program pendidikan
sebagaimana yang telah dirumuskan dalam
kurikulum pendidikan. Sesuai peranannya, evaluasi
pendidikan berfungsi sebagai masukan untuk
perencanaan dan perbaikan, meliputi :

i) Evaluasi pelaksanaan pendidikan


dalam rangka efisiensi dan efektifitas
kurikulum ditinjau dari bahan ajaran, waktu,
biaya, tenaga pendidik, metode dan fasilitas
pendidikan.

ii) Evaluasi hasil pendidikan dalam


rangka mencapai efektifitas, diarahkan pada
kemampuan hasil didik sesuai dengan
kemampuan yang dituntut dalam penugasan.

iv. Melaksanaan pembinaan lingkungan


pendidikan kecabangan Armed untuk menjamin
kesiapan Lemdik kecabangan Armed secara terus
menerus guna mendukung operasional pendidikan
yang diselenggarakan meliputi :
107

i) Pembinaan lingkungan intern, dengan


dilaksanakannya pembinaan kehidupan di
tempat penyelenggaraan
pendidikan/kesatrian yang diarahkan pada
upaya nyata agar lingkungan intern dapat
memberikan dampak positif terhadap
pencapaian tujuan pendidikan.

ii) Pembinaanlingkungan ekstern, dengan


dilaksanakannya pembinaan lingkungan
ekstern yang diarahkan pada pembinaan
kehidupan keluarga peserta didik dan kondisi
masyarakat sekitar tempat penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan kewenangan yang
ada.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan pada satuan


pendidikan yaitu Pusdikarmed Pussenarmed secara langsung
terhadap efektivitas pembinaan pendidikan melalui kunjungan,
inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara serta pengawasan
secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan pendidikan dan pelatihan di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan pendidikan yang ada di lingkungan Angkatan
Darat.

(2) Dankodiklatad merencanakan pembinaan pendidikan


Pusdik jajaran Kodiklatad sesuai dengan keputusan dan kebijakan
umum dari Kasad.

(3) Danpussenarmedmenyelenggarakan kegiatan


perencanaan, pengawasan, dan pengendalian serta evaluasi
pelaksanaan pembinaan komponen pendidikan dalam rangka
meningkatkan mutu prajurit sesuai dengan keputusan dan
kebijakan umum Kasad.

(4) Danpusdikarmed Pussenarmed :

(a) Merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan pendidikan Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan pendidikan Armed.
108

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan pendidikan Armed.

6) Pembinaan Latihan. Pembinaan latihan dilaksanakan dengan


tujuan untuk mewujudkan kesiapan operasional, kesiapsiagaan operasional,
dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas pokok, dengan kegiatan yang
meliputi:

a) Proses. Proses pembinaan latihan dilaksanakan melalui


pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana pembinaan latihan


dalam rangka pembinaan kekuatan (binkuat) dan penggunaan
kekuatan (gunkuat) sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi, pengkajian dan uji coba secara terus-
menerus terhadap latihan di satuan Armed.

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir personel yang akan melaksanakan


pembinaan latihan untuk mewujudkan kesiapan
operasional, kesiapsiagaan operasional dan
profesionalisme.

(b) Memilih dan menentukan personel sesuai


kemampuan dan latar belakang pengalaman/penugasan.

(3) Pelaksanaan :

(a) Menyelenggarakan dan melaksanakan latihan


dalam rangka pembinaan kekuatan (binkuat) yang
berorientasi pada pencapaian standar kemampuan
program pembinaan kekuatan sesuai dengan program
pemantapan yang pelaksanaannya didasarkan pada siklus
latihan dan program latihan standardisasi (proglatsi) yang
berlaku di lingkungan satuan Armed, dimulai dari latihan
perorangan, latihan satuan, latihan antar kecabangan
sampai dengan latihan gabungan TNI dengan cara
bertingkat, bertahap dan berlanjut.

(b) Menyelenggarakan dan melaksanakan latihan


dalam rangka penggunaan kekuatan (gunkuat) yang
ditujukan kepada satuan Armedyang siap melaksanakan
tugas (latihan pratugas) serta latihan kesiapsiagaan
operasional bagi satuan yang disiapkan untuk menghadapi
109

kontinjensi dan tugas-tugas pengamanan objek vital


nasional baik penugasan operasi militer untuk perang
maupun operasi militer selain perang.

(c) Menyiapkan satuan dalam rangka latihan bersama


(latma) dengan satuan Angkatan Darat negara sahabat
dengan tujuan untuk meningkatkan persahabatan antara
TNI AD dengan satuan Angkatan Darat negara sahabat
serta berimplikasi pada peningkatan profesionalisme
prajurit dan satuan Armed.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan di satuan


Armed secara langsung terhadap efektivitas pembinaan latihan
melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara secara langsung di satuan Armed, serta pengawasan
secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan latihan di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan latihan yang ada di lingkungan Angkatan
Darat.

(2) Dankodiklatad merencanakan pembinaan latihan Satuan


TNI AD sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari
Kasad.

(3) Pangkostrad/Pangdam merencanakan pembinaan latihan


satuan Armed di bawah komandonya sesuai dengan keputusan
dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Danpussenarmed merencanakan pembinaan latihan armed


sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(5) Dansat jajaran Armed :

(a) Merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan latihan satuan Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan latihan satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan latihan satuan Armed.
110

7) Pembinaan Doktrin. Pembinaan doktrin bertujuan untuk mewujudkan


kesamaan pemahaman dan tindakan, validitas, kualitas, kuantitas,
standardisasi, dan tersedianya semua kebutuhan doktrin yang dapat digunakan
sebagai pedoman dalam pembinaan maupun penggunaan kekuatan armed.

a) Proses. Kegiatan pembinaan doktrin armed dilaksanakan melalui


pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana pembinaan doktrin


sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi secara terus-
menerus serta pengkajian terhadap doktrin armed.

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir personel yang akan melaksanakan


pembinaan doktrinuntuk mewujudkan kesamaan
pemahaman dan tindakan, validitas, kualitas, kuantitas,
standardisasi dan tersedianya semua kebutuhan doktrin.

(b) Memilih dan menentukan personel sesuai


kemampuan dan latar belakang pengalaman/penugasan.

(3) Pelaksanaan :

(a) Menginventarisasi doktrin yang berupa


doktrin/petunjuk yang ada serta referensi yang diperlukan
serta hasil umpan balik dari satuan pengguna sebagai
bahan penyusunan/revisi doktrin/petunjuk.

(b) Melaksanakan penyusunan/revisi doktrin yang


berupa doktrin/petunjuk yang terkait dengan operasi,
latihan, pengoperasionalan alutsista, ilmu kecabangan
Armed maupun petunjuk/pedoman/protap satuan lainnya
sesuai kebutuhan.

(c) Merumuskan konsep naskah doktrin yang akan


disusun serta melaksanakan pengujian terhadap naskah
yang disusun sesuai pentahapan yang berlaku.

(d) Melaksanakan penerbitan/penggandaan dan


pendistribusian terhadap doktrin baik yang berupa doktrin,
petunjuk maupun protap satuan.

(e) Melaksanakan pengamatan/observasi dan penelitian


secaraterus-menerus serta pengkajian terhadap doktrin
Armed.
111

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan doktrin melalui
inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara langsung
di satuan, serta pengawasan secara tidak langsungmelalui
kegiatan pencatatan, pencocokan dan evaluasi yang bersifat
administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan doktrin di
satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan doktrin yang ada di lingkungan Angkatan
Darat.

(2) Dankodiklatad merencanakan dan melaksanakan


pembinaan doktrin kecabangan/fungsi jajaran TNI AD sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(3) Pangkostrad/Pangdam merencanakan pembinaan doktrin


armed satuan Armed di bawah komandonya sesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Danpussenarmed merencanakan dan melaksanakan


program dan anggaran pembinaan doktrin armed sesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(5) Dansat Armed :

(a) Mengaplikasikan seluruhdoktrin armed yang ada di


satuan.

(b) Melaksanakan evaluasi dan memberikan umpan


balik terhadap seluruh doktrin armed yang ada.
c. Pembinaan Kemampuan.

1) Pembinaan Kemampuan Intelijen. Pembinaan kemampuan


intelijen bertujuan untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan
penyelidikan, kemampuan melaksanakan pengamanan.

a) Proses. Proses pembinaan kemampuan intelijen dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan pembinaan


kemampuan intelijen sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap kemampuan intelijen.
112

(2) Pengorganisasian:

(a) Mengorganisir personel yang akan melaksanakan


pembinaan kemampuan intelijenuntuk meningkatkan
kemampuan melaksanakan penyelidikan, kemampuan
melaksanakan pengamanan.

(b) Memilih dan menentukan personel sesuai


kemampuan dan latar belakang pengalaman/penugasan.

(3) Pelaksanaan :

(a) Melaksanakan pembinaan kemampuan intelijen


personel armed untuk memperolehdata kemampuan dan
kekuatan artileri musuh guna memberikan keterangan
sebagai bahan pertimbangan ke komando atas dalam
penyelenggaraan serangan artileri maupun bantuan
tembakan.

(b) Meningkatkan kemampuan peninjau Armed dalam


bidang intelijen dan analisa sasaran guna menentukan
posisi mortir/artileri musuh sebagai bahan
penyelenggaraan tembakan lawan mortir/artileri.

(c) Melaksanakan pembinaan kemampuan personel


armed dalam pengamanan daerah steling Armed dalam
penyelenggaraan serangan artileri maupun bantuan
tembakan.

(d) Melaksanakan pembinaan kemampuan Ton


observasi dalam menentukan kedudukan artileri musuh
dengan mengoptimalkan kemampuan Pesawat Terbang
Tanpa Awak (PTTA) yang dimiliki.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan kemampuan intelijen
melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara secara langsung di satuan, serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan kemampuan intelijen di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan kemampuan intelijen yang ada di lingkungan
Angkatan Darat.
113

(2) Pangkostrad/Pangdam merencanakan pembinaan


kemampuan intelijen satuan Armed di bawah komandonya sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan pembinaan kemampuan


intelijen armed sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
dari Kasad.

(4) Dansat Armed :

(a) Merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan intelijen satuan
Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan intelijen satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan intelijen satuan
Armed.

2) Pembinaan Kemampuan Tempur. Pembinaan kemampuan tempur


satuan Armed bertujuan untuk mewujudkan kemampuan tempur Armed dalam
rangka kesiapan operasional satuan untuk melaksanakan operasi tempur pada
tingkat strategis maupun taktis sesuai jenis dan bentuk operasi pada berbagai
karakter wilayah tugas di seluruh Indonesia.

a) Proses. Proses pembinaan kemampuan tempur dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan pembinaan


kemampuan tempur sebagai kelanjutan hasil asistensi,
pengawasan, pengkajian dan evaluasi yang telah dilakukan
sebelumnya

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir personel yang akan melaksanakan


pembinaan kemampuan tempur untuk mewujudkan
kemampuan tempur armed dalam rangka kesiapan
operasional satuan.

(b) Memilih dan menentukan personel sesuai


kemampuan dan latar belakang pengalaman/penugasan.

(3) Pelaksanaan :
114

(a) Melaksanakan kegiatan penataan alutsista satuan


Armed dalam rangka memelihara dan meningkatkan
kesiapan dan kesiapsiagaan operasional serta kemampuan
tempur satuan Armed.

(b) Melaksanakan penelitian dan pengembangan serta


evaluasi yang terus-menerus terhadap materiil, personel
serta sistem dan metode yang berlaku di lingkungan
Armed.

(c) Melaksanakan kegiatan latihan program dan


nonprogram sesuai siklus latihan Armed secara bertahap,
bertingkat dan berlanjut guna memelihara dan
meningkatkan kemampuan tempur Armed, sebagai bagian
dari perkembangan hakikat ancaman yang akan dihadapi
oleh satuan Armed.

(d) Memberikan asistensi teknis dan pengawasan di


bidang latihankepada satuan Armed sebagai penjabaran
pelaksanaan fungsi pembina teknis kecabangan.

(e) Mengikutsertakan personel maupun satuan Armed


dalam kegiatan latihan yang bersifat latihan gabungan baik
di dalam maupun luar negeri.

(f) Mengirimkan personel maupun satuan Armed dalam


penugasan operasi di dalam dan di luar negeri.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung


terhadap efektivitas pembinaan kemampuan tempur melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan. Serta pengawasan secara tidak langsung
melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi
yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan kemampuan tempur di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan kemampuan tempur yang ada di lingkungan
Angkatan Darat.

(2) Pangkostrad/Pangdammerencanakan pembinaan


kemampuan tempur satuan Armed di bawah komandonya sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.
115

(3) Danpussenarmed merencanakan pembinaan kemampuan


tempur Armed sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
dari Kasad.

(4) Dansat Armed :

(a) Merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan tempur satuan
Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan tempur satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan tempur satuan
Armed.

3) Pembinaan Kemampuan Dukungan. Pembinaan kemampuan


dukungan diarahkan untuk menyiapkan personel dan satuan Armed dalam
kegiatan yang meliputi diplomasi militer, latihan bersama, penguasaan
teknologi, dan industri militer, manajemen,dan penyelenggaraan komando,
kendali, komunikasi, komputer, informasi, pengamatan dan pengintaian
(K4IPP).

a) Proses. Proses pembinaan kemampuan dukungan dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Merencanakan kegiatan pembinaan


kemampuan dukungan untuk meningkatkan kemampuan
dukungan dan sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.

(2) Pengorganisasian :

(a) Menyiapkan personel dan satuan Armed dalam


kegiatan yang meliputi diplomasi militer, latihan bersama
dan K4IPP.

(b) Memilih dan menentukan personel sesuai


kemampuan dan latar belakang pengalaman/penugasan.

(3) Pelaksanaan :

(a) Menyelenggarakan kegiatan dukungan bantuan


tembakan dalam rangka pembinaan kekuatan maupun
penggunaan kekuatan dengan mengerahkan sarana
bantem Armed dan sistem senjata yang dimiliki.
116

(b) Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi


personel Armed yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
serangan artileri dan bantuan tembakan.

(c) Menyelenggarakan dan meningkatkan kualitas


personel Armed yang berkaitan dengan kemampuan
dukungan penyelenggaraan K4IPP.

(d) Meningkatkan kemampuan personel dan alutsista


armed dengan melaksanakan diplomasi militer dan latihan
bersama secara terbatas.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung dan tidak langsung terhadap efektivitas pembinaan
kemampuan dukungan melalui kunjungan, pemeriksaan,
wawancara dan pengamatan terhadap data hasil kegiatan
pembinaan kemampuan dukungan di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan kemampuan dukungan yang ada di
lingkungan Angkatan Darat.
(2) Pangkostrad/Pangdam merencanakan pembinaan
kemampuan dukungan armed sesuai dengan keputusan dan
kebijakan umum dari Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan pembinaan kemampuan


dukungan Armed sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
dari Kasad.

(4) Dansat Armed :

(a) Merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan dukungan
satuan Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan dukungan satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan dukungan satuan
Armed.
117

4) Pembinaan Kemampuan Binter. Pembinaan kemampuan Binter satuan


non kowil satuan Armed bertujuan untuk mewujudkan kemanunggalan TNI-
Rakyat dalam rangka mendukung kesiapan operasional satuan Armed.

a) Proses. Proses pembinaan kemampuan Bintersatuan


nonkowildilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana pembinaan


kemampuan Binter satuan non kowil sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus
terhadap kemampuan teritorial satuan non kowil Armed.

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir personel yang akan melaksanakan


pembinaan kemampuan Binter untuk mewujudkan
kemanunggalan TNI-Rakyat.

(b) Memilih dan menentukan personel sesuai


kemampuan dan latar belakang pengalaman/penugasan.

(3) Pelaksanaan :

(a) Meningkatkan, memelihara dan memantapkan sikap


serta kepribadian sebagai prajurit TNI AD dengan
penghayatan dan pengamalan Sapta Marga, Sumpah
Prajurit dan 8 (Delapan) Wajib TNI dalam rangka
memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat yang dilakukan
melalui kegiatan olah raga bersama, gotong royong/karya
bakti, siskamling bersama, anjangsana/silaturahmi,
menghadiri undangan masyarakat dan melaksanakan
kegiatan keagamaan bersama masyarakat.

(b) Melaksanakan pembinaan kesadaran bernegara


dan bela negara, pembinaan wawasan kebangsaan dan
pembinaan potensi pertahanan di bidang SDA, SDB, dan
SDM serta sarana dan prasarana di lingkungan satuan non
komando kewilayahan sesuai kemampuan, situasi dan
kondisi wilayah serta lingkungan masyarakat masing-
masing yang telah dikoordinasikan dengan Satkowil
setempat.

(c) Melaksanakan kegiatan binter yang diselenggarakan


oleh satuan non kowil baik berupa kegiatan program
maupun nonprogram serta melaksanakan koordinasi
secara terus-menerus dengan Satkowil di wilayah dalam
setiap pelaksanaan binter.
118

(d) Membekali personel tentang kemampuan teritorial


satuan non kowil melalui pendidikan/kursus, latihan
maupun penugasan di bidang teritorial.

(e) Mengalokasikan mata pelajaran binter satuan non


kowil pada pendidikan pengembangan umum (dikbangum)
yang diselenggarakan di lembaga pendidikan Armed.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung maupun tidak langsung terhadap efektivitas pembinaan
kemampuan teritorial satuan non kowil berdasarkan data hasil
kegiatan pembinaan kemampuan teritorial satuan non kowil di
satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan kemampuan Binter yang ada di lingkungan
Angkatan Darat.

(2) Pangkostrad/Pangdam merencanakan pembinaan


kemampuan Bintersatuan non kowil satuan Armed di bawah
komandonya sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari
Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan pembinaan kemampuan


Bintersatuan non kowil Pussenarmed dan Pusdikarmed sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Dansat Armed :


(a) Merencanakan program dan anggaran yang
berkaitan dengan pembinaan kemampuan Binter satuan
non kowil satuan Armed.
(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan pembinaan kemampuan Binter satuan non kowil
satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan Binter satuan non
kowil satuan Armed.

d. Pembinaan Gelar Kekuatan. Pembinaan gelar kekuatan satuan Armed


berpedoman kepada pokok-pokok pembinaan gelar kekuatan TNI AD yang diarahkan
pada tersedianya satuan Armed. Kekuatannya ditentukan atas dasar pertimbangan
adanya keseimbangan yang proporsional antara satuan Armed dengan satuan yang
119

dibantu, kondisi geografi, kondisi demografi, kemungkinan ancaman, dan beban tugas
yang dihadapi. Pembinaannya ditujukan untuk menjamin tersedianya satuan Armed
yang tersusun dalam gelar kekuatan terpusat, kekuatan kewilayahan dan kekuatan
pendukung.

1) Kekuatan Terpusat. Pembinaan gelar terpusat diarahkan untuk


menjamin tersedianya kekuatan armed sebagai tembakan strategis dan
bantuan tembakan utama di darat yang disiapkan untuk mendukung operasi
strategis dan taktis yang dilaksanakan oleh Kostrad dalam menghadapi
ancaman diseluruh wilayah Indonesia.

a) Proses. Proses pembinaan gelar terpusat dilaksanakan melalui


pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan gelar terpusat sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap gelar satuan Armed.

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir satuan Armed yang disiapkan untuk


mendukung operasi strategis dan taktis.

(b) Meningkatkan penataan organisasi yang efektif dan


efisien guna pencapaian keberhasilan tugas.

(3) Pelaksanaan :

(a) Menggelar satuan Armed sebagai kekuatan terpusat


yang disusun, dilatih, dan dilengkapi untuk mendukung
satuan Kostrad sehingga mampu dikerahkan untuk
mengatasi ancaman di daerah yang tidak dapat diatasi
oleh kekuatan kewilayahan.

(b) Melaksanakan rencana pengembangan dan gelar


satuan Armed setiap 5 tahun di dalam Rencana Strategis
(Renstra) TNI AD.

(c) Menentukan bentuk organisasi satuan Armed


dengan mempertimbangkan faktor hakikat ancaman,
modernisasi dan kemampuan pendukung yang tersedia
guna mendukung pelaksanaan tugas pokoknya.

(d) Memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan,


pengembangan dan redislokasi satuan Armed sesuai
120

dengan tahapan yang telah disusun dengan mengacu


kepada kebijakan/program dari komando atas.

(e) Melaksanakan pendataan secara terus-menerus


terhadap kondisi satuan Armed yang baru dibentuk
maupun dikembangkan dan melaporkan kepada komando
atas.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan gelar terpusat melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara secara
langsung di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung
melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi
yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan gelar terpusat.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan gelar kekuatan terpusat yang ada di
lingkungan Angkatan Darat.

(2) Pangkostrad merencanakan pembinaan gelar kekuatan


terpusat satuan Armed dan melaksanakan kebijakan umum dari
Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan dan memberikan saran


teknis tentang pembinaan gelar kekuatan Armed sesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Dansat Armed :

(a) Memberikan saran berkaitan dengan pembinaan


gelar kekuatan satuan Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan satuan Armed.
2) Kekuatan Kewilayahan. Pembinaannya diarahkan pada pembinaan
gelar kekuatan satuan Armed dalam mendukung tugas-tugas satuan
kewilayahan secara mandiri.

a) Proses. Proses pembinaan gelar kewilayahan dilaksanakan


melalui pentahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.
121

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan gelar kewilayahan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap gelar satuan Armed.

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir satuan Armed yang disiapkan untuk


mendukung tugas-tugas satuan kewilayahan.

(b) Menjelaskan uraian tugas dalam mendukung tugas-


tugas satuan kewilayahan

(3) Pelaksanaan :

(a) Membentuk satuan Armed sebagai bagian dalam


mendukung kekuatan kewilayahan yang berada di setiap
Komando Daerah Militer (Kodam) sesuai Renstra TNI AD
untuk menghadapi ancaman di suatu daerah yang disusun
sesuai dengan pertimbangan prioritas, berdasarkan tingkat
kerawanan ancaman, geografis serta pertimbangan taktis
lainnya.

(b) Melaksanakan rencana pengembangan dan gelar


satuan Armed di dalam rencana strategis TNI AD.

(c) Menentukan bentuk organisasi satuan Armed


dengan mempertimbangkan faktor hakikat ancaman,
modernisasi dan kemampuan pendukung yang tersedia
guna mendukung pelaksanaan tugas pokok.

(d) Memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan,


pengembangan dan redislokasi satuan Armed sesuai
dengan tahapan yang telah disusun serta mengacu kepada
kebijakan/program dari komando atas.

(e) melaksanakan pendataan secara terus-menerus


terhadap kondisi satuan Armed yang baru dibentuk
maupun dikembangkan dan melaporkan kepada komando
atas.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan kegiatan


secara langsung terhadap efektivitas pembinaan gelar
kewilayahan melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik
dan wawancara secara langsung di wilayahnya, serta
pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan,
122

pencocokan, penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif


terhadap data hasil kegiatan pembinaan gelar kewilayahan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan gelar kekuatan kewilayahan yang ada di
lingkungan Angkatan Darat.

(2) Pangdam merencanakan pembinaan gelar kekuatan


kewilayahan satuan Armed dan melaksanakan kebijakan umum
dari Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan dan memberikan saran


teknis tentang pembinaan gelar kekuatan armedsesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Dansat Armed :

(a) Memberikan saran berkaitan dengan pembinaan


gelar kekuatan satuan Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan satuan Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan satuan Armed.

3) Kekuatan Pendukung. Pembinaannya diarahkan pada pembinaan


gelar kekuatan satuan pendukung armed meliputi Pussenarmed dan
Pusdikarmed.

a) Proses. Proses pembinaan gelar kekuatan pendukung


dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan gelarkekuatan pendukung sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap gelar Armed.

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir gelar kekuatan satuan pendukung


armed yang meliputi Pussenarmed dan Pusdikarmed.
123

(b) Menjelaskan uraian tugas dalam mendukung tugas-


tugas Pussenarmed dan Pusdikarmed.

(3) Pelaksanaan :

(a) Membentuk satuan Armed sebagai bagian kekuatan


pendukung TNI AD dalam struktur kekuatan berdasarkan
kepentingan tugas dan tersedianya kekuatan cadangan,
yang dapat digunakan untuk memperbesar atau
memelihara kekuatan, baik pada kekuatan terpusat
maupun kekuatan kewilayahan, yang terdiri atas
Pussenarmed dan Pusdikarmed.

(b) Melaksanakan rencana pengembangan dan gelar


satuan Armed di dalam rencana strategis TNI AD.

(c) Menentukan bentuk organisasi satuan Armed


dengan mempertimbangkan faktor hakikat ancaman,
modernisasi dan kemampuan pendukung yang tersedia
guna mendukung pelaksanaan tugas pokok.

(d) Memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan,


pengembangan, dan redislokasi satuan Armed sesuai
dengan tahapan yang telah disusun serta mengacu kepada
kebijakan/program dari komando atas dengan tujuan agar
semua kegiatan dalam tahapan ini tidak menyimpang dari
rencana semula.

(e) Melaksanakan pendataan secara terus-menerus


terhadap kondisi satuan Armed yang baru dibentuk
maupun dikembangkan dan melaporkan kepada komando
atas.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan gelar kekuatan
pendukung melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara secara langsung di satuan, serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan gelar satuan pendukung.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan gelar kekuatan pendukung yang ada di
lingkungan Angkatan Darat.
124

(2) Dankodiklatad merencanakan pembinaan gelar kekuatan


pendukung satuan Armed di bawah komandonya sesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan dan memberikan saran


teknis tentang pembinaan gelar kekuatan pendukung satuan
Armed sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari
Kasad.

(4) Danpusdikarmed :

(a) Memberikan saran berkaitan dengan pembinaan


gelar kekuatan pendukung satuan Armed.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan pendukung satuan
Armed.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan pendukung satuan
Armed.

e. Pembinaan Fungsi Artileri Medan.

1) Serangan Artileri.

a) Proses. Proses pembinaan fungsi serangan artileri


dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan

(1) Perencanaan:

(a) Merencanakan program kerja dan anggaran dalam


rangka mendukung terwujudnya fungsi serangan artileri.

(b) Merencanakan kegiatan asistensi dan pengawasan


pelaksanaan pembinaan fungsi serangan artileri.

(c) Merencanakan rancang bangun litbanghan materiil


dan alutsista dalam rangka mendukung fungsi serangan
artileri.

(2) Pengorganisasian:

(a) Mengorganisir satuan Armed dalam mendukung


fungsi serangan artileri.
125

(b) Menjelaskan uraian tugas dalam mendukung fungsi


serangan artileri.

(3) Pelaksanaan:

(a) Melaksanakan program kerja dan anggaran dalam


rangka mendukung terwujudnya fungsi serangan artileri.

(b) Melaksanakan kegiatan asistensi dan pengawasan


pelaksanaan pembinaan fungsi serangan artileri.

(4) Pengawasan. Melaksanakan evaluasi kegiatan


pembinaan fungsi serangan artileri.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentangpembinaan fungsi serangan artileri di lingkungan Angkatan
Darat.

(2) Dankodiklatad merencanakan pembinaan fungsi serangan


artileri sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan dan memberikan saran


teknis tentang pembinaan fungsi serangan artileri sesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Dansat Armed :

(a) Memberikan saran berkaitan dengan pembinaan


fungsi serangan artileri.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan fungsi serangan artileri.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan fungsi serangan artileri.

2) Bantuan Tembakan.

a) Proses. Proses pembinaan fungsi bantuan tembakan


dilaksanakan melalui pentahapan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan

(1) Perencanaan:
126

(a) Merencanakan program kerja dan anggaran dalam


rangka mendukung terwujudnya fungsi bantuan tembakan.

(b) Merencanakan kegiatan asistensi dan pengawasan


pelaksanaan pembinaan fungsi bantuan tembakan.

(c) Merencanakan rancang bangun litbanghan materiil


dan alutsista dalam rangka mendukung fungsi bantuan
tembakan.

(2) Pengorganisasian :

(a) Mengorganisir satuan Armed dalam mendukung


fungsi bantuan tembakan.

(b) Menjelaskan uraian tugas dalam mendukung fungsi


bantuan tembakan.

(3) Pelaksanaan :

(a) Melaksanakan program kerja dan anggaran dalam


rangka mendukung terwujudnya fungsi bantuan tembakan.

(b) Melaksanakan kegiatan asistensi dan pengawasan


pelaksanaan pembinaan fungsi bantuan tembakan.

(4) Pengawasan. Melaksanakan evaluasi kegiatan


pembinaan fungsi bantuan tembakan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan fungsi bantuan tembakan di lingkungan
Angkatan Darat.

(2) Dankodiklatad merencanakan pembinaan fungsi bantuan


tembakan sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarmed merencanakan dan memberikan saran


teknis tentang pembinaan fungsi bantuan tembakan sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Dansat Armed:


127

(a) Memberikan saran berkaitan dengan pembinaan


fungsi bantuan tembakan.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan fungsi bantuan tembakan.

(c) Melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan fungsi bantuan tembakan.

21. Penggunaan Armed.

a. Umum. Penggunaan Artileri Medan merupakan bagian integral dari


perwujudan tampilan TNI AD sebagai komponen kekuatan TNI dalam
penyelenggaraan pertahanan darat negara yang ditujukan untuk mencegah,
menangkal dan mengatasi ancaman atau gangguan di wilayah daratan yang
membahayakan kedaulatan bangsa, keutuhan wilayah Indonesia dan keselamatan
bangsa. Untuk menghadapi ancaman tersebut, Artileri Medan proyeksi
penggunaannya ditujukan kepada operasi militer untuk perang dalam bentuk operasi
tempur dan operasi intelijen sangat terbatas. Disisi lain guna menyikapi
perkembangan kondisi lingkungan strategis dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Artileri medan dapat diberi peran dalam operasi militer selain perang yang
implementasinya dalam bentuk operasi melawan pemberontakan bersenjata gerakan
separatis, operasi bantuan kemanusiaan, operasi bantuan kepada Polri dalam rangka
kamtibmas, operasi bantuan kepada pemerintah sipil dan operasi perdamaian dunia.

b. Penggunaan dalam Operasi Militer Untuk Perang. Artileri Medan dalam


operasi militer untuk perang dilibatkan sebagai unsur bantuan pertempuran pada
operasi militer yang dilaksanakan TNI AD guna mencegah , menangkal dan mengatasi
ancaman dari Luar Negeri dalam bentuk agresi mulai dari tahap operasi pencegahan,
penindakan, perlawanan wilayah, serangan balas sampai dengan pemulihan
keamanan. Dalam rangka operasi militer untuk perang ini, penggunaan Artileri
Medan adalah sebagai unsur bantuan tembakan utama di darat dalam mendukung
berbagai bentuk operasi baik operasi tempur maupun dalam operasi intelijen. Agar
penggunaan artileri medan dapat terlaksana secara optimal, maka ditentukan
sasaran dan penggunaannya sebagai berikut :

1) Sasaran. Tercapainya pelaksanaan peran dan tugas pokok Artileri


Medan secara optimal dalam operasi militer untuk perang sesuai dengan
kemampuan dan batas kemampuannya.

2) Penggunaan.

a) Operasi Tempur. Artileri Medan melaksanakan operasi tempur


yang bersifat operasi gabungan, operasi matra darat dan operasi
bantuan sebagai unsur bantuan tembakan utama didarat dan
mengkoordinasikan semua sarana bantuan tembakan yang terlibat.
128

(1) Operasi gabungan.

(a) Operasi Lintas Udara. Artileri Medan dalam


operasi lintas udara adalah bertugas untuk memperbesar
daya tembak satuan tugas lintas udara dalam rangka
mempertahankan Tumpuan Udara, mengembangkan
kekuatan di Tumpuan Udara, melindungi saat pelaksanaan
penggabungan dengan pasukan lain dan melindungi
pasukan dalam rangka mendapatkan tawanan atau
membebaskan pasukan sendiri serta mengkoordinasikan
seluruh sarana bantuan tembakan yang terlibat dalam
operasi.

(b) Operasi Pertahanan Pantai. Artileri Medan


dalam operasi pertahanan pantai adalah bertugas untuk
memperbesar daya tembak satuan tugas pertahanan
pantai dalam rangka menggagalkan, menghancurkan atau
menetralisir operasi amfibi musuh dan mencegah musuh
menggunakan pantai / fasilitas lainnya serta
mengkoordinasikan seluruh sarana bantuan tembakan
yang terlibat dalam operasi, baik dalam operasi pertahanan
pantai langsung maupun pertahanan pantai tak langsung.

(c) Operasi Amfibi. Artileri Medan dalam operasi


amfibi adalah bertugas untuk memberikan bantuan
tembakan kepada pasukan pendarat dalam rangka
membentuk Tumpuan Pantai atau dalam rangka serbuan
amfibi bila situasi dan kondisi memungkinkan untuk
melibatkan satuan Artileri Medan seawal mungkin dalam
pelaksanaan serbuan amfibi di Daerah Sasaran Amfibi
(DSA). Artileri Medan bertanggung jawab
menyelenggarakan koordinasi bantuan tembakan setelah
terjadi peralihan pertanggungjawaban bantuan tembakan
dari Pusat koordinasi senjata batuan (PKSB) unsur TNI AL.

(d) Operasi Darat Gabungan. Artileri Medan dalam


operasi darat gabungan adalah bertugas untuk
memberikan bantuan tembakan kepada satuan tugas darat
gabungan dalam rangka menghentikan, menghalau dan
menghancurkan musuh serta mempertahankan wilayah,
merebut wilayah dengan cara menghancurkan atau
menetralisir kekuatan darat musuh. Artileri Medan
bertanggung juga jawab untuk mengkoordinasikan seluruh
sarana bantuan tembakan yang terlibat dalam operasi.
129

(2) Operasi Matra Darat.

(a) Operasi Serangan. Artileri Medan dalam


serangan adalah bertugas untuk memberikan bantuan
tembakan kepada satuan manuver dengan cara
menghancurkan atau menetralisir sasaran yang
mengganggu pelaksanaan tugas pokok. Artileri Medan
digunakan dalam rangka mendukung gerak maju untuk
kontak, pengintaian paksa, serangan yang dikoordinasikan,
eksploitasi dan pengejaran. Artileri Medan bertanggung
jawab untuk menyelenggarakan koordinasi bantuan
tembakan terhadap seluruh sarana bantuan tembakan
yang terlibat dalam operasi serangan.

(b) Operasi Pertahanan. Artileri Medan dalam


pertahanan adalah bertugas untuk memberikan bantuan
tembakan kepada satuan manuver dalam rangka
mencegah musuh memasuki/ menduduki suatu daerah
tertentu dan menghancurkan di depan BDDT pada
pertahanan daerah atau di daerah killing ground yang
disiapkan pada pertahanan mobil. Artileri Medan
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan koordinasi
bantuan tembakan terhadap seluruh sarana bantuan
tembakan yang terlibat dalam operasi pertahanan.

(c) Operasi Pemindahan Ke belakang. Artileri Medan


dalam pemindahan ke belakang adalah bertugas untuk
memberikan bantuan tembakan untuk melindungi satuan
manuver saat melakukan pemindahan ke belakang. Dalam
operasi ini Artileri Medan dapat dimanfaatkan untuk
melindungi pemutusan pertempuran, pemunduran dan aksi
penghambatan. Artileri Medan bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan koordinasi bantuan tembakan terhadap
seluruh sarana bantuan tembakan yang terlibat dalam
operasi pemindahan ke belakang.

(d) Operasi Pergantian. Artileri Medan dalam operasi


pergantian adalah bertugas untuk memberikan
perlindungan kepada satuan manuver yang melaksanakan
pergantian. Artileri Medan dapat dimanfaatkan pada
operasi pergantian di tempat, operasi lintas ganti dan
operasi lepas libat melalui posisi belakang. Artileri Medan
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan koordinasi
bantuan tembakan terhadap seluruh sarana bantuan
tembakan yang terlibat dalam operasi pergantian.

(e) Operasi Dalam Kondisi Khusus. Artileri Medan


dalam operasi dalam kondisi khusus adalah bertugas untuk
130

memperbesar daya tembak satuan manuver dalam


melaksanakan operasi di daerah perkubuan, di daerah
bangunan, di daerah hutan rimba, di daerah pegunungan,
rawa dan sungai serta pada waktu malam hari. Artileri
Medan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan
koordinasi bantuan tembakan terhadap seluruh sarana
bantuan tembakan yang terlibat dalam operasi tersebut.

(f) Operasi Mobud. Artileri Medan dalam operasi


mobil udara adalah bertugas untuk melindungi satuan
manuver pada pelaksanaan pendaratan baik pada daerah
yang jauh maupun dekat dengan sasaran. Artileri Medan
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan koordinasi
bantuan tembakan terhadap seluruh sarana bantuan
tembakan yang terlibat dalam operasi tersebut.

(g) Operasi Gerilya. Artileri Medan dalam operasi


gerilya adalah bertugas untuk memperbesar daya tembak
satuan gerilya sendiri. Artileri Medan disusun sampai
dengan satuan – satuan kecil dan disesuaikan dengan
komposisi satuan yang dibantu.

(3) Operasi Bantuan.


(a) Operasi Bantuan Penembakan. Artileri Medan dapat
digunakan pada operasi bantuan penembakan langsung
maupun tidak langsung kepada satuan TNI lainnya.

(b) Operasi Bantuan Perlindungan. Artileri Medan


dapat digunakan pada operasi bantuan perlindungan
dengan cara memberikan bantuan tembakan untuk
mengamankan tujuan dan sasaran operasi satuan lainnya.

b) Operasi Intelijen. Satuan Artileri Medan pada operasi intelijen


dapat memberikan bantuan kepada satuan tugas intelijen berupa
dukungan informasi tentang cuaca, medan dan musuh khususnya
tentang jumlah, jenis, kaliber dan kedudukan sarana bantuan tembakan
musuh yang didapat dengan menggunakan organisasi, taktik dan alat
perlengkapan Artileri Medan.

c. Penggunaan dalam Operasi Militer Selain Perang. Merupakan kegiatan


penggunaan kekuatan Artileri Medan sebagai integral dari penggunaan kekuatan TNI
AD beserta kekuatan pertahanan bangsa lainnya yang dilibatkan dalam melaksanakan
operasi militer selain perang yang terdiri dari operasi melawan pemberontakan
bersenjata gerakan separatis, bantuan kepada Polri dalam rangka Kamtibmas,
bantuan kepada pemerintahan sipil, bantuan kemanusiaan dan operasi perdamaian
dunia.
131

1) Sasaran. Terwujudnya pelaksanaan penggunaan Artileri Medan


dalam operasi militer selain perang secara optimal sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki satuan-satuan Artileri Medan dan dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka tugas TNI AD.

2) Penggunaan.

a) Operasi melawan pemberontakan bersenjata gerakan separtis.


Macam operasi tempur yang dapat dilaksanakan adalah sebagaimana
pelaksanaan operasi tempur dalam rangka operasi militer untuk perang.
Namun demikian dihadapkan kepada kemungkinan ancaman serta
keterbatasan taktik dan teknik yang dimiliki oleh Artileri Medan sehingga
dalam rangka menghadapi pemberontakan bersenjata ini operasi tempur
yang dapat didukung oleh Artileri Medan pada pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :

(1) Operasi Gabungan.

(1) Operasi Lintas Udara.


(2) Operasi Darat Gabungan.
(3) Operasi Amfibi

(2) Operasi Matra Darat.

(a) Operasi Serangan.


(b) Operasi Mobud.
(c) Operasi dalam kondisi khusus.
(d) Operasi Lawan Gerilya. Artileri Medan dalam
operasi lawan gerilya adalah bertugas untuk memperbesar
daya tembak satuan manuver. Artileri medan dimanfaatkan
pada tahap penggiringan / lokalisir dan pada saat
penghancuran. Dalam mendukung operasi ini diutamakan
satuan artileri yang memiliki mobilitas yang cukup tinggi.
Artileri Medan bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan koordinasi bantuan tembakan terhadap
seluruh sarana bantuan tembakan yang terlibat dalam
operasi tersebut.

b) Operasi Bantuan Kemanusiaan (Civic Mission). Operasi


bantuan diberikan kepada pemerintah dan masyarakat sesuai dengan
kebijakan Panglima TNI AD.

c) Operasi Bantuan kepada Polri. Operasi bantuan kepada Polri


dilaksanakan sesuai dengan permintaan dalam rangka menegakkan
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Pada pelaksanaannya
disesuaikan dengan kebijakan Panglima TNI.
132

d) Operasi Bantuan Kepada Pemerintahan sipil. Merupakan


operasi bantuan kepada pemerintah sipil dalam rangka merealisasi atau
percepatan pembangunan yang telah diprogramkan oleh pemerintah.
Pada pelaksanaannya disesuaikan dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Panglima TNI.

e) Operasi Perdamaian Dunia. Artileri Medan bila diperlukan


dengan menggunakan alut sista dapat dilibatkan dalam Operasi
perdamaian sebagai salah satu pasukan yang bertugas untuk
pemeliharaan/ penegakkan perdamaian sesuai dengan mandat PBB dan
kebijakan luar negeri Indonesia.

22. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Pembinaan Armed diarahkan untuk mendukung tugas pokok TNI


AD agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Untuk menjamin kelancaran
penyelenggaraan pembinaanarmed, perlu diatur ketentuan tentang tataran
kewenangan dan tanggung jawab atas penyelenggaraan pembinaanarmedagar dapat
diperoleh hasil yang optimal. Tataran kewenangan tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan hierarki yang berlaku di lingkungan TNI AD mulai dari tingkat pusat, kotama
sampai dengan tingkat satuan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat. Kasad :

1) Menentukan kebijakan dan strategi penyelenggaraan pembinaanarmed


sesuai dengan peran, tugas, fungsi dan asas pembinaan Armed.

2) Menentukan kebijakan pembinaan armed yang diwujudkan melalui


pembinaan kekuatan, pembinaan kemampuan,pembinaan gelar dan
pembinaan fungsi.

3) Dalam pelaksanaannya bertanggung jawab kepada Panglima TNI.

c.. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama. Pangkostrad/


Dankodiklatad/Pangdam :

1) Merencanakan dan melaksanakan program pembinaan satuan Armed di


bawah komandonya sesuai kebijakan TNI AD.

2) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi


penyelenggaraan pembinaan satuan Armed di bawah komandonya.

3) Bertanggung jawab kepada Kasad dalam pelaksanaannya.


133

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Puscab. Danpussenarmed selaku


LKT :

1) Menyusun rencana dan merumuskan program penyelenggaraan


pembinaan armed yang disesuaikan dengan peran, tugas, fungsi dan asas
pembinaan ArmedTNI AD.

2) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan teknis kecabangan


Armedserta pembinaan administrasi fungsi Armed.

3) Menyelenggarakan pembinaan Armed melalui pembinaan kekuatan,


kemampuan,gelar kekuatan dan pembinaan fungsi.

4) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pembinaan Armed.

5) Bertanggung jawab kepada Kasad dalam pelaksanaannya.

e. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan.

1) Danpusdikarmed.

a) Melaksanakan pembinaan lembaga pendidikan Armed.

b) Mengendalikan, mengawasi, mengevaluasi, dan melaporkan


kesiapan satuan pendidikan Armed.

c) Melaksanakan pembinaan kemampuan fungsi armeddi


lingkungan pendidikan.

d) Bertanggung jawab kepada Danpussenarmed dalam


pelaksanaannya.

2) Dansat Armed.

a) Melaksanakan pembinaan satuan Armed di jajarannya.

b) Mengendalikan, mengawasi, mengevaluasi dan melaporkan


kesiapan satuan Armed di jajarannya.

c) Melaksanakan pembinaan kemampuan fungsi Armed di


jajarannya.

d) Bertanggung jawab kepada Pangkotama dalam pelaksanaannya.


134

BAB V
ARTILERI PERTAHANAN UDARA

23. Umum. Artileri Pertahanan Udara merupakan salah satu kecabangan TNI AD
dan sebagai kekuatan yang menjalankan fungsi tembakan darat ke udara dan fungsi
perlindungan udara dalam rangka menghancurkan, meniadakan, atau mengurangi daya
guna dan hasil guna segala bentuk ancaman udara dalam pertempuran.

24. Ketentuan Pembinaan Arhanud.

a. Umum. Pembinaan Arhanud merupakan penjabaran kebijakan pembinaan


TNI AD. Penyelenggaraan pembinaan Arhanud memerlukan ketentuan-ketentuan
pembinaan sebagai pedoman dalam pembangunan kekuatan, kemampuan, dan gelar
kekuatan Arhanud. Ketentuan pembinaan Arhanud meliputi peran, tugas, fungsi, dan
asas Arhanud.

b. Peran. Arhanud berperan sebagai satuan bantuan tempur dengan


menyelenggarakan pertahanan udara untuk menghancurkan, meniadakan, atau
mengurangi dampak segala bentuk ancaman udara dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI AD.

c. Tugas.

1) Tugas Pokok. Arhanud menyelenggarakan pembinaan dan


melaksanakan pertahanan udara dengan tembakan darat ke udara dan
perlindungan udara untuk menghancurkan, meniadakan atau mengurangi
dampak segala bentuk ancaman udara dalam rangka mendukung tugas pokok
TNI AD.

2) Tugas-Tugas.

a) Melaksanakan pembinaan kekuatan, pembinaan kemampuan,


pembinaan gelar kekuatan dan pembinaan fungsi Arhanud.

b) Melaksanakan pertahanan udara dengan memberikan tembakan


darat ke udara untuk menghancurkan, meniadakan atau mengurangi
dampak segala bentuk ancaman udara yang menggunakan wahana
udara.

c) Melaksanakan pertahanan udara dengan memberikan


perlindungan udara kepada objek vital nasional dan objek rawan satuan
yang dibantu.
135

d) Menembak secara langsung sasaran darat/laut selama


keunggulan udara di pihak sendiri dan tidak mengganggu pelaksanaan
tugas pokok.

e) Menjadi supervisi penyelenggaraan pertahanan udara pasif yang


dilaksanakan oleh Dansat manuver maupun Dansatkowil.

d. Fungsi. Arhanud menjalankan fungsi tembakan darat ke udara dan


perlindungan udara dengan menggunakan kemampuan pencarian dan penemuan,
pengenalan, penjejakan, dan penghancuran segala bentuk ancaman udara.

e. Asas. Dalam melaksanakan tugasnya, Arhanud memedomani asas-asas


sebagai berikut :

1) Tujuan. Pembinaan Arhanud harus berpegang teguh kepada tujuan


yang ditetapkan.
2) Kesatuan Komando. Penyelenggaraan pembinaan Arhanud harus
dalam satu kesatuan komando yang terpadu, guna menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran pembinaan Arhanud yang sudah ditetapkan.
3) Keselarasan. Pola pembinaan yang dilaksanakan oleh Arhanud harus
sesuai dengan visi TNI AD yaitu profesional dan modern.
4) Kesinambungan. Pola pembinaan Arhanud dilaksanakan secara
berjenjang dan berkesinambungan meliputi pembinaan jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
5) Akselerasi. Pembinaan harus dapat mempercepat pembangunan dan
pengembangan postur Arhanud yang sesuai dengan postur TNI AD.
6) Saling Bersinergi. Pembinaan yang dilakukan harus mampu
membangun kerja sama antar Alutsista Arhanud, antar kecabangan TNI AD,
dan antar matra.
7) Dinamis. Pembinaan yang dilaksanakan harus mudah menyesuaikan
dengan berbagai perkembangan situasi dan kondisi yang memengaruhi tugas
pokok.
8) Keterpaduan. Pembinaan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh
unsur yang terkait.
9) Keamanan. Pembinaan yang dilaksanakan harus tetap memperhatikan
faktor keamanan untuk menghindari kerugian baik personel, materiil, informasi
maupun kegiatan.
10) Aktual. Sistem pembinaan harus selalu diperbaharui menyesuaikan
dengan perkembangan lingkungan strategis yang semakin kompleks saat ini
serta ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
136

11) Faktual. Pembinaan harus menyesuaikan dengan hakikat ancaman dan


tantangan yang sedang dan akan dihadapi.

25. Pokok-pokok Pembinaan Arhanud.

a. Umum. Pembinaan Arhanud dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan dan


menyeluruh terhadap seluruh aspek pembinaan. Pembinaan tersebut dilaksanakan
agar satuan Arhanud dapat mendukung pencapaian tugas pokok TNI AD. Pokok-
pokok pembinaan yang ditetapkan guna menjamin keberhasilan pembinaan Arhanud
meliputi tujuan, sasaran, subjek, objek, metode, sarana dan prasarana serta pedoman
pembinaan Arhanud.

b. Tujuan dan Sasaran.

1) Tujuan. Mewujudkan postur Arhanud yang profesional dan modern,


guna meningkatkan kesiapsiagaan operasional Arhanud sebagai alat
pertahanan di darat dalam rangka mendukung pencapaian tugas pokok TNI
AD.
2) Sasaran :

a) Terpenuhinya kekuatan satuan Arhanud yang mampu melindungi


wilayah udara sesuai dengan tuntutan tugas.

b) Terwujudnya kemampuan satuan Arhanud yang handal dan


profesional untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.

c) Terwujudnya gelar kekuatan satuan Arhanud yang dapat


memenuhi kebutuhan tugas satuan jajaran TNI AD di seluruh wilayah
NKRI.

d) Terwujudnya fungsi satuan Arhanud dalam melaksanakan fungsi


tembakan dari darat ke udara dan perlindungan udara.

c. Subjek, Objek, Metode, Sarana dan Prasarana.

1) Subjek.

a) Kasad.
b) Pangkostrad.
c) Dankodiklatad.
d) Pangdam.
e) Danpussenarhanud.
f) Dansat Arhanud (Danpusdikarhanud, Danmenarhanud, Dandohar
Sista Arhanud, Danyonarhanud, dan Dandenarhanud).

2) Objek. Satuan Arhanud.


137

3) Metode.

a) Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan dilaksanakan


melalui metode sebagai berikut :

(1) Pembinaan organisasi dilaksanakan melalui studi banding,


penelitian, uji teori, uji coba lapangan, pengkajian, evaluasi dan
pengembangan.

(2) Pembinaan personel dilaksanakan melalui penyediaan,


pendidikan, penggunaan, perawatan, penyaluran, dan pemisahan
personel Arhanud.

(3) Pembinaan materiil dilaksanakan melalui penentuan


kebutuhan, pengadaan, penggudangan, pendistribusian, pemeli-
haraan (satuan pemeliharaan yang dimiliki) dan penghapusan
serta peningkatan mutu materiil kecabangan Arhanu.

(4) Pembinaan fasilitas dilaksanakan melalui pembangunan,


pemeliharaan dan rehabilitasi.

(5) Pembinaan pendidikan dilaksanakan melalui pembinaan


sistem pendidikan, komponen pendidikan dan penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan siklus pembinaan pendidikan.

(6) Pembinaan latihan dilaksanakan melalui sistem pembinaan


latihan yang berkelanjutan mulai dari pemrograman latihan,
penyelenggaraan latihan, asistensi, pengawasan, dan
pengendalian latihan serta pembinaan sarana dan prasarana
latihan sesuai siklus pembinaan latihan.

(7) Pembinaan doktrin dilaksanakan melalui pengumpulan


data, riset, pencatatan, uji teori, uji simulasi, uji lapangan, refleksi,
dan pemikiran berkualitas yang holistik, integral serta
komprehensif.

b) Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan dilaksanakan


melalui metode sebagai berikut :

(1) Pembinaan kemampuan intelijen dilaksanakan.


(a) Pembinaan kemampuan intelijen (penyelidikan dan
pengamanan) melalui pendidikan dasar dan
pendidikan lanjutan intelijen serta penataran intelijen
sesuai kebutuhan.
138

(b) Pembinaan kemampuan intelijen udara secara


terbatas (mengamati kekuatan dan kemampuan
udara musuh) melalui pendidikan dasar dan lanjutan
Arhanud, latihan perorangan dan satuan, penataran
sesuai kebutuhan serta penugasan.
(2) Pembinaan kemampuan tempur dilaksanakan melalui
latihan perorangan sampai dengan latihan satuan sesuai
Proglatsi, latihan antar kecabangan, latihan gabungan dan
penugasan baik di dalam maupun di luar negeri.
(3) Pembinaan kemampuan dukungan dilaksanakan melalui
pendidikan dan penugasan luar negeri, latihan bersama, pelatihan
teknis Alutsista serta pelatihan sistem K4IPP; dan
(4) Pembinaan kemampuan binter dilaksanakan melalui
pembekalan materi pembinaan teritorial di Pusdikarhanud,
pendidikan teritorial di Pusdikter dan penataran pembinaan
teritorial di satuan.

c) Pembinaan Gelar Kekuatan. Pembinaan gelar kekuatan Arhanud


melalui metode sebagai berikut:

(1) Pembinaan gelar kekuatan terpusat dilaksanakan melalui


pengkajian, pengembangan, pembentukan dan penataan satuan
Arhanud Kostrad;

(2) Pembinaan gelar kekuatan kewilayahan dilaksanakan


melalui pengkajian, pengembangan, pembentukan dan penataan
satuan Arhanud di seluruh Kodam; dan
(3) Pembinaan gelar kekuatan pendukung dilaksanakan
melalui pengkajian, pengembangan, pembentukan dan penataan
satuan di lingkungan Pussenarhanud.
d) Pembinaan Fungsi Arhanud. Pembinaan fungsi tembakan darat
ke udara dan perlindungan udara dilaksanakan melalui metode latihan,
asistensi, pengawasan dan pengendalian kegiatan.

4) Sarana dan Prasarana.

1) Sarana.

a) Peranti keras.
(1) Alutsista.
(2) Kendaraan taktis.
(3) Sarana angkut.
139

b) Peranti lunak.
(1) Doktrin.
(2) Petunjuk.
(3) Pedoman.
(4) Prosedur tetap.

2) Prasarana.

a) Fasilitas pendidikan.
b) Fasilitas latihan.
c) Fasilitas pemeliharaan.
d) Pangkalan/markas.

d. Pedoman Pembinaan Artileri Pertahanan Udara.

1) Pembinaan Kekuatan.
2) Pembinaan Kemampuan.
3) Pembinaan Gelar Kekuatan.
4) Pembinaan Fungsi Arhanud.

26. Pembinaan Arhanud.

a. Umum. Pembinaan Arhanud dilaksanakan dalam rangka mewujudkan


kesiapan operasional satuan Arhanud yang optimal agar mampu menjalankan tugas
pokok secara optimal. Pembinaan Arhanud ini selaras dengan pokok-pokok kebijakan
pembinaan di lingkungan TNI AD yang meliputi pembinaan kekuatan, pembinaan
kemampuan, pembinaan gelar kekuatan dan pembinaan fungsi Arhanud.

b. Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan Arhanud diarahkan untuk


mewujudkan satuan Arhanud yang mampu melaksanakan fungsi Arhanud melalui
pembinaan organisasi, personel, materiil, fasilitas, pendidikan, latihan dan doktrin
dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

1) Pembinaan Organisasi. Pembinaan organisasi Arhanud diarahkan


untuk menyusun, memelihara, dan meningkatkan validitas serta kesiapan
operasional organisasi sehingga dapat mewujudkan organisasi yang mampu
dan siap mengemban tugas-tugas, mudah diorganisasi dan fleksibel, mudah
dikonsentrasi-kan dan dikerahkan sesuai kebutuhan operasional di lapangan
serta mampu bersinergi dengan kecabangan lainnya.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan


organisasi sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi dan
penelitian secara terus-menerus terhadap organisasi Arhanud serta
140

pengkajian terhadap perlunya pembentukan/perubahan organisasi


Arhanud.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel yang akan


melaksanakan pembinaan organisasi serta menentukan tugas
dan tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Melaksanakan penyusunan naskah akademik untuk


memberikan penjelasan dan pemahaman tentang latar
belakang pemikiran perlunya dilaksanakan pembentukan/
perubahan orgas satuan.

(b) Melaksanakan penyusunan naskah organisasi dan


tugas serta naskah mekanisme hubungan kerja dengan
cara.

i. Melaksanakan penelitian organisasi untuk


menentukan kebutuhan dan validitas organisasi
sebagai awal dalam penentuan pembentukan
maupun validasi organisasi.

ii. Pada pembentukan organisasi baru perlu


ditentukan tujuan, tugas pokok organisasi, dan
kegiatan yang perlu dilaksanakan, mengelompokkan
kegiatan dalam fungsi, menentukan unit-unit kerja,
menyusun personel dalam bentuk TOP/DSPP,
materiil, doktrin, penetapan prosedur kerja dan
metode kerja serta penentuan tugas, tanggung
jawab, dan wewenang yang jelas.

iii. Perubahan organisasi dilaksanakan pada


organisasi Arhanud yang telah terbentuk, meliputi:

i) Reorganisasi. Reorganisasi
digunakan untuk menyusun kembali
organisasi setelah terjadi perubahan, dapat
bersifat menyeluruh dan mendasar atau
dapat pula bersifat sebagian atau unsur-
unsurnya, dengan menggunakan pen-
dekatan struktural, pendekatan teknologi, dan
pendekatan manusiawi.

ii) Validasi organisasi. Validasi


digunakan untuk lebih memaksimalkan
keberhasilan pencapaian tujuan terhadap
141

organisasi yang sudah operasional dan


dipandang kurang efektif.
Validasi dilakukan bersifat tidak menyeluruh,
namun hanya beberapa bagian tertentu
melalui kegiatan revitalisasi, refungsionalisasi
dan restrukturisasi.

iii) Pembekuan organisasi. Pembekuan


organisasi digunakan terhadap organisasi
yang dinilai tidak efisien/efektif lagi, namun
dapat difungsikan kembali bila dibutuhkan.
Pembekuan organisasi dilakukan apabila
secara operasional kegiatan organisasi
tertentu dihentikan, namun struktur organisasi
dan prosedur kerja masih tetap ada dalam
bentuk kerangka. Organisasi dapat diaktifkan
kembali dengan mengisi personel sesuai
TOP/DSPP dan bekerja sesuai dengan
prosedur kerja yang telah disempurna-kan
kembali sesuai tuntutan tugas.

iv) Likuidasi organisasi. Likuidasi


organisasi digunakan terhadap organisasi
yang tidak layak lagi untuk dipertahankan,
sehingga perlu dibubarkan. Likuidasi
organisasi dilaksanakan dengan cara
pembentukan organisasi baru yang
merupakan pemisahan atau penggabungan
dari organisasi-organisasi yang telah
dilikuidasi ataupun dapat membentuk
organisasi yang lebih kecil, efektif dan efisien.
Personel, materiil dan perlengkapan lain hasil
likuidasi yang belum tertampung dapat
didayagunakan pada organisasi yang lain.

(c) Melaksanakan kegiatan pengujian dengan


mekanisme UT I di tingkat Pussenarhanud, UT II di tingkat
Kodiklatad dan UT III di tingkat Mabesad;

(d) Melaksanakan kegiatan penerbitan naskah yang


meliputi pencetakan, pengambilan, dan pengarsipan serta
pendistribusian naskah ke seluruh satuan jajaran TNI AD;
dan

(e) Melaksanakan pengkajian dan evaluasi orgas


satuan yang telah diuji coba selama tiga tahun, untuk
disempurnakan dan selanjutnya disahkan serta berlaku
142

selama lima tahun dan/atau adanya perubahan kebijakan


Pimpinan TNI AD.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung dan tidak langsung terhadap efektivitas organisasi
satuan Arhanud melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan,
wawancara, pencatatan, pencocokan dan penelitian terhadap
data hasil kegiatan pembinaan organisasi di satuan.

b) Prosedur.
(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum
tentang pembinaan organisasi TNI AD.

(2) Pangkostrad merencanakan pembinaan organisasi satuan


Arhanud di bawah komandonya sesuai dengan keputusan dan
kebijakan umum Kasad.

(3) Dankodiklatad merencanakan penyelenggaraan


pembinaan organisasi satuan-satuan jajaran TNI AD sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Pangdam merencanakan pembinaan organisasi satuan


Arhanud di bawah komandonya sesuai dengan keputusan dan
kebijakan umum Kasad.

(5) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan organisasi


Arhanud sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(6) Dansat Arhanud.


(a) Melaksanakan program dan anggaran yang
berkaitan dengan pembinaan organisasi satuan Arhanud.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan organisasi satuan Arhanud; dan

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkem-bangan serta permasalahan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembinaan organisasi satuan
Arhanud.

2) Pembinaan Personel. Pembinaan personel Arhanud diarahkan untuk


memenuhi kebutuhan kekuatan personel Arhanud secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai TOP/DSPP organisasi secara bertahap sesuai skala prioritas
serta memelihara dan meningkatkan profesionalitas personel Arhanud yang
memiliki disiplin tinggi, taat dan menjunjung tinggi hukum, paham akan jati
dirinya sebagai Tentara Pejuang, Tentara Rakyat, Tentara Nasional, dan
143

Tentara Profesional, serta memiliki wawasan kebangsaan sehingga selalu


dicintai rakyat.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan personel sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi yang telah dilakukan secara terus-
menerus serta pengkajian yang mendalam dan akurat.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel yang akan


melaksanakan pembinaan personel serta menentukan tugas dan
tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Melaksanakan pembinaan tenaga manusia melalui


pengisian, pengajuan kebutuhan, pembinaan dan
perawatan personel sesuai TOP/DSPP Arhanud dalam
rangka pemeliharaan dan pengembangan kekuatan satuan
guna tercapainya sasaran pembinaan personel TNI AD.

(b) Melaksanakan pembinaan penyediaan tenaga


melalui promosi/sosialisasi tentang kecabangan Arhanud di
Lemdikpus dan Lemdikrah TNI AD, penentuan minat, bakat
dan kompetensi prajurit Arhanud sebagai kriteria
penentuan kecabangan.

(c) Melaksanakan pembinaan pendidikan melalui peng-


usulan personel, seleksi dan sidang penentuan kelulusan
seleksi pendidikan serta menyiapkan persyaratan
administrasi bagi personel yang akan mengikuti
pendidikan.

(d) Melaksanakan pembinaan penggunaan personel


melalui pengajuan usulan dan pelaksanaan sidang usulan
kenaikan pangkat di satuan serta inventarisasi data,
perencanaan pengisian dan mutasi jabatan.

(e) Melaksanakan pembinaan perawatan personel


melalui pemberian rawatan kedinasan dan purnadinas
kepada personel Arhanud dan keluarganya.

(f) Melaksanakan penyaluran personel Arhanud yang


akan mengakhiri dinas keprajuritannya dalam rangka
menjalani alih status dan alih profesi di luar lingkungan
kemiliteran dengan mempertimbangkan bakat,
keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya.
144

(g) Melaksanakan pemisahan personel Arhanud secara


konsisten dan tepat waktu berdasarkan ketentuan yang
berlaku dengan tetap memelihara kekuatan personel, baik
secara kualitas maupun kuantitas.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan langsung


terhadap efektivitas pembinaan personel melalui kunjungan,
inspeksi/ pemeriksaan, uji petik dan wawancara di satuan, serta
pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan,
pencocokan, penelitian, dan evaluasi yang bersifat administratif
terhadap data hasil kegiatan pembinaan personel di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan personel TNI AD.

(2) Pangkostrad/Dankodiklatad/Pangdam merencanakan


pembi-naan personel satuan Arhanud yang berada di bawah
komandonya sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan personel


Arhanud sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan personel satuan Arhanud.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan personel satuan Arhanud.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan personel satuan Arhanud.

3) Pembinaan Materiil. Pembinaan materiil Arhanud diarahkan untuk


menyiapkan materiil dalam rangka meningkatkan kesiapan operasional satuan
Arhanud dan memberikan dukungan logistik secara optimal guna mendukung
pelaksanaan tugas satuan Arhanud.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana pembinaan materiil


sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi secara terus-
menerus serta pengkajian terhadap materiil Arhanud.
145

(2) Pengorganisasian. Mengorganisasi personel yang akan


melaksanakan pembinaan materiil serta menentukan tugas dan
tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Menentukan kebutuhan materiil melalui penelitian


dan pengembangan dalam bentuk pengkajian terhadap
seluruh materiil Arhanud, saran kebutuhan materiil sesuai
TOP/DSPP satuan Arhanud.

(b) Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan


materiil sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi,
penelitian dan pengembangan secara terus menerus serta
pengkajian terhadap materiil Arhanud.

(c) Menentukan dan menyarankan spesifikasi teknis


materiil dan Alutsista yang dibutuhkan satuan Arhanud
dalam pelaksanaan proses pengadaan materiil dan
Alutsista Arhanud.

(d) Membantu, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan


pendistribusian materiil dan Alutsista Arhanud ke satuan-
satuan Arhanud.

(e) Melaksanakan pemeliharaan materiil melalui


harcegah, perbaikan, modifikasi, uji fungsi, pembangunan
kembali, dan melaksanakan asistensi teknis dengan
pembina materiil TNI AD dalam kegiatan pemeliharaan
Alutsista Arhanud yang diatur sebagai berikut.

i. Tingkat O dan I dilaksanakan di satuan.


ii. Tingkat II dilaksanakan di Dohar Sista
Arhanud.
iii. Tingkat III dilaksanakan di instalasi
pemeliharaan daerah/areal service; dan
iv. Tingkat IV dilaksanakan di instalasi
pemeliharaan pusat bekerjasama dengan produsen.

(f) Melaksanakan pemeriksaan tertib administrasi dan


kesiapan operasional materiil Arhanud; dan

(g) Melaksanakan koordinasi dengan Pembina fungsi


pemeliharaan dalam rangka kegiatan pemeliharaan dan
penghapusan materiil yang berada dalam kondisi rusak
berat, rusak ringan, habis masa pakai, hilang dan/atau
146

susut, musnah, terjadi keadaan paksa (force majeur) dan


terkena peraturan khusus.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan langsung


terhadap efektivitas pembinaan materiil melalui kunjungan,
inspeksi/ pemeriksaan, uji petik, dan wawancara di satuan, serta
pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan,
pencocokan, penelitian, dan evaluasi yang bersifat administratif
terhadap data hasil kegiatan pembinaan materiil di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan materiil TNI AD.

(2) Pangkostrad/Dankodiklatad/Pangdam merencanakan


pembi-naan materiil satuan Arhanud di bawah komandonya
sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan materiil


Arhanud sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan materiil satuan Arhanud.
(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan pembinaan materiil satuan Arhanud.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan materiil satuan Arhanud.

4) Pembinaan Fasilitas. Pembinaan fasilitas diarahkan untuk


menyediakan, memelihara dan merawat fasilitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang ada di satuan Arhanud guna mewujudkan kesiapan operasional
satuan, dengan kegiatan yang meliputi:

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan pembinaan


fasilitas sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi dan
pemeriksaan secara terus-menerus serta pengkajian terhadap
fasilitas Arhanud.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel yang akan


melaksanakan pembinaan fasilitas serta menentukan tugas dan
tanggung jawabnya.
147

(3) Pelaksanaan.

(a) Mengusahakan ketersediaan fasilitas bangunan dan


prasarananya guna memenuhi kebutuhan organisasi
melalui kegiatan pengadaan jasa konstruksi militer atau
swakelola dengan cara paling ekonomis sesuai peraturan
yang berlaku;

(b) Melaksanakan kegiatan pemeliharaan terhadap


ketertiban, kerapian, kebersihan, dan keamanan fasilitas
bangunan dan prasarana lainnya yang dipertanggung-
jawabkan.

(c) Melaksanakan perawatan dan perbaikan terhadap


fasilitas yang mengalami kerusakan sehingga dapat
berfungsi sebagaimana mestinya sesuai kemampuan
masing-masing satuan.

(d) Melaksanakan inventarisasi dokumen penghapusan


fasilitas bangunan dan prasarana yang sudah tidak
memenuhi persyaratan teknis berdasarkan ketentuan yang
berlaku.

(e) Membuat saran kepada komando atas tentang


perlunya kegiatan rehabilitasi, renovasi dan pembangunan
fasilitas-fasilitas bagi satuan Arhanud.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan langsung


terhadap efektivitas pembinaan fasilitas melalui kunjungan, inspeksi/
pemeriksaan, uji petik dan wawancara di satuan, serta pengawasan
secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan fasilitas di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan fasilitas TNI AD.

(2) Pangkostrad/Dankodiklatad/Pangdam merencanakan


pembinaan fasilitas satuan Arhanud di bawah komandonya sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan fasilitas


Arhanud sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.


148

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan fasilitas satuan Arhanud.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan fasilitas satuan Arhanud.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkem-bangan serta permasalahan yang berkaitan
dengan pelak-sanaan pembinaan fasilitas satuan Arhanud.

5) Pembinaan Pendidikan. Pembinaan pendidikan diarahkan untuk


mewujudkan sistem pendidikan, komponen pendidikan, dan penyelenggaraan
pendidikan dalam rangka membentuk dan mengembangkan kualitas sumber
daya prajurit Arhanud yang profesional dengan kegiatan meliputi :

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan pembinaan


pendidikan dengan melibatkan seluruh fungsi yang terkait guna
mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel dalam


organisasi yang akan melaksanakan pembinaan pendidikan serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Menata pola dan struktur pendidikan, stratifikasi


pendidikan, pengkajian dan pengembangan pendidikan,
serta revisi kurikulum pendidikan Arhanud sebagai
kerangka dasar pembinaan pendidikan untuk
mengakomodir perkembangan doktrin, Organisasi, dan
Alutsista Arhanud.

(b) Meningkatkan kualitas 10 komponen pendidikan,


sehingga operasional pendidikan dapat berjalan lancar
dalam rangka membentuk dan mengembangkan peserta
didik agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Pembinaan komponen pendidikan meliputi kurikulum, paket
instruksi, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, metode
pengajaran, Alins/Alongins, evaluasi pendidikan, fasilitas
pendidikan, peserta didik, serta anggaran.

(c) Menyelenggarakan pendidikan secara berkelanjutan


untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan
peserta didik dengan melaksanakan perbaikan dan
penyempurnaan administrasi pendidikan, operasional
149

pendidikan, pengendalian dan pengawasan pendidikan,


evaluasi pendidikan, serta pembinaan fasilitas pendidikan.

(d) Melaksanakan pengkajian secara sistematik dan


mendalam.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan pendidikan melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara di
Pusdikarhanud, serta pengawasan secara tidak langsung melalui
kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi yang
bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan
pendidikan di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan pendidikan TNI AD.

(2) Dankodiklatad merencanakan pembinaan pendidikan


satuan jajaran TNI Angkatan Darat sesuai dengan keputusan dan
kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan pendidikan


Arhanud sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Danpusdikarhanud Pussenarhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan pendidikan Arhanud.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan pendidikan Arhanud; dan

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan pendidikan Arhanud.

6) Pembinaan Latihan. Pembinaan latihan diarahkan untuk mewujudkan


kesiapan dan kesiapsiagaan operasional, serta profesionalitas dalam
melaksanakan tugas pokok, dengan kegiatan yang meliputi :

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana pembinaan latihan


dalam rangka pembinaan kekuatan dan penggunaan kekuatan
sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi, pengkajian dan uji
150

coba secara terus-menerus terhadap latihan di satuan Arhanud


yang disusun berdasarkan prosedur top down dan/atau bottom up.

(2) Pengorganisasian. Menyusun personel dan satuan dalam


organisasi yang akan melaksanakan penyelenggaraan latihan
sebagai penyelenggara dan pelaku latihan serta menentukan
tugas dan tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Menyelenggarakan dan melaksanakan latihan


dalam rangka pembinaan kekuatan berorientasi pada
pencapaian standar kemampuan personel dan satuan
Arhanud yang pelaksanaannya didasarkan pada siklus
latihan dan program latihan standardisasi yang berlaku di
satuan Arhanud, dimulai dari latihan perorangan, latihan
satuan, latihan antar kecabangan TNI AD sampai dengan
latihan antar Matra.

(b) Menyelenggarakan dan melaksanakan latihan


dalam rangka penggunaan kekuatan yang ditujukan
kepada satuan Arhanud yang siap melaksanakan tugas
serta latihan kesiapsiagaan satuan untuk menghadapi
kontinjensi dan tugas-tugas.

(c) Melaksanakan latihan bersama dengan satuan


Angkatan Darat negara sahabat dengan tujuan untuk
meningkatkan persahabatan antara TNI AD dengan
Angkatan Darat negara sahabat yang berimplikasi pada
peningkatan profesionalisme prajurit dan satuan Arhanud.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan latihan melalui
kunjungan, inspeksi/ pemeriksaan, uji petik dan wawancara di
satuan Arhanud, serta pengawasan secara tidak langsung melalui
kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi yang
bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan
latihan di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan latihan TNI AD.

(2) Pangkostrad/Dankodiklatad/Pangdam merencanakan


pembi-naan latihan satuan Arhanud di bawah komandonya sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.
151

(3) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan latihan


Arhanud sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan latihan satuan Arhanud.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan latihan satuan Arhanud.

(c) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkem-bangan serta permasalahan yang berkaitan
dengan pelak-sanaan pembinaan latihan satuan Arhanud.

7) Pembinaan Doktrin. Pembinaan doktrin diarahkan untuk mewujudkan


kesamaan pemahaman dan tindakan, validitas, kualitas, kuantitas,
standardisasi, dan tersedianya semua doktrin yang digunakan sebagai
pedoman dalam pembinaan kekuatan Arhanud.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana pembinaan doktrin


sebagai kelanjutan hasil riset dan pencatatan secara terus-
menerus terhadap doktrin Arhanud.

(2) Pengorganisasian. Menyusun personel yang akan


melaksanakan pembinaan doktrin serta menentukan tugas dan
tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Melaksanakan pengumpulan data dan pencatatan


dengan menghimpun umpan balik tentang doktrin dari
jajaran satuan Arhanud sebagai penggunan.

(b) Melaksanakan penyusunan/revisi doktrin dan peranti


lunak berupa pedoman serta protap-protap yang terkait
dengan pengamanan, operasi, latihan, bencana maupun
pedoman dan protap-protap lainnya sesuai kebutuhan.

(c) Merumuskan konsep naskah doktrin yang akan


disusun serta melaksanakan pengujian terhadap naskah
sesuai pentahapan yang berlaku.
152

(d) Melaksanakan penerbitan/penggandaan dan


pendistri-busian terhadap doktrin baik yang berupa doktrin,
petunjuk maupun protap satuan dengan ketentuan.

i. Kodiklatad untuk jukgar.


ii. Pussenarhanud untuk jukin, juknis, doktrin
lapangan, dan pedoman.
iii. Satuan Arhanud untuk protap-protap satuan
yang dibutuhkan.

(e) Melaksanakan sosialisasi doktrin yang telah disusun


atau direvisi.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan doktrin melalui
pemeriksaan dan wawancara di satuan, serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan dan evaluasi yang
bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan
doktrin di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan doktrin TNI AD.

(2) Pangkostrad merencanakan pembinaan doktrin Arhanud


satuan Arhanud di bawah komandonya sesuai dengan keputusan
dan kebijakan umum Kasad.

(3) Dankodiklatad merencanakan dan melaksanakan


pembinaan doktrin kecabangan/fungsi jajaran TNI AD sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Pangdam merencanakan pembinaan doktrin Arhanud


satuan Arhanud di bawah komandonya sesuai dengan keputusan
dan kebijakan umum Kasad.

(5) Danpussenarhanud merencanakan dan melaksanakan


program dan anggaran pembinaan doktrin Arhanud sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(6) Dansat Arhanud.

(a) Melaksanakan doktrin Arhanud di satuan.

(b) Melaksanakan evaluasi dan memberikan umpan


balik terhadap doktrin Arhanud.
153

c. Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan Arhanud diarahkan untuk


menciptakan daya tangkal dan menanggulangi setiap tantangan serta tuntutan tugas
yang diberikan melalui pembinaan kemampuan intelijen, tempur, dukungan dan
pembinaan teritorial dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

1) Pembinaan Kemampuan Intelijen. Pembinaan kemampuan intelijen


diarahkan untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan penyelidikan dan
pengamanan.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan pembinaan


kemampuan intelijen dan kemampuan intelijen udara secara
terbatas sebagai kelanjutan hasil pengamatan dan pengintaian
udara yang dilaksanakan dalam suatu operasi pertahanan udara.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel yang akan


melaksanakan pembinaan kemampuan intelijen serta menentukan
tugas dan tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Melaksanakan pembinaan kemampuan intelijen bagi


personel Arhanud melalui pendidikan dasar dan pendidikan
lanjutan intelijen di Lemdik Intel TNI AD maupun TNI, serta
penataran intelijen di daerah.

(b) Meningkatkan kemampuan intelijen udara secara


terbatas melalui pembinaan kemampuan pengamatan dan
pengintaian udara secara visual dan menggunakan radar.

(c) Melaksanakan pembinaan intelijen guna mengetahui


kemampuan dan kekuatan udara lawan untuk memberikan
keterangan sebagai bahan pertimbangan ke komando atas
dalam penyelenggaraan perlindungan udara.

(d) Melaksanakan pembinaan kemampuan pengintaian/


observasi udara bagi pos kawal udara.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan kemampuan
pengintaian/observasi udara secara langsung, serta pengawasan
secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan dan evaluasi
yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan yang
dilaksanakan.
154

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan kemampuan intelijen TNI AD.

(2) Pangkostrad/Dankodiklatad/Pangdam merencanakan


pembinaan kemampuan intelijen satuan Arhanud di bawah
komandonya sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan kemampuan


intelijen Arhanud sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
Kasad.

(4) Dansat Arhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan intelijen satuan
Arhanud.

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan intelijen satuan Arhanud.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkem-bangan serta permasalahan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembinaan kemampuan intelijen
satuan Arhanud.

2) Pembinaan Kemampuan Tempur. Pembinaan kemampuan tempur


satuan Arhanud diarahkan untuk mewujudkan kesiapan operasional satuan
dalam melaksanakan operasi tempur pada tingkat strategis, operasional
maupun taktis sesuai jenis dan bentuk operasi pada berbagai karakter wilayah
tugas di seluruh Indonesia.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan pembinaan


kemampuan tempur sebagai kelanjutan hasil asistensi,
pengawasan, pengkajian, dan evaluasi yang telah dilakukan
sebelumnya.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel dalam


organisasi satuan yang akan melaksanakan pembinaan
kemampuan tempur serta menentukan tugas dan tanggung
jawabnya.
155

(3) Pelaksanaan.

(a) Melaksanakan kegiatan penataan alutsista satuan


Arhanud dalam rangka memelihara dan meningkatkan
kesiapan dan kesiapsiagaan operasional serta kemampuan
tempur satuan Arhanud.

(b) Melaksanakan penelitian dan pengembangan serta


evaluasi yang terus-menerus terhadap materiil, personel,
serta sistem dan metode yang berlaku di lingkungan
Arhanud.

(c) Melaksanakan kegiatan latihan program dan


nonprogram sesuai siklus latihan Arhanud secara bertahap,
bertingkat, dan berlanjut guna memelihara dan
meningkatkan kemampuan tempur Arhanud, sebagai
bagian dari perkembangan hakikat ancaman yang akan
dihadapi oleh satuan Arhanud.

(d) Memberikan asistensi teknis dan pengawasan di


bidang latihan kepada satuan Arhanud sebagai penjabaran
pelaksanaan fungsi pembina teknis kecabangan.

(e) Mengikutsertakan personel maupun satuan Arhanud


dalam kegiatan latihan yang bersifat latihan antar
kecabangan, latihan gabungan baik di dalam maupun luar
negeri.

(f) Mengirimkan personel maupun satuan Arhanud


dalam penugasan operasi di dalam dan di luar negeri.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan kemampuan tempur
melalui aswaslat dan pemeriksaan, pengkajian, dan wawancara di
satuan, serta pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan
pencatatan dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan kemampuan tempur TNI AD.

(2) Pangkostrad/Dankodiklatad/Pangdam merencanakan


pembinaan kemampuan tempur satuan Arhanud di bawah
komandonya sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
Kasad.
156

(3) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan


kemampuan tempur Arhanud sesuai dengan keputusan dan
kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan tempur satuan
Arhanud;

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan tempur satuan Arhanud.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan tempur satuan
Arhanud.

3) Pembinaan Kemampuan Dukungan. Pembinaan kemampuan


dukungan diarahkan untuk menyiapkan personel dan satuan Arhanud dalam
kegiatan yang meliputi diplomasi militer, penguasaan teknologi dan industri
militer, manajemen dan penyelenggaraan K4IPP.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun kegiatan pembinaan


kemampuan dukungan agar dapat dipedomani dalam
pelaksanaannya.

(2) Pengorganisasian. Menentukan personel yang akan


melaksanakan pembinaan kemampuan dukungan sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan tugas.

(3) Pelaksanaan.

(a) Meningkatkan kemampuan personel dan satuan


Arhanud melalui keikutsertaan dalam pendidikan dan
penugasan luar negeri, pelatihan teknis Alutsista,
kunjungan dan latihan bersama dalam mendukung
diplomasi militer.

(b) Meningkatkan kemampuan personel melalui


pendidikan dan pelatihan teknis operasional Alutsista di
luar negeri untuk dapat menguasai teknologi Alutsista yang
157

digunakan dalam memberikan dukungan penguasaan


teknologi.

(c) Meningkatkan kemampuan personel melalui


pendidikan dan penugasan untuk menguasai prosedur dan
mekanisme organisasi secara benar dalam memberikan
dukungan manajemen pengorganisasian.

(d) Meningkatkan penguasaan personel terhadap


sistem kodal TNI AD melalui pendidikan, pelatihan dan
pemberian saran karakteristik teknis kebutuhan sistem
K4IPP Arhanud kepada pembina kecabangan
perhubungan.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung dan tidak langsung terhadap efektivitas pembinaan
kemampuan dukungan melalui kunjungan, pemeriksaan,
wawancara dan pengamatan terhadap data hasil kegiatan
pembinaan kemampuan dukungan di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan kemampuan dukungan TNI AD.

(2) Pangkostrad/Dankodiklatad/Pangdam merencanakan


pembinaan kemampuan dukungan Arhanud sesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan


kemampuan dukungan Arhanud sesuai dengan keputusan dan
kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan dukungan
satuan Arhanud.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan dukungan satuan
Arhanud.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
158

pelaksanaan pembinaan kemampuan dukungan satuan


Arhanud.

4) Pembinaan Kemampuan Pembinaan Teritorial (Binter). Pembinaan


kemampuan binter satuan Arhanud diarahkan untuk mewujudkan kemampuan
Binter yang handal sebagai satuan nonkowil.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana pembinaan teritorial


satuan nonkowil sebagai kelanjutan hasil evaluasi kegiatan binter
yang telah dilaksanakan.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel yang akan


melaksanakan pembinaan teritorial satuan nonkowil serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Memelihara, meningkatkan, dan memantapkan


sikap serta kepribadian sebagai prajurit TNI AD dengan
penghayatan dan pengamalan Sapta Marga, Sumpah
Prajurit, dan 8 (Delapan) Wajib TNI dalam rangka
memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat.

(b) Melaksanakan pembinaan kesadaran bela negara


dan pembinaan wawasan kebangsaan sesuai kemampuan,
situasi, dan kondisi wilayah di lingkungan masyarakat.

(c) Melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial satuan


nonkowil baik berupa kegiatan program maupun non
program serta melaksanakan koordinasi secara terus
menerus dengan satuan kowil.

(d) Membekali personel tentang kemampuan


pembinaan teritorial melalui pendidikan/kursus, latihan
maupun penugasan di bidang teritorial.

(e) Memberikan materi pelajaran pembinaan teritorial


pada kurikulum pendidikan pengembangan umum yang
diseleng-garakan di Pusdikarhanud.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung dan tidak langsung terhadap efektivitas pembinaan
kemampuan pembinaan teritorial melalui pemeriksaan, uji petik,
pencatatan dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap hasil
kegiatan pembinaan teritorial satuan nonkowil.
159

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan kemampuan binter TNI AD.

(2) Pangkostrad/Dankodiklatad/Pangdam merencanakan


pembinaan kemampuan binter satuan Arhanud sebagai satuan
nonkowil sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan


kemampuan pembinaan teritorial di Pussenarhanud,
Pusdikarhanud dan Dohar Sista Arhanud sebagai satuan nonkowil
sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan teritorial satuan Arhanud
sebagai satuan nonkowil.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan teritorial satuan Arhanud.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan teritorial satuan Arhanud.

d. Pembinaan Gelar Kekuatan. Pembinaan gelar kekuatan Arhanud diarahkan


untuk mewujudkan efek tangkal dan tersedianya kekuatan penangkal awal terhadap
setiap hakikat ancaman yang diprediksi di wilayah NKRI serta meningkatkan
kesiapsiagaan operasional satuan Arhanud. Pembinaan gelar kekuatan Arhanud ini
diproyeksikan untuk mendukung kekuatan terpusat maupun kewilayahan, dihadapkan
dengan kondisi geografi, kondisi demografi, kemungkinan ancaman, dan beban tugas
yang dihadapi.

1) Kekuatan Terpusat. Pembinaan gelar kekuatan terpusat diarahkan


untuk menjamin tersedianya kekuatan satuan Arhanud yang disiapkan untuk
mendukung operasi taktis dan strategis yang dilaksanakan oleh Kostrad dalam
menghadapi ancaman udara di seluruh wilayah udara nasional.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan pembinaan


gelar kekuatan terpusat sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus menerus serta
pengkajian terhadap gelar satuan Arhanud.
160

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel yang akan


melaksanakan pembinaan gelar kekuatan terpusat serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Menggelar satuan Arhanud sebagai kekuatan


terpusat yang disusun, dilatih dan dilengkapi untuk
mendukung tugas-tugas satuan Kostrad.

(b) Melaksanakan rencana pengembangan dan gelar


satuan Arhanud setiap 5 tahun di dalam Rencana Strategis
(Renstra) TNI AD.

(c) Menentukan bentuk organisasi satuan Arhanud


dengan mempertimbangkan faktor hakikat ancaman,
modernisasi, dan kemampuan pendukung yang tersedia
guna mendukung pelaksanaan tugas pokok.

(d) Memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan,


pengembangan dan redislokasi satuan Arhanud sesuai
dengan tahapan yang telah disusun dengan mengacu
kepada kebijakan/program dari komando atas.

(e) Melaksanakan pendataan dan evaluasi secara terus


menerus terhadap kondisi satuan Arhanud yang baru
dibentuk maupun dikembangkan dan melaporkan kepada
komando atas.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan gelar terpusat melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan wawancara di
satuan, serta pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan
pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi yang bersifat
administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan gelar
terpusat.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan gelar kekuatan terpusat TNI AD.

(2) Pangkostrad merencanakan pembinaan gelar kekuatan


satuan Arhanud di bawah komandonya dan melaksanakan
kebijakan umum Kasad.
161

(3) Danpussenarhanud merencanakan dan memberikan saran


pembinaan gelar kekuatan terpusat Arhanud sesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan gelar kekuatan terpusat
satuan Arhanud.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan terpusat satuan
Arhanud.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan terpusat satuan
Arhanud.

2) Kekuatan Kewilayahan. Pembinaan gelar kekuatan kewilayahan


diarahkan pada pembinaan gelar kekuatan satuan Arhanud dalam mendukung
tugas-tugas satuan kewilayahan secara mandiri.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan gelar kekuatan kewilayahan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap gelar satuan Arhanud.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel yang akan


melaksanakan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Membentuk satuan Arhanud sebagai kekuatan


kewilayahan yang berada di setiap Komando Daerah Militer
(Kodam) sesuai Renstra TNI AD untuk menghadapi
ancaman di suatu daerah yang disusun sesuai dengan
pertimbangan skala prioritas, berdasarkan aspek taktis,
tingkat kerawanan, ancaman dan kondisi geografis.

(b) Melaksanakan rencana pengembangan dan gelar


satuan Arhanud di dalam rencana strategis TNI AD setiap 5
tahun dengan berpedoman pada Essential Force (EF) TNI
AD.
162

(c) Menentukan bentuk organisasi satuan Arhanud


dengan mempertimbangkan faktor hakikat ancaman,
modernisasi, dan kemampuan pendukung yang tersedia
guna mendukung pelaksanaan tugas pokok.

(d) Memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan,


pengembangan, dan redislokasi satuan Arhanud sesuai
dengan tahapan yang telah disusun serta mengacu kepada
kebijakan/program dari komando atas.

(e) Melaksanakan pendataan dan evaluasi secara terus


menerus terhadap kondisi satuan Arhanud yang baru
dibentuk maupun dikembangkan dan melaporkan kepada
komando atas.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan kegiatan


secara langsung terhadap efektivitas pembinaan gelar
kewilayahan melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik
dan wawancara di wilayahnya, serta pengawasan secara tidak
langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian
dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil
kegiatan pembinaan gelar kewilayahan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan gelar kekuatan kewilayahan TNI AD.

(2) Pangdam merencanakan pembinaan gelar kekuatan


kewilayahan satuan Arhanud di bawah komandonya sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan pembinaan gelar


kekuatan kewilayahan satuan Arhanud sesuai dengan keputusan
dan kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan
satuan Arhanud.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan satuan
Arhanud; dan
163

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan
satuan Arhanud.

3) Kekuatan Pendukung. Pembinaan gelar kekuatan pendukung


diarahkan pada Pussenarhanud, Pusdikarhanud, dan Dohar Sista Arhanud
yang disiapkan sebagai kekuatan pendukung untuk membantu kekuatan
terpusat dan kekuatan kewilayahan.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan gelar kekuatan pendukung sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/ observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap gelar Arhanud.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel yang akan


melaksanakan pembinaan gelar kekuatan pendukung serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Menyiapkan Pussenarhanud, Pusdikarhanud, dan


Dohar Sista Arhanud yang dapat digunakan untuk
memelihara dan memperbesar kekuatan, baik pada
kekuatan terpusat maupun kekuatan kewilayahan.

(b) Melaksanakan rencana pengembangan dan gelar


kekuatan pendukung satuan Arhanud di dalam Rencana
Strategis TNI AD setiap 5 tahun dengan berpedoman pada
Essential Force (EF) TNI AD.

(c) Menentukan bentuk organisasi kekuatan pendukung


satuan Arhanud dengan mempertimbangkan faktor
modernisasi dan kemampuan pendukung yang tersedia.

(d) Memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan dan


pengembangan kekuatan pendukung satuan Arhanud
sesuai dengan tahapan dan kebijakan/program dari
komando atas.

(e) Melaksanakan pendataan dan evaluasi secara


terus-menerus terhadap kondisi kekuatan pendukung
satuan Arhanud yang baru dibentuk maupun
dikembangkan dan melaporkan kepada komando atas.
164

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan gelar kekuatan
pendukung melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik dan
wawancara di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung
melalui kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian dan evaluasi
yang bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan
pembinaan gelar satuan pendukung.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan gelar kekuatan pendukung TNI AD.

(2) Dankodiklatad merencanakan pembinaan gelar kekuatan


pendukung satuan Arhanud di bawah komandonya sesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan dan melaksanakan


pembinaan gelar kekuatan pendukung satuan Arhanud sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Danpusdikarhanud dan Dandohar Sista Arhanud.

(a) Melaksanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan gelar kekuatan pendukung
satuan Arhanud.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan pendukung satuan
Arhanud.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan pendukung satuan
Arhanud.

e. Pembinaan Fungsi Arhanud. Pembinaan Fungsi Arhanud diarahkan untuk


menghancurkan, meniadakan, atau mengurangi dampak dari segala bentuk ancaman
udara dalam pertempuran.

1) Pembinaan Fungsi Tembakan dari Darat ke Udara. Pembinaan


fungsi tembakan dari darat ke udara diarahkan untuk memperoleh kesiapan
operasional satuan Arhanud dalam melaksanakan tembakan guna
menghancurkan segala bentuk ancaman udara musuh.
165

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan program kerja dan


anggaran serta merencanakan kegiatan asistensi dan
pengawasan pelaksanaan fungsi tembakan darat ke udara pada
bidang organisasi, personel, materiil, pangkalan, latihan dan
doktrin.
(2) Pengorganisasian. Mengorganisir satuan Arhanud yang
akan melaksanakan fungsi tembakan darat ke udara serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya.
(3) Pelaksanaan.

(a) Melaksanakan program kerja dan anggaran bidang


organisasi, personel, materiil, pangkalan, latihan, dan
doktrin yang mendukung terwujudnya fungsi tembakan
darat ke udara.

(b) Melaksanakan kegiatan asistensi dan pengendalian


pelaksanaan pembinaan fungsi tembakan darat ke udara
yang meliputi bidang organisasi, personel, materiil,
pangkalan, latihan, dan doktrin.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas fungsi tembakan darat ke udara
melalui asistensi dan pemeriksaan, pengkajian dan wawancara di
satuan, serta pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan
pencatatan dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan di satuan.

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan fungsi tembakan dari darat ke udara Arhanud
TNI AD.

(2) Dankodiklatad merencanakan pembinaan fungsi tembakan


dari darat ke udara sesuai dengan keputusan dan kebijakan
umum Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan dan memberikan saran


teknis tentang pembinaan fungsi tembakan dari darat ke udara
sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.


166

(a) Memberikan saran berkaitan dengan pembinaan


fungsi tembakan darat ke udara.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan fungsi tembakan darat ke udara.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan fungsi tembakan darat ke udara.

2) Pembinaan Fungsi Perlindungan Udara. Pembinaan fungsi


perlindungan udara diarahkan untuk memberikan perlindungan udara kepada
objek vital nasional dan objek rawan guna mendukung tercapainya
pelaksanaan tugas pokok.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan program kerja dan


anggaran serta merencanakan kegiatan asistensi dan
pengawasan pelaksanaan fungsi perlindungan udara pada
bidang organisasi, personel, materiil, pangkalan, latihan, dan
doktrin.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir satuan Arhanud yang


akan melaksanakan fungsi perlindungan udara serta menentukan
tugas dan tanggung jawabnya.

(3) Pelaksanaan.

(a) Melaksanakan program kerja dan anggaran bidang


organisasi, personel, materiil, pangkalan, latihan, dan
doktrin yang mendukung terwujudnya fungsi perlindungan
udara.

(b) Melaksanakan kegiatan asistensi dan pengendalian


pelaksanaan fungsi perlindungan udara yang meliputi
bidang organisasi, personel, materiil, pangkalan, latihan,
dan doktrin.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan fungsi perlindungan
udara melalui asistensi dan pemeriksaan, pengkajian dan
wawancara di satuan serta pengawasan secara tidak langsung
melalui kegiatan pencatatan dan evaluasi yang bersifat
administratif terhadap data hasil kegiatan di satuan.
167

b) Prosedur.

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan fungsi perlindungan udara Arhanud TNI AD.

(2) Dankodiklatad merencanakan pembinaan fungsi


perlindungan udara sesuai dengan keputusan dan kebijakan
umum Kasad.

(3) Danpussenarhanud merencanakan dan memberikan saran


teknis tentang pembinaan fungsi perlindungan udara sesuai
dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(4) Dansat Arhanud.

(a) Memberikan saran berkaitan dengan pembinaan


fungsi perlindungan udara.

(b) Melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan fungsi perlindungan udara.

(c) Melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan serta permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan fungsi perlindungan udara.

27. Penggunaan Arhanud.

a. Umum. Pada dasarnya Arhanud TNI AD dapat digunakan dalam berbagai


spektrum operasi dalam rangka OMP dan OMSP. Namun karena kemampuan dan
batas kemampuan yang dimilikinya, maka penggunaan satuan Arhanud perlu
disesuaikan sehingga tugas pokoknya dapat dilaksanakan berhasil guna dan berdaya
guna.

b. Prinsip-prinsip penggunaan.

1) Daya Tangkal. Penggunaan kekuatan Arhanud TNI AD untuk


memberikan daya tangkal terhadap negara ataupun pihak lain yang bermaksud
melanggar wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
mengancam pertahanan negara yang menggunakan wahana udara.

2) Keamanan dan Keselamatan Titik Rawan/Objek Vital. Penggunaan


kekuatan Arhanud dapat menjamin keamanan dan keselamatan titik
rawan/objek vital yang menjadi tanggungjawabnya dari kemungkinan ancaman
serangan udara musuh.
3) Kehandalan Komunikasi. Penggunaan kekuatan Arhanud memerlukan
kecepatan dan ketepatan sehingga diperlukan adanya alat komunikasi yang
168

handal dari dan ke Kohanudnas/Kosek Hanudnas, satuan yang dibantu dan


satuan pelaksana.

4) Keamanan Tinggi. Penggunaan kekuatan Arhanud dalam operasi


pertahanan udara sangat rawan dari gangguan Pernika sehingga memerlukan
kerahasiaan yang tinggi.

5) Kesatuan Komando. Penggunaan kekuatan Arhanud memerlukan


kesatuan komando karena dapat menjamin kesatuan usaha dan tindakan guna
menghindari adanya duplikasi perintah.

6) Perencanaan Terpadu. Penggunaan kekuatan Arhanud memerlukan


perencanaan operasi yang terpadu dengan perencanaan operasi satuan induk
maupun satuan lain yang dibantu agar diperoleh satu langkah dan tindakan
untuk memperoleh daya guna dan hasil guna yang optimal.

7) Proporsional. Penggunaan kekuatan Arhanud secara proporsional dan


tidak berlebihan sehingga pelaksanaan tugas dapat dilakukan secara efektif
dan efisien.

8) Skala Prioritas. Penggunaan kekuatan Arhanud diprioritaskan untuk


melindungi titik rawan/objek yang bernilai taktis maupun strategis sesuai
kemampuan dan batas kemampuan yang dimiliki.

9) Terkoordinasi. Penggunaan kekuatan Arhanud memerlukan koordinasi


yang ketat dan melekat baik kepada satuan atas, samping maupun satuan
bawah agar kegiatan lebih efektif dan efisien.

10) Macam dan Jenis Operasi.

a) Macam dan Jenis Operasi pada OMP. Macam dan jenis


operasi pada OMP yang dapat dilakukan oleh Arhanud TNI AD meliputi :
(1) Operasi gabungan (Opsgab). Opsgab diawali dengan
pembentukan Komando gabungan (Kogab). Keterlibatan Satuan
Arhanud sebagai bagian dari Kogab dapat dilaksanakan secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggelar Alut Sista
guna melindungi Obvit dari ancaman serangan udara musuh.
Keterlibatan Satuan Arhanud dalam Opsgab secara tidak
langsung dilaksanakan pada operasi laut gabungan dan operasi
Amfibi, sedangkan keterlibatan Satuan Arhanud dalam Opsgab
secara langsung sebagai berikut :

(a) Operasi Lintas Udara.


(b) Operasi Pertahanan Udara
(c) Operasi Pertahanan Pantai.
(d) Operasi Darat Gabungan.
169

(e) Operasi Pendaratan Administrasi.


(2) Operasi Matra Darat. Satuan Arhanud sebagai unsur dari
komponen TNI AD dapat dilibatkan dalam operasi matra darat
yaitu:

(a) Operasi Tempur (Operasi Serangan, Operasi


Pertahanan, Operasi Pemindahan Ke Belakang, Operasi
Pergantian, Operasi Dalam Kondisi Khusus, Operasi
Gerilya Dan Operasi Lawan Insurjensi).

(b) Operasi Teritorial.

(3) Operasi Bantuan. Satuan Arhanud dapat memberikan


bantuan kepada unsur TNI lainnya. Jenis operasi bantuan yang
dapat dilaksanakan yaitus:

(a) Operasi Bantuan Intelijen.

(b) Operasi Bantuan Perlindungan.

(c) Operasi Bantuan Teritorial.

b) Macam dan Jenis Operasi pada OMSP. Pada OMSP yang


bersifat tempur maupun non tempur dapat dilaksanakan beberapa
macam dan jenis operasi sebagai berikut :

(1) OMSP yang bersifat tempur. Satuan Arhanud dapat


diberikan tugas OMSP yang bersifat tempur sebagai berikut :

(a) Operasi militer dalam rangka mengatasi gerakan


separatis bersenjata.

(b) Operasi militer dalam rangka mengatasi


pemberontakan bersenjata.

(c) Operasi militer dalam rangka mengatasi aksi


terorisme.

(d) Operasi militer dalam rangka mengamankan wilayah


perbatasan.

(e) Operasi militer dalam rangka mengamankan objek


vital nasional yang bersifat strategis.

(f) Operasi militer dalam rangka melaksanakan tugas


per-damaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar
negeri.
170

(g) Operasi militer dalam rangka mengamankan


Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.

(h) Operasi militer dalam rangka mengamankan tamu


Negara setingkat Kepala Negara dan Perwakilan Asing
yang sedang berada di Indonesia.

(2) OMSP yang bersifat non tempur. Satuan Arhanud dapat


diberikan tugas OMSP yang bersifat non tempur sebagai berikut :

(a) Operasi dalam rangka pemberdayaan wilayah


pertahanan dan kekuatan pendukung.

(b) Operasi dalam rangka membantu tugas pemerintah


daerah.

(c) Operasi membantu Kepolisian Negara RI dalam


rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur dalam undang-undang.

(d) Operasi membantu menanggulangi akibat bencana


alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan.

(e) Operasi membantu pencarian dan pertolongan


dalam kece-lakaan (Search and Rescue).

c. Syarat-Syarat dan Sifat pengerahan Arhanud.

1) Syarat-Syarat Pengerahan Satuan Arhanud.

a) Telah diperoleh kepastian adanya ancaman udara nyata, baik dari


pihak musuh (dari luar negeri) maupun lawan (dari dalam negeri).

b) Terpenuhinya dukungan logistik selama pelaksanaan operasi.

c) Telah melaksanakan latihan satuan sampai dengan Uji Siap


Tempur tingkat Baterai.

d) Kesiapan operasional personel dan materiil untuk melaksanakan


tugas operasi.

2) Sifat Pengerahan Satuan Arhanud.

a) Bersifat Strategis. Pengerahan Satuan Arhanud dapat


memengaruhi penyelenggaraan keseluruhan operasi yang dilaksanakan.
171

b) Bersifat Taktis. Pengerahan Satuan Arhanud dalam suatu operasi


dipengaruhi oleh cuaca, medan, dan musuh yang dihadapi. Dengan
jangkauan radar yang dimiliki dapat memberikan peringatan awal yang
baik bagi personel Satuan Arhanud dan personel satuan lain akan
bahaya ancaman serangan udara.

c) Bersifat Teknis. Pengerahan Satuan Arhanud harus tetap


memperhatikan prosedur-prosedur yang berlaku dari pelayanan Alutsista
sampai dengan prosedur operasi yang dilaksanakan.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.

1) Faktor Intern.

a) Moril/motivasi personel. Moril/motivasi personel yang tinggi


berpengaruh positif terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas Satuan
Arhanud.

b) Tingkat latihan. Tingkat latihan yang dilaksanakan oleh Satuan


Arhanud harus disesuaikan dengan penggunaan kekuatan Satuan dalam
operasi.

c) Kualitas kepemimpinan unsur Komandan. Kemampuan untuk


mengaplikasikan kecakapan yang dimiliki oleh unsur Komandan dalam
mengambil keputusan merupakan faktor penentu untuk menyelesaikan
tugas.

d) Kesiapan Alutsista. Alutsista yang akan digunakan untuk


melaksanakan operasi harus dalam kondisi siap, meliputi kesiapan
otomotif, alat komunikasi, dan sistem senjata.

2) Faktor Ekstern.

a) Tugas. Jenis tugas yang diberikan kepada Satuan Arhanud


dalam operasi berpengaruh terhadap taktik yang digunakan dalam
operasi.

b) Medan operasi. Medan yang terpotong-potong dan tertutup yang


ekstrim sangat berpengaruh terhadap penggelaran Satuan Arhanud.

c) Kemampuan musuh. Kemampuan musuh dalam memanfaatkan


wahana udara untuk menghancurkan objek vital/center of gravity dalam
operasi baik menggunakan pesawat terbang, cruise missile, UAV,
ataupun sarana lainnya merupakan ancaman bagi Satuan Arhanud.
172

d) Pasukan kawan. Koordinasi yang baik dengan pasukan kawan


dalam pelaksanaan dalam operasi akan berpengaruh terhadap
pencapaian tugas pokok Satuan Arhanud.

e. Penggunaan Arhanud pada OMP.

1) Pada Operasi Gabungan. Operasi gabungan bertujuan untuk


memadukan kekuatan dan kemampuan angkatan masing-masing yang
dilibatkan, guna mencapai daya dan hasil guna yang diharapkan untuk
mencegah, menangkal dan menggagalkan setiap bentuk kemungkinan
ancaman terhadap kedaulatan dan integritas wilayah NKRI. Satuan Arhanud
dapat di BP/BKO-kan untuk melaksanakan perlindungan udara terhadap titik
rawan atau objek vital di medan operasi dari segala bentuk ancaman udara
musuh.

a) Operasi Lintas Udara. Operasi Lintas Udara (Opslinud)


merupakan suatu operasi gabungan yang dilancarkan melalui udara
oleh Satuan Linud termasuk logistik dan peralatannya dengan cara
diterjunkan atau didaratkan dari pesawat di daerah sasaran dalam
rangka melaksanakan tugas taktis atau strategis.

(1) Tujuan. Memberikan perlindungan udara aktif terhadap


objek rawan yang bernilai taktis dalam Opslinud pada tahap
perencanaan, persiapan serta pada tahap pertahanan tumpuan
udara dari ancaman serangan udara musuh.

(2) Sasaran.

(a) Hancurnya kekuatan udara musuh yang


melaksanakan serangan udara.

(b) Terlindunginya Poskogasgab dan Satuan Linud dari


ancaman serangan udara musuh.

b) Operasi Pertahanan Udara. Operasi Pertahanan Udara


(Opshanud) merupakan Opsgab dalam rangka melindungi wilayah
udara nasional dari ancaman serangan udara musuh. Penggunaan
Arhanud di BKO kan kepada Kohanudnas dalam rangka melindungi
Obvitnas bernilai strategis yang prioritasnya ditentukan oleh Panglima
TNI. Pelaksanaan Opshanud adalah sebagai berikut:

(1) Tujuan. Memberikan perlindungan udara aktif terhadap


Obvitnas yang bernilai strategis dari ancaman serangan udara
musuh.

(2) Sasaran.
173

(a) Hancurnya kekuatan udara musuh yang


melaksanakan serangan udara.

(b) Terlindunginya Obvitnas dari ancaman serangan


udara musuh.

c) Operasi Pertahanan Pantai. Penggunaan Arhanud TNI AD dalam


operasi ini adalah sebagai unsur Hanud dari Kogasgabhantai yang
salah satu tujuan operasinya adalah mencegah penggunaan suatu
daerah pantai tertentu/fasilitas lainnya oleh musuh. Dalam
merencanakan Hanud pada Operasi Pertahanan Pantai (Opshantai)
perlu diasumsikan opini terbalik terhadap tahapan dalam operasi amfibi.
Penggunaan kekuatan udara musuh dapat dipastikan pada awal operasi
amfibi, maka dalam hal ini Arhanud TNI AD harus dipersiapkan seawal
mungkin dengan menggelar Alut Sista Arhanud untuk melindungi titik
rawan Kogasgabhantai yang berada di daerah pantai yang
dipertahankan.

(1) Tujuan. Memberikan perlindungan udara aktif terhadap


titik rawan Kogasgabhantai seperti Pusat Komando, stelling
Armed, fasilitas komunikasi serta fasilitas logistik dari ancaman
serangan udara musuh.
(2) Sasaran.

(a) Hancurnya kekuatan udara musuh yang


melaksanakan serangan udara.

(b) Terlindunginya Poskogasgabhantai dan objek/titik


rawan di daerah Hantai dari ancaman serangan udara
musuh.

d) Operasi Darat Gabungan. Operasi darat gabungan (Opsratgab)


merupakan suatu Opsgab di darat yang dilaksanakan oleh satuan darat
sebagai unsur utama dengan didukung oleh unsur-unsur laut dan udara.
Penggunaan Arhanud merupakan bagian dari unsur Kogasgabrat yang
mempunyai tugas melindungi satuan darat dari ancaman serangan
udara musuh.

(1) Tujuan. Memberikan perlindungan udara terhadap pusat


strategis (center of gravity) yang dibantu antara lain: Posko,
Satbantem, Pusat komunikasi, Satmanuver dan Berba yang
memiliki mobilitas tinggi dari ancaman serangan udara musuh.

(2) Sasaran.

(a) Hancurnya kekuatan udara musuh yang


melaksanakan serangan udara.
174

(b) Terlindunginya pusat strategis dan objek/titik rawan


satuan Opsratgab dari ancaman serangan udara musuh.

e) Operasi Pendaratan Administrasi. Operasi pendaratan


administrasi (Opsratmin) merupakan operasi pemindahan kekuatan
satuan darat beserta peralatannya dari titik embarkasi melalui laut untuk
didaratkan di tumpuan pantai yang telah dikuasai oleh pasukan sendiri.
Penggunaan Arhanud di BP/BKO-kan kepada Pangkogasgabratmin
dalam rangka melindungi titik rawan yang ditentukan oleh Dansat yang
dibantu.

(1) Tujuan. Melindungi titik rawan satuan darat yang


melaksanakan pendaratan dari mulai tahap persiapan sampai
dengan pelaksanaan pendaratan di tumpuan pantai dari segala
bentuk ancaman serangan udara yang dapat menggagalkan
operasi.

(2) Sasaran.

(a) Hancurnya kekuatan udara musuh yang


melaksanakan serangan udara.

(b) Terlindunginya satuan darat pada saat embarkasi


dan pendaratan di tumpuan pantai dari ancaman serangan
udara musuh.

2) Pada Operasi Darat/Matra darat. Operasi darat merupakan operasi


yang melibatkan satuan TNI AD sebagai kekuatan inti di wilayah dalam rangka
pelaksanaan tugas pokok. Adapun macam operasi matra darat yang dapat
dilaksanakan oleh Arhanud adalah operasi tempur dan operasi teritorial.
Satuan Arhanud di-BP/BKO-kan kepada satuan operasi untuk memberikan
perlindungan udara dari ancaman serangan udara musuh.

a) Operasi Tempur.

(1) Operasi Serangan.

(a) Tujuan. Memberikan perlindungan udara terhadap


titik rawan yang prioritasnya ditentukan oleh Dansat yang
dibantu dari ancaman serangan udara musuh.

(b) Sasaran.

i. Hancurnya kekuatan udara musuh yang


melaksanakan serangan udara.
175

ii. Terlindunginya titik rawan Satuan Manuver


diantaranya: Posko, Satbantem, Satbanmin dari
ancaman serangan udara musuh.

(2) Operasi Pertahanan.

(a) Tujuan. Memberikan perlindungan udara terhadap


Objek rawan satuan operasi pertahanan antara lain Posko,
stelling Armed, Satuan Berba, pasukan di inti pertahanan
dan Instalasi Banmin yang prioritasnya ditentukan oleh
Dansat operasi berdasarkan saran Dansat Arhanud dari
ancaman serangan udara musuh.

(b) Sasaran.

i. Hancurnya kekuatan udara musuh yang


melaksanakan serangan udara.

ii. Terlindunginya titik rawan satuan bertahan


diantaranya: Posko, stelling Armed, Satuan Berba,
pasukan di inti pertahanan dan Instalasi Banmin
dari ancaman serangan udara musuh.

(3) Operasi Pemindahan ke Belakang.

(a) Tujuan. Memberikan perlindungan udara terhadap


titik rawan satuan operasi dari ancaman serangan udara
musuh.

(b) Sasaran.

i. Hancurnya kekuatan udara musuh yang


melaksanakan serangan udara.

ii. Terlindunginya titik rawan meliputi rute


pemutusan pertempuran dan titik berkumpul satuan
operasi dari ancaman serangan udara musuh.

(4) Operasi Pergantian.

(a) Tujuan. Memberikan perlindungan udara terhadap


titik rawan satuan operasi dari ancaman serangan udara
musuh

(b) Sasaran.

i. Hancurnya kekuatan udara musuh yang


melaksanakan serangan udara.
176

ii. Terlindunginya titik rawan satuan operasi dari


ancaman serangan udara musuh.

(5) Operasi Dalam Kondisi Khusus.

(a) Tujuan. Memberikan perlindungan udara terhadap


titik rawan satuan operasi dari ancaman serangan udara
musuh.

(b) Sasaran.

i. Hancurnya kekuatan udara musuh yang


melaksanakan serangan udara.

ii. Terlindunginya titik rawan satuan manuver


dari ancaman serangan udara musuh.

(6) Operasi Gerilya. Penggunaan Arhanud dalam Operasi


Gerilya adalah disusun ke dalam satuan-satuan gerilya dan pada
situasi tertentu satuan Arhanud tersebut harus dapat disusun
kembali dalam hubungan Baterai ataupun Batalyon untuk
melaksanakan operasi konvensional.

(a) Tujuan. Melaksanakan operasi gerilya untuk


merongrong kekuatan musuh yang besar dan kuat tanpa
mengambil resiko kehancuran kekuatan sendiri

(b) Sasaran.

i. Hancurnya kekuatan, instalasi logistik, pusat


komunikasi dan Posko musuh secara bertahap.

ii. Lemahnya kemauan dan moril bertempur


musuh.

iii. Terhindarnya kekuatan pasukan sendiri yang


lebih besar dari kehancuran.

iv. Hancurnya kekuatan udara musuh secara


bertahap.

(7) Operasi Lawan Insurjensi. Penggunaan satuan Arhanud


diorganisir sesuai dengan kebutuhan tugas. Apabila berdasarkan
informasi dan datadata Intelijen yang diterima, kelompok Insurjen
diperkirakan memiliki kekuatan atau kemampuan yang dapat
menimbulkan ancaman udara, maka pelaksanaan tugas
disesuaikan dengan fungsi Arhanud. Sedangkan apabila
177

kelompok Insurjen diperkirakan tidak memiliki kekuatan atau


kemampuan udara maka pelaksanaan tugas satuan Arhanud
disesuaikan dengan fungsi non Arhanud yaitu pengorganisasian
satuan Arhanud dapat berbentuk Satgas sesuai dengan perintah
dari Komando Atas dimana satuan tersebut ditugaskan.

(a) Apabila kelompok Insurjen diperkirakan memiliki


kekuatan udara yang dapat menimbulkan suatu
kemungkinan ancaman udara.

i. Tujuan. Memberikan perlindungan udara


terhadap titik/objek rawan satuan manuver dalam
Operasi Lawan Insurjensi (OLI) dan Obvit yang
bersifat strategis dari kemungkinan ancaman
serangan udara kelompok Insurjen.

ii. Sasaran.

i) Hancurnya kekuatan udara kelompok


Insurjen yang melaksanakan serangan
udara.

ii) Terlindunginya titik/objek rawan


satuan OLI dan Obvit yang bernilai strategis
dari ancaman serangan udara kelompok
Insurjen.

(b) Apabila kelompok Insurjen diperkirakan tidak


memiliki kekuatan udara yang dapat menimbulkan suatu
ancaman udara, maka susunan organisasi maupun
kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan Arhanud dapat
disesuaikan dengan perintah dari Komandan Atas dimana
satuan Arhanud diperbantukan. Pelaksanaan operasi
mengacu kepada kegiatan Satgas OLI (Satuan Arhanud
dibekali latihan taktik dan teknik Opswanger terlebih
dahulu).

b) Operasi Teritorial. Satuan Arhanud dapat digunakan dalam


operasi teritorial dengan di BP/BKO kan ke Satkowil untuk mendukung
kegiatan/sasaran fisik maupun non fisik melalui metoda Binter yaitu
pembinaan perlawanan wilayah, pembinaan komunikasi sosial dan
pembinaan Bhakti TNI.

(1) Tujuan. Membangkitkan semangat perlawanan rakyat


untuk mencegah, menggagalkan dan menghancurkan musuh
yang melakukan invasi ke wilayah NKRI serta merehabilitasi
daerah operasi yang rusak dan mengendalikan pengungsi akibat
operasi militer.
178

(2) Sasaran.

(a) Terwujudnya jiwa perlawanan rakyat untuk


menentang dan menghancurkan musuh.

(b) Terbentuknya kekuatan nyata komponen


perlawanan rakyat untuk membantu TNI dalam
menghadapi musuh.

(c) Terjaminnya rasa aman para pengungsi di daerah


penampungan.

(d) Terlaksananya rehabilitasi daerah-daerah yang


rusak akibat perang.

3) Pada Operasi Bantuan. Dihadapkan kepada kemampuan dan batas


kemampuan Arhanud, maka jenis operasi bantuan yang dapat melibatkan
satuan Arhanud adalah operasi bantuan Intelijen, operasi bantuan
perlindungan dan operasi bantuan teritorial. Penggunaan satuan Arhanud tidak
hanya menggunakan Alut Sista Hanud untuk melindungi titik rawan satuan
operasi dari segala bentuk ancaman udara musuh, akan tetapi juga
memberikan bantuan berupa personel. Pola Hanud dan metode penggelaran
yang digunakan satuan Arhanud disesuaikan dengan tugas, medan operasi
dan musuh serta ketersediaan sarana Hanud yang dimiliki.

a) Operasi Bantuan Intelijen. Penggunaan Arhanud dalam operasi


bantuan Intelijen adalah membantu Satgas yang melaksanakan Operasi
Intelijen. Satuan Arhanud dapat menggunakan Alut Sistanya yang
berupa Radar Hanud dan kemampuan personel yang memiliki kualifikasi
Intelijen sebagai badan pengumpul keterangan. Penggunaan Radar
Hanud untuk memberikan keterangan Intelijen tentang kemungkinan
ancaman udara musuh apabila dilengkapi dengan kekuatan udara.

(1) Tujuan. Membantu Satgas Operasi Intelijen dalam mencari


dan mengumpulkan bahan keterangan yang berkaitan dengan
cuaca, medan, musuh dan karakteristik lainnya.

(2) Sasaran. Diperolehnya keterangan tentang cuaca,


medan, musuh dan karakteristik lainnya sebagai bahan Intelijen
bagi Satuan Intelijen yang dibantu.

b) Operasi Bantuan Perlindungan. Penggunaan Arhanud dalam


operasi bantuan perlindungan adalah melindungi titik rawan satuan
operasi yang prioritasnya ditentukan oleh Dansatops atas saran Dansat
Arhanud dari kemungkinan ancaman serangan udara musuh.
179

(1) Tujuan. Memberikan perlindungan udara terhadap objek


rawan yang prioritasnya ditentukan oleh Dansat yang dibantu.

(2) Sasaran.

(a) Gagalnya serangan udara musuh.

(b) Terlindunginya COG Satuan yang dibantu seperti


lapangan udara, Satbantem, Satberba, objek/instalasi vital
militer/TNI lainnya dari ancaman serangan udara musuh.

c) Operasi Bantuan Teritorial. Operasi Bantuan Teritorial bersifat


kompleks dan berbeda dengan operasi lainnya. Dalam pelaksanaan
operasi bantuan teritorial dapat melibatkan satuan TNI, baik yang
berada di daerah/wilayah maupun di luar daerah/wilayah termasuk
satuan Arhanud.

(1) Tujuan. Memberikan bantuan kepada Satgasops yang


sedang melaksanakan operasi _erritorial guna memulihkan
kondisi wilayah yang rusak akibat pertempuran.

(2) Sasaran.

(a) Terebutnya hati dan pikiran masyarakat untuk


melakukan perlawanan terhadap keberadaan musuh.

(b) Tersosialisasinya langkah-langkah tentang


pelaksana-an Hanud pasif di masyarakat.

(c) Terbentuknya suatu koordinasi perlawanan


masyarakat dalam mengantisipasi masih adanya kegiatan
musuh.

(d) Terkendalinya pelaksanaan rehabilitasi kerusakan


daerah.

f. Penggunaan pada OMSP. Penggunaan Arhanud dalam OMSP merupakan


perwujudan satuan Arhanud sebagai bagian integral dari TNI AD dalam rangka
merealisasi keterlibatan secara aktif untuk memecahkan berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia. Aspek penggunaannya disesuaikan dengan
kemampuan dan batas kemampuan satuan Arhanud dan bentuk operasi yang dapat
dibantu. Penggunaan Arhanud dalam OMSP meliputi operasi yang bersifat tempur
dan bersifat non tempur.

1) Pada Operasi Militer Selain Perang yang Bersifat Tempur. OMSP


yang bersifat tempur adalah operasi yang dilaksanakan oleh satuan militer
dengan sasaran ruang dan waktu tempat serta dukungan logistik yang telah
ditetapkan sebelumnya melalui perencanaan terinci, yang dilakukan
180

berdasarkan permintaan dan/atau peraturan perundang-undangan.


Penggunaan satuan Arhanud dalam OMSP yang bersifat tempur dapat
dilaksanakan dengan atau tanpa menggunakan Alut Sista Arhanud. OMSP
bersifat tempur dilaksanakan bersama-sama instansi/lembaga non TNI dapat
dilaksanakan melalui:

a) Operasi Militer dalam rangka Mengatasi Gerakan Separatis dan


Pemberontakan Bersenjata. Penggunaan Arhanud dalam operasi militer
dalam rangka mengatasi gerakan separatis dan pemberontakan
bersenjata ditinjau dari ekskalasi kemungkinan ancaman yang timbul.
Satuan Arhanud melaksanakan operasi sesuai dengan tugas yang
diberikan oleh Dansat yang dibantu dengan terlebih dahulu diberikan
pelatihan atau Pratugas sebagai bagian dari Satgas.

(1) Tujuan. Melumpuhkan kekuatan gerakan separatis dan


pemberontakan bersenjata guna mengembalikan stabilitas
keamanan dan kewibawaan pemerintah.

(2) Sasaran.

(a) Lumpuhnya kekuatan separatis dan


pemberontakan bersenjata.

(b) Terbongkarnya jaringan separatis dan


pemberontakan bersenjata.

(c) Terebut dan dimenangkannya hati dan pikiran


rakyat.

(d) Tertanamnya kembali rasa nasionalisme


masyarakat.

b) Operasi Militer dalam rangka Mengatasi Aksi Terorisme.


Penggunaan kekuatan Arhanud TNI AD dalam rangka mengatasi
terorisme dilihat dari ekskalasi ancaman terhadap Obvit, apabila
dimungkinkan kelompok teroris memiliki kekuatan udara, maka satuan
Arhanud akan menggelar Alut Sista dalam pelaksanaan operasi, namun
apabila kelompok teroris tidak dimungkinkan memiliki kekuatan udara,
maka satuan Arhanud dapat diorganisir sesuai kebutuhan dalam bentuk
Satgas .

(1) Tujuan. Memberikan perlindungan udara terhadap Obvit


dari kemungkinan ancaman serangan udara dan mendukung
pelaksanaan kegiatan mengatasi aksi kelompok terorisme.

(2) Sasaran.
181

(a) Terlindunginya Obvit dari ancaman serangan udara


teroris.

(b) Terdukungnya pelaksanaan operasi mengatasi aksi


terorisme oleh Satgas.

c) Operasi militer dalam rangka Mengamankan Wilayah


Perbatasan. Penggunaan Arhanud pada operasi militer dalam rangka
mengamankan wilayah perbatasan dapat disusun sebagai bagian dari
organisasi Satgas yang ditempatkan pada titik-titik dimana
dimungkinkan terdapat suatu ancaman dan pelanggaran hukum di
wilayah perbatasan.

(1) Tujuan. Mencegah semua kegiatan ilegal, baik yang


akan masuk maupun keluar wilayah RI yang melalui perbatasan,
mencegah tindakan negara lain yang berbatasan langsung
dengan wilayah RI untuk melakukan perluasan wilayah serta
mencegah kegiatan infiltrasi dari negara lain yang akan
melewati wilayah perbatasan.

(2) Sasaran.

(a) Tercegahnya semua kegiatan ilegal baik yang akan


masuk keluar wilayah RI yang melalui perbatasan.

(b) Tercegahnya tindakan negara lain yang berbatasan


langsung dengan wilayah RI untuk melakukan perluasan
wilayah di perbatasan.

(c) Tercegahnya kegiatan infiltrasi dari negara lain


yang akan melewati perbatasan.

d) Operasi Militer dalam rangka Mengamankan Objek Vital Nasional


yang Bersifat Strategis. Penggunaan Arhanud pada Operasi
pengamanan Obvitnas tidak menggunakan Alut Sista dengan status
BP/BKO kepada Satgas yang dibentuk atau dapat berdiri sendiri.

(1) Tujuan. Mengamankan dan mempertahankan Obvitnas


yang bersifat strategis dari kemungkinan ancaman serangan
maupun sabotase lawan.

(2) Sasaran.

(a) Terwujudnya keamanan Obvitnas yang bersifat


strategis.

(b) Teratasinya setiap ancaman dan gangguan yang


timbul terhadap Obvitnas yang bersifat strategis.
182

e) Operasi Militer dalam rangka Melaksanakan Tugas Perdamaian


Dunia sesuai Kebijakan Politik Luar Negeri. Operasi perdamaian dunia
dimaksudkan untuk memelihara dan menjaga perdamaian dunia yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan keputusan politik pemerintah atau
atas permintaan PBB. Tugas perdamaian dunia dilaksanakan satuan
Arhanud sebagai bagian dari TNI AD dalam bentuk perorangan yang
bertugas sebagai pengamat militer (military observer) maupun staf di
markas besar pasukan perdamaian atau salah satu pasukan yang
bertugas untuk pemeliharaan dan penegakan perdamaian dunia di
bawah PBB (Kontingen Garuda).

(1) Tujuan. Memelihara dan mewujudkan perdamaian dunia.

(2) Sasaran.

(a) Terwujudnya perdamaian di negara-negara yang


sedang konflik.

(b) Terpeliharanya perdamaian antara pihak yang


bertikai di negara-negara yang konflik.
f) Operasi Militer dalam rangka Mengamankan Presiden dan Wakil
Presiden beserta Keluarganya serta Tamu Negara setingkat Kepala
Negara Asing yang berada di Indonesia. Pertimbangan pemilihan
penggunaan kekuatan Arhanud (melibatkan Alutsista atau tidak)
didasarkan kepada derajat kepentingan kegiatan yang dilaksanakan
serta kemungkinan ancaman.

(1) Tujuan. Menjamin keselamatan, keamanan dan


kelancaran kegiatan Presiden dan Wakil Presiden RI beserta
keluarganya serta Tamu Negara setingkat Kepala Negara Asing
dan keamanan wilayah selama kegiatan.

(2) Sasaran.

(a) Terjaminnya keselamatan dan keamanan pribadi


serta kegiatan Presiden dan Wakil Presiden RI beserta
keluarganya serta Tamu Negara setingkat Kepala
Negara Asing.

(b) Terjaminnya keamanan wilayah selama kegiatan


Presiden dan Wakil Presiden RI beserta keluarganya
serta Tamu Negara setingkat Kepala Negara Asing.

2) Pada Operasi Militer Selain Perang yang Bersifat Non Tempur.


Satuan Arhanud dapat melaksanakan OMSP bersifat non tempur baik secara
mandiri maupun bersama-sama instansi/lembaga non TNI tanpa
183

menggunakan Alut Sista Arhanud dan diorganisir dalam bentuk Satgas


dengan pelaksanaan sebagai berikut:

a) Operasi dalam rangka Memberdayakan Wilayah Pertahanan dan


kekuatan pendukung. Penggunaan Arhanud yaitu membantu Satkowil
sesuai program atau kebutuhan dengan segenap kekuatan dan
kemampuannya secara dini dalam memberdayakan wilayah pertahanan
dan kekuatan pendukungnya sesuai dengan sistem pertahanan
semesta (Sishanta).

(1) Tujuan. Memberdayakan potensi pertahanan nasional


di darat menjadi kekuatan pertahanan dalam rangka
mewujudkan Sistem Pertahanan Semesta.

(2) Sasaran.

(a) Terwujudnya kekuatan pertahanan di darat baik


geografi, demografi maupun kondisi sosial menjadi potensi
pertahanan yang siap dikerahkan dalam menghadapi
kemungkinan ancaman, baik dari dalam dan luar negeri.

(b) Terwujudnya jiwa perlawanan rakyat untuk


menentang dan menghancurkan musuh.

(c) Terbentuknya kekuatan nyata komponen


perlawanan rakyat untuk membantu TNI dalam
menghadapi musuh.

b) Operasi dalam rangka Membantu Tugas Pemerintahan di Daerah.


Satuan Arhanud membantu Satkowil dalam rangka mendukung dan
membantu kelancaran program yang dilaksanakan oleh pemerintahan/
otoritas sipil di daerah.

(1) Tujuan. Membantu pemerintah daerah dalam


menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

(2) Sasaran.

(a) Terbantunya pemerintah daerah dalam


menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

(b) Terwujudnya stabilitas keamanan serta berjalannya


roda pemerintahan di daerah.

c) Operasi membantu Kepolisian Negara RI dalam rangka tugas


keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-
undang. Penggunaan satuan Arhanud dalam membantu Polri
dilaksanakan sesuai dengan prosedur perbantuan TNI kepada Polri
184

dalam rangka tugas Keamanan dan Ketertiban Masyarakat


(Kamtibmas).

(1) Tujuan. Membantu Kepolisian Negara RI dalam rangka


mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.

(2) Sasaran.

(a) Terbantunya Kepolisian Negara RI dalam


mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.

(b) Terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat


yang kondusif.

d) Operasi membantu menanggulangi akibat bencana alam,


pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan. Penggunaan
satuan Arhanud atas permintaan Dansatkowil ditujukan untuk
memberikan bantuan perlindungan dan penyelamatan masyarakat dari
kemungkinan ancaman dan korban bencana serta tindakan rehabilitasi
daerah, sehingga tercipta situasi yang kondusif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(1) Tujuan. Membantu pemerintah serta membantu Badan


Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) dalam rangka menanggulangi bencana
pada tahap Pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana.

(2) Sasaran.

(a) Terbantunya pemerintah dan masyarakat dalam


mengatasi kesulitan yang dihadapinya akibat bencana
alam dan pengungsian.

(b) Meningkatnya kembali moril masyarakat korban


bencana alam.

(c) Terwujudnya rasa aman masyarakat dalam


melaksanakan aktivitas pasca bencana alam.

e) Operasi Membantu Pencarian dan Pertolongan dalam


Kecelakaan (SAR). Penggunaan Satuan Arhanud dalam operasi SAR
dilaksanakan secara terbatas melalui prosedur permintaan oleh
Dansatkowil.

(1) Tujuan. Mencari, menyelamatkan, dan mengamankan


korban jiwa/ harta benda akibat kecelakaan atau bencana alam

(2) Sasaran.
185

(a) Ditemukannya korban jiwa/harta benda akibat


kecelakaan atau bencana alam.

(b) Terselamatkannya korban jiwa/harta benda akibat


kecelakaan atau bencana alam.

28. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pembinaan Arhanud,


perlu diatur ketentuan tentang tataran kewenangan dan tanggung jawab. Ketentuan ini
diperlukan agar penyelenggaraan pembinaan Arhanud dapat diperoleh hasil dan daya
guna yang optimal. Tataran kewenangan dan tanggung jawab dilaksanakan sesuai
dengan hierarki yang berlaku di lingkungan TNI AD mulai tingkat pusat, Kotama,
sampai dengan tingkat satuan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat. Kasad berwenang dan


bertanggung jawab sebagai berikut:

1) menentukan kebijakan umum penyelenggaraan pembinaan Arhanud


yang diwujudkan melalui pembinaan kekuatan, pembinaan kemampuan, dan
pembinaan gelar kekuatan sesuai dengan peran, tugas dan fungsi Arhanud;

2) melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembinaan


Arhanud; dan

3) bertanggung jawab kepada Panglima TNI dalam pelaksanaan tugasnya.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama.


Pangkostrad/Dankodiklatad Pangdam berwenang dan bertanggung jawab sebagai
berikut:

1) merencanakan dan melaksanakan program pembinaan satuan Arhanud


di bawah komandonya sesuai kebijakan TNI AD;

2) melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi


penyelenggaraan pembinaan satuan Arhanud di bawah komandonya; dan

3) bertanggung jawab kepada Kasad dalam pelaksanaan tugasnya.

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Puscab. Danpussenarhanud selaku


LKT berwenang dan bertanggung jawab sebagai berikut:
186

1) menyusun rencana dan merumuskan program penyelenggaraan


pembinaan Arhanud yang disesuaikan dengan kebijakan TNI AD;

2) menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan teknis Arhanud serta


pembinaan administrasi Arhanud;

3) menyelenggarakan pembinaan Arhanud melalui pembinaan kekuatan,


kemampuan dan gelar kekuatan Arhanud;

4) melaksanakan evaluasi penyelenggaraan fungsi Arhanud; dan

5) bertanggung jawab kepada Dankodiklatad dan Kasad dalam


pelaksanaan tugasnya.

e. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan. Dansat Arhanud


berwenang dan bertanggung jawab sebagai berikut:

1) melaksanakan pembinaan satuan Arhanud di satuannya;

2) mengendalikan, mengawasi, mengevaluasi, dan melaporkan kesiapan


satuan Arhanud di satuannya;

3) melaksanakan pembinaan kemampuan fungsi Arhanud di satuannya;


dan

4) bertangggung jawab kepada Pangkotama dan Danpussenarhanud


dalam pelaksanaan tugasnya.

BAB VI
PENERBANGAN

29. Umum. Penerbangan merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai
kekuatan dengan menjalankan fungsi manuver, tembakan, perlindungan, dan dukungan
guna memperbesar mobilitas tempur TNI AD dengan menggunakan pesawat udara baik
berawak maupun tidak berawak.

30. Kegiatan yang Dilaksanakan.

a. Umum. Pembinaan fungsi penerbangan terdiri dari pembinaan manuver,


tembakan, perlindungan, dan dukungan. Padapenyelenggaraanpembinaan fungsi
penerbangan dilaksanakan melalui tahapan kegiatan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan pengakhiran.Penyelenggaraan kegiatan melalui tingkatan-tingkatan
sesuai dengan keterlibatan yang dilaksanakan, meliputi tingkat pusat, pusat
kecabangan, dan satuan pelaksanasehingga pembinaan fungsi penerbangan dapat
dilaksanakan terarah dan tepat sasaran.
187

b. Pembinaan Manuver. Pembinaan manuver ditujukan untuk mewujudkan


kesiapan operasional satuan Penerbad dalam penggunaan alutsista berupa Helikopter
Serang maupun Helikopter Serbu dan pesawat terbang beserta perlengkapannya
secara taktis di lapangan membantu satuan darat untuk melaksanakan OMP dan
OMSP bersifat tempur. Pembinaan kekuatan dilaksanakan melalui tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

1) Perencanaan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Merencanakan kebijakan pembinaan fungsi manuver yang


dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan;

(2) Merencanakan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi manuver yang
dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan;

(3) Merencanakan kebijakan pembinaan personel prajurit


Penerbad dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi manuver;

(4) Merencanakan pokok-pokok kebijakan TNI AD dalam


penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi manuver; dan

(5) Merencanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian


terhadap kegiatan pembinaan fungsi manuver yang meliputi
bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan,
dan latihan.

b) Tingkat Puscab:

(1) Merencanakan kegiatan pembinaan fungsi manuver yang


dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan antara lain:

(a) Merencanakan kegiatan pembinaan organisasi


satuan Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi
manuver;

(b) Merencanakan kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pembinaan fungsi manuver;
188

(c) Merencanakan kegiatan pembinaan materiil dan


alutsista Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan
fungsi manuver;

(d) Merencanakan pembinaan fasilitas dalam rangka


mendukung pembinaan fungsi manuver;

(e) Merencanakan kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan
Penerbad yang mendukung pelaksanaan fungsi manuver;

(f) Merencanakanpembinaan pendidikan kecabangan


Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dandikbangum)
yang mendukung pembinaan fungsi manuver; dan

(g) Merencanakan rumusan dan pengembangan sistem


dan metode latihan kecabangan Penerbad yang
mendukung pelaksanaan fungsi manuver.

(2) Merencanakan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis


kecabangan Penerbad bidang organisasi, personel, materiil,
fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdikpenerbad:

(a) Merencanakan operasional pendidikan yang


mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi manuver,
antara lain:

i. Merencanakan kegiatan pendidikan,


pengajaran, dan latihan di bidang keterampilan
terbang helikopter baik serbu maupun serang,
pesawat terbang, dan PTTA bagi penerbang dan
awak pesawat untuk membina fungsi manuver;

ii. Merencanakan program pengajaran di


bidangpendidikanterbang helikopter serbu,
helikopter serang, pesawat terbang, dan PTTA
sesuai program pembinaan fungsi manuver yang
ditetapkan oleh Puspenerbad;

iii. Merencanakan kalender pendidikan dan


kerangka pelajaran terurai di bidang latihan terbang
sesuai rangka pelajaran pokok yang ditetapkan oleh
189

Danpuspenerbad sebagai salah satu pembinaan


fungsi manuver;

iv. Merencanakan jadwal harian pendidikan


terbang sesuai jadwal pelajaran mingguan yang
ditetapkan untuk membina kemampuan fungsi
manuver;

v. Merencanakan pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar
para Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan
fungsi manuver;

vi. Merencanakan pembinaan penerbang pelatih


yang mampu melaksanakan penerbangan yang
mendukung fungsi manuver;

vii. Merencanakan penyajian pengajaran


pendidikan terbang dalam pembinaan kemampuan
fungsi manuver;

viii. Merencanakan pembagian tugas mengajar


manuver para penerbang pelatih;

ix. Merencanakan pembina sistem evaluasi


pendidikan terbang khususnya penerbangan yang
mendukung fungsi manuver; dan

x. Merencanakan administrasi kegiatan


pendidikan terbang mendukung pembinaan fungsi
manuver.

(b) Merencanakan pengendalian operasional


pendidikan dalam rangka mendukung pelaksanaan
pembinaan fungsi manuver;

(c) Merencanakan umpan balik terhadap doktrin


ataupun petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran
apakah sudah mendukung pelaksanaan fungsi manuver
atau tidak; dan

(d) Merencanakan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan
fungsi manuver.

(2) Lanumad Puspenerbad:


190

(a) Merencanakan kegiatan pelayanan fasilitas navigasi


dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca, dan pelayanan briefing
penerbangan di wilayah tanggung jawab Lanumad
mendukung pelaksanaan fungsi manuver;

(b) Merencanakan kegiatan pelayanan, pengamanan,


dan pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan, dan kerja di
wilayah tanggung jawab Lanumad mendukung
pelaksanaan fungsi manuver;

(c) Merencanakan kegiatan perawatan, dan


pemeliharaan kesehatan umum serta kesehatan
penerbangan dalam rangka memelihara kesiapan
operasional personel dalam rangka mendukung fungsi
manuver di Lanumad; dan

(d) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, dan teritorial dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi manuver di
Lanumad.

(3) Resimen Penerbad:

(a) Merencanakan pembinaan fungsi manuver secara


terus menerus berdasarkan kebijakan komando atas di
bidang latihan, personel, dan materiil kepada jajaran
skadron dibawahnya dengan cara:

i. Merencanakan kegiatan latihan pesawat


udara pada jajaran skadron dibawahnya sesuai
dengan proglatsi yang mendukung pelaksanaan
fungsi manuver, antara lain:

i) Merencanakan latihan menggunakan


Helikopter Serbu dalam simulasi operasi
manuver;

ii) Merencanakan latihan menggunakan


Helikopter Serang dalam simulasi
operasimanuver;

iii) Merencanakan latihan menggunakan


pesawat terbang dalam simulasi
operasimanuver; dan
191

iv) Merencanakan latihan menggunakan


PTTA dalam simulasi operasi manuver.

ii. Merencanakan kegiatan pembinaan personel


penerbang, awak pesawat dan pendukung pada
jajaran skadron di bawahnya yang mendukung
pelaksanaan fungsi manuver; dan

iii. Merencanakan kegiatan pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan pada jajaran
skadron di bawahnya dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi manuver.

(b) Merencanakan kegiatan pengawasan dan


pengendalian bidang latihan, pembinaan personel, dan
pemeliharaan materiil pada jajaran skadron di bawahnya.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan pembinaan fungsi manuver


di bidang pemeliharaan materiil dan alutsista penerbangan;

(b) Merencanakan asistensi teknik pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi manuver; dan

(c) Merencanakan pemeliharaan tingkat sedang dan


berat materiil alutsista penerbangan dalam mendukung
pelaksanaan fungsi manuver.

(5) Balakada Puspenerbad. Merencanakan kegiatan di


bidang pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil
pesawat udara Puspenerbad sebagai pendukung pelaksanaan
fungsi manuver.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
berkaitan dengan operasional dan keselamatan
penerbangan mendukung fungsi manuver di Lanudad;

(b) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


fasilitas navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas
udara, pengumpulan data cuaca, dan data penerbangan,
serta pelayanan briefing office (BO) berkaitan dengan
operasional penerbangan dalam rangka mendukung fungsi
manuver di Lanudad; dan
192

(c) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, dan teritorial satuan
nonkowil dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
manuver di Lanudad.

(7) Gudmat Puspenerbad:

(a) Merencanakan pengendalian, pengawasan, dan


mengoordinasikan kegiatan di lingkungan gudang materiil
dan senjata serta munisi untuk mendukung kesiapan
pelaksanaan fungsi manuver; dan

(b) Merencanakan kegiatan pengamanan gudang


materiil khususnya gudang penyimpanan senjata dan
munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi
manuver di Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi manuver di
Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan


dengan pelayanan, pemeliharaan, dan operasional
penerbangan serta keselamatan penerbangan guna
mendukung fungsi manuver di Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi manuver di
Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi manuver di Skadron Teknik; dan
193

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi manuver di
Skadron Teknik.

2) Persiapan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Menyusun rencana kebijakan pembinaan fungsi manuver


yang dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi
bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan,
dan latihan;

(2) Menyusun sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi manuver yang
dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Menyusun kebijakan pembinaan personel prajurit


Puspenerbad dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
manuver;

(4) Menyusun pokok-pokok kebijakan TNI AD dalam


penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi manuver; dan

(5) Mempersiapkan rancana pengawasan dan pengendalian


terhadap kegiatan pembinaan fungsi manuver.

b) Tingkat Puscab:

(1) Menyusun kegiatan pembinaan fungsi manuver yang


dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan antara lain:

(a) Menyusun kegiatan pembinaan organisasi satuan


Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi manuver;

(b) Menyusun kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pembinaan fungsi manuver;

(c) Menyusun kegiatan pembinaan materiil dan alutsista


Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan fungsi
manuver;
194

(d) Menyusun rencana pembinaan fasilitas dalam


rangka mendukung pembinaan fungsi manuver;

(e) menyusun kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan
Penerbad yang mendukung pelaksanaan fungsi manuver;

(f) Menyusun pembinaan pendidikan kecabangan


Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dan dikbangum)
yang mendukung pembinaan fungsi manuver; dan

(g) Menyusun perumusan dan pengembangan sistem


dan metode latihan kecabangan Penerbad yang
mendukung pelaksanaan fungsi manuver.

(2) Merencanakan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis


kecabangan Penerbad bidangorganisasi, personel, materiil,
fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdik Penerbad:

(a) Mempersiapkan operasional pendidikan yang


mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi manuver
dengan cara:

i. Mempersiapkan kebutuhan kegiatan


pendidikan, pengajaran, dan latihan di bidang
keterampilan terbang helikopter serbu, helikopter
serang, pesawat terbang, dan PTTA bagi penerbang
dan awak pesawat untuk membina fungsi manuver;

ii. Menyusun program pengajaran di bidang


latihan pendidikan terbang helikopter serbu,
helikopter serang, pesawat terbang, dan PTTA
sesuai program pembinaan fungsi manuver yang
ditetapkan oleh Puspenerbad;

iii. Menyusun kalender pendidikan dankerangka


pelajaran terurai di bidang latihan terbang sesuai
kerangka pelajaran pokok yang ditetapkan oleh
Danpuspenerbad sebagai salah satu pembinaan
fungsi manuver;
195

iv. Menyusun jadwal harian latihan terbang


sesuai jadwal pelajaran mingguan yang ditetapkan
untuk membina kemampuan fungsi manuver;

v. Membuat konsep pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar
para Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan
fungsi manuver;

vi. Mempersiapkan kebutuhan pembinaan


penerbang pelatih yang mampu melaksanakan
penerbangan yang mendukung fungsi manuver;

vii. Mempersiapkan kebutuhanpenyajian


pengajaran latihan terbang dalam pembinaan
kemampuan fungsi manuver;

viii. Menyusunpembagian tugas mengajar


manuver kepada penerbang pelatih;

ix. Mempersiapkan kebutuhan pembina sistem


evaluasi latihan terbang khususnya penerbangan
yang mendukung fungsi manuver; dan

x. Mempersiapkan kebutuhan administrasi


kegiatan latihan terbang pendidikan mendukung
pembinaan fungsi manuver.

(b) Mempersiapkan pengendalian operasional


pendidikan dalam rangka mendukung pelaksanaan
pembinaan fungsi manuver;

(c) Mempersiapkan umpan balik terhadap doktrin


ataupun petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran
apakah sudah mendukung pelaksanaan fungsi manuver
atau tidak; dan

(d) Mempersiapkan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan
fungsi manuver.

(2) Lanumad Puspenerbad:

(a) Memelihara dan meningkatkan kemampuan


pelayanan fasilitas navigasi dan komunikasi, pengaturan
lalu lintas udara, pengumpulan data cuaca, dan pelayanan
196

briefing penerbangan di wilayah tanggung jawab Lanumad


mendukung pelaksanaan fungsi manuver;

(b) Memelihara dan meningkatkan kemampuan


pelayanan, pengamanan, dan pemeliharaan fasilitas udara
dalam rangka mendukung kelancaran, keselamatan
penerbangan dan kerja di wilayah tanggung jawab
Lanumad untuk mendukung pelaksanaan fungsi manuver;

(c) Mempersiapkan kegiatan perawatan, pemeliharaan


kesehatan umum, serta kesehatan penerbangan dalam
rangka memelihara kesiapan operasional personel untuk
mendukung fungsi manuver di Lanumad; dan

(d) Mempersiapkan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi manuver di Lanumad.

(3) Resimen Penerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pembinaan fungsi


manuver secara terus menerus berdasarkan kebijakan
komando atas di bidang latihan, personel, dan materiil
dengan cara:

i. Mempersiapkan kegiatan latihan pesawat


udara sesuai dengan proglatsi yang mendukung
pelaksanaan fungsi manuver, antara lain:

i) Mempersiapkan kebutuhan latihan


menggunakan Helikopter Serbu dalam
simulasi operasi manuver;

ii) Mempersiapkan kebutuhan latihan


menggunakan Helikopter Serang dalam
simulasi operasi manuver;

iii) Mempersiapkan kebutuhan latihan


menggunakan pesawat terbang dalam
simulasi operasi manuver; dan

iv) Mempersiapkan kebutuhan latihan


menggunakan PTTA dalam simulasi operasi
manuver.

ii. Mempersiapkan kegiatan pembinaan


personel yang mendukung pelaksanaan fungsi
manuver; dan
197

iii. Mempersiapkan kegiatan pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi manuver.

(b) Mempersiapkan kegiatan pengawasan dan


pengendalian bidang latihan, pembinaan personel, dan
pemeliharaan materiil pada jajaran skadron dibawahnya.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pembinaan fungsi


manuver di bidang pemeliharaan materiil dan alutsista
penerbangan;

(b) Mempersiapkan dan menyusun kegiatan asistensi


teknik pemeliharaan materiil dan alutsista penerbangan
dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi manuver;
dan

(c) Mempersiapkan kegiatan pemeliharaan tingkat


sedang dan berat materiil alutsista penerbangan dalam
mendukung pelaksanaan fungsi manuver.

(5) Balakada Puspenerbad. Mempersiapkan kegiatan di


bidang pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil
pesawat udara Puspenerbad dalam mendukung pembinaan
fungsi manuver.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Memelihara dan meningkatkankemampuan yang


berkenaan dengan pelayanan, pemeliharaan, dan
pengamanan fasilitas udara berkaitan dengan operasional
dan keselamatan penerbangan untuk mendukung fungsi
manuver di Lanudad;

(b) Memelihara dan meningkatkan kemampuan yang


berkenaan dengan navigasi dan komunikasi, pengaturan
lalu lintas udara, pengumpulan data cuaca dan data
penerbangan, serta pelayanan BO berkaitan dengan
operasional penerbanganmendukung fungsi manuver di
Lanudad; dan

(c) Mempersiapkan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial satuan nonkowil dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi manuver di
Lanudad.
198

(7) Gudmat Puspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan di lingkungan gudang materiil


dan senjata serta munisi untuk mendukung kesiapan pelaksanaan
fungsi manuver; dan

(b) Memelihara dan meningkatkan pengamanan gudang


materiil khususnya gudang penyimpanan senjata dan munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan serta
keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi manuver di
Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi manuver di Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan serta
keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi manuver
di Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi manuver di Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi manuver di Skadron Teknik; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi manuver di Skadron Teknik.

3) Pelaksanaan.

a) Tingkat Pusat:
199

(1) Menetapkan kebijakan pembinaan fungsi manuver yang


dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan;

(2) Mengeluarkan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi manuver yang
dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Menentukan kebijakan pembinaan personel prajurit


penerbangan dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
manuver;

(4) Menetapkan pokok-pokok kebijakan TNI AD dalam


penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi manuver; dan

(5) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian


terhadap kegiatan pembinaan fungsi manuver.

a) Tingkat Puscab:

(1) Melaksanakan kegiatan pembinaan fungsi manuver yang


dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan antara lain:

(a) Melaksanakan kegiatan pembinaan organisasi


satuan Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi
manuver, antara lain:

i. Melaksanakan penyusunan organisasi dan


tugas satuan Penerbadyang mendukung
terwujudnya fungsimanuver;

ii. Melaksanakanuji teori I organisasi dan


tugassatuan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsimanuver; dan

iii. Melaksanakan evaluasi organisasi dan tugas


satuan Penerbad yang mendukung terwujudnya
fungsimanuver.

(b) Melaksanakan kegiatan pembinaan personel


yang mendukung pembinaan fungsi manuver
dengan cara:
200

i. Menyarankan kebutuhan personel


kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi manuver; dan

ii. Menyarankan personel yang akan mengikuti


pendidikan dalam rangka mendukung terwujudnya
fungsi manuver kepada Kasad.

(c) Melaksanakan kegiatan pembinaan materiil dan


pesawat udara Penerbad dalam rangka mendukung
pembinaan fungsi manuver antara lain:

i. Pembinaan penggunaan Helikopter Serbu;

ii. Pembinaanpenggunaan Helikopter Serang;

iii. Pembinaan penggunaan Pesawat terbang;


dan

iv. Pembinaan penggunaan PTTA.

(d) Melaksanakan rencana pembinaan fasilitas dalam


rangka mendukung pembinaan fungsi manuver, dengan
cara:

i. Menyarankan kelengkapan sarana dan


prasarana satuan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi manuver; dan

ii. Menyarankan spesifikasi fasilitas satuan


Penerbad yang mendukung terwujudnya fungsi
manuver.

(e) Melaksanakan kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan
Penerbad yang mendukung pelaksanaan fungsi manuver:

i. Melaksanakan kegiatan penyusunan doktrin


yang mendukung pembinaan fungsi manuver; dan

ii. Melaksanakan kegiatan penyusunan petunjuk


mendukung pembinaan fungsi manuver yang
berkaitan dengan penggunaan pesawat udara
Penerbad;
201

(f) Melaksanakanpembinaan pendidikan kecabangan


Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dan dikbangum
yang mendukung pembinaan fungsimanuver), yaitu:

i. Melaksanakan jenis/macam pendidikan yang


mendukung terwujudnya fungsi manuver;

ii. Melaksanakan penyusunan kurikulum


pendidikan kecabangan Penerbad (dikma, diktuk,
dikbangspes, dandikbangum) yang mendukung
terwujudnya fungsi manuver; dan

iii. Melaksanakan evaluasi pendidikan


kecabangan Penerbad guna mendukung
terwujudnya fungsi manuver.

(g) Menyelenggarakan sistem dan metode latihan


kecabangan Penerbad yang mendukung pelaksanaan
fungsi manuver dengan cara:

i. Melaksanakan perumusan dan


pengembangan sistem dan metode latihan
kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi manuver;

ii. Melaksanakan perumusan dan


pengembangan perangkat kendali latihan
kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi manuver; dan

iii. Melaksanakan asistensi dan pengawasan


latihan kecabangan Penerbad untuk mewujudkan
fungsi manuver.
(2) Melaksanakan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis
kecabangan Penerbad bidang organisasi, personel, materiil,
fasilitas pendidikan, dan latihan dalam rangka pembinaan fungsi
manuver.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdik Penerbad:

(a) Melaksanakan operasional pendidikan yang


mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi manuver
dengan cara:

i. Melaksanakan kegiatan pendidikan,


pengajaran, dan latihan di bidang keterampilan
202

terbang helikopter serbu, helikopter serang, pesawat


terbang, dan PTTA bagi penerbang dan awak
pesawat untuk membina fungsi manuver;

ii. Mengikuti program pengajaran di bidang


latihan pendidikan terbang helikopter serbu,
helikopter serang, pesawat terbang, dan
PTTAsesuai program pembinaan fungsi manuver
yang sudah ditetapkan oleh Puspenerbad;

iii. Mengikuti kalender pendidikan dankerangka


pelajaran terurai di bidang latihan terbang sesuai
kerangka pelajaran pokok yang sudah ditetapkan
oleh Danpuspenerbad sebagai salah satu
pembinaan fungsi manuver;

iv. Mengikuti jadwal harian latihan terbang


sesuai jadwal pelajaran mingguan yang ditetapkan
untuk membina kemampuan fungsi manuver;

v. Melaksanakan pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar
para Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan
fungsi manuver;

vi. Melaksanakan pembinaan penerbang pelatih


yang mampu melaksanakan penerbangan yang
mendukung fungsi manuver;

vii. Melaksanakanpenyajian pengajaran latihan


terbang dalam pembinaan kemampuan fungsi
manuver;

viii. Membagi tugas mengajar manuver kepada


penerbang pelatih;

ix. Melaksanakan pembina sistem evaluasi


latihan terbang khususnya penerbangan yang
mendukung fungsi manuver; dan

x. Memenuhi kebutuhan administrasi kegiatan


latihan terbang pendidikan mendukung pembinaan
fungsi manuver.

(b) Melaksanakan pengendalian operasional pendidikan


dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi
manuver;
203

(c) Melaksanakan umpan balik terhadap doktrin


ataupun petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran
apakah sudah mendukung pelaksanaan fungsi manuver
atau tidak; dan

(d) Melaksanakan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan
fungsi manuver.

(2) Lanumad Puspenerbad:

(a) Melaksanakan rencana kegiatan pelayanan fasilitas


navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca, dan pelayanan briefing penerbangan di
wilayah tanggung jawab Lanumad mendukung pelaksanaan
fungsi manuver;

(b) Melaksanakan kegiatan pelayanan, pengamanan, dan


pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan dan kerja di wilayah
tanggung jawab Lanumad mendukung pelaksanaan fungsi
manuver;

(c) Melaksanakan kegiatan perawatan, dan pemeliharaan


kesehatan umum serta kesehatan penerbangan dalam rangka
memelihara kesiapan operasional personel dalam rangka
mendukung fungsi manuver di Lanumad; dan

(d) Melaksanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi manuver di Lanumad.

(3) Resimen Penerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan pembinaan fungsi manuver secara


terus menerus berdasarkan kebijakan komando atas dibidang
latihan, personel, dan materiil di jajaran skadron dibawahnya
yaitu:

i. Melaksanakan kegiatan latihan pesawat udara


sesuai dengan proglatsi yang mendukung pelaksanaan
fungsi manuver antara lain:

i) Melaksanakan latihan menggunakan


Helikopter Serbu dalam simulasi operasi manuver;
204

ii) Melaksanakan kebutuhan latihan


menggunakan Helikopter Serang dalam simulasi
operasi manuver;

iii) Melaksanakan latihan menggunakan pesawat


terbang dalam simulasi operasi manuver; dan

iv) Melaksanakan latihan menggunakan PTTA


dalam simulasi operasi manvuer.

ii. Melaksanakan kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pelaksanaan fungsi manuver; dan

iii. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan materiil dan


alutsista penerbangan dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi manuver.

(b) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian


bidang latihan, pembinaan personel, dan pemeliharaan materiil di
jajaran skadron dibawahnya.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan di bidang pemeliharaan materiil


dan alutsista penerbangan mendukung pembinaan fungsi
manuver;

(b) Melaksanakan kegiatan asistensi teknik pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi manuver; dan

(c) Melaksanakan kegiatan pemeliharaan tingkat sedang dan


berat materiil alutsista penerbangan dalam mendukung
pelaksanaan fungsi manuver.

(5) Balakada Puspenerbad. Melaksanakan kegiatan di bidang


pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil pesawat udara
Puspenerbad dalam mendukung pembinaan fungsi manuver.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
berkaitan dengan operasional dan keselamatan penerbangan
mendukung fungsi manuver di Lanudad;

(b) Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan fasilitas


navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
205

pengumpulan data cuaca dan data penerbangan, serta pelayanan


briefing officeberkaitan dengan operasional penerbangan
mendukung fungsi manuver di Lanudad; dan

(c) Melaksanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorialsatuan nonkowil dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi manuver di Lanudad.

(7) Gudmat Puspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan pendataan barang di lingkungan


gudang materiil dan senjata serta munisi untuk mendukung
kesiapan pelaksanaan fungsi manuver; dan

(b) Melaksanakan kegiatan pengamanan gudang materiil


khususnya gudang penyimpanan senjata dan munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad :

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan serta
keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi manuver di
Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi manuver di Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan serta
keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi manuver
di Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi manuver di Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi manuver di Skadron Teknik; dan
206

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi manuver di Skadron Teknik.

4) Pengakhiran.

a) Tingkat Pusat. Melaksanakan evaluasi terhadap pembinaan


fungsi manuver Puspenerbad yang meliputi bidang organisasi, personel,
materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.

b) Tingkat Puscab. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang organisasi, personel,
materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdikpenerbad Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver di bidang pendidikan.

(2) Lanumad Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
Pelayanan, keamanan dan kesehatan penerbangan.

(3) Resimen Penerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang pengoperasian
penerbangan.

(4) Bengpuspenerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang pemeliharaan
materiil dan alutsista penerbangan.

(5) Balakada Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
pengadaan materiil dan alutsista penerbangan.

(6) Lanudad Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
pelayanan, pengamanan, dan kesehatan penerbangan.

(7) Gudmat Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
penyimpanan dan penggudangan materiil, senjata, dan munisi
Puspenerbad.
207

(8) Skadron Serbu Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
inteligen, operasi, personel, logistik, dan Slambangja.

(9) Skadron Sena Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
inteligen, operasi, personel, logistik, dan Slambangja.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan serta
ketersediaan consumeable materiil pesawat udara.

c. Pembinaan Tembakan. Pembinaan tembakan ditujukan untuk mewujudkan


kesiapan operasional satuan Penerbad dalam rangka penggunaan alutsista berupa
Helikopter Serang maupun Helikopter Serbu dan PTTA beserta persenjataannya
secara taktis dilapangan untuk menghancurkan objek vital dan perkubuan musuh
bersama satuan bantuan tembakan (bantem) lainnya ataupun berdiri sendiri serta
melindungi diri dalam rangka melaksanakan OMP maupun OMSP bersifat tempur.
Pembinaan tembakan dilaksanakan melalui tahap perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan pengakhiran.

1) Perencanaan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Merencanakan kebijakan pembinaan fungsi tembakan


yang dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi
bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan,
dan latihan;

(2) Merencanakan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi tembakan
yang dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran
bidang pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Merencanakan kebijakan pembinaan personel prajurit


Penerbad dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
tembakan;

(4) Menyusun konsep pokok-pokok kebijakan TNI AD dalam


penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan; dan

(5) Menyusun rencana pengawasan dan pengendalian


terhadap kegiatan pembinaan fungsi tembakan.
208

b) Tingkat Puscab:

(1) Merencanakan kegiatan pembinaan fungsi tembakan yang


dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan
antara lain:

(a) Merencanakan kegiatan pembinaan organisasi satuan


Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi tembakan;

(b) Merencanakan kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pembinaan fungsi tembakan;

(c) Merencanakan kegiatan pembinaan materiil dan alutsista


Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan fungsi tembakan;

(d) Merencanakan pembinaan fasilitas dalam rangka


mendukung pembinaan fungsi tembakan;

(e) Merencanakan kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan Penerbad
yang mendukung pelaksanaan fungsi tembakan;

(f) Merencanakan pembinaan pendidikan kecabangan


Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dan dikbangum)yang
mendukung pembinaan fungsitembakan; dan

(g) Merencanakan rumusan dan pengembangan sistem dan


metode latihan kecabangan Penerbad yang mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan.

(2) Merencanakan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis


kecabangan Penerbad bidangorganisasi, personel, materiil, fasilitas,
doktrin, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdikpenerbad:

(a) Merencanakan operasional pendidikan yang mendukung


pelaksanaan pembinaan fungsi tembakan antara lain dengan
cara:

i. Merencanakan kegiatan pendidikan, pengajaran,


dan latihan di bidang keterampilan terbangHelikopter Serbu
dan Helikopter Serang bagi penerbang dan awak pesawat
untuk membina fungsi tembakan;
209

ii. Merencanakan program pengajaran di bidang


latihan pendidikan terbangHelikopter Serbu dan Helikopter
Serangsesuai program pembinaan fungsi manuver yang
sudah ditetapkan oleh Puspenerbad;

iii. Merencanakan kalender pendidikan dankerangka


pelajaran terurai di bidang latihan terbang sesuai kerangka
pelajaran pokok yang sudah ditetapkan oleh
Danpuspenerbad sebagai salah satu pembinaan fungsi
tembakan;

iv. Merencanakan jadwal harian latihan terbang sesuai


jadwal pelajaran mingguan yang ditetapkan untuk membina
kemampuan fungsi tembakan;

v. Merencanakan pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar para
Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan fungsi
tembakan;

vi. Merencanakan pembinaan penerbang pelatih yang


mampu melaksanakan penerbangan yang mendukung
fungsi tembakan;

vii. Merencanakanpenyajian pengajaran latihan terbang


dalam pembinaan kemampuan fungsi tembakan;

viii. Merencanakan pembagian tugas mengajar


tembakan kepada penerbang pelatih;

ix. Merencanakan pembina sistem evaluasi latihan


terbang khususnya penerbangan yang mendukung fungsi
tembakan; dan

x. Merencanakan administrasi kegiatan latihan terbang


pendidikan mendukung pembinaan fungsi tembakan.

(b) Merencanakan pengendalian operasional pendidikan


dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi
tembakan;

(c) Merencanakan umpan balik terhadap doktrin ataupun


petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran apakah sudah
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan atau tidak; dan
210

(d) Merencanakan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan fungsi
tembakan.

(2) Lanumad Puspenerbad:

(a) Merencanakan dan mengoordinasikan kegiatan pelayanan


fasilitas navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca, dan pelayanan briefing penerbangan di
wilayah tanggung jawab Lanumad mendukung pelaksanaan
fungsi tembakan;

(b) Merencanakan kegiatan pelayanan, pengamanan, dan


pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan dan kerja di wilayah
tanggung jawab Lanumad mendukung pelaksanaan fungsi
tembakan;

(c) Merencanakan kegiatan perawatan dan pemeliharaan


kesehatan umum, serta kesehatan penerbangan dalam rangka
memelihara kesiapan operasional personel dalam rangka
mendukung fungsi tembakan di Lanumad; dan

(d) Merencanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan di Lanumad.

(3) Resimen Penerbad:

(a) Merencanakan pembinaan fungsi tembakan secara terus-


menerus berdasarkan kebijakan komando atas di bidang latihan,
personel, dan materiil kepada jajaran skadron dibawahnya;

i. Merencanakan kegiatan latihan helikopterpada


jajaran skadron dibawahnya sesuai dengan proglatsi yang
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan, antara lain:

i) Merencanakan latihan menggunakan


Helikopter Serbu dalam simulasi operasi tembakan;
dan

ii) Merencanakan latihan menggunakan


Helikopter Serang dalam simulasi operasi
tembakan.

ii. Merencanakan kegiatan pembinaan personel


penerbang, awak pesawat dan pendukung pada jajaran
211

skadron di bawahnya yang mendukung pelaksanaan fungsi


tembakan; dan

iii. Merencanakan kegiatan pemeliharaan materiil dan


alutsista penerbangan pada jajaran skadron di bawahnya
dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi tembakan.

(b) Merencanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian


bidang latihan, pembinaan personel, dan pemeliharaan materiil
pada jajaran skadron di bawahnya.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan pembinaan fungsi tembakan di


bidang pemeliharaan materiil dan alutsista penerbangan;

(b) Merencanakan asistensi teknik pemeliharaan materiil dan


alutsista penerbangan dalam rangka mendukung pelaksanaan
fungsi tembakan; dan

(c) Merencanakan pemeliharaan tingkat sedang dan berat


materiil alutsista penerbangan dalam mendukung pelaksanaan
fungsi tembakan.

(5) Balakada Puspenerbad. Merencanakan kegiatan di


bidang pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil
Helikopter Serbu dan Helikopter Serang Puspenerbad sebagai
pendukung pelaksanaan fungsi tembakan.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
berkaitan dengan operasional dan keselamatan penerbangan
mendukung fungsi tembakan di Lanudad;

(b) Merencanakan kegiatan yang berkenaan denganfasilitas


navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca dan data penerbangan, serta pelayanan
BO berkaitan dengan operasional penerbanganmendukungfungsi
tembakan di Lanudad; dan

(c) Merencanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorialsatuan nonkowil dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Lanudad.

(7) Gudmat Puspenerbad:


212

(a) Merencanakan kegiatan di lingkungan gudang materiil dan


senjata serta munisi untuk mendukung kesiapan pelaksanaan
fungsi tembakan; dan

(b) Merencanakan kegiatan pengamanan gudang materiil


khususnya gudang penyimpanan senjata dan munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad :

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan serta
keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi tembakan di
Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan serta
keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi tembakan
di Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi tembakan di Skadron Teknik; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Skadron Teknik.

2) Persiapan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Mempersiapkan kebijakan pembinaan fungsi tembakan yang


dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan;
213

(2) Mempersiapkan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi tembakan yang
dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Mempersiapkan kebijakan pembinaan personel prajurit


Puspenerbad dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi tembakan;

(4) Mempersiapkan dan menyusun pokok-pokok kebijakan TNI AD


dalam penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan; dan

(5) Mempersiapkan rencana kegiatan pengawasan dan pengendalian


terhadap kegiatan pembinaan fungsi tembakan.

b) Tingkat Puscab:

(1) Menyusun kegiatan pembinaan fungsi tembakan yang dituangkan


dalam rencana program kerja dan anggaran bidang organisasi,
personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan, antara lain:

(a) Menyusun kegiatan pembinaan organisasi satuan


Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi tembakan;

(b) Menyusun kegiatan pembinaan personel yang mendukung


pembinaan fungsi tembakan;

(c) Menyusun kegiatan pembinaan materiil dan alutsista


Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan fungsi
tembakan;

(d) Menyusun rencana pembinaan fasilitas dalam rangka


mendukung pembinaan fungsi tembakan;

(e) Menyusun kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan Penerbad
yang mendukung pelaksanaan fungsi tembakan;

(f) Menyusunpembinaan pendidikan kecabangan Penerbad


(dikma, diktuk, dikbangspes, dan dikbangum)yang mendukung
pembinaan fungsitembakan; dan

(g) Menyusun perumusan dan pengembangan sistem dan


metode latihan kecabangan Penerbad yang mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan.
214

(2) Mempersiapkan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis


kecabangan Penerbad bidangorganisasi, personel, materiil, fasilitas,
doktrin, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdikpenerbad:

(a) Mempersiapkan operasional pendidikan yang mendukung


pelaksanaan pembinaan fungsi tembakandengan cara:

i. Mempersiapkan kebutuhan kegiatan pendidikan,


pengajaran, dan latihan di bidang keterampilan terbang
Helikopter serbu dan Helikopter serang bagi penerbang
dan awak pesawat untuk membina fungsi tembakan;

ii. Menyusun program pengajaran di bidang latihan


pendidikan terbang Helikopter serbu dan Helikopter serang
sesuai program pembinaan fungsi tembakan yang
ditetapkan oleh Puspenerbad;

iii. Menyusun kalender pendidikan dankerangka


pelajaran terurai di bidang latihan terbang sesuai kerangka
pelajaran pokok yang ditetapkan oleh Danpuspenerbad
sebagai salah satu pembinaan fungsi tembakan;

iv. Menyusun jadwal harian latihan pendidikan terbang


sesuai jadwal pelajaran mingguan yang ditetapkan untuk
membina kemampuan fungsi tembakan;

v. Membuat konsep pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar para
Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan fungsi
tembakan;

vi. Mempersiapkan kebutuhan pembinaan penerbang


pelatih yang mampu melaksanakan penerbangan yang
mendukung fungsi tembakan;

vii. Mempersiapkan kebutuhanpenyajian pengajaran


latihan pendidikan terbang dalam pembinaan kemampuan
fungsi tembakan;

viii. Menyusunpembagian tugas mengajar tembakan


kepada penerbang pelatih;
215

ix. Mempersiapkan kebutuhan pembina sistem evaluasi


latihan terbang khususnya penerbangan yang mendukung
fungsi tembakan; dan

x. Mempersiapkan kebutuhan administrasi kegiatan


latihan terbang pendidikan mendukung pembinaan fungsi
manuver.;

(b) Mempersiapkan pengendalian operasional pendidikan


dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi
tembakan;

(c) Mempersiapkan umpan balik terhadap doktrin ataupun


petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran apakah sudah
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan atau tidak; dan

(d) Mempersiapkan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan fungsi
tembakan.

(2) Lanumad Puspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pelayanan fasilitas navigasi dan


komunikasi, pengaturan lalu lintas udara, pengumpulan data
cuaca, dan pelayanan briefing penerbangan di wilayah tanggung
jawab Lanumad mendukung pelaksanaan fungsi tembakan;

(b) Mempersiapkan kegiatan pelayanan, pengamanan, dan


pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan, dan kerja di wilayah
tanggung jawab Lanumad mendukung pelaksanaan fungsi
tembakan;

(c) Mempersiapkan kegiatan perawatan dan pemeliharaan


kesehatan umum serta kesehatan penerbangan dalam rangka
memelihara kesiapan operasional personel dalam rangka
mendukung fungsi tembakan di Lanumad; dan

(d) Mempersiapkan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan di Lanumad.

(3) Resimen Penerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pembinaan fungsi tembakan


secara terus-menerus berdasarkan kebijakan komando atas di
bidang latihan, personel, dan materiil;
216

i. Mempersiapkan kegiatan latihan helikopter sesuai


dengan proglatsi yang mendukung pelaksanaan fungsi
tembakan, antara lain:

i) Mempersiapkan kebutuhan latihan


menggunakan Helikopter serbu dalam simulasi
operasi tembakan; dan

ii) Mempersiapkan kebutuhan latihan


menggunakan Helikopter serang dalam simulasi
operasi tembakan.

ii. Mempersiapkan kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pelaksanaan fungsi tembakan; dan

iii. Mempersiapkan kegiatan pemeliharaan materiil dan


alutsista penerbangan dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan.

(b) Mempersiapkan kegiatan pengawasan dan pengendalian


bidang latihan, pembinaan personel, dan pemeliharaan materiil di
jajaran skadron dibawahnya.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pembinaan fungsi tembakan di


bidang pemeliharaan materiil dan alutsista penerbangan;

(b) Mempersiapkan kegiatan asistensi teknik pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan; dan

(c) Mempersiapkan kegiatan pemeliharaan tingkat sedang dan


berat materiil alutsista penerbangan dalam mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan.

(5) Balakada Puspenerbad. Mempersiapkan kegiatan di bidang


pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil Helikopter serbu
dan Helikopter serang Puspenerbad dalam mendukung pembinaan
fungsi tembakan.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
berkaitan dengan operasional dan keselamatan
penerbanganmendukungfungsi tembakan di Lanudad;
217

(b) Mempersiapkan kegiatan yang berkenaan dengan fasilitas


navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca dan data penerbangan, serta pelayanan
BO berkaitan dengan operasional penerbangan mendukung
fungsi tembakan di Lanudad; dan

(c) Mempersiapkan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial satuan nonkowil dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Lanudad.

(7) Gudmat Puspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan di lingkungan gudang materiil


dan senjata serta munisi untuk mendukung kesiapan pelaksanaan
fungsi tembakan; dan

(b) Mempersiapkan kegiatan pengamanan gudang materiil


khususnya gudang penyimpanan senjata dan munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan serta
keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi tembakan di
Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan serta
keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi tembakan
di Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi tembakan di Skadron Teknik; dan
218

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Skadron Teknik.

3) Pelaksanaan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Menetapkan kebijakan pembinaan fungsi tembakan yang


dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan;

(2) Mengeluarkan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi tembakan
yang dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran
bidang pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Menentukan kebijakan pembinaan personel prajurit


penerbangan dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
tembakan;

(4) Menetapkan pokok-pokok kebijakan TNI AD dalam


penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan; dan

(5) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian


terhadap kegiatan pembinaan fungsi tembakan.

b) Tingkat Puscab:

(1) Melaksanakan kegiatan pembinaan fungsi tembakan yang


dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan antara lain:

(a) Melaksanakan kegiatan pembinaan organisasi


satuan Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi
tembakan, dengan cara:

i. Melaksanakan penyusunan organisasi dan


tugas satuan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi tembakan;

ii. Melaksanakan uji teori I organisasi dan tugas


satuan Penerbad yang mendukung terwujudnya
fungsi tembakan; dan
219

iii. Melaksanakan evaluasi organisasi dan tugas


satuan Penerbad yang mendukung terwujudnya
fungsi dukungan.

(b) Melaksanakan kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pembinaan fungsi tembakan, dengan cara:

i. Menyarankan kebutuhan personel


kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi tembakan; dan

ii. Menyarankan personel yang akan mengikuti


pendidikan dalam rangka mendukung terwujudnya
fungsi tembakan kepada Kasad.

(c) Melaksanakan kegiatan pembinaan materiil dan


alutsista Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan
fungsi tembakanyaitu pembinaan penggunaan senjata
pada Helikopter serbu dan Helikopter serang serta meteriil
pendukungnya;
(d) Melaksanakan rencana pembinaan fasilitas dalam
rangka mendukung pembinaan fungsi tembakan antara
lain:

i. Menyarankan kelengkapan sarana dan


prasarana satuan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi tembakan; dan

ii. Menyarankan spesifikasi fasilitas satuan


Penerbad yang mendukung terwujudnya fungsi
tembakan.

(e) Melaksanakan kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan
Penerbad yang mendukung pelaksanaan fungsi tembakan
antara lain:

i. Melaksanakan kegiatan penyusunan doktrin


yang mendukung pembinaan fungsi tembakan; dan

ii. Melaksanakan kegiatan penyusunan petunjuk


mendukung pembinaan fungsi tembakan yang
berkaitan dengan penggunaan Helikopter serbu dan
Helikopter serang berserta persenjataannya;

(f) Melaksanakanpembinaan pendidikan kecabangan


Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dan
220

dikbangum)yang mendukung pembinaan fungsi tembakan,


dengan cara:

i. Melaksanakan jenis/macam pendidikan yang


mendukung terwujudnya fungsi tembakan;

ii. Melaksanakan penyusunan kurikulum


pendidikan kecabangan Penerbad (dikma, diktuk,
dikbangspes, dandikbangum) yang mendukung
terwujudnya fungsi tembakan; dan

iii. melaksanakan evaluasi pendidikan


kecabangan Penerbad guna mendukung
terwujudnya fungsi tembakan.

(g) Menyelenggarakan sistem dan metode latihan


kecabangan Penerbad yang mendukung pelaksanaan
fungsi tembakan, antara lain:

i. Melaksanakan perumusan dan


pengembangan sistem dan metode latihan
kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi tembakan;

ii. Melaksanakan perumusan dan


pengembangan perangkat kendali latihan
kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi tembakan; dan

iii. Melaksanakan asistensi dan pengawasan


latihan kecabangan Penerbad untuk mewujudkan
fungsi tembakan.

(2) Melaksanakan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis


kecabangan Penerbad bidang organisasi, personel, materiil,
fasilitas pendidikan, dan latihan dalam rangka pembinaan fungsi
tembakan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdik Penerbad:

(a) Melaksanakan operasional pendidikan yang


mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi tembakan
dengan cara:

i. Melaksanakan kegiatan pendidikan,


pengajaran, dan latihan di bidang keterampilan
221

terbang Helikopter serbu dan Helikopter serang bagi


penerbang dan awak pesawat untuk membina fungsi
tembakan;

ii. Mengikuti program pengajaran di bidang


latihan pendidikan terbang Helikopter serbu dan
Helikopter serang sesuai program pembinaan fungsi
tembakan yang sudah ditetapkan oleh Puspenerbad;

iii. Mengikuti kalender pendidikan dankerangka


pelajaran terurai di bidang latihan terbang sesuai
kerangka pelajaran pokok yang sudah ditetapkan
oleh Danpuspenerbad sebagai salah satu
pembinaan fungsi tembakan;

iv. Mengikuti jadwal harian latihan terbang


sesuai jadwal pelajaran mingguan yang ditetapkan
untuk membina kemampuan fungsi tembakan;

v. Melaksanakan pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar
para Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan
fungsi tembakan;

vi. Melaksanakan pembinaan penerbang pelatih


yang mampu melaksanakan penerbangan yang
mendukung fungsi tembakan;

vii. Melaksanakanpenyajian pengajaran latihan


terbang dalam pembinaan kemampuan fungsi
tembakan;

viii. Membagi tugas mengajar tembakan kepada


penerbang pelatih;

ix. Melaksanakan pembina sistem evaluasi


latihan terbang khususnya penerbangan yang
mendukung fungsi tembakan; dan

x. Memenuhi kebutuhan administrasi kegiatan


latihan terbang pendidikan mendukung pembinaan
fungsi tembakan.

(b) Melaksanakan pengendalian operasional pendidikan


dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi
tembakan;
222

(c) Melaksanakan umpan balik terhadap doktrin


ataupun petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran
apakah sudah mendukung pelaksanaan fungsi tembakan
atau tidak; dan

(d) Melaksanakan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan
fungsi tembakan.

(2) Lanumad Puspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan pelayanan fasilitas navigasi


dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca, dan pelayanan briefing
penerbangan di wilayah tanggung jawab Lanumad
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan;

(b) Melaksanakan kegiatan pelayanan, pengamanan,


dan pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan, dan kerja di
wilayah tanggung jawab Lanumad mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan;

(c) Melaksanakan kegiatan perawatan, dan


pemeliharaan kesehatan umum serta kesehatan
penerbangan dalam rangka memelihara kesiapan
operasional personel dalam rangka mendukung fungsi
tembakan di Lanumad; dan

(d) Melaksanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan di Lanumad.

(3) Resimen Penerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan pembinaan fungsi tembakan


secara terus menerus berdasarkan kebijakan komando atas di
bidang latihan, personel, dan materiil di jajaran skadron
dibawahnya;

i. Melaksanakan kegiatan latihan helikopter sesuai


dengan proglatsi yang mendukung pelaksanaan fungsi
tembakan antara lain:
i) Melaksanakan latihan menggunakan
Helikopter serbu dalam simulasi operasi tembakan;
dan
223

ii) Melaksanakan kebutuhan latihan


menggunakan Helikopter serang dalam simulasi
operasi tembakan.

ii. Melaksanakan kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pelaksanaan fungsi tembakan; dan

iii. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan materiil dan


alutsista penerbangan dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan.

(b) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian


bidang latihan, pembinaan personel, dan pemeliharaan materiil.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Meningkatkan kegiatan pemeliharaan materiil dan alutsista


penerbangan untuk mendukung pembinaan fungsi tembakan;

(b) Melaksanakan kegiatan asistensi teknik pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi tembakan; dan

(c) Melaksanakan dan meningkatkan kegiatan pemeliharaan


tingkat sedang dan berat materiil alutsista penerbangan dalam
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan.

(5) Balakada Puspenerbad. Melaksanakan kegiatan di bidang


pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil Helikopter serbu
dan Helikopter serang Puspenerbad dalam mendukung pembinaan
fungsi tembakan.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
berkaitan dengan operasional dan keselamatan
penerbanganmendukungfungsi tembakan di Lanudad;

(b) Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan fasilitas


navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca, dan data penerbangan, serta
pelayanan briefing office (BO) berkaitan dengan operasional
penerbangan mendukung fungsi tembakan di Lanudad; dan

(c) Melaksanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial satuan nonkowil dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Lanudad.
224

(7) Gudmat Puspenerbad:


(a) Melaksanakan kegiatan pendataan barang di lingkungan
gudang materiil dan senjata serta munisi untuk mendukung
kesiapan pelaksanaan fungsi tembakan; dan

(b) Melaksanakan kegiatan pengamanan gudang materiil


khususnya gudang penyimpanan senjata dan munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan serta
keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi tembakan di
kadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan serta
keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi tembakan
di Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi tembakan di Skadron Teknik; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi tembakan di Skadron Teknik.

4) Pengakhiran.

a) Tingkat Pusat. Melaksanakan evaluasi terhadap pembinaan fungsi


tembakan Puspenerbad yang meliputi bidang organisasi, personel,
materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.
225

b) Tingkat Puscab. Melaksanakan evaluasi terhadap pembinaan


fungsi tembakan yang meliputi bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas,
doktrin, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdikpenerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap pembinaan


fungsi tembakan di bidang pendidikan.

(2) Lanumad Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi tembakan yang meliputi bidang pelayanan,
keamananan, dan kesehatan penerbangan.

(3) Resimen Penerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi tembakan yang meliputi bidang pengoperasian
penerbangan.

(4) Bengpuspenerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi tembakan yang meliputi bidang pemeliharaan materiil
dan alutsista penerbangan.

(5) BalakadaPuspenerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi tembakan yang meliputi bidang pengadaan materiil
dan alutsista penerbangan.

(6) Lanudad Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi tembakan yang meliputi bidang pelayanan dan
pengamanan.

(7) Gudmat Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi tembakan yang meliputi bidang penyimpanan dan
penggudangan materiil, senjata, dan munisi Puspenerbad.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang inteligen,
operasi, personel, logistik, dan Slambangja.

(9) Skadron Sena Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang inteligen,
operasi, personel, logistik, dan Slambangja.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang pemeliharaan
pesawat udara, senjata, alat perlengkapan serta ketersediaan
consumeable materiil pesawat udara.

d. Pembinaan Perlindungan. Pembinaan perlindungan ditujukan untuk


mewujudkan kesiapan operasional satuan Penerbad dalam rangka penggunaan
226

alutsista berupa Helikopter Serang dan persenjataannya untuk memberikan


perlindungan udara terhadap pergerakan taktis satuan darat dalam melaksanakan
operasi baik OMP maupun OMSP bersifat tempur. Pembinaan perlindungan melalui
tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

1) Perencanaan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Merencanakan kebijakan pembinaan fungsi perlindungan


yang dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi
bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas, pendidikan, dan
latihan;

(2) Merencanakan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi perlindungan
yang dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran
bidang pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Merencanakan dan menyusun kebijakan pembinaan


personel prajurit Penerbad dalam rangka mendukung pelaksanaan
fungsi perlindungan;

(4) Merencanakan dan menyusun pokok-pokok kebijakan TNI


AD dalam penentuan pembinaan materiil dan alutsista
penerbangan guna mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan;
dan

(5) Merencanakan dan meningkatkan kegiatan pengawasan


dan pengendalian terhadap kegiatan pembinaan fungsi
perlindungan.

b) Tingkat Puscab:

(1) Merencanakan kegiatan pembinaan fungsi perlindungan


yang dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran
bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan,
dan latihan, antara lain:

(a) Merencanakan kegiatan pembinaan organisasi


satuan Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi
perlindungan;

(b) Merencanakan kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pembinaan fungsi perlindungan;
227

(c) Merencanakan kegiatan pembinaan materiil dan


alutsista Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan
fungsi perlindungan;

(d) Merencanakan pembinaan fasilitas dalam rangka


mendukung pembinaan fungsi perlindungan;

(e) Merencanakan kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan
Penerbad yang mendukung pelaksanaan fungsi
perlindungan;

(f) Merencanakanpembinaan pendidikan kecabangan


Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dan
dikbangum)yang mendukung pembinaan fungsi
perlindungan; dan

(g) Merencanakanrumusan dan pengembangan sistem


dan metode latihan kecabangan Penerbad yang
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan.

(2) Merencanakan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis


kecabangan Penerbad bidang organisasi, personel, materiil,
fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdik Penerbad:

(a) Merencanakan operasional pendidikan yang


mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi
perlindunganantara lain:

i. Merencanakan kegiatan pendidikan,


pengajaran, dan latihan di bidang keterampilan
terbang Helikopter serang bagi penerbang dan awak
pesawat untuk membina fungsi perlindungan;

ii. Merencanakan program pengajaran di


bidangpendidikanterbang Helikopter serang sesuai
program pembinaan fungsi perlindungan yang
ditetapkan oleh Puspenerbad;

iii. Merencanakan kalender pendidikan


dankerangka pelajaran terurai di bidang latihan
terbang sesuai rangka pelajaran pokok yang
ditetapkan oleh Danpuspenerbad sebagai salah satu
pembinaan fungsi perlindungan;
228

iv. Merencanakan jadwal harian pendidikan


terbang sesuai jadwal pelajaran mingguan yang
ditetapkan untuk membina kemampuan fungsi
perlindungan;

v. Merencanakan pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar
para Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan
fungsi perlindungan;

vi. Merencanakan pembinaan penerbang pelatih


yang mampu melaksanakan penerbangan yang
mendukung fungsi perlindungan;

vii. Merencanakan penyajian pengajaran


pendidikan terbang dalam pembinaan kemampuan
fungsi perlindungan;

viii. Merencanakan pembagian tugas mengajar


para penerbang pelatih;

ix. Merencanakan pembina sistem evaluasi


pendidikan terbang khususnya penerbangan yang
mendukung fungsi perlindungan; dan

x. Merencanakan administrasi kegiatan


pendidikan terbang mendukung pembinaan fungsi
perlindungan.

(b) Merencanakan pengendalian operasional


pendidikan dalam rangka mendukung pelaksanaan
pembinaan fungsi perlindungan;

(c) Merencanakan umpan balik terhadap doktrin


ataupun petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran
apakah sudah mendukung pelaksanaan fungsi
perlindungan atau tidak; dan

(d) Merencanakan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan
fungsi perlindungan.

(2) Lanumad Puspenerbad :

(a) Merencanakan kegiatan pelayanan fasilitas navigasi


dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
229

pengumpulan data cuaca, dan pelayanan briefing


penerbangan di wilayah tanggung jawab Lanumad
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan;

(b) Merencanakan kegiatan pelayanan, pengamanan,


dan pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan, dan kerja di
wilayah tanggung jawab Lanumad mendukung
pelaksanaan fungsi perlindungan;

(c) Merencanakan kegiatan perawatan, dan


pemeliharaan kesehatan umum serta kesehatan
penerbangan dalam rangka memelihara kesiapan
operasional personel dalam rangka mendukung fungsi
perlindungan di Lanumad; dan

(d) Merencanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi perlindungan di Lanumad.

(3) Resimen Penerbad

(a) Merencanakan pembinaan fungsi perlindungan


secara terus menerus berdasarkan kebijakan komando
atas di bidang latihan, personel, dan materiil kepada jajaran
skadron dibawahnya;

i. Merencanakan kegiatan latihan Helikopter


Serangpada jajaran skadron dibawahnya sesuai
dengan proglatsi yang mendukung pelaksanaan
fungsi perlindungan dalam simulasi operasi
perlindungan;

ii. Merencanakan kegiatan pembinaan personel


penerbang, awak pesawat dan pendukung pada
jajaran skadron di bawahnya yang mendukung
pelaksanaan fungsi perlindungan; dan

iii. Merencanakan kegiatan pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan pada jajaran
skadron di bawahnya dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi perlindungan.

(b) Merencanakan kegiatan pengawasan dan


pengendalian bidang latihan, pembinaan personel, dan
pemeliharaan materiil pada jajaran skadron di bawahnya.

(4) Bengpuspenerbad:
230

(a) Merencanakan kegiatan pembinaan fungsi


perlindungan di bidang pemeliharaan materiil dan alutsista
penerbangan;

(b) Merencanakan asistensi teknik pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan; dan

(c) Merencanakan pemeliharaan tingkat sedang dan


berat materiil alutsista penerbangan dalam mendukung
pelaksanaan fungsi perlindungan.

(5) Balakada Puspenerbad. Merencanakan kegiatan di


bidang pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil
Helikopter Serang Puspenerbad sebagai pendukung pelaksanaan
fungsi perlindungan.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
berkaitan dengan operasional dan keselamatan
penerbangan mendukung fungsi perlindungan di Lanudad.

(b) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


fasilitas navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas
udara, pengumpulan data cuaca, dan data penerbangan,
serta pelayanan BO berkaitan dengan operasional
penerbangan mendukung fungsi perlindungan di Lanudad;
dan

(c) Merencanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial satuan nonkowil dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Lanudad.

(7) Gudmat Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan di lingkungan gudang


materiil dan senjata serta munisi untuk mendukung
kesiapan pelaksanaan fungsi perlindungan; dan

(b) Merencanakan kegiatan pengamanan gudang


materiil khususnya gudang penyimpanan senjata dan
munisi.
231

(8) Skadron Serbu Puspenerbad :

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi
perlindungan di Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi
perlindungan di Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi perlindungan di Skadron Teknik; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Skadron Teknik.

2) Persiapan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Mempersiapkan kebijakan pembinaan fungsi perlindungan


yang dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi
bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas, pendidikan, dan
latihan;

(2) Mempersiapkan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi perlindungan
232

yang dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran


bidang pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Mempersiapkan kebijakan pembinaan personel prajurit


Puspenerbad dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
perlindungan;

(4) Mempersiapkan pokok-pokok kebijakan TNI AD dalam


penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan; dan

(5) Mempersiapkan kegiatan pengawasan dan pengendalian


terhadap kegiatan pembinaan fungsi perlindungan.

b) Tingkat Puscab:

(1) Menyusun kegiatan pembinaan fungsi perlindungan yang


dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan antara lain:

(a) Menyusun kegiatan pembinaan organisasi satuan


Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi
perlindungan;

(b) Menyusun kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pembinaan fungsi perlindungan;

(c) Menyusun kegiatan pembinaan materiil dan alutsista


Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan fungsi
perlindungan;

(d) Menyusun rencana pembinaan fasilitas dalam


rangka mendukung pembinaan fungsi perlindungan;

(e) Menyusun kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan
Penerbad yang mendukung pelaksanaan fungsi
perlindungan;

(f) Menyusunpembinaan pendidikan kecabangan


Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dan
dikbangum)yang mendukung pembinaan
fungsiperlindungan; dan

(g) Menyusun perumusan dan pengembangan sistem


dan metode latihan kecabangan Penerbad yang
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan.
233

(2) Mempersiapkan kebutuhan kegiatan asistensi dan


pengawasan teknis kecabangan Penerbad bidang organisasi,
personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdik Penerbad:

(a) Mempersiapkan operasional pendidikan yang


mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi perlindungan;

i. Mempersiapkan kebutuhan kegiatan


pendidikan, pengajaran, dan latihan di bidang
keterampilan terbang Helikopter serang bagi
penerbang dan awak pesawat untuk membina fungsi
perlindungan;

ii. Menyusun program pengajaran di bidang


latihan pendidikan terbang Helikopter serang sesuai
program pembinaan fungsi perlindungan yang
ditetapkan oleh Puspenerbad;

iii. Menyusun kalender pendidikan dankerangka


pelajaran terurai di bidang latihan terbang sesuai
kerangka pelajaran pokok yang ditetapkan oleh
Danpuspenerbad sebagai salah satu pembinaan
fungsi perlindungan;

iv. Menyusun jadwal harian latihan terbang


sesuai jadwal pelajaran mingguan yang ditetapkan
untuk membina kemampuan fungsi perlindungan;

v. Membuat konsep pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar
para Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan
fungsi perlindungan;

vi. Mempersiapkan kebutuhan pembinaan


penerbang pelatih yang mampu melaksanakan
penerbangan yang mendukung fungsi perlindungan;

vii. Mempersiapkan kebutuhan penyajian


pengajaran latihan terbang dalam pembinaan
kemampuan fungsi perlindungan;
234

viii. Menyusun pembagian tugas mengajar


kepada penerbang pelatih;

ix. Mempersiapkan kebutuhan pembina sistem


evaluasi latihan terbang khususnya penerbangan
yang mendukung fungsi perlindungan; dan

x. Mempersiapkan kebutuhan administrasi


kegiatan latihan terbang pendidikan mendukung
pembinaan fungsi perlindungan.

(b) Mempersiapkan pengendalian operasional


pendidikan dalam rangka mendukung pelaksanaan
pembinaan fungsi perlindungan;

(c) Mempersiapkan umpan balik terhadap doktrin


ataupun petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran
apakah sudah mendukung pelaksanaan fungsi
perlindungan atau tidak; dan

(d) Mempersiapkan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan
fungsi perlindungan.

(2) Lanumad Puspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pelayanan fasilitas


navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca, dan pelayanan briefing
penerbangan di wilayah tanggung jawab Lanumad
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan;

(b) Mempersiapkan kegiatan pelayanan, pengamanan,


dan pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan dan kerja di wilayah
tanggung jawab Lanumad mendukung pelaksanaan fungsi
perlindungan;

(c) Mempersiapkan kegiatan perawatan dan


pemeliharaan kesehatan umum serta kesehatan
penerbangan dalam rangka memelihara kesiapan
operasional personel dalam rangka mendukung fungsi
perlindungan di Lanumad; dan

(d) Mempersiapkan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi perlindungan di Lanumad.
235

(3) Resimen Penerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pembinaan fungsi


perlindungan secara terus menerus berdasarkan kebijakan
komando atas di bidang latihan, personel, dan materiil di
jajaran skadron dibawahnya;

i. Mempersiapkan kebutuhan kegiatan


latihanHelikopter serang sesuai dengan proglatsi
yang mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan
dalam simulasi operasi perlindungan;

ii. Mempersiapkan kebutuhan kegiatan


pembinaan personel yang mendukung pelaksanaan
fungsi perlindungan; dan

iii. Mempersiapkan kebutuhan kegiatan


pemeliharaan materiil dan alutsista penerbangan
dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
perlindungan.
(b) Mempersiapkan kegiatan pengawasan dan
pengendalian bidang latihan, pembinaan personel, dan
pemeliharaan materiil.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pembinaan fungsi


perlindungan di bidang pemeliharaan materiil dan alutsista
penerbangan;

(b) Mempersiapkan kegiatan asistensi teknik


pemeliharaan materiil dan alutsista penerbangan dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan; dan

(c) Mempersiapkan kegiatan pemeliharaan tingkat


sedang dan berat materiil alutsista penerbangan dalam
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan.

(5) Balakada Puspenerbad. Mempersiapkan kegiatan di


bidang pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil
Helikopter SerangPenerbad dalam mendukung pembinaan fungsi
perlindungan.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
236

berkaitan dengan operasional dan keselamatan


penerbangan mendukung fungsi perlindungan di Lanudad;

(b) Mempersiapkan kegiatan yang berkenaan dengan


fasilitas navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas
udara, pengumpulan data cuaca dan data penerbangan,
serta pelayanan BO berkaitan dengan operasional
penerbangan mendukung fungsi perlindungan di Lanudad;
dan

(c) Mempersiapkan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial satuan nonkowil dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Lanudad.

(7) Gudmat Puspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan di lingkungan gudang


materiil dan senjata serta munisi untuk mendukung
kesiapan pelaksanaan fungsi perlindungan; dan

(b) Mempersiapkan kegiatan pengamanan gudang


materiil khususnya gudang penyimpanan senjata dan
munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi
perlindungan di Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna mendukung
fungsi perlindungan di Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Skadron Sena.
237

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi perlindungan di Skadron Teknik; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Skadron Teknik.

3) Pelaksanaan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Menetapkan kebijakan pembinaan fungsi perlindungan


yang dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi
bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas, pendidikan, dan
latihan;

(2) Mengeluarkan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi perlindungan
yang dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran
bidang pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Menentukan kebijakan pembinaan personel prajurit


penerbangan dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
perlindungan;

(4) Menetapkan pokok-pokok kebijakan TNI AD dalam


penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan; dan

(5) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian


terhadap kegiatan pembinaan fungsi perlindungan.

b) Tingkat Puscab:

(1) Melaksanakan kegiatan pembinaan fungsi perlindungan


yang dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran
bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan,
dan latihan antara lain:

(a) Melaksanakan kegiatan pembinaan organisasi


satuan Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi
perlindungan yaitu:
238

i. Melaksanakan penyusunan organisasi dan


tugassatuan Penerbadyang mendukung terwujudnya
fungsiperlindungan;

ii. Melaksanakanuji teori I organisasi dan


tugassatuan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi perlindungan; dan

iii. Melaksanakan evaluasi organisasi dan tugas


satuan Penerbadyang mendukung terwujudnya
fungsi perlindungan.

(b) Melaksanakan kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pembinaan fungsi perlindungan, antara lain:

i. Menyarankan kebutuhan personel


kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi perlindungan; dan

ii. Menyarankan personel yang akan mengikuti


pendidikan dalam rangka mendukung terwujudnya
fungsi perlindungan kepada Kasad.

(c) Melaksanakan kegiatan pembinaan materiil dan


alutsista Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan
fungsi perlindungandengan pembinaan penggunaan
Helikopter serang;

(d) Melaksanakan rencana pembinaan fasilitas dalam


rangka mendukung pembinaan fungsi perlindungan antara
lain:

i. Menyarankan kelengkapan sarana dan


prasarana satuan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi perlindungan; dan

ii. Menyarankan spesifikasi fasilitas satuan


Penerbad yang mendukung terwujudnya fungsi
perlindungan.
(e) Melaksanakan kegiatan pembinaan doktrin melalui
penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan
Penerbad yang mendukung pelaksanaan fungsi
perlindungan antara lain:

i. Melaksanakan kegiatan penyusunan doktrin


yang mendukung pembinaan fungsi perlindungan;
239

ii. Melaksanakan kegiatan penyusunan petunjuk


mendukung pembinaan fungsi perlindungan yang
berkaitan dengan Helikopter serang;

(f) Melaksanakanpembinaan pendidikan kecabangan


Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dan dikbangum)
yang mendukung pembinaan fungsi perlindungan yaitu:

i. Melaksanakan jenis/macam pendidikan yang


mendukung terwujudnya fungsi perlindungan;

ii. Melaksanakan penyusunan kurikulum


pendidikan kecabangan Penerbad (dikma, diktuk,
dikbangspes, dandikbangum) yang mendukung
terwujudnya fungsi perlindungan; dan

iii. Melaksanakan evaluasi pendidikan


kecabangan Penerbad guna mendukung
terwujudnya fungsi perlindungan.

(g) Menyelenggarakan sistem dan metode latihan


kecabangan Penerbad yang mendukung pelaksanaan
fungsi perlindungan yang mendukung pembinaan fungsi
perlindungan, dengan cara:

i. Melaksanakan perumusan dan


pengembangan sistem dan metode latihan
kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi perlindungan;

ii. Melaksanakan perumusan dan


pengembangan perangkat kendali latihan
kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi perlindungan; dan

iii. Melaksanakan asistensi dan pengawasan


latihan kecabangan Penerbad untuk mewujudkan
fungsi perlindungan.

(2) Melaksanakan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis


kecabangan Penerbad bidang organisasi, personel, materiil,
fasilitas, pendidikan, dan latihan dalam rangka pembinaan fungsi
perlindungan.
240

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdikpenerbad:

(a) Melaksanakan operasional pendidikan yang


mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi perlindungan
dengan cara:

i. Melaksanakan kegiatan pendidikan,


pengajaran, dan latihan di bidang keterampilan
terbang Helikopter serang bagi penerbang dan awak
pesawat untuk membina fungsi perlindungan;

ii. Mengikuti program pengajaran di bidang


latihan pendidikan terbang Helikopter serang sesuai
program pembinaan fungsi perlindungan yang sudah
ditetapkan oleh Puspenerbad;

iii. Mengikuti kalender pendidikan dankerangka


pelajaran terurai di bidang latihan terbang sesuai
kerangka pelajaran pokok yang sudah ditetapkan
oleh Danpuspenerbad sebagai salah satu
pembinaan fungsi perlindungan;

iv. Mengikuti jadwal harian latihan terbang


sesuai jadwal pelajaran mingguan yang ditetapkan
untuk membina kemampuan fungsi perlindungan;

v. Melaksanakan pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar
para Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan
fungsi perlindungan;

vi. Melaksanakan pembinaan penerbang pelatih


yang mampu melaksanakan penerbangan yang
mendukung fungsi perlindungan;

vii. Melaksanakanpenyajian pengajaran latihan


terbang dalam pembinaan kemampuan fungsi
perlindungan;

viii. Membagi tugas mengajar kepada penerbang


pelatih;

ix. Melaksanakan pembina sistem evaluasi


latihan terbang khususnya penerbangan yang
mendukung fungsi perlindungan; dan
241

x. Memenuhi kebutuhan administrasi kegiatan


latihan pendidikan terbang mendukung pembinaan
fungsi perlindungan.

(b) Melaksanakan pengendalian operasional pendidikan


dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi
perlindungan;

(c) Melaksanakan umpan balik terhadap doktrin


ataupun petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran
apakah sudah mendukung pelaksanaan fungsi
perlindungan atau tidak; dan

(d) Melaksanakan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan
fungsi perlindungan.

(2) Lanumad Puspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan pelayanan fasilitas navigasi


dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca, dan pelayanan briefing
penerbangan di wilayah tanggung jawab Lanumad
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan;

(b) Melaksanakan kegiatan pelayanan, pengamanan,


dan pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan, dan kerja di
wilayah tanggung jawab Lanumad mendukung
pelaksanaan fungsi perlindungan;

(c) Melaksanakan kegiatan perawatan dan


pemeliharaan kesehatan umum serta kesehatan
penerbangan dalam rangka memelihara kesiapan
operasional personel dalam rangka mendukung fungsi
perlindungan di Lanumad; dan

(d) Melaksanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaanfungsi perlindungan di Lanumad.

(3) Resimen Penerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan pembinaan fungsi


perlindungan secara terus-menerus berdasarkan kebijakan
komando atas di bidang latihan, personel, dan materiil di
jajaran skadron dibawahnya;
242

i. Melaksanakan kegiatan latihanHelikopter


Serang sesuai dengan proglatsi yang mendukung
pelaksanaan fungsi perlindungan antara lain dalam
simulasi operasi perlindungan;

ii. Melaksanakan kegiatan pembinaan personel


yang mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan;
dan

iii. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan materiil


dan alutsista penerbangan dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan.

(b) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan


pengendalian bidang latihan, pembinaan personel, dan
pemeliharaan materiil.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan di bidang pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan mendukung pembinaan
fungsi perlindungan;

(b) Melaksanakan kegiatan asistensi teknik


pemeliharaan materiil dan alutsista penerbangan dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan; dan

(c) Melaksanakan kegiatan pemeliharaan tingkat


sedang dan berat materiil alutsista penerbangan dalam
mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan.

(5) Balakada Puspenerbad. Melaksanakan kegiatan di


bidang pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil
Helikopter Serang Puspenerbad dalam mendukung pembinaan
fungsi perlindungan.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
berkaitan dengan operasional dan keselamatan
penerbanganmendukungfungsi perlindungan di Lanudad;

(b) Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan


fasilitas navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas
udara, pengumpulan data cuaca dan data penerbangan,
serta pelayanan BO berkaitan dengan operasional
243

penerbanganmendukungfungsi perlindungan di Lanudad;


dan

(c) Melaksanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorialsatuan nonkowil dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Lanudad.

(7) Gudmat Puspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan pendataan barang di


lingkungan gudang materiil dan senjata serta munisi untuk
mendukung kesiapan pelaksanaan fungsi perlindungan;
dan

(b) Melaksanakan kegiatan pengamanan gudang


materiil khususnya gudang penyimpanan senjata dan
munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi
perlindungan di Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi
perlindungan di Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
244

dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung


fungsi perlindungan di Skadron Teknik; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi perlindungan di
Skadron Teknik.

4) Pengakhiran.

a) Tingkat Pusat. Melaksanakan evaluasi terhadap pembinaan


fungsi perlindungan Puspenerbad yang meliputi bidangorganisasi,
personel, materiil, fasilitas, pendidikan, dan latihan.

b) Tingkat Puscab. Melaksanakan evaluasi terhadap pembinaan


fungsi perlindungan yang meliputi bidang organisasi, personel, materiil,
fasilitas, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdikpenerbad Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi perlindungan di bidang pendidikan.

(2) Lanumad Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi perlindungan yang meliputi bidang
pelayanan, keamananan, dan kesehatan penerbangan.

(3) Resimen Penerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi perlindungan yang meliputi bidang
pengoperasian penerbangan.

(4) Bengpuspenerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi perlindungan yang meliputi bidang
pemeliharaan materiil dan alutsista penerbangan.

(5) Balakada Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi perlindungan yang meliputi bidang
pengadaan materiil dan alutsista penerbangan.

(6) Lanudad Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi perlindungan yang meliputi bidang
pelayanan, pengamanan, dan kesehatan penerbangan.

(7) Gudmat Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi perlindungan yang meliputi bidang
penyimpanan dan penggudangan materiil, senjata dan munisi
Puspenerbad.
245

(8) Skadron Serbu Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
inteligen, operasi, personel, logistik, dan Slambangja.

(9) Skadron Sena Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
inteligen, operasi, personel, logistik, dan Slambangja.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan serta
ketersediaan consumeable materiil pesawat udara.

e. Pembinaan Dukungan. Pembinaan dukungan ditujukan untuk mewujudkan


kesiapan operasional satuan Penerbad dalam rangka penggunaan alutsista berupa
Helikopter Serang maupun Helikopter Serbu, pesawat terbang, dan PTTA untuk
memberikan dukungan penerbangan non taktis yang diperlukan bagi satuan yang
dibantu dalam rangka melaksanakan OMP maupun OMSP. Pembinaan dukungan
dilaksanakan dengan beberapa tahap yaitu perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
dan pengakhiran.

1) Perencanaan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Merencanakan kebijakan pembinaan fungsi dukungan


yang dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi
bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas, pendidikan, dan
latihan;

(2) Merencanakan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi dukungan
yang dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran
bidang pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Merencanakan kebijakan pembinaan personel prajurit


Penerbad dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
dukungan;

(4) Merencanakan pokok-pokok kebijakan TNI AD dalam


penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan; dan

(5) Merencanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian


terhadap kegiatan pembinaan fungsi dukungan.
246

b) Tingkat Puscab :

(1) Merencanakan kegiatan pembinaan fungsi dukungan yang


dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan antara lain:

(a) Merencanakan kegiatan pembinaan organisasi


satuan Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi
dukungan;

(b) Merencanakan kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pembinaan fungsi dukungan;

(c) Merencanakan kegiatan pembinaan materiil dan


alutsista Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan
fungsi dukungan;

(d) Merencanakan pembinaan fasilitas dalam rangka


mendukung pembinaan fungsi dukungan;

(e) Merencanakan kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan
Penerbad yang mendukung pelaksanaan fungsi dukungan;

(f) Merencanakanpembinaan pendidikan kecabangan


Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dan
dikbangum)yang mendukung pembinaan fungsidukungan;
dan

(h) Merencanakanrumusan dan pengembangan sistem


dan metode latihan kecabangan Penerbad yang
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan.

(2) Merencanakan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis


kecabangan Penerbad bidangorganisasi, personel, materiil,
fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) PusdikPenerbad:

(a) Merencanakan operasional pendidikan yang


mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi dukungan;

i. Merencanakan kegiatan pendidikan,


pengajaran, dan latihan di bidang keterampilan
terbang Helikopter serbu, Helikopter serang, dan
247

pesawat terbang bagi penerbang dan awak pesawat


untuk membina fungsi dukungan;

ii. Merencanakan program pengajaran di


bidangpendidikanterbang Helikopter serbu,
Helikopter serang, dan pesawat terbangsesuai
program pembinaan fungsi dukungan yang
ditetapkan oleh Puspenerbad;

iii. Merencanakan kalender pendidikan


dankerangka pelajaran terurai di bidang latihan
terbang sesuai rangka pelajaran pokok yang
ditetapkan oleh Danpuspenerbad sebagai salah satu
pembinaan fungsi dukungan;

iv. Merencanakan jadwal harian pendidikan


terbang sesuai jadwal pelajaran mingguan yang
ditetapkan untuk membina kemampuan fungsi
dukungan;

v. Merencanakan pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar
para Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan
fungsi dukungan;

vi. Merencanakan pembinaan penerbang pelatih


yang mampu melaksanakan penerbangan yang
mendukung fungsi dukungan;

vii. Merencanakan penyajian pengajaran


pendidikan terbang dalam pembinaan kemampuan
fungsi dukungan;

viii. Merencanakan pembagian tugas mengajar


para penerbang pelatih;

ix. Merencanakan pembina sistem evaluasi


pendidikan terbang khususnya penerbangan yang
mendukung fungsi dukungan; dan

x. Merencanakan administrasi kegiatan


pendidikan terbang mendukung pembinaan fungsi
dukungan.

(b) Merencanakan pengendalian operasional


pendidikan dalam rangka mendukung pelaksanaan
pembinaan fungsi dukungan;
248

(c) Merencanakan umpan balik terhadap doktrin


ataupun petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran
apakah sudah mendukung pelaksanaan fungsi dukungan
atau tidak; dan

(d) Merencanakan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan
fungsi dukungan.
(2) Lanumad Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan pelayanan fasilitas navigasi


dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca, dan pelayanan briefing
penerbangan di wilayah tanggung jawab Lanumad
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan;

(b) Merencanakan kegiatan pelayanan, pengamanan,


dan pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan dan kerja di wilayah
tanggung jawab Lanumad mendukung pelaksanaan fungsi
dukungan;

(c) Merencanakan kegiatan perawatan dan


pemeliharaan kesehatan umum serta kesehatan
penerbangan dalam rangka memelihara kesiapan
operasional personel dalam rangka mendukung fungsi
dukungan di Lanumad; dan

(d) Merencanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaanfungsi dukungan di Lanumad.

(3) Resimen Penerbad:

(a) Merencanakan pembinaan fungsi dukungan secara


terus-menerus berdasarkan kebijakan komando atas di
bidang latihan, personel, dan materiil kepada jajaran
skadron dibawahnya;

i. Merencanakan kegiatan latihan helikopter


dan pesawat terbang pada jajaran skadron
dibawahnya sesuai dengan proglatsi yang
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan, antara
lain:

i) Merencanakan latihan menggunakan


Helikopter serbu dalam simulasi operasi
dukungan;
249

ii) Merencanakan latihan menggunakan


Helikopter serang dalam simulasi operasi
dukungan; dan

iii) Merencanakan latihan menggunakan


pesawat terbang dalam simulasi operasi
dukungan.

ii. Merencanakan kegiatan pembinaan personel


penerbang, awak pesawat dan pendukung pada
jajaran skadron di bawahnya yang mendukung
pelaksanaan fungsi dukungan; dan

iii. Merencanakan kegiatan pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan pada jajaran
skadron di bawahnya dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi dukungan.

(b) Merencanakan kegiatan pengawasan dan


pengendalian bidang latihan, pembinaan personel, dan
pemeliharaan materiil pada jajaran skadron di bawahnya.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan pembinaan fungsi


dukungan di bidang pemeliharaan materiil dan alutsista
penerbangan;

(b) Merencanakan asistensi teknik pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan; dan

(c) Merencanakan pemeliharaan tingkat sedang dan


berat materiil alutsista penerbangan dalam mendukung
pelaksanaan fungsi dukungan.

(5) Balakada Puspenerbad. Merencanakan kegiatan di


bidang pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil
Helikopter serbu, Helikopter serang dan pesawat terbang
Puspenerbad sebagai pendukung pelaksanaan fungsi dukungan.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
250

berkaitan dengan operasional dan keselamatan


penerbanganmendukungfungsi dukungan di Lanudad;

(b) Merencanakan kegiatan yang berkenaan


denganfasilitas navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu
lintas udara, pengumpulan data cuaca dan data
penerbangan, serta pelayanan BO berkaitan dengan
operasional penerbanganmendukungfungsi dukungan di
Lanudad; dan

(c) Merencanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorialsatuan nonkowil dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di
Lanudad.

(7) Gudmat Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan di lingkungan gudang


materiil dan senjata serta munisi untuk mendukung
kesiapan pelaksanaan fungsi dukungan; dan

(b) Merencanakan kegiatan pengamanan gudang


materiil khususnya gudang penyimpanan senjata dan
munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi
dukungan di Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di
Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna fungsi dukungan di
Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
251

rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di


Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi dukungan di Skadron Teknik; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di
Skadron Teknik.

2) Persiapan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Mempersiapkan kebijakan pembinaan fungsi dukungan


yang dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi
bidang organisasi, personel, materiil, fasilitas, pendidikan, dan
latihan;

(2) Mempersiapkan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi dukungan
yang dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran
bidang pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Mempersiapkan kebijakan pembinaan personel prajurit


Puspenerbad dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
dukungan;

(4) Mempersiapkan pokok-pokok kebijakan TNI AD dalam


penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan; dan

(5) Mempersiapkan kegiatan pengawasan dan pengendalian


terhadap kegiatan pembinaan fungsi dukungan.

b) Tingkat Puscab:

(1) Menyusun kegiatan pembinaan fungsi dukungan yang


dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan, antara lain:
252

(a) Menyusun kegiatan pembinaan organisasi satuan


Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi dukungan;

(b) Menyusun kegiatan pembinaan personel yang


mendukung pembinaan fungsi dukungan;

(c) Menyusun kegiatan pembinaan materiil dan alutsista


Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan fungsi
dukungan;

(d) Menyusun rencana pembinaan fasilitas dalam


rangka mendukung pembinaan fungsi dukungan;

(e) Menyusun kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan
Penerbad yang mendukung pelaksanaan fungsi dukungan;

(f) Menyusunpembinaan pendidikan kecabangan


Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dan dikbangum)
yang mendukung pembinaan fungsi dukungan; dan

(g) Menyusun perumusan dan pengembangan sistem


dan metode latihan kecabangan Penerbad yang
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan.

(2) Merencanakan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis


kecabangan Penerbad bidangorganisasi, personel, materiil,
fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.

a) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdik Penerbad:

(a) Mempersiapkan operasional pendidikan yang


mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi dukungan
dengan cara:

i. Mempersiapkan kebutuhan kegiatan


pendidikan, pengajaran, dan latihan di bidang
keterampilan terbang Helikopter serbu, Helikopter
serang, dan pesawat terbang bagi penerbang dan
awak pesawat untuk membina fungsi dukungan;

ii. Menyusun program pengajaran di bidang


latihan pendidikan terbang Helikopter serbu,
Helikopter serang, dan pesawat terbang sesuai
program pembinaan fungsi dukungan yang
ditetapkan oleh Puspenerbad;
253

iii. Menyusun kalender pendidikan dankerangka


pelajaran terurai di bidang latihan terbang sesuai
kerangka pelajaran pokok yang ditetapkan oleh
Danpuspenerbad sebagai salah satu pembinaan
fungsi dukungan;

iv. Menyusun jadwal harian latihan terbang


sesuai jadwal pelajaran mingguan yang ditetapkan
untuk membina kemampuan fungsi dukungan;

v. Membuat konsep pembinaan teknis/akademis


pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar
para Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan
fungsi dukungan;

vi. Mempersiapkan kebutuhan pembinaan


penerbang pelatih yang mampu melaksanakan
penerbangan yang mendukung fungsi dukungan;

vii. Mempersiapkan kebutuhan penyajian


pengajaran latihan terbang dalam pembinaan
kemampuan fungsi dukungan;

viii. Menyusun pembagian tugas mengajar


kepada penerbang pelatih;

ix. Mempersiapkan kebutuhan pembina sistem


evaluasi latihan terbang khususnya penerbangan
yang mendukung fungsi dukungan; dan

x. Mempersiapkan kebutuhan administrasi


kegiatan latihan terbang pendidikan mendukung
pembinaan fungsi dukungan.

(b) Mempersiapkan pengendalian operasional


pendidikan dalam rangka mendukung pelaksanaan
pembinaan fungsi dukungan;

(c) Mempersiapkan umpan balik terhadap doktrin


ataupun petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran
apakah sudah mendukung pelaksanaan fungsi dukungan
atau tidak; dan

(d) Mempersiapkan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan
fungsi dukungan.
254

(2) Lanumad Puspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pelayanan fasilitas


navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca, dan pelayanan briefing
penerbangan di wilayah tanggung jawab Lanumad
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan;

(b) Mempersiapkan kegiatan pelayanan, pengamanan,


dan pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan dan kerja di wilayah
tanggung jawab Lanumad mendukung pelaksanaan fungsi
dukungan;

(c) Mempersiapkan kegiatan perawatan, dan


pemeliharaan kesehatan umum serta kesehatan
penerbangan dalam rangka memelihara kesiapan
operasional personel dalam rangka mendukung fungsi
dukungan di Lanumad; dan

(d) Mempersiapkan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi dukungan di Lanumad.

(3) Resimen Penerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pembinaan fungsi


dukungan secara terus-menerus berdasarkan kebijakan
komando atas di bidang latihan, personel, dan materiil;

i. Mempersiapkan kegiatan latihan helikopter


dan pesawat terbang sesuai dengan proglatsi yang
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan, antara
lain:

i) Mempersiapkan kebutuhan latihan


menggunakan Helikopter serbu dalam
simulasi operasi dukungan;

ii) Mempersiapkan kebutuhan latihan


menggunakan Helikopter serang dalam
simulasi operasi dukungan; dan

iii) Mempersiapkan kebutuhan latihan


menggunakan pesawat terbang dalam
simulasi operasi dukungan.
255

ii. Mempersiapkan kegiatan pembinaan


personel yang mendukung pelaksanaan fungsi
dukungan; dan

iii. Mempersiapkan kegiatan pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan.

iv. Mempersiapkan kegiatan pengawasan dan


pengendalian bidang latihan, pembinaan personel, dan
pemeliharaan materiil.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan pembinaan fungsi


dukungan di bidang pemeliharaan materiil dan alutsista
penerbangan;

(b) Mempersiapkan kegiatan asistensi teknik


pemeliharaan materiil dan alutsista penerbangan dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan; dan

(c) Mempersiapkan kegiatan pemeliharaan tingkat


sedang dan berat materiil alutsista penerbangan dalam
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan.

(5) Balakada Puspenerbad. Mempersiapkan kegiatan di


bidang pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil
Helikopter serbu, Helikopter serang, dan Pesawat Udara
Puspenerbad dalam mendukung pembinaan fungsi dukungan.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
berkaitan dengan operasional dan keselamatan
penerbanganmendukungfungsi dukungan di Lanudad;

(b) Mempersiapkan kegiatan yang berkenaan dengan


fasilitas navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas
udara, pengumpulan data cuaca dan data penerbangan,
serta pelayanan BO berkaitan dengan operasional
penerbanganmendukungfungsi dukungan di Lanudad; dan

(c) Mempersiapkan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorialsatuan nonkowil dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di
Lanudad.
256

(7) Gudmat Puspenerbad:

(a) Mempersiapkan kegiatan di lingkungan gudang


materiil dan senjata serta munisi untuk mendukung
kesiapan pelaksanaan fungsi dukungan; dan

(b) Mempersiapkan kegiatan pengamanan gudang


materiil khususnya gudang penyimpanan senjata dan
munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi
dukungan di Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di
Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna fungsi dukungan di
Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di
Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi dukungan di Skadron Teknik; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di
Skadron Teknik.
257

3) Pelaksanaan.

a) Tingkat Pusat:

(1) Menetapkan kebijakan pembinaan fungsi dukungan yang


dituangkan dalam program kerja TNI AD yang meliputi bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, pendidikan, dan latihan;

(2) Mengeluarkan sprin/direktif kepada Puspenerbad untuk


membuat rencana program kerja pembinaan fungsi dukungan
yang dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran
bidang pendidikan, latihan, dan doktrin;

(3) Menentukan kebijakan pembinaan personel prajurit


penerbangan dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi
dukungan;

(4) Menetapkan pokok-pokok kebijakan TNI AD dalam


penentuan pembinaan materiil dan alutsista penerbangan guna
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan; dan
(5) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian
terhadap kegiatan pembinaan fungsi dukungan.

b) Tingkat Puscab:

(1) Melaksanakan kegiatan pembinaan fungsi dukungan yang


dituangkan dalam rencana program kerja dan anggaran bidang
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan
latihan, antara lain:

(a) Melaksanakan kegiatan pembinaan organisasi


satuan Penerbad yang mendukung pembinaan fungsi
dukungan, dengan cara:

i. Melaksanakan penyusunan organisasi dan


tugas satuan Penerbadyang mendukung
terwujudnya fungsidukungan;

ii. Melaksanakan uji teori I organisasi dan


tugassatuan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsidukungan; dan

iii. Melaksanakan evaluasi organisasi dan tugas


satuan Penerbad yang mendukung terwujudnya
fungsidukungan.
258

(b) Melaksanakan kegiatan pembinaan personel


yang mendukung pembinaan fungsi dukungan,
dengan cara:

i. Menyarankan kebutuhan personel


kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi dukungan; dan

ii. Menyarankan personel yang akan mengikuti


pendidikan dalam rangka mendukung terwujudnya
fungsi dukungan kepada Kasad.

(c) Melaksanakan kegiatan pembinaan materiil dan


alutsista Penerbad dalam rangka mendukung pembinaan
fungsi dukungan, yaitu:

i. Pembinaan penggunaan Helikopter serbu;


ii. Pembinaan penggunaan Helikopter Serang;
dan
iii. Pembinaan penggunaan pesawat udara.

(d) Melaksanakan rencana pembinaan fasilitas dalam


rangka mendukung pembinaan fungsi dukungan yaitu:

i. Menyarankan kelengkapan sarana dan


prasarana satuan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi dukungan; dan
ii. Menyarankan spesifikasi fasilitas satuan
Penerbad yang mendukung terwujudnya fungsi
dukungan.

(e) Melaksanakan kegiatan pembinaan doktrin melalui


penyusunan/revisi doktrin dan petunjuk kecabangan
Penerbad yang mendukung pelaksanaan fungsi dukungan,
yaitu:

i. Melaksanakan kegiatan penyusunan doktrin


yang mendukung pembinaan fungsi dukungan; dan
ii. Melaksanakan kegiatan penyusunan petunjuk
mendukung pembinaan fungsi dukungan yang
berkaitan dengan penggunaan Helikopter Serbu,
Helikopter Serang, dan Pesawat terbang.
(f) Melaksanakanpembinaan pendidikan kecabangan
Penerbad (dikma, diktuk, dikbangspes, dan dikbangum)
yang mendukung pembinaan fungsi dukungan antara lain:
259

i. Melaksanakan jenis/macam pendidikan yang


mendukung terwujudnya fungsi dukungan;
ii. Melaksanakan penyusunan kurikulum
pendidikan kecabangan Penerbad (dikma, diktuk,
dikbangspes, dan dikbangum) yang mendukung
terwujudnya fungsi dukungan; dan
iii. Melaksanakan evaluasi pendidikan
kecabangan Penerbad guna mendukung
terwujudnya fungsi dukungan.

(g) Menyelenggarakan sistem dan metode latihan


kecabangan Penerbad yang mendukung pelaksanaan
fungsi dukungan dengan cara:

i. Melaksanakan perumusan dan


pengembangan sistem dan metode latihan
kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi dukungan;
ii. Melaksanakan perumusan dan
pengembangan perangkat kendali latihan
kecabangan Penerbad yang mendukung
terwujudnya fungsi dukungan; dan
iii. Melaksanakan asistensi dan pengawasan
latihan kecabangan Penerbad untuk mewujudkan
fungsi dukungan.

(2) Melaksanakan kegiatan asistensi dan pengawasan teknis


kecabangan Penerbad bidang organisasi, personel, materiil,
fasilitas, pendidikan, dan latihan dalam rangka pembinaan fungsi
dukungan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) Pusdik Penerbad:

(a) Melaksanakan operasional pendidikan yang


mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi dukungan
dengan cara:

i. Melaksanakan kegiatan pendidikan,


pengajaran, dan latihan di bidang keterampilan
terbang Helikopter serbu, Helikopter serang, dan
pesawat terbang bagi penerbang dan awak pesawat
untuk membina fungsi dukungan;
ii. Mengikuti program pengajaran di bidang
latihan pendidikan terbang Helikopter serbu,
260

Helikopter serang, dan pesawat terbang sesuai


program pembinaan fungsi dukungan yang sudah
ditetapkan oleh Puspenerbad;
iii. Mengikuti kalender pendidikan dankerangka
pelajaran terurai di bidang latihan terbang sesuai
kerangka pelajaran pokok yang sudah ditetapkan
oleh Danpuspenerbad sebagai salah satu
pembinaan fungsi dukungan;
iv. Mengikuti jadwal harian latihan terbang
sesuai jadwal pelajaran mingguan yang ditetapkan
untuk membina kemampuan fungsi dukungan;
v. Melaksanakan pembinaan teknis/akademis
pendidikan, pengajaran, dan latihan terbang serta
mengatur dan mengoordinasikan tugas mengajar
para Gumil/Tih sebagai salah satu unsur pembinaan
fungsi dukungan;
vi. Melaksanakan pembinaan penerbang pelatih
yang mampu melaksanakan penerbangan yang
mendukung fungsi dukungan;
vii. Melaksanakanpenyajian pengajaran latihan
terbang dalam pembinaan kemampuan fungsi
dukungan;

viii. Membagi tugas mengajar kepada penerbang


pelatih;
ix. Melaksanakan pembina sistem evaluasi
latihan terbang khususnya penerbangan yang
mendukung fungsi dukungan; dan
x. Memenuhi kebutuhan administrasi kegiatan
latihan terbang pendidikan mendukung pembinaan
fungsi dukungan.

(b) Melaksanakan pengendalian operasional pendidikan


dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan fungsi
dukungan;

(c) Melaksanakan umpan balik terhadap doktrin


ataupun petunjuk yang digunakan sebagai bahan ajaran
apakah sudah mendukung pelaksanaan fungsi dukungan
atau tidak; dan

(d) Melaksanakan pemeliharaan tingkat avum dan


pengurusan administrasi teknik mendukung pembinaan
fungsi dukungan.
261

(2) Lanumad Puspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan pelayanan fasilitas navigasi


dan komunikasi, pengaturan lalu lintas udara,
pengumpulan data cuaca, dan pelayanan briefing
penerbangan di wilayah tanggung jawab Lanumad
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan;

(b) Melaksanakan kegiatan pelayanan, pengamanan,


dan pemeliharaan fasilitas udara dalam rangka mendukung
kelancaran, keselamatan penerbangan dan kerja di wilayah
tanggung jawab Lanumad mendukung pelaksanaan fungsi
dukungan;

(c) Melaksanakan kegiatan perawatan, dan


pemeliharaan kesehatan umum serta kesehatan
penerbangan dalam rangka memelihara kesiapan
operasional personel dalam rangka mendukung fungsi
dukungan di Lanumad; dan

(d) Melaksanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorial dalam rangka mendukung
pelaksanaan fungsi dukungan di Lanumad.

(3) Resimen Penerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan pembinaan fungsi dukungan


secara terus menerus berdasarkan kebijakan komando
atas di bidang latihan, personel, dan materiil di jajaran
skadron dibawahnya;

i. Melaksanakan kegiatan latihan helikopter dan


pesawat terbang sesuai dengan proglatsi yang
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan antara
lain:

i) Melaksanakan latihan menggunakan


Helikopter Serbu dalam simulasi operasi
dukungan;
ii. Melaksanakan latihan menggunakan
Helikopter Serang dalam simulasi operasi
dukungan; dan

ii) Melaksanakan latihan menggunakan


pesawat terbang dalam simulasi operasi
dukungan.
262

ii. Melaksanakan kegiatan pembinaan personel


yang mendukung pelaksanaan fungsi dukungan;
dan

iii. Melaksanakan kegiatan pemeliharaan materiil


dan alutsista penerbangan dalam rangka
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan.

(b) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan


pengendalian bidang latihan, pembinaan personel, dan
pemeliharaan materiil.

(4) Bengpuspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan di bidang pemeliharaan


materiil dan alutsista penerbangan mendukung pembinaan
fungsi dukungan;

(b) Melaksanakan kegiatan asistensi teknik


pemeliharaan materiil dan alutsista penerbangan dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan; dan

(c) Melaksanakan kegiatan pemeliharaan tingkat


sedang dan berat materiil alutsista penerbangan dalam
mendukung pelaksanaan fungsi dukungan.

(5) Balakada Puspenerbad. Melaksanakan kegiatan di


bidang pemilihan penyedia barang/jasa pengadaan materiil
Helikopter Serbu, Helikopter Serang, dan pesawat terbang
Puspenerbad dalam mendukung pembinaan fungsi dukungan.

(6) Lanudad Puspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan pengamanan fasilitas udara
berkaitan dengan operasional dan keselamatan
penerbangan mendukung fungsi dukungan di Lanudad;

(2) Melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan


fasilitas navigasi dan komunikasi, pengaturan lalu lintas
udara, pengumpulan data cuaca dan data penerbangan,
serta pelayananBO berkaitan dengan operasional
penerbangan mendukung fungsi dukungan di Lanudad;
dan

(c) Melaksanakan kegiatan di bidang intelijen, operasi,


personel, logistik, dan teritorialsatuan nonkowil dalam
263

rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di


Lanudad.

(7) Gudmat Puspenerbad:

(a) Melaksanakan kegiatan pendataan barang di


lingkungan gudang materiil dan senjata serta munisi untuk
mendukung kesiapan pelaksanaan fungsi dukungan; dan

(b) Melaksanakan kegiatan pengamanan gudang


materiil khususnya gudang penyimpanan senjata dan
munisi.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad:

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna mendukung fungsi
dukungan di Skadron Serbu; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di
Skadron Serbu.

(9) Skadron Sena Puspenerbad :

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pelayanan, pemeliharaan, dan operasional penerbangan
serta keselamatan penerbangan guna fungsi dukungan di
Skadron Sena; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di
Skadron Sena.

(10) Skadron Teknik Puspenerbad :

(a) Merencanakan kegiatan yang berkenaan dengan


pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan,
dan consumeable materiil pesawat udara guna mendukung
fungsi dukungan di Skadron Teknik; dan

(b) Merumuskan dan merencanakan kegiatan di bidang


intelijen, operasi, personel, logistik, Slambangja dalam
rangka mendukung pelaksanaan fungsi dukungan di
Skadron Teknik.
264

4) Pengakhiran.

a) Tingkat Pusat. Melaksanakan evaluasi terhadap pembinaan


fungsi dukungan Puspenerbad yang meliputi bidang organisasi, personel,
materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.

b) Tingkat Puscab. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi dukungan yang meliputi bidang organisasi, personel,
materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan, dan latihan.

c) Tingkat Satuan Pelaksana.

(1) PusdikPenerbad Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi dukungan di bidang pendidikan.

(2) Lanumad Puspenerbad. Melaksanakanevaluasi terhadap


pembinaan fungsi dukungan yang meliputi bidang pelayanan,
keamananan, dan kesehatan penerbangan.

(3) Resimen Penerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi dukungan yang meliputi bidang pengoperasian
penerbangan.

(4) Bengpuspenerbad. Melaksanakan evaluasi terhadap


pembinaan fungsi dukungan yang meliputi bidang pemeliharaan
materiil dan alutsista penerbangan.

(5) Balakada Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi dukungan yang meliputi bidang
pengadaan materiil dan alutsista penerbangan.

(6) Lanudad Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi dukungan yang meliputi bidang
pelayanan dan pengamanan.

(7) Gudmat Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi dukungan yang meliputi bidang
penyimpanan dan penggudangan materiil, senjata, dan munisi
Puspenerbad.

(8) Skadron Serbu Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
inteligen, operasi, personel, logistik, dan Slambangja.

(9) Skadron Sena Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
inteligen, operasi, personel, logistik, dan Slambangja.
265

(10) Skadron Teknik Puspenerbad. Melaksanakan evaluasi


terhadap pembinaan fungsi manuver yang meliputi bidang
pemeliharaan pesawat udara, senjata, alat perlengkapan serta
ketersediaan consumeable materiil pesawat udara.

31. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan. Pembinaan Fungsi Penerbangan ditujukan


untuk mewujudkan kesiapan operasional satuan Penerbad dalam rangka penggunaan
Alutsista berupa pesawat udara baik helicopter, pesawat terbang, maupun PTTA dalam
melaksanakan operasi baik OMP maupun OMSP, pada prinsipnya sama, meliputi pembinaan
organisasi, personel, materiil, fasilitas, doktrin, pendidikan dan latihan, yaitu :

a. Pembinaan Organisasi. Pembinaan organisasi dilaksanakan sesuai siklus


pembinaan organisasi mulai dari pembentukan organisasi dan perubahan organisasi.

b. Pembinaan Personel. Pembinaan personel dilaksanakan dengan


perekrutan, penelitian, pengamatan, penugasan serta penilaian personel satuan
Penerbad.

c. Pembinaan Materiil. Pembinaan materiil dilaksanakan dengan


pengkajian, pengadaan, penggudangan, uji fungsi, pemeliharaan, serta penelitian dan
pengembangan (Litbang) materiil pendukung pembinaan fungsi penerbangan.

d. Pembinaan Fasilitas. Pembinaan fasilitas dilaksanakan dengan


melaksanakan kegiatan pelayanan, pengamanan, dan pemeliharaan fasilitas udara
dalam rangka mendukung kelancaran dan keselamatan penerbangan dalam
mendukung kegiatan pembinaan fungsi penerbangan.

e. Pembinaan Doktrin. Pembinaan doktrin dilaksanakan dengan


penyusunan, revisi, pengkajian, uji teori dan uji lapangan tentang materi pembinaan
fungsi penerbangan.

f. Pembinaan Pendidikan. Pembinaan pendidikan dilaksanakan dengan


pengajaran, bimbingan dan pengasuhan (Bimsuh) yang sesuai dengan pembinaan
fungsi penerbangan.

g. Pembinaan Latihan. Pembinaan latihan dilaksanakan dengan latihan


dalam pendidikan, latihan perorangan sampai dengan latihan tingkat satuan berupa
geladi posko dan geladi lapang yang sesuai dengan pembinaan fungsi penerbangan.

32. Pengawasan dan Pengendalian.

a. Umum. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dalam


penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan dimulai dari tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran. Pengawasan dan pengendalian
dilaksanakan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran yang disesuaikan
dengan organisasi, tugas, dan tanggung jawab. Kegiatan ini dilaksanakan oleh
pejabat terkait sesuai dengan tingkat dan kewenangannya yang dilakukan secara
konsisten untuk memperoleh hasil yang optimal.
266

b. Pengawasan.

1) Tingkat Pusat.

a) Perencanaan. Kasad merencanakan kebijakan pengawasan


terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pembinaan fungsi
penerbangan.

b) Persiapan. Kasad menyusun kebijakan pengawasan terhadap


pelaksanaan penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan.

c) Pelaksanaan. Kasad mengeluarkan kebijakan pengawasan


terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pembinaan fungsi
penerbangan.

d) Pengakhiran. Kasad menerima laporan evaluasi hasil


pengawasan dari satuan bawah tentang penyelenggaraan pembinaan
fungsi Puspenerbad.

2) Tingkat Puscab.

a) Perencanaan. Danpuspenerbad menindaklanjuti kebijakan


Kasaddi bidang pengawasan dengan merencanakan konsep
pengawasan penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan.

b) Persiapan. Danpuspenerbad menyusun konsep pengawasan


penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan sesuai kebijakan
Kasad.

c) Pelaksanaan. Danpuspenerbad mengawasi dan mengevaluasi


penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan di satuan bawah.

d) Pengakhiran. Danpuspenerbad memberikan petunjuk kepada


satuan bawah sesuai dengan hasil evaluasi penyelenggaraan
pembinaan fungsi penerbangan dan memberikan hasil laporannya
kepada Kasad.

3) Tingkat Pelaksana.
a) Perencanaan. Dan/Ka merencanakan konsep kegiatan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan
sesuai petunjuk Danpuspenerbad.

b) Persiapan. Dan/Ka menyusun konsep kegiatan pengawasan


terhadap penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan.
267

c) Pelaksanaan. Dan/Ka melaksanakan kegiatan pengawasan


terhadap penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan disatuannya
masing-masing.

d) Pengakhiran. Dan/Ka membuat laporan kegiatan pengawasan


kepada komando atas secara berjenjang terhadap penyelenggaraan
pembinaan fungsi Puspenerbad.

c. Pengendalian.

1) Tingkat Pusat.

a) Perencanaan. Kasad merencanakan kebijakan pengendalian


pelaksanaan penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan.

b) Persiapan. Kasad menyusun kebijakan pengendalian


pelaksanaan penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan.

c) Pelaksanaan. Kasad mengeluarkan kebijakan pengendalian


pelaksanaan penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan.

d) Pengakhiran. Kasad menerima laporan evaluasi hasil kegiatan


dari satuan bawah tentang penyelenggaraan pembinaan fungsi
Puspenerbad.

2) Tingkat Puscab.

a) Perencanaan. Danpuspenerbad menindaklanjuti kebijakan


Kasaddi bidang pengendalian dengan merencanakan konsep
pengendalian penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan.

b) Persiapan. Danpuspenerbad menyusun konsep pengendalian


penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan sesuai kebijakan
Kasad.

c) Pelaksanaan. Danpuspenerbad mengendalikan


penyelenggaraan pembinaan fungsi Penerbangan di satuan bawah
sesuai dengan konsep yang telah dibuat.

d) Pengakhiran. Danpuspenerbad memberikan petunjuk kepada


satuan bawah sesuai dengan hasil evaluasi penyelenggaraan
pembinaan fungsi Penerbangan dan memberikan hasil laporannya
kepada Kasad.

3) Tingkat Pelaksana.
268

a) Perencanaan.Dan/Ka merencanakan konsep kegiatan


pengendalian terhadap penyelenggaraan pembinaan fungsi
penerbangan di satuannya sesuai petunjuk Danpuspenerbad.

b) Persiapan. Dan/Kamenyusun konsep kegiatan pengendalian


terhadap penyelenggaraan pembinaan fungsi penerbangan di
satuannya.

c) Pelaksanaan. Dan/Kamengendalikan penyelenggaraan


pembinaan fungsi Penerbangan sesuai dengan petunjuk
Danpuspenerbad.

d) Pengakhiran. Dan/Ka membuat laporan pengendalian


kegiatan kepada komando atas secara berjenjang terhadap
penyelenggaraan pembinaan fungsi Puspenerbad.

BAB VII
ZENI

33. Umum. Zeni merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai kekuatan
yang menjalankan fungsi memperlancar gerak maju pihak sendiri, menghambat gerak maju
pihak lawan, membantu kelangsungan hidup pihak sendiri, serta melaksanakan dukungan
administrasi, dan logistik TNI AD.

34. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Zeni.

a. Umum. Guna menjamin efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan Zeni


perlu ditetapkan ketentuan pokok penyelenggaraannya yang meliputi peran, tugas,
fungsi, azas dan sifat dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.
b. Peran. Zeni sebagai bagian dari TNI AD berperan sebagai
penyelenggara fungsi teknis militer umum di bidang Zeni yang dalam pelaksanaannya
berperan sebagai satuan bantuan tempur (Satbanpur) dan satuan bantuan
administrasi (Satbanmin).

1) Sebagai Satbanpur. Adalah penyelenggara tugas dan fungsi


membantu satuan tempur (Satpur), Satbanpur dan satuan lainnya serta instansi
yang membutuhkan dengan mobilitas, kontra mobilitas dan turut serta
mendukung kelangsungan hidup.
269

2) Sebagai Satbanmin. Adalah penyelenggara tugas dan fungsi


membantu Satpur, Satbanpur dan satuan lain serta instansi yang membutuhkan
dukungan administrasi dan logistik TNI AD aspek Zeni.

c. Tugas. Sesuai perannya, Zeni mengemban tugas pokok dan tugas-tugas.

1) Tugas Pokok. Zeni bertugas pokok memberi Banpurzi dengan


dukungan mobilitas, kontra mobilitas dan kelangsungan hidup serta memberi
Banminzi dengan dukungan administrasi dan logistik TNI AD aspek Zeni dalam
rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

2) Tugas-tugas. Dalam melaksanakan tugas pokok, Zeni melaksanakan


tugas-tugas Banpurzi dan Banminzi sesuai dengan ciri kecabangan Zeni yaitu
tugas-tugas di bidang konstruksi, destruksi, samaran, rintangan,
penyeberangan, penyelidikan Zeni (Lidikzi), perbekalan air dan listrik,
penjinakan bahan peledak serta nuklir, biologi dan kimia (Nubika), Zeni juga
melaksanakan tugas-tugas administrasi dan logistik AD aspek Zeni. Tugas-
tugas tersebut sebagai berikut :

a) Tugas-tugas Banpurzi. Sebagai Satbanpur sesuai perannya,


melaksanakan tugas-tugas Banpurzi sebagai berikut :

(1) Dalam mendukung mobilitas. Melaksanakan segala usaha,


pekerjaan dan kegiatan penerobosan medan, rintangan dan kubu-
kubu pertahanan musuh dengan fasilitas konstruksi,
penghancuran, penyeberangan, penjinakan bahan peledak dan
dekontaminasi Nubika.

(2) Dalam mendukung kontra mobilitas. Melaksanakan


segala usaha, pekerjaan dan kegiatan aksi hambat dan cegah
pakai dengan rintangan dan penghancuran.
270

(3) Dalam mendukung kelangsungan hidup. Melaksanakan


segala usaha, pekerjaan dan kegiatan pengamanan dan
perlindungan dengan rintangan, penjinakan bahan peledak dan
dekontaminasi Nubika, selubung taktis dan penipuan dengan
samaran serta dukungan kelangsungan hidup dengan penyediaan
sumber air bersih, listrik dan fasilitas konstruksi serta search and
rescue (SAR) dan operasi militer selain perang (OMSP).

(4) Dalam melaksanakan tugas-tugas Banpurzi agar tepat


sasaran dan tepat guna, dilakukan Lidikzi baik di atas maupun di
bawah permukaan tanah/air untuk mendapatkan data taktis dan
teknis Zeni guna mendukung ketepatan dalam proses
perencanaan.

b) Tugas-tugas Banminzi. Sebagai Satbanmin sesuai perannya,


melaksanakan tugas-tugas Banminzi sebagai berikut :

(1) Sebagai penyelenggara fungsi administrasi dan logistik TNI


AD di bidang materiil Zeni (Matzi), fasilitas dan jasa, tugas-tugas
Banminzi sebagai berikut :

(a) Di bidang Matzi. Menjamin tersedianya Matzi


secara kuantitas dan kualitas dalam kurun waktu tertentu.

(b) Di bidang fasilitas. Tugas-tugas di bidang fasilitas


sebagai berikut :

i. Menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan


dengan konstruksi di daerah belakang maupun di
mandala/daerah operasi.
271

ii. Menyelenggarakan kegiatan pengurusan


administrasi tanah dan bangunan TNI AD guna
mendapatkan legalitas formal dalam
penggunaannya.

(c) Di bidang jasa. Tugas-tugas di bidang jasa sebagai


berikut:

i. Menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan


dengan urusan jasa perbekalan air bersih, listrik dan
gas di daerah belakang maupun di mandala/daerah
operasi.

ii. Menjamin tersedianya personel yang dapat


dikerahkan untuk melaksanakan tugas-tugas Zeni
baik dalam rangka pemeliharaan kekuatan dan
penyediaan tenaga pengganti bagi satuan Zeni
maupun dalam rangka pembinaan kemampuan Zeni
bagi personel lain yang membutuhkan.

(2) Dalam melaksanakan tugas-tugas Banminzi agar tepat


sasaran dan tepat guna, dilakukan survey untuk mendapatkan
data taktis dan teknis Zeni guna mendukung ketepatan dalam
proses perencanaan.

d. Fungsi. Mengalir dari tugas-tugas sebagaimana diuraikan di atas maka


fungsi Zeni adalah sebagai berikut :

1) Memperlancar gerak maju pihak sendiri. Satuan Zeni


menyelenggarakan fungsi guna mendukung satuan manuver serta satuan
lainnya bergerak dari satu titik ke titik yang lain guna memelihara kemampuan
satuan tersebut dalam menyelesaikan tugas.
272

2) Menghambat gerak maju pihak lawan. Satuan Zeni menyeleng-


garakan fungsi guna merekayasa medan dalam rangka merintangi pergerakan
pihak lawan, baik dalam bentuk memanfaatkan rintangan alam, membuat
rintangan buatan, memutus jalan-jalan perhubungan maupun cegah pakai
terhadap sarana dan prasarana yang menguntungkan pihak lawan.

3) Membantu kelangsungan hidup pihak sendiri. Satuan Zeni


menyelenggarakan fungsi untuk meningkatkan pengamanan dan perlindungan
terhadap personel, peralatan, senjata serta menjamin tersedianya sumber air
bersih dan listrik serta perkemahan dan fasilitas konstruksi lainnya guna
mendukung kelangsungan hidup pihak sendiri.

4) Melaksanakan dukungan administrasi dan logistik TNI AD aspek Zeni.


Satuan Zeni melaksanakan dukungan administrasi, Matzi, fasilitas dan jasa
dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

e. Azas.
1) Skala Prioritas. Penyelenggaraan pembinaan dan penggunaan Zeni
mendahulukan sasaran yang lebih utama sesuai dengan pencapaian tugas
pokok satuan yang dibantu.
2) Terukur. Pelaksanaan tugas Zeni harus mencapai target secara
kuantitas dan kualitas.
3) Waspada. Dalam melaksanakan tugas Zeni harus dilakukan dengan
penuh kewaspadaan karena tugas yang dikerjakan kemungkinan beresiko
tinggi yang dapat menggagalkan tercapainya sasaran tugas yang dihadapi.

4) Pengamanan Tugas. Satuan Zeni dalam setiap pelaksanaan tugasnya


harus memperhatikan asas pengamanan, di samping pengamanan oleh satuan
Zeni itu sendiri maupun pengamanan oleh satuan yang dibantu.

f. Sifat. Zeni merupakan unsur Satbanpur dan Satbanmin yang memiliki sifat :
273

1) Cermat. Dalam setiap pelaksanaan tugas diperlukan perhitungan yang


teliti, seksama, penuh kehati-hatian dan akurat agar mendapatkan ketepatan
dalam menjamin tercapainya tujuan dan sasaran yang dikehendaki.
2) Efisien. Dalam setiap pelaksanaan tugas diperlukan efisiensi
penggunaan waktu, tenaga dan Matzi yang tepat untuk mencapai tujuan yang
maksimal.
3) Efektif. Penggunaan satuan Zeni harus dapat membawa hasil yang
optimal bagi satuan yang dibantu.
4) Fleksibel. Bantuan Zeni (Banzi) bersifat luwes, mudah dan cepat
menyesuaikan diri sesuai dengan kebutuhan taktis, kemampuan teknis dan
kondisi alam.
5) Modern. Zeni senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
6) Akuntabel. Segala kegiatan Zeni yang dilaksanakan sesuai
dengan aturan yang berlaku melalui perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
dan pencatatan/pelaporan secara akurat dan tepat serta dapat
dipertanggungjawabkan.

35. Dasar Penyelenggaraan Zeni.

a. Umum. Penyelenggaraan Zeni dilaksanakan melalui pembinaan dan


penggunaan Zeni dengan mengacu kepada peran, tugas dan fungsinya. Agar
penyelenggaraan Zeni dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna,
maka perlu dirumuskan konsep dasar yang meliputi kebijakan, strategi dan
penyelenggaraan Zeni.

b. Kebijakan. Kebijakan penyelenggaraan Zeni merupakan bagian dari


upaya membangun postur TNI AD yang disusun atas dasar kebijakan umum pimpinan
TNI AD, dengan mempertimbangkan kondisi saat ini serta perkembangan lingkungan
strategis yang berimplikasi terhadap tugas pokok TNI AD. Berdasarkan hal tersebut
maka arah kebijakan Zeni adalah sebagai berikut :
274

1) Kebijakan Pembinaan. Terwujudnya postur Zeni melalui


pembinaan kekuatan, pembinaan kemampuan dan pembinaan gelar satuan
Zeni yang dilaksanakan secara terencana, terpadu dan paralel dengan
penyelenggaraan fungsi TNI AD lainnya dalam siklus pembinaan
berkelanjutan yang diimplementasikan secara dinamis sesuai tuntutan
perubahan dan kemampuan anggaran negara guna menunjang keberhasilan
pelaksanaan tugas pokok TNI AD.
2) Kebijakan Penggunaan. Terdukungnya pelaksanaan operasi militer
TNI AD baik operasi militer perang (OMP) maupun OMSP melalui Banpurzi
maupun Banminzi yang dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan batas
kemampuan Zeni serta ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku guna mendukung tugas pokok TNI AD.
c. Strategi. Dalam rangka merealisasikan kebijakan pembinaan dan
penggunaan Zeni maka dirumuskan strategi yang dituangkan dalam tujuan, sasaran,
subyek, obyek, metode serta sarana dan prasarana.
1) Tujuan. Mewujudkan postur Zeni yang profesional, efektif, efisien
dan modern guna memelihara dan meningkatkan kesiapsiagaan operasional
satuan-satuan Zeni berdasarkan skala prioritas secara tepat, akurat dan
mutakhir serta mampu memberikan bantuan dalam bentuk kegiatan OMP
maupun OMSP sesuai kebutuhan dalam rangka mendukung tugas pokok TNI
AD.
2) Sasaran.
a) Terwujudnya kekuatan satuan Zeni secara optimal dalam rangka
mendukung satuan-satuan TNI AD.
b) Terwujudnya kemampuan satuan Zeni yang profesional dalam
rangka mendukung operasi.

c) Tertatanya gelar satuan Zeni dalam mendukung kekuatan


terpusat, kekuatan kewilayahan serta kekuatan pendukung.
d) Terselenggaranya Banpurzi dan Banminzi baik dalam tugas OMP
maupun tugas OMSP sesuai kemampuan yang dimiliki.
275

3) Subyek. Panglima TNI, Kasad, Pang/Dan/Gub/Dir serta Dan/Ka


Zeni.
4) Obyek. Satuan Zeni
5) Metode. Metode yang digunakan dalam pembinaan dan
penggunaan meliputi pengendalian inventori, pengamatan, penilaian, studi
banding, penelitian dan pengembangan, pengawasan, pengujian,
pemeliharaan, observasi, asistensi dan supervisi teknis, revitalisasi,
refungsionalisasi, restrukturisasi dan komunikasi sosial.
6) Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang dapat digunakan
Zeni dalam pembinaan dan penggunaan adalah sebagai berikut :
a) Fasilitas pangkalan. Sarana prasarana di lingkungan TNI AD/TNI
meliputi bangunan, perkantoran, perumahan, fasilitas latihan, fasilitas
pendidikan, medan latihan dan perangkat lainnya.
b) Sarana prasarana nasional. Sarana dan prasarana milik
negara atau bukan milik negara (di luar lingkungan TNI) yang diizinkan.

d. Penyelenggaraan Zeni. Penyelenggaraan Zeni dilaksanakan melalui


pembinaan dan penggunaan. Pembinaan diselenggarakan secara terarah dan terus
menerus yang meliputi pembinaan kekuatan, kemampuan dan pembinaan gelar.
Penggunaan diselenggarakan dengan menugaskan satuan Zeni pada OMP dan
OMSP.
1) Pembinaan Zeni. Pembinaan Zeni dilaksanakan untuk mewujudkan
postur Zeni yang mencerminkan keterpaduan antara kekuatan, kemampuan
dan gelar.
a) Pembinaan kekuatan. Mewujudkan kekuatan satuan Zeni
yang efektif, berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka
menyelenggarakan peran, tugas dan fungsi Zeni. Dilaksanakan melalui
pembinaan organisasi, personel, materiil, pangkalan dan peranti lunak.
b) Pembinaan kemampuan. Mewujudkan kemampuan Zeni
yang handal di bidang intelijen, tempur, teritorial dan dukungan.
c) Pembinaan gelar. Mewujudkan tata gelar satuan Zeni di
seluruh wilayah dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD. Gelar
276

satuan Zeni mengacu kepada ketentuan pokok penggelaran kekuatan


utama TNI AD yang meliputi gelar kekuatan terpusat, kekuatan
kewilayahan dan kekuatan pendukung.

2) Penggunaan Zeni. Zeni dapat digunakan untuk mendukung operasi


Militer TNI AD baik OMP maupun OMSP .

a) OMP.
(1) Pada operasi gabungan meliputi operasi lintas udara,
pertahanan udara, pertahanan pantai, pendaratan administrasi
dan operasi darat gabungan.
(2) Pada operasi darat.
(a) Operasi tempur, meliputi operasi serangan,
pertahanan, operasi pemindahan ke belakang, pergantian,
penggabungan, dalam kondisi khusus, dengan pengaruh
Nubika, Pernika, Mobud, gerilya, lawan insurjensi dan
operasi khusus.
(b) Operasi intelijen, meliputi operasi intelijen
penyelidikan, operasi intelijen pengamanan dan operasi
intelijen penggalangan.
(c) Operasi teritorial, merupakan salah satu bentuk
operasi darat yang dilaksanakan oleh satuan militer
dengan dibatasi oleh waktu dan tempat serta
memberdayakan potensi wilayah dalam rangka
memperoleh dukungan rakyat menghadapi setiap bentuk
ancaman yang mengganggu kedaulatan negara.

(3) Pada operasi bantuan, meliputi operasi bantuan intelijen,


bantuan perlindungan, bantuan raid, bantuan tembakan, bantuan
SAR tempur, bantuan teritorial, bantuan Pernika, bantuan
angkutan dan operasi bantuan keamanan.
b) OMSP.
277

(1) Bersifat operasi tempur, meliputi operasi militer dalam


rangka mengatasi gerakan separatis bersenjata, mengatasi
pemberontakan bersenjata, mengatasi aksi terorisme,
mengamankan wilayah perbatasan, mengamankan obyek vital
nasional yang bersifat strategis, melaksanakan tugas perdamaian
dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri, mengamankan
Presiden dan Wakil Presiden RI beserta keluarganya serta operasi
mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan
perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia.
(2) Bersifat operasi non tempur, meliputi operasi
pemberdayaan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukung,
membantu pemerintah di daerah, membantu Polri dalam rangka
tugas keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang
diatur dalam undang-undang, membantu menanggulangi akibat
bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusian
serta operasi dalam rangka membantu pencarian dan pertolongan
dalam kecelakaan/SAR.
3) Pengorganisasian Satuan Zeni. Dalam penyelenggaraan pembinaan
dan penggunaan, satuan Zeni diorganisir dalam susunan kekuatan TNI AD
yang tergelar di seluruh wilayah. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam
mendukung operasi, organisasi satuan Zeni dapat dimodifikasi dengan
penambahan/pengurangan kekuatan/kemampuan dan diorganisir menurut
status penugasan dan pertimbangan taktis.

a) Gelar kekuatan satuan Zeni.

(1) Kekuatan terpusat, terdiri dari kekuatan terpusat organik


dan kekuatan terpusat yang disiapkan.

(a) Kekuatan terpusat organik. Kekuatan terpusat


organik adalah kekuatan satuan Zeni organik Kostrad dan
278

Kopassus terdiri dari Batalyon Zeni Tempur (Yonzipur)


Divisi Kostrad, Zeni Kopassus dan Zeni Kostrad.

(b) Kekuatan terpusat yang disiapkan. Kekuatan


terpusat yang disiapkan adalah satuan Zeni di jajaran
Direktorat Zeni AD (Ditziad) yang disiapkan untuk
mendukung operasi kepada satuan Kostrad, Kopassus dan
satuan kewilayahan sesuai bidangnya yang dalam hal ini
adalah Resimen Zeni Konstruksi (Menzikon), Kompi Zeni
Penjinak Bahan Peledak (Kizijihandak) dan Kompi Zeni
Nuklir, Biologi dan Kimia (Kizinubika).

(2) Kekuatan kewilayahan, terdiri dari Yonzipur Komando


Daerah Militer (Kodam), Detasemen Zeni Tempur (Denzipur)
Kodam dan Zeni Kodam.

(3) Kekuatan pendukung, terdiri dari Direktorat Zeni (Ditzi),


Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi), Badan Pelaksana Pengadaan
(Balakada), Laboratorium Zeni (Labzi), Bengkel Pusat Zeni
(Bengpuszi), Gudang Pusat Zeni (Gudpuszi), Kompi Zeni
Puslatpur Kodiklat TNI AD dan Zeni Akmil.

b) Modifikasi satuan Zeni. Gelar kekuatan satuan Zeni sebagaimana


diuraikan di atas disusun menurut tabel organisasi dan peralatan (TOP)
bagi Satbanpur (Menzikon, Yonzipur, Denzipur, Kizi Jihandak dan Kizi
Nubika) dan daftar susunan personel dan peralatan (DSPP) bagi
Satbanmin (Maditziad, Balakada, Labzi, Bengpuszi, Gudpuszi, Zeni
Kotama, Zeni Akmil, Kizi Puslatpur dan Pusdikzi). Menurut TOP, susunan
organisasi satuan Zeni bersifat tetap, jumlah satuan pelaksana dan
materil pendukungnya tidak tergantung situasi dan kondisi wilayah
sedangkan menurut DSPP bersifat fleksibel/kenyal disesuaikan dengan
kebutuhan wilayah. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam
279

penggunaan (penugasan operasi), baik satuan Zeni TOP maupun DSPP


dapat dimodifikasi dengan penambahan atau pengurangan kekuatan dan
kemampuannya sesuai perubahan situasi lingkungan operasi dan beban
tugas yang dihadapi.
c) Status Tugas. Status tugas adalah kedudukan satuan Zeni dalam
struktur organisasi tugas. Satuan Zeni dapat berstatus tugas organik,
bawah perintah (BP), bawah kendali operasi (BKO), bawah komando
operasi (Bakoops), disediakan (Earmarked) dan dapat digerakkan
mobilisabel, tergantung pertimbangan otoritas komando dan sistem
pelayanan administrasi.
(1) Organik. Dilakukan apabila :
(a) Satuan Zeni yang diperbantukan merupakan satuan
organik dari satuan yang dibantu.
(b) Satuan yang dibantu adalah satuan induk Zeni yang
memilki otoritas secara langsung dalam komando dan
pelayanan administrasi terhadap satuan Zeni organiknya.
(c) Untuk mendukung operasi skala besar.

(2) BP. Dilakukan apabila :


(a) Komandan satuan (Dansat) yang dibantu
membutuhkan otoritas dalam susunan tugas atau
komando terhadap satuan Zeni yang diperbantukan.
(b) Satuan induk Zeni yang diperbantukan memiliki
waktu, jarak dan komunikasi yang terbatas dalam memberi
pelayanan administrasi kepada satuan Zeni bawahannya.

(3) BP satuan Zeni harus dilakukan sejak awal agar


terpadu dengan rencana manuver dan rencana tembakan.
(3) BKO. Status ini diberlakukan bila Dansat bawahan dari
satuan yang dibantu menginginkan otoritas komando langsung
terhadap satuan Zeni namun satuan Zeni atasan tetap memberi
pelayanan administrasi. Status ini memerlukan koordinasi yang
280

terus menerus tentang pelayanan administrasi antara satuan Zeni


atasan dengan satuan bawahan dari satuan yang dibantu.
(4) Bakoops. Status ini sangat tepat bila diperlakukan pada
saat satuan Zeni membantu kecabangan lain dalam operasi
gabungan. Status ini hampir sama dengan BKO dalam hal
komando, kegiatan administrasi dan tanggung jawab logistik.
Status ini juga dapat diterapkan bila satuan Zeni tergabung dalam
penugasan luar negeri.
(5) Disediakan (Earmarked). Satuan Zeni yang sedang
dicadangkan untuk ditugaskan pada satuan tugas tertentu. Hal ini
dilakukan apabila diperlukan susunan tugas untuk menghadapi
situasi keamanan (kontijensi) tertentu yang telah direncanakan
tetapi kekuatan satuan Zeni yang tersedia sangat terbatas.
Susunan tugas tersebut memiliki prosedur standar operasi (SOP)
atau prosedur tetap (Protap) yang telah diuji untuk digunakan
sewaktu-waktu bila diperlukan.
(6) Dapat digerakkan (Mobilisabel). Status direncanakan
(kerangka). Personel dan materiil masih berada dan menjadi
tanggung jawab satuan tertentu.

d) Tugas taktis. Dalam status tugas sebagaimana diuraikan di atas,


satuan Zeni dapat memberi bantuan umum (BU) atau bantuan langsung
(BL) tergantung pertimbangan taktis. Dansat pengguna harus
mempertimbangkan kekuatan satuan Zeni yang tersedia, beban tugas
yang dihadapi dan respon satuan Zeni yang diharapkan dalam menyikapi
dinamika operasi.

(1) BU. Dilakukan bila Dansat yang dibantu membutuhkan


pemusatan pengendalian dan kekenyalan dalam menempatkan
satuan Zeni. Bantuan Zeni diarahkan untuk mendukung
kepentingan seluruh unsur-unsur perkuatan satuan yang dibantu.
281

Satuan Zeni yang berada di daerah belakang biasanya ditugaskan


dengan tugas taktis BU.
(2) BL. Diperlukan bila Dansat bawahan satuan yang dibantu
membutuhkan responsif yang lebih tinggi dari satuan Zeni dalam
menyikapi dinamika operasi, namun tidak membutuhkan otoritas
dalam hal susunan tugas satuan Zeni. Dansat yang lebih tinggi
sering menggunakan hubungan ini agar memudahkan dalam
mengantisipasi perubahan susunan tugas Zeni yang
membutuhkan pengalihan atau pemindahan satuan Zeni ke lokasi
lain.

36. Pembinaan Zeni.

a. Umum. Pembinaan Zeni diarahkan untuk mewujudkan postur Zeni yang


profesional, efektif, efisien dan modern dengan berpedoman kepada kebijakan
pimpinan TNI AD yang diarahkan kepada tercapainya standar kekuatan pokok
minimum (Minimum Essential Force /MEF) yaitu tingkat kekuatan yang mutlak harus
disiapkan sebagai prasyarat utama serta mendasar bagi tercapainya penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi secara efektif dalam menghadapi ancaman aktual di tengah
keterbatasan anggaran yang tersedia. Obyek pembinaannya adalah kekuatan,
kemampuan dan gelar satuan Zeni yang dilaksanakan dengan memperhatikan skala
prioritas mulai dari satuan Zeni yang berada di daerah rawan konflik dan perbatasan,
satuan Zeni lain yang berada di luar daerah rawan konflik sampai kepada satuan
Banmin Zeni.

b. Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan Zeni diarahkan untuk


mewujudkan kekuatan satuan Zeni yang minimum namun tetap berbasis kemampuan.
Pembinaannya ditujukan untuk menyusun/mengorganisir sumber daya/kekuatan yang
ada dalam rangka penyiapan dan pemantapan satuan Zeni dengan komponen-
komponen pembinaan meliputi pembinaan organisasi, personel, materiil, peranti lunak
dan pangkalan.

1) Pembinaan Organisasi.
282

a) Tujuan. Mewujudkan struktur/organisasi satuan Zeni yang


memiliki kesiapsiagaan optimal dalam mendukung tercapainya
penyelenggaraan tugas pokok pada kurun waktu tertentu.

b) Pola.
(1) Organisasi satuan Zeni yang disusun berdasar Tabel
Organisasi dan Peralatan (TOP) dan Daftar Susunan Personel
dan Peralatan (DSPP), dapat dirubah/reorganisasi,
disempurnakan/validasi dan dibekukan bahkan dapat dilikuidasi
manakala struktur yang ada sudah tidak relevan lagi dengan
tuntutan tugas yang dihadapi dengan tetap mengacu kepada
Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur (POP) TNI AD yang
berlaku. Perubahan organisasi satuan Zeni dapat dilakukan
secara menyeluruh maupun bersifat bagian atau unsur-unsurnya.
Pelaksanaanya dengan menggunakan pola pendekatan
struktural, pendekatan teknologi dan pendekatan pendayagunaan
tenaga manusia. Penyempurnaan organisasi Zeni ditujukan untuk
lebih memaksimalkan keberhasilan pencapaian tugas dengan
melakukan perubahan pada unsur-unsur/ elemen-elemen tertentu
yang ada dalam struktur (bersifat menyeluruh). Pelaksanaannya
diselenggarakan dengan metoda revitalisasi, refungsionalisasi
dan restrukturisasi. Pembekuan dapat dilakukan terhadap satuan
Zeni yang dianggap tidak efisien lagi tetapi dapat difungsikan
kembali bila dibutuhkan. Penyelenggaraannya dilaksanakan
dengan menggunakan metoda refungsionalisasi yang bersifat
sementara. Likuidasi satuan Zeni dapat dilakukan manakala
keberadaannya sudah tidak diperlukan lagi. Penyelenggaraannya
dilaksanakan dengan menggunakan metoda non fungsionalisasi
yang bersifat permanen.
283

(2) Pembinaan organisasi satuan Zeni yang disiapkan untuk


tugas operasi dilaksanakan dengan membentuk organisasi
penugasan melalui penyiapan struktur/organisasi sesuai tugas
yang akan dihadapi. Struktur organisasi dasar yang ada dapat
dimodifikasi dengan menambah atau mengurangi
kekuatan/kemampuannya. Untuk memperbesar hasil,
dilaksanakan latihan-latihan pendahuluan (Pratugas), dievaluasi
dan disempurnakan sesuai perkembangan lingkungan operasi.

2) Pembinaan Kekuatan Personel.

a) Tujuan. Mewujudkan kekuatan (minimum) personel


Zeni yang mampu mengawaki jabatan-jabatan di jajaran Zeni sesuai
tuntutan tugas.

b) Pola.
(1) Pembinaan kekuatan personil dilaksanakan sesuai daur
pembinaan kekuatan Prajurit dan Pegawai Negeri Sipil PNS AD
yang berlaku di lingkungan TNI AD yang meliputi kegiatan
penyediaan prajurit/pengadaan CPNS AD, pendidikan prajurit,
pendidikan dan pelatihan PNS AD, penggunaan
Prajurit/penggunaan PNS AD dan pemisahan prajurit/pemisahan
PNS AD. Sedangkan pendukung pembinaan berupa sistem
informasi pembinaan personil. Penyediaan dilaksanakan untuk
mengisi kebutuhan satuan Zeni pada suatu periode tertentu
sesuai skala prioritas pemantapan satuan sehingga dapat
diperoleh kekuatan minimum yang diperlukan.

(2) Pembinaan kekuatan personil bagi satuan Zeni yang


disiapkan untuk tugas operasi dilaksanakan melalui kegiatan
pengendalian inventori, evaluasi kemantapan dan kesiapsiagaan
operasi (EKKO) aspek personel, perencanaan kebutuhan,
284

penyediaan dan pengisian dalam rangka memenuhi kebutuhan


sesuai struktur organisasi penugasan.

3) Pembinaan Kekuatan Materiil/Alat Utama. Alat utama Zeni adalah


Matzi, pembinaan kekuatannya diarahkan kepada pemenuhan Matzi.

a) Tujuan. Mewujudkan kesiapan Matzi yang layak pakai


sesuai perkembangan teknologi dan karakteristik wilayah guna
mendukung keperluan operasi yang berlanjut sepanjang usia pakai yang
direncanakan.

b) Pola.
(1) Pembinaan kekuatan Matzi dilaksanakan sesuai dengan
daur pembinaan dan pendukung pembinaan. Daur pembinaan
meliputi penentuan kebutuhan, pengadaan, inventori, distribusi,
pemeliharaan dan penghapusan. Sedangkan pendukung
pembinaan meliputi penelitian dan pengembangan (Litbang)
Matzi, perbendaharaan Matzi, sistem informasi manajemen
akuntansi (SIMAK), katalogisasi, standardisasi dan perberdayaan
potensi lingkungan.

(2) Pembinaan kekuatan Matzi bagi satuan Zeni yang


disiapkan untuk tugas operasi, dilaksanakan melalui kegiatan
pengendalian inventori, EKKO bidang Matzi, perencanaan
kebutuhan, penyediaan dan pengisian dalam rangka memenuhi
kebutuhan sesuai struktur organisasi penugasan.

4) Pembinaan Peranti Lunak. Mengacu kepada pokok-pokok


pembinaan doktrin/Bujuk yang disusun oleh Kodiklat TNI AD. Pembinaan
diarahkan untuk meningkatkan atau mewujudkan peranti lunak secara kualitas
maupun kuantitas sesuai tugas yang dihadapi.
285

a) Tujuan. Mewujudkan peranti lunak berupa Bujuk yang


bersifat operasional, taktis dan teknis Zeni sehingga dapat digunakan
sebagai pedoman pembinaan dan penggunaan Zeni.

b) Pola.
(1) Pembinaan Bujuk Zeni dilaksanakan melalui kegiatan
penyusunan/revisi stratifikasi dan penyusunan/revisi naskah.
Penyusunan/revisi stratifikasi dilaksanakan secara hirarkhis mulai
dari strata operasional, taktis sampai dengan teknis sesuai
kebutuhan pembinaan maupun penggunaan. Sedangkan
penyusunan/revisi naskah dilaksanakan melalui perencanaan
kebutuhan, penyusunan, pengkajian dan pengembangan serta
standardisasi kualitas dan kuantitas.

(2) Pembinaan kekuatan Bujuk bagi satuan Zeni yang


disiapkan untuk tugas operasi, dilaksanakan melalui kegiatan
pengendalian inventori, EKKO aspek peranti lunak, perencanaan
kebutuhan, penyediaan dan pengisian dalam rangka memenuhi
kebutuhan sesuai struktur organisasi penugasan.

5) Pembinaan Pangkalan. Pembinaan pangkalan merupakan


pengejawantahan dari tugas Zeni sebagai penyelenggara dukungan
administrasi bidang personel dan logistik AD. Pembinaan diarahkan pada
pemeliharaan dan peningkatan kekuatan satuan Zeni di bidang pangkalan
untuk kelancaran proses pembinaan kemampuan dan terpeliharanya moril serta
kesejahteraan prajurit Zeni beserta keluarganya dalam rangka mendukung
kesiapsiagaan operasi.

a) Tujuan. Mewujudkan kesiapan pangkalan dan fasilitasnya


termasuk sarana dan prasarana latihan serta terpenuhinya kebutuhan air
bersih dan sumber daya listrik guna mendukung kesiapsiagaan operasi.
286

b) Pola.
(1) Pembinaan pangkalan dilaksanakan sesuai dengan daur
pembinaan pangkalan meliputi perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penggunaan/pemanfaatan,
pemeliharaan/pengamanan dan penghapusan. Sedangkan
pendukung pembinaan meliputi pengendalian inventori, sistem
informasi pembinaan termasuk SIMAK-BMN, Litbang, pengurusan
administrasi tanah dan bangunan, katalogisasi tanah,
standardisasi bangunan dan perberdayaan potensi lingkungan
serta pengetahuan tentang perkembangan teknologi konstruksi.

(2) Pembinaan kekuatan pangkalan bagi satuan Zeni yang


disiapkan untuk tugas operasi dilaksanakan melalui kegiatan
pengendalian inventori, EKKO aspek pangkalan, perencanaan
kebutuhan, penyediaan dan pengisian dalam rangka memenuhi
kebutuhan sesuai struktur organisasi penugasan.

c. Pembinaan Kemampuan. Mengalir dari peran, tugas dan fungsi Zeni,


pembinaan kemampuan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan Zeni dalam
menyelenggarakan tugas-tugasnya memberi Banpurzi dan Banminzi. Pembinaannya
diarahkan untuk mewujudkan kemampuan satuan maupun kemampuan perorangan
agar memiliki keseimbangan antara kemampuan militer umum dengan kemampuan
militer kecabangan didukung jiwa kejuangan yang tinggi dan kondisi fisik yang prima.
Pembinaan kemampuan perorangan dilaksanakan sesuai dengan tuntutan
kemampuan yang harus dimiliki menurut golongan pangkat dan jabatannya,
sedangkan pembinaan kemampuan tingkat satuan dilaksanakan sesuai dengan
tuntutan kemampuan yang harus dimiliki menurut tingkat/besaran satuannya.
Kemampuan tersebut meliputi kemampuan tempur, intelijen, teritorial dan dukungan
yang dibina secara terus menerus melalui proses pendidikan, latihan dan penugasan.

1) Kemampuan Tempur.
287

a) Tujuan. Mewujudkan kemampuan Zeni dalam mendukung


mobilitas, kontra mobilitas dan kelangsungan hidup dalam rangka
meningkatkan daya tempur satuan yang dibantu.
b) Pola. Pembinaan kemampuan tempur dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan tugas-tugas Banpurzi yang dapat diberikan
dalam mendukung mobilitas, kontra mobilitas dan kelangsungan hidup
Satpur dan satuan lainnya. Tugas-tugas tersebut menuntut Zeni
memiliki kemampuan taktik dan teknik Zeni di bidang konstruksi,
destruksi, samaran, rintangan, penyeberangan, penjinakan bahan
peledak, Nubika serta perbekalan air bersih dan listrik. Pembinaan
kemampuannya diarahkan kepada peningkatan kemampuan bidang-
bidang tersebut secara seimbang dengan kemampuan militer umum dan
nilai-nilai kejuangan serta tuntutan kemampuan fisik yang harus dimiliki.
Penyelenggaraannya dilaksanakan melalui pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah, latihan program dan latihan non program serta
penugasan di dalam dan di luar negeri.
(1) Pendidikan. Pendidikan dilaksanakan untuk membina
kemampuan perorangan. Pendidikan sekolah dilaksanakan di
Pusdikzi untuk mencapai kemampuan taktik dan teknik Zeni
sampai dengan tingkat kecakapan memahami dan mampu.
Untuk mengembangkan kemampuan teknik Zeni sampai tingkat
kecakapan menguasai dan mahir, dilaksanakan melalui
pendidikan di luar lingkungan TNI baik di dalam maupun di luar
negeri dengan dukungan fasilitas sesuai kemampuan anggaran
negara. Sedangkan untuk mengembangkan kemampuan taktik
bertempur skala besar (antar kecabangan dan antar matra)
dilaksanakan di sekolah staf dan komando (Sesko) AD dan TNI.
Untuk melaksanakan studi banding kemampuan taktik dan teknik
bertempur negara lain dilaksanakan melalui pendidikan luar
negeri.
288

(2) Latihan. Latihan program dilaksanakan secara bertahap,


bertingkat dan berlanjut mulai dari latihan perorangan dasar
sampai kepada geladi lapang. Sedangkan latihan non program
dilaksanakan secara tidak bertahap, bertingkat dan berlanjut.

(3) Penugasan. Dilaksanakan dengan memberikan


kesempatan yang seluas-luasnya kepada personel maupun
satuan Zeni. Kepada personel golongan Perwira dilaksanakan
melalui alih tugas di bidang taktik dan teknik bertempur yang
bertujuan untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan
wawasannya. Sedangkan bagi Bintara dan Tamtama alih tugas
dilaksanakan dalam batas-batas yang sesuai dengan keahlian
dan kejuruannya. Alih tugas dilaksanakan dari suatu jabatan ke
jabatan lain (TOD) atau dari suatu daerah ke daerah lain (TOA)
baik di dalam maupun di luar negeri. Alih tugas dapat bersifat
tetap maupun tidak tetap. Baik yang bersifat tetap maupun tidak
tetap pelaksanaannya mengacu kepada pedoman dasar
penugasan yang berlaku di lingkungan TNI AD. Bagi satuan
dilaksanakan melalui penugasan operasi baik di dalam maupun di
luar negeri. Untuk penugasan operasi di luar negeri dilaksanakan
dengan prioritas penugasan kepada satuan Zeni terpilih melalui
seleksi lomba Binsat.

2) Kemampuan Intelijen. Kemampuan intelijen Zeni terbatas pada


kemampuan intelijen taktis di bidang penyelidikan dan pengamanan.

a) Tujuan. Mewujudkan kemampuan Zeni di bidang


penyelidikan dan pengamanan dalam rangka meningkatkan kemampuan
intelijen TNI AD.

b) Pola.
289

(1) Di bidang penyelidikan, diarahkan untuk meningkatkan


kemampuan Lidikzi yaitu kemampuan mendata kondisi cuaca,
medan, musuh dan karakteristik lainnya aspek Zeni untuk diolah
dan digunakan dalam mendukung keberhasilan operasi tempur.
Pembinaan kemampuannya dilaksanakan melalui pendidikan
sekolah dan pendidikan luar sekolah, latihan perorangan dan
latihan satuan serta penugasan di dalam dan di luar negeri.

(a) Pendidikan. Pendidikan sekolah dilaksanakan di


Pusdikzi untuk mencapai kemampuan Lidikzi sampai
dengan tingkat kecakapan memahami dan mampu. Untuk
mengembangkan kemampuan penyelidikan taktis aspek
non Zeni maupun penyelidikan yang bernilai strategis,
dilaksanakan melalui pendidikan di Pusat Pendidikan
Intelijen (Pusdik Intel) AD dan Badan Intelijen Strategis
(BAIS). Untuk melaksanakan studi banding kemampuan
penyelidikan negara lain dilaksanakan melalui pendidikan
luar negeri.

(b) Latihan. Latihan program dilaksanakan secara


bertahap, bertingkat dan berlanjut mulai dari latihan
perorangan dasar sampai kepada latihan satuan tingkat
Peleton. Sedangkan latihan non program dilaksanakan
secara tidak bertahap, bertingkat dan berlanjut, diarahkan
pada bagian/unsur/materi tertentu yang perlu ditingkatkan.

(c) Penugasan. Dilaksanakan dengan memberikan


kesempatan yang seluas-luasnya kepada personel
maupun satuan Zeni. Kepada personel golongan Perwira
dilaksanakan melalui alih tugas di bidang taktik dan teknik
penyelidikan yang bertujuan untuk menambah
pengalaman, pengetahuan dan wawasannya. Sedangkan
290

bagi Bintara dan Tamtama alih tugas dilaksanakan dalam


batas-batas yang sesuai dengan keahlian dan
kejuruannya. Alih tugas dilaksanakan dari suatu jabatan
kejabatan lain (TOD) dan dari suatu daerah ke daerah lain
(TOA) baik di dalam maupun di luar negeri. Alih tugas
tersebut dapat bersifat tetap maupun tidak tetap. Baik yang
bersifat tetap maupun tidak tetap, pelaksanaannya
mengacu kepada pedoman dasar penugasan yang berlaku
di lingkungan TNI AD. Penugasan bagi satuan
dilaksanakan melalui penugasan operasi baik di dalam
maupun di luar negeri.

(2) Di bidang pengamanan, diarahkan untuk meningkatkan


kemampuan pengamanan yang bersifat pasif dan deseptif. Yang
bersifat pasif yaitu kemampuan pengamanan yang dilakukan
secara statis ditujukan untuk pengamanan tubuh guna mencegah
kerugian personel, materiil, bahan keterangan/dokumen dan
kegiatan/operasi. Yang bersifat deseptif yaitu kemampuan
pengamanan yang ditujukan untuk pengelabuan/penyesatan
terhadap usaha-usaha dan kegiatan intelijen lawan. Kemampuan
yang dikembangkan meliputi kemampuan membangun kesadaran
pengamanan, membangun sistem pengamanan agar memiliki
kemampuan deteksi dini dan cegah dini, pengamatan dengan
mendirikan pos-pos pengaman dalam rangka mencegah hal-hal
yang merugikan pihak sendiri, pengusutan untuk mengetahui
kejadian yang sebenarnya dan mengetahui motif/latar belakang
dalam rangka mengambil tindakan/putusan yang diperlukan,
penipuan/penyesatan yang bersifat pengelabuan, lawan sabotase
untuk mencegah kemungkinan adanya usaha-usaha sabotase
lawan dan lawan penyelidikan untuk mencari dan menemukan
kelemahan/kekurangan pihak sendiri. Pembinaan kemampuannya
dilaksanakan melalui pendidikan sekolah dan pendidikan luar
291

sekolah, latihan perorangan dan latihan satuan serta penugasan


di dalam dan di luar negeri.

(a) Pendidikan. Pendidikan sekolah dilaksanakan di


Pusdikzi untuk mencapai kemampuan pengamanan
sampai dengan tingkat kecakapan memahami dan mampu.
Untuk kemampuan pengamanan pasif dilakukan melalui
pembekalan pengetahuan di bidang internal security
sampai dengan tingkat kecakapan memahami serta
pengetahuan dan keterampilan Jihandak, Nubika dan
rintangan sampai dengan strata memahami dan mampu.
Sedangkan untuk kemampuan pengamanan deseptif
dilakukan melalui pembekalan pengetahuan dan
keterampilan teknik dan taktik samaran. Untuk
mengembangkan kemampuan pengamanan pada tingkat
kecakapan yang lebih tinggi dilaksanakan melalui
pendidikan spesialisasi dan pendidikan pengembangan
lanjutan di luar lingkungan TNI. Untuk melaksanakan studi
banding kemampuan pengamanan negara lain,
dilaksanakan melalui pendidikan luar negeri.

(b) Latihan dilaksanakan melalui latihan program dan


latihan non program. Latihan program ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan pengamanan deseptif bagi
satuan Nubika dan Jihandak. Latihan non program
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pengamanan
baik yang bersifat pasif maupun deseptif.

(c) Penugasan. Dilaksanakan dengan memberikan


kesempatan yang seluas-luasnya kepada personel
maupun satuan Zeni. Kepada personel golongan Perwira
dilaksanakan melalui alih tugas di bidang pengamanan
292

yang bertujuan untuk menambah pengalaman,


pengetahuan dan wawasannya. Sedangkan bagi Bintara
dan Tamtama alih tugas dilaksanakan dalam batas-batas
yang sesuai dengan keahlian dan kejuruannya. Alih tugas
dilaksanakan dari suatu jabatan ke jabatan lain (TOD) atau
dari suatu daerah ke daerah lain (TOA) baik di dalam
maupun di luar negeri. Alih tugas tersebut dapat bersifat
tetap maupun tidak tetap. Baik yang bersifat tetap maupun
tidak tetap, pelaksanaannya mengacu kepada pedoman
dasar penugasan yang berlaku di lingkungan TNI AD.
Penugasan bagi satuan dilaksanakan melalui penugasan
operasi di dalam maupun di luar negeri, khususnya
pengamanan yang bersifat deseptif yaitu pengamanan di
bidang Jihandak dan Nubika.

3) Kemampuan Teritorial. Zeni sebagai satuan non komando kewilayahan


(Kowil), memiliki kemampuan teritorial dalam mendukung tugas-tugas TNI AD.

a) Tujuan. Mewujudkan kemampuan Zeni di bidang pembinaan


teritorial (Binter) dalam rangka meningkatkan kemampuan teritorial TNI
AD.
b) Pola. Pembinaan teritorial (Binter) ditujukan untuk meningkatkan
kebersamaan dan keeratan hubungan antara prajurit Zeni dengan rakyat
sehingga terwujud kemanunggalan TNI dengan rakyat untuk
didayagunakan bagi kepentingan pelaksanaan tugas-tugas Zeni. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan kemampuan Binter bagi satuan
Zeni yang meliputi kemampuan temu cepat dan lapor cepat, kemampuan
manajemen teritorial, kemampuan penguasaan wilayah, kemampuan
pembinaan perlawanan rakyat dan kemampuan komunikasi sosial.
Kemampuan satuan tersebut berawal dari kemampuan prajurit Zeni
secara perorangan yang meliputi kemampuan mendapatkan informasi
dan melaporkan dengan cepat, kemampuan berkomunikasi dengan
293

masyarakat sekitar, kemampuan mendata kondisi geografi, demografi


dan kondisi sosial aspek Zeni (penyelidikan teritorial aspek Zeni),
kemampuan meningkatkan kesadaran bela negara masyarakat sekitar
dan kemampuan penguasaan medan sekitar. Kemampuan-kemampuan
tersebut dibina secara terus-menerus, seimbang dengan pembinaan
kemampuan dalam membangun sikap teritorial yang mencerminkan
kegotongroyongan, saling bantu dan saling menghargai yang dilakukan
dengan cara menumbuhkembangkan nilai-nilai kejuangan melalui
pembinaan mental di kalangan prajurit Zeni. Zeni memiliki kemampuan
di bidang konstruksi, destruksi, Lidikzi, penyeberangan,rintangan,
perbekalan air bersih dan listrik serta Jihandak dan Nubika didukung alat
peralatan yang dimiliki, dapat digunakan sebagai sarana pendekatan
kepada masyarakat atau pemerintah daerah guna mengatasi kesulitan
rakyat melalui kegiatan bhakti TNI. Pembinaan kemampuan bidang-
bidang tersebut bukan hanya ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan tempur tetapi juga sekaligus merupakan
proses pembinaan kemampuan Binter atau kemampuan non tempur.
Penyelenggaraannya dilaksanakan melalui pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah, latihan perorangan dan latihan satuan serta
penugasan di dalam maupun di luar negeri.

(1) Pendidikan. Pendidikan sekolah dilaksanakan di Pusdikzi


untuk mencapai kemampuan Binter perorangan bidang
pengetahuan sampai dengan tingkat kecakapan memahami.
Pendidikan luar sekolah dilaksanakan melalui penataran,
penyuluhan dan menggalakkan Bintal sebagai fungsi Komando.
Untuk mengembangkan kemampuan Binter pada tingkat
kecakapan yang lebih tinggi setara dengan tingkat kecakapan
personil Kowil, dilaksanakan melalui pendidikan di Pusdikter.

(2) Latihan. Dilaksanakan melalui latihan dalam


satuan yang ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
294

kemampuan Binter di bidang keterampilan dengan supervisi Kowil


guna mencapai ketepatan dalam menentukan sasaran/obyek
terkait Renbinter Kowil secara keseluruhan. Dalam rangka
meningkatkan kebersamaan dan keeratan hubungan antara
prajurit Zeni dengan rakyat dapat dilakukan melalui kegiatan
bhakti TNI.

(3) Penugasan. Penugasan dilaksanakan bagi perorangan


maupun satuan. Bagi perorangan golongan Perwira Zeni
dilaksanakan melalui alih tugas dari suatu jabatan ke jabatan
bidang teritorial atau dari suatu daerah ke daerah lain yang
bertujuan untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan
wawasannya. Sedangkan bagi Bintara dan Tamtama alih tugas
dilaksanakan dalam batas-batas yang sesuai dengan keahlian
dan kejuruannya. Alih tugas dilaksanakan dari suatu jabatan ke
jabatan lain (TOD) atau dari suatu daerah ke daerah lain (TOA)
baik di dalam maupun di luar negeri. Alih tugas tersebut dapat
bersifat tetap maupun tidak tetap. Baik yang bersifat tetap
maupun tidak tetap, pelaksanaannya mengacu kepada pedoman
dasar penugasan yang berlaku di lingkungan TNI AD. Penugasan
bagi satuan dilaksanakan melalui penugasan di bidang teritorial
dalam mendukung OMP maupun OMSP yang bersifat tempur
maupun non tempur, termasuk penugasan dalam operasi
penanggulangan bencana alam, pencarian dan pertolongan
(SAR), operasi bantuan kemanusiaan dan operasi bantuan
kepada Polri.

4) Kemampuan Dukungan. Kemampuan dukungan adalah kemampuan


untuk mendukung kegiatan pembinaan maupun penggunaan kekuatan meliputi
dukungan administrasi bidang personil dan logistik AD aspek Zeni.
295

a) Tujuan. Mewujudkan kemampuan Zeni dalam membantu Satpur,


Satbanpur, satuan lain serta instansi lainnya yang memerlukan dengan
dukungan administrasi di bidang personel dan logistik AD aspek Zeni.

b) Pola.

(1) Di bidang personel, dilaksanakan dengan memelihara dan


meningkatkan kemampuan dalam penyediaan personel yang
dapat melaksanakan tugas-tugas Zeni dalam rangka
pemeliharaan kekuatan dan penyediaan tenaga pengganti bagi
Satuan Zeni maupun dalam rangka pembinaan kemampuan
Zeni bagi personel lain yang membutuhkan. Kemampuan tersebut
adalah kemampuan menyelenggarakan fungsi-fungsi pembinaan
prajurit dan PNS AD meliputi penyediaan prajurit/pengadaan
CPNS AD, pendidikan prajurit/pendidikan dan pelatihan PNS AD,
penggunaan prajurit/penggunaan PNS AD dan pemisahan
prajurit/pemisahan PNS AD. Kemampuan tersebut didukung oleh
kemampuan menyelenggarakan sistem informasi pembinaan
personel yang tersedia. Kemampuan dalam menyelenggarakan
pendidikan, bukan hanya untuk mendidik personel Zeni, tetapi
juga untuk mendidik personel lain yang membutuhkan
kemampuan Zeni. Pembinaan kemampuannya diselenggarakan
melalui pendidikan dan penugasan.

(a) Pendidikan. Pendidikan sekolah dilaksanakan di


Pusdikzi dan di lembaga pendidikan (Lemdik) informasi
dan pengolahan data (Infolahta) AD. Di Pusdikzi untuk
mencapai kemampuan menyelenggarakan fungsi-fungsi
pembinaan personil sampai dengan tingkat kecakapan
mengerti. Di Pusdik Infolahtad untuk mencapai
kemampuan menyelenggarakan sistem informasi
pembinaan personil sampai dengan tingkat kecakapan
296

memahami. Pendidikan luar sekolah, dilaksanakan untuk


mengembangkan kemampuan menyelenggarakan fungsi-
fungsi pembinaan personil sampai dengan tingkat
kecakapan memahami.

(b) Penugasan. Penugasan dilaksanakan bagi


perorangan melalui alih tugas dari suatu jabatan ke jabatan
lain (TOD) atau dari suatu daerah ke daerah lain (TOA) di
bidang personil untuk menambah pengalaman,
pengetahuan dan wawasannya. Khusus bagi Bintara dan
Tamtama, alih tugas dilaksanakan dalam batas-batas yang
sesuai dengan keahlian dan kejuruannya. Alih tugas
tersebut dapat bersifat tetap maupun tidak tetap. Baik yang
bersifat tetap maupun tidak tetap, pelaksanaannya
mengacu kepada pedoman dasar penugasan yang berlaku
di lingkungan TNI AD.

(2) Di bidang logistik, ditujukan kepada pembinaan


kemampuan dalam mengelola logistik TNI AD di bidang Matzi,
fasilitas dan jasa.

(a) Di bidang Matzi, dilaksanakan dengan memelihara


dan meningkatkan kemampuan menyelenggarakan fungsi-
fungsi pembinaan Matzi meliputi penentuan kebutuhan,
pengadaan, inventori, distribusi, pemeliharaan, dan
penghapusan. Kemampuan tersebut didukung oleh
kemampuan menyelenggarakan sistem informasi
pembinaan termasuk Sistem Informasi Manajemen
Akutansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) yang tersedia,
kemampuan menyelenggarakan Litbang Matzi,
perbendaharaan Matzi, katalogisasi, standardisasi dan
perberdayaan potensi lingkungan serta pengetahuan
297

tentang perkembangan teknologi Matzi. Pembinaan


kemampuannya diselenggarakan melalui pendidikan dan
penugasan.

i. Pendidikan. Pendidikan sekolah


dilaksanakan di Pusdikzi dan di Lemdik Infolahtad.
Di Pusdikzi untuk mencapai kemampuan
menyelenggarakan fungsi-fungsi pembinaan Matzi
sampai dengan tingkat kecakapan mengerti.
Di Lemdik Infolahtad untuk mencapai kemampuan
menyelenggarakan sistem informasi pembinaan
logistik khususnya bidang Matzi sampai dengan
tingkat kecakapan memahami. Pendidikan luar
sekolah, dilaksanakan untuk mengembangkan
kemampuan menyelenggarakan fungsi-fungsi
pembinaan logistik bidang Matzi sampai dengan
tingkat kecakapan memahami.

ii. Latihan. Dilaksanakan melalui latihan


program yang ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kemampuan Binmatzi khususnya di
bidang pemeliharaan dan perbaikan. Latihan non
program dilaksanakan dengan tidak bertahap,
bertingkat dan berlanjut melalui latihan dalam
satuan yang ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kemampuan pengetahuan dan
keterampilan perorangan dan satuan di bidang
pemeliharaan dan perbaikan Matzi.

iii. Penugasan. Dilaksanakan dengan


memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada personel Zeni. Kepada personel golongan
298

Perwira dilaksanakan melalui alih tugas dari suatu


jabatan ke jabatan lain di bidang Matzi, yang
bertujuan untuk menambah pengalaman,
pengetahuan dan wawasannya. Sedangkan bagi
Bintara dan Tamtama alih tugas dilaksanakan dalam
batas-batas yang sesuai dengan keahlian dan
kejuruannya. Alih tugas tersebut dapat bersifat tetap
maupun tidak tetap. Pelaksanaannya mengacu
kepada pedoman dasar penugasan yang berlaku di
lingkungan TNI AD. Penugasan bagi satuan
dilaksanakan melalui penugasan di bidang
penyediaan Matzi dalam mendukung OMP maupun
OMSP yang bersifat tempur maupun non tempur
termasuk penugasan dalam operasi
penanggulangan bencana alam, pencarian dan
pertolongan, operasi bantuan kemanusiaan dan
bantuan kepada Polri.

(b) Di bidang fasilitas dan jasa, dilaksanakan dengan


memelihara dan meningkatkan kemampuan
menyelenggarakan fungsi-fungsi pembinaan tanah dan
bangunan serta jasa air, listrik dan gas yang meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pemeliharaan/pengamanan dan
penghapusan. Kemampuan tersebut didukung oleh
kemampuan menyelenggarakan pengendalian inventori,
sistem informasi pembinaan termasuk SIMAK BMN yang
tersedia, kemampuan menyelenggarakan Litbang,
pengurusan administrasi tanah dan bangunan, katalogisasi
tanah, standardisasi bangunan dan perberdayaan potensi
lingkungan serta pengetahuan tentang perkembangan
teknologi konstruksi. Pembinaan kemampuannya
299

diselenggarakan melalui pendidikan, latihan dan


penugasan.

i. Pendidikan. Pendidikan sekolah


dilaksanakan di Pusdikzi dan di Lemdik Infolahtad.
Di Pusdikzi untuk mencapai kemampuan
menyelenggarakan fungsi-fungsi pembinaan logistik
bidang Fasjasa sampai dengan tingkat
kecakapan mengerti. Di Lemdik Infolahtad untuk
mencapai kemampuan menyelenggarakan sistem
informasi pembinaan logistik khususnya bidang
Fasjasa sampai dengan tingkat kecakapan
memahami. Pendidikan luar sekolah dilaksanakan
untuk mengembangkan kemampuan
menyelenggarakan fungsi-fungsi pembinaan logistik
bidang Fasjasa sampai dengan tingkat kecakapan
memahami.

ii. Latihan. Dilaksanakan melalui latihan


program yang ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kemampuan Binfasjasa khususnya di
bidang pemeliharaan dan perbaikan. Latihan non
program dilaksanakan dengan tidak bertahap,
bertingkat dan berlanjut melalui latihan dalam
satuan yang ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kemampuan pengetahuan dan
keterampilan perorangan dan satuan di bidang
pemeliharaan dan perbaikan Fasjasa.

iii. Penugasan. Dilaksanakan dengan


memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada personel Zeni. Kepada personel golongan
300

Perwira dilaksanakan melalui alih tugas dari suatu


jabatan ke jabatan lain di bidang fasilitas dan jasa
yang bertujuan untuk menambah pengalaman,
pengetahuan dan wawasannya. Sedangkan bagi
Bintara dan Tamtama alih tugas dilaksanakan dalam
batas-batas yang sesuai dengan keahlian dan
kejuruannya. Alih tugas tersebut dapat bersifat tetap
maupun tidak tetap, maka pelaksanaannya
mengacu kepada pedoman dasar penugasan yang
berlaku di lingkungan TNI AD. Penugasan bagi
satuan dilaksanakan melalui penugasan di bidang
dukungan fasilitas dan jasa dalam mendukung OMP
maupun OMSP yang bersifat tempur maupun non
tempur termasuk penugasan dalam operasi
penanggulangan bencana alam, pencarian dan
pertolongan, bantuan kemanusiaan dan operasi
bantuan kepada Polri.

d. Pembinaan Gelar. Pembinaan gelar kekuatan satuan Zeni berpedoman


kepada pokok-pokok pembinaan gelar kekuatan TNI AD yang diarahkan pada
tersedianya unsur-unsur Satbanpur dan Satbanmin Zeni yang besaran kekuatannya
ditentukan atas dasar pertimbangan adanya keseimbangan yang proporsional antara
satuan Zeni dengan satuan yang dibantu, kondisi geografi, kondisi demografi,
kemungkinan ancaman dan beban tugas yang dihadapi. Pembinaannya ditujukan
untuk menjamin tersedianya unsur-unsur Satbanpur dan Satbanmin Zeni yang
tersusun dalam gelar kekuatan terpusat, kekuatan kewilayahan dan kekuatan
pendukung.

1) Pembinaan Gelar Kekuatan Terpusat. Pembinaannya diarahkan pada


pembinaan gelar kekuatan satuan Zeni terpusat dalam mendukung tugas-tugas
satuan Kostrad dan Kopassus TNI AD.
301

a) Tujuan. Mewujudkan gelar kekuatan satuan Zeni yang


proporsional dengan gelar kekuatan Kostrad dan Kopassus sehingga
dapat dikerahkan secara cepat setiap saat ke daerah konflik.

b) Pola. Diarahkan pada tersedianya kekuatan satuan Zeni baik


sebagai kekuatan terpusat organik maupun cadangan (non organik).
Kekuatan terpusat organik, diarahkan pada tersedianya kekuatan satuan
Zeni sebagai kekuatan organik Kostrad dan Kopassus. Sebagai
kekuatan organik Kostrad, pembangunan kekuatannya berpedoman
kepada kebijakan pimpinan TNI AD yang diarahkan pada pembangunan
kekuatan Satbanpur Kostrad dan Satbanmin Kostrad. Gelar kekuatan
Yonzipur sebagai Satbanpur Kostrad harus selalu mengikuti gelar
kekuatan Divisi Kostrad dengan menggelar kekuatan Yonzipur Divisi,
sedangkan gelar kekuatan Zeni Kostrad sebagai Satbanmin tidak harus
selalu mengikuti gelar kekuatan Divisi Kostrad. Sebagai kekuatan
organik Kopassus, pembangunan kekuatan satuan Zeni berpedoman
kepada kebijakan yang diarahkan hanya pada pembangunan kekuatan
Zeni Kopassus. Namun demikian, jajaran Kopassus tetap dituntut
memiliki kemampuan Banpurzi. Kekuatan terpusat non organik,
diarahkan pada tersedianya kekuatan Menzikon sebagai kekuatan
cadangan yang siap digunakan dalam mendukung tugas Kostrad dan
Kopassus. Sebagai kekuatan cadangan pusat, pembangunan kekuatan
Menzikon tidak harus mengikuti gelar kekuatan Kostrad dan Kopassus.
Penyelenggaraan pembinaan gelar kekuatan terpusat dilaksanakan
melalui pengkajian dan evaluasi terhadap kekuatan Satbanpur dan
Satbanmin Zeni yang tergelar dalam susunan kekuatan terpusat dengan
mengacu pada rencana strategis (Renstra) pembangunan TNI AD
khususnya pembangunan postur Kostrad dan Kopassus dalam kurun
waktu tertentu dengan mempertimbangkan azas mobilitas dan
dilatarbelakangi pemikiran bahwa pembangunan kekuatan terpusat akan
berpengaruh langsung terhadap intensitas dan kompleksitas tugas
Satuan Zeni organik Kostrad dan Kopassus.
302

2) Pembinaan Gelar Kekuatan Kewilayahan. Pembinaannya diarahkan


pada pembinaan gelar kekuatan satuan Zeni kewilayahan yaitu Yon/Denzipur
Kodam, Mazidam, Denzibang dan Subdenzibang, dalam mendukung tugas-
tugas satuan kewilayahan secara mandiri.

a) Tujuan. Mewujudkan gelar kekuatan satuan Zeni yang


proporsional dengan kekuatan kewilayahan sehingga dapat
meningkatkan kemampuan kekuatan kewilayahan sebagai kompartemen
strategis dalam mempertahankan wilayahnya sendiri.

b) Pola. Pembangunan gelar kekuatan satuan Zeni kewilayahan


berpedoman kepada kebijakan pimpian TNI AD yang diarahkan pada
pembangunan kekuatan Satbanpur dan Satbanmin Zeni yaitu bahwa
pembangunan kekuatan Yon/Denzipur, Mazidam, Denzibang dan
Subdenzibang tidak harus selalu mengikuti gelar kekuatan Komando
Resort Militer (Korem) dan Komando Distrik Militer (Kodim), tetapi lebih
dititikberatkan pada kondisi geografi, demografi, kemungkinan ancaman
dan beban tugas yang dihadapi. Penyelenggaraan pembinaannya
dilaksanakan melalui pengkajian dan evaluasi terhadap kekuatan satuan
Zeni yang tergelar dalam susunan kekuatan kewilayahan dengan
mengacu pada Renstra TNI AD khususnya pembangunan postur Kodam
dalam kurun waktu tertentu dengan mempertimbangkan azas
kemandirian satuan Zeni kewilayahan dan dilatarbelakangi pemikiran
bahwa pembangunan kekuatan satuan kewilayahan akan berpengaruh
langsung terhadap intensitas dan kompleksitas tugas Satuan Zeni
kewilayahan.

3) Pembinaan Kekuatan Pendukung. Pembinaannya diarahkan


pada pembinaan gelar kekuatan satuan Zeni pendukung meliputi Maditziad,
Bengpuszi, Gudpuszi, Labzi, Pusdikzi, Kizi Puslatpur dan Zeni Akmil, sebagai
kekuatan cadangan TNI AD.
303

a) Tujuan. Mewujudkan kekuatan satuan Zeni pendukung yang


siap digunakan bila kekuatan terpusat dan kekuatan kewilayahan sudah
tidak mencukupi lagi.

b) Pola. Pembangunan gelar kekuatan satuan Zeni pendukung


berpedoman kepada kebijakan pimpinan TNI AD yang diarahkan pada
pembangunan kekuatan satuan Zeni pendukung yaitu bahwa
pembangunan kekuatan satuan Zeni pendukung tidak harus selalu
mengikuti gelar kekuatan terpusat dan gelar kekuatan kewilayahan,
tetapi lebih dititikberatkan kepada beban tugas yang dihadapi.
Penyelenggaraan pembinaannya dilaksanakan melalui pengkajian dan
evaluasi terhadap kekuatan satuan Zeni yang tergelar dalam susunan
kekuatan pendukung dengan mengacu pada Renstra TNI AD khususnya
pembangunan postur kekuatan pendukung dalam kurun waktu tertentu
dan dilatarbelakangi pemikiran bahwa pembangunan kekuatan satuan
TNI AD di wilayah dan di pusat akan berpengaruh langsung terhadap
intensitas dan kompleksitas tugas satuan Zeni pendukung dalam
memberikan dukungan administrasi.

37. Penggunaan Zeni.

a. Umum. Penggunaan Zeni dalam rangka mendukung tugas-tugas TNI AD


baik dalam OMP maupun OMSP disesuaikan dengan peran, tugas dan fungsi Zeni.

b. Penggunaan pada OMP. Zeni dapat dilibatkan sebagai unsur Banpur dan
Banmin pada OMP baik dalam operasi gabungan, operasi darat maupun operasi
bantuan dari tahap perencanaan sampai tahap pengakhiran.

1) Pada Operasi Gabungan.


a) Operasi Lintas Udara.
304

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi dalam rangka


pelaksanaan operasi lintas udara (Linud) untuk merebut,
menduduki dan mempertahankan tumpuan udara serta
mengembangkan kekuatan melalui penggabungan dengan satuan
lain.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Zeni dapat digunakan untuk memberi


Banpurzi dan Banminzi dalam mendukung operasi Linud
dan dapat diorganisir ke dalam susunan bertempur satuan
manuver baik pada eselon serbuan, susulan maupun
eselon belakang serta untuk mendukung kepentingan
operasi darat lanjutan.

(b) Satuan Zeni dan alat peralatannya dapat diterjunkan


dan atau didaratkan tetapi hanya satuan Zeni tempur yang
memiliki kualifikasi Para yang dapat diterjunkan dan hanya
alat peralatan Zeni ringan berdimensi kecil yang dapat
diterjunkan sesuai kemampuan payung udara. Satuan Zeni
yang tidak memiliki kualifikasi Para dan alat utama Zeni
hanya dapat dimobilisasi dengan cara didaratkan.

(c) Satuan Zeni sesuai kemampuan yang dimiliki pada


dasarnya digunakan untuk membantu satuan tugas darat
(Satgasrat), tetapi jika diminta dapat digunakan untuk
membantu satuan tugas udara (Satgasud).

b) Operasi Pertahanan Udara.


(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi guna mencegah,
mengurangi daya dan hasil guna serangan udara musuh serta
menanggulangi akibatnya.
305

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banpurzi dan


Banminzi dapat digunakan untuk mendukung operasi pertahanan
udara secara terbatas pada operasi yang bersifat pasif. Seperti
halnya pada operasi Linud, Satuan Zeni sesuai kemampuan yang
dimiliki pada dasarnya digunakan untuk membantu Satgasrat
(Arhanud) tetapi jika diperlukan dapat digunakan untuk membantu
Satgasud.
c) Operasi Pertahanan Pantai.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi pertahanan pantai (Hantai) dalam rangka
mencegah dan menggagalkan usaha musuh membuat tumpuan
pantai.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banpurzi dan


Banminzi pada operasi Hantai yang terdiri dari operasi Hantai
langsung dan Hantai tidak langsung. Pada operasi Hantai
langsung, daerah operasi terbagi menjadi daerah pertahanan
utama, daerah pertahanan kedua, kedudukan antara, kedudukan
cadangan komando atasan dan senjata bantuan serta kedudukan
Posko. Pada operasi pertahanan pantai (Hantai) tidak langsung,
daerah operasi terbagi menjadi daerah titik kuat, daerah
penghancuran, kedudukan satuan pemukul, kedudukan senjata
bantuan dan kedudukan Posko. Satuan Zeni dapat digunakan
untuk mendukung operasi tersebut. Seperti halnya pada operasi
Linud dan operasi Hanud satuan Zeni sesuai kemampuan yang
dimiliki pada dasarnya digunakan untuk membantu Satgasrat
tetapi jika diperlukan dapat digunakan untuk membantu Satgasud
dan atau Satgasla.

d) Operasi Pendaratan Administrasi.


306

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi pendaratan administrasi (Ratmin) dalam
rangka mendaratkan satuan taktis darat di wilayah yang dikuasai
pasukan sendiri.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi dalam


semua pentahapan operasi Ratmin melalui Banpurzi dan
Banminzi guna terselenggaranya operasi Ratmin. Satuan Zeni
baik sebagai Satbanpur maupun Satbanmin dapat digunakan
untuk mendukung operasi Ratmin hanya di wilayah daratan.
Satuan Zeni sesuai kemampuan yang dimiliki pada dasarnya
digunakan untuk membantu Satgasrat tetapi jika diminta dapat
digunakan untuk membantu Satgasla.

e) Operasi Darat Gabungan.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi darat gabungan dengan cara menghambat
dan menghalau gerak maju pasukan musuh serta memperlancar
gerak maju pasukan sendiri dalam rangka mempertahankan suatu
wilayah daratan atau merebut kembali wilayah daratan yang telah
diduduki musuh.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi dalam


semua pentahapan operasi darat gabungan guna
terselenggaranya operasi darat gabungan yang bersifat
keterpaduan dan saling bantu. Karena bersifat keterpaduan dan
saling bantu maka Banzi harus terpadu dengan bantuan Satgasla
dan Satgasud misalnya rencana rintangan dan penerobosan
harus terpadu dengan rencana bantuan tembakan udara (BTU)
dan bantuan tembakan kapal (BTK). Di samping itu Satuan Zeni
307

jika diminta dapat digunakan untuk membantu Satgasla dan


Satgasud memberi bantuan pengamanan dan perlindungan di
wilayah darat dari upaya deteksi dan identifikasi musuh dengan
tindakan penyesatan dan pengelabuan musuh dalam wujud
samaran (konstruksi tiruan), pengamanan dan perlindungan
terhadap ancaman bahan peledak dan Nubika musuh serta
bantuan dalam wujud penyediaan fasilitas konstruksi lainnya
seperti lapangan terbang darurat, dermaga darurat, bunker-
bunker perlindungan bawah tanah dan penyediaan sumber-
sumber listrik serta air bersih.

2) Pada Operasi Darat.

a) Operasi Tempur. Banzi untuk mendukung pelaksanaan operasi


tempur yang meliputi operasi serangan, pertahanan, pemindahan ke
belakang, pergantian, penggabungan, dalam kondisi khusus, dengan
pengaruh Nubika, Pernika, Mobud, gerilya dan lawan insurjensi serta
operasi khusus dengan cara memperlancar gerak maju pasukan sendiri,
menghambat gerak maju pasukan lawan serta membantu kelangsungan
hidup pasukan sendiri
(1) Operasi Serangan.
(a) Sasaran. Terwujudnya kelancaran/mobilitas
satuan manuver dalam gerak maju, memberikan
perlindungan pengamanan dari upaya serangan musuh,
menyiapkan logistik Zeni dalam wujud fasilitas konstruksi,
Matzi, air dan listrik dan mendukung kepentingan operasi
lanjutan.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni dapat digunakan


untuk memberikan Banpurzi dan Banminzi pada berbagai
jenis operasi serangan yang meliputi gerak maju untuk
308

kontak (GMUK), pengintaian paksa, serangan yang


dikoordinasikan, eksploitasi dan pengejaran.

(2) Operasi Pertahanan.


(a) Sasaran. Terhambatnya gerakan atau usaha
musuh dalam merebut dan menduduki suatu daerah,
terwujudnya
kelancaran/mobilitas satuan manuver serta tersedianya
logistik Zeni.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi


dalam semua pentahapan operasi pertahanan dengan
titik berat Banzi pada kemampuan konstruksi, destruksi,
Lidikzi, samaran, rintangan, penyeberangan, perbekalan air
dan listrik, Jihandak dan Nubika guna membantu
terselenggaranya operasi pertahanan.

(3) Operasi Pemindahan ke Belakang.

(a) Sasaran. Terhambatnya gerakan atau usaha


musuh dalam menggagalkan berlangsungnya operasi
pemindahan ke belakang, terwujudnya
kelancaran/mobilitas satuan manuver dalam mengadakan
operasi pemindahan ke belakang serta tersedianya logistik
Zeni.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi


dalam semua pentahapan operasi pemindahan ke
belakang dengan titik berat Banzi pada semua kemampuan
Zeni yang meliputi konstruksi, destruksi, Lidikzi, samaran,
rintangan, penyeberangan, perbekalan air dan listrik,
309

Jihandak dan Nubika guna membantu terselenggaranya


operasi pemindahan ke belakang.

(4) Operasi Pergantian.

(a) Sasaran. Terhambatnya gerakan atau usaha


musuh dalam menggagalkan berlangsungnya operasi
pergantian, terwujudnya kelancaran/mobilitas satuan
manuver dalam mengadakan operasi pergantian serta
tersedianya logistik Zeni.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi


dalam semua pentahapan operasi pergantian dengan titik
berat Banzi pada semua kemampuan Zeni yang meliputi
konstruksi, destruksi, Lidikzi, samaran, rintangan,
penyeberangan, perbekalan air dan listrik, Jihandak dan
Nubika guna membantu terselenggaranya operasi
pergantian.

(5) Operasi Penggabungan.

(a) Sasaran. Terhambatnya gerakan atau usaha


musuh dalam menggagalkan berlangsungnya operasi
penggabungan, terwujudnya kelancaran/mobilitas satuan
manuver dalam mengadakan penggabungan serta
tersedianya logistik Zeni.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi


dalam semua pentahapan operasi Penggabungan dengan
titik berat Banzi pada semua kemampuan Zeni yang
meliputi konstruksi, destruksi, Lidikzi, samaran, rintangan,
penyeberangan, perbekalan air dan listrik, Jihandak dan
310

Nubika guna membantu terselenggaranya operasi


penggabungan.

(6) Operasi Dalam Kondisi Khusus. Pelibatan satuan Zeni


pada operasi dalam kondisi khusus baik dalam mendukung
operasi serangan maupun pertahanan dapat dilaksanakan sebagai
berikut :

(a) Sasaran. Terwujudnya kelancaran/mobilitas


satuan manuver dalam rangka menghancurkan kekuatan
musuh atau merebut medan permati, terhambatnya
gerakan/usaha musuh dalam menyerang atau bertahan,
terwujudnya perlindungan dan pengamanan satuan yang
dibantu dari upaya serangan pendadakan dan atau
serangan balas, tersedianya logistik Zeni serta terwujudnya
kelancaran/mobilitas satuan manuver dalam mendukung
kepentingan operasi lanjutan.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi


dalam semua pentahapan operasi dalam kondisi khusus
dengan titik berat Banzi sebagai berikut:

i. Di daerah Perkubuan.

i) Dalam Serangan. Banzi dititikberatkan


pada kemampuan destruksi, Jihandak dan
Nubika.

ii) Dalam Pertahanan. Banzi


dititikberatkan pada kemampuan konstruksi,
samaran, rintangan dan Nubika.
311

ii. Di daerah Bangunan.

i) Dalam Serangan. Banzi


dititikberatkan pada kemampuan konstruksi,
destruksi, Jihandak dan Nubika.

ii) Dalam Pertahanan. Banzi


dititikbertakan pada kemampuan konstruksi,
destruksi, samaran, rintangan dan Nubika.

iii. Di daerah Pegunungan.

i) Dalam Serangan. Banzi dititikberatkan


pada kemampuan konstruksi dan destruksi.

ii) Dalam Pertahanan. Banzi


dititikberatkan pada kemampuan konstruksi,
rintangan dan samaran.

iv. Di daerah Hutan Rimba.

i) Dalam Serangan. Banzi dititikberatkan


pada kemampuan konstruksi dan destruksi.

ii) Dalam Pertahanan. Banzi


dititikberatkan pada kemampuan konstruksi
dan rintangan.

v. Di daerah Rawa.

i) Dalam Serangan. Banzi dititikberatkan


pada kemampuan konstruksi dan destruksi.
312

ii) Dalam Pertahanan. Banzi


dititikberatkan pada kemampuan konstruksi
dan rintangan.

vi. Di daerah Sungai.

i) Dalam Serangan. Banzi dititikberatkan


pada kemampuan penyeberangan dan
konstruksi.

ii) Dalam Pertahanan. Banzi


dititikberatkan pada kemampuan konstruksi
dan rintangan.

(7) Operasi dengan pengaruh Nubika. Pelibatan satuan Zeni


pada operasi dengan pengaruh Nubika dalam mendukung operasi
tempur darat.

(a) Sasaran. Terwujudnya kelancaran/mobilitas


satuan manuver dalam rangka menghancurkan kekuatan
musuh atau merebut medan permati di bawah
pengaruh/tekanan bahaya Nubika musuh, terhambatnya
gerakan/usaha musuh menggunakan senjata Nubika dan
tersedianya logistik Zeni.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi


dalam semua pentahapan operasi dengan pengaruh
Nubika, titik berat Banzi dengan kemampuan Nubika.
Satuan Zeni Nubika dapat digunakan secara berdiri sendiri
atau merupakan bagian dari Satgas Zeni dalam membantu
satuan manuver.
313

(8) Operasi Pernika. Pelibatan satuan Zeni pada operasi


Pernika dalam mendukung satuan Perhubungan TNI AD.

(a) Sasaran. Terlindunginya instalasi vital alat


Pernika, personel dan peralatan serta kegiatan satuan
Perhubungan.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi


dalam semua pentahapan operasi Pernika, dengan titik
berat bantuan Zeni pada kemampuan penyamaran
instalasi vital alat Pernika atau melakukan kegiatan lain
sesuai dengan kebutuhan.

(9) Operasi Mobud. Pelibatan satuan Zeni pada operasi


Mobud dalam mendukung operasi tempur darat.

(a) Sasaran. Terwujudnya kelancaran/mobilitas


satuan Mobud dalam rangka merebut dan menduduki
sasaran-sasaran darat, terwujudnya perlindungan dan
pengamanan operasi satuan Mobud dari upaya serangan
pendadakan dan atau serangan balas musuh serta
tersedianya logistik Zeni.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi


dalam semua pentahapan operasi Mobud, titik berat
bantuan Zeni dengan kemampuan destruksi dan rintangan
pada upaya penerobosan rintangan dan penghancuran
rintangan musuh. Satuan Zeni Nubika dapat digunakan
secara berdiri sendiri atau merupakan bagian dari Satgas
Zeni dalam membantu satuan manuver.
314

(10) Operasi Gerilya. Pelibatan Satuan Zeni pada operasi


gerilya dalam mendukung operasi tempur darat.

(a) Sasaran. Terwujudnya kelancaran/mobilitas


satuan gerilya baik di daerah pangkal perlawanan, daerah
penyangga dan daerah senja maupun daerah tempur,
terganggunya mobilitas pasukan musuh dalam infiltrasi
serta terjaminnya kelangsungan hidup pasukan sendiri.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi


dalam semua pentahapan operasi gerilya dengan titik berat
Banzi pada semua kemampuan Zeni yang meliputi
konstruksi, destruksi, Lidikzi, samaran, rintangan,
penyeberangan, perbekalan air dan listrik, Jihandak dan
Nubika guna membantu terselenggaranya operasi gerilya.

(11) Operasi Lawan Insurjensi. Pelibatan satuan Zeni pada


operasi lawan insurjensi (OLI) dalam mendukung operasi tempur
darat, penggunaan satuan Zeni dalam OLI selanjutnya akan
dibahas pada bagian/pasal penggunaan Zeni dalam mengatasi
separatis bersenjata dan pemberontakan bersenjata dalam OMSP.

(12) Operasi Khusus. Pelibatan satuan Zeni pada operasi


khusus baik dalam operasi komando, operasi sandi yudha dan
operasi penanggulangan teror yang ditujukan terhadap sasaran
strategis terpilih baik di wilayah nasional maupun di luar yurisdiksi
nasional.

(a) Sasaran. Terwujudnya kelancaran/mobilitas


satuan komando dalam melaksanakan raid guna
mendapatkan keunggulan ruang dan waktu, membantu
315

tercapainya tujuan peperangan serta mengalihkan atau


membuat musuh kehilangan keseimbangan/kekuatan.

(b) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi


dalam semua pentahapan operasi khusus dengan titik
berat Banzi pada semua kemampuan Zeni yang meliputi
konstruksi, destruksi, samaran, rintangan, penyeberangan,
Jihandak dan Nubika guna membantu terselenggaranya
operasi khusus.

b) Operasi Intelijen.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi intelijen melalui penyiapan data intelijen
Zeni, pencegahan/preventif serta terciptanya suatu kondisi yang
dibutuhkan atau dikehendaki satuan operasi intelijen.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi dalam


rangka mendukung satuan intelijen sesuai dengan kebutuhan
operasi intelijen dalam kegiatan penyelidikan, pengamanan dan
penggalangan.

c) Operasi Teritorial.
(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung
pelaksanaan operasi teritorial dalam rangka pemberdayaan
wilayah pertahanan di darat.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat digunakan untuk


memberikan Banpurzi dan Banminzi dalam operasi teritorial untuk
mengelola geografi, demografi, kondisi sosial sehingga menjadi
ruang, alat dan kondisi (RAK) juang untuk kepentingan
pertahanan negara (Hanneg) yang dilaksanakan sebelum, selama
316

dan sesudah perang dengan metoda komunikasi sosial (Komsos)


untuk mempengaruhi rakyat di daerah operasi.

3) Pada Operasi Bantuan.

a) Operasi Bantuan Intelijen.

(1) Sasaran. Terwujudnya asistensi teknis Zeni yang


bersifat taktis maupun strategis bagi satuan intelijen yang sedang
melaksanakan operasi bantuan intelijen dalam bentuk
penyelidikan dan pengamanan dengan menyediakan data tentang
Zeni.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dilibatkan sebagai asistensi


teknis Zeni pada kegiatan penyelidikan dan
pengamanan oleh satuan intelijen yang sedang melaksanakan
operasi bantuan intelijen.

b) Operasi Bantuan Perlindungan.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi bantuan perlindungan melalui perlindungan
sarana dan prasarana serta personel komando tugas operasi TNI
lainnya di wilayah darat.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi melalui


Banpurzi dan Banminzi kepada satuan komando tugas
operasi yang dilaksanakan di wilayah darat guna
terselenggaranya operasi bantuan perlindungan.

c) Operasi Bantuan Raid.


317

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi bantuan raid melalui perusakan/destruksi
terhadap instalasi/obyek vital serta materiil lawan.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi melalui


Banpurzi dan Banminzi dititikberatkan pada kegiatan perusakan
dan Nubika guna terselenggaranya operasi bantuan raid.

d) Operasi Bantuan Tembakan.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi bantuan tembakan melalui penyediaan
fasilitas air dan listrik, steeling area dan penyamaran alat utama
sistem persenjataan (Alutsista) satuan Armed serta penyiapan
helypad untuk satuan Penerbad.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi melalui


Banpurzi dan Banminzi dititikberatkan pada kegiatan konstruksi
serta perbekalan air dan listrik guna terselenggaranya operasi
bantuan tembakan.

e) Operasi Bantuan SAR Tempur.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi bantuan SAR tempur melalui pemberian
Banzi dalam bentuk penyelamatan dan evakuasi personel,
penyelenggaran Posko, fasilitas instalasi air dan listrik,
pengamanan/penghancuran dokumen/ materiil militer yang
berada di bawah penguasaan lawan.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi melalui


Banpurzi dan Banminzi dititikberatkan penyelamatan dan
318

evakuasi personel, penyelenggaran Posko, fasilitas instalasi air


dan listrik, pengamanan/penghancuran dokumen/materiil militer
yang berada di bawah penguasaan lawan guna terselenggaranya
operasi bantuan SAR tempur.

f) Operasi Bantuan Teritorial.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi bantuan teritorial yang dilaksanakan oleh
komando kewilayahan TNI AD dalam rangka pemberdayaan
wilayah pertahanan di darat.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi melalui


Banpurzi dan Banminzi dititikberatkan pada kegiatan konstruksi,
destruksi dan rehabilitasi guna terselenggaranya operasi bantuan
teritorial.

g) Operasi Bantuan Pernika.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi bantuan Pernika dalam rangka asistensi
teknis Zeni guna melindungi dan mengelabui kemungkinan
deteksi secara fisik terhadap Satuan Perhubungan TNI AD yang
sedang melaksanakan operasi bantuan Pernika.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi melalui


Banpurzi dan Banminzi dengan kegiatan asistensi teknis Zeni
guna melindungi dan mengelabui kemungkinan deteksi secara
fisik terhadap satuan Perhubungan TNI AD yang sedang
melaksanakan operasi bantuan Pernika, dalam rangka
terselenggaranya operasi bantuan Pernika.
319

h) Operasi Bantuan Angkutan.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi bantuan angkutan yang dilaksanakan satuan
Bekangad dalam membantu satuan TNI lainnya .

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi melalui


Banpurzi dan Banminzi yang dititikberatkan pada kegiatan
membantu satuan Bekangad dalam membantu memobilisasi
satuan TNI lainnya.

i) Operasi Bantuan Keamanan.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung


pelaksanaan operasi bantuan keamanan terhadap personel,
materiil, sarana dan prasarana serta obyek vital dari satuan yang
dibantu.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banzi melalui


Banpurzi dan Banminzi dititikberatkan pada kegiatan Jihandak
dan Nubika serta bantuan lainnya sesuai dengan kebutuhan guna
terselenggaranya operasi bantuan keamanan.

c. Penggunaan pada OMSP. Zeni dapat dilibatkan sebagai unsur Banpur dan
Banmin pada OMSP dengan menyelenggarakan peran, tugas dan fungsi Zeni pada
OMSP yang bersifat tempur maupun OMSP yamg bersifat non tempur.
1) OMSP yang Bersifat Tempur.
a) Operasi Mengatasi Gerakan Separatis Bersenjata .
(1) Sasaran. Terwujudnya Banpurzi dan Banminzi untuk
mendukung satuan operasional dalam rangka mengatasi gerakan
separatis bersenjata.
320

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banpurzi dan


Banminzi guna terselenggaranya operasi militer mengatasi
gerakan separatis bersenjata baik dalam bentuk operasi intelijen,
tempur maupun teritorial dari sejak tahap pencegahan,
penindakan sampai dengan rehabilitasi.

b) Operasi Mengatasi Pemberontakan Bersenjata.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung satuan


operasional dalam rangka mengatasi pemberontakan bersenjata.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni memberikan Banpurzi dan


Banminzi guna terselenggaranya operasi militer mengatasi
pemberontakan bersenjata baik dalam bentuk operasi intelijen,
tempur maupun teritorial dari sejak tahap pencegahan,
penindakan sampai dengan rehabilitasi.

c) Operasi Mengatasi Aksi Terorisme.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung satuan


operasional dalam rangka mengatasi aksi terorisme.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


kepada satuan operasional yang dititikberatkan pada destruksi,
Jihandak, dekontaminasi Nubika dan asistensi teknis bahaya
Handak dan Nubika dalam rangka mengatasi aksi terorisme.

d) Operasi Mengamankan Wilayah Perbatasan.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung satuan


operasional dalam rangka pengamanan wilayah perbatasan.
321

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


kepada satuan operasional dengan dititikberatkan pada kegiatan
konstruksi (pembangunan pos-pos pengamanan, jalan-jalan antar
pos pengamanan dan pagar-pagar perbatasan) dan bantuan
lainnya (sweping/deteksi bahan peledak pada pelintas tapal
perbatasan) sesuai dengan tugas-tugas Zeni dalam rangka
pengamanan wilayah perbatasan.

e) Operasi Mengamankan Obvitnas yang Bersifat Strategis.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung satuan


operasional dalam rangka pengamanan obyek vital nasional
(Obvitnas) yang bersifat strategis terhadap ancaman, gangguan
dan sabotase musuh.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


kepada satuan operasional dengan dititikberatkan pada kegiatan
konstruksi, rintangan, samaran, Jihandak serta Lidikzi dan Lidik
Nubika sesuai dengan tugas-tugas Zeni dalam rangka
pengamanan Obvitnas yang bersifat strategis.

f) Operasi Melaksanakan Tugas Perdamaian Dunia sesuai dengan


Kebijakan Politik Luar Negeri.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung PBB


baik secara berdiri sendiri atau bagian dari satuan tugas dalam
rangka melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


di bawah bendera PBB baik secara berdiri sendiri atau bagian dari
satuan tugas dengan titik berat pada kegiatan rehabilitasi
322

wilayah, pengamanan pos/kedudukan pasukan PBB, konstruksi


sarana dan prasarana untuk memperlancar tugas pasukan PBB
serta pembangunan perumahan rakyat/fasum sesuai dengan
tugas-tugas Zeni dalam rangka melaksanakan tugas perdamaian
dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri.

g) Operasi Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden RI beserta


keluarganya.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung satuan


tugas pengamanan dalam rangka pengamanan Presiden dan
Wakil Presiden RI beserta keluarganya.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


kepada satuan tugas pengamanan dengan titik berat pada
kegiatan sterilisasi, Jihandak, penanganan bahaya Nubika dan
pencegahan infiltrasi dan tugas Zeni lainnya dalam rangka
pengamanan Presiden dan Wakil Presiden RI beserta
keluarganya.

h) Operasi Mengamankan Tamu Negara Setingkat Kepala Negara


dan Perwakilan Asing yang sedang berada di Indonesia.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung satuan


tugas pengamanan dalam rangka pengamanan tamu negara
setingkat kepala negara dan perwakilan asing yang sedang
berada di Indonesia.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


kepada satuan tugas pengamanan dengan titik berat pada
kegiatan sterilisasi, Jihandak, penanganan bahaya Nubika dan
pencegahan infiltrasi dan tugas Zeni lainnya dalam rangka
323

pengamanan tamu negara setingkat Kepala Negara dan


perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia.

2) OMSP yang Bersifat Non Tempur.

a) Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan dan Kekuatan


Pendukungnya.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk mendukung satuan


komando kewilayahan dalam rangka pemberdayaan wilayah
pertahanan dan kekuatan pendukungnya.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


kepada satuan komando kewilayahan sesuai dengan tugas-tugas
Zeni membantu pemerintah menyiapkan potensi nasional
menjadi kekuatan pertahanan, melaksanakan latihan dasar militer,
pemberdayaan rakyat sebagai kuat pendukung serta membangun,
memelihara, meningkatkan dan memantapkan kemanunggalan
TNI dengan rakyat dalam rangka pemberdayaan wilayah
pertahanan.

b) Operasi Membantu Pemerintah di Daerah.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi dalam rangka


memperlancar tugas-tugas pemerintah daerah di bidang
pemberdayaan potensi wilayah untuk kepentingan pertahanan.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


kepada pemerintah daerah sesuai dengan tugas-tugas Zeni
dalam rangka pemberdayaan potensi wilayah untuk kepentingan
pertahanan.
324

c) Operasi Membantu Polri dalam rangka tugas keamanan


ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang diatur dalam undang-undang.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi untuk membantu satuan


Polri dalam rangka tugas Kamtibmas.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


kepada Polri sesuai dengan tugas-tugas Zeni guna membantu
Polri dalam rangka tugas Kamtibmas.

d) Operasi Membantu Menanggulangi Akibat Bencana Alam,


Pengungsian dan Pemberian Bantuan Kemanusiaan.

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi kepada pasukan reaksi


cepat penanggulangan bencana (PRCPB) TNI/TNI AD dalam
rangka menyelamatkan dan mengevakuasi korban bencana,
menyiapkan sarana dan prasarana pengungsi dan pemberian
bantuan kemanusiaan serta rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah
yang terkena bencana.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


kepada PRCPB TNI/TNI AD sesuai dengan tugas-tugas Zeni
guna menyelamatkan dan mengevakuasi korban bencana,
menyiapkan sarana dan prasarana pengungsi dan pemberian
bantuan kemanusiaan serta rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah
yang terkena bencana.

e) Operasi Membantu Pencarian dan Pertolongan dalam


Kecelakaan (SAR).
325

(1) Sasaran. Terwujudnya Banzi kepada Badan SAR


Nasional dan instansi lain dalam rangka mencari, menemukan
dan menyelamatkan personel serta harta benda.

(2) Penggunaan. Satuan Zeni dapat memberikan Banzi


kepada badan SAR nasional dan instansi lain dalam rangka
mencari, menemukan dan menyelamatkan personel serta harta
benda.

f) Operasi Membantu Pemerintah dalam Pengamanan Pelayaran


dan Penerbangan Terhadap Pembajakan, Perompakan dan
Penyelundupan. satuan Zeni tidak dapat dilibatkan karena tidak
memiliki kemampuan khusus dalam operasi tersebut.

38. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Guna menjamin kelancaran pelaksanaan tugas Zeni perlu diatur


tataran kewenangan dalam pelaksanaan pembinaan dan penggunaan Zeni AD sesuai
dengan hierarki yang berlaku di lingkungan TNI AD mulai dari tingkat pusat, Kotama
sampai dengan tingkat satuan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.

1) Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Zeni. Wewenang


dan tanggung jawab pembinaan Zeni di tingkat Pusat berada pada Kepala Staf
TNI AD.

a) Menentukan kebijakan dan strategi pembinaan Zeni AD sesuai


peran, tugas dan fungsi Zeni.

b) Menentukan kebijakan tentang pembinaan kemampuan satuan


Zeni.
326

c) Menentukan kebijakan tentang pembinaan kekuatan satuan Zeni.

d) Menentukan kebijakan tentang pembinaan gelar satuan Zeni.

2) Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan Zeni. Wewenang dan


tanggung jawab penggunaan Zeni di tingkat pusat berada pada Panglima TNI.

3) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis penyelenggaraan Zeni di tingkat pusat berada pada Direktur Zeni
Angkatan Darat (Dirziad).

a) Menyusun rencana dan program penyelenggaraan teknis


kesiapan bagi Satuan Zeni yang disesuaikan dengan peran, tugas dan
fungsi Zeni.

b) Menyelenggarakan asistensi, supervisi dan pengawasan di


bidang fungsi teknis Zeni.

c) Menyelenggarakan pembinaan Zeni melalui pembinaan kekuatan,


pembinaan kemampuan dan pembinaan gelar.

d) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan Zeni serta melaporkan


kepada Kasad.

4) Wewenang dan Tanggung Jawab Lapangan Kekuasaan Teknis (LKT).


LKT atas penyelenggaraan fungsi Zeni di jajaran TNI AD berada pada Dirziad
dalam hal penentuan dan pemberian petunjuk, asistensi serta pengawasan
tentang teknis Zeni.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama.


327

1) Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Zeni. Wewenang dan


tanggung jawab pembinaan Zeni di tingkat Kotama berada pada Pangkotama.

a) Menyusun dan merumuskan program penyelenggaraan latihan


satuan Zeni.

b) Membina dan memelihara kesiapsiagaan operasional satuan


Zeni.

c) Mengendalikan, mengawasi, mengevaluasi dan melaporkan


kesiapan satuan Zeni kepada Kasad tembusan Dirziad.

2) Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan Zeni. Pengerahan


satuan Zeni di Kotama menjadi tanggung jawab Pangkotama sesuai dengan
wewenang yang diberikan oleh Panglima TNI.

3) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis penyelenggaraan Zeni di tingkat Kotama berada pada Kepala
Zeni Kotama.

a) Menyusun rencana dan program penyelenggaraan teknis


kesiapan bagi Satuan Zeni yang disesuaikan dengan peran, tugas dan
fungsi Zeni.

b) Menyelenggarakan asistensi, supervisi dan pengawasan di


bidang fungsi teknis Zeni.

c) Menyelenggarakan pembinaan Zeni melalui pembinaan latihan,


material Zeni, fasilitas dan jasa serta pembinaan lainnya yang berkaitan
dengan teknis Zeni.
328

d) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan Zeni serta melaporkan


kepada Pangkotama tembusan Dirziad selaku pembina fungsi Zeni.

4) Wewenang dan Tanggung Jawab LKT. Secara hierarki Dirziad


mendelegasikan pelaksanaan LKT di daerah kepada Kepala Zeni Kotama.

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan.

1) Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Zeni. Wewenang dan


tanggung jawab pembinaan Zeni di tingkat satuan berada pada Ka/Dansatzi.

a) Menyelenggarakan latihan kecabangan Zeni sesuai dengan


program dari komando atas.

b) Membina, memelihara dan meningkatkan kesiapsiagaan


operasional satuan Zeni.

c) Mengawasi dan mengendalikan kesiapan satuan Zeni.

d) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pembinaan Zeni serta


melaporkan kepada Pangkotama tembusan Dirziad.

2) Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan Zeni.


Pengerahan satuan Zeni di satuan menjadi tanggung jawab Ka/Dansatzi sesuai
dengan wewenang yang diberikan oleh Pangkotama.

3) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan


tanggung jawab teknis penyelenggaraan Zeni di tingkat satuan berada pada
Ka/Dansatzi.
a) Menyelenggarakan pembinaan teknis Zeni di satuannya sesuai
kebijakan Pimpinan dan peraturan yang berlaku.
329

b) Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pembinaan Zeni


melalui pembinaan latihan, Matzi, fasilitas dan jasa serta pembinaan
lainnya yang berkaitan dengan teknis Zeni di satuan sesuai ketentuan
yang berlaku.
c) Mengadakan koordinasi dengan pembina fungsi Zeni di tingkat
pusat dalam rangka pelaksanaan pembinaan latihan, Matzi, fasilitas dan
jasa serta pembinaan lainnya yang berkaitan dengan teknis Zeni di
satuannya.
d) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pembinaan teknis Zeni
serta melaporkan kepada Dirziad tembusan Pangkotama selaku
pembina fungsi Zeni tingkat satuan.

BAB VIII
PERHUBUNGAN

39. Umum. Perhubungan merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai
kekuatan yang menjalankan fungsi komunikasi, peperangan elektronika dan foto film militer
serta konstruksi, pembekalan, pemeliharaan, dan instalasi (konbekharstal).

40. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Perhubungan.

a. Umum. Perhubungan Angkatan Darat merupakan salah satu bagian TNI


Angkatan Darat yang mempunyai peran menyelenggarakan dukungan Perhubungan
dalam rangka mendukung TNI Angkatan Darat untuk mempertahankan wilayah darat
NKRI. Untuk keberhasilan penyelenggaraan dukungan Perhubungan tersebut, maka
perlu mempertimbangkan adanya peran, tugas, fungsi dan azas serta prinsip-prinsip
penyelenggaraan dukungan Perhubungan Angkatan Darat.

b. Peran. Peran Perhubungan Angkatan Darat dalam rangka mendukung


tugas pokok Angkatan Darat adalah sebagai berikut.

1) Sebagai Bantuan Administrasi. Menyiapkan personel, materiil dan


peranti lunak yang diperlukan dalam penyelenggaraan dukungan Perhubungan
Angkatan Darat.

2) Sebagai Bantuan Tempur. Menyelenggarakan dukungan Perhubungan


meliputi Komunikasi, Pernika, Foto Film Militer dan Konbekharstal dalam
rangka Komando, Kendali, Komunikasi, Komputerisasi, Informasi, Pengamatan
dan Penginderaan (K4IPP).
330

c. Tugas. Sesuai perannya Perhubungan mengemban tugas pokok dan


tugas-tugas sebagai berikut :

1) Tugas Pokok. Perhubungan TNI AD bertugas pokok


menyelenggarakan pembinaan dan penggunaan fungsi teknis Perhubungan
yang berkaitan dengan komunikasi, Pernika, foto film militer dan Konbekharstal
dalam rangka mendukung tugas pokok Angkatan Darat.

2) Tugas - Tugas.

a) Membina dan menyelenggarakan fungsi komunikasi. Segala


usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam menyelenggarakan pembinaan di
bidang komunikasi untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan
fungsi komando, pengendalian dalam rangka penggunaan kekuatan dan
pembinaan kekuatan Angkatan Darat.

b) Membina dan menyelenggarakan fungsi Pernika dan foto


film militer. Segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam
menyelenggarakan peperangan elektronika dan foto film militer untuk
memperbesar daya tempur sendiri dan memperlemah daya tempur
lawan.

c) Membina dan menyelenggarakan fungsi Konbekharstal. Segala


usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang konstruksi, pembekalan,
pemeliharaan, dan penginstalasian sarana Perhubungan.

d. Fungsi. Fungsi Perhubungan Angkatan Darat dalam rangka


melaksanakan fungsi teknis militer umum Angkatan Darat adalah :

1) Komunikasi. Meliputi usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang


perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian sistem
komunikasi untuk kelancaran komando dan pengendalian, koordinasi dan
administrasi logistik dalam rangka pembinaan serta penggunaan kekuatan
Angkatan Darat.

2) Pernika dan Foto Film Militer. Meliputi usaha, pekerjaan dan kegiatan
di bidang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian
sistem peperangan elektronika dan foto film militer untuk memperbesar daya
tempur sendiri dan memperlemah daya tempur musuh.

3) Konbekharstal (Konstruksi, Pembekalan, Pemeliharaan dan


Penginstalasian). Meliputi usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian konstruksi,
pembekalan, pemeliharaan dan penginstalasian sarana Perhubungan untuk
kelancaran dan keberhasilan tugas baik dalam rangka pembinaan maupun
penggunaan kekuatan Angkatan Darat.
331

e. Azas.

1) Keandalan. Kemampuan melaksanakan tugas dengan cepat, tepat


dan aman sesuai dengan Motto Perhubungan yaitu Cighra Apta Nirbaya.

2) Kewaspadaan. Senantiasa tanggap, siaga dan cermat dalam


mengantisipasi setiap perkembangan situasi dan kondisi yang akan dihadapi.

3) Kekenyalan. Kemampuan untuk melaksanakan tugas secara luwes


dan flexibel sesuai dengan dinamika dan kebutuhan taktis serta perkembangan
teknologi dan kemampuan teknis yang dimiliki.

4) Terencana. Penyelenggaraan fungsi Perhubungan harus


didasarkan kepada perencanaan secara cermat dan detail menyangkut
personel, materiil, peranti lunak dan gelar sistem yang dibutuhkan agar
diperoleh efektivitas bagi pelaksanaan dukungan Perhubungan Angkatan
Darat.

5) Akuntabilitas. Setiap pelaksanaan fungsi Perhubungan baik dalam


rangka pembinaan maupun penggunaan harus didasarkan atas peraturan dan
norma yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan.

f. Prinsip Penyelenggaraan.

1) Dari atas ke bawah. Penyelenggaraan komunikasi dilaksanakan oleh


Komando Atasan ke Komando Bawahan.

2) Dari yang membantu ke yang dibantu, kecuali BP.


Penyelenggaraan komunikasi dilaksanakan oleh kesatuan yang membantu ke
kesatuan yang dibantu. Bila pembantuan itu bersifat BP maka berlaku
ketentuan tersebut di atas.

3) Dari kiri ke kanan. Untuk Operasi Tempur didarat, komunikasi


diselenggarakan oleh satuan yang disebelah kiri ke kesatuan yang disebelah
kanan.

4) Apabila tidak dapat diselenggarakan prinsip dasar tersebut di atas, maka


penyelenggaraan komunikasi diatur oleh komando operasi yang lebih tinggi.

41. Dasar Penyelenggaraan Perhubungan.

a. Umum. Agar diperoleh daya dan hasil guna yang optimal dalam
penyelenggaraan Perhubungan, maka dalam pembinaan penyelenggaraan dan
penggunaan Perhubungan harus didasarkan kepada rumusan kebijakan dan strategi
yang tepat sesuai kondisi tugas yang dihadapi.
332

b. Tujuan dan sasaran

1) Tujuan. Mewujudkan postur satuan Perhubungan yang profesional


dalam penyelenggaraan bantuan Perhubungan yang efektif bagi pelaksanaan
tugas pokok Angkatan Darat baik dalam rangka Operasi Militer untuk Perang
(OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

2) Sasaran.
a) Terwujudnya kekuatan satuan Perhubungan yang ideal bagi
pelaksanaan tugas yang meliputi penyiapan dan pembinaan bidang
organisasi, personel, materiil dan peranti lunak dan pangkalan bagi
pelaksanaan tugas di lapangan.

b) Terwujudnya kemampuan satuan Perhubungan yang diharapkan


bagi kelancaran dan keberhasilan tugas Angkatan Darat yang meliputi
kemampuan bidang intelijen, tempur, teritorial, dukungan dan
kemampuan fungsi.

c) Terselenggaranya gelar Satuan Perhubungan yang efektif dalam


menunjang kelancaran dan keberhasilan tugas Angkatan Darat di
seluruh wilayah NKRI yang meliputi pembinaan gelar kekuatan terpusat
dan kewilayahan.

c. Subjek, Objek, Metode dan Sarana Prasarana.

1) Subjek.

a) Panglima TNI.
b) Kasad.
c) Pangkotama TNI AD.
d) Dirhubad.
e) Kahub Kotama TNI AD.
f) Danyon, Dandenhub.
g) Dankihub.
h) Dantonkom.

2) Objek.

a) Satuan Perhubungan TNI AD.


b) Prajurit Perhubungan TNI AD.
c) Materiil Perhubungan.
d) Peranti lunak di bidang Perhubungan.

3) Metode. Metode yang digunakan adalah pengkajian, penelitian,


pengembangan dalam pelaksanaan latihan, pendidikan dan operasi.

4) Sarana Prasarana
333

a) Data satuan. Meliputi data personel, materiil Perhubungan,


peranti lunak dan jaring Perhubungan baik dalam bentuk evaluasi
maupun laporan satuan.

b) Referensi dan Bujuk di bidang Perhubungan meliputi :

(1) Doktrin TNI “Tri Dharma Eka Karma”.


(2) Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”
(3) Buku-Buku Petunjuk Perhubungan.
(4) Undang-Undang dan peraturan serta referensi yang
berkaitan.

c) Lembaga pendidikan. Merupakan lembaga untuk membentuk


dan mengembangkan personel Perhubungan agar memiliki jiwa
kejuangan yang tangguh dan kemampuan profesional di bidang
Perhubungan yang tinggi dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

d) Sarana prasarana latihan. Merupakan komponen pendukung


dalam terselenggaranya latihan maupun terciptanya realisme latihan
untuk mencapai sasaran latihan dan standar kemampuan yang
diharapkan.

e) Lembaga Litbang dan BUMN sebagai sarana studi banding dan


konsultasi dalam modernisasi sarana dan prasarana Perhubungan.

f) Materiil Perhubungan meliputi Alkom, Alpernika, Alfotfilmil dan


Alkonbekharstal yang diperlukan dalam pelaksanaan gelar
Perhubungan.

d. Pedoman Dasar Perhubungan. Guna mewujudkan satuan Perhubungan


yang tangguh dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD,
penyelenggaraan Perhubungan diatur baik dalam pembinaan maupun penggunaaan
Perhubungan.
1) Postur Satuan Perhubungan

a) Pembinaan kekuatan. Mewujudkan satuan Perhubungan yang


efektif, berdaya dan berhasil guna bagi pelaksanaan tugas TNI AD
melalui pembinaan organisasi, personel, materiil, pangkalan dan peranti
lunak pada setiap tingkatan.

(1) Tingkat pusat (Dithubad).


(2) Tingkat Kotama Pusat (Hub Kostrad, Hub Kopassus).
(3) Tingkat Kotama kewilayahan (Hubdam)
(4) Tingkat Kodiklat TNI AD, Lemdikpus, Puscabfung dan
Denma Mabesad.
334

b) Pembinaan kemampuan. Mewujudkan kesiapan bantuan


Perhubungan pada tingkat teknis dan taktis melalui pembinaan
kemampuan di bidang pembinaan Siskomma, Siskomwil, Siskomops
dan Siskomsus.

c) Pembinaan gelar Perhubungan. Mewujudkan kesiapan gelar


satuan Perhubungan baik gelar satuan kekuatan terpusat maupun gelar
kewilayahan yang efektif bagi kelancaran dan keberhasilan tugas
Angkatan Darat.

2) Penggunaan Satuan Perhubungan. Penggunaan satuan


Perhubungan disiapkan dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD meliputi
:

a) Operasi Militer untuk Perang.


(1) Pada operasi gabungan
(a) Operasi lintas udara.
(b) Operasi pertahanan udara.
(c) Operasi pertahanan pantai.
(d) Operasi darat gabungan. Terdiri dari operasi
serangan, operasi pertahanan, operasi pemindahan ke
belakang, operasi penggabungan, operasi pergantian.
(e) Operasi pendaratan administrasi.
(2) Pada operasi darat
(a) Operasi tempur. Meliputi operasi serangan, operasi
pertahanan, operasi pergantian, operasi dalam kondisi
khusus, operasi dengan pengaruh Nubika, operasi Pernika,
operasi mobil udara, operasi gerilya dan operasi khusus.
(b) Operasi Intelijen. Meliputi operasi penyelidikan,
operasi pengamanan dan operasi penggalangan.
(c) Operasi teritorial.
(3) Pada operasi bantuan. Meliputi operasi bantuan intelijen,
operasi bantuan perlindungan, operasi bantuan raid, operasi
bantuan tembakan, operasi bantuan SAR tempur, operasi bantuan
teritorial, operasi bantuan Pernika, operasi bantuan angkutan dan
operasi bantuan keamanan.

b) Operasi Militer Selain Perang.


(1) Pada operasi militer selain perang yang bersifat tempur.
(a) Operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata.
(b) Operasi mengatasi pemberontakan bersenjata.
(c) Operasi mengatasi aksi terorisme.
335

(d) Operasi lawan insurjen


(e) Operasi mengamankan wilayah perbatasan.
(f) Operasi mengamankan obyek vital nasional yang
bersifat strategis.
(g) Operasi melaksanakan tugas perdamaian dunia
sesuai dengan kebijakan politik luar negeri.
(h) Operasi mengamankan Presiden dan Wakil
Presiden RI beserta keluarganya.
(i) Operasi mengamankan tamu negara setingkat
Kepala Negara dan perwakilan asing yang sedang berada
di Indonesia.
(2) Pada operasi militer selain perang yang bersifat non
tempur.
(a) Operasi membantu pemerintah di daerah.
(b) Operasi membantu kepolisian negara RI dalam
rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur dalam Undang-Undang.
(c) Operasi membantu menanggulangi akibat bencana
alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan.
(d) Operasi membantu pencarian dan pertolongan
dalam kecelakaan (SAR).
(e) Operasi membantu pemerintah dalam pengamanan
pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan.

42. Pembinaan Perhubungan.

a. Umum. Pembinaan satuan Perhubungan diarahkan untuk mewujudkan


satuan Perhubungan yang siap operasional dalam menghadapi tugas pokok TNI AD
dengan sasaran pembinaan meliputi pembinaan kekuatan, pembinaan kemampuan
dan pembinaan gelar yang dilakukan secara terus menerus, bertahap dan berlanjut
untuk dapat melaksanakan tugas dengan berdaya guna dan berhasil guna.

b. Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan diarahkan untuk mewujudkan


sumber daya yang tersedia menjadi kekuatan Perhubungan yang profesional, melalui
pembinaan organisasi, personel, materiil, peranti lunak dan pangkalan sehingga
mampu menghadapi ancaman militer dan non militer.

1) Pembinaan Organisasi. Pembinaan organisasi Perhubungan


bertujuan untuk menyusun, memelihara dan meningkatkan validitas serta
kesiapan operasional organisasi yang mampu dan siap mengemban tugas-
tugas operasional, mudah diorganisir dan fleksibel, mudah dikonsentrasikan
dan dikerahkan sesuai kebutuhan operasional di lapangan.
336

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan secara
terus menerus terhadap organisasi Perhubungan
dihadapkan kepada penyelenggaraan fungsi Perhubungan
dan alat pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
pembina fungsi.
(b) Mencatat dan menghimpun serta mengikuti
perkembangan organisasi Perhubungan untuk keperluan
penyempurnaan/ penataan ulang yang dilaksanakan oleh
pembina fungsi.
(c) Membuat kajian tentang efisiensi dan efektivitas
organisasi dalam rangka pembinaan organisasi bagi
pelaksanaan tugas.
(d) Membuat rencana waktu tentang pelaksanaan
pembinaan organisasi dengan berpedoman kepada hasil
kajian dan program dari komando atas.
(2) Pengorganisasian.
(a) Membentuk kelompok kerja untuk
menyelenggarakan kegiatan pembinaan organisasi oleh
pembina fungsi dengan melibatkan lembaga pendidikan
dan satuan Perhubungan yang terkait.
(b) Menyusun tugas dan tanggung jawab anggota
kelompok kerja sesuai dengan kualifikasi serta latar
belakang satuan penugasannya.
(c) Menyelenggarakan rapat pendahuluan kelompok
kerja untuk membahas hal-hal tentang pelaksanaan tugas
pembinaan organisasi.
(3) Pelaksanaan.
(a) Menyusun naskah akademik tentang organisasi
Perhubungan yang akan dibenahi/dikaji.
(b) Menyusun organisasi dan tugas satuan sebagai
tindak lanjut dari hasil kajian dalam naskah akademik.
(c) Melaksanakan uji teori sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
(d) Menyempurnakan organisasi dan tugas satuan
Perhubungan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan
tuntutan tugas serta perkembangan Ilpengtek.
(e) Melaksanakan pengecekan di lapangan untuk
mengetahui kendala-kendala yang timbul di bidang
337

organisasi yang menghambat dalam penyelenggaraan


fungsi Perhubungan.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif terhadap
semua kegiatan dan hasil pelaksanaan uji teori organisasi
Perhubungan serta tindak lanjut dari kegiatan pengkajian.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi.
(c) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan bagi komando atas.

b) Prosedur. Dilaksanakan melalui kegiatan pengorganisasian,


validasi organisasi, reorganisasi, pembekuan organisasi dan likuidasi
organisasi.
(1) Pengorganisasian.
(a) Organisasi Perhubungan dibentuk berdasarkan
kebutuhan organisasi yang mampu memberikan dukungan
Perhubungan kepada seluruh kekuatan TNI AD baik
meliputi kekuatan terpusat, kekuatan kewilayahan maupun
kekuatan pendukung.
(b) Organisasi disusun dalam bentuk tabel organisasi
dan perlengkapan (TOP) dan daftar susunan personel dan
perlengkapan (DSPP) sesuai dengan tingkat dan jenisnya
(pusat, daerah dan satuan).
(c) Penyusunan organisasi Perhubungan disesuaikan
dengan dasar-dasar organisasi dan persyaratan umum
organisasi TNI AD.
i. Tingkat pusat.
i) Organisasi disusun atas dasar
kebutuhan organisasi yang mampu
menyelenggarakan sistem dukungan,
pelayanan dan jasa Perhubungan, baik
ditingkat pusat, tingkat daerah maupun
tingkat satuan.
ii) Organisasi yang mampu memberikan
dukungan dan pelayanan jasa Perhubungan
di daerah pada saat damai, situasi krisis
darurat maupun perang.
iii) Organisasi yang mempunyai
kemampuan dapat menjamin terpeliharanya
bekal, cadangan daerah dan jasa
338

Perhubungan dalam penyelenggaraan sistem


organik wilayah.
iv) Organisasi yang mampu
menyelenggarakan serta mengembangkan
fungsi Perhubungan secara berhasil dan
berdaya guna.
ii. Tingkat Kotama.
i) Organisasi disusun atas dasar
kebutuhan organisasi yang mampu
menyelenggarakan sistem penyaluran dengan
pelayanan dan jasa Perhubungan di tingkat
daerah dan tingkat satuan.
ii) Organisasi yang mampu memberikan
penyaluran dukungan dan pelayanan jasa
Perhubungan di daerah pada saat damai,
situasi krisis, darurat dan perang.
iii) Organisasi yang mempunyai
kemampuan dapat menjamin terpeliharanya
bekal, cadangan daerah, dan jasa
Perhubungan dalam sistem organik wilayah.
iv) Organisasi yang mampu
menyelenggarakan serta mengembangkan
fungsi Perhubungan secara berhasil dan
berdaya guna.
iii. Tingkat satuan.
i) Organisasi disusun atas dasar
kebutuhan organisasi yang mampu
menyelenggarakan sistem dukungan
Perhubungan secara teknis maupun taktis
operasional baik tingkat Perhubungan wilayah
maupun detasemen Perhubungan.
ii) Organisasi yang mampu
melaksanakan fungsi Perhubungan dalam
kesatuan TNI AD.
iii) Mampu secara teknis operasional
menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan
bekal materiil Perhubungan.
iv) Menjadi bagian dari organisasi satuan
Perhubungan daerah tingkat kotama TNI AD.
(d) Pertimbangan dalam penyusunan organisasi
sebagai berikut :
339

i. Tugas-tugas dari satuan-satuan yang


didukung.
ii. Tingkat, jenis dari satuan yang didukung.
iii. Tingkat, jenis kemampuan bekal taktis, teknis
operasional Perhubungan yang dibutuhkan oleh
satuan yang didukung dan berdasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan :
i) Kemampuan penyiapan sumber daya
dan potensi Perhubungan yang tersedia.
ii) Perkiraan kemampuan dukungan
Perhubungan yang dapat diselenggarakan.
iii) Kemungkinan resiko yang dihadapi
baik secara taktis maupun teknis
Perhubungan.
iv) Organisasi Perhubungan yang telah
ada dikembangkan dan didayagunakan agar
mampu menyelenggarakan fungsi
Perhubungan secara optimal.
(2) Validasi organisasi.
(a) Melaksanakan evaluasi dan pengkajian terhadap
organisasi Perhubungan yang berlaku apakah masih efektif
atau tidak.
(b) Penyusunan rencana validasi organisasi
Perhubungan sesuai yang diharapkan, profesional, efektif,
efisien dan modern dihadapkan kepada perkembangan
situasi yang berlaku dan organisasi TNI AD.
(c) Mengajukan saran kepada pimpinan TNI AD
(Kasad) tentang rencana validasi organisasi dalam rangka
optimalisasi pelaksanaan dukungan Perhubungan bagi
tugas pokok TNI AD.
(3) Reorganisasi.
(a) Melaksanakan evaluasi dan pengkajian terhadap
organisasi Perhubungan yang berlaku, apakah perlu
penataan ulang.
(b) Penyusunan rencana reorganisasi Perhubungan
sesuai perkembangan situasi yang berkembang sampai
saat ini.
(c) Mengajukan saran kepada pimpinan TNI AD
(Kasad) tentang rencana reorganisasi satuan Perhubungan.
(4) Pembekuan Organisasi.
340

(a) Melaksanakan penyusunan organisasi dan


membekukan yang sudah berlaku dalam tugas satuan
Perhubungan.
(b) Melaksanakan penyusunan rincian tugas organisasi
Perhubungan.
(c) Melengkapi kebutuhan organisasi Perhubungan
yang meliputi personel materiil dan peranti lunak.
(d) Memberlakukan organisasi satuan Perhubungan
yang telah disahkan oleh pimpinan TNI AD (Kasad).
(5) Likuidasi organisasi.
(a) Melaksanakan evaluasi dan pengkajian organisasi
Perhubungan TNI AD dihadapkan kepada perkembangan
Organisasi TNI AD.
(b) Melaksanakan perubahan organisasi Perhubungan
sesuai dengan keputusan pimpinan TNI AD (Kasad).
(c) Memberlakukan organisasi Satuan Perhubungan
sesuai hasil likuidasi organisasi.

2) Pembinaan Personel. Pembinaan personel Perhubungan bertujuan


untuk memenuhi kebutuhan kekuatan personel Perhubungan secara kualitatif
dan kuantitatif sesuai TOP/DSPP secara bertahap sesuai skala prioritas serta
memelihara dan meningkatkan profesionalisme personel Perhubungan yang
memiliki disiplin tinggi, taat dan menjunjung tinggi hukum, paham akan jati
dirinya sebagai tentara pejuang, tentara rakyat, tentara nasional dan tentara
profesional, serta memiliki wawasan kebangsaan sehingga selalu dicintai
rakyat.

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merencanakan kegiatan pembinaan personel
Perhubungan khususnya tentang rotasi penugasan
TOA/TOD sesuai dengan tataran kewenangan yaitu untuk
perwira pada jabatan golongan VI s.d IV oleh pembina
fungsi, sedangkan untuk perwira pada jabatan golongan VII
ke bawah sampai dengan Bintara dan tamtama oleh
kotama dan satuan masing-masing.
(b) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan secara
terus menerus terhadap kinerja personel Perhubungan
guna mendapatkan data obyektif untuk keperluan
pembinaan karier personel.
(c) Mencatat dan menghimpun data personel
Perhubungan sesuai dengan nilai dan kriteria masing-
341

masing yang berhubungan dengan kegiatan penyediaan,


pendidikan, penggunaan, perawatan dan pemisahan.
(d) Menyusun rencana waktu pelaksanaan pembinaan
personel dengan mengacu kepada pelaksanaan fungsi
Perhubungan dan program dari komando atas.
(e) Menyusun konsep tentang penempatan personel
Perhubungan yang telah menyelesaikan pendidikan
pertama tahap II kecabangan, pendidikan pembentukan
tahap II kecabangan dan pendidikan pengembangan umum
dengan mengacu kepada daftar kekosongan jabatan,
kebutuhan organisasi, klasifikasi dan kualifikasi psikologi,
Tour of Duty (TOD) serta Tour of Area (TOA).
(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih pejabat personalia sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga upaya
pembinaan personel dapat dilaksanakan secara efektif bagi
pelaksanaan tugas satuan.
(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab pejabat
personalia khususnya di bidang pembinaan personel.
(3) Pelaksanaan.
(a) Mengendalikan dan memelihara kekuatan personel
satuan Perhubungan.
(b) Menyelenggarakan pembinaan karier melalui
pengarahan dan penempatan jabatan perwira, bintara dan
tamtama.
(c) Menganalisa dan mengevaluasi tingkat kemampuan
serta kecakapan personel sesuai tugas dan jabatan
masing-masing.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif terhadap
semua hasil yang telah dicapai.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan personel.
(c) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan bagi komando atas.

b) Prosedur. Pembinaan organisasi Perhubungan dilaksanakan


sesuai dengan sistem pembinaan personel TNI AD yaitu :
(1) Penyediaan Personel Perhubungan. Dilaksanakan dengan
mempertimbangkan kemampuan penyediaan personel TNI AD,
342

kebutuhan dan tuntutan tugas satuan maupun karena program


pemisahan :
(a) Perwira
i. Perwira Perhubungan bersumber dari
pendidikan secapa reguler kecabangan
Perhubungan, Akmil kecabangan Perhubungan dan
Sepa PK kecabangan Perhubungan mulai dari
Diksarcab, Diklapa I dan Diklapa II.
ii. Untuk memenuhi kebutuhan personel ahli,
dalam pengadaan perwira PK dipilih dari keahlian
sebagai berikut :
i) Sarjana teknologi elektronika.
ii) Sarjana teknologi informatika.
iii) Sarjana teknologi komputer.
iii. Kursus perwira (Suspa) kecabangan
Perhubungan meliputi kursus perwira komuniasi
(Suspakom), kursus perwira peperangan elektronika
(Suspa Pernika), kursus perwira pembekalan dan
pemeliharaan (Suspa Bekhar) dan kursus perwira
teknik dan elektronika (Suspanika).
(b) Bintara. Pemenuhan kebutuhan bintara bersumber
dari pendidikan Secaba reguler dan Secaba PK yang telah
dibekali pendidikan kejuruan, kursus bintara (Susba)
kecabangan Perhubungan meliputi kursus bintara juru
komunikasi komputer (Susba Jukom Komputer), kursus
bintara juru radio (Susba Jurad), kursus bintara juru telepon
(Susba Jupon), kursus bintara monitoring dan observasi
(Susba Nitob), kursus bintara foto film militer (Susba
Fotfilmil), kursus bintara montir telepon (Susba Monpon),
kursus bintara montir alat komputer (Susba Mon Alkom
Komp), kursus bintara juru gudang (Susba Jugud) kursus
bintara montir radio tahap I (Susba Monrad) dan kursus
bintara montir radio tahap iI (Susba Monrad II).
(c) Tamtama. Pemenuhan kebutuhan tamtama
bersumber dari pendidikan Secata yang telah dibekali
kemampuan dasar Perhubungan mulai pendidikan pertama
(Dikma) yaitu dasar pelayanan (Saryan) dan dasar teknik
(Sarnik) serta pendidikan pengembangan spesialisasi
(Dikbangspes) meliputi kursus tamtama juru telepon (Susta
Jupon), kursus tamtama juru komunikasi komputer
(Sustakom Komputer), kursus tamtama juru radio (Susta
Jurad), kursus tamtama foto film militer (Susta Fotfilmil),
kursus tamtama montir radio (Susta Monrad), kursus
tamtama montir telepon (Susta Monpon), Kursus tamtama
343

montir komputer (Susta Monkomp), kursus tamtama juru


gudang (Susta Jugud) dan kursus tamtama montir
pelayanan radio (Susta Yanrad).
(d) Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pemenuhan kebutuhan
pegawai negeri sipil bersumber dari rekrutment pegawai
negeri sipil TNI AD yang memiliki latar belakang wawasan
dan keterampilan yang dibutuhkan oleh Sathub TNI AD.
(2) Penempatan dan penugasan personel Perhubungan.
(a) Penugasan lapangan bagi prajurit yang baru
diangkat dalam rangka memantapkan periode
pengembangan dasar.
(b) Semua personel Perhubungan mempunyai
kesempatan yang sama dalam seleksi kenaikan pangkat,
mengikuti berbagai pendidikan, dan menerima penugasan
pada berbagai jabatan dilingkungan Perhubungan.
(c) Prioritas penugasan untuk percepatan bagi personel
Perhubungan yang potensial dengan memberikan
penugasan lain sebagai tambahan penugasan disesuaikan
profesionalisme keprajuritan Perhubungan.
(3) Perawatan personel Perhubungan. Perawatan prajurit dan
keluarga prajurit, pegawai negeri sipil (PNS) Perhubungan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perawatan TNI AD.
(4) Pemisahan personel Perhubungan.
(a) Pemisahan personel Perhubungan sebagai akhir
kegiatan pembinaan prajurit Perhubungan dalam rangka
memelihara keseimbangan komposisi prajurit baik kualitas
dan kuantitas agar mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai kekuatan Hanneg dilaksanakan secara
konsepsional sesuai kebutuhan organisasi Perhubungan,
dengan memperhatikan ketentuan pemisahan personel TNI
AD.
i. Personel Perhubungan dapat dipertahankan
dalam dinas aktif sampai mencapai usia pensiun
maksimum secara selektif sesuai kebutuhan.
ii. Pemisahan pada umumnya didasarkan pada
faktor usia, kualitas personel dan kebutuhan
organisasi.
(b) Dalam menghadapi pemisahan secara alamiah yang
cukup besar, diperlukan kebijaksanaan agar komposisi
personel yang ada semaksimal mungkin dapat
dipertahankan dan dipelihara, pada pelaksanaannya
kebijaksanaan ini mengikuti ketentuan pemisahan personel
TNI AD yaitu :
344

i. Ketentuan Ikatan Dinas Lanjutan (IDL) dan


perpanjangan dinas keprajuritan (PDK) yang
berpedoman kepada :
i) Kebutuhan organisasi.
ii) Kebutuhan pengembangan kader
pimpinan.
ii. Prajurit berpangkat kopral sampai dengan
pembantu Letnan yang menduduki jabatan tertentu
yang merupakan tenaga mahir dalam dinas aktif
setinggi-tinginya 55 tahun.
iii. Ketentuan dalam dinas aktif (DDA) bagi PK
yang sedang menjalani Penahanan dalam Dinas
Aktif (PDA) setelah usia pensiun minimum sampai
usia pensiun maksimum diperlakukan sama dengan
yang sedang menjalani Ikatan Dinas Lanjutan (IDL)
III dan tidak perlu penyelesaian Administrasi.

iv. Koptu yang telah mendapat PDK sesuai


Surat Telegram Pangab Nomor STR/856/1990
tanggal 26 September 1990, dapat diteruskan
sampai dengan PDK pertama berakhir.

3) Pembinaan Materiil. Pembinaan materiil Perhubungan bertujuan


untuk menyiapkan materiil/Alutsista dalam rangka meningkatkan kesiapan
operasional satuan Perhubungan serta memberikan dukungan logistik secara
optimal guna mendukung pelaksanaan tugas satuan Perhubungan.

a) Proses.
(1) Perencanaan. Membuat kerangka rencana pemenuhan
materiil Perhubungan (grand design/roadmap) berdasarkan
kebutuhan tugas satuan yang dihadapi.
(2) Pengorganisasian.
(a) Ordonatur materiil terdiri dari Direktur Perhubungan
(Dirhub), kepala Perhubungan (Kahub) dan komandan
satuan Perhubungan (Dandenhub).
(b) Bendaharawan materiil (Bendawisesa) terdiri dari
kepala gudang pusat (Kagupus) dan kepala gudang daerah
(Kagudrah).
(c) Komandan Satuan selaku pengguna materiil atau
satuan pengguna/pemakai.
(3) Pelaksanaan
(a) Pengadaan :
345

i. Penentuan kebutuhan. Kegiatan penentuan


kebutuhan bertujuan untuk menjamin agar
kemampuan dukungan materiil Perhubungan selalu
berada dalam posisi kekuatan dan kemampuan
operasional yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan
pelaksanaan tugas pokok TNI AD.
ii. Penelitian dan pengembangan. Meliputi
segala usaha, kegiatan dan pekerjaan ilmiah dan
teknik secara terus menerus dibidang materiil
Perhubungan dengan wujud kegiatan pencarian,
penelaahan, percobaan, pemeriksaan, pengujian,
perbandingan, penilaian, penciptaan dan
penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan TNI AD.
iii. Pelaksanaan pengadaan materiil
Perhubungan berpedoman kepada prinsip-prinsip
dan etika pengadaan barang dan jasa sesuai
peraturan yang berlaku.
(b) Penyimpanan. Kegiatan penyimpanan
(penimbunan) ditujukan agar setiap materiil Perhubungan
hasil pengadaan senantiasa dalam kondisi baik sebelum
didistribusikan ke satuan penggunaan maupun sebelum
digunakan dalam pelaksanaan tugas. Oleh karenanya
tempat dan waktu penyimpanan harus memenuhi
persyaratan teknis dan kemudahan bagi pendistribusian
maupun penggunaan materiil Perhubungan tersebut sesuai
kebutuhan di lapangan.
(c) Distribusi. Pendistribusian materiil Perhubungan ke
satuan dapat dilaksanakan secara langsung ke pengguna,
melalui gudang daerah, melalui pihak ketiga maupun
pengambilan sendiri.
(d) Pemeliharaan dan perbaikan.
i. Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
ditujukan untuk kelangsungan dan kesiapan materiil
Perhubungan satuan guna mendukung pelaksanaan
tugas, dengan waktu pemakaian yang semaksimal
mungkin.
ii. Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
dilaksanakan oleh seluruh satuan TNI AD secara
bertingkat mulai dari tingkat 0 (satuan pengguna)
sampai dengan tingkat IV (pusat).
(e) Penghapusan. Merupakan kegiatan untuk
menghapuskan materiil Perhubungan yang tidak layak
operasional dengan mekanisme yang ditentukan mulai dari
346

satuan pemakai sampai dengan tingkat pusat, berdasarkan


peraturan yang berlaku.
(f) Pengendalian Inventory.
i. Pembinaan inventory merupakan inti dari
sistem pembinaan materiil Perhubungan untuk
memelihara jumlah inventory yang jumlahnya
minimum namun mampu memperbesar kemampuan
dukungan bagi pelaksanaan tugas.
ii. Penyelenggaraan inventory dilaksanakan
secara berlanjut, mulai kegiatan penentuan
kebutuhan, penelitian dan pengembangan,
pengadaan, distribusi, pemeliharaan maupun
penghapusan serta kegiatan yang termasuk dalam
fungsi pendukung Binmat.
(4) Pengawasan. Kegiatan pengawasan ditujukan untuk
menjamin agar setiap kegiatan pembinaan materiil Perhubungan
berjalan secara efektif bagi kebutuhan tugas, sehingga dalam
pelaksanaannya kegiatan pengawasan dilaksanakan mulai tingkat
satuan sampai dengan tingkat pusat.

b) Prosedur. Pembinaan materiil Perhubungan dilaksanakan


sesuai daur pembinaan materiil TNI AD dengan tetap memperhatikan
skala prioritas sesuai keputusan komando atas.
(1) Penyelenggaraan fungsi pokok pembinaan materiil meliputi
(a) Pengadaan.
i. Disesuaikan dengan tanggung jawab dan
kewenangan pejabat yang berhubungan dengan
penggunaan dan pembinaannya.
ii. Berpedoman kepada persyaratan teknis,
mutu, jumlah, harga, waktu dan tempat yang
ditentukan.
(b) Distribusi.
i. Pengeluaran materiil Perhubungan
dilaksanakan oleh Bendaharawan materiil kepada
satuan-satuan TNI AD dan dilaksanakan melalui
gudang pusat maupun gudang daerah sesuai
dengan aturan yang berlaku.
ii. Pengeluaran materiil Perhubungan dari
gudang pusat maupun gudang daerah dilaksanakan
atas perintah dari ordonatur materiil Perhubungan
dengan menggunakan perintah pengeluaran materiil.
(c) Pemeliharaan.
347

i. Pemeliharaan dan perbaikan dilaksanakan


sebelum atau setelah terjadi kerusakan, guna
mempertahankan kondisi materiil Perhubungan agar
selalu dalam keadaan siap dipergunakan.
ii. Pemeliharaan dan perbaikan yang
dilaksanakan sebelum terjadi kerusakan
diprogramkan secara periodik dan dijadwalkan
berdasarkan waktu penggunaan atau kalender.
(d) Penghapusan.
i. Merupakan segala usaha dan kegiatan untuk
membebaskan materiil Perhubungan yang telah
berubah keadaannya atau tidak memenuhi
persyaratan operasional lagi dari
pertanggungjawaban perbendaharaan negara
menurut peraturan yang berlaku.
ii. Tujuan penghapusan :
i) Membebaskan bendaharawan materiil
atau pemakai materiil Perhubungan dari
pertanggungjawaban materiil Perhubungan
yang bersangkutan.
ii) Memanfaatkan macam materiil
Perhubungan dalam bentuk lain.
iii) Mencegah timbulnya pengaruh negatif,
bahaya, kerugian terhadap lingkungan.
iv) Memanfaatkan ruang penyimpanan
lebih efektif.
(2) Penyelenggaraan fungsi pendukung pembinaan materiil
meliputi:
(a) Inventori. Diselenggarakan dengan suatu siklus
yang terus menerus untuk selalu mendapatkan gambaran
yang menyeluruh dari keadaan persediaan materiil.
(b) Standarisasi. Diselenggarakan untuk
menyederhanakan, menyempurnakan dan menyeragamkan
materiil Perhubungan yang memenuhi syarat tertentu agar
dapat dicapai penghematan dan penyederhanaan serta
memudahkan penyelenggaraan materiil Perhubungan
dalam setiap kegiatan.
(c) Katalogisasi. Diselenggarakan untuk kemudahan
penggunaan maupun pembinaan materiil Perhubungan
secara bertahap berpedoman kepada sistim yang berlaku
secara Nasional maupun Internasional berupa pemasukan
data dan spesifikasi teknik materiil Perhubungan.
348

(d) Sistem informasi pembinaan (SIP) materiil.


Dimaksudkan untuk memperoleh data materiil secara cepat
dan tepat sesuai kebutuhan dalam rangka pembinaan
materiil.
(e) Administrasi perbendaharaan materiil.
Diselenggarakan melalui pengurusan administrasi atau
pengurusan umum yang berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran materiil. Wewenang penerimaan dan
pengeluaran materiil Perhubungan dipegang oleh ordonatur
materiil, sedangkan pengurusan kebendaharaan atau
pengurusan khusus diselenggarakan oleh bendaharawan
materiil.
(f) Mobilisasi dan Demobilisasi.
i. Mobilisasi merupakan pengerahan atau
pengawasan sarana prasarana Perhubungan yang
tersedia secara serentak, cepat, tepat, terpadu dan
terarah guna menghadapi keadaan darurat.
ii. Demobilisasi merupakan penghentian
pengerahan dan penggunaan potensi Perhubungan
yang ada, dilakukan secara serentak atau bertahap.

4) Pembinaan Peranti Lunak. Pembinaan peranti lunak bertujuan untuk


mewujudkan kesamaan pemahaman dan tindakan, validitas, kualitas, kuantitas,
standarisasi serta tersedianya semua kebutuhan peranti lunak yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam setiap kegiatan baik pembinaan maupun
penggunaan kekuatan Perhubungan.

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Melaksanakan studi dan pengkajian terhadap
doktrin, peraturan dan buku-buku petunjuk tentang
Perhubungan yang ada dihadapkan dengan perkembangan
situasi dan kondisi.
(b) Mencatat dan menghimpun doktrin, peraturan dan
buku-buku petunjuk tentang Perhubungan yang
memerlukan penyempurnaan dari hasil pengkajian.
(c) Membuat saran/permohonan diadakannya kegiatan
revisi/ penyempurnaan terhadap doktrin, peraturan dan
buku-buku petunjuk tentang Perhubungan yang sudah tidak
layak.
(2) Pengorganisasian.
(a) Membentuk tim kelompok kerja revisi peranti lunak
yang diperlukan sesuai program dari komando atas.
349

(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab masing-


masing anggota kelompok kerja.
(3) Pelaksanaan.
(a) Menyelenggarakan rapat/diskusi kelompok kerja
untuk membahas hal-hal yang bersifat perlu adanya
pemecahan bersama.
(b) Mencatat dan merekap semua data dan keterangan
hasil diskusi/rapat.
(c) Menyusun naskah doktrin, peraturan dan buku-buku
petunjuk tentang Perhubungan sesuai dengan
bidang/materi yang akan dikaji.
(d) Melaksanakan uji teori sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif terhadap
semua hasil pelaksanaan uji teori dan tindak lanjut kegiatan
pengkajian.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan lanjutan.
b) Prosedur.
(1) Persiapan dan perencanaan.
(a) Merencanakan jumlah dan jenis doktrin, peraturan
dan buku-buku petunjuk tentang Perhubungan yang
diperlukan untuk mendukung tugas dengan cara :
i. Menginventarisir dan pengelompokan
validitas terhadap doktrin, peraturan dan buku-buku
petunjuk tentang Perhubungan yang sudah ada.
ii. Merencanakan pembuatan doktrin, peraturan
dan buku-buku petunjuk tentang Perhubungan baru
yang belum ada.
(b) Persiapan penyusunan dan perumusan sesuai skala
prioritas dan dukungan yang tersedia.
(2) Pembuatan dan penerbitan.
(a) Pembuatan.
i. Pembuatan doktrin, peraturan dan buku-buku
petunjuk tentang Perhubungan pada dasarnya
dilakukan oleh satuan secara profesional sesuai
dengan kepentingan tugasnya masing-masing.
350

ii. Bila tidak memungkinkan dapat membentuk


tim atau kelompok yang terdiri dari beberapa unsur
atau bagian.
iii. Dilakukan uji teori terhadap doktrin, peraturan
dan buku-buku petunjuk tentang Perhubungan
dengan disesuaikan pada stratifikasi buku petunjuk
sebelum mendapat pengesahan dari pejabat yang
berwenang.
iv. Pembuatan peranti lunak harus bersifat
sederhana, mudah dimengerti dan dapat
dilaksanakan.
(b) Penerbitan.
i. Penerbitan doktrin, peraturan dan buku-buku
petunjuk tentang Perhubungan dilaksanakan apabila
telah disetujui dan disahkan oleh pejabat yang
ditunjuk sesuai stratifikasinya.
ii. Doktrin, peraturan dan buku-buku petunjuk
tentang Perhubungan yang telah mendapatkan
pengesahan selanjutnya didistribusikan ke satuan-
satuan sesuai dengan kepentingannya.
(3) Penyempurnaan.
(a) Agar peranti lunak tetap terpelihara validitasnya,
maka dilakukan pengujian dan penelitian terhadap peranti
lunak yang sudah ada.
(b) Adanya masukan dan umpan balik dari satuan
sebagai saran penyempurnaan.
(c) Terhadap peranti lunak yang kurang valid diadakan
penyempurnaan seperlunya berdasarkan umpan balik yang
ada.
(d) Melaksanakan pengkajian dan penyempurnaan
buku petunjuk yang dipertanggung jawabkan oleh Dithubad.

5) Pembinaan Pangkalan Pembinaan pangkalan bertujuan untuk


menyediakan, memelihara dan merawat fasilitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang ada di satuan Perhubungan guna mewujudkan kesiapan
operasional satuan, dengan kegiatan yang meliputi :

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merencanakan kelengkapan prasarana
Perhubungan seperti gudang Mathub, Senkom dan bengkel
perbaikan serta pemeliharaan Mathub.
351

(b) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan secara


terus menerus terhadap markas satuan Perhubungan.
(c) Mencatat dan menghimpun markas Satuan
Perhubungan untuk mendapatkan data objektif tentang
kondisi markas tersebut.
(d) Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan dan
perawatan markas yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
program dari komando atas.
(e) Membuat saran/permohonan diadakannya kegiatan
rehabilitasi dan pembangunan.
(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih pejabat kemarkasan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga upaya
pembinaan markas dapat dilaksanakan secara baik.
(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab pejabat
kemarkasan khususnya di bidang pembinaan markas.
(3) Pelaksanaan.
(a) Melaksanakan pemeliharaan terhadap markas yang
dipertanggungjawabkan secara baik.
(b) Membagi tugas-tugas pemeliharaan kepada
segenap prajurit sesuai sektor tanggung jawab masing-
masing.
(c) Mengadakan penelitian dan pengembangan
terhadap prototipe pangkalan Perhubungan.
(d) Melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
perbaikan markas sesuai rencana waktu yang telah dibuat.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif terhadap
kegiatan pemeliharaan markas.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan markas.
(c) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan bagi komando atas.

b) Prosedur.
(1) Membuat rancangan tentang prototipe markas
Perhubungan.
352

(2) Membuat rencana akan kebutuhan prasarana


Perhubungan di satuan yang merupakan bagian integral dari
prototipe pangkalan.
(3) Koordinasi dengan penyelenggara fungsi konstruksi serta
logistik TNI AD baik pada tingkat pusat maupun daerah guna
pelaksanaan pembangunan, pemeliharaan dan rehabilitasi
markas.

c. Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan diarahkan untuk


mewujudkan sumber daya yang tersedia menjadi kemampuan perhubungan yang
profesional, melalui pembinaan kemampuan intelijen, tempur, teritorial, dukungan dan
fungsi sehingga mampu menghadapi ancaman militer dan non militer.

1) Pembinaan Kemampuan Intelijen. Pembinaan kemampuan intelijen


bertujuan untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan penyelidikan secara
terbatas, kemampuan melaksanakan pengamanan dan kemampuan
melaksanakan penggalangan secara terbatas.

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan secara
terus menerus terhadap personel perhubungan yang
mempunyai kemampuan/keahlian di bidang intelijen guna
mendukung kemampuan satuan dalam menyelenggarakan
penyelidikan perhubungan.
(b) Mencatat dan menghimpun data personel yang
mempunyai kemampuan/keahlian di bidang intelijen untuk
mendukung upaya pembinaan kemampuan satuan dalam
menyelenggarakan kegiatan Intelijen Perhubungan
(Intelhub).
(c) Menyusun rencana kegiatan pembinaan
kemampuan bidang intelijen khususnya penyelidikan
perhubungan baik kepada perorangan maupun satuan.
(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih pejabat intelijen sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga pembinaan
kemampuan bidang intelijen perhubungan dapat
dilaksanakan secara optimal oleh pejabat yang
bersangkutan.
(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab pejabat
intelijen khususnya dibidang pembinaan kemampuan
intelijen perhubungan.
(3) Pelaksanaan.
353

(a) Melaksanakan kegiatan penataran dan latihan


intelijen perhubungan baik perorangan maupun satuan
dalam program latihan satuan.
(b) Memberikan kesempatan kepada personel yang
memiliki bakat kemampuan bidang intelijen untuk mengikuti
kursus bidang intelijen.
(c) Memberikan penugasan bidang intelijen kepada
pejabat yang mempunyai kualifikasi intelijen.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif terhadap
kegiatan pembinaan kemampuan intelijen khususnya
penyelidikan perhubungan secara perorangan maupun
satuan.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan kemampuan intelijen.
(c) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan bagi komando atas.

b) Prosedur.
(1) Mengikutsertakan personel perhubungan dalam pendidikan
intelijen.
(2) Menyelenggarakan latihan berupa pengetahuan dan
keterampilan intelijen taktis serta penyelidikan perhubungan
kepada personel dan satuan.

2) Pembinaan Kemampuan Tempur. Pembinaan kemampuan tempur


satuan perhubungan bertujuan untuk mewujudkan kemampuan tempur
perhubungan dalam rangka kesiapan operasional satuan untuk melaksanakan
operasi tempur pada tingkat strategis maupun taktis sesuai jenis dan bentuk
operasi pada berbagai karakter wilayah tugas di seluruh Indonesia.

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan secara
terus menerus terhadap tingkat kemampuan tempur satuan
perhubungan.
(b) Mencatat dan menghimpun data yang diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan tempur satuan.
(c) Menyusun materi latihan tempur yang tepat
dihadapkan dengan pelaksanaan fungsi teknis
perhubungan dalam kegiatan operasi.
354

(d) Membuat rencana latihan dalam rangka memelihara


dan meningkatkan kemampuan dasar tempur perorangan
dan satuan.
(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih pejabat staf operasi sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga upaya
pembinaan kemampuan tempur dapat dilaksanakan secara
optimal oleh pejabat yang bersangkutan.
(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab pejabat staf
operasi khususnya dibidang pembinaan kemampuan
tempur.
(3) Pelaksanaan.
(a) Melaksanakan kegiatan latihan tempur perorangan
dan satuan sesuai program latihan.
(b) Memberikan kesempatan kepada personel
perhubungan untuk mengikuti pendidikan, penataran dan
kursus yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan
tempur dalam rangka pembinaan kemampuan tempur
satuan.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif terhadap
pembinaan kemampuan tempur secara perorangan
maupun satuan.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan kemampuan tempur.
(c) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan bagi komando atas.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan kemampuan tempur


dilaksanakan melalui pendidikan, latihan dan penugasan.
(1) Pendidikan. Disesuaikan dengan stratifikasi pendidikan
di lingkungan tni ad baik untuk perwira, bintara dan tamtama serta
PNS terdiri dari :
(a) Pendidikan pertama (Dikma).
(b) Pendidikan pembentukan (Diktuk).
(c) Pendidikan pengembangan spesialis (Dikbangspes).
(d) Pendidikan pengembangan umum (Dikbangum).
(2) Latihan. Pembinaan latihan satuan perhubungan
dilaksanakan melalui tahapan latihan sebagai berikut :
355

(a) Latihan perorangan


(b) Uji Terampil perorangan umum.
(c) Latihan perorangan jabatan tingkat regu.
(d) Latihan satuan tingkat regu.
(e) Uji Siap tempur tingkat regu.
(f) Latihan perorangan jabatan tingkat peleton.
(g) Latihan satuan tingkat peleton.
(h) Uji Siap Tempur Tingkat Peleton.
(i) Latihan perorangan jabatan tingkat kompi.
(j) Latihan satuan tingkat kompi.
(k) Uji Siap tempur tingkat kompi.

3) Pembinaan Kemampuan Teritorial. Pembinaan kemampuan teritorial


satuan perhubungan bertujuan untuk mewujudkan 5 kemampuan teritorial dan
sikap teritorial dalam rangka mendukung kesiapan operasional satuan
Perhubungan.

a) Proses. Proses kegiatan pembinaan kemampuan teritorial


khususnya satuan perhubungan (sebagai satuan non Kowil) mengacu
kepada buku-buku petunjuk yang dikeluarkan oleh Pusat Teritorial
Angkatan Darat dalam melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial
terbatas.
(1) Perencanaan.
(a) Melaksanakan pengamatan secara terus menerus
terhadap sikap dan kemampuan Binter baik secara
perorangan maupun satuan.
(b) Mencatat dan menghimpun data yang diperlukan
untuk meningkatkan sikap dan kemampuan Binter
perorangan maupun satuan.
(c) Mencatat dan menghimpun data potensi
perhubungan wilayah yang dapat diberdayakan bagi
penyelenggaraan fungsi perhubungan dalam rangka
pelaksanaan tugas pokok.
(d) Menyusun rencana kegiatan pembinaan potensi
perhubungan wilayah bagi kepentingan tugas pokok satuan
perhubungan.
(e) Menyusun rencana kegiatan dalam menunjang
upaya penyelenggaraan serta peningkatan sikap dan
kemampuan Binter.
356

(f) Menyiapkan peranti lunak teritorial sebagai


pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Binter.
(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih personel yang memiliki
kemampuan Teritorial sebagai pembina/pengajar maupun
penyelenggara kegiatan sehingga upaya pembinaan Binter
dapat dilaksanakan secara optimal.
(b) Menyiapkan personel yang disusun dalam
organisasi sesuai kegiatan Binter dan memberikan arahan
tentang tugas yang akan dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku di Kowil.
(c) Menyiapkan personel sebagai penyelenggara dan
pelaksana program pembinaan potensi perhubungan
wilayah bagi kelancaran dan keberhasilan program
pembinaan potensi perhubungan wilayah yang akan
dilaksanakan.
(3) Pelaksanaan.
(a) Melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan,
memelihara dan memantapkan sikap serta kepribadian
sebagai Prajurit TNI AD dengan penghayatan dan
pengamalan sapta marga dan sumpah prajurit dan 8
(delapan) wajib TNI, dalam rangka kemanunggalan TNI -
Rakyat, diantaranya gotong royong, karya bhakti, dan lain-
lain.
(b) Melaksanakan pembinaan kesadaran bernegara
dan bela negara, pembinaan wawasan kebangsaan dan
pembinaan potensi pertahanan pada bidang sumber daya
manusia (SDM), sumber daya buatan (SDB) dan sumber
daya alam (SDA), serta sarana dan prasarana di
lingkungan satuan non Kowil sesuai situasi dan kondisi
wilayah serta lingkungan masyarakat masing-masing yang
telah dikoordinasikan oleh Kowil setempat.
(c) Melaksanakan kegiatan Binter terprogram maupun
non program secara terkordinasi dan bekerja sama dengan
Satkowil.
(d) Mengalokasikan mata pelajaran Binter pada setiap
pendidikan, pengembangan umum (Dikbangum) yang
diselenggarakan di Pusdikhub maupun dalam kegiatan
penataran/latihan dalam satuan yang diselenggarakan oleh
tiap-tiap satuan perhubungan.
(e) Menyiapkan prajurit agar :
357

i. Memiliki wawasan pengetahuan serta


keterampilan memadai yang berhubungan dengan
pelibatannya dalam kegiatan Bintertas.
ii. Mengenal ciri-ciri budaya atau adat istiadat
masyarakat di wilayah tanggung jawabnya.
iii. Menjaga suasana kekeluargaan di lingkungan
prajurit dan keluarganya serta tetap menumbuhkan
jiwa korsa yang kuat dan positif secara terus
menerus.
iv. Berupaya mendekatkan hubungan antara
prajurit dan keluarganya dengan masyarakat di
sekitarnya, melalui berbagai kegiatan masyarakat
seperti olah raga, keagamaan, pelayanan
kesehatan, bantuan pendidikan dan sebagainya.
(f) Melaksanakan program pembinaan potensi
perhubungan wilayah dalam rangka kelancaran dan
keberhasilan tugas pokok satuan perhubungan melalui
beberapa kegiatan antara lain :
i. Pertemuan dan sarasehan dengan komuniti
potensi perhubungan wilayah yang terdiri dari
ORARI, RAPI dan lain-lain.
ii. Mendukung kegiatan lomba komunikasi antar
komuniti potensi perhubungan wilayah antara lain
lomba Fox Hunting.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara terus menerus
terhadap kegiatan pembinaan sikap dan kemampuan
teritorial secara perorangan maupun satuan.
(b) Melaksanakan pengawasan terhadap program
pembinaan potensi perhubungan wilayah dalam rangka
kelancaran dan keberhasilan tugas pokok satuan
Perhubungan.
(c) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan sikap dan kemapuan teritorial.
(d) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pembinaan
teritorial satuan.

b) Prosedur. Prosedur kegiatan pembinaan kemampuan


pembinaan teritorial khususnya satuan perhubungan (sebagai satuan
non kowil) mengacu kepada buku-buku petunjuk yang dikeluarkan oleh
pusat teritorial Angkatan Darat, dalam pelaksanaannya dikoordinasikan
dengan satuan Kowil setempat.
358

4) Pembinaan Kemampuan Dukungan. Pembinaan kemampuan


dukungan bertujuan untuk menyiapkan prajurit dan satuan perhubungan dalam
rangka kesiapan operasional satuan agar mampu melaksanakan tugas-tugas
dukungan TNI AD, dengan kegiatan meliputi :

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merumuskan pelibatan satuan perhubungan dalam
penanggulangan akibat bencana alam.
(b) Mencatat dan menghimpun data yang diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan dukungan.
(c) Menyusun rencana kegiatan dalam menunjang
upaya pemeliharaan dan peningkatan kemampuan
dukungan perhubungan.
(2) Pengorganisasian.
(a) Menyusun organisasi satuan perhubungan pada
penanggulangan akibat bencana alam.
(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab pada
organisasi satuan perhubungan untuk penanggulangan
bencana alam.
(c) Menentukan prosedur-prosedur tetap yang harus
dimiliki oleh satuan-satuan perhubungan, berkaitan dengan
pelibatan dalam penanggulangan akibat bencana alam.
(3) Pelaksanaan. Dalam tahap ini dilaksanakan kegiatan-
kegiatan dalam rangka meningkatkan kemampuan dukungan
satuan Perhubungan, kegiatan tersebut meliputi penyelenggaraan
pendidikan, latihan dan penugasan.
(a) Pendidikan. Memberikan kemampuan kepada
prajurit perhubungan tentang pengetahuan dan
keterampilan dibidang bantuan penanggulangan akibat
bencana alam, sesuai jenis pendidikan yang terkait.
(b) Latihan. Menyelenggarakan kegiatan
latihan tentang penanggulangan akibat bencana alam dan
industri, bagi satuan perhubungan tempur/konstruksi dan
satuan Nubika.
(c) Penugasan. Dilaksanakan melalui pemberian
kesempatan untuk melaksanakan penugasan yang
berkaitan dengan penanggulangan akibat bencana alam.
(4) Pengawasan.
359

(a) Melaksanakan pengawasan secara


berkesinambungan terhadap kegiatan pembinaan
kemampuan dukungan satuan perhubungan.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan kemampuan dukungan satuan
perhubungan.
(c) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan bagi komando atas.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan kemampuan dukungan


dilaksanakan dengan cara pengujian prosedur-prosedur tetap yang telah
dibuat dalam suatu kegiatan latihan, sehingga kemampuan yang telah
dimiliki bisa dipelihara dan ditingkatkan.

5) Pembinaan Kemampuan Fungsi. Pembinaan kemampuan fungsi


bertujuan untuk menyiapkan prajurit dan satuan Perhubungan dalam rangka
kesiapan operasional satuan agar mampu melaksanakan tugas-tugas
dukungan TNI AD, dengan kegiatan meliputi :

a) Pembinaan kemampuan komunikasi.


(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merumuskan kebijakan tentang pembinaan
kemampuan fungsi komunikasi dalam mendukung
kelancaran Kodal dan koordinasi serta kegiatan
Minlog dalam menghadapi tugas satuan.
ii. Melaksanakan pengamatan dan pemantauan
secara terus menerus terhadap personel Sathub
yang mempunyai kemampuan/keahlian di bidang
komunikasi.
iii. Mencatat dan menghimpun data personel
tersebut untuk mendukung upaya pembinaan
kemampuan komunikasi.
iv. Menyusun rencana kegiatan pembinaan
kemampuan komunikasi sebagai suatu program
yang berkelanjutan baik perorangan maupun satuan.
(b) Pengorganisasian.
i. Memilih dan menentukan pejabat
penyelenggara fungsi komunikasi sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki, sehingga pelaksanaan
penyelenggaraan komunikasi dapat berjalan secara
optimal.
360

ii. Menentukan tugas dan tanggung jawab


pejabat perhubungan khususnya di bidang
kemampuan komunikasi.
(c) Pelaksanaan.
i. Melaksanakan kegiatan pemantauan bidang
komunikasi di satuan jajarannya.
ii. Memberikan kesempatan kepada personel
yang memiliki bakat kemampuan bidang komunikasi
untuk mengikuti pendidikan spesialisasi di bidang
penyelenggaraan komunikasi.
iii. Memberikan penugasan bidang fungsi
komunikasi kepada pejabat penyelenggara
komunikasi di satuan.
(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan secara intensif
terhadap kegiatan pembinaan kemampuan
komunikasi secara perorangan maupun satuan.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan di bidang komunikasi dalam rangka
peningkatan dan penyempurnaan kegiatan yang
akan datang.
iii. Melaporkan semua permasalahan pembinaan
komunikasi yang timbul sebagai bahan masukan
bagi komando atas.

(2) Prosedur. Pembinaan kemampuan komunikasi


dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut :
(a) Mengikutsertakan personel perhubungan dalam
pendidikan pengembangan spesialisasi komunikasi baik
yang diselenggarakan oleh TNI AD atau di luar TNI AD.
(b) Menyelenggarakan latihan dalam satuan berupa
penataran komunikasi kepada seluruh anggota dalam
rangka pelaksanaan tugas satuan.

b) Pembinaan kemampuan Pernika.


(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merumuskan kebijakan tentang pembinaan
kemampuan Pernika sesuai dengan tantangan tugas
yang dihadapi.
ii. Melaksanakan pengamatan dan pemantauan
secara terus menerus terhadap personel Sathub
361

yang mempunyai kemampuan/keahlian di bidang


Pernika.
iii. Mencatat dan menghimpun data personel
tersebut untuk mendukung upaya pembinaan
kemampuan Pernika.
iv. Menyusun rencana kegiatan pembinaan
kemampuan Pernika sebagai suatu program yang
berkelanjutan baik perorangan maupun satuan.
(b) Pengorganisasian.
i. Memilih dan menentukan pejabat
penyelenggaraan fungsi Pernika sesuai kemampuan
yang dimiliki, sehingga pelaksanaan
penyelenggaraan Pernika dapat berjalan secara
optimal.
ii. Menentukan tugas dan tanggung jawab
pejabat perhubungan khususnya di bidang
kemampuan Pernika.
(c) Pelaksanaan.
i. Melaksanakan kegiatan pemantauan bidang
Pernika di satuan jajarannya.
ii. Memberikan kesempatan kepada personel
yang memiliki bakat kemampuan bidang pernika
untuk mengikuti pendidikan spesialisasi di bidang
penyelenggaraan Pernika.
iii. Memberikan penugasan bidang fungsi
pernika kepada pejabat penyelenggaraan kegiatan
pernika.
(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan secara intensif
terhadap kegiatan pembinaan kemampuan pernika
secara perorangan maupun satuan.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan di bidang Pernika dalam rangka
peningkatan dan penyempurnaan kegiatan yang
akan datang.
iii. Melaporkan semua permasalahan pembinaan
pernika yang timbul sebagai bahan masukan bagi
komando atas.
(2) Prosedur. Pembinaan kemampuan Pernika dilaksanakan
melalui kegiatan sebagai berikut :
362

(a) Mengikutsertakan personel perhubungan dalam


pendidikan pengembangan spesialisasi Pernika baik yang
diselenggarakan oleh TNI AD atau di luar TNI AD.
(b) Menyelenggarakan latihan dalam satuan berupa
penataran Pernika kepada segenap anggota kepada
seluruh anggota satuan dalam rangka pelaksanaan tugas
satuan.

c) Pembinaan kemampuan foto film militer.


(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merumuskan kebijakan tentang pembinaan
kemampuan fungsi foto film militer sesuai tantangan
tugas yang dihadapi.
ii. Melaksanakan pengamatan dan pemantauan
secara terus menerus terhadap personel Sathub
yang mempunyai kemampuan/keahlian di bidang
foto film militer.
iii. Mencatat dan menghimpun data personel
tersebut untuk mendukung upaya pembinaan
kemampuan foto film militer.
iv. Menyusun rencana kegiatan pembinaan
kemampuan foto film militer sebagai suatu program
yang berkelanjutan baik perorangan maupun satuan.
(b) Pengorganisasian.
i. Memilih dan menentukan pejabat
penyelenggara fungsi foto film militer sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki, sehingga pelaksanaan
penyelenggaraan foto film militer dapat berjalan
secara optimal.
ii. Menentukan tugas dan tanggung jawab
pejabat perhubungan khususnya di bidang
kemampuan foto film militer.
(c) Pelaksanaan.
i. Melaksanakan kegiatan pemantauan bidang
foto film militer di satuan jajarannya.
ii. Memberikan kesempatan kepada personel
yang memiliki bakat kemampuan bidang foto film
militer untuk mengikuti pendidikan spesialisasi di
bidang penyelenggaraan foto film militer.
363

iii. Memberikan penugasan bidang fungsi foto


film militer kepada pejabat penyelenggara foto film
militer di satuan.
(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan secara intensif
terhadap kegiatan pembinaan kemampuan foto film
militer secara perorangan maupun satuan.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan kemampuan foto film militer.
iii. Melaporkan semua permasalahan yang
timbul di bidang foto film militer sebagai bahan
masukan bagi komando atas.
(2) Prosedur. Pembinaan kemampuan foto film militer
dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut :
(a) Mengikutsertakan personel perhubungan dalam
pendidikan pengembangan spesialisasi foto film militer baik
yang diselenggarakan oleh TNI AD atau di luar TNI AD.
(b) Menyelenggarakan latihan dalam satuan berupa
penataran foto film militer kepada seluruh anggota dalam
rangka pelaksanaan tugas satuan.

d) Pembinaan kemampuan Konbekharstal.


(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merumuskan kebijakan tentang pembinaan
kemampuan fungsi Konbekharstal sesuai tantangan
tugas yang dihadapi.
ii. Melaksanakan pengamatan dan pemantauan
secara terus menerus terhadap personel Sathub
yang mempunyai kemampuan/keahlian di bidang
Konbekharstal.
iii. Mencatat dan menghimpun data personel
tersebut untuk mendukung upaya pembinaan
kemampuan Konbekharstal.
iv. Menyusun rencana kegiatan pembinaan
kemampuan Konbekharstal sebagai suatu program
yang berkelanjutan baik perorangan maupun satuan.
(b) Pengorganisasian.
i. Memilih dan menentukan pejabat
penyelenggara fungsi Konbekharstal sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki, sehingga pelaksanaan
364

penyelenggaraan Konbekharstal dapat berjalan


secara optimal.
ii. Menentukan tugas dan tanggung jawab
pejabat perhubungan khususnya di bidang
kemampuan Konbekharstal.
(c) Pelaksanaan.
i. Melaksanakan kegiatan pemantauan bidang
Konbekharstal di satuan jajarannya.
ii. Memberikan kesempatan kepada personel
yang memiliki bakat kemampuan bidang
Konbekharstal untuk mengikuti pendidikan
spesialisasi di bidang penyelenggaraan komunikasi.
iii. Memberikan penugasan bidang fungsi
Konbekharstal kepada pejabat penyelenggara
Konbekharstal di satuan.
(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan secara intensif
terhadap kegiatan pembinaan kemampuan
Konbekharstal secara perorangan maupun satuan.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan di bidang Konbekharstal dalam
rangka peningkatan dan penyempurnaan kegiatan
yang akan datang.
iii. Melaporkan semua permasalahan pembinaan
Konbekharstal yang timbul sebagai bahan masukan
bagi komando atas.
(2) Prosedur. Pembinaan kemampuan Konbekharstal
dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut :
(a) Mengikutsertakan personel perhubungan dalam
pendidikan pengembangan spesialisasi Konbekharstal baik
yang diselenggarakan oleh TNI AD atau di luar TNI AD.
(b) Menyelenggarakan latihan dalam satuan berupa
penataran Konbekharstal kepada seluruh anggota dalam
rangka pelaksanaan tugas satuan.

d. Pembinaan Gelar. Pembinaan gelar perhubungan diselenggarakan untuk


mewujudkan efek tangkal dan tersedianya kekuatan awal terhadap setiap ancaman
yang mungkin timbul, sehingga gelar satuan perhubungan dikelompokkan
menjadi gelar satuan perhubungan terpusat dan gelar satuan perhubungan
kewilayahan.
365

1) Pembinaan Gelar Kekuatan Terpusat. Pembinaannya diarahkan pada


pembinaan gelar kekuatan satuan perhubungan terpusat dalam mendukung
tugas-tugas satuan Kostrad dan Kopassus TNI AD

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Melaksanakan pemantauan dan penelitian secara
terus menerus terhadap satuan-satuan perhubungan
terpusat dihadapkan pada hakekat ancaman yang mungkin
timbul, sehingga dapat dinilai tingkat efektifitas satuan
tersebut dalam pelaksanaan tugas.
(b) Mendata gelar satuan-satuan perhubungan terpusat
yang dinilai perlu diadakan penataan/pengembangan.
(2) Pengorganisasian. Membentuk tim kelompok kerja untuk
mengkaji perlunya penataan/pengembangan gelar satuan
Perhubungan terpusat.
(3) Pelaksanaan.
(a) Membuat kajian tentang perlunya
penataan/pengembangan gelar satuan-satuan
perhubungan terpusat sebagai saran masukan kepada staf
operasi TNI AD sebagai staf pengelola kebijakan dalam
penggelaran satuan di jajaran TNI AD.
(b) Memberikan saran masukan kepada Staf Operasi
TNI AD dan Kotama terpusat tentang
penataan/pengembangan gelar satuan-satuan
perhubungan terpusat.
(c) Memberikan supervisi/asistensi teknis terhadap
kegiatan pelaksanaan penataan/pengembangan gelar
satuan-satuan perhubungan terpusat.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan kegiatan secara intensif
pada setiap tahap sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai
rencana.
(b) Mencatat hal-hal menonjol yang mempengaruhi
kegiatan tersebut.
(c) Melaporkan ke komando atas tentang permasalahan
yang menonjol dalam pelaksanaan kegiatan.

b) Prosedur. Prosedur yang digunakan dalam rangka pembinaan


gelar satuan perhubungan terpusat, melalui observasi dan pengkajian
secara terus menerus dihadapkan dengan tuntutan tugas dan
perkembangan situasi, dengan prosedur sebagai berikut :
366

(1) Rencana penataan dan pengembangan gelar satuan


perhubungan harus melalui proses pengkajian secara saksama.
(2) Kegiatan pembinaan harus tetap mengacu kepada
terbentuknya satuan Perhubungan yang profesional, efektif,
efisien dan modern.
(3) Penataan/pengembangan gelar satuan perhubungan harus
dilengkapi naskah akademik tentang pentingnya penataan/
pengembangan gelar satuan dihadapkan dengan tuntutan tugas
dan perkembangan situasi.
(4) Mekanisme pengkajian melalui tahapan uji teori.

2) Pembinaan gelar Kekuatan Kewilayahan. Pembinaanya diarahkan


pada pembinaan gelar kekuatan satuan perhubungan kewilayahan yaitu
Yon/Denhub Kodam, Mahubdam dan Subdenhubdam, dalam mendukung
tugas-tugas satuan kewilayahan secara mandiri.

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Melaksanakan pemantauan dan penelitian secara
terus menerus terhadap satuan-satuan perhubungan
kewilayahan dihadapkan pada hakekat ancaman yang
mungkin timbul, sehingga dapat dinilai tingkat efektifitas
satuan tersebut dalam pelaksanaan tugas.
(b) Mendata gelar satuan-satuan perhubungan
kewilayahan yang dinilai perlu diadakan
penataan/pengembangan.
(2) Pengorganisasian. Membentuk tim kelompok kerja untuk
mengkaji perlunya penataan/pengembangan gelar satuan
Perhubungan kewilayahan.

(3) Pelaksanaan.
(a) Membuat kajian tentang perlunya
penataan/pengembangan gelar satuan-satuan
perhubungan kewilayahan sebagai saran masukan kepada
staf operasi TNI AD sebagai staf pengelola kebijakan dalam
penggelaran satuan di jajaran TNI AD.
(b) Memberikan saran masukan kepada staf operasi
TNI AD dan Kotama Kewilayahan tentang
penataan/pengembangan gelar satuan-satuan
Perhubungan kewilayahan.
367

(c) Memberikan supervisi/asistensi teknis terhadap


kegiatan pelaksanaan penataan/pengembangan gelar
satuan-satuan Perhubungan kewilayahan.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan kegiatan secara intensif
pada setiap tahap sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai
rencana.
(b) Mencatat hal-hal menonjol yang mempengaruhi
kegiatan tersebut.
(c) Melaporkan ke komando atas tentang permasalahan
yang menonjol dalam pelaksanaan kegiatan.

b) Prosedur. Prosedur yang digunakan dalam rangka pembinaan


gelar satuan Perhubungan kewilayahan, melalui observasi dan
pengkajian secara terus menerus dihadapkan dengan tuntutan tugas
dan perkembangan situasi dengan prosedur sebagai berikut :
(1) Rencana penataan dan pengembangan gelar satuan
perhubungan harus melalui proses pengkajian secara saksama.
(2) Kegiatan pembinaan harus tetap mengacu kepada
terbentuknya satuan perhubungan yang profesional, efektif, efisien
dan modern.
(3) Penataan/pengembangan gelar satuan perhubungan harus
dilengkapi dengan naskah akademik tentang pentingnya
penataan/ pengembangan gelar satuan dihadapkan dengan
tuntutan tugas dan perkembangan situasi.
(4) Mekanisme pengkajian melalui tahapan uji teori.

43. Penggunaan Perhubungan.

a. Umum. Penggunaan satuan perhubungan dalam pelaksanaan tugas


Angkatan Darat disesuaikan dengan bentuk dan macam tugas serta kondisi daerah
operasi yang berlaku, baik dalam rangka operasi militer untuk perang (OMP) maupun
operasi militer selain perang (OMSP).

b. Penggunaan Pada Operasi Militer Untuk Perang. Penyelenggaraan


operasi militer untuk perang dirumuskan dalam strategi pertahanan nusantara yang
implementasi dijabarkan melalui strategi pencegahan dan strategi pertahanan
berlapis, dengan jenis-jenis operasi gabungan, operasi matra darat, operasi bantuan,
operasi khusus dan operasi gerilya.

1) Pada Operasi Gabungan.


368

a) Operasi lintas udara. Merupakan suatu operasi gabungan


yang dilancarkan oleh satuan pelaksana udara dan satuan tugas lintas
udara beserta bantuan logistik dan peralatannya ke daerah sasaran,
dengan cara diterjunkan dan atau didaratkan serta ekstraksi dalam
rangka melaksanakan tugas taktis dan atau strategis.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran serta keberhasilan satuan Angkatan Darat selama
pelaksanaan operasi gabungan.
(2) Penggunaan. Pelibatan satuan perhubungan pada babak
pemindahan udara, serbuan, pertahanan tumpuan udara untuk
menjamin Kodal dan koordinasi satuan Angkatan Darat yang
terlibat pada operasi lintas udara. Pengerahan personel maupun
materiil perhubungan dibatasi oleh kapasitas daya angkut yang
digunakan pada operasi lintas udara.

b) Operasi pertahanan udara. Merupakan operasi gabungan TNI


yang bersifat khusus dalam rangka menggagalkan serangan musuh dan
mewujudkan keunggulan udara serta pencegahan dan penanggulangan
akibat serangan udara lawan yang diselenggarakan oleh Kohanudnas
dengan satuan udara TNI AU sebagai kekuatan inti serta satuan darat
serta satuan laut sebagai unsur perkuatan.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran serta keberhasilan satuan Angkatan Darat yang
dilibatkan dalam operasi pertahanan udara.
(2) Penggunaan.
(a) Operasi pertahanan udara aktif. Pelibatan satuan
perhubungan pada tahap deteksi, identifikasi, penindakan
untuk menjamin Kodal dan koordinasi satuan Angkatan
Darat yang terlibat pada operasi pertahanan udara.
(b) Operasi pertahanan udara pasif. Pelibatan satuan
perhubungan pada tahap pemberian bahaya udara,
melaksanakan pengamanan komunikasi baik pengamanan
fisik, transmisi maupun berita.

c) Operasi pertahanan pantai. Merupakan operasi gabungan yang


diselenggarakan oleh satuan laut, udara, dan darat dalam rangka
mempertahankan daerah pantai tertentu dari serangan amphibi musuh.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat selama
pelaksanaan operasi pertahanan pantai.
369

(2) Penggunaan. Pelibatan satuan perhubungan pada tahap


perencanaan dan persiapan melalui perencanaan dan penyiapan
sarana dan prosedur komunikasi yang akan digunakan oleh
satuan Angkatan Darat selama pelaksanaan operasi pertahanan
pantai.

d) Operasi darat gabungan. Merupakan operasi gabungan yang


dilaksanakan oleh satuan darat, satuan laut dan satuan udara dalam
rangka merebut dan menguasai kembali wilayah yang telah dikuasai
musuh atau pertahanan wilayah dari serangan musuh.
(1) Serangan.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran serta keberhasilan satuan Angkatan Darat
dalam pelaksanaan operasi serangan.
(b) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan
pada saat pasukan berada di daerah persiapan
melaksanakan pengecekan terakhir terhadap kesiapan
sarana komunikasi satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam operasi.
(2) Pertahanan.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan operasi
pertahanan.
(b) Penggunaan. Penggunaan satuan perkuatan
perhubungan saat musuh berada di depan dan daerah
pengamanan mendeteksi pancaran komunikasi musuh dan
saat musuh menerobos inti pertahanan dan serangan
balas, melumpuhkan Siskom musuh dan memelihara Kodal
serta koordinas satuan Angkatan Darat.
(3) Pemindahan ke belakang.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat
dalam pelaksanaan operasi pemindahan ke belakang.
(b) Penggunaan.
i. Lepas Libat. Pelibatan satuan perhubungan
dalam lepas libat tanpa tekanan, melaksanakan
memelihara Kodal dan koordinasi satuan Angkatan
Darat
ii. Aksi Hambat. Penggunaan satuan
perhubungan saat musuh berada di depan dan
370

daerah pengamanan, mendeteksi pancaran


komunikasi musuh dan saat musuh menembus garis
hambat pertama sampai dengan garis hambat akhir,
melumpuhkan Siskom musuh dan memelihara Kodal
serta koordinas satuan Angkatan Darat.
(4) Penggabungan.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran serta keberhasilan satuan Angkatan Darat
dalam pelaksanaan operasi pergantian.
(b) Penggunaan. Penggunaan satuan perhubungan
pada tahap perencanaan dan persiapan, memelihara
komunikasi dan koordinasi dengan satuan perhubungan
dari matra lain bagi kelancaran operasi penggabungan
yang dilaksanakan. Pelibatan satuan perhubungan dalam
operasi penggabungan, terbatas pada penyiapan alat
komunikasi untuk berkoordinasi dengan satuan dari matra
lain.
(5) Pergantian.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran serta keberhasilan satuan Angkatan Darat
dalam pelaksanaan operasi pergantian.
(b) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan
pada tahap perencanaan dan persiapan, membantu proses
koordinasi bagi kelancaran operasi pergantian, terutama
tentang penggunaan sarana komunikasi selama proses
pergantian.

e) Operasi pendaratan administrasi. Merupakan operasi


pemindahan kekuatan satuan darat beserta peralatannya dari titik
embarkasi melalui laut didaratkan ditumpuan pantai yang telah dikuasai.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran serta keberhasilan satuan Angkatan Darat selama
pelaksanaan operasi pendaratan administrasi.
(2) Penggunaan. Pelibatan satuan perhubungan pada tahap
perencanaan dan persiapan melalui perencanaan dan penyiapan
sarana dan prosedur komunikasi yang akan digunakan oleh
satuan Angkatan Darat selama pelaksanaan operasi pendaratan
administrasi.

2) Pada Operasi Darat.


371

a) Operasi tempur.
(1) Operasi Serangan. Merupakan bagian dari operasi tempur
yang memadukan antara manuver dan tembakan dalam rangka
menyerang musuh guna memperoleh suatu keputusan.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan operasi
serangan.
(b) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan
mulai pasukan penyerang bergerak dari daerah persiapan
sampai dengan serbuan, melaksanakan dukungan
perhubungan sesuai dengan titik berat dan dinamika
operasi dalam rangka mendukung keberhasilan serangan.
(2) Operasi pertahanan. Merupakan bagian dari operasi
tempur yang memadukan antara medan dan tembakan untuk
menghambat, menahan dan menghancurkan gerakan dan
serangan musuh.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan operasi
pertahanan.
(b) Penggunaan.
i. Operasi pertahanan daerah. Pengerahan
satuan perhubungan mulai pasukan pengaman
kontak dengan musuh sampai dengan serangan
balas, melaksanakan dukungan perhubungan
dengan prioritas dukungan bagi pasukan di inti
pertahanan dalam rangka menggagalkan serangan
musuh.
ii. Operasi pertahanan mobil. Pengerahan
satuan perhubungan mulai pasukan pengaman
kontak dengan musuh sampai dengan serangan
balas,melaksanakan dukungan perhubungan,
dengan prioritas dukungan bagi pasukan cadangan
yang menuntut mobilitas dalam rangka
menggagalkan serangan musuh.
(3) Operasi pergantian. Merupakan bagian dari operasi
tempur yang dilaksanakan melalui suatu operasi pergantian tugas
dan tanggung jawab suatu pasukan di daerah pertempuran.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan operasi
pergantian.
372

(b) Penggunaan. Pelibatan satuan perhubungan selama


proses pergantian, melaksanakan dukungan perhubungan
sesuai dengan rencana pergantian dan kebutuhan taktik di
lapangan bagi keberhasilan pelaksanaan pergantian.
(4) Operasi dalam kondisi khusus.
(a) Operasi di daerah perkubuan. Ciri-ciri dari daerah
perkubuan adalah banyaknya instalasi dan tempat
- tempat pertahanan yang saling membantu dan disusun
secara mendalam dan lebar, bangunan pertahanan dapat
terdiri dari perkuatan-perkuatan yang permanen dan
perkuatan alam dengan suatu sistem karier yang luas.
i. Sasaran. Terselenggaranya sistem
komunikasi, Pernika dan foto film militer,
Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan operasi di daerah
perkubuan.
ii. Penggunaan. Satuan perhubungan dalam
memberikan dukungan perhubungan pada operasi di
daerah perkubuan terbatas pada kemampuan
Pernika dan komunikasi FM disebabkan faktor
perkubuan yang dihadapi
(b) Operasi di daerah bangunan. Merupakan daerah
bangunan adalah pusat-pusat industri, politik dan
perdagangan, pusat-pusat perhubungan darat, laut/air dan
udara atau kombinasi dari pusat-pusat tersebut.
i. Serangan.
i) Sasaran. Terselenggaranya sistem,
Pernika dan foto film militer, Konbekharstal
yang efektif untuk kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan operasi serangan
di daerah bangunan.
ii) Penggunaan. Satuan perhubungan
dalam operasi serangan di daerah bangunan
terbatas pada penggunaan sarana gelombang
lurus (FM) karena faktor bangunan.
ii. Pertahanan. Pada prinsipnya, pertahanan
dalam daerah bangunan tidak berbeda dengan
pertahanan di daerah lain.
i) Sasaran. Terselenggaranya sistem
komunikasi, Pernika dan foto film,
Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan pelaksanaan operasi
pertahanan di daerah bangunan
373

ii) Penggunaan. Satuan perhubungan dalam


operasi pertahanan di daerah bangunan
terbatas pada penggunaan sarana gelombang
lurus (FM) karena faktor bangunan.
(c) Operasi di daerah hutan rimba.
i. Serangan.
i) Sasaran. Terselenggaranya sistem,
komunikasi Pernika dan foto film militer,
Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan pelaksanaan operasi
serangan di daerah hutan/rimba.
ii) Penggunaan. Satuan perhubungan dalam
operasi serangan di daerah hutan/rimba
terbatas pada penggunaan sarana gelombang
lurus (FM) karena faktor bangunan.
ii. Pertahanan.
i) Sasaran. Terselenggaranya sistem
komunikasi, sistem Pernika dan foto film
militer, Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran dan keberhasilan operasi
pertahanan.
ii) Penggunaan. Satuan perhubungan
dalam operasi pertahanan di daerah
bangunan terbatas pada penggunaan sarana
komunikasi visual karena keterbatasan
penglihatan di daerah hutan/rimba.
(d) Serangan sungai.
i. Serangan.
i) Sasaran. Terselenggaranya sistem
komunikasi, Pernika dan foto film militer,
Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan pelaksanaan operasi
serangan di daerah sungai.
ii) Penggunaan. Pengerahan satuan
perhubungan mulai pasukan bergerak dari
daerah persiapan menuju tempat
penyebrangan sampai pelaksanaan serangan
dan konsolidasi, melumpuhkan sistem
komunikasi musuh dan melihara sistem
komunikasi pasukan sendiri selama
pelaksanaan serangan sungai
ii. Pertahanan.
374

i) Pertahanan mobil.
(i) Sasaran. Terselenggaranya
sistem komunikasi Pernika dan foto
film militer dan Konbekharstal yang
efektif untuk kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan operasi
pertahanan sungai mobil.
(ii) Penggunaan. Pengerahan
satuan perhubungan mulai pasukan
pengaman kontak dengan musuh
sampai dengan serangan balas,
melaksanakan dukungan perhubungan
sesuai dengan kondisi medan dan
dinamika operasi dalam rangka
menggagalkan serangan musuh.
ii) Pertahanan daerah.
(i) Sasaran. Terselenggaranya
sistem komunikasi, Pernika dan foto
film militer dan Konbekharstal yang
efektif untuk kelancaran dan
keberhasilan pelaksanaan operasi
pertahanan sungai secara mobil.
(ii) Penggunaan. Pengerahan
satuan perhubungan mulai pasukan
pengaman kontak dengan musuh
sampai dengan serangan balas,
melaksanakan dukungan perhubungan
sesuai dengan kondisi medan dan
dinamika operasi dalam rangka
menggagalkan
(5) Operasi dengan pengaruh Nubika.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan selama
pelaksanaan operasi Nubika.
(b) Penggunaan.
i. Pengerahan satuan perhubungan pada tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
melaksanakan informasi cepat tentang serangan
Nubika musuh kepada satuan yang terlibat dalam
operasi pengaruh Nubika.
375

ii. Satuan perhubungan dalam memberikan


dukungan perhubungan pada operasi dalam
pengaruh Nubika terbatas pada penggunaan caraka
(6) Operasi Pernika.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
elektronika Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan pelaksanaan selama pelaksanaan operasi
Pernika.
(b) Penggunaan. Satuan perhubungan dalam
pelaksanaan operasi Pernika terbatas pada penghancuran
sistem komunikasi dan elektronika musuh secara fisik.
(7) Operasi mobil udara. .
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan operasi
Mobud.
(b) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan
pada saat fase pemindahan udara dan serbuan, menjamin
Kodal dan melemahkan sistem komunikasi musuh.
(8) Operasi gerilya.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan operasi
gerilya.
(b) Penggunaan. Penggunaan satuan perhubungan
dalam operasi gerilya terbatas pada penginstalasian sarana
perhubungan di daerah-daerah yang tidak dikuasai
pasukan sendiri.
(9) Operasi khusus. Merupakan bagian dari operasi tempur
yang dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tugas khusus.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan operasi
khusus.
(b) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan
pada tahap pelaksanaan, memelihara kelancaran Kodal
dan menetralisir setiap sistem komunikasi musuh yang
dapat menggagalkan pelaksanaan operasi khusus.

b) Operasi intelijen.
(1) Perlindungan. Merupakan semua usaha, pekerjaan
dan kegiatan yang dilakukan secara terarah dan terencana yang
376

meliputi perencanaan, pengumpulan, pengolahan bahan-bahan


keterangan sebagai dasar pembuatan perencanaan, pengambilan
keputusan dan tindakan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
satuan yang bersangkutan.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran dan keberhasilan operasi penyelidikan.
(b) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan
dalam operasi penyelidikan terbatas pada sarana
pengamatan udara yang dimiliki Satuan Perhubungan.

(2) Pengamanan. Merupakan segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan yang dilakukan secara terarah dan terencana untuk
mencegah dan menanggulangi kegiatan intelijen lawan serta
mencegah kerugian akibat bencana atau akibat kerawanan pihak
sendiri.
(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi,
Pernika dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif
untuk kelancaran dan keberhasilan operasi pengamanan.
(b) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan
dalam kegiatan pengamanan pasif, melaksanakan
monitoring terhadap sistem komunikasi sendiri dan
pengamatan elektronika (CCTV) terhadap obyek
pengamanan.
(3) Penggalangan. Merupakan segala usaha pekerjaan
dan kegiatan yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk
suatu tujuan strategis, dengan cara yang tertutup guna
menciptakan atau merubah suatu kondisi yang dikehendaki. Pada
operasi penggalangan satuan topografi tidak terlibat karena tidak
memiliki kemampuan dalam penggalangan.

c) Operasi Teritorial.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran dan keberhasilan operasi teritorial.
(2) Penggunaan.
(a) Komunikasi. Penggunaan satuan komunikasi Koops
dioptimalkan untuk menjamin kelancaran Kodal dan Minlog.
(b) Pernika - foto film militer. Penggunaan foto film
militer diarahkan untuk membantu dalam kegiatan
pengamatan daerah operasi dan kegiatan aktivis/kelompok
radikal yang ingin menghambat operasi teritorial.
377

(c) Konbekharstal. Pelibatan unsur Konbekharstal


kewilayahan disiapkan sebelum pelaksanaan operasi guna
mendukung kelancaran dan keberhasilan operasi teritorial.

3) Pada Operasi Bantuan.

a) Operasi bantuan intelijen.


(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer dan sistem Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran serta keberhasilan operasi bantuan intelijen.
(2) Penggunaan. Penggunaan satuan perhubungan dalam
operasi bantuan intelijen teknis untuk memperoleh informasi
tentang perkembangan teknologi yang dimiliki musuh serta
melakukan kontra intelijen teknis.

b) Operasi bantuan perlindungan.


(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran dan keberhasilan operasi bantuan.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
tahap pengingkaran sampai dengan penggabungan,
melaksanakan propaganda terhadap sistem komunikasi obyek
penggalangan.

c) Operasi bantuan raid.


(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran dan keberhasilan operasi bantuan Raider.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan dalam
operasi bantuan Raider bersifat kenyal sesuai kebutuhan di
lapangan dan diarahkan untuk mendukung pendadakan sebagai
ciri dari operasi Raider.

d) Operasi bantuan tembakan.


(a) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi bantuan.
(b) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
tahap pengingkaran sampai dengan penggabungan
melaksanakan propaganda terhadap sistem komunikasi obyek
penggalangan

e) Operasi bantuan SAR tempur.


378

(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika


dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi bantuan.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
tahap pengingkaran sampai dengan penggabungan,
melaksanakan propaganda terhadap sistem komunikasi obyek
penggalangan.

f) Operasi bantuan teritorial. Merupakan bantuan yang dapat


diberikan oleh Kowil dalam rangka mendukung satuan yang beroperasi
di satu wilayah berupa keterangan atau data, tenaga/kegiatan, meteriil
jasa guna memperkuat dan meningkatkan kemampuan Komponen
utama.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi bantuan.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
tahap pengingkaran sampai dengan penggabungan
melaksanakan propaganda terhadap sistem komunikasi obyek
penggalangan.

g) Operasi Bantuan Pernika.


(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, sistem
Pernika dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran dan keberhasilan operasi bantuan.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
tahap penyusupan dan perembesan, melaksanakan pembekalan
sarana komunikasi khusus bagi agen penggalangan dan
melaksanakan monitoring dan observasi terhadap obyek
penggalangan kemudian tahap pengingkaran sampai dengan
penggabungan, melaksanakan propaganda terhadap sistem
komunikasi obyek penggalangan.

h) Operasi bantuan angkutan.


(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi bantuan angkutan.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
operasi bantuan angkutan terbatas pada penyiapan sarana
komunikasi untuk koordinasi satuan Angkatan Darat dengan matra
lain.

i) Operasi Bantuan Keamanan.


379

(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika


dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi bantuan.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
tahap pengingkaran sampai dengan penggabungan,
melaksanakan propaganda terhadap sistem komunikasi obyek
penggalangan.

c. Penggunaan Pada Operasi Militer Selain Perang.

1) Operasi Militer Selain Perang Yang Bersifat Tempur.

a) Operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata. Merupakan


segala usaha kegiatan menghadapi gerakan bersenjata melawan
pemerintah, yang bertujuan memisahkan diri dari kesatuan Republik
Indonesia dan berakibat mengancam kedaulatan negara, keutuhan
wilayah serta keselamatan bangsa.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi operasi mengatasi gerakan separatis.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
operasi teritorial, membantu dalam memisahkan rakyat dari
pengaruh dan rongrongan kelompok separatis serta mendukung
dalam merebut dan memenangkan simpati rakyat melalui setiap
sarana komunikasi massa baik elektronik maupun jejaring sosial.

b) Operasi mengatasi pemberontakan bersenjata. Merupakan segala


usaha dan kegiatan untuk menghadapi gerakan bersenjata melawan
pemerintah yang sah, dan berakibat mengancam kedaulatan negara
atau keutuhan wilayah atau keselamatan bangsa.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi operasi mengatasi gerakan separatis.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
operasi teritorial, membantu dalam memisahkan rakyat dari
pengaruh dan rongrongan kelompok pemberontak serta
menguasai setiap sarana komunikasi massa untuk mendukung
dalam merebut dan memenangkan simpati rakyat.

c) Operasi mengatasi aksi terorisme. Merupakan suatu bentuk


operasi militer yang dilaksanakan untuk melakukan tindakan secara
cepat dan tepat dalam rangka penanggulangan teroris terhadap sasaran-
sasaran strategis terpilih, baik di dalam maupun di luar negeri.
380

(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika


dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi penanggulangan teroris.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
tahap rehabilitasi, mendukung kelancaran Kodal satuan Angkatan
Darat yang terlibat dalam proses rehabilitasi.

d) Operasi lawan Insurjen. Merupakan operasi yang bertujuan


untuk menumpas pemberontakan bersenjata dan sparatis bersenjata di
dalam negeri dalam rangka mengembalikan kewibawaan pemerintah di
daerah.
(1) Sasaran. Pelibatan satuan perhubungan dalam operasi
penggabungan, terbatas pada penyiapan alat komunikasi, Pernika
dan foto film militer, sistem Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran dan keberhasilan operasi operasi lawan insurjen.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada saat
membangun basis operasi, menyiapkan sentral perhubungan dan
melaksanakan observasi terhadap potensi komunikasi wilayah
setempat serta pada operasi lawan insurjen terbatas pada
penginstalasian sarana komunikasi di daeah abu-abu dan hitam.

e) Operasi mengamankan wilayah perbatasan. Merupakan segala


usaha dan kegiatan untuk menjamin tegaknya kedaulatan wilayah
negara diperbatasan darat, laut dan udara dengan negara lain dari
segala bentuk ancaman dan pelanggaran, termasuk kegiatan-kegiatan
survei dan pemetaan.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer dan sistem Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran serta keberhasilan operasi pengamanan wilayah
perbatasan darat.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
operasi pengamanan wilayah perbatasan darat terbatas dalam
penyiapan sarana pencitraan elektronis (CCTV maupun satelit
penginderaan) guna memantau situasi di sepanjang wilayah
perbatasan darat.

f) Operasi mengamankan objek vital nasional yang bersifat


Strategis. Merupakan segala usaha dan kegiatan dalam rangka
menjamin keamanan objek vital nasional yang bersifat strategis dari
berbagai bentuk ancaman.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer dan Konbekharstal yang efektif untuk
kelancaran dan keberhasilan operasi pengamanan objek vital
nasional.
381

(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada


pengamanan preventif, melaksanakan observasi dan identifikasi
terhadap sistem komunikasi di sekitar lokasi objek vital Nasional
pada pengamanan represif, memelihara Kodal dan koordinasi
guna kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat.

g) Operasi melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan


kebijakan politik luar negeri. Merupakan tugas-tugas yang dilaksanakan
TNI atas nama Indonesia untuk kepentingan perdamaian regional atau
internasional, di bawah bendera PBB atau organisasi internasional lain.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi perdamaian dunia.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
pelaksanaan operasi perdamaian dunia, terbatas pada penyiapan
sarana dan prosedur komunikasi internasional yang digunakan
untuk hubungan dengan militer dari negara lain.

h) Operasi mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta


keluarganya Merupakan segala usaha dan kegiatan dalam rangka
menjamin keselamatan very-very important person (VVIP) dari berbagai
bentuk ancaman.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi pengamanan Presiden dan Wapres RI
beserta keluarganya.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan untuk
menjamin kelangsungan komunikasi seluruh satuan/unsur jajaran
satuan pengamanan wilayah darat (di bawah Pangdam) dan
mengurangi/menghilangkan kemampuan elektronika musuh yang
dapat mengancam terhadap keselamatan Presiden dan Wapres
RI beserta keluarganya.

i) Operasi mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan


perwakilan asing. Merupakan segala usaha dan kegiatan dalam rangka
menjamin keselamatan very-very important person (VVIP) tamu asing
setingkat kepala negara dan kepala perwakilan dari berbagai bentuk
ancaman.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi pengamanan tamu asing setingkat
kepala negara dan kepala perwakilan.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan untuk
menjamin kelangsungan komunikasi seluruh satuan/unsur jajaran
satuan pengamanan wilayah darat (di bawah Pangdam) dan
382

mengurangi/ menghilangkan kemampuan elektronika musuh yang


dapat mengancam terhadap keselamatan tamu asing setingkat
kepala negara dan kepala perwakilan.

2) Operasi Militer Selain Perang Yang Bersifat Non Tempur.

a) Operasi membantu pemerintah di daerah. Merupakan segala


usaha kegiatan mendukung dan atau memperlancar program yang
dilaksanakan oleh pemerintah/otoritas sipil dalam rangka
penyelenggaraan fungsi pemerintahan dengan baik.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi bantuan kepada pemerintahan di
daerah.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
tahap pelaksanaan menjamin kelangsungan komunikasi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi bantuan kepada
pemerintahan di daerah selama pelaksanaan operasi.

b) Operasi membantu kepolisian negara RI dalam rangka tugas


keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-
undang. Merupakan segala usaha dan kegiatan mendukung dan atau
memperlancar program yang dilaksanakan oleh kepolisian negara RI
dalam rangka keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam
undang-undang.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi bantuan kepada Kepolisian Negara RI.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
tahap pelaksanaan menjamin kelangsungan komunikasi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi bantuan kepada
kepolisian negara RI sampai akhir pelaksanaan operasi

c) Operasi membantu menanggulangi akibat bencana alam.


Merupakan segala usaha dan kegiatan dalam rangka membantu
menanggulangi bencana yang diakibatkan oleh bencana alam dan
bencana lainnya, seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir,
tanah longsor, luapan lumpur dan sebagainya.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi bantuan penanggulangan bencana
alam.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan secara
tidak langsung berupa penyiapan sarana komunikasi bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi bantuan
383

penanggulangan bencana alam, baik sebagai tim pencari


lokasi/korban, tim pemberi pertolongan pertama/evakuasi, tim
pengaman maupun tim Minlog.

d) Operasi membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan


(SAR). Merupakan segala usaha dan kegiatan untuk membantu
menanggulangi bencana yang diakibatkan bencana alam atau bencana
lainnya, seperti kecelakaan transportasi dan sebagainya.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi bantuan SAR.
(2) Penggunaan. Penggunaan satuan perhubungan secara
langsung berupa bantuan kemampuan (operator, teknisi), maupun
sarana (Alkom) yang diperlukan dalam operasi SAR baik sebagai
tim pencari lokasi/korban, tim pemberi pertolongan pertama/
evakuasi, tim pengaman maupun tim Minlog.

e) Operasi membantu pemerintah dalam pengamanan pelayanan


dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan
penyelundupan. Merupakan segala usaha dan kegiatan untuk menjamin
terciptanya kondisi laut dan udara yang aman serta bebas dari ancaman
kekerasan, ancaman navigasi, ancaman terhadap sumber daya alam,
pencemaran dan perusakan ekosistem serta pelanggaran terhadap
hukum nasional maupun internasional di wilayah laut dan udara
yurisdiksi nasional.
(1) Sasaran. Terselenggaranya sistem komunikasi, Pernika
dan foto film militer, Konbekharstal yang efektif untuk kelancaran
dan keberhasilan operasi pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan
penyelundupan.
(2) Penggunaan. Pengerahan satuan perhubungan pada
operasi pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan, terbatas pada
penyiapan sarana komunikasi untuk koordinasi dengan dinas
penerbangan dan pelayaran

44. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Guna menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi


perhubungan perlu diaturtataran kewenangan dalam pelaksanaan pembinaan dan
penggunaan perhubungan AD sesuai dengan hierarki yang berlaku di lingkungan TNI
AD mulai dari tingkat pusat, Kotama sampai dengan tingkat satuan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.


384

1) Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Perhubungan. Wewenang


dan tanggung jawab pembinaan perhubungan ditingkat pusat berada pada
Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

a) Menentukan kebijakan dan strategi pembinaan perhubungan AD


sesuai tugas pokok, peran dan fungsi perhubungan.

b) Menentukan kebijakan tentang pembinaan kemampuan satuan


perhubungan.

c) Menentukan kebijakan tentang pembinaan kekuatan satuan


perhubungan.

d) Menentukan kebijakan tentang pembinaan gelar satuan


perhubungan.

2) Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan Perhubungan.


Wewenang dan tanggung jawab penggunaan perhubungan di tingkat pusat
berada pada Panglima TNI.

3) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis penyelenggaraan perhubungan di tingkat pusat berada pada
Direktur Perhubungan Angkatan Darat.

a) Menyusun rencana dan program penyelenggaraan teknis


kesiapan bagi satuan perhubungan yang disesuaikan dengan peran,
tugas dan fungsi perhubungan.

b) Menyelenggarakan asistensi, supervisi dan pengawasan di


bidang fungsi teknis perhubungan.

c) Menyelenggarakan pembinaan perhubungan melalui pembinaan


kekuatan, pembinaan kemampuan, pembinaan gelar serta pembinaan
lainnya yang berkaitan dengan teknis perhubungan.

d) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan perhubungan serta


melaporkan kepada Kasad.

4) Wewenang Dan Tanggung Jawab Lapangan Kekuasaan Teknis (LKT).


LKT atas penyelenggaraan fungsi Perhubungan di jajaran TNI AD berada pada
Direktur Perhubungan TNI AD dalam hal penentuan dan pemberian petunjuk,
asistensi serta pengawasan tentang teknis perhubungan.

c. Wewenang dan tanggung jawab Tingkat Kotama.

1) Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Perhubungan. Wewenang


dan tanggung jawab pembinaan Perhubungan ditingkat Kotama berada pada
Pangkotama.
385

a) Menyusun dan merumuskan program penyelenggaraan latihan


Satuan Perhubungan.

b) Membina dan memelihara kesiapsiagaan operasional Satuan


Perhubungan.

c) Mengendalikan, mengawasi, mengevaluasi dan melaporkan


kesiapan Satuan Perhubungan kepada Kasad tembusan Dirhubad.

2) Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan Perhubungan.


Pengerahan Satuan Perhubungan di Kotama menjadi tanggung jawab
Pangkotama sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh Panglima TNI.

3) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis penyelenggaraan dukungan perhubungan di tingkat Kotama
berada pada Kepala Perhubungan Kotama.

a) Menyusun rencana dan program penyelenggaraan teknis


kesiapan bagi satuan perhubunganyang disesuaikan dengan tugas
pokok, peran dan fungsi perhubungan.

b) Menyelenggarakan asistensi, supervisi dan pengawasan di


bidang fungsi teknis perhubungan.

c) Menyelenggarakan pembinaan perhubungan melalui pembinaan


latihan, material perhubungan serta pembinaan lainnya yang berkaitan
dengan teknis perhubungan.

d) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan dukungan perhubungan


serta melaporkan kepada Pangkotama tembusan Dirhubad selaku
pembina fungsi perhubungan.

4) Wewenang Dan Tanggung Jawab LKT. Secara hierarki Direktur


Perhubungan TNI AD mendelegasikan pelaksanaan LKT di daerah kepada
Kepala perhubungan Kotama.

d. Wewenang dan tanggung jawab Tingkat Satuan.

1) Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Perhubungan. Wewenang


dan tanggung jawab pembinaan perhubungan di tingkat satuan berada pada
kepala/komandan satuan perhubungan.

a) Menyelenggarakan latihan kecabangan perhubungan sesuai


dengan program dari komando atas.
386

b) Membina, memelihara dan meningkatkan kesiapsiagaan


operasional satuan perhubungan.

c) Mengawasi dan mengendalikan kesiapan satuan perhubungan.

d) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pembinaan


perhubungan serta melaporkan kepada Pangkotama tembusan
Dirhubad.

2) Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan Perhubungan.


Pengerahan Satuan Perhubungan di satuan menjadi tanggung jawab Ka/Dan
Satuan Perhubungan sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh
Pangkotama.

3) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis penyelenggaraan dukungan perhubungan di tingkat satuan
berada pada Ka/Dan satuan perhubungan.

a) Menyelenggarakan pembinaan teknis perhubungan di satuannya


sesuai kebijakan pimpinan dan peraturan yang berlaku.

b) Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemeliharaan


Mathub di satuan sesuai ketentuan yang berlaku.

c) Mengadakan koordinasi dengan pembina Mathub di tingkat pusat


dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan Mathub di satuannya.

d) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pembinaan teknis


perhubungan serta melaporkan kepada Dirhubad tembusan
Pangkotama.

BAB IX
PERALATAN

45. Umum. Peralatan merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai
kekuatan yang menjalankan fungsi pembekalan, pemeliharaan, asistensi teknik, intelijen
teknik, dan penelitian pengembangan materiil peralatan.

46. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Peralatan.

a. Umum. Peralatan merupakan salah satu fungsi teknis militer umum TNI
AD dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD, agar penyelenggaraan
pembinaan fungsi peralatan dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang
387

optimal, perlu diatur ketentuan-ketentuan pokok yang meliputi peran, tugas, fungsi dan
asas sehingga mampu memberikan pembekalan dan pemeliharaan (Bekhar) materiil
peralatansecara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka pembinaan maupun
penggunaan kekuatan TNI AD.

b. Peran. Peralatan merupakan bagian integral dari TNI AD yang berperan


menyelenggarakan fungsi pembekalan dan pemeliharaan materiil peralatan guna
mendukung tugas pokok TNI AD.

c. Tugas.
1) Tugas Pokok. Peralatan bertugas pokok membina dan
menyelenggarakan pembekalan dan pemeliharaan materiil peralatan dalam
rangka mendukung tugas pokok TNI AD.
2) Tugas-Tugas.
a) Menyelenggarakan pembinaan pembekalan dan pemeliharaan
senjata dan optik serta elektronik sistem senjata dalam rangka kesiapan
operasional satuan jajaran TNI AD.
b) Menyelenggarakan pembinaan pembekalan dan pemeliharaan
munisi dan bahan peledak dalam rangka mendukung kesiapan
operasional satuan jajaran TNI AD.
c) Menyelenggarakan pembinaan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan bermotor dalam rangka kesiapan operasional satuan jajaran
TNI AD.
d) Menyelenggarakan pembinaan pembekalan dan pemeliharaan
teknologi mekanik dalam rangka kesiapan operasional satuan jajaran
TNI AD.
d. Fungsi.
1) Pembekalan. Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan pembekalan untuk memberikan dukungan materiil peralatan yang
dibutuhkan oleh komando/kesatuan dalam rangka melaksanakan tugas sesuai
kebutuhan organisasi guna kesiapan penggunaan kekuatan.
388

2) Pemeliharaan. Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan pemeliharaan yang dilakukan guna menjamin materiil peralatan selalu
dalam kondisi siap pakai atau kegiatan untuk memulihkan kembali kondisi siap
pakai sehingga materiil peralatan tersebut selalu dalam keadaan siap untuk
digunakan.

e. Asas.
1) Akuntabel. Segala kegiatan dukungan fungsi peralatan dilaksanakan
sesuai dengan aturan yang berlaku melalui perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pencatatan/pelaporan secara cepat, tepat dan akurat serta
dapat dipertanggungjawabkan.
2) Prioritas. Pemberian dukungan dan pelayanan fungsi peralatan
dilaksanakan dengan pertimbangan skala prioritas.
3) Kenyal. Penyelenggaraan fungsi peralatan harus mampu
menyesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan keadaan yang terjadi.
4) Sederhana. Penyelenggaraan fungsi peralatan harus sederhana
dalam tata cara, prosedur dan mekanisme penyelenggaraannya, dengan
mengutamakan hasil guna dan daya guna yang maksimal.
5) Terintegrasi. Penyelenggaraan fungsi peralatan dilaksanakan secara
terpadu yang meliputi antar aspek dalam fungsi peralatan dan aspek logistik
lainnya.
6) Sesuai Tuntutan Perkembangan. Penyelenggaraan fungsi peralatan
dilaksanakan sesuai dengan tuntunan perkembangan organisasi dan sistem
dari ke satuan yang dilayani, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
7) Pelayanan Aktif. Penyelenggaraan fungsi peralatan dilaksanakan
dengan cara pelayanan aktif untuk menjamin kesiapan materiil peralatan pada
kesatuan-kesatuan yang dilayani.
8) Memanfaatkan Potensi Yang Ada. Semua potensi yang ada
dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan personel dalam rangka
mendukung fungsi peralatan.
389

9) Berhasil Guna dan Berdaya Guna. Pembinaan dan pengunaan


materiil peralatan harus di arahkan pada pencapaian tugas pokok TNI AD
secara berhasil guna dan berdaya guna.

47. Dasar Penyelenggaraan Peralatan.

a. Umum. Dasar penyelenggaraan peralatan sebagai bagian dari fungsi teknis


militer umum TNI AD dilaksanakan dengan tetap berpedoman pada tujuan dan
sasaran, subjek, objek, metode dan sarana prasarana serta pedoman dalam
penyelenggaraannya agar mampu secara optimal mendukung tugas pokok TNI AD.

b. Tujuan dan Sasaran.


1) Tujuan. Menjamin peran, tugas dan fungsi peralatan secara
berhasil guna dan berdaya guna yang meliputi kesiapan peralatan dalam
memberikan dukungan bekal dan pelayanan pemeliharaan materiil peralatan
sehingga materiil peralatan tersebut siap dioperasionalkan guna meningkatkan
daya gerak dan daya tembak satuan dalam rangka pencapaian tugas pokok
TNI AD.
2) Sasaran.
a) Pembekalan. Terselenggaranya bekal materiil peralatan kepada
satuan-satuan TNI AD, dengan jumlah, jenis, waktu dan tempat yang
tepat untuk meningkatkan daya gerak dan daya tembak satuan
seoptimal mungkin.
b) Pemeliharaan. Terselenggaranya pemeliharaan materiil peralatan
agar selalu dalam keadaan siap operasional yang berdaya guna dan
berhasil guna sehingga dapat mendukung daya gerak dan daya tembak
satuan-satuan TNI AD.

c. Subjek, Objek, Metode, Sarana dan Prasarana.


1) Subjek.
a) Panglima TNI.
390

b) Kasad.
c) Pangkostrad.
d) Dankodiklat TNI AD.
e) Pangdam/Pangdivif.
f) Dirpalad.
g) Dan/Ka peralatan.
2) Objek.
a) Personel peralatan.
b) Satuan peralatan.
c) Materiil peralatan.
3) Metode. Metode yang digunakan adalah pengamatan, pengujian,
pengkajian, penelitian, pengembangan, pengawasan, pemeliharaan, observasi,
studi banding, latihan, pendidikan dan penugasan.
4) Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang dapat digunakan
dalam pembinaan dan penggunaan fungsi peralatan sebagai berikut :
a) Sarana.
(1) Peranti lunak (doktrin, Bujuk dan Protap peralatan).
b) Fasilitas pendidikan dan latihan.
(2) Fasilitas perkantoran dan perumahan.
(3) Materiil peralatan.
b) Prasarana.
(1) Instalasi peralatan.
(2) Lembaga pendidikan dan latihan.
(3) Markas/fasilitas.
(4) Gudang peralatan pusat/daerah.
(5) Instalasi milik negara dan bukan milik negara (di luar
lingkungan TNI) yang diizinkan untuk digunakan.

d. Pedoman Penyelenggaraan Peralatan. Guna mewujudkan satuan peralatan


yang solid, tangguh, modern dan profesional dalam rangka mendukung pelaksanaan
tugas pokok TNI AD, penyelenggaraan peralatan diatur melalui pembinaan peralatan
dan penggunaan peralatan.
391

1) Pembinaan Peralatan.
a) Pembinaan kekuatan. Mewujudkan satuan peralatan yang
efektif, berdaya dan berhasil guna bagi pelaksanaan tugas TNI AD
melalui pembinaan organisasi, personel, materiil, fasilitas dan peranti
lunak pada setiap tingkatan satuan:
(1) Tingkat pusat (Ditpalad).
(2) Tingkat Kotama pusat ( Pal Kostrad dan Pal Kopassus ).
(3) Tingkat Kotama kewilayahan ( Paldam ).
(4) Tingkat Kodiklat TNI AD, Lembaga pendidikan, Puscabfung
dan Denma Mabesad.
b) Pembinaan kemampuan. Mewujudkan bantuan satuan peralatan
pada tingkat teknis dan taktis melalui pembinaan kemampuan intelijen,
tempur, Binter, dukungan dan kemampuan dibidang fungsi peralatan
guna mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas pokok TNI AD.
c) Pembinaan gelar peralatan. Mewujudkan gelar satuan
peralatan baik gelar satuan kekuatan terpusat maupun gelar
kewilayahan yang efektif guna mendukung keberhasilan tugas pokok
TNI AD.

2) Penggunaan Peralatan. Penggunaan kekuatan peralatan disiapkan


dalam rangka mendukung keberhasilan tugas pokok TNI AD meliputi :
a) Pola operasi militer untuk perang (OMP).
(1) Pada operasi gabungan.
(a) Operasi lintas udara.
(b) Operasi pertahanan udara.
(c) Operasi pertahanan pantai.
(d) Operasi darat gabungan. Terdiri dari operasi
serangan, operasi pertahanan, operasi pemindahan ke
belakang, operasi penggabungan dan operasi pergantian.
(e) Operasi pendaratan administrasi.
(2) Pada operasi darat.
392

(a) Operasi tempur. Meliputi operasi serangan,


operasi pertahanan, operasi pergantian, operasi dalam
kondisi khusus, operasi dengan pengaruh Nubika, operasi
Pernika, operasi mobil udara, operasi gerilya, operasi
lawan insurjensi dan operasi khusus.
(b) Operasi intelijen. Meliputi operasi penyelidikan,
operasi pengamanan dan operasi penggalangan.
(c) Operasi teritorial.
(3) Pada operasi bantuan. Meliputi operasi bantuan
intelijen, operasi bantuan perlindungan, operasi bantuan raid,
operasi bantuan tembakan, operasi bantuan SAR tempur, operasi
bantuan Binter, operasi bantuan pernika, operasi bantuan
angkutan dan operasi bantuan keamanan.

b) Pola operasi militer selain perang (OMSP).


(1) Pada operasi militer selain perang yang bersifat tempur.
(a) Operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata.
(b) Operasi mengatasi pemberontakan bersenjata.
(c) Operasi mengatasi aksi terorisme.
(d) Operasi mengamankan wilayah perbatasan.
(e) Operasi mengamankan obyek vital nasional yang
bersifat strategis.
(f) Operasi melaksanakan tugas perdamaian dunia
sesuai dengan kebijaksanaan politik luar negeri.
(g) Operasi mengamankan Presiden dan Wakil
Presiden RI beserta keluarganya.
(h) Operasi mengamankan tamu negara setingkat
kepala negara dan perwakilan asing yang sedang berada di
Indonesia.
(2) Pada operasi militer selain perang yang bersifat non
tempur.
(a) Operasi membantu pemerintah di daerah.
393

(b) Operasi membantu kepolisian negara RI dalam


rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur dalam undang-undang.
(c) Operasi membantu menanggulangi akibat bencana
alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan.
(d) Operasi membantu pencarian dan pertolongan
dalam kecelakaan (SAR).
(e) Operasi membantu pemerintah dalam pengamanan
pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan.

48. Pembinaan Peralatan.

a. Umum. Peralatan merupakan salah satu fungsi organik militer yang


mempunyai peran penting dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok Angkatan
Darat. Oleh karena itu harus diselenggarakan secara optimal agar mampu
memberikan kontribusi pelayanan dan dukungan Peralatan secara berhasil dan
berdaya guna baik dalam rangka pembinaan maupun penggunaan kekuatan
Angkatan Darat. Agar pelaksanaan dukungan logistik berjalan secara optimal,
maka perlu dilaksanakan upaya pekerjaan dan kegiatan pembinaan fungsi Peralatan
berdasarkan metode, proses, prosedur dan tataran kewenangan serta komando
pengendalian, sesuai dengan peran dan tugas pokok Satuan baik tingkat pusat,
daerah maupun Satuan. Penyelenggaraan pembinaan peralatan dilaksanakan
sebagai berikut :

b. Metode. Pembinaan fungsi peralatan dilaksanakan melalui penelitian,


pengkajian, dan evaluasi secara terus menerus, bertahap dan berlanjut
terhadap penyelenggaraan fungsi Peralatan agar senantiasa terpelihara dan
terjaminnya kondisi materiil Angkatan Darat dalam kondisi siap pakai.

c. Proses.
1) Perencanaan. Pembinaan Peralatan disusun dan mulai dari tingkat
394

Pusat, Balakpus pembina fungsi logistik, Kotama-Kotama dan Satuan secara


terintegrasi, terpadu, dan terkoordinasi.
2) Pengorganisasian.
a) Mabesad. Selaku penentu dan perumus kebijakan pembinaan
Peralatan.
b) Balakpus pembina fungsi. Selaku pelaksana teknis
pembinaan Peralatan tingkat pusat.
c) Kotama. Selaku penentu kebijakan pembinaan Peralatan
tingkat daerah.
(1) Balak Kotama pembina fungsi. Selaku pelaksana
teknis pembinaan Peralatan di daerah.
(2) Satuan. Selaku pelaksana pembinaan Peralatan di
Satuan.
3) Pelaksanaan. Pembinaan Peralatan dilaksanakan melalui kegiatan :
a) Harcegah. Melaksanakan kegiatan teknis yang harus dilakukan
pada semua tahap pengembangan alat-alat, terutama pada
tahap penggunaan guna mencegah kerusakan sebelum menimbulkan
kerusakan-kerusakan yang lebih besar/berat pada materiil alat peralatan
Angkatan Darat yang dipertanggung-jawabkan kepada
Komandan Satuan.
b) Perbaikan. Melaksanakan penggantian atau memperbaiki
komponen-komponen tertentu yang mengalami kerusakan agar
kondisinya menjadi baik sehingga siap operasional.
c) Modifikasi. Melaksanakan kegiatan dan pekerjaan mengganti
komponen lain agar berhasil dan berdaya guna dengan tidak merubah
fungsi.
d) Pembangunan kembali (rebuild) dan overhaul. Melaksanakan
kegiatan perbaikan yang dilakukan hanya pada mesin/komponen lain
secara lengkap sehingga dapat berfungsi seperti semula.
e) Uji fungsi. Melaksanakan kegiatan ilmiah yang bersifat teknis di
bidang materiil yang meliputi fungsi pemeriksaan, percobaan dan
395

perbandingan guna menilai dan menentukan kualifikasi materiil sesuai


dengan persyaratan standar operasional yang telah ditetapkan.
4) Pengawasan.
a) Aslog Kasad A.n. Kasad. Melaksanakan pengawasan secara
umum atas pelaksanaan pembinaan Peralatan Angkatan Darat.
b) Ka Balakpus Pembina fungsi. Melaksanakan pengawasan teknis
atas pelaksanaan pembinaan Peralatan tingkat pusat.
c) Pangkotama. Melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan
pembinaan Peralatan materiil di wilayah areal servicenya.
d) Kabalak Kotama pembina fungsi. Melaksanakan pengawasan
secara teknis terhadap pelaksanaan Pembinaan Peralatan yang
dibinanya.
e) Dansat. Melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan
pembinaan Peralatan materiil di Satuan.

d. Prosedur. Pembinaan Peralatan dilaksanakan melalui prosedur sebagai


berikut :
1) Tingkat Pusat.
a) Mabesad. Merumuskan dan menetapkan kebijakan terhadap
pelaksanaan pembinaan Peralatan bagi seluruh komoditi logistik.
b) Balakpus.
(1) Melaksanakan kegiatan pemeliharaan materiil tingkat
berat (tingkat IV).
(2) Melaksanakan perbaikan materiil Angkatan Darat yang
tidak dapat dilaksanakan oleh instalasi pemeliharaan
daerah/Satuan.
(3) Membuat komponen/suku cadang secara terbatas sesuai
kemampuannya.
(4) Memberikan bimbingan teknis/asistensi teknis
kepada Satuan yang ditunjuk.
c) Tingkat Daerah.
(1) Kotama.
396

(a) Menyelenggarakan pemeliharaan materiil


Angkatan Darat yang berada pada areal servicenya.
(b) Menyelenggarakan pemeliharaan materiil Tingkat
I s.d Tingkat III serta tingkat IV secara terbatas melalui
asistensi teknis Tingkat Pusat.
(c) (Melaksanakan perbaikan materiil Angkatan Darat
yang tidak dapat dilaksanakan oleh Instalasi
Pemeliharaan Tingkat II (yang tidak mampu diperbaiki oleh
Instalasi Har Satuan).
- Memberikan bimbingan teknis/asistensi teknis
pemeliharaan kepada Satuan dalam wilayahnya.
(2) Balak Kotama.
(a) Menyelenggarakan pemeliharaan materiil kepada
Satuan-satuan yang berada dalam areal servicenya
dengan melaksanakan pemeliharaan tingkat I
sampai dengan tingkat II dan tingkat III secara terbatas
melalui asistensi teknis tingkat daerah.
(b) Memberikan bimbingan teknis/asistensi
teknis pemeliharaan kepada Satuan-satuan yang berada
pada areal servicenya.
(3) Satuan.
(a) Menyelenggarakan pemeliharaan dan pencegahan
(Harcegah) secara terbatas.
(b) Melaksanakan pemeliharaan materiil di lingkungan
Satuannya.
c) Kegiatan pemeliharaannya bersandar kepada
Instalasi Pemeliharaan Lapangan/Daerah.

49. Penggunaan Peralatan.

a. Umum. Pelaksanaan penggunaan peralatan difokuskan pada pencapaian


keberhasilan tugas pokok TNI AD yang disesuaikan dengan bentuk dan macam serta
397

kondisi daerah operasi baik dalam rangka Operasi Militer untuk Perang (OMP)
maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

b. Penggunaan Pada Operasi Militer Untuk Perang (OMP). Penggunaan


bantuan peralatan dalam pola Operasi Militer untuk Perang (OMP) adalah sebagai
satuan bantuan administrasi (Satbanmin) yang mengemban tugas melaksanakan
dukungan fungsi perbekalan dan pemeliharaan materiil peralatan kepada
Satpur/Satbanpur dan satuan lainnya baik dalam bentuk operasi gabungan, operasi
darat maupun operasi bantuan.

1) Pada Operasi Gabungan.

a) Operasi lintas udara. Merupakan suatu operasi gabungan yang


dilancarkan oleh satuan pelaksana udara dan satuan tugas lintas udara
beserta bantuan logistik dan peralatannya ke daerah sasaran, dengan
cara diterjunkan dan atau didaratkan serta ekstraksi dalam rangka
melaksanakan tugas taktis dan atau strategis.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi lintas udara.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi lintas udara.
(2) Penggunaan.
(a) Pelibatan satuan peralatan pada babak
perencanaan dan persiapan melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang akan
398

digunakan oleh satuan Angkatan Darat selama


pelaksanaan operasi lintas udara.
(b) Pelibatan satuan peralatan pada babak pemindahan
udara, membantu kelancaran pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi satuan lintas udara Angkatan
Darat.
(c) Pelibatan satuan peralatan pada babak serbuan
untuk menjamin pembekalan dan pemeliharan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi satuan lintas udara Angkatan
Darat selama pelaksanaan serbuan.
(d) Pelibatan satuan peralatan pada babak pertahanan
tumpuan udara untuk menjamin pembekalan dan
pemeliharan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
satuan Angkatan Darat yang terlibat pada operasi lintas
udara.
(e) Pengerahan personel maupun materiil peralatan
dibatasi oleh kapasitas daya angkut yang digunakan pada
operasi lintas udara.
b) Operasi pertahanan udara. Operasi pertahanan udara adalah
operasi gabungan TNI yang bersifat khusus dalam rangka
menggagalkan serangan musuh dan mewujudkan keunggulan udara
serta pencegahan dan penanggulangan akibat serangan udara lawan.
Opshanud diselenggarakan oleh Kohanudnas dengan satuan udara TNI
AU sebagai kekuatan inti dan satuan darat serta satuan laut sebagai
usur perkuatan dalam keadaan tertentu operasi ini dapat/perlu
melibatkan unsur Polri dan instansi sipil yang memiliki kemampuan
Hanud Pasif.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
399

satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan


operasi pertahanan udara.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi pertahanan udara.
(2) Penggunaan.
(a) Operasi pertahanan udara aktif.
i. Pelibatan satuan peralatan pada tahap
deteksi, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta
munisi bagi satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi pertahanan udara aktif.
ii. Pelibatan satuan peralatan pada tahap
identifikasi, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta
munisi bagi satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi pertahanan udara aktif.
iii. Pelibatan satuan peralatan pada tahap
penindakan, menjamin pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi satuan Angkatan
Darat yang terlibat pada operasi pertahanan udara
aktif.
(b) Operasi pertahanan udara pasif.
i. Pelibatan satuan peralatan pada tahap
pemberian bahaya udara, melaksanakan
pembekalan dan pemeliharaan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi bagi satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam pelaksanaan operasi pertahanan
udara pasif.
400

ii. Pelibatan satuan peralatan pada tahap


penanggulangan akibat serangan udara, menjamin
pembekalan dan pemeliharaan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi bagi satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam pelaksanaan operasi pertahanan
udara pasif.
iii. Pengerahan satuan peralatan pada operasi
pertahanan udara dibatasi pada dukungan asistensi
teknik dan pemeriksaan teknis serta dukungan
munisi/rudal Arhanud dan pemeliharaan rudal
sampai dengan tingkat III terbatas.
c) Operasi pertahanan pantai. Operasi pertahanan pantai adalah
operasi gabungan yang diselenggarakan oleh satuan laut, udara, dan
darat dalam rangka mempertahankan daerah pantai tertentu dari
serangan amphibi musuh.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi pertahanan pantai.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi pertahanan pantai.
(2) Penggunaan.
(a) Pelibatan satuan peralatan pada tahap perencanaan
dan persiapan melalui perencanaan dan penyiapan
pembekalan dan pemeliharaan yang akan digunakan oleh
satuan Angkatan Darat selama pelaksanaan operasi
pertahanan pantai.
401

(b) Pelibatan satuan peralatan pada tahap pelaksanaan


untuk menjamin pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi satuan Angkatan
Darat yang terlibat operasi pertahanan pantai.
(b) Penggunaan satuan peralatan dalam operasi
pertahanan pantai dibatasi pada pembekalan materiil
peralatan, asistensi teknik dan pemeriksaan teknis serta
pemeliharaan materiil sampai tingkat II.
d) Operasi darat gabungan. Operasi darat gabungan adalah
operasi gabungan yang dilaksanakan oleh satuan darat, satuan laut dan
satuan udara dalam rangka merebut dan menguasai kembali wilayah
yang telah dikuasai musuh atau pertahanan wilayah dari serangan
musuh.
(1) Serangan.
(a) Sasaran
i. Terselenggaranya sistem pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya bagi satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam pelaksanaan operasi serangan.
ii. Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya bagi satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam pelaksanaan operasi serangan.
(b) Penggunaan.
i. Pengerahan satuan peralatan pada saat
pasukan berada di daerah persiapan melaksanakan
pembekalan satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam operasi serangan.
ii. Pengerahan satuan peralatan mulai pasukan
penyerang bergerak dari daerah persiapan sampai
402

dengan serbuan, melaksanakan pembekalan dan


pemeliharaan materiil peralatan sesuai dengan titik
berat dan dinamika operasi satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam operasi serangan.
(2) Pertahanan.
(a) Sasaran.
i. Terselenggaranya sistem pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya pasukan pengaman sebelum
kontak dengan musuh sampai dengan pelaksanaan
serangan balas.
ii. Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh yang
mendekat/menerobos daerah pertahanan.
(b) Penggunaan.
i. Penggunaan satuan peralatan saat musuh
berada di depan dan daerah pengamanan,
memberikan pembekalan senjata dan optik serta
munisi untuk satuan pengaman dan bantem satuan
Angkatan Darat dalam menahan gerak maju musuh.
ii. Penggunaan satuan peralatan saat musuh
menerobos inti pertahanan dan serangan balas,
memberikan pembekalan dan pemeliharaan senjata
dan optik serta munisi untuk satuan Angkatan Darat
dalam menghentikan dan menghancurkan
penerobosan musuh.
(3) Pemindahan ke belakang.
(a) Sasaran.
403

i. Terselenggaranya sistem pembekalan


kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya bagi satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
pemindahan ke belakang.
ii. Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya bagi satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
pemindahan ke belakang.
(b) Penggunaan.
i. Lepas libat.
i) Pelibatan satuan peralatan dalam
lepas libat tanpa tekanan, melaksanakan
pembekalan dan pemeliharaan senjata dan
optik serta munisi untuk satuan Angkatan
Darat yang terlibat pelaksanaan lepas libat.
ii) Pelibatan satuan peralatan dalam
lepas libat dengan tekanan, melaksanakan
pembekalan dan pemeliharaan senjata dan
optik serta munisi untuk satuan Angkatan
Darat yang terlibat pemutusan tempur selama
pelaksanaan lepas libat.
ii. Aksi hambat.
i) Penggunaan satuan peralatan saat
musuh berada di depan dan daerah
pengamanan, melaksanakan pembekalan
dan pemeliharaan senjata dan optik serta
munisi untuk satuan pengaman dan Bantem
404

Angkatan Darat dalam menahan gerak maju


musuh.
ii) Penggunaan satuan peralatan saat
musuh menembus garis hambat pertama
sampai dengan garis hambat akhir,
melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan senjata dan optik serta munisi
satuan Angkatan Darat dalam menghentikan
dan menghancurkan gerak maju musuh.
iii. Meningkatkan musuh.
i) Pelibatan satuan peralatan saat
pasukan masih dekat dengan kedudukan
musuh, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan senjata dan optik serta munisi
untuk melemahkan daya tempur musuh yang
menghambat pemunduran satuan Angkatan
Darat.
ii) Pelibatan satuan peralatan saat
pasukan sudah menjauh dari kedudukan
musuh, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan senjata dan optik serta munisi
untuk kelancaran pemunduran satuan
Angkatan Darat.
(4) Penggabungan.
(a) Sasaran.
i. Terselenggaranya sistem pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya bagi satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam pelaksanaan operasi selama
penggabungan.
405

ii. Terselenggaranya sistem pemeliharaan


kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
efektif dalam meningkatkan daya tempur pasukan
sendiri dan memperlemah daya tempur musuh
khususnya bagi satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi.
(b) Penggunaan.
i. Penggunaan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan, melaksanakan
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta
munisi untuk kelancaran operasi penggabungan
yang dilaksanakan.
ii. Pelibatan satuan peralatan dalam operasi
penggabungan, terbatas pada pembekalan
kendaraan senjata dan 405ptic serta munisi,
asistensi teknik dan pemeriksaan teknis serta
pemeliharaan materiil sampai tingkat II.
(5) Pergantian.
(a) Sasaran.
i. Terselenggaranya sistem pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya bagi satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam pelaksanaan operasi selama
pergantian.
ii. Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
efektif dalam meningkatkan daya tempur pasukan
sendiri dan memperlemah daya tempur musuh
khususnya bagi satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi.
(b) Penggunaan.
406

i. Pengerahan satuan peralatan pada tahap


perencanaan dan persiapan, melaksanakan
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta
munisi untuk kelancaran operasi selama proses
pergantian.
ii. Pelibatan satuan peralatan selama proses
pergantian, melaksanakan dukungan pembekalan
dan pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik
serta munisi sesuai dengan rencana pergantian dan
kebutuhan taktik di lapangan untuk keberhasilan
pelaksanaan pergantian.

e) Operasi pendaratan administrasi. Operasi pendaratan


administrasi adalah merupakan operasi pemindahan kekuatan satuan
darat beserta peralatannya dari titik embargasi melalui laut didaratkan
ditumpuan pantai yang telah dikuasai.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi selama operasi pendaratan administrasi.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
pendaratan administrasi.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan, melaksanakan pembekalan
407

kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk kelancaran


operasi pendaratan administrasi.
(b) Pelibatan satuan peralatan selama proses
pergantian, melaksanakan dukungan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
sesuai dengan rencana kebutuhan taktik di lapangan untuk
keberhasilan pelaksanaan operasi pendaratan administrasi.

2) Pada Operasi Darat.


a) Operasi tempur. Operasi tempur merupakan suatu kegiatan,
tindakan, dan usaha secara berencana dengan menitikberatkan
penggunaan sistem senjata teknologi untuk menghancurkan musuh.
b) Operasi serangan. Merupakan bagian dari operasi tempur yang
memadukan antara manuver dan tembakan dalam rangka menyerang
musuh guna memperoleh suatu keputusan.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung daya gerak dan daya tembak khususnya bagi
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan
operasi selama operasi serangan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
serangan.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada saat pasukan
berada di daerah persiapan melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk seluruh
408

satuan yang terlibat dalam operasi serangan, dengan


prioritas untuk pasukan penyerang.
(b) Pengerahan satuan peralatan mulai pasukan
penyerang bergerak dari daerah persiapan sampai dengan
serbuan, melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi sesuai dengan
titik berat dan dinamika operasi dalam rangka mendukung
keberhasilan serangan.

c) Operasi pertahanan. Operasi pertahanan merupakan


bagian dari operasi tempur yang memadukan antara medan dan
tembakan untuk menghambat, menahan dan menghancurkan gerakan
dan serangan musuh.
(1) Operasi pertahanan daerah. Merupakan suatu
pertahanan yang menitikberatkan kepada usaha pertahanan
medan tertentu dengan menempatkan sebagian besar unsur-
unsur tempurnya secara melebar di daerah pertahanan depan
untuk menghentikan/menggagalkan, melumpuhkan serangan
musuh.
(a) Sasaran.
i. Terselenggaranya sistem pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya bagi satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam pelaksanaan operasi pertahanan
daerah mulai pasukan pengaman belum kontak
dengan musuh sampai dengan pelaksanaan
serangan balas.
ii. Terselenggaranya sistem pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta
munisi yang efektif dalam meningkatkan daya
tempur pasukan sendiri dan memperlemah daya
409

tempur musuh yang mendekat/menerobos daerah


pertahanan.
(b) Penggunaan.
i. Pengerahan satuan peralatan pada saat
pasukan pengaman sebelum kontak dengan musuh,
melaksanakan pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk seluruh satuan yang terlibat
dalam operasi pertahanan.
ii. Pengerahan satuan peralatan mulai pasukan
pengaman kontak dengan musuh sampai dengan
serangan balas, melaksanakan dukungan
pembekalan dan pemeliharaan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi dengan prioritas dukungan
bagi pasukan di inti pertahanan dalam rangka
menggagalkan serangan musuh.
(2) Operasi pertahanan mobil. Merupakan suatu pertahanan
yang menitikberatkan kepada suatu pertahanan di daerah
dengan mengutamakan mobilitas dan menghancurkan musuh di
daerah yang telah disiapkan.
(a) Sasaran.
i. Terselenggaranya sistem pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung daya gerak dan daya
tembak khususnya bagi satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam pelaksanaan operasi pertahanan mobil
mulai pasukan pengaman belum kontak dengan
musuh sampai dengan pelaksanaan serangan balas.
ii. Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
efektif dalam meningkatkan daya tempur pasukan
sendiri dan memperlemah daya tempur musuh yang
mendekat/menerobos daerah pertahanan.
410

(b) Penggunaan.
i. Pengerahan satuan peralatan pada saat
pasukan pengaman sebelum kontak dengan musuh,
melaksanakan pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk seluruh satuan yang terlibat
dalam operasi pertahanan mobil.
ii. Pengerahan satuan peralatan mulai pasukan
pengaman kontak dengan musuh sampai dengan
serangan balas, melaksanakan dukungan
pembekalan dan pemeliharaan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi, dengan prioritas dukungan
bagi pasukan cadangan yang menuntut mobilitas
dalam rangka menggagalkan serangan musuh.
d) Operasi pergantian. Operasi pergantian merupakan bagian dari
operasi tempur yang dilaksanakan melalui suatu operasi pergantian
tugas dan tanggung jawab suatu pasukan di daerah pertempuran.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi pergantian.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
memelihara dan meningkatkan daya tempur pasukan
sendiri dan memperlemah daya tempur musuh selama
operasi pergantian.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi bagi kelancaran
operasi pergantian.
411

(b) Pelibatan satuan peralatan selama proses


pergantian, melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi sesuai dengan
rencana pergantian dan kebutuhan taktik di lapangan bagi
keberhasilan pelaksanaan pergantian.

e) Operasi dalam kondisi khusus. Operasi dalam kondisi khusus


merupakan bagian dari operasi tempur yang dihadapkan pada kondisi
yang memerlukan penggunaan satuan dan peralatan secara khusus.
kondisi khusus ini berupa keadaan medan yang dihadapi karena alam,
benda buatan manusia atau lingkungan cuaca sehingga sifat daerah
operasi mempunyai karakter tersendiri. (Jenisnya operasi di daerah
perkubuan, operasi di daerah bangunan, operasi di daerah pegunungan,
operasidi daerah hutan rimba, operasi di daerah rawa dan operasi di
daerah sungai).
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat pada
operasi dalam kondisi khusus sesuai tingkat kesulitan
medan dan manuver pasukan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.

(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tingkat
menghancurkan pasukan keamanan dan pengawasan
musuh adalah menjamin pelaksanaan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi bagi pasukan
penyerang dan unsur bantuan.
412

(b) Pengerahan satuan peralatan pada tingkat


Penerobosan sampai dengan bombardermen adalah
menjaga kelancaran pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk seluruh
pasukan bagi keberhasilan operasi secara keseluruhan.
f) Operasi dengan pengaruh Nubika. Operasi dengan pengaruh
Nubika merupakan bagian dari operasi tempur yang dilaksanakan untuk
menghindari pengaruh akibat ledakan atau penyebaran senjata-senjata
nuklir, biologi dan kimia.

(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi dengan pengaruh Nubika.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
memelihara dan meningkatkan daya tempur pasukan sendiri
dan memperlemah daya tempur musuh selama operasi
dengan pengaruh Nubika.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk seluruh
satuan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
pengakhiran, melaksanakan pemeriksaan materiil
kendaraan, senjata dan optik serta munisi kepada satuan
yang terlibat dalam operasi pengaruh Nubika.
g) Operasi Pernika. Operasi Pernika merupakan bagian operasi
tempur untuk mengadu kekuatan dan keahlian dengan pancaran
gelombang elektromagnetik oleh pihak-pihak yang bermusuhan untuk
mencapai keunggulan di medan perang dengan cara elektronis dan atau
413

fisik secara aktif atau pasif guna mengurangi dan atau meniadakan
efektivitas serta kekuatan/kemampuan elektronika pihak lain.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi Pernika.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
memelihara dan meningkatkan daya tempur pasukan
sendiri dan memperlemah daya tempur musuh selama
operasi Pernika.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk seluruh
satuan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
pengakhiran, melaksanakan pemeriksaan materiil
kendaraan, senjata dan optik serta munisi kepada satuan
yang terlibat dalam operasi Pernika.
h) Operasi mobil udara. Operasi mobil udara adalah merupakan
bagian dari operasi tempur yang dilaksanakan untuk
menghancurkan kekuatan musuh di darat dengan menggunakan
sarana pesawat helikopter.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi mobil udara mulai fase persiapan
(pengintaian udara) sampai dengan fase serbuan.
414

(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,


senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh sebagai sasaran
operasi Mobud.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada saat fase
persiapan, mendukung sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi untuk seluruh satuan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada saat fase
pemuatan, pemindahan udara dan serbuan mendukung
pembekalan dan pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi kepada satuan yang terlibat dalam
operasi mobil udara.
i) Operasi gerilya. Operasi gerilya merupakan bagian dari operasi
tempur, dilaksanakan oleh satuan-satuan kecil dengan peralatan yang
terbatas untuk menghadapi kekuatan musuh yang lebih kuat.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi gerilya.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik dan munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
serangan/penyergapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi gerilya.
415

(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap


penghadangan, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
untuk mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi gerilya.
j) Operasi lawan insurjensi. Operasi lawan insurjensi adalah
operasi yang bertujuan untuk menumpas pemberontakan bersenjata
dan separatis bersenjata di dalam negeri dalam rangka mengembalikan
kewibawaan pemerintah di daerah.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi lawan insurjensi.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur lawan.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada saat
membangun basis operasi, mendukung pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada saat pemisahan
sampai dengan penghancuran, menjamin pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
pasukan serta menghilangkan daya tempur kelompok
insurjen.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada operasi lawan
insurjen terbatas pada dukungan materiil peralatan dan
pemeliharaan materiil sampai tingkat II.
416

k) Operasi khusus. Operasi khusus adalah bagian dari operasi


tempur yang dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tugas khusus.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi khusus.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
serangan/penyergapan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi khusus.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
penghadangan, melaksanakan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
untuk mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam pelaksanaan operasi khusus.

l) Operasi intelijen.
(1) Penyelidikan. Penyelidikan adalah semua usaha ,
pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan secara terarah dan
terencana yang meliputi perencanaan, pengumpulan,
pengolahan bahan-bahan keterangan sebagai dasar pembuatan
perencanaan, pengambilan keputusan dan tindakan dalam
rangka pelaksanaan tugas pokok satuan yang bersangkutan.
417

(2) Pengamanan. Pengamanan adalah semua usaha,


pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan secara terarah dan
terencana untuk mencegah dan menanggulangi kegiatan intelijen
lawan serta mencegah kerugian akibat bencana atau akibat
kerawanan pihak sendiri.
(3) Penggalangan. Penggalangan adalah segala usaha
pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan secara terencana dan
terarah untuk suatu tujuan strategis, dengan cara yang tertutup
guna menciptakan atau merubah suatu kondisi yang dikehendaki.
Pada operasi penggalangan satuan topografi tidak terlibat karena
tidak memiliki kemampuan dalam penggalangan.
(a) Sasaran.
i. Terselenggaranya sistem pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
handal untuk mendukung satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam pelaksanaan operasi intelijen.
ii. Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang
efektif untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan
operasi intelijen.
(b) Penggunaan.
i. Pengerahan satuan peralatan dalam kegiatan
observasi/pengamatan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi.
ii. Pengerahan satuan peralatan dalam kegiatan
penelitian dan penyelidikan melaksanakan
pembekalan dan pemeliharaan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi.
m) Operasi teritorial. Operasi teritorial merupakan operasi yang
dilaksanakan oleh satuan militer dengan sasaran, waktu, tempat, dan
dukungan logistik yang telah ditetapkan sebelumnya melalui
perencanaan terinci untuk mencapai suatu tugas secara khusus yang
418

ditetapkan atas dasar perintah dari komando atas yang berwenang


dalam rangka menegakkan dan memelihara kewibawaan pemerintahan.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi teritorial.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang efektif
untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan operasi
teritorial.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
teritorial.
(b) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
teritorial.

3) Pada Operasi Bantuan.


a) Operasi bantuan intelijen. Operasi bantuan intelijen merupakan
operasi yang dilaksanakan oleh satuan intelijen TNI AD dalam bentuk
pemberian intelijen strategis dan taktis kepada satuan lainnya yang
membutuhkan.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
419

mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam


pelaksanaan operasi bantuan intelijen.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.
(2) Penggunaan.
(a) Penggunaan satuan peralatan dalam operasi
bantuan intelijen strategis untuk mendapatkan informasi
tentang sembilan komponen strategis meliputi geografi,
sejarah, politik, ekonomi, sosial, Ilpengtek, transportasi dan
telekomunikasi, biografi serta militer.
(b) Penggunaan satuan peralatan dalam operasi
bantuan intelijen taktis dilaksanakan untuk mendapatkan
informasi tentang cuaca, medan dan musuh guna
memperoleh indikasi mengenai kemampuan, kerawanan,
kemungkinan cara bertindak dan niat lawan yang bernilai
taktis.
(c) Penggunaan satuan peralatan dalam operasi
bantuan intelijen teknis untuk memperoleh informasi
tentang perkembangan teknologi yang dimiliki musuh serta
melakukan kontra intelijen teknis.
b) Operasi bantuan perlindungan. Operasi bantuan perlindungan
adalah operasi yang dilaksanakan oleh satuan TNI AD dalam rangka
mengamankan tujuan dan sasaran operasi dan atau meningkatkan
keberhasilan tugas pokok.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi bantuan perlindungan.
420

(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,


senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
penyusupan dan perembesan, melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik khusus bagi agen
penggalangan dan melaksanakan monitoring dan observasi
terhadap obyek penggalangan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pencerai-
beraian melaksanakan pengelabuan terhadap obyek
penggalangan.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
pengingkaran sampai dengan penggabungan,
melaksanakan propaganda terhadap obyek penggalangan.
c) Operasi bantuan Raid. Operasi bantuan Raid adalah operasi
yang dilakukan oleh satuan TNI AD untuk melaksanakan penghancuran,
pembebasan tawanan, pelolosan (personel/materiil) dan penculikan
terhadap sasaran strategis terpilih diluar kemampuan satuan yang
dibantu sesuai dengan permintaan dari satuan yang melaksanakan
operasi.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi bantuan Raid.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.
421

(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan dalam operasi
bantuan raider bersifat kenyal sesuai kebutuhan di
lapangan.
(b) Penggunaan satuan peralatan diarahkan untuk
mendukung pendadakan sebagai ciri dari operasi raider.
d) Operasi bantuan tembakan. Operasi bantuan tembakan adalah
operasi yang dilakukan oleh satuanTNI AD berupa bantuan tembakan
kepada satuan lain yang melakukan operasi sesuai dengan
permintaan.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi bantuan tembakan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
penyusupan dan perembesan melaksanakan pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi bagi agen
penggalangan dan melaksanakan monitoring dan observasi
terhadap obyek penggalangan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pencerai-
beraian melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
pengingkaran sampai dengan penggabungan
melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi.
422

e) Operasi bantuan SAR tempur. Operasi bantuan SAR tempur


merupakan operasi bantuan yang dilakukan dalam rangka
penyelamatan dan evakuasi kepada satuan yang melaksanakan
operasi.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi bantuan SAR tempur.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
penyusupan dan perembesan, melaksanakan pembekalan
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi bagi
agen penggalangan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap pencerai-
beraian, melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
pengingkaran sampai dengan penggabungan,
melaksanakan pembekalan dan pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi.
f) Operasi bantuan teritorial. Operasi bantuan teritorial
merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh Kowil dalam rangka
mendukung satuan yang beroperasi di satu wilayah berupa keterangan
atau data, tenaga/kegiatan, meteriil jasa guna memperkuat dan
meningkatkan kemampuan Komponen utama.
(1) Sasaran.
423

(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,


senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi bantuan teritorial.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi bantuan teritorial.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
teritorial.
(b) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
teritorial.
g) Operasi bantuan Pernika. Operasi bantuan Pernika adalah
operasi bantuan yang dilakukan dalam rangka melumpuhkan daya
tempur lawan dan memperbesar daya tempur sendiri dalam bidang
elektronika.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi bantuan Pernika.

(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,


senjata dan optik serta munisi yang efektif untuk
424

mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam


pelaksanaan operasi bantuan Pernika.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
bantuan Pernika.
(b) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
bantuan Pernika.
h) Operasi bantuan angkutan. Operasi bantuan angkutan
merupakan operasi bantuan yang dilaksanakan oleh satuan TNI AD
dalam rangka memberikan bantuan angkutan kepada satuan yang
sedang melakukan operasi untuk melaksanakan gerakan pemindahan
personel, materiil/alat peralatan, dan perbekalan militer, serta
memberikan bantuan angkutan kepada pemerintah maupun Polri atas
permintaan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi bantuan Angkutan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi bantuan angkutan.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan adalah melaksanakan
425

pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi


yang akan digunakan oleh unsur Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi bantuan angkutan.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
pelaksanaan adalah menjamin pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi Bantuan Angkutan, mulai dari tempat
embarkasi sampai dengan tempat debarkasi.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada operasi bantuan
angkutan terbatas pada dukungan materiil peralatan dan
pemeliharaan materiil sampai dengan tingkat II.
i) Operasi bantuan keamanan. Operasi bantuan keamanan
merupakan operasi bantuan yang dilaksanakan oleh satuan TNI AD
guna memberikan bantuan keamanan kepada satuan/pemerintah
maupun Polri atas permintaan sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi bantuan keamanan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur musuh.

(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
bantuan keamanan.
426

(b) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk


menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
bantuan keamanan.

c. Penggunaan Pada Operasi Militer Selain Perang.


1) Operasi Militer Selain Perang yang Bersifat Tempur.
a) Operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata. Operasi
mengatasi gerakan separatis bersenjata adalah segala usaha kegiatan
menghadapi gerakan bersenjata melawan pemerintah, yang bertujuan
memisahkan diri dari kesatuan Republik Indonesia dan berakibat
mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah serta keselamatan
bangsa.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi mengatasi gerakan separatis
bersenjata.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur separatis bersenjata.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
mengatasi gerakan separatis bersenjata.
(b) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
427

optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan


Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
mengatasi gerakan separatis bersenjata.
b) Operasi mengatasi pemberontakan bersenjata. Operasi
mengatasi pemberontakan bersenjata adalah segala usaha dan kegiatan
untuk menghadapi gerakan bersenjata melawan pemerintah yang sah,
dan berakibat mengancam kedaulatan negara atau keutuhan wilayah
atau keselamatan bangsa.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi mengatasi pemberontakan bersenjata.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur pemberontak bersenjata.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
mengatasi pemberontakan bersenjata.
(b) Pengerahan satuan peralatan dioptimalkan untuk
menjamin kelancaran pemeliharaan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi untuk mendukung keberhasilan satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam pelaksanaan operasi
mengatasi pemberontakan bersenjata.
c) Operasi mengatasi aksi terorisme. Operasi mengatasi aksi
terorisme adalah segala usaha dan kegiatan untuk menghadapi semua
tindakan kejahatan dengan cara kekerasan secara sistematis, yang
tidak mengindahkan norma-norma kemanusiaan, bermotifkan kejahatan
428

luar biasa yang memiliki jaringan internasional, dan yang dapat


mengancam kedaulatan negara dan keselamatan bangsa.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang handal untuk
mendukung satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi mengatasi aksi terorisme.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur teroris.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
penangkalan, mendukung pendataan aspek geografi,
demografi dan kondisi sosial yang terkait dengan aksi
terorisme serta melaksanakan pembinaan terhadap seluruh
potensi disetiap lapisan masyarakat yang dapat
dimanfaatkan kelompok teroris.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
penindakan, mendukung pembekalan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi untuk Sat Gultor TNI dan pasukan
dalam proses evakuasi sandera.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
rehabilitasi, mendukung pemeliharaan kendaraan, senjata
dan optik serta munisi satuan Angkatan Darat yang terlibat
dalam proses rehabilitasi.
d) Operasi mengamankan wilayah perbatasan. Operasi
mengamankan wilayah perbatasan adalah segala usaha dan kegiatan
untuk menjamin tegaknya kedaulatan wilayah negara diperbatasan
darat, laut dan udara dengan negara lain, dari segala bentuk ancaman
dan pelanggaran, termasuk kegiatan-kegiatan survei dan pemetaan.
(1) Sasaran.
429

(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,


senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan
wilayah perbatasan darat.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur pihak-pihak yang mengganggu
stabilitas keamanan di daerah wilayah perbatasan darat.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan, mendukung pembekalan
kendaraan, senjata dan optik serta munisi yang akan
digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam
operasi mengamankan wilayah perbatasan darat.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada tahap
pelaksanaan, memberikan dukungan pembekalan dan
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
guna kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam operasi pengamanan wilayah
perbatasan darat.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada operasi
pengamanan wilayah perbatasan darat terbatas pada
dukungan materiil peralatan dan pemeliharaan sampai
dengan tingkat II.
e) Operasi mengamankan objek vital nasional yang bersifat
strategis. operasi mengamankan objek vital nasional yang bersifat
strategis adalah segala usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin
keamanan objek vital nasional yang bersifat strategis dari berbagai
bentuk ancaman.
(1) Sasaran.
430

Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan


objek vital nasional yang bersifat strategis.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur pihak-pihak yang mengganggu
objek vital nasional yang bersifat strategis.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan pada pengamanan
preventif, mendukung pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi yang akan digunakan oleh satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan
objek vital nasional yang bersifat strategis.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada pengamanan
represif, mendukung pembekalan kendaraan, senjata dan
optik serta munisi guna kelancaran dan keberhasilan
satuan Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi
mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada operasi
mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategi
terbatas pada dukungan materiil peralatan dan
pemeliharaan sampai dengan tingkat II.
f) Operasi melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan
kebijakan politik luar negeri. Operasi melaksanakan tugas perdamaian
dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri adalah tugas-tugas
yang dilaksanakan TNI atas nama Indonesia untuk kepentingan
perdamaian regional atau internasional, di bawah bendera PBB atau
organisasi internasional lain.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
431

Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi melaksanakan


tugas perdamaian dunia.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur pihak-pihak yang mengganggu
perdamaian dunia.
(2) Penggunaan.
(a) Penggunaan satuan peralatan pada tahap
perencanaan dan persiapan adalah menyiapkan sarana
peralatan dan personel (operator, teknisi) baik pembekalan
keterampilan teknis peralatan maupun bahasa asing.
(b) Pengerahan satuan peralatan pada pelaksanaan
operasi perdamaian dunia, terbatas pada dukungan materiil
peralatan dan pemeliharaan materiil sampai dengan tingkat
II.

g) Operasi mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta


keluarganya. Operasi mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta
keluarganya adalah segala usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin
keselamatan very-very important person (VVIP) dari berbagai bentuk
ancaman.

(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan
Presiden dan Wapres RI beserta keluarganya.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur pihak-pihak yang menghambat
432

pelaksanaan operasi mengamankan Presiden dan Wapres


RI beserta keluarganya.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
yang akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi mengamankan Presiden dan Wapres
RI beserta keluarganya.
(b) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
guna kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam operasi mengamankan Presiden dan
Wapres RI beserta keluarganya.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada operasi
mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta
keluarganya terbatas pada dukungan materiil peralatan dan
pemeliharaan sampai dengan tingkat II.
h) Operasi mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan
perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia. Operasi
mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan
asing yang sedang berada di Indonesia adalah segala usaha dan
kegiatan dalam rangka menjamin keselamatan very-very important
person (VVIP) asing dari berbagai bentuk ancaman.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi mengamankan
tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan asing
yang sedang berada di Indonesia.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
433

memperlemah daya tempur pihak-pihak yang menghambat


pelaksanaan operasi mengamankan tamu negara setingkat
kepala negara dan perwakilan asing yang sedang berada di
Indonesia.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
yang akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi mengamankan tamu negara
setingkat kepala negara dan perwakilan asing yang sedang
berada di Indonesia.
(b) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
guna kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam operasi mengamankan tamu negara
setingkat kepala negara dan perwakilan asing yang sedang
berada di Indonesia.
(c) Pengerahan satuan peralatan pada operasi
mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan
perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia.
terbatas pada dukungan materiil peralatan dan
pemeliharaan sampai dengan tingkat II.

2) Operasi Militer Selain Perang Yang Bersifat Non Tempur.


a) Operasi memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya. Operasi memberdayakan wilayah pertahanan dan
kekuatan pendukungnya adalah segala usaha kegiatan pembinaan
wilayah dan potensi sumber daya pertahanan nasional sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
434

Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi


memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan
pendukungnya.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur pihak-pihak yang menghambat
pelaksanaan operasi memberdayakan wilayah pertahanan
dan kekuatan pendukungnya.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
yang akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi memberdayakan wilayah pertahanan
dan kekuatan pendukungnya.
(b) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
guna kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam operasi memberdayakan wilayah
pertahanan dan kekuatan pendukungnya.
b) Operasi membantu pemerintah di daerah. operasi membantu
pemerintah di daerah adalah segala usaha kegiatan mendukung dan
atau memperlancar program yang dilaksanakan oleh
pemerintah/otoritas sipil dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
keselamatan rakyat.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi membantu
pemerintah di daerah.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
435

meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan


memperlemah daya tempur pihak-pihak yang menghambat
pelaksanaan operasi membantu pemerintah di daerah.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
yang akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi membantu pemerintah di daerah.
(b) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
guna kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam operasi operasi membantu pemerintah
di daerah.
c) Operasi membantu kepolisian negara RI dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-
undang. Adalah segala usaha dan kegiatan mendukung dan atau
memperlancar program yang dilaksanakan oleh Polri dalam rangka
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-
undang.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi membantu
kepolisian negara RI dalam rangka tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur pihak-pihak yang menghambat
pelaksanaan operasi membantu kepolisian negara RI
dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat.
(2) Penggunaan.
436

(a) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung


pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
yang akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi membantu kepolisian negara RI
dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat.
(b) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
guna kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam operasi membantu kepolisian negara RI
dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat.
d) Operasi membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian dan pemberian bantuan kemanusian. Adalah segala
usaha dan kegiatan dalam rangka membantu menanggulangi bencana
yang diakibatkan oleh bencana alam dan bencana lainnya, seperti
gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, luapan
lumpur dan sebagainya.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi membantu
menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusiaan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur pihak-pihak yang menghambat
pelaksanaan operasi membantu menanggulangi akibat
bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan
kemanusiaan.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
437

yang akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang


terlibat dalam operasi membantu menanggulangi akibat
bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan
kemanusiaan.
(b) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
guna kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam operasi membantu menanggulangi
akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian
bantuan kemanusiaan.
e) Operasi membantu pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaaan (SAR). Adalah segala usaha dan kegiatan untuk
membantu menanggulangi bencana yang diakibatkan bencana alam
atau bencana lainnya, seperti kecelakaan transportasi dan sebagainya.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi membantu
pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR).
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur pihak-pihak yang menghambat
pelaksanaan operasi membantu pencarian dan pertolongan
dalam kecelakaan (SAR).
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
yang akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang
terlibat dalam operasi membantu pencarian dan
pertolongan dalam kecelakaan (SAR).
438

(b) Pengerahan satuan peralatan mendukung


pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
guna kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam operasi membantu pencarian dan
pertolongan dalam kecelakaan (SAR).

f) Operasi membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran


dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan
penyelundupan. Adalah segala usaha dan kegiatan untuk menjamin
terciptanya kondisi laut dan udara yang aman serta bebas dari ancaman
kekerasan, ancaman navigasi, ancaman terhadap sumber daya alam,
pencemaran dan perusakan ekosistem serta pelanggaran terhadap
hukum nasional maupun internasional di wilayah laut dan udara
yurisdiksi nasional.
(1) Sasaran.
(a) Terselenggaranya sistem pembekalan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi khususnya bagi satuan
Angkatan Darat yang terlibat dalam operasi membantu
pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan
penyelundupan.
(b) Terselenggaranya sistem pemeliharaan kendaraan,
senjata dan optik serta munisi yang efektif dalam
meningkatkan daya tempur pasukan sendiri dan
memperlemah daya tempur pihak-pihak yang menghambat
pelaksanaan operasi membantu pemerintah dalam
pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
(2) Penggunaan.
(a) Pengerahan satuan peralatan untuk mendukung
pembekalan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
yang akan digunakan oleh satuan Angkatan Darat yang
439

terlibat dalam operasi membantu pemerintah dalam


pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
(b) Pengerahan satuan peralatan mendukung
pemeliharaan kendaraan, senjata dan optik serta munisi
guna kelancaran dan keberhasilan satuan Angkatan Darat
yang terlibat dalam operasi membantu pemerintah dalam
pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

50. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Guna menjamin kelancaran pelaksanaan tugas peralatan perlu


diatur tataran kewenangan dalam pelaksanaan pembinaan dan penggunaan peralatan
AD diatur sesuai dengan hierarki yang berlaku di lingkungan TNI AD mulai dari tingkat
pusat, Kotama sampai dengan tingkat satuan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.

1) Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Peralatan.


Wewenang dan tanggung jawab pembinaan peralatan di tingkat pusat berada
pada Kepala Staf TNI AD, meliputi :
a) Menentukan kebijakan dan strategi pembinaan peralatan AD
sesuai dengan peran, tugas dan fungsi peralatan.
b) Menentukan kebijakan umum penyelenggaraan peralatan yang
disesuaikan dengan sistem pembinaan materiil dan Alutsista (Sisbinmat)
TNI AD, kebutuhan organisasi, kesiapan anggaran negara serta
kebijakan pemerintah dan kebijakan komando lainnya.
c) Menentukan kebijakan tentang pembinaan fungsi perbekalan dan
pemeliharaan materiil peralatan.
d) Menentukan kebijakan tentang pembinaan kemampuan, kekuatan
dan gelar satuan peralatan.
440

2) Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan Peralatan.


Wewenang dan tanggung jawab penggunaan peralatan di tingkat pusat berada
pada Panglima TNI.

3) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis dalam penyelenggaraan peralatan di tingkat pusat berada pada
Direktur Peralatan Angkatan Darat (Dirpalad), meliputi :
a) Menyusun rencana dan program penyelenggaraan teknis
kesiapan bagi satuan peralatan yang disesuaikan dengan peran, tugas
dan fungsi peralatan.
b) Menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan teknis
peralatan.
c) Mengadakan koordinasi dengan institusi dari pihak terkait di luar
TNI AD dalam hal penelitian dan pengembangan materiil peralatan atas
persetujuan pimpinan TNI AD.
d) Menyelenggarakan pembinaan peralatan melalui pembinaan
perbekalan dan pemeliharaan materiil peralatan.
e) Menyelenggarakan pembinaan peralatan melalui pembinaan
kekuatan, kemampuan dan gelar satuan peralatan.
f) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan peralatan serta
melaporkan kepada Kasad.

4) Wewenang dan Tanggung Jawab Lapangan Kekuasaan Teknis


(LKT). LKT atas penyelenggaraan fungsi peralatan di jajaran TNI AD
berada pada Dirpalad dalam hal penentuan dan pemberian petunjuk asistensi
teknis, intelijen teknis dan pengawasan teknis peralatan.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama.

1) Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Peralatan.


Wewenang dan tanggung jawab pembinaan peralatan di tingkat Kotama
berada pada Panglima Kotama, meliputi :
441

a) Menyusun dan merumuskan program penyelenggaraan latihan


satuan peralatan.
b) Menentukan kebijaksanaan umum penyelenggaraan peralatan di
wilayah Kotama binaannya yang disesuaikan dengan sistem pembinaan
materiil dan Alutsista (Sisbinmat) TNI AD, kebutuhan organisasi,
kesiapan anggaran negara serta kebijakan pemerintah dan kebijakan
komando lainnya.
c) Membina dan memelihara kesiapsiagaan operasional materiil
peralatan.
d) Mengendalikan, mengevaluasi, mengawasi dan melaporkan
kesiapan materiil Peralatan kepada Kasad tembusan Dirpalad.

2) Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan. Wewenang dan


tanggung jawab penggunaan peralatan di tingkat Kotama menjadi tanggung
jawab Panglima Kotama sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh
Panglima TNI.

3) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis penyelenggaraan peralatan di tingkat Kotama berada pada kepala
peralatan Kotama.
a) Menyusun rencana dan program penyelenggaan teknis kesiapan
materiil dan satuan peralatan yang disesuaikan dengan peran, tugas dan
fungsi peralatan.
b) Menyelenggarakan pembinaan peralatan melalui pembinaan
latihan, materiil peralatan dan pembinaan lainnya yang berkaitan dengan
teknis peralatan.
c) Melaksanakan supervisi teknis bidang peralatan terhadap satuan
di jajaran/wilayahnya dan mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan
pembinaan dan penggunaan peralatan di wilayahnya.
d) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan peralatan serta
melaporkan kepada Panglima Kotama tembusan Dirpalad selaku
pembina fungsi peralatan.
442

4) Wewenang dan Tanggung Jawab Lapangan Kekuasaan Teknis


(LKT). Secara hierarki Dirpalad mendelegasikan pelaksanaan LKT di daerah
kepada kepala peralatan Kotama.

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan.


1) Sebagai pelaksana fungsi peralatan di tingkat satuan.
2) Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pemeliharaan materiil di
satuan sesuai ketentuan yang berlaku khususnya di bidang prosedur dan
administrasi.
3) Mengadakan koordinasi dengan pembina materiil setempat (area
service) dalam pelaksanaan pemeliharaan materiil peralatan di satuannya.
4) Melaporkan secara hierarki tentang kondisi materiil peralatan di
satuannya kepada kepala peralatan setempat.

BAB X
PEMBEKALAN ANGKUTAN

51. Umum. Pembekalan Angkutan merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan
sebagai kekuatan yang menjalankan fungsi pembekalan, pelayanan jasa, dan pemeliharaan
bekal materiil bekang.

52. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Bekang.

a. Umum. Guna menjamin efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan Bekang


perlu ditetapkan ketentuan pokok yang meliputi peran, tugas, fungsi dan azas
penyelenggaraan Bekang dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

b. Peran. Bekang merupakan satuan Bantuan Administrasi yang berperan


sebagai pelaksana fungsi logistik untuk menyelenggarakan fungsi Bekang dalam
mendukung tugas TNI AD.

c. Tugas.

1) Tugas Pokok. Bekangad menyelenggarakan dan membina fungsi


Bekang dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

2) Tugas-tugas.
443

a) Menyelenggarakan pembinaan fungsi pembekalan, meliputi


segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan
pembinaan Bekmat Bekang yaitu Bekal I/Makanan, Bekal
II/Perlengkapan Perorangan Satuan dan Lapangan (Kaporsatlap), Bekal
III/Perminyakan, Bekal IV/Alat Kesatrian, Alat Tulis Kantor/Gambar
(Alsatri ATK-G), Alat Angkutan Kereta Api dan Kuda Muat Tarik
(Angkakumurik), Alat Angkutan Air (Alangair) dan Alat Perawatan dan
Pembekalan Udara (Alperbekud).

b) Menyelenggarakan pembinaan fungsi pelayanan jasa, meliputi


segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan
pelayanan jasa Bekang yaitu jasa intendans dan angkutan.

c) Menyelenggarakan pembinaan fungsi pemeliharaan, meliputi


segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan
pemeliharaan bekal/materiil Bekang.

d. Fungsi. Bekangad menyelenggarakan fungsi pembekalan, pelayanan jasa dan


pemeliharaan bekal/materiil Bekang.

e. Asas. Penyelenggaraan Bekang memiliki asas sebagai berikut :

1) Swasembada. Bantuan Bekang harus diusahakan dengan


memanfaatkan dan menambah kemampuan sumber daya ekonomi setempat
dengan meminimalkan ketergantungan daerah lain/luar negeri.

2) Kenyal. Kegiatan bantuan Bekang harus dapat menyelaraskan aktivitas


sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan situasi dan kondisi yang
dihadapi.

3) Daya guna. Bantuan Bekang dilaksanakan dengan memperhatikan


faktor ketepatan, kecepatan dan berlanjut oleh karena itu organisasi, tata cara
dan pelaksanaannya harus mempunyai daya guna yang tinggi dengan sasaran
kelangsungan pemberian bantuan secara terus menerus.

4) Terarah dan berlanjut. Bantuan Bekang diberikan langsung kepada


pemakai, baik pelaksanaan itu dikerjakan oleh personel Bekang sendiri,
maupun oleh pelaksana fungsi Bekang lainnya, sehingga terjamin
kelangsungan pemberian bantuan secara terus menerus.

5) Ketelitian dan penghematan. Setiap unsur/badan pelaksana Bekang


dalam melaksanakan tugas dan mengambil keputusan tidak terlepas dari garis
kebijakan yang telah ditetapkan oleh Komando Atas, dengan teliti dan hemat.

6) Integral. Keterpaduan antara subyek, obyek dan metode dalam


pelaksanaan pelayanan Bekang untuk mendapat hasil guna dan daya guna
yang optimal.
444

7) Teratur. Kegiatan Bekang dilaksanakan secara beraturan sesuai jadwal


waktu, obyek dan metode.

8) Terkendali. Kegiatan pelayanan Bekang dikendalikan sejak


perencanaan hingga pelaksanaan agar setiap penyimpangan yang terjadi dapat
segera diatasi dan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

53. Dasar Penyelenggaraan Bekang.

a. Umum. Dasar penyelenggaraan Bekangad sebagai bagian dari fungsi teknis


militer umum TNI AD dilaksanakan dengan tetap berpedoman pada tujuan, sasaran,
subyek, obyek, metode dan sarana prasarana serta kebijakan strategi dalam
penyelenggaraannya agar mampu secara optimal mendukung tugas pokok TNI AD.

b. Tujuan dan Sasaran.

1) Tujuan. Mewujudkan penyelenggaraan pembekalan, pelayanan jasa


dan pemeliharaan bekal/materiil Bekang secara berhasil dan berdaya guna
dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

2) Sasaran.

a) Terselenggaranya pembinaan pembekalan, pelayanan jasa dan


pemeliharaan bekal/materiil Bekang secara terencana, terarah dan
terus-menerus dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

b) Terselenggaranya dukungan dan pelayanan pembekalan,


pelayanan jasa dan pemeliharaan bekal/materiil Bekang dengan berhasil
dan berdaya guna dalam memberikan bantuan administrasi kepada
satuan-satuan TNI AD.

c. Subyek, Obyek, Metode dan Sarpras.

1) Subyek. Kasad, Pang/Dan/Gub/Dir/Ka Pus/Cab/Fung serta Dan/Ka


Satbekang.

2) Obyek. Personel dan Satuan Bekangad.

3) Metode.

a) Pembinaan kekuatan, kemampuan dan gelar satuan Bekang


melalui pendidikan dan pelatihan, latihan, penugasan, penelitian dan
pengembangan, pengendalian inventaris, observasi/pengamatan,
asistensi dan supervisi teknis.

b) Penggunaan satuan Bekang dalam memberikan dukungan


pembekalan, pelayanan jasa dan pemeliharaan dalam rangka operasi
445

militer untuk perang dan operasi militer selain perang melalui penugasan
operasi.

4) Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana Bekang merupakan


aspek yang mendukung keberhasilan dalam penyelenggaraan fungsi Bekang,
meliputi :

a) Peranti lunak, terdiri dari :

(1) Doktrin TNI AD “Kartika Eka Paksi”.

(2) Buku-buku petunjuk.

(3) Program kerja dan anggaran.

b) Peranti keras, terdiri dari :

(1) Sarana dan prasarana pembekalan.

(2) Sarana dan prasarana pelayanan jasa.

(3) Sarana dan prasarana pemeliharaan.

(4) Sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan,


pendidikan dan pelatihan, latihan.

d. Pedoman Penyelenggaraan Bekang. Dalam rangka mendukung tugas TNI


AD, penyelenggaraan Bekang dilaksanakan melalui pembinaan dan penggunaan
sebagai berikut :
1) Pembinaan Bekang.

a) Pembinaan fungsi Bekang dilaksanakan dalam satu siklus


pembinaan secara berkelanjutan meliputi semua aspek yang
berpengaruh terhadap pencapaian tugas Bekang.

b) Tujuan pembinaan fungsi Bekang adalah untuk mendukung


terselenggaranya tugas pokok dan tugas-tugas TNI AD melalui upaya
mewujudkan kekuatan, kemampuan dan gelar satuan Bekang sebagai
unsur bantuan administrasi.

c) Pembinaan dilaksanakan dengan menjalankan segala usaha,


pekerjaan dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian sampai
dengan penghapusan dalam rangka kesiapan Bekang untuk mendukung
pelaksanaan pembinaan TNI AD secara keseluruhan.
446

2) Penggunaan Bekang.

a) Penggunaan fungsi Bekang dilaksanakan guna pencapaian tugas


Bekang dalam berbagai kemungkinan pelibatan kekuatan TNI AD
sebagai bagian integral dari upaya pertahanan yang dilaksanakan oleh
TNI dalam rangka menjamin pencapaian cita-cita nasional bangsa
Indonesia dan mendukung komitmen bangsa Indonesia dalam ikut serta
memelihara perdamaian dunia.

b) Tujuan penggunaan fungsi Bekang adalah untuk mendukung


keberhasilan tugas pokok dan tugas-tugas TNI AD melalui upaya
digunakannya fungsi Bekang di setiap kemungkinan pelibatan kekuatan
TNI AD.

c) Penggunaan fungsi Bekang dilaksanakan dalam rangka


penggunaan kekuatan TNI AD pada penyelenggaraan pertahanan
Negara dalam operasi militer untuk perang dan selain perang.

54. Pembinaan Bekang.

a. Umum. Pembinaan Bekang diarahkan untuk mewujudkan satuan Bekang yang


profesional, efektif, efisien dan modern. Penyelenggaraannya berpedoman kepada
kebijakan pimpinan TNI AD meliputi pembinaan kekuatan, kemampuan dan gelar.

b. Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan meliputi pembinaan organisasi,


personel, materiil/Alut, peranti lunak dan pangkalan.

1) Pembinaan Organisasi. Pembinaan organisasi Bekang diarahkan untuk


mewujudkan bentuk organisasi yang memiliki kesiapsiagaan yang optimal
dengan mempedomani prosedur kerja, mekanisme kerja, lingkup kerja,
deskripsi kerja dan efektifitas penggunaan sumber daya secara sistematis
sehingga totalitas pelaksanaan tugas pokok dan tugas-tugas Bekang dapat
diselenggarakan.

a) Proses. Pembinaan organisasi Bekang dilaksanakan


melalui proses :

(1) Perencanaan. Merencanakan kebutuhan organisasi secara


terus menerus, sehingga terwujud suatu organisasi Bekang yang
siap mendukung tugas pokok TNI AD.

(2) Pengorganisasian. Menentukan susunan personel yang


diperlukan dalam pelaksanaan pembinaan organisasi Bekang
melalui pembentukan kelompok kerja validasi organisasi,
reorganisasi, pembekuan organisasi dan likuidasi.
447

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan dilaksanakan


berdasarkan rencana yang tertuang dalam program dengan
urutan kegiatan meliputi validasi organisasi, reorganisasi,
pembekuan organisasi dan likuidasi.

(4) Pengawasan. Pengawasan terhadap pembinaan


organisasi Bekang dilaksanakan sebagai berikut :

(a) Kasad melaksanakan pengawasan pembinaan


organisasi tingkat Pusat.

(b) Pangkotama melaksanakan pengawasan


pembinaan organisasi tingkat Kotama.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan organisasi


Bekang dilakukan oleh setiap pembina fungsi Bekang secara berjenjang
dan berlanjut sesuai dengan tingkat tataran kewenangan dan tanggung
jawabnya, melalui pembentukan organisasi dan perubahan organisasi.

2) Pembinaan Personel. Pembinaan personel berdasarkan pada pola


pembinaan personel TNI AD yang diarahkan untuk mewujudkan personel
Bekang yang profesional sehingga dapat melaksanakan tugas secara berhasil
dan berdaya guna.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan kebutuhan personel sesuai


dengan spesialisasi Bekang melalui tahap penerimaan,
pendidikan, penggunaan, perawatan dan pemisahan.

(2) Pengorganisasian. Menentukan personel sebagai panitia


karir/jabatan/pendidikan untuk kepentingan organisasi sesuai
dengan ketentuan pembinaan personel.

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan dilaksanakan


berdasarkan rencana yang tertuang dalam program dengan
urutan kegiatan penerimaan, pendidikan, penggunaan, perawatan
dan pemisahan sesuai ketentuan yang berlaku di TNI AD.

(4) Pengawasan. Pengawasan terhadap pembinaan personel


Bekang dilaksanakan sebagai berikut :

(a) Kasad dan Dirbekangad melaksanakan


pengawasan pembinaan personel tingkat pusat.

(b) Pangkotama melaksanakan pengawasan


pembinaan personel tingkat Kotama.
448

(c) Dansat melaksanakan pengawasan pembinaan


personel tingkat satuan.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan personel


Bekang dilakukan oleh setiap pembina fungsi personel secara
berjenjang dan berlanjut sesuai dengan tingkat kewenangan dan
tanggung jawabnya melalui kegiatan pembinaan personel yang meliputi
penerimaan, pendidikan, penggunaan, perawatan dan pemisahan.

3) Pembinaan Materiil/Alut. Pembinaan materiil/Alut meliputi bekal dan


materiil Bekang dilaksanakan melalui penilaian, pengujian, pengamatan,
analisa dan evaluasi secara terus menerus bertahap, bertingkat dan berlanjut
menurut siklus pembinaan materiil dengan memperhatikan skala prioritas
sesuai ketentuan yang berlaku guna mendukung mobilitas satuan TNI AD
dalam mendukung pelaksanaan tugas TNI AD.

a) Proses. Pembinaan bekal/materiil Bekang dilaksanakan melalui :

(1) Perencanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap


perencanaan adalah sebagai berikut :

(a) Menentukan fungsi pokok pembinaan bekal/materiil.

(b) Menentukan fungsi pendukung pembinaan


bekal/materiil.

(2) Pengorganisasian. Menentukan dan memilih pejabat


logistik yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan
pembinaan materiil/Alut dalam rangka penyelenggaraan
pembinaan.

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan dilaksanakan


berdasarkan rencana yang tertuang dalam program dengan
urutan kegiatan sebagai berikut :

(a) Kegiatan penyelenggaraan fungsi pokok pembinaan


bekal/materiil meliputi penentuan kebutuhan, penelitian dan
pengembangan, pengadaan, distribusi, pemeliharaan dan
penghapusan.

(b) Kegiatan pelaksanaan fungsi pendukung pembinaan


bekal/materiil meliputi inventori, standardisasi, katalogisasi,
sistem informasi manajemen akuntansi bekal/materiil,
administrasi perbendaharaan bekal/materiil, mobilisasi dan
demobilisasi.
449

(4) Pengawasan. Pengawasan terhadap pembinaan bekal/


materiil Bekang dilaksanakan sebagai berikut :

(a) Kasad dan Dirbekangad melaksanakan


pengawasan pembinaan bekal/materiil tingkat pusat.

(b) Pangkotama dan Kabekang Kotama melaksanakan


pengawasan pembinaan bekal/materiil tingkat Kotama.

(c) Dansat melaksanakan pengawasan pembinaan


bekal/materiil tingkat satuan.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan bekal/materiil


Bekang yang ada di satuan-satuan TNI AD dilakukan oleh setiap
pembina fungsi Bekang secara berjenjang dan berlanjut sesuai dengan
tingkat kewenangan dan tanggung jawabnya meliputi penentuan
kebutuhan, pengadaan, distribusi, pemeliharaan dan penghapusan.

4) Pembinaan Peranti Lunak. Pembinaan peranti lunak dilaksanakan


melalui pengkajian secara terus menerus dengan uji teori dan uji lapangan.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan inventarisasi, penyusunan


dan evaluasi peranti lunak.

(2) Pengorganisasian. Menentukan personel sebagai


kelompok kerja penyusunan/revisi buku petunjuk berdasarkan
perkembangan Ilpengtek dan organisasi TNI AD.

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan peranti lunak


dilaksanakan dengan cara penyusunan dan revisi sesuai prosedur
berdasarkan rencana yang tertuang dalam program.

(4) Pengawasan. Pengawasan terhadap pembinaan peranti


lunak Bekang dilaksanakan oleh Kasad dan Dirbekangad.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan peranti lunak


Bekang dilakukan oleh setiap pembina fungsi Bekang secara berjenjang
dan berlanjut sesuai dengan tingkat kewenangan dan tanggung
jawabnya.

5) Pembinaan Pangkalan. Pembinaan pangkalan diarahkan untuk


kelancaran proses pembinaan kemampuan dan terpeliharanya moril serta
kesejahteraan prajurit Bekang beserta keluarganya dalam rangka mendukung
tugas pokok.
450

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan kebutuhan dan kesiapan


pangkalan meliputi ketertiban, pemeliharaan, penataan fasilitas
dan pengamanan pangkalan.

(2) Pengorganisasian. Menentukan personel yang memiliki


kemampuan untuk mengelola pangkalan.

(3) Pelaksanaan. Pembinaan pangkalan diarahkan dalam


rangka memenuhi kebutuhan organisasi meliputi ketertiban,
pemeliharaan, penataan fasilitas dan pengamanan pangkalan
sesuai program dan kebijakan TNI AD.

(4) Pengawasan. Pengawasan terhadap pembinaan


pangkalan Bekang dilaksanakan oleh Ka/Dansat.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan pangkalan


Bekang dilaksanakan oleh pembina fungsi Zeni TNI AD dengan
memperhatikan asistensi teknis pembina fungsi Bekang.

c. Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan Bekang meliputi


kemampuan intelijen, tempur, teritorial dan dukungan dilaksanakan melalui
pendidikan, latihan dan penugasan.

1) Pembinaan Kemampuan Intelijen. Kegiatan pembinaan kemampuan


intelijen satuan Bekang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan berdasarkan program pembina
fungsi intelijen TNI AD.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan pembinaan kemampuan


intelijen berupa kegiatan pengamanan personel, materiil, berita
dan kegiatan serta penyelidikan dan penggalangan yang
berkaitan dengan fungsi Bekang.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel dalam


pelaksanaan kegiatan pengamanan personel, materiil, berita dan
kegiatan serta penyelidikan dan penggalangan yang berkaitan
dengan fungsi Bekang.

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan dilaksanakan


berdasarkan rencana kegiatan pengamanan personel, materiil,
berita dan kegiatan serta penyelidikan dan penggalangan yang
berkaitan dengan fungsi Bekang dengan berpedoman pada
rencana pembina fungsi Intelijen.
451

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan kegiatan pengamanan personel, materiil, berita dan
kegiatan serta penyelidikan dan penggalangan yang berkaitan
dengan fungsi Bekang dengan asistensi pembina fungsi Intelijen.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan kemampuan


intelijen dilaksanakan oleh setiap pembina fungsi Bekang dengan
berpedoman pada asistensi pembina fungsi Intelijen secara berjenjang
dan berlanjut sesuai dengan tingkat kewenangan dan tanggung
jawabnya.

2) Pembinaan Kemampuan Tempur. Kegiatan pembinaan kemampuan


tempur satuan Bekang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dasar
keprajuritan dan kemampuan dukungan/pelayanan fungsi Bekang guna
mendukung satuan tempur.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan pembinaan kemampuan


tempur berupa kemampuan dasar keprajuritan dan teknis
kecabangan Bekang melalui kegiatan latihan perorangan, satuan
dan penugasan.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel dalam


pelaksanaan kegiatan latihan perorangan, satuan dan penugasan
dalam rangka membentuk, memelihara dan meningkatkan
profesionalisme prajurit Bekang.

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan kemampuan dasar


keprajuritan dan teknis kecabangan Bekang berpedoman pada
rencana latihan, peranti lunak dan asistensi pembina fungsi
pertempuran TNI AD.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap


kegiatan latihan perorangan, satuan dan penugasan dalam
rangka pembinaan kemampuan tempur sesuai dengan asistensi
pembina fungsi pertempuran TNI AD.

b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan kemampuan


tempur dilaksanakan oleh setiap pembina fungsi Bekang dengan
berpedoman pada asistensi pembina fungsi pertempuranTNI AD secara
berjenjang dan berlanjut sesuai dengan tingkat kewenangan dan
tanggung jawabnya.

3) Pembinaan Kemampuan Teritorial. Kegiatan pembinaan kemampuan


teritorial satuan Bekang untuk mewujudkan kemanunggalan TNI dengan rakyat
serta menumbuhkan kesadaran bernegara dan bela negara.
452

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan kegiatan pembinaan


teritorial satuan Bekang dan inventarisasi potensi wilayah yang
berkaitan dengan fungsi Bekang dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas TNI AD.

(2) Pengorganisasian. Mengorganisir personel yang akan


melaksanakan pembinaan teritorial serta menentukan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai kemampuan dan latar belakang
pengalamannya.

(3) Pelaksanaan. Melaksanakan kegiatan pembinaan teritorial


satuan Bekang dan inventarisasi potensi wilayah yang berkaitan
dengan fungsi Bekang sesuai dengan program TNI AD.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap


kegiatan pembinaan teritorial satuan sesuai dengan asistensi
pembina fungsi teritorial TNI AD.
b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan teritorial
dilaksanakan oleh setiap pembina fungsi Bekang dengan berpedoman
pada asistensi pembina fungsi teritorial secara berjenjang dan berlanjut
sesuai dengan tingkat kewenangan dan tanggung jawabnya.

4) Pembinaan Kemampuan Dukungan. Kemampuan dukungan


pembekalan melalui pelayanan satuan (Unit Service) dan pelayanan
daerah/wilayah (Area Service). Pelayanan jasa dan pemeliharaan yang tidak
dapat dilaksanakan oleh pelayanan daerah/wilayah (Area Service), maka
diselenggarakan oleh satuan pelaksana tingkat pusat.

a) Pembekalan.

(1) Proses.

(a) Perencanaan. Merencanakan kebutuhan bekal/


materiil Bekang sesuai dengan sasaran.

(b) Pengorganisasian. Disusun sesuai dengan


pengorganisasian tingkat pelayanan satuan (Unit Service)
dan pelayanan daerah/wilayah (Area Service).

(c) Pelaksanaan. Dilaksanakan berdasarkan program


dan kebijakan TNI AD.

(d) Pengawasan. Pengawasan pembinaan


kemampuan pembekalan sebagai berikut :
453

i. Kasad dan Dirbekangad melaksanakan


pengawasan pembinaan kemampuan pembekalan
tingkat pelayanan satuan (Unit Service) dan
pelayanan daerah/wilayah (Area Service).

ii. Pangkotama dan Kabekang Kotama


melaksanakan pengawasan pembinaan
kemampuan pembekalan tingkat pelayanan
daerah/wilayah (Area Service).

iii. Dansat melaksanakan pengawasan


pembinaan kemampuan pembekalan tingkat
pelayanan satuan (Unit Service).

(2) Prosedur. Prosedur pembinaan kemampuan pembekalan


dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

(a) Tingkat pelayanan satuan (Unit Service) dan


pelayanan daerah/wilayah (Area Service) oleh Kasad dan
Dirbekangad.

(b) Tingkat pelayanan daerah/wilayah (Area Service)


oleh Pangkotama dan Kabekang Kotama.

(c) Tingkat pelayanan satuan (Unit Service) oleh


Ka/Dansat.

b) Pelayanan Jasa.

(1) Proses.

(a) Perencanaan. Merencanakan kebutuhan kegiatan


pelayanan jasa Bekang berdasarkan program dan
kebijakan TNI AD.

(b) Pengorganisasian. Disusun sesuai dengan


pengorganisasian tingkat pelayanan satuan (Unit Service),
pelayanan daerah/wilayah (Area Service) dan satuan
pelaksana pelayanan jasa tingkat pusat.

(c) Pelaksanaan. Dilaksanakan berdasarkan program


dan kebijakan TNI AD.

(d) Pengawasan. Pengawasan pembinaan kemampuan


pelayanan jasa sebagai berikut :
454

i. Kasad dan Dirbekangad melaksanakan


pengawasan pembinaan kemampuan pelayanan
jasa tingkat pusat.

ii. Pangkotama dan Kabekang Kotama


melaksanakan pengawasan pembinaan
kemampuan pelayanan jasa tingkat pelayanan
daerah/wilayah (Area Service).

iii. Dansat melaksanakan pengawasan


pembinaan kemampuan pelayanan jasa tingkat
pelayanan satuan (Unit Service).

(2) Prosedur. Prosedur pembinaan kemampuan pelayanan


jasa dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

(a) Tingkat pusat oleh Kasad dan Dirbekangad.

(b) Tingkat pelayanan daerah/wilayah (Area Service)


oleh Pangkotama dan Kabekang Kotama.

(c) Tingkat pelayanan satuan (Unit Service) oleh


Ka/Dansat.

c) Pemeliharaan.

(1) Proses.
(a) Perencanaan. Merencanakan kebutuhan kegiatan
pemeliharaan bekal/materiil Bekang berdasarkan program
dan kebijakan TNI AD.

(b) Pengorganisasian. Disusun sesuai dengan


pengorganisasian tingkat pelayanan satuan (Unit Service),
pelayanan daerah/wilayah (Area Service) dan satuan
pelaksana pemeliharaan tingkat pusat.

(c) Pelaksanaan. Dilaksanakan berdasarkan program


dan kebijakan TNI AD.

(d) Pengawasan. Pengawasan pembinaan kemampuan


fungsi pemeliharaan sebagai berikut :

i. Kasad dan Dirbekangad melaksanakan


pengawasan pembinaan kemampuan pemeliharaan
tingkat pusat.

ii. Pangkotama dan Kabekang Kotama


melaksanakan pengawasan pembinaan
455

kemampuan pemeliharaan tingkat pelayanan


daerah/wilayah (Area Service).

iii. Dansat melaksanakan pengawasan


pembinaan kemampuan pemeliharaan tingkat
pelayanan satuan (Unit Service).

(2) Prosedur. Prosedur pembinaan kemampuan fungsi


pemeliharaan bekal/materiil Bekang dilaksanakan dengan
ketentuan sebagai berikut :

(a) Tingkat pusat oleh Kasad dan Dirbekangad.

(b) Tingkat pelayanan daerah/wilayah (Area Service)


oleh Pangkotama dan Kabekang Kotama.

(c) Tingkat pelayanan satuan (Unit Service) oleh


Ka/Dansat.

d. Pembinaan Gelar. Gelar satuan Bekang disesuaikan dengan pokok-pokok


pembinaan gelar TNI AD yang disusun dari tingkat pusat, tingkat daerah, tingkat
kotama dan pelaksana fungsi Bekang tingkat satuan.

1) Pembinaan Gelar Tingkat Pusat. Pembinaan gelar tingkat Pusat


disiapkan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan fungsi pembekalan,
pelayanan jasa dan pemeliharaan Bekmat Bekang tingkat Pusat dilaksanakan
oleh Ditbekangad.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan organisasi, personel,


materiil dan peranti lunak serta tempat yang diperlukan dalam
rangka gelar satuan Bekang tingkat Pusat.

(2) Pengorganisasian. Menyusun organisasi pelaksana


pembekalan, pelayanan jasa dan pemeliharaan tingkat pusat
berdasarkan perkembangan dan kebutuhan.

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan dilaksanakan


berdasarkan rencana yang tertuang dalam program TNI AD.

(4) Pengawasan. Pengawasan pembinaan gelar tingkat Pusat


dilaksanakan oleh Kasad dan Dirbekangad.
456

b) Prosedur. Prosedur pembinaan gelar tingkat Pusat dilaksanakan


oleh Kasad dan Dirbekangad.

2) Pembinaan Gelar Tingkat Daerah. Pembinaan gelar tingkat Daerah


disiapkan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan fungsi pembekalan,
pelayanan jasa dan pemeliharaan Bekmat Bekang tingkat Daerah dilaksanakan
oleh Bekangdam.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan personel, materiil dan


peranti lunak serta tempat yang diperlukan dalam rangka gelar
satuan Bekang tingkat Daerah.

(2) Pengorganisasian. Menentukan personel pelaksana


pembekalan, pelayanan jasa dan pemeliharaan tingkat daerah
(Area Service) berdasarkan perkembangan dan kebutuhan.

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan dilaksanakan


berdasarkan rencana yang tertuang dalam program TNI AD.

(4) Pengawasan. Pengawasan pembinaan gelar tingkat


Daerah dilaksanakan oleh Pangdam dan Kabekangdam.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan gelar tingkat Daerah


dilaksanakan oleh Pangdam dan Kabekangdam.

3) Pembinaan Gelar Tingkat Kotama. Pembinaan gelar tingkat Kotama


disiapkan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan fungsi pembekalan,
pelayanan jasa dan pemeliharaan Bekmat Bekang tingkat Kotama
dilaksanakan oleh Bekang Kotama (Bekang Kostrad, Bekang Kopassus dan
Bekang Akmil).

a) Proses.
(1) Perencanaan. Merencanakan personel, materiil dan
peranti lunak serta tempat yang diperlukan dalam rangka gelar
satuan Bekang tingkat Kotama.

(2) Pengorganisasian. Menentukan personel pelaksana


pembekalan, pelayanan jasa dan pemeliharaan tingkat Kotama
berdasarkan perkembangan dan kebutuhan.

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan dilaksanakan


berdasarkan rencana yang tertuang dalam program TNI AD.
457

(4) Pengawasan. Pengawasan pembinaan gelar tingkat


Kotama dilaksanakan oleh Pang/Dan/Gub Kotama, Kabekang
Kostrad, Kabekang Kopassus dan Kabekang Akmil.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan gelar tingkat Kotama


dilaksanakan oleh Pang/Dan/Gub Kotama, Kabekang Kostrad,
Kabekang Kopassus dan Kabekang Akmil.

4) Pembinaan Gelar Pelaksana Fungsi Bekang Tingkat Satuan.


Pembinaan gelar Pelaksana Fungsi Bekang Tingkat Satuan disiapkan untuk
mendukung kegiatan pelaksanaan fungsi Bekang di Satuan dilaksanakan oleh
Ka/Dansat.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan personel, materiil dan


peranti lunak serta tempat yang diperlukan dalam rangka gelar
Pelaksana Fungsi Bekang Tingkat Satuan.

(2) Pengorganisasian. Menentukan personel pelaksana


pembekalan, pelayanan jasa dan pemeliharaan tingkat satuan
(Unit Service) berdasarkan perkembangan dan kebutuhan.

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan dilaksanakan


berdasarkan rencana yang tertuang dalam program TNI AD.

(4) Pengawasan. Pengawasan pembinaan gelar Pelaksana


Fungsi Bekang Tingkat Satuan dilaksanakan oleh Ka/Dansat.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan gelar Pelaksana Fungsi Bekang


Tingkat Satuan dilaksanakan oleh Ka/Dansat.

55. Penggunaan Bekang.

a. Umum. Penggunaan fungsi Bekang dilaksanakan dalam rangka penggunaan


kekuatan TNI AD pada penyelenggaraan pertahanan negara dalam operasi militer
untuk perang dan selain perang.

b. Penggunaan pada Operasi Militer untuk Perang.

1) Pada Operasi Gabungan.

a) Operasi Lintas Udara. Merupakan suatu operasi gabungan yang


dilancarkan oleh satuan pelaksana udara dan satuan tugas lintas udara
beserta bantuan logistik dan peralatannya ke daerah sasaran, dengan
cara diterjunkan dan atau didaratkan serta ekstraksi dalam rangka
melaksanakan tugas taktis dan atau strategis.
458

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


untuk merebut dan menguasai suatu daerah tertentu yang bersifat
strategis atau taktis pada operasi Linud.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporlap/Kapsus, BMP, PUO, pelayanan
penerjunan barang dan pemindahan pasukan kepada
satuan yang akan melaksanakan operasi Linud.

(b) Satuan Bekang dalam pelayanan operasi Linud


terbatas pada kemampuan/kekuatan PUO/PUB/Albekud
dan sarana angkutan yang dimiliki.

b) Operasi Pertahanan Udara. Adalah operasi gabungan TNI yang


bersifat khusus dalam rangka menggagalkan serangan musuh dan
mewujudkan keunggulan udara serta pencegahan dan penanggulangan
akibat serangan udara lawan. Opshanud diselenggarakan oleh
Kohanudnas dengan satuan udara TNI AU sebagai kekuatan inti dan
satuan darat serta satuan laut sebagai usur perkuatan dalam keadaan
tertentu operasi ini dapat/perlu melibatkan unsur Polri dan instansi sipil
yang memiliki kemampuan Hanud Pasif.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


untuk menggagalkan serangan musuh dan mewujudkan
keunggulan udara serta pencegahan dan penanggulangan akibat
serangan udara lawan pada operasi pertahanan udara pasif.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, pelayanan mess dan
dapur lapangan serta pemindahan pasukan kepada satuan
yang melaksanakan Opshanud Pasif.

(b) Satuan Bekang dalam pelayanan Opshanud Pasif


terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal dan sarana
angkutan darat yang dimiliki.

c) Operasi Pertahanan Pantai. Adalah operasi gabungan yang


diselenggarakan oleh satuan laut, udara dan darat dalam rangka
mempertahankan daerah pantai tertentu dari serangan amphibi musuh.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka mempertahankan daerah pantai tertentu dari
serangan amphibi musuh.
459

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, pelayanan mess dan
dapur lapangan serta pemindahan pasukan kepada satuan
yang melaksanakan operasi pertahanan pantai.

(b) Satuan Bekang dalam pelayanan operasi


pertahanan pantai terbatas pada kemampuan/kekuatan
bekal dan sarana angkutan darat dan Alangair yang
dimiliki.

d) Operasi Darat Gabungan. Merupakan operasi gabungan yang


dilaksanakan oleh satuan darat satuan laut dan satuan udara dalam
rangka merebut dan menguasai kembali wilayah yang telah dikuasai
musuh atau pertahanan wilayah dari serangan musuh.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka merebut dan menguasai kembali wilayah yang telah
dikuasai musuh atau pertahanan wilayah dari serangan musuh.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, pelayanan mess dan
dapur lapangan serta pemindahan pasukan kepada satuan
yang melaksanakan operasi darat gabungan.

(b) Satuan Bekang dalam operasi darat gabungan


terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal dan sarana
angkutan yang dimiliki.

e) Operasi Pendaratan Administrasi. Merupakan operasi


pemindahan kekuatan satuan darat beserta peralatannya dari titik
embarkasi melalui laut didaratkan ditumpuan pantai yang telah dikuasai.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi pemindahan kekuatan satuan darat
beserta peralatannya dari titik embarkasi melalui laut didaratkan di
tumpuan pantai yang telah dikuasai.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, pemindahan pasukan
460

dan peralatannya serta keterminalan kepada satuan yang


melaksanakan operasi pendaratan administrasi.

(b) Satuan Bekang dalam operasi pendaratan


administrasi terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal
dan sarana angkutan air dan keterminalan yang dimiliki.

2) Pada Operasi Darat.

a) Operasi Tempur.

(1) Operasi Serangan. Merupakan bagian dari operasi tempur


yang memadukan antara manuver dan tembakan dalam rangka
menyerang musuh guna memperoleh suatu keputusan.

(a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan


Bekang dalam rangka operasi tempur yang memadukan
antara manuver dan tembakan dalam rangka menyerang
musuh guna memperoleh suatu keputusan.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Bekang memberikan dukungan


meliputi Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP,
pemindahan pasukan dan peralatannya kepada
satuan yang melaksanakan operasi serangan.

ii. Satuan Bekang dalam operasi serangan


terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal dan
sarana angkutan yang dimiliki.

(2) Operasi Pertahanan. Merupakan bagian dari operasi


tempur yang memadukan antara medan dan tembakan untuk
menghambat, menahan dan menghancurkan gerakan dan
serangan musuh.

(a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan


Bekang dalam rangka operasi tempur yang memadukan
antara medan dan tembakan untuk menghambat,
menahan dan menghancurkan gerakan dan serangan
musuh.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Bekang memberikan dukungan


meliputi Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP,
pelayanan mess dan dapur lapangan, pemindahan
461

pasukan dan peralatannya kepada satuan yang


melaksanakan operasi pertahanan.

ii. Satuan Bekang dalam operasi pertahanan


terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal dan
sarana angkutan yang dimiliki.

(3) Operasi Pemindahan ke Belakang. Merupakan bagian dari


operasi tempur yang memadukan antara manuver dan tembakan
melalui gerakan ke arah belakang, ke samping atau menjauhi
musuh.

(a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan


Bekang dalam rangka operasi tempur yang memadukan
antara manuver dan tembakan melalui gerakan ke arah
belakang, ke samping atau menjauhi musuh.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Bekang memberikan dukungan


meliputi Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP,
pelayanan mess dan dapur lapangan, pemindahan
pasukan dan peralatannya kepada satuan yang
melaksanakan operasi pemindahan ke belakang.

ii. Satuan Bekang dalam operasi pemindahan


ke belakang terbatas pada kemampuan/kekuatan
bekal dan sarana angkutan yang dimiliki.

(4) Operasi Pergantian. Merupakan bagian dari operasi


tempur yang dilaksanakan melalui suatu operasi pergantian tugas
dan tanggung jawab suatu pasukan di daerah pertempuran.

(a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan


Bekang dalam rangka operasi tempur yang dilaksanakan
melalui suatu operasi pergantian tugas dan tanggung
jawab suatu pasukan di daerah pertempuran.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Bekang memberikan dukungan


meliputi Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP,
pelayanan dapur lapangan, pemindahan pasukan
dan peralatannya kepada satuan yang
melaksanakan operasi pergantian.
462

ii. Satuan Bekang dalam operasi pergantian


terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal dan
sarana angkutan yang dimiliki.

(5) Operasi Dalam Kondisi Khusus. Merupakan bagian dari


operasi tempur yang dihadapkan pada kondisi yang memerlukan
penggunaan satuan dan peralatan secara khusus. Kondisi
khusus ini berupa keadaan medan yang dihadapi karena alam,
benda buatan manusia atau lingkungan cuaca sehingga sifat
daerah operasi mempunyai karakter tersendiri. (Jenisnya operasi
di daerah Perkubuan, operasi di daerah Bangunan, operasi di
daerah Pegunungan, operasi di daerah Hutan Rimba, operasi di
daerah Rawa dan operasi di daerah Sungai).

(a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan


Bekang dalam rangka operasi tempur yang dihadapkan
pada kondisi yang memerlukan penggunaan satuan dan
peralatan secara khusus meliputi operasi di daerah
Perkubuan, operasi di daerah Bangunan, operasi di
daerah Pegunungan, operasi di daerah Hutan Rimba,
operasi di daerah Rawa dan operasi di daerah Sungai.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Bekang memberikan dukungan


meliputi Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP,
pemindahan pasukan dan peralatannya kepada
satuan yang melaksanakan operasi dalam kondisi
khusus

ii. Satuan Bekang dalam operasi dalam kondisi


khusus terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal
dan sarana angkutan yang dimiliki.

(6) Operasi Dengan Pengaruh Nubika. Merupakan dari


operasi tempur yang dilaksanakan untuk menghindari pengaruh
akibat ledakan atau penyebaran senjata-senjata nuklir, biologi
dan kimia.

(a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan


Bekang dalam rangka operasi tempur yang dilaksanakan
untuk menghindari pengaruh akibat ledakan atau
penyebaran senjata-senjata nuklir, biologi dan kimia.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Bekang memberikan dukungan


meliputi Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP,
463

pelayanan mess dan dapur lapangan, pemindahan


pasukan dan peralatannya kepada satuan yang
melaksanakan operasi dengan pengaruh Nubika.

ii. Satuan Bekang dalam operasi dengan


pengaruh Nubika terbatas pada kemampuan/
kekuatan bekal dan sarana angkutan yang dimiliki.

(7) Operasi Mobil Udara. Merupakan bagian dari operasi


tempur yang dilaksanakan untuk menghancurkan kekuatan
musuh di darat dengan menggunakan sarana pesawat helikopter.

(a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan


Bekang dalam rangka operasi tempur yang dilaksanakan
untuk menghancurkan kekuatan musuh di darat dengan
menggunakan sarana pesawat helikopter.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Bekang memberikan dukungan


meliputi Ransum, Kaporlap/Kapsus, BMP,
pemindahan pasukan dan peralatannya kepada
satuan yang melaksanakan operasi Mobud.

ii. Satuan Bekang dalam Operasi Mobil Udara


terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal dan
sarana angkutan yang dimiliki.

(8) Operasi Gerilya. Merupakan bagian dari operasi tempur,


dilaksanakan oleh satuan-satuan kecil dengan peralatan yang
terbatas untuk menghadapi kekuatan musuh yang lebih kuat.

(a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan


Bekang dalam rangka operasi tempur yang dilaksanakan
oleh satuan-satuan kecil dengan peralatan yang terbatas
untuk menghadapi kekuatan musuh yang lebih kuat.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Bekang memberikan dukungan


meliputi Ransum, Kaporlap/Kapsus, pemindahan
peralatan-nya kepada satuan yang melaksanakan
operasi gerilya.

ii. Satuan Bekang dalam operasi gerilya


terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal dan
sarana angkutan yang dimiliki.
464

(9) Operasi Khusus. Merupakan bagian dari operasi tempur


yang dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tugas khusus.

(a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan


Bekang dalam rangka operasi tempur yang dilaksanakan
dalam rangka melaksanakan tugas khusus.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Bekang memberikan dukungan


meliputi Ransum, Kaporlap/Kapsus, BMP,
pemindahan pasukan dan peralatannya kepada
satuan yang melaksanakan operasi khusus.

ii. Satuan Bekang dalam operasi khusus


terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal dan
sarana angkutan yang dimiliki.

b) Operasi Intelijen.

(1) Penyelidikan. Semua usaha pekerjaan dan kegiatan


yang dilakukan secara terarah dan terencana yang meliputi
perencanaan, pengumpulan, pengolahan bahan-bahan
keterangan sebagai dasar pembuatan perencanaan,
pengambilan keputusan dan tindakan dalam rangka pelaksanaan
tugas pokok satuan yang bersangkutan.

(2) Pengamanan. Semua usaha, pekerjaan dan kegiatan


yang dilakukan secara terarah dan terencana untuk mencegah
dan menanggulangi kegiatan intelijen lawan serta mencegah
kerugian akibat bencana atau akibat kerawanan pihak sendiri.

(3) Penggalangan. Segala usaha pekerjaan dan kegiatan


yang dilakukan secara terencana dan terarah untuk suatu tujuan
strategis, dengan cara yang tertutup guna menciptakan atau
merubah suatu kondisi yang dikehendaki.

(a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan


Bekang dalam rangka operasi intelijen.

(b) Penggunaan.

i. Satuan Bekang memberikan dukungan


meliputi Ransum, Kapsus, BMP, kepada satuan
yang melaksanakan operasi intelijen.
465

ii. Satuan Bekang dalam operasi intelijen


terbatas pada kemampuan/kekuatan bekal yang
dimiliki.

c) Operasi Teritorial. Adalah operasi yang dilaksanakan oleh satuan


militer dengan sasaran, waktu, tempat, dan dukungan logistik yang telah
ditetapkan sebelumnya melalui perencanaan terinci untuk mencapai
suatu tugas secara khusus yang ditetapkan atas dasar perintah dari
komando atasan yang berwenang dalam rangka menegakkan dan
memelihara kewibawaan pemerintah

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi teritorial.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Bekmat


Bekang, pelayanan mess dan dapur lapangan, pemindahan
pasukan dan peralatannya kepada satuan yang
melaksanakan operasi teritorial.

(b) Satuan Bekang dalam operasi teritorial terbatas


pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang dan sarana
angkutan yang dimiliki.

3) Pada Operasi Bantuan.

a) Operasi Bantuan Intelijen. Adalah operasi yang dilaksanakan


oleh satuan TNI AD dalam rangka mengamankan tujuan dan sasaran
operasi dan atau meningkatkan keberhasilan tugas pokok.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi yang dilaksanakan oleh satuan TNI AD
dalam rangka mengamankan tujuan dan sasaran operasi dan
atau meningkatkan keberhasilan tugas pokok.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Ransum,


Kapsus, dan BMP kepada satuan yang melaksanakan
operasi bantuan intelijen.

(b) Satuan Bekang dalam operasi bantuan intelijen


terbatas pada kemampuan/kekuatan Bekal Bekang yang
dimiliki.
466

b) Operasi Bantuan Perlindungan. Adalah operasi yang


dilaksanakan oleh satuan TNI AD dalam rangka mengamankan tujuan
dan sasaran operasi dan atau meningkatkan keberhasilan tugas pokok.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi yang dilaksanakan oleh satuan TNI AD
dalam rangka mengamankan tujuan dan sasaran operasi dan
atau meningkatkan keberhasilan tugas pokok.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Ransum,


Kaporsatlap/Kapsus, BMP, pemindahan pasukan dan
peralatannya kepada satuan yang melaksanakan operasi
bantuan perlindungan.

(b) Satuan Bekang dalam operasi bantuan perlindungan


terbatas pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang dan
sarana angkutan yang dimiliki.

c) Operasi Bantuan Raid. Adalah operasi yang dilakukan oleh


satuan TNI AD untuk melaksanakan penghancuran, pembebasan
tawanan, pelolosan (Personel/Materiil) dan penculikan terhadap sasaran
strategis terpilih di luar kemampuan satuan yang dibantu sesuai dengan
permintaan dari satuan yang melaksanakan operasi.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi yang dilakukan oleh satuan TNI AD untuk
melaksanakan penghancuran, pembebasan tawanan, pelolosan
(Personel/Materiil) dan penculikan terhadap sasaran strategis
terpilih di luar kemampuan satuan yang dibantu sesuai dengan
permintaan dari satuan yang melaksanakan operasi.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Ransum,


Kaporsatlap/Kapsus, BMP, pemindahan pasukan dan
peralatannya kepada satuan yang melaksanakan operasi
bantuan raid.

(b) Satuan Bekang dalam operasi bantuan raid terbatas


pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang dan sarana
angkutan yang dimiliki.

d) Operasi Bantuan Tembakan. Adalah operasi yang dilakukan oleh


satuan TNI AD berupa bantuan tembakan kepada satuan lain yang
melakukan operasi sesuai dengan permintaan.
467

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi yang dilakukan oleh satuan TNI AD berupa
bantuan tembakan kepada satuan lain yang melakukan operasi
sesuai dengan permintaan.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Ransum,


Kaporsatlap/Kapsus, BMP, pelayanan mess dan dapur
lapangan, pemindahan pasukan dan peralatannya kepada
satuan yang melaksanakan operasi bantuan tembakan.

(b) Satuan Bekang dalam operasi bantuan tembakan


terbatas pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang dan
sarana angkutan yang dimiliki.

e) Operasi Bantuan SAR Tempur. Adalah operasi bantuan yang


dilakukan dalam rangka penyelamatan dan evakuasi kepada satuan
yang melaksanakan operasi.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi bantuan yang dilakukan untuk
penyelamatan dan evakuasi kepada satuan yang melaksanakan
operasi.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Ransum,


Kaporsatlap/Kapsus, BMP, pelayanan mess dan dapur
lapangan, pemindahan pasukan dan peralatannya kepada
satuan yang melaksanakan operasi bantuan SAR tempur.

(b) Satuan Bekang dalam operasi bantuan SAR tempur


terbatas pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang dan
sarana angkutan yang dimiliki.

f) Operasi Bantuan Teritorial. Adalah bantuan yang dapat


diberikan oleh Kowil dalam rangka mendukung satuan yang beroperasi
di satu wilayah berupa keterangan atau data, tenaga/kegiatan, materiil
jasa guna memperkuat dan meningkatkan kemampuan Komponen
utama.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka mendukung satuan Kowil yang beroperasi di satu
wilayah guna memperkuat dan meningkatkan kemampuan
Komponen utama.
468

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Bekmat


Bekang, pelayanan mess dan dapur lapangan, pemindahan
pasukan dan peralatannya kepada satuan yang
melaksanakan operasi bantuan teritorial.

(b) Satuan Bekang dalam operasi bantuan teritorial


terbatas pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang dan
sarana angkutan yang dimiliki.

g) Operasi Bantuan Angkutan. Adalah operasi bantuan yang


dilaksanakan oleh satuan TNI AD dalam rangka memberikan bantuan
angkutan kepada satuan yang sedang melakukan operasi untuk
melaksanakan gerakan pemindahan personel, materiil/alat peralatan
dan perbekalan militer, serta memberikan bantuan angkutan kepada
pemerintah maupun Polri atas permintaan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka memberikan bantuan angkutan kepada satuan
yang sedang melakukan operasi untuk melaksanakan gerakan
pemindahan personel, materiil/alat peralatan dan perbekalan
militer, serta memberikan bantuan angkutan kepada pemerintah
maupun Polri atas permintaan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Ransum,


BMP, mess dan dapur lapangan, pemindahan pasukan,
peralatan dan pemeliharaan Bekmat Bekang kepada
satuan yang melaksanakan operasi bantuan angkutan.

(b) Satuan Bekang dalam operasi bantuan angkutan


terbatas pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang,
sarana angkutan dan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki.

h) Operasi Bantuan Keamanan. Adalah operasi bantuan yang


dilaksanakan oleh Satuan TNI AD guna memberikan batuan keamanan
kepada satuan/pemerintah maupun Polri atas permintaan sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi bantuan yang dilaksanakan oleh Satuan
TNI AD guna memberikan batuan keamanan kepada
469

satuan/pemerintah maupun Polri atas permintaan sesuai dengan


perundang-undangan yang berlaku.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Bekmat


Bekang, mess dan dapur lapangan, pemindahan pasukan,
peralatan dan pemeliharaan Bekmat Bekang kepada
satuan yang melaksanakan operasi bantuan keamanan.

(b) Satuan Bekang dalam operasi bantuan keamanan


terbatas pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang,
sarana angkutan dan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki.

c. Penggunaan pada Operasi Militer selain Perang.

1) Operasi Militer selain Perang yang Bersifat Tempur.

a) Operasi Mengatasi Gerakan Separatis Bersenjata. Adalah segala


usaha kegiatan menghadapi gerakan bersenjata melawan pemerintah,
yang bertujuan memisahkan diri dari Kesatuan Republik Indonesia dan
berakibat mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah serta
keselamatan bangsa.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi menghadapi gerakan bersenjata melawan
pemerintah, yang bertujuan memisahkan diri dari Kesatuan
Republik Indonesia dan berakibat mengancam kedaulatan
negara, keutuhan wilayah serta keselamatan bangsa.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Ransum,


Kaporsatlap/Kapsus, BMP, LCR, KMC, PUO, mess dan
dapur lapangan, pemindahan pasukan dan peralatan serta
pemeliharaan Bekmat Bekang kepada satuan yang
melaksanakan operasi mengatasi gerakan separatis
bersenjata.

(b) Satuan Bekang dalam operasi mengatasi gerakan


separatis bersenjata terbatas pada kemampuan/kekuatan
Bekmat Bekang, sarana angkutan dan fasilitas
pemeliharaan yang dimiliki.

b) Operasi Mengatasi Pemberontakan Bersenjata. Adalah segala


usaha dan kegiatan untuk menghadapi gerakan bersenjata melawan
470

pemerintah yang sah, dan berakibat mengancam kedaulatan negara


atau keutuhan wilayah atau keselamatan bangsa.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi menghadapi gerakan bersenjata melawan
pemerintah yang sah, dan berakibat mengancam kedaulatan
negara atau keutuhan wilayah atau keselamatan bangsa.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Ransum,


Kaporsatlap/Kapsus, BMP, LCR, KMC, PUO, mess dan
dapur lapangan, pemindahan pasukan dan peralatan serta
pemeliharaan Bekmat Bekang kepada satuan yang
melaksanakan operasi mengatasi pemberontakan
bersenjata.

(b) Satuan Bekang dalam operasi mengatasi


pemberontakan bersenjata terbatas pada
kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang, sarana angkutan
dan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki.

c) Operasi Mengatasi Aksi Terorisme. Adalah segala usaha dan


kegiatan untuk menghadapi semua tindakan kejahatan dengan cara
kekerasan secara sistematis, yang tidak mengindahkan norma-norma
kemanusiaan, bermotivkan kejahatan luar biasa yang memiliki jaringan
internasional dan yang dapat mengancam kedaulatan negara dan
keselamatan bangsa.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi menghadapi semua tindakan kejahatan
dengan cara kekerasan secara sistematis yang tidak
mengindahkan norma-norma kemanusiaan, bermotivkan
kejahatan luar biasa yang memiliki jaringan internasional dan
yang dapat mengancam kedaulatan negara dan keselamatan
bangsa.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan Ransum,


Kaporlap/Kapsus, BMP, pemindahan pasukan dan
peralatan kepada personel/satuan yang melaksanakan
operasi mengatasi aksi terorisme.

(b) Satuan Bekang dalam operasi mengatasi aksi


terorisme terbatas pada kemampuan/kekuatan Bekmat
Bekang dan sarana angkutan yang dimiliki.
471

d) Operasi Lawan Insurjensi. Adalah operasi yang bertujuan untuk


menumpas pemberontakan bersenjata dan sparatis bersenjata di dalam
negeri dalam rangka mengembalikan kewibawaan pemerintah di daerah.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam operasi yang bertujuan untuk menumpas pemberontakan
bersenjata dan sparatis bersenjata di dalam negeri dalam rangka
mengembalikan kewibawaan pemerintah di daerah.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, LCR, KMC, PUO,
mess dan dapur lapangan, pemindahan pasukan dan
peralatan serta pemeliharaan Bekmat Bekang kepada
satuan yang melaksanakan operasi lawan insurjensi.

(b) Satuan Bekang dalam operasi lawan insurjensi


terbatas pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang,
sarana angkutan dan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki.

e) Operasi Mengamankan Wilayah Perbatasan. Adalah segala


usaha dan kegiatan untuk menjamin tegaknya kedaulatan wilayah
negara diperbatasan darat, laut dan udara dengan negara lain, dari
segala bentuk ancaman dan pelanggaran, termasuk kegiatan-kegiatan
survei dan pemetaan.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka operasi untuk menjamin tegaknya kedaulatan
wilayah negara diperbatasan darat, laut dan udara dengan
negara lain, dari segala bentuk ancaman dan pelanggaran,
termasuk kegiatan-kegiatan survei dan pemetaan.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, Alsatri/ATK-G, LCR,
KMC, mess dan dapur lapangan, pemindahan pasukan dan
peralatan serta pemeliharaan Bekmat Bekang kepada
satuan yang melaksanakan operasi mengamankan wilayah
perbatasan.

(b) Satuan Bekang dalam operasi mengamankan


wilayah perbatasan terbatas pada kemampuan/kekuatan
Bekmat Bekang, sarana angkutan dan fasilitas
pemeliharaan yang dimiliki.
472

f) Operasi Mengamankan Obyek Vital Nasional yang Bersifat


Strategis. Adalah segala usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin
keamanan obyek vital nasional yang bersifat strategis dari berbagai
bentuk ancaman.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka menjamin keamanan obyek vital nasional yang
bersifat strategis dari berbagai bentuk ancaman.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, LCR, KMC, mess dan
dapur lapangan, pemindahan pasukan dan peralatan serta
pemeliharaan Bekmat Bekang kepada satuan yang
melaksanakan operasi mengamankan obyek vital nasional
yang bersifat strategis.

(b) Satuan Bekang dalam operasi mengamankan obyek


vital nasional yang bersifat strategis terbatas pada
kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang, sarana angkutan
dan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki.

g) Operasi Mengamankan Presiden dan Wapres RI beserta


Keluarganya. Adalah segala usaha dan kegiatan dalam rangka
menjamin keselamatan Very-Very Important Person (VVIP) dari berbagai
bentuk ancaman.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka menjamin keselamatan Very-Very Important Person
(VVIP) dari berbagai bentuk ancaman.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, LCR, KMC, mess dan
dapur lapangan, pemindahan pasukan dan peralatan serta
pemeliharaan Bekmat Bekang kepada personel/satuan
yang melaksanakan operasi mengamankan Presiden dan
Wapres RI beserta keluarganya.

(b) Satuan Bekang dalam operasi mengamankan


Presiden dan Wapres RI beserta keluarganya terbatas
pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang, sarana
angkutan dan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki.

h) Operasi Mengamankan Tamu Negara setingkat Kepala Negara


dan Perwakilan Asing yang sedang berada di Indonesia. Adalah
473

segala usaha dan kegiatan dalam rangka menjamin keselamatan Very-


Very Important Person (VVIP) asing dari berbagai bentuk ancaman.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka menjamin keselamatan Very-Very Important Person
(VVIP) asing dari berbagai bentuk ancaman.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, LCR, KMC, mess dan
dapur lapangan, pemindahan pasukan dan peralatan serta
pemeliharaan Bekmat Bekang kepada personel/satuan
yang melaksanakan operasi mengamankan tamu negara
setingkat kepala negara dan perwakilan asing yang sedang
berada di Indonesia.

(b) Satuan Bekang dalam operasi mengamankan tamu


negara setingkat kepala negara dan perwakilan asing yang
sedang berada di Indonesia terbatas pada
kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang, sarana angkutan
dan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki.

2) Operasi Militer selain Perang yang Bersifat non Tempur.

a) Operasi Memberdayakan Wilayah Pertahananan dan Kekuatan


Pendukungnya. Adalah segala usaha kegiatan pembinaan wilayah dan
potensi sumber daya pertahanan nasional sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka pembinaan wilayah dan potensi sumber daya
pertahanan nasional sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, Alsatri/Atk-G, LCR,
KMC, mess dan dapur lapangan, pemindahan pasukan dan
peralatan serta pemeliharaan Bekmat Bekang kepada
personel/satuan yang melaksanakan operasi
memberdayakan wilayah pertahananan dan kekuatan
pendukungnya.

(b) Satuan Bekang dalam operasi memberdayakan


wilayah pertahananan dan kekuatan pendukungnya
474

terbatas pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang,


sarana angkutan dan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki.

b) Operasi Membantu Pemerintah di Daerah. Adalah segala usaha


kegiatan mendukung dan atau memperlancar program yang
dilaksanakan oleh pemerintah/otoritas sipil dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan keselamatan rakyat.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka mendukung dan atau memperlancar program yang
dilaksanakan oleh pemerintah/otoritas sipil guna meningkatkan
kesejahteraan dan keselamatan rakyat.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, Alsatri/Atk-G, LCR,
KMC, mess dan dapur lapangan, pemindahan pasukan dan
peralatan serta pemeliharaan Bekmat Bekang kepada
personel/satuan yang melaksanakan operasi membantu
pemerintah di daerah.

(b) Satuan Bekang dalam operasi membantu


pemerintah di daerah terbatas pada kemampuan/kekuatan
Bekmat Bekang, sarana angkutan dan fasilitas
pemeliharaan yang dimiliki.

c) Operasi Membantu Kepolisian Negara RI dalam rangka Tugas


Keamanan dan Ketertiban Masyarakat yang diatur dalam Undang-
undang. Adalah segala usaha dan kegiatan mendukung dan atau
memperlancar program yang dilaksanakan oleh Polri dalam rangka
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-
undang.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka mendukung dan atau memperlancar program yang
dilaksanakan oleh Polri dalam rangka keamanan dan ketertiban
masyarakat yang diatur dalam undang-undang.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, LCR, KMC, dapur
lapangan, pemindahan pasukan dan peralatan serta
pemeliharaan Bekmat Bekang kepada satuan yang
melaksanakan operasi membantu Kepolisian Negara RI
dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat
yang diatur dalam undang-undang.
475

(b) Satuan Bekang dalam operasi membantu Kepolisian


Negara RI dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban
masyarakat yang diatur dalam undang-undang terbatas
pada kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang dan sarana
angkutan yang dimiliki.

d) Operasi Membantu Menanggulangi Akibat Bencana Alam,


Pengungsian dan Pemberian Bantuan Kemanusiaan. Adalah segala
usaha dan kegiatan dalam rangka membantu menanggulangi bencana
yang diakibatkan oleh bencana alam dan bencana lainnya, seperti
gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, luapan
lumpur dan sebagainya.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka membantu menanggulangi bencana yang
diakibatkan oleh bencana alam dan bencana lainnya, seperti
gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor,
luapan lumpur dan sebagainya.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, LCR, KMC, mess dan
dapur lapangan, pemindahan pasukan dan peralatan serta
pemeliharaan Bekmat Bekang kepada personel/satuan
yang melaksanakan operasi membantu menanggulangi
akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan
kemanusiaan.

(b) Satuan Bekang dalam operasi membantu


menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusiaan terbatas pada
kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang, sarana angkutan
dan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki.

e) Operasi Membantu Pencarian dan Pertolongan Dalam


Kecelakaan (SAR). Adalah segala usaha dan kegiatan untuk membantu
menanggulangi bencana yang diakibatkan bencana alam atau bencana
lainnya, seperti kecelakaan transportasi dan sebagainya.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka membantu menanggulangi bencana yang
diakibatkan bencana alam atau bencana lainnya, seperti
kecelakaan transportasi dan sebagainya.

(2) Penggunaan.
476

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, LCR, KMC, PUO,
mess dan dapur lapangan, pemindahan pasukan dan
peralatan serta pemeliharaan Bekmat Bekang kepada
personel/satuan yang melaksanakan operasi membantu
pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR).

(b) Satuan Bekang dalam operasi membantu pencarian


dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR) terbatas pada
kemampuan/kekuatan Bekmat Bekang, sarana angkutan
dan fasilitas pemeliharaan yang dimiliki.

f) Operasi Membantu Pemerintah Daerah dalam Pengamanan


Pelayaran dan Penerbangan terhadap Pembajakan, Perompakan dan
Penyelundupan. Adalah segala usaha dan kegiatan untuk
menjamin terciptanya kondisi laut dan udara yang aman serta bebas dari
ancaman kekerasan, ancaman navigasi, ancaman terhadap sumberdaya
alam, pencemaran dan perusakan ekosistem serta pelanggaran
terhadap hukum nasional maupun internasional di wilayah laut dan
udara yurisdiksi nasional.

(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Bekang


dalam rangka menjamin terciptanya kondisi laut dan udara yang
aman serta bebas dari ancaman kekerasan, ancaman navigasi,
ancaman terhadap sumberdaya alam, pencemaran dan
perusakan ekosistem serta pelanggaran terhadap hukum nasional
maupun internasional di wilayah laut dan udara yurisdiksi
nasional.

(2) Penggunaan.

(a) Satuan Bekang memberikan dukungan meliputi


Ransum, Kaporsatlap/Kapsus, BMP, LCR, KMC, mess dan
dapur lapangan, pemindahan pasukan dan peralatan serta
pemeliharaan Bekmat Bekang kepada personel/satuan
yang melaksanakan operasi membantu pemerintah daerah
dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

(b) Satuan Bekang dalam operasi membantu


pemerintah daerah dalam pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompakan dan
penyelundupan terbatas pada kemampuan/kekuatan
Bekmat Bekang, sarana angkutan dan fasilitas
pemeliharaan yang dimiliki.
477

56. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Guna menjamin kelancaran penyelenggaraan fungsi Bekang perlu


diatur tataran kewenangan yang berlaku di lingkungan TNI AD mulai dari tingkat pusat
sampai dengan tingkat satuan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.

1) Kasad berwenang dan bertanggung jawab dalam menetapkan kebijakan


penyelenggaraan fungsi Bekang.

2) Dirbekangad sebagai pimpinan Balakpus berwenang dan bertanggung


jawab teknis atas penyelenggaraan fungsi Bekang.

3) Dirbekangad sebagai pembina kecabangan Bekang berwenang dan


bertanggung jawab terhadap Lapangan Kekuasaan Teknis (LKT)
penyelenggaraan fungsi Bekang.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama.

1) Pangkotama berwenang dan bertanggung jawab dalam komando


penyelenggaraan fungsi Bekang.

2) Kabekang Kotama sebagai pimpinan Bekang Kotama berwenang dan


bertanggung jawab teknis atas penyelenggaraan fungsi Bekang.

3) Kabekang Kotama menerima pendelegasian dari Dirbekangad sebagai


pembina kecabangan Bekang terhadap pelaksanaan Lapangan Kekuasaan
Teknis (LKT) fungsi Bekang.

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan.

1) Dansat berwenang dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan


kegiatan fungsi Bekang.

2) Pelaksana fungsi Bekang satuan bertanggung jawab teknis atas


penyelenggaraan fungsi Bekang.

e. Keberhasilan. Disiplin untuk mentaati ketentuan yang ada dalam Hanjar


Fungsi Teknis Militer umum tentang Pembekalan Angkutan ini oleh para
Pembina dan penguna, akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan di
dalam pelaksanaan penyelenggaraan fungsi Bekang.

f. Penyempurnaan. Hal-hal yang dirasakan perlu dan berkaitan dengan adanya


tuntutan kebutuhan untuk penyempurnaan Hanjar Fungsi Teknis Militer umum
kecabangan Pembekalan Angkutan ini, agar disarankan kepada Kasad melalui
Komandan Kodiklat TNI AD sesuai dengan mekanisme umpan balik.
478

BAB XI
KESEHATAN

57. Umum. Kesehatan merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai
kekuatan yang menjalankan fungsi dukungan kesehatan, pelayanan kesehatan, kesehatan
preventif, materiil kesehatan, dan litbang kesehatan.

58. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Kesehatan.

a. Umum. Tugas dan prioritas pembinaan Puskesad merupakan


rumusanyang disusun agar Puskesad dapat melaksanakan fungsinya secara optimal
dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

b. Peran. Kesehatan Angkatan Darat sebagai Satuan Bantuan Administrasi


dengan tugas menyediakan dan menyajikan Informasi Kesehatan dalam rangka
mendukung tugas Angkatan Darat baik dalam Operasi Militer Perang (OMP) maupun
Operasi Militer Selain Perang (OMSP), mempunyai peran sebagai berikut :

!) Sebagai sumber dan penyedia informasi Kesehatan yang diperlukan


dalam Operasi Militer Perang (OMP), Operasi Militer Selain Perang (OMSP),
pendidikan, dan latihan.

2) Memberikan bantuan teknis pada kegiatan OMP, OMSP, pendidikan,


dan latihan.

c. Tugas. Kesehatan dalam mendukung tugas pokok TNI AD mempunyai


tugas sebagai berikut:

1) Tugas pokok. Kesehatan Angkatan Darat menyelenggarakan


pembinaan dukungan kesehatan, pelayanan kesehatan, kesehatan preventif,
materiil kesehatan, dan litbang kesehatan dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI AD.

2) Tugas-tugas.

a) menyelenggarakan kegiatan pembinaan kekuatan, pembinaan


kemampuan, dan pembinaan gelar kesehatan;

b) menyelenggarakan dukungan kesehatan;

c) menyelenggarakan pelayanan kesehatan prajurit dan PNS,


beserta keluarganya;

d) menyelenggarakan kesehatan preventif/pencegahan penyakit dan


pola hidup sehat;
479

e) menyelenggarakan pembinaan materiil kesehatan; dan

f) menyelenggarakan litbangkes/riset kesehatan yang ditujukan


untuk peningkatan kemampuan pelayanan dan dukungan kesehatan.

d. Fungsi. Kesehatan merupakan salah satu kecabangan TNI AD yang


menjalankan fungsi-fungsi meliputi:

1) Dukungan Kesehatan. Menyelenggarakan kegiatan yang


berhubungan dengan bantuan administrasi kesehatan yang ditujukan secara
langsung untuk mendukung OMP dan OMSP;

2) Pelayanan Kesehatan. Menyelenggarakan kegiatan yang


berhubungan dengan bantuan administrasi kesehatan yang ditujukan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi prajurit, PNS beserta
keluarganya dan masyarakat umum;

3) Kesehatan Preventif. Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan


dengan pencegahan penyakit dan pola hidup sehat yang ditujukan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi prajurit, PNS beserta
keluarganya;

4) Materiil Kesehatan. Menyelenggarakan kegiatan


perencanaan/penentuan kebutuhan, penelitian dan pengembangan, pengadaan,
pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan, pengendalian persediaan,
inventori, standardisasi, katalogisasi, sistem informasi pembinaan, administrasi
perbendaharaan, serta mobilisasi dan demobilisasi materiil kesehatan; dan

5) Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Menyelenggarakan


kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan riset kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan kemampuan pelayanan kesehatan, kemampuan
personel kesehatan, dan dukungan kesehatan.

e. Asas.

1) Tujuan. Pembinaan kesehatan harus berpegang teguh kepada tujuan


yang ditetapkan.

2) Keterpaduan. Penyelenggaraan pembinaan kesehatan secara terpadu


antar aspek dalam fungsi kesehatan dan aspek nonkesehatan.

3) Keselarasan. Pola pembinaan yang dilaksanakan oleh kesehatan


harus selaras dengan visi TNI AD yaitu profesional dan dicintai rakyat.
480

4) Kesinambungan. Penyelenggaraan pembinaan kesehatan


dilaksanakan secara terus-menerus, bertingkat, dan berlanjut.

5) Akselerasi. Pembinaan kesehatan harus dapat mempercepat


pembangunan dan pengembangan postur kesehatan yang diharapkan.

6) Dinamis. Pembinaan kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat


dinamis guna mengantisipasi berbagai perkembangan situasi dan kondisi yang
mempengaruhi tugas pokok.

7) Aktual. Sistem pembinaan kesehatan harus selalu diperbaharui


menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis yang semakin
kompleks saat ini serta ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

8) Faktual. Pembinaan kesehatan harus menyesuaikan dengan hakikat


ancaman dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi.

9) Akuntabel. Penyelenggaraan dukungan dan pelayanan kesehatan


diselenggarakan sesuai dengan aturan yang berlaku secara profesional
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

10) Prioritas. Pemberian dukungan dan pelayanan kesehatan sesuai


dengan indikasi medis yaitu mendahulukan keselamatan penderita, khususnya
untuk pertolongan penderita di daerah pertempuran dengan tetap
mempertimbangkan situasi taktis.

11) Kenyal. Penyelenggaraan kesehatan harus mampu menyesuaikan


dengan kebutuhan dan perubahan keadaan yang terjadi.

12) Efektif. Penyelenggaraan kesehatan mempunyai pengaruh/akibat


yang menyembuhkan pasien.

13) Efisien. Penyelenggaraan kesehatan dikerjakan secara tepat atau


sesuai untuk menghasilkan sesuatu yang tidak membuang-buang waktu,
tenaga, dan biaya.

14) Terintegrasi. Penyelenggaraan kesehatan secara terpadu antaraspek


dalam fungsi kesehatan dan aspek nonkesehatan.

15) Kesinambungan. Penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan secara


terus menerus, bertingkat, dan berlanjut.

16) Kecepatan dan Ketepatan. Penyelenggaraan dukungan kesehatan


dan pelayanan kesehatan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan serta memperhatikan ketepatan dan kecepatan bertindak untuk
mencegah berlanjutnya penyakit dan kecacatan.
481

17) Kerahasiaan. Penyelenggaraan kesehatan dilakukan dengan


memperhatikan faktor kerahasiaan baik dalam rangka pengamanan satuan,
personel dan profesi.

59. Dasar Penyelenggaraan Kesehatan.

a. Umum. Dalam rangka menyelenggarakan fungsi Kesehatan dihadapkan


dengan peran dan tugasnya untuk mendukung tugas Angkatan Darat pada dasarnya
dipengaruhi oleh tuntutan tugas serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian agar penyelenggaraan fungsi tersebut dapat dilaksanakan secara
maksimal, maka diperlukan konsepsi dasar penyelenggaraan Kesehatan yang meliputi
kebijakan, strategi, dan penyelenggaraan Kesehatan.

b. Kebijakan. Kebijakan penyelenggaraan fungsi Kesehatan diarahkan untuk


terwujudnya peran dan fungsi Kesehatan dalam rangka mendukung tugas pokok
Angkatan Darat.

c. Strategi. Dalam rangka penyediaan dan penyajian informasi Kesehatan


yang optimal untuk mendukung tugas-tugas Angkatan Darat dilakukan dengan
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, modernisasi dan optimalisasi
penggunaan alat Kesehatan serta peningkatan sinergitas dengan instansi pemerintah
maupun swasta di bidang Informasi Kesehatan, sesuai kebijakan yang telah
ditetapkan dalam pelaksanaannya memerlukan strategi yang dituangkan dalam
tujuan, sasaran, subjek, objek, metode serta sarana dan prasarana.

d. Tujuan. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi kesehatan yang efektif dan


efisien, mencakup penyelenggaraan kesehatan prajurit, PNS beserta keluarganya,
penyelenggaraan kesehatan satuan dan litbangkes dalam rangka mendukung tugas
pokok Kesad.

e. Sasaran.

1) terwujudnya dukungan kesehatan yang andal;

2) terwujudnya pelayanan kesehatan yang prima bagi prajurit, PNS, dan


keluarganya;

3) terwujudnya kegiatan kesehatan preventif yang paripurna;

4) terwujudnya kegiatan materiil kesehatan yang akurat dan akuntabel; dan

5) terwujudnya kegiatan litbang kesehatan yang aplikatif

f. Subjek.
482

1) Kasad;
2) Kapuskesad;
3) Kakes Kotama; dan
4) Dan/Ka Satuan.

g. Objek. Satuan Kesehatan Angkatan Darat.

h. Metode. Metode yang dilaksanakan dalam pembinaan kesehatan meliputi:

1) Dukungan kesehatan. Dalam melaksanakan Dukkes, metode yang


digunakan adalah:

a) menyelenggaraan rikkes;

b) menyelenggarakan Dukkes bagi satuan tugas operasi atau


latihan; dan

c) menyelenggarakan pembinaan instalasi satkeslap dan keslemdik.

d) menyelenggarakan pendataan dan sosialisasi peta geomedik


daerah; dan

e) menyelenggarakan bankes untuk kegiatan kemanusiaan.

2) Pelayanan Kesehatan. Dalam melaksanakan Yankes, metode yang


digunakan adalah:

a) akreditasi rumah sakit;


b) penentuan standard pelayanan minimal;
c) tata kelola yang baik; dan
d) penyusunan rencana strategis.

3) Kesehatan preventif. Dalam melaksanakan Kesprev, metode yang


digunakan adalah:

a) promotif;
b) penyuluhan;
c) sarana KIE; dan
d) advokasi.

4) Pencegahan dan pengendalian penyakit;

a) peer leader;
b) screening dan deteksi dini;
c) active case finding;
d) surveilance penyakit;

e) assesment, monitoring dan evaluasi;


483

f) vaksinasi; dan
g) kegiatan kesling (fogging dan scoring)

5) Materiil Kesehatan. Dalam melaksanakan Matkes, metode yang


digunakan adalah:

a) menyusun rencana kebutuhan yang akurat;


b) pengadaan secara LPSE/E-procurement;
c) distribusi secara tepat waktu, jumlah, sasaran, dan mutu;
d) pemeliharaan yang berkelanjutan;
e) penghapusan yang efektif dan efisien; dan
f) terselenggaranya kegiatan pendukung yang meliputi inventarisasi,
standardisasi, katalogisasi, sisinfo matkes, administrasi perbendaharaan,
mobilisasi dan demobilisasi.

6) Penelitian dan pengembangan kesehatan. Dalam melaksanakan


litbangkes, metode yang digunakan adalah:

a) menyelenggarakan pengkajian, penelitian, dan penemuan hal-hal


baru di bidang kesehatan; dan

b) menyelenggarakan kerjasama dengan lembaga litbang lainnya.

i. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam


pembinaan dan penggunaan fungsi kesehatan sebagai berikut:

1) Sarana:

a) Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi;


b) petunjuk kesehatan;
c) protap kesehatan;
d) materiil kesehatan:
(1) alat kesehatan; dan
(2) bekkes.
(a) ambulans; dan
(b) helikopter.
2) Prasarana:

a) fasilitas/instalasi kesehatan;

b) ruang pertemuan/ruang rapat; dan

c) laboratorium.

j. Ketentuan Penyelenggaraan Kesehatan.


484

1) Dukungan Kesehatan. Menyelenggarakan kegiatan yang


berhubungan dengan bantuan administrasi kesehatan yang ditujukan secara
langsung untuk mendukung OMP dan OMSP, dilaksanakan dengan metode:

a) menyelenggarakan fungsi pemeriksaan kesehatan/uji badan;

b) menyelenggarakan fungsi Instalasi Satkeslap dan Keslemdik;

c) menyelenggarakan fungsi Dukkes, Bankes dan Kessus; dan

d) menyelenggarakan administrasi pencatatan dan pelaporan


kesehatan militer.

2) Pelayanan Kesehatan. Menyelenggarakan kegiatan yang


berhubungan dengan bantuan administrasi kesehatan yang ditujukan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi prajurit, PNS beserta
keluarganya, dan masyarakat umum, dilaksanakan dengan metode:

a) akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes);

b) penentuan standar pelayanan minimal fasyankes;

c) tata kelola fasyankes yang baik;

d) penyusunan rencana strategis fasyankes; dan

e) penyelenggaraan administrasi pencatatan dan pelaporan


kesehatan umum.

3) Kesehatan Preventif. Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan


dengan pencegahan penyakit dan pola hidup sehat yang ditujukan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi prajurit, PNS beserta
keluarganya, dilaksanakan dengan metode:

a) promotif;

b) pencegahan dan pengendalian penyakit, pemeriksaan makanan,


dan minuman;

c) penyelenggaraan kesehatan lingkungan;

d) penyelenggaraan kesehatan kerja; dan

e) penyelenggaraan administrasi pencatatan dan pelaporan


kesehatan preventif.

4) Materiil Kesehatan. Menyelenggarakan kegiatan pokok yang meliputi


perencanaan kebutuhan, penelitian, dan pengembangan, pengadaan,
485

pendistribusian, pemeliharaan dan penghapusan, serta kegiatan pendukung


yang meliputi inventarisasi, katalogisasi, sistem informasi, standardisasi,
administrasi perbendaharaan, mobilisasi dan demobilisasi, dilaksanakan
dengan metode:

a) menyusun rencana kebutuhan yang akurat;

b) menyelenggarakan pengadaan secara LPSE/E-procurement;

c) distribusi secara tepat waktu, jumlah, sasaran, jenis, dan mutu;

d) pemeliharaan yang berkelanjutan;

e) penghapusan yang efektif dan efisien;

f) terselenggaranya kegiatan pendukung yang meliputi inventarisasi,


standardisasi, katalogisasi, sistem informasi, administrasi
perbendaharaan, mobilisasi dan demobilisasi; dan

g) pembinaan lembaga produksi yang diarahkan sesuai CPOB dan


produksi alat kesehatan yang terstandardisasi dan terkalibrasi.

5) Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Menyelenggarakan


kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan riset kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan kemampuan pelayanan kesehatan, kemampuan
personel kesehatan, dan dukungan kesehatan, dilaksanakan dengan metode:

a) menyelenggarakan pengkajian, penelitian, dan penemuan hal-hal


baru di bidang kesehatan yang dibutuhkan dalam mendukung tugas
pokok TNI AD;

b) menyelenggarakan kerja sama dengan perguruan tinggi dan l


embaga litbang lainnya; dan

c) meningkatkan kemampuan personel kesehatan di bidang

60. Pembinaan Kesehatan.

a. Umum. Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok kesehatan akan


ditentukan oleh sejauh mana efektivitas pelaksanaan pembinaan kekuatan kesehatan
untuk mewujudkan postur kesehatan yang modern, cerdas, dan tangguh. Pembinaan
kesehatan meliputi pembinaan kekuatan, kemampuan, dan gelar kekuatan melalui
tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan. Pembinaan
tersebut diselenggarakan melalui proses dan prosedur secara berjenjang mulai tingkat
pusat, kotama, sampai dengan tingkat satuan.

b. Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan kesehatan diarahkan untuk


mewujudkan sumber daya yang tersedia menjadi kekuatan kesehatan yang
486

profesional melalui pembinaan organisasi, personel, materiil, fasilitas, pendidikan,


latihan, dan doktrin sehingga mampu mendukung tugas pokok TNI AD.

1) Pembinaan Organisasi. Pembinaan organisasi kesehatan bertujuan


untuk menyusun, memelihara, dan meningkatkan validitas, serta kesiapan
operasional organisasi, sehingga dapat terwujudnya organisasi kesehatan yang
mampu dan siap mendukung tugas-tugas operasional TNI AD.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan kebutuhan organisasi


secara terus-menerus sehingga terwujud suatu organisasi
kesehatan yang siap mendukung tugas pokok TNI AD.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel yang dapat menyelenggarakan


pembinaan organisasi, didasarkan pada kemampuan dan
latar belakang pengalaman; dan

(b) mengorganisir susunan personel dan materiil yang


diperlukan dalam pembinaan organisasi kesehatan, baik
tingkat pusat maupun daerah.

(3) Pelaksanaan:

(a) melaksanakan penyusunan naskah akademik untuk


memberikan penjelasan dan pemahaman tentang latar
belakang pemikiran perlunya dilaksanakan pembentukan/
perubahan orgas satuan;

(b) melaksanakan penyusunan naskah organisasi dan


tugas (Orgas) serta naskah mekanisme hubungan kerja
(Mekhubja) dengan cara:

i. pada pembentukan organisasi baru perlu


ditentukan tujuan, tugas pokok organisasi, dan
kegiatan yang perlu dilaksanakan, mengelompokkan
kegiatan dalam fungsi, menentukan unit-unit kerja,
menyusun personel dalam bentuk TOP/DSPP,
materiil, doktrin, penetapan prosedur kerja, dan
metode kerja serta penentuan tugas, tanggung
jawab, dan wewenang yang jelas;

ii. perubahan organisasi dilaksanakan pada


organisasi kesehatan yang telah terbentuk, meliputi:
487

i) Reorganisasi. Reorganisasi digunakan


untuk menyusun kembali organisasi setelah
terjadi perubahan, dapat bersifat menyeluruh
dan mendasar atau dapat pula bersifat
sebagian atau unsur-unsurnya, dengan
menggunakan pendekatan struktural,
pendekatan teknologi dan pendekatan
manusiawi;

ii) Validasi organisasi. Validasi


digunakan untuk lebih memaksimalkan
keberhasilan pencapaian tujuan terhadap
organisasi yang sudah operasional dan
dipandang kurang efektif. Validasi dilakukan
bersifat tidak menyeluruh, namun hanya
beberapa bagian tertentu melalui kegiatan
revitalisasi, refungsionalisasi, dan
restrukturisasi;

iii) Pembekuan organisasi. Pembekuan


organisasi digunakan terhadap organisasi
yang dinilai tidak efisien/efektif lagi, namun
dapat difungsikan kembali bila dibutuhkan.
Pembekuan organisasi dilakukan apabila
secara operasional kegiatan organisasi
tertentu dihentikan, namun struktur organisasi
dan prosedur kerja masih tetap ada dalam
bentuk kerangka. Organisasi dapat diaktifkan
kembali dengan mengisi personel sesuai
TOP/DSPP dan bekerja sesuai dengan
prosedur kerja yang telah disempurnakan
kembali sesuai tuntutan tugas; dan

iv) Likuidasi organisasi. Likuidasi


organisasi digunakan terhadap organisasi
yang tidak layak lagi untuk dipertahankan,
sehingga perlu dibubarkan. Likuidasi
organisasi dilaksanakan dengan cara
pembentukan organisasi baru yang
merupakan pemisahan atau penggabungan
dari organisasi-organisasi yang telah
dilikuidasi ataupun dapat membentuk
organisasi yang lebih kecil, efektif, dan
efisien. Personel, materiil, dan perlengkapan
lain hasil likuidasi yang belum tertampung
dapat didayagunakan pada organisasi yang
lain.
488

(c) melaksanakan kegiatan pengujian dengan


mekanisme UT I di tingkat Puskesad, UT II di tingkat
Kodiklatad, dan UT III di tingkat Mabesad;

(d) melaksanakan kegiatan penerbitan naskah yang


meliputi pencetakan, pengambilan, dan pengarsipan serta
pendistribusian naskah ke seluruh satuan jajaran TNI AD;

(e) melaksanakan pengkajian dan evaluasi orgas


satuan yang telah diuji coba selama tiga tahun, untuk
disempurnakan dan selanjutnya disahkan serta berlaku
selama lima tahun dan/atau adanya perubahan kebijakan
pimpinan TNI AD; dan

(f) melaksanakan penelitian dan pengembangan


terhadap pengorganisasian kesehatan dengan
memperhatikan aspek doktrin, organisasi, operasi,
pendidikan, dan latihan yang diberlakukan.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung


dan tidak langsung terhadap efektivitas organisasi melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, wawancara, pencatatan,
pencocokan, dan penelitian terhadap data hasil kegiatan
pembinaan organisasi di satuan.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan organisasi sebagai berikut:

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan organisasi yang ada di
lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


organisasi Kesad sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan organisasi kesehatan di
wilayah Kotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan organisasi kesehatan di wilayah
Kotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
489

pelaksanaan pembinaan organisasi kesehatan di wilayah


Kotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan organisasi kesehatan di
wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan organisasi kesehatan di wilayahnya;
dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan organisasi kesehatan di
wilayahnya.

2) Pembinaan Personel. Pola pembinaan personel kesehatan


berdasarkan pada pola pembinaan dalam rangka mewujudkan personel yang
profesional dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI AD.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan pembinaan


personel sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi yang
telah dilakukan secara terus-menerus serta pengkajian yang
mendalam dan akurat.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel yang dapat menyelenggarakan


pembinaan personel, didasarkan pada kemampuan dan
latar belakang pengalaman; dan

(b) mengorganisir susunan personel sesuai yang


diperlukan dalam pembinaan personel kesehatan, baik
tingkat pusat maupun daerah, sesuai dengan kebutuhan.
(3) Pelaksanaan:

(a) melaksanakan pembinaan tenaga manusia melalui


pengisian, pengajuan kebutuhan, pembinaan, dan
perawatan personel sesuai TOP/DSPP kesehatan dalam
rangka pemeliharaan dan pengembangan kekuatan satuan
guna tercapainya kebijakan pembinaan personel TNI AD;

(b) melaksanakan pembinaan penyediaan tenaga


(diaga) melalui promosi/sosialisasi tentang kecabangan
490

kesehatan di dalam lemdik pusat dan daerah, penentuan


minat, bakat, dan kompetensi prajurit kesehatan sebagai
kriteria penentuan kecabangan;

(c) melaksanakan pembinaan pendidikan melalui


pengusulan personel, seleksi, dan sidang penentuan
kelulusan seleksi pendidikan serta menyiapkan
persyaratan administrasi bagi personel yang akan
mengikuti pendidikan;

(d) melaksanakan pembinaan penggunaan personel


melalui pengajuan usulan dan pelaksanaan sidang usulan
kenaikan pangkat (UKP) di satuan serta inventarisasi data,
perencanaan pengisian, dan mutasi jabatan;

(e) melaksanakan pembinaan perawatan personel


melalui pemberian rawatan kedinasan dan purnadinas
kepada personel Kesad dan keluarganya; dan

(f) melaksanakan pemisahan personel Kesad secara


konsisten dan tepat waktu berdasarkan ketentuan yang
berlaku dengan tetap memelihara kekuatan personel, baik
secara kualitas maupun kuantitas.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan langsung


terhadap efektivitas pembinaan personel melalui kunjungan,
inspeksi/pemeriksaan, uji petik, dan wawancara secara langsung
di satuan, serta pengawasan secara tidak langsung melalui
kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian, dan evaluasi yang
bersifat administratif terhadap data hasil kegiatan pembinaan
personel di satuan.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan personel sebagai berikut:

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan personel yang ada di
lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


personel Kesad sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan personel Kotama;
(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan d
dengan pembinaan personel Kotama; dan
491

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan personel Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan personel di wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan personel di wilayahnya; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan personel di wilayahnya.

3) Pembinaan Materiil. Pembinaan materiil dilaksanakan secara


terus- menerus bertahap, bertingkat, dan berlanjut menurut siklus pembinaan
materiil dengan memperhatikan skala prioritas sesuai ketentuan yang berlaku
guna mendukung operasional satuan.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan


pembinaan materiil kesehatan sesuai dengan siklus pembinaan
materiil kesehatan dan peraturan yang berlaku.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel logistik yang akan


melaksanakan kegiatan pembinaan materiil kesehatan
sesuai dengan kemampuan dan latar belakang
pengalaman; dan

(b) mengorganisir susunan personel sesuai yang


diperlukan dalam pembinaan materiil kesehatan, baik
tingkat pusat maupun daerah, sesuai dengan kebutuhan.

(3) Pelaksanaan. Kegiatan pembinaan materiil dilaksanakan


sesuai rencana yang tertuang dalam program dengan urutan
kegiatan sebagai berikut:

(a) perencanaan kebutuhan;


(b) pengujian;
(c) pengadaan;
492

(d) distribusi;
(e) pemeliharaan; dan
(f) penghapusan.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan materiil secara


langsung dan tidak langsung terhadap siklus pembinaan materiil
kesehatan.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan materiil sebagai berikut:

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan materiil yang ada di
lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


materiil kesehatan sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan materiil Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan materiil Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan materiil Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan materiil kesehatan di
wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan materiil kesehatan di wilayahnya; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan materiil kesehatan di wilayahnya.

4) Pembinaan Fasilitas. Pembinaan fasilitas bertujuan untuk


menyediakan, memelihara, dan merawat fasilitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang ada di satuan kesehatan guna mewujudkan kesiapan
operasional satuan, dengan kegiatan yang meliputi:
493

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan kebutuhan dan kesiapan


pangkalan meliputi ketertiban, penataan, pemeliharaan, sarana
dan prasarana.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel yang dapat menyelenggarakan


pembinaan pangkalan, didasarkan pada kemampuan dan
latar belakang pengalaman; dan

(b) mengorganisir susunan personel sesuai yang


diperlukan dalam pembinaan fasilitas kesehatan, baik
tingkat pusat maupun daerah, sesuai dengan kebutuhan.

(3) Pelaksanaan:

(a) mengusahakan ketersediaan fasilitas bangunan dan


prasarananya guna memenuhi kebutuhan organisasi
melalui kegiatan pengadaan jasa konstruksi militer atau
swakelola dengan cara paling ekonomis sesuai peraturan
yang berlaku;

(b) melaksanakan kegiatan pemeliharaan terhadap


ketertiban, kerapian, kebersihan, dan keamanan fasilitas
bangunan dan prasarana lainnya yang
dipertanggungjawabkan;

(c) melaksanakan perawatan dan perbaikan terhadap


fasilitas yang mengalami kerusakan sehingga dapat
berfungsi sebagaimana mestinya sesuai kemampuan
masing-masing satuan;

(d) melaksanakan inventarisasi terhadap dokumen


penghapusan fasilitas bangunan dan prasarana yang
sudah tidak memenuhi persyaratan teknis berdasarkan
ketentuan yang berlaku; dan

(e) membuat saran kepada komando atas tentang


perlunya kegiatan rehabilitasi, renovasi, dan pembangunan
fasilitas-fasilitas bagi satuan kesehatan.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung dan tidak langsung terhadap pembinaan fasilitas.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan fasilitas sebagai berikut:


494

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan fasilitas yang ada di
lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


fasilitas kesehatan sesuai dengan keputusan dan kebijakan
umum dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan fasilitas Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan fasilitas kesehatan Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan fasilitas kesehatan Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan fasilitas kesehatan di
wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan fasilitas kesehatan di wilayahnya; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan fasilitas kesehatan di wilayahnya.

5) Pembinaan Pendidikan. Pembinaan pendidikan bertujuan untuk


membekali prajurit kesehatan dengan standar minimal kompetensi berupa
pengetahuan umum dan militer yang seimbang dengan kemampuan,
kecakapan, dan karakter sesuai profesi jabatan, serta mengembangkan
kompetensi sesuai pekerjaan dan tugas secara berkesinambungan, dengan
kegiatan meliputi:

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan pendidikan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi secara terus-menerus serta pengkajian
terhadap pembinaan pendidikan.
495

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel yang dapat menyelenggarakan


pembinaan pendidikan, didasarkan pada kemampuan dan
latar belakang pengalaman; dan

(b) mengorganisir personel yang diperlukan dalam


pembinaan pendidikan kesehatan, baik tingkat pusat
maupun daerah.

(3) Pelaksanaan:

(a) menata pola dan struktur pendidikan kesehatan


sebagai kerangka dasar bagi penataan dan
penyelenggaraan pendidikan pengembangan spesialisasi
personel Kesad guna mendukung pelaksanaan tugas
pokok Kesad;

(b) menyelenggarakan pembinaan sistem pendidikan,


komponen pendidikan, dan penyelenggaraan pendidikan
secara terpadu dan berlanjut;

(c) meningkatkan kualitas 10 komponen pendidikan dan


pelatihan, sehingga operasional pendidikan dapat berjalan
lancar dalam rangka membentuk dan mengembangkan
peserta didik agar tercapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Pembinaan komponen pendidikan meliputi
kurikulum, paket instruksi, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, metode pengajaran, alins/alongins, evaluasi
pendidikan, fasilitas pendidikan, peserta didik, serta
anggaran;

(d) meningkatkan upaya nyata agar lingkungan dapat


memberikan dampak positif terhadap pencapaian tujuan
pendidikan;

(e) melaksanakan validasi pendidikan dilaksanakan


melalui pengendalian mutu hasil didik yang menggunakan
informasi umpan balik dari pemakai personel hasil didik;
dan

(f) melaksanakan pengkajian yang sistematik dan


mendalam dengan mempergunakan teori-teori keilmuan
yang baku.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan pendidikan melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik, dan wawancara
496

secara langsung di satuan/lemdik kesehatan, serta pengawasan


secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian, dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan pendidikan di satuan.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan pendidikan sebagai berikut:

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan pendidikan yang ada di lingkungan TNI AD.

(2) Dankodiklatad merencanakan pembinaan pendidikan


Pusdik jajaran Kodiklatad sesuai dengan keputusan dan kebijakan
umum Kasad.

(3) Kapuskesad merencanakan pembinaan pendidikan


kesehatan sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari
Kasad.

(4) Danpusdikkes Kodiklatad:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan pendidikan kesehatan;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan pendidikan kesehatan; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan pendidikan kesehatan.

6) Pembinaan Latihan. Pembinaan latihan dilaksanakan dengan


tujuan untuk mewujudkan kesiapan operasional, kesiapsiagaan operasional,
dan profesionalisme satuan kesehatan, sehingga pada saat digunakan mampu
menjawab kebutuhan tugas, dengan kegiatan yang meliputi:

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun perencanaan kegiatan


pembinaan latihan sebagai kelanjutan hasil
pengamatan/observasi dan penelitian secara terus-menerus serta
pengkajian terhadap latihan di satuan kesehatan.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dalam organisasi yang akan


melaksanakan pembinaan latihan serta menentukan tugas
dan tanggung jawabnya sesuai dengan kemampuan dan
latar belakang pengalaman maupun penugasan; dan
497

(b) mengorganisir personel yang diperlukan dalam


pembinaan latihan, baik tingkat pusat maupun daerah.

(3) Pelaksanaan:

(a) menyelenggarakan dan melaksanakan latihan


dalam rangka pembinaan kekuatan (binkuat) yang
berorientasi pada pencapaian standar kemampuan
program pembinaan kekuatan sesuai dengan program
kemantapan yang pelaksanaannya didasarkan pada siklus
latihan dan program latihan standardisasi (proglatsi) yang
berlaku di lingkungan satuan kesehatan, dimulai dari
latihan perorangan sampai dengan latihan satuan; dan

(b) menyelenggarakan dan melaksanakan latihan


dalam rangka penggunaan kekuatan (gunkuat) yang
ditujukan kepada satuan kesehatan yang akan ditugaskan
(latihan pratugas) serta latihan bagi satuan yang disiapkan
untuk menghadapi kontijensi dan tugas-tugas baik
penugasan operasi militer untuk perang maupun operasi
militer selain perang.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan latihan melalui
kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik, dan wawancara
secara langsung di satuan kesehatan, serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian, dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan latihan di satuan.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan latihan sebagai berikut:

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan latihan yang ada di lingkungan TNI AD.

(2) Pangkostrad/Dankodiklatad/Pangdam merencanakan


pembi-naan latihan satuan kesehatan di bawah komandonya
sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Kapuskesad merencanakan pembinaan latihan kesehatan


sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Dirbindiklat Puskesad:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan latihan kesehatan;
498

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan latihan kesehatan; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan latihan kesehatan kepada
Kapuskesad.

(5) Kakes Kotama:

(a) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan latihan satuan Keskotama; dan

(b) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan latihan satuan Keskotama.

(6) Dan/Kasatkes:

(a) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan latihan di wilayahnya; dan

(b) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan latihan di wilayahnya.

7) Pembinaan Doktrin. Pembinaan doktrin bertujuan untuk


mewujudkan kesamaan pemahaman dan tindakan, validitas, kualitas, kuantitas,
standardisasi, dan tersedianya semua kebutuhan doktrin yang dapat digunakan
sebagai pedoman dalam pembinaan kekuatan Kesad.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana pembinaan doktrin


sebagai kelanjutan hasil pengamatan/observasi secara terus-
menerus serta pengkajian terhadap doktrin Kesad.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dalam organisasi yang akan


melaksanakan pembinaan doktrin serta menentukan tugas
dan tanggung jawabnya sesuai dengan kemampuan dan
latar belakang pengalaman maupun penugasan; dan

(b) mengorganisir susunan personel yang diperlukan


dalam pembinaan doktrin kesehatan, baik tingkat pusat
maupun daerah.
499

(3) Pelaksanaan:

(a) menghimpun umpan balik tentang doktrin dari


jajaran satuan Kesad sebagai pengguna;

(b) melaksanakan penyusunan/revisi doktrin yang


berupa protap-protap satuan yang terkait dengan
pengamanan, operasi, latihan, bencana maupun protap-
protap lainnya sesuai kebutuhan;

(c) merumuskan konsep naskah doktrin yang akan


disusun serta melaksanakan pengujian terhadap naskah
sesuai pentahapan yang berlaku;

(d) melaksanakan penerbitan/penggandaan dan


pendistri-busian terhadap doktrin baik yang berupa doktrin,
petunjuk maupun protap satuan;

(e) melaksanakan pengamatan/observasi secara terus-


menerus serta pengkajian terhadap doktrin Kesad; dan

(f) melaksanakan sosialisasi doktrin yang telah disusun


atau direvisi.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara


langsung terhadap efektivitas pembinaan doktrin melalui
pemeriksaan dan wawancara secara langsung di satuan, serta
pengawasan secara tidak langsung melalui kegiatan pencatatan
dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data hasil
kegiatan pembinaan doktrin di satuan.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan doktrin sebagai berikut:

(1) Kasad memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang pembinaan doktrin yang ada di lingkungan TNI AD.

(2) Pangkostrad/Dankodiklatad/Pangdam merencanakan


pembi-naan doktrin satuan kesehatan di bawah komandonya
sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum Kasad.

(3) Kapuskesad merencanakan dan melaksanakan program


dan anggaran pembinaan doktrin Kesad sesuai dengan
keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(4) Kakes Kotama:

(a) mengaplikasikan seluruh doktrin kesehatan yang


telah disusun oleh Kapuskesad di wilayah Keskotama; dan
500

(b) melaksanakan evaluasi dan memberikan umpan


balik terhadap seluruh doktrin kesehatan yang ada.

(5) Dan/Kasatkes:

(a) mengaplikasikan seluruh doktrin kesehatan yang


ada di wilayahnya; dan

(b) melaksanakan evaluasi dan memberikan umpan


balik terhadap seluruh doktrin kesehatan yang ada kepada
Kapuskesad.

c. Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan diarahkan untuk


mewujudkan sumber daya yang profesional melalui kemampuan intelijen, tempur,
dukungan, dan teritorial, sehingga mampu mendukung tugas pokok TNI AD.

1) Pembinaan Kemampuan Intelijen. Kemampuan intelijen diarahkan


untuk memelihara dan meningkatkan kualitas bidang pengamanan dan intelijen
medis.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan pembinaan


kemampuan intelijen berupa kegiatan pengamanan personel,
materiil, berita, dan kegiatan intelijen medis.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dan materiil dalam pelaksanaan


kegiatan pengamanan personel, materiil, berita, dan
kegiatan, serta fungsi kesehatan sesuai dengan
kemampuan dan latar belakang pengalaman maupun
penugasan; dan

(b) mengorganisir susunan personel yang diperlukan


dalam pembinaan kemampuan intelijen, baik tingkat pusat
maupun daerah.

(3) Pelaksanaan:

(a) melaksanakan pendidikan intelijen medis dasar;

(b) melaksanakan pembinaan kemampuan intelijen


personel kesehatan untuk memperoleh data intelijen medis
terutama keadaan umum daerah yang berpengaruh
terhadap kesehatan;
501

(c) melaksanakan pendataan situasi medis daerah,


meliputi: satuan kesehatan TNI/Polri di daerah, dan
fasilitas kesehatan lainnya yang terdiri dari: dinas
kesehatan/instansi kesehatan lain, rumah sakit/instansi
pelayanan kesehatan, pedagang besar farmasi, apotek,
toko obat, dan pabrik farmasi/obat tradisional;

(d) menyusun peta geomedik yang merupakan data


potensi medik yang mencerminkan peta/data medik
sebenarnya dan data tentang potensi wilayah bidang
kesehatan; dan

(e) menyusun keadaan kondisi kesehatan daerah terdiri


dari kondisi umum, penyakit yang menonjol, penyakit
menular, penyakit yang disebabkan oleh hewan, dan
tumbuh-tumbuhan.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan kegiatan pengamanan personel, materiil, berita, dan
kegiatan, serta intelijen medis.

b) Prosedur.

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan kemampuan intelijen yang
ada di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


kemampuan intelijen medis sesuai dengan keputusan dan
kebijakan umum dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan intelijen medis
di wilayah Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan intelijen medis di wilayah
Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan intelijen medis di
wilayah Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:
502

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan intelijen medis
di wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan intelijen medis di
wilayahnya; dan

(3) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan intelijen medis di
wilayahnya.

2) Pembinaan Kemampuan Tempur. Kemampuan tempur bertujuan


untuk mewujudkan kemampuan tempur perorangan dan satuan kesehatan
dalam rangka mendukung kesiapan operasional satuan tempur dalam
melaksanakan tugas operasi pada tingkat strategis maupun taktis sesuai jenis
dan bentuk operasi pada berbagai karakter wilayah tugas di seluruh Indonesia.

a) Proses.

(1) Perencanaan:

(a) menyusun perencanaan kegiatan pembinaan


kemampuan tempur sebagai kelanjutan hasil pengamatan
dan penelitian secara terus-menerus serta pengkajian
terhadap kemampuan tempur satuan kesehatan; dan

(b) menyusun materi latihan tempur yang tepat


dihadapkan dengan pelaksanaan fungsi teknis Kesehatan
dalam kegiatan operasi tempur.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dan materiil yang berkaitan


dengan peningkatan kemampuan tempur personel
kesehatan sesuai dengan kemampuan dan latar belakang
pengalaman maupun penugasan; dan

(b) mengorganisir susunan personel yang diperlukan


dalam pembinaan kemampuan tempur personel
kesehatan, baik tingkat pusat maupun daerah.

(3) Pelaksanaan:
503

(a) melaksanakan kegiatan latihan secara bertahap,


bertingkat, dan berlanjut guna memelihara serta
meningkatkan kemampuan tempur satuan kesehatan;

(b) memberikan asistensi teknis dan pengawasan di


bidang latihan kepada satuan kesehatan;

(c) melaksanakan kegiatan lomba pembinaan satuan


kesehatan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan
kesiapan satuan; dan

(d) mengikutsertakan personel maupun satuan


kesehatan dalam kegiatan latihan yang bersifat latihan
gabungan.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap


efektivitas pembinaan kemampuan tempur satuan kesehatan
melalui kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, uji petik, dan
wawancara secara langsung di satuan serta pengawasan secara
tidak langsung melalui kegiatan pencatatan, pencocokan,
penelitian, dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap data
hasil kegiatan pembinaan kemampuan tempur di satuan
kesehatan.

b) Prosedur.

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan kemampuan tempur yang
ada di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


kemampuan tempur satuan kesehatan sesuai dengan keputusan
dan kebijakan umum dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan tempur di
wilayah Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan tempur di wilayah
Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan tempur di wilayah
Keskotama.
504

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan tempur di
wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan tempur di wilayahnya; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan tempur di wilayahnya.

3) Pembinaan Kemampuan Dukungan. Kemampuan dukungan


kesehatan bertujuan untuk menyiapkan prajurit, materiil kesehatan, dan
satuan kesehatan dalam rangka mendukung kesiapan operasional satuan agar
mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh komando atas.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan kegiatan pembinaan


kemampuan dukungan agar dapat dipedomani dalam
pelaksanaanya.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dan materiil yang berkaitan


dengan peningkatan kemampuan dukungan kesehatan
sesuai dengan kemampuan dan latar belakang
pengalaman maupun penugasan; dan

(b) mengorganisir susunan personel yang diperlukan


dalam pembinaan kemampuan dukungan kesehatan, baik
tingkat pusat maupun daerah.

(3) Pelaksanaan. Melaksanakan kegiatan pembinaan


dukungan kesehatan terhadap satuan TNI AD yang
melaksanakan kegiatan latihan dan tugas operasi baik OMP
maupun OMSP:

(a) melaksanakan pembinaan dukungan kesehatan


dengan meningkatkan kemampuan personel dan satuan
Kesad melalui keikutsertaan dalam pendidikan dan
pelatihan teknis kesehatan dalam rangka mendukung
tugas pokok TNI AD; dan
505

(b) melaksanakan pembinaan dukungan kesehatan


dengan meningkatkan kemampuan personel dan satuan
Kesad melalui penugasan luar negeri, dan latihan bersama
dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung


dan tidak langsung terhadap efektivitas pembinaan kemampuan
dukungan melalui kunjungan, pemeriksaan, wawancara, dan
pengamatan terhadap data hasil kegiatan pembinaan
kemampuan dukungan di satuan.

b) Prosedur.

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan kemampuan dukungan yang
ada di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


kemampuan dukungan Kesad sesuai dengan keputusan dan
kebijakan umum dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan dukungan
kesehatan di wilayah Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan dukungan kesehatan di
wilayah Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan dukungan kesehatan
di wilayah Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan dukungan
kesehatan di wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan dukungan kesehatan di
wilayahnya; dan
506

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan dukungan kesehatan
di wilayahnya.

4) Kemampuan Pembinaan Binter. Pembinaan kemampuan binter


satuan kesehatan (sebagai nonkowil) bertujuan untuk menyiapkan prajurit
secara perorangan maupun satuan agar mampu melaksanakan pembinaan
teritorial sesuai fungsi kesehatan sebagai alat dalam melaksanakan pembinaan
teritorial.

a) Proses. Proses pembinaan kemampuan binter dilaksanakan


melalui pertahapan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.

(1) Perencanaan:

(a) melaksanakan pengamatan/observasi secara terus-


menerus terhadap kemampuan binter personel dan satuan
Kesad baik melalui penyelenggaraan pendidikan, latihan
maupun penugasan guna memperoleh data yang objektif
dalam rangka merencanakan kegiatan pembinaan
kemampuan binter satuan Kesad;

(b) menyusun kajian dan rencana untuk memelihara


serta meningkatkan kemampuan binter personel dan
satuan Kesad yang diselenggarakan melalui pendidikan,
latihan maupun penugasan; dan

(c) mengirimkan kajian yang telah disusun, berikut


rencana pembinaan kepada Staf Umum Angkatan Darat
guna mendapatkan tanggapan dan persetujuan dari
pimpinan TNI AD yang akan dituangkan dalam program
dan anggaran TNI AD.

(2) Pengorganisasian:

(a) menempatkan personel yang memiliki kemampuan


di bidang binter dalam jabatan yang membidangi kegiatan
binter di satuan sebagai penyelenggara pembinaan
kemampuan binter serta penyelenggaraan kegiatan binter
bagi satuan nonkowil dengan berpedoman pada program
dari komando atas; dan
507

(b) menentukan tugas dan tanggung jawab personel


yang akan menyelenggarakan pembinaan kemampuan
binter maupun kegiatan binter sesuai kemampuan, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman penugasanya
sehingga kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara
optimal.

(3) Pelaksanaan:

(a) meningkatkan, memelihara, dan memantapkan


sikap serta kepribadian sebagai prajurit TNI AD dengan
penghayatan dan pengalaman Sapta Marga, Sumpah
Prajurit dan 8 Wajib TNI, sikap teritorial, 5 kemampuan
teritorial dalam rangka memantapkan kemanunggalan TNI-
Rakyat yang dilakukan melalui kegiatan olah raga
bersama, gotong royong/karya bakti, siskamling bersama,
anjangsana/ silaturahmi, menghadiri undangan
masyarakat, dan melaksanakan kegiatan keagamaan
bersama masyarakat;

(b) melaksanakan pembinaan kesadaran bernegara


dan bela negara, pembinaan wawasan kebangsaan dan
pembinaan potensi pertahanan di bidang SDA, SDB, dan
SDM serta sarana dan prasarana di lingkungan satuan
nonkowil sesuai kemampuan, situasi, dan kondisi wiayah
serta lingkungan masyarakat masing-masing yang telah
dikoodinasikan dengan satkowil setempat;

(c) melaksanakan kegiatan binter yang diselenggarakan


oleh satuan nonkowil berupa kegiatan program maupun
nonprogram;

(d) membekali personel tentang kemampuan teritorial


melalui pendidkan/kursus bidang teritorial, latihan maupun
penugasan;

(e) mengalokasikan mata pelajaran binter pada


pendidikan pengembangan umum (dikbangum) yang
diselenggarakan di lembaga pendidikan Pusdikkes
Kodiklatad;

(f) melaksanakan koordinasi secara terus-menerus


dengan satkowil setempat dalam setiap pelaksanaan
binter; dan
508

(g) menyiapkan prajurit agar:

i.memiliki wawasan pengetahuan serta keterampilan


memadai yang berhubungan dengan pelibatannya
dalam kegiatan binter;

ii.mengenal ciri-ciri budaya atau adat istiadat


masyarakat di wilayah tanggung jawabnya;

iii.menjaga suasana kekeluargaan di lingkungan


prajurit dan keluarganya serta tetap menumbuhkan
jiwa korsa yang kuat dan positif secara terus-
menerus; dan

iv.berupaya mendekatkan hubungan antara prajurit


dan keluarganya dengan masyarakat di sekitar,
melalui berbagai kegiatan masyarakat, seperti:
olahraga, keagamaan, pelayanan kesehatan,
bantuan pendidikan, dan sebagainya.

(4) Pengawasan:

(a) melaksanakan pengawasan secara langsung


(operatif) terhadap kemampuan binter personel dan satuan
melalui kegiatan kunjungan, inspeksi/pemeriksaan, dan
wawancara secara langsung di satuan serta pengawasan
secara terus- menerus terhadap pelaksanaan pembinaan
kemampuan binter sebagai tindak lanjut dari kegiatan
pengkajian yang telah dilaksanakan;

(b) melaksanakan pengawasan secara tidak langsung


(administratif) melalui kegiatan pencatatan, pencocokan
penelitian, dan evaluasi yang bersifat administratif terhadap
data hasil kegiatan pembinaan kemampuan binter maupun
kegiatan binter yang dilaksanakan di satuan; dan

(c) melaporkan semua permasalahan yang timbul


dalam pelaksanaan pembinaan kemampuan binter maupun
kegiatan binter sebagai bahan masukan bagi komando
atas.
509

b) Prosedur.

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan kemampuan binter yang ada
di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


kemampuan binter satuan Kesad sesuai dengan keputusan dan
kebijakan umum dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan teritorial di
wilayah Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan teritorial di wilayah
Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan teritorial di wilayah
Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kemampuan teritorial di
wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kemampuan teritorial di wilayahnya;
dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kemampuan teritorial di
wilayahnya.

d. Pembinaan Gelar Kekuatan. Pembinaan gelar kekuatan satuan kesehatan


berpedoman kepada pokok-pokok pembinaan gelar kekuatan TNI AD yang diarahkan
pada tersedianya unsur-unsur satuan kesehatan dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI AD, sehingga gelar satuan kesehatan dikelompokkan menjadi pembinaan
gelar satuan kesehatan terpusat, gelar satuan kesehatan kewilayahan dan
pendukung.

1) Kekuatan Terpusat. Pembinaan kekuatan terpusat satuan


kesehatan disiapkan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan fungsi kesehatan
di tingkat pusat.
510

a) Proses.

Perencanaan. Merencanakan organisasi, personel, materiil, dan


peranti lunak serta tempat yang diperlukan dalam rangka gelar
satuan kesehatan tingkat pusat.

(1) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dalam organisasi yang akan


melaksanakan pembinaan kekuatan terpusat serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan
kemampuan dan latar belakang pengalaman maupun
penugasan; dan

(b) mengorganisir personel, materiil, dan peranti lunak


dalam rangka melaksanakan pembinaan kekuatan terpusat
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan tugas.

(2) Pelaksanaan:

(a) menggelar satuan kesehatan sebagai kekuatan


terpusat yang disusun, dilatih, dan dilengkapi untuk
mendukung satuan Kostrad sehingga mampu dikerahkan
untuk mengatasi ancaman di daerah yang tidak dapat
diatasi oleh kekuatan kewilayahan;

(b) melaksanakan rencana pengembangan dan gelar


satuan kesehatan setiap 5 tahun di dalam Rencana
Strategis (Renstra) TNI AD;

(c) menentukan bentuk organisasi satuan kesehatan


dengan mempertimbangkan faktor hakikat ancaman,
modernisasi, dan kemampuan pendukung yang tersedia
guna mendukung pelaksanaan tugas pokoknya;

(d) memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan,


pengembangan, dan redislokasi satuan kesehatan sesuai
dengan tahapan yang telah disusun dengan mengacu
kepada kebijakan/program dari komando atas; dan

(e) melaksanakan pendataan secara terus-menerus


terhadap kondisi satuan kesehatan yang baru dibentuk
maupun dikembangkan dan melaporkan kepada komando
atas.
511

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan kegiatan pembinaan gelar terpusat satuan
kesehatan.

b) Prosedur.

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan gelar kekuatan terpusat yang
ada di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan dan


memberikan saran pembinaan gelar kekuatan terpusat kesehatan
sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan gelar kekuatan terpusat di
wilayah Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan terpusat di wilayah
Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan terpusat di wilayah
Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan gelar kekuatan terpusat di
wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan terpusat di wilayahnya;
dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan terpusat di
wilayahnya.
512

2) Kekuatan Kewilayahan. Pembinaan kekuatan kewilayahan satuan


kesehatan disiapkan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan fungsi kesehatan
di tingkat wilayah.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan organisasi, personel,


materiil dan peranti lunak, serta tempat yang diperlukan dalam
rangka gelar satuan kesehatan tingkat kewilayahan.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dalam organisasi yang akan


melaksanakan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan
serta menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai
dengan kemampuan dan latar belakang pengalaman
maupun penugasan; dan

(b) mengorganisir personel, materiil dan peranti lunak


dalam rangka melaksanakan pembinaan gelar kekuatan
kewilayahan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan tugas.

(3) Pelaksanaan.

(a) membentuk satuan kesehatan sebagai bagian


dalam mendukung kekuatan kewilayahan yang berada di
setiap Komando Daerah Militer (Kodam) sesuai Renstra
TNI AD untuk menghadapi ancaman di suatu daerah yang
disusun sesuai dengan pertimbangan prioritas,
berdasarkan tingkat kerawanan ancaman, geografis, serta
pertimbangan taktis lainnya;

(b) melaksanakan rencana pengembangan dan gelar


satuan kesehatan di dalam rencana strategis TNI AD;

(c) menentukan bentuk organisasi satuan kesehatan


dengan mempertimbangkan faktor hakikat ancaman,
modernisasi, dan kemampuan pendukung yang tersedia
guna mendukung pelaksanaan tugas pokok;

(d) memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan,


pengembangan, dan redislokasi satuan kesehatan sesuai
dengan tahapan yang telah disusun serta mengacu kepada
kebijakan/program dari komando atas; dan

(e) melaksanakan pendataan secara terus-menerus


terhadap kondisi satuan kesehatan yang baru dibentuk
513

maupun dikembangkan dan melaporkan kepada komando


atas.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan kegiatan pembinaan gelar kewilayahan satuan
kesehatan.

b) Prosedur.

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan gelar kekuatan kewilayahan
yang ada di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan dan


memberikan saran pembinaan gelar kekuatan kewilayahan
satuan kesehatan sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan
di wilayah Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan di wilayah
Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan di
wilayah Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan
di wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan di
wilayahnya; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
514

pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan kewilayahan di


wilayahnya.

3) Kekuatan Pendukung. Pembinaan kekuatan satuan kesehatan


disiapkan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan fungsi kesehatan di tingkat
pusat maupun wilayah.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Merencanakan organisasi, personel,


materiil, dan peranti lunak, serta tempat yang diperlukan dalam
rangka gelar kekuatan pendukung.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dalam organisasi yang akan


melaksanakan pembinaan gelar kekuatan pendukung serta
menentukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan
kemampuan dan latar belakang pengalaman maupun
penugasan; dan

(b) mengorganisir personel, materiil, dan peranti lunak


dalam rangka melaksanakan pembinaan gelar kekuatan
pendukung sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan tugas.

(3) Pelaksanaan.

(a) membentuk satuan kesehatan sebagai bagian


kekuatan pendukung TNI AD dalam struktur kekuatan
berdasarkan kepentingan tugas dan tersedianya kekuatan
cadangan, yang dapat digunakan untuk memperbesar atau
memelihara kekuatan, baik pada kekuatan terpusat
maupun kekuatan kewilayahan, yang terdiri atas Puskesad
dan Pusdikkes Kodiklatad;

(b) melaksanakan rencana pengembangan dan gelar


satuan kesehatan di dalam rencana strategis TNI AD;

(c) menentukan bentuk organisasi satuan kesehatan


dengan mempertimbangkan faktor hakikat ancaman,
modernisasi, dan kemampuan pendukung yang tersedia
guna mendukung pelaksanaan tugas pokok;

(d) memonitor pelaksanaan kegiatan pembentukan,


pengembangan, dan redislokasi satuan kesehatan sesuai
dengan tahapan yang telah disusun serta mengacu kepada
kebijakan/program dari komando atas dengan tujuan agar
515

semua kegiatan dalam tahapan ini tidak menyimpang dari


rencana semula; dan

(e) melaksanakan pendataan secara terus-menerus


terhadap kondisi satuan kesehatan yang baru dibentuk
maupun dikembangkan dan melaporkan kepada komando
atas.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan terhadap


pelaksanaan kegiatan pembinaan gelar kekuatan pendukung di
satuan kesehatan.

b) Prosedur. Penyelenggaraan pembinaan gelar kekuatan


pendukung di satuan kesehatan dengan berpedoman pada Sistem
Pembinaan Gelar TNI AD.

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan gelar kekuatan pendukung
yang ada di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan dan


memberikan saran pembinaan gelar kekuatan pendukung
kesehatan sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum dari
Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan gelar kekuatan pendukung di
wilayah Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan pendukung di wilayah
Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan pendukung di
wilayah Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan gelar kekuatan pendukung di
wilayahnya;
516

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan gelar kekuatan pendukung di
wilayahnya; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan gelar kekuatan pendukung di
wilayah nya.

e. Pembinaan Fungsi Kesehatan. Pembinaan kemampuan fungsi teknis terdiri


dari dukungan kesehatan, pelayanan kesehatan, kesehatan preventif, materiil
kesehatan, dan litbang kesehatan diarahkan untuk mewujudkan kesiapan operasional
satuan sesuai fungsi satuan kesehatan.

1) Dukungan Kesehatan.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan


pembinaan fungsi dukungan kesehatan untuk mewujudkan
kondisi prajurit, PNS beserta keluarganya yang sehat, siap tugas
setiap saat dalam mendukung OMP maupun OMSP.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dan materiil yang berkaitan


dengan peningkatan kemampuan dukungan kesehatan
sesuai dengan kemampuan dan latar belakang
pengalaman maupun penugasan; dan

(b) mengorganisir susunan personel yang diperlukan


dalam pembinaan kemampuan dukungan kesehatan, baik
tingkat pusat maupun daerah.

(3) Pelaksanaan:

(a) menyelenggarakan pembinaan dukungan kesehatan


secara optimal sehingga prajurit TNI AD mampu
melaksanakan tugas operasi, latihan, maupun
tugas/kegiatan lapangan lainnya;

(b) menyelenggarakan pembinaan kesehatan kerja


militer dan pemeriksaan kesehatan (rikkes) baik fisik
maupun jiwa;

(c) menyelenggarakan kegiatan pengumpulan


keterangan untuk keperluan intelijen medis dan pemetaan
geomedik yang akurat;
517

(d) menyelenggarakan pembinaan instalasi satuan


kesehatan lapangan dan kesehatan lemdik; dan

(e) menyelenggarakan bantuan kesehatan dalam


bentuk pelayanan kesehatan masyarakat di lapangan.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung


dan tidak langsung terhadap pelaksanaan pembinaan dukungan
kesehatan.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan dukungan kesehatan sebagai


berikut:

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan dukungan kesehatan yang
ada di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


dukungan kesehatan sesuai dengan keputusan dan kebijakan
umum dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan dukungan kesehatan
Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan dukungan kesehatan Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan dukungan kesehatan Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan dukungan kesehatan di
wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan dukungan kesehatan di wilayahnya;
dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
518

pelaksanaan pembinaan dukungan kesehatan di


wilayahnya.

2) Pelayanan Kesehatan.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan


pembinaan pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan bagi satuan dan prajurit Angkatan Darat, PNS
beserta keluarganya.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dan materiil yang berkaitan


dengan peningkatan kemampuan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kemampuan dan latar belakang
pengalaman maupun penugasan; dan

(b) mengorganisir susunan personel yang diperlukan


dalam pembinaan kemampuan pelayanan kesehatan, baik
tingkat pusat maupun daerah.

(3) Pelaksanaan:

(a) menyelenggarakan, mengendalikan, dan


mengevaluasi upaya peningkatan derajat kesehatan bagi
satuan dan prajurit Angkatan Darat, PNS beserta
keluarganya;

(b) menyelenggarakan pembinaan pelayanan


kesehatan kuratif dan rehabilitatif bagi prajurit, PNS
beserta keluarganya melalui pembinaan teknis terhadap
pelayanan kesehatan;

(c) menyelenggarakan pembinaan instalasi pelayanan


kesehatan di lingkungan kesehatan Angkatan Darat untuk
mengoptimalkan pelayanan kesehatan;

(d) menyelenggarakan perencanaan kebutuhan dan


pembinaan dalam bidang bekal kesehatan dan alat
kesehatan yang terstandardisasi; dan

(e) menyelenggarakan fungsi perumahsakitan dan


peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang terakreditasi
bagi instalasi pelayanan kesehatan di jajaran Angkatan
Darat.
519

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung


dan tidak langsung terhadap pelaksanaan pembinaan pelayanan
kesehatan.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan pelayanan kesehatan sebagai


berikut:

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan pelayanan kesehatan yang
ada di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


pelayanan kesehatan sesuai dengan keputusan dan kebijakan
umum dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan pelayanan Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan pelayanan kesehatan Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan pelayanan Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan pelayanan kesehatan di
wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan pelayanan kesehatan di wilayahnya;
dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan pelayanan kesehatan di
wilayahnya.

3) Kesehatan Preventif.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana pembinaan


kesehatan preventif untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi
satuan dan prajurit Angkatan Darat, PNS beserta keluarganya
520

melalui upaya promotif, preventif dan keluarga berencana (KB)


serta kesehatan reproduksi (KR).

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dan materiil yang berkaitan


dengan peningkatan kemampuan kesehatan preventif
sesuai dengan kemampuan dan latar belakang
pengalaman maupun penugasan; dan

(b) mengorganisir susunan personel yang diperlukan


dalam pembinaan kemampuan kesehatan preventif, baik
tingkat pusat maupun daerah.

(3) Pelaksanaan:

(a) menyelenggarakan surveilance epidemiologi


dan pengendalian penyakit bagi satuan dan prajurit
Angkatan Darat, PNS, dan keluarganya;

(b) menyelenggarakan, mengendalikan dan


mengevaluasi upaya penyehatan lingkungan bagi prajurit
Angkatan Darat, PNS dan keluarganya melalui upaya
promotif, preventif, dan kesehatan lingkungan;

(c) menyelenggarakan, mengendalikan, dan


mengevaluasi upaya pencegahan penyakit akibat kerja bagi
prajurit Angkatan Darat, PNS, dan keluarganya melalui
upaya promotif dan preventif serta penyakit akibat kerja;
dan

(d) menyelenggarakan, mengendalikan, dan


mengevaluasi upaya pembinaan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi bagi prajurit Angkatan Darat, PNS,
beserta keluarganya.

(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung


dan tidak langsung terhadap pelaksanaan pembinaan kesehatan
preventif.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan kesehatan preventif sebagai


berikut:

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan kesehatan preventif yang
ada di lingkungan TNI AD.
521

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


kesehatan preventif sesuai dengan keputusan dan kebijakan
umum dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kesehatan preventif
Keskotama;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kesehatan preventif Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kesehatan preventif Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan kesehatan preventif di
wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan kesehatan preventif di wilayahnya; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan kesehatan preventif di
wilayahnya.

4) Materiil Kesehatan.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencanaan kegiatan


pembinaan materiil kesehatan sesuai dengan siklus pembinaan
materiil kesehatan dan peraturan yang berlaku untuk
mewujudkan kesiapan operasional satuan sesuai fungsi satuan
kesehatan.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dan materiil yang berkaitan


dengan peningkatan kemampuan materiil kesehatan
sesuai dengan kemampuan dan latar belakang
pengalaman maupun penugasan; dan
522

(b) mengorganisir susunan personel yang diperlukan


dalam pembinaan kemampuan materiil kesehatan, baik
tingkat pusat maupun daerah.

(3) Pelaksanaan:

(a) menyelengarakan kegiatan pengadaan matkes,


matum, dan matsus atas perintah Kapuskesad sesuai
peraturan pengadaan yang berlaku di lingkungan TNI AD;

(b) menyelengarakan pembinaan penelitian dan


pengembangan materiil kesehatan beserta
kelengkapannya;

(c) menyelenggarakan fungsi pengendalian distribusi


materiil kesehatan beserta kelengkapannya;

(d) menyelenggarakan fungsi pengendalian inventory,


penghapusan, katalogisasi dan kodefikasi, serta
standardisasi materiil kesehatan beserta kelengkapannya;
dan

(e) menyelenggarakan pembinaan fungsi Lembaga


Produksi Puskesad (Lafi, Labiomed, Labiovak, dan
Lapalkes).
(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung
dan tidak langsung terhadap pelaksanaan pembinaan materiil
kesehatan.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan kesehatan preventif sebagai


berikut:

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan materiil kesehatan yang ada
di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


materiil kesehatan sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan materiil Keskotama;
523

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan materiil Keskotama; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan materiil Keskotama.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) merencanakan program dan anggaran yang


berkaitan dengan pembinaan materiil kesehatan di
wilayahnya;

(b) melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan materiil kesehatan di wilayahnya; dan

(c) melaksanakan evaluasi, melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembinaan materiil kesehatan di wilayahnya.

5) Litbang Kesehatan.

a) Proses.

(1) Perencanaan. Menyusun rencana kegiatan


pembinaan litbang kesehatan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan riset kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan kemampuan pelayanan dan dukungan kesehatan.

(2) Pengorganisasian:

(a) menyusun personel dan materiil yang berkaitan


dengan peningkatan kemampuan litbang kesehatan
sesuai dengan kemampuan dan latar belakang
pengalaman maupun penugasan; dan

(b) mengorganisir susunan personel yang diperlukan


dalam pembinaan kemampuan litbang kesehatan, baik
tingkat pusat maupun daerah.

(3) Pelaksanaan:

(a) menyelenggarakan program kerja dan pembinaan


penelitian dan pengembangan Kesehatan Angkatan Darat;
524

(b) menyelenggarakan, menghimpun dan


mengoordinasi-kan pelaksanaan penelitian dan
pengembangan kesehatan di jajaran Puskesad; dan

(c) menyelenggarakan pengendalian dan pengawasan


pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di
jajaran Puskesad.
(4) Pengawasan. Melaksanakan pengawasan secara langsung
dan tidak langsung terhadap pelaksanaan pembinaan litbang
kesehatan.

b) Prosedur. Prosedur pembinaan litbang kesehatan sebagai


berikut:

(1) Mabesad. Kasad memutuskan dan menetapkan


kebijakan umum tentang pembinaan litbang kesehatan yang ada
di lingkungan TNI AD.

(2) Pus/Cab/Fung. Kapuskesad merencanakan pembinaan


litbang kesehatan sesuai dengan keputusan dan kebijakan umum
dari Kasad.

(3) Kotama:

(a) mengoordinasikan dengan Kotama terkait dengan


tempat pelaksanaan litbangkes; dan

(b) membantu pelaksanaan kegiatan litbangkes yang


dilaksanakan di wilayahnya.

(4) Dan/Kasatkes:

(a) mengoordinasikan dengan satuan di wilayahnya


terkait dengan tempat pelaksanaan litbangkes; dan

(b) membantu pelaksanaan kegiatan litbangkes yang


dilaksanakan di wilayahnya.

61. Penggunaan Kesehatan.

a. Umum. Penggunaan Kesehatan Angkatan Darat sebagai unsur bantuan


administrasi dengan cara mendukung tugas TNI pada OMP, OMSP, sesuai ketentuan
Undang-Undang RI No 34 tahun 2004 tentang TNI, serta pada pendidikan dan
latihan. Dukungan yang dapat diberikan kepada satuan-satuan pengguna sesuai
dengan kebutuhan. Dalam penggunaan dukungan Kesehatan dilaksanakan sesuai
dengan prosedur dalam penggunaan TNI.
525

b. Bentuk Dukungan Kesehatan.

Personel, kegiatan dan materiil kesehatan yang dapat mendukung


terlaksananya tugas yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Penggunaan Kesehatan.

1) Penggunaan dalam OMP.

a) Sasaran. Dapat memberikan dukungan personel, kegiatan,


dan materiil kesehatan untuk kegiatan OMP pada tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

b) Penggunaan. Dukungan diberikan kepada satuan-satuan


Angkatan Darat dan kepada instansi lainnya pada saat tahap
perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan untuk kegiatan serta pada
tahap pengakhiran dilakukan kegiatan dukungan kesehatan.

2) Penggunaan dalam OMSP.

a) Sasaran. Dapat memberikan dukungan personel,


kegiatan, dan materiil kesehatan untuk kegiatan OMSP pada tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

b) Penggunaan. Dukungan diberikan kepada satuan-satuan


Angkatan Darat dan kepada instansi lainnya pada tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran sesuai permintaan dan
kebutuhan.

3) Penggunaan dalam Pendidikan.

a) Sasaran. Dapat memberikan dukungan personel,


kegiatan, dan materiil kesehatan untuk kegiatan pendidikan pada tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

b) Penggunaan. Dukungan diberikan kepada satuan-satuan


Angkatan Darat dan kepada instansi lainnya pada tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran sesuai permintaan dan
kebutuhan.

4) Penggunaan dalam Latihan.

a) Sasaran. Dapat memberikan dukungan personel,


kegiatan, dan materiil kesehatan untuk kegiatan latihan pada tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.
526

b) Penggunaan. Dukungan diberikan kepada satuan-satuan


Angkatan Darat dan kepada instansi lainnya pada tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran sesuai permintaan dan
kebutuhan.

62. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Guna menjamin kelancaran pelaksanaan tugas Puskesad, perlu


diatur tataran kewenangan di tingkat pusat maupun di daerah guna penyelenggaraan
fungsi Puskesad dalam penyediaan dan penyajian informasi Puskesad, sehingga
diperoleh daya guna dan hasil guna yang maksimal.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat. Kasad:

1) menentukan kebijakan umum penyelenggaraan pembinaan Kesad yang


diwujudkan melalui pembinaan kekuatan, pembinaan kemampuan, dan
pembinaan gelar kekuatan sesuai dengan peran, tugas, dan fungsi Kesad;

2) melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembinaan


Kesad; dan

3) dalam pelaksanaannya bertanggung jawab kepada Panglima TNI.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Puscab. Kapuskesad:

1) Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Kesehatan.


Wewenang dan tanggung jawab pembinaan kesehatan di tingkat pusat berada
pada Kapuskesad, meliputi:

a) menentukan kebijakan dan strategi pembinaan kesehatan;

b) menentukan kebijakan umum penyelenggaraan kesehatan;

c) menentukan kebijakan tentang pembinaan dukungan dan


pelayanan kesehatan;

d) menentukan kebijakan tentang pembinaan kemampuan,


kekuatan, dan gelar satuan kesehatan; dan

e) dalam pelaksanaannya bertanggung jawab kepada Kasad.

2) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis dalam penyelenggaraan kesehatan di tingkat pusat berada pada
Kapuskesad, meliputi:
527

a) menyusun rencana dan program penyelenggaraan teknis


kesehatan bagi kesiapan satuan;

b) menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan teknis


kesehatan;

c) mengadakan koordinasi dengan institusi dari pihak terkait di luar


TNI AD atas persetujuan pimpinan TNI AD;

d) menyelenggarakan pembinaan kesehatan melalui pembinaan


dukungan dan pelayanan kesehatan di tingkat pusat;

e) menyelenggarakan pembinaan kesehatan melalui pembinaan


kekuatan, kemampuan, dan gelar satuan kesehatan;

f) melaksanakan pengawasan teknis bidang kesehatan;

g) melaksanakan supervisi teknis bidang kesehatan; dan

h) melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pembinaan kesehatan


dan melaporkan kepada Kasad.

3) Wewenang dan Tanggung Jawab Lapangan Kekuasaan Teknis. LKT


atas penyelenggaraan fungsi kesehatan di jajaran TNI AD berada pada
Kapuskesad.

4) Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama.

a) Wewenang dan Tanggung Jawab Pembinaan Kesehatan.


Wewenang dan tanggung jawab pembinaan kesehatan di tingkat
Kotama berada pada Kakes Kotama, meliputi:

(1) menentukan kebijakan umum penyelenggaraan kesehatan di


tingkat Kotama;

(2) membina dan memelihara kesiapsiagaan operasional bidang


kesehatan; dan

(3) mengendalikan, mengevaluasi, mengawasi dan melaporkan


kesiapan bidang kesehatan kepada Pangkotama tembusan
Kapuskesad.

b) Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan. Wewenang


dan tanggung jawab penggunaan kesehatan di tingkat Kotama
menjadi tanggung jawab Pangkotama.
528

c) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan


tanggung jawab teknis penyelenggaraan kesehatan di tingkat kotama
berada pada Kakes Kotama, meliputi:

(1) menyusun rencana dan program penyelenggaraan


teknis kesehatan bagi kesiapan tingkat kotama;

(2) menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan


teknis kesehatan;

(3) mengadakan koordinasi dengan institusi dari pihak


terkait di luar TNI AD atas persetujuan Pangkotama;

(4) menyelenggarakan pembinaan kesehatan melalui


pembinaan fungsi teknis kesehatan di tingkat kotama;

(5) melaksanakan supervisi teknis bidang kesehatan; dan

(6) melaksanakan evaluasi penyelenggaraan kesehatan serta


melaporkan kepada Pangkotama tembusan Kapuskesad
selaku pembina fungsi teknis Kesad.

d) Wewenang dan Tanggung Jawab Lapangan Kekuasaan


Teknis. Secara hierarki Kapuskesad mendelegasikan pelaksanaan LKT
di kotama kepada Kakes Kotama.

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan.

1) Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan. Wewenang


dan tanggung jawab di tingkat satuan berada pada komandan satuan, meliputi:

a) menentukan kebijakan umum penyelenggaraan kesehatan di


tingkat satuan;

b) membina dan memelihara kesiapsiagaan operasional bidang


kesehatan; dan

c) mengendalikan, mengevaluasi, mengawasi dan melaporkan


kesiapan bidang kesehatan kepada komandan atasan dengan
tembusan Kakes Kotama/Dandenkesyah.

2) Wewenang dan Tanggung Jawab Penggunaan. Wewenang dan


tanggung jawab penggunaan kesehatan di tingkat satuan menjadi tanggung
jawab komandan satuan.

3) Wewenang dan Tanggung Jawab Teknis. Wewenang dan tanggung


jawab teknis penyelenggaraan kesehatan di tingkat satuan berada pada
Pakes/dokter satuan:
529

a) menyusun rencana dan program penyelenggaraan teknis


kesehatan bagi kesiapan tingkat satuan;

b) menyelenggarakan pengkajian dan pengembangan teknis


kesehatan;

c) mengadakan koordinasi dengan institusi dari pihak terkait di luar


TNI AD atas persetujuan komandan satuan;

d) menyelenggarakan pembinaan kesehatan melalui pembinaan


fungsi teknis kesehatan di tingkat satuan; dan

e) melaksanakan evaluasi penyelenggaraan kesehatan dan


melaporkan kepada komandan satuan dengan tembusan Kakes
Kotama/Dandenkesyah selaku pembina fungsi kesehatan.

4) Wewenang dan Tanggung Jawab Lapangan Kekuasaan Teknis.


Secara hierarki Kakes Kotama/Dandenkesyah mendelegasikan pelaksanaan
LKT di satuan kepada Pakes/dokter satuan.

BAB XII
POLISI MILITER

63. Umum. Polisi Militer merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai
kekuatan yang menjalankan fungsi penyelidikan dan pengamanan fisik, penegakan hukum,
penyidikan dan pengawalan.

64. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Polisi Militer.

a. Umum. Guna menjamin efektivitas dan efisiensi dalam pembinaan dan


penggunaan Polisi Militer maka perlu ditetapkan ketentuan pokok penyelenggaraan
Polisi Militer yang meliputi peran, tugas, fungsi dan asas Polisi Militer.

b. Peran. Polisi Militer merupakan bagian dari TNI AD yang berperan sebagai
satuan bantuan administrasi (Satbanmin) guna mendukung tugas pokok TNI AD.

c. Tugas. Polisi Militer dalam mendukung tugas pokok TNI AD mempunyai


tugas sebagai berikut:

1) Tugas pokok. Polisi Militer Angkatan Darat bertugas membina dan


menyelenggarakan fungsi Polisi Militer dalam rangka mendukung tugas pokok
TNI AD.
2) Tugas-tugas.
530

a) Menyelenggarakan pengumpulan keterangan dalam rangka


pengamanan VVIP, VIP TNI, Personel TNI AD, Materiil TNI AD dan
Objek vital TNI AD.
b) Menyelenggarakan razia dan patroli Polisi Militer.
c) Menyelenggarakan penegakan disiplin dan tata tertib militer.
d) Menyelenggarakan SIM TNI dilingkungan TNI AD.
e) Menyelenggarakan pembinaan Provos.
f) Menyelenggarakan penyelesaian perkara pidana.
g) Menyelenggarakan penyelidikan kriminal.
h) Menyelenggarakan pengurusan tahanan militer, tahanan keadaan
bahaya/operasi militer, tawanan perang dan interniran perang.
i) Menyelenggarakan laboratorium kriminalistik.
j) Menyelenggarakan pengawalan bermotor VVIP, VIP TNI,
Personel TNI AD, Materiil TNI AD dan kepentingan TNI AD lainnya serta
pengawalan istana.
k) Menyelenggarakan pengendalian lalu lintas militer.

d. Fungsi. Guna mendukung tugas pokok TNI AD sesuai dengan perannya


sebagai satuan bantuan administrasi (Satbanmin), Polisi Militer menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
1) Penyelidikan dan Pengamanan Fisik (Lidpamfik). Menyelenggarakan
segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan
keterangan dalam rangka pengamanan VVIP, VIP TNI, Personel TNI AD,
Materiil TNI AD dan Objek Vital TNI AD.
2) Penegakan hukum (Gakkum). Menyelenggarakan segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan yang berkaitan dengan razia, patroli Polisi Militer,
penegakan disiplin dan tata tertib, penyelenggaraan SIM TNI di lingkungan TNI
AD dan pembinaan Provos.
3) Penyidikan (Idik). Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian perkara pidana, penyelidikan
kriminal, pengurusan Tahanan Militer, Tahanan Keadaan Bahaya/Operasi
Militer, Tawanan Perang, Interniran Perang dan Laboratorium Kriminalistik.
4) Pengawalan (Wal). Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan yang berkaitan dengan pengawalan bermotor VVIP, VIP TNI, Personel
TNI AD, Materiil TNI AD dan kepentingan TNI AD lainnya, pengawalan istana
dan pengendalian lalu lintas militer.

e. Asas.
531

1) Kesatuan komando. Penyelenggaraan dukungan Polisi Militer


memerlukan kesatuan komando yang tegas, terkoordinasi dan terpadu dalam
penyelenggaraan fungsi Polisi Militer.
2) Tujuan. Penyelenggaraan fungsi Polisi Militer harus diarahkan pada
suatu tujuan yang jelas dan konsisten dalam rangka mendukung tugas pokok
TNI AD.
3) Legal. Setiap kegiatan dan tindakan Polisi Militer harus sah berdasarkan
ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Kerahasiaan. Dalam setiap kegiatan dan tindakan Polisi Militer harus
senantiasa menjaga dan melindungi segala hal yang berhubungan kerahasiaan
militer atau kerahasiaan demi hukum.
5) Keamanan. Dalam setiap kegiatan dan tindakan Polisi Militer
senantiasa mengutamakan keamanan dan keselamatan.
6) Kesederhanaan. Penyelenggaraan fungsi Polisi Militer harus
sesederhana mungkin untuk menjamin pemahaman langsung dan nyata tanpa
menimbulkan keraguan sehingga mudah dilaksanakan.
7) Ketelitian. Dalam setiap kegiatan dan tindakan Polisi Militer
senantiasa mengutamakan kecermatan untuk kesempurnaan tugas dan
tanggung jawabnya.
8) Perlindungan. Setiap kegiatan dan tindakan Polisi Militer dilakukan
guna mencegah prajurit TNI AD melakukan pelanggaran hukum dan
perundang-undangan yang berlaku.

65. Dasar Penyelenggaraan Polisi Militer.

a. Umum. Penyelenggaraan Polisi Militer dilaksanakan melalui pembinaan dan


penggunaan Polisi Militer dengan mengacu kepada peran dan tugasnya. Agar
penyelenggaraan Polisi Militer dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil
guna, maka perlu dirumuskan dasar penyelenggaraan Polisi Militer yang meliputi
tujuan, sasaran, subjek, objek, metode dan sarana prasarana serta pedoman
penyelenggaraan Polisi Militer yang jelas dan terarah.

b. Tujuan dan Sasaran.


1) Tujuan. Untuk mewujudkan kekuatan dan kemampuan serta gelar
satuan Polisi Militer agar mampu melaksanakan tugas secara optimal.

2) Sasaran.
a) Pembinaan Polisi Militer.
532

(1) Terwujudnya kekuatan Polisi Militer yang solid dan


tangguh, sehingga memiliki kesiapan untuk digunakan dalam
pelaksanaan tugas.
(2) Terbentuknya kemampuan Polisi Militer yang profesional
dan modern, sehingga mampu untuk melaksanakan operasi
berdiri sendiri maupun memberikan dukungan pada operasi yang
dilaksanakan satuan lain.
(3) Tertatanya gelar satuan Polisi Militer untuk mewujudkan
kesiapsiagaan satuan, sehingga mampu untuk melaksanakan
tugas pada setiap tempat.
b) Penggunaan Polisi Militer.
(1) Terwujudnya penggunaan Polisi Militer secara optimal
pada pelaksanaan operasi militer untuk perang (OMP).
(2) Terwujudnya penggunaan Polisi Militer secara optimal
pada pelaksanaan operasi militer selain perang (OMSP) baik
yang bersifat tempur maupun non tempur.

c. Subjek, Objek, Metode dan Sarana Prasarana.

1) Subjek.
a) Panglima TNI.
b) Kasad.
c) Pangkotama.
d) Danpuspomad.
e) Dansatpomad.
f) Danpusdikpom Kodiklatad.
2) Objek.
a) Satuan Polisi Militer.
b) Provos Satuan.

3) Metode.
a) Pembinaan. Pembinaan satuan Polisi Militer dilaksanakan
dengan metode:
(1) Pembinaan Kekuatan. Diarahkan pada terwujudnya satuan
Polisi Militer yang solid dan tangguh, sehingga memiliki kesiapan
untuk digunakan dalam pelaksanaan tugas yang dilaksanakan
melalui pengamatan, penelitian, pengkajian, penilaian, uji teori
533

dan uji coba/lapangan, analisa dan evaluasi, studi banding,


pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan.
(2) Pembinaan Kemampuan. Diarahkan untuk mewujudkan
satuan Polisi Militer yang mampu melaksanakan tugas dalam
rangka mendukung tugas Operasi Militer Perang dan Operasi
Militer Selain Perang yang dilaksanakan melalui pendidikan,
latihan dan penugasan.
(3) Pembinaan Gelar. Diarahkan pada pembinaan gelar
secara terpusat maupun kewilayahan yang dilaksanakan dengan
cara observasi, pengkajian dan penataan satuan.

b) Penggunaan. Penggunaan satuan Polisi Militer dilaksanakan


dengan metode:
(1) Preemtif. Melaksanakan kegiatan secara dini yang
bersifat edukasi kepada personel TNI AD dalam bentuk kegiatan
penyuluhan dan sosialisasi.
(2) Preventif. Melaksanakan kegiatan pencegahan sebelum
penindakan berdasarkan aturan hukum yang berlaku dalam
bentuk kegiatan pameran kekuatan (show of force), Patroli Polisi
Militer dan kegiatan lainnya.
(3) Represif. Melaksanakan kegiatan penegakan hukum,
disiplin dan tata tertib dengan melakukan penindakan terhadap
pelanggaran disiplin dan/atau pelanggaran hukum berdasarkan
aturan hukum yang berlaku.

4) Sarana Prasarana.
a) Piranti Keras. Merupakan sarana dan prasarana yang
digunakan dalam rangka menjamin terselenggaranya pembinaan Polisi
Militer secara berhasil dan berdaya guna meliputi:
(1) Alat utama Polisi Militer.
(2) Fasilitas pendukung yang tersedia berupa bangunan,
perkantoran, perumahan, fasilitas latihan, fasilitas pendidikan dan
perangkat lainnya.
b) Piranti Lunak. Merupakan sarana dan prasarana pendukung
penyelenggaraan pembinaan dan penggunaan Polisi Militer meliputi:
(1) Doktrin.
(2) Buku petunjuk terdiri atas Buku Petunjuk Induk, Buku
Petunjuk Administrasi, Buku Petunjuk Pelaksanaan, Buku
Petunjuk Teknis dan Buku Petunjuk Lapangan.
(3) Prosedur Tetap.
534

d. Pedoman Penyelenggaraan Polisi Militer. Penyelenggaraan Polisi Militer


dilaksanakan melalui dua kegiatan utama yaitu:
1) Pembinaan Polisi Militer. Pembinaan Polisi Militer diselenggarakan
dalam rangka memelihara dan meningkatkan kinerja fungsi dalam pelaksanaan
tugas sebagai berikut:
a) Pembinaan kekuatan. Pembinaan ini lebih diarahkan pada
pembinaan satuan Polisi Militer sesuai dengan tuntutan tugas, melalui
pembinaan komponen organisasi, personel, materiil, piranti lunak dan
pangkalan.
b) Pembinaan kemampuan. Diselenggarakan untuk mewujudkan
profesionalisme Prajurit maupun satuan yang dilaksanakan melalui siklus
pendidikan, latihan dan penugasan.
c) Pembinaan gelar. Diselenggarakan untuk mendukung gelar TNI
AD baik yang bersifat terpusat maupun kewilayahan.

2) Penggunaan Polisi Militer. Penggunaan Polisi Militer untuk mendukung


operasi TNI AD baik OMP maupun OMSP sebagai berikut:
a) Operasi Militer untuk Perang (OMP).
(1) Pada operasi gabungan meliputi operasi lintas udara,
operasi pertahanan udara, operasi pertahanan pantai, operasi
pendaratan administrasi dan operasi darat gabungan.
(2) Pada operasi darat.
(a) Operasi Tempur meliputi: Operasi serangan,
pertahanan, pemindahan ke belakang, pergantian, dalam
kondisi khusus, pengaruh Nubika, Pernika, Mobud, gerilya,
dan operasi khusus.
(b) Operasi Intelijen meliputi operasi penyelidikan,
pengamanan dan penggalangan.
(c) Operasi Teritorial.
(3) Pada operasi bantuan meliputi operasi bantuan intelijen,
bantuan perlindungan, bantuan raid, bantuan tembakan, bantuan
SAR tempur, bantuan teritorial, bantuan pernika, bantuan
angkutan dan bantuan keamanan.
b) Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
(1) Pada Operasi Militer Selain Perang yang bersifat tempur
meliputi operasi militer dalam rangka mengatasi gerakan
separatis bersenjata, mengatasi pemberontakan bersenjata,
mengatasi aksi terorisme, lawan insurjensi, mengamankan
wilayah perbatasan, mengamankan objek vital nasional yang
bersifat strategis, melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai
dengan kebijakan politik luar negeri, mengamankan Presiden dan
535

Wakil Presiden RI beserta keluarganya dan operasi militer dalam


rangka mengamankan tamu negara setingkat Kepala Negara dan
perwakilan asing yang sedang berada di Indonesia.
(2) Pada Operasi Militer Selain Perang yang bersifat non
tempur meliputi operasi pemberdayaan wilayah pertahanan dan
kekuatan pendukung, membantu pemerintah di daerah,
membantu Polri dalam rangka tugas Kamtibmas yang diatur
dalam Undang-Undang, membantu menanggulangi akibat
bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusian
serta operasi membantu pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaan (SAR) serta membantu pemerintah dalam
pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan dan penyelundupan.

66. Pembinaan Polisi Militer.

a. Umum. Penyelenggaraan Polisi Militer dilaksanakan melalui pembinaan


Polisi Militer dengan mengacu kepada peran, tugas dan fungsi. Agar penyelenggaraan
pembinaan Polisi Militer dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna,
maka perlu dirumuskan penyelenggaraan pembinaan Polisi Militer melalui pembinaan
kekuatan, pembinaan kemampuan dan pembinaan gelar, meliputi kebijakan, strategi
dan penyelenggaraan yang jelas serta terarah.

b. Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan Polisi Militer diselenggarakan


secara terus menerus dan disesuaikan dengan pola pembinaan yang berlaku di
lingkungan TNI AD.
1) Pembinaan struktur/organisasi. Pembinaan yang diarahkan pada
peningkatan kekuatan dalam rangka terciptanya struktur organisasi satuan
Polisi Militer yang dapat mendukung pelaksanaan tugas TNI AD.
a) Proses. Proses pembinaan struktur/organisasi Polisi Militer
dilaksanakan melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.
(1) Perencanaan.
(a) Menghimpun dan mencatat data seluruh satuan
Polisi Militer dengan tujuan mendapatkan data secara
akurat dan aktual sebagai bahan pertimbangan dalam
rangka penyempurnaan organisasi.
(b) Membuat kajian naskah akademik tentang
organisasi.
536

(c) Membuat rencana waktu tentang pelaksanaan


penataan organisasi dengan mengacu kepada hasil
evaluasi pelaksanaan tugas dan kondisi satuan serta
dipadukan dengan program dari komando atas.
(2) Pengorganisasian.
(a) Membentuk tim kelompok kerja untuk menyusun
rencana validasi terhadap organisasi Polisi Militer dengan
melibatkan lembaga pendidikan dan Komandan satuan
Polisi Militer terkait.
(b) Menyusun tugas dan tanggung jawab masing-
masing anggota kelompok kerja.
(c) Menyelenggarakan rapat pendahuluan oleh tim
kelompok kerja (Pokja) untuk menkoordinasikan hal-hal
yang berkait dengan pelaksanaan tugas tim Pokja.
(3) Pelaksanaan.
(a) Menyusun naskah akademik untuk memberikan
penjelasan dan pemahaman tentang perlunya dilaksanakan
pembentukan/perubahan Orgas satuan.
(b) Melaksanakan penyusunan naskah organisasi dan
tugas (Orgas) serta naskah mekanisme hubungan kerja
(Mekhubja).
i. Pada pembentukan organisasi ditentukan
tujuan, tugas pokok dan kegiatan yang
dilaksanakan, mengelompokkan kegiatan dalam
fungsi, menentukan unit-unit kerja, menyusun
personel dalam bentuk DSPP, materiil dan piranti
lunak (Penak), menetapkan prosedur kerja dan
metode kerja serta menentukan tugas,
tanggungjawab dan wewenang pada seluruh unsur
organisasi yang dibentuk.
ii. Perubahan organisasi dilaksanakan terhadap
organisasi Polisi Militer yang telah terbentuk yang
karena alasan tertentu harus dilakukan perubahan
dengan cara reorganisasi, validasi organisasi,
pembekuan organisasi dan likuidasi organisasi.
(c) Melaksanakan kegiatan Uji Teori dengan
mekanisme UT I di Puspomad, UT II di Kodiklatad TNI AD
dan UT III di Mabesad.
(d) Melaksanakan penerbitan naskah yang meliputi
pengesahan, pencetakan dan penggandaan serta
pendistribusian naskah ke seluruh satuan jajaran Angkatan
Darat. Orgas yang telah disahkan dilaksanakan uji coba
selama 1 (satu) tahun di satuan Polisi Militer yang
bersangkutan.
537

(e) Melaksanakan kegiatan Forum evaluasi


pelaksanaan Orgas setelah uji coba selama 1 (satu) untuk
disempurnakan kemudian disahkan dan berlaku selama 5
(lima) tahun atau atas kebijakan Pimpinan TNI AD.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif terhadap
uji teori organisasi dan tugas (Orgas) serta tindak lanjut
dari kegiatan uji teori tersebut.
(b) Menginventarisir hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan/kendala yang dihadapi selama
melaksanakan kegiatan.
(c) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
pembinaan organisasi sebagai bahan perbaikan dan
penyempurnaan organisasi.
b) Prosedur. Pembinaan Struktur/Organisasi Polisi Militer
dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut:
(1) Pembentukan Organisasi. Pembentukan organisasi
dilakukan untuk menyusun pertama kali suatu organisasi secara
formal bagi satuan-satuan yang baru dibentuk, pada hakekatnya
untuk setiap pembentukan organisasi dan tugas satuan Polisi
Militer dilaksanakan melalui langkah-langkah pengorganisasian
sebagai berikut:
(a) Penentuan tujuan.
(b) Perumusan tugas pokok.
(c) Perincian kegiatan.
(d) Pengelompokan kegiatan dalam fungsi.
(e) Penentuan unit kerja.
(f) Penyusunan personel.
(g) Perlengkapan.
(h) Prosedur kerja.
(i) Penetapan metode kerja.
(j) Penyusunan daftar buku petunjuk pelaksanaan
tugas.
(2) Perubahan Organisasi.
(a) Reorganisasi. Melaksanakan penyusunan kembali
organisasi setelah terjadi perubahan organisasi Polisi
Militer baik bersifat menyeluruh dan total maupun
sebagian, berdasar pada sifat bagian/unsur-unsurnya
dengan pendekatan struktur pendekatan teknologi dan
pendekatan pendayagunaan tenaga manusia.
538

(b) Validasi Organisasi.


i. Melaksanakan evaluasi dan pengkajian
terhadap efektifitas dan efisiensi organisasi Polisi
Militer.
ii. Penyusunan rencana validasi organisasi
Polisi Militer sesuai dengan perkembangan situasi
yang berlaku.

iii. Penyempurnaan organisasi dilakukan dengan


melakukan perubahan yang bersifat tidak
menyeluruh namun dilakukan terhadap suatu unit
kerja tertentu melalui:
i) Revitalisasi. Merupakan upaya-upaya
untuk memberdayakan terhadap suatu unsur
yang kurang berperan sekaligus untuk
meningkatkan kinerjanya.
ii) Refungsionalisasi. Merupakan upaya
untuk meningkatkan fungsi suatu organisasi
dengan jalan menambah atau mengurangi
fungsi yang telah ada.
iii) Restrukturisasi. Merupakan upaya
untuk menambah atau mengurangi dari
struktur organisasi yang telah ada, sebagai
akibat beban tugas yang dilaksanakan oleh
suatu organisasi tersebut.
(3) Pembekuan Organisasi. Pembekuan suatu organisasi
Polisi Militer dilakukan terhadap organisasi yang telah selesai
dalam melaksanakan tugasnya sementara serta dianggap tidak
efisien lagi, namun dapat difungsikan kembali bila diperlukan
dengan mengisi personel sesuai DSPP dan bekerja sesuai
prosedur kerja yang telah disempurnakan kembali dengan
tuntutan tugas.
(4) Likuidasi. Pada dasarnya adalah pembubaran
organisasi Polisi Militer karena tidak diperlukan lagi, akan tetapi
dapat dikembangkan atau digabungkan untuk dibentuk organisasi
baru, dengan pertimbangan:
(a) Kondisi tugas satuan.
(b) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(c) Kebijakan komando atas.
539

2) Pembinaan personel. Pembinaan yang diarahkan pada


peningkatan kekuatan dan komposisi personel pada satuan Polisi Militer untuk
dapat mendukung pelaksanaan tugas TNI AD.
a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merencanakan kegiatan pembinaan personel Polisi
Militer khususnya tentang rotasi penugasan sesuai dengan
tataran kewenangan, yaitu untuk perwira pada
jabatangolongan VI s.d IV oleh Pembina fungsi, sedangkan
untukperwira pada jabatan golongan VII s.d VIII, Bintara
dan Tamtama oleh kotama dan satuan masing-masing.
(b) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan secara
terus menerus terhadap kondisi personel Polisi Militer guna
mendapatkan data secara obyektif untuk keperluan upaya
pembinaan personel.

(c) Mencatat dan menghimpun personel Polisi Militer


sesuai dengan nilai dan kriteria masing-masing yang
berhubungan dengan kegiatan penyediaan, pendidikan,
penggunaan, perawatan dan pemisahan.
(d) Menyusun rencana waktu pelaksanaan pembinaan
personel dengan mengacu kepada pelaksanaan tugas
pokok dan program dari Komando atas.
(e) Menyusun konsep tentang penempatan dan
penugasan bagi setiap personel Polisi Militer yang telah
menyelesaikan pendidikan dengan berpedoman pada:
i. Daftar kekosongan jabatan.
ii. Kebutuhan organisasi.
iii. Angket pilihan dan Psikologi.
iv. Giliran penugasan jabatan (Tour of
Duty/TOD) dan giliran daerah penugasan (Tour of
Area/TOA).
v. Talent Scouting dan Sosiometri.
(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih personel yang akan
menjabat di staf personel sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, sehingga upaya pembinaan personel dapat
dilaksanakan secara baik.
(b) Menentukan tugas dan tanggungjawab bagi
personel yang menjabat di staf personel khususnya di
bidang pembinaan personel.
540

(3) Pelaksanaan.
(a) Mengendalikan dan memelihara kekuatan personel
Satuan Polisi Militer.
(b) Menyelenggarakan pembinaan karier melalui
pengarahan dan penempatan jabatan Perwira, Bintara dan
Tamtama.
(c) Menilai dan mengevaluasi tingkat kemampuan dan
kecakapan personel sesuai tugas dan jabatan masing-
masing.
4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif terhadap
pelaksanaan kegiatan pembinaan personel.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan personel.
(c) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan pembinaan personel sebagai bahan perbaikan
pada kegiatan selanjutnya.
(d) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan bagi komando atas.

b) Prosedur. Penyelenggaraan pembinaan personel Polisi Militer


meliputi:
(1) Penyediaan tenaga. Pembina Polisi Militer tingkat pusat
memberi saran kepada Kasad tentang penyediaan tenaga untuk
Prajurit Polisi Militer baik Perwira, Bintara maupun Tamtama.
(2) Pendidikan.
(a) Pendidikan diberikan kepada personel yang telah
atau akan menduduki jabatan bidang fungsi Polisi Militer
atau diarahkan dalam jabatan dan keterampilan tertentu
agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan
jabatan dan keahlian yang harus dimiliki.
(b) Tujuan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
pengetahuan perorangan dalam rangka meningkatkan
kemampuan penyelenggaraan fungsi Polisi Militer secara
optimal.
(c) Macam pendidikan yang diselenggarakan oleh Polisi
Militer adalah pendidikan pembentukan, pengembangan
spesialisasi dan pengembangan umum.
541

(d) Pada akhir pendidikan pembentukan dilaksanakan


acara tradisi korps pembaretan.
(3) Penggunaan.
(a) Penggunaan personel Polisi Militer yang baru
diangkat menjadi Perwira, Bintara maupun Tamtama
diarahkan pada penugasan lapangan ke satuan-satuan
Polisi Militer agar dapat mengenal dan merasakan secara
langsung hakekat kehidupan Prajurit dan menerapkan
kepemimpinan lapangan bagi Perwira dan Bintara.
(b) Penempatan personel Polisi Militer dilaksanakan
secara selektif sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
keterampilan serta keahlian/kualifikasi yang dimiliki.
(c) Penugasan personel Polisi Militer diadakan rotasi
pada periode tertentu untuk memberikan kesempatan
memperoleh pengalaman dan pengetahuan melalui giliran
daerah penugasan/jabatan (TOA/TOD).
(d) Semua personel Polisi Militer mempunyai
kesempatan yang sama dalam seleksi untuk promosi
mengikuti pendidikan dan penugasan pada berbagai
jabatan atas dasar prestasi yang telah diraih.
(e) Penugasan pada jabatan golongan Perwira
diprioritaskan kepada Perwira yang berprestasi pada
pelaksanaan tugas sebelumnya dan mempunyai potensi
yang dapat dikembangkan untuk memangku jabatan yang
lebih tinggi.

(4) Perawatan.
(a) Peningkatan pelayanan personel dan keluarganya
dengan cara memberikan hak-haknya tepat waktu, tepat
sasaran, tepat jumlah dan tepat kualitas.
(b) Peningkatan kesejahteraan personel Polisi Militer
dan keluarganya melalui penyediaan fasilitas perumahan,
tempat ibadah, koperasi, olahraga, hiburan, kesehatan
serta rawatan purna dinas bagi para purna wirawan Polisi
Militer.
(c) Peningkatan pembinaan mental personel Polisi
Militer dan keluarganya agar tidak terpengaruh oleh
perkembangan negatif.
(d) Meningkatkan kesehatan dan jasmani personel
Polisi Militer dan keluarganya agar selalu memiliki kondisi
fisik yang prima guna mendukung pelaksanaan tugas.
542

(e) Mengintensifkan dan meningkatkan pelaksanaan


pemberian penghargaan kepada personel yang berprestasi
dan memberikan tegoran/hukuman kepada personel yang
melakukan pelanggaran.
(f) Peningkatan pembinaan moral melalui kegiatan-
kegiatan yang bersifat positif untuk menumbuhkan saling
percaya, kebersamaan, kebanggaan dan kecintaan
terhadap satuan.
(g) Peningkatan terhadap pembinaan hukum, disiplin
dan tata tertib bagi personel dan keluarganya guna
mewujudkan Prajurit yang bertanggung jawab dan taat
kepada aturan/hukum serta menjadi suri tauladan bagi
masyarakat.
(h) Pembinaan terhadap para purnawirawan Korps
Polisi Militer dengan dilibatkan pada kegiatan peringatan
HUT Satuan dan pertemuan-pertemuan informal.
(5) Pemisahan.
(a) Pemisahan personel Polisi Militer dilaksanakan
secara konsepsional sesuai kebutuhan organisasi.
Pelaksanaan pemisahan personel mengacu pada
pemisahan personel TNI AD sebagai berikut:
i. Personel dapat dipertahankan dalam dinas
aktif sampai mencapai usia pensiun maksimum
secara selektif sesuai kebutuhan.
ii. Pemisahan pada umumnya didasarkan pada
faktor usia, kualitas personel dan kebutuhan
organisasi.
iii. Penyaluran dilaksanakan melalui pemberian
bekal pengetahuan dan keterampilan bagi personel
Polisi Militer secara terencana dan terarah
menjelang pengakhiran dinas Keprajuritannya agar
dapat hidup mandiri dan layak semasa menjalani
pensiun di tengah masyarakat dan tetap bermanfaat
untuk kepentingan dinas.

(b) Dalam menghadapi pemisahan secara alamiah yang


cukup besar diperlukan kebijakan agar komposisi personel
yang ada semaksimal mungkin dapat dipertahankan dan
dipelihara. Pada pelaksanaannya kebijakan ini mengikuti
ketentuan pemisahan TNI AD.

3) Pembinaan materiil. Pembinaan yang diarahkan pada peningkatan


kekuatan bidang materiil untuk dapat mendukung pelaksanaan tugas Polisi
Militer.
543

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan secara
terus menerus terhadap materiil yang
dipertanggungjawabkan kepada satuan Polisi Militer.
(b) Mencatat dan menghimpun materiil yang
dipertanggungjawabkan kepada satuan Polisi Militer dan
peralatan pendukung lainnya untuk mendapatkan data
objektif tentang kondisi materiil tersebut.
(c) Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan dan
perawatan materiil yang menjadi tanggungjawabnya.
(d) Membuat saran/permohonan diadakannya kegiatan
perbaikan, pengadaan dan penghapusan

(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih personel yang akan
menjabat di staf logistik sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, sehingga upaya pembinaan materiil dapat
dilaksanakan secara baik.
(b) Menentukan tugas dan tanggungjawab bagi
personel yang menjabat di staf logistik khususnya di bidang
pembinaan materiil.
(3) Pelaksanaan.
(a) Penentuan Kebutuhan.
i. Mengkaji kebutuhan alat perlengkapan,
kendaraan, alat perlengkapan khusus, materiil
khusus dan kendaraan khusus sesuai tugas satuan
Polisi Militer.
ii. Perumusan rencana kebutuhan materiil Polisi
Militer dalam rangka pemenuhan kekuatan sesuai
DSPP.
(b) Pengadaan. Mengajukan kebutuhan materiil Polisi
Militer dalam rangka pemenuhan kekuatan sesuai DSPP.
(c) Pendistribusian. Dilaksanakan berdasarkan
penilaian satuan yang memerlukan, beban penugasan,
permintaan/pengajuan pemakaian disertai proses
administrasi sesuai ketentuan yang berlaku di lingkungan
TNI AD.
(d) Penggunaan. Penggunaan materiil Polisi
Militer sesuai fungsi tugas dan tanggung jawab dan dibuat
laporan penggunaan secara berkala sesuai prosedur yang
berlaku di lingkungan TNI AD.
544

(e) Pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan terus


menerus oleh satuan Polisi Militer sesuai batas
kewenangan.
(f) Penghapusan. Penghapusan materiil Polisi
Militer dilakukan sesuai prosedur yang berlaku
dilingkungan TNI AD.
(g) Analisa dan evaluasi secara terus menerus dan
berkesinambungan terhadap penyelenggaraan pembinaan
materiil Polisi Militer.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian
secara intensif terhadap pelaksanaan kegiatan pembinaan
materiil.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan materiil.
(c) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan pembinaan materiil sebagai bahan perbaikan
pada kegiatan selanjutnya.
(d) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan bagi komando atas.
b) Prosedur. Pembinaan materiil Polisi Militer dilaksanakan
melalui prosedur sebagai berikut:
(1) Kegiatan penyelenggaraan pembinaan materiil meliputi:
(a) Penentuan kebutuhan.
i. Penyusunan dan perumusan kebutuhan
materiil didasarkan atas:
i) Keputusan Pimpinan TNI AD.
ii) Sumber daya yang tersedia.
iii) Kebutuhan satuan.
iv) Hasil pengolahan data.
v) Analisa dan evaluasi.
ii. Pemenuhan kebutuhan materiil bagi satuan
dilaksanakan secara berimbang berdasarkan skala
prioritas kebutuhan.

(b) Pengadaan materiil mengacu kepada pertimbangan-


pertimbangan pokok sebagai berikut:
i. Sumber daya yang tersedia.
545

ii. Jumlah, mutu, waktu, jenis dan tempat yang


dibutuhkan.
iii. Dapat memadai bagi penyelenggaraan fungsi
utama Polisi Militer.

(c) Distribusi.
i. Memberikan saran kepada komando atas
tentang distribusi kepada satuan operasional sesuai
kebutuhan.
ii. Dilaksanakan sesuai dengan situasi dan
kondisi satuan operasional.
(d) Pemeliharaan. Disesuaikan dengan tingkat
pemeliharaan yang telah ditentukan.
(e) Penghapusan. Disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku.
(2) Pembinaan Fungsi Pendukung meliputi:
(a) Inventarisasi.
i. Merekapitulasi data diseluruh satuan.
ii. Meneliti dan mengevaluasi seluruh materiil
satuan untuk disarankan ke komando atas.
(b) Standardisasi.
i. Membuat rencana dan menyiapkan program
standardisasi bagi materiil pada seluruh satuan
jajaran Polisi Militer.
ii. Menyarankan organisasi satuan diisi dengan
materiil yang tepat ke komando atas.
(c) Katalogisasi. Menyusun dan membuat pencatatan
seluruh materiil satuan Polisi Militer.
(d) Sistem Informasi Pembinaan (SIP) Materiil.
i. Mengoptimalkan fungsi komputer dalam
menghimpun data materiil satuan Polisi Militer agar
dapat mendukung kecepatan informasi materiil.
ii. Membina personel yang terkait dalam
mendukung kecepatan informasi materiil.
iii. Mengintegrasikan data materiil Polisi Militer
dengan Sistem Informasi Manajeman dan Akutansi
Barang Milik Negara (SIMAK BMN).
(e) Administrasi Perbendaharaan Materiil.
546

i. Menyiapkan/membina personel bidang


administrasi perbendaharaan materiil.
ii. Melaksanakan asistensi/pengawasan
terhadap penerimaan dan pengeluaran materiil.
iii. Meneliti, mengkaji dan mengevaluasi
administrasi perbendaharaan materiil untuk
digunakan sebagai saran kepada komando atas.

4) Pembinaan piranti lunak. Pembinaan piranti lunak diarahkan untuk


mewujudkan kesamaan pemahaman dan tindakan, validitas, peningkatan
kualitas dan kuantitas sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
mendukung pelaksanaan tugas TNI AD.
a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Melaksanakan studi kepustakaan dan pengkajian
terhadap piranti lunak Polisi Militer yang ada dihadapkan
dengan situasi dan kondisi yang berkembang.
(b) Mencatat dan menghimpun piranti lunak Polisi
Militer yang memerlukan penyempurnaan dari hasil
pengkajian.
(c) Membuat saran/permohonan diadakannya kegiatan
revisi/penyempurnaan terhadap Doktrin, peraturan dan
buku-buku petunjuk yang sudah tidak valid serta
penyusunan peraturan dan buku-buku petunjuk yang
belum ada.
(2) Pengorganisasian.
(a) Membentuk tim kelompok kerja revisi piranti lunak
yang diperlukan sesuai program dari komando atas.
(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab masing-
masing anggota kelompok kerja.
(3) Pelaksanaan.
(a) Perencanaan. Inventarisasi, pengkajian sistem
dan prosedur dalam rangka penyiapan dan revisi piranti
lunak yang memadai guna mendukung peningkatan
kekuatan satuan Polisi Militer.
(b) Pembuatan dan penerbitan.
i. Pembuatan dilakukan oleh satuan secara
fungsional sesuai kepentingan tugas.
ii. Dilakukan uji teori terhadap piranti lunak
sesuai dengan stratifikasi buku petunjuk sebelum
547

mendapat pengesahan dari pejabat yang


berwenang.
iii. Penerbitan piranti lunak dilaksanakan setelah
disetujui dan disahkan oleh Kasad atau pejabat
yang ditunjuk.
iv. Piranti lunak yang telah mendapat
pengesahan selanjutnya didistribusikan ke satuan
Polisi Militer sesuai dengan kepentingannya.
(c) Penyempurnaan.
i. Agar piranti lunak tetap valid dan selalu
terpelihara, dilakukan pengujian dan penelitian
secara periodik.
ii. Adanya masukan umpan balik dari satuan
jajaran Polisi Militer sebagai saran penyempurnaan.
iii. Terhadap piranti lunak yang kurang valid
diadakan penyempurnaan seperlunya berdasarkan
umpan balik yang ada.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif terhadap
semua hasil pelaksanaan uji teori serta tindak lanjut dari
kegiatan pengkajian.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan lanjutan.
(c) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan pembinaan piranti lunak sebagai bahan perbaikan
pada kegiatan selanjutnya.
(d) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan bagi komando atas.
b) Prosedur. Prosedur penyelenggaraan pembinaan piranti lunak
Polisi Militer dilakukan oleh setiap Komandan dan pembina fungsi
Doktrin secara berjenjang dan berlanjut sesuai dengan tingkat
kewenangan dan tanggung jawabnya yang meliputi bidang Doktrin,
Bujuk dan Protap satuan.

5) Pembinaan Pangkalan. Pembinaan untuk menyediakan, memelihara


dan merawat fasilitas pangkalan serta sarana dan prasarana yang ada di
Satuan Polisi Militer guna mewujudkan kesiapan operasi satuan sehingga
dapat mendukung pelaksanaan tugas TNI AD.
a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merencanakan kelengkapan prasarana Polisi Militer.
548

(b) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan


secara terus menerus terhadap pangkalan yang
dipertanggung jawabkan kepada satuan Polisi Militer.
(c) Mencatat dan menghimpun pangkalan yang
dipertanggungjawabkan kepada satuan Polisi Militer untuk
mendapatkan data objektif tentang kondisi pangkalan
tersebut.
(d) Menyusun rencana kegiatan pemeliharaan dan
perawatan pangkalan yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai program dari komando atas.
(e) Membuat saran/permohonan diadakannya kegiatan
rehabilitasi dan pembangunan.

(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih pejabat sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki sehingga upaya pembinaan
pangkalan dapat dilaksanakan secara baik sesuai
kebutuhan organisasi.
(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab pejabat
dalam pembinaan pangkalan.
(3) Pelaksanaan.
(a) Merumuskan rencana kebutuhan serta kesiapan
pangkalan satuan sesuai DSPP.
(b) Penggunaan dan pemanfaatan pangkalan.
(c) Penelitian dan pengembangan kesiapan fasilitas
pangkalan.

(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara intensif terhadap
kegiatan pemeliharaan pangkalan.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan pangkalan.
(c) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
pembinaan pangkalan sebagai bahan perbaikan dalam
pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
(d) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan bagi komando atas.
b) Prosedur. Melalui koordinasi dengan penyelenggara fungsi
konstruksi serta logistik tentang prototipe pangkalan dan rencana
kebutuhan prasarana pada tingkat pusat maupun daerah guna
549

mendukung pelaksanaan pembangunan, pemeliharaan dan rehabilitasi


pangkalan.

c. Pembinaan Kemampuan. Meliputi pembinaan kemampuan bidang fungsi


utama TNI AD dan pembinaan kemampuan bidang fungsi teknis Polisi Militer.
1) Pembinaan Kemampuan Intelijen.
a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merumuskan kebijakan tentang pembinaan
kemampuan intelijen untuk mendukung penyelenggaraan
fungsi Polisi Militer.
(b) Merencanakan pengamatan dan pemantauan
secara terus menerus terhadap personel satuan Polisi
Militer selaku bapul dalam melaksanakan kegiatan intelijen.
(c) Mencatat dan menghimpun data personel satuan
Polisi Militer yang memiliki kemampuan di bidang intelijen.
(d) Menyusun rencana kegiatan pembinaan
kemampuan bidang intelijen sesuai fungsi Polisi Militer.
(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih personel yang akan
ditempatkan pada jabatan staf intelijen sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki, sehingga upaya pembinaan
kemampuan bidang intelijen dapat dilaksanakan dengan
baik.
(b) Menentukan tugas dan tanggungjawab bagi
personel yang menjabat di staf intelijen khususnya di
bidang pembinaan kemampuan intelijen.
(3) Pelaksanaan.
(a) Melaksanakan kegiatan pembekalan/penataran
intelijen di bidang Polisi Militer kepada seluruh personel
satuan secara terus menerus untuk memelihara dan
meningkatkan kemampuan intelijen guna mendukung
pelaksanaan fungsi Polisi Militer.
(b) Melaksanakan kegiatan penataran intelijen secara
terbatas kepada personel yang menjabat di bidang
intelijen.
(c) Memberikan kesempatan kepada personel yang
memiliki kemampuan bidang intelijen untuk mengikuti
kursus bidang intelijen.
550

(d) Memberikan kesempatan penugasan bidang


intelijen kepada personel yang mempunyai kualifikasi
intelijen.

(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian
secara intensif terhadap pelaksanaan kegiatan pembinaan
kemampuan intelijen secara perorangan maupun satuan.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan kemampuan intelijen.
(c) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
pembinaan kemampuan intelijen sebagai bahan masukan
dalam melaksanakan kegiatan selanjutnya.
(d) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan dan untuk mendapatkan
penyelesaian dari komando atas.
b) Prosedur. Pembinaan kemampuan intelijen dilaksanakan
melalui jenjang pendidikan, latihan dan penugasan dengan prosedur
sebagai berikut:
(1) Pendidikan. Mengoordinasikan dan mengusulkan personel
Polisi Militer dalam pendidikan intelijen di antaranya Sussarpa
Intelijen, Susarba Intelijen, Suspa Intelijen Strategis dan
pendidikan intelijen lainnya.
(2) Latihan. Menyelenggarakan latihan dalam satuan berupa
pembekalan/penataran intelijen kepada seluruh anggota.
(3) Penugasan. Melaksanakan penempatan personel yang
mempunyai kualifikasi Intel pada jabatan di bidang intelijen sesuai
permintaan dan kebutuhan.

2) Pembinaan Kemampuan Tempur.


a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merencanakan pengamatan dan pemantauan
secara terus menerus terhadap tingkat kemampuan tempur
perorangan maupun satuan Polisi Militer.
(b) Mencatat dan menghimpun data-data tentang
kondisi personel, materiil, piranti lunak dan daerah latihan
yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan tempur
satuan.
551

(c) Menyusun rencana pendidikan dan latihan dalam


menunjang upaya pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan tempur.
(d) Menyiapkan piranti lunak untuk mendukung
penyelenggaraan pendidikan dan latihan berupa:
i. Referensi/buku petunjuk tentang
penyelenggaraan latihan Polisi Militer.
ii. Referensi/buku petunjuk tentang
pengetahuan Polisi Militer.
iii. Alat penolong dan instruksi.
(e) Menyiapkan piranti keras untuk mendukung
penyelenggaraan pendidikan dan latihan.
(f) Menyiapkan sarana untuk mendukung
penyelenggaraan pendidikan dan latihan.
(2) Pengorganisasian.
(a) Menyiapkan personel yang akan ditempatkan pada
organisasi satuan tugas tempur sesuai dengan fungsi Polisi
Militer, sehingga upaya pembinaan kemampuan tempur
dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
(b) Menentukan tugas dan tanggungjawab bagi
personel yang ditempatkan pada organisasi satuan tugas
tempur sesuai dengan fungsi Polisi Militer.
(c) Menyiapkan personel sebagai pelatih guna
mendukung kegiatan pembinaan kemampuan tempur.
(3) Pelaksanaan.
(a) Merencanakan program latihan guna memelihara
dan meningkatkan kemampuan tempur prajurit Polisi Militer
berdasarkan pokok-pokok kebijaksanaan komando atas
dan kondisi obyektif satuan.
(b) Memberikan saran dan masukan tentang
perencanaan pemprograman latihan dalam rangka
pembinaan kemampuan tempur sesuai dengan taktik dan
teknik kecabangan Polisi Militer.
(c) Memberikan kesempatan kepada personel satuan
untuk diikutkan dalam pendidikan/kursus pengembangan
spesialisasi peningkatan kemampuan tempur yang
diselenggarakan oleh Pusdikpom Kodiklatad maupun
Pusdik lain sesuai LKT nya.
(d) Mengadakan koordinasi secara terus menerus
dengan satuan terkait guna pelaksanaan pembinaan
kemampuan tempur satuan Polisi Militer.
552

(e) Melaksanakan evaluasi secara terus menerus


terhadap kemampuan tempur prajurit Polisi Militer guna
peningkatan kemampuan selanjutnya.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian
secara intensif terhadap kegiatan pembinaan kemampuan
tempur prajurit maupun satuan Polisi Militer.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan kemampuan tempur.
(c) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan pembinaan kemampuan tempur sebagai bahan
masukan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
(d) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan untuk mendapat penyelesaian
dari komando atas.
b) Prosedur. Pembinaan kemampuan tempur dilaksanakan
melalui jenjang pendidikan, latihan dan penugasan dengan prosedur
sebagai berikut:
(1) Pendidikan. Mengikutsertakan personel Polisi Militer dalam
pendidikan/kursus yang terkait dengan peningkatan kemampuan
tempur.
(2) Latihan.
(a) Menyelenggarakan latihan, penataran dan
pembekalan guna memelihara dan meningkatkan
kemampuan tempur prajurit Polisi Militer.
(b) Membentuk kader satuan dan melatih/menatar
anggota agar memiliki keterampilan tempur sesuai dengan
teknis/taktik kecabangan Polisi Militer.
(3) Penugasan. Pelaksanaan penugasan bagi personel di
satuan Polisi Militer diarahkan untuk dapat meningkatkan
kemampuan tempur prajurit secara perorangan maupun satuan
melalui:
(a) Penempatan personel yang mempunyai kualifikasi/
keahlian tertentu pada jabatan sesuai bidangnya.
(b) Melaksanakan rotasi jabatan pada periode tertentu
untuk memberikan pengalaman dan menambah motivasi
Prajurit dalam bertugas melalui giliran daerah
penugasan/jabatan (TOA/TOD).
(c) Rotasi penugasan bagi personel Polisi Militer ke
daerah operasi dilaksanakan sesuai dengan tingkat
kemampuan satuan.
553

(d) Setiap bentuk penugasan bagi personel Polisi Militer


harus berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

3) Pembinaan Kemampuan Teritorial.


a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merencanakan pengamatan secara terus menerus
terhadap pembinaan sikap dan kemampuan teritorial baik
secara perorangan maupun satuan.
(b) Mencatat dan menghimpun data yang diperlukan
untuk meningkatkan pembinaan sikap dan kemampuan
teritorial perorangan maupun satuan.
(c) Menyusun rencana kegiatan dalam menunjang
upaya pemeliharaan serta peningkatan pembinaan sikap
dan kemampuan teritorial.

(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih personel yang memiliki
kemampuan teritorial sebagai penyelenggara kegiatan,
sehingga upaya pembinaan sikap dan kemampuan
teritorial dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan organisasi.
(b) Menyiapkan personel yang disusun dalam
organisasi sesuai kegiatan Pembinaan Teritorial (Binter)
yang akan dilaksanakan serta memberikan arahan tentang
tugas yang akan dilaksanakan dan ketentuan yang berlaku
di wilayah.
(3) Pelaksanaan. Pembinaan kemampuan teritorial
dilaksanakan melalui pendidikan, latihan dan penugasan.
(a) Meningkatkan, memelihara dan memantapkan sikap
serta kepribadian sebagai prajurit TNI AD dengan
penghayatan dan pengamalan Sapta Marga, Sumpah
Prajurit, dan 8 wajib TNI dalam rangka kemanunggalan
TNI-Rakyat melalui kegiatan pembinaan teritorial:
i. Pembinaan Komsos.
ii. Pembinaan Bakti TNI.
iii. Pembinaan ketahanan wilayah.

(b) Melaksanakan kegiatan Binter satuan non Kowil


baik berupa program maupun non program dan
dikoordinasikan dengan komandan satuan komando
kewilayahan setempat.
554

(c) Menyarankan kepada komando atas agar personel


Polisi Militer dapat mengikuti kursus/penataran bidang
teritorial.
(d) Mengalokasikan mata pelajaran Binter pada setiap
pendidikan pengembangan umum (Dikbangum) yang
diselenggarakan di lembaga Kodiklatad, maupun dalam
kegiatan penataran/latihan dalam satuan yang
diselenggarakan oleh tiap-tiap satuan Polisi Militer agar:
i. Memiliki wawasan pengetahuan serta
keterampilan memadai yang berhubungan dengan
pelibatannya dalam kegiatan Binter.
ii. Mengenal ciri-ciri budaya atau adat istiadat
masyarakat di wilayah tanggung jawabnya.
iii. Menjaga suasana kekeluargaan di lingkungan
Prajurit dan keluarganya serta tetap menumbuhkan
jiwa korsa yang kuat dan positif secara terus
menerus.
(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara terus menerus
terhadap kegiatan pembinaan sikap dan kemampuan
teritorial secara perorangan maupun satuan.
(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan sikap dan kemampuan teritorial.
(c) Melaporkan semua pelaksanaan kegiatan Binter
sebagai bahan masukan bagi komando atas.
(d) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan Binter sebagai bahan masukan dalam
pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
b) Prosedur. Pembinaan kemampuan teritorial dilaksanakan
sesuai fungsi dan ketentuan yang berlaku secara hierarki pada tingkat
kewenangannya dengan prosedur sebagai berikut:
(1) Pendidikan. Memasukan pelajaran tentang pembinaan
teritorial pada kurikulum pendidikan untuk pendidikan pertama
tahap II di Pusdikpom Kodiklatad.
(2) Latihan. Menyelenggarakan latihan, penataran dan
pembekalanatau melalui forum diskusi guna memelihara dan
meningkatkan kemampuan teritorial prajurit Polisi Militer.
(3) Penugasan. Penugasan personel Polisi Militer pada
kegiatan teritorial dikoordinasikan dengan Kowil setempat.

4) Pembinaan Kemampuan Dukungan.


555

a) Proses.
(1) Perencanaan.
(a) Merumuskan pelibatan satuan Polisi Militer dalam
melaksanakan tugas-tugas dukungan bidang operasi,
personel dan logistik.
(b) Mencatat, menghimpun dan mengolah data yang
diperlukan sebagai bahan pembinaan kemampuan
dukungan.
(c) Menyusun rencana kegiatan pembinaan
kemampuan dukungan.
(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan tugas dan tanggung jawab pejabat
sesuai organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan
tugas-tugas dukungan.
(b) Menyusun Protap satuan yang berkaitan dengan
kesiapan pemberian dukungan.
(c) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan
dalam rangka pembinaan kemampuan dan pelaksanaan
tugas-tugas dukungan.
(3) Pelaksanaan.
(a) Menyelenggarakan dan meningkatkan mutu
pendidikan kecabangan Polisi Militer dengan
menambahkan materi kemampuan dukungan pada OMP
dan OMSP.
(b) Melaksanakan kegiatan latihan yang berhubungan
dengan materi kemampuan dukungan pada OMP dan
OMSP.
(c) Mengirimkan personel Polisi Militer dalam
penugasan melalui program pertukaran dengan personel
Polisi Militer negara lain sebagai bentuk pembinaan
kemampuan.
(d) Menyusun dan melatihkan protap-protap satuan
yang terkait dengan pelibatan satuan Polisi Militer dalam
OMP dan OMSP.

(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan secara terus menerus
terhadap kegiatan pembinaan kemampuan dukungan
secara perorangan maupun satuan. Permasalahan yang
dihadapi selama melaksanakan kegiatan pembinaan
kemampuan dukungan sebagai bahan evaluasi.
556

(b) Melaporkan pelaksanaan kegiatan pembinaan


kemampuan dukungan kepada komando atas
(c) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan pembinaan kemampuan dukungan sebagai bahan
masukan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya.

b) Prosedur. Pembinaan kemampuan dukungan dilaksanakan


dengan berpedoman kepada prosedur tetap yang ada. Untuk
memelihara dan meningkatkan kemampuan dukungan dilaksanakan
dengan prosedur sebagai berikut:
(1) Pendidikan. Mengikut sertakan personel dalam kegiatan
pendidikan/kursus yang terkait dengan peningkatan kemampuan
dukungan Polisi Militer.
(2) Latihan. Menyelenggarakan latihan dalam satuan berupa
penataran dan pembekalan secara terbatas guna memelihara dan
meningkatkan kemampuan dukungan.
(3) Penugasan. Memberikan penugasan bagi personel satuan
Polisi Militer dalam rangka tugas pemberian dukungan.

5) Pembinaan Kemampuan Fungsi Polisi Militer.


a) Proses.
(1) Perencanaan
(a) Merumuskan kebijakan tentang pembinaan
kemampuan fungsi Polisi Militer.
(b) Melaksanakan pengamatan dan pemantauan secara
terus menerus terhadap tingkat kemampuan
penyelenggaraan fungsi Polisi Militer di satuan.
(c) Mencatat dan menghimpun data-data tentang
kondisi personel, materiil, piranti lunak dan sarana
prasarana yang diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan penyelenggaraan fungsi Polisi Militer.
(d) Menyusun program pendidikan dan latihan dalam
menunjang upaya pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan penyelenggaraan fungsi Polisi Militer.
(e) Menyiapkan piranti lunak untuk mendukung
penyelenggaraan fungsi Polisi Militer berupa:
i. Referensi/buku petunjuk tentang administrasi
penyelenggaraan fungsi Polisi Militer.
ii. Referensi/buku petunjuk tentang taktik dan
teknik penyelenggaraan fungsi Polisi Militer.
557

(f) Merencanakan dan menyiapkan sarana dan


prasarana untuk mendukung penyelenggaraan fungsi Polisi
Militer.
(2) Pengorganisasian.
(a) Menentukan dan memilih personel yang akan
ditempatkan pada jabatan di lingkungan Polisi Militer
sesuai dengan kemampuan dan kualifikasi yang dimiliki,
sehingga upaya pembinaan kemampuan fungsi dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
(b) Menentukan tugas dan tanggung jawab sesuai
fungsi dan kebutuhan organisasi.
(3) Pelaksanaan.
(a) Pendidikan. Peningkatan mutu prajurit Polisi Militer
guna melaksanakan fungsi Polisi Militer melalui
penyelenggaraan pendidikan mulai dari pendidikan
pertama (Dikma) tahap dua Kecabangan Polisi Militer
dengan tingkat kecakapan mengerti dan dapat kemudian
dikembangkan kemampuannya sampai pada tingkat
memahami dan mampu melalui Dikbangspes maupun
Dikbangum yang dilaksanakan di Pusdikpom Kodiklatad.
Untuk studi banding pelaksanaan fungsi Polisi Militer
dilaksanakan melalui pendidikan di luar Negeri atau
lembaga pendidikan instansi terkait.
(b) Latihan.
i. Latihan dalam rangka pembinaan
kemampuan fungsi dilaksanakan dengan
berorientasi pada pencapaian kemampuan standar
Polisi Militer sesuai dengan program pemantapan
satuan TNI AD yang penyelenggaraannya
didasarkan pada siklus latihan/Program Latihan
Standarisasi (Proglatsi) Satuan Polisi Militer yaitu:
i) Latihan perorangan. Latihan yang
dilaksanakan guna memelihara dan
meningkatkan kemampuan Prajurit secara
perorangan sesuai dengan materi yang
terdapat dalam BPUP dan BPKJ Prajurit
Polisi Militer serta latihan yang diprogramkan
dari komando atas seperti latihan menembak,
latihan minggu militer, latihan beladiri militer
dan sebagainya.
558

ii) Latihan Satuan. Latihan yang


dilaksanakan oleh Satuan Polisi Militer
berupa Latihan Fungsi Polisi Militer sesuai
tingkat satuan kemudian melaksanakan Uji
Siap Tempur/Operasional pada tiap tingkat
satuan, Latihan Geladi Peta, Model dan
Medan (GPMM), latihan mekanisme/presedur
komandan dan staf serta diakhiri dengan
latihan puncak kecabangan berupa Latihan
Polisi Militer Terintegrasi.
iii) Latihan Antar Kecabangan. Latihan
yang diikuti oleh satuan Polisi Militer
Angkatan Darat bersama-sama kecabangan
lain di lingkungan TNI AD sesuai program
latihan dari komando atas.
iv) Latihan Gabungan. Latihan antar
matra yang melibatkan unsur satuan Polisi
Militer Angkatan Darat dan Polisi Militer matra
lain sesuai program latihan dari komando
atas.

ii. Latihan dalam rangka penggunaan kekuatan


yaitu latihan yang ditujukan pada personel Polisi
Militer yang disiapkan untuk bergabung dalam
satuan penugasan OMP maupun OMSP.

iii. Latihan bersama yaitu latihan yang


dilaksanakan oleh satuan TNI AD termasuk
didalamnya satuan Polisi Militer yang bertujuan
untuk meningkatkan persahabatan antara TNI AD
dengan Angkatan Darat negara sahabat guna
peningkatan profesionalisme Prajurit dan satuan
Polisi Militer, latihan ini dilaksanakan sesuai program
latihan dari komando atas.
(c) Penugasan. Memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada personel melalui giliran daerah
penugasan/jabatan (TOA/TOD) sesuai dengan kebutuhan
organisasi serta penugasan satuan melalui penugasan
operasi baik di dalam maupun di luar negeri.

(4) Pengawasan.
(a) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian
secara intensif terhadap pelaksanaan kegiatan pembinaan
kemampuan fungsi Polisi Militer secara perorangan
maupun satuan.
559

(b) Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan


permasalahan yang dihadapi selama melaksanakan
kegiatan pembinaan kemampuan fungsi Polisi Militer.
(c) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
pembinaan kemampuan fungsi Polisi Militer sebagai bahan
masukan dalam melaksanakan kegiatan selanjutnya.
(d) Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan dan untuk mendapatkan petunjuk
dari komando atas.

b) Prosedur.
(1) Pendidikan. Pembinaan kemampuan fungsi Polisi Militer
melalui pendidikan dilaksanakan dengan prosedur sebagi berikut:
(a) Penyusunan program pendidikan dalam rangka
pembinaan kemampuan fungsi Polisi Militer dan
pembuatan kurikulum pendidikan pengembangan
spesialisasi fungsi Polisi Militer dilaksanakan oleh
Puspomad selaku pembina lapangan kekuasaan teknis
(LKT).
(b) Pengusulan peserta pendidikan pengembangan
spesialisasi fungsi Polisi Militer dilaksanakan oleh satuan
Polisi Militer melalui Kotama masing masing untuk Perwira
dan melalui Puspomad untuk Bintara dan Tamtama sesuai
dengan syarat untuk mengikuti pendidikan yang telah
ditetapkan komando atas.
(c) Operasional pendidikan sesuai program yang telah
dibuat dilaksanakan oleh Pusdikpom Kodiklatad.
(2) Latihan. Pembinaan kemampuan fungsi Polisi Militer
melalui latihan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:
(a) Penyusunan Program. Pelaksanaan
penyusunan program latihan pembinaan kemampuan
fungsi Polisi Militer dilakukan secara terintegrasi oleh
Mabesad, Puspomad, Kotama dan satuan Polisi Militer.
(b) Pengorganisasian. Organisasi pelaksana kegiatan
latihan dibentuk dan disesuaikan dengan sifat dan macam
latihan yang akan dilaksanakan.
(c) Pelaksanaan latihan. Pedoman pelaksanaan latihan
dalam rangka pembinaan kemampuan fungsi adalah siklus
latihan/Proglatsi satuan Polisi Militer yang didalamnya
berisi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan latihan meliputi pedoman
penyelenggaraan latihan, lama waktu latihan, Rangka
Pokok Latihan (RPL) dan Acara Latihan (AL).
560

(d) Pengawasan dan pengendalian latihan. Merupakan


proses kegiatan dalam manajemen latihan guna menjamin
validitas sistem latihan, program latihan sehingga
mendapatkan hasil dan daya guna latihan secara
maksimal.
(e) Evaluasi Latihan. Merupakan suatu kegiatan atau
elemen dalam latihan untuk mengukur pelaksanaan
program yang telah ditetapkan.

(3) Penugasan. Pelaksanaan penempatan personel yang


telah mempunyai kualifikasi sesuai bidangnya melalui prosedur
sebagai berikut:
(a) Penggunaan personel Polisi Militer yang baru
diangkat menjadi Perwira, Bintara maupun Tamtama
diarahkan pada penugasan lapangan ke satuan-satuan
Polisi Militer agar dapat mengenal dan merasakan secara
langsung hakekat kehidupan Prajurit dan menerapkan
kepemimpinan lapangan bagi Perwira dan Bintara.
(b) Penempatan personel Polisi Militer dilaksanakan
secara selektif sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
keterampilan serta keahlian/kualifikasi yang dimiliki melalui
sidang pangkat dan karier.
(c) Penugasan personel Polisi Militer diadakan rotasi
pada periode tertentu untuk memberikan kesempatan
memperoleh pengalaman dan pengetahuan melalui giliran
daerah penugasan/jabatan (TOA/TOD).
(d) Semua personel Polisi Militer mempunyai
kesempatan yang sama dalam seleksi untuk promosi
mengikuti pendidikan dan penugasan pada berbagai
jabatan atas dasar prestasi yang telah diraih.
(e) Penugasan pada jabatan golongan Perwira
diprioritaskan kepada Perwira yang berprestasi pada
pelaksanaan tugas sebelumnya dan mempunyai potensi
yang dapat dikembangkan untuk memangku jabatan yang
lebih tinggi.

d. Pembinaan Gelar.
1) Pembinaan Kekuatan Terpusat. Pembinaan yang diarahkan pada
peningkatan kekuatan satuan Polisi Militer terpusat dalam mendukung tugas-
tugas satuan jajaran TNI AD yang disusun dalam organisasi penyelenggaraan
fungsi sebagai berikut:
a) Penyelidikan dan Pengamanan Fisik (Lidpamfik). Melaksanakan
pembinaan dan kegiatan pengumpulan keterangan dalam rangka
pengamanan VVIP, VIP TNI, Personel TNI AD, Materiil TNI AD dan
561

Objek vital TNI AD.


(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merencanakan pembinaan gelar organisasi
Lidpamfik guna menyelenggarakan fungsi
penyelidikan dan pengamanan melalui
pengevaluasian pelaksanaan tugas sesuai fungsi.
ii. Merencanakan gelar organisasi Lidpamfik.
(b) Pengorganisasian. Membentuk organisasi Lidpamfik
berdasarkan kebutuhan yang dituangkan dalam DSPP
dengan membentuk rangka organisasi agar dapat
menyelenggarakan fungsi Lidpamfik dengan optimal.
(c) Pelaksanaan.
i. Dalam penyiapan gelar organisasi Lidpamfik
diupayakan dapat memenuhi kebutuhan satuan,
untuk menjamin pelaksanaan tugas.
ii. Peningkatan kemampuan secara kualitas
maupun kuantitas harus dapat memenuhi tuntutan
tugas pada fungsi Lidpamfik guna mendukung tugas
pokok satuan.

(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan dan
pengendalian secara intensif terhadap pelaksanaan
gelar organisasi Lidpamfik.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan
gelar organisasi Lidpamfik.
iii. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
gelar organisasi Lidpamfik.
iv. Melaporkan semua permasalahan yang
timbul sebagai bahan masukan dan untuk
mendapatkan petunjuk dari komando atas.
(2) Prosedur.
(a) Penyelenggaraan gelar organisasi Lidpamfik tingkat
pusat melalui pengkajian dan penelitian.
(b) Membuat naskah akademik dalam rangka penataan
gelar organisasi Lidpamfik.
(c) Mekanisme pengkajian melalui tahapan uji teori.
562

(d) Mengajukan ke komando atas untuk mendapatkan


keputusan dan pengesahan.
b) Penegakan Hukum (Gakkum). Melaksanakan pembinaan dan
kegiatan razia, patroli Polisi Militer, penegakan disiplin dan tata tertib,
penyelenggaraan SIM TNI di lingkungan TNI AD dan pembinaan Provos.
(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merencanakan pembinaan gelar organisasi
Gakkum melalui pengevaluasian pelaksanaan tugas
sesuai fungsi.
ii. Merencanakan gelar organisasi Gakkum.
(b) Pengorganisasian. Membentuk organisasi Gakkum
berdasarkan kebutuhan yang dituangkan dalam DSPP
dengan membentuk rangka organisasi agar dapat
menyelenggarakan fungsi penegakan hukum dengan
optimal.
(c) Pelaksanaan.
i. Dalam penyiapan gelar organisasi Gakkum
harus mampu memenuhi kebutuhan satuan, untuk
menjamin pelaksanaan tugas.
ii. Peningkatan kemampuan secara kualitas
maupun kuantitas harus dapat memenuhi tuntutan
tugas pada kegiatan fungsi penegakan hokum guna
mendukung tugas pokok satuan.

(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan dan
pengendalian secara intensif terhadap pelaksanaan
gelar organisasi Gakkum.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan
gelar organisasi Gakkum.
iii. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
fungsi penegakan hukum.
iv. Melaporkan semua permasalahan yang
timbul sebagai bahan masukan dan untuk
mendapatkan petunjuk dari komando atas.
(2) Prosedur.
(a) Penyelenggaraan gelar organisasi Gakkum tingkat
pusat harus melalui pengkajian dan penelitian.
563

(b) Membuat naskah akademik dalam rangka penataan


gelar organisasi Gakkum.
(c) Mekanisme pengkajian melalui tahapan uji teori.
(d) Mengajukan ke komando atas untuk mendapatkan
keputusan dan pengesahan.
c) Penyidikan (Idik). Melaksanakan pembinaan dan kegiatan
penyelesaian perkara pidana, penyelidikan kriminal, pengurusan
Tahanan Militer, Tahanan Keadaan Bahaya/Operasi Militer, Tawanan
Perang, Interniran Perang dan Laboratorium Kriminalistik.
(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merencanakan pembinaan gelar organisasi
Idik melalui pengevaluasian pelaksanaan tugas
sesuai fungsi.
ii. Merencanakan gelar organisasi Idik.

(b) Pengorganisasian. Membentuk organisasi Idik


berdasarkan kebutuhan yang dituangkan dalam DSPP
dengan membentuk rangka organisasi agar dapat
menyelenggarakan fungsi penyidikan dengan optimal.
(c) Pelaksanaan.
i. Dalam penyiapan gelarorganisasi Idik
diupayakan dapat memenuhi kebutuhan satuan
untuk menjamin pelaksanaan tugas.
ii. Peningkatan kemampuan secara kualitas
maupun kuantitas harus dapat memenuhi tuntutan
tugas fungsi penyidikan guna mendukung tugas
pokok satuan.
(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan dan
pengendalian secara intensif terhadap pelaksanaan
gelar organisasi Idik.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan
gelar organisasi Idik.
iii. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
gelar organisasi Idik.
iv. Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan dan untuk mendapatkan
petunjuk dari komando atas.
564

(2) Prosedur.
(a) Penyelenggaraan gelar organisasi Idik tingkat pusat
harus melalui pengkajian dan penelitian.
(b) Membuat naskah akademik dalam rangka penataan
gelar organisasi Idik.
(c) Mekanisme pengkajian melalui tahapan uji teori.
(d) Mengajukan ke komando atas untuk mendapatkan
keputusan dan pengesahan.
d) Pengawalan (Wal). Melaksanakan pembinaan dan kegiatan
pengawalan bermotor VVIP, VIP TNI, Personel TNI AD, Materiil TNI AD
dan kepentingan TNI AD lainnya, pengawalan istana dan pengendalian
lalu lintas militer.
(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merencanakan pembinaan gelar organisasi
pengawalan melalui pengevaluasian pelaksanaan
tugas sesuai fungsi.
ii. Merencanakan gelar organisasi pengawalan.
(b) Pengorganisasian. Membentuk organisasi
pengawalan berdasarkan kebutuhan yang dituangkan
dalam DSPP dengan membentuk rangka organisasi agar
dapat menyelenggarakan fungsi pengawalan dengan
optimal.
(c) Pelaksanaan.
i. Dalam penyiapan gelarorganisasi
pengawalan diupayakan dapat memenuhi kebutuhan
satuan, untuk menjamin pelaksanaan tugas.
ii. Peningkatan kemampuan secara kualitas
maupun kuantitas harus dapat memenuhi tuntutan
tugas fungsi pengawalan guna mendukung tugas
pokok satuan.
(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan dan
pengendalian secara intensif terhadap pelaksanaan
gelar organisasi pengawalan.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan
gelar organisasi pengawalan.
iii. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan fungsi pengawalan.
565

iv. Melaporkan semua permasalahan yang timbul


sebagai bahan masukan dan untuk mendapatkan
petunjuk dari komando atas.
(2) Prosedur.
(a) Penyelenggaraan gelar organisasi pengawalan
tingkat pusat harus melalui pengkajian dan penelitian.
(b) Membuat naskah akademik dalam rangka penataan
gelar organisasi pengawalan.
(c) Mekanisme pengkajian melalui tahapan uji teori.
(d) Mengajukan ke komando atas untuk mendapatkan
keputusan dan pengesahan.

2) Pembinaan Kekuatan Kewilayahan. Pembinaan kekuatan kewilayahan


satuan Polisi Militer Kotama oleh Pomdam, Denpom dan Subdenpom diarahkan
pada peningkatan kekuatan untuk mendukung tugas-tugas satuan jajaran TNI
AD di Kotama yang disusun dalam organisasi penyelenggaraan fungsi sebagai
berikut:
a) Penyelidikan dan Pengamanan Fisik (Lidpamfik). Melaksanakan
pembinaan dan kegiatan pengumpulan keterangan dalam rangka
pengamanan VVIP, VIP TNI, Personel TNI AD, Materiil TNI AD dan
Objek vital TNI AD.
(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merencanakan pembinaan gelar organisasi
Lidpamfik guna menyelenggarakan fungsi
penyelidikan dan pengamanan fisik melalui
pengevaluasian pelaksanaan tugas sesuai fungsi.
ii. Merencanakan gelar organisasi Lidpamfik.

(b) Pengorganisasian. Membentuk organisasi Lidpamfik


berdasarkan kebutuhan yang dituangkan dalam DSPP
dengan membentuk rangka organisasi agar dapat
menyelenggarakan fungsi Lidpamfik dengan optimal.

(c) Pelaksanaan.
i. Dalam penyiapan gelar organisasi Lidpamfik
diupayakan dapat memenuhi kebutuhan satuan,
untuk menjamin pelaksanaan tugas.
ii. Peningkatan kemampuan secara kualitas
maupun kuantitas harus dapat memenuhi tuntutan
566

tugas pada fungsi Lidpamfik guna mendukung tugas


pokok satuan.
(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan dan
pengendalian secara intensif terhadap pelaksanaan
gelar organisasi Lidpamfik.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan
gelar organisasi Lidpamfik.
iii. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
gelarorganisasi Lidpamfik.
iv. Melaporkan semua permasalahan yang
timbul sebagai bahan masukan dan untuk
mendapatkan petunjuk dari komando atas.
(2) Prosedur.
(a) Penyelenggaraan gelar organisasi Lidpamfik tingkat
kewilayahan harus melalui pengkajian dan penelitian.
(b) Membuat naskah akademik dalam rangka penataan
gelar organisasi Lidpamfik.
(c) Mengusulkan ke komando atas untuk mendapatkan
keputusan.
b) Penegakan Hukum (Gakkum). Melaksanakan pembinaan dan
kegiatan razia, patroli Polisi Militer, penegakan disiplin dan tata tertib,
penyelenggaraan SIM TNI di lingkungan TNI AD dan pembinaan Provos.
(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merencanakan pembinaan gelar organisasi
Gakkum melalui pengevaluasian pelaksanaan tugas
sesuai fungsi.
ii. Merencanakan gelar organisasi Gakkum.
(b) Pengorganisasian. Membentuk organisasi Gakkum
berdasarkan kebutuhan yang dituangkan dalam DSPP
dengan membentuk rangka organisasi agar dapat
menyelenggarakan fungsi penegakan hukum dengan
optimal.

(c) Pelaksanaan.
i. Dalam penyiapan gelar organisasi Gakkum
567

harus mampu memenuhi kebutuhan satuan, untuk


menjamin pelaksanaan tugas.
ii. Peningkatan kemampuan secara kualitas
maupun kuantitas harus dapat memenuhi tuntutan
tugas pada kegiatan fungsi penegakan hukum guna
mendukung tugas pokok satuan.
(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan dan
pengendalian secara intensif terhadap pelaksanaan
gelar organisasi Gakkum.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan
gelar organisasi Gakkum.
iii. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
fungsi penegakan hukum.
iv. Melaporkan semua permasalahan yang
timbul sebagai bahan masukan dan untuk
mendapatkan petunjuk dari komando atas.
(2) Prosedur.
(a) Penyelenggaraan gelar organisasi Gakkum tingkat
kewilayahan harus melalui pengkajian dan penelitian.
(b) Membuat naskah akademik dalam rangka penataan
gelar organisasi Gakkum.
(c) Mengusulkan ke komando atas untuk mendapatkan
keputusan.
c) Penyidikan (Idik). Melaksanakan pembinaan dan kegiatan
penyelesaian perkara pidana, penyelidikan kriminal, pengurusan
Tahanan Militer, Tahanan Keadaan Bahaya/Operasi Militer, Tawanan
Perang, Interniran Perang dan Laboratorium Kriminalistik.
(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merencanakan pembinaan gelar organisasi
Idik melalui pengevaluasian pelaksanaan tugas
sesuai fungsi.
ii. Merencanakan gelar organisasi Idik.
(b) Pengorganisasian. Membentuk organisasi Idik
berdasarkan kebutuhan yang dituangkan dalam DSPP
dengan membentuk rangka organisasi agar dapat
menyelenggarakan fungsi penyidikan dengan optimal.
(c) Pelaksanaan.
i. Dalam penyiapan gelarorganisasi Idik
568

diupayakan dapat memenuhi kebutuhan satuan


untuk menjamin pelaksanaan tugas.

ii. Peningkatan kemampuan secara kualitas


maupun kuantitas harus dapat memenuhi tuntutan
tugas fungsi penyidikan guna mendukung tugas
pokok satuan.

(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan dan
pengendalian secara intensif terhadap pelaksanaan
gelar organisasi Idik.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan
gelar organisasi Idik.
iii. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
gelarorganisasi Idik.
iv. Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan dan untuk mendapatkan
petunjuk dari komando atas.
(2) Prosedur.
(a) Penyelenggaraan gelar organisasi Idik tingkat
kewilayahan harus melalui pengkajian dan penelitian.
(b) Membuat naskah akademik dalam rangka penataan
gelar organisasi Idik.
(c) Mengusulkan ke komando atas untuk mendapatkan
keputusan.
d) Pengawalan (Wal). Melaksanakan pembinaan dan kegiatan
pengawalan bermotor VVIP, VIP TNI, Personel TNI AD, Materiil TNI AD
dan kepentingan TNI AD lainnya, pengawalan istana dan pengendalian
lalu lintas militer.
(1) Proses.
(a) Perencanaan.
i. Merencanakan pembinaan gelar organisasi
pengawalan melalui pengevaluasian pelaksanaan
tugas sesuai fungsi.
ii. Merencanakan gelar organisasi Pengawalan.
(b) Pengorganisasian. Membentuk organisasi
pengawalan berdasarkan kebutuhan yang dituangkan
dalam DSPP dengan membentuk rangka organisasi agar
569

dapat menyelenggarakan fungsi pengawalan dengan


optimal.
(c) Pelaksanaan.
i. Dalam penyiapan gelarorganisasi
Pengawalan diupayakan dapat memenuhi
kebutuhan satuan, untuk menjamin pelaksanaan
tugas.
ii. Peningkatan kemampuan secara kualitas
maupun kuantitas harus dapat memenuhi tuntutan
tugas fungsi pengawalan guna mendukung tugas
pokok satuan.
(d) Pengawasan.
i. Melaksanakan pengawasan dan
pengendalian secara intensif terhadap pelaksanaan
gelar organisasi pengawalan.
ii. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan
gelar organisasi pengawalan.
iii. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan fungsi pengawalan.
iv. Melaporkan semua permasalahan yang timbul
sebagai bahan masukan dan untuk mendapatkan
petunjuk dari komando atas.
(2) Prosedur.
(a) Penyelenggaraan gelar organisasi pengawalan
tingkat kewilayahan harus melalui pengkajian dan
penelitian.
(b) Membuat naskah akademik dalam rangka penataan
gelar organisasi pengawalan.
(c) Membuat usulan ke komando atas.

67. Penggunaan Polisi Militer.

a. Umum. Penggunaan Polisi Militer Angkatan Darat diselenggarakan


melalui pelaksanaan fungsi Polisi Militer dalam rangka mendukung penggunaan
kekuatan TNI AD, baik dalam operasi militer untuk perang maupun operasi militer
selain perang.
570

b. Penggunaan Pada Operasi Militer Untuk Perang.


1) Pada Operasi Gabungan. Polisi Militer Angkatan Darat dapat
digunakan untuk memberikan dukungan pada Operasi Gabungan meliputi
Operasi Lintas Udara, Operasi Pertahanan Udara, Operasi Pertahanan Pantai,
Operasi Pendaratan Administrasi dan Operasi Darat Gabungan.
a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Polisi Militer yang
ditujukan untuk terciptanya ketaatan hukum, disiplin dan tata tertib serta
moril dan disiplin yang tinggi dalam pelaksanaan Operasi Gabungan.
b) Penggunaan. Satuan Polisi Militer sebagai Satbanmin
memberikan dukungan dalam rangka keberhasilan operasi gabungan
dengan kegiatan sebagai berikut:
(1) Pengamanan Pos komando.
(2) Melaksanakan penyelidikan atau Investigasi.
(3) Melaksanakan patroli Polisi Militer.
(4) Pengawalan pemindahan pasukan dan materiil.
(5) Pengendalian lalu lintas orang dan barang.
(6) Pengendalian penduduk dan pengungsi.
(7) Pengawasan dan penangkapan Yudha Kelana atau
Desertir.
(8) Melaksanakan penyidikan.
(9) Pengurusan Tahanan.
(10) Pengurusan Tawanan Perang dan Interniran Perang.

2) Pada Operasi Darat.


a) Operasi Tempur. Polisi Militer Angkatan Darat dapat digunakan
untuk memberikan dukungan pada Operasi Tempur meliputi Operasi
Serangan, Operasi Pertahanan, Operasi Pemindahan ke Belakang,
Operasi Pergantian, Operasi Dalam Kondisi Khusus, Operasi Pengaruh
Nubika, Operasi Pernika, Operasi Mobud, Operasi Gerilya dan Operasi
Khusus.
(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Polisi
Militer yang ditujukan untuk terciptanya ketaatan hukum, disiplin
dan tata tertib serta moril dan disiplin yang tinggi dalam
pelaksanaan Operasi Tempur.
(2) Penggunaan. Satuan Polisi Militer sebagai Satbanmin
memberikan dukungan dalam rangka keberhasilan operasi tempur
dengan kegiatan sebagai berikut:
(a) Pengamanan Pos komando.
(b) Melaksanakan penyelidikan atau Investigasi.
571

(3) Melaksanakan patroli Polisi Militer.


(d) Pengawalan pemindahan pasukan dan materiil.
(e) Pengendalian lalu lintas orang dan barang.
(f) Pengendalian penduduk dan pengungsi.
(g) Pengawasan dan penangkapan Yudha Kelana atau
Desertir.
(h) Melaksanakan penyidikan.
(i) Pengurusan Tahanan.
(j) Pengurusan Tawanan Perang dan Interniran
Perang.
b) Operasi intelijen. Polisi Militer Angkatan Darat dapat digunakan
untuk memberikan dukungan pada Operasi Intelijen meliputi Operasi
Penyelidikan, Operasi Pengamanan dan Operasi Penggalangan.
(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Polisi
Militer yang ditujukan untuk terciptanya ketaatan hukum, disiplin
dan tata tertib serta moril dan disiplin yang tinggi dalam
pelaksanaan Operasi Intelijen.
(2) Penggunaan. Satuan Polisi Militer sebagai Satbanmin
memberikan dukungan dalam rangka keberhasilan operasi
intelijen dengan kegiatan sebagai berikut:
(a) Sebagai Badan pengumpul keterangan.
(b) Melaksanakan interogasi.
(c) Melaksanakan pengamanan personel, materiil,
dokumen/berita dan kegiatan.
c) Operasi Teritorial.
(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Polisi
Militer yang ditujukan untuk terciptanya ketaatan hukum, disiplin
dan tata tertib serta moril dan disiplin yang tinggi dalam
pelaksanaan Operasi Teritorial.
(2) Penggunaan. Satuan Polisi Militer sebagai Satbanmin
memberikan dukungan dalam rangka keberhasilan operasi
teritorial dengan kegiatan sebagai berikut:
(a) Pengamanan Pos komando.
(b) Melaksanakan patroli Polisi Militer.
(c) Pengawalan pemindahan pasukan dan materiil.
(d) Pengendalian lalu lintas orang dan barang.
(e) Pengendalian penduduk dan pengungsi.
(f) Melaksanakan penyidikan.
572

(g) Pengurusan Tahanan.


3) Pada Operasi Bantuan. Polisi Militer Angkatan Darat dapat
digunakan untuk memberikan dukungan pada Operasi Bantuan meliputi
Operasi Bantuan Intelijen, Operasi Bantuan Perlindungan, Operasi Bantuan
Raid, Operasi Bantuan Tembakan, Operasi Bantuan SAR Tempur, Operasi
Bantuan Teritorial, Operasi Bantuan Pernika, Operasi Bantuan Angkutan dan
Operasi Bantuan Keamanan.
a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Polisi Militer
yang ditujukan untuk terciptanya ketaatan hukum, disiplin dan tata tertib
serta moril dan disiplin yang tinggi dalam pelaksanaan Operasi Bantuan.
b) Penggunaan. Satuan Polisi Militer sebagai Satbanmin
memberikan dukungan dalam rangka keberhasilan operasi bantuan
dengan kegiatan sebagai berikut:
(1) Pengamanan Pos komando.
(2) Melaksanakan penyelidikan atau Investigasi.
(3) Melaksanakan patroli Polisi Militer.
(4) Pengawalan pemindahan pasukan dan materiil.
(5) Pengendalian lalu lintas orang dan barang.
(6) Pengendalian penduduk dan pengungsi.
(7) Pengawasan dan penangkapan Yudha Kelana atau
Desertir.
(8) Melaksanakan penyidikan.
(9) Pengurusan Tahanan.
(10) Pengurusan Tawanan Perang dan Interniran Perang.

c. Penggunaan pada Operasi Militer Selain Perang.


1) Pada Operasi Militer Selain Perang yang Bersifat Tempur.
a) Polisi Militer Angkatan Darat dapat digunakan untuk memberikan
dukungan pada Operasi Militer Selain Perang yang bersifat tempur
meliputi Operasi militer dalam rangka mengatasi gerakan separatis
bersenjata, Operasi mengatasi pemberontakan bersenjata, Operasi
mengatasi aksi terorisme, Operasi Lawan Insurjensi, Operasi
mengamankan wilayah perbatasan, Operasi mengamankan objek vital
nasional yang bersifat strategis dan Operasi melaksanakan tugas
perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri.
(1) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Polisi
Militer yang ditujukan untuk terciptanya ketaatan hukum, disiplin
dan tata tertib serta moril dan disiplin yang tinggi dalam
pelaksanaan Operasi Militer Selain Perang yang bersifat tempur.
573

(2) Penggunaan. Satuan Polisi Militer sebagai Satbanmin


memberikan dukungan dalam rangka keberhasilan operasi Militer
Selain Perang yang bersifat tempur dengan kegiatan sebagai
berikut:
(a) Pengamanan Pos komando.
(b) Melaksanakan penyelidikan atau Investigasi.
(c) Melaksanakan patroli Polisi Militer.
(d) Melaksanakan razia Polisi Militer
(e) Pengawalan pemindahan pasukan dan materiil.
(f) Pengendalian lalu lintas orang dan barang.
(g) Pengawasan dan penangkapan Yudha Kelana atau
Desertir.
(h) Melaksanakan penyidikan.
(i) Pengurusan Tahanan dan Tahanan Keadaan
Bahaya/Operasi Militer.
b) Polisi Militer Angkatan Darat terlibat dan merupakan bagian dari
Operasi Militer Selain Perang yang bersifat tempur pada Operasi
mengamankan Presiden dan Wakil Presiden RI beserta keluarganya dan
Operasi mengamankan tamu negara setingkat Kepala Negara dan
perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia.
(1) Sasaran. Terselenggaranya kegiatan pengamanan
dalam rangka menjamin keamanan dan keselamatan Presiden
dan Wakil Presiden RI beserta keluarganya serta Tamu Negara
Setingkat Kepala Negara dan perwakilan pemerintah asing yang
sedang berada di Indonesia.
(2) Penggunaan. Melaksanakan pengawalan protokoler
kenegaraan terhadap Presiden dan Wakil Presiden RI beserta
keluarganya serta Tamu Negara Setingkat Kepala Negara dan
perwakilan pemerintah asing yang sedang Berada di Indonesia
meliputi:
(a) Pengawalan Istana dan instalasi Kepresidenan
lainnya.
(b) Pengawalan bermotor dalam perjalanan darat.
(c) Sebagai Pramuka Polisi Militer terhadap Presiden
dan Wakil Presiden RI beserta keluarganya serta Tamu
Negara Setingkat Kepala Negara dan perwakilan
pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia.
(d) Melaksanakan tugas sebagai Pasukan Kehormatan
penerimaan Tamu Negara di Istana negara.
(e) Melaksanakan tugas sebagai Pasukan Cordon.
574

(f) Melaksanakan tugas sebagai Pasukan


Kehormatan dalam upacara Credential penyerahan surat
kepercayaan dari Duta Besar Negara Asing untuk
Indonesia.
(g) Melaksanakan pengendalian lalu lintas kendaraan
dan pengaturan parkir.

2) Pada Operasi Militer Selain Perang yang Bersifat Non Tempur.


Polisi Militer Angkatan Darat dapat digunakan untuk memberikan dukungan
pada Operasi Militer Selain Perang yang bersifat non tempur meliputi Operasi
pemberdayaan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini
sesuai dengan sistem pertahanan semesta, Operasi membantu pemerintahan
di daerah, Operasi membantu Polri dalam rangka tugas Kamtibmas yang diatur
dalam Undang-Undang, Operasi membantu menanggulangi akibat bencana
alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan, Operasi membantu
pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR) serta Operasi membantu
pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.
a) Sasaran. Terselenggaranya dukungan satuan Polisi Militer
yang ditujukan untuk terciptanya ketaatan hukum, disiplin dan tata tertib
serta moril dan disiplin yang tinggi dalam pelaksanaan Operasi Militer
Selain Perang yang bersifat non tempur.
b) Penggunaan. Satuan Polisi Militer sebagai Satbanmin
memberikan dukungan dalam rangka keberhasilan operasi Militer Selain
Perang yang bersifat non tempur dengan kegiatan sebagai berikut:
(1) Pengamanan Pos komando.
(2) Melaksanakan penyelidikan atau Investigasi.
(3) Melaksanakan patroli Polisi Militer.
(4) Melaksanakan razia Polisi Militer
(5) Pengawalan pemindahan pasukan dan materiil.
(6) Pengendalian penduduk dan pengungsi.
(7) Melaksanakan penyidikan.
(8) Pengurusan Tahanan.

68. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Guna kelancaran pelaksanaan tugas agar menjamin ketertiban,


keteraturan, efektif dan efisien serta menjamin kesatuan komando dan
pengendalian maka diperlukan tataran kewenangan agar dapat di capai hasil dan
daya guna yang optimal.
575

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.


1) Wewenang dan tanggung jawab dalam penggunaan operasional Polisi
Militer berada pada Panglima TNI.
2) Wewenang dan tanggung jawab dalam pembinaan dan penggunaan
Polisi Militer Angkatan Darat berada pada Kasad.
3) Wewenang dan tanggung jawab dalam pembinaan fungsi teknis Polisi
Militer Angkatan Darat berada pada Danpuspomad.

c.. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama.


1) Wewenang dan tanggung jawab dalam pembinaan dan penggunaan
Polisi Militer Angkatan Darat berada pada Pangkotama.
2) Wewenang dan tanggung jawab dalam pembinaan fungsi teknis Polisi
Militer Angkatan Darat berada pada Danpom Kotama.

d.. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan. Wewenang dan


tanggung jawab dalam Pembinaan maupun penggunaan berada pada Komandan
satuan Polisi Militer.

BAB XIII
AJUDAN JENDERAL

69. Umum. Ajudan Jenderal merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan
sebagai kekuatan yang menjalankan fungsi menyelenggarakan administrasi personel,
administrasi umum, dan pemeliharaan kesejahteraan moril prajurit dan PNS TNI AD.

70. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Ajen.

a. Umum. Penyelenggaraan Ajudan Jenderal memerlukan ketentuan pokok


yang harus dipedomani, agar dapat dilaksanakan dengan baik, benar, dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan pokok yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pembinaan dan penggunaan Ajudan Jenderal tersebut meliputi
peran, tugas, fungsi, dan asas. Pembinaan dan penggunaan Ajudan Jenderal harus
dilaksanakan secara konsisten guna tercapainya penyelenggaraan Ajudan Jenderal
dalam rangka mendukung tugas pokok Angkatan Darat.

b. Peran. Ajudan Jenderal adalah Satuan Bantuan Administrasi (Satbanmin)


yang berperan untuk memberikan pelayanan dan dukungan administrasi dengan
menyelenggarakan fungsinya dalam rangka mendukung pembinaan dan penggunaan
kekuatan Angkatan Darat dalam rangka Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan
Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
576

c. Tugas.

1) Tugas Pokok. Ajudan Jenderal menyelenggarakan dan membina


fungsi Ajudan Jenderal dalam rangka mendukung tugas pokok Angkatan Darat.

2) Tugas-Tugas. Ajudan Jenderal mempunyai tugas-tugas, yaitu:

a) melaksanakan pembinaan meliputi pembinaan penyelenggaraan


administrasi personel, pembinaan penyelenggaraan administrasi umum,
dan pembinaan pemeliharaan kesejahteraan moril; dan

b) melaksanakan penggunaan dalam mendukung Operasi Militer


untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

d Fungsi. Fungsi Ajudan Jenderal adalah menyelenggarakan pengurusan


administrasi personel, administrasi umum, dan pemeliharaan kesejahteraan moril
personel Angkatan Darat.

e. Asas. Asas dalam penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal adalah sebagai


berikut:

1) Tujuan. Penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal harus


berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai sesuai tugas pokok.

2) Manfaat. Penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal harus dapat


memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembinaan dan penggunaan
kekuatan Angkatan Darat.

3) Legalitas. Penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal selalu


berpedoman pada peraturan yang berlaku sehingga menghasilkan produk
pelayanan yang benar dan sesuai ketentuan.

4) Fleksibel. Prosedur dan mekanisme penyelenggaraan fungsi Ajudan


Jenderal harus luwes, mudah, dan cepat menyesuaikan diri dengan
perkembangan teknologi dan organisasi Angkatan Darat.

5) Akuntabel. Penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal dapat


dipertanggungjawabkan dan tidak bertentangan dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku baik sumber input, proses, maupun
peruntukan/pemanfaatan output.

6) Transparan. Penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal dilaksanakan


dengan jelas, nyata, dan terbuka sesuai peraturan yang berlaku sehingga
577

menghasilkan produk pelayanan yang benar, bertanggung jawab, dan sesuai


ketentuan.

7) Motivasi. Penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal harus mampu


meningkatkan semangat dan moril personel Angkatan Darat dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.

71. Dasar Penyelenggaraan Ajen.

a. Umum. Ajudan Jenderal memerlukan perumusan dasar penyelenggaraan baik


dalam pembinaan maupun penggunaan agar dapat terlaksana secara berdaya guna
dan berhasil guna. Dasar penyelenggaraan Ajudan Jenderal tersebut perlu
dilaksanakan secara sinergi untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
secara optimal. Dasar penyelenggaraan Ajudan Jenderal dimaksud terdiri atas tujuan
dan sasaran, subjek, objek, metode, dan sarana prasarana, serta pedoman
penyelenggaraan Ajudan Jenderal.

b. Tujuan dan Sasaran.

1) Tujuan. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal yang


profesional dalam rangka mendukung tugas pokok Angkatan Darat.

2) Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan Ajudan


Jenderal adalah:

a) Sasaran Pembinaan Ajudan Jenderal:

(1) terselenggaranya administrasi personel yang meliputi


administrasi penyediaan/pengadaan, pendidikan, penggunaan,
perawatan dan pemisahan secara tertib, benar, transparan, dan
akuntabel;

(2) terselenggaranya administrasi umum yang meliputi tulisan


dinas, formulir, tata naskah, penyampaian tulisan dinas, dan
pengelolaan arsip secara tertib, benar, dan teratur sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan

(3) meningkatnya kesejahteraan moril melalui penyelenggraan


musik militer, hiburan, pembekalan keterampilan, penyiapan dan
penyaluran tenaga kerja, serta pelaksanaan transmigrasi dan
pemukiman, yang dapat meningkatkan moril dan etos kerja.
578

b) Sasaran Penggunaan Ajudan Jenderal. Tercapainya tujuan


penggu-naan Ajudan Jenderal yang optimal dalam mendukung OMP dan
OMSP sesuai peran dan fungsi Ajudan Jenderal.

c. Subjek, Objek, Metode, dan Sarana Prasarana.

1) Subjek.

a) Kasad;
b) Pang/Dan/Gub/Dir/Ka Kotama/Balakpus;
c) Dirajenad;
d) Danpusdikajen;
e) Kaajen Kotama/Balakpus; dan
f) Pejabat Personel Satuan.

2) Objek. Personel Angkatan Darat beserta keluarganya.

3) Metode.

a) Sosialisasi. Untuk memberikan pemahaman tentang ketentuan


fungsi Ajudan Jenderal yang berlaku kepada seluruh penyelenggara
fungsi dan personel Angkatan Darat.

b) Asistensi. Kegiatan yang dilaksanakan dengan cara melakukan


bantuan dan bimbingan teknis secara langsung terhadap pelaksanaan
pembinaan administrasi personel, administrasi umum, dan pemeliharaan
kesejahteraan moril, sehingga tujuan dan sasaran dapat tercapai sesuai
yang diharapkan.

c) Edukasi. Dalam mewujudkan tercapainya penyelenggaraan


pembinaan Ajudan Jenderal maka dibutuhkan pengembangan
pendidikan dan pelatihan, latihan guna percepatan penyerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dilaksanakan melalui pendidikan yang
berjenjang dan latihan yang terprogram untuk memperoleh personel
yang handal dan profesional.

d) Integrasi. Penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal dilaksanakan


secara terpadu/terintegrasi oleh seluruh penyelenggara fungsi Ajudan
Jenderal, baik dari tingkat pusat sampai daerah maupun dengan satuan
terkait lainnya.

4) Sarana Prasarana. Sarana prasarana yang digunakan dalam


penyelenggaraan Ajudan Jenderal, meliputi:

a) Peranti Lunak. Merupakan sarana pendukung penyelenggaraan


pembinaan dan penggunaan Ajudan Jenderal sebagai pedoman dalam
mendukung pelaksanaan tugas, antara lain:
579

(1) doktrin dan peraturan-peraturan;

(2) petunjuk induk, petunjuk administrasi, dan petunjuk teknis;

(3) aplikasi Sisfo Ditajenad;

(4) aplikasi dosir elektronik;

(5) Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK);

(6) Computer Assisted Test (CAT); dan

(7) naskah aransemen musik.

b) Peranti Keras. Merupakan sarana prasarana yang digunakan


Ajudan Jenderal dalam pembinaan dan penggunaan antara lain:

(1) senjata dan aloptik;

(2) pangkalan/markas;

(3) fasilitas pendidikan dan latihan;

(4) komputer, server, scanner, dan peralatan/perlengkapan


perkantoran;

(5) materiil Ajudan Jenderal;

(6) kendaraan;

(7) alat musik militer dan hiburan; dan

(8) transito pusat.

d. Pedoman Penyelenggaraan Ajudan Jenderal. Dalam rangka mewujudkan


penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal yang mampu memberikan pelayanan dan
dukungan dalam rangka mendukung tugas pokok Angkatan Darat, maka
diselenggarakan melalui pembinaan dan penggunaan Ajudan Jenderal.

1) Pembinaan Ajudan Jenderal.

a) Penyelenggaraan Administrasi Personel. Penyelenggaraan


administrasi personel dilaksanakan sejalan dengan siklus pembinaan
personel diarahkan pada peningkatan pelayanan kepada personel dan
satuan di lingkungan Angkatan Darat.

b) Penyelenggaraan Administrasi Umum. Penyelenggaraan


adminis-trasi umum diprioritaskan pada tertib administrasi untuk
580

mewujudkan terselenggaranya administrasi yang tertata dengan baik


sesuai ketentuan yang berlaku di lingkungan Angkatan Darat.

c) Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesejahteraan Moril. Penye-


lenggaraan pemeliharaan kesejahteraan moril diprioritaskan pada upaya
pemeliharaan kesejahteraan moril personel Angkatan Darat beserta
keluarganya melalui penyelenggaraan musik militer dan hiburan,
pembekalan keterampilan, serta penyiapan dan penyaluran tenaga kerja.

2) Penggunaan Ajudan Jenderal. Penggunaan Ajudan Jenderal untuk


mendukung keberhasilan tugas pokok Angkatan Darat dalam OMP dan OMSP,
dengan memberikan dukungan penyelenggaraan fungsi Ajudan Jenderal dalam
setiap bentuk operasi yang dilaksanakan, dengan penjelasan sebagai berikut:
a) OMP. Dalam pelaksanaan penggunaan Ajudan Jenderal
disesuaikan dengan pola penggunaan kekuatan Angkatan Darat dalam
mendukung OMP.
b) OMSP. Dalam pelaksanaan penggunaan Ajudan Jenderal
diwujudkan dalam mendukung tugas operasi, baik OMSP yang bersifat
tempur maupun nontempur.

72. Pembinaan Ajen.

a. Umum. Pembinaan Ajudan Jenderal merupakan bagian dari pembinaan


Angkatan Darat secara menyeluruh, terencana, berkesinambungan, dan dikelola
secara tepat dalam mendukung tugas pokok AD. Pembinaan Ajudan Jenderal
diarahkan pada tiga fungsi yaitu pembinaan penyelenggaraan administrasi personel,
administrasi umum, dan pemeliharaan kesejahteraan moril personel Angkatan Darat.
Pembinaan fungsi Ajudan Jenderal dilaksanakan melalui proses dan prosedur
pembinaan fungsi Ajudan Jenderal secara berjenjang mulai tingkat pusat,
Kotama/Balakpus, dan Satminkal.

b. Pembinaan Penyelenggaraan Administrasi Personel. Pembinaan penye-


lenggaraan administrasi personel dilaksanakan melalui proses dan prosedur sebagai
berikut:

1) Proses. Pembinaan penyelenggaraan administrasi personel


dilaksanakan melalui proses:

a) Perencanaan. Merencanakan program kegiatan, kesiapan


personel, dan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam melaksanakan
tugas-tugas penyelenggaraan administrasi personel.

b) Pengorganisasian. Pengorganisasian meliputi kegiatan sebagai


berikut:
581

(1) menyiapkan personel, materiil dan segala sesuatu yang


diperlukan untuk pelaksanaan pembinaan administrasi personel;

(2) menjelaskan uraian tugas dalam pelaksanaan kegiatan di


bidang administrasi personel; dan

(3) mengoordinasikan kerja unsur-unsur yang terlibat dalam


pelaksanaan pembinaan administrasi personel.

c) Pelaksanaan. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan dan penyelenggaraan fungsi administrasi personel
melalui mekanisme pengusulan dari satuan bawah sampai dengan
tingkat Mabesad maupun berupa kebijakan dan keputusan Pimpinan
Angkatan Darat yang disalurkan sampai ke satuan terbawah yang
dilaksanakan dengan terencana, terpadu, dan berkelanjutan, meliputi:

(1) penyelenggaraan kegiatan administrasi penyediaan calon


prajurit dan pengadaan PNS Angkatan Darat;

(2) penyelenggaraan kegiatan administrasi pengangkatan


personel Angkatan Darat;

(3) penyelenggaraan kegiatan administrasi karier personel;

(4) penyelenggaraan kegiatan administrasi pelayanan


personel;

(5) penyelenggaraan kegiatan administrasi pemisahan


personel; dan

(6) penyelenggaraan dosir personel.

d) Pengawasan. Pengawasan dilakukan secara terus menerus


oleh pembina teknis sesuai dengan tataran kewenangan dengan tujuan
untuk menjamin kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan.

2) Prosedur. Prosedur pembinaan penyelenggaraan administrasi personel


dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat pusat, tingkat
Kotama/Balakpus, dan tingkat Satminkal.

a) Tingkat Pusat.

(1) Kasad. Memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang penyelenggaraan pembinaan administrasi personel di
lingkungan Angkatan Darat yang dalam pelaksanaannya dibantu
oleh Aspers Kasad.
582

(2) Dirajenad:

(a) merencanakan dan melaksanakan program dan


anggaran yang berkaitan dengan kegiatan
penyelenggaraan administrasi personel;

(b) melaksanakan supervisi dan asistensi terhadap


penyelenggaraan administrasi personel kepada satuan
Lapangan Kekuasaan Teknis (LKT) Ajen maupun satuan
terkait; dan

(c) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pembinaan dan penyelenggaraan administrasi personel
kepada Kasad u.p. Aspers.

b) Tingkat Kotama/Balakpus.

(1) Pang/Dan/Gub/Dir/Ka:

(a) memberikan petunjuk dan kebijakan umum


mengenai pembinaan administrasi personel kepada
jajarannya berdasarkan pada program kegiatan, keputusan
dan kebijakan umum Pimpinan Angkatan Darat yang dalam
pelaksanaannya dibantu oleh Aspers/Ses
Kotama/Balakpus; dan

(b) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pembinaan dan penyelenggaraan administrasi personel
kepada Kasad u.p. Aspers.

(2) Kaajen Kotama/Balakpus:

(a) merencanakan dan melaksanakan program kegiatan


yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan
administrasi personel di lingkungan Kotama/Balakpus
secara berjenjang;

(b) melaksanakan supervisi dan asistensi terhadap


penyelenggaraan administrasi personel kepada satuan di
wilayah Kotama/Balakpus; dan

(c) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pembinaan dan penyelenggaraan administrasi personel
583

kepada Pang/Dan/Gub/Dir/Ka u.p. Aspers/Ses Kotama/


Balakpus.

c) Tingkat Satminkal.

(1) Komandan/Kepala Satuan:

(a) melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan


kegiatan administrasi personel di satuannya berdasarkan
pada program kerja dan anggaran, keputusan dan
kebijakan umum Pimpinan Kotama/Balakpus dan Angkatan
Darat yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh pejabat
personel satuan; dan

(b) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan administrasi personel di satuannya
kepada Pang/Dan/Gub/Dir/Ka u.p. Aspers/Ses Kotama/
Balakpus.

(2) Pejabat Personel Satuan:

(a) merencanakan dan melaksanakan program dan


anggaran yang berkaitan dengan kegiatan
penyelenggaraan administrasi personel di satuannya; dan

(b) melaporkan setiap perkembangan dan


permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
administrasi personel di satuannya kepada
komandan/kepala satuan.

c. Pembinaan Penyelenggaraan Administrasi Umum. Pembinaan penyeleng-


garaan administrasi umum dilaksanakan melalui proses dan prosedur sebagai berikut:

1) Proses. Pembinaan penyelenggaraan administrasi umum dilaksanakan


melalui proses:

a) Perencanaan. Merencanakan program kegiatan, kesiapan


personel, dan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam melaksanakan
tugas-tugas penyelenggaraan administrasi umum.

b) Pengorganisasian. Pengorganisasian meliputi kegiatan sebagai


berikut:

(1) menyiapkan personel, materiil dan segala sesuatu yang


diperlukan untuk pelaksanaan pembinaan administrasi umum;
584

(2) menjelaskan uraian tugas dalam pelaksanaan kegiatan di


bidang administrasi umum; dan

(3) mengoordinasikan kerja unsur-unsur yang terlibat dalam


pelaksanaan pembinaan administrasi umum.

c) Pelaksanaan. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan


dengan pembinaan dan penyelenggaraan fungsi administrasi umum
yang dilaksanakan dengan terencana, terpadu, dan berkelanjutan serta
berdasarkan kepada ketentuan adiministrasi umum yang berlaku.
Adapun pelaksanaan pembinaan administrasi umum yang dilaksanakan
Ajudan Jenderal adalah sebagai berikut:

(1) penyelenggaraan tulisan dinas;

(2) penyelenggaraan formulir;

(3) pengurusan tata naskah;

(4) penyampaian tulisan dinas; dan

(5) pengelolaan arsip.

d) Pengawasan. Pengawasan dilakukan secara terus menerus


oleh pembina teknis sesuai dengan tataran kewenangan dengan tujuan
untuk menjamin kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan.

2) Prosedur. Prosedur pembinaan penyelenggaraan administrasi umum


dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat pusat, tingkat
Kotama/Balakpus, dan tingkat Satminkal.

1) Tingkat Pusat.

a) Kasad. Memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang penyelenggaraan pembinaan administrasi umum di
lingkungan Angkatan Darat yang dalam pelaksanaannya dibantu
oleh Aspers Kasad.

b) Dirajenad:

(1) merencanakan dan melaksanakan program kegiatan


yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan
administrasi umum.

(2) melaksanakan supervisi dan asistensi terhadap


penyelenggaraan administrasi umum kepada satuan LKT
Ajen maupun satuan terkait; dan
585

(3) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pembinaan dan penyelenggaraan administrasi umum
kepada Kasad u.p. Aspers.

2) Tingkat Kotama/Balakpus.

a) Pang/Dan/Gub/Dir/Ka:

(1) memberikan petunjuk dan melaksanakan kebijakan


umum Kasad mengenai pembinaan administrasi umum
kepada jajarannya berdasarkan pada program kerja dan
anggaran dan keputusan serta kebijakan umum Pimpinan
Angkatan Darat yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh
Aspers/Ses Kotama/Balakpus; dan

(2) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pembinaan dan penyelenggaraan administrasi umum
kepada Kasad u.p. Dirajenad.

b) Kaajen Kotama/Balakpus:

(1) merencanakan dan melaksanakan program kegiatan


yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan
administrasi umum di lingkungan Kotama/Balakpus secara
berjenjang;

(2) melaksanakan supervisi dan asistensi terhadap


penyelenggaraan administrasi umum kepada satuan di
wilayah Kotama/Balakpus; dan

(3) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pembinaan dan penyelenggaraan administrasi umum
kepada Pang/Dan/Gub/Dir/Ka u.p. Aspers/Ses
Kotama/Balakpus.

3) Tingkat Satminkal.

a) Komandan/Kepala Satuan:

(1) melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan


kegiatan administrasi umum di satuannya berdasarkan
pada program kerja dan anggaran, keputusan dan
kebijakan umum pimpinan Kotama/Balakpus dan Angkatan
Darat yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh pejabat
sekretariat satuan; dan
586

(2) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan teknis administrasi umum di satuannya
kepada Pang/Dan/Gub/Dir u.p. Kaajen Kotama/Balakpus.

b) Pejabat Personel Satuan:

(1) merencanakan dan melaksanakan program kegiatan


yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan
administrasi umum di satuannya; dan

(2) melaporkan setiap perkembangan dan


permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
administrasi umum di satuannya kepada komandan/kepala
satuan.

c. Pembinaan Pemeliharaan Kesejahteraan Moril. Pembinaan pemeliharaan


kesejahteraan moril dilaksanakan melalui proses dan prosedur sebagai berikut:

1) Proses. Pembinaan pemeliharaan kesejahteraan moril dilaksanakan


melalui proses:

a) Perencanaan. Merencanakan program kegiatan, kesiapan


personel, dan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam melaksanakan
tugas-tugas penyelenggaraan pemeliharaan kesejahteraan moril.

b) Pengorganisasian. Pengorganisasian meliputi kegiatan sebagai


berikut:

(1) menyiapkan personel, materiil dan segala sesuatu yang


diperlukan untuk pelaksanaan pemeliharaan kesejahteraan moril;

(2) menjelaskan uraian tugas dalam pelaksanaan kegiatan di


bidang pemeliharaan kesejahteraan moril; dan

(3) mengoordinasikan kerja unsur-unsur yang terlibat dalam


pelaksanaan pemeliharaan kesejahteraan moril.

c) Pelaksanaan. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan


dengan penyelenggaraan dan pembinaan pemeliharaan kesejahteraan
moril yang dilaksanakan dengan terencana, terpadu, dan berkelanjutan,
berda-sarkan kepada ketentuan yang berlaku dan sesuai kebijakan
Pimpinan Angkatan Darat. Pelaksanaan pembinaan pemeliharaan
kesejahteraan moril yang dilaksanakan Ajudan Jenderal sebagai berikut:
587

(1) penyelenggaraan kegiatan pemberian pembekalan


keteram-pilan, penyiapan dan penyaluran tenaga kerja bagi
personel Angkatan Darat yang akan memasuki masa pensiun;

(2) penyelenggaraan kegiatan transmigrasi dan pemukiman


kembali bagi personel Angkatan Darat;

(3) penyelenggaraan kegiatan pelayanan musik militer dalam


mendukung kegiatan upacara dan acara seremonial satuan; dan

(4) penyelenggaraan kegiatan hiburan dalam mendukung


kegiatan-kegiatan satuan.

d) Pengawasan. Pengawasan dilakukan secara terus menerus


oleh pembina teknis sesuai dengan tataran kewenangan dengan tujuan
untuk menjamin kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan.

2) Prosedur. Prosedur pembinaan pemeliharaan kesejahteraan moril


dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat pusat, tingkat
Kotama/Balakpus, dan tingkat Satminkal.

a) Tingkat Pusat.

(1) Kasad. Memutuskan dan menetapkan kebijakan umum


tentang penyelenggaraan pemeliharaan kesejahteraan moril di
lingkungan Angkatan Darat yang dalam pelaksanaannya dibantu
oleh Aspers Kasad.

(2) Dirajenad:

(a) merencanakan dan melaksanakan program dan


anggaran yang berkaitan dengan kegiatan
penyelenggaraan pemeliharaan kesejahteraan moril di
lingkungan Angkatan Darat;

(b) melaksanakan supervisi dan asistensi terhadap


penyelenggaraan pemeliharaan kesejahteraan moril
kepada satuan LKT Ajen maupun satuan terkait; dan

(c) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pembinaan dan penyelenggaraan pemeliharaan
kesejahteraan moril kepada Kasad u.p. Aspers.

b) Tingkat Kotama/Balakpus.

(1) Pang/Dan/Gub/Dir/Ka:
588

(a) memberikan petunjuk dan melaksanakan kebijakan


umum Kasad mengenai pembinaan pemeliharaan
kesejahteraan moril kepada jajarannya berdasarkan pada
program kerja dan anggaran, keputusan, serta kebijakan
umum Pimpinan Angkatan Darat yang dalam
pelaksanaannya dibantu oleh Aspers/Ses Kotama/
Balakpus; dan

(b) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pembinaan dan penyelenggaraan pemeliharaan
kesejahteraan moril kepada Kasad u.p. Aspers Kasad.

(2) Kaajen Kotama/Balakpus:

(a) merencanakan dan melaksanakan program kegiatan


yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan
pemeliharaan kesejahteraan moril di lingkungan Kotama/
Balakpus secara berjenjang;

(b) melaksanakan supervisi dan asistensi terhadap


penyelenggaraan pemeliharaan kesejahteraan moril
kepada satuan di wilayah Kotama/Balakpus; dan

(c) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pembinaan dan penyelenggaraan pemeliharaan
kesejahteraan moril kepada Pang/Dan/Gub/Dir/Ka u.p.
Aspers/Ses Kotama/ Balakpus.

c) Tingkat Satminkal.

(1) Komandan/Kepala Satuan:

(a) melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan


kegiatan pemeliharaan kesejahteraan moril di satuannya
berdasarkan pada program kegiatan, keputusan dan
kebijakan umum Pimpinan Kotama/Balakpus dan Angkatan
Darat yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh pejabat
personel satuan; dan

(b) melaksanakan evaluasi dan melaporkan setiap


perkembangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan teknis pemeliharaan kesejahteraan moril
di satuannya kepada Pang/Dan/Gub/Dir/Ka u.p.
Aspers/Ses Kotama/Balakpus.

(2) Pejabat Personel Satuan:


589

(a) merencanakan dan melaksanakan program kegiatan


yang berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan
kesejahteraan moril di satuannya secara berjenjang; dan

(b) melaporkan setiap perkembangan dan


permasalahan yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesejahteraan moril di satuannya kepada
komandan/kepala satuan.

73. Penggunaan Ajen.

a. Umum. Penggunaan Ajudan Jenderal dalam mendukung OMP dan OMSP


pada hakekatnya adalah merupakan upaya untuk mendukung pencapaian tugas
pokok Angkatan Darat. Dukungan Ajudan Jenderal dalam pelaksanaannya harus
terintegrasi dan bersinergi dengan satuan lainnya dalam mendukung pola OMP dan
OMSP. Oleh karena itu, agar dukungan Ajudan Jenderal dapat dilaksanakan dengan
baik dan benar, maka perlu pedoman dalam implementasinya.

b. Penggunaan pada Operasi Militer untuk Perang. Penggunaan dukungan


Ajudan Jenderal dalam OMP adalah sebagai Satbanmin yang mengemban tugas
melaksanakan dukungan fungsi Ajen kepada Satuan Tempur (Satpur), Satuan
Bantuan Tempur (Satbanpur), dan Satbanmin lainnya.

1) Dukungan Administrasi Personel.

a) Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai dalam memberikan


dukungan administrasi personel pada OMP meliputi:

(1) terpeliharanya laporan kekuatan personel, administrasi


pencatatan korban tempur, dan tenaga pengganti sehingga
mendukung kesiapan satuan-satuan Angkatan Darat dalam
melaksanakan tugas operasi;

(2) terselenggaranya pemenuhan hak-hak prajurit korban


tempur (meninggal dunia/tewas/gugur dan cacat) akibat perang
dan keluarganya sehingga akan berpengaruh terhadap moril
seluruh prajurit Angkatan Darat yang melaksanakan tugas
operasi; dan

(3) terselenggaranya kegiatan administrasi pengurusan dan


pemakaman jenazah yang terdata secara tertib dan benar.

b) Penggunaan. Ajudan Jenderal dalam memberikan dukungan


administrasi personel pada OMP meliputi:
590

(1) penyelenggaraan laporan kekuatan prajurit, pencatatan


korban tempur dan administrasi tenaga pengganti;

(2) pengurusan administrasi kenaikan pangkat luar


biasa/kenaikan pangkat luar biasa anumerta (KPLB/KPLBA) dan
pemberian/ penganugerahan tanda kehormatan; dan

(3) penyelenggaraan administrasi pengurusan dan


pemakaman jenazah di daerah operasi.

2) Dukungan Administrasi Umum.

a) Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai dalam memberikan


dukungan administrasi umum pada OMP meliputi:

(1) terselenggaranya pemberian dukungan Pos Militer,


pengiriman dan pengamanan surat menyurat dinas maupun
pribadi selama pelaksanaan operasi; dan

(2) terselenggaranya pengarsipan dokumen yang berkaitan


dengan pelaksanaan operasi.

b) Penggunaan. Ajudan Jenderal dalam memberikan dukungan


administrasi umum pada OMP meliputi:

(1) penyelenggaraan Pos Militer; dan

(2) penyelenggaraan pengarsipan dokumen yang berkaitan


dengan pelaksanaan operasi.

3) Dukungan Pemeliharaan Kesejahteraan Moril.

a) Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai dalam memberikan


dukungan pemeliharaan kesejahteraan moril pada OMP meliputi:

(1) terselenggaranya musik militer (pada saat embarkasi dan


debarkasi), untuk meningkatkan moril prajurit; dan

(2) terselenggaranya kegiatan-kegiatan hiburan untuk


meningkatkan moril prajurit.

b) Penggunaan. Ajudan Jenderal dalam memberikan dukungan


pemeliharaan kesejahteraan moril pada OMP meliputi:

(1) menyelenggarakan musik militer (pada saat embarkasi dan


debarkasi); dan
591

(2) menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hiburan di daerah


belakang.

c. Penggunaan pada Operasi Militer Selain Perang. Penggunaan Ajudan


Jenderal dalam mendukung pelaksanaan OMSP secara umum dapat dilibatkan pada
operasi yang besifat tempur maupun nontempur.

1) Dukungan Administrasi Personel.

a) Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai dalam memberikan


dukungan administrasi personel pada OMSP meliputi:

(1) terselenggaranya pemenuhan hak-hak prajurit dan PNS


Angkatan Darat (apabila PNS dilibatkan) yang menjadi korban
(meninggal dunia/tewas/gugur dan cacat) akibat pelaksanaan
operasi; dan

(2) terselenggaranya kegiatan administrasi pengurusan dan


pemakaman jenazah yang terdata secara tertib dan benar.

b) Penggunaan. Ajudan Jenderal dalam memberikan dukungan


administrasi personel pada OMSP meliputi:

(1) pengurusan administrasi kenaikan pangkat luar


biasa/kenaikan pangkat luar biasa anumerta (KPLB/KPLBA) dan
pemberian/ penganugerahan tanda kehormatan; dan

(2) penyelenggaraan administrasi pengurusan dan


pemakaman jenazah di daerah operasi.

2) Dukungan Administrasi Umum.

a) Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai dalam memberikan


dukungan administrasi umum pada OMSP meliputi:

(1) terselenggaranya pemberian dukungan Pos Militer,


pengiriman dan pengamanan surat menyurat dinas maupun
pribadi selama pelaksanaan operasi; dan

(2) terselenggaranya pengarsipan dokumen yang berkaitan


dengan kegiatan operasi.

b) Penggunaan. Ajudan Jenderal dalam memberikan dukungan


administrasi umum pada OMSP meliputi:

(1) penyelenggaraan Pos Militer; dan


592

(2) penyelenggaraan pengarsipan dokumen yang berkaitan


dengan kegiatan operasi.

3) Dukungan Pemeliharaan Kesejahteraan Moril.

a) Sasaran. Sasaran yang ingin dicapai dalam memberikan


dukungan pemeliharaan kesejahteraan moril pada OMSP meliputi:

(1) terselenggaranya musik militer (sesuai protokoler), untuk


meningkatkan moril personel; dan

(2) terselenggaranya kegiatan-kegiatan hiburan untuk


meningkatkan moril personel.

b) Penggunaan. Ajudan Jenderal dalam memberikan dukungan


pemeliharaan kesejahteraan moril pada OMSP meliputi:

(1) menyelenggarakan musik militer (sesuai protokoler); dan

(2) menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hiburan di daerah


belakang.

74. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Pembinaan dan penggunaan Ajudan Jenderal diarahkan untuk


mendukung tugas pokok Angkatan Darat agar efektif dan efisien, oleh karenanya perlu
adanya pengaturan tataran kewenangan di masing-masing tingkatan. Setiap satuan
mempunyai batas kewenangan yang telah ditentukan mulai eselon tingkat pusat,
tingkat Kotama/Balakpus, sampai dengan tingkat Satminkal.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.

1) Wewenang dan tanggung jawab dalam pembinaan dan penggunaan


Ajudan Jenderal tingkat pusat berada pada Kasad.

2) Wewenang dan tanggung jawab dalam pembinaan fungsi teknis Ajudan


Jenderal tingkat pusat berada pada Dirajenad.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama/Balakpus.

1) Wewenang dan tanggung jawab dalam pembinaan dan penggunaan


Ajudan Jenderal tingkat Kotama/Balakpus berada pada Pang/Dan/Gub/Dir.

2) Wewenang dan tanggung jawab pembinaan teknis dan penyelenggaraan


fungsi Ajudan Jenderal tingkat Kotama/Balakpus berada pada Kaajen Kotama/
Balakpus.
593

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satminkal.

1) Wewenang dan tanggung jawab pembinaan dan penyelenggaraan


fungsi Ajudan Jenderal di Satminkal berada pada komandan/kepala satuan.

2) Wewenang dan tanggung jawab teknis penyelenggaraan fungsi Ajudan


Jenderal di Satminkal dilaksanakan oleh pejabat personel satuan.

BAB XIV
TOPOGRAFI

75. Umum. Topografi merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai
kekuatan yang menjalankan fungsi menyelenggarakan penyediaan, penyajian dan dukungan
informasi topografi.

76. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Topografi.

a. Umum. Guna menjamin efektivitas dan efisiensi dalam pembinaan dan


penggunaan Topografi maka perlu ditetapkan ketentuan pokok penyelenggaraan
Topografi yang meliputi peran, tugas, fungsi dan asas Topografi.

b. Peran. Topografi Angkatan Darat sebagai Satuan Bantuan Administrasi


dengan tugas menyediakan dan menyajikan Informasi Topografi dalam rangka
mendukung tugas Angkatan Darat baik dalam Operasi Militer Perang (OMP) maupun
Operasi Militer Selain Perang (OMSP), mempunyai peran sebagai berikut :

1) Sebagai sumber dan penyedia informasi Topografi yang diperlukan


dalam Operasi Militer Perang (OMP), Operasi Militer Selain Perang (OMSP),
pendidikan, dan latihan.

2) Memberikan bantuan teknis pada kegiatan OMP, OMSP, pendidikan,


dan latihan.

c. Tugas. Topografi dalam mendukung tugas pokok TNI AD mempunyai


tugas sebagai berikut:

1) Tugas pokok. Topografi Angkatan Darat bertugas membina dan


menyelenggarakan penyediaan dan penyajian Informasi Topografi dalam
rangka mendukung tugas pokok Angkatan Darat.

2) Tugas-tugas.

a) Dittopad. Dittopad bertugas pokok membina dan


menyelenggarakan pembinaan kecabangan, survei, pengolahan,
produksi dan materiil serta bantuan topografi dalam rangka mendukung
tugas pokok Angkatan Darat.
594

b) Densurta. Densurta bertugas pokok melaksanakan kegiatan


lapangan dalam rangka survei dan pemetaan untuk mendukung tugas
pokok Dittopad.

c) Topdam. Topdam bertugas pokok menyelenggarakan


penyediaan dan penyajian Informasi Topografi wilayah Kodam melalui
revisi peta dan data Topografi, analisa medan serta pembuatan Produk
Informasi Topografi dalam rangka mendukung tugas pokok Kodam.

d) Pusdiktop. Pusdiktop bertugas pokok menyelenggarakan


pendidikan kecabangan Topografi dalam rangka mendukung tugas
pokok Kodiklatad.

d. Fungsi. Guna mendukung tugas pokok TNI AD sesuai dengan perannya


sebagai satuan bantuan administrasi (Satbanmin), Topografi menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:

1) Dittopad. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas,


Dittopad menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

a) Fungsi Utama

(1) Pembinaan Kecabangan. Meliputi segala usaha pekerjaan


dan kegiatan yang berkenaan dengan pengolahan kebijaksanaan
pengorganisasian, personel, pembinaan satuan, pendidikan dan
latihan, penelitian dan pengembangan, doktrin, peraturan dan
petunjuk serta pembinaan tradisi korps untuk mewujudkan
kemampuan satuan Topografi Angkatan Darat.

(2) Pembinaan Survei Data Topografi. Meliputi segala usaha,


pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan
data spasial dan nonspasial dalam rangka penyusunan informasi
topografi.

(3) Pembinaan Pengolahan Data Topografi. Meliputi segala


usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan
pengolahan data spasial dan nonspasial dalam rangka
penyusunan basis data untuk penyajian informasi topografi.

(4) Pembinaan Produk dan Materiil Topografi. Meliputi segala


usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan
perencanaan, pengendalian inventori/penyimpanan,
pemeliharaan, pembekalan materiil topografi dan reproduksi,
serta layanan produk topografi.

(5) Pembinaan Bantuan Topografi. Meliputi segala usaha,


pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan pemberian
bantuan personel, kegiatan, dan produk topografi kepada satuan-
595

satuan di Angkatan Darat serta instansi lainnya dalam OMP,


OMSP, pendidikan dan latihan.

b) Fungsi Organik Militer. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan di bidang pengamanan, operasi, personel, logistik, teritorial,
perencanaan, pengawasan dan pemeriksaan/pengendalian dalam
rangka mendukung tugas pokok Dittopad.

c) Fungsi Organik Pembinaan. Meliputi segala usaha, pekerjaan


dan kegiatan di bidang doktrin, pendidikan dan latihan dalam rangka
mendukung tugas pokok Dittopad.

2) Densurta. Untuk melaksanakan tugas pokok di atas Densurta


Dittopad menyelenggarakan fungsi fungsi sebagai berikut :

a) Fungsi Utama.

(1) Penyuluhan dan Pengukuran Titik Kontrol.


(2) Pemotretan Udara.
(3) Pemeriksaan Lapangan.

b) Fungsi Organik Militer. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan dalam bidang Pengamanan, Personel, Logistik, Latihan dalam
rangka mendukung tugas pokok Densurta Dittopad.

c) Fungsi Organik Pembinaan. Meliputi segala usaha,


pekerjaan dan kegiatan dalam bidang Perencanaan, Pengorganisasian,
Pelaksanaan Program, dan Pengawasan dalam rangka mendukung
tugas pokok Densurta Dittopad.

3) Topdam. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut di atas,


Topdam menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut:

a) Tugas (melaksanakan Fungsi Utama).

(1) Revisi Informasi Topografi. Menyelenggarakan segala


usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan
pengumpulan serta pengolahan data spasial dan non spasial untuk
merevisi peta dan laporan medan di wilayah Kodam.

(2) Pembuatan Produk Informasi Topografi.


Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang
berkenaan dengan pengumpulan dan pengolahaan data spasial
dan non spasial untuk pembuatan produk informasi Topografi
dalam bentuk peta hasil revisi, laporan geografi medan, analisa
medan, peta tematik, peta foto, peta citra satelit, peta tiga
dimensi, model medan dan gazetteer wilayah Kodam.
596

(3) Bantuan Topografi. Menyelenggarakan segala usaha,


pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan pemberian
bantuan yang berkaitan dengan bidang ketopografian kepada
satuan jajaran Kodam dan instansi lainnya, dalam kegiatan
Pendidikan dan Latihan, Penegasan batas wilayah dan asistensi
teknis Topografi serta dalam rangka OMP dan OMSP.

(4) Pembinaan Materiil Topografi. Meliputi segala usaha,


pekerjaan dan kegiatan yang berkenaan dengan:

(a) Penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan Peta


Topografi, Alat Topografi serta produk informasi Topografi.

(b) Pendistribusian dan pengadministrasian Peta


Topografi, alat GPS Navigasi dan produk informasi
Topografi kepada satuan jajaran Kodam.

(c) Melaksanakan inventarisasi tugu titik kontrol


kerangka dasar pemetaan di wilayah Kodam, termasuk
tugu batas dan tugu triangulasi, serta melaksanakan
pemeliharaan tugu batas dan tugu triangulasi tingkat III
dan tingkat IV.

b) Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Militer).


Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang
pengamanan, personel, logistik, dan Binter terbatas dalam rangka
mendukung tugas pokok Topdam.

c) Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Pembinaan).


Menyelenggarakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang
latihan dalam rangka mendukung tugas pokok Topdam.

4) Pusdiktop. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas,


Pusdiktop menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut :

a) Tugas (Melaksanakan Fungsi Utama)

(1) Operasi pendidikan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan


kegiatan dibidang perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
yang berkaitan dengan proses belajar dan mengajar.

(2) Pengkajian dan pengembangan pendidikan. Meliputi


segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan yang berkaitan dengan pengkajian
dan pengembangan operasi pendidikan.

b) Tugas (Melaksanakan Fungsi Organik Militer). Meliputi segala


usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang pengamanan, personel, logistik,
597

perencanaan, pengawasan dan pengendalian dalam rangka mendukung


tugas pokok Pusdiktop Kodiklatad.

c) Tugas (Melaksanakan Fungsi Organik Pembinaan). Meliputi


segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang latihan dalam rangka
mendukung tugas pokok Pusdiktop Kodiklatad.

e. Asas.

1) Tujuan. Penyelenggaraan fungsi teknis Topografi harus


berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai sesuai tugas pokok Angkatan Darat.

2) Manfaat. Penyelenggaraan fungsi teknis Topografi harus dapat


memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembinaan dan penggunaan
kekuatan Angkatan Darat.

3) Fleksibel. Prosedur dan mekanisme penyelenggaraan fungsi teknis


Topografi harus mudah menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan kebumian dan organisasi
Angkatan Darat.

4) Kecepatan dan Ketepatan. Penyelenggaraan fungsi teknis


Topografi senantiasa memperhatikan faktor kecepatan dan ketepatan dalam
menyediakan dan menyajikan informasi Topografi di lingkungan Angkatan
Darat.

5) Berlanjut. Penyelenggaraan fungsi teknis Topografi dilaksanakan


secara terus menerus dan berlanjut untuk menghasilkan penyediaan dan
penyajian informasi Topografi yang aktual dan berkesinambungan.

6) Legalitas. Penyelenggaraan fungsi teknis Topografi harus memegang


teguh ketentuan, norma, aturan, dan undang-undang yang berlaku sehingga
dapat menghasilkan produk Topografi yang benar dan sesuai ketentuan.

77. Konsepsi Dasar Penyelenggaraan Topografi.

a. Umum. Dalam rangka menyelenggarakan fungsi Topografi dihadapkan


dengan peran dan tugasnya untuk mendukung tugas Angkatan Darat pada dasarnya
dipengaruhi oleh tuntutan tugas serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian agar penyelenggaraan fungsi tersebut dapat dilaksanakan secara
maksimal, maka diperlukan konsepsi dasar penyelenggaraan Topografi yang meliputi
kebijakan, strategi, dan penyelenggaraan Topografi.
598

b. Kebijakan. Kebijakan penyelenggaraan fungsi Topografi diarahkan untuk


terwujudnya peran dan fungsi Topografi dalam rangka mendukung tugas pokok
Angkatan Darat.

c. Strategi. Dalam rangka penyediaan dan penyajian informasi Topografi


yang optimal untuk mendukung tugas-tugas Angkatan Darat dilakukan dengan
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, modernisasi dan optimalisasi
penggunaan alat Topografi, serta peningkatan sinergitas dengan instansi pemerintah
maupun swasta di bidang Informasi Topografi, sesuai kebijakan yang telah ditetapkan
dalam pelaksanaannya memerlukan strategi yang dituangkan dalam tujuan, sasaran,
subjek, objek, metode serta sarana dan prasarana.

d. Tujuan. Mewujudkan fungsi topografi yang mampu menyediakan dan


menyajikan informasi Topografi berdasarkan skala prioritas secara tepat, akurat,
mudah, dan mutakhir serta mampu memberikan bantuan dalam bentuk kegiatan OMP,
OMSP, pendidikan dan latihan sesuai kebutuhan dalam rangka mendukung tugas
Angkatan Darat.

e. Sasaran.

1) Tersedianya data spasial dan nonspasial dalam rangka penyusunan


informasi Topografi wilayah darat nasional.

2) Tersedianya basis data hasil pengolahan data spasial dan nonspasial


untuk penyajian informasi Topografi.

3) Terpeliharanya informasi, materiil Topografi, reproduksi, serta


terlayaninya produk dan pembekalan materiil topogafi yang tepat, akurat,
mudah, dan mutakhir sesuai kebutuhan satuan pengguna dengan ketentuan
dan peraturan yang berlaku.

4) Terwujudnya dukungan personel, kegiatan, produk Topografi kepada


satuan-satuan di Angkatan Darat dalam OMP, OMSP, pendidikan dan latihan.

f. Subjek. Para pimpinan satuan dan para penyelenggara fungsi Topografi di


satuan jajaran Angkatan Darat.

1) Dirtopad.
2) Katopdam.
3) Para Dan/Ka Satuan.

g. Objek. Seluruh wilayah darat nasional.

h. Metode. Metode dalam penyediaan dan penyajian Informasi Topografi


dilakukan dengan metode terestris dan fotogrametris/penginderaan jauh.
599

1) Metode terestris dilakukan dengan melaksanakan pengumpulan data


langsung di lapangan.

2) Metode fotogrametris/penginderaan jauh dilakukan dengan


pengumpulan data melalui wahana pesawat udara atau satelit.

i. Sarana Prasarana. Sarana prasarana Topografi merupakan salah satu


faktor yang mendukung keberhasilan penyelenggaraan Fungsi Topografi, yang
meliputi :

1) Peranti lunak terdiri dari :

a) Doktrin TNI AD Kartika Eka Paksi.


b) Buku-buku Petunjuk Topografi.
c) Petunjuk Pelaksanaan Program Kerja dan Anggaran.

2) Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan :

a) Survei Data Topografi

(1) Survei data spasial


(2) Survei data non spasial

b) Pengolahan Data Topografi

(1) Pembuatan Peta Dasar


(2) Penyiapan Data Atribut
(3) Penyusunan Basis Data

c) Penyajian Informasi Topografi

(1) Hardcopy melalui pencetakan


(2) Softcopy

j. Pedoman Penyelenggaraan Topografi. Penyelenggaraan Topografi


untuk mendukung tugas pokok Angkatan Darat dilaksanakan melalui pembinaan
secara terarah dan terus menerus dalam rangka penyediaan dan penyajian informasi
Topografi sehingga dapat digunakan pada OMP maupun OMSP. Penyelenggaraan
Topografi dilaksanakan melalui dua kegiatan utama yaitu:

1) Pembinaan Topografi. Pembinaan Topografi dilaksanakan melalui


upaya secara terencana, terarah, dan terus menerus untuk mewujudkan kekuatan,
kemampuan dan gelar satuan Topografi serta membentuk satuan lapangan yang
didukung dengan personel, sarana prasarana, maupun peranti lunak sesuai
kebutuhan sebagai satuan bantuan administrasi dalam rangka mendukung tugas
pokok Angkatan Darat. Pembinaan dilaksanakan melalui segala usaha, tindakan,
600

dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pengembangan,


pelaksanaan, pengendalian penyediaan dan penyajian informasi Topografi dalam
rangka kesiapan Satuan Topografi untuk mendukung pelaksanaan pembinaan
Angkatan Darat secara keseluruhan.

2) Penggunaan Topografi. Penggunaan Topografi dilaksanakan dengan


memanfaatkan personel, kegiatan, dan produk Topografi dalam rangka
mendukung tugas pokok Angkatan Darat dalam berbagai kemungkinan
pelibatan kekuatan Angkatan Darat pada OMP, OMSP, pendidikan dan latihan
sebagai bagian integral dari upaya pertahanan yang dilaksanakan oleh TNI
guna menjamin tercapainya cita-cita nasional bangsa Indonesia dan
mendukung komitmen bangsa Indonesia dalam ikut serta memelihara
perdamaian dunia.

78. Pembinaan Topografi.

a. Umum. Keberhasilan pelaksanaan tugas Topografi Angkatan Darat pada


prinsipnya dipengaruhi oleh sejauh mana efektivitas pelaksanaan pembinaan
Topografi, diantaranya melalui penentuan tujuan dan pola pembinaan masing-masing
fungsi yang akan dilaksanakan, yang dilakukan secara terus menerus, bertahap,
bertingkat, dan berlanjut untuk dapat melaksanakan tugas dengan berdaya guna dan
berhasil guna.

b. Pembinaan Survei Data Topografi

1) Tujuan. Terlaksananya pengumpulan data topografi yang mencakup


data di atas permukaan, di permukaan, dan di bawah permukaan bumi yang
diperlukan dalam penyusunan sistem informasi Topografi.

2) Pola. Pembinaan Survei Data Topografi diarahkan kepada


terwujudnya data Topografi yang mutakhir dan dapat disajikan dengan tepat
waktu, tepat guna serta mudah dalam penggunaannya, dilaksanakan dengan
pembinaan :

a) Survei data spasial yaitu pengumpulan data dalam rangka


penyiapan kerangka dasar dan peta dasar yang selanjutnya akan
dilengkapi identitas/atribut pada tiap objek yang ada pada peta tersebut.

b) Survei data non spasial yaitu pengumpulan data dalam rangka


penyiapan identitas/atribut setiap objek yang ada pada peta dasar.

c. Pembinaan Pengolahan Data Topografi.

a) Tujuan. Terwujudnya pengolahan data spasial dan nonspasial dalam


rangka penyusunan basis data untuk penyajian informasi Topografi.
601

b) Pola. Pembinaan Pengolahan Data Topografi diarahkan kepada


terwujudnya basis data Topografi yang merupakan keterpaduan data spasial
dan non spasial, selanjutnya siap untuk dijadikan data dalam rangka
pelaksanaan analisis sesuai kebutuhan pengguna, dilaksanakan dengan
pembinaan :

(1) Pembangunan Topologi antara data spasial dengan data non


spasial
(2) Manajemen basis data
(3) Analisis sesuai kebutuhan pengguna

d. Pembinaan Produk dan Materiil Topografi.

1) Tujuan. Terwujudnya produk Topografi sesuai dengan kebutuhan


pengguna di jajaran TNI AD dalam bentuk peta Topografi, peta tematik, peta
foto/citra, tabel, dan laporan, dalam bentuk softcopy dan hardcopy, serta
tersedianya materiil Topografi dalam bentuk bahan dan alat Topografi yang
diperlukan dalam pembuatan produk Topografi atau untuk mendukung kegiatan
satuan-satuan di jajaran Angkatan Darat.

2) Pola. Pembinaan Produk dan Materiil Topografi diarahkan kepada


terwujudnya kesiapan Produk dan Materiil Topografi untuk mendukung kegiatan
yang dilaksanakan oleh Topografi Angkatan Darat maupun oleh satuan-satuan
di jajaran Angkatan Darat, pembinaan dilaksanakan melalui :

a) Reproduksi produk Topografi dengan pencetakan


b) Penyimpanan produk Topografi dalam bentuk hardcopy dan
softcopy
c) Pembinaan sistem Informasi produk Topografi
d) Distribusi produk Topografi dalam bentuk hard copy dan softcopy

e. Pembinaan Bantuan Topografi.

1) Tujuan. Terlaksananya bantuan Topografi kepada satuan-satuan


Angkatan Darat dan instansi sipil lainnya dalam bentuk personel, kegiatan,
produk (informasi dan materiil) Topografi.

2) Pola. Pembinaan Bantuan Topografi diarahkan kepada kemampuan


Topografi Angkatan Darat untuk mendukung satuan-satuan Angkatan Darat
602

dan instansi lainnya dalam OMP, OMSP, pendidikan dan latihan, melalui
kegiatan penyiapan personel, kegiatan, serta produkTopografi.

79. Penggunaan Topografi.

a. Umum. Penggunaan Topografi Angkatan Darat sebagai unsur bantuan


administrasi dengan menyediakan dan menyajikan informasi Topografi untuk
mendukung tugas TNI pada OMP, OMSP, sesuai ketentuan Undang-Undang RI No 34
tahun 2004 tentang TNI, serta pada pendidikan dan latihan. Dukungan yang dapat
diberikan kepada satuan-satuan pengguna sesuai dengan kebutuhan berupa
personel, produk, dan kegiatan. Dalam penggunaan dukungan Topografi dilaksanakan
sesuai dengan prosedur dalam penggunaan TNI.

b. Bentuk Dukungan Topografi.

1) Personel.

a) Surveyor Topografi.
b) Analis Topografi.
c) Supervisor atau pelatih Topografi.

2) Produk.

a) Peta Topografi kedar 1:25.000, 1:50.000 dan 1:100.000.


b) Peta Kota kedar 1:5.000 sampai dengan 1:12.500.
c) Peta Operasi Gabungan kedar 1:50.000 sampai dengan
1:250.000.
d) Peta Navigasi Penerbangan kedar 1:500.000 dan 1:1.000.000.
e) Peta Yurisdiksi kedar 1:4.000.000.
f) Peta Dislokasi Satuan kedar 1:2.500.000 sampai dengan
1:4.000.000.
g) Peta Edisi Khusus.
h) Peta Foto atau citra satelit.
i) Peta Tematik.
j) Peta 3D.
k) Model medan 3D.
m) Laporan Geografi Medan.
m) Analisis medan.

3) Kegiatan.

a) Survei data spasial.


603

(1) Pemotretan udara.


(2) Pengukuran kerangka kontrol horisontal.
(3) Pengukuran kerangka kontrol vertikal.
(4) Pengukuran situasi.
(5) Pemeriksaan lapangan.

b) Survei data non spasial.

(1) Kondisi geografi.


(a) Sungai.
(b) Jalan.
(c) Vegetasi.
(2) Jenis tanah atau batuan.
(3) Kondisi demografi.
(4) Kondisi sosial.
(5) Kondisi iklim dan cuaca.
c) Kartografi dijital.
d) Pencetakan.
e) Analisis medan.
f) Mobile assistance atau pelatihan.
g) Sistem monitoring berbasis satellite positioning.

c. Penggunaan Topografi.

1) Penggunaan dalam OMP.

a) Sasaran. Dapat memberikan dukungan personel, kegiatan,


dan produk Topografi untuk kegiatan OMP pada tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

b) Penggunaan. Dukungan diberikan kepada satuan-satuan


Angkatan Darat dan kepada instansi lainnya pada saat tahap
perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan untuk kegiatan monitoring,
serta pada tahap pengakhiran dilakukan kegiatan inventarisasi kondisi
medan akibat operasi. Dukungan ini meliputi tugas pokok TNI sebagai
berikut :

(1) Kampanye Militer. Dukungan Topografi dalam kampanye


militer diberikan berupa :

(a) Personel. Analis Topografi.


(b) Kegiatan.
i. Pengumpulan dan pengolahan data citra
satelit.
ii. Analisis medan kampanye militer.
(c) Produk.
604

Peta Kedar Kecil, dengan kedar lebih dari 1 :


1.000.000.

i. Peta Potensi Wilayah Pertahanan .


ii. Peta Dislokasi Satuan.
iii. Peta Citra Satelit.
iv. Laporan Geografi Medan.

(2) Operasi Gabungan. Dukungan Topografi dalam


operasi gabungan diberikan dalam bentuk :

(a) Personel.
i. Surveyor Topografi.
ii. Analis Topografi.
(b) Kegiatan.
i. Pemotretan udara.
ii. Pengukuran kerangka horisontal dan vertikal.
iii. Pemeriksaan lapangan.
iv. Pengisian atribut peta.
(c) Produk.
i. Peta Operasi Gabungan kedar 1:50.000.
ii. Peta Dislokasi Satuan Atas.
iii. Peta Tematik.
iv. Foto udara atau citra satelit kedar 1:5.000
hingga 1:25.000.
v. Model Medan 3D.
vi. Daftar titik pasti GPS.
(3) Operasi Darat. Dukungan Topografi dalam operasi
darat diberikan dalam bentuk :

(a) Personel.
i. Surveyor Topografi.
ii. Analis Topografi.
(b) Kegiatan
i. Pemotretan udara.
ii. Pengukuran kerangka horisontal dan vertikal.
iii. Pemeriksaan lapangan.
iv. Pengisian atribut peta.
v. Asistensi teknis.
(c) Produk.
i. Peta Topografi kedar 1:50.000.
ii. Peta Dislokasi Satuan.
iii. Peta Tematik.
iv. Foto udara atau citra satelit kedar 1 : 5.000
dan 1 : 10.000.
v. Model medan 3D.
vi. Daftar deklinasi magnet.
vii. Daftar titik pasti GPS.
605

(4) Operasi Bantuan. Dukungan Topografi dalam operasi


bantuan diberikan berupa :

(a) Personel.

i. Surveyor Topografi.
ii. Analis Topografi.

(b) Kegiatan.

i. Pemotretan udara.
ii. Pengukuran kerangka horisontal dan vertikal.
iii. Pemeriksaan lapangan.
iv. Pengisian atribut peta.
v. Asistensi teknis.
vi. Analisis medan.

(c) Produk.

i. Peta Topografi kedar 1 : 50.000.


ii. Peta Dislokasi Satuan.
iii. Peta Tematik.
iv. Foto udara.
v. Model medan 3D.
vi. Daftar titik pasti GPS.
vii. Laporan Geografi Medan.

2) Penggunaan dalam OMSP.

a) Sasaran. Dapat memberikan dukungan personel,


kegiatan, dan produk Topografi untuk kegiatan OMSP pada tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

b) Penggunaan. Dukungan diberikan kepada satuan-satuan


Angkatan Darat dan kepada instansi lainnya pada tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran sesuai permintaan dan
kebutuhan yang meliputi :

(1) Operasi dalam rangka mengatasi gerakan separatis


bersenjata. Dukungan diberikan dalam bentuk :

(a) Personel.

i. Surveyor Topografi.
ii. Analis Topografi.
606

(b) Kegiatan.

i. Pemotretan udara.
ii. Pengukuran kerangka horisontal dan vertikal.
iii. Pemeriksaan lapangan.
iv. Pengisian atribut peta.
v. Asistensi teknis.
vi. Analisis medan.
vii. Monitoring gerakan pasukan.

(c) Produk.

i. Peta Topografi kedar 1:50.000.


ii. Peta udara atau citra satelit kedar 1:5.000.
iii. Model medan 3D.
iv. Peta Kota kedar 1:12.500.
v. Peta Objek Vital.
vi. Peta Tematik.

(2) Operasi dalam rangka mengatasi pemberontakan


bersenjata. Dukungan diberikan dalam bentuk :

(a) Personel.

i. Surveyor Topografi.
ii. Analis Topografi.

(b) Kegiatan.

i. Pemotretan udara.
ii. Pengukuran kerangka horisontal dan vertikal.
iii. Pemeriksaan lapangan.
iv. Pengisian atribut peta.
v. Asistensi teknis.
vi. Analisis medan.
vii. Monitoring gerakan pasukan.

(c) Produk.

i. Peta Topografi kedar 1:50.000.


ii. Foto udara atau citra satelit kedar 1:5.000.
iii. Model medan 3D.
607

iv. Peta Kota kedar 1:12.500.


v. Peta Tematik.

(3) Operasi dalam rangka mengatasi aksi terorisme. Dukungan


diberikan dalam bentuk :

(a) Personel.

i. Surveyor Topografi.
ii. Analis Topografi.

(b) Kegiatan.

i. Asistensi teknis.
ii. Analisis medan.
iii. Monitoring gerakan pasukan.

(c) Produk.

i. Peta Foto kedar 1:5.000.


ii. Model bangunan 3D.
iii. Peta Topografi 1:25.000.

(4) Operasi dalam rangka mengamankan wilayah perbatasan.


Dukungan diberikan dalam bentuk :

(a) Personel.

i. Surveyor Topografi.
ii. Analis Topografi.

(b) Kegiatan.

i. Survei demarkasi dan IRM (investigation,


refixation, maintenance).
ii. Survei data spasial dan non spasial.
iii. Analisis medan.

(3) Produk.

i. Peta Topografi kedar 1:50.000.


ii. Peta Perbatasan Bersama kedar 1:50.000.
iii. Peta Citra Satelit kedar 1:25.000.
iv. Peta Edisi Khusus.
608

v. Peta Tematik.
vi. Model medan 3D.

(5) Operasi dalam rangka mengamankan objek vital nasional


yang bersifat strategis. Dukungan diberikan dalam bentuk :

(a) Personel.

i. Surveyor Topografi
ii. Analis Topografi

(b) Kegiatan.

i. Pembuatan Peta Lokasi Objek Vital.


ii. Pengumpulan data non spasial sekitar objek
vital.
iii. Analisis medan.
iv. Asistensi teknis.

(c) Produk.

i. Peta Topografi kedar 1:25.000.


ii. Peta Khusus Objek Vital.
iii. Peta Foto atau citra satelit objek vital.
iv. Model objek vital 3D.

(6) Operasi dalam rangka melaksanakan tugas perdamaian


dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri. Dukungan
diberikan dalam bentuk :

(a) Personel. Analis Topografi.


(b) Kegiatan.
i. Kompilasi Peta Daerah Penugasan.
ii. Pembuatan Peta Citra Satelit.
iii. Monitoring gerakan pasukan.
iv. Pembuatan Peta Tematik.
v. Asistensi teknis.
(c) Produk.
i. Peta Topografi daerah penugasan.
ii. Peta Citra Satelit.
iii. Peta Tematik.
iv. Analisis medan.
609

(7) Operasi dalam rangka mengamankan presiden dan wakil


presiden RI beserta keluarganya. Dukungan diberikan dalam
bentuk :

(a) Personel. Analis Topografi


(b) Kegiatan.
i. Pembuatan Peta Tematik.
ii. Analisis medan.
iii. Monitoring perjalanan.

(c) Produk.
i. Peta Tematik.
ii. Peta Khusus Rute Perjalanan.
iii. Peta Pengamanan Rute Perjalanan.

(8) Operasi dalam rangka memberdayakan wilayah


pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini dalam
rangka sistem pertahanan semesta. Dukungan diberikan dalam
bentuk :

(a) Personel. Analis Topografi.


(b) Kegiatan.
i. Kompilasi data spasial dan non spasial.
ii. Analisis medan.

(c) Produk.
i. Peta Yurisdiksi.
ii. Peta Dislokasi Satuan.
iii. Peta Potensi Wilayah.
iv. Peta Tematik.

(9) Operasi dalam rangka membantu tugas pemerintahan di


daerah. Dukungan diberikan dalam bentuk :

(a) Personel.
i. Supervisor Topografi.
ii. Surveyor Topografi.
iii. Analis Topografi.
(b) Kegiatan.
i. Pengukuran batas wilayah administrasi.
ii. Sistem Informasi.
(c) Produk.
i. Peta Batas Administrasi.
ii. Peta Tematik Wilayah atau Infrastruktur.
iii. Peta 3D Wilayah.
iv. Peta Citra.
610

v. Daftar tugu batas administrasi.

(10) Operasi membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia


dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur dalam undang-undang. Dukungan dilakukan dalam bentuk :

(a) Personel. Analis Topografi.


(b) Kegiatan.
i. Kompilasi data spasial dan non spasial.
ii. Analisis medan.
(c) Produk.
i. Peta Kota.
ii. Peta Jaringan Jalan.
iii. Peta Rawan Kriminal
iv. Peta Rawan Kemacetan

(11) Operasi dalam rangka mengamankan tamu negara


setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang
sedang berada di Indonesia. Dukungan dilakukan dalam bentuk :

(a) Personel. Analis Topografi.


(b) Kegiatan.
i. Kompilasi data spasial dan non spasial.
ii. Monitoring perjalanan.
(c) Produk.
i. Peta Rute Perjalanan.
ii. Peta Kota kedar 1 : 10.000.
iii. Peta Foto Daerah Kegiatan.
iv. Model bangunan 3D dijital.

(12) Operasi dalam rangka membantu menanggulangi akibat


bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan
kemanusiaan. Dukungan dilakukan dalam bentuk :

(a) Personel.
i. Surveyor Topografi.
ii. Analis Topografi.
(b) Kegiatan.
i. Pemotretan udara
ii. Kompilasi data spasial dan non spasial.
iii. Sistem informasi.
iv. Sistem monitoring.
(c) Produk.
i. Peta Rawan Bencana, meliputi Peta Daerah
Rawan Banjir, Longsor, Gempa, Kebakaran.
ii. Peta Tematik meliputi Peta Curah Hujan,
Peta Deretan Gunung Api, Peta KemiringanLahan.
611

iii. Peta Foto Sesaat Setelah Bencana.


iv. Analisis Medan Arah Penyebaran Bencana.
v. Analisis Medan Untuk Mitigasi dan Relokasi.

(13) Operasi dalam rangka membantu pencarian dan


pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue). Dukungan
diberikan dalam bentuk :

(a) Personel. Analis Topografi.


(b) Kegiatan.
i. Kompilasi data spasial dan non spasial.
ii. Analisis medan.
iii. Sistem monitoring.
(c) Produk.
i. Peta Topografi kedar 1 : 50.000.
ii. Peta Navigasi Penerbangan.
iii. Peta Kemiringan Lahan.
iv. Peta 3D Daerah Pencarian.
v. Peta Tematik.

(14) Operasi dalam rangka membantu pemerintah dalam


pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,
perompakan, dan penyelundupan. Dukungan diberikan dalam
bentuk:

(a) Personel. Analis Topografi.


(b) Kegiatan.
i. Kompilasi data spasial dan non spasial.
ii. Monitoring gerakan pesawat udara dan kapal
laut.
iii. Analisis medan.
(c) Produk
i. Peta Yurisdiksi kedar 1:4.000.000.
ii. Peta Citra Satelit.
iii. Peta Dislokasi Pelabuhan Laut dan Bandara.
iv. Peta Tematik.
v. Model bangunan bandara 3D .

3) Penggunaan dalam Pendidikan.

a) Sasaran. Dapat memberikan dukungan personel,


kegiatan, dan produk Topografi untuk kegiatan pendidikan pada tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

b) Penggunaan. Dukungan diberikan kepada satuan-satuan


Angkatan Darat dan kepada instansi lainnya pada tahap perencanaan,
612

persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran sesuai permintaan dan


kebutuhan yang meliputi :

(1) Personel.
(a) Guru militer.
(b) Pelatih.
(2) Kegiatan.
Sesuai hanjar yang berlaku
(3) Produk.
(a) Peta Topografi Kedar 1 : 50.000.
(b) Peta Topografi Kedar 1 : 250.000.
(c) Peta Digital.
(d) Peta Edisi Khusus.
(e) Animasi analisa medan.
(f) Foto udara atau citra satelit.
(g) Model medan 3D.
(h) Laporan Geografi Medan.

4) Penggunaan dalam Latihan.

a) Sasaran. Dapat memberikan dukungan personel,


kegiatan, dan produk Topografi untuk kegiatan latihan pada tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran.

b) Penggunaan. Dukungan diberikan kepada satuan-satuan


Angkatan Darat dan kepada instansi lainnya pada tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran sesuai permintaan dan
kebutuhan yang meliputi :

(1) Personel.
(a) Surveyor Topografi.
(b) Analis Topografi.
(c) Supervisi atau pelatih.
(2) Kegiatan.
(a) Posko Mobile.
(b) Kartografi dijital.
(c) Mobile assistance.
(d) Sistem informasi.
(e) Pelatihan.
(f) Monitoring pasukan.
(3) Produk
(a) Peta Topografi kedar 1 : 50.000.
(b) Peta Edisi Khusus Latihan.
(c) Peta 3D Daerah Latihan.
(d) Peta Elektronik.
(e) Peta Digital.
613

(f) Analisis medan daerah latihan


(g) Model medan dijital.

80. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Guna menjamin kelancaran pelaksanaan tugas Topografi, perlu diatur


tataran kewenangan di tingkat pusat maupun di daerah guna penyelenggaraan fungsi
Topografi dalam penyediaan dan penyajian informasi Topografi, sehingga diperoleh
daya guna dan hasil guna yang maksimal.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.

1) Wewenang serta tanggung jawab dalam pembinaan dan penggunaan


Topografi tingkat pusat berada pada Kepala Staf Angkatan Darat.
2) Wewenang serta tanggung jawab pembinaan teknis dan
penyelenggaraan fungsi Topografi di tingkat pusat berada pada Dirtopad.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama dan Balakpus.

1) Wewenang serta tanggung jawab dalam pembinaan dan penggunaan


Topografi tingkat kotama/balakpus berada pada Pang/Gub/Dan/Dir/Ka.

2) Wewenang serta tanggung jawab pembinaan teknis dan


penyelenggaraan fungsi Topografi di tingkat Kotama/Balakpus berada pada
Katop Kotama/Balakpus.

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan. Wewenang serta


tanggung jawab penyelenggaraan fungsi Topografi di tingkat satuan berada pada para
Dan/Ka satuan.

RAHASIA
BAB XV
HUKUM

81. Umum. Hukum merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai
kekuatan yang menjalankan fungsi dukungan hukum dan bantuan hukum serta perundang-
undangan/peraturan lainnya.

82. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Hukum.

a. Umum. Hukum Angkatan Darat sebagai salah satu fungsi teknis militer
umum, secara profesional dan proporsional bertanggung jawab untuk menyelenggarakan
dukungan hukum, bantuan hukum dan perundang–undangan. Agar dapat melaksanakan
fungsi pembinaan dan penggunaan hukum dengan baik maka diperlukan ketentuan pokok
614

penyelenggaraan hukum yang memuat tentang peran, tugas pokok, fungsi, sifat dan
lingkup hukum, stratifikasi doktrin serta asas Hukum Angkatan Darat.

b. Peran. Hukum Angkatan Darat berperan sebagai :


1) Staf khusus. Mendukung tugas Kasad dalam rangka pembinaan dan
penerapan hukum di lingkungan Angkatan Darat.
2) Staf teknis. Menyelenggarakan dukungan hukum dan bantuan hukum
untuk kepentingan Angkatan Darat.
3) Staf koordinasi. Menyelenggarakan koordinasi staf kepada staf
organik, staf teknis dan staf khusus lainnya mengenai aspek-aspek hukum
yang terkait dan berpengaruh terhadap lingkungan tugas masing-masing.

c. Tugas Pokok. Hukum Angkatan Darat bertugas menyelenggarakan


dukungan hukum, bantuan hukum dan perundang-undangan dalam rangka
mendukung tugas pokok Angkatan Darat.

d. Fungsi. Untuk melaksanakan peran dan tugas pokok tersebut di atas, Hukum
Angkatan Darat menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1) Fungsi Teknis Hukum.

a) Dukungan hukum. Menyelenggarakan kegiatan berkenaan


dengan dukungan hukum kepada satuan dan prajurit Angkatan Darat
dalam rangka pembinaan kekuatan dan penggunaan kekuatan.

b) Bantuan hukum. Menyelenggarakan kegiatan berkenaan


dengan penyelesaian perkara di dalam dan/atau di luar pengadilan
kepada satuan, prajurit dan PNS Angkatan Darat beserta keluarganya.

c) Perundang-undangan. Menyelenggarakan kegiatan


berkenaan dengan kompilasi hukum, penelitian dan pengkajian
peraturan perundang-undangan, pemeliharaan dokumen serta
615

penyiapan peraturan yang terkait dan berpengaruh terhadap


pelaksanaan tugas Angkatan Darat.

2) Lapangan Kekuasaan Teknis (LKT). LKT Hukum Angkatan Darat


merupakan salah satu bidang kekuasaan teknis yang meliputi:

a) Kegiatan yang berkenaan dengan kebijakan pengorganisasian,


pembinaan satuan dan personel, tradisi korps hukum, peranti lunak,
doktrin hukum, penelitian dan pengembangan dalam rangka
mewujudkan kemampuan prajurit dan satuan Hukum Angkatan Darat.
b) Kegiatan yang berkenaan dengan perencanaan, pengendalian
dan pengawasan pendidikan kecabangan Hukum dan pendidikan tinggi
serta latihan teknis kecabangan hukum.
c) Kegiatan satuan lain yang berhubungan dengan fungsi hukum.

e. Sifat dan Lingkup Hukum.


1) Sifat. Hukum Angkatan Darat merupakan unsur bantuan
administrasi yang memiliki sifat :
a) Melekat pada fungsi komando.
b) Dinamis mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Lingkup. Fungsi Hukum Angkatan Darat diselenggarakan untuk


seluruh satuan jajaran Angkatan Darat, prajurit dan PNS Angkatan Darat
beserta keluarganya.
616

f. Stratifikasi Doktrin Hukum.

STRATIFIKASI DOKTRIN
HUKUM

BUJUKIN
HUKUM

BUJUKBIN
HUKUM

BUJUKNIK

1. PENERAPAN HAM DI LINGK TNI AD


2. PENERAPAN HUKUM LINGK HIDUP DLM
MELAKS LAT & OPS
3. PENERAPAN HUKUM HUM DALAM OPSMIL
BUJUKMIN 4. GAR KEPAPERAAN DI LINGK TNI AD
1. BANTUAN HUKUM 5. GAR SIDANG DKP
2. DUKUNGAN HUKUM 6. GAR KEWENANGAN ANKUM DI LINGK TNI
3. PERUNDANG-UNDANGAN AD
4. SEKOLAH TINGGI HUKUM 7. GAR PERSIDANGAN PERKARA GARPLIN
MILITER 8. HUKUMAN DISIPLIN PNS DI LINGK TNI AD
9. PENAHANAN SEMENTARA OLEH ANKUM
10. PELAKSANAAN HUKUMAN DISIPLIN
11. PENYELESAIAN PELANGGARAN SUSILA
12. PENYELESAIAN PELANGGARAN DISERSI
BUJUKNIK 13. PEMBERHENTIAN SEMENTARA DARI
1. GAR BANTUAN HUKUM JABATAN (SCHORSING)
2. GAR NASIHAT HUKUM 14. PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK
3. GAR LUHKUM HORMAT
4. GAR DUKKUM DLM OMP 15. PENYELESAIAN PELANGGARAN DISIPLIN.
5. GAR DUKKUM DLM OMSP 16. TRADISI KORPS HUKUM.
6. GAR DUKKUM DLM LAT
7. PEMBUATAN TANGGAPAN &
SARAN BIDANG PERUNDANG-
UNDANGAN
8. KOMPILASI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
9. .GARDALWASDIK STHM
10. GARDIK STHM
11. SUN KURIKULUM STHM

g. Asas. Asas penyelenggaraan Hukum Angkatan Darat meliputi :


617

1) Legalitas. Penyelenggaraan Hukum Angkatan Darat harus


berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Kepentingan Militer. Penyelenggaraan Hukum Angkatan Darat
mengutamakan kepentingan militer.
3) Rantai Komando. Penyelenggaraan hukum di lingkungan Angkatan
Darat mengikuti hierarki komando.
4) Kesederhanaan. Penyelenggaraan Hukum Angkatan Darat bersifat
sederhana dan mudah dimengerti sehingga menghilangkan salah tafsir dan
keragu-raguan dalam penerapannya.
5) Keadilan dan Kepastian Hukum. Penyelenggaraan Hukum
Angkatan Darat terhadap prajurit dan PNS Angkatan Darat harus didasarkan
pada rasa keadilan dan terwujudnya kepastian hukum.
6) Persamaan Kedudukan di depan Hukum. Penyelenggaraan Hukum
Angkatan Darat didasarkan pada prinsip tidak memihak, terbuka dan berlaku
sama terhadap semua personel jajaran Angkatan Darat.

7) Praduga Tidak Bersalah. Penyelenggaraan Hukum Angkatan Darat


harus memegang teguh prinsip bahwa seseorang dinyatakan bersalah hanya
berdasarkan putusan lembaga yang berwenang dan telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.

83. Konsepsi Dasar Penyelenggaraan Hukum.

a. Umum. Penyelenggaraan hukum dilaksanakan melalui pembinaan hukum


dan penggunaan hukum. Agar penyelenggaraan hukum dapat terlaksana secara berdaya
guna dan berhasil guna, maka perlu dirumuskan konsepsi dasar penyelenggaraan hukum
yang meliputi kebijakan, strategi serta penyelenggaraan dalam pembinaan dan
penggunaan hukum.

b. Kebijakan.
1) Pembinaan Hukum. Pembinaan hukum merupakan bagian dari
sistem pembinaan kemampuan dan pembinaan kekuatan Angkatan Darat yang
dilakukan secara berkelanjutan, terpadu, terarah dan dinamis sesuai dengan
tuntutan tugas, perkembangan ilmu pengetahuan hukum dan peraturan
618

perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin legalitas, legitimasi dan


optimalisasi pelaksanaan tugas.

2) Penggunaan Hukum. Penggunaan hukum ditujukan untuk


mendukung pembinaan dan penggunaan kekuatan Angkatan Darat sebagai
berikut :

a) Penggunaan hukum dalam rangka mendukung pembinaan


kekuatan.
(1) Penggunaan hukum dalam rangka peningkatan kesadaran
dan kepatuhan hukum prajurit Angkatan Darat merupakan bagian
dari sistem pembinaan kekuatan Angkatan Darat.
(2) Penggunaan hukum dalam rangka mencegah terjadinya
pelanggaran hukum ditujukan untuk menciptakan disiplin satuan
dan optimalisasi pencapaian tugas pokok.
(3) Penggunaan hukum bertujuan agar semua rencana,
kegiatan, tindakan dan keputusan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

b) Penggunaan hukum dalam rangka mendukung penggunaan


kekuatan.
(1) Tahap perencanaan. Memberikan saran dan masukan
aspek hukum dalam setiap tahapan perumusan produk sampai
dengan dikeluarkan RO/PO.
(2) Tahap persiapan. Memberikan pembekalan hukum
berkaitan dengan pelaksanaan operasi.
(3) Tahap pelaksanaan. Memastikan pelaksanaan operasi
berjalan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
(4) Tahap pengakhiran. Menyelesaikan permasalahan hukum
yang terjadi akibat pelaksanaan operasi.
619

c. Strategi. Pelaksanaan pembinaan dan penggunaan hukum sebagai


penjabaran dari kebijakan yang telah ditetapkan, memerlukan strategi yang
dituangkan dalam tujuan, sasaran, subjek, objek dan metode serta sarana prasarana
agar dapat mendukung pelaksanaan tugas pokok Angkatan Darat secara optimal.

1) Tujuan.
a) Mewujudkan dukungan hukum dan bantuan hukum yang berdaya
guna dan berhasil guna dalam rangka mendukung tugas pokok
Angkatan Darat.
b) Mewujudkan kondisi kesadaran hukum dan kepatuhan hukum
prajurit Angkatan Darat baik secara perorangan maupun satuan.
c) Mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaran hukum yang
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tugas pokok.
2) Sasaran.
a) Sasaran penyelenggaraan dukungan hukum.
(1) Terjaminnya legalitas dan legitimasi operasi yang
dilaksanakan oleh satuan dan prajurit Angkatan Darat dalam
melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer
Selain Perang (OMSP) agar sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.
(2) Mencegah terjadinya pelanggaran hukum oleh prajurit
Angkatan Darat dan menyelesaikan setiap kasus pelanggaran
hukum yang terjadi baik dalam OMP maupun OMSP.
(3) Menjamin setiap keputusan komandan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
(4) Mendukung kesiapan satuan dalam melaksanakan latihan
dan tugas operasi.
(5) Mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran hukum
dalam setiap pelaksanaan tugas baik di satuan maupun di daerah
operasi.

b) Sasaran penyelenggaraan bantuan hukum.


620

(1) Terselesaikannya permasalahan hukum yang dihadapi


oleh satuan-satuan Angkatan Darat.
(2) Terselesaikannya permasalahan hukum yang dihadapi
oleh prajurit, PNS Angkatan Darat dan keluarganya.
(3) Terciptanya kepastian hukum dan keadilan agar tidak
menghambat pencapaian tugas pokok dan pembinaan karier.
(4) Terpenuhinya hak prajurit untuk mendapatkan rawatan
kedinasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(5) Terlindunginya aset-aset Angkatan Darat terhadap gugatan
dan tuntutan dari pihak lain.

c) Sasaran penyelenggaraan perundang-undangan.


(1) Tersedianya peraturan perundang-undangan yang relevan
dan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas komando.
(2) Tersedianya peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan kepentingan prajurit dan PNS Angkatan Darat.
(3) Terpeliharanya validitas peraturan perundang-undangan
yang berlaku di lingkungan Angkatan Darat.

d) Sasaran penyelenggaraan Sekolah Tinggi Hukum Militer.


(1) Terbentuknya Perwira Hukum yang memiliki kualifikasi
Sarjana Hukum di bidang hukum militer untuk memenuhi
kebutuhan organisasi.
(2) Terlaksananya pengkajian dan pengembangan hukum
militer untuk kepentingan TNI.

3) Subjek.
a) Mabesad. Kasad menentukan kebijakan strategis dalam
pembinaan dan penggunaan Hukum Angkatan Darat dibantu Dirkumad.
b) Ditkumad. Dirkumad menentukan strategi penyelenggaraan fungsi
hukum dan selaku pembina Hukum Angkatan Darat.
621

c) Kotama. Panglima/Komandan selaku pimpinan Kotama


bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan hukum di satuan-satuan
jajarannya dibantu Kakum Kotama.
d) Pusat Pendidikan Hukum Kodiklat TNI AD (Pusdikkum Kodiklat
TNI AD). Danpusdikkum Kodiklat TNI AD bertanggungjawab atas
penyelenggaraan pendidikan dan latihan bagi personel Hukum Angkatan
Darat dalam rangka menunjang profesionalisme pelaksanaan tugas.
e) Sekolah Tinggi Hukum Militer Ditkumad. Ketua Sekolah Tinggi
Hukum Militer bertanggungjawab atas penyelenggaraan Sekolah Tinggi
Hukum Militer dalam rangka membentuk Perwira menjadi Sarjana
Hukum yang memiliki kualifikasi dibidang Hukum Militer.
f) Satuan Tugas Hukum. Komandan Satuan Tugas Hukum
bertanggungjawab atas pelaksanaan dukungan hukum dalam operasi.

4) Objek.
a) Satuan Angkatan Darat.
b) Prajurit Angkatan Darat dan keluarganya.
c) PNS Angkatan Darat dan keluarganya.
d) Materiil Angkatan Darat.

5) Metode. Penyelenggaraan Hukum Angkatan Darat dilaksanakan


dengan metode penyuluhan, pembekalan, pendidikan, latihan, penugasan,
penelitian dan pengembangan serta sosialisasi.

6) Sarana dan Prasarana.


a) Sarana. Sarana pendukung yang diperlukan berupa :
(1) Peranti lunak.
(2) Perundang-undangan dan yurisprudensi.
(3) Audio Visual.
(4) Media Komunikasi.
(5) Laboratorium Hukum.
(6) Transportasi.
622

b) Prasarana. Prasarana pendukung yang diperlukan berupa :


(1) Markas/Pangkalan.
(2) Lembaga Pendidikan.

d. Penyelenggaraan Hukum. Penyelenggaraan Hukum Angkatan Darat


dilaksanakan melalui pembinaan dan penggunaan hukum dalam rangka mendukung
tugas pokok Angkatan Darat.
1) Pembinaan Hukum. Pembinaan hukum diselenggarakan dalam
bentuk pembinaan fungsi utama, fungsi organik militer, dan fungsi organik
pembinaan, untuk mewujudkan fungsi hukum sesuai dengan tuntutan tugas.
2) Penggunaan Hukum. Penggunaan hukum diselenggarakan untuk
memberikan dukungan melalui pengintegrasian hukum ke dalam doktrin,
pendidikan, latihan dan operasi militer.

84. Pembinaan Hukum.

a. Umum. Keberhasilan pelaksanaan tugas Hukum Angkatan Darat


ditentukan berdasarkan pembinaan fungsi-fungsi Hukum Angkatan Darat, terutama
pembinaan fungsi utama hukum dan Sekolah Tinggi Hukum Militer.

b. Pembinaan Dukungan Hukum.

1) Pembinaan Dukungan Hukum dalam OMP.


a) Operasi Gabungan. Menyiapkan perwira hukum agar
memahami dan memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan aspek-
aspek hukum yang berlaku dalam operasi gabungan.
b) Operasi Darat.
(1) Operasi Tempur. Menyiapkan perwira hukum dalam
memahami aspek-aspek hukum yang berlaku dalam operasi
tempur.
623

(2) Operasi Intelijen. Menyiapkan perwira hukum dalam


memahami aspek-aspek hukum yang berlaku dalam operasi
intelijen.

(3) Operasi Teritorial. Menyiapkan perwira hukum dalam


memahami aspek-aspek hukum yang berlaku dalam operasi
teritorial.
c) Operasi Bantuan. Menyiapkan perwira hukum agar memahami
dan memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan aspek-aspek hukum
yang berlaku dalam operasi bantuan terkait.

2) Pembinaan Dukungan Hukum dalam OMSP.


a) Mengatasi gerakan separatis bersenjata. Menyiapkan perwira
hukum dalam memahami aspek-aspek hukum yang berkaitan dengan
penindakan terhadap pelaku, identifikasi dan perlakuan tahanan operasi,
perlindungan terhadap masyarakat sipil yang terlibat dan penyelesaian
masalah hukum yang mungkin timbul sesuai ketentuan hukum yang
berlaku.

b) Mengatasi pemberontakan bersenjata. Menyiapkan perwira


hukum dalam memahami aspek-aspek hukum nasional, hukum
humaniter dan hukum HAM yang berlaku.

c) Mengatasi aksi terorisme. Menyiapkan perwira hukum dalam


memahami aspek-aspek hukum yang terkait dengan aturan pelibatan
dalam mengatasi aksi terorisme.

d) Mengamankan wilayah perbatasan. Menyiapkan perwira hukum


untuk memberikan pemahaman kepada prajurit tentang aturan-aturan
hukum nasional dan/atau perjanjian bilateral/multilateral dalam
menangani kasus-kasus di daerah perbatasan.
624

e) Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis.


Menyiapkan perwira hukum dalam memberikan pemahaman kepada
prajurit tentang aturan-aturan hukum nasional yang terkait dengan
pengamanan obyek vital nasional.

f) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan


politik luar negeri. Menyiapkan perwira hukum untuk memberikan
pemahaman kepada prajurit tentang aturan-aturan hukum internasional,
hukum humaniter dan hukum HAM yang berlaku dalam operasi
perdamaian dunia (peacekeeping operation).

g) Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.


Menyiapkan perwira hukum untuk memberikan pemahaman kepada
prajurit tentang aturan-aturan hukum nasional yang terkait dengan
pengamanan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.

h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan


pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta.
Menyiapkan perwira hukum untuk memahami aspek-aspek hukum yang
terkait dengan pemberdayaan geografi, demografi dan kondisi sosial
sesuai dengan sistem pertahanan semesta.

i) Membantu tugas pemerintahan di daerah. Menyiapkan perwira


hukum untuk memberikan pemahaman kepada prajurit tentang aturan-
aturan hukum yang berlaku dalam pemberian bantuan kepada
pemerintah daerah.

j) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka


tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-
undang. Menyiapkan perwira hukum untuk memberikan pemahaman
kepada prajurit tentang aturan-aturan hukum yang berlaku dalam
pemberian bantuan kepada Polri.
625

k) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara


dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia.
Menyiapkan perwira hukum untuk memberikan pemahaman kepada
prajurit tentang aturan-aturan hukum yang berlaku dalam melakukan
pengamanan tamu VVIP.

l) Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian,


dan pemberian bantuan kemanusiaan. Menyiapkan perwira hukum untuk
memberikan pemahaman kepada prajurit tentang aturan-aturan hukum
yang berlaku dalam pengendalian dan penanggulangan bencana alam,
perlindungan terhadap pengungsi serta bantuan kemanusiaan.

m) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search


and rescue). Menyiapkan perwira hukum untuk memberikan
pemahaman kepada prajurit tentang aturan-aturan hukum yang berlaku
dalam melakukan pencarian dan pertolongan.

n) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan


penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.
Menyiapkan perwira hukum untuk memberikan pemahaman kepada
prajurit tentang aturan-aturan hukum yang berlaku dalam penanganan
penyelundupan.

c. Pembinaan Bantuan Hukum.


1) Menyiapkan kemampuan perwira hukum untuk memberikan bantuan
hukum kepada satuan, prajurit, PNS Angkatan Darat dan keluarganya.
2) Menyiapkan kemampuan perwira hukum untuk memberikan bantuan
hukum dibidang :
a) Perkara pidana. Bantuan hukum perkara pidana meliputi
pidana umum, pidana militer dan pidana khusus.
626

b) Perkara perdata. Bantuan hukum perkara perdata meliputi


perdata umum dan perdata agama.
c) Perkara Tata Usaha Negara. Bantuan hukum perkara Tata
Usaha meliputi perkara Tata Usaha Negara dan Tata Usaha Militer.
d) Perkara Administrasi Militer. Bantuan hukum untuk
menyelesaikan masalah-masalah administrasi militer.

d. Pembinaan Perundang-undangan.
1) Menyiapkan peraturan-peraturan hukum yang terkait dengan
pelaksanaan dukungan hukum.
2) Menyiapkan peraturan-peraturan hukum yang terkait dengan
pelaksanaan bantuan hukum.
3) Melakukan kompilasi hukum yang terkait dan berpengaruh dalam
pelaksanaan tugas Angkatan Darat.
4) Melakukan penelitian dan pengkajian peraturan perundang-undangan
yang berlaku di lingkungan Angkatan Darat.

e. Pembinaan Sekolah Tinggi Hukum Militer.


1) Menyiapkan kemampuan perwira hukum dalam menerapkan Tri Dharma
perguruan tinggi.
2) Menyiapkan dosen yang memiliki kualifikasi sesuai yang dibutuhkan.
3) Menyiapkan kurikulum sesuai dengan standar pendidikan tinggi hukum
yang berlaku dengan prioritas pada bidang hukum militer
4) Menyiapkan kampus dengan sarana dan prasarana yang memenuhi
standar pendidikan tinggi.

85. Penggunaan Hukum.

a. Umum. Penggunaan Hukum diselenggarakan dalam bentuk dukungan


hukum, bantuan hukum dan perundang-undangan dalam rangka penggunaan
kekuatan Angkatan Darat baik dalam OMP maupun OMSP.

b. Penggunaan Dukungan Hukum.


627

1) Penggunaan Dukungan Hukum dalam OMP.

a) Operasi Gabungan. Melaksanakan dukungan hukum dalam


penentuan sasaran, penggunaan alat-alat dan cara-cara bertempur
sesuai dengan hukum humaniter yang berlaku dalam operasi gabungan.

b) Operasi Darat.
(1) Operasi Tempur. Melaksanakan dukungan hukum dalam
penentuan sasaran, penggunaan alat-alat dan cara-cara
bertempur sesuai dengan hukum humaniter yang berlaku.
(2) Operasi Intelijen. Melaksanakan dukungan hukum dalam
penentuan sasaran yang sah dan tidak sah.
(3) Operasi Teritorial. Melaksanakan dukungan hukum dalam
menangani aspek hukum yang berkaitan dengan pengendalian
geografi, demografi dan kondisi sosial.

c) Operasi Bantuan. Melaksanakan dukungan hukum dalam


penentuan sasaran, penggunaan alat-alat dan cara-cara bertempur
sesuai dengan hukum humaniter yang berlaku dalam operasi bantuan
terkait.

2) Penggunaan Dukungan Hukum dalam OMSP.

a) Mengatasi gerakan separatis bersenjata. Melaksanakan


dukungan hukum untuk mengidentifikasi dan membedakan antara
kelompok separatis dengan masyarakat sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam menentukan sasaran, serta menyelesaikan masalah hukum yang
timbul sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

b) Mengatasi pemberontakan bersenjata. Melaksanakan dukungan


hukum yang berkaitan penggunaan senjata, penentuan cara bertindak
628

serta penentuan sasaran terhadap kelompok pemberontak sesuai


dengan ketentuan hukum humaniter dan hukum HAM yang berlaku.

c) Mengatasi aksi terorisme. Melaksanakan dukungan hukum yang


berkaitan dengan penggunaan senjata, penentuan cara bertindak serta
penentuan sasaran terhadap kelompok teroris sesuai dengan ketentuan
hukum nasional dan hukum HAM yang berlaku .

d) Mengamankan wilayah perbatasan. Melaksanakan dukungan


hukum yang berkaitan dengan aspek-aspek hukum dalam operasi
pengamanan perbatasan.

e) Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis.


Melaksanakan dukungan hukum yang berkaitan dengan pengamanan
objek vital nasional yang bersifat strategis sesuai dengan kewenangan
yang diberikan oleh undang-undang.

f) Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan


politik luar negeri. Melaksanakan dukungan hukum untuk menangani
permasalahan hukum dalam pelaksanaan peacekeeping operation di
bawah naungan pasukan perdamaian PBB.

g) Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.


Melaksanakan dukungan hukum yang berkaitan dengan aspek-aspek
hukum dalam operasi pengamanan Presiden dan Wakil Presiden
beserta keluarganya.

h) Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan


pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta.
Melaksanakan dukungan hukum yang berkaitan dengan pemberdayaan
geografi, demografi dan kondisi sosial sesuai dengan sistem pertahanan
semesta.
629

i) Membantu tugas pemerintahan di daerah. Melaksanakan


dukungan hukum yang berkaitan dengan aspek-aspek hukum dalam
membantu tugas pemerintah daerah.

j) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka


tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-
undang. Melaksanakan dukungan hukum yang berkaitan dengan aspek-
aspek hukum dalam penegakan kamtibmas.

k) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara


dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia.
Melaksanakan dukungan hukum yang berkaitan dengan aturan-aturan
hukum yang berlaku dalam membantu pengamanan tamu VVIP.

l) Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian,


dan pemberian bantuan kemanusiaan. Melaksanakan dukungan hukum
yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap korban bencana
alam, pengungsi dan pemberian bantuan kemanusiaan.

m) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search


and rescue). Melaksanakan dukungan hukum yang berkaitan dengan
aspek-aspek hukum terhadap penanganan korban kecelakaan.

n) Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan


penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.
Melaksanakan dukungan hukum yang berkaitan dengan penanganan
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

3) Dalam setiap bentuk penggunaan hukum baik dalam rangka OMP


maupun OMSP perwira hukum menyusun lampiran hukum dan membantu
perwira operasi dalam menyusun Rule of Engagement (ROE).
630

c. Penggunaan Bantuan Hukum.


1) Membantu menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran hukum yang terjadi
di daerah operasi.
2) Membantu menyelesaikan gugatan/tuntutan dari pihak lain terhadap
satuan maupun prajurit Angkatan Darat di daerah operasi.

d. Penggunaan Perundang-undangan.
1) Menerapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
berpengaruh dalam pelaksanaan operasi.
2) Memastikan legalitas dan legitimasi pelaksanaan operasi.

86. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Guna menjamin terselenggaranya fungsi Hukum Angkatan Darat


secara berdaya guna dan berhasil guna perlu adanya tataran kewenangan dan
tanggung jawab baik tingkat pusat, tingkat Balakpus/Kotama maupun tingkat satuan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.


1) Wewenang dan tanggung jawab dalam pembinaan dan penggunaan
Hukum Angkatan Darat Tingkat Pusat berada pada Kepala Staf Angkatan
Darat.
2) Wewenang dan tanggung jawab dalam pembinaan teknis hukum
Tingkat Pusat berada pada Dirkumad.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Balakpus/Kotama.


1) Wewenang dan tanggung jawab penyelenggaraan hukum Tingkat
Balakpus/Kotama berada pada Pang/Dan/Gub/Ka/Dir Balakpus Angkatan
Darat.
2) Wewenang dan tanggung jawab penyelenggaraan fungsi teknis hukum
di Kotama pada Kakum Kotama.
631

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan. Wewenang dan


tanggung jawab pembinaan dan penggunaan hukum tingkat satuan berada pada
Komandan Satuan.

BAB XVI
KEUANGAN

87. Umum. Keuangan merupakan salah satu kecabangan TNI AD dan sebagai
kekuatan yang menjalankan fungsi administrasi pengurusan keuangan negara yang meliputi
pelaksanaan pembiayaan, akuntansi, dan pengendalian keuangan.

88. Ketentuan Pokok Penyelenggaraan Pembinaan Keuangan.

a. Umum. Keuangan sebagai salah satu fungsi teknis Militer Umum TNI AD
menyelenggarakan pengurusan keuangan negara dengan melaksanakan administrasi
pembiayaan, akuntansi dan pengendalian keuangan dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI AD. Dengan demikian untuk menentukan batas ruang lingkup pelaksanaan
tanggung jawabnya, perlu secara eksplisit ditetapkan tentang peran Keuangan
sebagai acuan dalam menentukan tugas pokok dan tugas-tugas keuangan.
Berorientasi kepada peran dan rumusan tugas tersebut, selanjutnya dapat ditentukan
fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan oleh Keuangan sehingga tugas yang telah
ditetapkan dapat dilaksanakan dengan optimal.

b. Peran. Keuangan sebagai bagian integral dari TNI AD merupakan satuan


bantuan administrasi yang memiliki peran sebagai penyelenggara dalam pengurusan
keuangan negara di lingkungan Angkatan Darat melalui penyelenggaraan
pelaksanaan administrasi pembiayaan, akuntansi dan pengendalian keuangan dalam
rangka mendukung tugas pokok TNI AD.

c. Tugas. Sesuai perannya Keuangan mengemban tugas pokok dan tugas-


tugas sebagai berikut:

1) Tugas pokok. Keuangan bertugas pokok melaksanakan pembinaan dan


menyelenggarakan fungsi keuangan dalam rangka mendukung tugas TNI AD.

2) Tugas-tugas. Untuk mendukung tugas pokok, Keuangan


Angkatan Darat mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
a) Administrasi Pembiayaan. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan di bidang administrasi pencatatan dokumen kekuatan gaji
personel, rekapitulasi dan monitoring pelaksanaan anggaran DIPA serta
daya serap anggaran dilingkungan Angkatan Darat;

b) Akuntansi. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di


bidang akuntansi, penatabukuan serta pencocokan perhitungan
terhadap laporan penatabukuan dan laporan keuanga; dan
632

c) Pengendalian Keuangan. Meliputi segala usaha, pekerjaan


dan kegiatan di bidang pencocokan, penelitian, pemeriksaan, analisa
dan evaluasi terhadap laporan dan pertanggungjawaban keuangan,
penjabaran peraturan/ketentuan, pengendalian dan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan serta pemberian asistensi teknis
keuangan;

d. Fungsi. Keuangan berfungsi menyelenggarakan bantuan administrasi


yang berkenaan dengan pengurusan keuangan negara yang meliputi Administrasi
Pembiayaan, Akuntansi dan Pengendalian Keuangan di lingkungan TNI AD.
e. Asas.

1) Akuntabel. Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya


serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada identitas pelaporan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2) Prioritas. Dapat memilih dan menentukan dengan tepat pelayanan


dan dukungan yang harus didahulukan.

3) Kesederhanaan. Dalam segala sesuatu tindakan, mudah dimengerti


oleh semua pihak dan mudah dilaksanakan oleh pelaksana. Kesederhanaan
tersebut dilaksanakan baik dalam perencanaan, prosedur, pelaksanaan dan
pengawasan guna mencegah penyimpangan pertanggungjawaban.

4) Transparansi. Kemampuan mempertanggungjawabkan segala


tindakan tanpa ditutup-tutupi dengan selalu berpegang pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, berani menghadapi fakta serta berani
menilai secara kritis.

5) Efektif. Dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan


dengan memberikan manfaat sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran.

89. Dasar Penyelenggaraan Fungsi Keuangan.

a. Umum. Penyelenggaraan fungsi Keuangan merupakan bagian dari


penyelenggaraan fungsi teknis militer umum TNI AD. Dalam pelaksanaannya,
keuangan menyelenggarakan administrasi pembiayaan, akuntansi dan pengendalian
keuangan terhadap keuangan negara yang berada dalam pengurusannya. Guna
menjamin penyelenggaraan fungsi keuangan agar dapat berjalan sesuai dengan
ketentuan dasar yang berlaku dan selaras dengan fungsi TNI AD lainnya, maka
diperlukan adanya suatu dasar penyelenggaraan fungsi keuangan yang meliputi
tujuan dan sasaran, subyek, obyek, metode, sarana dan prasarana serta pedoman
penyelenggaraan fungsi keuangan.
633

b. Tujuan dan Sasaran.

1) Tujuan. Mewujudkan Keuangan yang mampu menyelenggarakan


pelaksanaan pembinaan administrasi pembiayaan, akuntansi dan
pengendalian keuangan yang berada dalam pengurusannya secara transparan
dan akuntabel guna mendukung tugas pokok TNI AD.

2) Sasaran.

a) Terselenggaranya perencanaan administrasi pembiayaan dan


pembayaran dana oleh Bendahara Pengeluaran (BP) untuk mendukung
program kegiatan sesuai dengan ketentuan pengurusan keuangan
negara yang berlaku.

b) Terselenggaranya akuntansi, penatabukuan dan pencocokan


perhitungan serta penyusunan Laporan Keuangan (LK) secara tertib,
teratur dan seragam berdasarkan pada sistem dan ketentuan yang
berlaku.

c) Terselenggaranya pengendalian keuangan baik secara operatif


maupun administratif dan tersedianya peranti lunak serta terlaksananya
bantuan teknis keuangan yang diperlukan dalam pengurusan keuangan
negara.

c. Subjek, Objek, Metode dan Sarana Prasarana.

1) Subjek.
a) Ka U.O. TNI AD. Kasad menentukan kebijakan keuangan
Angkatan Darat, dalam pelaksanaannya diselenggarakan oleh Direktur
Keuangan Angkatan Darat.

b) Dirkuad. Menjabarkan kebijakan Kasad dan Kapusku Kemhan


dalam penyelenggaraan pengurusan keuangan di lingkungan TNI AD
serta menyelenggarakan pengurusan keuangan negara yang menjadi
tanggung jawabnya.

c) Ka Kukotama/Lakpus. Melaksanakan penyelenggaraan


pengurusan keuangan negara di tingkat Kotama/Balakpus.
d) Danpusdikku. Melaksanakan kegiatan pendidikan dan latihan
guna meningkatkan kemampuan SDM keuangan.
e) Paku. Melaksanakan penyelenggaraan pengurusan keuangan
negara di tingkat Satker.
634

2) Objek . Satuan jajaran TNI Angkatan Darat dan seluruh Prajurit


serta PNS yang bertugas di lingkungan TNI AD.

3) Metode.
a) Pendidikan dan Latihan. Dilaksanakan untuk memberikan bekal
pengetahuan dan keterampilan di bidang keuangan dalam rangka
memelihara dan meningkatkan profesionalisme personel yang terlibat
dalam pengurusan keuangan negara.
b) Pengamatan, pengkajian dan pengembangan. Dilaksanakan
untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan guna proses
perbaikan dan peningkatan efektifitas, efisiensi serta validitas peranti
lunak dan organisasi badan keuangan dalam penyelenggaraan fungsi
keuangan.
c) Pengendalian, pengawasan dan pemeriksaan. Dilaksanakan
untuk menciptakan akuntabilitas dalam pengurusan dan penggunaan
uang negara.

d) Sosialisasi. Menyampaikan secara langsung kepada satuan


pengguna dalam rangka merealisasikan aturan dan tataran pengelolaan
keuangan Negara.

4) Sarana Prasarana. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam


penyelenggaraan fungsi Keuangan disesuaikan dengan kebutuhan yang
dihadapkan kepada tugas dan peran Keuangan sebagai berikut:
a) Fasilitas Pendidikan dan Latihan. Merupakan sarana dan
prasarana yang digunakan untuk memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan di bidang Keuangan guna terwujudnya profesionalisme;
b) Fasilitas Pangkalan. Merupakan sarana dan prasarana yang
dapat digunakan untuk mendukung dan menyelenggarakan tugas serta
fungsi keuangan; dan
c) Peranti Lunak. Merupakan sarana dan prasarana berupa aturan
dan ketentuan yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi keuangan.

d. Pedoman Penyelenggaraan Fungsi Keuangan. Pedoman


penyelenggaraan fungsi keuangan mengacu kepada peran dan tugasnya sebagai
bagian dari kekuatan TNI AD perlu suatu rumusan dasar yang pelaksanaannya
dipengaruhi oleh lingkungan strategi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan
pimpinan guna mewujudkan terlaksananya fungsi teknis militer kecabangan
keuangan. Diperlukan suatu kebijakan dan strategi yang jelas sehingga
penyelenggaraan bantuan administrasi keuangan dapat berhasil dan berdaya guna
secara optimal.
635

1) Kebijakan. Mengacu kepada tugas pokok Ditkuad dihadapkan dengan


perkembangan kondisi saat ini dan tatanan tugas kedepan serta
mempertimbangkan sumber daya yang terbatas, agar tugas pokok Ditkuad
dapat berjalan secara efektif maka Dirkuad menetapkan kebijakan sebagai
berikut:

a) Pembinaan Keuangan. Diprioritaskan pada pembinaan fungsi


Minbia, Akuntansi dan Dalku yang dilaksanakan dalam suatu siklus
pembinaan secara berkelanjutan, utuh, terpadu dan terencana sesuai
tuntutan tugas; dan

b) Penggunaan Keuangan. Didasarkan pada tugas dan sasaran


terselenggaranya bantuan administrasi keuangan dengan penekanan
pada terwujudnya akuntabilitas kinerja Ditkuad yang efektif dan efisien.

2) Strategi. Dalam rangka merealisasikan kebijakan pembinaan dan


penggunaan keuangan memerlukan strategi agar pelaksanaan tugas pokok TNI
AD dapat didukung secara optimal sebagai berikut :

a) Melaksanakan penataan pembinaan personel, organisasi, materiil


serta peranti lunak secara teratur dan berkelanjutan.

b) Melaksanakan penggunaan keuangan secara optimal sesuai


dengan fungsi guna memberikan dukungan bantuan administrasi kepada
satuan pelayanan.

90. Pembinaan Fungsi Keuangan.

a. Umum. Penyelenggaraan fungsi Keuangan merupakan bagian dari


penyelenggaraan fungsi teknis militer umum TNI AD. Dalam pelaksanaannya,
keuangan menyelenggarakan administrasi pembiayaan, akuntansi dan pengendalian
keuangan terhadap keuangan negara yang berada dalam pengurusannya. Guna
menjamin penyelenggaraan fungsi keuangan agar dapat berjalan sesuai dengan
ketentuan dasar yang berlaku dan selaras dengan fungsi TNI AD lainnya, maka
diperlukan adanya suatu dasar penyelenggaraan fungsi keuangan yang meliputi
tujuan dan sasaran, subyek, obyek, metode, sarana dan prasarana serta pedoman
penyelenggaraan fungsi keuangan.

b. Tujuan dan Sasaran.

1) Tujuan. Mewujudkan Keuangan yang mampu menyelenggarakan


pelaksanaan pembinaan administrasi pembiayaan, akuntansi dan
pengendalian keuangan yang berada dalam pengurusannya secara transparan
dan akuntabel guna mendukung tugas pokok TNI AD.
636

2) Sasaran.

a) Terselenggaranya perencanaan administrasi pembiayaan dan


pembayaran dana oleh Bendahara Pengeluaran (BP) untuk mendukung
program kegiatan sesuai dengan ketentuan pengurusan keuangan
negara yang berlaku.

b) Terselenggaranya akuntansi, penatabukuan dan pencocokan


perhitungan serta penyusunan Laporan Keuangan (LK) secara tertib,
teratur dan seragam berdasarkan pada sistem dan ketentuan yang
berlaku.

c) Terselenggaranya pengendalian keuangan baik secara operatif


maupun administratif dan tersedianya peranti lunak serta terlaksananya
bantuan teknis keuangan yang diperlukan dalam pengurusan keuangan
negara.

c. Subjek, Objek, Metode dan Sarana Prasarana.

1) Subjek.
a) Ka U.O. TNI AD. Kasad menentukan kebijakan keuangan
Angkatan Darat, dalam pelaksanaannya diselenggarakan oleh Direktur
Keuangan Angkatan Darat.

b) Dirkuad. Menjabarkan kebijakan Kasad dan Kapusku Kemhan


dalam penyelenggaraan pengurusan keuangan di lingkungan TNI AD
serta menyelenggarakan pengurusan keuangan negara yang menjadi
tanggung jawabnya.

c) Ka Kukotama/Lakpus. Melaksanakan penyelenggaraan


pengurusan keuangan negara di tingkat Kotama/Balakpus.
d) Danpusdikku. Melaksanakan kegiatan pendidikan dan latihan
guna meningkatkan kemampuan SDM keuangan.
e) Paku. Melaksanakan penyelenggaraan pengurusan keuangan
negara di tingkat Satker.

2) Objek . Satuan jajaran TNI Angkatan Darat dan seluruh Prajurit


serta PNS yang bertugas di lingkungan TNI AD.

3) Metode.
a) Pendidikan dan Latihan. Dilaksanakan untuk memberikan bekal
pengetahuan dan keterampilan di bidang keuangan dalam rangka
memelihara dan meningkatkan profesionalisme personel yang terlibat
dalam pengurusan keuangan negara.
637

b) Pengamatan, pengkajian dan pengembangan. Dilaksanakan


untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan guna proses
perbaikan dan peningkatan efektifitas, efisiensi serta validitas peranti
lunak dan organisasi badan keuangan dalam penyelenggaraan fungsi
keuangan.
c) Pengendalian, pengawasan dan pemeriksaan. Dilaksanakan
untuk menciptakan akuntabilitas dalam pengurusan dan penggunaan
uang negara.

e) Sosialisasi. Menyampaikan secara langsung kepada satuan


pengguna dalam rangka merealisasikan aturan dan tataran pengelolaan
keuangan Negara.

4) Sarana Prasarana. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam


penyelenggaraan fungsi Keuangan disesuaikan dengan kebutuhan yang
dihadapkan kepada tugas dan peran Keuangan sebagai berikut:
a) Fasilitas Pendidikan dan Latihan. Merupakan sarana dan
prasarana yang digunakan untuk memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan di bidang Keuangan guna terwujudnya profesionalisme;
b) Fasilitas Pangkalan. Merupakan sarana dan prasarana yang
dapat digunakan untuk mendukung dan menyelenggarakan tugas serta
fungsi keuangan; dan
c) Peranti Lunak. Merupakan sarana dan prasarana berupa aturan
dan ketentuan yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi keuangan.

d. Pedoman Penyelenggaraan Fungsi Keuangan. Pedoman


Penyelenggaraan fungsi keuangan mengacu kepada peran dan tugasnya sebagai
bagian dari kekuatan TNI AD perlu suatu rumusan dasar yang pelaksanaannya
dipengaruhi oleh lingkungan strategi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan
pimpinan guna mewujudkan terlaksananya fungsi teknis militer kecabangan
keuangan. Diperlukan suatu kebijakan dan strategi yang jelas sehingga
penyelenggaraan bantuan administrasi keuangan dapat berhasil dan berdaya guna
secara optimal.

1) Kebijakan. Mengacu kepada tugas pokok Ditkuad dihadapkan dengan


perkembangan kondisi saat ini dan tatanan tugas kedepan serta
mempertimbangkan sumber daya yang terbatas, agar tugas pokok Ditkuad
dapat berjalan secara efektif maka Dirkuad menetapkan kebijakan sebagai
berikut:

a) Pembinaan Keuangan. Diprioritaskan pada pembinaan fungsi


Minbia, Akuntansi dan Dalku yang dilaksanakan dalam suatu siklus
638

pembinaan secara berkelanjutan, utuh, terpadu dan terencana sesuai


tuntutan tugas; dan

b) Penggunaan Keuangan. Didasarkan pada tugas dan sasaran


terselenggaranya bantuan administrasi keuangan dengan penekanan
pada terwujudnya akuntabilitas kinerja Ditkuad yang efektif dan efisien.

2) Strategi. Dalam rangka merealisasikan kebijakan pembinaan dan


penggunaan keuangan memerlukan strategi agar pelaksanaan tugas pokok TNI
AD dapat didukung secara optimal sebagai berikut :

a) Melaksanakan penataan pembinaan personel, organisasi, materiil


serta peranti lunak secara teratur dan berkelanjutan.

b) Melaksanakan penggunaan keuangan secara optimal sesuai


dengan fungsi guna memberikan dukungan bantuan administrasi kepada
satuan pelayanan.

91. Penggunaan Fungsi Keuangan.

a. Umum. Penggunaan keuangan sebagai unsur bantuan administrasi


dilaksanakan secara optimal sesuai dengan fungsinya meliputi penggunaan
administrasi pembiayaan, akuntansi dan pengendalian keuangan guna memberikan
dukungan pelayanan kepada satuan dalam rangka mendukung tugas TNI Angkatan
Darat.

b. Penggunaan Administrasi Pembiayaan.

1) Sasaran. Terwujudnya monitoring pembiayaan dari Baku Tk. III dan


melaporkan ke Komando Atas sesuai dengan ketentuan pengelolaan
Keuangan Negara yang berlaku.

2) Penggunaan.
a) Sebagai sarana monitoring pembiayaan dari Baku Tk. III.

b) Melaporkan pelaksanaan hasil monitoring kepada komando atas.

c. Penggunaan Akuntansi

1) Sasaran.
a) Terwujudnya sistem akuntansi dan Lapbuk TNI Angkatan Darat
berdasarkan pedoman peraturan yang telah ditetapkan.
639

b) Terwujudnya Laporan Keuangan (LK) yang meliputi Laporan


Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK) TNI Angkatan Darat.

2) Penggunaan.
a) Untuk menyajikan dan menyediakan semua data transaksi
keuangan yang lengkap menyangkut realisasi dana dan anggaran, harta
dan hutang dengan segala perubahannya secara tertib, teratur dan
seragam untuk kepentingan pembuatan laporan keuangan.

b) Sebagai sarana pencocokan perhitungan dihadapkan pada bukti-


bukti pertanggungjawaban keuangan.

c) Untuk sarana pengendalian dan pengawasan penggunaan dana.

d) Sebagai bahan penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan


Neraca Unit Organisasi TNI Angkatan Darat setiap akhir tahun
Anggaran.

d. Penggunaan Pengendalian Keuangan.

1) Sasaran. Terwujudnya tertib administrasi pengurusan keuangan


negara yang meliputi tersedianya peranti lunak, sistem dan prosedur
pengendalian keuangan serta kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.

2) Penggunaan.
a) Sebagai sarana tertib administrasi pengurusan keuangan negara
serta tumbuhnya rasa tanggung jawab dan disiplin terhadap
pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

b) Untuk membuat peraturan dan petunjuk yang lengkap sebagai


pedoman pelaksanaan tugas disetiap tingkat Baku.

c) Sebagai bahan untuk melaksanakan pengawasan administratif


dan pemeriksaan operatif secara berkala dan berkesinambungan.

d) Sebagai sarana pengujian terhadap bukti-bukti tagihan


pertanggungjawaban penggunaan uang sebelum maupun setelah
terjadi pembayaran.

e) Untuk meyakinkan bahwa pembayaran tagihan benar dan sah


sesuai persyaratan yang ditentukan.
640

f) Untuk menjamin bahwa penyelenggaraan administrasi keuangan


tidak terjadi penyalahgunaan wewenang yang mengakibatkan kerugian
negara.

g) Digunakan untuk memenuhi bantuan teknis keuangan dan


personel di bidang akuntansi, perbankan dan perpajakan kepada satuan
di lingkungan TNI AD yang membutuhkan.

h) Sebagai sarana koordinasi dan kerja sama yang baik dengan


lembaga-lembaga lain di luar organisasi TNI AD dalam rangka
membantu kelancaran penyelenggaraan dan pengelolaan keuangan
negara di lingkungan TNI AD.

i) Untuk kelancaran tugas satuan di lingkungan TNI AD dalam hal


pengelolaan keuangan baik yang bersumber dari APBN maupun Non
APBN.

92. Tataran Kewenangan.

a. Umum. Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan fungsi Keuangan


secara berdaya dan berhasil guna serta mencegah terjadinya tumpang tindih dalam
pelaksanaannya maka perlu disusun suatu tataran kewenangan yang mengatur
tentang wewenang dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan Keuangan mulai dari
tingkat pusat, tingkat Kotama sampai dengan tingkat satuan sesuai dengan hierarki
yang berlaku di lingkungan TNI AD. Guna kelancaran pelaksanaan tugas agar
menjamin ketertiban, keteraturan, efektif dan efisien serta menjamin kesatuan
komando dan pengendalian maka diperlukan tataran kewenangan agar dapat di
capai hasil dan daya guna yang optimal.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Pusat.

1) Kasad.

a) Selaku Pimpinan TNI AD bertanggung jawab dalam pembinaan


dan penyelenggaraan fungsi Keuangan tingkat pusat.
b) Selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) bertanggung jawab
atas pengelolaan dan penggunaan uang negara di lingkungan TNI AD.
2) Dirkuad bertanggungjawab:

a) Sebagai LKT dan pembina kecabangan Keuangan tingkat pusat.


b) Menyelenggarakan pelaksanaan administrasi pembiayaan
dengan membuar rekapitulasi dan monitoring pelaksanaan anggaran
serta daya serap anggaran di lingkungan Angkatan Darat.
641

c) Menyelenggarakan pengendalian keuangan dengan


melaksanakan pengendalian operatif dan pengendalian administratif,
menyediakan peranti lunak dan memberikan asistensi teknis yang
berkaitan dengan pengurusan keuangan negara.
d) Menyelenggarakan akuntansi pengurusan keuangan negara
dengan melaksanakan penyusunan laporan penatabukuan Baku II dan
LK Unit akuntansi pembantu pengguna anggaran Eselon-1 (UAPPA-E1).
c. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Kotama.
1) Pimpinan Kotama/Balakpus. Selaku Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) bertanggung jawab atas pengelolaan dan penggunaan uang negara di
lingkungan Kotama/Balakpus yang dipimpinnya.

2) Kaku Kotama/Lakpus bertanggungjawab:


a) Sebagai LKT dan pembina kecabangan Keuangan di tingkat
Kotama/Balakpus.
b) Menyelenggarakan administrasi pelaksanaan pembiayaan
dengan membuat rekapitulasi dan monitoring pelaksanaan anggaran
serta daya serap anggaran satuan jajaran Kotama/Balakpus.
c) Menyelenggarakan pengendalian keuangan dengan
melaksanakan pemeriksaan, pencocokan, penelitian, Anev dan
penjabaran peranti lunak serta memberikan asistensi teknis yang
berkaitan dengan pengurusan keuangan negara kepada satuan jajaran
Kotama/Balakpus.
d) Menyelenggarakan akuntansi pengurusan keuangan negara
dengan melaksanakan penyusunan Lapbuk Baku III dan LK Unit
Akuntansi Pembantu pengguna anggaran wilayah (UAPPA-W).

d. Wewenang dan Tanggung Jawab Tingkat Satuan.

1) Kepala Satker selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) bertanggung


jawab atas pengelolaan dan penggunaan uang negara di lingkungan satuan
yang dipimpinnya.

2) Paku Satker bertanggung jawab:

a) Menyelenggarakan pelaksanaan kewenangan KPA untuk


melakukan pengujian secara administrasi atas tagihan beserta dokumen
pendukungnya yang di ajukan oleh PPK dan menerbitkan SPM.

b) Menyelenggarakan pembayaran dan pengendalian keuangan


dengan melaksanakan pengujian terhadap tagihan kepada negara oleh
Bendahara Pembantu (BP).
RAHASIA

642

c) Menyelenggarakan akuntansi pengurusan keuangan negara


dengan melaksanakan penyusunan Lapbuk Baku IV dan LK Unit
Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).

BAB XVII
PENUTUP

93. Penutup. Demikian Naskah Sekolah tentang Fungsi Teknis Militer Umum TNI AD ini
untuk dijadikan Bahan Ajaran pada Pendidikan Perwira TNI AD.

a.n. Komandan Kodiklatad


Dirdik,

Hilman Hadi, S.I.P., M.B.A., M.Han.


Brigadir Jenderal TNI

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai