BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi pendidikan Dikcabpa If
b. Tujuan. Agar Siswa mengerti tentang Pengetahuan Yonif sebagai bekal
dalam pelaksanaan tugas di Satuan.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Departemen ini disusun dengan
menggunakan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Ketentuan Dasar.
c. Organisasi Yonif.
RAHASIA
2
BAB II
KETENTUAN DASAR
5. Pengertian. Batalyon Infanteri adalah satuan tempur dasar Infateri yang terdiri
dari personel dan materil disusun dan dilengkapi dengan alat peralatan serta senjata
ringan, sehingga mampu melaksanakan tugas pertempuran baik secara berdiri sendiri
maupun bagian dari satuan yang lebih besar. Batalyon Infanteri terdiri dari unsur–unsur
Kompi Senapan, Kompi Bantuan, Kompi Markas dan diperlengkapi dengan unsur-unsur
administrasi.
1) Kemampuan.
2) Batas Kemampuan.
BAB III
ORGANISASI YONIF
32.112.603 (747)
YONIF
a. Eselon Pimpinan.
d. Eselon Pelaksana.
a. Danyonif
b. Wadanyonif
c. Pasiintel
d. Pasiops
e. Pasipers
f. Pasilog
8
g. Pajas
h. Dokter
9
i. Pabintal
j. Dankima
k Dankipan
l. Dankiban
10. Evaluasi.
BAB IV
ORGANISASI YONIF DIPERKUAT
42.150.847 (1039)
YONIF
8.-.- (8) 5.35.125 (165) 5.19.122 (146) x 5 4.20.112 (136)
12. Struktur Organisasi . (Tabel Organisasi dan Peralatan Orgas Yonif Diperkuat
ROI – 2003).
13
14. Tugas-tugas Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif
Diperkuat menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut :
a. Eselon Pimpinan.
c. Eselon Pelayanan.
d. Eselon Pelaksana.
a. Danyonif Diperkuat
b. Wadanyonif Diperkuat
` c. Pasiintel
d. Pasiops
e. Pasipers
f. Pasilog
g. Dokteryon
17
h. Pabintal
j. Dankipan
k. Dankiban
19
18. Evaluasi
BAB V
ORGANISASI YONIF RAIDERS.
19. Umum.
20. Struktur Organisasi. (Sesuai Tabel Organisasi dan Peralatan Orgas Yonif
Raiders ROI – 95)
32.112.603 (747)
YONIF
22. Tugas-tugas. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif
Raiders menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut :
a. Eselon Pimpinan.
c. Eselon Pelayanan.
d. Eselon Pelaksana.
b. Wadanyonif Raiders
c. Pasiintel.
d. Pasiops
f. Pasilog
g. Dokteryon
h. Pabintal
i. Dankima
j. Dankipan
k. Dankiban
25. Evaluasi
27
BAB VI
ORGANISAI YONIF RAIDER KHUSUS
26. Umum. Batalyon Infanteri Raider Khusus, disingkat Yonif Raider Khusus
adalah eselon pelaksana di tingkat Brigif/Kodam yang berkedudukan langsung di bawah
Danbrigif/Pangdam.
27. Tugas Pokok Yonif Raider Khusus bertugas pokok mencari, mendekati,
menemukan, dan menghancurkan musuh serta merebut, menguasai, dan
mempertahankan medan di wilayah darat dengan operasi mobud dan raid dalam rangka
mendukung tugas pokok Brigif/Kodam.
a. Kemampuan.
a) Operasi Serangan;
b) Operasi Pertahanan;
c) Operasi Pemindahan ke Belakang;
d) Operasi Pengintaian;
e) Operasi Mobil Udara;
f) Operasi Gerilya;
g) Operasi Lawan Insurjensi; dan
h) Operasi Dalam Kondisi Khusus.
b. Batas Kemampuan.
a. Eselon Pimpinan.
d. Eselon Pelaksana.
30
c. Pasiintel
d. Pasiops
f. Pasilog
g. Pajas
h. Dokter Yon
i. Pabintal
j. Dankima
k. Dankipan
l. Dankiban
m. Dankisus
37
33. Evaluasi.
BAB VII
ORGANISAI YONIF PARA RAIDER
38
34. Umum. Batalyon Infanteri Para Raider, disingkat Yonif Para Raider adalah
eselon pelaksana di tingkat Brigif Para Raider yang berkedudukan langsung di bawah
Danbrigif Para Raider.
35. Tugas Pokok. Yonif Para Raider bertugas pokok mencari, mendekati, dan
menghancurkan musuh dalam rangka mendukung tugas pokok komando atas.
36. Tugas-Tugas.. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif Para
Raider menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut:
a. Kemampuan.
b. Batas Kemampuan.
38. Organisasi Yonif Para Raider disusun berdasarkan eselon dan jabatan, sebagai
berikut:
a. Eselon Pimpinan.
40
d. Eselon Pelaksana.
b. Pasiintel
c. Pasiops
d. Pasipers
e. Pasilog
f. Pajas
g. Dokter
h. Pabintal
i. Dankima
j. Dankipan
k. Dankiban
40. Hubungan-Hubungan
41. Evaluasi
a. Jelaskan tugas dan tanggung jawab Wadanyon !
b. Jelaskan kemampuan Yonif para Raider !
c. Jelaskan batas kemampuan Yonif para Raider !
BAB VIII
ORGANISAI YONIF MEKANIS
42. Umum. Batalyon Infanteri Mekanis, disingkat Yonif Mekanis adalah satuan
tempur yang berkedudukan langsung di bawah Danbrigif Mekanis.
29.103.368 (500)
YONIF
Yonif Mekanis bertugas pokok mencari, mendekati, dan menghancurkan musuh dalam
rangka mendukung tugas pokok komando atas.
a. Kemampuan.
b. Batas Kemampuan.
a. Eselon Pimpinan.
d. Eselon Pelaksana.
a. Danyonif Mekanis
c. Wadanyonif Mekanis
1) Wadanyonif Mekanis dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat
berpangkat Mayor, merupakan pembantu dan penasehat utama Danyonif
Mekanis, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:
d. Pasiintel
e. Pasiops
f. Pasipers
g. Pasilog
h. Pajas
i. Dokter
j. Pabintal
k. Dankima
l. Dankipan
m. Dankiban
48. Hubungan-Hubungan
57
Danyonif Mekanis dapat mengadakan hubungan langsung dengan instansi, badan dan
lembaga di dalam maupun di luar Angkatan Darat dalam rangka pelaksanaan tugasnya
sesuai ketentuan dan kebijakan Danbrigif Mekanis.
49. Pengertian. Operasi Militer Untuk Perang (OMP) adalah segala bentuk
pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI dalam konflik bersenjata antara negara
Indonesia dengan negara lain yang didahului dengan adanya pernyataan perang oleh
Presiden RI. Dengan memperhatikan bentuk ancaman dari luar negeri yang akan
membahayakan keselamatan serta kedaulatan bangsa dan negara, maka upaya
pertahanan yang dilakukan adalah konsepsi penanggulangan yang dirumuskan dalam
pola OMP dengan rangkaian konsepsi.
a. Rumusan konsepsi penanggulangan pola OMP :
b. Macam OMP.
1) Operasi Gabungan.
a) Operasi Linud.
b) Operasi Hanud.
c) Operasi Amphibi.
d) Operasi Hantai.
e) Operasi Ratgab.
f) Operasi Ratmin.
g) Operasi laut gabungan
a) Operasi Tempur.
(1) Serangan
(2) Pertahanan
(3) Pemindahan kebelakang, Ganti
(4) Kondisi Khusus
(5) Ruhnubika
(6) Pernika
(7) Mobud
(8) Ope Gerilya
(9) Wanger
(10) Ops Sus
58
b) Operasi Intel.
(1) Penyelidikan
(2) Pengamanan
(3) Penggalangan
3) Operasi Bantuan.
a) Operasi Intelijen.
b) Operasi Perlindungan.
c) Operasi Raid.
d) Operasi Tembakan.
e) Operasi SAR Tempur.
f) Operasi Teritorial.
g) Operasi Pernika.
h) Operasi Angkutan.
i) Operasi bantuan Keamanan
d) Penggunaan kekuatan.
50. Konsep pelaksanaan OMP. Yonif sebagai Satuan Dasar dalam melaksanakan
tugas operasi dengan konsep pelaksanaan sebagai berikut :
51. Pengertian. Operasi Militer Selain Perang ( OMSP ) adalah operasi militer yang
dilaksanakan bukan dalam rangka perang dengan negara lain, melainkan untuk tugas-
tugas kemanusiaan, kepentingan pertahanan negara dan atau dalam rangka mendukung
kepentingan nasional Indonesia yang dilaksanakan secara terpadu berdasarkan kebijakan
politik negara ( keputusan politik pemerintah berdasarkan peraturan perundang-
undangan ). Dalam pelaksanaan operasi militer selain perang baik yang bersifat tempur
maupun non tempur, Batalyon Infanteri dapat menjadi bagian dari operasi yang lebih
besar atau pada keadaan tertentu pengerahan Batalyon Infanteri dapat melaksanakan
tugas operasi berdiri sendiri.
a. Macam OMSP
61
c. Sasaran OMSP.
52. Konsep Pelaksanaan. Yonif sebagai Satuan Dasar dalam melaksanakan tugas
operasi dengan konsep pelaksanaan sebagai berikut :
1) Macam Operasi
63
2) Konsep Operasi :
a) Manuver.
b) Bantuan Tembakan.
c) Bantuan Administrasi.
d) Bantuan Rakyat.
eI Pemindahan Pasukan.
f) Koordinasi.
g) Pengintaian.
h) Pemberian PO.
1) Macam Operasi
64
2) Konsep Operasi.
a) Manuver.
b) Bantuan Administrasi.
c) Bantuan Rakyat.
d) Pemindahan Pasukan.
e) Koordinasi.
f) Pengintaian.
g) Pemberian PO
53. Taktik Operasi Milter untuk Perang (OMP). Dalam pelaksanaan operasi,
Batalyon Infanteri dapat menjadi bagian dari operasi yang lebih besar atau pada keadaan
tertentu Pengerahan Batalyon Infanteri dapat berdiri sendiri dalam melaksanakan operasi
tempur, antara lain operasi serangan, operasi pertahanan, Operasi pemindahan ke
belakang, Operasi Gerilya, Operasi Lawan Gerilya, Operasi Mobud , Operasi Pergantian ,
Operasi dalam kondisi Khusus, Operasi Linud dan Operasi Raiders.
1) Tahap Pelaksanaan.
a) Fase Konsolidasi. Setelah garis pertahanan akhir dapat
ditembus musuh dan perintah pelaksanaan operasi gerilya
dikeluarkan, maka Danyonif segera mengkonsolidasikan pasukannya
dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
(1) Penyusunan pasukan gerilya. Yonif di reorganisasi
personel dan materiilnya menjadi kekuatan pasukan gerilya
75
1) Tahap Pelaksanaan.
a) Pembersihan. Kegiatan Pencarian dan Pembersihan
dilaksanakan di daerah-daerah yang telah disusupi unsur-unsur
gerilya, sel-sel bawah tanah dan satuan gerilya. Kegiatan yang perlu
77
2) Tahap Pengakhiran.
a) Mengevaluasi hasil kegiatan operasi yang dilakukan satuan
Infanteri dalam mengatasi gerilya guna penyempurnaan pelaksanaan
operasi selanjutnya.
b) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan operasi.
d) Fase pendaratan.
(1) Setelah melewati titik sebar, helikopter serbu menuju
titik pendaratan (TPn).
(2) Para Komandan pesawat memberitahukan arah
pendaratan dan arah sasaran kepada Komandan pasukan.
(3) Helikopter serang dapat diberi tugas tambahan antara
lain :
80
a) Pelaksanaan.
(1) Tahap I, Merebut tepi dekat.
(a) Perebutan sasaran tepi dekat dilakukan seperti
serangan dimedan biasa, termasuk penggunaan
Bantem bila diperlukan.
(b) Setelah dapat merebutnya, diadakan
reorganisasi untuk gerakan masuk hutan dengan tetap
melakukan tindakan keamanan terhadap kemungkinan
pendekatan musuh.
(2) Tahap II, Gerakan masuk dan melalui hutan.
(a) Setelah reorganisasi pasukan dan senjata
bantuan telah mengambil kedudukan, dilanjutkan
dengan gerakan masuk hutan.
(b) Bila mendapat perlawanan, serangan dilakukan
secara frontal dan atau melambung.
i. Musuh dekat, dari arah yang terbuka
dengan tembakan-tembakan.
ii. Serangan dilakukan dari arah yang
tertutup.
iii. Mo. 81 membantu dengan tembakan tidak
langsung bila memungkinkan.
iv. Artileri menembak sasaran jauh
dibelakang yang telah dilewati kompi.
v. Bila sasaran tepi jauh telah dapat direbut,
dilakukan reorganisasi untuk gerakan keluar
hutan.
atau merupakan bagian dari satuan yang lebih besar yang harus membuat
pancangan kaki. Tugas dari batalyon adalah menyerang secara cepat dan
merebut serta mengamankan bagian medan untuk melindungi
penyeberangan berikutnya dengan jalan menduduki bagian ditepi jauh
(seberang sungai).
a) Pelaksanaan.
(1) Gerakan dari daerah persiapan ke sungai. Sebelum
batalyon meninggalkan daerah persiapan, maka kompi
mengirimkan penunjuk jalan ke daerah penyeberangan guna
mengadakan pengintaian terhadap pangkal serangan.Batalyon
bergerak dari daerah persiapan ke pangkal serangan dalam
kelompok perahu dibawah pengawasan Komandan Batalyon.
Setelah sampai dipangkal serangan, kompi penyerang depan
ditemui oleh anggota Zeni yang mempunyai tugas
memberangkatkan pasukan, dan bersama-sama mereka
bergerak ketempat penyeberangan. Gerakan tersebut harus
diperhitungkan pada jam “J” yang telah ditentukan.
(2) Alat penyeberangan. Perahu penyeberangan diberikan
secukupnya untuk gelombang penyerang depan batalyon.
Perahu ini juga dipergunakan untuk menyeberangkan eselon
berikutnya. Jika ada kendaraan amphibi berlapis baja, dapat
dikerahkan sebanyak-banyaknya untuk mengangkut pasukan
dan jembatan titian (jembatan kaki) dan lain-lainnya. Biasanya
pada batalyon sebagai alat penyeberangan tambahan
diberikan satu atau dua jembatan Infanteri atau jembatan tipe
lain. Jembatan yang dapat menyeberangkan kendaraan
diberikan kepada Brigade. Komandan Batalyon menentukan
prioritas penyeberangan dengan urut-urutan sebagai berikut :
kendaraan peleton lawan tank, kendaraan mesiu, kendaraan
kesehatan, kendaraan perhubungan dan kendaraan pengintai.
(3) Gelombang penyeberangan.Salah satu yang dapat
dipakai dalam membagi unsur batalyon penyerang adalah
sebagai berikut :
55. Taktik Operasi Militer selain Perang (OMSP). Dalam pelaksanaan operasi militer
selain perang baik yang bersifat tempur maupun non tempur, Batalyon Infanteri dapat
menjadi bagian dari operasi yang lebih besar atau pada keadaan tertentu Pengerahan
Batalyon Infanteri dapat melaksanakan tugas operasi berdiri sendiri.
a) Pelaksanaan.
(1) Bila mendapat tugas isolasi maka satuan dibagi menjadi
unit-unit dan melaksanakan tugas-tugas perebutan medan
seperti serangan biasa.
(2) Bila Unit/Pok/Ton/Ki mendapat tugas berdiri sendiri
untuk merebut sasaran berupa gedung maka Unit/Pok/Ton/Ki
melaksanakan perebutan dan pembersihan gedung tersebut
baik dalam rangka perebutan pancangan kaki maupun dalam
rangka penerobosan satuan atasan dengan melaksanakan
sebagai berikut :
b) VIP adalah Panglima TNI, Kepala Staf dan Wakil Kepala Staf
Angkatan termasuk keluarganya, tamu negara sahabat setingkat
Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan.
c) Prinsip-prinsip Pengamanan VVIP maupun VIP.
(1) Pencegahan. Pengamanan VVIP maupun VIP harus
selalu mengupayakan tindakan untuk menghindari,
mengatasi/represif dan mengutamakan pencegahan/preventif,
sehingga setiap operasi pengamanan VVIP maupun VIP harus
dibuat melalui perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengakhiran serta koordinasi yang cermat. Disamping itu
harus dilakukan geladi atau latihan pendahuluan dengan
mempertimbangkan kemungkinan ancaman, gangguan dan
hambatan yang akan timbul.
(2) Pegang teguh tujuan. Satuan pengamanan bertugas
pokok untuk mengamankan dan menjaga keselamatan VVIP
maupun VIP. Dengan demikian maka tindakan terpenting yang
harus dilaksanakan adalah menyelamatkan VVIP maupun VIP
dalam kondisi apapun untuk kemudian membawanya ke
tempat yang aman.
(3) Resiko. Pada kegiatan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan dan pengakhiran agar selalu memperhitungkan
kemungkinan keadaan bahaya baik berupa ancaman,
gangguan, hambatan yang akan terjadi pada setiap titik
kegiatan, rute perjalanan maupun di tempat-tempat transit
VVIP dan VIP.
(4) Operasi Baru. Pada setiap kegiatan pelaksanaan
operasi pengamanan VVIP maupun VIP harus selalu
berprinsip sebagai ”Operasi Baru” sehingga tidak menganggap
pengamanan sebagai kegiatan yang rutinitas.
(5) Kewaspadaan. Dalam setiap kegiatan pengamanan
VVIP maupun VIP harus selalu mengutamakan kewaspadaan
yang tinggi dan tidak boleh lengah.
(6) Kebebasan Bergerak. Kegiatan pengamanan selalu
harus mengikuti kegiatan protokoler yang telah direncanakan
namun bila terdapat hal-hal yang akan dapat membahayakan
VVIP maupun VIP maka harus dikoordinasikan dengan tidak
mengabaikan aspek keamanan.
b) Tahap Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi kegiatan operasi guna penyempurnaan
pelaksanaan operasi selanjutnya.
(2) Melaporkan hasil pelaksanaan operasi tersebut.
penggunaan Yonif dalam suatu operasi dapat berdiri sendiri atau bersama-
sama dengan satuan wilayah pertahanan dan satuan lain yang lebih besar.
Apabila diberlakukannya darurat militer maka operasi dilaksanakan secara
berdiri sendiri dan bersifat operasi tempur, Satgas Yonif berada di bawah
Pangkoops TNI Kewilayahan dan bila operasi dilaksanakan pada situasi
tertib sipil dengan melibatkan departemen/instansi lain maka Satgas Yonif
berada di bawah Pemerintahan Sipil.
a) Pentahapan Operasi. Dilaksanakan dengan langkah tindakan
sebagai berikut :
(1) Koordinasi dengan pihak-pihak lain yang
berkepentingan untuk mendapatkan kesepakatan tentang
urgensi dan penanganan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(2) Penyusunan organisasi untuk menangani kegiatan
awal.
(3) Melaksanakan penelitian di lapangan terhadap kegiatan
yang dinilai perlu prioritas, mengantisipasi situasi lingkungan
setempat dan menganalisa dampak kegiatan sehingga dicapai
hasil guna yang maksimal.
(4) Menyusun program yang akan dilaksanakan dengan
tujuan membangun semangat perlawanan masyarakat dan
pemenuhan kesejahteraan.
b) Tahap Pelaksanaan.
(1) Pelaksanaan kegiatan bantuan satuan Yonif dengan
status BKO kepada Komando Operasi Kewilayahan
/Polri/Pemda setempat selalu berpedoman kepada tugas
pokok yang telah ditentukan dan dinamika perkembangan
situasi di lapangan agar mencapai hasil dalam pelaksanaan
tugasnya.
(2) Komandan Satuan Yonif melaporkan pelaksanaan tugas
kepada Komando Operasi Kewilayahan/Polri/Pemda setempat
diteruskan secara berturut-turut sampai ke Panglima TNI
secara periodik maupun insidentil.
(3) Komandan Satuan Yonif BKO Komando Operasi
Kewilayahan/Polri/Pemda setempat melaksanakan koordinasi
untuk mendapatkan bantuan operasi sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan situasi. Pelaksanaan bantuan
dikoordinasikan oleh Komando Operasi TNI penerima BKO.
(4) Apabila tugas pokok telah dilaksanakan Komandan
Satuan Yonif melaporkan kepada Komando Operasi
Kewilayahan/Polri/ Pemda secara hierarkis sampai ke
Panglima TNI.
c) Tahap Pengakhiran. Kegiatan ini dilaksanakan setelah
pelaksanaan operasi dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :
(1) Melakukan konsolidasi dan pengecekan terhadap
personel dan materiil yang digunakan.
100
56. Tipologi wilayah Satuan Infanteri sebagai satuan tempur TNI AD dituntut
untuk memiliki kemampuan persenjataan dan perlengkapan modern guna melaksanakan
pertempuran dalam rangka menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI. Namun secara
spesifik, Batalyon Infanteri (Yonif) merupakan satuan tempur dasar yang menjadi ujung
tombak di lapangan dan dituntut untuk mampu melaksanakan pertempuran jarak dekat
secara optimal. Dengan demikian, pengembangan satuan di tingkat Yonif akan menjadi
landasan bagi pengembangan Satpur dalam jangka panjang. Pengembangan satuan
yang ada saat ini belum mempertimbangkan kekhasan geografis NKRI yang berbeda
seperti wilayah kepulauan, rawa, laut, sungai, pantai, hutan gunung maupun wilayah
perkotaan. Pengorganisasian sesuai TOP ROI dan pelaksanaan latihan sesuai Proglatsi
yang berlaku pada masing-masing Yonif saat ini ditujukan untuk tercapainya kemampuan
dan perlengkapan standar bagi masing-masing satuan. Namun apabila dihadapkan
dengan karakteristik wilayah NKRI yang beraneka ragam, maka satuan-satuan ini dituntut
untuk memiliki kemampuan dan perlengkapan yang khusus untuk dapat melaksanakan
berbagai penugasan di wilayahnya. Dalam pelaksanaan tugasnya, Yonif akan berhasil
secara optimal apabila didukung Alutsista modern sesuai karakteristik wilayah tempat
satuan tersebut berada, apakah itu di wilayah perairan/kepulauan (Ralasuntai), hutan
gunung maupun perkotaan. Kemampuan, penggelaran dan persenjataan serta
perlengkapan satuan maupun perorangan Yonif saat ini belum mencerminkan
keragaman karakteristik geografis NKRI. Fenomena ini akan berdampak terhadap
mobilitas/manuver satuan dalam merespon dan mengatasi berbagai bentuk ancaman di
wilayah satuan tersebut berada.
57. Latar Belakang. TNI AD sebagai salah satu komponen utama pertahanan
negara perlu membangun dan mengembangkan kekuatan maupun kemampuan untuk
dapat melaksanakan tugas pokok secara berhasil guna dan berdaya guna. Keberadaan
TNI AD ke depan diharapkan mampu memberikan efek tangkal (deterrent) yang tinggi.
Dihadapkan pada kondisi geografis NKRI yang sedemikian luas dan beragam serta
spektrum ancaman di abad 21, maka perlu direspon dan disikapi secara cerdas dan bijak
untuk mampu menghadapi berbagai bentuk ancaman yang semakin kompleks dan
multidimensional. Pemeliharaan dan peningkatan kemampuan maupun modernisasi
Alutsista seperti halnya persenjataan dan perlengkapan yang dimiliki Yonif saat ini belum
sepenuhnya mempertimbangkan aspek keragaman karakteristik geografis NKRI.
Fenomena ini akan mempengaruhi mobilitas (mobility) serta kecepatan (speed) satuan
dalam melaksanakan berbagai tugas operasi, baik OMP maupun OMSP.
58. Pokok pokok permasalahan. Konstelasi geografi NKRI yang sedemikian luas
dan beragam memiliki kekhasan tersendiri pada setiap wilayah yang memiliki dominasi
karakter medan yang berbeda, seperti rawa, laut, sungai, pantai, hutan, gunung, serta
perkotaan. Kondisi ini harus menjadi salah satu pertimbangan dalam mengembangkan
kemampuan dan persenjataan serta penggelaran satuan-satuan yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia, sehingga satuan tersebut mampu melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan secara optimal. Pengklasifikasian Yonif berdasarkan Tipologi wilayah disusun
berdasarkan pendekatan kepada tuntutan tugas yang harus dihadapi serta kemampuan,
persenjataan dan perlengkapan yang harus dimiliki Yonif, dihadapkan dengan karakteristik
geografis dimana satuan tersebut berada.
104
dasarnya diutamakan kepada pertahanan wilayah. Oleh karena itu Yonif-Yonif yang
berada di bawah kendali Kodam merupakan satuan yang disiapkan sebagai
penangkal awal di wilayah dan diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugas
operasi seoptimal mungkin di medan operasi yang ada di wilayahnya tersebut.
Dengan demikian, perbedaan karakteristik wilayah harus menjadi bahan
pertimbangan dalam upaya mengembangkan aspek operasi dan pembinaan
satuan-satuan ini. Berdasarkan pola kemungkinan ancaman yang ada saat ini
maupun di masa yang akan datang, penugasan TNI AD untuk OMP sangat kecil
terjadi. Baik Indonesia maupun negara-negara lain di dunia pada dasarnya sudah
tidak ada yang menginginkan terjadinya peperangan antar negara. Walaupun
demikian, kemungkinan ini tetap ada, sehingga kemampuan TNI AD untuk tugas
OMP tetap harus dipelihara dan ditingkatkan. Namun apabila melihat kemungkinan
ancaman aktual yang ada saat ini dan di masa yang akan datang, maka dapat
dikatakan bahwa proyeksi penugasan TNI AD akan lebih banyak mengarah kepada
tugas-tugas OMSP. Apabila melihat dari 14 macam penugasan OMSP, hampir
keseluruhan penugasan tersebut dilaksanakan di dalam negeri (kecuali misi
pasukan perdamaian di bawah PBB). Dengan demikian, perbedaan karakteristik
wilayah geografis di Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
tugas satuan. Yonif sebagai unsur pelaksana TNI AD memiliki kemungkinan yang
sangat besar untuk dilibatkan dalam penugasan OMSP, seperti mengatasi
separatisme, pemberontakan bersenjata, terorisme, perbantuan terhadap korban
bencana alam, perbantuan kepada tim SAR, maupun perbantuan kepada Polri dan
Pemda. Untuk itu pengklasifikasian Yonif berdasarkan tipologi wilayah akan sangat
membantu optimalisasi pelaksanaan tugas-tugas tersebut. Dengan adanya
pengklasifikasian ini maka persenjataan, perlengkapan dan jenis serta macam
latihan satuan Yonif juga harus disesuaikan dengan kondisi wilayahnya. Dengan
demikian hambatan maupun tantangan yang muncul dari segi medan operasi akan
dapat diminimalisir agar pencapaian tugas lebih optimal.
b. Medan. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau
menjadikan negara ini memiliki banyak daerah yang didominasi oleh perairan
(rawa, laut, sungai maupun pantai). Selain itu, letak Indonesia di wilayah tropis
juga berpengaruh pada jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup di Indonesia, terutama
wilayah hutan yang banyak ditumbuhi tanaman tropis yang cenderung besar dan
lebat. Demikian juga keberadaan gunung-gunung berapi di Indonesia, turut andil
dalam membentuk geografis wilayah Indonesia menjadi daerah pegunungan dan
perbukitan. Hal-hal seperti ini tentu saja menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh dalam pelaksanaan tugas. Karakteristik wilayah di Indonesia yang
beraneka ragam memberikan hambatan dan tantangan tersendiri dalam
pencapaian tugas satuan. Penugasan di masing-masing wilayah yang memiliki
karakteristik berbeda tentu memerlukan dukungan persenjataan dan perlengkapan
yang berbeda pula. Dukungan persenjataan dan perlengkapan yang memiliki
spesifikasi tertentu (menyesuaikan dengan kondisi geografis yang dihadapi) akan
mempengaruhi keberhasilan pencapaian tugas yang diberikan Komando atas. Oleh
karena itu, kondisi medan (geografis) yang beraneka ragam di Indonesia harus
menjadi pertimbangan dalam penyediaan senjata dan perlengkapan yang
110
dibutuhkan oleh suatu satuan dalam melaksanakan tugas. Gelar kekuatan TNI AD
didasarkan pada konsep pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian pulau-pulau
kecil (kompartemen strategis pertahanan matra darat) yang diarahkan pada
terwujudnya totalitas efek tangkal dan tersedianya kekuatan penangkal awal
terhadap setiap ancaman yang diprediksi. Pembangunan dan penggelaran
kekuatan TNI AD harus memperhatikan dan mengutamakan wilayah yang rawan
terhadap gangguan keamanan, daerah perbatasan, daerah rawan konflik, dan
pulau terluar/ terpencil sesuai dengan kondisi geografis dan strategi pertahanan
dalam sistem pertahanan yang bersifat semesta. Selain itu, pembangunan dan
penggelaran kekuatan TNI AD harus memenuhi tersedianya unsur-unsur
Komando, Satpur, Satbanpur, Satbanmin, dan Satkowil, yang besaran kekuatannya
ditentukan dengan dasar pertimbangan adanya keseimbangan yang proporsional
antara satuan operasional dan satuan pendukung, kondisi geografis, kondisi
demografis, kemungkinan ancaman, dan beban tugas yang dihadapi.
b) Rawa Air Tawar. Hutan rawa air tawar berada dalam kawasan
yang luas, terletak di belakang hutan bakau. Berbagai jenis hutan
rawa terdapat di delta, umumnya mempunyai pohon-pohon dengan
ketinggian yang sama, sekitar 30 m memiliki kanopi lebat. Hal ini
disebabkan di delta secara teratur dibanjiri air tawar sebagai akibat
gerakan pasang surut.
sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat
dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan
Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu : Meranti
(Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops),
kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp). Hutan Muson
Basah. Hutan muson basah merupakan hutan yang umumnya dijumpai di
Jawa Tengah dan Jawa Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah
hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000 mm. Jenis-jenis
pohon yang tumbuh di hutan ini antara lain jati, mahoni, sonokeling, pilang
dan kelampis. Hutan Muson Kering. Hutan muson kering terdapat di
ujung timur Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan ini berada pada
lokasi yang memiliki musim kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah hujan
dalam setahun kurang dari 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan
ini yaitu Jati dan Eukaliptus. Hutan Savana. Hutan savana merupakan hutan
yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi padang rumput
dengan jenis tanaman berduri. Periode musim kemarau 4 – 6 bulan dengan
curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Jenis-jenis yang tumbuh di
hutan ini umumnya dari Famili Leguminosae dan Euphorbiaceae. Tipe Hutan
ini umum dijumpai di Flores, Sumba dan wilayah NTT lainnya.
f.) Tipe Perkotaan. Kota adalah suatu wadah yang memiliki batas
administrasi wilayah seperti Kotamadya dan kota administrasi, lingkungan
kehidupan yang berciri non agrarisdan berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan. Kawasan kota mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
tetapi mempunyai fungsi sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan,
sosial dan kegiatan ekonomi. Sedangkan menurut Lois Wirth kota adalah
pemukiman yang lebih besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang
yang heterogen kedudukan sosialnya. Oleh sebab itu satuan Yonif yang
berdislokasi di Kotamadya, Kabupaten dan Propinsi pada dasarnya dapat
diklasifikasikan sebagai Yonif Perkotaan. Atau dengan kata lain, yang
dimaksud dengan tipe perkotaan adalah Yonif yang letak satuannya di
wilayah Kotamadya, Kabupaten dan Propinsi, dengan medan yang
cenderung datar dan dikelilingi oleh pemukiman-pemukiman padat
penduduk.
Dari beberapa gambaran sejarah tentang pertempuran kota yang telah ada
maka perang kota bukanlah perang yang mudah, hal ini bisa dianalogikan
sebagai operasi tiga dimensi (Nyoman Dekker,1990:30) dimana
mengandung arti bahwa konsep manuver dan tembakan pasukan penyerbu
harus dapat memanfaatkan dimensi ruang tata kota yang merupakan kontur
unik untuk dipahami. Disisi lain yang menjadi pertimbangan dalam
pengembangan konsep operasi adalah hal-hal yang menjadi faktor kesulitan
dalam melakukan perang kota, yaitu :
a) Kemampuan Intelijen.
2) Tipe Hutan Gunung. Jika dilihat dari jenis hutan yang berada di
wilayah Indonesia merupakan hutan tropis yang memiliki curah hujan tinggi
pada saat musim hujan, terdapat juga hutan kering yang memiliki musim
kemarau yang panjang dan banyak terdapat semak belukar yang lebat serta
tebing-tebing yang curam maka prajurit harus memiliki keuletan dalam
menghadapi musim kemarau dan penghujan yang panjang di dalam hutan
(survival), kemampuan dalam bermanuver di dalam hutan gunung yang
kering(panas), basah(hujan), banyak semak belukar dan medan yang curam
serta kemampuan menembak di dalam hutan gunung. Untuk dapat memiliki
kemampuan-kemampuan tersebut maka Pussenif selaku LKT satuan-satuan
Infanteri perlu menggiatkan latihan-latihan hutan gunung dengan
merumuskan jenis latihan apa sajakah yang perlu dilaksanakan sesuai
dengan perkembangan taktis dan strategis yang ada saat ini sehingga dapat
mengoptimalkan hasil pada saat melaksanakan tugas operasi. Selain itu
juga perlu diperhatikan tentang Alutsista, Alkap perorangan/satuan serta
Alangkut darat/udara yang harus dikembangkan sehingga dapat
mendukung pelaksanaan pertempuran di hutan gunung. Seperti contoh,
karena hutan yang berada di Indonesia cukup lebat maka diperlukan
pesawat pengintai tanpa awak (UAV) dengan tujuan menghemat tenaga
prajurit dalam mengetahui kedudukan musuh serta menjaga kerahasiaan,
kemudian juga diperukan alat GPS anti air karena curah hujan yang cukup
tinggi, dan masih banyak yang lainnya yang perlu ditambahkan.
60. Konsep Orgas dan Gelar Yonif yang disarankan. Berdasarkan hasil analisa,
maka perlu ditindaklanjuti dengan pengklasifikasian Yonif sesuai tipologi wilayahnya. Hal
122
a. Orgas yang Disarankan. Secara struktural, 5 Orgas Yonif yang ada saat ini
(Linud, Raiders, Mekanis, Diperkuat dan TOP ROI–2009) masih relevan
dihadapkan dengan tugas yang harus dilaksanakan.
N RENCANA PENGEMBANGAN
LOKASI KET
O SESUAI RENSTRA MEF
1 2 3 4
TAHAP I (2010-2014) Kodam V/BRW
TAHAP II (2015-2019)
TAHAP IV (2025-2029)
a) Materi Ralasuntai.
(1) Taktik.
(2) Teknis.
(1) Taktik.
(2) Teknis.
129
(e) Mountaineering.
(f) Senjata tradisional/Boby trap.
(g) Navigasi darat (Hutan gunung).
(h) Tali temali.
(i) Sanjak.
c) Materi Perkotaan.
(1) Taktik.
(2) Teknis.
61. Evaluasi.
BAB IX
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
( Bukan Naskah Ujian )
BAB X
133
PENUTUP
63. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun untuk gunakan dalam
Proses Belajar Mengajar di Lembaga Pendidikan Dikcabpa If.
RAHASIA
RAHASIA
131
34.120.593/-(747/-)
YONIF
5.38.116/- (159/-)
134
KIMA
KIPAN KIBAN
REKAPITULASI
KOMPAS : 111
TEROP 7 x 50 : 62
TEROP 6 x 30 : 40
SENMIL : 30
TUSTEL : 4
GPS : 55
TBSM : 228
TBS : 339
THERMAL IMAGER : 17
2.-.- (2)
POKPIM
REKAPITULASI E ALOPTIK
A. PERSONEL B. SENJATA D. ALKOM
C. KENDARAAN KOMPAS : 2
TEROP 7 x 50 : 2
LTK : 1 P. ISY : 1 HP SATELIT : 1
SENMIL : 2
MAY : 1 P : 2 TR ¾ T : 2 HT : 2
GPS : 2
JML : 2 SNP : 2
THERMAL IMAGER : 2
135
1.-.-/- (1/-)
SINTEL
C. KENDARAAN KOMPAS
D. ALKOM & ALOPTIK : 4
A. PERSONEL B. SENJATA
TEROP 7 x 50 : 4
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T : KOMPASSENMIL : 1 : 9
JML : 1 SNP : 1 1 TEROP 7HT
x 50 : 1 : 9
GPS : 1
TUSTEL : 1
SENMIL : 1
HT : 1
1.-.-/- (1/-)
SIOPS
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T KOMPAS : 1
TEROP 7 x 50 : 1
JML : 1 SNP : 1 : GPS : 1
1 SENMIL : 1
1.-.-/- (1/-) HT : 1
SIPERS
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 : 1 HT : 1
136
1.-.-/- (1/-)
SILOG
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 : 1 HP SATELIT : 1
HT : 1
1.-.-/- (1/-)
JAS
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 : 1 HT : 1
1.-.-/- (1/-)
DOKTER
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 : 1 HT : 1
137
1.-.-/- (1/-)
BINTAL
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 : 1 HT : 1
5.38.116 (159)
KIMA
1.4.8 (13) 1.5.16 (22) 1.2.14 (17) -.4.16 (20) -.4.5 (9)
1.4.20 (25) 1.4.17 (22) -.6.7 (13) -.4.4 (8) -.1.9 (10)
TON TON SI
SIMIN
RU
PIMU KOM INTELPUR PROV
REKAPITULASI
1.4.8 (13)
POKKOKI
REKAPITULASI
POKKOTON RU PIONIR
RU PIONIR
RU PIONIR
REKAPITULASI
1.1.2 (4)
POKKOTON
REKAPITULASI
A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK
-.1.6 (7) X 3
RU PIONIR
REKAPITULASI
SRS : 3 HT : 3
SNP
KPK : 3
KOP : 3
PRK : 12
JML : 21
1.5.16 (22)
TONKES
140
REKAPITULASI
1.1.2 (4)
POKKOTON
REKAPITULASI
-.2.1 (3)
UNIT OBAT
REKAPITULASI
A. PERSONEL B. SENJATA
SRS : 2 P : 2
KPK : 1 SNP : 1
JML : 3
-.1.4 (5)
UNIT LAP
REKAPITULASI
-.1.9 (10)
RU
WATKESUM
REKAPITULASI
SRS : 1 P : 1 KOMPAS : 1
KOP : 3 SNP : 9
PRK : 6
JML : 10
1.4.17 (22)
TONKOM
REKAPITULASI
1.1.2 (4)
POKKOTON
-.1.5 (6)
RURAD
REKAPITULASI
SRS : 1 SNP : 6 HT : 1
KOP : 3 KOMPAS : 1
PRK : 2
JML : 6
143
-.1.4 (5)
RUPON
REKAPITULASI
SRS : 1 SNP : 5 HT : 1
KOP : 2 KOMP AS : 1
PRK : 2
JML : 5
-.1.6 (7)
RUKORBRA
REKAPITULASI
SRS : 1 SNP : 7 HT : 1
KOP : 6 KOMPAS : 1
JML : 7
1.2.14 (17)
TONANG
144
REKAPITULASI
LTN : 1 P : 1 SPM : 2 HT : 1
SRM : 1 KOMPAS : 2
SRS : 1
SNP : 16 TR 2 ½ T
TR ¾ T
:
:
9
4
SO : 1
KPK : 2 TRL AIR : 4
KOP : 1 TRL 1 T BMP : 5
PRK : 11
JML : 17
-.6.7 (13)
SIINTELPUR
REKAPITULASI
PLT : 1 P : 11 SPM : 1 HT : 1
PLD : 1 SNP : 11 RAD VHF/MANPACK
SRM : 1 SO : 2 : 1
SRS : 3 KOMPAS : 6
KPK : 3 TEROP 7x50
KOP : 2 : 4
PRK : 2 TUSTEL : 3
JML : 13 GPS : 1
-.4.16 (20)
SIMA
145
REKAPITULASI
-.4.4 (8)
SIMIN
REKAPITULASI
PLT : 1 P : 2
SNP : 5 SPM : 2
SRM : 1
SRK : 1 SO : 1
SRS : 1
KPK : 1
KOP : 2
PRK : 1
JML : 8
-.4.5 (9)
SIWAT
146
REKAPITULASI
-.1.9 (10)
RUPROV
REKAPITULASI
5.20.120 (145) x 3
KIPAN
1.5.9 (15) x 3
POKKOKI
3 KPT - DANKI (P + SNP + P.ISY + KOMPAS + GPS + TEROP 7x50 + TBS + SENMIL +
TR ¼ T + HT + THERMAL IMAGER + HT)
3 KOP - TAMUDI/YANRAD (SNP + RAD HF/SSB + TBS)
3 PRK - TARUH/YANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK + TBS)
3 SRM - BATIH (SNP + KOMPAS + TEROP 7x50 + SPM + GPS + TBS)
3 KPK - TABAN/BAKDUK (SPR + KOMPAS + TEROP 7x50 + TBSM + GPS)
3 SRM - BAMIN/JURYAR (P + TR ¾ T)
3 KOP - TABAN/MUDI (SNP + TBS)
3 PRK - TABAN/JURLIS (SNP + TBS)
3 SRS - BAKES (SNP)
3 SRM - BA FOURIR (SNP + TBS)
3 KOP - TABAN (SNP + TBS)
3 SRM - BA MAKANAN (SNP + TBS)
3 KPK - TASAK/PENGGUD (SNP + TBS)
3 KOP - TASAK (SO)
3 PRK - TABAN (SNP + TBS)
REKAPITULASI
1.3.15 (19) x 3
148
TONBAN
REKAPITULASI
1.1.1 (3) x 3
POKKOTON
REKAPITULASI
LTN : 3 P : 3 HT : 3 KOMPAS : 3
SRK : 3 SNP : 9 RAD VHF/MANPACK : 3 TEROP 7x50 : 3
KOP : 3 SENMIL : 3
JML : 9 GPS : 3
THERMAL IMAGER : 3
.1.6 (7) x 3
RU SMR
149
REKAPITULASI
SRS : 3 P : 6 HT : 3 KOMPAS : 3
KPK : 6 SNP : 15 TEROP 7x50 : 3
KOP : 6 SMR : 6
PRK : 6
JML : 21
.1.8 (9) x 3
RUMORRI
REKAPITULASI
SRS : 3 P : 6 HT : 3 KOMPAS : 3
KPK : 6 SNP : 21 TEROP 7x50 : 3
KOP : 6 MORRI KI : 6
PRK : 6
PRA : 6
JML : 27
1.4.32 (37) x 9
TONPAN
POKKOTON RUPAN
150
REKAPITULASI
POKKOTON
REKAPITULASI
-.1.9 (10) x 27
RUPAN
REKAPITULASI
5.22.117 (144)
KIBAN
1.4.8 (13) 1.4.25 (30) 1.3.25 (29) 1.8.46 (55) 1.3.13 (17)
REKAPITULASI
D. ALKOM E. ALOPTIK
A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN
RAD HF/SSB KOMPAS: 1 : 24
KPT : 1 P : 26 SPM : 3
RAD VHF/MANPACK
TEROP 6: x 8
30 : 13
LTN : 4 P. ISY : 5 TR ¼ T : 3
HT TEROP 7: x13
50 : 11
SRM : 2 SNP : 116 TR ¾ T : 4
GPS : 6
SRK : 6 SO : 1
SENMIL : 5
SRS : 14 SMS : 6
KPK : 19 SMB : 2
KOP : 36 SLT YON : 6
PRK : 29 MORSE YON : 6
PRA : 33 SPR 12,7 : 3
JML : 144 SPR 7,62 : 3
1.4.8 (13)
POKKOKI
REKAPITULASI
TON SMS
POKKOTON RU SMS
RU
RUSMS
SMS
REKAPITULASI
1.1.1 (3)
POKKOTON
REKAPITULASI
-.1.8 (9) x 3
RU
RUSMS
RUSMS
SMS
REKAPITULASI
P : 6 HT :3 KOMPAS :3
SRS : 3
SNP : 21 TEROP 6x30 :3
KPK : 6
KOP : 6 SMS : 6
PRK : 6
PRA : 6
JML : 27
1.3.25 (29)
TON SLT
POKKOTON RU
RUSLT
SLT
REKAPITULASI
1.1.1 (3)
POKKOTON
154
1 LTN - DANTON (P + SNP + P. ISY + KOMPAS + TEROP 7x50 + SENMIL + GPS + HT)
1 SRK - BATON (SNP + KOMP + TEROP 6x30)
1 KOP - TAYANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK)
REKAPITULASI
-.1.12 (13) x 2
RU
RUSLT
SLT
REKAPITULASI
SRS : 2 P : 6 HT : 2 KOMPAS : 2
KPK : 6 SNP : 20 TEROP 6x30 : 2
KOP : 6 SLT YON : 6
PRK : 6
PRA : 6
JML : 26
1.8.46 (55)
TONMORSE
RU MORSE
A. PERSONELPOKKOTON
D. ALKOM & ALOPTIK
LTN : 1
SRK : 1 RAD VHF/MANPACK : 4
SRS : 7 REKAPITULASI
B. SENJATA HP SATELIT : 4
KPK : 6 C. KENDARAAN KOMPAS : 9
KOP : 10 P : 7 TEROP 6x30 : 3
PRK : 9 TR ¼ T :1 TEROP 7x50 : 6
P. ISY : 1
PRA : 21 TR ¾ T :3 SENMIL : 1
SNP : 49
JML : 55 GPS : 1
MORSE YON : 6 HT : 4
155
1.5.1 (7)
POKKOTON
REKAPITULASI
LTN : 1 P : 1 TR ¼ T : 1 HP SATELIT : 1
SRK : 1 P. ISY : 1 RAD VHF/MANPACK : 1
SRS : 4 SNP : 7 KOMPAS : 6
KOP : 1 TEROP 7x50 : 6
JML : 7 SENMIL : 1
GPS : 1
HT : 1
-.1.15 (16) x 3
RUMORSE
POKKORU CUK
CUK
MORSE
MORSE
REKAPITULASI
-.1.3 (4) x 3
POKKORU
REKAPITULASI
-.-.6 (6) x 2 x 3
CUK
MORSE
REKAPITULASI
A. PERSONEL B. SENJATA
KPK : 6 P : 6
KOP : 6 SNP : 30
PRK : 6 MORSE KI : 6
PRA : 18
JML : 36
1.3.13 (17)
TON
BAKDUK
REKAPITULASI
1.1.1 (3)
POKKOTON
REKAPITULASI
-.1.6 (7)
RU BAKDUK
12,7
REKAPITULASI
158
-.1.6 (7)
RU BAKDUK
7,62
REKAPITULASI
REKAPITULASI PERLENGKAPAN
ORGANISASI DAN TUGAS BATALYON INFANTERI DIPERKUAT
(ORGAS YONIF DIPERKUAT)
SATUAN JML
ES. PEMB PIMP KIMA KIPAN KIBAN
NO JENIS ES DOK PA TON
SI SI SI SI POK SI SI TON TON TON TON SI RU POK TON TON POK TON TON
PIMP TER BIN SI MIN MOR
INTEL OPS PERS LOG KOKI MA WAT PIMU KES KOM ANG INTEL PROV KOKI BAN PAN KOKI SMS SLT
YON TAL SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
SENJATA
1. PISTOL 2 1 1 1 1 1 1 4 2 - 3 1 1 3 1 7 4 10 25 15 4 7 7 7 109
2. PISTOL ISY 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 5 - 15 1 1 1 1 25
3. SS 2 1 1 - - - - 9 5 16 6 21 27 23 15 12 - 60 75 510 11 26 26 51 897
4. SO - - - - - - - 2 1 - - 3 - 2 1 2 - 5 - 45 1 - - - 62
5. SPG - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 45 - - - - 45
6. SPR - - - - - - - - - - - - - - - 2 - 10 - - - - - - 12
7. SMR - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 - - - - - 10
8. SMB - - - - - - - 2 - - 2 - - - - - - - - - 2 - - - 6
9. SMS - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 - - 6
10. SLT TON - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 15 - - - - 15
11. MORRI TON - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 15 - - - - 15
12. MORRI KI - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 - - - - - 10
13. MORSE YON - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 6
14. SLT KI - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 - 6
KENDARAAN
1. SPM - - - - - - - 1 2 1 1 1 1 3 2 1 1 5 - - 2 - - - 21
2. TR ¼ T 2 1 1 1 1 1 1 1 - - - - - - - - - 5 - - 1 - - 1 16
3. TR ¾ T - - - - - - - 1 - - - - - - 4 - - 5 - - 1 1 1 3 16
4. TR 2 ½ T - - - - - - - - - - - - - - 9 - - - - - - - - - 9
5. TR 5 T - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
6. TR ¼ AMB - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
RAHASIA
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
7. TR 3/4 U. HUB - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - 1
8. TRL AIR - - - - - - - - - - - - - 4 - - - - - - - - - 4
9. TRL 1 T BMP - - - - - - - - - - - - - - 5 - - - - - - - - - 5
ALHUB/
ALOPTIK
1. RADSET YON - - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - - - - - - 2
3
2. RADSET KI - - - - - - - 1 - 2 - - - - - - - 5 - - 1 - - - 9
3. RADSET TON - - - - - - - 1 - - - - 1 6 - 1 - 5 5 15 1 1 1 4 41
4. HT 2 1 1 1 1 1 1 1 - - - 1 1 1 1 1 - 5 15 60 1 4 4 4 107
5. RADSET GTA - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - 1
6. WB 12 MATA - - - - - - - - - - - - - 6 - - - - - - - - - - 6
7. TELP LAP - - - - - - - - - - - - - 52 - - - - - - - - - - 52
8. KABEL LAP - - - - - - - - - - - - - 20 - - - - - - - - - - 20
(ROL)
9. KOMPAS 2 1 1 - - - - 1 - 1 - 2 1 4 2 6 - 20 15 75 2 5 5 10 153
10. TEROP 7x50 2 1 1 - - - - - - 1 - 1 - - - 5 - 20 15 30 2 1 1 7 87
11. TEROP 6x30 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 45 - 4 4 3 56
12. SENTER MIL 2 1 1 1 1 1 1 1 - - - - - - - - - 5 5 15 1 1 1 1 38
13. TEROP BSM - - - - - - - - - - - - - - - 2 - 10 - 285 - - - - 297
14. GPS 2 1 1 - - - - - - - - - - - - - - 5 - - 1 - - - 10
15 TUSTEL - - - - - - - - - - - - - - - 2 - 5 - - 1 - - - 8
ALKAPKES
1. Kat Pemb - - - - - - - - - - - - 7 - - - - - - - - - - - 7
Perawat
2. Kat Perawat - - - - - - - - - - - - 10 - - - - - - - - - - - 10
3. Kat Poslongyon - - - - - - - -
a. Kat Obring - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
b. Kat Obber - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
c. Kat Siapev - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
4. Kat Ru Tandu - - - - - - - - - - - - 3 - - - - - - - - - - - 3
5. Kat Ambulance - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
6. Kat Minkes - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
RAHASIA
1
NOMOR KETERANGAN
URAIAN PKT CORPS ID BUT OTOR
UNIT JAB JAT RAN ALKOM AL OPTIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I. ESELON PIMPINAN
01 00 MARKAS BATALYON
PERWIRA STAF
03 Pasiintel Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 400,402,406
1
04 Pasiops Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 400,402,406
1
05 Pasipers Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 406
1
06 Pasilog Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 406
1
07 Dokter Batalyon Kpt Ckm M 1 1 101,102 20 300 406
1
08 Pa Bintal Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 406
1
Jumlah 6 6
III. ESELON
PELAYANAN
02 00 KOMPI MARKAS
02A 00 POK KOKI
01 Dankima Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 400,406
1
02 Tamudi/Yanrad Kop - M 1 1 102 - 302 -
03 Taruh/Yanrad Prk - M 1 1 102 - 301 -
04 Batih Srm - M 1 1 102 20 - -
0
05 Taban/Sangkakala Kop - M 1 1 102 - - -
06 Bamin/Juyar Srm - M 1 1 101 - - -
07 Tajurlis Kop - M 1 1 104 - - -
08 Tabanjurlis Prk - M 1 1 102 - - -
09 Bafurir Srk - M 1 1 101,107 - - -
10 Taban/Genderang Kop - M 1 1 102 - - -
11 Ba Makanan Srk - M 1 1 101,107 - - -
12 Tasak/ Peng.Gud Kpk - M 1 1 102 20 - -
2
13 Ta Pemasak Kop - M 1 1 104 - - -
14 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
Jumlah 14 14
02B 00 SI MIN
01 Dansi/Batisipers Plt - M 1 1 101 20 - -
0
02 Bamin/Basipers Srm - M 1 1 102 - - -
03 Taban/Jurlis Prk - M 1 1 102 - - -
04 Baban Juyar Srs - M 1 1 101 20 - -
0
05 Taban Juyar Kop - M 1 1 102 - - -
06 Tajurlis Kpk - M 1 1 104 - - -
07 Bajah Srk - M 1 1 102 - - -
08 Taban/Jurlis Kop - M 1 1 102 - - -
Jumlah 8 8
02C 00 SI MA
RAHASIA
2
01 Dansi/Batisiops Plt - M 1 1 102 20 - 400,402
0
02 Basiops Srm - M 1 1 102 - - -
03 Tajurlis/Gambar Kpk - M 2 2 102 - - -
Siintel,ops
04 Tajurlis Si Pers,Log Kpk - M 2 2 102 - - -
05 Tamudi/Yanrad Kop - M 2 2 102 - 302 -
Dan/Wadan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
06 Tayanrad/Ruh Dan/ Prk - M 2 2 102 - 303 -
Wadan
07 Tamudi Pa Staf Prk - M 6 6 102 - - -
Jumlah 16 16
02D 00 SI WAT
01 Dansi/Batisilog Plt - M 1 1 101 20 - -
0
02 Bawat/Basilog Srm - M 1 1 102 - - -
03 Tapeng/Gud Kpk - M 1 1 102 - - -
04 Bapal Srk - M 1 1 101,107 - - -
05 Tapeng/Gud Kop - M 1 1 102 - - -
06 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
07 Bamontirjat Srk - M 1 1 101,107 - - -
08 Tapeng/Gud Kop - M 1 1 102 - - -
09 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
Jumlah 9 9
02G2 00 RU RAD
01 Danru Srs - M 1 1 102 - 301 400
02 Ta Operator Kop - M 6 6 102 - - -
Jumlah 7 7
02G3 00 RU KAWAT
01 Danru Srs - M 1 1 102 - 301 400
3
02 Danpok Kpk - M 1 1 102 - - -
03 Tawat Prk - M 2 2 102 - - -
04 Danpok Kpk - M 1 1 102 - - -
05 Tawat Prk - M 1 1 102 - - -
06 Tawat/Bak SO Kop - M 1 1 104 - - -
Jumlah 7 7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2G4 00 RU KORBRA
01 Danru Srs - M 1 1 102 - 301 400
02 Ta Operator Kop - M 5 5 102 - - -
03 Ta Operator Kop - M 1 1 104 - - -
04 Paktir Prk - M 2 2 101 20 - -
0
Jumlah 9 9
02I 00 SI INTELPUR
01 Dansi/Batisi intel Plt - M 1 1 101,102 20 300 400,402
0
02 Bamin Intel Srm - M 1 1 101,102 - - 400
03 Tayanrad Kop - M 1 1 101,102 - 301 -
02J 00 RU PROV
01 Danru/Baprov Srs - M 1 1 101 20 - -
0
02 Taprov Kop - M 3 3 101 - - -
Jumlah 4 4
03 00 3 KIPAN
03A 00 POK KOKI
01 Danki Kpt Inf M 3 3 100,101,102 20 300 400,402,404 406,408,410
1
02 Tamudi/Yanrad Kop - M 3 3 102 - 302 408
03 Taruh/Yanrad Prk - M 3 3 102 - 301 408
04 Batih Srm - M 3 3 102 20 - 400,402,405,404,408,410
0
05 Taban/Bakduk Kpk - M 3 3 103 - - 400,402,403,404
06 Bamin/Juyar Srm - M 3 3 101 202 - -
07 Taban/Mudi Kop - M 3 3 102 - - 408
08 Taban/Jurlis Prk - M 3 3 102 - - 408
09 Bafurir Srk - M 3 3 102 - - 408
10 Taban Kop - M 3 3 102 - - 408
11 Ba Makanan Srk - M 3 3 102 - - 408
12 Tasak/Peng.Gud Kpk - M 3 3 102 - - 408
13 Ta Pemasak Kop - M 3 3 104 - - -
14 Taban Prk - M 6 6 102 - - 408
15 Ta Bakduk Kpk - M 3 3 103 - - 400,402,403
Jumlah 48 48
03B 00 TONBAN
03B1 00 POK KOTON
01 Danton Ltn Inf M 3 3 101,102 - 300 400,402,404, 406
02 Baton Srk - M 3 3 102 - - -
03 Taban/Yanrad Kop - M 3 3 102 - 301 -
4
Jumlah 9 9
03B2 00 RU SMR
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,402
02 Dancuk Kpk - M 6 6 101,105 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 102 - - -
04 Taban Munisi Prk - M 6 6 102 - - -
Jumlah 21 21
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
03B3 00 RU MORRI
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,402
02 Dancuk Kpk - M 6 6 101,109 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 102 - - -
04 Taban Prk - M 6 6 102 - - -
05 Tamu Pra - M 6 6 102 - - -
Jumlah 27 27
03C 00 9 TONPAN
03C1 00 9 POK KOTON
01 Danton Ltn Inf M 9 9 100,101, 102 - 300 400,402,403,404,406,408
410
02 Baton Srk - M 9 9 102 - - 400,402,408
03 Tayanrad Kop - M 9 9 102 - 301 408
04 Tabak Morri Kop - M 9 9 102,108 - - -
05 Taban / Tamunisi Prk - M 9 9 102 - - 408
06 Tabak SLT Kop - M 9 9 102,111 - - 408
07 Taban / Tamunisi Prk - M 9 9 102 - - 403,408
Jumlah 63 63
03C2 00 27 RU PAN
01 Danru Srs - M 27 27 102 - 300 400,401,403,404,408,410
02 Wadanru Kpk - M 27 27 102 - - 403,408,410
04 00 KIBAN
04A 00 POK KOKI
01 Danki Kpt Inf M 1 1 100,101, 102 20 300 400,402,404, 406
1
02 Tamudi/Yanrad Kop - M 1 1 102 - 302 -
03 Taruh/Yanrad Prk - M 1 1 102 - 301 -
04 Batih Srm - M 1 1 102 20 - 400,402,405
0
05 Taban/Sangkakala Kop - M 1 1 102 - - -
06 Bamin/Juryar Srm - M 1 1 101 20 - -
0
07 Tabanjurlis Kop - M 1 1 102 - - -
08 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
09 Bafurir Srk - M 1 1 101,107 - - -
10 Taban/Genderang Kop - M 1 1 102 - - -
11 Ba Makanan Srk - M 1 1 101,107 - - -
12 Ta Kpk - M 1 1 102 20 - -
Pemasak/PengGud 2
13 Ta Pemasak Kop - M 1 1 104 - - -
14 Taban Prk - M 2 2 102 - - -
Jumlah 15 15
04B2 00 3 RU SMS
5
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,401
02 Dancuk Kpk - M 6 6 102 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 101,106 - - -
04 Taban Prk - M 6 6 102 - - -
05 Ta Munisi Pra - M 6 6 102 - - -
Jumlah 27 27
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
01 Danton Ltn Inf M 1 1 100,101,102 - 300 400,402,404, 406
02 Baton Srk - M 1 1 102 - - 400,401
03 Tayanrad Kop - M 1 1 102 - 301 -
04 Tamudi/ Munisi Prk - M 1 1 102 - - -
05 Tamunisi Pra - M 1 1 102 20 - -
2
Jumlah 5 5
04B3b 00 3 RU SLT
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,401,404
02 Dancuk Kpk - M 6 6 102 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 101,112 - - -
04 Taban Prk - M 6 6 102 - - -
05 Ta Munisi Pra - M 6 6 102 - - -
Jumlah 27 27
04C2 00 3 RU MORSE
04C2a 00 POK KO
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,401, 404
02 Tayanrad Kop - M 3 3 102 - 301 -
03 Tamudi/Munisi Prk - M 3 3 102 20 - -
2
04 Tamunisi Pra - M 3 3 102 - - -
Jumlah 12 12
REKAPITULASI PERSONEL
BATALYON INFANTERI RAIDER KHUSUS
(YONIF RAIDER KHUSUS)
PANGKAT JML
BAGIAN
NO LTK MAY KPT LTN PLT SRM SRK SRS KPK KOP PRK PRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. POKPIM 1 1 - - - - - - - - - - 2
2. SIINTEL - - 1 - - - - - - - - - 1
3. SIOPS - - 1 - - - - - - - - - 1
6
4. SIPERS - - 1 - - - - - - - - - 1
5. SILOG - - 1 - - - - - - - - - 1
6. JAS - - 1 - - - - - - - - - 1
7. DOKTER YON - - 1 - - - - - - - - - 1
8. BINTAL - - 1 - - - - - - - - - 1
9. KIMA - - 1 4 5 12 5 15 27 38 26 31 164
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
REKAPITULASI PERSONEL
BATALYON INFANTERI PARA RAIDER
(YONIF PARA RAIDER)
PANGKAT JML
NO BAGIAN
LTK MAY KPT LTN PLT SRM SRK SRS KPK KOP PRK PRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
01. POKPIMP 1 1 - - - - - - - - - - 2
02. SIINTEL - - 1 - - - - - - - - - 1
03. SIOPS - - 1 - - - - - - - - - 1
04. SIPERS - - 1 - - - - - - - - - 1
05. SILOG - - 1 - - - - - - - - - 1
06. JAS - - 1 - - - - - - - - - 1
07. DOKTER - - 1 - - - - - - - - - 1
08. BINTAL - - 1 - - - - - - - - - 1
REKAPITULASI PERLENGKAPAN
BATALYON INFANTERI PARA RAIDER
(YONIF PARA RAIDER)
ESELON
PIMP PEMB PIMP YAN PELAKS JML
NO JENIS
POK SI SI SI SI DOK
INTEL JAS BINTAL KIMA KIPAN KIBAN
PIMP OPS PERS LOG TER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A. SENJATA
1. PISTOL 2 1 1 1 1 1 1 1 32 30 25 96
2. PISTOL ISY 1 - - - - - - - - 12 4 17
3. SENAPAN 2 1 1 1 1 1 1 1 131 387 114 641
4. SO - - - - - - - - 10 30 1 41
5. GLM/SPG - - - - - - - - - 54 - 54
6. SPR - - - - - - - - 2 6 - 8
7. SMR - - - - - - - - - 6 - 6
8. SMS - - - - - - - - - - 6 6
9. SMB - - - - - - - - 4 - 2 6
10. SLT TON - - - - - - - - - 9 - 9
11. SLT KI - - - - - - - - - - 6 6
12. MORRI TON - - - - - - - - - 9 - 9
13. MORRI KI - - - - - - - - - 6 - 6
14. MORSE YON - - - - - - - - - - 6 6
B. KENDARAAN
1. SPM - - - - - - - - 15 3 3 21
2. TR ¼ T 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 15
3. TR ¾ T - - - - - - - - 5 3 6 14
4. TR 2 ½ T - - - - - - - - 9 - - 9
5. TR ¼ AMB - - - - - - - - 1 - - 1
6. TR ¼ U. HUB - - - - - - - - 1 - - 1
7. TRL AIR - - - - - - - - 4 - - 4
8. TRL 1 T BMP - - - - - - - - 5 - - 5
C. ALHUB/ALOPTIK
1. RADSET YON - - - - - - - - 2 - - 2
2. RADSET KI - - - - - - - - 3 3 1 7
8
3. RADSET TON - - - - - - - - 10 15 7 32
4. HT 2 1 1 1 1 1 1 1 6 48 13 76
5. RADSET GTA - - - - - - - - 1 - - 1
6. WB 12 MATA - - - - - - - - 6 - - 6
7. TELP LAP - - - - - - - - 52 - - 52
8. KABEL LAP (ROL) - - - - - - - - 20 - - 20
9. KOMPAS 2 1 1 - - - - - 16 66 22 108
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
10. TEROP 7 x 50 2 1 1 - - 1 - - 7 39 11 62
11. TEROP 6 x 30 - - - - - - - - - 27 11 38
12. SENTER MIL 2 1 1 1 1 1 1 1 1 15 4 29
13. TBSS - - - - - - - - - 333 - 333
14. TBSM - - - - - - - - - 240 - 240
15. GPS - - - - - - - - - 45 10 55
16. TUSTEL - - - - - - - - 2 3 1 6
REKAPITULASI PERSONEL
BATALYON INFANTERI MEKANIS
(YONIF MEKANIS)
PANGKAT JML
NO BAGIAN
LTK MAY KPT LTN PLT SRM SRK SRS KPK KOP PRK PRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. POKPIMP 1 1 - - - - - - - - - - 2
2. SIINTEL - - 1 - - - - - - - - - 1
3. SIOPS - - 1 - - - - - - - - - 1
4. SIPERS - - 1 - - - - - - - - - 1
5. SILOG - - 1 - - - - - - - - - 1
6. JAS - - 1 - - - - - - - - - 1
7. DOKTER - - 1 - - - - - - - - - 1
8. BINTAL - - 1 - - - - - - - - - 1
9. KIMA - - 1 6 5 3 13 22 9 68 37 - 164
REKAPITULASI PERLENGKAPAN
BATALYON INFANTERI MEKANIS
(YONIF MEKANIS)
ESELON JML
PIMP PEMB PIMP YAN PELAKS
NO JENIS
POK SI SI SI SI DOK
JAS BINTAL KIMA KIPAN KIBAN
PIMP INTEL OPS PERS LOG TER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A. SENJATA
1 P 2 1 1 1 1 1 1 1 38 60 23 130
2 P. ISY 1 - - - - - - - 1 12 1 15
3 SNP 2 1 1 1 1 1 1 1 155 396 88 648
4 SO - - - - - - - - 3 27 - 30
5 SPR 7,62 - - - - - - - - - - 2 2
6 SPR 12,7 - - - - - - - - - - 2 2
7 GLM - - - - - - - - - 54 5 59
8 SMR - - - - - - - - - - - -
9 SMS - - - - - - - - 7 39 3 49
10 SMB - - - - - - - - 4 3 2 9
11 MORRI TON - - - - - - - - - 9 - 9
12 MORRI KI - - - - - - - - - - - -
13 MORSE YON - - - - - - - - - - 6 6
14 SLT KI - - - - - - - - - - 6 6
15 SLT TON - - - - - - - - - 9 - 9
16 SLT RU - - - - - - - - - - - -
B. KENDARAAN
1 SPM - - - - - - - - 22 4 8 34
2 TR ¼ T - 1 1 1 1 1 1 1 1 - - 8
3 TR ¾ T 2 - - - - - - - 5 6 4 17
4 TR 2 ½ T - - - - - - - - 12 - 4 16
5 TR ¼ T AMB - - - - - - - - 1 - - 1
6 TR ¾ T UNIT HUB - - - - - - - - 1 - - 1
7 TRL AIR - - - - - - - - 2 - - 2
8 TRL 1 T BMP - - - - - - - - 2 - - 2
C. RANPUR
1 PANSER BAKDUK - - - - - - - - - - 1 1
2 TANK SLT - - - - - - - - - - 1 1
3 TANK AP - - - - - - - - - 27 4 31
4 TANK MO - - - - - - - - - - 6 6
5 TANK AMB - - - - - - - - 2 - - 2
6 TANK REC - - - - - - - - 2 - - 2
7 TANK C.MU - - - - - - - - 2 - - 2
8 TANK C.LOG - - - - - - - - 2 - - 2
9 TANK INTAI - - - - - - - - 3 - - 3
10 TANK KO - - - - - - - - 4 12 2 18
D. ALHUB
1 RADSET YON - - - - - - - - 2 - - 2
2 RADSET KI - - - - - - - - 1 3 1 5
3 RADSET TON - - - - - - - - 9 12 6 27
4 RADSET HT 2 1 1 1 1 1 1 1 54 105 47 215
5 WB 12 MATA - - - - - - - - - - - -
10
6 TELP LAP - - - - - - - - - - - -
7 KABEL LAP (ROL) - - - - - - - - - - - -
8 HP SATELIT 1 - - - - - - - - - - 1
E. ALOPTIK
1 KOMPAS 2 1 1 - - - - - 30 66 39 135
2 TEROP 7 x 50 2 1 1 - - - - - 9 15 10 34
3 TEROP 6 x 30 - - - - - - - - 15 51 21 87
4 TEROP VECTOR - - - - - - - - - - 3 3
5 SENMIL 2 1 1 1 1 1 1 1 43 79 27 158
6 TBSM 2 1 1 1 1 1 1 1 165 396 88 658
7 HANDY CAM - - - - - - - - 4 - - 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
8 TBSS 2 1 1 1 1 1 1 1 165 396 88 658
9 GPS 2 1 1 - - - - - 24 63 29 120
10 KAMERA - - - - - - - - 4 3 1 8
11 KACAMATA MLM 2 1 1 - - - - - 15 12 17 48
12 MHM - - - - - - - - - - 1 1