Anda di halaman 1dari 171

1

Lampiran I Keputusan Danpusdikif


PUSAT KESENJATAAN INFANTERI Nomor Kep / 46 / VII / 2017
PUSAT PENDIDIKAN INFANTERI Tanggal 18 Juli 2017

PENGETAHUAN BATALYON INFANTERI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Batalyon Infanteri ( Yonif ) merupakan satuan tempur dasar yang dilengkapi


dengan unsur administrasi sehingga memungkinkan untuk melaksanakan operasi
tempur baik dalam hubungan besar maupun berdiri sendiri. Selain tugas operasi
tempur, Batalyon Infanteri dapat digunakan untuk membantu dan mendukung
operasi intelijen, operasi teritorial serta bantuan pada operasi Kamtibmas baik
dalam pola operasi pertahanan, pola operasi keamanan dalam negeri maupun
operasi pemeliharaan perdamaian dunia.

b. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, Batalyon Infanteri disusun


secara sistimatis dan terpadu, dilatih serta disiapkan agar memiliki kemampuan
untuk dapat melaksanakan tugas operasi.

c. Mencermati maksud tersebut di atas, maka disusun Bahan Ajaran (Hanjar)


tentang Pengetahuan Yonif untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
Dikcabpa If, agar tujuan pelajaran dapat tercapai dalam rangka mendukung
tercapainya tujuan pendidikan secara berdaya dan berhasil guna.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi pendidikan Dikcabpa If
b. Tujuan. Agar Siswa mengerti tentang Pengetahuan Yonif sebagai bekal
dalam pelaksanaan tugas di Satuan.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Departemen ini disusun dengan
menggunakan tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan.
b. Ketentuan Dasar.
c. Organisasi Yonif.

RAHASIA
2

d. Organisasi Yonif diperkuat.


e. Organisasi Yonif Raider.
f. Organisasi Yonif Raider Khusus.
g. Organisasi Yonif para Raider.
h. Organisasi Yonif makanis.
i. Evaluasi
j. Penutup

BAB II
KETENTUAN DASAR

4. Umum. Batalyon Infanteri merupakan Satuan tempur dasar TNI AD Dalam


menyelenggarakan fungsinya, diperlukan ketentuan umum sebagai pedoman bagi
penyelenggara. Ketentuan umum tersebut meliputi pengertian, tugas pokok, kedudukan,
serta Kemampuan dan Batas Kemampuan.yang diperlukan dalam penyelenggaraan
fungsi Infanteri.

5. Pengertian. Batalyon Infanteri adalah satuan tempur dasar Infateri yang terdiri
dari personel dan materil disusun dan dilengkapi dengan alat peralatan serta senjata
ringan, sehingga mampu melaksanakan tugas pertempuran baik secara berdiri sendiri
maupun bagian dari satuan yang lebih besar. Batalyon Infanteri terdiri dari unsur–unsur
Kompi Senapan, Kompi Bantuan, Kompi Markas dan diperlengkapi dengan unsur-unsur
administrasi.

a. Kedudukan. Batalyon Infanteri, disingkat Yonif adalah satuan tempur yang


berkedudukan langsung di bawah Danbrigif atau Danrem.
b. Tugas Pokok. Yonif bertugas pokok mencari, mendekati, dan
menghancurkan musuh dalam rangka mendukung tugas pokok komando atas.
c. Tugas-Tugas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif
menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut:

1) Tugas (melaksanakan Fungsi Utama).

a) Manuver. Melaksanakan gerakan di berbagai bentuk dan


macam medan guna mendapatkan keuntungan dari ruang dan posisi/
kedududukan bagi pasukan sendiri dalam menghadapi atau
menghancurkan musuh.
b) Tembakan. Melaksanakan tembakan sistem senjata baik
lintas datar maupun lintas lengkung untuk menimbulkan efek
mematikan/melumpuhkan dan menghancurkan kekuatan musuh.
c) Pertempuran Jarak Dekat. Melaksanakan penghancuran atau
menawan musuh dengan segala keMampuan senjata, perlengkapan,
dan perkelahian jarak dekat.
3

2) Tugas (melaksanakan Fungsi Organik TNI AD). Menyelenggarakan


kegiatan dibidang intelijen, operasi, Sumber Daya Manusia (SDM), Logistik,
dan Teritorial dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif.

a) Intelijen. Menyelenggarakan kegiatan dibidang penyelidikan


dan pengamanan dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif.
b) Operasi. Menyelenggarakan kegiatan dibidang perencanaan
operasi, latihan, dan kesiapan satuan dalam rangka mendukung
tugas pokok Yonif.
c) Sumber Daya Manusia (SDM). Menyelenggarakan kegiatan
dibidang penggunaan dan perawatan personel dalam rangka
mendukung tugas pokok Yonif.
d) Logistik. Menyelenggarakan kegiatan dibidang pemeliharaan,
angkutan, administrasi logistik, dan Simak BMN dalam rangka
mendukung tugas pokok Yonif.
e) Teritorial. Menyelenggarakan kegiatan dibidang Teritorial
satuan non Kowil dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif.

d. Kemampuan dan Batas Kemampuan

1) Kemampuan.

a) Mampu mencari dan mendekati musuh di berbagai macam


dan bentuk medan dengan atau tanpa sarana angkut;
b) Mampu menghancurkan, mematikan, dan melumpuhkan
dengan menggunakan sistem senjata baik lintas datar maupun
lintas lengkung;
c) Mampu menghancurkan atau menawan musuh dengan
segala keMampuan senjata, perlengkapan, dan perkelahian jarak
dekat;
d) Mampu menangkis serangan musuh dengan pertempuran
jarak dekat, perkelahian, dan serangan balas;
e) Mampu melaksanakan operasi berdiri sendiri dalam ruang dan
waktu tertentu;
f) Mampu merebut, menguasai, menduduki, dan
mempertahankan medan/wilayah; dan
g) Mampu melaksanakan tugas-tugas nontempur dalam operasi
militer selain perang yang diberikan oleh komando atas.

2) Batas Kemampuan.

a) terbatas dalam keMampuan perlindungan terhadap serangan


udara dan senjata artileri musuh;
4

b) terbatas dalam keMampuan pemindahan pasukan jarak jauh


karena membutuhkan sarana angkut; dan
c) terbatas dalam keMampuan perlindungan terhadap serangan
pernika dan nubika musuh.

BAB III
ORGANISASI YONIF

6. Struktur Organisasi. ( Sesuai Tabel Organisasi dan Peralatan Orgas Yonif


Linud ROI – 95 )

32.112.603 (747)

YONIF

8.-.- (8) 5.35.144 (184) 5.19.130 (154) x 3 5.24.145 (174)


MAYON KIMA KIPAN KIBAN

7. Susunan Organisasi. Organisasi. Yonif disusun berdasarkan eselon dan jabatan,


sebagai berikut:

a. Eselon Pimpinan.

1) Komandan Batalyon Infanteri, disingkat Danyonif.


2) Wakil Komandan Batalyon Infanteri, disingkat Wadanyonif.

b. Eselon Pembantu Pimpinan.

1) Perwira Seksi Intelijen, disingkat Pasiintel.


2) Perwira Seksi Operasi, disingkat Pasiops.
3) Perwira Seksi Personel, disingkat Pasipers.
4) Perwira Seksi Logistik, disingkat Pasilog.
5) Perwira Jasmani, disingkat Pajas.
6) Dokter.
7) Perwira Pembinaan Mental, disingkat Pabintal.

c. Eselon Pelayanan. Komandan Kompi Markas, disingkat Dankima.

d. Eselon Pelaksana.

1) Komandan Kompi Senapan, disingkat Dankipan.

2) Komandan Kompi Bantuan, disingkat Dankiban.


5

8. Tugas dan tanggung jawab

a. Danyonif

1) Danyonif dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat berpangkat


Letnan Kolonel, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) memimpin, mengendalikan, dan mengawasi semua kegiatan


yang diarahkan untuk melaksanakan tugas pokok Yonif;
b) meningkatkan dan memelihara mutu tempur dan kesiapan
pasukannya;
c) menegakkan hukum, disiplin, tata tertib, membina mental,
memelihara moril, dan meningkatkan kesejahteraan prajurit beserta
keluarganya;
d) mengawasi pemeliharaan dan perawatan logistik serta simak
BMN untuk menjamin kesiapan operasional satuan;
e) memelihara dan membina sejarah dan tradisi satuan; dan
f) memelihara hubungan baik dengan para komandan satuan
tetangga termasuk aparat teritorial serta pemerintah daerah
setempat.

2) Danyonif dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danbrigif/Danrem, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoor-dinasikan oleh Kasbrigif/Kasrem.

b. Wadanyonif

1) Wadanyonif dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat berpangkat


Mayor, merupakan pembantu dan penasehat utama Danyonif, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:
2) mengatur, mengoordinasikan, dan mengawasi segala kegiatan staf
agar sesuai dengan program kerja;
3) merumuskan, menjabarkan, dan memberikan petunjuk atau arahan
dari setiap kebijakan Danyonif kepada eselon staf dan pelaksana;
4) mengawasi pelaksanaan tugas dan mengadakan penilaian secara
periodik mengenai tingkat keMampuan untuk dijadikan bahan pembinaan
personel;
5) mengoordinasikan pembuatan laporan dari eselon staf dan pelaksana
sebagai bahan laporan kepada satuan atas;

6) mengusahakan terjamin dan terpeliharanya koordinasi antara eselon


pembantu pimpinan, eselon pelayanan, dan eselon pelaksana;
7) menyampaikan pertimbangan dan saran staf kepada Danyonif
mengenai hal-hal yang menyangkut bidang tugasnya; dan
6

8) mewakili Danyonif apabila berhalangan dalam menjalankan tugas.


9) Wadanyonif dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung
jawab kepada Danyonif.

c. Pasiintel

1) Pasiintel dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif yang bertanggung jawab menye-
lenggarakan kegiatan dibidang intelijen dan teritorial satuan non Kowil,
dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) menyelenggarakan fungsi intelijen terutama yang menyangkut


keterangan tentang cuaca, medan, dan musuh serta kondisi sosial
daerah pertempuran;
b) mengoordinasikan masalah intelijen terkait permasalahan
dalam rangka kepentingan operasi dan kepentingan pembinaan
satuan dengan sesama staf, Komandan bawahan, serta unsur
intelijen satuan atas dan satuan tetangga;
c) memelihara peta situasi dan melaksanakan koordinasi staf;
d) melatihkan materi yang berkaitan dengan peningkatan
keMampuan personel dalam bidang intelijen;
e) menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
penyelidikan dan pengamanan dalam rangka kepentingan operasi
dan kepentingan pembinaan satuan;
f) merencanakan, menyiapkan, dan mengoordinasikan kegiatan
teritorial satuan non Kowil di wilayahnya; dan
g) menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Danyonif
dibidang intelijen dan teritorial satuan non Kowil.

2) Pasiintel dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif.

d. Pasiops

1) Pasiops dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif yang bertanggung jawab menye-
lenggarakan kegiatan dibidang perencanaan, operasi, pembinaan, dan
pemeliharaan keMampuan serta mutu tempur, kesiapan, dan latihan satuan,
dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) menyelenggarakan fungsi operasi yang berhubungan dengan


organisasi, operasi, dan latihan;
b) menyelenggarakan pembinaan latihan bagi anggota dan
satuannya dengan membuat/mengajukan rencana latihan,
7

pemeliharaan, dan peningkatan keMampuan serta kesiapan tempur


satuan;
c) memelihara organisasi satuan agar selalu siap sesuai dengan
keadaan dan kondisi yang akan dihadapi;
d) menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
penyusunan dan pengendalian yang diperbantukan di satuannya;
e) merencanakan dan melaksanakan hubungan koordinasi
dengan satuan atas, satuan tetangga, dan satuan udara taktis serta
satuan bantuan lainnya;
f) memelihara peta operasi, peranti lunak, dan melaksanakan
koordinasi staf; dan
g) menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Danyonif
dibidang organisasi, latihan dan operasi.

2) Pasiops dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif.

e. Pasipers

1) Pasipers dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif yang bertanggung jawab menye-
lenggarakan kegiatan dibidang pembinaan personel, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:

a) menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan kekuatan,


pembinaan karier, pemeliharaan hukum, disiplin, tata tertib, dan
protokoler;
b) merencanakan kebutuhan penggunaan, pendidikan,
perawatan, dan penyaluran personel;
c) melaksanakan kegiatan dalam rangka pemeliharaan moril,
kesejahteraan anggota, Persit, dan keluarga;
d) memelihara sejarah dan tradisi satuan;
e) menyelenggarakan pembinaan personel dan administrasi
umum serta melaksanakan koordinasi staf; dan
d) menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Danyonif
dibidang personel.

2) Pasipers dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif.

f. Pasilog
8

1) Pasilog dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif yang bertanggung jawab menye-
lenggarakan kegiatan dibidang pembinaan logistik, dengan tugas kewajiban
sebagai berikut:

a) menyelenggarakan kegiatan dibidang logistik yang


berhubungan dengan pemeliharaan dan perawatan materiil satuan,
pelayanan, dan angkutan;
b) mengatur pelaksanaan perawatan dan evakuasi bagi personel
yang sakit, luka, dan gugur;
c) merencanakan, mengoordinasikan, dan mengawasi
penerimaan serta pendistribusian dan perawatan bekal;
d) memelihara kesiapan materiil pokok atau alutsista dengan
mengoordinasikan dan mengawasi kegiatan harcegah dengan
instansi lain yang terkait;
e) menyediakan keterangan dan mengendalikan pelaksanaan
tugas seksi logistik serta melaksanakan koordinasi staf;
f) menyelenggarakan serta inventarisasi simak BMN; dan
g) menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Danyonif
dibidang logistik.

2) Pasilog dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh
Wadanyonif.

g. Pajas

1) Pajas dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten,


merupakan staf khusus Danyonif yang bertanggung jawab menye-
lenggarakan kegiatan dibidang jasmani prajurit, dengan tugas kewajiban
sebagai berikut:

a) membantu Danyonif dalam menyelenggarakan kegiatan


kesegaran jasmani, ketangkasan, dan bela diri militer di Batalyon
Infanteri; dan

b) menyampaikan saran tentang kondisi dan keMampuan


jasmani prajurit di Yonif.

2) Pajas dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh
Wadanyonif.

h. Dokter
9

1) Dokter dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu khusus Danyonif yang bertanggung jawab
menye-lenggarakan kegiatan dibidang dukungan dan pelayanan kesehatan,
dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) membantu pelayanan kesehatan personel beserta keluarga di


lingkungan Yonif;
b) merencanakan tempat pos pertolongan Yonif;
c) memimpin, mengawasi kegiatan Poslongyon, dan membantu
Tonkesyon dalam perawatan orang luka dan evakuasi;
d) mengajukan kebutuhan bekal kesehatan kepada Komando
Atas; dan
e) menyampaikan saran tentang kondisi kesehatan prajurit dan
keluarga di lingkungan Yonif.

2) Dokter dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh
Wadanyonif.

i. Pabintal

1) Pabintal dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif yang bertanggung jawab menye-
lenggarakan kegiatan dibidang pembinaan mental prajurit, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:

a) membantu Danyonif dalam penyelenggaraan pelayanan


pembinaan mental terhadap anggota Yonif beserta keluarganya; dan
b) menyampaikan saran tentang kondisi mental dan rohani
prajurit beserta keluarga di lingkungan Yonif.

2) Pabintal dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif.

j. Dankima

1) Dankima dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan unsur pelayanan Yonif yang bertanggung jawab menye-
lenggarakan kegiatan dibidang kemarkasan, dengan tugas kewajiban
sebagai berikut:

a) memimpin kompi markas dalam memberikan pelayanan


kepada Yonif;
10

b) mengoordinasikan dan mengendalikan pelayanan terhadap


seluruh unsur Yonif untuk mendukung tercapainya tugas pokok
satuan;
c) menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan serta peningkatan
keMampuan teknis anggota kompinya;
d) memimpin kelompok pertama dalam pemindahan dan
pendirian instalasi posko Yonif, termasuk mengatur pengamanannya;
e) mengatur tempat serta menyelenggarakan Peraturan-
Peraturan Urusan Dalam (PUD) markas;
f) melaksanakan kegiatan dalam rangka pembinaan mental,
pemeliharaan moril dan kesejahteraan anggota beserta keluarganya;
g) memelihara dan meningkatkan kualitas materiil dan pangkalan
yang menjadi tanggung jawab Dankima; dan
h) menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas.

2) Dankima dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh empat


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, empat Komandan Seksi yang masing-
masing dijabat oleh seorang Bati Angkatan Darat berpangkat Pembantu
Letnan dan satu Komandan Regu yang dijabat oleh seorang Bintara
Angkatan Darat berpangkat Sersan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Pionir Munisi, disingkat Dantonpimu.


b) Komandan Peleton Kesehatan, disingkat Dantonkes.
c) Komandan Peleton Komunikasi, disingkat Dantonkom.
d) Komandan Peleton Angkutan, disingkat Dantonang.
e) Komandan Seksi Markas, disingkat Dansima.
f) Komandan Seksi Administrasi, disingkat Dansimin.
g) Komandan Seksi Perawatan, disingkat Dansiwat.
h) Komandan Seksi Intelpur, disingkat Dansiintelpur.
i) Komandan Regu Provos, disingkat Danruprov.

3) Dankima dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif.

k Dankipan

1) Dankipan dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan unsur pelaksana Yonif yang bertanggung jawab menye-
lenggarakan kegiatan dibidang operasi, dengan tugas kewajiban sebagai
berikut:

a) memimpin semua kegiatan yang diarahkan untuk pelaksanaan


tugas dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif;
11

b) menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan


keMampuan tempur anggota kompinya;
c) melaksanakan penegakan hukum, disiplin, dan tata tertib;
d) melaksanakan kegiatan dalam rangka pembinaan mental,
pemeliharaan moril, dan kesejahteraan anggota beserta keluarganya;
e) memimpin, mengendalikan, dan mengawasi kompi dalam
setiap melaksanakan tugas tempur dan tugas-tugas lainnya;
f) menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas; dan
g) menyampaikan saran dibidang pembinaan kompinya.

2) Dankipan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh empat


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Bantuan, disingkat Dantonban.


b) Komandan Peleton Senapan 1, disingkat Dantonpan 1.
c) Komandan Peleton Senapan 2, disingkat Dantonpan 2.
d) Komandan Peleton Senapan 3, disingkat Dantonpan 3.

3) Dankipan dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif.

l. Dankiban

1) Dankiban dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan unsur pelaksana Yonif yang bertanggung jawab menye-
lenggarakan kegiatan dibidang pemberian bantuan tembakan dalam
operasi, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) memimpin, mengendalikan, dan mengawasi dalam


memberikan bantuan tembakan kepada unsur manuver Yonif;
b) melaksanakan penegakan hukum, disiplin, dan tata tertib;
c) melaksanakan kegiatan dalam rangka pembinaan mental,
pemeliharaan moril, dan kesejahteraan anggota beserta keluarganya;
d) menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
keMampuan tempur anggotanya;
e) sebagai staf khusus Danyonif memberikan saran dalam
rencana bantuan tembakan (RBT);
f) menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas; dan
g) menyampaikan saran dibidang pembinaan kompinya.

2) Dankiban dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh empat


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, terdiri dari:
12

a) Komandan Peleton Senjata Mesin Sedang, disingkat Danton


SMS.
b) Komandan Peleton Senjata Lawan Tank, disingkat Danton
SLT.
c) Komandan Peleton Mortir Sedang, disingkat Dantonmorse.
d) Komandan Peleton Penembak Runduk, disingkat
Dantonbakduk.

3) Dankiban dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif.

9. Hubungan-Hubungan Danyonif dapat mengadakan hubungan langsung


dengan instansi, badan, dan lembaga di dalam maupun di luar Brigif/Korem dalam rangka
pelaksanaan tugasnya sesuai ketentuan dan kebijakan Danbrigif/Danrem.

10. Evaluasi.

a. Batalyon Infanteri merupakan Satuan tempur dasar TNI AD. Jelaskan


pengertian Batalyon Infanteri ?
b. Batalyon Infanteri adalah satuan tempur dasar Infateri. Jelaskan tugas
pokok Batalyon Infanteri ?
c. Semua Yonif mempunyai batas kemampuan yang sama. Jelaskan
kemampuan dan batas kemampuan Batalyon Infanteri ?

BAB IV
ORGANISASI YONIF DIPERKUAT

11. Umum. Batalyon Infanteri Diperkuat disingkat Yonif Diperkuat merupakan


kesatuan tempur dasar, dapat menjadi bagian organik Brigade Infanteri berkedudukan
langsung di bawah Komandan Brigade Infanteri atau berdiri sendiri berkedudukan
langsung di bawah Panglima Daerah Militer (Pangdam)/Komandan Resor Militer
(Danrem).

42.150.847 (1039)

YONIF
8.-.- (8) 5.35.125 (165) 5.19.122 (146) x 5 4.20.112 (136)

MAYON KIMA KIPAN KIBAN

12. Struktur Organisasi . (Tabel Organisasi dan Peralatan Orgas Yonif Diperkuat
ROI – 2003).
13

13. Tugas Pokok Yonif Diperkuat bertugas pokok melaksanakan pertempuran


jarak dekat di darat dalam rangka mendukung tugas pokok Brigif/Kodam/Korem.

14. Tugas-tugas Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif
Diperkuat menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut :

a. Tugas (melaksanakan Fungsi Utama).


1) Manuver. Menyelenggarakan segala usaha kegiatan dan pekerjaan
dalam rangka mencari dan mendekati guna menemukan kedudukan musuh
di darat dengan cara bergerak di berbagai bentuk medan dan cuaca.
2) Pertempuran Jarak Dekat. Menyelenggarakan segala usaha,
kegiatan dan pekerjaan dalam rangka menghancurkan musuh dengan cara
pertempuran jarak dekat secara perorangan maupun dalam hubungan
kesatuan.
3) Tembakan. Menyelenggarakan tembakan dengan persenjataan
yang dimiliki dalam rangka menghancurkan musuh serta menguasai atau
mempertahankan medan.

b. Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Militer). Meliputi segala usaha,


pekerjaan dan kegiatan di bidang intelijen, operasi, personel, logistik, teritorial,
perencanaan, pengawasan dan pemeriksaan dalam rangka mendukung tugas
pokok Yonif Diperkuat.

c. Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Pembinaan). Meliputi segala


usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang latihan dalam rangka mendukung tugas
pokok Yonif Diperkuat.

15. Susunan Organisasi Organisasi Yonif Diperkuat disusun dalam 4 (empat)


Eselon dan jabatan sebagai berikut :

a. Eselon Pimpinan.

1) Komandan Batalyon Infanteri Diperkuat, disingkat Danyonif


Diperkuat.
2) Wakil Komandan Batalyon Infanteri Diperkuat, disingkat Wadanyonif
Diperkuat.

b. Eselon Pembantu Pimpinan.

1) Perwira Seksi Intelijen, disingkat Pasiintel.


2) Perwira Seksi Operasi, disingkat Pasiops.
3) Perwira Seksi Personel, disingkat Pasipers.
4) Perwira Seksi Logistik, disingkat Pasilog.
5) Dokter Batalyon, disingkat Dokteryon.
6) Perwira Pembina Mental, disingkat Pabintal.
14

c. Eselon Pelayanan.

Komandan Kompi Markas, disingkat Dankima.

d. Eselon Pelaksana.

1) Komandan Kompi Senapan, disingkat Dankipan.


2) Komandan Kompi Bantuan, disingkat Dankiban.

16. Tugas dan tanggung jawab

a. Danyonif Diperkuat

1) Danyonif Diperkuat dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat


berpangkat Letnan Kolonel Inf, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Memimpin semua kegiatan yang diarahkan untuk pelaksanaan


tugas pokok Batalyon.
b) Memelihara dan mengawasi kelancaran pelaksanaan semua
kegiatan Batalyon.
c) Memupuk nilai tempur yang tinggi seluruh anggota Batalyon.
d) Memelihara, meningkatkan moril disiplin, tata tertib, kesiapan
pasukannya dan memperhatikan kesejahteraan serta kepentingan-
kepentingan lain tiap anggota keluarga yang berada di bawah
pimpinannya.
e) Menjalin/memelihara hubungan kerja yang baik/erat dengan
para Komandan dan Pa Staf kesatuan atasan, para Pa Staf Yonif,
para Komandan unsur-unsur bantuan dan tetangga termasuk aparat
teritorial dan pemerintahan daerah setempat.

2) Danyonif Diperkuat dalam melaksanakan tugas kewajibannya


bertanggung jawab kepada Pangdam/Danrem/Danbrigif.

b. Wadanyonif Diperkuat

1) Wadanyonif Diperkuat dijabat oleh seorang Pamen Angkatan darat


berpangkat Mayor Inf, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Bertindak sebagai Kepala Staf, mengkoordinasikan pekerjaan


dan kerjasama staf.
b) Mengatur kegiatan pengawasan yang dilaksanakan staf.
c) Mengikuti perkembangan situasi yang terakhir dan selalu
menyiapkan rencana pekerjaan/tugas yang akan datang.
15

d) Harus selalu mengetahui rencana-rencana/kebijakan Danyonif


sehingga bila Danyonif berhalangan telah mengetahuinya.
e) Bertindak sebagai Danyonif Diperkuat apabila Danyonif
Diperkuat tidak Ada di tempat/berhalangan dan melaksanakan
kegiatan sesuai dengan rencana/kebijakan yang telah digariskan oleh
Danyonif Diperkuat.

2) Wadanyonif Diperkuat dalam melaksanakan tugas kewajibannya


bertanggung jawab kepada Danyonif Diperkuat.

` c. Pasiintel

1) Pasiintel dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Inf, merupakan pembantu Danyonif Diperkuat yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang penyelidikan, pengamanan dan
penggalangan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan fungsi intelijen terutama yang menyangkut


keterangan tentang cuaca, medan dan musuh serta kondisi sosial
daerah pertempuran.
b) Mengkoordinasikan masalah intelijen dengan sesama staf,
komandan bawahan serta unsur intelijen kesatuan atas dan kesatuan
tetangga.
c) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan.
d) Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan teritorial secara
terbatas.

2) Pasiintel dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Diperkuat, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Diperkuat.

d. Pasiops

1) Pasiops dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Inf, merupakan pembantu Danyonif Diperkuat yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang perencanaan dan operasi
militer serta pembinaan dan pemeliharaan kemampuan serta mutu tempur,
kesiapan dan latihan kesatuan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan fungsi operasi.


b) Menyelenggarakan pembinaan latihan bagi anggota dan
kesatuannya dengan membuat/mengajukan rencana latihan
pemeliharaan dan peningkatan kemampuan serta kesiapan tempur
kesatuan.
16

c) Memelihara organisasi kesatuan agar selalu siap sesuai


dengan keadaan dan kondisi yang akan dihadapi.

2) Pasiops dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Diperkuat, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Diperkuat.

e. Pasipers

1) Pasipers dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Inf, merupakan pembantu Danyonif Diperkuat yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang pembinaan personel, dengan
tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan fungsi administrasi di bidang personel.


b) Menyelenggarakan pembinaan personel dan administrasi
kesatuan.
c) Memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan dan moril.
d) Menyelenggarakan tugas lain yang tidak termasuk
penyelenggaraan tugas staf lainnya, antara lain kegiatan protokoler,
pembinaan Koperasi dan Persit.

2) Pasipers dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Diperkuat, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Diperkuat.

f. Pasilog

1) Pasilog dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Inf, merupakan pembantu Danyonif Diperkuat yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang pembinaan logistik, dengan
tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan fungsi Administrasi di bidang logistik.


b) Menyelenggarakan perencanaan dan pelaksanaan perawatan
dan pemeliharaan materiil, evakuasi, perawatan kesehatan serta
pengangkutan dalam kesatuan. Untuk itu harus mengetahui dan
mengikuti perkembangan keadaan taktis kesatuannya.

2) Pasilog dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Diperkuat, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif.

g. Dokteryon
17

1) Dokteryon dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Ckm berkualifikasi Dokter, merupakan staf khusus Danyonif
Diperkuat yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang
perawatan kesehatan kesatuan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Sebagai Perwira Staf khusus Danyonif Diperkuat, membantu


Danyonif Diperkuat dalam perencanaan dan penyelenggaraan
kesehatan kesatuan dengan membuat perkiraan kesehatan dan
saran medis, termasuk rencana pendidikan dan latihan di bidang
kesehatan.

b) Memberikan keterangan tentang keadaan kesehatan dalam


daerah Batalyon dan menyarankan tempat Pos Pertolongan Batalyon
(Poslongyon).
c) Mengawasi kegiatan dalam Poslongyon, serta membantu
perawatan orang luka.
d) Mengajukan permintaan bekal kesehatan ke Perwira
Kesehatan (Pakes) atasannya.

2) Dokteryon dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Diperkuat, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Diperkuat.

h. Pabintal

1) Pabintal dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Inf, merupakan staf khusus Danyonif Diperkuat yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang pembinaan mental dan rohani
kesatuan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan pengurusan masalah yang menyangkut


pembinaan mental dan rohani di lingkungan Yonif Diperkuat.
b) Mengadakan penelaahan, penganalisaan, penelitian dan
pengembangan atas hasil pelaksanaan Bintal.
c) Memberikan supervisi Staf dalam kegiatan-kegiatan Bintal.

2) Pabintal dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Diperkuat, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Diperkuat.
i. Dankima

1) Dankima dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Inf, merupakan unsur pelayanan Yonif Diperkuat yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang pelayanan kesatuan, dengan
tugas kewajiban sebagai berikut :
18

a) Selaku Komandan Kompi.

(1) Memimpin Kompi Markas yang meliputi unsur-unsur


pelayanan Batalyon.

(2) Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelayanan


terhadap seluruh unsur Batalyon untuk mendukung
tercapainya tugas pokok.
(3) Memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan dan moril
Kompi.

b) Selaku Perwira Staf Khusus Danyonif Diperkuat.

(1) Memimpin kelompok pertama dalam mendirikan serta


memindahkan instalasi Pos Komando Batalyon, termasuk
mengatur pengamanannya.
(2) Mengatur tempat serta menyelenggarakan peraturan-
peraturan urusan dalam markas.

2) Dankima dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Diperkuat, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Diperkuat.

j. Dankipan

1) Dankipan dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Inf, yang merupakan unsur pelaksana Yonif Diperkuat yang
bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang operasi, dengan
tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Memimpin Kompi Senapan dalam setiap pelaksanaan tugas.


b) Merencanakan dan memimpin pelaksanaan pertempuran dan
hadir pada saat yang menentukan untuk mempengaruhi jalannya
pertempuran Kompi.
c) Memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan dan moril Kompi.
d) Meningkatkan dan memelihara mutu tempur Kompi.
e) Dengan sarana yang dimiliki, merencanakan serta
mengadakan hubungan koordinasi dengan kesatuan tetangga,
termasuk mengadakan pengintaian sendiri.
f) Menyelenggarakan kegiatan Administrasi secara terbatas.

2) Dankipan dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Diperkuat dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Diperkuat.

k. Dankiban
19

1) Dankiban dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Inf, yang merupakan unsur pelaksana Yonif Diperkuat yang
bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang pemberian
bantuan tembakan dalam operasi tempur kepada unsur-unsur Batalyon,
dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Memimpin Kompi Bantuan dalam setiap pelaksanaan tugas.


b) Mengatur penugasan Peleton-Peletonnya sesuai tugas pokok
dari Kesatuan Atasan.
c) Memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan dan moril Kompi.
d) Meningkatkan dan memelihara mutu tempur kompi.
e) Sebagai Perwira Staf Khusus Danyon dalam
menyelenggarakan bantuan tembakan dengan senjata bantuan
organik. Bila Batalyon mendapat bantuan Armed, maka Dankiban
menjadi anggota Koordinasi Bantuan Tembakan (Korbantem).

2) Dankiban Yonif Diperkuat dalam melaksanakan tugas kewajibannya


bertanggung jawab kepada Danyonif Diperkuat dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari dikoordinasikan oleh Wadanyonif.

17. Hubungan-hubungan Danyonif Diperkuat dapat mengadakan hubungan


langsung dengan Instansi, Badan dan Lembaga di dalam dan di luar lingkungan Yonif
Diperkuat untuk kepentingan tugasnya, sesuai ketentuan dan kebijakan
Danbrigif/Pangdam/Danrem.

18. Evaluasi

a. Jelaskan tugas Pasiops !


b. Jelaskan tugas Pasiintel !
c. Jelaskan tugas Dankipan !

BAB V
ORGANISASI YONIF RAIDERS.

19. Umum.

a. Batalyon Infanteri Raiders disingkat Yonif Raiders merupakan satuan tempur


dasar khusus TNI AD berkedudukan langsung di bawah Komandan Brigade
Infanteri ( Danbrigif ) atau berdiri sendiri berkedudukan langsung di bawah
Panglima Komando Daerah Militer ( Pangdam ). terdiri dari 3 (tiga) Kompi
Senapan, 1 (satu) Kompi Bantuan dan 1 (satu) Kompi Markas.

b. Batalyon Infanteri Raiders, disingkat Yonif Raiders merupakan satuan


tempur dasar khusus, dapat menjadi bagian organik dari Brigade Infanteri
20

berkedudukan langsung di bawah Komandan Brigade Infanteri (Danbrigif), atau


berdiri sendiri berkedudukan langsung di bawah Panglima Komando Daerah Militer
(Pangdam).

20. Struktur Organisasi. (Sesuai Tabel Organisasi dan Peralatan Orgas Yonif
Raiders ROI – 95)

32.112.603 (747)
YONIF

8.-.- (8) 5.35.125 (165) 5.12.122 (146) x 3 4.20.112 (136)

MAYON KIMA KIPAN KIBAN

21. Tugas Pokok. Yonif Raiders bertugas pokok melaksanakan pertempuran di


darat dan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh Komando Atas.

22. Tugas-tugas. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif
Raiders menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut :

a. Tugas (Melaksanakan Fungsi Utama)

1) Intelijen. Meliputi segala usaha, pekerjaan, kegiatan penyelidikan


dan pengamanan serta penyebaran bahan intelijen kepada satuan yang
membutuhkan, untuk memungkinkan perencanaan dan pengambilan
keputusan suatu tindakan yang diperhitungkan.
2) Operasi. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan penggunaan taktik dan teknik Infanteri serta
peningkatan dan pemeliharaan mutu/kemampuan tempur
perorangan/satuan.
3) Administrasi. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di
bidang personel yang mencakup pemeliharaan kekuatan, pemeliharaan
moril dan kesejahteraan, penegakan hukum disiplin dan tata tertib, serta di
bidang materiil yang mencakup penyediaan fasilitas pembekalan, pemberian
jasa bagi perorangan/satuan, perawatan/pemeliharaan personel dan alat
peralatan yang dipertanggung jawabkan.
4) Teritorial. Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
perencanaan, penyusunan dan pengendalian terhadap penggunaan
komponen cadangan dan komponen pendukung yang diperbantukan di
satuannya untuk mendukung pelaksanaan tugas Yonif Raiders ROI 95.

b. Tugas (Melaksanakan Fungsi Organik Militer). Meliputi segala usaha,


pekerjaan dan kegiatan di bidang pengamanan, operasi, personel, logistik,
perencanaan, pengawasan dan pengendalian serta Binter terbatas dalam rangka
mendukung tugas pokok Yonif Raiders ROI 95.
21

c. Tugas (Melaksanakan Fungsi Organik Pembinaan). Meliputi segala


usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang latihan dalam rangka mendukung tugas
pokok Yonif Raiders ROI 95.

23. Susunan Organisasi. Organisasi Yonif Raiders disusun berdasarkan 4


(empat) eselon sebagai berikut :

a. Eselon Pimpinan.

1) Komandan Batalyon Infanteri Raiders, disingkat Danyonif Raiders.


2) Wakil Komandan Batalyon Infanteri Raiders disingkat Wadanyonif
Raiders.

b. Eselon Pembantu Pimpinan.

1) Perwira Seksi Intelijen, disingkat Pasiintel.


2) Perwira Seksi Operasi, disingkat Pasiops.
3) Perwira Seksi Personel, disingkat Pasipers.
4) Perwira Seksi Logistik, disingkat Pasilog.
5) Dokter Batalyon, disingkat Dokteryon.
6) Perwira Pembina Mental, disingkat Pabintal.

c. Eselon Pelayanan.

Komandan Kompi Markas, disingkat Dankima.

d. Eselon Pelaksana.

1) Komandan Kompi Senapan, disingkat Dankipan.


2) Komandan Kompi Bantuan, disingkat Dankiban.

24. Tugas dan tanggung jawab


a. Danyonif Raiders

1) Danyonif Raiders dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat


berpangkat Letnan Kolonel Corps Infanteri berkualifikasi Raider/Komando,
dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Memimpin semua kegiatan yang diarahkan untuk pelaksanaan


tugas Batalyon.
b) Memelihara dan mengawasi kelancaran pelaksanaan semua
kegiatan Batalyon.
c) Memupuk nilai tempur yang tinggi seluruh anggota Batalyon.
d) Memelihara, meningkatkan moril dan kesiapan pasukannya
serta memperhatikan kesejahteraan dan kepentingan-kepentingan
lain dari tiap anggota dan keluarga di bawah pimpinannya.
22

e) Menjalin/memelihara hubungan kerja yang baik/erat dengan


para Komandan dan Pastaf Satuan Atasan, para Pastaf Yonif, para
Komandan Unsur-unsur Bantuan dan Tetangga, termasuk aparat
Teritorial dan Pemerintahan Daerah setempat.

2) Danyonif Raiders dalam melaksanakan tugas kewajibannya


bertanggung jawab kepada Pangdam/Danbrigif.

b. Wadanyonif Raiders

1) Wadanyonif Raiders dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat


berpangkat Mayor Corps Infanteri berkualifikasi Raider/Komando,
merupakan pembantu utama Danyonif Raiders, dengan tugas kewajiban
sebagai berikut :

a) Bertindak sebagai Koordinator Staf, mengkoordinasikan


pekerjaan dan kerjasama staf.
b) Mengatur kegiatan pengawasan yang dilaksanakan staf.
c) Mengikuti perkembangan situasi yang terakhir dan selalu
menyiapkan rencana pekerjaan / tugas yang akan datang.
d) Harus selalu mengetahui rencana-rencana / kebijakan
Danyonif Raiders, sehingga apabila Danyonif Raiders berhalangan,
telah mengetahui rencana-rencana / kebijakannya.
e) Bertindak sebagai Danyonif Raiders apabila Danyonif Raiders
tidak ada di tempat / berhalangan, dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan rencana/kebijakan yang telah digariskan oleh
Danyonif Raiders.

2) Wadanyonif Raiders dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raiders.

c. Pasiintel.

1) Pasiintel dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten


Corps Infanteri berkualifikasi Raider/Komando, merupakan pembantu Danyonif
Raiders dalam menyelenggarakan tugas-tugas penyelidikan dan pengamanan
dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan tugas intelijen terutama yang menyangkut


keterangan tentang cuaca, medan dan musuh serta kondisi sosial daerah
pertempuran.
b) Mengkoordinasikan masalah intelijen dengan sesama staf, komandan
bawahan serta unsur intelijen satuan atas dan satuan tetangga.
c) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan penyelidikan
dan pengamanan.
23

2) Pasiintel dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Raiders, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raiders.

d. Pasiops

1) Pasiops dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten


Corps Infanteri berkualifikasi Raider/Komando, merupakan pembantu Danyonif
Raiders dalam menyelenggarakan tugas-tugas perencanaan dan operasi
militer serta pembinaan dan pemeliharaan kemampuan serta mutu tempur,
kesiapan dan latihan satuan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan tugas-tugas operasi.


b) Menyelenggarakan pembinaan latihan bagi anggota dan satuannya
dengan membuat/mengajukan rencana latihan, pemeliharaan dan
peningkatan kemampuan serta kesiapan tempur satuan.
c) Memelihara organisasi satuan agar selalu siap sesuai dengan
keadaan dan kondisi yang akan dihadapi.
d) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, penyusunan dan pengendalian penggunaan komponen
cadangan dan komponen pendukung yang diperbantukan di satuannya.
e) Mengkoordinir kegiatan teritorial secara terbatas.

2) Pasiops dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Raiders, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raiders.
e. Pasipers

1) Pasipers dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Corps Infanteri berkualifikasi Raider/Komando, merupakan
pembantu Danyonif Raiders dalam menyelenggarakan tugas-tugas
pembinaan personel, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan tugas-tugas administrasi di bidang


personel dan pendidikan.
b) Menyelenggarakan pembinaan personel dan administrasi
satuan.
c) Memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan dan moril.
d) Menyelenggarakan tugas lain yang tidak termasuk
penyelenggaraan tugas staf lainnya, antara lain kegiatan protokoler,
pembinaan Koperasi dan Persit.

2) Pasipers dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raiders, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raiders.
24

f. Pasilog

1) Pasilog dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Corps Infanteri berkualifikasi Raider/Komando, merupakan
pembantu Danyonif Raiders dalam menyelenggarakan tugas-tugas
pembinaan logistik, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Menyelenggarakan fungsi administrasi di bidang logistik.


b) Menyelenggarakan perencanaan dan pelaksanaan perawatan
dan pemeliharaan materiil, evakuasi, perawatan kesehatan serta
pengangkutan dalam satuan. Untuk itu harus mengetahui dan
mengikuti perkembangan keadaan taktis satuannya.

2) Pasilog dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Raiders, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raiders.

g. Dokteryon

1) Dokteryon dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten CKM, merupakan staf khusus Danyonif Raiders dalam
menyelenggarakan perawatan kesehatan satuan, dengan tugas kewajiban
sebagai berikut :

a) Sebagai Perwira Staf Khusus, membantu Danyonif Raiders


dalam pe-rencanaan dan penyelenggaraan kesehatan satuan dengan
membuat perkiraan kesehatan dan saran medis, termasuk rencana
pendidikan dan latihan di bidang kesehatan.
b) Memberikan keterangan tentang keadaan kesehatan dalam
daerah Batalyon dan menyarankan tempat Pos Pertolongan Batalyon
(Poslongyon).
c) Mengawasi kegiatan dalam Poslongyon, serta membantu
perawatan orang luka.
d) Mengajukan permintaan bekal kesehatan kepada Perwira
Kesehatan (Pakes) atasannya.

2) Dokteryon dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raiders, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raiders.

h. Pabintal

1) Pabintal dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Corps Infanteri, merupakan staf khusus Danyonif Raiders, dengan
tugas kewajiban sebagai berikut :
25

a) Menyelenggarakan pembinaan mental di lingkungan Batalyon.


b) Mengadakan penelaahan, penganalisaan, penelitian dan
pengembangan atas hasil pelaksanaan Bintal.
c) Memberikan supervisi Staf dalam kegiatan-kegiatan Bintal.

2) Pabintal dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raiders, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raiders.

i. Dankima

1) Dankima dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Corps Infanteri berkualifikasi Raider/Komando, merupakan unsur
pelayanan Yonif Raiders dalam menyelenggarakan tugas-tugas pelayanan
satuan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :

a) Selaku Komandan Kompi.

(1) Memimpin Kima yang meliputi unsur-unsur pelayanan


Batalyon.

(2) Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelayanan


terhadap seluruh unsur Batalyon untuk mendukung
tercapainya tugas Batalyon.
(3) Memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan dan moril
Kompi.

b) Selaku Perwira Staf Khusus Danyonif Raiders.

(1) Memimpin kelompok pertama dalam mendirikan serta


memindahkan instalasi Pos Komando Batalyon, termasuk
mengatur pengamanannya.
(2) Mengatur tempat serta menyelenggarakan peraturan-
peraturan urusan dalam markas.

2) Dankima dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raiders, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raiders.

j. Dankipan

1) Dankipan dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Corps Infanteri berkualifikasi Raider/Komando, merupakan
pembantu Danyonif Raiders dalam memimpin penyelenggaraan tugas-tugas
operasi, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :
26

a) Memimpin Kipan dalam setiap pelaksanaan tugas.


b) Merencanakan dan memimpin pelaksanaan pertempuran dan
hadir pada saat yang menentukan untuk mempengaruhi jalannya
pertempuran Kompi.
c) Kipan sebagai unsur manuver Batalyon bertugas
melaksanakan pertempuran jarak dekat di berbagai kondisi medan
dan cuaca dengan gerakan dan tembakan.
d) Memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan dan moril Kompi.
e) Meningkatkan dan memelihara mutu tempur Kompi.
f) Dengan sarana yang dimiliki, merencanakan/mengadakan
koordinasi dengan satuan tetangga dan mengadakan pengintaian
sendiri.
g) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas.

2) Dankipan dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raiders, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raiders.

k. Dankiban

1) Dankiban dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten Corps Infanteri berkualifikasi Raider/Komando, merupakan unsur
pelaksana Yonif Raiders dalam memimpin penyelenggaraan pemberian
bantuan tembakan kepada unsur-unsur Batalyon, dengan tugas kewajiban
sebagai berikut :

a) Memimpin Kiban dalam setiap pelaksanaan tugas.


b) Mengatur penugasan Peleton-peletonnya sesuai tugas pokok
dari Satuan Atasan.
c) Kiban sebagai unsur bantuan tembakan Batalyon bertugas
memenuhi bantuan tembakan kepada Batalyon dalam tugas
pertempuran.
d) Memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan dan moril Kompi.
e) Meningkatkan dan memelihara mutu tempur kompi.
f) Sebagai Perwira Staf Khusus, membantu Danyonif Raiders
dalam menyelenggarakan bantuan tembakan dengan senjata
bantuan organik. Bila Batalyon mendapat bantuan Armed, maka
Dankiban menjadi anggota Koordinasi Bantuan Tembakan
(Korbantem).

2) Dankiban dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raiders dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raiders.

25. Evaluasi
27

a. Jelaskan tugas Wadanyon !


b. Jelaskan tugas Dankiban !
c. Jelaskan tugas Pasiops !

BAB VI
ORGANISAI YONIF RAIDER KHUSUS

26. Umum. Batalyon Infanteri Raider Khusus, disingkat Yonif Raider Khusus
adalah eselon pelaksana di tingkat Brigif/Kodam yang berkedudukan langsung di bawah
Danbrigif/Pangdam.

27. Tugas Pokok Yonif Raider Khusus bertugas pokok mencari, mendekati,
menemukan, dan menghancurkan musuh serta merebut, menguasai, dan
mempertahankan medan di wilayah darat dengan operasi mobud dan raid dalam rangka
mendukung tugas pokok Brigif/Kodam.

28. Tugas-tugas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif


Raider Khusus menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut:

a. Tugas (melaksanakan Fungsi Utama).

1) Manuver. Melaksanakan gerakan di berbagai bentuk dan macam


medan guna mendapatkan keuntungan dari ruang dan posisi/ kedudukan
bagi pasukan sendiri dalam menghadapi atau menghancurkan musuh.
2) Tembakan. Melaksanakan tembakan sistem senjata baik lintas datar
maupun lintas lengkung untuk menimbulkan efek mematikan/melumpuhkan
dan menghancurkan kekuatan musuh.
3) Pertempuran Jarak Dekat. Melaksanakan penghancuran atau
menawan musuh dengan segala kemampuan senjata, perlengkapan, dan
perkelahian jarak dekat.

b. Tugas (melaksanakan Fungsi Organik TNI AD). Menyelenggarakan kegiatan


dibidang intelijen, operasi, Sumber Daya Manusia (SDM), Logistik, dan Teritorial
dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Raider Khusus.

1) Intelijen. Menyelenggarakan kegiatan dibidang penyelidikan dan


pengamanan dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Raider Khusus.
2) Operasi. Menyelenggarakan kegiatan dibidang perencanaan,
operasi, latihan, dan kesiapan satuan dalam rangka mendukung tugas
pokok Yonif Raider Khusus.
3) Sumber Daya Manusia (SDM). Menyelenggarakan kegiatan dibidang
pendidikan, penggunaan, dan perawatan personel dalam rangka
mendukung tugas pokok Yonif Raider Khusus.
28

4) Logistik. Menyelenggarakan kegiatan dibidang pemeliharaan,


angkutan, administrasi logistik, dan Simak BMN dalam rangka mendukung
tugas pokok Yonif Raider Khusus.
5) Teritorial. Menyelenggarakan kegiatan dibidang Teritorial satuan
non Kowil dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Raider Khusus.

29. Kemampuan dan Batas Kemampuan

a. Kemampuan.

1) mampu mencari dan mendekati musuh untuk menghancurkan


kemampuan dan kekuatan bertempur musuh dengan daya gerak dan daya
tembak yang dimilikinya;
2) mampu menangkis serangan musuh dengan pertempuran jarak
dekat, perkelahian, dan serangan balas;
3) mampu merebut, menguasai, dan mempertahankan medan;
4) mampu melaksanakan operasi berdiri sendiri dalam ruang dan waktu
tertentu;
5) mampu memberikan bantuan tembakan secara terbatas kepada
satuan-satuan lain (antara lain satuan samping);
6) mampu melakukan patroli pengintaian jarak jauh; dan
7) melakukan berbagai operasi taktis di segala bentuk medan yaitu:

a) Operasi Serangan;
b) Operasi Pertahanan;
c) Operasi Pemindahan ke Belakang;
d) Operasi Pengintaian;
e) Operasi Mobil Udara;
f) Operasi Gerilya;
g) Operasi Lawan Insurjensi; dan
h) Operasi Dalam Kondisi Khusus.

8) mampu melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Komando


atas yaitu:

a) Melaksanakan operasi militer dalam rangka mengatasi


gerakan separatis bersenjata;
b) Melaksanakan operasi militer dalam rangka mengatasi
pemberontakan bersenjata;
c) Melaksanakan operasi militer dalam rangka mengatasi aksi
terorisme;
d) Mengamankan wilayah perbatasan;
e) Mengamankan obyek vital nasional yang bersifat strategis;
f) Ikut serta melaksanakan operasi perdamaian dunia;
g) Membantu mengamankan Presiden dan Wakil Presiden
beserta keluarganya;
29

h) Membantu tugas pemerintahan di daerah;


i) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam
rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur
dalam undang-undang;
j) Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala
negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di
Indonesia;
k) Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian,
dan pemberian bantuan kemanusiaan; dan
l) Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan.

9) Mampu melaksanakan operasi khusus berupa raid pembebasan


tawanan dan raid penghancuran.

b. Batas Kemampuan.

1) terbatas daya tembak terhadap sasaran udara;


2) terbatas dalam sarana angkut darat dan helikopter dalam
pemindahan pasukan; dan
3) terbatas dalam menghadapi senjata kimia, biologi, radiologi, nuklir,
dan bahan peledak musuh.

30. Susunan Organisasi Organisasi Yonif Raider Khusus disusun berdasarkan


eselon dan jabatan, sebagai berikut:

a. Eselon Pimpinan.

1) Komandan Batalyon Infanteri Raider Khusus, disingkat Danyonif


Raider Khusus.
2) Wakil Komandan Batalyon Infanteri Raider Khusus, disingkat Wadan
Yonif Raider Khusus.

b. Eselon Pembantu Pimpinan.

1) Perwira Seksi Intelijen, disingkat Pasiintel.


2) Perwira Seksi Operasi, disingkat Pasiops.
3) Perwira Seksi Personel, disingkat Pasipers.
4) Perwira Seksi Logistik, disingkat Pasilog.
5) Perwira Jasmani, disingkat Pajas.
6) Dokter Batalyon, disingkat Dokter Yon.
7) Perwira Pembina Mental, disingkat Pabintal.

c. Eselon Pelayanan. Komandan Kompi Markas, disingkat Dankima.

d. Eselon Pelaksana.
30

1) Komandan Kompi Senapan, disingkat Dankipan.


2) Komandan Kompi Bantuan, disingkat Dankiban.
3) Komandan Kompi Khusus, disingkat Dankisus.

31. Tugas dan tanggung jawab

a. Danyonif Raider Khusus

1) Danyonif Raider Khusus dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat


berpangkat Letnan Kolonel berkualifikasi Raider/Komando, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi semua kegiatan


yang diarahkan untuk melaksanakan tugas pokok Yonif Raider
Khusus;
b) Meningkatkan dan memelihara nilai tempur dan kesiapan
pasukannya;
c) Meningkatkan, memelihara moril, dan memperhatikan
kesejahteraan serta kepentingan-kepentingan tiap anggota beserta
keluarganya;
d) Memelihara hubungan baik dengan para komandan satuan
tetangga termasuk aparat teritorial serta pemerintah daerah
setempat; dan
e) Memelihara sejarah satuan dan tradisi korps Yonif Raider
Khusus.

2) Danyonif Raider Khusus dalam melaksanakan tugas kewajibannya


bertanggung jawab kepada Danbrigif/Pangdam dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari dikoordinasikan oleh Kasbrigif/Kasdam.

b. Wadanyonif Raider Khusus

1) Wadanyonif Raider Khusus dijabat oleh seorang Pamen Angkatan


Darat berpangkat Mayor berkualifikasi Raider/Komando, merupakan
pembantu dan penasehat utama Danyonif Raider Khusus, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:

a) Bertindak sebagai koordinator staf, mengoordinasikan


pekerjaan dan kerja sama staf;
b) Mengatur kegiatan pengawasan yang dilaksanakan staf;
c) Mengikuti perkembangan situasi yang terakhir dan selalu
menyiapkan rencana pekerjaan atau tugas yang akan datang;
d) Memonitor rencana kebijaksanaan Danyonif Raider Khusus,
sehingga apabila Danyonif Raider Khusus berhalangan, telah
mengetahui rencana dan kebijaksanaannya; dan
31

e) Mewakili Danyonif Raider Khusus apabila berhalangan dalam


menjalankan tugas pokok.

2) Wadanyonif Raider Khusus dalam melaksanakan tugas kewajibannya


bertanggung jawab kepada Danyonif Raider Khusus.

c. Pasiintel

1) Pasiintel dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Raider/Komando, merupakan pembantu Danyonif
Raider Khusus yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
dibidang intelijen, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Menyelenggarakan fungsi intelijen terutama yang menyangkut


keterangan tentang cuaca, medan dan musuh, serta kondisi sosial
daerah pertempuran;
b) Mengoordinasikan masalah intelijen terkait permasalahan
dalam rangka kepentingan operasi dan kepentingan pembinaan
satuan dengan sesama staf, komandan bawahan, serta unsur
intelijen satuan atas dan satuan tetangga;
c) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
penye-lidikan dan pengamanan dalam rangka kepentingan operasi
dan kepentingan pembinaan satuan; dan
d) Merencanakan, menyiapkan, serta mengoordinasikan kegiatan
binter satuan non Kowil di wilayahnya.

2) Pasiintel dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.

d. Pasiops

1) Pasiops dijabat seorang Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten


berkualifikasi Raider/Komando, merupakan pembantu Danyonif Raider
Khusus yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang
perencanaan, operasi, pembinaan dan pemeliharaan kemampuan serta
mutu tempur, kesiapan dan latihan satuan, dengan tugas kewajiban sebagai
berikut:

a) Menyelenggarakan fungsi operasi yang berhubungan dengan


organisasi, operasi, dan latihan;
b) Menyelenggarakan pembinaan latihan bagi anggota dan
satuannya dengan membuat dan mengajukan rencana latihan,
pemeliharaan, dan peningkatan kemampuan serta kesiapan tempur
satuan;
32

c) Memelihara organisasi satuan agar selalu siap sesuai dengan


keadaan dan kondisi yang akan dihadapi; dan
d) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, penyusunan, dan pengendalian yang diperbantukan di
satuannya.

2) Pasiops dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.
e. Pasipers

1) Pasipers dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Raider/Komando, merupakan pembantu Danyonif yang
bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang pembinaan
personel, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Menyelenggarakan fungsi administrasi yang berhubungan


dengan pemeliharaan kekuatan, pembinaan karier, pemeliharaan
hukum, disiplin dan tata tertib, serta pembinaan markas;
b) Menyelenggarakan tugas lain yang tidak termasuk
penyelenggaraan tugas staf lainnya, antara lain kegiatan protokoler,
pembinaan koperasi, dan Persit;
c) Menyelenggarakan pembinaan personel dan administrasi
satuan; dan
d) Memelihara sejarah satuan dan tradisi korps Yonif Raider
Khusus.

2) Pasipers dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.

f. Pasilog

1) Pasilog dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Raider/Komando, merupakan pembantu Danyonif
Raider Khusus yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
dibidang fungsi pembinaan logistik, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Menyelenggarakan fungsi administrasi dibidang logistik yang


berhubungan dengan pemeliharaan dan perawatan materiil kesatuan,
pelayanan, dan angkutan;

b) Merencanakan, mengoordinasikan, dan mengawasi


pelaksanaan kegiatan evakuasi, perawatan kesehatan, pengangkutan
dalam satuan, serta pemeliharaan materiil;
33

c) Merencanakan, mengoordinasikan, dan mengawasi


penerimaan serta pendistribusian bekal dan perawatan serta
evakuasi tempur; dan
d) Menyusun laporan Simak BMN di satuan.

2) Pasilog dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.

g. Pajas

1) Pajas dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten


berkualifikasi Raider/Komando, merupakan pembantu Danyonif Raider
Khusus yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang
pembinaan jasmani militer, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) menyelenggarakan kegiatan pembinaan jasmani militer di


jajaran Yonif Raider Khusus;
b) merencanakan dan mengawasi pelaksanaan tes kesegaran
jasmani militer di jajaran Yonif Raider Khusus;
c) menghimpun dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
pembinaan jasmani di jajaran Yonif Raider Khusus;
d) merencanakan pembinaan olahraga umum di jajaran Yonif
Raider Khusus; dan
e) mengevaluasi penyelenggaraan pembinaan jasmani di jajaran
Yonif Raider Khusus.

2) Pajas dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.

h. Dokter Yon

1) Dokteryon dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif Raider Khusus yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang perawatan kesehatan satuan,
dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) membantu pemeliharaan kesehatan Batalyon Raider Khusus;


b) memberikan saran bidang kesehatan;
c) mengoordinasikan dengan Pasiops tentang penempatan Pos
Pertolongan Batalyon (Poslongyon);
d) memimpin, mengawasi kegiatan Poslongyon dan membantu
Ton Kesyon dalam perawatan orang luka dan evakuasi; dan
34

e) mengajukan permintaan bekal kesehatan kepada komando


atasannya.

2) Dokteryon dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.

i. Pabintal

1) Pabintal dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif Raider Khusus yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang pembinaan mental satuan,
dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) membantu Danyonif Raider Khusus dalam perencanaan dan


penyelenggaraan pelayanan pembinaan mental terhadap anggota
Yonif Raider Khusus beserta keluarganya; dan
b) memberikan saran tentang kondisi mental dan rohani prajurit di
daerah operasi maupun di markas kepada Danyonif Raider Khusus.

2) Pabintal dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.

j. Dankima

1) Dankima dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Raider/Komando, merupakan unsur pelayanan Yonif
Raider Khusus yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
dibidang kemarkasan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Selaku Komandan Kompi.

(1) Memimpin Kompi Markas dalam memberikan pelayanan


kepada Yonif Raider Khusus;
(2) Mengoordinasikan dan mengendalikan pelayanan
terhadap seluruh unsur Yonif Raider Khusus untuk mendukung
tercapainya tugas pokok;
(3) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan
peningkatan kemampuan teknis anggota kompinya; dan
(4) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara
terbatas.

b) Selaku Perwira Staf Khusus Danyonif Raider Khusus.


35

(1) Memimpin kelompok pertama dalam memindahkan dan


mendirikan instalasi Pos Komando Batalyon (Poskoyon),
termasuk mengatur pengamanannya; dan
(2) Mengatur tempat serta menyelenggarakan Peraturan-
peraturan Urusan Dalam (PUD Markas).

2) Dankima dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh empat


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, empat Komandan Seksi yang masing-
masing dijabat oleh seorang Bintara Tinggi Angkatan Darat berpangkat
Pembantu Letnan dan satu Komandan Regu yang dijabat oleh seorang
Bintara Angkatan Darat berpangkat Sersan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Pionir & Munisi, disingkat Dantonpimu.


b) Komandan Peleton Kesehatan, disingkat Dantonkes.
c) Komandan Peleton Komunikasi, disingkat Dantonkom.
d) Komandan Peleton Angkutan, disingkat Dantonang.
e) Komandan Seksi Markas, disingkat Dansima.
f) Komandan Seksi Administrasi, disingkat Dansimin.
g) Komandan Seksi Perawatan, disingkat Dansiwat.
h) Komandan Seksi Intelijen dan Pertempuran, disingkat Dansi
Intelpur.
i) Komandan Regu Provos, disingkat Danruprov.

3) Dankima dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.

k. Dankipan

1) Dankipan dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Raider/Komando, merupakan unsur pelaksana Yonif
Raider Khusus, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin semua kegiatan yang diarahkan untuk pelaksanaan


tugas dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Raider Khusus;
b) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan tempur anggota kompinya;
c) Membangun, meningkatkan, dan memelihara disiplin, tata
tertib, kesejahteraan, dan moril anggota kompinya;
d) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi kompi dalam
setiap melaksanakan tugas tempur dan tugas-tugas lainnya;
e) Menyelenggarakan fungsi administrasi secara terbatas; dan
f) Merencanakan/mengadakan koordinasi dengan satuan
tetangga dan mengadakan pengintaian sendiri dengan menggunakan
sarana yang dimiliki.
36

2) Dankipan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh empat


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Bantuan, disingkat Dantonban.


b) Komandan Peleton Senapan-1 disingkat Dantonpan-1.
c) Komandan Peleton Senapan-2 disingkat Dantonpan-2.
d) Komandan Peleton Senapan-3 disingkat Dantonpan-3.

3) Dankipan dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.

l. Dankiban

1) Dankiban dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Raider/Komando, merupakan unsur pelaksana Yonif
Raider Khusus, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi dalam


memberikan bantuan tembakan kepada unsur manuver Yonif Raider
Khusus;
b) Memelihara dan meningkatkan disiplin, tata tertib,
kesejahteraan, dan moril anggotanya;
c) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan tempur anggotanya;
d) Memberikan saran dalam Rencana Bantuan Tembakan (RBT);
dan
e) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas.

2) Dankiban dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tiga


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Senjata Mesin Sedang, disingkat Danton


SMS.
b) Komandan Peleton Senjata Lawan Tank, disingkat Danton SLT.
c) Komandan Peleton Mortir Sedang, disingkat Danton Morse.

3) Dankiban dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.

m. Dankisus
37

1) Dankisus dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Raider/Komando, merupakan unsur pelaksana Yonif
Raider Khusus, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin Kisus dalam setiap pelaksanaan tugas;


b) Mempersiapkan dan melaksanakan operasi khusus secara
terbatas yang bersifat strategis dan terpilih sesuai perintah Danyon;
c) Memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan, dan moril
kompi;
d) Meningkatkan dan memelihara kualitas tempur kompi;
e) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas; dan
f) Merencanakan/mengadakan koordinasi dengan satuan
tetangga dan mengadakan pengintaian sendiri dengan menggunakan
sarana yang dimiliki.

2) Dankisus dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh empat


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Sniper, disingkat Danton Sniper.


b) Komandan Peleton Penanggulangan Teror-1, disingkat Danton
Gultor-1.
c) Komandan Peleton Penanggulangan Teror-2, disingkat Danton
Gultor-2.
d) Komandan Peleton Mekanis, disingkat Danton Mekanis.

3) Dankisus dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Raider Khusus, dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari dikoordinasikan oleh Wadanyonif Raider Khusus.

32. Hubungan-hubungan Danyonif Raider Khusus dapat mengadakan hubungan


langsung dengan instansi, badan, dan lembaga di dalam maupun di luar lingkungan
Brigif/Kodam dalam rangka pelaksanaan tugasnya sesuai ketentuan dan kebijakan
Danbrigif/Pangdam.

33. Evaluasi.

a. Jelaskan tugas dan tanggung jawab Dankipan !


b. Jelaskan tugas dan tanggung jawab Pasiintel !
c. Jelaskan tugas dan tanggung jawab Pasipers !

BAB VII
ORGANISAI YONIF PARA RAIDER
38

34. Umum. Batalyon Infanteri Para Raider, disingkat Yonif Para Raider adalah
eselon pelaksana di tingkat Brigif Para Raider yang berkedudukan langsung di bawah
Danbrigif Para Raider.

35. Tugas Pokok. Yonif Para Raider bertugas pokok mencari, mendekati, dan
menghancurkan musuh dalam rangka mendukung tugas pokok komando atas.

36. Tugas-Tugas.. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif Para
Raider menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut:

a. Tugas (melaksanakan Fungsi Utama).

1) Manuver. Melaksanakan gerakan di berbagai bentuk dan macam


medan dengan menggunakan pesawat, helikopter, dan perlengkapan
khusus Raider untuk mendapatkan keuntungan dari ruang dan
posisi/kedudukan bagi pasukan sendiri dalam menghadapi atau
menghancurkan musuh.
2) Tembakan. Melaksanakan tembakan sistem senjata baik lintas datar
maupun lintas lengkung untuk menimbulkan efek mematikan/melumpuhkan
dan menghancurkan kekuatan musuh.
3) Pertempuran Jarak Dekat. Melaksanakan penghancuran atau
menawan musuh dengan segala kemampuan senjata, perlengkapan, dan
perkelahian jarak dekat.

b. Tugas (melaksanakan Fungsi Organik TNI AD). Menyelenggarakan


kegiatan dibidang intelijen, operasi, Sumber Daya Manusia (SDM), logistik dan
teritorial dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Para Raider.

1) Intelijen. Menyelenggarakan kegiatan dibidang penyelidikan dan


pengamanan dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Para Raider.
2) Operasi. Menyelenggarakan kegiatan dibidang perencanaan operasi,
latihan, dan kesiapan satuan dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif
Para Raider.
3) Sumber Daya Manusia (SDM). Menyelenggarakan kegiatan dibidang
penggunaan dan perawatan personel dalam rangka mendukung tugas
pokok Yonif Para Raider.
4) Logistik. Menyelenggarakan kegiatan dibidang pemeliharaan,
angkutan, administrasi logistik, dan Simak BMN dalam rangka mendukung
tugas pokok Yonif Para Raider.
5) Teritorial. Menyelenggarakan kegiatan dibidang teritorial satuan non
Kowil dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Para Raider.

37. Kemampuan dan Batas Kemampuan


39

a. Kemampuan.

1) Mampu melaksanakan operasi jarak jauh guna mencari dan


mendekati musuh dalam waktu yang singkat pada berbagai bentuk medan
dengan menggunakan pesawat atau helikopter;
2) Mampu melaksanakan pendadakan taktis dengan operasi dalam
jumlah besar;
3) Mampu melaksanakan infiltrasi dan eksfiltrasi melalui darat, laut, dan
udara;
4) Mampu melaksanakan operasi linud, operasi mobud, dan operasi
raid;
5) Mampu melintasi rintangan medan dengan melakukan peningkaran
melalui udara;
6) Mampu menghancurkan, mematikan dan melumpuhkan, dengan
menggunakan sistem senjata baik lintas datar maupun lintas lengkung;
7) Mampu menghancurkan atau menawan musuh dengan segala
kemampuan senjata, perlengkapan, dan perkelahian jarak dekat;
8) Mampu menangkis serangan musuh dengan pertempuran jarak
dekat, perkelahian, dan serangan balas;
9) Mampu melaksanakan operasi berdiri sendiri dalam ruang dan waktu
tertentu;
10) Mampu merebut, menguasai, menduduki, dan mempertahankan
medan/wilayah; dan
11) Mampu melaksanakan tugas-tugas non tempur dalam operasi militer
selain perang yang diberikan oleh komando atas.

b. Batas Kemampuan.

1) Terbatas transportasi organik (butuh dukungan sarana transportasi


darat, laut dan udara satuan lain);
2) Terbatas dalam kemampuan melindungi diri terhadap serangan udara
dan senjata artileri serta senjata lawan tank musuh;
3) Terbatas dalam kemampuan melaksanakan operasi linud dan mobud
karena tergantung kepada kondisi cuaca dan pasukan sendiri harus memiliki
keunggulan udara;
4) Terbatas menghadapi kendaraan tempur lapis baja musuh; dan
5) Terbatas dalam kemampuan perlindungan terhadap serangan
Pernika dan Nubika musuh.

38. Organisasi Yonif Para Raider disusun berdasarkan eselon dan jabatan, sebagai
berikut:

a. Eselon Pimpinan.
40

1) Komandan Batalyon Infanteri Para Raider, disingkat Danyonif Para


Raider.
2) Wakil Komandan Batalyon Infanteri Para Raider, disingkat
Wadanyonif Para Raider.

b. Eselon Pembantu Pimpinan.

1) Perwira Seksi Intelijen, disingkat Pasiintel.


2) Perwira Seksi Operasi, disingkat Pasiops.
3) Perwira Seksi Personel, disingkat Pasipers.
4) Perwira Seksi Logistik, disingkat Pasilog.
5) Perwira Jasmani, disingkat Pajas.
6) Dokter.
7) Perwira Pembina Mental, disingkat Pabintal.

c. Eselon Pelayanan. Komandan Kompi Markas, disingkat Dankima.

d. Eselon Pelaksana.

1) Komandan Kompi Senapan, disingkat Dankipan.


2) Komandan Kompi Bantuan, disingkat Dankiban.

39. Tugas dan tanggung jawab

a. Danyonif Para Raider

1) Danyonif Para Raider dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat


berpangkat Letnan Kolonel berkualifikasi Para dan Raider/Komando, dengan
tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi semua kegiatan


yang diarahkan untuk melaksanakan tugas pokok Yonif Para Raider;
b) Meningkatkan dan memelihara nilai tempur dan kesiapan
pasukannya;
c) Meningkatkan, memelihara moril, dan memperhatikan
kesejahteraan serta kepentingan-kepentingan tiap anggota beserta
keluarganya;
d) Memelihara hubungan baik dengan para komandan satuan
tetangga termasuk aparat teritorial serta pemerintah daerah
setempat; dan
e) Memelihara sejarah satuan dan tradisi korps Yonif Para Raider.

2) Danyonif Para Raider dalam melaksanakan tugas kewajibannya


bertanggung jawab kepada Danbrigif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari dikoordinasikan oleh Kasbrigif Para Raider.
41

b. Wadanyonif Para Raider

1) Wadanyonif Para Raider dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat


berpangkat Mayor berkualifikasi Para dan Raider/Komando, merupakan
pembantu dan penasehat utama Danyonif Para Raider, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:

a) Bertindak sebagai koordinator staf, mengoordinasikan


pekerjaan dan kerjasama staf;
b) Mengatur kegiatan pengawasan yang dilaksanakan staf;
c) Mengikuti perkembangan situasi yang terakhir dan selalu
menyiapkan rencana pekerjaan atau tugas yang akan datang;
d) Memonitor rencana kebijakan Danyonif Para Raider, sehingga
apabila Danyonif Para Raider berhalangan, telah mengetahui
rencana dan kebijakannya; dan
e) Mewakili Danyonif Para Raider apabila berhalangan dalam
menjalankan tugas pokok.

2) Wadanyonif Para Raider dalam melaksanakan tugas kewajibannya


bertanggung jawab kepada Danyonif Para Raider.

b. Pasiintel

1) Pasiintel dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Para dan Raider/Komando, merupakan pembantu
Danyonif Para Raider yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
dibidang intelijen, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Menyelenggarakan fungsi intelijen terutama yang menyangkut


keterangan tentang cuaca, medan dan musuh, serta kondisi sosial
daerah pertempuran;
b) Mengoordinasikan masalah intelijen terkait permasalahan
dalam rangka kepentingan operasi dan kepentingan pembinaan
satuan dengan sesama staf, komandan bawahan, serta unsur
intelijen satuan atas dan satuan tetangga;
c) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
penyelidikan dan pengamanan dalam rangka kepentingan operasi
dan kepentingan pembinaan satuan; dan
d) Merencanakan, menyiapkan, serta mengoordinasikan kegiatan
Binter satuan non Kowil di wilayahnya.

2) Pasiintel dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Para Raider.
42

c. Pasiops

1) Pasiops dijabat seorang Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten


berkualifikasi Para dan Raider/Komando, merupakan pembantu Danyonif
Para Raider yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang
perencanaan, operasi, pembinaan dan pemeliharaan kemampuan serta
mutu tempur, kesiapan dan latihan satuan, dengan tugas kewajiban sebagai
berikut:

a) Menyelenggarakan fungsi operasi yang berhubungan dengan


organisasi, operasi, dan latihan;
b) Menyelenggarakan pembinaan latihan bagi anggota dan
satuannya dengan membuat dan mengajukan rencana latihan,
pemeliharaan, dan peningkatan kemampuan serta kesiapan tempur
satuan;
c) Memelihara organisasi satuan agar selalu siap sesuai dengan
keadaan dan kondisi yang akan dihadapi; dan
d) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, penyusunan, dan pengendalian yang diperbantukan di
satuannya.

2) Pasiops dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Para Raider.

d. Pasipers

1) Pasipers dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Para dan Raider/Komando, merupakan pembantu
Danyonif Para Raider yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
dibidang pembinaan personel, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) menyelenggarakan fungsi administrasi yang berhubungan


dengan pemeliharaan kekuatan, pembinaan karier, pemeliharaan
hukum, disiplin dan tata tertib, serta pembinaan markas;
b) menyelenggarakan tugas lain yang tidak termasuk
penyelenggaraan tugas staf lainnya, antara lain kegiatan protokoler,
pembinaan koperasi, dan Persit;
c) menyelenggarakan pembinaan personel dan administrasi
satuan; dan
d) memelihara sejarah satuan dan tradisi korps Yonif Para Raider.

2) Pasipers dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Para Raider.
43

e. Pasilog

1) Pasilog dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Para dan Raider/Komando, merupakan pembantu
Danyonif Para Raider yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
dibidang pembinaan logistik, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Menyelenggarakan administrasi dibidang logistik yang


berhubungan dengan pemeliharaan dan perawatan materiil satuan,
pelayanan, dan angkutan;
b) Merencanakan, mengoordinasikan dan mengawasi
pelaksanaan kegiatan evakuasi, perawatan kesehatan, pengangkutan
dalam satuan, serta pemeliharaan materiil;
c) Merencanakan, mengoordinasikan, dan mengawasi
penerimaan serta pendistribusian bekal dan perawatan serta
evakuasi tempur; dan
d) Menyusun laporan Simak BMN di satuan.

2) Pasilog dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Para Raider.

f. Pajas

1) Pajas dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif Para Raider yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang jasmani militer, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:
a) Menyelenggarakan kegiatan kesegaran jasmani, ketangkasan
dan bela diri militer di Yonif Para Raider; dan
b) Memberikan saran tentang kondisi dan kemampuan jasmani
prajurit di Yonif Para Raider.

2) Pajas dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Para Raider.

g. Dokter

1) Dokter dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Para, merupakan pembantu Danyonif Para Raider
yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang dukungan
dan pelayanan kesehatan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Membantu pemeliharaan kesehatan Yonif Para Raider;


b) Memberikan saran bidang kesehatan;
44

c) Merencanakan tempat pos pertolongan batalyon (Poslongyon);


d) Memimpin, mengawasi kegiatan poslongyon, dan membantu
Tonkesyon dalam perawatan orang luka dan evakuasi; dan
e) Mengajukan permintaan bekal kesehatan kepada komando
atas.

2) Dokter dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Para Raider.

h. Pabintal

1) Pabintal dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Para dan Raider/Komando, merupakan pembantu
Danyonif Para Raider yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
dibidang pembinaan mental, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Membantu Danyonif Para Raider dalam penyelenggaraan


pelayanan pembinaan mental terhadap anggota Yonif Para Raider
beserta keluarganya; dan
b) Memberikan saran tentang kondisi mental dan rohani prajurit di
daerah operasi maupun di markas kepada Danyonif Para Raider.

2) Pabintal dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Para Raider.

i. Dankima

1) Dankima dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Para dan Raider/Komando, merupakan unsur
pelayanan Yonif Para Raider yang bertanggung jawab menyelenggarakan
kegiatan dibidang kemarkasan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin Kompi Markas dalam memberikan pelayanan


kepada Yonif Para Raider;
b) Mengoordinasikan dan mengendalikan pelayanan terhadap
seluruh unsur Yonif Para Raider untuk mendukung tercapainya tugas
pokok;
c) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan teknis anggota kompinya;
d) Memimpin kelompok pertama dalam memindahkan dan
mendirikan instalasi pos komando Yonif Para Raider, termasuk
mengatur pengamanannya;
e) Mengatur tempat serta menyelenggarakan peraturan-
peraturan urusan dalam (PUD) Markas; dan
45

f) Menyelenggarakan fungsi administrasi secara terbatas.

2) Dankima dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh empat


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, empat Komandan Seksi yang masing-
masing dijabat oleh seorang Bati Angkatan Darat berpangkat Pembantu
Letnan dan satu Komandan Regu yang dijabat oleh seorang Bintara
Angkatan Darat berpangkat Sersan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Pionir dan Munisi, disingkat Danton pimu.


b) Komandan Peleton Kesehatan, disingkat Dantonkes.
c) Komandan Peleton Komunikasi, disingkat Dantonkom.
d) Komandan Peleton Angkutan, disingkat Dantonang.
e) Komandan Seksi Markas, disingkat Dansima.
f) Komandan Seksi Perawatan, disingkat Dansiwat.
g) Komandan Seksi Administrasi, disingkat Dansimin.
h) Komandan Seksi Intelpur, disingkat Dansiintelpur.
i) Komandan Regu Provos, disingkat Danruprov.

3) Dankima dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Para Raider.

j. Dankipan

1) Dankipan dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Para dan Raider/Komando, merupakan unsur
pelaksana Yonif Para Raider, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin semua kegiatan yang diarahkan untuk pelaksanaan


tugas dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Para Raider;
b) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan tempur anggota kompinya;
c) Membangun, meningkatkan, dan memelihara disiplin, tata
tertib, kesejahteraan, dan moril anggota kompinya;
d) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi kompi dalam
setiap melaksanakan tugas tempur dan tugas-tugas lainnya;
e) Menyelenggarakan fungsi administrasi secara terbatas; dan
f) Merencanakan/mengadakan koordinasi dengan satuan
tetangga dan mengadakan pengintaian sendiri.

2) Dankipan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh empat


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, tediri dari:

a) Komandan Peleton Bantuan, disingkat Dantonban.


46

b) Komandan Peleton Senapan-1 disingkat Dantonpan-1.


c) Komandan Peleton Senapan-2 disingkat Dantonpan-2.
d) Komandan Peleton Senapan-3 disingkat Dantonpan-3.

3) Dankipan dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Para Raider.

k. Dankiban

1) Dankiban dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten berkualifikasi Para dan Raider/Komando, merupakan unsur
pelaksana Yonif Para Raider, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi dalam


memberikan bantuan tembakan kepada unsur manuver Yonif Para
Raider;
b) Memelihara dan meningkatkan disiplin, tata tertib,
kesejahteraan, dan moril anggotanya;
c) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan tempur anggotanya;
d) Memberikan saran dalam rencana bantuan tembakan (RBT);
dan
e) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas.

2) Dankiban dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tiga


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Senjata Mesin Sedang, disingkat Danton


SMS.
b) Komandan Peleton Senjata Lawan Tank, disingkat Danton
SLT.
c) Komandan Peleton Mortir Sedang, disingkat Dantonmorse.

3) Dankiban dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Para Raider, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Para Raider.

40. Hubungan-Hubungan

Danyonif Para Raider dapat mengadakan hubungan langsung dengan instansi,


badan, dan lembaga di dalam maupun di luar lingkungan Angkatan Darat dalam
rangka pelaksanaan tugasnya sesuai ketentuan dan kebijakan Danbrigif Para
Raider.
47

41. Evaluasi
a. Jelaskan tugas dan tanggung jawab Wadanyon !
b. Jelaskan kemampuan Yonif para Raider !
c. Jelaskan batas kemampuan Yonif para Raider !

BAB VIII
ORGANISAI YONIF MEKANIS

42. Umum. Batalyon Infanteri Mekanis, disingkat Yonif Mekanis adalah satuan
tempur yang berkedudukan langsung di bawah Danbrigif Mekanis.

29.103.368 (500)
YONIF

8.-.- (8) 6.33.85 (124) 4.17.79 (100) x 3 3.19.46 (68)

MAYON KIMA KIMEK KIBANT

43. Tugas Pokok

Yonif Mekanis bertugas pokok mencari, mendekati, dan menghancurkan musuh dalam
rangka mendukung tugas pokok komando atas.

44. Tugas-Tugas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif


Mekanis menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut:

a. Tugas (melaksanakan Fungsi Utama).

1) Manuver. Melaksanakan gerakan di berbagai bentuk dan macam


medan dengan menggunakan kendaraan tempur panser atau tank sebagai
lindung lapis baja untuk mendapatkan keuntungan dari ruang dan
posisi/kedudukan bagi pasukan sendiri dalam menghadapi atau
menghancurkan musuh.
2) Tembakan. Melaksanakan tembakan sistem senjata baik lintas
datar maupun lintas lengkung untuk menimbulkan efek
mematikan/melumpuhkan dan menghancurkan kekuatan musuh.
3) Pertempuran Jarak Dekat. Melaksanakan penghancuran atau
menawan musuh dengan segala kemampuan senjata, perlengkapan dan
perkelahian jarak dekat.

b. Tugas (melaksanakan Fungsi Organik TNI AD). Menyelenggarakan


kegiatan dibidang intelijen, operasi, Sumber Daya Manusia (SDM), logistik dan
teritorial dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Mekanis.
48

1) Intelijen. Menyelenggarakan kegiatan dibidang penyelidikan dan


pengamanan dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Mekanis.
2) Operasi. Menyelenggarakan kegiatan dibidang perencanaan operasi,
latihan, dan kesiapan satuan dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif
Mekanis.
3) Sumber Daya Manusia (SDM). Menyelenggarakan kegiatan dibidang
penggunaan dan perawatan personel dalam rangka mendukung tugas
pokok Yonif Mekanis.
4) Logistik. Menyelenggarakan kegiatan dibidang pemeliharaan,
angkutan, administrasi logistik dan Simak BMN dalam rangka mendukung
tugas pokok Yonif Mekanis.
5) Teritorial. Menyelenggarakan kegiatan dibidang teritorial satuan non
Kowil dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Mekanis.

45. Kemampuan dan Batas Kemampuan

a. Kemampuan.

1) Mampu mencari musuh serta mendekatkan pasukan sampai ke


sasaran dalam rangka menghancurkannya dengan menggunakan Ranpur
roda rantai dan roda ban sebagai alat angkut personel dan lindung lapis
baja;
2) Mampu menghancurkan, mematikan, dan melumpuhkan dengan
menggunakan sistem senjata, baik lintas datar maupun lintas lengkung;
3) Mampu menghancurkan atau menawan musuh dengan segala
kemampuan senjata, perlengkapan, dan perkelahian jarak dekat;
4) Mampu menangkis serangan musuh dengan pertempuran jarak
dekat, perkelahian, dan serangan balas;
5) Mampu melaksanakan operasi berdiri sendiri dalam ruang dan waktu
tertentu;
6) Mampu merebut, menguasai, menduduki, dan mempertahankan
medan/wilayah;
7) Mampu melaksanakan tugas-tugas non tempur dalam operasi militer
selain perang yang diberikan oleh komando atas; dan
8) Mampu melaksanakan operasi khusus dengan menggunakan
kendaraan tempur lindung lapis baja berupa raid pembebasan tawanan dan
raid penghancuran.

b. Batas Kemampuan.

1) Terbatas dalam kemampuan ranpur roda rantai maupun ranpur roda


ban dalam bermanuver pada medan-medan terpotong, rawa dan sungai;
2) Terbatas dalam kemampuan melindungi diri dari serangan udara dan
senjata artileri serta senjata lawan tank musuh; dan
3) Terbatas dalam kemampuan perlindungan terhadap serangan pernika
dan nubika musuh.
49

46. Susunan Organisasi Organisasi Yonif Mekanis disusun berdasarkan eselon


dan jabatan, sebagai berikut:

a. Eselon Pimpinan.

1) Komandan Batalyon Infanteri Mekanis, disingkat Danyonif Mekanis.


2) Wakil Komandan Batalyon Infanteri Mekanis, disingkat Wadanyonif
Mekanis.

b. Eselon Pembantu Pimpinan.

1) Perwira Seksi Intelijen, disingkat Pasiintel.


2) Perwira Seksi Operasi, disingkat Pasiops.
3) Perwira Seksi Personel, disingkat Pasipers.
4) Perwira Seksi Logistik, disingkat Pasilog.
5) Perwira Jasmani, disingkat Pajas.
6) Dokter.
7) Perwira Pembinaan Mental, disingkat Pabintal.

c. Eselon Pelayanan. Komandan Kompi Markas, disingkat Dankima.

d. Eselon Pelaksana.

1) Komandan Kompi Senapan, disingkat Dankipan.


2) Komandan Kompi Bantuan, disingkat Dankiban.

47. Tugas dan tanggung jawab

a. Danyonif Mekanis

1) Danyonif Mekanis dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat


berpangkat Letnan Kolonel, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

(a) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi semua kegiatan


yang diarahkan untuk melaksanakan tugas pokok Yonif Mekanis;
(b) Meningkatkan dan memelihara mutu tempur dan kesiapan
pasukannya;
(c) Menegakkan hukum, disiplin, tata tertib, membina mental,
memelihara moril, dan meningkatkan kesejahteraan prajurit beserta
keluarganya;
(d) Mengawasi pemeliharaan dan perawatan logistik serta simak
BMN untuk menjamin kesiapan operasional satuan;
(e) Memelihara dan membina sejarah dan tradisi satuan; dan
50

(f) Memelihara hubungan baik dengan para komandan satuan


tetangga termasuk aparat teritorial serta pemerintah daerah
setempat.

b. Danyonif Mekanis dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danbrigif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Kasbrigif Mekanis.

c. Wadanyonif Mekanis
1) Wadanyonif Mekanis dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat
berpangkat Mayor, merupakan pembantu dan penasehat utama Danyonif
Mekanis, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

(a) Mengatur, mengoordinasikan, dan mengawasi segala kegiatan


staf agar sesuai dengan program kerja;
(b) Merumuskan, menjabarkan, dan memberikan petunjuk atau
arahan dari setiap kebijaksanaan Danyonif Mekanis kepada eselon
staf dan pelaksana;
(c) Mengawasi pelaksanaan tugas dan mengadakan penilaian
secara periodik mengenai tingkat kemampuan untuk dijadikan bahan
pembinaan personel;
(d) Mengoordinasikan pembuatan laporan dari eselon staf dan
pelaksana sebagai bahan laporan kepada satuan atas;
(e) Mengusahakan terjamin dan terpeliharanya koordinasi antara
eselon pembantu pimpinan, eselon pelayanan, dan eselon pelaksana;
(f) Menyampaikan saran dan pertimbangan staf kepada Danyonif
Mekanis mengenai hal-hal yang menyangkut bidang tugasnya; dan
(g) Mewakili Danyonif Mekanis apabila berhalangan dalam
menjalankan tugas.

2) Wadanyonif Mekanis dalam melaksanakan tugas kewajibannya


bertanggung jawab kepada Danyonif Mekanis.

d. Pasiintel

1) Pasiintel dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif Mekanis yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan dibidang intelijen dan teritorial satuan nonkowil,
dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

(a) Menyelenggarakan fungsi intelijen terutama yang menyangkut


keterangan tentang cuaca, medan, dan musuh serta kondisi sosial
daerah pertempuran;
(b) Mengoordinasikan masalah intelijen terkait permasalahan
dalam rangka kepentingan operasi dan kepentingan pembinaan
51

satuan dengan sesama staf, komandan bawahan serta unsur intelijen


satuan atas dan satuan tetangga;
(c) Memelihara peta situasi dan melaksanakan koordinasi staf;
(d) Melatihkan materi yang berkaitan dengan peningkatan
kemampuan personel dalam bidang intelijen;
(e) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
penyelidikan dan pengamanan dalam rangka kepentingan operasi
dan kepentingan pembinaan satuan;
(f) Merencanakan, menyiapkan, serta mengoordinasikan kegiatan
teritorial satuan non Kowil di wilayahnya; dan
(g) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Danyonif
Mekanis dibidang intelijen dan teritorial satuan non Kowil.

2) Pasiintel dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Mekanis.

e. Pasiops

1) Pasiops dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif Mekanis yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan dibidang perencanaan, operasi, pembinaan
dan pemeliharaan kemampuan serta mutu tempur, kesiapan, dan latihan
satuan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

(a) Menyelenggarakan fungsi operasi yang berhubungan dengan


organisasi, operasi, dan latihan;
(b) Menyelenggarakan pembinaan latihan bagi anggota dan
satuannya dengan membuat/mengajukan rencana latihan,
pemeliharaan dan peningkatan kemampuan serta kesiapan tempur
satuan;
(c) Memelihara organisasi satuan agar selalu siap sesuai dengan
keadaan dan kondisi yang akan dihadapi;
(d) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
penyusunan dan pengendalian yang diperbantukan di satuannya;
(e) Merencanakan dan melaksanakan hubungan koordinasi
dengan satuan atas, satuan tetangga dan satuan udara taktis serta
satuan bantuan lainnya;
(f) Memelihara peta operasi, peranti lunak dan melaksanakan
koordinasi staf; dan
(g) menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Danyonif
Mekanis dibidang organisasi, latihan dan operasi.

3) Pasiops dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Mekanis.
52

f. Pasipers

1) Pasipers dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif Mekanis yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan dibidang pembinaan personel, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:

a) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan kekuatan,


pembinaan karier, pemeliharaan hukum, disiplin, tata tertib, dan
protokoler;
b) Merencanakan kebutuhan penggunaan, pendidikan,
perawatan, dan penyaluran personel;
c) Melaksanakan kegiatan dalam rangka pemeliharaan moril,
kesejahteraan personel dan keluarga;
d) Memelihara sejarah dan tradisi satuan;
e) Menyelenggarakan pembinaan personel dan administrasi
umum serta melaksanakan koordinasi staf; dan
f) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Danyonif
Mekanis dibidang personel.

2) Pasipers dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Mekanis.

g. Pasilog

1) Pasilog dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif Mekanis yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan dibidang pembinaan logistik, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:

a) Menyelenggarakan kegiatan dibidang logistik yang


berhubungan dengan pemeliharaan dan perawatan materiil satuan,
pelayanan, dan angkutan;
b) Mengatur pelaksanaan evakuasi bagi personel yang sakit,
luka, dan gugur;
c) Merencanakan, mengoordinasikan, dan mengawasi
penerimaan serta pendistribusian dan perawatan bekal;
d) Memelihara kesiapan materiil pokok atau Alutsista dengan
mengoordinasikan dan mengawasi kegiatan harcegah dengan
instansi lain yang terkait;
e) Menyediakan keterangan dan mengendalikan pelaksanaan
tugas seksi logistik serta melaksanakan koordinasi staf;
f) Menyelenggarakan serta inventarisasi simak BMN; dan
53

g) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Danyonif


Mekanis dibidang logistik.

2) Pasilog dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Mekanis.

h. Pajas

1) Pajas dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif Mekanis yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan dibidang jasmani prajurit, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:

a) Membantu Danyonif Mekanis di dalam menyelenggarakan


kegitan kesegaran jasmani, ketangkasan dan bela diri militer di Yonif
Mekanis; dan
b) Menyampaikan saran tentang kondisi dan kemampuan
jasmani prajurit di Yonif Mekanis.

2) Pajas dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Mekanis.

i. Dokter

1) Dokter dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, berkualifikasi dokter, merupakan pembantu Danyonif Mekanis yang
bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang dukungan dan
pelayanan kesehatan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Membantu pelayanan kesehatan personel, Persit, dan


keluarga Yonif Mekanis;
b) Merencanakan tempat pos pertolongan Yonif Mekanis;
c) Memimpin, mengawasi kegiatan poslongyon, dan membantu
Tonkesyon dalam perawatan orang luka dan evakuasi;
d) Mengajukan kebutuhan bekal kesehatan kepada komando
atas; dan
e) menyampaikan saran tentang kondisi kesehatan prajurit dan
keluarga di lingkungan Yonif Mekanis.

2) Dokter dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab


kepada Danyonif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Mekanis.
54

j. Pabintal

1) Pabintal dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan pembantu Danyonif Mekanis yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan dibidang pembinaan mental prajurit, dengan
tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Membantu Danyonif Mekanis dalam dan penyelenggaraan


pelayanan pembinaan mental terhadap anggota Yonif Mekanis
beserta keluarganya; dan
b) Menyampaikan saran tentang kondisi mental dan rohani
prajurit di daerah operasi maupun di Home Base kepada Danyonif
Mekanis.

2) Pabintal dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Mekanis.

k. Dankima

1) Dankima dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan unsur pelayanan Yonif Mekanis yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang kemarkasan, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin kompi markas dalam memberikan pelayanan


kepada Yonif Mekanis;
b) Mengoordinasikan dan mengendalikan pelayanan terhadap
seluruh unsur Yonif Mekanis untuk mendukung tercapainya tugas
pokok satuan;
c) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan teknis anggota kompinya;
d) Memimpin kelompok pertama dalam pemindahan dan
pendirian instalasi posko Yonif Mekanis, termasuk mengatur
pengamanannya;
e) Mengatur tempat serta menyelenggarakan Peraturan Urusan
Dalam (PUD) markas;
f) Melaksanakan kegiatan dalam rangka pembinaan mental,
pemeliharaan moril dan kesejahteraan anggota beserta keluarganya;
g) Memelihara dan meningkatkan kualitas materiil dan pangkalan
yang menjadi tanggung jawab Dankima; dan
h) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas.

2) Dankima dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh enam


Komandan Peleton, yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
55

Angkatan Darat berpangkat Letnan, empat Komandan Seksi yang masing-


masing dijabat oleh seorang Bati Angkatan Darat berpangkat Pembantu
Letnan dan satu Komandan Regu yang dijabat oleh seorang Bintara
Angkatan Darat berpangkat Sersan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Pionir Munisi, disingkat Dantonpimu.


b) Komandan Peleton Kesehatan, disingkat Dantonkes.
c) Komandan Peleton Komunikasi, disingkat Dantonkom.
d) Komandan Peleton Pemeliharaan, disingkat Dantonhar.
e) Komandan Peleton Kendaraan Tempur, disingkat
Dantonranpur.
f) Komandan Peleton Angkutan, disingkat Dantonang.
g) Komandan Seksi Intelpur, disingkat Dansiintelpur.
h) Komandan Seksi Markas, disingkat Dansima.
i) Komandan Seksi Administrasi, disingkat Dansimin.
j) Komandan Seksi Perawatan, disingkat Dansiwat.
k) Komandan Regu Provos, disingkat Danruprov.

3) Dankima dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Mekanis.

l. Dankipan

1) Dankipan dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan unsur pelaksana Yonif Mekanis yang bertanggung
jawab dibidang operasi, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin semua kegiatan yang diarahkan untuk pelaksanaan


tugas dalam rangka mendukung tugas pokok Yonif Mekanis;
b) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan tempur anggota kompinya;
c) Melaksanakan penegakan hukum, disiplin, dan tata tertib;
d) Melaksanakan kegiatan dalam rangka pembinaan mental,
pemeliharaan moril, dan kesejahteraan anggota beserta keluarganya;
e) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi kompi dalam
setiap melaksanakan tugas tempur dan tugas-tugas lainnya;
f) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas; dan
g) Memberikan saran dibidang pembinaan kompinya.

2) Dankipan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh empat


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Kendaraan Tempur, disingkat Danton


Ranpur.
56

b) Komandan Peleton Senapan 1, disingkat Dantonpan 1.


c) Komandan Peleton Senapan 2, disingkat Dantonpan 2.
d) Komandan Peleton Senapan 3, disingkat Dantonpan 3.

3) Dankipan dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Mekanis.

m. Dankiban

1) Dankiban dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat


Kapten, merupakan unsur pelaksana Yonif Mekanis yang bertanggung
jawab dibidang pemberian bantuan tembakan dalam operasi, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:

a) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi dalam


memberikan bantuan tembakan kepada unsur manuver Yonif
Mekanis;
b) Melaksanakan penegakan hukum, disiplin, dan tata tertib;
c) Melaksanakan kegiatan dalam rangka pembinaan mental,
pemeliharaan moril, dan kesejahteraan anggota beserta keluarganya;
d) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan tempur anggotanya;
e) Sebagai staf khusus Danyonif Mekanis memberikan saran
dalam rencana bantuan tembakan (RBT);
f) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas; dan
g) Memberikan saran dibidang pembinaan kompinya.

2) Dankiban dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tiga


Komandan Peleton yang masing-masing dijabat oleh seorang Pama
Angkatan Darat berpangkat Letnan dan satu Komandan Regu yang dijabat
oleh seorang Bintara Angkatan Darat berpangkat Sersan, terdiri dari:

a) Komandan Peleton Kendaraan Tempur, disingkat Danton


Ranpur.
b) Komandan Peleton Mortir Sedang, disingkat Dantonmorse.
c) Komandan Peleton Senjata Lawan Tank, disingkat Danton SLT.
d) Komandan Regu Penembak Runduk, disingkat Danrubakduk.

3) Dankiban dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung


jawab kepada Danyonif Mekanis, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wadanyonif Mekanis.

48. Hubungan-Hubungan
57

Danyonif Mekanis dapat mengadakan hubungan langsung dengan instansi, badan dan
lembaga di dalam maupun di luar Angkatan Darat dalam rangka pelaksanaan tugasnya
sesuai ketentuan dan kebijakan Danbrigif Mekanis.

49. Pengertian. Operasi Militer Untuk Perang (OMP) adalah segala bentuk
pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI dalam konflik bersenjata antara negara
Indonesia dengan negara lain yang didahului dengan adanya pernyataan perang oleh
Presiden RI. Dengan memperhatikan bentuk ancaman dari luar negeri yang akan
membahayakan keselamatan serta kedaulatan bangsa dan negara, maka upaya
pertahanan yang dilakukan adalah konsepsi penanggulangan yang dirumuskan dalam
pola OMP dengan rangkaian konsepsi.
a. Rumusan konsepsi penanggulangan pola OMP :

1) Operasi Penciptaan Kondisi.


2) Operasi Konvensional.
3) Operasi Perlawanan Wilayah.
4) Operasi Serangan Balas.
5) Operasi Pemulihan Keamanan dan Penyelamatan Masyarakat.

b. Macam OMP.

1) Operasi Gabungan.

a) Operasi Linud.
b) Operasi Hanud.
c) Operasi Amphibi.
d) Operasi Hantai.
e) Operasi Ratgab.
f) Operasi Ratmin.
g) Operasi laut gabungan

2) Operasi Matra Darat.

a) Operasi Tempur.

(1) Serangan
(2) Pertahanan
(3) Pemindahan kebelakang, Ganti
(4) Kondisi Khusus
(5) Ruhnubika
(6) Pernika
(7) Mobud
(8) Ope Gerilya
(9) Wanger
(10) Ops Sus
58

b) Operasi Intel.

(1) Penyelidikan
(2) Pengamanan
(3) Penggalangan

c) Operasi Teritorial. Bentuk ops rat yg dilaks o/ sat militer


ygdibatasi o/ waktu & tempat dg memberdayakan potwil dlm
rangka memperoleh dukungan rakyat guna menghadapi setiap
bentuk ancaman yg mengganggu kedaulatan.

3) Operasi Bantuan.

a) Operasi Intelijen.
b) Operasi Perlindungan.
c) Operasi Raid.
d) Operasi Tembakan.
e) Operasi SAR Tempur.
f) Operasi Teritorial.
g) Operasi Pernika.
h) Operasi Angkutan.
i) Operasi bantuan Keamanan

c. Penyelenggaraan OMP. Penyelenggaraan OMP oleh Batalyon


Infanteri dititik beratkan pada operasi Gabungan (Operasi Linud) dan Operasi
matra darat (operasi tempur) di wilayah pertahanan darat yang dilaksanakan
dalam rangkaian konsep operasi yang terdiri atas Operasi Konvensional, Operasi
Perlawanan Wilayah, Operasi Serangan Balas dan Operasi Pemulihan Keamanan.
Dalam konsep Operasi Konvensional di Wilayah Nasional titik beratnya berada
pada operasi pertahanan darat khususnya Operasi Tempur yang terdiri dari
Operasi Serangan, Operasi Pertahanan, Operasi Pemindahan ke Belakang,
Operasi Pergantian, Operasi dalam Kondisi Khusus, Operasi Mobud dan Operasi
Gerilya dan Operasi Raid. Rangkaian Konsep OMP tidak selamanya dilaksanakan
secara berurutan namun disesuaikan dengan ancaman yang dihadapi maupun
terhadap kondisi pasukan.

1) Operasi Pertahanan Darat.

a) Tujuan. Menghambat, memukul mundur atau meng-


hancurkan kekuatan darat musuh yang berhasil mendarat dan
memasuki salah satu atau beberapa wilayah darat NKRI.
b) Sasaran :
(1) Disorganisasi kekuatan musuh.
(2) Kekuatan musuh tidak efektif lagi.
59

(3) Terputusnya kekuatan musuh antara yang satu dengan


yang lain.
c) Titik berat operasi berupa operasi tempur didukung operasi
teritorial dan operasi Intelijen, dengan pokok kegiatan sebagai
berikut:
(1) Mempertahankan kekuatan
daratan dengan pertahanan daerah, pertahanan mobil atau
kombinasi antara pertahanan daerah dan pertahanan mobil.
(2) Menyerang musuh yang
berhasil menguasai atau menduduki wilayah daratan.
(3) Mendisorganisir kekuatan
musuh.
(4) Perlindungan masyarakat.

2) Operasi Perlawanan Wilayah.


a) Tujuan. Memperlemah kekuatan musuh untuk mencapai
superioritas pihak sendiri.
b) Sasaran.
(1) Susutnya kekuatan musuh.
(2) Disorganisasi kekuatan
musuh.
(3) Hancurnya semangat tempur
dan moril musuh.
(4) Terputusnya hubungan dan
saling bantu di antara kekuatan musuh dan rakyat.
(5) Timbulnya kesulitan musuh
dalam menyurun/ mengkonsolidasikan kekuatannya.

c) Titik Berat Operasi. Berupa operasi tempur didukung operasi


teritorial dan operasi Intelijen, dengan pokok kegiatan sebagai
berikut:
(1) Operasi gerilya.
(2) Penyebaran kekuatan.
(3) Pemusatan kekuatan secara cepat dan tepat.
(4) Membangkitkan semangat perlawanan rakyat baik aktif
maupun pasif.
(5) Membina pusat-pusat pangkal perlawanan wilayah.

d) Penggunaan kekuatan.

(1) Penyergapan terbatas terhadap pos-pos pertahanan


musuh untuk mengurangi kekuatan musuh atau mengganggu
musuh.
(2) Teror dan sabotase terhadap obyek strategis dan
taktis untuk melemahkan semangat tempur musuh, mendis-
60

organisasi, memutuskan jalur perhubungan dan menimbulkan


kekacauan pihak musuh.

3) Operasi Serangan Balas.

a) Tujuan. Menghancurkan kekuatan musuh atau mengusir ke


luar wilayah nasional.
b) Sasaran.
(1) Disorganisasi kekuatan musuh.
(2) Efektifitas kekuatan musuh diperlemah.
c) Titik Berat Operasi. Berupa operasi tempur dengan pokok
kegiatan sebagai berikut :
(1) Menggiring
kekuatan musuh ke daerah penghancuran dan melaksanakan
serangan terpadu di wilayah yang kita kuasai.
(2) Melaksanakan
operasi-operasi khusus di wilayah tertentu.
(3) Pelaksanaannya
Batalyon Infanteri dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian
dari kekuatan secara menyeluruh.

50. Konsep pelaksanaan OMP. Yonif sebagai Satuan Dasar dalam melaksanakan
tugas operasi dengan konsep pelaksanaan sebagai berikut :

a. Manuver/Penyusunan Daerah Pertahanan.


b. Bantuan Tembakan.
c. Bantuan Tempur.
d. Bantuan Administrasi.
e. Bantuan Rakyat.
f. Pemindahan Pasukan.
g. Koordinasi.
h. Pengintaian.
i. Pemberian PO.

51. Pengertian. Operasi Militer Selain Perang ( OMSP ) adalah operasi militer yang
dilaksanakan bukan dalam rangka perang dengan negara lain, melainkan untuk tugas-
tugas kemanusiaan, kepentingan pertahanan negara dan atau dalam rangka mendukung
kepentingan nasional Indonesia yang dilaksanakan secara terpadu berdasarkan kebijakan
politik negara ( keputusan politik pemerintah berdasarkan peraturan perundang-
undangan ). Dalam pelaksanaan operasi militer selain perang baik yang bersifat tempur
maupun non tempur, Batalyon Infanteri dapat menjadi bagian dari operasi yang lebih
besar atau pada keadaan tertentu pengerahan Batalyon Infanteri dapat melaksanakan
tugas operasi berdiri sendiri.

a. Macam OMSP
61

1) Operasi yang bersifat tempur :

a) Operasi mengatasi separatis bersenjata.


b) Operasi mengatasi pemberontakan bersenjata.
c) Operasi mengatasi Aksi Terorisme.
d) Operasi pengamanan Wilayah Perbatasan.
e) Operasi pengamanan Objek Vital Nasional.
f) Operasi tugas perdamaian dunia.
g) Operasi pengamanan Presiden dan wakil Presiden
h) Operasi pengamanan tamu Negara asing setingkat Kepala
Negara

2) Operasi yang bersifat non tempur :


a) Operasi bantuan kepada Pemerintah Sipil.
b) Operasi pemberdayaan Wilayah Pertahanan dan kekuatan
pendukung.
c) Operasi bantuan Polri dalam rangka tugas Kamtibmas.
d) Operasi bantuan kemanusiaan dan penanggulangan Bencana
Alam.
e) Operasi bantuan pengamanan Pelayaran dan Penerbangan
thd pembajakan,perompakan dan penyelundupan.

b. Tujuan OMSP. Tujuan OMSP yaitu untuk memadukan kekuatan dan


kemampuan Batalyon Infanteri dengan satuan lain yang dilibatkan agar tercapainya
daya guna dan hasil guna yang diharapkan untuk mencegah, menangkal dan
menggagalkan setiap ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan bangsa baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.

c. Sasaran OMSP.

1) Rehabilitasi, konsolidasi penghidupan dan kehidupan rakyat sebagai


akibat dari operasi/bencana alam baik fisik maupun mental spiritual.
2) Stabilisasi situasi keamanan dan ketertiban masyarakat.
3) Mengembalikan situasi keadaan darurat militer/sipil ke keadaan tertib
sipil.
d. Titik berat operasi.
1) Operasi teritorial dan operasi Intelijen guna menarik simpatik rakyat
sehingga stabilitas kehidupan, kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah dan kemanunggalan TNI-Rakyat dapat terwujud dan
mengantisipasi terjadinya gerakan separatis bersenjata, pemberontakan
bersenjata, dan konflik komunal.
2) Operasi tempur guna mengantisipasi separatis bersenjata,
pemberontakan bersenjata, melawan aksi teroris, mengatasi gangguan
keamanan dan pengamanan wilayah perbatasan.
62

3) Operasi pemulihan keamanan guna mengembalikan situasi dan


kondisi akibat perang/bencana kesituasi sebelum terjadinya
perang/bencana.

e. Prinsip - prinsip OMSP. Prinsip dasar yang digunakan sebagai


pedomandalam pelaksanaan tugas OMSP adalah sebagai berikut :
1) Proporsional. Jika menggunakan kekerasan bersenjata harus dalam
rangka terpaksa/membela diri sesuai aturan yang berlaku dalam
melaksanakan tindakan harus sepadan (tidak berlebihan)
2) Tujuan/Sasaran. Setiap Operasi harus mempunyai tujuan/sasaran
yang jelas dan dapat dicapai.
3) Kesatuan Komando dan Pengendalian. Seluruh kekuatan unsur-
unsur yang termasuk dalam wadah OMSP berada di bawah satu Komando
dan pengendalian Panglima/Komandan/Pimpinan yang ditunjuk sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam rangka
pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditetapkan.
4) Keamanan. Selama perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran
pengamanan informasi harus diutamakan karena kebocoran rencana dapat
mempengaruhi keberhasilan operasi, serta untuk menghindari korban
dipihak rakyat yang tak berdosa.
5) Keterpaduan dan Kesatuan Dukungan. Operasi dilaksanakan secara
terpadu dengan melibatkan Institusi/Komponen bangsa yang terkait dan
harus ada dukungan dari semua pihak yang terlibat/terkait.
6) Legitimasi. Pelaksanaan OMSP harus berdasarkan keputusan politik
pemerintah yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk kepentingan pertahanan negara dan atau dalam rangka mendukung
kepentingan nasional.
7) Pegang teguh tujuan. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan,
waktu yang ditempuh bisa berkepanjangan, oleh karena itu harus ada
ketekunan/keteguhan hati dalam melaksanakan tugas.
8) Terkoordinasi. Koordinasi antar institusi terkait dan koordinasi antar
satuan dalam Komando OMSP dilaksanakan dengan cermat dan terus
menerus mulai tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengakhiran.
9) Tidak memihak. Dalam menyelesaikan konflik Komunal ( Hori-
zontal ), tidak memihak pada salah satu kelompok, dan tindakan yang
diambil harus tegas sesuai aturan yang berlaku terhadap salah satu atau
kedua kelompok yang bertikai bila melakukan pelanggaran terhadap aturan
atau kesepakatan yang telah ditetapkan.

52. Konsep Pelaksanaan. Yonif sebagai Satuan Dasar dalam melaksanakan tugas
operasi dengan konsep pelaksanaan sebagai berikut :

a. OMSP yang bersifat tempur.

1) Macam Operasi
63

a) Operasi mengatasi separatis bersenjata. Operasi mengatasi


pemberontakan bersenjata dan operasi mengatasi aksi
terorisme.Yonif dalam mengatasi separatis bersenjata, mengatasi
pemberontakan bersenjata dan dalam melawan aksi terorisme,
pengerahan kekuatan berdasarkan pertimbangan keadaan taktis.
Penggunaan Batalyon Infanteri dapat berdiri sendiri atau dalam
hubungan yang lebih besar bergabung dengan satuan lain sesuai
kebutuhan. Pelaksanaan operasi pada prinsipnya sama dengan
pelaksanaan operasi lawan gerilya.

b) Operasi Pengamanan VIP/VVIP.


(1) VVIP adalah Presiden dan Wakil Presiden termasuk
keluarganya serta tamu negara sahabat setingkat kepala
negara/kepala pemerintahan.
(2) VIP adalah Panglima TNI, Kepala Staf dan Wakil Kepala
Staf Angkatan termasuk keluarganya, tamu negara sahabat
setingkat Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan.

c) Operasi Pengamanan Obyek Vital Nasional yang bersifat


Strategis. Pengamanan obyek vital nasional yang bersifat strategis
dilakukan pada obyek-obyek yang menyangkut hajat hidup orang
banyak, harkat dan martabat bangsa, serta kepentingan nasional
yang ditentukan oleh keputusan pemerintah, Adapun dalam
pelaksanaannya urut-urutan pelaksanaannya pengerahkan Yonif
sebagai kekuatan inti

d) Operasi Tugas Perdamaian Dunia. Melaksanakan tugas


perdamaian dunia dilaksanakan oleh satuan Infanteri sebagai bagian
TNI AD dalam bentuk perorangan yang bertugas sebagai pengamat
(observer) maupun staf dari Markas Besar Pasukan Perdamaian atau
salah satu pasukan yang bertugas untuk pemeliharaan dan
penegakan perdamaian dunia di bawah PBB.

2) Konsep Operasi :
a) Manuver.
b) Bantuan Tembakan.
c) Bantuan Administrasi.
d) Bantuan Rakyat.
eI Pemindahan Pasukan.
f) Koordinasi.
g) Pengintaian.
h) Pemberian PO.

b. OMSP yang Bersifat Non Tempur.

1) Macam Operasi
64

a) Operasi Bantuan kemanusiaan dan penanggulangan Bencana


Alam. Pelaksanaan bantuan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dilakukan secara cepat dan simultan
(1) Sebelum terjadi bencana.
(a) Menyiapkan satuan Pasukan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi.
(b) Membuat Protap tentang Penanggulangan
Bencana dan Penanganan Pengungsi serta men-
sosialisasikan Protap kepada seluruh personel
Batalyon.
(c) Membuat peta rawan bencana, menginformasi
kannya kepada pemerintah dan masyarakat yang
bersangkutan.
(d) Memberdayakan dan mengkoordinasikan dengan
Pemerintah tentang potensi Satuan Hansip/Linmas,
Ormas dan Satgas PBP yang telah disiapkan.
(e) Menetapkan daerah alternatif/prediksi (relokasi)
pengungsian korban bencana berkoordinasi dengan
instansi terkait.
(f) Menguji Prosedur Tetap Pasukan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi
kepada pemda setempat.

(2) Pada saat terjadi bencana.


(a) Memberikan petunjuk teknis dan melaksanakan
evakuasi ke daerah bencana pada kesempatan
pertama.
(b) Mendirikan Posko aju PRC PBP dan memberikan
bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan antara
lain penyediaan tempat penampungan sementara
korban bencana, bantuan tenaga medis/paramedis dan
pendistribusian obat-obatan, pakaian dan bahan
makanan.
(c) Memberikan penyuluhan dan motivasi kepada
masyarakat yang terkena bencana.
(d) Melaporkan kejadian bencana dan penanggu-
langannya kepada Komando Atas pada kesempatan
pertama.
(3) Setelah terjadi bencana.
(a) Melaporkan jumlah korban bencana, perkiraan
jumlah kerugian kepada Komando Atas.
(b) Menyiapkan bantuan dan mengkoordinasikan
pelaksanaan rehabilitasi dan atau rekonstruksi
pemukiman, fasilitas sosial dan fasilitas umum di daerah
bencana sesuai dengan keinginan/rencana
pemerintah/Komando atas.
65

(c) Mendorong terciptanya situasi dan kondisi bagi


kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan.

b) Operasi Bantuan kepada Pemerintah Sipil. Tugas ini


dilaksanakan dalam rangka Operasi kegiatan kemanusiaan,
membantu kepolisian negara republik Indonesia, membantu
menanggulangi akibat bencana dan pengungsian, serta membantu
pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue)
yang ditujukan untuk membantu pemerintah daerah dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Penyelenggaraan
operasi ini pada dasarnya berpedoman kepada permintaan
Pemerintah Sipil. Sehubungan dengan hal tersebut maka
penggunaan Yonif dalam suatu operasi dapat berdiri sendiri atau
bersama-sama dengan satuan wilayah pertahanan dan satuan lain
yang lebih besar. Apabila diberlakukannya darurat militer maka
operasi dilaksanakan secara berdiri sendiri dan bersifat operasi
tempur, Satgas Yonif berada di bawah Pangkoops TNI Kewilayahan
dan bila operasi dilaksanakan pada situasi tertib sipil dengan
melibatkan departemen/instansi lain maka Satgas Yonif berada di
bawah Pemerintahan Sipil.

2) Konsep Operasi.
a) Manuver.
b) Bantuan Administrasi.
c) Bantuan Rakyat.
d) Pemindahan Pasukan.
e) Koordinasi.
f) Pengintaian.
g) Pemberian PO
53. Taktik Operasi Milter untuk Perang (OMP). Dalam pelaksanaan operasi,
Batalyon Infanteri dapat menjadi bagian dari operasi yang lebih besar atau pada keadaan
tertentu Pengerahan Batalyon Infanteri dapat berdiri sendiri dalam melaksanakan operasi
tempur, antara lain operasi serangan, operasi pertahanan, Operasi pemindahan ke
belakang, Operasi Gerilya, Operasi Lawan Gerilya, Operasi Mobud , Operasi Pergantian ,
Operasi dalam kondisi Khusus, Operasi Linud dan Operasi Raiders.

a. Operasi Serangan. Operasi serangan adalah kegiatan yang mengerahkan


penggunaan kekuatan Yonif yang meliputi daya tembak dan daya gerak secara
tepat untuk merebut sasaran-sasaran penting yang dipertahankan dan dikuasai
musuh di wilayah Republik Indonesia, lingkup operasi serangan dapat ditinjau segi
manuver, segi perlawanan musuh dan segi waktu penyelenggaraan. Operasi
serangan bertujuan mengembangkan keadaan yang menguntungkan sehingga
dapat menghancurkan kekuatan dan kemauan musuh untuk bertempur. Operasi ini
dapat dilakukan Yonif bila perbandingan daya tempur relatif pasukan sendiri lebih
unggul dibandingkan pasukan musuh.
66

1) Tujuan Serangan. Suatu operasi serangan bertujuan untuk :


a) Mengalihkan perhatian lawan dari daerah lain yang
menentukan.
b) Mengembangkan keadaan sehingga menguntungkan pihak
kita.
c) Menghancurkan kekuatan lawan di daerah yang telah
dipersiapkan.
d) Merebut suatu daerah atau medan penting untuk keperluan
taktis.

2) Dasar - dasar Serangan. Dasar umum serangan perlu tetap


diperhatikan agar suatu serangan dapat dilakukan dengan berhasil baik.
a) Pasukan penyerang harus disusun secara mendalam, dengan
tujuan untuk :
(1) Memelihara gerak maju dan momentum serangan
hingga musuh terus menerus mendapat tekanan pada
kedudukan.
(2) Menghadapi keadaan yang tak terduga.
(3) Memungkinkan pembersihan terhadap sisa-sisa
perlawanan musuh yang telah dilalui oleh pasukan penyerang
depan.
(4) Memperbesar hasil yang dicapai.

b) Garis awal harus berada ditangan sendiri dan dalam keadaan


aman dan terlindung. Seorang Komandan operasi menentukan garis
awal harus didasarkan perhitungan taktis sebagai berikut :
(1) Memungkinkan untuk mengembangkan formasi tempur
pasukannya tanpa adanya gangguan musuh.
(2) Garis awal yang dipilih sedekat mungkin dengan
sasaran.
(3) Bebas dari rintangan-rintangan yang dapat
menghambat gerakan awal pasukan penyerang.
c) Selama Serangan, tiap sasaran harus dapat ditembaki setiap
saat secara tertinjau.Manuver dan tembakan dalam pelaksanaan
serangan kedua-duannya tidak dapat dipisahkan.
d) Bilamana Bantem diberikan pasukan penyerang harus
merapat di belakang tembakan bantuan. Tembakan Senban dapat
menimbulkan akibat menurunnya moril musuh dan memaksa mereka
untuk tetap pada kedudukannya dalam keadaan berlindung tanpa
dapat memberikan perlawanan.
e) Senban harus secepat mungkin berpindah kedudukan untuk
dapat memberikan tembakan secara terus menerus.

3) Konsep Suatu Serangan. Batalyon diorganisir agar dalam


pertempuran unsur-unsur memperoleh daya guna yang maksimal, sehingga
67

mendapatkan perpaduan dari unsur manuver dan tembakan guna


menyelesaikan tugas suatu serangan.

4) Pertimbangan dasar dalam melaksanakan Operasi serangan :


a) Setiap operasi serangan disesuaikan dengan ruang dan waktu.
Perkiraan keadaan yang benar-benar mempertimbangkan perpaduan
kedua faktor tersebut dapat menjamin tercapainya hasil yang
gemilang. Selain daripada itu, perkiraan keadaan memuat pula suatu
penilaian tentang kemungkinan penggunaan unsur-unsur daya
tempur secara tepat.
b) Seorang Komandan harus mampu menentukan kemungkinan
cara bertindak yang tepat untuk menyerang dengan memperhatikan
waktu dan ruang yang diperlukan untuk penyebaran dan pemusatan.
Ia dapat menyerang dengan penyebaran yang luas, dengan formasi
yang sempit, dengan satuan-satuan mobil darat, pemindahan melalui
udara atau perpaduan mobilitas darat dan udara. Satuan-satuan
melalui, mengikat atau menghancurkan unsur-unsur atau titik-titik
kekuatan lawan dengan tembakan-tembakan hingga gerak maju
satuan-satuan berjalan lancar.
c) Perlu dipertimbangkan gerak maju karena gerak maju akan
mematahkan kekuatan dan memungkinkan dilanjutkannya
penghancuran unsur-unsur yang terpisah dengan tembakan atau
dengan merebut suatu bagian medan untuk memotong satuan-satuan
lain dari unsur-unsur bantuannya. Dalam hal ini, Komandan dapat
menentukan hanya satu serangan yang terpusat, dengan mana
lawan akan dihancurkan secara menentukan. Serangan semacam itu
memerlukan adanya suatu pemusatan secara cepat pada suatu titik
yang telah ditentukan untuk kemudian dengan secepat mungkin
dapat melakukan penyerbuan.
d) Mempertimbangkan kerawanan.Untuk mengurangi kerawanan,
terutama terhadap senjata-senjata Nubika, maka lamanya waktu dan
seringnya pemusatan harus dibatasi. Semua sarana mobilitas taktis
harus dikerahkan sepenuhnya, sehingga dapat menjamin
pelaksanaan serangan-serangan secara cepat. Kelincahan dalam
gerakan dan pertempuran jarak dekat yang dilancarkan secara
mendadak dapat mengurangi kemungkinan - kemungkinan
penggunaan senjata-senjata Nubika lawan. Pengerahan unsur-unsur
Hansip untuk mengganggu dan merongrong pertahanan lawan, akan
memperbesar daya tempur dan memperbesar sukses suatu
serangan.
e) Pertimbangan kecepatan reaksi. Seorang Komandan dapat
menunjukan reaksinya dengan secepat mungkin dalam menghadapi
keadaan-keadaan yang timbul pada waktu satuan-satuan sedang
mengadakan gerakan. Keadaan-keadaan itu dapat terjadi dalam
gerak maju untuk kontak, dalam tempur perjumpaan, pengintaian
paksa dan pada waktu melancarkan eksploitasi.
68

f) Pertimbangan terhadap operasi serangan dalam kondisi


khusus. Dalam pelaksanaan operasi-operasi lainnya, seperti
serangan terhadap posisi lawan yang disiapkan, atau suatu
perbentengan, harus didahului dengan pengintaian, penilaian secara
teliti tentang daya tempur relatif, penilaian dan pengembangan
sarana-sarana dan penelitian faktor-faktor lain yang mempengaruhi
keadaan. Serangan yang telah dipertimbangkan dengan teliti dan
cermat akan dapat mengurangi kerawanan satuan-satuan selama
pemusatan dan gerakan-gerakan pada umumnya, apalagi jika dalam
pertempuran-pertempuran itu terdapat bahaya dan ancaman-
ancaman tembakan senjata Nubika musuh.
g) Mempertimbangkan daerah Kontaminasi. Komandan
merencanakan manuver satuan-satuan dengan menghindari daerah-
daearah kontaminasi atau dengan melalui tempat-tempat yang
memberikan keamanan-keamanan yang terbaik bagi satuan-
satuannya. Perlindungan personel dan perlengkapan terhadap
serangan Nubika, diatur dalam perintah-perintah tetap/prosedur tetap.

5) Tipe-tipe operasi serangan.


a) Gerak maju untuk kontak. Gerak maju dilakukan di darat oleh
pasukan sebelum pertempuran dimulai, dengan tujuan mendekatkan
pasukan sendiri pada musuh. Untuk dapat mengadakan kontak dan
selanjutnya dapat menyerang. Gerak maju ini berakhir bila telah
terjadi kontak dengan musuh atau jika pasukan telah sampai di
daerah persiapan.
b) Pengintaian Paksa. Pengertian paksa adalah serangan yang
bertujuan untuk mengetahui posisi dan kekuatan musuh. Kegiatan ini
dilakukan dengan pertimbangan.
(1) Luasnya keterangan tentang musuh dan pentingnya
informasi tambahan yang harus diperoleh.
(2) Daya guna dan kecepatan badan pengumpul lain.
(3) Resiko kerahasiaan rencana operasi.
(4) Resiko kehancuran pasukan pengintai paksa.
c) Serangan yang dikoordinasikan.
(1) Penerobosan. Merupakan bagian dalam pelaksanaan
operasi serangan yang dalam pelaksanaannya pasukan
menyerang dan menembus posisi pertahanan pokok musuh,
membelah pertahanan tersebut menjadi dua dan merebut atau
menghancurkan sasaran yang mengakibatkan rusaknya
kelanjutan pertahanan dan memungkinkan untuk mengadakan
eksploitasi. Batalyon dapat menerobos suatu posisi musuh dan
melaksanakan eksploitasi atau dapat menembus suatu posisi
musuh dan selanjutnya diteruskan oleh pasukan lain yang
mengadakan eksploitasi.
(2) Pelambungan. Dalam pelambungan serangan pokok
ditujukan terhadap lambung musuh yang lemah. Batalyon
69

dapat melakukan pelambungan sendiri bila mendapatkan


perkuatan dari komando atas, dan dapat dijadikan pasukan
pengikat atau pasukan pelambung pada pelambungan
komando atas.
(3) Peningkaran. Peningkaran adalah variasi dari
pelambungan. Pasukan penyerang bergerak meningkar atau
didaratkan di belakang pasukan musuh untuk merebut sasaran
jauh di belakang, memaksa musuh meninggalkan posisinya
atau menarik pasukan besar musuh musuh dihancurkan di
tempat yang dipilih pasukan penyerang.
(4) Infiltrasi (perembesan). Dalam suatu serangan Yonif
dapat memasuki pertahanan musuh dengan menggunakan
teknik perembesan/infiltrasi, melalui celah atau bagian
pertahanan yang lemah. Satuan harus bergerak dengan
diam-diam/rahasia, menghindari kontak dengan pos musuh.

d) Eksploitasi. Eksploitasi adalah suatu operasi sebagai


kelanjutan dari suatu penerobosan atau pelambungan yang berhasil.
Eksploitasi dilakukan terhadap pasukan musuh yang sedang dalam
kesulitan mempertahankan kedudukannya.
e) Pengejaran. Pengejaran adalah taraf terakhir dari operasi
serangan bedanya dengan eksploitasi adalah bahwa fungsi utama
dari pengejaran yakni untuk menghancurkan pasukan musuh.
Pengejaran biasanya terdiri dari pasukan penekan langsung dan
pasukan yang melaksanakan peningkaran.

6) Pemilihan Tipe Operasi Serangan. Komandan atasan jarang


menentukan tipe operasi bagi tugas lain yang menunjang tugas pokok.
Dalam menentukan tipe operasi Danyonif perlu mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a) Tugas pokok satuannya.
b) Sifat daerah operasi.
c) Disposisi musuh yang dihadapi.
d) Kemampuan mobilitas pasukan sendiri.

7) Bentuk dan Macam Serangan.

a) Dilihat dari segi perlawanan musuh serangan dapat berupa :


(1) Serangan terhadap perlawanan hambatan. Serangan
dilakukan dengan kuat dan cepat untuk dapat mematahkan
perlawanan musuh. Jika serangan gagal diadakan
penyelidikan secara cepat dan ditentukan lebar front dan
lambung musuh, untuk dapat melancarkan serangan secara
frontal atau lambung.
(2) Serangan terhadap pertahanan yang kuat. Perlu dibuat
rencana yang lengkap, koordinasi yang seksama dan rencana
70

tembakan yang teliti. Tingkat persiapan serangan yang


dilaksanakan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesempurnaan
pertahanan musuh.

b) Dilihat dari segi satuan penyerang :


(1) Serangan Pokok. Serangan ini merupakan serangan
utama yang memberikan pukulan yang menentukan dan
membuat musuh tidak berdaya.
(2) Serangan Bantuan. Serangan yang sifatnya
memberikan bantuan kepada serangan pokok, agar serangan
pokok berhasil.

c) Tahap kegiatan dalam Operasi serangan sebagai berikut :


(1) Tahap Pelaksanaan.
(a) Operasi Serangan dilaksanakan dalam beberapa
babak yaitu :

i. Babak-I. Menguraikan langkah-langkah


pasukan dari DP menuju GA melalui PS, secara
teratur dan sedemikian rupa sehingga tepat pada
jam ” J ” pasukan penyerang dapat melintasi GA.
ii. Babak-II. Menguraikan langkah-
langkah gerakan/ kegiatan pasukan dari GA
sampai JS.
iii. Babak-III. Menguraikan langkah-
langkah gerakan/ kegiatan setelah pasukan
sampai di JS untuk melaksanakan serbuan.
iv. Babak-IV. Menguraikan langkah-langkah
setelah melaksanakan serbuan, kegiatan setelah
pasukan sampai di daerah konsolidasi.
v. Dalam pelaksanaannya operasi serangan
dapat dilanjutkan dalam bentuk penerobosan,
peningkaran, pelambungan , eksploitasi dan
pengejaran.

(2) Tahap Pengakhiran. Setelah pelaksanaan Operasi


Serangan berakhir, Danyonif melaporkan hasil pelaksanaan
operasi kepada Komando Satuan Atas, kemudian menunggu
perintah selanjutnya. Di dalam tahap akhir ini diuraikan
kegiatan / gerakan pasukan untuk melaksanakan konsolidasi,
yang meliputi kegiatan taktis dan kegiatan administrasi.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
(a) Evaluasi terhadap pelaksanaan Operasi
Serangan yang telah dilaksanakan.
(b) Pengarahan (debriefing) yang diperlukan untuk
langkah selanjutnya.
71

(c) Reorganisasi sesuai dengan kebutuhan operasi


selanjutnya.

b. Operasi Pertahanan. Operasi Pertahanan adalah operasi yang


direncanakan dengan menggunakan segala sarana dan metoda untuk mencegah,
menahan, memukul dan menghancurkan serangan musuh. Bertujuan untuk
mengembangkan kondisi yang lebih menguntungkan untuk tindakan ofensif
sehingga terhindar dari kehancuran/kerugian yang tidak diinginkan. Operasi ini
dilakukan bila perbandingan daya tempur relatif musuh lebih besar dari daya
tempur pasukan sendiri.
1) Faktor Taktis yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan Operasi
pertahanan adalah sebagai berikut :
a) Inisiatif. Inisiatif sangat dituntut dalam suatu pertahanan
agar tugas pokok dapat dicapai secara optimal, apalagi bila karena
keterbatasan kemampuan yang di miliki, terpaksa tidak dapat
melaksanakan operasi serangan, sehingga operasi pertahanan
haruslah menjadi operasi yang mampu dihandalkan. Sikap Inisiatif
tersebut antara lain sebagai berikut :
(1) Pemilihan daerah pertempuran untuk pertahanan.
(2) Upaya memaksa musuh untuk mengikuti rencana
pertahanan.
(3) Mengeksploitasi kelemahan dan kesalahan musuh .

b) Offensif. Sikap ofensif dipandang perlu untuk digunakan


setiap saat dalam rangka membinasakan musuh, juga sebagai
langkah mengeliminir terhadap kejenuhan satuan terhadap
pelaksanaan pertahanan yang lama, sehingga moril dan
kesiapsiagaan pasukan dapat tetap dipelihara.
c) Resiko. Mengendalikan suatu operasi pertahanan dalam
kondisi yang menguntungkan merupakan tujuan sekaligus ujian
terberat di lapangan, resiko akan datang setiap saat, oleh karenanya
komandan satuan harus memiliki kemampuan kepemimpinan
lapangan yang baik, manggunakan segala kelebihan yang dimiliki
dan memperhitungkan segala resiko dengan teliti dan jeli serta
berhemat tenaga dan mampu mempergunakan pada saat yang
menentukan tanpa ragu-ragu.
d) Kebebasan bertindak. Merupakan sikap untuk
mengembangkan inisiatif bagi para komandan bawahan dalam upaya
melaksanakan pertahanan tanpa mengabaikan tugas pokok, dengan
memanfaatkan segala sarana yang ada padanya guna memperoleh
keuntungan yg optimal.
e) Penyusunan pasukan. Dalam penyusunan pasukan suatu
pertahanan perlu dipertimbangkan secara matang akan faktor
TUMMPAS, keadaan udara, nubika dan mobilitas satuan. Pasukan
yang disusun secara melebar dapat mengurangi kerawanan terhadap
tembakan massal musuh, tetapi akan menghadapi resiko lain yang
72

perlu diperhitungkan oleh karena itu pasukan harus disusun secara


mendalam, agar :
(1) Menghindari front yang terlalu melebar.
(2) Memungkinkan lebih banyak pasukan yang dapat
digunakan sebagai cadangan.
(3) Menghindari gerakan melebar dihadapan musuh.
(4) Memudahkan deteksi dan pencegahan infiltrasi.
(5) Memungkinkan disposisi yang menguntungkan untuk
melaksanakan serangan.
f) Rencana pertahanan yang diintegrasikan. Rencana
keseluruhan dari pertahanan yang dikoordinasikan secara cermat dari
rencana tembakan, rencana bantuan tempur dan rencana bantuan
adminisrasi.
g) Waktu yang tersedia. Alokasi waktu yang diberikan oleh
komando atasan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bentuk
pertahanan maupun pembuatan perencanaan serta persiapan
pertahanan. Semakin banyak waktu yang disiapkan untuk
pelaksanaan pertahanan dari komando atasan, semakin banyak pula
waktu bagi para komandan bawahan untuk penyusunan rencana
pertahanan dengan baik.

2) Lingkup Operasi Pertahanan. Pada dasarnya pertahanan terdiri


dari daerah pengamanan, daerah pertahanan depan dan daerah belakang.
Sedangkan bentuk pertahanan meliputi Pertahanan Mobil, Pertahanan
Daerah, Pertahanan Melingkar dan pertahanan Front Lebar.

a) Pertahanan daerah. Bertujuan untuk mempertahankan suatu


medan tertentu dalam jangka waktu tertentu dan untuk
mendisorganisir musuh serta memberikan kesempatan kepada
satuan lain guna mempersiapkan operasi yang lebih menentukan.
Pasukan disusun secara kuat dan melebar sepanjang daerah
pertahanan depan untuk menghentikan dan menggagalkan serangan
musuh di depan batas depan daerah tempur (BDDT), sedangkan
pasukan cadangan dipergunakan untuk memberikan kedalam
pertahanan dan untuk menghancurkan / mengusir penerobosan
musuh yang telah berhasil menembus BDDT dengan serangan balas.
Pertahanan daerah dilaksanakan apabila harus mempertahankan
suatu daerah tertentu dalam rangka pertahanan akhir, sebelum suatu
pertahanan beralih ke tahap operasi perlawanan wilayah.
b) Pertahanan Mobil. Bertujuan untuk mempertahankan suatu
daerah tertentu dengan mobilitas tinggi guna menghancurkan musuh
di daerah yang telah disiapkan dengan aksi yang bersifat ofensif. Di
daerah pertahanan ditempatkan pasukan secara melebar dengan
kekuatan minimun yang bertugas untuk menyalurkan musuh ke
daerah penghancuran, sedangkan pasukan di daerah cadangan yang
73

kuat sebagai pemukul untuk menghancurkan musuh, ditempat yang


sudah disiapkan terlebih dahulu.
c) Pertahanan Melingkar. Bertujuan untuk memberikan
perlawanan pada musuh yang datang dari segala jurusan pada saat
yang sama dengan kekuatan yang merata dan untuk memutuskan
hubungan dua satuan musuh. Pasukan disusun dalam lingkaran luar
sebagai pasukan di daerah pertahanan depan, sedangkan pasukan di
lingkaran dalam sebagai cadangan dan memberikan kedalam.
d) Pertahanan Front Lebar. Bertujuan untuk mempertahankan
suatu medan yang cukup luas, yang menjadi tanggung jawabnya,
dengan pasukan relatif kecil/terbatas. Penyusunan pasukan seperti
pada pertahanan daerah sedangkan lebar front dua kali lebih besar
dari pertahanan daerah.
e) Pertahanan Malam Hari. Bertujuan untuk memberikan
perlawanan yang gigih terhadap serangan dan infiltrasi musuh
walaupun kondisi cuaca gelap atau penglihatan terbatas.
Penyusunan pasukan disusun sedemikian rupa seperti pada
pelaksanaan pertahanan lainnya namun dengan penggunaan
penerangan secara terbatas.

3) Tahap kegiatan dalam Operasi Pertahanan sebagai berikut :


a) Tahap Pelaksanaan. Operasi Pertahanan dilaksanakan
berdasarkan pada pertimbangan faktor TUMMPAS sehingga dapat
dilaksanakan dalam bentuk Pertahanan Mobil, Pertahanan Daerah,
Pertahanan Melingkar dan Pertahanan dalam Front Lebar.
Pelaksanaan Pertahanan Meliputi :
(1) Pasukan pengaman menahan gerak maju musuh
selama mungkin, mengacaukan dan memperdaya serangan
musuh tanpa melibatkan diri dalam pertempuran yang
menentukan.
(2) Saat musuh menyerang.
(a) Bila musuh telah mulai menyerang dan tertinjau
oleh pasukan keamanan, maka segera ditembaki
dengan tembakan konsentrasi.
(b) Bila musuh mendekat, maka mulai ditembaki
oleh satuan pengaman depan.
(c) Atas perintah komandan (bila masih kontak
dengan pos komando) atau inisiatif komandan pasukan
keamanan, maka komandan segera melakukan
pemutusan pertempuran dan mundur ke kedudukan
cadangan.
(3) Saat musuh menyerbu. Apabila musuh melanjutkan
gerakan ke daerah pertahanan, maka :
(a) Bila musuh telah melancarkan serbuan, maka
melaksanakan tembakan penahan serbuan.
(b) Menghancurkan musuh di depan BDDT.
74

(c) Mempertahankan Integritas BDDT.


(d) Membatasi penerobosan musuh.
(4) Saat musuh menembus BDDT.
(a) Komandan pertahanan menyiapkan dan
menggerakkan pasukan cadangan untuk melaksanakan
serangan balas.
(b) Cadangan sementara perlu dibentuk untuk
menghadapi segala kemungkinan. Cadangan
sementara disusun dari sisa pasukan yang tidak terlibat
dalam pertempuran (unsur pelayan) atau dari tenaga
personel yang luka ringan tetapi masih dapat
digerakkan.

b) Tahap Pengakhiran. Setelah serangan balas berhasil


dilaksanakan, maka :
(1) Pelihara kontak dengan musuh baik dengan peninjauan
maupun dengan tembakan, kalau mungkin dengan
menempatkan satuan keamanan.
(2) Menempatkan kembali senjata-senjata bantuan pada
kedudukan semula.
(3) Menentukan satuan pertahanan depan dan pasukan
cadangan ( reorganisasi ).
(4) Membubarkan cadangan sementara.

c. Operasi Gerilya. Operasi ini dilaksanakan bila tahap operasi penindakan


pada Zone 1 dan II tidak berhasil maka bentuk pertempuran beralih menjadi perang
berlarut atau perang gerilya dimana Penggunaan Batalyon Infanteri dapat berdiri
sendiri atau dalam hubungan yang lebih besar bergabung dengan satuan lain
sesuai kebutuhan. Yonif dalam melaksanakan operasi Gerilya dibentuk dalam
satuan-satuan kecil dan membaur dengan rakyat, di bawah pengendalian
Komando Kewilayahan dengan cara membentuk kantong-kantong perlawanan.
Konsep pelaksanaan operasi gerilya dilaksanakan secara simultan sehingga tujuan
akhir dalam pelaksanaan operasi gerilya dapat terwujud secara optimal. Adapun
konsep pelaksanaan operasi gerilya dibagi menjadi empat fase yaitu : fase
Konsolidasi, Fase merongrong kekuatan dan kemampuan musuh, Fase
memperbesar hasil dan kekuatan, fase menciptakan keunggulan kekuatan untuk
melaksanakan serangan balas.

1) Tahap Pelaksanaan.
a) Fase Konsolidasi. Setelah garis pertahanan akhir dapat
ditembus musuh dan perintah pelaksanaan operasi gerilya
dikeluarkan, maka Danyonif segera mengkonsolidasikan pasukannya
dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
(1) Penyusunan pasukan gerilya. Yonif di reorganisasi
personel dan materiilnya menjadi kekuatan pasukan gerilya
75

untuk melaksanakan operasi gerilya sebagai perwujudan


perang berlarut.
(2) Pengamanan alutsista. Alutsista yang ada segera
diamankan/ yang diperkirakan tidak lagi efektif dan efisien
dalam melawan kemampuan senjata musuh.
(3) Pengerahan dukungan komponen perjuangan.
Pelaksanaan operasi gerilya merupakan perwujudan dari
perang berlarut yang mengikut-sertakan seluruh komponen
perjuangan bangsa Indonesia dalam Sistem Pertahanan
Semesta. Dengan demikian pada fase konsolidasi tersebut
dilaksanakan pendataan dan menghimpun kemampuan
komponen cadangan dan komponen pendukung yang ada
diwilayahnya untuk dikerahkan semaksimal mungkin dalam
rangka mendukung komponen utama pada pelaksanaan
operasi gerilya.

b) Fase Merongrong kekuatan dan kemampuan musuh. Yonif


yang dibentuk menjadi pasukan gerilya untuk melaksanakan operasi
tempur dengan menggunakan senjata organik perorangan baik dalam
hubungan satuan Peleton maupun hubungan satuan Batalyon sesuai
dengan keadaan situasi dan kondisi yang dihadapi, yaitu dengan
melaksanakan Operasi tempur ofensif. Operasi tempur ini dilakukan
secara aktif dalam rangka menghancurkan musuh, mencegah musuh
menggunakan fasilitas perangnya dan melemahkan moril musuh
dengan cara :
(1) Membuat kekacauan sipil.
(2) Sabotase.
(3) Penyergapan.
(4) Penghadangan
(5) Serangan terbatas

c) Fase Memperbesar hasil dan kekuatan.


(1) Mempertahankan dan memperluas daerah. Daerah
yang telah dikuasai oleh pasukan gerilya sebagai hasil dari
pelaksanaan perongrongan terhadap musuh dipertahankan
baik dari segi geografis, pengaruh baru dari musuh atau
mempertahankan masyarakat yang sudah menjadi simpatisan
pasukan gerilya.
(2) Rekrutmen. Perekrutan pasukan dari pemuda-pemuda
yang dikoordinir dan dilaksanakan oleh satuan teritorial
bersama pemerintah daerah setempat guna dibentuk menjadi
pasukan gerilya dengan memberlakukan wajib militer.
(3) Pengadaan alutsista. Pengadaan alutsista
dilakukan baik secara legal maupun ilegal dalam pengertian
bahwa pengadaan alutsista secara legal dilakukan dengan
pembelian alutsista melalui jalur birokrasi umum yang
76

dipersingkat dengan salah satu negara yang bersedia


mengadakan pengadaan alutsista kepada negara Indonesia,
sedangkan pengadaan alutsista secara ilegal dilakukan
dengan pembelian alutsista melalui jalur perdagangan senjata
secara gelap.

d) Fase Menciptakan keunggulan. Operasi gerilya dilaksanakan


dalam rangka merongrong kekuatan musuh sehingga musuh akan
mengalami kelelahan dalam menghadapi aksi-aksi yang dilancarkan
pasukan gerilya. Akan tetapi operasi gerilya tidak akan dapat
menentukan kekalahan bagi pihak musuh.Musuh dapat dinyatakan
kalah apabila mendapat serangan balas dari pasukan gerilya. Oleh
karena itu setiap operasi gerilya haruslah bertujuan dalam rangka
memperoleh keunggulan dalam rangka Ofensif balas.

2) Tahap Pengakhiran. Setelah pelaksanaan Operasi Gerilya berakhir,


Danyonif melaporkan hasil pelaksanaan operasi kepada Komando Satuan
Atas kemudian menunggu perintah. Adapun kegiatan yang dilaksanakan
selanjutnya :
a) Evaluasi terhadap pelaksanaan Operasi Gerilya yang telah
dilaksanakan.
b) Pengarahan (debriefing) yang diperlukan untuk langkah
selanjutnya.
c) Reorganisasi pasukan sesuai dengan tugas selanjutnya.
d) Rehabilitasi dampak-dampak Operasi Gerilya yang harus
diperbaiki kembali baik secara fisik dan non fisik.

d. Operasi Lawan Gerilya. Pengerahan kekuatan Yonif dalam operasi lawan


gerilya berawal dari perkembangan ancaman terhadap wilayah tersebut secara
eskalatif mulai dari keadaan aman, rawan dan gawat yang tidak dapat diatasi
dengan penanganan pada kondisi tertib sipil sehingga penanganannya harus
menggunakan kekuatan bersenjata melalui keputusan politik (Keppres) dalam
keadaan darurat sipil/militer. Berdasarkan pertimbangan keadaan taktis
pelaksanaan operasi diklasifikasikan dalam beberapa daerah yaitu daerah
penghancuran, daerah konsolidasi daerah stabilisasi dan daerah belakang.
Penggolongan tersebut disesuaikan pula dengan Penggunaan Batalyon Infanteri
dapat berdiri sendiri atau dalam hubungan yang lebih besar bergabung dengan
satuan lain sesuai kebutuhan. Pentahapan operasi lawan gerilya mencakup empat
macam kegiatan yaitu: pembersihan, mempertahankan apa yang telah dicapai
selanjutnya meningkatkan kondisi daerah, konsolidasi serta rehabilitasi/stabilisasi
dalam rangka meningkatkan ketahanan masyarakat.

1) Tahap Pelaksanaan.
a) Pembersihan. Kegiatan Pencarian dan Pembersihan
dilaksanakan di daerah-daerah yang telah disusupi unsur-unsur
gerilya, sel-sel bawah tanah dan satuan gerilya. Kegiatan yang perlu
77

dilakukan adalah penyelidikan untuk menemukan daerah basis


gerilya, dengan sasaran yang meliputi kekuatan dan kelemahan
gerilya, keadaan medan dan kondisi politik, ekonomi, sosial budaya
serta penduduk. Operasi-operasi pencarian dan pembersihan dapat
dilakukan secara gabungan antara Kegiatan intelijen, Operasi Tempur
dan Kegiatan pembinaan teritorial dengan titik berat Operasi Tempur.
Gerilya harus dilumpuhkan gerilya sebelum gerilya tumbuh dan
berkembang menjadi kuat. Tetapi apabila gerilya sudah terbentuk
maka perlu dilakukan pemisahan antara gerilya dengan rakyat,
gerilya dengan gerilya melalui tahap pemisahan, penggiringan,
lokalisasi dan penghancuran. Untuk menghadapi situasi seperti ini
maka Yonif-yonif ditempatkan sedemikian rupa sehingga menutup
kemungkinan gerilya untuk bercerai berai dan berbaur dengan
masyarakat. Pencarian dan pembersihan daerah ini menjadi dasar
untuk membangun Basis Operasi Depan guna melaksanakan
Operasi Lawan Gerilya di daerah yang dipengaruhi/dikuasai oleh
gerilya.
b) Mempertahankan dan meningkatkan kondisi daerah yang telah
dikuasai. Daerah-daerah yang telah dibersihkan harus dikuasai oleh
satuan-satuan Yonif, sehingga tidak memungkinkan bagi gerilya
dapat hidup dan melaksanakan kegiatannya. Kegiatan penting yang
perlu dilakukan adalah menata kembali pemerintahan dan
menyadarkan masyarakat melalui pembinaan teritorial untuk
selanjutnya melaksanakan pembangunan guna menciptakan kondisi
yang menguntungkan untuk pembinaan Ketahanan Nasional. Dengan
meningkatkan kehidupan masyarakat dalam semua aspek kehidupan
seperti pertanian, kesehatan sarana komunikasi, fasilitas umum dan
fasilitas sosial diharapkan akan menimbulkan semangat penduduk
untuk membantu pasukan kita serta melakukan tindakan positif guna
mencegah penyusupan kembali gerilya serta melaporkan sel-sel yang
ditinggalkan.
c) Konsolidasi. Kondisi penduduk diusahakan ditata ulang
sehingga kehidupan dapat normal kembali, roda pemerintahan dan
perekonomian tetap berjalan seperti biasa, diharapkan timbul
kepercayaan kepada pemerintah, kegiatan yang dikerjakan
diantaranya pembangunan daerah, mengajak penduduk
berpartisipasi dalam menanggulangi akibat-akibat kekacauan
sehingga timbul kebersamaan pemerintah dengan masyarakat
dengan demikian tidak ada peluang bagi gerilya untuk membangun
kembali kekuatannya.
d) Rehabilitasi / Stabilisasi. Bila kondisi telah kembali normal,
dimana penduduk dapat dengan bebas melakukan kegiatan masing-
masing serta pemerintah dapat berfungsi kembali, maka pemerintah
telah memenangkan operasi lawan gerilya. Selanjutnya penduduk
tetap dibina agar percaya kepada pemerintah dan dalam kondisi
demikian maka kesiapan untuk menghadapi gerilya sewaktu-waktu
78

muncul kembali akan lebih siap. Kegiatan selanjutnya adalah


memelihara stabilitas politik, ekonomi dan keamanan serta
melanjutkan program rehabilitasi terhadap akibat-akibat yang
ditimbulkan kekacauan yang lalu, dengan mengajak serta penduduk
waspada terhadap ancaman gerilya.

2) Tahap Pengakhiran.
a) Mengevaluasi hasil kegiatan operasi yang dilakukan satuan
Infanteri dalam mengatasi gerilya guna penyempurnaan pelaksanaan
operasi selanjutnya.
b) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan operasi.

e. Operasi Mobud. Yonif bersama Penerbad dalam melaksanakan tugas


pokoknya menyelenggarakan operasi Mobud yang dilaksanakan secara
bersama/gabungan yang sengaja dilatih dan disiapkan secara khusus sehingga
mampu melaksanakan tugas operasi mobud dalam rangka mendukung tugas
pokok satuan darat.
1) Tahap pelaksanaan. Dalam tahap pelaksanaan operasi Mobud terdiri
dari beberapa tahap kegiatan yaitu tahap persiapan, tahap pemuatan, tahap
pemindahan udara, tahap pendaratan dan tahap serbuan.
a) Fase persiapan. Setelah menerima tugas/PO, maka langkah
yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :
(1) Dansatgas Mobud melaksanakan pengintaian udara
terhadap route penerbangan dan sasaran apabila diperlukan.
(2) Briefing kepada anggota meliputi keterangan intelijen,
rencana taktis darat dan rencana di daerah persiapan.
(3) Pengecekan komunikasi.
(4) Gerakan ke daerah persiapan.
b) Fase pemuatan.

(1) Pengorganisasian di daerah pemuatan (DPm).


(2) Gerakan satuan Infanteri (Yonif) ke daerah pemuatan
(a) Perwira pengendali daerah pemuatan (DPm)
mengkoordinasikan waktu tiba helikopter dan pasukan
di DPm, sehingga pasukan tiba di tempat pemuatan
sesaat sebelum helikopter mendarat.
(b) Perwira pengendali DPm memberi informasi
kepada Dansatgas Mobud agar pasukan bergerak dari
DP menuju ke DPm.
(c) Apabila DPm utama tidak dapat digunakan
Perwira pengendali DPm memberi informasi kepada
Dansatgas Mobud agar pasukan yang menuju DPm
cadangan.

(3) Gerakan helikopter di daerah pemuatan (DPm).


79

(a) Helikopter bergerak ke DPm pada waktu yang


telah direncanakan.
(b) Selama bergerak waspadai kemungkinan
tembakan pertahanan udara musuh.
(c) Helikopter serang melaksanakan pengawalan
pada saat menuju DPm.
(d) Pelihara disiplin komunikasi selama operasi.
(e) Perwira pengendali memberi tanda isyarat pada
saat helikopter tiba di DPm dan selesai melaksanakan
pemuatan.
(f) Pemberangkatan disesuaikan dengan waktu
yang telah direncanakan.
(g) Pemberangkatan helikopter dapat dilaksanakan
satu persatu atau per seri penerbangan.
(h) Helikopter serang mengambil posisi di tempat
yang telah ditentukan untuk memberikan perlindungan
selama proses pemuatan.

c) Fase pemindahan udara.


(1) Air Mission Comander (AMC) menentukan kecepatan
penerbangan.
(2) Dansatgas Mobud dan AMC mengawasi penerbangan
agar tidak terjadi penyimpangan penerbangan.
(3) Apabila route utama tidak aman, maka gunakan route
cadangan.
(4) Helikopter serang berada pada posisi yang telah
ditentukan untuk melaksanakan kawal mobud.
(5) Pada waktu yang telah ditentukan, helikopter serang
mendahului helikopter serbu menuju sasaran untuk
melaksanakan tembakan penekanan menjelang pendaratan.
(6) Tindakan pengamanan.
(a) Helikopter serang memberikan pengamanan
terhadap helikopter yang mengalami keadaan darurat,
melaksanakan pengintaian route dan bantuan tembakan
selama penerbangan.
(b) Helikopter yang mengalami keadaan darurat
melaporkan kepada flight leader.

d) Fase pendaratan.
(1) Setelah melewati titik sebar, helikopter serbu menuju
titik pendaratan (TPn).
(2) Para Komandan pesawat memberitahukan arah
pendaratan dan arah sasaran kepada Komandan pasukan.
(3) Helikopter serang dapat diberi tugas tambahan antara
lain :
80

(a) Melaporkan situasi terakhir di daerah pandaratan


kepada AMC.
(b) Menetralisir kedudukan musuh yag diketahui dan
mengamankan helikopter serbu selama pendaratan.
(c) Mengawasi jalan pendekat ke arah daerah
pendaratan terhadap kemungkinan serbal musuh.
(4) Helikopter kodal. Helikopter kodal bergerak ke tempat
yang ditentukan untuk mengendalikan pasukan darat selama
operasi berlangsung.
(5) Helikopter evakuasi. Digunakan untuk keperluan
evakuasi korban.
(6) Bantuan tembakan. Keputusan untuk memberikan
bantuan tembakan oleh Dansatgas Mobud.

e) Fase serbuan. Saat eselon serbuan mendarat didaerah


pendaratan (DPn) pada jam ”J” pasukan melaksanakan serbuan
terhadap sasaran sesuai dengan rencana taktis darat. Serbuan
selesai apabila sasaran dapat direbut, dihancurkan atau
dilaksanakannya penarikan pasukan dari daerah pendaratan (DPn).

2) Tahap pengakhiran. Apabila fase pendaratan selesai dan pasukan


Mobud melaksanakan serbuan, satuan penerbad kembali ke DPm/DP
Penerbad melalui route yang telah direncanakan untuk menyelesaikan
eselon selanjutnya atau untuk melaksanakan operasi selanjutnya. Operasi
Mobud dinyatakan selesai apabila sasaran dapat direbut atau dihancurkan
dan atau dilaksanakannya penjemputan kembali pasukan Mobud.

f. Operasi Dalam Kondisi Khusus


1) Operasi di Daerah Perkubuan. Didalam serangan terhadap
perkubuan yang dipersiapkan sempurna, peranan Batalyon adalah sebagai
bagian dari satuan yang melaksanakan penembusan atau sebagai bagian
satuan cadangan.
a) Pada tingkat Batalyon Infanteri dan lebih tinggi tidak ada
perbedaan yang menyolok antara pelaksanaan serangan terhadap
perkubuan dengan serangan terhadap pertahanan biasa. Beberapa
variasi yang diterapkan pada serangan ini adalah lebih sering
melakukan loncat katak bagi satuan bawah untuk memelihara
momentum serangan dan pengendalian terhadap satuan bawah yang
lebih ketat untuk menjamin dapat dilaksanakannya dengan baik
semua rencana yang telah dikoordinasikan secara terperinci.
b) Tingkatan Serangan. Pada umumnya serangan terhadap
perkubuan dilakukan dalam empat tingkat. Tingkat-tingkat ini dapat
saling menutup satu sama lainnya dimana tiap satu tingkatan selesai,
segera sukses ini diperbesar oleh tingkat selanjutnya. Tingkatan-
tingkatan tersebut ialah :
81

(1) Menghancurkan pasukan keamanan dan


pengintai/pengawas dari pertahanan musuh.
(2) Penembusan ditempat yang lemah.
(3) Melebarkan lubang penembusan dengan
menghancurkan kedudukan musuh di lambung kanan/kiri dari
lubang tersebut.
(4) Membersihkan hambatan-hambatan musuh yang
ketinggalan dan melanjutkan serangan.
c) Gerakan dari DP ke GA lewat PS. Kegiatan pasukan pada
fase ini sama saja dengan serangan terhadap posisi pertahanan
biasa. Hanya pada serangan ini terlebih dahulu diadakan pemboman
diseluruh front dengan tembakan bantuan dari satuan atasan baik
berupa tembakan artileri maupun dari angkatan udara, jauh sebelum
jam “J”.
d) Gerakan dari GA ke Sasaran Serangan.
(1) Sasaran pertama pasukan penyerang adalah
penghancuran dan penyingkiran eselon keamanan dan
pengintai musuh yang berada di depan daerah perkubuan.
(2) Tembakan artileri dan angkatan udara yang telah
diberikan sebagian dilanjutkan sebagai tembakan pendahuluan
yang ditujukan kepada perkubuan dimuka penembusan
pertama secara intensif dan penggunaan tabir asap dengan
tembakan asap, bila angin memungkinkan. Selama tembakan
pendahuluan route pasukan penyerang ke daerah
penembusan dibersihkan dari ranjau dan rintangan agar
kemajuan eselon penyerang tetap terjaga.
(3) Bila route telah diamankan kompi penyerang depan
maju secepat-cepatnya di bawah perlindungan semua
tembakan bantuan yangtersedia dengan melakukan gerakan
loncat katak. Selanjutnya melakukan penembusan terhadap
perkubuan musuh. Penembusan ini diikuti dengan
peningkatan perebutan terhadap lambungnya untuk
memperlebar lubang penembusan. Sekalipun pada umumnya
serangan harus dilakukan secara frontal tetapi jika mungkin
perkubuan itu harus dilampaui dan kemudian dihancurkan
dengan pengepungan atau serangan dari belakang.
(4) Gerakan peleton depan dari kompi penyerang depan.
(a) Setelah tembakan pendahuluan peleton maju
dengan dilindungi oleh segala tembakan bantuan yang
ada, baik yang langsung maupun yang tidak langsung.
(b) Bila membahayakan pasukan sendiri tembakan
bantuan dialihkan atas isyarat dari Danton. Kedua
regu dan peleton yang bukan regu penggempur
melindungi gerakan regu penggempur dalam mendekati
kubu-kubu musuh, dengan tembakan yang intensif ke
arah lubang tembakan kubu-kubu tersebut.
82

(c) Bila tembakan ini juga membahayakan


selanjutnya kedua penembak SMR regu penggempur
melindungi regunya dengan tembakan. Hendaknya
regu penggempur maupun unsur-unsur dalam
mendekati kubu musuh melalui bagian yang buta/yang
tidak adan lubang tembakannya. Kemudian dengan
perlindungan tembakan SMR regu penggempur dan
penyembur api, prajurit-prajurit yang membawa alat
peledak menghancurkan kubu-kubu tersebut. Bila
menghadapi perkubuan musuh yang mempunyai
rintangan kawat berduri maka sebelum regu
penggempur maju kelompok pemotong kawat dari
zipur/pionir membuat jalan bagi regu penggempur
dibawah lindungan tembakan yang ada yang masih
dapat membantu.
e) Penembusan. Setelah perkubuan dapat ditembus, regu
penggempur menguasai kedudukan-kedudukan senjata bantuan dan
menggunakan granat serta penyembur api untuk mengatasi semua
perlawanan. Pasukan penyerang sebaiknya diberikan kesempatan
melakukan reorganisasi dengan dilindungi oleh pasukan lambung dan
pasukan cadangan yang maju cepat ke depan setelah adanya lubang
penembus. Peleton penyerang mengkonsolidasikan daerah
penembusan yang telah direbutnya dan mengadakan langkah-
langkah yang perlu untuk mencegah direbutnya kembali oleh musuh.
Tanggung jawab ini ditentukan oleh unsur cadangan baik peleton
cadangan maupun kompi cadangan, kemudian peleton penyerang
melanjutkan serangannya untuk memperdalam penembusan.
f) Memperbesar lubang penembusan. Karena rangkaian
pertahanan musuh mempunyai pertahanan kesegala arah/jurusan
maka kasi untuk memperluas penembusan ke lambung dan
kebelakang perkubuan bukanlah hal yang mudah. Sekali
penembusan tercapai dan suatu kubu dapat dilumpuhkan maka
pasukan penyerbu tambahan segera digerakkan ke lubang
penembusan tersebut. Mereka harus menyerang ke samping
dan kesegala jurusan untuk melebarkan lubang penembusan, sedang
pasukan penyerang memperdalam lubangpenembusan dengan
melumpuhkan kubu berikutnya. Pasukan cadangan segera
digerakkan masuk ke lubang penembusan untuk dapat merebut
kubu-kubu ke lambung Batalyon. Kubu-kubu dilambung batalyon
dapat memberikan kesempatan kepada musuh untuk
mengorganisasikan diri kembali guna dapat mengadakan serangan
balas. Keterlambatan menguasai kubu-kubu dilambung batalyon dan
terlambatnya memperluas pasukan penyerang merupakan saat yang
kritis yang mungkin mengakibatkan kehancuran pasukan penyerang.
Hal ini disebabkan karena jika musuh melakukan serangan dan
menutup lubang penembusan maka pasukan penyerang akan terjepit
83

dan mudah dihancurkan oleh serangan balas musuh. Selain itu


pasukan zeni tempur/pionir segera membersihkan rintangan/ranjau
lawan tank untuk memungkinkan pasukan penyerang dibantu dengan
gelombang serangan tank. Persenjataan musuh yang dapat dirampas
harus segera disingkirkan atau dihancurkan, kecuali jika alat-alat
tersebut dapat segera digunakan oleh pasukan penyerang. Gudang
senjata musuh harus dihancurkan untuk mencegah pemakaiannya
kembali. Pada pelaksanaan penembusan oleh satuan Brigade
Infanteri kalau mungkin hendaknya penembusan pada tingkat
pertama mempunyai kelebaran dan kedalaman + 3 (tiga) km
(tergantung pada keadaan medan). Hal ini diperlukan untuk dapat
menggerakkan satuan-satuan kelubang penembusan terhindar dari
gangguan tembakan langsung infanteri musuh. Pada tingkat
berikutnya hendaklah penembusan diperbesar dan diperdalam untuk
memungkinkan pasukan yang melalui daerah penembusan tidak
terganggu oleh tembakan artileri musuh.
g) Aksi selanjutnya setelah penembusan. Pelebaran lubang
penembusan selanjutnya dilakukan oleh pasukan yang sangat mobil
yang ditugaskan untuk melakukan eksploitasi berdasarkan rencana
sebelumnya. Biasanya dilakukan oleh satuan berlapis baja atau
satuan Infanteri yang dimekanisasi yang terdiri dari pasukan
cadangan atau satuan yang tidak terlibat langsung dalam
pertempuran. Helicokter dapat digunakan untuk mempertinggi
mobilitas Infanteri dengan melakukan operasi Mobud. Eksploitasi
segera dilancarkan dengan cepat setelah posisi perkubuan musuh
dapat ditembus dan rintangan/ranjau lawan tank musuh dibersihkan
dengan melalui lubang penembusan.
h) Konsolidasi. Pada dasarnya sama saja dengan pelaksanaan
konsolidasi pada serangan terhadap posisi pertahanan biasa.

2) Operasi di Daerah Bangunan. Kota dengan bangunan, gedung, jalan


yang lurus, lapangan dan sebagainya merupakan persoalan taktis yang
harus dipikirkan, baik bagi yang menyerang maupun yang bertahanan.
Bangunan dapat memberikan kemungkinan peninjauan yang agak luas
tetapi akan membatasi gerakan. Gedung yang bertingkat memaksa pihak
yang menyerang bertempur dalam tiga dimensi. Pelaksanaan serangan di
daerah bangunan/kota pada dasarnya sama saja dengan pelaksanaan
serangan biasa, perbedaannya hanya karena adanya ciri khusus daerah
bangunan/kota yang mempengaruhi pelaksanaan operasi :
a) Dari DP ke GA melalui PS. Pelaksanaannya sama dengan
serangan biasa.
b) Dari GA ke Sasaran Serangan.
(1) Di dalam pelaksanaan serangan ini dibagi dua babak :
(a) Babak pertama membuat batu loncatan ditepi
daerah bangunan dengan tujuan untuk mempersiapkan
serangan selanjutnya, membatasi daya tembak dan
84

peninjauan musuh, mengawasi garis perhubungan dan


memberikan tembakan untuk mencegah musuh
memperkuat diri atau mengundurkan diri. Dalam
babak ini tim Infanteri Tank dibentuk melakukan
penetrasi, pelaksanaannya Tank membantu dengan
tembakan sampai gedung yang pertama/tepi daerah
bangunan dapat direbut.
(b) Babak kedua adalah menerobos ke dalam
daerah bangunan dengan satu poros atau lebih.
Pelaksanaan serangan pada babak ini adalah :
i. Penyerang bergerak dengan kelompok
kecil, Infanteri Tank bergerak bersama-sama
menghancurkan hambatan musuh yang kuat,
Infanteri bergerak lebih dahulu untuk melindungi
Tank dari jarak dekat.
ii. Bangunan demi bangunan direbut dan
diamankan, waspada terhadap penembak runduk
yang ditinggalkan atau yang merembes, untuk
kepentingan manuver dapat dibuat lorong dalam
tanah atau menerobos bangunan yang ada untuk
jalan pendekat.

(c) Yang perlu mendapat perhatian dalam babak


ini ialah :
i. Pimpinan yang didesentralisir.
ii. Pengawasan terhadap alat perhubungan.
iii. Pembersihan terhadap sisa perlawanan
musuh yang tertinggal.
c) Konsolidasi.
1) Untuk serangan terhadap daerah bangunan yang kecil
dimana seluruh kota dijadikan sasaran maka konsolidasi
dilakukan diluar kota menempati medan yang memungkinkan
dapat menahan Serbal musuh.
2) Untuk serangan terhadap daerah bangunan yang besar
dan luas maka konsolidasi ditempat vital yang perlu direbut
untuk diamankan sesuai dengan tugas yang telah diberikan
untuk satuan penyerang.

d) Untuk serangan terhadap pertahanan musuh didalam daerah


bangunan dimana BDDT-nya berada diluar kota maka pelaksanaan
serangannya sama dengan serangan biasa. Hanya setelah musuh
mundur dan masuk mempertahankan daerah bangunan.

3) Operasi di Daerah hutan rimba. Karena sifat daerah hutan yang


khusus, sangat mempengaruhi bentuk pertempuran yang dilakukan
didaerah tersebut. Khususnya dari sifat daerah antara lain adanya
85

tetumbuhan yang lebat dan tinggi, sehingga medan tertutup, keadaan


tersebut dapat mempengaruhi moril pasukan.

a) Pelaksanaan.
(1) Tahap I, Merebut tepi dekat.
(a) Perebutan sasaran tepi dekat dilakukan seperti
serangan dimedan biasa, termasuk penggunaan
Bantem bila diperlukan.
(b) Setelah dapat merebutnya, diadakan
reorganisasi untuk gerakan masuk hutan dengan tetap
melakukan tindakan keamanan terhadap kemungkinan
pendekatan musuh.
(2) Tahap II, Gerakan masuk dan melalui hutan.
(a) Setelah reorganisasi pasukan dan senjata
bantuan telah mengambil kedudukan, dilanjutkan
dengan gerakan masuk hutan.
(b) Bila mendapat perlawanan, serangan dilakukan
secara frontal dan atau melambung.
i. Musuh dekat, dari arah yang terbuka
dengan tembakan-tembakan.
ii. Serangan dilakukan dari arah yang
tertutup.
iii. Mo. 81 membantu dengan tembakan tidak
langsung bila memungkinkan.
iv. Artileri menembak sasaran jauh
dibelakang yang telah dilewati kompi.
v. Bila sasaran tepi jauh telah dapat direbut,
dilakukan reorganisasi untuk gerakan keluar
hutan.

(3) Tahap III, Gerakan keluar hutan.


(a) Bila sementara dilakukan reorganisasi mendapat
perlawanan dari musuh, maka reorganisasi harus
mengutamakan kecepatan, bila perlu reorganisasi
dilakukan sambil berjalan.
(b) Serangan terhadap perlawanan musuh atau
gerakan keluar hutan dilakukan seperti serangan di
daerah biasa.
(c) Pimpinan senjata bantuan dipusatkan.

b) Konsolidasi. Setelah gerakan keluar hutan dapat dilakukan


dengan baik, dilakukan konsolidasi seperti pada serangan biasa.

4) Operasi di Daerah Sungai. Batalyon dalam operasi penyeberangan


sungai yang dipersiapkan untuk menyerang, sebagai bagian dari satuan
yang lebih besar. Batalyon tersebut harus membuat pancangan kaki sendiri
86

atau merupakan bagian dari satuan yang lebih besar yang harus membuat
pancangan kaki. Tugas dari batalyon adalah menyerang secara cepat dan
merebut serta mengamankan bagian medan untuk melindungi
penyeberangan berikutnya dengan jalan menduduki bagian ditepi jauh
(seberang sungai).
a) Pelaksanaan.
(1) Gerakan dari daerah persiapan ke sungai. Sebelum
batalyon meninggalkan daerah persiapan, maka kompi
mengirimkan penunjuk jalan ke daerah penyeberangan guna
mengadakan pengintaian terhadap pangkal serangan.Batalyon
bergerak dari daerah persiapan ke pangkal serangan dalam
kelompok perahu dibawah pengawasan Komandan Batalyon.
Setelah sampai dipangkal serangan, kompi penyerang depan
ditemui oleh anggota Zeni yang mempunyai tugas
memberangkatkan pasukan, dan bersama-sama mereka
bergerak ketempat penyeberangan. Gerakan tersebut harus
diperhitungkan pada jam “J” yang telah ditentukan.
(2) Alat penyeberangan. Perahu penyeberangan diberikan
secukupnya untuk gelombang penyerang depan batalyon.
Perahu ini juga dipergunakan untuk menyeberangkan eselon
berikutnya. Jika ada kendaraan amphibi berlapis baja, dapat
dikerahkan sebanyak-banyaknya untuk mengangkut pasukan
dan jembatan titian (jembatan kaki) dan lain-lainnya. Biasanya
pada batalyon sebagai alat penyeberangan tambahan
diberikan satu atau dua jembatan Infanteri atau jembatan tipe
lain. Jembatan yang dapat menyeberangkan kendaraan
diberikan kepada Brigade. Komandan Batalyon menentukan
prioritas penyeberangan dengan urut-urutan sebagai berikut :
kendaraan peleton lawan tank, kendaraan mesiu, kendaraan
kesehatan, kendaraan perhubungan dan kendaraan pengintai.
(3) Gelombang penyeberangan.Salah satu yang dapat
dipakai dalam membagi unsur batalyon penyerang adalah
sebagai berikut :

(a) Gelombang pertama. Semua peleton senapan


dari kompi penyerang termasuk unsur yang bawah
perintah kepada peleton.
(b) Gelombang kedua. Kelompok komando kompi,
Tonban, senjata bantuan yang dibawah perintah kompi
dan peninjauan depan Mortir dan Artileri.
(c) Gelombang ketiga. Unsur pengintai dari kompi
bantuan, eselon yang diajukan dari pos komando, pos
pertolongan batalyon, peleton keamanan dan anggota
yang mengurus mesiu.
(d) Gelombang keempat. Unsur lain dari batalyon
yang belum diseberangkan. Gelombang ini menyerang
87

dengan mempergunakan jembatan kaki atau rakit


jembatan Infanteri.

(4) Penyeberangan. Serangan dimulai apabila eselon


penyeberangan telah dilepaskan dari tepi dekat . Seorang
perwira Zeni ditunjuk untuk tiap-tiap penyeberangan guna
mengawasi pemusatan pasukan pada gelombang
penyeberangan dan keberangkatannya dari tepi dekat.
Personel Zeni bertanggung jawab tentang pengendalian
perahu dan seorang Infanteri yang tertua dalam tiap perahu
diberi pertanggung jawaban dalam pemeliharaan arah
kedaerah pendaratan selama diatas air. Tidak perlu
diusahakan untuk memelihara formasi. Menembak dari rakit
tidak diijinkan demi keamanan pasukan. Setelah sampai
ditepi jauh, maka pasukan penyerang segera melompat
keluar dan mengembang dengan formasi serangan untuk
menyerang sasaran yang pertama. Anggota dari Zeni segera
membawa kembali perahunya guna penyeberangan
berikutnya.
(5) Penyerangan setelah penyeberangan. Pertama-tama
tidak perlu diusahakan untuk menyusun kambali tim perahu
dalam satuan taktis (regu, peleton) tetapi langsung
menyerang musuh yang dihadapinya. Jika penyeberangan
tidak mendapatkan perlawanan maka pasukan harus segera
menuju titik berkumpul, yang telah ditentukan sebelumnya
untuk disusun kembali sebelum melanjutkan serangan
merebut sasaran pertamanya. Sisa perlawanan musuh yang
dilampaui dibersihkan oleh satuan cadangan batalyon atau
oleh pasukan yang diperuntukkan untuk tugas tersebut.
Batalyon meneruskan serangan untuk merebut sasaran
sebagaimana telah direncanakan.
(6) Saat kritis dalam penyeberangan. Bahaya pokok yang
sering terjadi dalam saat penyeberangan ialah apabila
gelombang pertama menjadi kacau pada saat menyeberang.
Pengendalian oleh komandan terbatas sekali karena alat
komunikasi terbatas kepada pemakaian radio. Saat demikian
ini dapat menjadi saat yang paling kritis dalam operasi.

g. Operasi Linud. Operasi Linud adalah suatu operasi gabungan yang


dilancarkan melalui udara oleh Sat gas Linud dan Satgas Udara beserta bantuan
logistik dan peralatannya ke suatu daerah sasaran, dengan cara diterjunkan dan
atau di daratkan dalam rangka melaksanakan tugas taktis maupun strategis
Peranan Batalyon Infanteri sebagai inti kekuatan dalam operasi tempur, juga dapat
digunakan dalam Operasi Linud. Ops Linud di laksanakan dengan tujuan merebut
dan menduduki suatu daerah sasaran atau dengan tujuan lain yang bernilai
strategis dalam rangka mendukung operasi yang lebih besar. Pertimbangan dasar
88

dalam melaksanakan operasi Linud apabila betul-betul akan memperoleh


keuntungan strategis atau taktis dan tidak bisa dilaksanakan oleh operasi lain,
selain itu pula pemusatan. Kemampuan dan penghematan usaha merupakan hal
pokok untuk menjamin keberhasilan ops Linud. Keduanya dapat dicapai bila ops
Linud dapat di tempatkan di bawah Satu Komando dan diarahkan untuk satu tujuan
utama.

1) Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan operasi Linud dimulai setelah


kegiatan di daerah pemuatan selesai. Pada pelaksanaan operasi segala
kegiatan harus berjalan secara paralel antara satgas Linud Dansatlakopsud
yang dilaksanakan secara berurutan sesuai dengan pembabakan operasi
Linud, yaitu babak perencanaan dan persiapan, babak pemindahan udara,
babak serbuan dan babak pertumpuan udara.
a) Babak perencanaan dan Persiapan. Operasi Linud
memerlukan perencanaan dan persiapan yang seksama serta
dikoordinasikan antara Pang/Dankogasgab/Subkogasgab Linud,
Satgas Linud, Dansatlakopsud. Koordinasi yang terperinci dan terus
menerus dilakukan sedini mungkin antar semua Satgas dan satuan
penunjang (Satbanmin dan Dansatbanpur) yang terlibat termasuk
dukungan logistik. Pertukaran antar Pabung Dansatgas yang terlibat,
dan pengiriman Pabung dari semua Satgas ke Kogasgab /
Subkogasgab Linud, dilaksanakan sejak awal / sedini mungkin.
Jumlah waktu yang tersedia untuk perencanaan dan persiapan
operasi Linud tergantung dari jangka waktu yang dialokasikan untuk
keseluruhan operasi dan dipengaruhi oleh tingkat kesiapan Satgas
Linud Dansatlakopsud yang dilibatkan. Untuk pelaksanaan
perencanaan pada operasi Linud perlu dibuat Protap tersendiri.
Perencanaan Operasi Linud dikembangkan secara “Back Ward “ yaitu
dari daerah sasaran ke kedudukan pasukan.
b) Babak Pemindahan Melalui Udara. Rencana Pemindahan
Melalui Udara adalah pemindahan Satgas Linud ke daerah sasaran
melalui udara menurut urutan, waktu dan tempat yang ditentukan
dalam rangka operasi Linud. Sedangkan babak pemindahan udara
adalah babak operasi Linud yang dimulai pada saat pemuatan selesai
(penyerahan manifest) dan siap berangkat sampai dengan saat
penerjunan/pendaratan. Jumlah muatan yang diijinkan bagi pesawat,
ditentukan oleh Dansatlakopsud pada tahap perencanaan awal, agar
memberikan kesempatan bagi Dansatgas Linud untuk membuat
rencana pemuatan. Rute penerbangan yang dipilih harus seaman
mungkin. Kemampuan, sifat serta lokasi DPn, DPd dan daerah
ekstraksi, merupakan pertimbangan utama dalam membuat
Rendahud.
c) Babak Serbuan. Babak serbuan adalah saat dimulainya
penerjunan atau pendaratan Satgas Linud dari pesawat untuk
selanjutnya melaksanakan perebutan sasaran-sasaran yang telah
89

ditentukan berdasarkan Rentisrat, dalam rangka membentuk TU dan


mempertahankannya.
d) Babak Pertahanan Tumpuan Udara. Babak ini dimulai
setelah terbentuknya tumpuan udara sampai terjadinya
penggabungan atau ada perintah lisan atasan.

2) Pengakhiran. Setelah operasi Linud mencapai tujuan/sasaran yang


diharapkan, maka operasi tersebut dinyatakan berakhir. Pengakhiran
operasi Linud diawali dari pernyataan Panglima TNI/Kogasgab dan
dilanjutkan dengan alih Kodal.
a) Berakhirnya Operasi Linud. Operasi Linud baru dinyatakan
berakhir apabila ada pernyataan dari Panglima TNI/Kogasgab setelah
menerima salah satu laporan ini :
(1) Satgas Linud telah membentuk dan menguasai TU,
unsur utama satuan dengan peralatan dan perbekalannya
telah didaratkan serta memungkinkan untuk melaksanakan
pembekalan ulang.
(2) Telah dilaksanakan penggabungan dengan satuan lain
di darat.
(3) Pemindahan ke belakang yang direncanakan atau
pemindahan ke belakang dalam keadaan darurat telah
dilaksanakan.
b) Alih Kodal. Alih kodal dilaksanakan pada saat operasi Linud
dinyatakan telah berakhir. Pada saat itu Kodal bagi satuan yang
tergabung dalam Satgas Linud beralih kepada :
(1) Komandan pasukan untuk melaksanakan operasi darat
lanjutan.
(2) Bagi satuan yang tidak terlibat dalam operasi darat
selanjutnya kembali kepada induk pasukan (sesuai dengan
PO).

h. Operasi Raiders. Batalyon Infanteri yang dilatih secara khusus sehingga


dapat melaksanakan Operasi Raid. Operasi tersebut dilaksanakan dengan tujuan
untuk mempengaruhi jalannya suatu pertempuran yang mempunyai efek dan nilai
strategis, sasarannya dapat berupa penghancuran instalasi penting musuh,
pembebasan sandera/ tawanan atau penculikan terhadap tokoh penting musuh.
1) Pelaksanaan. Pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana
operasi Raid, dan pelaksanaan ini akan menentukan tentang penyelesaian
tugas pokok. Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan ini dimulai sejak
gerakan dari basis operasi menuju titik pemberangkatan (TPb) yang
berfungsi sebagai DP diajukan, dilanjutkan mendekati daerah sasaran
melalui ATP (Advance Team Point), cara bertindak disasaran untuk menuju
Basis Operasi atau untuk melaksanakan tugas-tugas lain.
a) Mendekati Daerah Sasaran. Gerakan mendekati sasaran
ini dibagi dalam 2 (dua) tahap yaitu gerakan dari basis Operasi ke
Titik Pemberangkatan (TPb) dan gerakan dari TPb menuju ke sasaran
90

melalui ATP (Advance Team Point). Gerakan dari Basis Operasi


menuju ke Titik Pemberangkatan (berfungsi sebagai DP yang
diajukan) dapat menggunakan sarana Angkutan Darat, Laut dan
Udara. Gerakan dari Titik Pemberangkatan menuju ke sasaran
dilaksanakan dengan teliti agar satuan melaksanakan Raid dapat
mencapai sasaran pada saatnya dengan pendadakan maksimal,
maka Satuan Raid harus dapat tiba dari tempat dan waktu yang tidak
diduga serta pada sasaran yang tidak dipersiapkan oleh musuh.
b) Cara bertindak di sasaran. Kegiatan dan tindakan yang
dilakukan oleh Sat Raid di Daerah sasaran tidak sama untuk setiap
macam tugas Raid baik penculikan, penghancuran maupun
pembebasan tawanan. Perbedaan dari setiap macam tindakan itu
karena disesuaikan dengan sasaran yang harus dihadapi dalam
pelaksanaan tugas-tugas Raid. Kerahasiaan yang dipelihara dengan
baik oleh setiap anggota Sat Raid akan mendapatkan pendadakan
yang maksimal perhadap musuh, sehingga dapat melakukan tindakan
disasaran secara berhasil guna, pada ruang dan waktu yang tepat.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh Sat Raid harus sesuai dengan
rencana gerakan dan dilaksanakan cepat dan tepat dengan
perhitungan dan pertimbangan yang masak. Apabila tindakan itu tidak
berhasil maka akan merupakan kegagalan dari tugas yang
dibebankan kepada Sat Raid tersebut, oleh karena itu Dan Sat Raid
harus selalu mempertimbangkan dan menghitung setiap
kemungkinan yang harus dilakukan didalam menghadapi musuh.
(1) Setelah Dansat Raid mendapatkan data-data tentang
medan dan kegiatan musuh yang berakhir di ATP, maka Sat
Raid dalam waktu yang sudah direncanakan bergerak menuju
TK akhir untuk selanjutnya melakukan penyebaran kelompok
menuju kedudukan masing-masing.
(2) Sebelum Sat Raid meninggalkan TK Akhir maka setiap
Dan kelompok mengadakan pemeriksaan terakhir yang
meliputi jumlah personel, perlengkapan, serta kesiapan
anggota.
(3) Dansat Raid memerintahkan kepada setiap kelompok
untuk segera menuju dan menduduki tempat masing-masing,
dengan terlebih dahulu memperhitungkan waktu yang
dibutuhkan untuk bergerak menuju tempat kedudukan
sehingga tidak terlalu lama menunggu jam “J”.
(4) Selain Gerakan yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok Raid dalam menempati kedudukannya harus
dilakukan lebih hati-hati dan senyap mengingat semakin
dekatnya kedudukan musuh.

c) Meninggalkan sasaran. Sat Raid meninggalkan sasaran


segera setelah jam “J” atau setelah kelompok penyerbu (penghancur,
penculik/ pembebas) berhasil melaksanakan tugas pokok Raid.
91

Dansat Raid dapat menentukan tanda-tanda khusus untuk


meninggalkan sasaran bagi kelompok-kelompok yang harus diketahui
oleh setiap anggota Sat Raid.

2) Pengakhiran. Pada Tahap ini pasukan Infanteri melaksanakan


konsolidasi dengan melaksanakan rangkaian kegiatan yang meliputi
reorganisasi, debriefing / kaji ulang dan kesiapan untuk melaksanakan tugas
selanjutnya.

55. Taktik Operasi Militer selain Perang (OMSP). Dalam pelaksanaan operasi militer
selain perang baik yang bersifat tempur maupun non tempur, Batalyon Infanteri dapat
menjadi bagian dari operasi yang lebih besar atau pada keadaan tertentu Pengerahan
Batalyon Infanteri dapat melaksanakan tugas operasi berdiri sendiri.

a. OMSP yang bersifat tempur.

1) Operasi Mengatasi Separatis Bersenjata, Operasi Mengatasi


Pemberontakan Bersenjata dan Operasi Mengatasi Aksi Terorisme. Yonif
dalam mengatasi separatis bersenjata, mengatasi pemberontakan
bersenjata dan dalam melawan aksi terorisme, pengerahan kekuatan
berdasarkan pertimbangan keadaan taktis. Penggunaan Batalyon Infanteri
dapat berdiri sendiri atau dalam hubungan yang lebih besar bergabung
dengan satuan lain sesuai kebutuhan. Pelaksanaan operasi pada prinsipnya
sama dengan pelaksanaan operasi lawan gerilya.

a) Pelaksanaan.
(1) Bila mendapat tugas isolasi maka satuan dibagi menjadi
unit-unit dan melaksanakan tugas-tugas perebutan medan
seperti serangan biasa.
(2) Bila Unit/Pok/Ton/Ki mendapat tugas berdiri sendiri
untuk merebut sasaran berupa gedung maka Unit/Pok/Ton/Ki
melaksanakan perebutan dan pembersihan gedung tersebut
baik dalam rangka perebutan pancangan kaki maupun dalam
rangka penerobosan satuan atasan dengan melaksanakan
sebagai berikut :

(a) Tindakan penindasan.


i. Kelompok penindas melaksanakan taktik
isolasi untuk mencegah keluar/pelolosan teroris
ii. Tindakan kelompok penindas.
i) Merebut dan menduduki medan
atau bangunan pada beberapa jarak dari
lambung atau punggung sasaran.
ii) Menindas dengan tembakan
terhadap kedudukan teroris yang dapat
92

menembaki jalan-jalan pendekat dari


kelompok pembersih.
iii) Menguasai sisi-sisi gedung yang
jadi sasaran sehingga musuh tidak dapat
masuk maupun keluar.

(b) Tindakan pembersih.


i. Komandan Unit/Pok/Ton/Ki dibantu oleh
pelindung dan penembak SPG memimpin dan
melindungi para penyergap dari suatu
kedudukan.
ii. Penyergapan. Para penyergap dengan
cepat mendekati instalasi/bangunan sesuai
dengan kemungkinan-kemungkinan yang
diberikan oleh perlindungan-perlindungan yang
ada.
iii. Kelompok penindas menyusul.
i) Jika dalam perintah Komandan
Unit/Pok/Ton/Ki ditentukan maka
kelompok itu segera masuk ke dalam
rumah, setelah kelompok pembersih
masuk ke dalam.
ii) Tugas selanjutnya adalah
membantu penyergap-2 menguasai arah-
arah kemungkinan datangnya musuh.
iv. Di dalam pelaksanaan pembersihan dan
penggeledahan harus disesuaikan dengan
bentuk dan luas bangunan, banyaknya ruangan
dan kemungkinan kekuatan musuh. Apabila
mungkin, lakukan penggeledahan dari ruang atas
ke bawah, apabila hal ini tidak mungkin maka
Unit/Pok harus menguasai ruang bawah,
kemudian membersihkan naik ke atas tingkat
demi tingkat dengan saling melindungi.
v. Meninggalkan ruangan dengan urutan.
i) Komandan kelompok pembersih
dilindungi oleh pelindung.
ii) Penembak SPG.
iii) Penyergap 1 dan 2.
iv) Penghubung dan kelompok
penindas (sebelumnya sudah berada di
luar). Setelah prajurit yang akan keluar
didahului dengan teriakan “Keluar”.

(c) Bila Unit/Pok merupakan bagian dari Peleton


untuk melaksanakan pembersihan gedung.
93

i. Peleton telah mengeluarkan pasukan


untuk tugas isolasi dengan demikian Regu tidak
lagi mengeluarkan kelompok penindas.
ii. Komandan Unit/Pok mengatur
pasukannya untuk membersihkan setiap
ruangan, masing-masing kelompok paling sedikit
terdiri dari dua orang, kelompok SO
melaksanakan pengamanan menguasai lorong-
lorong koridor serta jalan-jalan keluar masuk
ruangan.
iii. Pelaksanaan pembersihan ruangan sama
seperti Unit/Pok berdiri sendiri, dilakukan oleh
Kelompok-kelompok yang telah diatur oleh
Komandan Unit/Pok dan berpindah dari satu
ruangan ke ruangan lain.
iv. Setelah seluruh tugas Regu di bangunan
tersebut selesai, adakan pengecekan anggota
dan alat peralatan dengan terlebih dahulu
menempatkan anggota pada posisi yang
menguntungkan, laporan kepada Komandan
Peleton dan siap menerima perintah selanjutnya
atau melanjutkan tugas sesuai petunjuk
Komandan Peleton sebelumnya.

(d) Tindakan Konsolidasi.


i. Pada umumnya sama seperti konsolidasi
pada serangan biasa.
ii. Bila Unit/Pok merupakan bagian dari
Peleton atau berdiri sendiri yang mendapat tugas
untuk merebut suatu instalasi penting, maka
konsolidasi dilakukan dengan menyusun
pertahanan keliling untuk mengamankan atau
mempertahankan instalasi yang baru direbut atau
disekitarnya yang dapat melindungi instalasi
yang baru direbut tersebut.
b) Tahap Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi kegiatan operasi mengatasi aksi
terorisme guna penyempurnaan pelaksanaan operasi
selanjutnya.
(2) Melaporkan hasil pelaksanaan operasi.

2) Operasi Pengamanan Wilayah Perbatasan. Dalam mewujudkan


stabilitas keamanan di daerah perbatasan khususnya darat, Yonif dapat
dilibatkan untuk melaksanakan tugas pengamanan wilayah perbatasan,
dimana Yonif tergabung dalam Satuan Tugas pengamanan wilayah
Perbatasan dapat melaksanakan operasi lawan gerilya dengan melakukan
94

patroli-patroli keamanan sepanjang wilayah perbatasan untuk menghadapi


ancaman berupa tindak kejahatan (Penyelundupan, perdagangan manusia,
pencurian kekayaan alam), gerakan separatis bersenjata/pemberontakan,
Infiltrasi/invasi pihak asing yang mengancam kedaulatan negara. Adapun
urut-urutan pelaksanaannya sebagai berikut
a) Tahap Pelaksanaan. Operasi Pengamanan Wilayah
Perbatasan dilaksanakan meliputi Operasi Taktis, Kegiatan Binter
dan kegiatan Intelijen dengan pelaksanaannya sebagai berikut :
(1) Melaksanakan koordinasi yang intensif dengan negara
tetangga dan instansi terkait dalam rangka kelancaran
pelaksanaan operasi diperbatasan meliputi keimigrasian, Bea
cukai dan kehutanan.
(2) Melaksanakan patroli-patroli yang bersifat taktis dalam
rangka mencegah eksploitasi kekayaan alam di perbatasan
oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
(3) Melaksanakan patroli-patroli dan membantu tugas
kepabeanan untuk mencegah penyelundupan ilegal logging,
penyelundupan barang perdagangan dari/ke luar negeri.
(4) Melaksanakan patroli untuk mencegah hal tersebut di atas
serta gangguan keamanan maupun ancaman terhadap
kedaulatan negara di wilayah luar titik lintas batas (border
crossing point).
(5) Koordinasi dengan aparat teritorial setempat dan
mengumpulkan informasi yang didapat dari penduduk yang
melintas ke luar/dalam perbatasan sebagai bahan keterangan
kemudian dilaporkan kepada komando atas guna diolah
menjadi bahan intelijen.
(6) Mencatat dan memeriksa setiap orang yang melintasi
perbatasan.
(7) Merintis terbentuknya patroli gabungan.
(8) Mencegah tindakan over acting dari setiap petugas di pos
perbatasan.
(9) Menjaga tetap tegaknya kedaulatan wilayah NKRI.

b) Tahap Pengakhiran. Setelah pelaksanaan Operasi


Pengamanan Wilayah Perbatasan berakhir, Danyonif melaporkan
hasil pelaksanaan operasi kepada Komando Satuan Atas (Kodam)
kemudian menunggu perintah. Adapun kegiatan yang dilaksanakan
selanjutnya :
(1) Evaluasi terhadap pelaksanaan Operasi Pengamanan
Wilayah Perbatasan yang telah dilaksanakan.
(2) Pengarahan (debriefing) yang diperlukan untuk langkah
selanjutnya.
(3) Reorganisasi sesuai dengan kebutuhan operasi
selanjutnya.
95

(4) Rehabilitasi dampak-dampak Operasi Pengamanan


Wilayah Perbatasan yang harus diperbaiki kembali baik secara
fisik dan non fisik.

3) Operasi Pengamanan Obyek Vital Nasional. Pengamanan obyek vital


nasional dilakukan pada obyek-obyek yang menyangkut hajat hidup orang
banyak, harkat dan martabat bangsa, serta kepentingan nasional yang
ditentukan oleh keputusan pemerintah, Adapun dalam pelaksanaannya urut-
urutan pelaksanaannya pengerahkan Yonif sebagai kekuatan inti adalah
sebagai berikut (Pelaksanaannya seperti 8 langkah-langkah BOD) :

a) Tahap Pelaksanaan. Operasi Pengamanan Obyek Vital


Nasional dilaksanakan :
(1) Membentuk pos-pos pengamanan di sekitar obyek vital.
(2) Mencegah masuknya unsur-unsur yang dapat
melakukan tindakan sabotase dan perusakan.
(3) Menyeleksi keluar masuknya kendaraan dan personel
dengan berkoordinasi satuan pengamanan setempat.
(4) Melaksanakan patroli keliling obyek vital nasional.
(5) Melatihkan alarm stelling bila terjadi ancaman serta cara
penanganannya.
(6) Melaporkan setiap perkembangan situasi pada satuan
atas pada kesempatan pertama serta membuat laporan
kejadian setiap hari.

b) Tahap Pengakhiran. Setelah pelaksanaan Operasi


Pengamanan Obyek Vital Nasional berakhir, Danyonif melaporkan
hasil pelaksanaan operasi kepada Komando Satuan Atas (Kodam)
kemudian menunggu perintah. Adapun kegiatan yang dilaksanakan
selanjutnya :
(1) Evaluasi terhadap pelaksanaan Operasi Pengamanan
Obyek Vital Nasional yang telah dilaksanakan.
(2) Pengarahan (debriefing) yang diperlukan untuk langkah
selanjutnya.
(3) Reorganisasi sesuai dengan kebutuhan operasi
selanjutnya.
(4) Rehabilitasi dampak-dampak Operasi Pengamanan
Obyek Vital Nasional yang harus diperbaiki kembali baik
secara fisik dan non fisik.

4) Operasi Pengamanan VIP/VVIP.


a) VVIP adalah Presiden dan Wakil Presiden termasuk
keluarganya serta tamu negara sahabat setingkat kepala
negara/kepala pemerintahan.
96

b) VIP adalah Panglima TNI, Kepala Staf dan Wakil Kepala Staf
Angkatan termasuk keluarganya, tamu negara sahabat setingkat
Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan.
c) Prinsip-prinsip Pengamanan VVIP maupun VIP.
(1) Pencegahan. Pengamanan VVIP maupun VIP harus
selalu mengupayakan tindakan untuk menghindari,
mengatasi/represif dan mengutamakan pencegahan/preventif,
sehingga setiap operasi pengamanan VVIP maupun VIP harus
dibuat melalui perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan
pengakhiran serta koordinasi yang cermat. Disamping itu
harus dilakukan geladi atau latihan pendahuluan dengan
mempertimbangkan kemungkinan ancaman, gangguan dan
hambatan yang akan timbul.
(2) Pegang teguh tujuan. Satuan pengamanan bertugas
pokok untuk mengamankan dan menjaga keselamatan VVIP
maupun VIP. Dengan demikian maka tindakan terpenting yang
harus dilaksanakan adalah menyelamatkan VVIP maupun VIP
dalam kondisi apapun untuk kemudian membawanya ke
tempat yang aman.
(3) Resiko. Pada kegiatan perencanaan, persiapan,
pelaksanaan dan pengakhiran agar selalu memperhitungkan
kemungkinan keadaan bahaya baik berupa ancaman,
gangguan, hambatan yang akan terjadi pada setiap titik
kegiatan, rute perjalanan maupun di tempat-tempat transit
VVIP dan VIP.
(4) Operasi Baru. Pada setiap kegiatan pelaksanaan
operasi pengamanan VVIP maupun VIP harus selalu
berprinsip sebagai ”Operasi Baru” sehingga tidak menganggap
pengamanan sebagai kegiatan yang rutinitas.
(5) Kewaspadaan. Dalam setiap kegiatan pengamanan
VVIP maupun VIP harus selalu mengutamakan kewaspadaan
yang tinggi dan tidak boleh lengah.
(6) Kebebasan Bergerak. Kegiatan pengamanan selalu
harus mengikuti kegiatan protokoler yang telah direncanakan
namun bila terdapat hal-hal yang akan dapat membahayakan
VVIP maupun VIP maka harus dikoordinasikan dengan tidak
mengabaikan aspek keamanan.

d) Pelaksanaan. Yonif dalam pelaksanaan pengamanan


VVIP/VIP melaksanakan pengamanan jarak jauh/tidak langsung
secara fisik (Ring III) dalam rangka menjamin keamanan dan
kelancaran baik sebelum, selama dan sesudah kegiatan VVIP/VIP.
e) Tanggung Jawab. Danyonif bertanggung jawab kepada
Pangkotama TNI Cq Danrem selaku Dansatgaspam VVIP/VIP.
f) Fungsi.
97

(1) Menyiapkan pasukannya sesuai dengan kebutuhan


yang ditempatkan secara strategis agar mudah dimobilisasi.
(2) Koordinasi dengan unsur Polri (Ring II) dalam
pelaksanaan pengamanan di lapangan.
(3) Menyiapkan personel Tim Escape/pelolosan sesuai
dengan permintaan dari Paspampers.

5) Operasi Tugas Perdamaian Dunia. Melaksanakan tugas perdamaian


dunia dilaksanakan oleh satuan Infanteri sebagai bagian TNI AD dalam
bentuk perorangan yang bertugas sebagai pengamat (observer) maupun
staf dari Markas Besar Pasukan Perdamaian atau salah satu pasukan yang
bertugas untuk pemeliharaan dan penegakkan perdamaian dunia di bawah
PBB.
a) Tahap Pelaksanaan.
(1) Penugasan di Daerah Operasi. Lingkup penugasan
yang dilaksanakan oleh kontingen mengacu kepada UN
Chapter VI dan Chapter VII, tugas kontingen secara spesifik
akan ditentukan oleh PBB/organisasi Internasional lainnya,
selanjutnya kontingen sepenuhnya berada di bawah komando
dan kendali Force Commander UN Peace Keeping Operations
dan dalam pelaksanaan tugasnya harus berpedoman kepada
General Guidelines For Peace Operations dan petunjuk
lainnya yang diterbitkan oleh PBB/ organisasi internasional.
Penugasannya antara lain :
(a) Pencegahan konflik (Conflict Prevention).
(b) Upaya perdamaian (Peace Making).
(c) Pemeliharaan perdamaian (Peace Keeping).
(d) Pengokohan perdamaian (Peace Building).
(e) Operasi Masa Damai (Peacetime Operation).
(f) Pangkalan perdamaian (Peace Enforcement).

b) Tahap Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi kegiatan operasi guna penyempurnaan
pelaksanaan operasi selanjutnya.
(2) Melaporkan hasil pelaksanaan operasi tersebut.

b. OMSP yang bersifat non tempur.

1) Operasi Bantuan kemanusiaan dan penanggulangan Bencana Alam.


Pelaksanaan bantuan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dilakukan secara cepat dan simultan
a) Sebelum terjadi bencana.
(1) Menyiapkan satuan Pasukan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi.
98

(2) Membuat Protap tentang Penanggulangan Bencana


dan Penanganan Pengungsi serta mensosialisasikan Protap
kepada seluruh personel Batalyon.
(3) Membuat peta rawan bencana, menginformasikannya
kepada pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan.
(4) Memberdayakan dan mengkoordinasikan dengan
Pemerintah tentang potensi Satuan Hansip/Linmas, Ormas
dan Satgas PBP yang telah disiapkan.
(5) Menetapkan daerah alternatif/prediksi (relokasi)
pengungsian korban bencana berkoordinasi dengan instansi
terkait.
(6) Menguji Prosedur Tetap Pasukan Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi
kepada pemda setempat.

b) Pada saat terjadi bencana.


(1) Memberikan petunjuk teknis dan melaksanakan
evakuasi ke daerah bencana pada kesempatan pertama.
(2) Mendirikan Posko Aju PRC PBP dan memberikan
bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain
penyediaan tempat penampungan sementara korban bencana,
bantuan tenaga medis/paramedis dan pendistribusian obat-
obatan, pakaian dan bahan makanan.
(3) Memberikan penyuluhan dan motivasi kepada
masyarakat yang terkena bencana.
(4) Melaporkan kejadian bencana dan penanggulangannya
kepada Komando Atas pada kesempatan pertama.

c) Setelah terjadi bencana.


(1) Melaporkan jumlah korban bencana, perkiraan jumlah
kerugian kepada Komando Atas.
(2) Menyiapkan bantuan dan mengkoordinasikan
pelaksanaan rehabilitasi dan atau rekonstruksi pemukiman,
fasilitas sosial dan fasilitas umum di daerah bencana sesuai
dengan keinginan / rencana pemerintah/Komando atas.
(3) Mendorong terciptanya situasi dan kondisi bagi
kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan.

2) Operasi Bantuan kepada Pemerintah Sipil. Tugas ini dilaksanakan


dalam rangka Operasi kegiatan kemanusiaan, membantu kepolisian negara
republik Indonesia, membantu menanggulangi akibat bencana dan
pengungsian, serta membantu pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaan (search and rescue) yang ditujukan untuk membantu pemerintah
daerah dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Penyelenggaraan operasi ini pada dasarnya berpedoman kepada
permintaan Pemerintah Sipil. Sehubungan dengan hal tersebut maka
99

penggunaan Yonif dalam suatu operasi dapat berdiri sendiri atau bersama-
sama dengan satuan wilayah pertahanan dan satuan lain yang lebih besar.
Apabila diberlakukannya darurat militer maka operasi dilaksanakan secara
berdiri sendiri dan bersifat operasi tempur, Satgas Yonif berada di bawah
Pangkoops TNI Kewilayahan dan bila operasi dilaksanakan pada situasi
tertib sipil dengan melibatkan departemen/instansi lain maka Satgas Yonif
berada di bawah Pemerintahan Sipil.
a) Pentahapan Operasi. Dilaksanakan dengan langkah tindakan
sebagai berikut :
(1) Koordinasi dengan pihak-pihak lain yang
berkepentingan untuk mendapatkan kesepakatan tentang
urgensi dan penanganan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(2) Penyusunan organisasi untuk menangani kegiatan
awal.
(3) Melaksanakan penelitian di lapangan terhadap kegiatan
yang dinilai perlu prioritas, mengantisipasi situasi lingkungan
setempat dan menganalisa dampak kegiatan sehingga dicapai
hasil guna yang maksimal.
(4) Menyusun program yang akan dilaksanakan dengan
tujuan membangun semangat perlawanan masyarakat dan
pemenuhan kesejahteraan.

b) Tahap Pelaksanaan.
(1) Pelaksanaan kegiatan bantuan satuan Yonif dengan
status BKO kepada Komando Operasi Kewilayahan
/Polri/Pemda setempat selalu berpedoman kepada tugas
pokok yang telah ditentukan dan dinamika perkembangan
situasi di lapangan agar mencapai hasil dalam pelaksanaan
tugasnya.
(2) Komandan Satuan Yonif melaporkan pelaksanaan tugas
kepada Komando Operasi Kewilayahan/Polri/Pemda setempat
diteruskan secara berturut-turut sampai ke Panglima TNI
secara periodik maupun insidentil.
(3) Komandan Satuan Yonif BKO Komando Operasi
Kewilayahan/Polri/Pemda setempat melaksanakan koordinasi
untuk mendapatkan bantuan operasi sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan situasi. Pelaksanaan bantuan
dikoordinasikan oleh Komando Operasi TNI penerima BKO.
(4) Apabila tugas pokok telah dilaksanakan Komandan
Satuan Yonif melaporkan kepada Komando Operasi
Kewilayahan/Polri/ Pemda secara hierarkis sampai ke
Panglima TNI.
c) Tahap Pengakhiran. Kegiatan ini dilaksanakan setelah
pelaksanaan operasi dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :
(1) Melakukan konsolidasi dan pengecekan terhadap
personel dan materiil yang digunakan.
100

(2) Melaksanakan tindakan untuk mencegah timbulnya


kembali gangguan terhadap program yang telah dibuat oleh
Pemerintah daerah setempat.
(3) Penarikan Satuan Yonif ke pangkalan.
(4) Melaporkan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas
kepada satuan atas.

56. Tipologi wilayah Satuan Infanteri sebagai satuan tempur TNI AD dituntut
untuk memiliki kemampuan persenjataan dan perlengkapan modern guna melaksanakan
pertempuran dalam rangka menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI. Namun secara
spesifik, Batalyon Infanteri (Yonif) merupakan satuan tempur dasar yang menjadi ujung
tombak di lapangan dan dituntut untuk mampu melaksanakan pertempuran jarak dekat
secara optimal. Dengan demikian, pengembangan satuan di tingkat Yonif akan menjadi
landasan bagi pengembangan Satpur dalam jangka panjang. Pengembangan satuan
yang ada saat ini belum mempertimbangkan kekhasan geografis NKRI yang berbeda
seperti wilayah kepulauan, rawa, laut, sungai, pantai, hutan gunung maupun wilayah
perkotaan. Pengorganisasian sesuai TOP ROI dan pelaksanaan latihan sesuai Proglatsi
yang berlaku pada masing-masing Yonif saat ini ditujukan untuk tercapainya kemampuan
dan perlengkapan standar bagi masing-masing satuan. Namun apabila dihadapkan
dengan karakteristik wilayah NKRI yang beraneka ragam, maka satuan-satuan ini dituntut
untuk memiliki kemampuan dan perlengkapan yang khusus untuk dapat melaksanakan
berbagai penugasan di wilayahnya. Dalam pelaksanaan tugasnya, Yonif akan berhasil
secara optimal apabila didukung Alutsista modern sesuai karakteristik wilayah tempat
satuan tersebut berada, apakah itu di wilayah perairan/kepulauan (Ralasuntai), hutan
gunung maupun perkotaan. Kemampuan, penggelaran dan persenjataan serta
perlengkapan satuan maupun perorangan Yonif saat ini belum mencerminkan
keragaman karakteristik geografis NKRI. Fenomena ini akan berdampak terhadap
mobilitas/manuver satuan dalam merespon dan mengatasi berbagai bentuk ancaman di
wilayah satuan tersebut berada.

57. Latar Belakang. TNI AD sebagai salah satu komponen utama pertahanan
negara perlu membangun dan mengembangkan kekuatan maupun kemampuan untuk
dapat melaksanakan tugas pokok secara berhasil guna dan berdaya guna. Keberadaan
TNI AD ke depan diharapkan mampu memberikan efek tangkal (deterrent) yang tinggi.
Dihadapkan pada kondisi geografis NKRI yang sedemikian luas dan beragam serta
spektrum ancaman di abad 21, maka perlu direspon dan disikapi secara cerdas dan bijak
untuk mampu menghadapi berbagai bentuk ancaman yang semakin kompleks dan
multidimensional. Pemeliharaan dan peningkatan kemampuan maupun modernisasi
Alutsista seperti halnya persenjataan dan perlengkapan yang dimiliki Yonif saat ini belum
sepenuhnya mempertimbangkan aspek keragaman karakteristik geografis NKRI.
Fenomena ini akan mempengaruhi mobilitas (mobility) serta kecepatan (speed) satuan
dalam melaksanakan berbagai tugas operasi, baik OMP maupun OMSP.

a. Kemungkinan Ancaman. Dari perkembangan lingkungan strategis


internasional maupun regional, serta dinamika permasalahan di tanah air, maka
101

potensi-potensi ancaman yang dihadapi Indonesia dapat dibedakan menjadi


ancaman militer dan ancaman nirmiliter, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Ancaman Militer. Ancaman militer adalah ancaman yang


menggunakan kekuatan bersenjata dan terorganisasi yang dinilai
mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat
berupa agresi, pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata, sabotase,
spionase, aksi teror bersenjata, ancaman keamanan laut dan udara, serta
konflik komunal yang dipicu oleh keanekaragaman suku, agama dan ras
yang ada di Indonesia. Ancaman militer memiliki beberapa karakter yaitu
dapat berupa jenis ancaman yang sifatnya terorganisasi dengan
menggunakan kekuatan bersenjata yang dinilai mempunyai kemampuan
yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa, berupa ancaman yang dilakukan oleh militer
suatu negara (negara asing) atau ancaman bersenjata yang datangnya dari
gerakan kekuatan bersenjata dalam negeri yang dinilai mengancam atau
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Bentuk lain dari ancaman militer yang
berpeluang cukup tinggi mengancam kedaulatan Negara adalah tindakan
pelanggaran wilayah Indonesia oleh negara lain. Konsekuensi sebagai
Negara yang memiliki wilayah yang sangat luas dan terbuka, berpotensi
terhadap terjadinya pelanggaran wilayah. Ancaman militer dapat pula terjadi
dalam bentuk pemberontakan bersenjata, yang pada dasarnya merupakan
ancaman yang timbul dan dilakukan oleh pihak-pihak tertentu di dalam
negeri, tetapi pemberontakan bersenjata tidak jarang disokong oleh
kekuatan asing, baik secara terbuka maupun secara tertutup.

2) Ancaman Nirmiliter.Ancaman nirmiliter pada hakikatnya ancaman


yang berasal dari faktor-faktor non militer, yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan atau berimplikasi mengancam
kedaulatan dan keutuhan wilayah serta keselamatan segenap bangsa.
Ancaman non militer dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial,
maupun informasi, dan teknologi Ancaman nirmiliter memiliki karakteristik
yang berbeda dengan ancaman militer, dimana ancaman ini tidak bersifat
fisik serta bentuknya tidak terlihat sebagaimana ancaman militer, namun
dapat berkembang atau berakumulasi menjadi ancaman terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa.
Ancaman nirmiliter yang sangat berpotensi dan paling sering dihadapi oleh
bangsa Indonesia pada saat ini adalah terjadinya berbagai macam bencana
alam sebagai dampak dari letak geografis Indonesia yang berada pada jalur
pergeseran lempengan bumi dan sabuk gunung merapi (ring of fire), serta
keanekaragaman kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas sungai-
sungai besar, hutan maupun gunung berapi. Bencana alam merupakan
ancaman nirmiliter yang perlu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan
dengan ancaman nirmiliter lainnya, terlebih ancaman bencana alam yang
102

sering melanda Indonesia seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami,


maupun banjir bandang.

b.Tuntutan Tugas. TNI AD bertugas untuk menegakkan kedaulatan negara,


mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Keberadaan satuan-satuan TNI AD ke depan dituntut untuk mampu mengimbangi
kekuatan militer satuan Negara di dunia yang sedemikian modern yang
mengedepankan mobilitas tinggi dengan persenjataan dan alat komunikasi modern
serta perlengkapan perorangan multi fungsi dan modern, mampu bergerak cepat
dengan didukung SDM berkualitas yang semakin cerdas dan berbasis teknologi.
Yonif sebagai salah satu unsur pelaksana di TNI AD dituntut untuk mampu
melaksanakanberbagai tugas, baik OMP maupun OMSP, sesuai amanat Undang-
Undang No. 34 tahun 2004. Dalam pelaksanaan tugas OMP, Yonif dituntut mampu
untuk mencari, mendekati, menghancurkan dan atau menawan musuh dalam
rangka mendukung tugas pokok Komando Atas. Sedangkan dalam tugas OMSP
Yonif dituntut untuk mampu melaksanakan 14 macam tugas, diantaranya operasi
mengatasi gerakan separatis bersenjata, operasi mengatasi pemberontakan
bersenjata, pengamanan wilayah perbatasan, tugas perdamaian dunia, operasi
bantuan untuk pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (SAR), maupun
perbantuan terhadap Polri dan Pemda. Dengan demikian, dihadapkan dengan
kemungkinan ancaman yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, baik itu ancaman
militer maupun nirmiliter, maka perbedaan karakteristik wilayah geografis Indonesia
perlu menjadi bahan pertimbangan dalam memodernisasi Alutsista dan penataan
organisasi Yonif selaku satuan tempur dasar TNI AD.

c. Kebijakan TNI. Kebijakan pemerintah di bidang


pertahanan negara tentang perwujudan Minimum Essential Forces (MEF)
merupakan suatu standar kekuatan pokok dan minimum TNI yang mutlak perlu
disiapkan sebagai prasyarat utama serta mendasar bagi terlaksananya tugas
pokok dan fungsi TNI secara efektif dalam menghadapi ancaman aktual.
Pembangunan kekuatan TNI AD dalam hal ini diproritaskan kepada
pengembangan kekuatan satuan operasional untuk memberikan efek tangkal yang
optimal. Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan adanya kebijakan tentang
rightsizing dan zero growth dengan penataan organisasi dan perampingan
organisasi agar lebih efektif dan efisien. Kebijakan ini juga mengandung
pemahaman peningkatan kualitas kemampuan prajurit dan alutsistanya. Di bidang
organisasi, TNI AD berupaya menata kembali satuan-satuannya yang disesuaikan
dengan perkembangan teknologi sistem pertahanan dan tuntutan tugas ke depan
dalam rangka mewujudkan organisasi TNI AD yang profesional, efektif, efisien
serta modern (PEEM). Penataan penggunaan personel juga dilakukan dengan
memberikan prioritas pemenuhan kepada satuan lapangan/operasional,
diantaranya adalah satuan setingkat Yonif. Seiring dengan semakin membaiknya
perekonomian nasional dan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
103

kemiliteran saat ini, pemerintah telah mengalokasikan dukungan anggaran


pertahanan yang cukup untuk memodernisasi Alutsista dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia TNI termasuk prajurit TNI AD. Oleh karena itu rencana
pembangunan kekuatan TNI AD diprioritaskan pada satuan tempur dan satuan
bantuan tempur, khususnya untuk pemenuhan Alutsista sesuai TOP dan
penggantian senjata-senjata yang telah berumur lebih dari 15 tahun, guna
mewujudkan kekuatan Yonif yang handal dan profesional serta berpegang teguh
pada jati dirinya. Oleh karena itu, kajian tentang pengklasifikasian Yonif
berdasarkan tipologi wilayah yang terdiri atas wilayah Ralasuntai, hutan gunung
dan perkotaan ini perlu dilakukan. Hal ini untuk membantu memberikan masukan
kepada pimpinan TNI AD, agar pelaksanaan modernisasi Alutsista dan penataan
Satpur dapat lebih efektif, efisien, serta berdaya dan berhasil guna dihadapkan
dengan spektrum kemungkinan ancaman yang ada.

d.. Karakteristik dan Tipologi Daerah. Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau


dengan luas daratan mencapai 1.922.570 km² dan garis pantai 54.716 km. Sekitar
6.000 pulau di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar katulistiwa,
bercuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana lebih dari
setengah (65%) populasi Indonesia yang berpengaruh terhadap jumlah
pemukiman. Kondisi Geografis di Indonesia yang merupakan Negara kepulauan
dan terletak di garis khatulistiwa bervariasi terdiri atas pegunungan, perbukitan,
hutan yang cukup lebat dengan humiditas yang tinggi baik hutan homogen maupun
heterogen. Sedangkan di dataran rendah kondisi medan yang ada berupa
perkampungan, perkotaan, sungai-sungai besar dan relatif medan terbuka serta
rawa-rawa di sekitar garis pantai. Indonesia terbagi dalam beberapa pulau utama
terdiri atas pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua. Dari beberapa pulau utama
tersebut terdapat beberapa pulau yang berbatasan langsung dengan Negara
tetangga seperti Malaysia di Pulau Kalimantan, Papua New Guinea (PNG) di
Papua dan Timor Leste di Nusa Tenggara Timur. Serta dibatasi oleh perairan
namun memiliki jarak yang tidak terlalu jauh seperti Singapura yang berbatasan
dengan Sumatera (Kepulauan Riau), Filipina dengan Sulawesi Utara dan Australia
dengan Nusa Tenggara Timur dan Papua. Puau-pulau yang berbatasan dengan
Negara tetangga tersebut secara geografis memiliki karakteristik yang berbeda
antara satu dan lainnya

58. Pokok pokok permasalahan. Konstelasi geografi NKRI yang sedemikian luas
dan beragam memiliki kekhasan tersendiri pada setiap wilayah yang memiliki dominasi
karakter medan yang berbeda, seperti rawa, laut, sungai, pantai, hutan, gunung, serta
perkotaan. Kondisi ini harus menjadi salah satu pertimbangan dalam mengembangkan
kemampuan dan persenjataan serta penggelaran satuan-satuan yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia, sehingga satuan tersebut mampu melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan secara optimal. Pengklasifikasian Yonif berdasarkan Tipologi wilayah disusun
berdasarkan pendekatan kepada tuntutan tugas yang harus dihadapi serta kemampuan,
persenjataan dan perlengkapan yang harus dimiliki Yonif, dihadapkan dengan karakteristik
geografis dimana satuan tersebut berada.
104

a. Organisasi. Ditinjau dari sisi organisasi, TNI AD telah memiliki 5 model


TOP ROI Yonif, berdasarkan kualifikasi (kemampuan) maupun tugas khusus yang
dimilikinya, yakni Yonif Linud, Yonif Mekanis, Yonif Raider, Yonif tipe khusus
(Diperkuat) dan Yonif TOP ROI - 2009. Namun pembagian tipe Yonif tersebut
dirasakan belum mewadahi kemampuan, persenjataan dan perlengkapan yang
dibutuhkan Yonif dihadapkan dengan keragaman karakteristik geografis dimana
satuan Yonif tersebut berada. Hal ini tentu berpengaruh terhadap optimalisasi
penggunaan Yonif dalam berbagai tugas operasi (OMP maupun OMSP), terutama
tugas-tugas yang harus dilaksanakan di sekitar wilayah Yonif tersebut berada,
dimana masing-masing Yonif memiliki tantangan dan hambatan yang berbeda
berdasarkan tipologi wilayah yang ada. Hal ini membutuhkan kemampuan,
persenjataan dan perlengkapan yang berbeda antara tipologi wilayah yang satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu pengklasifikasian Yonif berdasarkan tipologi
wilayah perlu dilakukan agar pelaksanaan tugas dapat lebih optimal.
Pengklasifikasian tipe Yonif berdasarkan tipologi wilayah ini secara garis besar
akan dibedakan menjadi tiga tipe, yakni tipe Ralasuntai, tipe hutan gunung dan tipe
perkotaan (urban area). Keberadaan Yonif terpusat dan tersebar menjadi suatu
permasalahan yang muncul dalam konsep pengklasifikasian Yonif berdasarkan
tipologi wilayah. Untuk Yonif terpusat, dimana seluruh kompi dan Mako Yonif
berada pada satu lokasi, dapat diklasifikasikan dalam salah satu tipologi wilayah.
Namun tidak menutup kemungkinan bagi satuan Yonif terpusat untuk
diklasifikasikan kedalam dua atau tiga tipologi wilayah sekaligus karena memang
sektor wilayah tanggung jawabnya menuntut satuan ini untuk dapat beroperasi di
dua atau tiga tipe wilayah. Sementara untuk Yonif tersebar, dimana salah satu atau
beberapa Kompinya terpisah (Berdiri Sendiri), akan memunculkan permasalahan
tersendiri dalam pengklasifikasian satuan ini kedalam tipologi wilayah. Secara
umum suatu satuan dapat diklasifikasikan kedalam salah satu tipe Yonif
berdasarkan tipologi wilayah, namun bisa saja salah satu atau beberapa Kompinya
yang terpisah memiliki sektor wilayah dengan tipologi yang berbeda dengan induk
pasukannya. Hal ini kemudian akan menimbulkan kerancuan, apakah tipe satuan
ini disamakan ke dalam salah satu tipe, ataukah satuan tersebut dapat memiliki
Kompi yang memiliki tipe berbeda dengan induk pasukannya dikarenakan
letak/lokasinya yang berbeda dan memiliki tipologi yang berbeda pula dengan
induk pasukannya.

b. Penugasan. Secara umum satuan Infanteri bertugas untuk mencari,


mendekati dan menghancurkan musuh serta merebut, menguasai dan atau
mempertahankan suatu medan. Dalam melaksanakan tugasnya, Infanteri
melaksanakan operasi dalam tugas pertahanan negara untuk menghadapi
ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri, tugas bantuan, tugas
kemanusiaan dan tugas perdamaian dunia. Yonif sebagai satuan tempur dasar TNI
AD, berdasarkan kemampuan dan batas kemampuannya dapat melaksanakan
pola OMP yang merupakan operasi dalam rangka menghadapi kekuatan militer
negara lawan, serta OMSP yang meliputi tugas-tugas kemanusiaan dan tugas-
tugas lain yang pada prinsipnya dalam rangka menjamin kedaulatan negara,
105

keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Untuk menjamin keberhasilan


penggunaan kekuatan Yonif dalam OMP dan OMSP maka satuan ini perlu
disiapkan melalui pembinaan kemampuan untuk melaksanakan tugas tempur dan
diorganisir secara khusus untuk tugas-tugas non tempur sesuai bentuk dan jenis
operasi pada berbagai karakter wilayah tugas. Implementasi tugas Yonif sebagai
satuan tempur yang saat ini dimiliki TNI AD dirasakan belum optimal. Yonif-Yonif
yang ada saat ini hanya memiliki senjata dan perlengkapan yang secara umum
memiliki kesamaan atau keberagaman (Alkap Peror, Alkapsat, alat angkut, dan
lain-lain), apakah itu Yonif Linud, Yonif Mekanis, Yonif Raider, Yonif Diperkuat
maupun Yonif TOP ROI – 2009 Dengan demikian, disaat satuan-satuan ini harus
melaksanakan tugas operasi (khususnya OMSP) di hadapkan dengan kondisi
geografis di wilayahnya, masih terdapat beberapa kendala. Sebagai contoh untuk
satuan-satuan yang berdislokasi di wilayah Ralasuntai, tidak memiliki
peralatan/perlengkapan khusus (misalnya LCR, speed boat) yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas di wilayah perairan seperti perbantuan kepada tim SAR
dalam mencari dan menemukan korban di wilayah perairan, perbantuan kepada
Polri maupun TNI AL dalam melaksanakan patroli di wilayah perairan dalam rangka
mencegah/mengatasi perompakan ataupun penyelundupan, yang notabenenya
tugas-tugas seperti ini merupakan bagian dari tugas OMSP. Demikian juga untuk
satuan-satuan yang berdislokasi di wilayah Hutan Gunung, tidak memiliki peralatan
khusus untuk mendaki gunung (mountaineering) yang sangat mungkin dibutuhkan
apabila diminta untuk melaksanakan tugas perbantuan kepada SAR ataupun Polri,
misalnya pencarian korban kecelakaan pesawat, pengejaran tersangka teroris
ataupun pemberontak bersenjata di wilayah tersebut, yang merupakan bagian dari
tugas OMSP. Penyeragaman organisasi dan peralatan inilah bila dihadapkan
dengan keberagaman medan bisa menjadi faktor penghambat penyelesaian tugas.

c. Penggelaran Satuan. Pembinaan TNI AD bertujuan untuk menyiapkan


penyelenggaraan pertahanan wilayah darat melalui upaya mewujudkan postur
pertahanan negara di darat yang merupakan keterpaduan kekuatan, kemampuan,
dan gelar kekuatan TNI AD sebagai komponen utama pertahanan darat. Sasaran
pembinaan meliputi pembinaan fungsi pertempuran, pembinaan kekuatan, dan
pembinaan teritorial. Untuk pembinaan kekuatan, dilaksanakan guna mewujudkan
postur TNI AD yang mencerminkan keterpaduan kekuatan, kemampuan, dan gelar
kekuatan sebagai berikut :
1) Pembinaan Kekuatan. Pembinaan kekuatan memiliki sasaran
tersedianya kekuatan yang sesuai dengan tuntutan tugas serta mampu
menghadapi prediksi ancaman dan karakter medan operasi.
2) Pembinaan Kemampuan. Pembinaan kemampuan memiliki sasaran
terwujudnya kemampuan untuk melaksanakan operasi pada tingkat
strategis dan taktis sesuai dengan bentuk dan jenis operasi pada berbagai
karakter wilayah tugas.
3) Pembinaan Gelar. Pembinaan gelar memiliki sasaran terwujudnya
totalitas efek tangkal dan tersedianya kekuatan penangkal awal terhadap
setiap ancaman yang diprediksi.
106

Penggelaran satuan Infanteri dihadapkan dengan luas wilayah, karakteristik


geografis Indonesia yang beragam serta berbagai prediksi bentuk ancaman
dari dalam maupun dari luar negeri yang sedemikian kompleks dan
multidimensional menjadi kurang efektif dan efisien, serta belum dapat
memberikan efek tangkal yang tinggi, karena penggelaran satuan-satuan
yang mempunyai kualifikasi khusus masih terpusat di Jawa (Kostrad dan
Kopassus), sehingga bila satuan–satuan tersebut akan dikerahkan untuk
mengatasi permasalahan di luar pulau Jawa akan membutuhkan waktu dan
biaya yang sangat besar. Efektifitas pola operasi satuan-satuan yang
dikembangkan saat inipun masih mengembangkan kesiapan satuan
operasional maupun siaga operasi yang bergantian dengan progam latihan
pratugas satuan yang bergantian dalam merespon dan menyikapi tugas-
tugas operasi secara internal di seluruh wilayah NKRI, belum
mengembangkan pola operasi satuan-satuan yang ada di wilayah Kodam
secara optimal, sesuai karakteristik geografis NKRI. Faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam penentuan dan penggelaran Yonif diantaranya
dapat berpedoman pada faktor TUMMPAS (Tugas, Medan, Musuh dan
Pasukan Sendiri).

59. ANALISA. Pembinaan kesiapan Operasi TNI AD merupakan kegiatan untuk


mewujudkan postur TNI AD yang diproyeksikan untuk menyelenggarakan pola operasi
pertahanan dan pola operasi militer lainnya oleh kekuatan Balahanwil, Balahanpus dan
Bala Cadangan serta kekuatan/bala dukungan yang meliputi kekuatan, kemampuan dan
gelar Satuan. Untuk memaksimalkan kesiapan operasi satuan diperlukan suatu kegiatan
yang terpadu dengan memperhatikan spektrum ancaman dan eskalasinya serta kondisi
lainnya yang ikut berpengaruh baik pada tahap penyiapan maupun pada tahap
penyelenggaraan operasi. Bertolak dari latar belakang dan pokok-pokok permasalahan di
atas diperlukan analisa secara integral dan komprehensif untuk lebih mematangkan kajian
tentang konsep pengklasifikasian Yonif berdasarkan tipologi wilayah, guna mendukung
pelaksanaan tugas pokok satuan secara optimal. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam hal ini meliputi tugas, medan, musuh dan pasukan sendiri
(TUMMPAS).

a. Tugas. Balahanpus sebagai kekuatan terpusat merupakan Satuan


pemukul strategis baik dalam wilayah nasional maupun di luar yurisdiksi NKRI
yang terdiri dari Kostrad dan Kopassus. Dalam pelaksanaan tugasnya,
Balahanpus diproyeksikan untuk dapat beroperasi lintas wilayah, sehingga satuan-
satuan yang merupakan bagian dari Balahanpus diharapkan mampu
melaksanakan tugas operasi di semua tipologi wilayah. Sementara untuk
Balahanwil sebagai kekuatan wilayah merupakan satuan penangkal awal di
masing-masing wilayah. Walaupun saat ini konsep penugasan/operasional satuan-
satuan kewilayahan masih bergantian untuk melaksanakan tugas operasi di
wilayah-wilayah yang dianggap rawan (sangat memungkinkan untuk melaksanakan
operasi lintas wilayah seperti halnya satuan Balahanpus sejauh masih ada
kesesuaian antara karakteristik medan/daerah operasi dengan jenis tipologi
satuannya), namun proyeksi penugasan dari satuan-satuan Balahanwil pada
107

dasarnya diutamakan kepada pertahanan wilayah. Oleh karena itu Yonif-Yonif yang
berada di bawah kendali Kodam merupakan satuan yang disiapkan sebagai
penangkal awal di wilayah dan diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugas
operasi seoptimal mungkin di medan operasi yang ada di wilayahnya tersebut.
Dengan demikian, perbedaan karakteristik wilayah harus menjadi bahan
pertimbangan dalam upaya mengembangkan aspek operasi dan pembinaan
satuan-satuan ini. Berdasarkan pola kemungkinan ancaman yang ada saat ini
maupun di masa yang akan datang, penugasan TNI AD untuk OMP sangat kecil
terjadi. Baik Indonesia maupun negara-negara lain di dunia pada dasarnya sudah
tidak ada yang menginginkan terjadinya peperangan antar negara. Walaupun
demikian, kemungkinan ini tetap ada, sehingga kemampuan TNI AD untuk tugas
OMP tetap harus dipelihara dan ditingkatkan. Namun apabila melihat kemungkinan
ancaman aktual yang ada saat ini dan di masa yang akan datang, maka dapat
dikatakan bahwa proyeksi penugasan TNI AD akan lebih banyak mengarah kepada
tugas-tugas OMSP. Apabila melihat dari 14 macam penugasan OMSP, hampir
keseluruhan penugasan tersebut dilaksanakan di dalam negeri (kecuali misi
pasukan perdamaian di bawah PBB). Dengan demikian, perbedaan karakteristik
wilayah geografis di Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
tugas satuan. Yonif sebagai unsur pelaksana TNI AD memiliki kemungkinan yang
sangat besar untuk dilibatkan dalam penugasan OMSP, seperti mengatasi
separatisme, pemberontakan bersenjata, terorisme, perbantuan terhadap korban
bencana alam, perbantuan kepada tim SAR, maupun perbantuan kepada Polri dan
Pemda. Untuk itu pengklasifikasian Yonif berdasarkan tipologi wilayah akan sangat
membantu optimalisasi pelaksanaan tugas-tugas tersebut. Dengan adanya
pengklasifikasian ini maka persenjataan, perlengkapan dan jenis serta macam
latihan satuan Yonif juga harus disesuaikan dengan kondisi wilayahnya. Dengan
demikian hambatan maupun tantangan yang muncul dari segi medan operasi akan
dapat diminimalisir agar pencapaian tugas lebih optimal.

1) Ralasuntai (Rawa, laut, sungai, pantai). Satuan Balahanpus dan


Balahanwil yang mempuyai peran tugas dalam tipologi ini harus mampu
melaksanakan taktik dan teknik bertempur yang sesuai dengan wilayah
tersebut. Pola pertempuran yang dikembangkan di wilayah seperti ini akan
lebih mengedepankan taktik dan teknik bertempur yang menggunakan
kemampuan Ralasuntai, yang dilengkapi perlengkapan modern dan
persenjataan khusus yang tahan air (tidak mudah rusak/berkarat
dihadapkan dengan wilayah perairan yang basah dan lembab) serta
berkemampuan menembak dibawah air. Kilas sejarah sudah cukup
membuktikan bahwa begitu sulitnya pertempuran yang dilakukan di daerah
rawa/laut. Seperti Pertempuran Skagerrak (Skagerrak schlacht), yang
merupakan pertempuran laut terbesar pada masa Perang Dunia I,
pertempuran Laut Jawa tahun 1942, pertempuran Tarakan tahun 1945 serta
pertempuran di alur-alur sungai di wilayah Aceh Timur NAD yang terjadi
antara Satuan TNI dengan kelompok sepratais GAM yang menimbulkan
korban seorang wartawan RCTI pada saat Darurat Militer tahun 2003.
Sulitnya melaksanakan operasi pengepungan terhadap kelompok separatis
108

GAM yang menduduki rawa-rawa dalam “ Operasi Cot Rieng” dikarenakan


adanya keterbatasan sarana prasarana yang dimiliki TNI dihadapkan
dengan kondisi geografis berupa Rawa, Laut, Sungai dan Pantai di setiap
pulau-pulau di wilayah Kepulauan dapat menyebabkan terhambatnya satuan
Yonif dalam mengatasi perkembangan situasi di wilayah kepulauan. Adapun
keterbatasan TNI dalam melaksanakan pertempuran di wilayah seperti ini
dihadapkan dengan kondisi Organisasi dan khususnya Alutsista satuan
Yonif, antara lain :
a) Kurang siapnya kondisi fisik prajurit dalam menghadapi cuaca,
medan yang cukup sulit dan berubah tidak menentu.
b) Keterbatasan gelar satuan Yonif dihadapka dengan jarak antar
pulau yang saling berjauhan.
c) Kurangnya Alutsista satuan Yonif untuk melaksanakan tugas di
wilayah Ralasuntai/Kepulauan.
d) Kurangnya kemampuan perorangan dan satuan untuk
melaksanakan pertempuran Ralasuntai.
e) Sulitnya manuver satuan Infanteri dengan peralatan satuan
terutama alat angkut maupun alat perlengkapan perorangan
dihadapkan dengan kondisi geografis wilayah Kepulauan.

2) Tipe Hutan Gunung. Kemampuan khusus yang harus dimiliki


satuan seperti ini tentu saja tidak terlepas dari kemampuan untuk
melaksanakan perang hutan. Perang hutan merupakan taktik yang
digunakan militer untuk bertahan hidup dan berjuang di medan hutan.
Lingkungan hutan memiliki berbagai efek pada operasi militer. Vegetasi yang
rapat dapat membatasi jarak pandang, tetapi juga dapat memberikan
kesempatan yang luas untuk kamuflase dan banyak bahan yang dapat
digunakan untuk membangun benteng. Medan di sekitarnya terbatas
untuk mobilitas kendaraan dan sebagainya sehingga membuat dukungan
dan transportasi sulit, demikian juga untuk mengerahkan pasukan lapis baja
atau jenis lain dari pasukan dalam skala besar. Oleh karena itu untuk
keberhasilan pelaksanaan perang hutan ini diperlukan dukungan mobilitas
udara. Keberhasilan pertempuran hutan menitik beratkan pada taktik dan
teknik bertempur satuan kecil yang efektif. Pada bagian belakang,
kemampuan untuk mempertahankan basis bergantung sepenuhnya pada
kekuatan udara. Pelaksanaan dalam OMP. Penggunaan kekuatan TNI AD
diarahkan untuk menghadapi agresi musuh dari luar negeri yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan prinsip penyelenggaraan pertahanan
negara yang bersifat pertahanan defensif aktif. Pada dasarnya pelaksanaan
OMP ini dititik beratkan pada operasi serangan dan pertahanan, dimana
dalam pelaksanaannya TNI AD mengutamakan kekuatan satuan tempurnya.
Penggunaan kekuatan satuan tempur TNI AD didukung Satuan lain
dimaksudkan untuk menghadapi agresi musuh dari luar negeri, yang
pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam bentuk operasi tempur
bersama-sama dengan fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem operasi
sesuai dengan sasaran dan tingkat eskalasi ancaman yang dihadapi baik itu
109

operasi serangan dan pertahanan. Pelaksanaan dalam OMSP.


Pelaksanaan pertempuran hutan gunung dalam Militer Selain Perang dalam
hal ini menghancurkan kelompok Separatis maupun Pemberontakan
bersenjata memerlukan pelaksanaan operasi pertempuran yang lebih teliti
karena sifat daerah hutan yang khusus, sangat mempengaruhi bentuk
pertempuran yang dilakukan di daerah tersebut. Khususnya dari sifat
daerah antara lain adanya tetumbuhan yang lebat dan tinggi, sehingga
medan tertutup, keadaan tersebut dapat mempengaruhi moril pasukan.
Oleh sebab itu alat peralatan perorangan/satuan Yonif Hutan Gunung ini
harus dirancang seringan mungkin, simple namun tahan dan kuat. Satuan
Yonif ini juga harus didukung oleh Satbanpur Penerbad untuk
mengoptimalkan daya manuvernya.

3) Tipe Perkotaan. Pertempuran perkotaan sangat berbeda dari


pertempuran di tempat terbuka baik di tingkat operasional maupun taktis.
Faktor kerumitan dalam perang kota termasuk keberadaan warga sipil dan
kompleksitas dari daerah perkotaan. Perang kota bukanlah perang yang
mudah karena ada beberapa kesulitan dalam melakukan perang kota.
Kesulitan tersebut adalah terdapat jumlah penduduk, bangunan, sulit dalam
peninjauan, kebebasan menembak. Pertempuran dapat terjadi dalam
bangunan, gedung, rumah penduduk, jalan-jalan, bunker, lorong-lorong dan
bahkan parit sebagai tempat persembunyian. Pertempuran kota perlu
kejelian setiap pasukan dalam pendeteksian, ketelitian dalam menembak
yang diupayakan tidak adanya korban terhadap warga sipil dan rusaknya
bangunan/ fasilitas penduduk lainnya. Spesifikasi kota menjadi
pertimbangan penting dalam pengerahan pasukan dan persenjataan yang
digunakan. Taktik pertempuran jarak dekat menjadi acuan baku dalam
membina kemampuan Yonif yang masuk dalam tipe Tipe perkotaan ini.

b. Medan. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau
menjadikan negara ini memiliki banyak daerah yang didominasi oleh perairan
(rawa, laut, sungai maupun pantai). Selain itu, letak Indonesia di wilayah tropis
juga berpengaruh pada jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup di Indonesia, terutama
wilayah hutan yang banyak ditumbuhi tanaman tropis yang cenderung besar dan
lebat. Demikian juga keberadaan gunung-gunung berapi di Indonesia, turut andil
dalam membentuk geografis wilayah Indonesia menjadi daerah pegunungan dan
perbukitan. Hal-hal seperti ini tentu saja menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh dalam pelaksanaan tugas. Karakteristik wilayah di Indonesia yang
beraneka ragam memberikan hambatan dan tantangan tersendiri dalam
pencapaian tugas satuan. Penugasan di masing-masing wilayah yang memiliki
karakteristik berbeda tentu memerlukan dukungan persenjataan dan perlengkapan
yang berbeda pula. Dukungan persenjataan dan perlengkapan yang memiliki
spesifikasi tertentu (menyesuaikan dengan kondisi geografis yang dihadapi) akan
mempengaruhi keberhasilan pencapaian tugas yang diberikan Komando atas. Oleh
karena itu, kondisi medan (geografis) yang beraneka ragam di Indonesia harus
menjadi pertimbangan dalam penyediaan senjata dan perlengkapan yang
110

dibutuhkan oleh suatu satuan dalam melaksanakan tugas. Gelar kekuatan TNI AD
didasarkan pada konsep pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian pulau-pulau
kecil (kompartemen strategis pertahanan matra darat) yang diarahkan pada
terwujudnya totalitas efek tangkal dan tersedianya kekuatan penangkal awal
terhadap setiap ancaman yang diprediksi. Pembangunan dan penggelaran
kekuatan TNI AD harus memperhatikan dan mengutamakan wilayah yang rawan
terhadap gangguan keamanan, daerah perbatasan, daerah rawan konflik, dan
pulau terluar/ terpencil sesuai dengan kondisi geografis dan strategi pertahanan
dalam sistem pertahanan yang bersifat semesta. Selain itu, pembangunan dan
penggelaran kekuatan TNI AD harus memenuhi tersedianya unsur-unsur
Komando, Satpur, Satbanpur, Satbanmin, dan Satkowil, yang besaran kekuatannya
ditentukan dengan dasar pertimbangan adanya keseimbangan yang proporsional
antara satuan operasional dan satuan pendukung, kondisi geografis, kondisi
demografis, kemungkinan ancaman, dan beban tugas yang dihadapi.

1) Ralasuntai (Rawa, laut, sungai, pantai). Satuan Balahanpus dan


Balahanwil yang mempuyai peran tugas dalam tipologi ini harus mampu
melaksanakan taktik dan tehnik bertempur yang sesuai dengan wilayah
tersebut. Yang dimaksud dengan tipe ralasuntai di sini adalah Yonif yang
terletak disekitar daerah perairan seperti daerah kepulauan maupun daerah-
daerah yang sektor wilayahnya banyak dijumpai rawa / laut / sungai / pantai.
Sulitnya pertempuran diwilayah Kepulauan dengan kondisi geografis berupa
rawa, laut, sungai dan pantai di setiap Pulau-pulau di wilayah Kepulauan
dapat menyebabkan terhambatnya satuan Yonif dalam mengatasi
perkembangan situasi di wilayah kepulauan. Berikut ini adalah jenis-jenis
hutan rawa yang berada di wilayah perairan Indonesia antara lain :

a) Hutan Bakau. Hutan bakau tersebar hampir di seluruh pantai


Kepulauan Indonesia. Jumlah jenis hutan bakau sekitar 95 jenis
tumbuhan, komposisi jenis hutan tersebut dapat berbeda antara satu
dengan lainnya, tergantung dari kombinasi faktor-faktor habitat yang
mempengaruhinya. Penyebaran berbagai jenis bakau terletak mulai
dari laut ke arah daratan membentuk jalur berbeda-beda.

(1) Jalur Pedada (Soneratia sp), jalur ini selalu terendam


air asin setiap terjadi pasang yang tinggi karena menjadi
perintis endapan lumpur pada batas air surut dengan jenis
tumbuhan meliputi Soneratia spp dan Avicenia spp.

(2) Jalur Bakau (Rhizophora sp.), merupakan hutan bakau


yang memiliki perakaran khas (akar napas) dengan jenis
tumbuhan meliputi Rhizophora sp., Bruguiera spp dan Ceriops
spp.

(3) Jalur Tancang (Bruguiera sp.), jalur ini berada paling


dekat dengan daratan sehingga hanya dapat dicapai air
pasang surut yang luar biasa tinggi seperti pada saat air
111

pasang bulan purnama atau gerhana bulan, dengan jenis


tumbuhan meliputi Bruguiera spp, Kondelia spp, Rhizophora
spp. dan lain-lain.

(4) Jalur nipah jalur ini terdapat ke arah daratan, di daerah


ini cukup kering. Pada lautan bakau dilingkari oleh lautan nipah
(Nypa fruticans). Hewanhewan yang terdapat pada hutan
bakau, antara lain udang-udangan, kerang, ikan glodok,
kerang, kepiting, cacing laut, ular, buaya muara, kadal, dan
berbagai jenis burung.

b) Rawa Air Tawar. Hutan rawa air tawar berada dalam kawasan
yang luas, terletak di belakang hutan bakau. Berbagai jenis hutan
rawa terdapat di delta, umumnya mempunyai pohon-pohon dengan
ketinggian yang sama, sekitar 30 m memiliki kanopi lebat. Hal ini
disebabkan di delta secara teratur dibanjiri air tawar sebagai akibat
gerakan pasang surut.

c) Hutan Tepi Sungai. Hutan tepi sungai terdapat di sepanjang


tepi sungai besar yang merupakan habitat transisi dengan hutan rawa
air tawar. Vegetasinya terdiri atas tumbuhan rawa musiman yang
berbeda. Lapisan tanahnya dalam, subur, dan gembur. Sebagian
besar tumbuhannya memiliki perakaran kuat, berkayu, daunnya
menyempit, dan penyebaran bijinya melalui air atau ikan. Hutan tepi
sungai merupakan habitat kayu ulin (besi) dan tengkawang, terdapat
di Kalimantan. Hutan tepi sungai juga dapat dijumpai di tebing-tebing
berbatu yang vegetasinya sebagian besar berupa tumbuhan berkayu
dengan perakaran kuat yang hidup di antara celah-celah batu, jenis
tumbuhannya adalah reofit.

d) Hutan Rawa Gambut. Hutan rawa gambut terbentuk dari


timbunan gambut yang sangat tebal, berkisar antara 0,5 – 20 m.
Permukaan gambut terbentang luas berbentuk cekung yang tidak
terkena genangan air sehingga bersifat asam dengan pH<4 dan
kandungan haranya rendah. Hal itu menyebabkan jenis tumbuhannya
terbatas, yaitu pohon-pohonnya tinggi, kurus, dan tidak lebat. Hutan
rawa gambut di Indonesia banyak terdapat di Pulau Kalimantan.

e) Hutan Sagu. Hutan sagu berkembang baik di daerah dengan


aliran air tawarnya yang teratur. Di bawah hutan sagu tidak terdapat
tumbuhan lain dan lainnya terdiri atas lapisan serasah daun
bergambut. Hutan sagu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hutan
sagu murni dan hutan sagu campuran dengan hutan lain. Habitat
kedua jenis hutan sagu tersebut dapat Anda jumpai di Maluku dan
Irian Jaya.
112

2) Dari jenis-jenis hutan rawa yang terdapat di wilayah NKRI sudah


seharusnya satuan-satuan Yonif memahami betul jenis hutan rawa apakah
yang terdapat di sektor wilayahnya, sehingga apabila satuan tersebut sudah
memahami medan dan jenis hutan rawanya maka akan sangat
menguntungkan bagi satuannya dalam menghadapi pertempuran di dalam
hutan rawa. Bila dihadapkan dengan gelar 95 satuan Yonif saat ini terdapat
25 Yonif yang wilayahnya mendekati jenis tipologi ini, berarti sekitar 25 %
satuan dari keseluruhan jumlah satuan yang memiliki tipologi ini, maka hal
ini sudah harus menjadi perhatian bagi Komando Atas dalam
mengembangkan Alutsista, Alkap perorangan dan satuan serta Alangkut air
guna menghadapi pertempuran di wilayah perairan.

3) Tipe Hutan Gunung. Yang dimaksud dengan tipe hutan gunung di


sini adalah Yonif yang terletak di wilayah yang sebagian besar berupa
medan berbukit, hutan dan pegunungan. Keberadaan Yonif ini sendiri bisa
saja di tengah pemukiman penduduk, namun apabila dilihat dari sektor
wilayah tempat satuan ini berada, maka sebagian besar wilayahnya akan
berupa perbukitan, hutan maupun pegunungan. Medan di sekitarnya
terbatas untuk mobilitas kendaraan dan sebagainya sehingga membuat
dukungan dan transportasi sulit, demikian juga untuk mengerahkan pasukan
lapis baja atau jenis lain dari pasukan dalam skala besar. Karakteristik
hutan dan gunung wilayah RI.

d) Letak Wilayah. Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk


dalam hutan tropis. Hutan tropis mempunyai ciri khas yang berbeda dengan
hutan-hutan lainnya. Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai
17.504 lebih pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Beragamnya tempat tumbuh dari hutan-hutan di Indonesia membuat Hutan
tropis Indonesia mempunyai ciri khas yang khusus dibandingkan hutan di
belahan bumi lainnya. Banyak para ahli yang mendiskripsi hutan tropis
sebagai ekosistem spesifik, yang hanya dapat berdiri mantap dengan
keterkaitan antara komponen penyusunnya sebagai kesatuan yang utuh.
Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur
hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pula seperti stabilitas
ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, siklus hidrologis yang memadai
dan lain-lain. Secara nyata di lapangan, tipe hutan ini memiliki kesuburan
tanah yang sangat rendah, tanah tersusun oleh partikel lempung yang
bermuatan negatif rendah seperti kaolinite dan illite. Kondisi tanah asam ini
memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping kadar silikanya
memang cukup tinggi, sehingga melengkapi keunikan hutan ini. Namun
dengan pengembangan struktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi
yang menjadi andalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed nutrient
cycling) dan keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi
berbagai kendala/ keunikan tipe hutan ini (Withmore, 1975).

e) Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia. Hutan Tropis Basah.


Hutan tropis basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi,
113

sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat
dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan
Papua. Jenis-jenis yang umum ditemukan di hutan ini, yaitu : Meranti
(Shorea dan Parashorea), keruing (Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops),
kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu hitam (Diospyros sp). Hutan Muson
Basah. Hutan muson basah merupakan hutan yang umumnya dijumpai di
Jawa Tengah dan Jawa Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah
hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000 mm. Jenis-jenis
pohon yang tumbuh di hutan ini antara lain jati, mahoni, sonokeling, pilang
dan kelampis. Hutan Muson Kering. Hutan muson kering terdapat di
ujung timur Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa. Tipe hutan ini berada pada
lokasi yang memiliki musim kemarau berkisar antara 6-8 bulan. Curah hujan
dalam setahun kurang dari 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan
ini yaitu Jati dan Eukaliptus. Hutan Savana. Hutan savana merupakan hutan
yang banyak ditumbuhi kelompok semak belukar diselingi padang rumput
dengan jenis tanaman berduri. Periode musim kemarau 4 – 6 bulan dengan
curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Jenis-jenis yang tumbuh di
hutan ini umumnya dari Famili Leguminosae dan Euphorbiaceae. Tipe Hutan
ini umum dijumpai di Flores, Sumba dan wilayah NTT lainnya.

f.) Tipe Perkotaan. Kota adalah suatu wadah yang memiliki batas
administrasi wilayah seperti Kotamadya dan kota administrasi, lingkungan
kehidupan yang berciri non agrarisdan berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan. Kawasan kota mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
tetapi mempunyai fungsi sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan,
sosial dan kegiatan ekonomi. Sedangkan menurut Lois Wirth kota adalah
pemukiman yang lebih besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang
yang heterogen kedudukan sosialnya. Oleh sebab itu satuan Yonif yang
berdislokasi di Kotamadya, Kabupaten dan Propinsi pada dasarnya dapat
diklasifikasikan sebagai Yonif Perkotaan. Atau dengan kata lain, yang
dimaksud dengan tipe perkotaan adalah Yonif yang letak satuannya di
wilayah Kotamadya, Kabupaten dan Propinsi, dengan medan yang
cenderung datar dan dikelilingi oleh pemukiman-pemukiman padat
penduduk.

c. Musuh. Mengacu kepada perkembangan lingkungan strategis tentang


adanya kemungkinan ancaman aktual dan skenario ancaman, maka yang sangat
mungkin muncul adalah isu separatis, pemberontakan bersenjata, terorisme,
konflik komunal dan ancaman di wilayah perbatasan. Kelima hal tersebut adalah
kemungkinan ancaman yang melibatkan pihak lawan/musuh, baik dalam negeri
maupun luar negeri. Namun apabila kita berbicara tentang kemungkinan ancaman
lain, yang tidak melibatkan pihak lawan/musuh maka masih terdapat kemungkinan
ancaman bencana alam dan konflik komunal yang dapat terjadi. Dari keseluruhan
skenario ancaman yang mungkin terjadi, apabila diperhatikan secara keseluruhan
ancaman-ancaman ini terjadi di dalam wilayah NKRI, bukan di luar. Hal ini berarti
bahwa kecenderungan penugasan Yonif dalam mengatasi musuh ini akan
114

dilaksanakan di dalam negeri, yang berkaitan dengan karakteristik geografis


wilayah Indonesia yang beraneka ragam. Dengan demikian dalam rangka
mengantisipasi dan mengatasi kemungkinan ancaman apabila ditinjau dari aspek
musuh, maka perbedaan karakteristik wilayah NKRI juga harus menjadi bahan
pertimbangan agar pelaksanaan tugas dapat tercapai secara optimal. Pada
hakekatnya sumber potensi ancaman dalam era reformasi dan globalisasi tidak
dapat dipisahkan secara murni. Spektrum ancaman mencakup seluruh dimensi
kehidupan yang meliputi Ipoleksosbudhankam. Negara kita membedakan ancaman
kedalam ancaman militer dan ancaman nirmiliter, seperti yang telah dijelaskan di
atas, namun apabila mencermati perkembangan lingkungan strategis saat ini dan
di masa yang akan datang, maka pola-pola ancaman yang masih sangat riskan
bagi negara kita adalah ancaman gangguan kedaulatan di wilayah perbatasan dan
pulau-pulau terluar, ancaman terorisme, separatisme, konflik komunal dan
pemberontakan bersenjata, serta ancaman bencana alam yang terjadi sebagai
dampak posisi geografi dan geologi Indonesia, yang terletak pada cincin gunung
berapi dan pertemuan sejumlah lapisan kerak bumi yang sangat rawan terhadap
gempa vulkanik dan tektonik, tsunami, banjir, serta tanah longsor.

1) Ralasuntai (Rawa, laut, sungai, pantai). Berbagai bentuk kejahatan


dan pelanggaran di wilayah perairan saat ini seperti penyelundupan, illegal
logging, pencurian kekayaan alam, perompakan dan pembajakan yang
dilakukan kelompok teroris dengan sindikat internasional, apabila tidak
ditangani secara serius akan berdampak mengancam kedaulatan dan
keselamatan bangsa. Kondisi satuan dan wilayah kepulauan/ Ralasuntai
(rawa, laut, sungai dan pantai) serta adanya hakekat ancaman ke depan
menjadi suatu tantangan yang cukup berat bagi Satuan Tempur di Pulau
terluar/Perbatasan dalam pelaksanaan tugasnya, sehingga menimbulkan
suatu pertanyaan : “Bagaimanakah Pengembangan Taktik dan Teknik
Tempur Yonif yang berada di Wilayah Kepulauan Dihadapkan pada
Karakteristik Geografis Indonesia sebagai negara Kepulauan”.

2) Tipe Hutan Gunung. Saat ini gerombolan separatis yang berada di


Papua yang bernama Organisasi Papua Merdeka (OPM) menggunakan
medan berupa pegunungan yang masih banyak terdapat hutan sebagai
tempat persembunyiannya maupun dalam melaksanakan penyerangan
terhadap aparat baik TNI dan Polri. Tidak menutup kemungkinan gerakan-
gerakan separatis akan terjadi di wilayah manapun di seluruh Indonesia.
Dari pengalaman ini maka sudah sepatutnya TNI AD khususnya Yonif untuk
mempersiapkan diri guna menghadapi pertempuran di daerah hutan
gunung. Kemampuan khusus yang harus dimiliki satuan seperti ini tentu saja
tidak terlepas dari kemampuan untuk melaksanakan perang hutan. Perang
hutan merupakan taktik yang digunakan militer untuk bertahan hidup dan
berjuang di medan hutan. Lingkungan hutan memiliki berbagai efek pada
operasi militer. Vegetasi yang rapat dapat membatasi jarak pandang, tetapi
juga dapat memberikan kesempatan yang luas untuk kamuflase dan banyak
bahan yang dapat digunakan untuk membangun benteng. Medan di
115

sekitarnya terbatas untuk mobilitas kendaraan dan sebagainya sehingga


membuat dukungan dan transportasi sulit, demikian juga untuk
mengerahkan pasukan lapis baja atau jenis lain dari pasukan dalam skala
besar. Oleh karena itu untuk keberhasilan pelaksanaan perang hutan ini
diperlukan dukungan mobilitas udara. Keberhasilan pertempuran hutan
menitik beratkan pada taktik dan teknik bertempur satuan kecil yang efektif.
Pada bagian belakang, kemampuan untuk mempertahankan basis
bergantung sepenuhnya pada kekuatan udara. Penggunaan dukungan
udara dapat digunakan, baik sebagai senjata ofensif untuk menggantikan
artileri atau sebagai alat angkut logistik, baik untuk mengangkut orang,
peralatan maupun perbekalan.

3) Tipe Perkotaan. Eskalasi konflik internal sangat mungkin akan


dimanfaatkan pihak berkepentingan untuk menguji kemampuan pertahanan
Negara. Dalam hal ini, kota sebagai sentral pemerintahan dan sirkulasi
ekonomi akan menjadi prasarana yang dapat dimanfaatkan untuk
persembunyian senjata sekaligus tempat operasional pihak lawan.
Perkembangan lingkungan strategis saat ini telah merubah bentuk
peperangan, dari semula Perang Generasi ke-3 yang mengandalkan
manuver menjadi Perang Generasi ke-4 atau Perang Asimetrik. Perang
Asimetrik adalah perang yang mengembangkan bentuk pemberontakan
(tidak hanya atau harus bersenjata) yang menggunakan seluruh jaringan,
seperti politik, ekonomi, sosial, militer untuk meyakinkan pemimpin negara
agresor bahwa tujuan strategi mereka sulit terwujud dan merugikan (JS.
Prabowo, 2009: 31). Perang Asimetris telah dialami Indonesia antara lain
dalam bentuk perang gerilya terhadap sekutu pada perang
mempertahankan kemerdekaan, insurjensi (Timor, Aceh dan Papua), Perang
Internal Baru atau New Internal Warfare (konflik Sampit, Poso dan Ambon)
serta terorisme (Bom Natal dan Bom Bali). Namun dari segala bentuk
Perang Asimetrik di atas, beberapa peristiwa konflik justru terjadi di daerah
perkotaan. Hal ini membuktikan bahwa peran kota dalam suatu
pertempuran memiliki efek yang strategis. Hal inilah yang menjadikan
dasar pemikiran betapa pentingnya tulisan tentang konsep teknik, taktik dan
alutista dalam operasi pertempuran perkotaan.

Dari beberapa gambaran sejarah tentang pertempuran kota yang telah ada
maka perang kota bukanlah perang yang mudah, hal ini bisa dianalogikan
sebagai operasi tiga dimensi (Nyoman Dekker,1990:30) dimana
mengandung arti bahwa konsep manuver dan tembakan pasukan penyerbu
harus dapat memanfaatkan dimensi ruang tata kota yang merupakan kontur
unik untuk dipahami. Disisi lain yang menjadi pertimbangan dalam
pengembangan konsep operasi adalah hal-hal yang menjadi faktor kesulitan
dalam melakukan perang kota, yaitu :

a) Di daerah perkotaan tentunya terdapat jumlah penduduk yang


banyak dan tentara dimanapun selalu berusaha untuk menghindari
116

jatuhnya korban dari masyarakat sipil hal ini berlaku sebagai


kewajiban moral tentara.
b) Banyaknya bangunan-bangunan akan menjadi hambatan bagi
peninjauan. Musuh tidak bisa melihat musuh yang lain dengan jelas,
sehingga perlu pelibatan matra udara dan laut, berbeda dengan di
lapangan atau hutan. Bangunan yang tinggi menjadi penghalang.
c) Sulit meninjau musuh secara lebih detail karena ruangan-
ruangan yang ada di gedung bisa menjadi persembunyian bagi
musuh. Untuk melumpuhkan musuh dibutuhkan waktu yang lebih
lama dan tenaga lebih besar dan kompleks, serta amunisi lebih
banyak karena pasukan harus menguasai setiap ruangan atau
kamar demi kamar.
d) Kebebasan untuk menembak sangat terbatas. Hal ini sangat
disadari berbeda manakala di tempat terbuka kita dapat dengan
mudah menembak sasaran yang jaraknya dua kilometer sedangkan
di perkotaan tentunya akan mengalami kesulitan. Kondisi lain yang
dapat menjadi permasalahan mendasar dalam manuver adalah
penggunaan seperti tank, hanya mungkin menembak gedung yang
berhadapan langsung sedangkan target yang berada dibelakang
lapisan gedung tidak bisa lagi ditembak. Hal ini akan memaksa
pasukan manuver untuk mendekati sasaran secara langsung. Karena
itulah, praktis pertempuran kota memakan waktu yang lebih banyak.
Dari blok per blok tidak boleh terlewatkan sedikitpun karena hal ini
akan berakibat fatal bagi pasukan manuver, karena dikuatirkan tiba-
tiba musuh dari belakang menyerang.

d. Pasukan sendiri. Penempatan Yonif yang tersebar di seluruh wilayah


Indonesia merupakan kekuatan tersendiri bagi TNI AD untuk dapat mengatasi
segala kemungkinan ancaman di daerah. Yonif-Yonif yang berada di masing-
masing Kotama akan menjadi unsur pelaksana TNI AD di daerah, sehingga sangat
besar kemungkinan untuk terlibat dalam berbagai penugasan untuk mengatasi
permasalahan/ancaman yang mungkin timbul. Berdasarkan perkembangan
lingkungan strategis dan kebijakan tentang penggunaan kekuatan TNI AD maka
dapat dikatakan bahwa proyeksi penugasan ke depan akan didominasi oleh tugas-
tugas OMSP yang banyak menggunakan setting wilayah di dalam negeri. Selain
itu, keberadaan Yonif-Yonif yang berada di bawah Kodam (selaku Balahanwil),
merupakan satuan penangkal awal terhadap semua potensi ancaman yang ada di
wilayah. Oleh karena itu karakteristik geografis dari masing-masing wilayah harus
dapat dikuasai karena wilayah ini juga yang akan menjadi daerah operasi bagi
satuan tersebut. Dengan demikian, dukungan persenjataan dan perlengkapan yang
sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan penugasan di masing-masing tipe
wilayah akan sangat berpengaruh terhadap optimalisasi pelaksanaan tugas.
Pengklasifikasian Yonif berdasarkan tipologi wilayah (ralasuntai, hutan gunung dan
perkotaan) dimaksudkan agar Yonif didalam pelaksanaan tugasnya (khususnya
dalam tugas OMSP) akan lebih optimal, karena selain memiliki kemampuan khusus
juga dilengkapi dengan senjata dan perlengkapan khusus/tambahan yang
117

memadai untuk menghadapi berbagai permasalahan, hambatan maupun


tantangan yang timbul sebagai dampak perbedaan karakteristik wilayah dimana
Yonif tersebut berada. Dalam pelaksanaannya, pengorganisasian Yonif tetap
menggunakan 5 model organisasi (TOP ROI) yang sudah ada, namun
pengklasifikasian sesuai tipologi dilakukan untuk membedakan satuan-satuan
tersebut berdasarkan karakteristik wilayahnya, sehingga keadaan ini dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk melengkapi satuan-satuan tersebut dengan
persenjataan maupun perlengkapan khusus/tambahan guna mengantisipasi segala
permasalahan, hambatan maupun tantangan yang muncul sebagai akibat dari
perbedaan karakteristik wilayah dimana satuan tersebut berada. Dengan demikian
satuan dapat melaksanakan tugasnya (khususnya tugas-tugas OMSP) dengan
lebih optimal. Namun perlu diingat bahwa tidak semua Yonif dapat disamaratakan
untuk diklasifikasikan ke dalam salah satu tipe. Ada satuan-satuan yang karena
letak geografisnya bisa dimasukkan ke dalam dua atau bahkan tiga tipe. Begitu
juga dengan Yonif tersebar yang memiliki satu atau beberapa Kompi yang terpisah.
Tidak menutup kemungkinan Kompi yang terpisah ini memiliki karakteristik
geografis yang berbeda dengan induk pasukannya, sehingga Kompi ini tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam tipe yang sama dengan induk pasukannya. Mengingat
perbedaan karakteristik geografis yang ada di Indonesia, maka karakteristik dan
kemampuan Alutsista yang dimiliki Yonif harus disesuaikan untuk dapat
mengoptimalkan pelaksanaan tugas yang diberikan oleh Komando atas. Hal ini
dimaksudkan agar dukungan terhadap kebutuhan senjata dan perlengkapan Yonif
dapat lebih efektif, efisien, berdaya guna dan berhasil guna, sesuai dengan
karakteristik wilayah Yonif tersebut berada. Dengan mempertimbangkan faktor
kondisi geografis yang beraneka ragam, maka pengklasifikasian Yonif sesuai
dengan tipologi wilayah akan sangat membantu untuk lebih memfokuskan
kebutuhan senjata, perlengkapan dan latihan yang diperlukan, sehingga
keberadaan Yonif di wilayah akan dapat lebih diberdayagunakan secara efektif
untuk beroperasi di wilayahnya. Adapun pokok bahasan yang akan ditelaah
antara lain : Pengembangan organisasi, Kemampuan perorangan dan satuan yang
diharapkan, kebutuhan Alutsista dan perlengkapan, Jenis dan prasarana latihan
yang dibutuhkan dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas serta Pembinaan
latihan yang perlu diterapkan :

1) Ralasuntai (Rawa, laut, sungai, pantai). Pengembangan latihan


bagi Yonif-Yonif yang masuk kedalam tipe Ralasuntai ini dapat dilakukan
dengan belajar dan berlatih yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan prajurit dalam melaksanakan operasi
penanggulangan teror dan tindak kejahatan di rawa, laut, sungai dan pantai.
Dihadapkan dengan kondisi geografis wilayah Kepulauan dan hakekat
ancaman yang sering timbul baik dari dalam maupun luar negeri
memerlukan suatu konsep bertempur dalam pola OMP maupun OMSP
dengan membentuk satuan Yonif sehingga mampu sebagai kekuatan
penindak awal yang profesional di gerbang NKRI. Untuk mewujudkan Yonif
sebagai kekuatan penindak awal yang profesional, last but not least sangat
ditentukan oleh para prajurit yang bertugas menjaga kedaulatan NKRI di
118

wilayah pulau-pulau terluar dan perbatasan ini. Kemampuan Prajurit secara


umum meliputi SDM yang profesional, tangguh, ulet, memliki keterampilan
dan pengetahuan sesuai BPUP 1-7, BPKJ 1-7, serta beberapa pengetahuan
dan keterampilan tambahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas
dihadapkan dengan kondisi geografis wilayah, kondisi sosial dan demografi
masyarakat serta potensi ancaman yang mungkin dihadapi.
Pengembangan kemampuan perorangan yang diharapkan adalah sebagai
berikut:

a) Kemampuan Intelijen.

(1) Mampu melaksanakan pengintaian di daerah rawa


dengan semua peralatan perorangan di daerah rawa, laut,
sungai dan pantai.
(2) Mampu bertahan hidup di Ralasuntai dalam
melaksanakan pengintaian terhadap posisi musuh/ lawan.
(3) Penguasaan Medan. Memiliki kemampuan dalam
membaca medan, situasi serta mampu memprediksikan
dengan baik akan keadaan medan yang ada dihadapkan
kemungkinan potensi ancaman yang timbul.
(4) Memilki kemampuan menilai suatu situasi/keadaan
secara responsif serta dapat melakukan interograsi taktis di
lapangan terhadap informan/tawanan yang didapat secara
akurat dan cepat.
b) Kemampuan Tempur.

(1) Mampu bertempur di Ralasuntai dengan segala


persenjataan yang dimiliki.

(2) Melaksanakan kemampuan menembak senjata organik


masing-masing, dengan teknik dan taktik sesuai aturan yang
baku maupun pengembangan, bagi personel yang baru, perlu
diadakan tes menembak dengan sasaran yang hendak
dicapai 60%. Sedangkan personel yang telah ada sebelumnya
diadakan uji ulang menembak, dengan harapan telah mampu
mencapai nilai standar 65. Hasil yang diharapkan adalah para
Prajurit memiliki kemampuan menembak di segala keadaan
medan dan situasi dengan respon dan akurasi yang tinggi,
tuntutan pada keadaan ini prajurit tersebut harus terlatih dan
dapat menguasai situasi yang muncul secara tiba-tiba dan
memilki kemampuan menembak dengan sasaran bergerak
serta dapat memperkirakan perkenaan terhadap
sasaran,terutama menembak di atas air dengan menggunakan
speedboat/LCR.

c) Kemampuan fisik. Prajurit Yonif Ralasuntai harus memiliki


kemampuan fisik yang prima, dihadapkan pada tugas pokok yang
dibebankan kepada Prajurit Yonif di daerah geografis wilayah yang
119

dihadapi, maka langkah yang dapat diambil adalah membentuk


personel yang memiliki ketahanan fisik yang tinggi diperoleh melalui
test kesamaptaan jasmani dan renang militer serta Uji Siap Jasmani
Militer (USJM) sesuai dengan program latihan satuan. Sehingga dari
segi fisik personel akan siap melaksanakan setiap tugas yang
diberikan.

d) Kesehatan. Status kesehatan (stakes) yang diharapkan


adalah Stakes I dan memenuhi persyaratan khusus, seperti mampu
melaksanakan renang militer, renang lintas laut, dsb. Adapun langkah
yang diambil, yaitu melaksanakan pengecekan kesehatan,
sebelum para prajurit yang baru masuk Yonif serta mengadakan
pemeriksaan kesehatan secara mobile oleh tim Kesehatan yang
dipimpin oleh Dokter Yon secara periodik. Kondisi satuan Yonif
Ralasuntai saat ini dengan komposisi Mayon, Kima, Kiban dan Kompi
Senapan dalam wilayah Kepulauan tergelar dalam Kompi-kompi
terpisah yang jarak satu sama lain cukup berjauhan. Kondisi materil
terutama persenjataan dan perlengkapan perorangan dan satuan bila
dihadapkan hakekat ancaman dan kondisi wilayah memerlukan suatu
pengembangan yang lebih modern terutama Alutsista dan
perlengkapan alat angkut sehingga sanggup melakukan manuver
satuan dengan sinergis dari beberapa kecabangan. Pengembangan
kemampuan satuan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

(1) Kemampuan Operasi Militer untuk Perang dititik


beratkan pada upaya meningkatkan profesionalisme prajurit
dan kesiapan operasional Alutsia yang langsung digunakan
dalam pelaksanaan tugas. Kemampuan ini juga bertujuan
dikembangkan untuk mewujudkan sistem pertahanan dengan
menitik beratkan pada kemampuan penanganan konflik secara
cepat digerakkan ke seluruh wilayah Konflik. Kemampuan
tempur satuan Yonif dihadapkan dengan kondisi geografis
yang ada, perlu ditambahkan dan lebih diintensifkan dalam
latihan non program, antara lain adalah :

(a) Kemampuan Operasi Mobil Udara.


(b) Kemampuan Embarkasi Debarkasi.
(c) Kemampuan Patroli di daerah rawa/hutan.
(d) Kemampuan Pertahanan Pantai Terbatas.
(e) Kemampuan Infiltrasi/Eksfiltrasi.

b) Kemampuan Operasi Militer Selain Perang diarahkan untuk


meningkatkan kemampuan pelaksanaan pemberian bantuan kepada
Pemda, Polri serta instansi lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(1) Kemampuan Penanganan Media (Media Handling).
120

(2) Kemampuan Penanganan Pengungsi/Pencari Suaka/


Korban Bencana Alam.
(3) Kemampuan Search And Rescue (SAR).
(4) Kemampuan Patroli dialur sungai, rawa dan pesisir
pantai (Laut Terbatas) .
(5) Kemampuan Penindakan Huru Hara (Dakhura) dalam
rangka perbantuan kepada Polri.

c) Kemampuan Intelijen dititik beratkan untuk meningkatkan


profesionalisme, penataan organisasi, sarana dan prasarana,
penyusunan aturan dan landasan hukum bagi kegiatan operasi
intelijen dalam rangka mendukung Operasi Militer untuk Perang dan
Operasi Militer Selain Perang.

d) Kemampuan dukungan diarahkan untuk meningkatkan


penguasaan manajemen, dukungan teritorial, kerja sama militer,
informasi dan penelitian pengembangan.

2) Tipe Hutan Gunung. Jika dilihat dari jenis hutan yang berada di
wilayah Indonesia merupakan hutan tropis yang memiliki curah hujan tinggi
pada saat musim hujan, terdapat juga hutan kering yang memiliki musim
kemarau yang panjang dan banyak terdapat semak belukar yang lebat serta
tebing-tebing yang curam maka prajurit harus memiliki keuletan dalam
menghadapi musim kemarau dan penghujan yang panjang di dalam hutan
(survival), kemampuan dalam bermanuver di dalam hutan gunung yang
kering(panas), basah(hujan), banyak semak belukar dan medan yang curam
serta kemampuan menembak di dalam hutan gunung. Untuk dapat memiliki
kemampuan-kemampuan tersebut maka Pussenif selaku LKT satuan-satuan
Infanteri perlu menggiatkan latihan-latihan hutan gunung dengan
merumuskan jenis latihan apa sajakah yang perlu dilaksanakan sesuai
dengan perkembangan taktis dan strategis yang ada saat ini sehingga dapat
mengoptimalkan hasil pada saat melaksanakan tugas operasi. Selain itu
juga perlu diperhatikan tentang Alutsista, Alkap perorangan/satuan serta
Alangkut darat/udara yang harus dikembangkan sehingga dapat
mendukung pelaksanaan pertempuran di hutan gunung. Seperti contoh,
karena hutan yang berada di Indonesia cukup lebat maka diperlukan
pesawat pengintai tanpa awak (UAV) dengan tujuan menghemat tenaga
prajurit dalam mengetahui kedudukan musuh serta menjaga kerahasiaan,
kemudian juga diperukan alat GPS anti air karena curah hujan yang cukup
tinggi, dan masih banyak yang lainnya yang perlu ditambahkan.

3) Tipe Perkotaan. Spesifikasi kota menjadi pertimbangan penting


dalam pengerahan pasukan dan persenjataan yang digunakan. Taktik
pertempuran jarak dekat menjadi acuan baku dalam membina kemampuan
Yonif yang masuk dalam tipe perkotaan ini. Mengacu dari potensi ancaman
yang akan dihadapi dalam pertempuran perkotaan dihadapkan dengan
kemampuan bertempur musuh saat ini, maka Yonif yang tepat untuk
121

melaksanakan pertempuran kota adalah Yonif Mekanis. Disamping itu,


berdasarkan perkembangan lingkungan strategis baik internasional maupun
regional, sangat kecil kemungkinan suatu negara menyerang Indonesia
secara frontal. Oleh karena itu TNI khususnya TNI AD perlu merevisi doktrin
Operasi Militer untuk Perang yang mencakup operasi pertahanan dan
serangan secara terbuka/frontal. Konsep bertempur yang dilaksanakan
dalam pertempuran perkotaan dihadapkan dengan postur TNI AD saat ini
adalah sebagai berikut :

a) Yonif Mekanis tidak efektif menyelenggarakan operasi


pertahanan daerah secara statis atau linear di daerah perkotaan.
Berdasarkan data dan fakta pertempuran perkotaan di Irak dan
Afghanistan, pasukan Irak dan pejuang Afghanistan sengaja
membiarkan pasukan koalisi masuk menguasai kota. Namun setelah
pasukan koalisi menguasai kota, maka pejuang Irak dan Afghanistan
mulai melakukan serangan-serangan cepat dalam suatu konsep
bertempur gerilya dalam perkotaan. Oleh karena itu perlu konsep
pertahanan yang tepat adalah pertahanan mobil yang dipadukan
dengan serbuan-serbuan kilat yang melelahkan pihak musuh.

b) Dihadapkan dengan kemampuan dan kekuatan tempur musuh,


maka Operasi serangan secara frontal sangat kecil dilakukan oleh
pasukan sendiri, oleh karena itu perlu disiapkan konsep serangan
terhadap kedudukan strategis baik yang berada di dalam perimeter
luar dan dalam pertahanan kota yang telah dikuasai musuh, secara
bergantian maupun bersama-sama (sporadis). Diharapkan dengan
konsep bertempur semacam ini dapat melelahkan musuh secara fisik
dan moril. Konsekuensi logis dari penerapan doktrin bertempur
tersebut adalah menyiapkan daerah kantung-kantung gerilya yang
dapat menampung Yonif Mekanis tersebut di luar kota secara
tersebar guna menghindari serangan langsung musuh secara frontal
oleh pasukan musuh. Daerah kantung-kantung gerilya tersebut
sebagai Daerah Persiapan secara tersebar untuk melakukan
serangan-serangan kilat yang sinergis terhadap kedudukan vital
musuh;
c) Apabila Yonif Mekanis menghadapi separatisme,
pemberontakan bersenjata dan terorisme yang telah menguasai
seluruh atau sebagian daerah perkotaan, maka harus
mengaplikasikan teknik dan taktik PJD dan Pur Kota menghadapi
separatisme, pemberontakan bersenjata dan terorisme dengan
memanfaatkan elemen masyarakat sebagai center of gravity.

60. Konsep Orgas dan Gelar Yonif yang disarankan. Berdasarkan hasil analisa,
maka perlu ditindaklanjuti dengan pengklasifikasian Yonif sesuai tipologi wilayahnya. Hal
122

ini dimaksudkan agar keberadaan Yonif-Yonif di daerah (selaku Balahanwil) dapat


beroperasi secara optimal dihadapkan dengan kondisi geografis yang berbeda-beda.

a. Orgas yang Disarankan. Secara struktural, 5 Orgas Yonif yang ada saat ini
(Linud, Raiders, Mekanis, Diperkuat dan TOP ROI–2009) masih relevan
dihadapkan dengan tugas yang harus dilaksanakan.

1) Pengklasifikasian Yonif Sesuai Tipologi. Konstelasi geografis


NKRI yang sedemikian luas dan beragam memiliki kekhasan tersendiri pada
setiap wilayah yang memiliki dominasi karakter medan yang berbeda,
apakah itu hutan, gunung, rawa, laut, sungai, pantai maupun perkotaan,
dengan kondisi demografi yang berbeda pula. Hal ini seharusnya menjadi
salah satu pertimbangan dalam mengembangkan kemampuan dan
persenjataan serta penggelaran satuan-satuan yang tersebar di seluruh
wilayah NKRI, sehingga mampu menyelesaikan tugas pokok secara optimal.
Pada aspek realitas pembangunan kekuatan, kemampuan dan penggelaran
maupun persenjataan satuan-satuan serta pengembangan kemampuan
taktik dan teknik bertempur belum sepenuhnya menyesuaikan karakteristik
geografi NKRI. Kompleksitas permasalahan ini perlu ditindaklanjuti secara
bertahap, konsisten dan berlanjut dalam mengevaluasi, merevitalisasi dan
mengaktualisasikan keberadaan satuan dalam aspek pengembangan
pembangunan kekuatan, kemampuan maupun penggelaran. Untuk dapat
diwujudkan menjadi satuan-satuan yang modern dan berkemampuan daya
tempur dan daya tangkal tinggi dalam merespon berbagai bentuk ancaman
di wilayah NKRI. Keberadaan Yonif sebagai satuan tempur dasar TNI AD
perlu ditata kembali sebagai salah satu upaya pengembangan organisasi
dihadapkan dengan berbagai tuntutan tugas yang dihadapi, baik di masa
kini maupun di masa yang akan datang. Lima model TOP ROI yang
telah ada saat ini tetap dipergunakan, namun perlu adanya pengklasifikasian
Yonif-Yonif sesuai tipologi wilayahnya. Dengan pengklasifikasian ini
diharapkan kebijakan modernisasi Alutsista untuk memenuhi persenjataan
dan perlengkapan satuan akan diarahkan untuk menambahkan
persenjataan dan perlengkapan khusus satuan (secara keseluruhan atau
minimal untuk satu Kompi) untuk dapat mendukung operasionalisasi satuan
di wilayah. Berdasarkan keragaman karakteristik wilayah Indonesia,
Pussenif selaku LKT satuan Infanteri menyarankan untuk mengklasifikasikan
Yonif berdasarkan tiga tipologi wilayah, sebagai berikut:

a) Tipe Ralasuntai. Yang dimaksud dengan tipe ralasuntai disini


adalah Yonif yang terletak di sekitar daerah perairan seperti daerah
kepulauan maupun daerah-daerah yang dekat dengan
sungai/pantai/laut sehingga di sektor wilayahnya akan banyak
dijumpai rawa/laut/sungai/pantai. Pola pertempuran yang
dikembangkan di wilayah seperti ini akan lebih mengedepankan taktik
dan teknik bertempur yang menggunakan kemampuan Ralasuntai,
yang dilengkapi perlengkapan modern dan persenjataan khusus yang
123

tahan air (tidak mudah rusak/berkarat dihadapkan dengan wilayah


perairan yang basah dan lembab) serta berkemampuan menembak di
bawah air. Berbagai bentuk kejahatan dan pelanggaran di wilayah
perairan saat ini seperti penyelundupan, illegal logging, pencurian
kekayaan alam, perompakan dan pembajakan yang dilakukan
kelompok teroris dengan sindikat internasional, apabila tidak
ditangani secara serius akan berdampak mengancam kedaulatan dan
keselamatan bangsa. Pengembangan latihan bagi Yonif-Yonif yang
masuk ke dalam tipe Ralasuntai ini dapat dilakukan dengan belajar
dan berlatih bersama marinir TNI AL, yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan prajurit dalam
melaksanakan operasi penanggulangan teror dan tindak kejahatan di
rawa, laut, sungai dan pantai.

b) Tipe Hutan Gunung. Yang dimaksud dengan tipe hutan


gunung disini adalah Yonif yang terletak di wilayah yang sebagian
besar berupa medan berbukit, hutan dan pegunungan. Keberadaan
Yonif ini sendiri bisa saja di tengah pemukiman penduduk, namun
apabila dilihat dari sektor wilayah tempat satuan ini berada, maka
sebagian besar wilayahnya akan berupa perbukitan, hutan maupun
pegunungan. Kemampuan khusus yang harus dimiliki satuan seperti
ini tentu saja tidak terlepas dari kemampuan untuk melaksanakan
perang hutan. Perang hutan merupakan taktik yang digunakan militer
untuk bertahan hidup dan berjuang di medan hutan. Lingkungan
hutan memiliki berbagai efek pada operasi militer. Vegetasi yang
rapat dapat membatasi jarak pandang, tetapi juga dapat memberikan
kesempatan yang luas untuk kamuflase dan banyak bahan yang
dapat digunakan untuk membangun benteng. Medan di sekitarnya
terbatas untuk mobilitas kendaraan dan sebagainya sehingga
membuat dukungan dan transportasi sulit, demikian juga untuk
mengerahkan pasukan lapis baja atau jenis lain dari pasukan dalam
skala besar. Oleh karena itu untuk keberhasilan pelaksanaan perang
hutan ini diperlukan dukungan mobilitas udara. Keberhasilan
pertempuran hutan menitik beratkan pada taktik dan teknik bertempur
satuan kecil yang efektif. Pada bagian belakang, kemampuan untuk
mempertahankan basis bergantung sepenuhnya pada kekuatan
udara. Penggunaan dukungan udara dapat digunakan, baik sebagai
senjata ofensif untuk menggantikan artileri atau sebagai alat angkut
logistik, baik untuk mengangkut orang, peralatan maupun perbekalan.

c) Tipe Perkotaan. Letak geografis Indonesia yang berada


diantara dua benua dan samudera dengan jumlah pulau, suku,
bangsa, budaya yang sangat banyak dan bervariasi serta menjadi
lintasan dan persinggahan berbagai kepentingan bangsa-bangsa di
dunia, tidak akan terlepas dari pengaruh-pengaruh dari luar. Eskalasi
konflik internal sangat mungkin akan dimanfaatkan pihak
124

berkepentingan untuk menguji kemampuan pertahanan Negara.


Dalam hal ini, kota sebagai sentral pemerintahan dan sirkulasi
ekonomi akan menjadi prasarana yang dapat dimanfaatkan untuk
persembunyian senjata sekaligus tempat operasional pihak lawan.
Pertempuran perkotaan sangat berbeda dari pertempuran di tempat
terbuka baik di tingkat operasional maupun taktis. Faktor kerumitan
dalam perang kota termasuk keberadaan warga sipil dan
kompleksitas dari daerah perkotaan. Perang kota bukanlah perang
yang mudah karena ada beberapa kesulitan dalam melakukan
perang kota. Kesulitan tersebut adalah terdapat jumlah penduduk,
bangunan, sulit dalam peninjauan, kebebasan menembak.
Pertempuran dapat terjadi dalam bangunan, gedung, rumah
penduduk, jalan-jalan, bunker, lorong-lorong dan bahkan parit
sebagai tempat persembunyian. Pertempuran kota perlu kejelian
setiap pasukan dalam pendeteksian, ketelitian dalam menembak
yang diupayakan tidak adanya korban terhadap warga sipil dan
rusaknya bangunan/ fasilitas penduduk lainnya. Spesifikasi kota
menjadi pertimbangan penting dalam pengerahan pasukan dan
persenjataan yang digunakan. Taktik pertempuran jarak dekat
menjadi acuan baku dalam membina kemampuan Yonif yang masuk
dalam tipe perkotaan ini.

2) Pengklasifikasian Yonif ke dalam tiga tipe wilayah ini diberlakukan


kepada Yonif-Yonif baik yang berada di bawah Kodam (Balahanwil) maupun
Kostrad (Balahanpus). Yonif-Yonif yang berada di bawah Komando
Kewilayahan akan bertindak sebagai penangkal awal di wilayah, terhadap
segala kemungkinan ancaman dan penugasan yang diberikan, baik OMP
maupun OMSP. Oleh sebab itu karakteristik wilayah geografis akan sangat
mempengaruhi pencapaian tugas satuan ini secara optimal. Sementara
untuk Yonif yang berada di bawah Kostrad (Balahanpus) juga dapat
diklasifikasikan ke dalam tipologi kewilayahan karena satuan ini bertindak
sebagai satuan pemukul yang dapat beroperasi lintas wilayah dan akan
turun apabila Yonif kewilayahan tidak mampu mengatasi ancaman yang ada
sesuai dengan tipologi penugasannya. Apabila mempertimbangkan
kenyataan di lapangan, adanya Yonif terpusat dan tersebar akan sangat
mempengaruhi pengklasifikasian tipe Yonif ini. Adanya Yonif terpusat yang
memilliki kemungkinan dua atau tiga tipologi wilayah dan keberadaan
Kompi-Kompi terpisah yang kemungkinan memiliki tipologi wilayah yang
berbeda dengan induk pasukannya harus menjadi pertimbangan dalam
pengklasifikasian ini. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan kebutuhan
senjata, perlengkapan dan latihan untuk membekali kemampuan bertempur
sesuai karakteristik wilayah dapat lebih tepat dan terarah.

b. Gelar yang Disarankan. Apabila dilihat dari kemungkinan ancaman yang


akan terjadi maka perlu dilakukan pengembangan satuan Yonif Mekanis. Adapun
pelaksanaannya disarankan setiap Kodam minimal memiliki 1 Yonif Mekanis.
125

Apabila tidak memungkinkan untuk dilaksanakan penambahan Batalyon maka


dapat dialih fungsikan dari Yonif TOP ROI -2009 yang letaknya di kota
besar/memiliki nilai strategis (masing-masing Kodam) di rubah menjadi Yonif
Mekanis. Dengan demikian ada 12 Yonif TOP ROI 2009 yang akan dialih fungsikan
menjadi Yonif Mekanis (sesuai jumlah Kodam yang ada di Indonesia, selain Kodam
Jaya). Selain itu, sesuai dengan Renstra MEF TNI AD telah merencanakan
pengembangan satuan-satuan baru. Hal ini tentunya perlu untuk mendapat
perhatian sejak awal. Apabila konsep pengklasifikasian Yonif berdasarkan tipologi
wilayah ini diberlakukan, maka dalam konsep pengembangan satuan-satuan baru
nanti sudah harus mempertimbangkan karakteristik geografis wilayah dimana
satuan tersebut berada. Dengan demikian, sejak awal satuan baru yang akan
dikembangkan sudah diklasifikasikan sesuai tipologi wilayahnya, karena hal ini
tentunya akan berkaitan dengan latihan serta pengadaan senjata dan Alkapsus
satuan baru tersebut.

1) Konsep pengklasifikasian Yonif yang telah tersebar saat ini.

NO TIPOLOGI SATUAN KET


JUMLAH
1 2 3 4 5

1 RALASUNTAI 133, 134, 142, 600/R, 611, 613, 112/R,


21
113, 623, 711, 725, 726, 743, 642, 643,
731, 732, 733/R, 734, 752, 753

2 HUTAN 100/R, 121, 122, 123, 125, 126, 131,


GUNUNG 132, 200/R, 141, 143, 144, 300/R, 301,
310, 312, 320, 405, 406, 407, 408, 410,
45
511, 521, 527, 614, 621, 712, 713, 714,
715, 721, 742, 744 , 631, 641, 644,
751, 754, 755, 756, 111, 114, 115, 116

3 PERKOTAAN 400/R, 403, 500/R, 512, 700/R, 201, 11


202, 203, 315, 516, 900/R

4 KOSTRAD L-431, L-432, L-433, L-305, L-328,


L-330, L-501, L-502, L503, 303, 321, 18
323/R, 411, 412/R, 413, 509, 514/R,
515
JUMLAH 95

2) Konsep pengklasifikasian Yonif yang direncanakan sampai


dengan tahun 2029.
126

N RENCANA PENGEMBANGAN
LOKASI KET
O SESUAI RENSTRA MEF
1 2 3 4
TAHAP I (2010-2014) Kodam V/BRW

1. Penataan Brigif – 16 menjadi Brigif


Mekanis
2. Pembentukan Yonif Kodam IX/UDY Tipe hutan gunung
3. Penataan Yonif 751 menjadi Kodam Tipe hutan gunung
Yonif Raider XVII/CEN
4. Penataan Brigif – 1 menjadi Brigif Kodam JAYA
Mekanis
5. Pembentukan Brigif baru Kodam IM

TAHAP II (2015-2019)

1. Pembentukan Div Linud & Kostrad


Penataan Brigif 9 menjadi Brigif
Mekanis
2. Pembentukan Yonif & penataan Kodam I/BB Tipe perkotaan
Yonif menjadi Yonif Mekanis
3. Penataan Yonif 512 menjadi Kodam V/BRW Tipe perkotaan
Yonif Mekanis
4. Pembentukan Yonif Mekanis Kodam VII/WRB Tipe perkotaan
5. Pembentukan Brigif baru Kodam XVI/PTM
6. Pembentukan Brigif & Yonif Kodam IM Tipe hutan gunung

TAHAP III (2020-2024)

1. Pembentukan Yonif Mekanis Kodam II/SWJ Tipe perkotaan


2. Pembentukan Yonif Mekanis Kodam III/SLW Tipe perkotaan
3. Pembentukan Yonif Mekanis Kodam VI/MLW Tipe perkotaan
4. Pembentukan Yonif Mekanis Kodam IX/UDY Tipe perkotaan
Pembentukan Yonif Mekanis Kodam Tipe perkotaan
XVII/CEN

TAHAP IV (2025-2029)

1. Pembentukan Brigif & 2 Yonif Kodam II/SWJ Tipe hutan


gunung/ralasuntai
2. Pembentukan Yonif Kodam VII/WRB Tipe hutan gunung
3. Pembentukan 2 Yonif Kodam XII/TPR Tipe hutan
gunung/ralasuntai
4. Pembentukan 2 Yonif Kodam Tipe hutan gunung
XVII/CEN

3) Latihan. Pelaksanaan latihan dalam rangka pembinaan kekuatan


pada dasarnya digolongkan menjadi latihan program dan latihan non
127

program (latihan dalam satuan). Sementara untuk latihan program sendiri


masih dapat dibedakan lagi menjadi latihan sesuai Program Latihan
Standarisasi (Proglatsi) dan latihan di luar Proglatsi. Berdasarkan hal ini,
maka pengklasifikasian Yonif kedalam 3 tipe wilayah akan berpengaruh
terhadap program latihan yang harus dilaksanakan oleh satuan tersebut.
Latihan Proglatsi merupakan suatu latihan standarisasi yang memiliki makna
bahwa hasil latihan tersebut harus dapat diukur dan memiliki nilai
pembanding dengan menggunakan standar nilai yang sama, sehingga
kemampuan antara Yonif yang satu dan lainnya dapat dibandingkan untuk
menilai sejauh mana pembinaan latihan antar satuan tersebut telah
dilaksanakan. Dengan adanya pengklasifikasian Yonif berdasarkan tipologi
wilayah, maka penerapan latihan (taktik dan teknis) yang digunakan pun
akan berbeda, sehingga tidak memiliki nilai pembanding yang sama. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan latihan yang disesuaikan dengan
tipologi wilayah tidak tepat apabila dimasukkan kedalam siklus Proglatsi.
Untuk mewadahi pembinaan keterampilan dan pengetahuan baik prajurit
maupun satuan di wilayah Ralasuntai, hutan/gunung dan perkotaan dalam
suatu latihan yang terprogram agar dapat dilaksanakan secara bertahap,
bertingkat dan berlanjut, akan lebih tepat apabila latihan tersebut
dimasukkan kedalam rangkaian latihan diluar Proglatsi disamping
Latbakjatri/jatpok atau Uji Siap Jasmani Militer (USJM). Untuk Yonif jajaran
Kostrad karena tidak diklasifikasikan maka latihan yang dilaksanakan
adalah materi yang berkaitan dengan ketiga tipologi tersebut. Kemudian
untuk Yonif kewilayahan maka latihan yang dilaksanakan adalah hanya
materi yang sesuai dengan tipologi di wilayahnya. Di masa mendatang
diharapkan Yonif yang bersangkutan maupun satuan diatasnya dapat
menerapkan materi-materi latihan yang berkaitan dengan taktik yang
diperlukan guna mendukung optimalisasi pelaksanaan tugas-tugas satuan
dihadapkan dengan karakteristik wilayah masing-masing. Adapun materi-
materi sesuai tipologi wilayah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Materi Ralasuntai.

(1) Taktik.

(a) Taktik umum.

i. Materi serangan di daerah ralasuntai.


ii. Materi pertahanan di daerah ralasuntai.

(b) Taktik khusus.

i. Materi patroli wilayah di daerah ralasuntai.


ii. Materi penyergapan di daerah ralasuntai.
iii. Materi penghadangan di daerah rala
suntai.
128

iv. Materi operasi penyeberangan Ralasuntai


hubungan Regu s.d Batalyon).

(2) Teknis.

(a) Penyeberangan sungai.


(b) Membuat rakit.
(c) Survival di daerah rawa.
(d) Mobud di daerah ralasuntai.
(e) Renang taktis.
(f) Menyelam (diving).
(g) Bernafas dalam air dengan batuan alat
tradisional.
(h) Navigasi rawa.
(i) Menaksir kedalaman sungai dengan alat bantu
tradisional.
(j) Menaksir arus air dengan alat bantu tradisional.
(k) Memperkirakan pasang/surut air laut.
(l) Mengemudi motor tempel PK.
(m) Menembak Khusus.
i. Menembak terjal.
ii. Menembak lintas air.
iii. Menembak reaksi.
iv. Menembak runduk (Sniper)

b) Materi Hutan Gunung.

(1) Taktik.

(a) Taktik Umum.

i. Materi Serangan di daerah hutan gunung.


ii Materi Pertahanan di daerah hutan
gunung.
(b) Taktik Khusus.

i Materi patroli wilayah di daerah hutan


gunung.
ii Materi penyergapan di daerah hutan
gunung.
iii. Materi penghadangan di daerah hutan
gunung.
iv. Taktik Pertempuran Regu Anti Gerilya
(TPRAG).

(2) Teknis.
129

(a) Pendakian serbu (Dakibu).


(b) Survival.
(c) Mobud.
(d) Menembak Khusus.
i. Menembak terjal.
ii. Menembak curam.
iii. Menembak antar cot.
iv. Menembak reaksi.
v. Menembak runduk (Sniper)

(e) Mountaineering.
(f) Senjata tradisional/Boby trap.
(g) Navigasi darat (Hutan gunung).
(h) Tali temali.
(i) Sanjak.

c) Materi Perkotaan.

(1) Taktik.

(a) Taktik Umum.

i. Materi Serangan di daerah perkotaan.


ii. Materi Pertahanan di daerah perkotaan.
(b) Taktik Khusus.

i. Materi patroli wilayah di daerah perkotaan.


ii. Materi penyergapan di daerah perkotaan.
iii. Materipenghadangan di daerah perkotaan.
iv. Purkota tingkat Regu s.d Batalyon.

(2) Teknis.

(a) Serbuan ruangan.


(b) Serbuan gedung.
(c) Mountaineering.
(d) Fastroping.
(e) Mountaineering simulasi heli.
(f) Bergerak di daerah pemukiman atau kota
(MOUT).
(g) Bergerak di daerah bahaya.
(h) Penerobosan sasaran.
(i) Menembak dalam daerah pemukiman (Teknik
menembak PJD), antara lain :
i. Menembak tepat.
ii. Menembak dengan membidik cepat.
130

iii. Menembak controll pasangan/pairs.


iv. Menembak dengan pergantian magasen,
membidik & menembak cepat sasaran lebih dari
satu.
v. Menembak double tap & pergantian
senjata.
vi. Menembak sambil bergerak.
vii Menembak di balik perlindungan.

(j) Memberikan pertolongan dalam pertempuran


perkotaan.
(k) Mobud.
(l) Pioner.
(m) Pelontar jangkar.
(n) Tali temali.
(o) Demolisi.
(p) Drill simulasi rumah ban.

4) Latihan berdasarkan tipologi kewilayahan dapat diselenggarakan


tanpa menghambat pelaksanaan latihan Proglatsi dengan memanfaatkan
waktu yang tersedia dalam satu tahun. Latihan Proglatsi dilaksanakan dalam
waktu 27 minggu dari 52 minggu dalam satu tahun anggaran. Dengan
demikian maka pelaksanaan latihan tipologi kewilayahan dapat
dilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Yaitu pada semester pertama untuk
latihan dari tingkat perorangan (kemampuan teknis) sampai tingkat satuan
tertentu yang dapat dilaksanakan dalam waktu tiga sampai empat minggu
dan dilanjutkan pada semester kedua selama tiga sampai empat minggu.
Minimal dalam satu tahun anggaran pelaksanaan latihan telah mencakup
latihan tingkat Peleton dan dilanjutkan pada tahun anggaran berikutnya
sampai tingkat Batalyon. Sehingga dalam dua tahun anggaran program
latihan tersebut latihan telah dilaksanakan secara utuh dan Batalyon
tersebut telah memiliki kemampuan untuk melaksanakan operasi sesuai
tipologi wilayah masing-masing. Khusus untuk satuan Raiders, maka
diharapkan pelaksanaan latihan berdasarkan tipologi wilayah dapat
diasimilasikan dalam pelaksanaan Latihan Pemeliharaan (Lathar) dan
Latihan Pemantapan (Lattap) dengan materi spesialisasi Raiders disamping
pelaksanaan latihan tipologi wilayah secara berdiri sendiri.
131

5) Guna mendukung pelaksanaan latihan sesuai tipologi kewilayahan


maka diperlukan referensi pendukung untuk menjamin bahwa pelaksanaan
taktik tersebut dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berdasarkan buku
petunjuk yang ada saat ini, penerapan taktik berdasarkan tipologi wilayah
belum terakomodir dalam suatu buku yang berdiri sendiri dan diuraikan
secara rinci dan dapat dioperasionalkan sesuai dengan tingkatan satuan
termasuk perkembangan Alutsista. Adapun buku petunjuk yang sedikit
mengulas tentang operasi maupun taktik di sungai, daerah bangunan dan
daerah hutan rimba yaitu Buku Petunjuk Lapangan tentang Brigade Infanteri
berdasarkan Surat Keputusan Kasad nomor Skep/312/III/1986 tanggal 31
Maret 1986. Selain referensi tentang taktik, maka yang perlu disesuaikan
adalah referensi di bidang latihan, terutama referensi yang memuat hal-hal
teknis pengujian dari setiap tingkatan latihan.

c. Senjata dan Alkapsus. Pengklasifikasian Yonif berdasarkan tipologi


wilayah, akan mempermudah satuan tersebut untuk menentukan jenis senjata
maupun perlengkapan khusus/tambahan yang dibutuhkan guna mendukung
operasional satuan ini dihadapkan dengan karakteristik wilayahnya. TOP ROI yang
berlaku pada masing-masing Yonif dan pelaksanaan latihan sesuai Proglatsi
ditujukan untuk tercapainya kemampuan dan perlengkapan standar bagi masing-
masing satuan. Namun apabila dihadapkan dengan karakteristik wilayah NKRI
yang beraneka ragam, maka satuan-satuan ini dituntut untuk memiliki kemampuan
dan perlengkapan yang khusus untuk dapat melaksanakan berbagai penugasan di
wilayahnya. Dengan demikian dukungan senjata dan alkapsus yang sesuai dengan
kebutuhan untuk pelaksanaan berbagai penugasan di wilayah akan mendukung
keberhasilan satuan dalam melaksanakan tugas, dihadapkan dengan karakteristik
wilayah yang berbeda-beda.

61. Evaluasi.

a. Pengklasifikasian Yonif dibagi kedalam 3 tipe wilayah. Sebutkan


Pengklasifikasian Yonif tersebut ?
132

b. Ancaman yang dihadapi Indonesia dapat dibedakan menjadi ancaman


militer dan ancaman nirmiliter. Jelaskan yang dimaksud ancaman militer ?
c. TNI AD telah memiliki 5 model TOP ROI Yonif, berdasarkan kualifikasi
(kemampuan) maupun tugas khusus yang dimiliki. Sebutkan 5 model TOP ROI
Yonif tersebut ?
d. Pembinaan TNI AD bertujuan untuk menyiapkan penyelenggaraan
pertahanan wilayah darat melalui upaya mewujudkan postur pertahanan
negara di darat. Sebutkan sasaran Pembinaan TNI AD ?
e. Dihadapkan dengan kondisi geografis berupa Rawa, Laut, Sungai dan
Pantai di setiap pulau-pulau di wilayah Kepulauan dapat menyebabkan
terhambatnya satuan Yonif dalam mengatasi perkembangan situasi Jelaskan
keterbatasan TNI dihadapkan dengan kondisi geografis ?

BAB IX
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
( Bukan Naskah Ujian )

62. Evaluasi Akhir.

a. Jelaskan pengertian Batalyon Infanteri ?


b. Jelaskan kemampuan dan batas kemampuan batalyon infanteri ?
c. Batalyon Infanteri terbagi menjadi 5 jenis. Sebutkan jenis – jenis tersebut ?
d. OMP merupakan operasi dalam rangka menghadapi kekuatan militer negara
lawan, Jelaskan pengertian OMP ?
e. Konsepsi penanggulangan yang dirumuskan dalam pola OMP dengan
rangkaian konsepsi. Sebutkan konsep opersi OMP ?
f. Dalam OMSP lawan yang dihadapi bukan negara tertentu, melainkan tugas-
tugas kemanusiaan dan tugas-tugas lain. Serbutkan tugas – tugas OMSP baik
tempur maupun non tempur ?
g.Bentuk pertahanan meliputi Pertahanan Mobil, Pertahanan Daerah, Jelaskan
perbedaan pertahanan daerah dengan pertahanan mobil ?
h.Yonif dalam melaksanakan operasi Gerilya dibentuk dalam satuan-satuan kecil
dan membaur dengan rakyat, di bawah pengendalian Komando Kewilayahan
Jelaskan yang dimaksud dengan operasi gerilya ?
i. Pengklasifikasian Yonif dibagi kedalam 3 tipe wilayah. Sebutkan
Pengklasifikasian Yonif tersebut ?
j. Ancaman yang dihadapi Indonesia dapat dibedakan menjadi ancaman
militer dan ancaman nirmiliter. Jelaskan yang dimaksud ancaman militer ?
k. Pembinaan TNI AD bertujuan untuk menyiapkan penyelenggaraan
pertahanan wilayah darat melalui upaya mewujudkan postur pertahanan negara di
darat. Sebutkan sasaran Pembinaan TNI AD ?

BAB X
133

PENUTUP

63. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun untuk gunakan dalam
Proses Belajar Mengajar di Lembaga Pendidikan Dikcabpa If.

Komandan Pusat Pendidikan Infanteri

Joseph Robert Giri, SIP, Msi


Kolonel Inf NRP 1900004890668

RAHASIA
RAHASIA
131

STRUKTUR ORGANISASI BATALYON INFANTERI


(BERDASARKAN TABEL ORGANISASI DAN PERLENGKAPAN)

34.120.593/-(747/-)

YONIF

2.-.-/- (2/-) 1.-.-/- (1/-) 1.-.-/- (1/-) 1.-.-/- (1/-)

POKPIM SIOPS SILOG DOKTER

1.-.-/- (1/-) 1.-.-/- (1/-) 1.-.-/- (1/-) 1.-.-/- (1/-)

SINTEL SIPERS JAS BINTAL

5.38.116/- (159/-)
134

KIMA

5.20.120/- (145/-) x 3 5.22.117/- (144/-)

KIPAN KIBAN

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM

LTK : 1 P : 104 RAD MOBILE : 4


SPM : 18
MAY : 1 P. ISY : 18 RAD HF/SSB : 10
KPT : 12 SNP : 649 TR ¼ T : 16 RAD VHF/MANPACK : 30
LTN : 20 SO : 40 TR ¾ T: 12 HT : 94
PLT : 5 SPR 7,62 : 3 TR 2 ½ T : 9
SRM : 24 SPR 12,7 : 3 TR ¼ T AMB : 1
SPG : 54 TR ¾ T U.HUB : 1
SRK : 25 SMR : 6 TRL AIR : 4
SRS : 66 SMS : 6 TRL 1 T BMP : 5
SMB : 6
KPK : 85 SLT TON : 9
KOP : 161 SLT YON : 6
MORRI TON : 9
PRK : 200 MORRI KI : 6
PRA : 147 MORSE YON : 6
E. ALOPTIK

KOMPAS : 111
TEROP 7 x 50 : 62
TEROP 6 x 30 : 40
SENMIL : 30
TUSTEL : 4
GPS : 55
TBSM : 228
TBS : 339
THERMAL IMAGER : 17

2.-.- (2)

POKPIM

1 LTK - DANYON (P + SNP + P.ISY + KOMPAS + TEROP 7 x 50 + SENMIL + TR ¼ T + HP


SATELIT + GPS + THERMAL IMAGER + HT)
1 MAY - WADANYON (P + SNP + KOMPAS + TEROP 7 x 50 + SENMIL + TR ¼ T + GPS +
THERMAL IMAGER + HT)

REKAPITULASI E ALOPTIK
A. PERSONEL B. SENJATA D. ALKOM
C. KENDARAAN KOMPAS : 2
TEROP 7 x 50 : 2
LTK : 1 P. ISY : 1 HP SATELIT : 1
SENMIL : 2
MAY : 1 P : 2 TR ¾ T : 2 HT : 2
GPS : 2
JML : 2 SNP : 2
THERMAL IMAGER : 2
135

1.-.-/- (1/-)

SINTEL

1 KPT - PASIINTEL (P + SNP + KOMPAS + TRP 7 x 50 + SENMIL + GPS + TUSTEL + HT + TR ¼ T)

REKAPITULASI D. ALKOM & ALOPTIK

C. KENDARAAN KOMPAS
D. ALKOM & ALOPTIK : 4
A. PERSONEL B. SENJATA
TEROP 7 x 50 : 4
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T : KOMPASSENMIL : 1 : 9
JML : 1 SNP : 1 1 TEROP 7HT
x 50 : 1 : 9
GPS : 1
TUSTEL : 1
SENMIL : 1
HT : 1

1.-.-/- (1/-)

SIOPS

1 KPT - PASIOPS (P + SNP + KOMPAS + TRP 7 x 50 + SENMIL + GPS +HT + TR ¼ T)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

KPT : 1 P : 1 TR ¼ T KOMPAS : 1
TEROP 7 x 50 : 1
JML : 1 SNP : 1 : GPS : 1
1 SENMIL : 1
1.-.-/- (1/-) HT : 1

SIPERS

1 KPT - PASIPERS (P + SNP + SENMIL + TR ¼ T + HT)


REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

KPT : 1 P : 1 TR ¼ T SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 : 1 HT : 1
136

1.-.-/- (1/-)

SILOG

1 KPT - PASILOG (P + SNP + SENMIL + TR ¼ T + HT)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

KPT : 1 P : 1 TR ¼ T SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 : 1 HP SATELIT : 1
HT : 1

1.-.-/- (1/-)

JAS

1 KPT - PAJAS (P + SNP + SENMIL + TR ¼ T + HT)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

KPT : 1 P : 1 TR ¼ T SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 : 1 HT : 1

1.-.-/- (1/-)

DOKTER

1 KPT - DOKTER (P + SNP + SENMIL + TR ¼ T + HT)


REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

KPT : 1 P : 1 TR ¼ T SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 : 1 HT : 1
137

1.-.-/- (1/-)

BINTAL

1 KPT - PABINTAL (P + SNP + SENMIL + TR ¼ T + HT)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

KPT : 1 P : 1 TR ¼ T SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 : 1 HT : 1

5.38.116 (159)

KIMA

1.4.8 (13) 1.5.16 (22) 1.2.14 (17) -.4.16 (20) -.4.5 (9)

POK TON TON SIMA SIWAT


KOKI KES ANG

1.4.20 (25) 1.4.17 (22) -.6.7 (13) -.4.4 (8) -.1.9 (10)

TON TON SI
SIMIN
RU
PIMU KOM INTELPUR PROV

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK

KPT : 1 RAD MOBILE : 4


P : 39 SPM : 12 KOMPAS
LTN : 4 RAD HF/SSB : 6
PLT : 5 SNP TR ¼ T
: 137 : 1 RAD VHF/MANPACK : 17
SRM : 10 TR ¾ T: 5 : 7 TEROP 7 x 50 : 8
SO : 9
SRK : 7 TR 2 ½ T : HT9 TUSTEL : 3
SMB : 4 : 24
SRS : 16 GPS : 4
KPK : 21 TR ¾ T U.HUB : 1
KOP : 44 TR ¼ T AMB : 1
PRK : 51 TRL AIR : 4
JML : 159
138

1.4.8 (13)

POKKOKI

1 KPT - DANKI (P + SNP + KOMPAS + GPS + SENMIL + TR ¼ T + HT)


1 KOP - TAMUDI/YANRAD (SNP + RAD HF/SSB)
1 PRK - TARUH/YANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK)
1 SRM - BATIH (SNP + SPM)
1 KOP - TABAN SANGKAKALA (SNP)
1 SRM - BAMIN/JURYAR (P)
1 KOP - TAJURLIS (SO)
1 PRK - TABANJURLIS (SNP)
1 SRK - BA FOURIR (P + SMB)
1 KOP - TABAN/GDRANG (SNP)
1 SRK - BA MAKANAN (P + SMB)
1 KPK - TASAK/PENGGUD (SNP + TR ¾ T)
1 KOP - TASAK (SO)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK

KPT : 1 P : 4 TR ¼ T : 1 RAD HF/SSB : 1 SENMIL : 1


SRM : 2 SNP : 8 TR ¾ T : 1 RAD VHF/ KOMPAS : 1
SRK : 2 SO : 2 SPM : 1 MANPACK : 1 GPS : 1
KPK : 1 SMB : 2 HT : 1
KOP : 5
PRK : 2 1.4.20 (25)
JML : 13
TON PIMU

1.1.2 (4) -.1.6 (7) X 3

POKKOTON RU PIONIR
RU PIONIR
RU PIONIR

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN E. ALOPTIK D. ALKOM

LTN : 1 P : 1 SPM : 1 RAD VHF/MANPACK : 1


TEROP 7 x 50 :
SRM : 1 SNP HT : 4
SRS : 3 1
KPK : 3
GPS : 1
KOP : 4 : 22
PRK : 13 KOMPAS
SO : 3
JML : 25
: 2
139

1.1.2 (4)

POKKOTON

1 LTN - DANTON (P + SNP + KOMPAS + TEROP 7x50 + GPS + SPM + HT)


1 SRM - BA MUNISI (SNP + KOMPAS)
1 KOP - TABAN (SNP + RAD VHF/MANPACK)
1 PRK - TABAN/PENGGUD (SNP)

REKAPITULASI
A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK

LTN : 1 P : 1 SPM : 1 RAD VHF/


MANPACK : 1 TEROP 7x50 : 1
SRM : 1 SNP : 4
KOP : 1 HT : 1 GPS : 1
PRK : 1 KOMPAS : 2
JML : 4

-.1.6 (7) X 3

RU PIONIR

3 SRS - DANRU PIONIR (SNP+HT)


3 KPK - WADANRU (SNP)
3 KOP - TABAK SO (SO)
12 PRK - TA PIONIR (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM

SRS : 3 HT : 3
SNP
KPK : 3
KOP : 3
PRK : 12
JML : 21
1.5.16 (22)

TONKES
140

1.1.2 (4) -.2.1 (3) -.1.4 (5) -.1.9 (10)

POKKOTON UNIT OBAT UNIT LAP RU


WATKESUM

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK

LTN : 1 P : 6 SPM : 1 RAD VHF/MANPACK : 1 KOMPAS : 2


SRM : 1 SNP : 17 AMB : 1 HT : 2 TEROP 7X50 : 1
SRS : 4
KPK : 5
KOP : 4
PRK : 7
JML : 22

1.1.2 (4)

POKKOTON

1 LTN - DANTON (P + SNP + KOMPAS + TEROP 7x50 + SPM + HT)


1 SRM - BAMIN/WATKES (P)
1 KOP - TABAN/JURKES (P + RAD VHF/MANPACK)
1 PRK - TAMUDIKES (SNP + AMB)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

LTN : 1 P : 3 SPM : 1 RAD VHF/


SRM : 1 SNP : 2 AMB : 1 MANPACK : 1
KOP : 1 HT : 1
PRK : 1 KOMPAS : 1
JML : 4 TEROP 7X50 : 1

-.2.1 (3)

UNIT OBAT

1 SRS - BAWAT KESUM/BAOBBER (P)


1 SRS - BAJURKES/BAOBRING (P)
1 KPK - TAJURKES/TAOBRING (SNP)
141

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA

SRS : 2 P : 2
KPK : 1 SNP : 1
JML : 3

-.1.4 (5)

UNIT LAP

1 SRS - BA BEDAH LAP (SNP + HT)


1 KPK - TAJURKES/SIAP EV (SNP)
3 KPK - TAJURKES/TAKESKI (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM


SRS : 1 SNP : 5 HT : 1
KPK : 4
JML : 5

-.1.9 (10)

RU
WATKESUM

1 SRS - DANRU/WATKESUM (P + KOMPAS)


3 KOP - DANPOR/JURKES (SNP)
6 PRK - TA TANDU/KESLAP (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALOPTIK

SRS : 1 P : 1 KOMPAS : 1
KOP : 3 SNP : 9
PRK : 6
JML : 10
1.4.17 (22)

TONKOM

1.1.2 (4) -.1.5 (6) -.1.4 (5) -.1.6 (7)


142

POKKOTON RURAD RUPON RU KORBRA

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK

LTN : 1 P : 1 SPM : 1 RAD VHF/MANPACK : 1


TEROP 7X50 : 1
SRM : 1 SNP TR ¾ T U. HUB : 1 HT : 4
SRS : 3 RAD SSB : 2 GPS : 1
KPK : 1 RAD MOBILE : 2
KOMPAS : 4
KOP : 11
PRK : 5
JML : 22

1.1.2 (4)

POKKOTON

1 LTN - DANTON (P + SNP + RAD VHF/MANPACK + TEROP 7x50 + GPS + SPM +


KOMPAS + HT)
1 SRM - BATON (SNP + HT)
1 PRK - TAMUDI/RUH (SNP + TR ¾ T U. HUB)
1 KPK - TAPENGGUD (SNP)
REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & OPTIK E. ALOPTIK

LTN : 1 P : 1 SPM : 1 RAD VHF/MANPACK : 1 TEROP 7X50 : 1


SRM : 1 SNP : 4 TR ¾ T. U HUB : 1 HT : 2
KPK : 1 GPS : 1
PRK : 1 KOMPAS : 1
JML : 4

-.1.5 (6)

RURAD

1 SRS - DANRU (SNP + KOMPAS + HT)


1 KOP - TAJURRAD (SNP)
1 KOP - TAJURTATRA (SNP)
1 KOP - TAJURKOMKOMP (SNP)
2 PRK - TAOPRRAD (SNP + RAD MOBILE)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM & OPTIK

SRS : 1 SNP : 6 HT : 1
KOP : 3 KOMPAS : 1
PRK : 2
JML : 6
143

-.1.4 (5)

RUPON

1 SRS - DANRU (SNP + KOMPAS +HT)


2 KOP - TAJURPON (SNP)
2 PRK - TABANJURPON (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM & ALOPTIK

SRS : 1 SNP : 5 HT : 1
KOP : 2 KOMP AS : 1
PRK : 2
JML : 5

-.1.6 (7)

RUKORBRA

1 SRS - DANRU (SNP + KOMPAS + HT)


2 KOP - TA KURIR (SNP)
2 KOP - TABAN KURIR (SNP)
2 KOP - TABANJURBRA (SNP + RAD SSB)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM

SRS : 1 SNP : 7 HT : 1
KOP : 6 KOMPAS : 1
JML : 7

1.2.14 (17)

TONANG
144

1 LTN - DANTON (P + SNP + SPM + HT + KOMPAS)


1 SRM - BAANG (SNP + KOMPAS)
1 KPK - TA MINYAK (SNP)
1 SRS - BAMONTIR (SNP + SPM)
1 KOP - TABAN (SNP)
1 KPK - TAPENGGUD/BAK SO (SO)
11 PRK - TAMUDI/POOL (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

LTN : 1 P : 1 SPM : 2 HT : 1
SRM : 1 KOMPAS : 2
SRS : 1
SNP : 16 TR 2 ½ T
TR ¾ T
:
:
9
4
SO : 1
KPK : 2 TRL AIR : 4
KOP : 1 TRL 1 T BMP : 5
PRK : 11
JML : 17

-.6.7 (13)

SIINTELPUR

1 PLT - DANSI (P + SNP + KOMPAS + TRP 7x50 + SPM + HT + GPS)


1 PLD - BATISITER (P + SNP + KOMPAS)
1 SRM - BAMININTEL (P + SNP + KOMPAS)
3 SRS - BALIDIK (P + SNP + KOMPAS + TRP 7x50 + TUSTEL)
2 PRK - TALIDIK/TABAN SO (P + SNP)
2 KOP - TALIDIK/BAK SO (SO)
2 KPK - TALIDIK (P + SNP)
1 KPK - TA OPR (P + SNP + RAD VHF/MANPACK)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

PLT : 1 P : 11 SPM : 1 HT : 1
PLD : 1 SNP : 11 RAD VHF/MANPACK
SRM : 1 SO : 2 : 1
SRS : 3 KOMPAS : 6
KPK : 3 TEROP 7x50
KOP : 2 : 4
PRK : 2 TUSTEL : 3
JML : 13 GPS : 1

-.4.16 (20)

SIMA
145

1 PLT - DANSI (SNP + KOMPAS + TEROP 7x50 + SPM + GPS + HT)


1 SRM - BASI (SNP)
2 SRK - BAJASMIL (SNP)
2 KPK - TAJURLIS/GAMBAR (SNP)
2 KPK - TAJURLIS (SNP)
2 KOP - TAJASMIL (SNP)
2 KOP - TAMUDI/YANRAD DAN/WADAN (SNP + RAD HF/SSB + RAD MOBILE)
2 PRK - TAYANRAD/RUH DAN/WADAN (SNP + RAD VHF/MANPACK)
6 PRK - TAMUDI PA STAF (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK

PLT : 1 SNP : 20 SPM : 1


SRM : 1 RAD MOBILE KOMPAS : 1
SRK : 2 : 2 TEROP 7 x 50 : 1
KPK : 4 RAD HF/SSB : 2 GPS : 1
KOP : 4 HT : 1
PRK RAD VHF/
: 8
JML : 20

-.4.4 (8)

SIMIN

1 PLT - DANSI (P + SPM)


1 SRM - BAMIN (SNP)
1 PRK - TABAN/JURLIS (SNP)
1 SRS - BABANJURYAR (P + SPM)
1 KOP - TABANJURYAR (SNP)
1 KPK - TABAN/JURLIS (SNP)
1 SRK - BAJAH (SNP)
1 KOP - TABANJURLIS (SO)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN

PLT : 1 P : 2
SNP : 5 SPM : 2
SRM : 1
SRK : 1 SO : 1
SRS : 1
KPK : 1
KOP : 2
PRK : 1
JML : 8

-.4.5 (9)

SIWAT
146

1 PLT - DANSI (P + SPM)


1 SRM - BAWAT (SNP)
1 KPK - TAPENG/GUD (SNP)
1 SRK - BAPAL (P + SMB)
1 KOP - TAPENG/GUD (SNP)
1 PRK - TABAN (SNP)
1 SRK - BAMONTIRJAT (P + SMB)
1 KOP - TAPENG/GUD (SNP)
1 PRK - TABAN (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN


PLT : 1 P : 3 SPM : 1
SRM : 1 SNP : 6
SRK : 2 SMB : 2
KPK : 1
KOP : 2
PRK : 2
JML : 9

-.1.9 (10)

RUPROV

1 SRS - DANRU/BAPROV (P + SNP + SPM + HT)


9 KOP - TAPROV (P + SNP + HT)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM


SRS : 1 P : 10 SPM : 1 HT : 10
KOP : 9 SNP : 10
JML : 10

5.20.120 (145) x 3

KIPAN

1.5.9 (15) x 3 1.3.15 (19) x 3 1.4.32 (37) x 3 x 3

POKKOKI TONBAN TONPAN


TONPAN
TONPAN
147
REKAPITULASI

B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK


A. PERSONEL

RAD HF/SSB : 3 TEROP 7 x 50 : 39


KPT : 3 P : 30 SPM : 3
RAD VHF/MANPACK : 15 TEROP 6 x 30 : 27
LTN : 12
P. ISY : 12 TR ¼ T : 3 HT : 48 KOMPAS : 66
SRM : 12
SNP : 387 TR ¾ T : 3 SENMIL : 15
SRK : 12
TBSM : 228
SRS : 36 SO : 30 GPS : 42
KPK : 45 MORRITON : 9 TBS : 339
KOP : 81 MORRIKI : 6 THERMAL IMAGER : 15
PRK : 120 SMR : 6 KACAMATA MALAM : 162
PRA : 114 SLT TON : 9
JML :SPG : 54
435 SPR : 3

1.5.9 (15) x 3

POKKOKI

3 KPT - DANKI (P + SNP + P.ISY + KOMPAS + GPS + TEROP 7x50 + TBS + SENMIL +
TR ¼ T + HT + THERMAL IMAGER + HT)
3 KOP - TAMUDI/YANRAD (SNP + RAD HF/SSB + TBS)
3 PRK - TARUH/YANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK + TBS)
3 SRM - BATIH (SNP + KOMPAS + TEROP 7x50 + SPM + GPS + TBS)
3 KPK - TABAN/BAKDUK (SPR + KOMPAS + TEROP 7x50 + TBSM + GPS)
3 SRM - BAMIN/JURYAR (P + TR ¾ T)
3 KOP - TABAN/MUDI (SNP + TBS)
3 PRK - TABAN/JURLIS (SNP + TBS)
3 SRS - BAKES (SNP)
3 SRM - BA FOURIR (SNP + TBS)
3 KOP - TABAN (SNP + TBS)
3 SRM - BA MAKANAN (SNP + TBS)
3 KPK - TASAK/PENGGUD (SNP + TBS)
3 KOP - TASAK (SO)
3 PRK - TABAN (SNP + TBS)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK

KPT : 3 P : 6 RAD VHF/MANPACK : 3 TEROP 7x50 : 12


SPM : 3
SRM : 12 RAD HF/SSB : 3 KOMPAS : 12
SRS : 3 SNP : 36 TR ¼ T : 3 HT : 3 SENMIL : 3
KPK : 6 P ISY : 3 TR ¾ T : 3 GPS : 3
KOP : 12 SO : 3
PRK : 9 SPR : 3 TBS : 33
JML : 45 TBSM : 3
THERMAL IMAGER : 3

1.3.15 (19) x 3
148

TONBAN

1.1.1 (3) x 3 .1.6 (7) x 3 .1.8 (9) x 3

POKKOTON RU SMR RU MORRI

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM D. ALOPTIK


LTN : 3 P : 15 RAD VHF/MANPACK : 3 KOMPAS : 9
SRK : 3 SNP : 45 HT : 9 TEROP 7x50 : 9
SRS : 6
SMR : 6 SENMIL : 3
KPK : 12
MORRI KI : 6 GPS : 3
KOP : 15 THERMAL IMAGER : 3
PRK : 12
PRA : 6
JML : 57

1.1.1 (3) x 3

POKKOTON

3 LTN - DANTON (P + SNP + KOMPAS + TEROP 7x50 + SENMIL + HT + THERMAL


IMAGER)
3 SRK - BATON (SNP)
3 KOP - TABAN/YANRAD (SNP + RAD VHF/ MANPACK)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM D. ALOPTIK

LTN : 3 P : 3 HT : 3 KOMPAS : 3
SRK : 3 SNP : 9 RAD VHF/MANPACK : 3 TEROP 7x50 : 3
KOP : 3 SENMIL : 3
JML : 9 GPS : 3
THERMAL IMAGER : 3

.1.6 (7) x 3

RU SMR
149

3 SRS - DANRU (SNP + KOMPAS + HT + TEROP 7x50)


6 KPK - DANCUK (P + SMR)
6 KOP - TABAK (SNP)
6 PRK - TABAN MUNISI (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM D. ALOPTIK

SRS : 3 P : 6 HT : 3 KOMPAS : 3
KPK : 6 SNP : 15 TEROP 7x50 : 3
KOP : 6 SMR : 6
PRK : 6
JML : 21

.1.8 (9) x 3

RUMORRI

3 SRS - DANRU (SNP + KOMPAS + HT + TEROP 7x50)


6 KPK - DANCUK (P + MORRI KI)
6 KOP - TABAK (SNP)
6 PRK - TABAN (SNP)
6 PRA - TAMU (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM D. ALOPTIK

SRS : 3 P : 6 HT : 3 KOMPAS : 3
KPK : 6 SNP : 21 TEROP 7x50 : 3
KOP : 6 MORRI KI : 6
PRK : 6
PRA : 6
JML : 27

1.4.32 (37) x 9

TONPAN

1.1.5 (7) x 9 -.1.9 (10) x 27

POKKOTON RUPAN
150

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM & ALOPTIK C. ALKOM & ALOPTIK


LTN : 9 P : 9 RAD VHF/MANPACK : 9 KOMPAS : 45
SRK : 9 SNP HT : 36 TEROP 6x30 : 27
SRS : 27 : 306
TEROP 7x50 : 18
KPK : 27 P. ISY : 9
TBSM : 225
KOP : 54 SO : 27
PRK : 99 MORRITON : 9 GPS : 36
PRA : 108 SLT TON : 9 SENMIL : 9
JML : 333 SPG TBS : 306
: 54 THERMAL IMAGER : 9
KACAMATA MALAM : 162
1.1.5 (7) x 9

POKKOTON

9 LTN - DANTON (P + SNP + P. ISY + KOMPAS + TEROP 7x50 + SENMIL + GPS +


TBS + TBSM + HT + THERMAL IMAGER)
9 SRK - BATON (SNP + KOMPAS + TEROP 7x50 + TBS)
9 KOP - TAYANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK + TBS)
9 KOP - TABAKMORRI (SNP + MORRI TON + TBS)
9 PRK - TABAN/TAMU (SNP + TBS)
9 KOP - TABAK SLT (SNP + SLT TON + TBS)
9 PRK - TABAN/TAMU (SNP + TBS)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM D. ALOPTIK


LTN : 9 P : 9 RAD VHF/ KOMPAS : 18
SRK : 9 SNP : 63 MANPACK : 9 TEROP 7x50 : 18
KOP : 27 P. ISY : 9 HT : 9 TBSM : 9
PRK : 18 MORRI TON : 9
GPS : 9
JML : 63 SLT TON : 9
SENMIL : 9
TBS : 63
TBSM : 9
THERMAL IMAGER : 9

-.1.9 (10) x 27

RUPAN

27 SRS - DANRU (SNP + KOMPAS + HT + TEROP 6x30 + GPS + TBS + TBSM)


27 KPK - WADANRU (SNP + TBS + TBSM)
27 KOP - TABAK SO (SO)
27 PRK - TABAN SO (SNP + TBS)
54 PRK - DANPOKPAN 1 & 2 (SNP + TBS + TBSM + SPG + KACAMATA MALAM)
108 PRA - TABAK PAN 3,4,5 & 6 (SNP + TBS + TBSM + KACAMATA MALAM)
151

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM & ALOPTIK C. ALKOM & ALOPTIK

SRS : 27 SNP : 243 HT : 27 TEROP 6x30 : 27


KPK : 27 SO : 27 KOMPAS : 27
KOP : 27 SPG : 54 GPS : 27
PRK : 81 TBS : 243
PRA : 108 TBSM : 216
JML : 270 KACAMATA MALAM : 162

5.22.117 (144)

KIBAN

1.4.8 (13) 1.4.25 (30) 1.3.25 (29) 1.8.46 (55) 1.3.13 (17)

POKKOKI TON SMS TON SLT TON TON


MORSE BAKDUK

REKAPITULASI

D. ALKOM E. ALOPTIK
A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN
RAD HF/SSB KOMPAS: 1 : 24
KPT : 1 P : 26 SPM : 3
RAD VHF/MANPACK
TEROP 6: x 8
30 : 13
LTN : 4 P. ISY : 5 TR ¼ T : 3
HT TEROP 7: x13
50 : 11
SRM : 2 SNP : 116 TR ¾ T : 4
GPS : 6
SRK : 6 SO : 1
SENMIL : 5
SRS : 14 SMS : 6
KPK : 19 SMB : 2
KOP : 36 SLT YON : 6
PRK : 29 MORSE YON : 6
PRA : 33 SPR 12,7 : 3
JML : 144 SPR 7,62 : 3

1.4.8 (13)

POKKOKI

1 KPT - DANKI (P + SNP + P. ISY + HT + KOMPAS + TEROP 7x50 + SENMIL + TR ¼ T + GPS +


HT)
1 KOP - TAMUDI/YANRAD (SNP + RAD HF/SSB)
1 PRK - TARUH/YANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK)
1 SRM - BATIH (SNP + KOMPAS + TEROP 7x50 + SPM + GPS)
1 KOP - TABAN/SANGKAKALA (SNP)
1 SRM - BAMIN/JURYAR (P + SPM)
1 KOP - TAJURLIS (SNP)
152
1 PRK - TABANJURLIS (SNP)
1 SRK - BA FOURIR (P + SMB)
1 KOP - TABAN/GENDERANG (SNP)
1 SRK - BA MAKANAN (P + SMB)
1 KPK - TASAK/PENGGUD (SNP + TR ¾ T)
1 KOP - TASAK (SO)

REKAPITULASI

B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK


A. PERSONEL

P : 4 TR ¼ T : 1 RAD HF/SSB : 1 TEROP 7x 50 : 2


KPT : 1
SNP : 9 TR ¾ T : 1 RAD VHF/MANPACK : 1 KOMPAS : 2
SRM : 2
P. ISY : 1 HT : 1 SENMIL : 1
SRK : 2 SPM : 2
SO : 1 GPS : 2 GPS : 2
KPK : 1
KOP : 5 SMB : 2
PRK : 2
JML : 13
1.4.25 (30)

TON SMS

1.1.1 (3) -.1.8 (9) x 3

POKKOTON RU SMS
RU
RUSMS
SMS

REKAPITULASI

B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM E. ALOPTIK


A. PERSONEL

LTN : 1 P.ISY : 1 SPM : 1 RAD VHF/MANPACK : KOMPAS


1 : 5
SRK : 1 P : 7 TR ¼ T : 1 HT : TEROP
4 6x30 : 4
SNP : 24 TEROP 7x50 : 1
SRS : 3
SMS : 6 SENTER MIL : 1
KPK : 6
GPS : 1
KOP : 7
PRK : 6
PRA : 6
JML : 30

1.1.1 (3)

POKKOTON

1 LTN - DANTON (P + SNP + P. ISY + KOMPAS + TEROP7x50 + SENMIL + GPS + TR¼T +


SPM + HT)
1 SRK - BATON (SNP + KOMPAS + TRP 6x30)
1 KOP - TAYANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK)

REKAPITULASI

D. ALKOM & ALOPTIK


A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN
HT : 1
LTN : 1 P :1 SPM : 1 RAD VHF/MANPACK : 1
SRK : 1 P. ISY :1 TR ¼ T : 1 KOMPAS : 2
KOP : 1 SNP :3 TEROP 6x30 : 1
JML : 3 TEROP 7x50 : 1
SENMIL : 1
GPS : 1
153

-.1.8 (9) x 3

RU
RUSMS
RUSMS
SMS

3 SRS - DANRU (SNP + HT + KOMPAS + TEROP 6x30 + HT)


6 KPK - DANCUK (SNP)
6 KOP - TABAK (P + SMS)
6 PRK - TABAN (SNP)
6 PRA - TAMU (SNP)

REKAPITULASI

B. SENJATA C. ALKOM D. ALOPTIK


A. PERSONEL

P : 6 HT :3 KOMPAS :3
SRS : 3
SNP : 21 TEROP 6x30 :3
KPK : 6
KOP : 6 SMS : 6
PRK : 6
PRA : 6
JML : 27

1.3.25 (29)

TON SLT

1.1.1 (3) -.1.12 (13) x 2

POKKOTON RU
RUSLT
SLT

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM D. ALOPTIK

LTN : 1 P. ISY : 1 RAD VHF/MANPACK : 1 KOMPAS : 4


SRK : 1 P : 7 HT : 3 TEROP 6x30 : 3
SRS : 2 SNP : 23 TEROP 7x50 : 1
KPK : 6 SLT YON : 6 SENMIL : 1
KOP : 7 GPS : 1
PRK : 6
PRA : 6
JML : 29

1.1.1 (3)

POKKOTON
154

1 LTN - DANTON (P + SNP + P. ISY + KOMPAS + TEROP 7x50 + SENMIL + GPS + HT)
1 SRK - BATON (SNP + KOMP + TEROP 6x30)
1 KOP - TAYANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK)

REKAPITULASI

B. SENJATA C. ALKOM D. ALOPTIK


A. PERSONEL

P : 1 RAD VHF/MANPACK : 1 KOMPAS : 2


LTN : 1
P. ISY : 1 HT : 1 TEROP 6x30 : 1
SRK : 1
SNP : 3 TEROP 7x50 : 1
KOP : 1
SENMIL : 1
JML : 3
GPS : 1

-.1.12 (13) x 2

RU
RUSLT
SLT

2 SRS - DANRU (SNP + HT + KOMPAS + TEROP 6x30)


6 KPK - DANCUK (SNP)
6 KOP - TABAK (P + SLT YON)
6 PRK - TABAN (SNP)
6 PRA - TA MUNISI (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM & ALOPTIK C. ALKOM & ALOPTIK

SRS : 2 P : 6 HT : 2 KOMPAS : 2
KPK : 6 SNP : 20 TEROP 6x30 : 2
KOP : 6 SLT YON : 6
PRK : 6
PRA : 6
JML : 26

1.8.46 (55)

TONMORSE

1.5.1 (7) -.1.15 (16) x 3

RU MORSE
A. PERSONELPOKKOTON
D. ALKOM & ALOPTIK
LTN : 1
SRK : 1 RAD VHF/MANPACK : 4
SRS : 7 REKAPITULASI
B. SENJATA HP SATELIT : 4
KPK : 6 C. KENDARAAN KOMPAS : 9
KOP : 10 P : 7 TEROP 6x30 : 3
PRK : 9 TR ¼ T :1 TEROP 7x50 : 6
P. ISY : 1
PRA : 21 TR ¾ T :3 SENMIL : 1
SNP : 49
JML : 55 GPS : 1
MORSE YON : 6 HT : 4
155

1.5.1 (7)

POKKOTON

1 LTN - DANTON (P + SNP + P. ISY + TR ¼ T + KOMPAS + TEROP 7x50 + SENMIL + HT)


1 KOP - TARUH/YANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK)
1 SRK - BATON (SNP + KOMPAS + TEROP 7x50 + GPS)
3 SRS - BAJAUPAN (SNP + KOMPAS + TEROP 7x50)
1 SRS - BAKUR JARAK (SNP + KOMPAS + TEROP 7x50)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

LTN : 1 P : 1 TR ¼ T : 1 HP SATELIT : 1
SRK : 1 P. ISY : 1 RAD VHF/MANPACK : 1
SRS : 4 SNP : 7 KOMPAS : 6
KOP : 1 TEROP 7x50 : 6
JML : 7 SENMIL : 1
GPS : 1
HT : 1

-.1.15 (16) x 3

RUMORSE

-.1.3 (4) -.-.6 (6) x 2

POKKORU CUK
CUK
MORSE
MORSE

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. KENDARAAN D. ALKOM & ALOPTIK

SRS : 3 P : 6 TR ¾ T : 3 RAD VHF/MANPACK : 3


KPK : 6 SNP : 42 KOMPAS : 3
KOP : 9 MORSE YON : 6 TEROP 6x30 : 3
PRK : 9 HT : 3
PRA : 21
JML : 48
156

-.1.3 (4) x 3

POKKORU

3 SRS - DANRU (SNP + KOMPAS + TEROP 6x30 + HT)


3 KOP - TAYANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK)
3 PRK - TAMUDI/MUNISI (SNP + TR ¾ T)
3 P RA - TAMUNISI (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. RAN D. ALKOM & ALOPTIK

SRS : 3 RAD VHF/MANPACK : 3


SNP : 12 TR ¾ T : 3 KOMPAS : 3
KOP : 3
PRK : 3 TEROP 6x30 : 3
PRA : 3 HT : 3
JML : 12

-.-.6 (6) x 2 x 3

CUK
MORSE

6 KPK - DANCUK (SNP)


6 KOP - TABAK (P + MORSE YON)
6 PRK - TABAN (SNP)
18 PRA - TA MUNISI (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA

KPK : 6 P : 6
KOP : 6 SNP : 30
PRK : 6 MORSE KI : 6
PRA : 18
JML : 36

1.3.13 (17)

TON
BAKDUK

1.1.1 (3) -.1.6 (7) -.1.6 (7)


RUBAKDUK RUBAKDUK
POKKOTON 12,7 7,62
157

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM D. ALOPTIK

LTN : 1 P.ISY : 1 RAD VHF/MANPACK : 1 KOMPAS : 4


SRK : 1 P : 1 HT : 1 TEROP 6x30 : 3
SRS : 2 SNP : 11 TEROP 7x50 : 1
KOP : 7 SPR 12,7 : 3 SENMIL : 1
PRK : 6 SPR 7,62 : 3 GPS : 1
JML : 17

1.1.1 (3)
POKKOTON

1 LTN - DANTON (P + SNP + P. ISY + KOMPAS + TEROP 7x50 + SENMIL + HT)


1 SRK - BATON (SNP + KOMPAS + TEROP 6x30 + GPS)
1 KOP - TAYANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM D. ALOPTIK

LTN : 1 P : 1 RAD VHF/ MANPACK : 1 KOMPAS : 2


SRK : 1 P. ISY : 1 HT : 1 TEROP 6x30 : 1
KOP : 1 SNP : 3 TEROP 7x50 : 1
JML : 3 SENMIL : 1
GPS : 1

-.1.6 (7)

RU BAKDUK
12,7

1 SRS - DANRU (SNP + KOMPAS + TRP 6x30)


3 KOP - TABAKDUK (SPR 12,7)
3 PRK - TABAN (SNP)

REKAPITULASI
158

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM & ALOPTIK

SRS : 1 SNP : 4 KOMPAS : 1


KOP : 3 SPR 12,7 : 3 TEROP 6x30 : 1
PRK : 3
JML : 7

-.1.6 (7)
RU BAKDUK
7,62

1 SRS - DANRU (SNP + KOMPAS + TRP 6 x 30)


3 KOP - TABAKDUK (SPR 7,62)
3 PRK - TABAN (SNP)

REKAPITULASI

A. PERSONEL B. SENJATA C. ALKOM & ALOPTIK

SRS : 1 SNP : 4 KOMPAS : 1


KOP : 3 SPR 7,62 : 3 TEROP 6 x 30 : 1
PRK : 3
JML : 7
1

REKAPITULASI PERLENGKAPAN
ORGANISASI DAN TUGAS BATALYON INFANTERI DIPERKUAT
(ORGAS YONIF DIPERKUAT)

SATUAN JML
ES. PEMB PIMP KIMA KIPAN KIBAN
NO JENIS ES DOK PA TON
SI SI SI SI POK SI SI TON TON TON TON SI RU POK TON TON POK TON TON
PIMP TER BIN SI MIN MOR
INTEL OPS PERS LOG KOKI MA WAT PIMU KES KOM ANG INTEL PROV KOKI BAN PAN KOKI SMS SLT
YON TAL SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

SENJATA

1. PISTOL 2 1 1 1 1 1 1 4 2 - 3 1 1 3 1 7 4 10 25 15 4 7 7 7 109
2. PISTOL ISY 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 5 - 15 1 1 1 1 25
3. SS 2 1 1 - - - - 9 5 16 6 21 27 23 15 12 - 60 75 510 11 26 26 51 897
4. SO - - - - - - - 2 1 - - 3 - 2 1 2 - 5 - 45 1 - - - 62
5. SPG - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 45 - - - - 45
6. SPR - - - - - - - - - - - - - - - 2 - 10 - - - - - - 12
7. SMR - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 - - - - - 10
8. SMB - - - - - - - 2 - - 2 - - - - - - - - - 2 - - - 6
9. SMS - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 - - 6
10. SLT TON - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 15 - - - - 15
11. MORRI TON - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 15 - - - - 15
12. MORRI KI - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 - - - - - 10
13. MORSE YON - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 6
14. SLT KI - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 - 6

KENDARAAN

1. SPM - - - - - - - 1 2 1 1 1 1 3 2 1 1 5 - - 2 - - - 21
2. TR ¼ T 2 1 1 1 1 1 1 1 - - - - - - - - - 5 - - 1 - - 1 16
3. TR ¾ T - - - - - - - 1 - - - - - - 4 - - 5 - - 1 1 1 3 16
4. TR 2 ½ T - - - - - - - - - - - - - - 9 - - - - - - - - - 9
5. TR 5 T - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
6. TR ¼ AMB - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1

RAHASIA
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
7. TR 3/4 U. HUB - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - 1
8. TRL AIR - - - - - - - - - - - - - 4 - - - - - - - - - 4
9. TRL 1 T BMP - - - - - - - - - - - - - - 5 - - - - - - - - - 5

ALHUB/
ALOPTIK

1. RADSET YON - - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - - - - - - 2
3
2. RADSET KI - - - - - - - 1 - 2 - - - - - - - 5 - - 1 - - - 9
3. RADSET TON - - - - - - - 1 - - - - 1 6 - 1 - 5 5 15 1 1 1 4 41
4. HT 2 1 1 1 1 1 1 1 - - - 1 1 1 1 1 - 5 15 60 1 4 4 4 107
5. RADSET GTA - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - 1
6. WB 12 MATA - - - - - - - - - - - - - 6 - - - - - - - - - - 6
7. TELP LAP - - - - - - - - - - - - - 52 - - - - - - - - - - 52
8. KABEL LAP - - - - - - - - - - - - - 20 - - - - - - - - - - 20
(ROL)
9. KOMPAS 2 1 1 - - - - 1 - 1 - 2 1 4 2 6 - 20 15 75 2 5 5 10 153
10. TEROP 7x50 2 1 1 - - - - - - 1 - 1 - - - 5 - 20 15 30 2 1 1 7 87
11. TEROP 6x30 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 45 - 4 4 3 56
12. SENTER MIL 2 1 1 1 1 1 1 1 - - - - - - - - - 5 5 15 1 1 1 1 38
13. TEROP BSM - - - - - - - - - - - - - - - 2 - 10 - 285 - - - - 297
14. GPS 2 1 1 - - - - - - - - - - - - - - 5 - - 1 - - - 10
15 TUSTEL - - - - - - - - - - - - - - - 2 - 5 - - 1 - - - 8

ALKAPKES

1. Kat Pemb - - - - - - - - - - - - 7 - - - - - - - - - - - 7
Perawat
2. Kat Perawat - - - - - - - - - - - - 10 - - - - - - - - - - - 10
3. Kat Poslongyon - - - - - - - -
a. Kat Obring - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
b. Kat Obber - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
c. Kat Siapev - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
4. Kat Ru Tandu - - - - - - - - - - - - 3 - - - - - - - - - - - 3
5. Kat Ambulance - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
6. Kat Minkes - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1

RAHASIA
1

TABEL ORGANISASI DAN PERLENGKAPAN


BATALYON INFANTERI RAIDERS ROI 95

NOMOR KETERANGAN
URAIAN PKT CORPS ID BUT OTOR
UNIT JAB JAT RAN ALKOM AL OPTIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

I. ESELON PIMPINAN

01 00 MARKAS BATALYON

01 Danyon Ltk Inf M 1 1 100,101, 20 300 400,402,406


102 1
02 Wadanyon Ma Inf M 1 1 101,102 20 300 400,402,406
y 1
Jumlah 2 2

II. ESELON PEMB


PIMP

PERWIRA STAF
03 Pasiintel Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 400,402,406
1
04 Pasiops Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 400,402,406
1
05 Pasipers Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 406
1
06 Pasilog Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 406
1
07 Dokter Batalyon Kpt Ckm M 1 1 101,102 20 300 406
1
08 Pa Bintal Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 406
1
Jumlah 6 6

III. ESELON
PELAYANAN

02 00 KOMPI MARKAS
02A 00 POK KOKI
01 Dankima Kpt Inf M 1 1 101,102 20 300 400,406
1
02 Tamudi/Yanrad Kop - M 1 1 102 - 302 -
03 Taruh/Yanrad Prk - M 1 1 102 - 301 -
04 Batih Srm - M 1 1 102 20 - -
0
05 Taban/Sangkakala Kop - M 1 1 102 - - -
06 Bamin/Juyar Srm - M 1 1 101 - - -
07 Tajurlis Kop - M 1 1 104 - - -
08 Tabanjurlis Prk - M 1 1 102 - - -
09 Bafurir Srk - M 1 1 101,107 - - -
10 Taban/Genderang Kop - M 1 1 102 - - -
11 Ba Makanan Srk - M 1 1 101,107 - - -
12 Tasak/ Peng.Gud Kpk - M 1 1 102 20 - -
2
13 Ta Pemasak Kop - M 1 1 104 - - -
14 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
Jumlah 14 14

02B 00 SI MIN
01 Dansi/Batisipers Plt - M 1 1 101 20 - -
0
02 Bamin/Basipers Srm - M 1 1 102 - - -
03 Taban/Jurlis Prk - M 1 1 102 - - -
04 Baban Juyar Srs - M 1 1 101 20 - -
0
05 Taban Juyar Kop - M 1 1 102 - - -
06 Tajurlis Kpk - M 1 1 104 - - -
07 Bajah Srk - M 1 1 102 - - -
08 Taban/Jurlis Kop - M 1 1 102 - - -
Jumlah 8 8

02C 00 SI MA

RAHASIA
2
01 Dansi/Batisiops Plt - M 1 1 102 20 - 400,402
0
02 Basiops Srm - M 1 1 102 - - -
03 Tajurlis/Gambar Kpk - M 2 2 102 - - -
Siintel,ops
04 Tajurlis Si Pers,Log Kpk - M 2 2 102 - - -
05 Tamudi/Yanrad Kop - M 2 2 102 - 302 -
Dan/Wadan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
06 Tayanrad/Ruh Dan/ Prk - M 2 2 102 - 303 -
Wadan
07 Tamudi Pa Staf Prk - M 6 6 102 - - -
Jumlah 16 16

02D 00 SI WAT
01 Dansi/Batisilog Plt - M 1 1 101 20 - -
0
02 Bawat/Basilog Srm - M 1 1 102 - - -
03 Tapeng/Gud Kpk - M 1 1 102 - - -
04 Bapal Srk - M 1 1 101,107 - - -
05 Tapeng/Gud Kop - M 1 1 102 - - -
06 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
07 Bamontirjat Srk - M 1 1 101,107 - - -
08 Tapeng/Gud Kop - M 1 1 102 - - -
09 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
Jumlah 9 9

02E 00 TON PIMU


01 Danton Ltn Inf M 1 1 101 20 - 400,402
0
02 Bamin Srm - M 1 1 102 - - 400
03 Taban Kop - M 1 1 102 - 301 -
04 Taban/Peng. Gud Prk - M 1 1 102 - - -
05 Danru Pionir Srs - M 3 3 102 - - -
06 Wadanru Kpk - M 3 3 102 - - -
07 Tabak SO Kop - M 3 3 104 - - -
08 Angg. Ru Prk - M 12 12 102 - - -
Jumlah 25 25

02F 00 TON KES


01 Dantonkes Ltn Ckm M 1 1 101 20 300 -
0
02 Bamin/Watkes Srm - M 1 1 101 - - -
03 Taban/Jurkes Kop - M 1 1 101 - 301 -
04 Tabankeski/Mudi Prk - M 1 1 102 20 - -
4
05 Bawat Kesum/Ba Srs - M 1 1 102 - - -
Obber
06 Ba Bedah Lap Srs - M 1 1 102 - - -
07 Bajurkes/Ba Obring Srs - M 1 1 102 - - -

08 Tajurkes/Ta Obring Kpk - M 1 1 102 - - -


09 Tajurkes/Siap Ev Kpk - M 1 1 102 - - -
10 Tajurkes/Ta Keski Kpk - M 6 6 102 - - -
11 Danru/Watkesum Srs - M 1 1 101 - - 400
12 Danpor/Jurkes Kop - M 3 3 102 - - -
13 Ta Tandu/Keslap Prk - M 9 9 102 - - -
Jumlah 28 28

02G 00 TON KOM


02G1 00 POK KOTON
01 Danton Ltn Chb M 1 1 101 200 300,301 400
02 Baton Srm - M 1 1 102 - 301 -
03 Tamudi/Ruh Prk - M 1 1 102 20 - -
7
04 Bamontir Rad Srs - M 1 1 102 - 301 -
05 Tapeng/Gud Kpk - M 1 1 102 - - -
Jumlah 5 5

02G2 00 RU RAD
01 Danru Srs - M 1 1 102 - 301 400
02 Ta Operator Kop - M 6 6 102 - - -
Jumlah 7 7

02G3 00 RU KAWAT
01 Danru Srs - M 1 1 102 - 301 400
3
02 Danpok Kpk - M 1 1 102 - - -
03 Tawat Prk - M 2 2 102 - - -
04 Danpok Kpk - M 1 1 102 - - -
05 Tawat Prk - M 1 1 102 - - -
06 Tawat/Bak SO Kop - M 1 1 104 - - -
Jumlah 7 7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2G4 00 RU KORBRA
01 Danru Srs - M 1 1 102 - 301 400
02 Ta Operator Kop - M 5 5 102 - - -
03 Ta Operator Kop - M 1 1 104 - - -
04 Paktir Prk - M 2 2 101 20 - -
0
Jumlah 9 9

02H 00 TON ANG


01 Danton Ltn Inf M 1 1 101 20 300 400
0
02 Baminang Srm - M 1 1 102 - - 400
03 Ta Minyak Kpk - M 1 1 102 - - -
04 Ba Montir Srs - M 1 1 102 20 - -
0
05 Taban Kop - M 1 1 102 - - -
06 Tapeng. Gud/Bak SO Kpk - M 1 1 104 - - -
07 Tamudi/Pool Prk - M 11 11 102 - - -
Jumlah 17 17

02I 00 SI INTELPUR
01 Dansi/Batisi intel Plt - M 1 1 101,102 20 300 400,402
0
02 Bamin Intel Srm - M 1 1 101,102 - - 400
03 Tayanrad Kop - M 1 1 101,102 - 301 -

04 Ba Lidik Srs - M 2 2 101,102 - - 400,402,405


05 Ta Lidik/Taban SO Prk - M 2 2 101,102 - - -
06 Talidik/Bak SO Kop - M 2 2 104 - - -
07 Bakduk Kpk - M 2 2 103 - - 400,402
08 Talidik Kpk - M 5 5 101,102 - - -
Jumlah 16 16

02J 00 RU PROV
01 Danru/Baprov Srs - M 1 1 101 20 - -
0
02 Taprov Kop - M 3 3 101 - - -
Jumlah 4 4

IV. ESELON PELAKS

03 00 3 KIPAN
03A 00 POK KOKI
01 Danki Kpt Inf M 3 3 100,101,102 20 300 400,402,404 406,408,410
1
02 Tamudi/Yanrad Kop - M 3 3 102 - 302 408
03 Taruh/Yanrad Prk - M 3 3 102 - 301 408
04 Batih Srm - M 3 3 102 20 - 400,402,405,404,408,410
0
05 Taban/Bakduk Kpk - M 3 3 103 - - 400,402,403,404
06 Bamin/Juyar Srm - M 3 3 101 202 - -
07 Taban/Mudi Kop - M 3 3 102 - - 408
08 Taban/Jurlis Prk - M 3 3 102 - - 408
09 Bafurir Srk - M 3 3 102 - - 408
10 Taban Kop - M 3 3 102 - - 408
11 Ba Makanan Srk - M 3 3 102 - - 408
12 Tasak/Peng.Gud Kpk - M 3 3 102 - - 408
13 Ta Pemasak Kop - M 3 3 104 - - -
14 Taban Prk - M 6 6 102 - - 408
15 Ta Bakduk Kpk - M 3 3 103 - - 400,402,403
Jumlah 48 48

03B 00 TONBAN
03B1 00 POK KOTON
01 Danton Ltn Inf M 3 3 101,102 - 300 400,402,404, 406
02 Baton Srk - M 3 3 102 - - -
03 Taban/Yanrad Kop - M 3 3 102 - 301 -
4
Jumlah 9 9

03B2 00 RU SMR
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,402
02 Dancuk Kpk - M 6 6 101,105 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 102 - - -
04 Taban Munisi Prk - M 6 6 102 - - -
Jumlah 21 21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

03B3 00 RU MORRI
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,402
02 Dancuk Kpk - M 6 6 101,109 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 102 - - -
04 Taban Prk - M 6 6 102 - - -
05 Tamu Pra - M 6 6 102 - - -
Jumlah 27 27

03C 00 9 TONPAN
03C1 00 9 POK KOTON
01 Danton Ltn Inf M 9 9 100,101, 102 - 300 400,402,403,404,406,408
410
02 Baton Srk - M 9 9 102 - - 400,402,408
03 Tayanrad Kop - M 9 9 102 - 301 408
04 Tabak Morri Kop - M 9 9 102,108 - - -
05 Taban / Tamunisi Prk - M 9 9 102 - - 408
06 Tabak SLT Kop - M 9 9 102,111 - - 408
07 Taban / Tamunisi Prk - M 9 9 102 - - 403,408
Jumlah 63 63

03C2 00 27 RU PAN
01 Danru Srs - M 27 27 102 - 300 400,401,403,404,408,410
02 Wadanru Kpk - M 27 27 102 - - 403,408,410

03 Tabak SO Kop - M 27 27 104 - - -


04 Taban SO Prk - M 27 27 102 - - 408
05 Danpokpan 1,2 Prk - M 54 54 102,113 - - 403,408,410
06 Tabakpan 1 dan 2 Pra - M 108 108 102 - - 403,408
Jumlah 270 270

04 00 KIBAN
04A 00 POK KOKI
01 Danki Kpt Inf M 1 1 100,101, 102 20 300 400,402,404, 406
1
02 Tamudi/Yanrad Kop - M 1 1 102 - 302 -
03 Taruh/Yanrad Prk - M 1 1 102 - 301 -
04 Batih Srm - M 1 1 102 20 - 400,402,405
0
05 Taban/Sangkakala Kop - M 1 1 102 - - -
06 Bamin/Juryar Srm - M 1 1 101 20 - -
0
07 Tabanjurlis Kop - M 1 1 102 - - -
08 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
09 Bafurir Srk - M 1 1 101,107 - - -
10 Taban/Genderang Kop - M 1 1 102 - - -
11 Ba Makanan Srk - M 1 1 101,107 - - -
12 Ta Kpk - M 1 1 102 20 - -
Pemasak/PengGud 2
13 Ta Pemasak Kop - M 1 1 104 - - -
14 Taban Prk - M 2 2 102 - - -
Jumlah 15 15

04B 00 TON SMS


04B1 00 POK KOTON
01 Danton Ltn Inf M 1 1 100,101,102 20 300 400,402,404 406
0
02 Baton Srk - M 1 1 102 - - 400,401
03 Tayanrad Kop - M 1 1 102 - 301 -
04 Tamudi/Munisi Prk - M 1 1 102 20 - -
2
05 Ta Munisi Pra - M 1 1 102 - - -
Jumlah 5 5

04B2 00 3 RU SMS
5
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,401
02 Dancuk Kpk - M 6 6 102 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 101,106 - - -
04 Taban Prk - M 6 6 102 - - -
05 Ta Munisi Pra - M 6 6 102 - - -
Jumlah 27 27

04B3 00 TON SLT


04B3a 00 POK KOTON

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
01 Danton Ltn Inf M 1 1 100,101,102 - 300 400,402,404, 406
02 Baton Srk - M 1 1 102 - - 400,401
03 Tayanrad Kop - M 1 1 102 - 301 -
04 Tamudi/ Munisi Prk - M 1 1 102 - - -
05 Tamunisi Pra - M 1 1 102 20 - -
2
Jumlah 5 5

04B3b 00 3 RU SLT
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,401,404
02 Dancuk Kpk - M 6 6 102 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 101,112 - - -
04 Taban Prk - M 6 6 102 - - -
05 Ta Munisi Pra - M 6 6 102 - - -
Jumlah 27 27

04C 00 TON MORSE


04C1 00 POK KOTON
01 Danton Ltn Inf M 1 1 100,101,102 20 300 400,402,404 406
1
02 Tamudi Kop - M 1 1 102 - 301 -
03 Taruh/Yanrad Prk - M 1 1 102 - - -
04 Baton Srk - M 1 1 102 - - 400,402
05 Bajaupan Srs - M 3 3 102 - - 400,402
06 Bakur Jarak Srs - M 1 1 102 - - 400,402
07 Taban Kop - M 1 1 102 - - 400,402
Jumlah 9 9

04C2 00 3 RU MORSE
04C2a 00 POK KO
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,401, 404
02 Tayanrad Kop - M 3 3 102 - 301 -
03 Tamudi/Munisi Prk - M 3 3 102 20 - -
2
04 Tamunisi Pra - M 3 3 102 - - -
Jumlah 12 12

04C2b 00 6 CUK MORSE


01 Dancuk Kpk - M 6 6 102 - - -
02 Tabak Kop - M 6 6 101,110 - - -
03 Taban Prk - M 6 6 102 - - -
04 Ta Munisi Pra - M 18 18 102 - - -
Jumlah 36 36

REKAPITULASI PERSONEL
BATALYON INFANTERI RAIDER KHUSUS
(YONIF RAIDER KHUSUS)

PANGKAT JML
BAGIAN
NO LTK MAY KPT LTN PLT SRM SRK SRS KPK KOP PRK PRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. POKPIM 1 1 - - - - - - - - - - 2

2. SIINTEL - - 1 - - - - - - - - - 1

3. SIOPS - - 1 - - - - - - - - - 1
6
4. SIPERS - - 1 - - - - - - - - - 1

5. SILOG - - 1 - - - - - - - - - 1

6. JAS - - 1 - - - - - - - - - 1

7. DOKTER YON - - 1 - - - - - - - - - 1

8. BINTAL - - 1 - - - - - - - - - 1

9. KIMA - - 1 4 5 12 5 15 27 38 26 31 164
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

10. KIPAN - - 4 16 - 8 24 44 64 108 124 192 584

11. KIBAN - - 1 3 - 2 5 13 19 30 24 39 136

12. KISUS - - 1 4 - 2 6 11 17 28 36 41 146

JUMLAH 1 1 14 27 5 24 40 83 127 204 210 303 1039

REKAPITULASI PERSONEL
BATALYON INFANTERI PARA RAIDER
(YONIF PARA RAIDER)

PANGKAT JML
NO BAGIAN
LTK MAY KPT LTN PLT SRM SRK SRS KPK KOP PRK PRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

01. POKPIMP 1 1 - - - - - - - - - - 2

02. SIINTEL - - 1 - - - - - - - - - 1

03. SIOPS - - 1 - - - - - - - - - 1

04. SIPERS - - 1 - - - - - - - - - 1

05. SILOG - - 1 - - - - - - - - - 1

06. JAS - - 1 - - - - - - - - - 1

07. DOKTER - - 1 - - - - - - - - - 1

08. BINTAL - - 1 - - - - - - - - - 1

09. KIMA - - 1 4 5 10 7 15 29 39 54 - 164

10. KIPAN - - 3 12 - 6 18 33 48 81 123 114 438

11. KIBAN - - 1 3 - 2 5 13 19 30 28 35 136

JUMLAH 1 1 12 19 5 18 30 61 96 150 205 149 747


7

REKAPITULASI PERLENGKAPAN
BATALYON INFANTERI PARA RAIDER
(YONIF PARA RAIDER)

ESELON
PIMP PEMB PIMP YAN PELAKS JML
NO JENIS
POK SI SI SI SI DOK
INTEL JAS BINTAL KIMA KIPAN KIBAN
PIMP OPS PERS LOG TER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

A. SENJATA

1. PISTOL 2 1 1 1 1 1 1 1 32 30 25 96
2. PISTOL ISY 1 - - - - - - - - 12 4 17
3. SENAPAN 2 1 1 1 1 1 1 1 131 387 114 641
4. SO - - - - - - - - 10 30 1 41
5. GLM/SPG - - - - - - - - - 54 - 54
6. SPR - - - - - - - - 2 6 - 8
7. SMR - - - - - - - - - 6 - 6
8. SMS - - - - - - - - - - 6 6
9. SMB - - - - - - - - 4 - 2 6
10. SLT TON - - - - - - - - - 9 - 9
11. SLT KI - - - - - - - - - - 6 6
12. MORRI TON - - - - - - - - - 9 - 9
13. MORRI KI - - - - - - - - - 6 - 6
14. MORSE YON - - - - - - - - - - 6 6
B. KENDARAAN
1. SPM - - - - - - - - 15 3 3 21
2. TR ¼ T 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 15
3. TR ¾ T - - - - - - - - 5 3 6 14
4. TR 2 ½ T - - - - - - - - 9 - - 9
5. TR ¼ AMB - - - - - - - - 1 - - 1
6. TR ¼ U. HUB - - - - - - - - 1 - - 1
7. TRL AIR - - - - - - - - 4 - - 4
8. TRL 1 T BMP - - - - - - - - 5 - - 5
C. ALHUB/ALOPTIK
1. RADSET YON - - - - - - - - 2 - - 2
2. RADSET KI - - - - - - - - 3 3 1 7
8

3. RADSET TON - - - - - - - - 10 15 7 32
4. HT 2 1 1 1 1 1 1 1 6 48 13 76
5. RADSET GTA - - - - - - - - 1 - - 1
6. WB 12 MATA - - - - - - - - 6 - - 6
7. TELP LAP - - - - - - - - 52 - - 52
8. KABEL LAP (ROL) - - - - - - - - 20 - - 20
9. KOMPAS 2 1 1 - - - - - 16 66 22 108
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
10. TEROP 7 x 50 2 1 1 - - 1 - - 7 39 11 62
11. TEROP 6 x 30 - - - - - - - - - 27 11 38
12. SENTER MIL 2 1 1 1 1 1 1 1 1 15 4 29
13. TBSS - - - - - - - - - 333 - 333
14. TBSM - - - - - - - - - 240 - 240
15. GPS - - - - - - - - - 45 10 55
16. TUSTEL - - - - - - - - 2 3 1 6

REKAPITULASI PERSONEL
BATALYON INFANTERI MEKANIS
(YONIF MEKANIS)

PANGKAT JML
NO BAGIAN
LTK MAY KPT LTN PLT SRM SRK SRS KPK KOP PRK PRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. POKPIMP 1 1 - - - - - - - - - - 2

2. SIINTEL - - 1 - - - - - - - - - 1

3. SIOPS - - 1 - - - - - - - - - 1

4. SIPERS - - 1 - - - - - - - - - 1

5. SILOG - - 1 - - - - - - - - - 1

6. JAS - - 1 - - - - - - - - - 1

7. DOKTER - - 1 - - - - - - - - - 1

8. BINTAL - - 1 - - - - - - - - - 1

9. KIMA - - 1 6 5 3 13 22 9 68 37 - 164

10. KIPAN - - 3 12 - 6 18 39 27 111 141 108 465

11. KIBAN - - 1 3 - 2 5 14 15 36 21 12 109

JUMLAH 1 1 12 21 5 11 36 75 51 215 199 120 747


9

REKAPITULASI PERLENGKAPAN
BATALYON INFANTERI MEKANIS
(YONIF MEKANIS)

ESELON JML
PIMP PEMB PIMP YAN PELAKS
NO JENIS
POK SI SI SI SI DOK
JAS BINTAL KIMA KIPAN KIBAN
PIMP INTEL OPS PERS LOG TER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

A. SENJATA
1 P 2 1 1 1 1 1 1 1 38 60 23 130
2 P. ISY 1 - - - - - - - 1 12 1 15
3 SNP 2 1 1 1 1 1 1 1 155 396 88 648
4 SO - - - - - - - - 3 27 - 30
5 SPR 7,62 - - - - - - - - - - 2 2
6 SPR 12,7 - - - - - - - - - - 2 2
7 GLM - - - - - - - - - 54 5 59
8 SMR - - - - - - - - - - - -
9 SMS - - - - - - - - 7 39 3 49
10 SMB - - - - - - - - 4 3 2 9
11 MORRI TON - - - - - - - - - 9 - 9
12 MORRI KI - - - - - - - - - - - -
13 MORSE YON - - - - - - - - - - 6 6
14 SLT KI - - - - - - - - - - 6 6
15 SLT TON - - - - - - - - - 9 - 9
16 SLT RU - - - - - - - - - - - -

  B. KENDARAAN
1 SPM - - - - - - - - 22 4 8 34
2 TR ¼ T - 1 1 1 1 1 1 1 1 - - 8
3 TR ¾ T 2 - - - - - - - 5 6 4 17
4 TR 2 ½ T - - - - - - - - 12 - 4 16
5 TR ¼ T AMB - - - - - - - - 1 - - 1
6 TR ¾ T UNIT HUB - - - - - - - - 1 - - 1
7 TRL AIR - - - - - - - - 2 - - 2
8 TRL 1 T BMP - - - - - - - - 2 - - 2

C. RANPUR
1 PANSER BAKDUK - - - - - - - - - - 1 1
2 TANK SLT - - - - - - - - - - 1 1
3 TANK AP - - - - - - - - - 27 4 31
4 TANK MO - - - - - - - - - - 6 6
5 TANK AMB - - - - - - - - 2 - - 2
6 TANK REC - - - - - - - - 2 - - 2
7 TANK C.MU - - - - - - - - 2 - - 2
8 TANK C.LOG - - - - - - - - 2 - - 2
9 TANK INTAI - - - - - - - - 3 - - 3
10 TANK KO - - - - - - - - 4 12 2 18

D. ALHUB
1 RADSET YON - - - - - - - - 2 - - 2
2 RADSET KI - - - - - - - - 1 3 1 5
3 RADSET TON - - - - - - - - 9 12 6 27
4 RADSET HT 2 1 1 1 1 1 1 1 54 105 47 215
5 WB 12 MATA - - - - - - - - - - - -
10
6 TELP LAP - - - - - - - - - - - -
7 KABEL LAP (ROL) - - - - - - - - - - - -
8 HP SATELIT 1 - - - - - - - - - - 1

E. ALOPTIK
1 KOMPAS 2 1 1 - - - - - 30 66 39 135
2 TEROP 7 x 50 2 1 1 - - - - - 9 15 10 34
3 TEROP 6 x 30 - - - - - - - - 15 51 21 87
4 TEROP VECTOR - - - - - - - - - - 3 3
5 SENMIL 2 1 1 1 1 1 1 1 43 79 27 158
6 TBSM 2 1 1 1 1 1 1 1 165 396 88 658
7 HANDY CAM - - - - - - - - 4 - - 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
8 TBSS 2 1 1 1 1 1 1 1 165 396 88 658
9 GPS 2 1 1 - - - - - 24 63 29 120
10 KAMERA - - - - - - - - 4 3 1 8
11 KACAMATA MLM 2 1 1 - - - - - 15 12 17 48
12 MHM - - - - - - - - - - 1 1

Anda mungkin juga menyukai