BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi Dikcabpai.f
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Departemen ini disusun dengan
menggunakan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Ketentuan Dasar.
c. Organisasi Yonif.
d. Organisasi Yonif diperkuat.
e. Organisasi Yonif Raider.
f. Organisasi Yonif Raider Khusus.
g. Organisasi Yonif Para Raider.
h. Organisasi Yonif Makanis.
i. Penutup.
2
BAB II
KETENTUAN DASAR
5. Pengertian. Batalyon Infanteri adalah satuan tempur dasar Infateri yang terdiri
dari personel dan materil disusun dan dilengkapi dengan alat peralatan serta senjata
ringan, sehingga mampu melaksanakan tugas pertempuran baik secara berdiri sendiri
maupun bagian dari satuan yang lebih besar. Batalyon Infanteri terdiri dari unsur–unsur
Kompi Senapan, Kompi Bantuan, Kompi Markas dan diperlengkapi dengan unsur-unsur
administrasi.
a. Kedudukan. Batalyon Infanteri, disingkat Yonif adalah satuan tempur yang
berkedudukan langsung di bawah Danbrigif atau Danrem.
b. Tugas Pokok. Yonif bertugas pokok mencari, mendekati, dan
menghancurkan musuh dalam rangka mendukung tugas pokok komando atas.
c. Tugas-Tugas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif
menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut:
1) Kemampuan.
a) Mampu mencari dan mendekati musuh di berbagai macam dan bentuk medan
dengan atau tanpa sarana angkut;
b) Mampu menghancurkan, mematikan dan melumpuhkan dengan menggunakan
sistem senjata baik lintas datar maupun lintas lengkung;
c) Mampu menghancurkan atau menawan musuh dengan segala keMampuan
senjata, perlengkapan dan perkelahian jarak dekat;
d) Mampu menangkis serangan musuh dengan pertempuran jarak dekat, perkelahian,
dan serangan balas;
e) Mampu melaksanakan operasi berdiri sendiri dalam ruang dan waktu tertentu;
f) Mampu merebut, menguasai, menduduki dan mempertahankan medan/wilayah;
dan
g) Mampu melaksanakan tugas-tugas nontempur dalam operasi militer selain perang
yang diberikan oleh komando atas.
2) Batas Kemampuan.
BAB III
ORGANISASI YONIF
6. Struktur Organisasi. (Sesuai Tabel Organisasi dan Peralatan Orgas Yonif Linud
ROI – 95)
32.112.603 (747)
YONIF
a. Eselon Pimpinan.
a. Danyonif
b. Wadanyonif
c. Pasiintel
d. Pasiops
e. Pasipers
f. Pasilog
g. Pajas
h. Dokter
i. Pabintal
8
k Dankipan
a) Memimpin semua kegiatan yang diarahkan untuk pelaksanaan tugas dalam rangka
mendukung tugas pokok Yonif;
b) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan keMampuan tempur
anggota kompinya;
c) Melaksanakan penegakan hukum, disiplin, dan tata tertib;
d) Melaksanakan kegiatan dalam rangka pembinaan mental, pemeliharaan moril, dan
kesejahteraan anggota beserta keluarganya;
e) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi kompi dalam setiap melaksanakan
tugas tempur dan tugas-tugas lainnya;
f) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas; dan
g) Menyampaikan saran dibidang pembinaan kompinya.
l. Dankiban
1) Dankiban dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat
Kapten, merupakan unsur pelaksana Yonif yang bertanggung jawab menye-
lenggarakan kegiatan dibidang pemberian bantuan tembakan dalam
operasi, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:
a) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi dalam
memberikan bantuan tembakan kepada unsur manuver Yonif;
b) Melaksanakan penegakan hukum, disiplin, dan tata tertib;
c) Melaksanakan kegiatan dalam rangka pembinaan mental,
pemeliharaan moril, dan kesejahteraan anggota beserta keluarganya;
d) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
keMampuan tempur anggotanya;
e) Sebagai staf khusus Danyonif memberikan saran dalam
rencana bantuan tembakan (RBT);
f) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas; dan
g) Menyampaikan saran dibidang pembinaan kompinya.
10
BAB IV
ORGANISASI YONIF DIPERKUAT
42.150.847 (1039)
YONIF
11. Struktur Organisasi. (Tabel Organisasi dan Peralatan Orgas Yonif Diperkuat
ROI – 2003).
13. Tugas-tugas. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif
Diperkuat menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut :
a. Eselon Pimpinan.
c. Eselon Pelayanan.
d. Eselon Pelaksana.
a. Danyonif Diperkuat
b. Wadanyonif Diperkuat
c. Pasiintel
d. Pasiops
e. Pasipers
f. Pasilog
1) Pasilog dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat
Kapten Inf, merupakan pembantu Danyonif Diperkuat yang bertanggung
jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang pembinaan logistik, dengan
tugas kewajiban sebagai berikut :
a) Menyelenggarakan fungsi Administrasi di bidang logistik.
14
g. Dokteryon
h. Pabintal
j. Dankipan
k. Dankiban
BAB V
ORGANISASI YONIF RAIDERS.
17. Umum.
a. Batalyon Infanteri Raiders disingkat Yonif Raiders merupakan satuan tempur
dasar khusus TNI AD berkedudukan langsung di bawah Komandan Brigade
Infanteri ( Danbrigif ) atau berdiri sendiri berkedudukan langsung di bawah
Panglima Komando Daerah Militer ( Pangdam ). terdiri dari 3 (tiga) Kompi
Senapan, 1 (satu) Kompi Bantuan dan 1 (satu) Kompi Markas.
b. Batalyon Infanteri Raiders, disingkat Yonif Raiders merupakan satuan
tempur dasar khusus, dapat menjadi bagian organik dari Brigade Infanteri
berkedudukan langsung di bawah Komandan Brigade Infanteri (Danbrigif), atau
berdiri sendiri berkedudukan langsung di bawah Panglima Komando Daerah Militer
(Pangdam).
18. Struktur Organisasi. (Sesuai Tabel Organisasi dan Peralatan Orgas Yonif
Raiders ROI – 95)
32.112.603 (747)
YONIF
20. Tugas-tugas. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif
Raiders menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut :
a. Eselon Pimpinan.
c. Eselon Pelayanan.
d. Eselon Pelaksana.
a. Danyonif Raiders
b. Wadanyonif Raiders
c. Pasiintel.
d. Pasiops
e. Pasipers
f. Pasilog
g. Dokteryon
h. Pabintal
i. Dankima
j. Dankipan
1) Dankipan dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat
Kapten Corps Infanteri berkualifikasi Raider/Komando, merupakan
pembantu Danyonif Raiders dalam memimpin penyelenggaraan tugas-tugas
operasi, dengan tugas kewajiban sebagai berikut :
a) Memimpin Kipan dalam setiap pelaksanaan tugas.
b) Merencanakan dan memimpin pelaksanaan pertempuran dan
hadir pada saat yang menentukan untuk mempengaruhi jalannya
pertempuran Kompi.
c) Kipan sebagai unsur manuver Batalyon bertugas
melaksanakan pertempuran jarak dekat di berbagai kondisi medan
dan cuaca dengan gerakan dan tembakan.
d) Memelihara disiplin, tata tertib, kesejahteraan dan moril Kompi.
22
k. Dankiban
BAB VI
ORGANISAI YONIF RAIDER KHUSUS
23. Umum. Batalyon Infanteri Raider Khusus, disingkat Yonif Raider Khusus
adalah eselon pelaksana di tingkat Brigif/Kodam yang berkedudukan langsung di bawah
Danbrigif/Pangdam.
24. Tugas Pokok. Yonif Raider Khusus bertugas pokok mencari, mendekati,
menemukan, dan menghancurkan musuh serta merebut, menguasai dan
mempertahankan medan di wilayah darat dengan operasi mobud dan raid dalam rangka
mendukung tugas pokok Brigif/Kodam.
a. Kemampuan.
a) Operasi Serangan;
b) Operasi Pertahanan;
c) Operasi Pemindahan ke Belakang;
d) Operasi Pengintaian;
e) Operasi Mobil Udara;
f) Operasi Gerilya;
24
b. Batas Kemampuan.
a. Eselon Pimpinan.
1) Komandan Batalyon Infanteri Raider Khusus, disingkat Danyonif
Raider Khusus.
2) Wakil Komandan Batalyon Infanteri Raider Khusus, disingkat Wadan
Yonif Raider Khusus.
c. Pasiintel
d. Pasiops
e. Pasipers
f. Pasilog
g. Pajas
1) Pajas dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten
berkualifikasi Raider/Komando, merupakan pembantu Danyonif Raider
28
h. Dokter Yon
i. Pabintal
j. Dankima
1) Dankima dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat
Kapten berkualifikasi Raider/Komando, merupakan unsur pelayanan Yonif
Raider Khusus yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
dibidang kemarkasan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:
a) Selaku Komandan Kompi.
k. Dankipan
1) Dankipan dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat
Kapten berkualifikasi Raider/Komando, merupakan unsur pelaksana Yonif
Raider Khusus, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:
30
l. Dankiban
1) Dankiban dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat
Kapten berkualifikasi Raider/Komando, merupakan unsur pelaksana Yonif
Raider Khusus, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:
a) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi dalam
memberikan bantuan tembakan kepada unsur manuver Yonif Raider
Khusus;
b) Memelihara dan meningkatkan disiplin, tata tertib,
kesejahteraan dan moril anggotanya;
c) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan tempur anggotanya;
d) Memberikan saran dalam Rencana Bantuan Tembakan (RBT);
dan
e) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas.
BAB VII
ORGANISAI YONIF PARA RAIDER
30. Umum. Batalyon Infanteri Para Raider, disingkat Yonif Para Raider adalah
eselon pelaksana di tingkat Brigif Para Raider yang berkedudukan langsung di bawah
Danbrigif Para Raider.
31. Tugas Pokok. Yonif Para Raider bertugas pokok mencari, mendekati dan
menghancurkan musuh dalam rangka mendukung tugas pokok komando atas.
32
32. Tugas-Tugas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif Para
Raider menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut:
a. Kemampuan.
b. Batas Kemampuan.
34. Organisasi Yonif Para Raider. Disusun berdasarkan eselon dan jabatan,
sebagai berikut:
a. Eselon Pimpinan.
b. Pasiintel
d. Pasipers
e. Pasilog
f. Pajas
g. Dokter
1) Dokter dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat
Kapten berkualifikasi Para, merupakan pembantu Danyonif Para Raider
yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan dibidang dukungan
dan pelayanan kesehatan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:
a) Membantu pemeliharaan kesehatan Yonif Para Raider;
b) Memberikan saran bidang kesehatan;
37
h. Pabintal
1) Pabintal dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat
Kapten berkualifikasi Para dan Raider/Komando, merupakan pembantu
Danyonif Para Raider yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
dibidang pembinaan mental, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:
i. Dankima
j. Dankipan
k. Dankiban
36. Hubungan-Hubungan
BAB VIII
ORGANISAI YONIF MEKANIS
37. Umum. Batalyon Infanteri Mekanis, disingkat Yonif Mekanis adalah satuan
tempur yang berkedudukan langsung di bawah Danbrigif Mekanis.
29.103.368 (500)
YONIF
Yonif Mekanis bertugas pokok mencari, mendekati, dan menghancurkan musuh dalam
rangka mendukung tugas pokok komando atas.
40
39. Tugas-tugas. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Yonif Mekanis
menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut:
a. Kemampuan.
b. Batas Kemampuan.
a. Eselon Pimpinan.
a. Danyonif Mekanis
d. Pasiintel
e. Pasiops
1) Pasiops dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat
Kapten, merupakan pembantu Danyonif Mekanis yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan dibidang perencanaan, operasi, pembinaan
dan pemeliharaan kemampuan serta mutu tempur, kesiapan, dan latihan
satuan, dengan tugas kewajiban sebagai berikut:
(a) Menyelenggarakan fungsi operasi yang berhubungan dengan
organisasi, operasi, dan latihan;
(b) Menyelenggarakan pembinaan latihan bagi anggota dan
satuannya dengan membuat/mengajukan rencana latihan,
pemeliharaan dan peningkatan kemampuan serta kesiapan tempur
satuan;
(c) Memelihara organisasi satuan agar selalu siap sesuai dengan
keadaan dan kondisi yang akan dihadapi;
(d) Menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan
penyusunan dan pengendalian yang diperbantukan di satuannya;
(e) Merencanakan dan melaksanakan hubungan koordinasi
dengan satuan atas, satuan tetangga dan satuan udara taktis serta
satuan bantuan lainnya;
(f) Memelihara peta operasi, peranti lunak dan melaksanakan
koordinasi staf; dan
(g) menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Danyonif
Mekanis dibidang organisasi, latihan dan operasi.
f. Pasipers
g. Pasilog
h. Pajas
i. Dokter
j. Pabintal
k. Dankima
l. Dankipan
m. Dankiban
1) Dankiban dijabat oleh seorang Pama Angkatan Darat berpangkat
Kapten, merupakan unsur pelaksana Yonif Mekanis yang bertanggung
jawab dibidang pemberian bantuan tembakan dalam operasi, dengan tugas
kewajiban sebagai berikut:
a) Memimpin, mengendalikan, dan mengawasi dalam
memberikan bantuan tembakan kepada unsur manuver Yonif
Mekanis;
b) Melaksanakan penegakan hukum, disiplin, dan tata tertib;
c) Melaksanakan kegiatan dalam rangka pembinaan mental,
pemeliharaan moril, dan kesejahteraan anggota beserta keluarganya;
d) Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan tempur anggotanya;
e) Sebagai staf khusus Danyonif Mekanis memberikan saran
dalam rencana bantuan tembakan (RBT);
f) Menyelenggarakan kegiatan administrasi secara terbatas; dan
g) Memberikan saran dibidang pembinaan kompinya.
43. Hubungan-hubungan.
Danyonif Mekanis dapat mengadakan hubungan langsung dengan instansi, badan dan
lembaga di dalam maupun di luar Angkatan Darat dalam rangka pelaksanaan tugasnya
sesuai ketentuan dan kebijakan Danbrigif Mekanis.
44. Pengertian. Operasi Militer Untuk Perang (OMP) adalah segala bentuk
pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI dalam konflik bersenjata antara negara
Indonesia dengan negara lain yang didahului dengan adanya pernyataan perang oleh
Presiden RI. Dengan memperhatikan bentuk ancaman dari luar negeri yang akan
membahayakan keselamatan serta kedaulatan bangsa dan negara, maka upaya
pertahanan yang dilakukan adalah konsepsi penanggulangan yang dirumuskan dalam
pola OMP dengan rangkaian konsepsi.
b. Macam OMP.
1) Operasi Gabungan.
a) Operasi Linud.
b) Operasi Hanud.
c) Operasi Amphibi.
d) Operasi Hantai.
e) Operasi Ratgab.
f) Operasi Ratmin.
g) Operasi laut gabungan
a) Operasi Tempur.
(1) Serangan
(2) Pertahanan
(3) Pemindahan kebelakang, Ganti
(4) Kondisi Khusus
(5) Ruhnubika
(6) Pernika
(7) Mobud
(8) Ope Gerilya
(9) Wanger
(10) Ops Sus
b) Operasi Intel.
(1) Penyelidikan
(2) Pengamanan
(3) Penggalangan
49
3) Operasi Bantuan.
a) Operasi Intelijen.
b) Operasi Perlindungan.
c) Operasi Raid.
d) Operasi Tembakan.
e) Operasi SAR Tempur.
f) Operasi Teritorial.
g) Operasi Pernika.
h) Operasi Angkutan.
i) Operasi bantuan Keamanan
d) Penggunaan kekuatan.
(3) Pelaksanaannya
Batalyon Infanteri dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian
dari kekuatan secara menyeluruh.
45. Konsep pelaksanaan OMP. Yonif sebagai Satuan Dasar dalam melaksanakan
tugas operasi dengan konsep pelaksanaan sebagai berikut :
a. Manuver/Penyusunan Daerah Pertahanan.
b. Bantuan Tembakan.
c. Bantuan Tempur.
d. Bantuan Administrasi.
e. Bantuan Rakyat.
f. Pemindahan Pasukan.
g. Koordinasi.
h. Pengintaian.
i. Pemberian PO.
46. Pengertian. Operasi Militer Selain Perang ( OMSP ) adalah operasi militer yang
dilaksanakan bukan dalam rangka perang dengan negara lain, melainkan untuk tugas-
tugas kemanusiaan, kepentingan pertahanan negara dan atau dalam rangka mendukung
kepentingan nasional Indonesia yang dilaksanakan secara terpadu berdasarkan kebijakan
politik negara ( keputusan politik pemerintah berdasarkan peraturan perundang-
undangan ). Dalam pelaksanaan operasi militer selain perang baik yang bersifat tempur
maupun non tempur, Batalyon Infanteri dapat menjadi bagian dari operasi yang lebih
besar atau pada keadaan tertentu pengerahan Batalyon Infanteri dapat melaksanakan
tugas operasi berdiri sendiri.
a. Macam OMSP.
daya guna dan hasil guna yang diharapkan untuk mencegah, menangkal dan
menggagalkan setiap ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan bangsa baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.
c. Sasaran OMSP.
47. Konsep Pelaksanaan. Yonif sebagai Satuan Dasar dalam melaksanakan tugas
operasi dengan konsep pelaksanaan sebagai berikut :
1) Macam Operasi
a) Operasi mengatasi separatis bersenjata. Operasi mengatasi
pemberontakan bersenjata dan operasi mengatasi aksi
terorisme.Yonif dalam mengatasi separatis bersenjata, mengatasi
pemberontakan bersenjata dan dalam melawan aksi terorisme,
pengerahan kekuatan berdasarkan pertimbangan keadaan taktis.
Penggunaan Batalyon Infanteri dapat berdiri sendiri atau dalam
hubungan yang lebih besar bergabung dengan satuan lain sesuai
kebutuhan. Pelaksanaan operasi pada prinsipnya sama dengan
pelaksanaan operasi lawan gerilya.
2) Konsep Operasi :
a) Manuver.
b) Bantuan Tembakan.
54
c) Bantuan Administrasi.
d) Bantuan Rakyat.
eI Pemindahan Pasukan.
f) Koordinasi.
g) Pengintaian.
h) Pemberian PO.
1) Macam Operasi
dapat dilakukan Yonif bila perbandingan daya tempur relatif pasukan sendiri lebih
unggul dibandingkan pasukan musuh.
1) Tahap Pelaksanaan.
a) Fase Konsolidasi. Setelah garis pertahanan akhir dapat
ditembus musuh dan perintah pelaksanaan operasi gerilya
dikeluarkan, maka Danyonif segera mengkonsolidasikan pasukannya
dengan langkah kegiatan sebagai berikut :
(1) Penyusunan pasukan gerilya. Yonif di reorganisasi
personel dan materiilnya menjadi kekuatan pasukan gerilya
untuk melaksanakan operasi gerilya sebagai perwujudan
perang berlarut.
(2) Pengamanan alutsista. Alutsista yang ada segera
diamankan/ yang diperkirakan tidak lagi efektif dan efisien
dalam melawan kemampuan senjata musuh.
(3) Pengerahan dukungan komponen perjuangan.
Pelaksanaan operasi gerilya merupakan perwujudan dari
perang berlarut yang mengikut-sertakan seluruh komponen
perjuangan bangsa Indonesia dalam Sistem Pertahanan
Semesta. Dengan demikian pada fase konsolidasi tersebut
dilaksanakan pendataan dan menghimpun kemampuan
komponen cadangan dan komponen pendukung yang ada
diwilayahnya untuk dikerahkan semaksimal mungkin dalam
rangka mendukung komponen utama pada pelaksanaan
operasi gerilya.
1) Tahap Pelaksanaan.
2) Tahap Pengakhiran.
67
b) Fase pemuatan.
c) Konsolidasi.
73
a) Pelaksanaan.
a) Pelaksanaan.
Peranan Batalyon Infanteri sebagai inti kekuatan dalam operasi tempur, juga dapat
digunakan dalam Operasi Linud. Ops Linud di laksanakan dengan tujuan merebut
dan menduduki suatu daerah sasaran atau dengan tujuan lain yang bernilai
strategis dalam rangka mendukung operasi yang lebih besar. Pertimbangan dasar
dalam melaksanakan operasi Linud apabila betul-betul akan memperoleh
keuntungan strategis atau taktis dan tidak bisa dilaksanakan oleh operasi lain,
selain itu pula pemusatan. Kemampuan dan penghematan usaha merupakan hal
pokok untuk menjamin keberhasilan ops Linud. Keduanya dapat dicapai bila ops
Linud dapat di tempatkan di bawah Satu Komando dan diarahkan untuk satu tujuan
utama.
1) Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan operasi Linud dimulai setelah
kegiatan di daerah pemuatan selesai. Pada pelaksanaan operasi segala
kegiatan harus berjalan secara paralel antara satgas Linud Dansatlakopsud
yang dilaksanakan secara berurutan sesuai dengan pembabakan operasi
Linud, yaitu babak perencanaan dan persiapan, babak pemindahan udara,
babak serbuan dan babak pertumpuan udara.
a) Babak perencanaan dan Persiapan. Operasi Linud
memerlukan perencanaan dan persiapan yang seksama serta
dikoordinasikan antara Pang/Dankogasgab/Subkogasgab Linud,
Satgas Linud, Dansatlakopsud. Koordinasi yang terperinci dan terus
menerus dilakukan sedini mungkin antar semua Satgas dan satuan
penunjang (Satbanmin dan Dansatbanpur) yang terlibat termasuk
dukungan logistik. Pertukaran antar Pabung Dansatgas yang
terlibat, dan pengiriman Pabung dari semua Satgas ke Kogasgab/
Subkogasgab Linud, dilaksanakan sejak awal / sedini mungkin.
Jumlah waktu yang tersedia untuk perencanaan dan persiapan
operasi Linud tergantung dari jangka waktu yang dialokasikan untuk
keseluruhan operasi dan dipengaruhi oleh tingkat kesiapan Satgas
Linud Dansatlakopsud yang dilibatkan. Untuk pelaksanaan
perencanaan pada operasi Linud perlu dibuat Protap tersendiri.
Perencanaan Operasi Linud dikembangkan secara “Back Ward “
yaitu dari daerah sasaran ke kedudukan pasukan.
b) Babak Pemindahan Melalui Udara. Rencana Pemindahan
Melalui Udara adalah pemindahan Satgas Linud ke daerah sasaran
melalui udara menurut urutan, waktu dan tempat yang ditentukan
dalam rangka operasi Linud. Sedangkan babak pemindahan udara
adalah babak operasi Linud yang dimulai pada saat pemuatan selesai
(penyerahan manifest) dan siap berangkat sampai dengan saat
penerjunan/pendaratan. Jumlah muatan yang diijinkan bagi pesawat,
ditentukan oleh Dansatlakopsud pada tahap perencanaan awal, agar
memberikan kesempatan bagi Dansatgas Linud untuk membuat
rencana pemuatan. Rute penerbangan yang dipilih harus seaman
mungkin. Kemampuan, sifat serta lokasi DPn, DPd dan daerah
ekstraksi, merupakan pertimbangan utama dalam membuat
Rendahud.
c) Babak Serbuan. Babak serbuan adalah saat dimulainya
penerjunan atau pendaratan Satgas Linud dari pesawat untuk
selanjutnya melaksanakan perebutan sasaran-sasaran yang telah
ditentukan berdasarkan Rentisrat, dalam rangka membentuk TU dan
mempertahankannya.
77
49. Taktik Operasi Militer selain Perang (OMSP). Dalam pelaksanaan operasi
militer selain perang baik yang bersifat tempur maupun non tempur, Batalyon Infanteri
dapat menjadi bagian dari operasi yang lebih besar atau pada keadaan tertentu
Pengerahan Batalyon Infanteri dapat melaksanakan tugas operasi berdiri sendiri.
a) Pelaksanaan.
(1) Bila mendapat tugas isolasi maka satuan dibagi menjadi
unit-unit dan melaksanakan tugas-tugas perebutan medan
seperti serangan biasa.
(2) Bila Unit/Pok/Ton/Ki mendapat tugas berdiri sendiri
untuk merebut sasaran berupa gedung maka Unit/Pok/Ton/Ki
melaksanakan perebutan dan pembersihan gedung tersebut
baik dalam rangka perebutan pancangan kaki maupun dalam
rangka penerobosan satuan atasan dengan melaksanakan
sebagai berikut :
b) Tahap Pengakhiran.
a) Tahap Pelaksanaan.
b) Tahap Pengakhiran.
(1) Mengevaluasi kegiatan operasi guna penyempurnaan
pelaksanaan operasi selanjutnya.
(2) Melaporkan hasil pelaksanaan operasi tersebut.
penggunaan Yonif dalam suatu operasi dapat berdiri sendiri atau bersama-
sama dengan satuan wilayah pertahanan dan satuan lain yang lebih besar.
Apabila diberlakukannya darurat militer maka operasi dilaksanakan secara
berdiri sendiri dan bersifat operasi tempur, Satgas Yonif berada di bawah
Pangkoops TNI Kewilayahan dan bila operasi dilaksanakan pada situasi
tertib sipil dengan melibatkan departemen/instansi lain maka Satgas Yonif
berada di bawah Pemerintahan Sipil.
b) Tahap Pelaksanaan.
50. Tipologi wilayah. Satuan Infanteri sebagai satuan tempur TNI AD dituntut untuk
memiliki kemampuan persenjataan dan perlengkapan modern guna melaksanakan
pertempuran dalam rangka menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI. Namun secara
spesifik, Batalyon Infanteri (Yonif) merupakan satuan tempur dasar yang menjadi ujung
tombak di lapangan dan dituntut untuk mampu melaksanakan pertempuran jarak dekat
secara optimal. Dengan demikian, pengembangan satuan di tingkat Yonif akan menjadi
landasan bagi pengembangan Satpur dalam jangka panjang. Pengembangan satuan
yang ada saat ini belum mempertimbangkan kekhasan geografis NKRI yang berbeda
seperti wilayah kepulauan, rawa, laut, sungai, pantai, hutan gunung maupun wilayah
perkotaan. Pengorganisasian sesuai TOP ROI dan pelaksanaan latihan sesuai Proglatsi
yang berlaku pada masing-masing Yonif saat ini ditujukan untuk tercapainya kemampuan
dan perlengkapan standar bagi masing-masing satuan. Namun apabila dihadapkan
dengan karakteristik wilayah NKRI yang beraneka ragam, maka satuan-satuan ini dituntut
untuk memiliki kemampuan dan perlengkapan yang khusus untuk dapat melaksanakan
berbagai penugasan di wilayahnya. Dalam pelaksanaan tugasnya, Yonif akan berhasil
secara optimal apabila didukung Alutsista modern sesuai karakteristik wilayah tempat
satuan tersebut berada, apakah itu di wilayah perairan/kepulauan (Ralasuntai), hutan
gunung maupun perkotaan. Kemampuan, penggelaran dan persenjataan serta
perlengkapan satuan maupun perorangan Yonif saat ini belum mencerminkan
keragaman karakteristik geografis NKRI. Fenomena ini akan berdampak terhadap
mobilitas/manuver satuan dalam merespon dan mengatasi berbagai bentuk ancaman di
wilayah satuan tersebut berada.
51. Latar Belakang. TNI AD sebagai salah satu komponen utama pertahanan
negara perlu membangun dan mengembangkan kekuatan maupun kemampuan untuk
dapat melaksanakan tugas pokok secara berhasil guna dan berdaya guna. Keberadaan
TNI AD ke depan diharapkan mampu memberikan efek tangkal (deterrent) yang tinggi.
Dihadapkan pada kondisi geografis NKRI yang sedemikian luas dan beragam serta
spektrum ancaman di abad 21, maka perlu direspon dan disikapi secara cerdas dan bijak
untuk mampu menghadapi berbagai bentuk ancaman yang semakin kompleks dan
multidimensional. Pemeliharaan dan peningkatan kemampuan maupun modernisasi
Alutsista seperti halnya persenjataan dan perlengkapan yang dimiliki Yonif saat ini belum
sepenuhnya mempertimbangkan aspek keragaman karakteristik geografis NKRI.
Fenomena ini akan mempengaruhi mobilitas (mobility) serta kecepatan (speed) satuan
dalam melaksanakan berbagai tugas operasi, baik OMP maupun OMSP.
suku, agama dan ras yang ada di Indonesia. Ancaman militer memiliki
beberapa karakter yaitu dapat berupa jenis ancaman yang sifatnya
terorganisasi dengan menggunakan kekuatan bersenjata yang dinilai
mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa, berupa
ancaman yang dilakukan oleh militer suatu negara (negara asing) atau
ancaman bersenjata yang datangnya dari gerakan kekuatan bersenjata
dalam negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Bentuk lain dari ancaman militer yang berpeluang cukup tinggi mengancam
kedaulatan Negara adalah tindakan pelanggaran wilayah Indonesia oleh
negara lain. Konsekuensi sebagai Negara yang memiliki wilayah yang
sangat luas dan terbuka, berpotensi terhadap terjadinya pelanggaran
wilayah. Ancaman militer dapat pula terjadi dalam bentuk pemberontakan
bersenjata, yang pada dasarnya merupakan ancaman yang timbul dan
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu di dalam negeri, tetapi pemberontakan
bersenjata tidak jarang disokong oleh kekuatan asing, baik secara terbuka
maupun secara tertutup.
2) Ancaman Nirmiliter. Ancaman nirmiliter pada hakikatnya ancaman
yang berasal dari faktor-faktor non militer, yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan atau berimplikasi mengancam
kedaulatan dan keutuhan wilayah serta keselamatan segenap bangsa.
Ancaman non militer dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial,
maupun informasi, dan teknologi Ancaman nirmiliter memiliki karakteristik
yang berbeda dengan ancaman militer, dimana ancaman ini tidak bersifat
fisik serta bentuknya tidak terlihat sebagaimana ancaman militer, namun
dapat berkembang atau berakumulasi menjadi ancaman terhadap
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa.
Ancaman nirmiliter yang sangat berpotensi dan paling sering dihadapi oleh
bangsa Indonesia pada saat ini adalah terjadinya berbagai macam bencana
alam sebagai dampak dari letak geografis Indonesia yang berada pada jalur
pergeseran lempengan bumi dan sabuk gunung merapi (ring of fire), serta
keanekaragaman kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas sungai-
sungai besar, hutan maupun gunung berapi. Bencana alam merupakan
ancaman nirmiliter yang perlu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan
dengan ancaman nirmiliter lainnya, terlebih ancaman bencana alam yang
sering melanda Indonesia seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami,
maupun banjir bandang.
Dalam pelaksanaan tugas OMP, Yonif dituntut mampu untuk mencari, mendekati,
menghancurkan dan atau menawan musuh dalam rangka mendukung tugas pokok
Komando Atas. Sedangkan dalam tugas OMSP Yonif dituntut untuk mampu
melaksanakan 14 macam tugas, diantaranya operasi mengatasi gerakan separatis
bersenjata, operasi mengatasi pemberontakan bersenjata, pengamanan wilayah
perbatasan, tugas perdamaian dunia, operasi bantuan untuk pencarian dan
pertolongan dalam kecelakaan (SAR), maupun perbantuan terhadap Polri dan
Pemda. Dengan demikian, dihadapkan dengan kemungkinan ancaman yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia, baik itu ancaman militer maupun nirmiliter, maka
perbedaan karakteristik wilayah geografis Indonesia perlu menjadi bahan
pertimbangan dalam memodernisasi Alutsista dan penataan organisasi Yonif
selaku satuan tempur dasar TNI AD.
c. Kebijakan TNI. Kebijakan pemerintah di bidang pertahanan negara
tentang perwujudan Minimum Essential Forces (MEF) merupakan suatu standar
kekuatan pokok dan minimum TNI yang mutlak perlu disiapkan sebagai prasyarat
utama serta mendasar bagi terlaksananya tugas pokok dan fungsi TNI secara
efektif dalam menghadapi ancaman aktual. Pembangunan kekuatan TNI AD dalam
hal ini diproritaskan kepada pengembangan kekuatan satuan operasional untuk
memberikan efek tangkal yang optimal. Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan
adanya kebijakan tentang rightsizing dan zero growth dengan penataan organisasi
dan perampingan organisasi agar lebih efektif dan efisien. Kebijakan ini juga
mengandung pemahaman peningkatan kualitas kemampuan prajurit dan
alutsistanya. Di bidang organisasi, TNI AD berupaya menata kembali satuan-
satuannya yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi sistem pertahanan
dan tuntutan tugas ke depan dalam rangka mewujudkan organisasi TNI AD yang
profesional, efektif, efisien serta modern (PEEM). Penataan penggunaan personel
juga dilakukan dengan memberikan prioritas pemenuhan kepada satuan
lapangan/operasional, diantaranya adalah satuan setingkat Yonif. Seiring dengan
semakin membaiknya perekonomian nasional dan berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi kemiliteran saat ini, pemerintah telah mengalokasikan
dukungan anggaran pertahanan yang cukup untuk memodernisasi Alutsista dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia TNI termasuk prajurit TNI AD. Oleh
karena itu rencana pembangunan kekuatan TNI AD diprioritaskan pada satuan
tempur dan satuan bantuan tempur, khususnya untuk pemenuhan Alutsista sesuai
TOP dan penggantian senjata-senjata yang telah berumur lebih dari 15 tahun,
guna mewujudkan kekuatan Yonif yang handal dan profesional serta berpegang
teguh pada jati dirinya. Oleh karena itu, kajian tentang pengklasifikasian Yonif
berdasarkan tipologi wilayah yang terdiri atas wilayah Ralasuntai, hutan gunung
dan perkotaan ini perlu dilakukan. Hal ini untuk membantu memberikan masukan
kepada pimpinan TNI AD, agar pelaksanaan modernisasi Alutsista dan penataan
Satpur dapat lebih efektif, efisien, serta berdaya dan berhasil guna dihadapkan
dengan spektrum kemungkinan ancaman yang ada.
d. Karakteristik dan Tipologi Daerah. Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau
dengan luas daratan mencapai 1.922.570 km² dan garis pantai 54.716 km. Sekitar
6.000 pulau di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar katulistiwa,
bercuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, dimana lebih dari
setengah (65%) populasi Indonesia yang berpengaruh terhadap jumlah
pemukiman. Kondisi Geografis di Indonesia yang merupakan Negara kepulauan
dan terletak di garis khatulistiwa bervariasi terdiri atas pegunungan, perbukitan,
hutan yang cukup lebat dengan humiditas yang tinggi baik hutan homogen maupun
heterogen. Sedangkan di dataran rendah kondisi medan yang ada berupa
perkampungan, perkotaan, sungai-sungai besar dan relatif medan terbuka serta
rawa-rawa di sekitar garis pantai.
90
Indonesia terbagi dalam beberapa pulau utama terdiri atas pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku
dan Papua. Dari beberapa pulau utama tersebut terdapat beberapa pulau yang
berbatasan langsung dengan Negara tetangga seperti Malaysia di Pulau
Kalimantan, Papua New Guinea (PNG) di Papua dan Timor Leste di Nusa
Tenggara Timur. Serta dibatasi oleh perairan namun memiliki jarak yang tidak
terlalu jauh seperti Singapura yang berbatasan dengan Sumatera (Kepulauan
Riau), Filipina dengan Sulawesi Utara dan Australia dengan Nusa Tenggara Timur
dan Papua. Puau-pulau yang berbatasan dengan Negara tetangga tersebut
secara geografis memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya
52. Pokok pokok permasalahan. Konstelasi geografi NKRI yang sedemikian luas
dan beragam memiliki kekhasan tersendiri pada setiap wilayah yang memiliki dominasi
karakter medan yang berbeda, seperti rawa, laut, sungai, pantai, hutan, gunung, serta
perkotaan. Kondisi ini harus menjadi salah satu pertimbangan dalam mengembangkan
kemampuan dan persenjataan serta penggelaran satuan-satuan yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia, sehingga satuan tersebut mampu melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan secara optimal. Pengklasifikasian Yonif berdasarkan Tipologi wilayah disusun
berdasarkan pendekatan kepada tuntutan tugas yang harus dihadapi serta kemampuan,
persenjataan dan perlengkapan yang harus dimiliki Yonif, dihadapkan dengan
karakteristik geografis dimana satuan tersebut berada.
Hal ini kemudian akan menimbulkan kerancuan, apakah tipe satuan ini disamakan
ke dalam salah satu tipe, ataukah satuan tersebut dapat memiliki Kompi yang
memiliki tipe berbeda dengan induk pasukannya dikarenakan letak/lokasinya yang
berbeda dan memiliki tipologi yang berbeda pula dengan induk pasukannya.
b. Penugasan. Secara umum satuan Infanteri bertugas untuk mencari,
mendekati dan menghancurkan musuh serta merebut, menguasai dan atau
mempertahankan suatu medan. Dalam melaksanakan tugasnya, Infanteri
melaksanakan operasi dalam tugas pertahanan negara untuk menghadapi
ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri, tugas bantuan, tugas
kemanusiaan dan tugas perdamaian dunia. Yonif sebagai satuan tempur dasar TNI
AD, berdasarkan kemampuan dan batas kemampuannya dapat melaksanakan
pola OMP yang merupakan operasi dalam rangka menghadapi kekuatan militer
negara lawan, serta OMSP yang meliputi tugas-tugas kemanusiaan dan tugas-
tugas lain yang pada prinsipnya dalam rangka menjamin kedaulatan negara,
keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Untuk menjamin keberhasilan
penggunaan kekuatan Yonif dalam OMP dan OMSP maka satuan ini perlu
disiapkan melalui pembinaan kemampuan untuk melaksanakan tugas tempur dan
diorganisir secara khusus untuk tugas-tugas non tempur sesuai bentuk dan jenis
operasi pada berbagai karakter wilayah tugas. Implementasi tugas Yonif sebagai
satuan tempur yang saat ini dimiliki TNI AD dirasakan belum optimal. Yonif-Yonif
yang ada saat ini hanya memiliki senjata dan perlengkapan yang secara umum
memiliki kesamaan atau keberagaman (Alkap Peror, Alkapsat, alat angkut, dan
lain-lain), apakah itu Yonif Linud, Yonif Mekanis, Yonif Raider, Yonif Diperkuat
maupun Yonif TOP ROI – 2009 Dengan demikian, disaat satuan-satuan ini harus
melaksanakan tugas operasi (khususnya OMSP) di hadapkan dengan kondisi
geografis di wilayahnya, masih terdapat beberapa kendala. Sebagai contoh untuk
satuan-satuan yang berdislokasi di wilayah Ralasuntai, tidak memiliki
peralatan/perlengkapan khusus (misalnya LCR, speed boat) yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas di wilayah perairan seperti perbantuan kepada tim SAR
dalam mencari dan menemukan korban di wilayah perairan, perbantuan kepada
Polri maupun TNI AL dalam melaksanakan patroli di wilayah perairan dalam rangka
mencegah/mengatasi perompakan ataupun penyelundupan, yang notabenenya
tugas-tugas seperti ini merupakan bagian dari tugas OMSP. Demikian juga untuk
satuan-satuan yang berdislokasi di wilayah Hutan Gunung, tidak memiliki peralatan
khusus untuk mendaki gunung (mountaineering) yang sangat mungkin dibutuhkan
apabila diminta untuk melaksanakan tugas perbantuan kepada SAR ataupun Polri,
misalnya pencarian korban kecelakaan pesawat, pengejaran tersangka teroris
ataupun pemberontak bersenjata di wilayah tersebut, yang merupakan bagian dari
tugas OMSP. Penyeragaman organisasi dan peralatan inilah bila dihadapkan
dengan keberagaman medan bisa menjadi faktor penghambat penyelesaian tugas.
c. Penggelaran Satuan. Pembinaan TNI AD bertujuan untuk menyiapkan
penyelenggaraan pertahanan wilayah darat melalui upaya mewujudkan postur
pertahanan negara di darat yang merupakan keterpaduan kekuatan, kemampuan,
dan gelar kekuatan TNI AD sebagai komponen utama pertahanan darat. Sasaran
pembinaan meliputi pembinaan fungsi pertempuran, pembinaan kekuatan, dan
pembinaan teritorial. Untuk pembinaan kekuatan, dilaksanakan guna mewujudkan
postur TNI AD yang mencerminkan keterpaduan kekuatan, kemampuan, dan gelar
kekuatan sebagai berikut :
Oleh karena itu Yonif-Yonif yang berada di bawah kendali Kodam merupakan
satuan yang disiapkan sebagai penangkal awal di wilayah dan diharapkan mampu
melaksanakan tugas-tugas operasi seoptimal mungkin di medan operasi yang ada
di wilayahnya tersebut. Dengan demikian, perbedaan karakteristik wilayah harus
menjadi bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan aspek operasi dan
pembinaan satuan-satuan ini. Berdasarkan pola kemungkinan ancaman yang ada
saat ini maupun di masa yang akan datang, penugasan TNI AD untuk OMP
sangat kecil terjadi. Baik Indonesia maupun negara-negara lain di dunia pada
dasarnya sudah tidak ada yang menginginkan terjadinya peperangan antar negara.
Walaupun demikian, kemungkinan ini tetap ada, sehingga kemampuan TNI AD
untuk tugas OMP tetap harus dipelihara dan ditingkatkan. Namun apabila melihat
kemungkinan ancaman aktual yang ada saat ini dan di masa yang akan datang,
maka dapat dikatakan bahwa proyeksi penugasan TNI AD akan lebih banyak
mengarah kepada tugas-tugas OMSP. Apabila melihat dari 14 macam penugasan
OMSP, hampir keseluruhan penugasan tersebut dilaksanakan di dalam negeri
(kecuali misi pasukan perdamaian di bawah PBB). Dengan demikian, perbedaan
karakteristik wilayah geografis di Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan tugas satuan. Yonif sebagai unsur pelaksana TNI AD memiliki
kemungkinan yang sangat besar untuk dilibatkan dalam penugasan OMSP, seperti
mengatasi separatisme, pemberontakan bersenjata, terorisme, perbantuan
terhadap korban bencana alam, perbantuan kepada tim SAR, maupun perbantuan
kepada Polri dan Pemda. Untuk itu pengklasifikasian Yonif berdasarkan tipologi
wilayah akan sangat membantu optimalisasi pelaksanaan tugas-tugas tersebut.
Dengan adanya pengklasifikasian ini maka persenjataan, perlengkapan dan jenis
serta macam latihan satuan Yonif juga harus disesuaikan dengan kondisi
wilayahnya. Dengan demikian hambatan maupun tantangan yang muncul dari
segi medan operasi akan dapat diminimalisir agar pencapaian tugas lebih optimal.
Faktor kerumitan dalam perang kota termasuk keberadaan warga sipil dan
kompleksitas dari daerah perkotaan.
Perang kota bukanlah perang yang mudah karena ada beberapa kesulitan
dalam melakukan perang kota. Kesulitan tersebut adalah terdapat jumlah
penduduk, bangunan, sulit dalam peninjauan, kebebasan menembak.
Pertempuran dapat terjadi dalam bangunan, gedung, rumah penduduk,
jalan-jalan, bunker, lorong-lorong dan bahkan parit sebagai tempat
persembunyian. Pertempuran kota perlu kejelian setiap pasukan dalam
pendeteksian, ketelitian dalam menembak yang diupayakan tidak adanya
korban terhadap warga sipil dan rusaknya bangunan/ fasilitas penduduk
lainnya. Spesifikasi kota menjadi pertimbangan penting dalam pengerahan
pasukan dan persenjataan yang digunakan. Taktik pertempuran jarak dekat
menjadi acuan baku dalam membina kemampuan Yonif yang masuk dalam
tipe Tipe perkotaan ini.
b. Medan. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau
menjadikan negara ini memiliki banyak daerah yang didominasi oleh perairan
(rawa, laut, sungai maupun pantai). Selain itu, letak Indonesia di wilayah tropis
juga berpengaruh pada jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup di Indonesia, terutama
wilayah hutan yang banyak ditumbuhi tanaman tropis yang cenderung besar dan
lebat. Demikian juga keberadaan gunung-gunung berapi di Indonesia, turut andil
dalam membentuk geografis wilayah Indonesia menjadi daerah pegunungan dan
perbukitan. Hal-hal seperti ini tentu saja menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh dalam pelaksanaan tugas. Karakteristik wilayah di Indonesia yang
beraneka ragam memberikan hambatan dan tantangan tersendiri dalam
pencapaian tugas satuan. Penugasan di masing-masing wilayah yang memiliki
karakteristik berbeda tentu memerlukan dukungan persenjataan dan perlengkapan
yang berbeda pula. Dukungan persenjataan dan perlengkapan yang memiliki
spesifikasi tertentu (menyesuaikan dengan kondisi geografis yang dihadapi) akan
mempengaruhi keberhasilan pencapaian tugas yang diberikan Komando atas. Oleh
karena itu, kondisi medan (geografis) yang beraneka ragam di Indonesia harus
menjadi pertimbangan dalam penyediaan senjata dan perlengkapan yang
dibutuhkan oleh suatu satuan dalam melaksanakan tugas. Gelar kekuatan TNI AD
didasarkan pada konsep pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian pulau-pulau
kecil (kompartemen strategis pertahanan matra darat) yang diarahkan pada
terwujudnya totalitas efek tangkal dan tersedianya kekuatan penangkal awal
terhadap setiap ancaman yang diprediksi. Pembangunan dan penggelaran
kekuatan TNI AD harus memperhatikan dan mengutamakan wilayah yang rawan
terhadap gangguan keamanan, daerah perbatasan, daerah rawan konflik, dan
pulau terluar/ terpencil sesuai dengan kondisi geografis dan strategi pertahanan
dalam sistem pertahanan yang bersifat semesta. Selain itu, pembangunan dan
penggelaran kekuatan TNI AD harus memenuhi tersedianya unsur-unsur
Komando, Satpur, Satbanpur, Satbanmin, dan Satkowil, yang besaran
kekuatannya ditentukan dengan dasar pertimbangan adanya keseimbangan yang
proporsional antara satuan operasional dan satuan pendukung, kondisi geografis,
kondisi demografis, kemungkinan ancaman, dan beban tugas yang dihadapi.
dapat lebih efektif, efisien, berdaya guna dan berhasil guna, sesuai dengan
karakteristik wilayah Yonif tersebut berada. Dengan mempertimbangkan faktor
kondisi geografis yang beraneka ragam, maka pengklasifikasian Yonif sesuai
dengan tipologi wilayah akan sangat membantu untuk lebih memfokuskan
kebutuhan senjata, perlengkapan dan latihan yang diperlukan, sehingga
keberadaan Yonif di wilayah akan dapat lebih diberdayagunakan secara efektif
untuk beroperasi di wilayahnya.
Adapun pokok bahasan yang akan ditelaah antara lain : Pengembangan
organisasi, Kemampuan perorangan dan satuan yang diharapkan, kebutuhan
Alutsista dan perlengkapan, Jenis dan prasarana latihan yang dibutuhkan dalam
rangka optimalisasi pelaksanaan tugas serta Pembinaan latihan yang perlu
diterapkan :
a) Kemampuan Intelijen.
b) Kemampuan Tempur.
103
2) Tipe Hutan Gunung. Jika dilihat dari jenis hutan yang berada di
wilayah Indonesia merupakan hutan tropis yang memiliki curah hujan tinggi
pada saat musim hujan, terdapat juga hutan kering yang memiliki musim
kemarau yang panjang dan banyak terdapat semak belukar yang lebat serta
tebing-tebing yang curam maka prajurit harus memiliki keuletan dalam
menghadapi musim kemarau dan penghujan yang panjang di dalam hutan
(survival), kemampuan dalam bermanuver di dalam hutan gunung yang
kering(panas), basah(hujan), banyak semak belukar dan medan yang curam
serta kemampuan menembak di dalam hutan gunung. Untuk dapat memiliki
kemampuan-kemampuan tersebut maka Pussenif selaku LKT satuan-satuan
Infanteri perlu menggiatkan latihan-latihan hutan gunung dengan
merumuskan jenis latihan apa sajakah yang perlu dilaksanakan sesuai
dengan perkembangan taktis dan strategis yang ada saat ini sehingga dapat
mengoptimalkan hasil pada saat melaksanakan tugas operasi. Selain itu
juga perlu diperhatikan tentang Alutsista, Alkap perorangan/satuan serta
Alangkut darat/udara yang harus dikembangkan sehingga dapat
mendukung pelaksanaan pertempuran di hutan gunung. Seperti contoh,
karena hutan yang berada di Indonesia cukup lebat maka diperlukan
pesawat pengintai tanpa awak (UAV) dengan tujuan menghemat tenaga
prajurit dalam mengetahui kedudukan musuh serta menjaga kerahasiaan,
kemudian juga diperukan alat GPS anti air karena curah hujan yang cukup
tinggi, dan masih banyak yang lainnya yang perlu ditambahkan.
3) Tipe Perkotaan. Spesifikasi kota menjadi pertimbangan penting
dalam pengerahan pasukan dan persenjataan yang digunakan. Taktik
105
54. Konsep Orgas dan Gelar Yonif yang disarankan. Berdasarkan hasil analisa,
maka perlu ditindaklanjuti dengan pengklasifikasian Yonif sesuai tipologi wilayahnya. Hal
ini dimaksudkan agar keberadaan Yonif-Yonif di daerah (selaku Balahanwil) dapat
beroperasi secara optimal dihadapkan dengan kondisi geografis yang berbeda-beda.
a. Orgas yang Disarankan. Secara struktural, 5 Orgas Yonif yang ada saat
ini (Linud, Raiders, Mekanis, Diperkuat dan TOP ROI–2009) masih relevan
dihadapkan dengan tugas yang harus dilaksanakan.
106
1 2 3 4 5
2 HUTAN GUNUNG 100/R, 121, 122, 123, 125, 126, 131, 132,
200/R, 141, 143, 144, 300/R, 301, 310, 312,
320, 405, 406, 407, 408, 410, 511, 521, 527,
45
614, 621, 712, 713, 714, 715, 721, 742,
744 , 631, 641, 644, 751, 754, 755, 756,
111, 114, 115, 116
1 2 3 4 5 6
TAHAP II (2015-2019)
TAHAP IV (2025-2029)
a) Materi Ralasuntai.
(1) Taktik.
(2) Teknis.
(a) Penyeberangan sungai.
(b) Membuat rakit.
(c) Survival di daerah rawa.
(d) Mobud di daerah ralasuntai.
(e) Renang taktis.
(f) Menyelam (diving).
(g) Bernafas dalam air dengan batuan alat
tradisional.
(h) Navigasi rawa.
(i) Menaksir kedalaman sungai dengan alat bantu
tradisional.
(j) Menaksir arus air dengan alat bantu tradisional.
(k) Memperkirakan pasang/surut air laut.
(l) Mengemudi motor tempel PK.
(m) Menembak Khusus.
i. Menembak terjal.
ii. Menembak lintas air.
iii. Menembak reaksi.
iv. Menembak runduk (Sniper)
(1) Taktik.
(2) Teknis.
(c) Mobud.
(d) Menembak Khusus.
i. Menembak terjal.
ii. Menembak curam.
iii. Menembak antar cot.
iv. Menembak reaksi.
v. Menembak runduk (Sniper)
(e) Mountaineering.
(f) Senjata tradisional/Boby trap.
(g) Navigasi darat (Hutan gunung).
(h) Tali temali.
(i) Sanjak.
c) Materi Perkotaan.
(1) Taktik.
(2) Teknis.
i. Menembak tepat.
ii. Menembak dengan membidik cepat.
iii. Menembak controll pasangan/pairs.
iv. Menembak dengan pergantian magasen,
membidik & menembak cepat sasaran lebih dari
satu.
v. Menembak double tap & pergantian
senjata.
113
TOP ROI yang berlaku pada masing-masing Yonif dan pelaksanaan latihan sesuai
Proglatsi ditujukan untuk tercapainya kemampuan dan perlengkapan standar bagi
masing-masing satuan. Namun apabila dihadapkan dengan karakteristik wilayah
NKRI yang beraneka ragam, maka satuan-satuan ini dituntut untuk memiliki
kemampuan dan perlengkapan yang khusus untuk dapat melaksanakan berbagai
penugasan di wilayahnya. Dengan demikian dukungan senjata dan alkapsus yang
sesuai dengan kebutuhan untuk pelaksanaan berbagai penugasan di wilayah akan
mendukung keberhasilan satuan dalam melaksanakan tugas, dihadapkan dengan
karakteristik wilayah yang berbeda-beda.
RAHASIA
34.120.593/-(747/-)
YONIF
5.38.116/- (159/-)
KIMA
REKAPITULASI
2.-.- (2)
116
POKPIM
REKAPITULASI
1.-.-/- (1/-)
SINTEL
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 KOMPAS : 1
TR ¼ T : 1
JML : 1 SNP : 1 TEROP 7 x 50 : 1
GPS : 1
TUSTEL : 1
SENMIL : 1
HT : 1
1.-.-/- (1/-)
SIOPS
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 TR ¼ : 1 KOMPAS : 1
JML : 1 SNP : 1 TEROP 7 x 50 : 1
GPS : 1
SENMIL : 1
HT : 1
117
1.-.-/- (1/-)
SIPERS
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T : 1 SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 HT : 1
1.-.-/- (1/-)
SILOG
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T : 1 SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 HP SATELIT : 1
HT : 1
1.-.-/- (1/-)
JAS
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T : 1 SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 HT : 1
118
1.-.-/- (1/-)
DOKTER
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T : 1 SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 HT : 1
1.-.-/- (1/-)
BINTAL
REKAPITULASI
KPT : 1 P : 1 TR ¼ T : 1 SENMIL : 1
JML : 1 SNP : 1 HT : 1
5.38.116 (159)
KIMA
1.4.8 (13) 1.5.16 (22) 1.2.14 (17) -.4.16 (20) -.4.5 (9)
1.4.20 (25) 1.4.17 (22) -.6.7 (13) -.4.4 (8) -.1.9 (10)
REKAPITULASI
119
1.4.8 (13)
POKKOKI
REKAPITULASI
1.4.20 (25)
TON PIMU
POKKOTON RU PIONIR
REKAPITULASI
D. ALKOM
RAD VHF/MANPACK : 1
HT : 4
120
1.1.2 (4)
POKKOTON
REKAPITULASI
-.1.6 (7) X 3
RU PIONIR
REKAPITULASI
SRS : 3 SNP : 18 HT : 3
KPK : 3 SO : 3
KOP : 3
PRK : 12
JML : 21
1.5.16 (22)
TONKES
121
REKAPITULASI
1.1.2 (4)
POKKOTON
REKAPITULASI
-.2.1 (3)
UNIT OBAT
REKAPITULASI
A. PERSONEL B. SENJATA
SRS : 2 P : 2
KPK : 1 SNP : 1
JML : 3
-.1.4 (5)
UNIT LAP
REKAPITULASI
-.1.9 (10)
RU
WATKESUM
REKAPITULASI
SRS : 1 P : 1 KOMPAS : 1
KOP : 3 SNP : 9
PRK : 6
JML : 10
1.4.17 (22)
TONKOM
123
REKAPITULASI
1.1.2 (4)
POKKOTON
REKAPITULASI
-.1.5 (6)
RURAD
REKAPITULASI
-.1.4 (5)
RUPON
REKAPITULASI
SRS : 1 SNP : 5 HT : 1
KOP : 2 KOMP AS : 1
PRK : 2
JML : 5
-.1.6 (7)
RUKORBRA
REKAPITULASI
SRS : 1 SNP : 7 HT : 1
KOP : 6 KOMPAS : 1
JML : 7
1.2.14 (17)
TONANG
REKAPITULASI
LTN : 1 P : 1 SPM : 2 HT : 1
SRM : 1 SNP : 16 TR 2 ½ T : 9 KOMPAS : 2
SRS : 1 SO : 1 TR ¾ T : 4
KPK : 2 TRL AIR : 4
KOP : 1 TRL 1 T BMP : 5
PRK : 11
JML : 17
-.6.7 (13)
SIINTELPUR
REKAPITULASI
PLT : 1 P : 11 SPM : 1 HT : 1
PLD : 1 SNP : 11 RAD VHF/MANPACK : 1
SRM : 1 SO : 2 KOMPAS : 6
SRS : 3 TEROP 7x50 : 4
KPK : 3 TUSTEL : 3
KOP : 2 GPS : 1
PRK : 2
JML : 13
-.4.16 (20)
SIMA
126
REKAPITULASI
-.4.4 (8)
SIMIN
REKAPITULASI
PLT : 1 P : 2 SPM : 2
SRM : 1 SNP : 5
SRK : 1 SO : 1
SRS : 1
KPK : 1
KOP : 2
PRK : 1
JML : 8
-.4.5 (9)
SIWAT
127
REKAPITULASI
RUPROV
REKAPITULASI
SRS : 1 P : 10 SPM : 1 HT : 10
KOP : 9 SNP : 10
JML : 10
5.20.120 (145) x 3
KIPAN
REKAPITULASI
1.5.9 (15) x 3
POKKOKI
REKAPITULASI
1.3.15 (19) x 3
TONBAN
REKAPITULASI
1.1.1 (3) x 3
POKKOTON
REKAPITULASI
LTN : 3 P : 3 HT : 3 KOMPAS : 3
SRK : 3 SNP : 9 RAD VHF/MANPACK : 3 TEROP 7x50 : 3
KOP : 3 SENMIL : 3
JML : 9 GPS : 3
THERMAL IMAGER : 3
.1.6 (7) x 3
RU SMR
REKAPITULASI
SRS : 3 P : 6 HT : 3 KOMPAS : 3
KPK : 6 SNP : 15 TEROP 7x50 : 3
KOP : 6 SMR : 6
PRK : 6
JML : 21
130
.1.8 (9) x 3
RUMORRI
REKAPITULASI
SRS : 3 P : 6 HT : 3 KOMPAS : 3
KPK : 6 SNP : 21 TEROP 7x50 : 3
KOP : 6 MORRI KI : 6
PRK : 6
PRA : 6
JML : 27
1.4.32 (37) x 9
TONPAN
POKKOTON RUPAN
REKAPITULASI
1.1.5 (7) x 9
POKKOTON
REKAPITULASI
131
-.1.9 (10) x 27
RUPAN
REKAPITULASI
5.22.117 (144)
KIBAN
1.4.8 (13) 1.4.25 (30) 1.3.25 (29) 1.8.46 (55) 1.3.13 (17)
REKAPITULASI
1.4.8 (13)
POKKOKI
REKAPITULASI
1.4.25 (30)
TON SMS
POKKOTON RU SMS
133
REKAPITULASI
1.1.1 (3)
POKKOTON
REKAPITULASI
LTN : 1 P :1 SPM : 1 HT : 1
SRK : 1 P. ISY :1 TR ¼ T : 1 RAD VHF/MANPACK : 1
KOP : 1 SNP :3 KOMPAS : 2
JML : 3 TEROP 6x30 : 1
TEROP 7x50 : 1
SENMIL : 1
GPS : 1
-.1.8 (9) x 3
RU SMS
REKAPITULASI
SRS : 3 P : 6 HT :3 KOMPAS :3
KPK : 6 SNP : 21 TEROP 6x30 :3
KOP : 6 SMS : 6
PRK : 6
PRA : 6
JML : 27
134
1.3.25 (29)
TON SLT
POKKOTON RU SLT
REKAPITULASI
1.1.1 (3)
POKKOTON
1 LTN - DANTON (P + SNP + P. ISY + KOMPAS + TEROP 7x50 + SENMIL + GPS + HT)
1 SRK - BATON (SNP + KOMP + TEROP 6x30)
1 KOP - TAYANRAD (SNP + RAD VHF/MANPACK)
REKAPITULASI
-.1.12 (13) x 2
RU SLT
REKAPITULASI
135
SRS : 2 P : 6 HT : 2 KOMPAS : 2
KPK : 6 SNP : 20 TEROP 6x30 : 2
KOP : 6 SLT YON : 6
PRK : 6
PRA : 6
JML : 26
1.8.46 (55)
TONMORSE
POKKOTON RU MORSE
REKAPITULASI
1.5.1 (7)
POKKOTON
REKAPITULASI
LTN : 1 P : 1 TR ¼ T : 1 HP SATELIT : 1
SRK : 1 P. ISY : 1 RAD VHF/MANPACK : 1
SRS : 4 SNP : 7 KOMPAS : 6
KOP : 1 TEROP 7x50 : 6
JML : 7 SENMIL : 1
GPS : 1
HT : 1
136
-.1.15 (16) x 3
RUMORSE
REKAPITULASI
-.1.3 (4) x 3
POKKORU
REKAPITULASI
CUK
MORSE
REKAPITULASI
137
A. PERSONEL B. SENJATA
KPK : 6 P : 6
KOP : 6 SNP : 30
PRK : 6 MORSE KI : 6
PRA : 18
JML : 36
1.3.13 (17)
TON
BAKDUK
REKAPITULASI
1.1.1 (3)
POKKOTON
REKAPITULASI
-.1.6 (7)
RU BAKDUK
12,7
138
REKAPITULASI
-.1.6 (7)
RU BAKDUK
7,62
REKAPITULASI PERLENGKAPAN
ORGANISASI DAN TUGAS BATALYON INFANTERI DIPERKUAT
(ORGAS YONIF DIPERKUAT)
SATUAN
ES. PEMB PIMP KIMA KIPAN KIBAN
NO JENIS ES SI DOK PA SI TON JML
SI SI SI POK SI SI TON TON TON TON SI RU POK TON TON POK TON TON
PIMP LO TER BIN M MOR
INTEL OPS PERS KOKI MIN WAT PIMU KES KOM ANG INTEL PROV KOKI BAN PAN KOKI SMS SLT
G YON TAL A SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
SENJATA
1. PISTOL 2 1 1 1 1 1 1 4 2 - 3 1 1 3 1 7 4 10 25 15 4 7 7 7 109
2. PISTOL ISY 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 5 - 15 1 1 1 1 25
3. SS 2 1 1 - - - - 9 5 16 6 21 27 23 15 12 - 60 75 510 11 26 26 51 897
4. SO - - - - - - - 2 1 - - 3 - 2 1 2 - 5 - 45 1 - - - 62
5. SPG - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 45 - - - - 45
6. SPR - - - - - - - - - - - - - - - 2 - 10 - - - - - - 12
7. SMR - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 - - - - - 10
8. SMB - - - - - - - 2 - - 2 - - - - - - - - - 2 - - - 6
9. SMS - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 - - 6
10. SLT TON - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 15 - - - - 15
11. MORRI TON - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 15 - - - - 15
12. MORRI KI - - - - - - - - - - - - - - - - - - 10 - - - - - 10
13. MORSE YON - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 6
14. SLT KI - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 6 - 6
KENDARAAN
1. SPM - - - - - - - 1 2 1 1 1 1 3 2 1 1 5 - - 2 - - - 21
2. TR ¼ T 2 1 1 1 1 1 1 1 - - - - - - - - - 5 - - 1 - - 1 16
3. TR ¾ T - - - - - - - 1 - - - - - - 4 - - 5 - - 1 1 1 3 16
4. TR 2 ½ T - - - - - - - - - - - - - - 9 - - - - - - - - - 9
5. TR 5 T - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
6. TR ¼ AMB - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
7. TR 3/4 U. - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - 1
HUB
8. TRL AIR - - - - - - - - - - - - - 4 - - - - - - - - - 4
9. TRL 1 T BMP - - - - - - - - - - - - - - 5 - - - - - - - - - 5
139
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
ALHUB/
ALOPTIK
1. RADSET YON - - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - - - - - - 2
2. RADSET KI - - - - - - - 1 - 2 - - - - - - - 5 - - 1 - - - 9
3. RADSET TON - - - - - - - 1 - - - - 1 6 - 1 - 5 5 15 1 1 1 4 41
4. HT 2 1 1 1 1 1 1 1 - - - 1 1 1 1 1 - 5 15 60 1 4 4 4 107
140
5. RADSET GTA - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - 1
6. WB 12 MATA - - - - - - - - - - - - - 6 - - - - - - - - - - 6
7. TELP LAP - - - - - - - - - - - - - 52 - - - - - - - - - - 52
8. KABEL LAP - - - - - - - - - - - - - 20 - - - - - - - - - - 20
(ROL)
9. KOMPAS 2 1 1 - - - - 1 - 1 - 2 1 4 2 6 - 20 15 75 2 5 5 10 153
10. TEROP 7x50 2 1 1 - - - - - - 1 - 1 - - - 5 - 20 15 30 2 1 1 7 87
11. TEROP 6x30 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 45 - 4 4 3 56
12. SENTER MIL 2 1 1 1 1 1 1 1 - - - - - - - - - 5 5 15 1 1 1 1 38
13. TEROP BSM - - - - - - - - - - - - - - - 2 - 10 - 285 - - - - 297
14. GPS 2 1 1 - - - - - - - - - - - - - - 5 - - 1 - - - 10
15 TUSTEL - - - - - - - - - - - - - - - 2 - 5 - - 1 - - - 8
ALKAPKES
1. Kat Pemb - - - - - - - - - - - - 7 - - - - - - - - - - - 7
Perawat
2. Kat Perawat - - - - - - - - - - - - 10 - - - - - - - - - - - 10
3. Kat - - - - - - - -
Poslongyon
a. Kat Obring - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
b. Kat Obber - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
c. Kat Siapev - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
4. Kat Ru Tandu - - - - - - - - - - - - 3 - - - - - - - - - - - 3
5. Kat - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
Ambulance
6. Kat Minkes - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - 1
RAHASIA
NOMOR KETERANGAN
URAIAN PKT CORPS ID BUT OTOR
UNIT JAB JAT RAN ALKOM AL OPTIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I. ESELON
PIMPINAN
01 00 MARKAS
BATALYON
01 Danyon Ltk Inf M 1 1 100,101, 201 300 400,402,406
102
02 Wadanyon May Inf M 1 1 101,102 201 300 400,402,406
Jumlah 2 2
PERWIRA STAF
03 Pasiintel Kpt Inf M 1 1 101,102 201 300 400,402,406
04 Pasiops Kpt Inf M 1 1 101,102 201 300 400,402,406
05 Pasipers Kpt Inf M 1 1 101,102 201 300 406
06 Pasilog Kpt Inf M 1 1 101,102 201 300 406
07 Dokter Batalyon Kpt Ckm M 1 1 101,102 201 300 406
08 Pa Bintal Kpt Inf M 1 1 101,102 201 300 406
Jumlah 6 6
III. ESELON
PELAYANAN
02 00 KOMPI MARKAS
02A 00 POK KOKI
01 Dankima Kpt Inf M 1 1 101,102 201 300 400,406
02 Tamudi/Yanrad Kop - M 1 1 102 - 302 -
03 Taruh/Yanrad Prk - M 1 1 102 - 301 -
04 Batih Srm - M 1 1 102 200 - -
05 Taban/Sangkakala Kop - M 1 1 102 - - -
06 Bamin/Juyar Srm - M 1 1 101 - - -
07 Tajurlis Kop - M 1 1 104 - - -
08 Tabanjurlis Prk - M 1 1 102 - - -
09 Bafurir Srk - M 1 1 101,107 - - -
10 Taban/Genderang Kop - M 1 1 102 - - -
11 Ba Makanan Srk - M 1 1 101,107 - - -
12 Tasak/ Peng.Gud Kpk - M 1 1 102 202 - -
13 Ta Pemasak Kop - M 1 1 104 - - -
14 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
Jumlah 14 14
RAHASIA
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
02B 00 SI MIN
01 Dansi/Batisipers Plt - M 1 1 101 200 - -
02 Bamin/Basipers Srm - M 1 1 102 - - -
03 Taban/Jurlis Prk - M 1 1 102 - - -
04 Baban Juyar Srs - M 1 1 101 200 - -
05 Taban Juyar Kop - M 1 1 102 - - -
06 Tajurlis Kpk - M 1 1 104 - - -
07 Bajah Srk - M 1 1 102 - - -
08 Taban/Jurlis Kop - M 1 1 102 - - -
Jumlah 8 8
02C 00 SI MA
01 Dansi/Batisiops Plt - M 1 1 102 200 - 400,402
02 Basiops Srm - M 1 1 102 - - -
03 Tajurlis/Gambar Kpk - M 2 2 102 - - -
Siintel,ops
04 Tajurlis Si Pers,Log Kpk - M 2 2 102 - - -
05 Tamudi/Yanrad Kop - M 2 2 102 - 302 -
Dan/Wadan
06 Tayanrad/Ruh Prk - M 2 2 102 - 303 -
Dan/ Wadan
07 Tamudi Pa Staf Prk - M 6 6 102 - - -
Jumlah 16 16
02D 00 SI WAT
01 Dansi/Batisilog Plt - M 1 1 101 200 - -
02 Bawat/Basilog Srm - M 1 1 102 - - -
03 Tapeng/Gud Kpk - M 1 1 102 - - -
04 Bapal Srk - M 1 1 101,107 - - -
05 Tapeng/Gud Kop - M 1 1 102 - - -
06 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
07 Bamontirjat Srk - M 1 1 101,107 - - -
08 Tapeng/Gud Kop - M 1 1 102 - - -
09 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
Jumlah 9 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
02 Bamin/Watkes Srm - M 1 1 101 - - -
03 Taban/Jurkes Kop - M 1 1 101 - 301 -
04 Tabankeski/Mudi Prk - M 1 1 102 204 - -
05 Bawat Kesum/Ba Srs - M 1 1 102 - - -
Obber
06 Ba Bedah Lap Srs - M 1 1 102 - - -
07 Bajurkes/Ba Obring Srs - M 1 1 102 - - -
02G2 00 RU RAD
01 Danru Srs - M 1 1 102 - 301 400
02 Ta Operator Kop - M 6 6 102 - - -
Jumlah 7 7
02G 00 RU KAWAT
3
01 Danru Srs - M 1 1 102 - 301 400
02 Danpok Kpk - M 1 1 102 - - -
03 Tawat Prk - M 2 2 102 - - -
04 Danpok Kpk - M 1 1 102 - - -
05 Tawat Prk - M 1 1 102 - - -
06 Tawat/Bak SO Kop - M 1 1 104 - - -
Jumlah 7 7
2G4 00 RU KORBRA
01 Danru Srs - M 1 1 102 - 301 400
02 Ta Operator Kop - M 5 5 102 - - -
03 Ta Operator Kop - M 1 1 104 - - -
04 Paktir Prk - M 2 2 101 200 - -
Jumlah 9 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
04 Ba Montir Srs - M 1 1 102 200 - -
05 Taban Kop - M 1 1 102 - - -
06 Tapeng. Gud/Bak Kpk - M 1 1 104 - - -
SO
07 Tamudi/Pool Prk - M 11 11 102 - - -
Jumlah 17 17
02I 00 SI INTELPUR
01 Dansi/Batisi intel Plt - M 1 1 101,102 200 300 400,402
02 Bamin Intel Srm - M 1 1 101,102 - - 400
03 Tayanrad Kop - M 1 1 101,102 - 301 -
02J 00 RU PROV
01 Danru/Baprov Srs - M 1 1 101 200 - -
02 Taprov Kop - M 3 3 101 - - -
Jumlah 4 4
IV. ESELON
PELAKS
03 00 3 KIPAN
03A 00 POK KOKI
01 Danki Kpt Inf M 3 3 100,101, 201 300 400,402,404
102 406,408,410
02 Tamudi/Yanrad Kop - M 3 3 102 - 302 408
03 Taruh/Yanrad Prk - M 3 3 102 - 301 408
04 Batih Srm - M 3 3 102 200 - 400,402,405,404,40
8,410
05 Taban/Bakduk Kpk - M 3 3 103 - - 400,402,403,404
06 Bamin/Juyar Srm - M 3 3 101 202 - -
07 Taban/Mudi Kop - M 3 3 102 - - 408
08 Taban/Jurlis Prk - M 3 3 102 - - 408
09 Bafurir Srk - M 3 3 102 - - 408
10 Taban Kop - M 3 3 102 - - 408
11 Ba Makanan Srk - M 3 3 102 - - 408
12 Tasak/Peng.Gud Kpk - M 3 3 102 - - 408
13 Ta Pemasak Kop - M 3 3 104 - - -
14 Taban Prk - M 6 6 102 - - 408
15 Ta Bakduk Kpk - M 3 3 103 - - 400,402,403
Jumlah 48 48
03B 00 TONBAN
03B 00 POK KOTON
1
01 Danton Ltn Inf M 3 3 101,102 - 300 400,402,404, 406
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
02 Baton Srk - M 3 3 102 - - -
03 Taban/Yanrad Kop - M 3 3 102 - 301 -
Jumlah 9 9
03B2 00 RU SMR
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,402
02 Dancuk Kpk - M 6 6 101,105 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 102 - - -
04 Taban Munisi Prk - M 6 6 102 - - -
Jumlah 21 21
03B3 00 RU MORRI
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,402
02 Dancuk Kpk - M 6 6 101,109 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 102 - - -
04 Taban Prk - M 6 6 102 - - -
05 Tamu Pra - M 6 6 102 - - -
Jumlah 27 27
03C 00 9 TONPAN
03C1 00 9 POK KOTON
01 Danton Ltn Inf M 9 9 100,101, - 300 400,402,403,404,40
102 6,408 410
02 Baton Srk - M 9 9 102 - - 400,402,408
03 Tayanrad Kop - M 9 9 102 - 301 408
04 Tabak Morri Kop - M 9 9 102,108 - - -
05 Taban / Tamunisi Prk - M 9 9 102 - - 408
06 Tabak SLT Kop - M 9 9 102,111 - - 408
07 Taban / Tamunisi Prk - M 9 9 102 - - 403,408
Jumlah 63 63
03C2 00 27 RU PAN
01 Danru Srs - M 27 27 102 - 300 400,401,403,404,40
8,410
02 Wadanru Kpk - M 27 27 102 - - 403,408,410
04 00 KIBAN
04A 00 POK KOKI
01 Danki Kpt Inf M 1 1 100,101, 201 300 400,402,404, 406
102
02 Tamudi/Yanrad Kop - M 1 1 102 - 302 -
03 Taruh/Yanrad Prk - M 1 1 102 - 301 -
04 Batih Srm - M 1 1 102 200 - 400,402,405
05 Taban/Sangkakala Kop - M 1 1 102 - - -
06 Bamin/Juryar Srm - M 1 1 101 200 - -
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
07 Tabanjurlis Kop - M 1 1 102 - - -
08 Taban Prk - M 1 1 102 - - -
09 Bafurir Srk - M 1 1 101,107 - - -
10 Taban/Genderang Kop - M 1 1 102 - - -
11 Ba Makanan Srk - M 1 1 101,107 - - -
12 Ta Pemasak/ Kpk - M 1 1 102 20 - -
PengGud 2
13 Ta Pemasak Kop - M 1 1 104 - - -
14 Taban Prk - M 2 2 102 - - -
Jumlah 15 15
04B2 00 3 RU SMS
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,401
02 Dancuk Kpk - M 6 6 102 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 101,106 - - -
04 Taban Prk - M 6 6 102 - - -
05 Ta Munisi Pra - M 6 6 102 - - -
Jumlah 27 27
04B3b 00 3 RU SLT
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,401,404
02 Dancuk Kpk - M 6 6 102 - - -
03 Tabak Kop - M 6 6 101,112 - - -
04 Taban Prk - M 6 6 102 - - -
05 Ta Munisi Pra - M 6 6 102 - - -
Jumlah 27 27
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
04C 00 3 RU MORSE
2
04C 00 POK KO
2a
01 Danru Srs - M 3 3 102 - 300 400,401, 404
02 Tayanrad Kop - M 3 3 102 - 301 -
03 Tamudi/Munisi Prk - M 3 3 102 202 - -
04 Tamunisi Pra - M 3 3 102 - - -
Jumlah 12 12
REKAPITULASI PERSONEL
BATALYON INFANTERI RAIDER KHUSUS
(YONIF RAIDER KHUSUS)
PANGKAT
BAGIAN JML
NO LTK MAY KPT LTN PLT SRM SRK SRS KPK KOP PRK PRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. POKPIM 1 1 - - - - - - - - - - 2
2. SIINTEL - - 1 - - - - - - - - - 1
3. SIOPS - - 1 - - - - - - - - - 1
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
4. SIPERS - - 1 - - - - - - - - - 1
5. SILOG - - 1 - - - - - - - - - 1
6. JAS - - 1 - - - - - - - - - 1
7. DOKTER YON - - 1 - - - - - - - - - 1
8. BINTAL - - 1 - - - - - - - - - 1
9. KIMA - - 1 4 5 12 5 15 27 38 26 31 164
REKAPITULASI PERSONEL
BATALYON INFANTERI PARA RAIDER
(YONIF PARA RAIDER)
PANGKAT
NO BAGIAN JML
LTK MAY KPT LTN PLT SRM SRK SRS KPK KOP PRK PRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
01. POKPIMP 1 1 - - - - - - - - - - 2
02. SIINTEL - - 1 - - - - - - - - - 1
03. SIOPS - - 1 - - - - - - - - - 1
04. SIPERS - - 1 - - - - - - - - - 1
05. SILOG - - 1 - - - - - - - - - 1
06. JAS - - 1 - - - - - - - - - 1
07. DOKTER - - 1 - - - - - - - - - 1
08. BINTAL - - 1 - - - - - - - - - 1
09. KIMA - - 1 4 5 10 7 15 29 39 54 - 164
10. KIPAN - - 3 12 - 6 18 33 48 81 123 114 438
11. KIBAN - - 1 3 - 2 5 13 19 30 28 35 136
REKAPITULASI PERLENGKAPAN
9
ESELON
PIMP PEMB PIMP YAN PELAKS
NO JENIS
POK SI SI SI SI DOK JML
JAS BINTAL KIMA KIPAN KIBAN
PIMP INTEL OPS PERS LOG TER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A. SENJATA
1. PISTOL 2 1 1 1 1 1 1 1 32 30 25 96
2. PISTOL ISY 1 - - - - - - - - 12 4 17
3. SENAPAN 2 1 1 1 1 1 1 1 131 387 114 641
4. SO - - - - - - - - 10 30 1 41
5. GLM/SPG - - - - - - - - - 54 - 54
6. SPR - - - - - - - - 2 6 - 8
7. SMR - - - - - - - - - 6 - 6
8. SMS - - - - - - - - - - 6 6
9. SMB - - - - - - - - 4 - 2 6
10. SLT TON - - - - - - - - - 9 - 9
11. SLT KI - - - - - - - - - - 6 6
12. MORRI TON - - - - - - - - - 9 - 9
13. MORRI KI - - - - - - - - - 6 - 6
14. MORSE YON - - - - - - - - - - 6 6
B. KENDARAAN
1. SPM - - - - - - - - 15 3 3 21
2. TR ¼ T 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 15
3. TR ¾ T - - - - - - - - 5 3 6 14
4. TR 2 ½ T - - - - - - - - 9 - - 9
5. TR ¼ AMB - - - - - - - - 1 - - 1
6. TR ¼ U. HUB - - - - - - - - 1 - - 1
7. TRL AIR - - - - - - - - 4 - - 4
8. TRL 1 T BMP - - - - - - - - 5 - - 5
C. ALHUB/ALOPTIK
1. RADSET YON - - - - - - - - 2 - - 2
2. RADSET KI - - - - - - - - 3 3 1 7
3. RADSET TON - - - - - - - - 10 15 7 32
4. HT 2 1 1 1 1 1 1 1 6 48 13 76
5. RADSET GTA - - - - - - - - 1 - - 1
6. WB 12 MATA - - - - - - - - 6 - - 6
7. TELP LAP - - - - - - - - 52 - - 52
8. KABEL LAP (ROL) - - - - - - - - 20 - - 20
9. KOMPAS 2 1 1 - - - - - 16 66 22 108
10. TEROP 7 x 50 2 1 1 - - 1 - - 7 39 11 62
11. TEROP 6 x 30 - - - - - - - - - 27 11 38
12. SENTER MIL 2 1 1 1 1 1 1 1 1 15 4 29
13. TBSS - - - - - - - - - 333 - 333
14. TBSM - - - - - - - - - 240 - 240
15. GPS - - - - - - - - - 45 10 55
16. TUSTEL - - - - - - - - 2 3 1 6
REKAPITULASI PERSONEL
10
PANGKAT
NO BAGIAN JML
LTK MAY KPT LTN PLT SRM SRK SRS KPK KOP PRK PRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. POKPIMP 1 1 - - - - - - - - - - 2
2. SIINTEL - - 1 - - - - - - - - - 1
3. SIOPS - - 1 - - - - - - - - - 1
4. SIPERS - - 1 - - - - - - - - - 1
5. SILOG - - 1 - - - - - - - - - 1
6. JAS - - 1 - - - - - - - - - 1
7. DOKTER - - 1 - - - - - - - - - 1
8. BINTAL - - 1 - - - - - - - - - 1
9. KIMA - - 1 6 5 3 13 22 9 68 37 - 164
10. KIPAN - - 3 12 - 6 18 39 27 111 141 108 465
11. KIBAN - - 1 3 - 2 5 14 15 36 21 12 109
REKAPITULASI PERLENGKAPAN
BATALYON INFANTERI MEKANIS
(YONIF MEKANIS)
ESELON
PIMP PEMB PIMP YAN PELAKS
NO JENIS JML
POK SI SI SI SI DOK
JAS BINTAL KIMA KIPAN KIBAN
PIMP INTEL OPS PERS LOG TER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A. SENJATA
1 P 2 1 1 1 1 1 1 1 38 60 23 130
2 P. ISY 1 - - - - - - - 1 12 1 15
3 SNP 2 1 1 1 1 1 1 1 155 396 88 648
4 SO - - - - - - - - 3 27 - 30
5 SPR 7,62 - - - - - - - - - - 2 2
6 SPR 12,7 - - - - - - - - - - 2 2
7 GLM - - - - - - - - - 54 5 59
8 SMR - - - - - - - - - - - -
9 SMS - - - - - - - - 7 39 3 49
10 SMB - - - - - - - - 4 3 2 9
11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
11 MORRI TON - - - - - - - - - 9 - 9
12 MORRI KI - - - - - - - - - - - -
13 MORSE YON - - - - - - - - - - 6 6
14 SLT KI - - - - - - - - - - 6 6
15 SLT TON - - - - - - - - - 9 - 9
16 SLT RU - - - - - - - - - - - -
B. RAN
1 SPM - - - - - - - - 22 4 8 34
2 TR ¼ T - 1 1 1 1 1 1 1 1 - - 8
3 TR ¾ T 2 - - - - - - - 5 6 4 17
4 TR 2 ½ T - - - - - - - - 12 - 4 16
5 TR ¼ T AMB - - - - - - - - 1 - - 1
TR ¾ T UNIT - - - - - - - - - -
6 1 1
HUB
7 TRL AIR - - - - - - - - 2 - - 2
8 TRL 1 T BMP - - - - - - - - 2 - - 2
C. RANPUR
PANSER - - - - - - - - - - 1 1
1
BAKDUK - - - - - - - - - - 1 1
2
TANK SLT
3 TANK AP - - - - - - - - - 27 4 31
4 TANK MO - - - - - - - - - - 6 6
5 TANK AMB - - - - - - - - 2 - - 2
6 TANK REC - - - - - - - - 2 - - 2
7 TANK C.MU - - - - - - - - 2 - - 2
8 TANK C.LOG - - - - - - - - 2 - - 2
9 TANK INTAI - - - - - - - - 3 - - 3
10 TANK KO - - - - - - - - 4 12 2 18
D. ALHUB
1 RADSET YON - - - - - - - - 2 - - 2
2 RADSET KI - - - - - - - - 1 3 1 5
3 RADSET TON - - - - - - - - 9 12 6 27
4 RADSET HT 2 1 1 1 1 1 1 1 54 105 47 215
5 WB 12 MATA - - - - - - - - - - - -
6 TELP LAP - - - - - - - - - - - -
KABEL LAP - - - - - - - - - - - -
7
(ROL)
8 HP SATELIT 1 - - - - - - - - - - 1
E. ALOPTIK
1 KOMPAS 2 1 1 - - - - - 30 66 39 135
2 TEROP 7 x 50 2 1 1 - - - - - 9 15 10 34
3 TEROP 6 x 30 - - - - - - - - 15 51 21 87
TEROP - - - - - - - - - -
4 3 3
VECTOR
5 SENMIL 2 1 1 1 1 1 1 1 43 79 27 158
6 TBSM 2 1 1 1 1 1 1 1 165 396 88 658
7 HANDY CAM - - - - - - - - 4 - - 4
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
8 TBSS 2 1 1 1 1 1 1 1 165 396 88 658
9 GPS 2 1 1 - - - - - 24 63 29 120
10 KAMERA - - - - - - - - 4 3 1 8
KACAMATA 1 1 - - - - -
11 2 15 12 17 48
MLM
12 MHM - - - - - - - - - - 1 1