Anda di halaman 1dari 67

TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Keputusan Panglima TNI

MARKAS BESAR Nomor Kep/258/IV/2013


____________________________ Tanggal 5 April 2013
____________________________

DOKTRIN OPERASI GABUNGAN TNI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. TNI sebagai komponen utama pertahanan negara aspek militer mengemban


tugas pokok sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 adalah
“menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.” Selanjutnya di dalam undang-undang tersebut
juga ditegaskan bahwa tugas pokok TNI dilaksanakan melalui Operasi Militer
Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

b. Penyelenggaraan OMP maupun OMSP cakupan dan keterkaitannya sangat


luas, meliputi seluruh strata perang mulai dari strata strategis (grand strategy dan
sub-grand strategy), strata operasional dan strata taktis. Kompleksitasnya sangat
tinggi karena berkaitan langsung dengan kepentingan nasional seperti kedaulatan
negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Dinamika kegiatannya sangat
dinamis karena disamping melibatkan banyak unsur kekuatan juga dipengaruhi
oleh banyak faktor yang harus dipenuhi dan/atau dihindari. Oleh karena itu sangat
diperlukan doktrin yang secara khusus mengajarkan penjabaran tentang Operasi
Gabungan TNI yang harus dilaksanakan oleh Tentara Nasional Indonesia, doktrin
harus menjadi pedoman berfikir (how to think) bagi seluruh personel yang terlibat
dalam penyelenggaraan Operasi Gabungan TNI yang dilaksanakan, agar
keberhasilannya dapat dicapai secara optimal.

c. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan doktrin-doktrin operasi sebagai


pedoman dalam penyelenggaraan operasi gabungan, maka perlu disusun “Doktrin
Operasi Gabungan TNI” beserta perangkatnya.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Doktrin ini disusun dengan maksud sebagai pedoman untuk


menyatukan pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam penyelenggaraan operasi
gabungan yang dilaksanakan oleh TNI.

b. Tujuan. Doktrin ini digunakan dengan tujuan sebagai pedoman guna


terwujudnya keberhasilan penyelenggaraan operasi gabungan, baik OMP maupun
OMSP yang dilaksanakan oleh TNI.
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Ruang lingkup doktrin ini berisi tentang penjelasan-


penjelasan yang berhubungan dengan operasi gabungan TNI dan
penyelenggaraannya.

b. Tata Urut. Doktrin ini disusun dengan tata urut sebagai berikut:

1) Bab I Pendahuluan.
2) Bab II Pokok-Pokok Operasi Gabungan TNI.
3) Bab III Penyelenggaraan Operasi Gabungan TNI.
4) Bab IV Komando dan Kendali.
5) Bab V Penutup.

4. Kedudukan. Doktrin Operasi Gabungan TNIberkedudukan pada strata


operasional, sebagai penjabaran dariDoktrin OperasiTNIdan menjadi acuan bagi doktrin-
doktrin operasi pada strata taktis yang berada dibawahnya.

5. Dasar.

a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

b. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional


Indonesia.

c. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tanggal 28 Juni 2010 tentang


Susunan Organisasi TNI.

d. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/474/VII/2012 tanggal 25 Juli 2012


tentang Naskah Sementara Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma.

e. Doktrin Angkatan (TNI AD, AL dan AU).

f. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/670/IX/2012 tanggal 27 September


2012 tentang Stratifikasi Doktrin Tentara Nasional Indonesia.
3

BAB II
POKOK-POKOK OPERASI GABUNGAN TNI

6. Umum. Operasi Militer yang harus diselenggarakan oleh TNI sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 adalah dengan menyelenggarakan Operasi
Militer Perang dan Operasi Militer Selain Perang. Dalam dinamika penyelenggaraan
operasi militer baik untuk perang maupun selain perang cakupan keterkaitannya sangat
luas dan mendasar yang menjadi pokok-pokok operasi gabungan TNI. Pokok-pokok
operasi gabungan TNI tersebut merupakan ajaran fundamental yang harus dipahami dan
dipedomani oleh seluruh personel yang terlibat dalam operasi TNI, agar keberhasilan
penyelenggaraan operasi TNI dapat dicapai secara optimal.

7. Definisi Operasi Gabungan TNI. Operasi gabungan TNI adalah sebagai operasi
militer yang dilaksanakan olehdua angkatan atau lebih dibantu dengan operasi lainnya
sesuai kebutuhan, di bawah satu komando dan direncanakan oleh staf gabungan dalam
rangka melaksanakan tugas pokok TNI untuk melindungi kepentingan nasional.

8. Tujuan Operasi Gabungan TNI. Operasi gabungan TNI bertujuan untuk


mewujudkan keterpaduan antar angkatan dan unsur lain guna mencegah, menangkal dan
menanggulangi berbagai ancaman terhadap kepentingan nasional, agar terwujud kondisi
yang aman secara berkelanjutan sehingga penyelenggaraan pembangunan dalam rangka
pencapaian tujuan dan cita-cita nasional berjalan lancar.

9. Sifat-Sifat Operasi Gabungan TNI. Operasi gabungan yang diselenggarakan


oleh TNI memiliki 3 (tiga) sifat, yaitu:

a. Menyerang (ofensive operations). Merupakan operasi gabungan yang


dilaksanakan untuk melumpuhkan musuh dan atau merebut suatu wilayah yang
sedang dikuasai oleh musuh.

b. Bertahan (defensive operations). Merupakan operasi gabungan yang


dilaksanakan untuk menghadapi serangan yang dilancarkan oleh musuh dan atau
mempertahankan suatu wilayah yang sudah dikuasai oleh Pemerintah RI.

c. Mendukung (support operations). Merupakan operasi gabungan yang


dilaksanakan baik untuk mendukung penyelenggaraan operasi militer yang bersifat
menyerang dan bertahan maupun untuk mendukung tugas pemerintah yang terkait
dengan keamanan dalam negeri, pengamanan, penanggulangan bencana, SAR,
evakuasi dan Pengungsian, pemeliharaan perdamaian dunia dan dukungan
kesehatan, serta dukungan lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945.

10. Asas-Asas Operasi Gabungan TNI.

a. Asas-Asas Operasi Dalam Rangka OMP.

1) Kesamaan Doktrin.Unsur-unsur satuan yang terlibat dalam operasi


gabungan harus memiliki kesamaan dan kesepahaman tentang doktrin
gabungan, sehingga terwujud keterpaduan dalam pelaksanaan operasi.
4

2) Sentralisasi Komando dan Pengendalian. Unsur-unsur satuan yang


dikerahkan dalam operasi gabungan harus dalam satu kesatuan komando
yang utuh, jelas dan tegas di bawah satu komando.

3) Desentralisasi Pelaksanaan. Unsur-unsur satuan pelaksana operasi


gabungan yang melaksanakan tugas dalam rangka pencapaian tugas pokok
pelaksanaannya menggunakan taktik, teknik dan prosedur sesuai dengan
ciri dan kekhasan masing-masing satuan.

4) Asas Tujuan. Penyelenggaraan operasi gabungan harus fokus


kepada tercapainya tujuan dan sasaran yang jelas, menentukan serta dapat
dicapai. Tujuan dari Operasi Gabungan TNI adalah untuk mengalahkan
kemampuan pasukan/angkatan musuh atau kemauan dan keinginan musuh
untuk bertempur.

5) Asas Menyerang (Offensif). Penyelenggaraan operasi gabungan


untuk merebut, mempertahankan dan mengekploitasi inisiatif. Pelaksanaan
operasi serangan merupakan cara bagaimana cara pasukan gabungan
merebut dan mendapatkan inisiatif serta memelihara kebebasan bertindak
guna tercapainya hasil yang menentukan. Operasi pertahanan hanya
sebagai tindakan sementara untuk memperoleh kesempatan merebut atau
memperoleh kembali inisiatif.

6) Asas Pemusatan. Tujuan asas pemusatan adalah memusatkan


kemampuan dan Kekuatan yang dimiliki oleh pasukan gabungan TNI untuk
dikerahkan dan dipusatkan pada satu daerah operasi tertentu, dalam ruang
dan waktu yang ditentukan.

7) Asas Kekenyalan. Penyelenggaraan operasi gabungan harus


mampu menyesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi yang relatif
cepat.

8) Asas Keamanan. Asas keamanan bertujuan untuk tidak memberikan


kesempatan kepada musuh memperoleh keuntungan yang tidak diduga.
Keamanan akan meningkatkan kebebasan bertindak pasukan kita dan
mengurangi kelemahan pasukan kawan dari tindakan musuh atau
pendadakan musuh.

9) Asas Kesederhanaan. Menyiapakan rencana yang jelas,


perencanaan yang sederhana dan perintah yang tegas untuk menjamin
bahwa perintah yang diberikan dapat dimengerti, kesederhanaan
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan suatu operasi. Perencanaan
yang sederhana dan jelas mengurangi kesalahpahaman dan kebingungan
dan dapat memberikan pengertian dan pelaksanaan yang baik pada setiap
eselon.

10) Asas Pendadakan. Untuk menyerang musuh pada waktu dan


tempat atau dengan cara dimana musuh tidak siap. Pendadakan akan
membantu Panglima/Komandan untuk merubah perimbangan daya tempur,
guna memperoleh hasil yang sesuai dengan upaya yang dilaksanakan.
Pendadakan dapat didukung oleh faktor kecepatan dalam pengambilan
keputusan, data informasi, intelijen dan mobilitas pasukan.
5

11) Asas Mobilitas. Asas mobilitas bertujuan untuk dapat mewujudkan


keleluasaan dalam bertindak, responsif dan ketanggapsegeraan dalam
mengembangkan strategi operasi.

12) Asas Legitimasi. Tujuan dari asas legitimasi, penggunaan pasukan


gabungan TNI harus dapat mendukung legitimasi dari operasi yang
dilaksanakan. Legitimasi didasarkan pada hukum, moralitas dan kebenaran
dari tindakan yang diambil.

13) Asas Massal. Kegunaan dari asas massal, adalah untuk memperoleh
dampak dari pemusatan kekuatan tempur pada tempat dan waktu tertentu,
dalam rangka memperoleh hasil yang menentukan. Untuk mencapai massal
dilakukan dengan mensinkronisasikan dan mengintegrasikan secara tepat
semua kemampuan yang dimiliki pasukan gabungan, sehingga dalam waktu
singkat dapat diperoleh hasil yang menentukan.

14) Asas Keunggulan Moril. Setiap Pasukan atau personel yang


dikerahkan dalam penyelenggaraan operasi gabungan harus memiliki
keunggulan moril.

15) Asas Tidak Mengenal Menyerah. Setiap Pasukan atau personel yang
terlibat dalam penyelenggaraan operasi gabungan TNI harus memiliki
semangat pantang menyerah.

16) Asas Manuver. Tujuan dari asas manuver adalah gerakan


pasukan untuk menempatkan musuh pada posisi yang tidak menguntungkan
baginya, melalui fleksibilitas dalam mengaplikasikan daya tempur yang
dimiliki.

17) Asas Penghematan Kekuatan. Kegunaan dari asas penghematan


kekuatan, untuk mengalokasikan kekuatan tempur minimal yang diperlukan,
guna dapat melaksanakan upaya lanjutan. Penghematan kekuatan
merupakan kebijakan tentang penempatan dan pendistribusian kekuatan.

18) Asas Kesatuan Komando. Tujuan dari asas komando, untuk


menjamin adanya kesatuan upaya pada setiap sasaran, di bawah tanggung
jawab seorang Panglima/komandan. Kesatuan komando adalah semua
kesatuan yang dikerahkan berada di bawah komando tunggal, yang memiliki
kewenangan untuk mengarahkan semua kesatuan guna mencapai tujuan
bersama.

19) Asas Kedalaman. Digunakan untuk memaksa musuh mengerahkan


kekuatan militernya yang cukup besar. Dalam aplikasinya pasukan yang
melakukan operasi pertahanan mengelar seluruh kekuatan pasukan
gabungan termasuk satuan cadangan secara berlapis-lapis dan saling
mendukung, dalam rangka pelaksanaan tugas operasi selanjutnya.

20) Asas Keunggulan Informasi. Tujuan asas ini untuk memperoleh


setiap keterangan yang berkaitan dengan situasi daerah operasi dan musuh
dalam rangka menyusun rencana operasi yang akan dilaksanakan. Setiap
informasi harus dilaporkan secara dini, guna mempercepat menyesuaiaan
pasukan gabungan terhadap kondisi daerah operasi dengan cara
6

mengembangkan kemampuan menganalisis setiap informasi tentang daerah


operasi dan musuh.

b. Asas-Asas Operasi Dalam Rangka OMSP.

1) Asas Tujuan. Penyelenggaraan operasi gabungan harus fokus


kepada tercapainya tujuan. Tujuan operasi gabungan adalah terwujudnya
stabilitas keamanan yang kondusif.
2) Asas Kesatuan Komando dan Kendali. Satuan-satuan yang
dikerahkan dalam operasi gabungan harus proporsional dan dalam satu
kesatuan Kodal yang jelas dan tegas. Untuk operasi dalam rangka OMSP
kesatuan komando tidak dimungkinkan, tetapi yang utama adalah kesatuan
utama. Kesatuan upaya melaksanakan kooordinasi melalui kerjasama dan
kepentingan bersama adalah kebutuhan mutlak untuk mencapai kesatuan
komando.

3) Asas Proporsional. Kekuatan dan kemampuan persenjataan dan


peralatan TNI yang dikerahkan dalam penyelenggaraan operasi gabungan
tidak berlebihan, sesuai dengan prosedur standar aturan pelibatan operasi
yang jelas, bebas dari tindakan di luar batas kewajaran.

4) Asas Keamanan. Keamanan terhadap segala aspek harus


senantiasa diperhatikan sepanjang penyelenggaraan operasi gabungan.

5) Asas Legitimasi. Penyelenggaraan operasi gabungan harus memiliki


payung hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6) Asas Keterpaduan. Dalam penyelenggaraan operasi gabungan


harus mampu memadukan semua unsur-unsur kekuatan yang tersedia.

7) Asas Ekonomis. Dalam penyelenggaraan operasi gabungan


penggunaan kekuatan dan kemampuan harus diperhitungkan secara
ekonomis sehingga menjadi efisien.

11. Macam Operasi Gabungan TNI. Sesuai dengan karakteristiknya, Operasi


Gabungan TNI dikelompokan dalam dua macam yaitu:

a. Operasi Gabungan Dalam Rangka OMP(War). Merupakan pengerahan


kekuatan dan kemampuan TNI yang dilakukan oleh Mabes TNI dengan
menyelenggarakan kampanye militer pada strata operasional dan operasi
gabungan padastrata taktis yang bertujuan untuk memenangkan perang dalam
rangka melindungi kepentingan nasional NKRI, dilaksanakan dalam bentuk:

1) Kampanye Militer (Military Campaign).


2) Operasi Gabungan (Major Joint Operations).
3) Operasi Dukungan

b. Operasi Gabungan Dalam Rangka OMSP/Military Operation Other Than


War (MOOTW). Merupakan pengerahan kekuatan dan kemampuan TNI yang
dilakukan oleh Mabes TNI dengan menyelenggarakan operasi gabungan selain
perang untuk melaksanakan 14 tugas TNI dalam rangka OMSP, untuk mengatasi
7

permasalahan bangsa Indonesiadalam rangka melindungi kepentingan Nasional


NKRI yang dilaksanakan dalam bentuk:

1) Operasi Gabungan Terpadu. (Joint-Interagency Operations).

2) Operasi Gabungan Bersama. (Combine Operations).

3) Operasi Gabungan Bersama Terpadu. (Joint-Combine-Interagency


Operations).

12. Bentuk dan Jenis Operasi Gabungan TNI.

a. Operasi Gabungan Dalam Rangka OMP.

1) Kampanye Militer (Military Campaign).Kampanye Militer merupakan


serangkaian dari beberapa operasi gabungan yang dilaksanakan secara
berurutan atau secara serentak, untuk mencapai sasaran strategik pada
suatu ruang dan waktu yang telah ditentukan, sebagai strategi
operasional Panglima Komando Gabungan (Pangkogab). Tujuan dari
kampanye militer adalah untuk menanggulangi setiap ancaman nyata,
baik yang didasarkan pada rencana kontinjensi yang dirumuskan
melalui perencanaan strategis maupun untuk menghadapi ancaman
yang bersifat mendadak dan tidak dipersiapkan sebelumnya.

2) Operasi Gabungan Utama (Major Joint Operations), Operasi


gabungan dalam rangka tugas tempur, merupakan bagian dari kampanye
militer maupun berdiri sendiri, bukan bagian dari kampanye militer dengan
tujuan untuk memadukan kekuatan dan kemampuan angkatan yang
dilibatkan, adapun jenisnya terdiri atas:

a) Operasi Udara Gabungan (Joint Air Operations). Operasi


Udara Gabungan merupakan salah satu operasi gabungan TNI yang
penyelenggaraannya melibatkan Komponen TNI AU, Komponen TNI
AD dan Komponen TNI AL di bawah Komando Tugas Udara
Gabungan, operasi udara gabungan dilaksanakan meliputi operasi
pertahanan udara, operasi serangan udara strategis, operasi lawan
udara ofensif, operasi dukungan udara dan operasi informasi.
Operasi ini diselenggarakan untuk merebut keunggulan udara.
Penjabaran tentang operasi udara gabungan secara rinci diatur
dalam Doktrin tentang Operasi pada Operasi Udara Gabungan DT
021101.

b) Operasi Laut Gabungan (Joint Maritime Operations). Operasi


Laut Gabungan merupakan operasi tempur terhadap sasaran di
laut yang implikasinya berupa operasi yang dilaksanakan oleh
kekuatan laut dan kekuatan udara. Operasi Laut Gabungan
dapat merupakan operasi yang berdiri sendiri apabila merupakan
satu-satunya operasi di mandala operasi atau bagian dari kampanye
militer yang unsurnya terdiri dari satuan laut TNI AL dan satuan
tugas Operasi Udara TNI AU sebagai satu kekuatan pemukul.
Operasi ini diselenggarakan dalam rangka menghambat,
menggagalkan, menghancurkan kekuatan musuh. Penjabaran
8

secara rinci diatur dalam Doktrin tentang Operasi pada Operasi Laut
Gabungan DT 021102.

c) Operasi Lintas Udara (Airborne Operations). Operasi


Lintas Udara merupakan salah satu operasi gabungan TNI yang
penyelenggaraannya melibatkan komponenTNI AD dan komponen
TNIAU di bawah Komando Tugas Gabungan Lintas Udara.
Operasi ini dilancarkan melalui udara dengan menerjunkan
pasukan Linud dan satuan pendukungnya menggunakan pesawat
udara di suatu wilayah yang dikuasai oleh musuh dengan tujuan
untuk merebut dan menduduki suatu tumpuan udara dalam
rangka mendukung operasi selanjutnya. Penjabaran tentang
operasi lintas udara secara rinci diatur dalam Doktrin tentang Operasi
pada Operasi Lintas Udara DT 021105.

d) Operasi Amfibi (Amfibious Operations). Operasi Amfibi


merupakan operasi gabungan TNI di bawah Komando Tugas
Gabungan Amfibi yang terdiri dari Komponen TNI AL sebagai
kekuatan inti dengan melibatkan Komponen TNI AU dan
Komponen TNI AD. Operasi ini dilancarkan oleh Komando Tugas
Gabungan Amfibi dari daerah embarkasi selanjutnya didaratkan
di wilayah pantai tertentu untuk melaksanakan tugas pokoknya.
Penjabaran tentang operasi amfibi secara rinci diatur dalam Doktrin
tentang Operasi pada Operasi Amfibi DT 021103.

e) Operasi Pendaratan Administrasi (Administratif Landing


Operations). Operasi pendaratan administrasi merupakan operasi
gabungan TNI yang penyelenggaraannya melibatkan Komponen
TNI AL, Komponen TNI AD dan Komponen TNI AU di bawah
Komando Tugas Gabungan Pendaratan Administrasi. Operasi ini
diselenggarakan dalam rangka untuk mendukung operasi tempur
darat gabungan, dengan melaksanakan pemindahan suatu
kekuatan darat beserta logistik dan alat perlengkapannya, melalui
laut dari suatu titik embarkasi untuk didaratkan di tumpuan pantai
yang telah dikuasai oleh Komando Gabungan TNI. Penjabaran
tentang operasi pendaratan administrasi secara rinci diatur dalam
Doktrin tentang Operasi pada Operasi Pendaratan Administrasi DT
021106.

f) Operasi Darat Gabungan (Land Joint Operations). Operasi


Darat Gabungan merupakan operasi gabungan TNI yang
penyelenggaraannya melibatkan Komponen TNI AD sebagai
kekuatan inti, Komponen TNI AU dan Komponen TNI AL di
bawah Komando Tugas Darat Gabungan. Operasi Darat
Gabungan terdiri atas Operasi Serangan Darat, Operasi Pertahanan
Darat (termasuk wilayah pantai) dan Operasi Gerilya. Operasi ini
diselenggarakan dalam rangka merebut suatu wilayah daratan
yang telah diduduki oleh musuh atau mempertahankan suatu
wilayah daratan yang telah/sedang dikuasai. Penjabaran tentang
operasi darat gabungan secara rinci diatur dalam Doktrin tentang
Operasi pada Operasi Darat Gabungan DT 021107.
9

g) Operasi Pertahanan Pantai. Operasi Pertahanan Pantai


merupakan operasi gabungan TNI yang penyelenggaraannya
melibatkan Komponen TNI AL, Komponen TNI AU dan TNI AD di
bawah Komando Tugas Gabungan Pertahanan Pantai. Operasi ini
diselenggarakan dalam rangka mempertahankan daerah pantai
tertentu dari serangan amfibi musuh. Penjabaran secara rinci diatur
dalam Doktrin tentang Operasi Pertahanan Pantai DT 021104.

h) Operasi Dukungan (Support Operation). Merupakan operasi


yang dilaksanakan baik secara mandiri maupun gabungan, diarahkan
untuk mendukung keberhasilan operasi yang dilaksanakan dalam
kampanye militer, sehingga diperoleh peningkatan daya guna dan
hasil guna operasi yang dilaksanakan. Panglima/Komandan yang
menyelenggarakan operasi dukungan harus benar-benar memahami
tujuan dari operasi dukungan yang dilaksanakan, serta meyakini
bahwa operasi dukungan akan dapat mendukung pencapaian tugas
pokok kampanye militer. Adapaun bentuk operasi dukungan sebagai
berikut:

(1) Operasi Dukungan Intelijen. Merupakan suatu bentuk


operasi yang dilaksanakan untuk memperoleh informasi
tentang musuh, yang meliputi 9 komponen intelijen yaitu
geografi, sejarah, politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan
teknologi, transportasi dan telekomunikasi, biologi dan
kekuatan militer/angkatan bersenjata. Informasi yang diperoleh
tersebut, diperlukan dalam rangka memformulasikan strategi,
kebijakan, perencanaan dan operasi militer pada tingkat
nasional maupun mandala perang. Penyelenggaraan operasi
intelijen strategis akan dijabarkan dan diatur secara rinci dalam
Doktrin TNI tentang Intelijen Gabungan DT 011.

(2) Operasi Dukungan Personel. Merupakan suatu bentuk


Operasi dukungan personel yang dilaksanakan untuk
memelihara tingkat kesiapan personel, sehingga dapat
meningkatkan efektifitas operasional selaku kekuatan
pengganda pasukan gabungan. Penyelenggaraan operasi
dukungan personel akan dijabarkan dan diatur secara rinci
dalam Doktrin TNI tentang Personel Gabungan DT 031.

(3) Operasi Dukungan Logistik. Merupakan suatu operasi


dukungan logistik yang dilaksanakan untuk memberikan
dukungan kesiapan perlengkapan dan suplai/ persediaan
logistik yang diperlukan untuk menjamin kesiapan dukungan
logistik yang berkelanjutan komando gabungan dalam
melaksanakan tugas tempur. Penyelenggaraan operasi
dukungan logistik akan dijabarkan dan diatur secara rinci
dalam Doktrin TNI tentang Logistik Gabungan DT 041.

(4) Operasi Dukungan Peperangan Elektronika. Merupakan


suatu bentuk operasi yang mencakup operasi untuk
menyerang sistem Komando dan Kendali musuh (offensive),
sekaligus melindungi sistem Komando dan Kendali pasukan/
10

satuan kawan dari gangguan musuh (defensive). Efektifitas


Komando dan Kendali yang dikombinasikan dari efek
defensive dan offensive, ditujukan untuk memperoleh
superioritas pada saat melaksanakan tindakan penipuan.
Dilaksanakan dengan Pernika, untuk mengontrol atau
menyerang kemampuan elektronika musuh. Operasi
peperangan elektronika dilaksanakan dengan tiga tingkatan,
serangan/lawan elektronika, perlindungan elektronika dan
dukungan peperangan elektronika. Penyelenggaraan operasi
peperangan elektronika akan dijabarkan dan diatur secara rinci
dalam Doktrin TNI tentang Peperangan Elektronika Gabungan.

(5) Operasi Dukungan Informasi. Merupakan suatu bentuk


operasi yang dilakukan untuk mempengaruhi informasi dan
sistem informasi musuh, sekaligus mempertahankan informasi
pasukan dan sistem informasi sendiri. Operasi informasi
merupakan faktor penting bagi Panglima Komando Gabungan
untuk memperoleh dan memelihara tingkat superioritas
informasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan operasi
gabungan yang menentukan. Operasi informasi memanfaatkan
kecanggihan teknologi, konektifitas dan ketergantungan pada
teknologi informasi. Sasaran dari operasi informasi adalah
informasi atau sistem informasi, dalam rangka mempengaruhi
proses yang berbasis informasi. Penyelenggaraan operasi
informasi akan dijabarkan dan diatur secara rinci dalam Doktrin
TNI tentang Operasi Informasi Gabungan .

(6) Operasi Dukungan Psikologi. Merupakan operasi yang


digunakan untuk melaksanakan propaganda dan tindakan-
tindakan psikologis lainnya, dalam rangka mendukung
kebijakan politik terkini dengan mempengaruhi pandangan,
emosi, sikap dan perilaku musuh, kelompok yang netral dan
kawan atau sasaran lain, untuk berfikir dan bertindak dengan
cara yang dapat memberi keuntungan untuk diri sendiri.
Operasi psikologi dapat dilaksanakan secara tertulis ataupun
lisan. Penyelenggaraan operasi psikologi akan dijabarkan dan
diatur secara rinci dalam Doktrin TNI tentang Operasi Psikologi
Gabungan.

(7) Operasi Dukungan Tembakan. Merupakan operasi


dukungan tembakan yang dipersiapkan dan dilakukan oleh
satuan darat, satuan laut dan satuan udara, untuk mendukung
satuan yang sedang melaksanakan operasi tempur.
Dukungan tembakan diberikan dari senjata artileri, kapal laut
dan pesawat udara guna meningkatkan kemampuan/ daya
tempur satuan yang dibantu. Penyelenggaraan operasi
dukungan tembakan akan dijabarkan dan diatur secara rinci
dalam Doktrin TNI tentang Operasi Dukungan Tembakan
Gabungan.

(8) Operasi Dukungan Angkutan Udara. Merupakan suatu


bentuk operasi untuk melaksanakan pemindahan pasukan
11

maupun logistik dan alat perlengkapannya serta kegiatan


evakuasi udara dengan menggunakan sarana transportasi
udara dalam suatu mandala perang, yang dilaksanakan
dengan cara terjadwal atau menggunakan penerbangan
khusus. Penyelenggaraan operasi dukungan angkutan udara
akan dijabarkan dan diatur secara rinci dalam Doktrin TNI
tentang Operasi Angkutan Udara Gabungan.

(9) Operasi Dukungan Angkutan Laut. Merupakan suatu


bentuk operasi untuk melaksanakan pemindahan pasukan
maupun logistik dan alat perlengkapannya serta kegiatan
evakuasi melalui laut dengan menggunakan sarana
transportasi kapal laut, baik kapal angkatan laut maupun kapal
komersial dalam suatu mandala perang. Penyelenggaraan
operasi dukungan angkutan laut akan dijabarkan dan diatur
secara rinci dalam Doktrin TNI tentang Operasi Angkutan Laut
Gabungan.

(10) Operasi Dukungan Pencarian dan Penyelamatan


(Search and Rescue/SAR). Merupakan operasi yang
dilaksanakan oleh satuan-satuan TNI dengan alat
perlengkapannya, dalam rangka melaksanakan kegiatan
pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue/ SAR)
terhadap anggota prajurit yang terjebak atau tertawan di
daerah musuh. Operasi SAR tempur dilaksanakan oleh dua
angkatan/komponen atau lebih dalam satu Komando
Gabungan. Penyelenggaraan operasi dukungan SAR akan
dijabarkan dan diatur secara rinci dalam Doktrin TNI tentang
Operasi SAR Gabungan.

(11) Operasi Dukungan Teritorial. Merupakan suatu bentuk


operasi yang dilaksanakan pada masa damai, selama perang
dan sesudah perang, yang dilaksanakan dengan
mengorganisir, mengerahkan dan mengendalikan penggunaan
personel, sarana dan prasarana yang ada. Operasi ditujukan
untuk membantu pemerintah dalam menyiapkan kekuatan
pertahanan guna mendukung pencapaian sasaran operasi
yang dilaksanakan. Penyelenggaraan operasi teritorial akan
dijabarkan dan diatur secara rinci dalam Doktrin TNI tentang
Teritorial Gabungan DT 061.

(12) Operasi Dukungan Komunikasi dan Elektronika.


Merupakan suatu bentuk operasi yang dilaksanakan oleh
satuan Komunikasi dan Elektronika (Komlek), untuk
mendukung satuan-satuan TNI yang melaksanakan operasi
tempur. Di samping itu, operasi Komlek oleh satuan Komlek
TNI ditujukan untuk mengacaukan kemampuan sistem Komlek
musuh, sehingga kemampuan Kodal musuh terganggu.
Penyelenggaraan Operasi Dukungan Komunikasi dan
Elektronika akan dijabarkan dan diatur secara rinci dalam
Doktrin TNI tentang Komunikasi dan Elektronika Gabungan DT
071.
12

(13) Operasi Dukungan Kesehatan. Merupakan dukungan


kesehatan yang diselenggarakan oleh satuan/unsur kesehatan
TNI kepada Komando Gabungan, guna dapat mengurangi
akibat dari luka, cedera tempur, penyakit lingkungan,
hambatan pekerjaan dan tekanan psikologis terhadap
efektifitas satuan, kesiapan prajurit dan moral prajurit.
Penyelenggaraan operasi dukungan kesehatan akan
dijabarkan dan diatur secara rinci dalam Doktrin TNI tentang
Operasi Dukungan Kesehatan Gabungan.

(14) Operasi Dukungan Hukum. Merupakan dukungan


hukum yang diselenggarakan oleh satuan/ unsur Hukum TNI
kepada Komando Gabungan, yang mengatur tentang aturan
pelibatan (Rules of Engagement) seperti aturan buka
tembakan, sasaran tembakan, larangan tembakan, tata cara
bertempur, tata cara tentang perlakuan terhadap tawanan
perang dan tindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan
oleh anggota serta berbagai aturan/ ketentuan tentang
pertempuran yang berlaku secara universal. Penyelenggaraan
operasi dukungan hukum akan dijabarkan dan diatur secara
rinci dalam Doktrin TNI tentang Operasi Dukungan Hukum
Gabungan.

(15) Operasi Dukungan Pasukan Khusus Gabungan (Joint


Special Force Operations). Merupakan operasi yang
dilaksanakan pada kondisi permusuhan dan sensitif dalam
lingkup politik guna mencapai sasaran diplomasi, informasi,
militer dan ekonomi, dengan mengerahkan kemampuan militer
ketika tidak tersedia kekuatan militer konvensional yang dapat
dikerahkan. Operasi dukungan pasukan khusus gabungan
yang dilaksanakan memerlukan perlindungan, dilaksanakan
secara klandestin untuk memperoleh informasi secara
langsung. Operasi dukungan pasukan khusus gabungan dapat
dilaksanakan dalam jangkauan operasi militer yang luas,
secara mandiri atau sebagai bagian dari operasi konvensional
ataupun melibatkan badan/ lembaga pemerintah dan termasuk
penduduk setempat. Operasi dukungan pasukan khusus
gabungan berbeda dari operasi konvensional dalam tingkatan
fisik dan resiko politik, tehnik beroperasi, model pengerahan
dan tingkat kemandirian karena tergantung pada rencana
operasi intelijen yang rinci dan pemanfaatan aset setempat.
Penyelenggaraan Operasi dukungan pasukan khusus
gabungan akan dijabarkan dan diatur secara rinci dalam
Doktrin TNI tentang Operasi Pasukan Khusus Gabungan.

b. Operasi Gabungan Dalam Rangka OMSP.

1) Operasi Gabungan Terpadu (Joint-Interagency Operations). Operasi


gabungan terpadu merupakan pengerahan kekuatan dan kemampuan TNI
yang dilakukan oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad)
TNI dengan melibatkan satuan-satuan TNI secara gabungan dan terpadu
dengan instansi sipil, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk mengatasi
13

gangguan keamanan nasional maupun operasi pemeliharaan perdamaian


dunia, serta untuk penanggulangan bencana dan untuk dukungan
kesehatan. Jenis-jenis operasi gabungan terpadu antara lain:

a) Operasi Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata.


Operasi penanggulangan pemberontakan bersenjata merupakan
operasi gabungan terpadu yang dilaksanakan oleh Komando Tugas
Gabungan Terpadu Penanggulangan Pemberontakan untuk
melumpuhkan kekuatan kelompok pemberontak dengan
mengerahkan kekuatan TNI secara gabungan dan terpadu dengan
kekuatan sipil, instansi pemerintah dan Polri. Penjabaran tentang
operasi penanggulangan pemberontakan secara rinci diatur dalam
Doktrin Taktik dan Teknik tentang Operasi pada Operasi Gabungan
Terpadu Penanggulangan Pemberontakan DT 021201.

b) Operasi Penanggulangan Separatisme. Operasi


penanggulangan separatisme merupakan operasi gabungan terpadu
yang dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu
Penanggulangan Separatis untuk melumpuhkan kekuatan kelompok
separatis dengan mengerahkan kekuatan TNI secara gabungan dan
terpadu dengan kekuatan sipil, instansi pemerintah dan Polri.
Penjabaran tentang operasi penanggulangan separatis secara rinci
diatur dalam Doktrin Taktik dan Teknik tentang Operasi pada Operasi
Gabungan Terpadu Penanggulangan Separatis DT 021202.

c) Operasi Penanggulangan Terorisme. Operasi penanggulangan


teroris merupakan operasi gabungan terpadu yang dilaksanakan oleh
Komando Tugas Gabungan Terpadu Penanggulangan teroris untuk
melumpuhkan kekuatan kelompok teroris dengan mengerahkan
kekuatan TNI secara gabungan dan terpadu dengan kekuatan sipil,
instansi pemerintah dan Polri. Penjabaran tentang operasi
penanggulangan teroris secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan
Teknik tentang Operasi pada Operasi Gabungan Terpadu
Penanggulangan Teroris DT 021203.

d) Operasi Penanggulangan Konflik Komunal. Operasi


penanggulangan konflik komunal merupakan operasi gabungan
terpadu yang dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu
Penanggulangan konflik komunal untuk melumpuhkan kekuatan-
kekuatan kelompok yang bertikai dengan mengerahkan kekuatan TNI
secara gabungan dan terpadu dengan kekuatan sipil, instansi
pemerintah dan Polri. Penjabaran tentang operasi penanggulangan
konflik komunal secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan Teknik
tentang Operasi pada Operasi Gabungan Terpadu Penanggulangan
Konflik Komunal DT 021204.

e) Operasi Pengamanan Jalur Pelayaran dan Penerbangan


Internasional. Operasi pengamanan jalur pelayaran dan penerbangan
internasional merupakan operasi gabungan terpadu yang
dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu Pengamanan
Jalur Pelayaran dan Penerbangan untuk mengamankan jalur
pelayaran dan penerbangan internasional dengan mengerahkan
14

kekuatan TNI secara gabungan dan terpadu dengan kekuatan sipil,


instansi pemerintah dan Polri. Penjabaran tentang operasi
pengamanan jalur pelayaran dan penerbangan secara rinci diatur
dalam Doktrin Taktik dan Teknik Operasi Pengamanan Jalur
Pelayaran dan Penerbangan.

f) Operasi Pengamanan Obyek Vital Nasional. Operasi


pengamanan obyek vital merupakan operasi gabungan terpadu yang
dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu Pengamanan
Obyek Vital untuk melindungi obyek vital dengan mengerahkan
kekuatan TNI secara gabungan dan terpadu dengan kekuatan sipil,
instansi pemerintah dan Polri. Penjabaran tentang operasi
pengamanan obyek vital secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan
Teknik tentang Operasi pada Operasi Gabungan Terpadu
Pengamanan Obyek Vital Nasional DT 021207.

g) Operasi Penanggulangan Bencana. Operasi penanggulangan


bencana merupakan operasi gabungan terpadu yang dilaksanakan
oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu penanggulangan bencana
untuk menanggulangi bencana yang menimpa masyarakat dengan
mengerahkan kekuatan TNI secara gabungan dan terpadu dengan
kekuatan sipil, instansi pemerintah dan Polri. Penjabaran tentang
operasi penanggulangan bencana secara rinci diatur dalam Doktrin
Taktik dan Teknik tentang Operasi pada Operasi Gabungan Terpadu
Penanggulangan Bencana DT 021208.

h) Operasi Penanggulangan Wabah Penyakit. Operasi


penanggulangan wabah penyakit merupakan operasi gabungan
terpadu yang dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu
Penanggulangan Wabah Penyakit untuk mendukung pemberantasan
wabah penyakit yang mengancam masyarakat dengan mengerahkan
kekuatan TNI secara gabungan dan terpadu dengan kekuatan sipil,
instansi pemerintah dan Polri. Penjabaran tentang operasi
penanggulangan wabah penyakit secara rinci diatur dalam Doktrin
Taktik dan Teknik tentang Operasi pada Operasi Gabungan Terpadu
Penanggulangan Wabah Penyakit DT 021210.

i) Operasi Pengamanan VVIP. Operasi pengamanan VVIP


merupakan operasi gabungan terpadu yang dilaksanakan oleh
Komando Tugas Gabungan Terpadu Pengamanan VVIP untuk
mengamankan pejabat VVIP dan tamu negara setingkat kepala
negara dengan mengerahkan kekuatan TNI secara gabungan dan
terpadu dengan kekuatan sipil, instansi pemerintah dan Polri.
Penjabaran tentang operasi pengamanan VVIP secara rinci diatur
dalam Doktrin Taktik dan Teknik tentang Operasi pada Operasi
Gabungan Terpadu Pengamanan VVIP DT 0212012.

j) Operasi Pengamanan Wilayah Perbatasan. Operasi


pengamanan wilayah perbatasan merupakan operasi gabungan
terpadu yang dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu
Pengamanan Wilayah Perbatasan untuk mengamankan wilayah
perbatasan dengan mengerahkan kekuatan TNI secara gabungan
15

dan terpadu dengan kekuatan sipil, instansi pemerintah dan Polri.


Penjabaran tentang operasi pengamanan wilayah perbatasan secara
rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan Teknik Operasi Pengamanan
Wilayah Perbatasan.

k) Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan. Operasi


pemberdayaan wilayah pertahanan, merupakan operasi gabungan
terpadu yang dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan untuk mengembangkan dan
memberdayakan potensi pertahanan dengan mengerahkan kekuatan
TNI secara gabungan dan terpadu dengan kekuatan sipil, instansi
pemerintah dan Polri. Penjabaran tentang operasi pemberdayaan
wilayah pertahanan secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan
Teknik Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan.

l) Operasi Dukungan TNI Kepada Pemerintah di Daerah.


Operasi dukungan TNI kepada pemerintah di daerah merupakan
operasi gabungan terpadu yang dilaksanakan oleh Komando Tugas
Gabungan Terpadu Dukungan TNI kepada pemerintah untuk
mendukung pelaksanaan program pembangunan di daerah-daerah
dengan mengerahkan kekuatan TNI secara gabungan dan terpadu
dengan kekuatan sipil, instansi pemerintah dan Polri. Penjabaran
tentang operasi dukungan TNI kepada pemerintah di daerah secara
rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan Teknik Operasi Dukungan TNI
Kepada Pemerintah di Daerah.

2) Operasi Gabungan Bersama (Combine Operations). Operasi


gabungan bersama merupakan pengerahan kekuatan dan kemampuan TNI
yang dilakukan oleh Komando Tugas Gabungan Bersama (Kogasgabma)
Tentara Nasional Indonesia dengan melibatkan satuan-satuan TNI secara
gabungan bersama-sama dengan angkatan bersenjata negara lain, baik
secara bilateral (Bilateral Joint Combine Operations) maupun multilateral
(Multilateral Joint Combine Operations) untuk mengatasi gangguan
keamanan, pemeliharaan perdamaian, penanggulangan bencana dan
dukungan kesehatan. Jenis-jenis operasi gabungan bersama antara lain:

a) Operasi Gabungan Bersama Pengamanan Perbatasan Darat,


Laut dan Udara. Operasi gabungan bersama pengamanan
perbatasan darat, laut dan udara, merupakan operasi gabungan
bersama yang dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan
Bersama Pengamanan Perbatasan untuk mengamankan wilayah
perbatasan diantara kedua negara dengan mengerahkan kekuatan
TNI secara gabungan dan bersama-sama dengan angkatan
bersenjata negara tetangga. Penjabaran tentang operasi
pengamanan perbatasan secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan
Teknik Operasi Pengamanan Perbatasan pada Operasi Pamtas Darat
DT 021302, Operasi Pamtas Laut DT 021303, dan Operasi Pamtas
Udara DT 021304.

b) Operasi Gabungan Bersama Dukungan Pengungsian dan


Evakuasi Darat, Laut dan Udara. Operasi gabungan bersama
dukungan pengungsian dan evakuasi darat, laut dan udara,
16

merupakan operasi gabungan bersama yang dilaksanakan oleh


Komando Tugas Gabungan Bersama penanggulangan pengungsian
dan evakuasi untuk menanggulangi akibat bencana yang menimpa
masyarakat. Bencana dapat berupa bencana alam maupun bencana
non-alam, dengan mengerahkan kekuatan TNI secara gabungan
bersama dengan kekuatan angkatan bersenjata negara lain.
Penjabaran tentang operasi secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik
dan Teknik Operasi Dukungan Pengungsian dan Evakuasi pada
operasi Evakuasi Darat DT 021304, operasi Evakuasi Laut DT
021305, dan operasi Evakuasi Udara DT 021306.

c) Operasi Gabungan Bersama Dukungan Kesehatan. Operasi


gabungan bersama dukungan kesehatan merupakan Komando Tugas
bersama dalam memberikan dukungan kesehatan kepada
masyarakat disuatu wilayah, sehingga terwujudnya kesejahteraan
kesehatan masyarakat yang diharapkan. Organisasi ini merupakan
organisasi bentukan yang dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan
hasil ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP untuk
mendukung pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
kesehatan bagi masyarakat. Penjabaran tentang operasi secara rinci
diatur dalam Doktrin Taktik dan Teknik Operasi pada Operasi
Gabungan Bersama Dukungan Kesehatan DT 021307.

d) Operasi Gabungan Bersama Rehabilitasi Akibat Bencana.


Operasi gabungan bersama rehabilitasi akibat bencana merupakan
operasi gabungan bersama dalam rehabilitasi akibat bencana yang
melibatkan TNI dengan angkatan bersenjata negara-negara lain,
untuk mengurangi dampak dan akibat bencana alam, ataupun
bencana akibat ulah manusia. Operasi yang dilaksanakan ditujukan
untuk dapat memberikan bantuan secepat-cepatnya guna dapat
menyelamatkan jiwa manusia sebanyak-banyaknya sekaligus
mengurangi korban jiwa dan harta benda, penjabaran tentang operasi
secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan Teknik Operasi pada
Operasi Gabungan Bersama Rehabilitasi Akibat Bencana DT 021308.

e) Operasi Gabungan Bersama Pemeliharaan Perdamaian


Dunia. Operasi gabungan bersama pemeliharaan perdamaian dunia
merupakan suatu bentuk operasi yang melibatkan TNI, instansi
pemerintah dan lembaga terkait dengan angkatan bersenjata negara-
negara lain, dalam rangka mendukung operasi pemeliharaan
perdamaian dunia. Operasi pemeliharaan perdamaian yang dilakukan
berkaitan dengan kepentingan dari kelompok-kelompok yang bertikai,
dibentuk untuk memonitor dan memfasilitasi pelaksanaan perjanjian,
gencatan senjata atau perjanjian lain guna mendukung upaya
diplomatik untuk mencapai penyelesaian politik jangka panjang.
Kewenangan dalam pengerahan satuan TNI yang akan dilibatkan
dalam pelaksanaan operasi pemeliharaan perdamaian berada pada
Panglima TNI atas keputusan Presiden dan persetujuan DPR.
Penjabaran tentang operasi pemeliharaan perdamaian dunia secara
rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan Teknik pada Operasi Gabungan
Bersama Pemeliharaan Perdamaian Dunia DT 021309.
17

3) Operasi Gabungan Bersama Terpadu(Joint-Combine-Interagency


Operations). Operasi gabungan bersama terpadu merupakan pengerahan
kekuatan dan kemampuan yang dilakukan oleh Komando Tugas Gabungan
Bersama Terpadu (Kogasgabmapad) TNI dengan melibatkan satuan-satuan
secara gabungan bersama-sama dengan angkatan bersenjata negara lain,
baik secara bilateral (Bilateral Joint-Combine-Interagency Operations)
maupun multilateral (Multilateral Joint-Combine-Interagency Operations) dan
terpadu dengan instansi sipil baik dari dalam maupun luar negeri untuk
penanggulangan bencana atau untuk dukungan kesehatan. Jenis-jenis
operasi gabungan bersama terpadu antara lain:

a) Operasi Gabungan Bersama Terpadu Penanggulangan


Bencana Banjir. Merupakan operasi yang dilaksanakan oleh
Komando Tugas Gabungan Bersama Terpadu penanggulangan
bencana Banjir untuk menanggulangi bencana banjir yang menimpa
masyarakat dengan mengerahkan kekuatan TNI secara gabungan
terpadu dengan kekuatan sipil, instansi pemerintah, Polri, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan komponen masyarakat lainnya,
beserta Angkatan Bersenjata negara lain dan masyarakat
internasional atau LSM internasional. Penjabaran tentang operasi
penanggulangan bencana secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan
Teknik tentang Operasi pada Operasi Gabungan Bersama Terpadu
Penanggulangan Bencana Banjir DT 021401;

b) Operasi Gabungan Bersama Terpadu Penanggulangan


Bencana Gempa Bumi. Merupakan operasi gabungan yang
dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan Bersama Terpadu
penanggulangan bencana gempa bumi untuk menanggulangi
bencana gempa bumi yang menimpa masyarakat dengan
mengerahkan kekuatan TNI secara gabungan terpadu dengan
kekuatan sipil, instansi pemerintah, Polri, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan komponen masyarakat lainnya, beserta
angkatan bersenjata negara lain dan masyarakat internasional atau
LSM internasional. Penjabaran tentang operasi penanggulangan
bencana gempa bumi secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan
Teknik tentang Operasi pada Operasi Gabungan Bersama Terpadu
Penanggulangan Gempa Bumi DT 021402;

c) Operasi Gabungan Bersama Terpadu Penanggulangan


Bencana Gunung Meletus. Merupakan operasi gabungan yang
dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan Bersama Terpadu
penanggulangan bencana gunung meletus untuk menanggulangi
bencana gunung meletus yang menimpa masyarakat dengan
mengerahkan kekuatan TNI secara gabungan terpadu dengan
kekuatan sipil, instansi pemerintah, Polri, Lembaga Swadaya
Masyarakat(LSM) dan komponen masyarakat lainnya, beserta
angkatan bersenjata negara lain serta masyarakat internasional atau
LSM internasional. Penjabaran tentang operasi penanggulangan
bencana gunung meletus secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan
Teknik tentang Operasi pada Operasi Gabungan Bersama Terpadu
Penanggulangan Bencana Gunung Meletus DT 021403;
18

d) Operasi Gabungan Bersama Terpadu Penanggulangan


Bencana Tsunami. merupakan operasi gabungan terpadu yang
dilaksanakan oleh Komando Tugas Gabungan Bersama Terpadu
penanggulangan bencana Tsunami untuk menanggulangi bencana
Tsunami yang menimpa masyarakat dengan mengerahkan kekuatan
TNI secara gabungan terpadu dengan kekuatan sipil, instansi
pemerintah, Polri, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
komponen masyarakat lainnya, beserta angkatan bersenjata negara
lain dan masyarakat internasional atau LSM internasional.
Penjabaran tentang operasi penanggulangan bencana Tsunami
secara rinci diatur dalam Doktrin Taktik dan Teknik tentang Operasi
pada Operasi Gabungan Bersama Terpadu Penanggulangan
Bencana Tsunami DT 021404; dan

e) Dan lain-lain (sesuai tuntutan tugas yang dihadapi/hasil


Analisa Tugas Pokok).

13. Organisasi Komando Gabungan. Pengoorganisasian Kogab dan Kogasgab TNI


disusun berdasarkan analisa ancaman kekuatan dan kemampuan musuh yang dihadapi,
analisa kekuatan dan kemampuan sendiri dan analisa daerah operasi. Pengoorganisasian
dimaksudkan agar pengerahan kekuatan TNI dalam menyelenggarakan operasi
gabungan dalam rangka OMP atau OMSP, sesuai dengan strata operasi dan tujuan yang
ingin dicapai, sehingga pengerahan kekuatan TNI baik personel maupun alutsista sesuai
dengan kebutuhan dan tidak berlebihan. Kogab TNI merupakan suatu Komandoyang
dibentuk Permanen dan dipimpin oleh seorang Pangkogab, selanjutnya Komando
Gabungan TNI dapat bersifat Komando Kewilayahan dan Komando Fungsional.

a. Komando Gabungan Atas Dasar Kewilayahan. Komando Gabungan


Atas Dasar Kewilayahan merupakan suatu Komando Gabungan yang dibentuk dari
unsur-unsur Bala Pertahanan Kewilayahan sebagai gelar kekuatan dan pertahanan
permanen di suatu wilayah. Wewenang dan tanggung jawabnya adalah
melaksanakan fungsi militer tertentu dalam wilayah yang dipertanggung jawabkan
kepadanya. Contohnya Kogabwil.

b. Komando Gabungan Atas Dasar Fungsi. Komando Gabungan Atas


Dasar Fungsi merupakan suatu Komando Gabungan yang dibentuk dari unsur-
unsur Bala Pertahanan Pusat dan Kewilayahan dengan komposisi kemampuan
fungsional masing-masing unsur sesuai kebutuhan operasi. Wewenang dan
tanggung jawabnya adalah melaksanakan fungsi militer tertentu atau kampanye
militer yang tidak terkait dengan wilayah tertentu. Contohnya adalah Kohanudnas.

14. Pembentukan Kogasgab. Wewenang pembentukan Kogasgab dari proses


perencanaan sampai dengan pengakhiran berada pada Pangkogab atas persetujuan
Panglima TNI. Pembentukan Kogasgab dilaksanakan setelah analisa tugas pokok Kogab
yang berdasarkan potensi dan bentuk ancaman yang akan dihadapi, tugas-tugas, letak
dan bentuk geografi daerah operasi atau mandala perang, serta fungsi militer tertentu.
Kogasgab merupakan suatu komando bagian dari Kogab, dibentuk secara temporer
dengan tugas pokok untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu dan dalam jangka waktu
yang terbatas, berada di bawah pimpinan seorang Pangkogasgab dan operasionalnya
langsung berada di bawah komando dan kendali Pangkogab. Unsur-unsur dari Kogasgab
terdiri atas dua angkatan atau lebih, dan bilamana tugas telah selesai dilaksanakan,
19

Komando tugas tersebut dibubarkan.Struktur organisasi Kogab dan Kogasgab terlampir


(lampiran A).

15. Pembentukan Komando Gabungan Khusus (Kogabsus). Merupakan suatu


Komando yang dibentuk bersarkan fungsi secara khusus untuk melaksanakan tugas-
tugas khusus/tertentu, seperti pembentukan Komando tugas Gabungan Pasukan Khusus
yang komposisinya terdiri atas satu komponen angkatan sebagai inti yang diperkuat dan
dibantu oleh komponen angkatan lain, yang operasionalnya berada di bawah Komando
dan Kendali seorang Panglima. Kogabsus dibentuk oleh Panglima TNI atas persetujuan
Presiden RI. Struktur pengoorganisasiannya Komando Gabugan Khusus, berdasarkan
hasil analisa tugas pokok.

16. Pembentukan Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad).


Merupakan suatu komando yang dibentuk secara terpadu, yang melibatkan unsur TNI
(satu angkatan ataupun lebih) untuk mendukung pemerintah/otoritas sipil, dalam rangka
Operasi Militer Selain Perang, terutama untuk tugas-tugas operasi penanggulangan akibat
bencana, aksi terorisme, aksi separatisme, pemberontakan bersenjata dan lain-lain.
Organisasi yang dibentuk dapat melibatkan beberapa Instansi Pemerintah, Kepolisian
Negara RI, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga terkait dan berbagai badan
kemanusiaan baik nasional maupun internasional. Kogasgabpad yang dibentuk, dapat
dipimpin oleh pejabat militer ataupun pejabat sipil yang ditunjuk sesuai dengan keputusan
pemerintah. Panglima TNI bertanggung jawab dalam menetapkan dan mengerahkan
satuan-satuan TNI yang akan dilibatkan dalam Kogasgabpad. Struktur organisasi
terlampir (Lampiran B).

17. Perencanaan Operasi Gabungan.

a. Perencanaan Operasi Gabungan Dalam Rangka OMP (Kampanye


Militer dan Operasi Gabungan Utama). Perencanaan operasi gabungan
dalam rangka OMP, meliputi proses perencanaan kampanye militer dan proses
perencanaan operasi gabungan utama. Perencanaan Kampanye merupakan
proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pangkogab beserta Staf untuk
menyusun Rencana Kampanye Militer (Military Campaign Plan). Kampanye militer
direncanakan, dipersiapkan, dilaksanakan dan diakhiri oleh Pangkogab sesuai
dengan arahan yang dirumuskan pada strata strategi militer berdasarkan kebijakan
Panglima TNI dan keputusan politik negara. Perencanaan kampanye militer terdiri
atas tiga bentuk yaitu perencanaan yang dipersiapkan (perencanaan pada masa
damai) untuk menyusun rencana kontinjensi (Contingency Plan) dalam rangka
menghadapi kontinjensi, perencanaan pada saat krisis (Crisis Response Plan)
yang merupakan dinamika dan kelanjutan dari rencana kontinjensi yang
dipersiapkan. Proses perencanaan yang disiapkan pada masa damai akan
berlanjut sampai perencanaan pada saat krisis, sehingga proses perencanaan
tersebut dapat menjadi satu kesatuan proses perencanaan yang berlanjut.
Walaupun demikian, dapat pula terjadi proses perencanaan yang tersendiri dan
bukan sebagai lanjutan dari proses perencanaan pada masa damai. Hal ini
dimungkinkan jika kontinjensi yang terjadi tidak diantisipasi sebelumnya, maka
proses perencanaan dilaksanakan pada saat terjadi krisis.

1) Perencanaan Kampanye Militer Yang Dipersiapkan. Perencanaan


Kampanye militer yang dipersiapkan umumnya dilaksanakan dalam
keadaan damai, untuk menghadapi kontinjensi berdasarkan informasi yang
tersedia dan alokasi kekuatan yang ada serta dukungan sumber daya yang
20

didistribusikan. Perencanaan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai asumsi


terkait dengan keadaan politik dan militer yang timbul. Berdasarkan
pengalaman, perencanaan kampanye militer dan proses pengambilan
keputusan di masa damai, memerlukan waktu antara 18 (delapan belas)
sampai 24 (dua puluh empat) bulan, bahkan bisa lebih (5 Tahun);

2) Perencanaan Pada Saat Krisis (Crisis Response Plan) merupakan


dinamika dan kelanjutan dari rencana kontinjensi yang dipersiapkan.
Perencanaan kampanye militer pada masa krisis merupakan varian dari
asumsi perencanaan yang dipersiapkan atau dapat pula dikatakan sebagai
kelanjutan dari perencanaan kampanye militer yang dipersiapkan, dan
merupakan salah satu ketentuan militer yang didalamnya mencakup suatu
reaksi militer. Proses perencanaan ini dan proses pengambilan keputusan
berlangsung dalam hitungan minggu dan hari, karena merupakan kelanjutan
dari proses perencanaan yang dipersiapkan dalam rangka updating atau
revisi karena situasi yang berkembang;

3) Perencanaan kampanye militer yang tidak dipersiapkan.


Perencanaan kampanye militer yang tidak dipersiapkan menyangkut
penyelenggaraan kampanye militer untuk menghadapi kontinjensi-
kontinjensi yang tidak dipersiapkan sebelumnya dan terjadi dengan tiba-tiba.
Perencanaan kampanye militer ini, dimasa krisis berawal ketika suatu
kejadian penting terkait keamanan nasional dilaporkan kepada lembaga
(badan-badan) negara yang resmi dan berakhir pada saat krisis berhasil
diselesaikan atau pasukan telah ditarik dari wilayah krisis. Kontinjensi
tersebut meliputi kontinjensi akibat ancaman kekuatan militer asing,
kerawanan akibat perkembangan keamanan nasional yang berubah dengan
sangat cepat ataupun akibat adanya bencana yang berskala nasional yang
tidak pernah diasumsikan sebelumnya. Proses perencanaan kampanye
militer yang tidak dipersiapkan ini dan proses pengambilan keputusan
berlangsung dalam hitungan hari dan jam.

b. Perencanaan Operasi Gabungan Dalam Rangka OMSP(Operasi


Gabungan Terpadu, Operasi Gabungan Bersama dan Operasi Gabungan
Bersama Terpadu).

1) Operasi Gabungan Terpadu. Perencanaan operasi gabungan terpadu


TNI melibatkan kementerian/instansi nasional terkait lainnya, sehingga lebih
diarahkan pada tugas-tugas perbantuan/dukungan TNI kepada pemerintah
(otoritas sipil). Panglima TNI menunjuk Panglima/Komandan Komando
Gabungan Terpadu dan mengerahkan satuan-satuan TNI yang diperlukan
untuk mendukung keberhasilan operasi yang dilaksanakan.
Panglima/Komandan operasi gabungan terpadu dalam proses perencanaan
harus memahami kemampuan dan batas kemampuan setiap satuan dan
unsur kementerian/instansi terkait lainnya yang terlibat termasuk budaya
dan proses perencanaan yang ada pada instansi tersebut, hal ini untuk
dapat mengintegrasikan kekuatan sipil-militer yang ada di bawah komando
operasinya, di bawah kendali operasinya atau di bawah koordinasinya, guna
mewujudkan kesatuan upaya dalam rangka mencapai sasaran operasi.
Langkah-langkah perencanaan operasi gabungan terpadu dapat
dikoordinasikan dengan unsur-unsur yang terlibat dalam operasi tersebut.
21

2) Operasi Gabungan Bersama. Perencanaan Operasi dilaksanakan


secara gabungan bersama dengan kekuatan militer negara sahabat dan
mengacu pada strategi militer yang disusun berdasarkan kepentingan
bersama, sebagai wujud dari perjanjian yang diatur oleh hukum nasional
dan internasional, dibuat secara tertulis oleh dengan angkatan bersenjata
negara sahabat serta menimbulkan hak dan kewajiban yang dipikul
bersama. Proses/langkah-langkah perencanaan operasi diatur secara rinci
sesuai dengan strata kepentingan, yang dituangkan dalam nota
kesepahaman kerjasama berupa MOU, Defence Agreement dan SOP. Pada
prinsipnya proses perencanaan tersebut harus tetap berpedoman kepada
prinsip-prinsip perencanaansecara umum dengan tetap memperhatikan
prinsip-prinsip kerjasama pertahanan serta membangun rasa saling percaya
antar kedua negara.

3) Operasi Gabungan Bersama Terpadu. Perencanaan operasi


gabungan bersama terpadu bertujuan untuk menjamin keterpaduan dalam
pelaksanaan operasi, dalam rangka pencapaian sasaran bersama. Operasi
gabungan bersama terpadu multinasional merupakan hasil proses
perencanaan dari perjanjian resmi antara pihak yang terlibat, dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang
saling menguntungkan.

18. Proses Pengambilan Keputusan Dalam Operasi Gabungan. Tataran


kewenangan dalam proses pengambilan keputusan pada penyelenggaraan operasi
gabungan (operasi gabungan dalam rangka OMP maupun OMSP), diatur menurut
kedudukannya dalam sistem nasional. Lingkup kewenangan dalam proses pengambilan
keputusan harus menyesuaikan dengan strata strategi masing-masing. Proses
pengambilan keputusan pada tataran komando gabungan dalam rangka penyelenggaraan
OMP (kampanye militer atau operasi gabungan utama),meliputi metoda pengambilan
keputusan cara militer. Proses pengambilan keputusan militer/ PPKM (Military Decision
Making Process/ MDMP), merupakan cara untuk mengetahui bagaimana mengambil
keputusan, kapan dan apa yang diputuskan, termasuk didalamnya untuk mengetahui
resiko dan konsekuensi dari keputusan yang diambil. Keputusan merupakan pernyataan
Panglima/ Komandan yang memberikan gambaran tentang operasi yang akan
dilaksanakan, sehingga mencapai sasaran yang diharapkan. Sedangkan proses
pengambilan keputusan militer/ PPKM (Military Decision Making Process/ MDMP), dalam
rangka penyelenggaraan OMSP akan diatur tersendiri. Tataran kewengangan dalam
pengambilan keputusan pada penyelenggaraan operasi gabungan (kampanye militer dan
operasi gabungan) diatur menurut kedudukannya dalam sistem nasional. Lingkup
kewenangan dalam pengambilan keputusan harus menyesuaikan dengan strata strategi
masing-masing. Strata pengambilan keputusan analog dengan strata perang dengan
strata pengambilan keputusan. Skema tentang strata dan visualisasi proses pengambilan
keputusan dapat dilihat pada lampiran (Lampiran C-1,C-2, dan C-3).

19. Wilayah Operasi Gabungan.

a. Wilayah Operasi Gabungan Dalam Rangka OMP. Wilayah operasi


gabungan dalam rangka OMP adalah suatu wilayah yang ditetapkan sebagai
mandala perang di wilayah darat, laut, udara, atau darat-udara atau laut-udara.
Untuk penyelenggaraan suatu operasi tempur mandala perang dibagi menjadi dua
daerah, yaitu:
22

1) Daerah Belakang. Daerah belakang adalah bagian dari wilayah


nasional di dalam mandala perang yang tidak termasuk dalam mandala
operasi. Pada dasarnya daerah belakang merupakan daerah yang relatif
aman untuk digunakan sebagai tempat penyiapan kekuatan tempur dan
dukungan administrasi yang diperlukan untuk operasi; dan

2) Mandala Operasi. Mandala operasi adalah bagian dari mandala


perang yang diperlukan bagi operasi militer yang bersifat defensif atau
ofensif termasuk kegiatan administrasi yang berhubungan dengan operasi,
dapat dibentuk di dalam wilayah dan atau di luar wilayah nasional dan dibagi
menjadi dua daerah, yaitu:

a) Daerah Tempur (Rahpur). Rahpur adalah bagian dari


mandala operasi yang digunakan oleh satuan tempur darat, laut dan
udara untuk melaksanakan pertempuran. Rahpur dibagi menjadi dua
daerah, yakni daerah tempur depan (Rahpurpan) dan daerah
perbekalan (Rahbek); dan

b) Daerah Komunikasi (Rahkom). Rahkom adalah bagian


belakang mandala operasi yang digunakan sebagai tempat instalasi-
instalasi administrasi pendukung operasi di Rahpur.

b. Wilayah Operasi Dalam Rangka OMSP. Wilayah operasi gabungan dalam


rangka OMSP pada prinsipnya meliputi batas-batas wilayah baik di dalam negeri
maupun di luar negeri yang ditentukan oleh pemerintah.

BAB III
PENYELENGGARAAN OPERASI GABUNGAN TNI

20. Umum. Penyelenggaraan operasi gabungan TNI meliputi seluruh strata, mulai
dari strata strategis (Grand Strategy dan Sub-Grand Strategy), strata operasional sampai
dengan strata taktis. Pada strata grand strategy diawali dengan dikeluarkannya direktif
Presiden RI, pada strata sub-grand strategy ditindaklanjuti dengan direktif Panglima TNI,
pada strata operasional ditindaklanjuti dengan direktif Panglima Komando Gabungan TNI
(Pangkogab TNI) dan pada strata taktis ditindaklanjuti dengan direktif Panglima Komando
Tugas Gabungan (Pangkogasgab) sesuai bentuk, macam dan jenis operasi kepada para
Komandan Satuan Tugas sampai dengan Komandan Unsur Pelaksana di tingkat paling
bawah. Oleh karena itu pada setiap strata tersebut harus ditentukan secara jelas dan
tegas organisasinya, kegiatan operasinya, serta wewenang tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pedoman berpikir dalam penyelenggaraan operasi gabungan TNI.

21. Operasi Militer Perang.

a. Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan OMP adalah TNI yang


dipimpin oleh Panglima TNI.

b. Kegiatan. Kegiatan OMP dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

1) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya rencana OMP,


dilaksanakan di Mabes TNI. Rencana OMP TNI terdiri atas rencana
23

kontinjensi OMP(Contingency Plan) dan rencana pelaksanaan OMP (Action


Plan).
a) Penyusunan Rencana Kontinjensi OMP. Rencana kontinjensi
OMP disusun oleh Dewan Strategi TNI yang diketuai oleh Panglima
TNI pada saat kondisi damai. Leading sector penyelenggara adalah
Staf Perencanaan; dan

b) Penyusunan Rencana Pelaksanaan OMP. Rencana


pelaksanaan OMP merupakan penyempurnaan dari rencana
kontinjensi OMP yang sudah dibuat. Rencana pelaksanaan OMP
disusun oleh Dewan Strategi TNI yang diketuai oleh Panglima TNI
setelah terjadi eskalasi keadaan meningkat dan Presiden RI
mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap).
Leading sector penyelenggara adalah Staf Operasi.

2) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan dan


kemampuan TNI.

a) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan kemampuan


TNI dilaksankan melalui pembangunan dan penggelaran kekuatan
yang mengacu kepada Rencana Kontinjensi OMP; dan

b) Pada saat eskalasi keadaan meningkat, penyiapan kekuatan


dan kemampuan TNI mengacu kepada Rencana Pelaksanaan OMP.

3) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya OMP, yaitu dimulai


setelah Presiden mengeluarkan Perintah Perang.

4) Pengakhiran. Operasi militer perang berakhir setelah dikeluarkan


Perintah Pengakhiran oleh Presiden RI dan dilanjutkan dengan
menyelenggarakan OMSP untuk proses rehabilitasi, rekonstruksi dan
stabilisasi.

c. Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

1) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan OMP secara


penuh berada di tangan Panglima TNI.

2) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Panglima TNI dibantu oleh para Kepala Staf Angkatan, Staf Mabes TNI dan
Kabalakpus TNI.

3) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan OMP pada


strata operasional dilaksanakan oleh Panglima Komando Gabungan
(Pangkogab) TNI dengan menyelenggarakan kampanye militer.

4) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan OMP pada


strata taktis dilaksanakan oleh Panglima Komando Tugas Gabungan
(Pangkogasgab) TNI dengan menyelenggarakan operasi gabungan.
24

22. Kampanye Militer.

a. Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan Kampanye Militer adalah


Komando Gabungan TNI yang dipimpin oleh Panglima Komando Gabungan TNI /
Pangkogab TNI sesuai (Lampiran A).

b. Kegiatan. Kegiatan Kampanye Militer dilaksanakan dalam empat tahap,


yaitu:

1) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya rencana


kampanye militer, dilaksanakan di Markas Komando Gabungan (Makogab)
TNI. Rencana Kampanye Militer terdiri atas Rencana Kontinjensi Kampanye
Militer dan Rencana Pelaksanaan Kampanye Militer, perencanaan dilakukan
melalui proses pengambilan keputusan militer oleh Panglima/Komandan dan
Staf Komando Gabungan secara bersama dan sejajar antara Komando
Gabungan dengan Komando Gabungan bawahannya, serta berkoordinasi
dengan Komando Samping. Perencanaan kampanye (Campaign Planning)
menggambarkan tiga bentuk perencanaan, yaitu proses perencanaan
kampanye yang dipersiapkan untuk menghadapi ancaman kontinjensi,
perencanaan kampanye pada saat krisis dan perencanaan kampanye
tersendiri yang tidak dipersiapkan sebelumnya. (Gambar Lampiran E).

a) Penyusunan Rencana Kontinjensi Kampanye Militer. Rencana


Kontinjensi Kampanye Militer disusun oleh Staf Kogab TNI yang
dipimpin Pangkogab TNI pada saat keadaan damai. Leading sector
penyelenggara adalah Staf Perencanaan Kogab TNI.

b) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kampanye Militer.


Rencana Pelaksanaan kampanye Militer merupakan penyempurnaan
dari Rencana Kontinjensi Kampanye Militer yang sudah dibuat.
Rencana Pelaksanaan kampanye Militer disusun oleh Staf Kogab TNI
yang diketuai oleh Pangkogab TNI setelah terjadi eskalasi keadaan
meningkat dan Panglima TNI mengeluarkan Direktif Persiapan
(Perintah Persiapan/Prinsiap). Leading sector penyelenggara adalah
Staf Operasi Kogab TNI.

c) Proses perencanaan yang disiapkan pada saat damai akan


berlanjut sampai perencanaan pada saat krisis, sehingga perlu
adanya penyatuan kedua proses tersebut walaupun demikian proses
perencanaan pada saat krisis dapat dilaksanakan tanpa adanya
rencana yang dipersiapkan jika kontinjensi yang terjadi tidak
diantisipasi sebelumnya.

d) Proses Pengambilan Keputusan Militer (PPKM) dalam


perencanaan operasi gabungan TNI dilaksanakan melalui proses
Biltus militer 14 (empat belas) langkah sebagai berikut:

(1) Langkah Pertama, “Menerima Tugas”;

(2) Langkah Kedua, “Melakukan Analisa Tugas Pokok”;


25

(3) Langkah Ketiga, “Melaksanakan Rapat Pendahuluan


berupa Briefing Analisa Tugas oleh Staf Kepada Panglima”;

(4) Langkah Keempat, “Penyampaian Petunjuk


Perencanaan Pangkogab dan Penyampaian Perintah Prinsiap
kepada satuan bawah”;

(5) Langkah Kelima, “Pengembangan CB”;

(6) Langkah Keenam, “Analisa CB (Olah Yudha)”;

(7) Langkah Ketujuh, “Perbandingan CB”;

(8) Langkah Kedelapan, “Briefing Keputusan CB (Staf dan


Pemilihan CB terbaik)”;

(9) Langkah Kesembilan, “Keputusan dan Konsep Umum


Operasi”;

(10) Langkah Kesepuluh, “Penyusunan RGB”;

(11) Langkah Kesebelas, “Penyusunan Konsep RO”;

(12) Langkah Keduabelas, “Uji RO/TFG/TTP/TAMG”;

(13) Langka Ketigabelas, “Susun Naskah RO yang sudah


diuji”; dan

(14) Langkah Keempatbelas, “ Supervisi dan Feedback”.

Penjelasan lebih rinci tentang Proses Pengambilan Keputusan


Militer (PPKM) pada setiap langkah akan dijabarkan dan diatur dalam
Bujuklak tentang PPKM pada perencanaan Operasi
Gabungan/Kampanye Militer.

2) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan dan


kemampuan Kogab TNI.

a) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan kemampuan


Kogab TNI dilaksanakan melalui pembangunan dan penggelaran
kekuatan yang mengacu kepada Rencana Kontinjensi Kampanye
Militer; dan

b) Pada saat eskalasi keadaan meningkat, penyiapan kekuatan


dan kemampuan Kogab TNI mengacu kepada Rencana
Pelaksanaan Kampanye Militer.

3) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya Kampanye Militer,


yaitu dimulai setelah Panglima TNI mengeluarkan Perintah Pelaksanaan
Kampanye Militer.
26

4) Pengakhiran. Kampanye Militer berakhir setelah dikeluarkan.


Perintah Pengakhiran oleh Panglima TNI dan dilanjutkan dengan
menyelenggarakan Operasi Gabungan Selain Perang dalam rangka proses
rehabilitasi, rekonstruksi dan stabilisasi.

c. Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

1) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan Kampanye


Militer berada pada Pangkogab TNI.

2) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogab TNI dibantu oleh para Staf Kogab TNI.

23. Operasi Gabungan Utama (Major Joint Operation). Operasi Gabungan Utama
merupakan Komando tugas gabungan TNI yang dipimpin oleh Panglima Komando Tugas
Gabungan (Pangkogasgab).

a. Operasi Udara Gabungan.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi udara


gabungan adalah Komando Tugas Udara Gabungan (Kogasudgab).
Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh
Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP. Pembentukan organisasi dimulai
pada saat kondisi damai dengan membentuk kerangka organisasi yang
ditempatkan pada Posko Pusat Kampanye Kogab TNI. Pembentukan
organisasi secara penuh dilaksanakan setelah dikeluarkannya Perintah
Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh Panglima
Komando Tugas Udara Gabungan (Pangkogasudgab).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi udara gabungan dilaksanakan dalam


empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Udara Gabungan, dilaksanakan di Posko Kogasudgab yang
berada di Makogab TNI. Rencana Operasi terdiri atas Rencana
Kontinjensi Operasi Udara Gabungan dan Rencana Pelaksanaan
Operasi Udara Gabungan.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Udara


Gabungan. Renkon disusun pada saat kondisi damai oleh Staf
kerangka Kogasudgab yang dipimpin oleh pejabat
Pangkogasudgab yang ditunjuk. Leading sector penyusunan
Renkon adalah Staf Perencanaan Kerangka Kogasudgab.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi Udara


Gabungan. Renlaks merupakan penyempurnaan dari Renkon
yang sudah dibuat. Renlaks disusun oleh Staf Kogasudgab
yang diketuai oleh Pangkogas udara Gabungan setelah terjadi
eskalasi keadaan meningkat dan Pangkogab TNI
mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap).
Leading sector penyusunan Renlaks adalah Staf Operasi
Kogasudgab.
27

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogasudgab.

(1) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogasudgab dilaksanakan melalui pembangunan
dan penggelaran kekuatan yang mengacu kepada
Renkonopsudgab.

(2) Setelah diturunkannya Perintah Persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan
Renlakopsudgab sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogasudgab mengacu kepada Renlaks.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


udara gabungan, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI mengeluarkan
Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi udara gabungan berakhir setelah


dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi udara gabungan berada pada Pangkogas Udara Gabungan.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas Udara Gabungan dibantu oleh para Staf Kogasudgab.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogasudgab.

b. Operasi Laut Gabungan.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi laut


gabungan adalah Komando Tugas Laut Gabungan (Kogaslagab).
Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh
Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP Kogab TNI. Pembentukan
organisasi dimulai pada saat kondisi damai dengan membentuk kerangka
organisasi yang ditempatkan pada Posko Pusat Kampanye Kogab TNI.
Pembentukan organisasi secara penuh dilaksanakan setelah dikeluarkannya
Perintah Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh
Panglima Komando Tugas Laut Gabungan (Pangkogaslagab).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi laut dilaksanakan dalam empat tahap,


yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Laut (Renopsla), dilaksanakan di Posko Kogaslagab yang
berada di Makogab TNI. Renopsla terdiri atas Rencana Kontinjensi
Operasi Laut (Renkon Opsla) dan Rencana Pelaksanaan Operasi
Laut (Renlaks Opsla).
28

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Laut.


Renkon disusun pada saat kondisi damai oleh Staf kerangka
Kogaslagab yang dipimpin oleh pejabat Pangkogaslagab yang
ditunjuk. Leading sector penyusunan renkon adalah Staf
Perencanaan Kerangka Kogaslagab.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi Laut.


Renlaks merupakan penyempurnaan dari Renkon yang sudah
dibuat. Renlaks disusun oleh Staf Kogaslagab yang dipimpin
oleh Pangkogaslagab setelah eskalasi keadaan meningkat dan
Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah
Persiapan/Prinsiap). Leading sector penyusunan Renlaks
adalah Staf Operasi Kogaslagab.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogaslagab.

(1) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogaslagab dilaksanakan melalui pembangunan
dan penggelaran kekuatan yang mengacu kepada
Renkonopsla.

(2) Setelah diturunkannya Perintah Persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan
Renlakopsla sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogaslagab mengacu kepada Renlaks Operasi
Laut.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi laut,


yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi laut berakhir setelah dikeluarkan


Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan dilanjutkan dengan
proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi laut berada pada Pangkogaslagab.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogaslagab dibantu oleh para Staf Kogaslagab.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogaslagab.
29

c. Operasi Lintas Udara.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi lintas udara


adalah Komando Tugas Gabungan Lintas Udara (Kogasgablinud).
Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh
Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP Kogab TNI. Pembentukan organisasi
dimulai pada saat kondisi damai dengan membentuk kerangka organisasi
yang ditempatkan pada Posko Pusat Kampanye Kogab TNI. Pembentukan
organisasi secara penuh dilaksanakan setelah dikeluarkannya Perintah
Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh Panglima
Komando Tugas Lintas Udara Gabungan.

2) Kegiatan. Kegiatan operasi lintas udara dilaksanakan dalam empat


tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Lintas Udara, dilaksanakan di Posko Kogas yang berada di
Makogab TNI. Renops terdiri atas renkon dan renlaks Operasi Lintas
Udara Gabungan.

(1) Penyusunan Renkon Operasi Lintas Udara. Renkon


disusun pada saat kondisi damai oleh Staf kerangka Kogas
yang dipimpin oleh pejabat Pangkoga yang ditunjuk. Leading
sector penyusunan Renkon adalah Staf Perencanaan
Kerangka Kogas Lintas Udara Gabungan.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi Lintas


Udara. Renlaks merupakan penyempurnaan dari Renkon yang
sudah dibuat. Renlaks disusun oleh Staf Kogas yang dipimpin
oleh Pangkogas, setelah eskalasi keadaan meningkat dan
Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah
Persiapan/Prinsiap). Leading sector penyusunan Renlaks
adalah Staf Operasi Kogas Lintas Udara Gabungan.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas.

(1) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogas dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon
Kogasgab Linud.

(2) Setelah diturunkannya Perintah Persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan Renlaks
sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogas
mengacu kepada Renlaks Operasi Kogasgab Linud.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


lintas udara, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI mengeluarkan
Perintah Operasi.
30

d) Pengakhiran. Operasi lintas udara berakhir setelah


dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi lintas udara berada pada Pangkogasgab Linud.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogasgab Linud dibantu oleh para Staf Kogasgab Linud.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang, tugas dan tanggung jawab Pangkogas.

d. Operasi Amfibi.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi Amfibi


adalah Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib). Organisasi ini
merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI
berdasarkan hasil ATP Kogab TNI. Pembentukan organisasi dimulai pada
saat kondisi damai dengan membentuk kerangka organisasi Kogasgabfib
yang ditempatkan pada Posko Kampanye Kogab TNI. Pembentukan
organisasi Kogasgabfib secara penuh dilaksanakan setelah dikeluarkannya
Perintah Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh Panglima
Komando Tugas Gabungan Amfibi (Pangkogasgabfib).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi Amfibi dilaksanakan dalam tiga tahap,


yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Amfibi, dilaksanakan di Posko Kogasfib yang berada di
Makogab TNI. Renopsfib terdiri atas Rencana Kontinjensi Operasi
Amfibi dan Rencana Pelaksanaan Operasi Amfibi;

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Amfibi.


renkon disusun pada saat kondisi damai oleh kerangka Staf
Kogas Amfibi yang dipimpin oleh pejabat Pangkogas yang
ditunjuk. Leading sector penyusunan renkon adalah Staf
Perencanaan Kerangka Kogasfib; dan

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi Amfibi.


Renlaks merupakan penyempurnaan dari Renkon yang sudah
dibuat. Renlaks disusun oleh Staf Kogas Amfibi yang dipimpin
oleh Pangkogas setelah eskalasi keadaan meningkat dan
Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah
Persiapan/Prinsiap). Leading sector penyusunan Renlaks
adalah Staf Operasi Kogas Amfibi.
31

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan.

(1) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan


kemampuan dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon Operasi
Amfibi; dan

(2) Setelah diturunkannya Perintah Persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan Renlaks
operasi sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan kemampuan
Kogas mengacu kepada Renlaks Operasi Amfibi.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


Amfibi, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Perintah
Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi Amfibi berakhir setelah dikeluarkan


Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan dilanjutkan dengan
proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi Amfibi berada pada Pangkogasgabfib;

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogasgabfib dibantu oleh para Staf Kogasgabfib; dan

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogasgabfib.

e. Operasi Pendaratan Administrasi.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi pendaratan


administrasi adalah Komando Tugas Gabungan Pendaratan Administrasi
(Kogasgabratmin). Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang
dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP Kogab TNI.
Pembentukan organisasi dimulai pada saat kondisi damai dengan
membentuk kerangka organisasi Kogasgabratmin yang ditempatkan pada
Posko Kampanye Kogab TNI. Pembentukan organisasi Kogasgabratmin
secara penuh dilaksanakan setelah dikeluarkannya Perintah Persiapan dari
Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas
Gabungan Pendaratan Administrasi (Pangkogasgabratmin).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi pendaratan administrasi dilaksanakan


dalam empat tahap, yaitu:
32

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Pendaratan Administrasi (Renops Ratmin), dilaksanakan di
Posko Kogasgabratmin yang berada di Makogab TNI. Renopsratmin
terdiri atas Rencana Kontinjensi Operasi Pendaratan Administrasi
(Renkon Opsratmin) dan Rencana Pelaksanaan Operasi Pendaratan
Administrasi (Renlaks Opsratmin);

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Pendaratan


Administrasi. Renkon disusun pada saat kondisi damai oleh
kerangka Staf Kogas yang dipimpin oleh pejabat Pangkogas
yang ditunjuk. Leading sector penyusunan Renkon adalah Staf
Perencanaan Kerangka Kogas Ratmingab; dan

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi


Pendaratan Administrasi. Renlaks merupakan penyempurnaan
dari Renkon yang sudah dibuat. Renlaks disusun oleh Staf
Kogasgabratmin yang dipimpin oleh Pangkogasgabratmin
setelah eskalasi keadaan meningkat dan Pangkogab TNI
mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap).
Leading sector penyusunan rencana pelaksanaan adalah Staf
Operasi Kogasgabratmin.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogasgabratmin;

(1) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogas Ratmingab dilaksanakan melalui
pembangunan dan penggelaran kekuatan yang mengacu
kepada Renkon Ops Ratmin; dan

(2) Setelah diturunkannya Perintah Persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan
Renlakopsratmin sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogasgabratmin mengacu kepada Renlaks Ops
Ratmin.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


pendaratan administrasi, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi; dan

d) Pengakhiran. Operasi pendaratan administrasi berakhir


setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi pendaratan administrasi berada pada Pangkogas;

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas; dan
33

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang, tugas dan tanggung jawab Pangkogasgabratmin.

f. Operasi Darat Gabungan.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi darat


adalah Komando Tugas Daratan Gabungan (Kogasratgab). Organisasi ini
merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI
berdasarkan hasil ATP Kogab TNI. Pembentukan organisasi dimulai pada
saat kondisi damai dengan membentuk kerangka organisasi Kogasratgab
yang ditempatkan pada Posko Pusat Kampanye Kogab TNI. Pembentukan
organisasi Kogasratgab secara penuh dilaksanakan setelah dikeluarkannya
Perintah Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh
Panglima Komando Tugas Darat Gabungan (Pangkogas Ratgab).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi darat dilaksanakan dalam empat tahap,


yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya


Rencana Operasi Darat (Renopsrat), dilaksanakan di Posko
Kogasratgab yang berada di Makogab TNI. Renopsrat terdiri atas
Rencana Kontinjensi Operasi Darat (Renkon Opsrat) dan Rencana
Pelaksanaan Operasi Darat (Renlaks Opsrat).

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Darat.


Renkon disusun pada saat kondisi damai oleh Staf kerangka
Kogasrat yang dipimpin oleh Pejabat Pangkogas Ratgab yang
ditunjuk. Leading sector penyusunan Renkon adalah Staf
Perencanaan Kerangka Kogas Ratgab.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi Darat.


Renlaks Opsrat merupakan penyempurnaan dari Renkon
Opsrat yang sudah dibuat. Renlaks disusun oleh Staf Kogas
Ratgab yang dipimpin oleh Pangkogas setelah eskalasi
keadaan meningkat dan Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif
Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap). Leading sector
penyusunan Renkon adalah Staf Operasi Kogas Ratgab.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogasratgab.

(1) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogasratgab dilaksanakan melalui pembangunan
dan penggelaran kekuatan yang mengacu kepada
Renkonopsrat.

(2) Setelah diturunkannya Perintah Persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan
Renlakopsrat sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogasratgab mengacu kepada Renlakopsrat.
34

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


darat, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Perintah
Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi darat berakhir setelah dikeluarkan


Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan dilanjutkan dengan
proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi darat berada pada Pangkogas Ratgab.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogasratgab dibantu oleh para Staf Kogas Ratgab.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang, tugas dan tanggung jawab Pangkogas Ratgab.

g. Operasi Pertahanan Pantai.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi pertahanan


Pantai adalah Komando Tugas Gabungan Hantai (Kogasgabhantai).
Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh
Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP Kogab TNI. Pembentukan
organisasi dimulai pada saat kondisi damai dengan membentuk kerangka
organisasi Kogasgabhantai yang ditempatkan pada Posko Pusat Kampanye
Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara penuh dilaksanakan setelah
dikeluarkannya Perintah Persiapan Pangkogab TNI. Organisasi ini dipimpin
oleh Panglima Komando Tugas Gabungan Pertahanan Pantai
(Pangkogasgabhantai).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi pertahanan pantai dilaksanakan dalam


empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Pertahanan Pantai, Rencana Operasi Pertahanan Pantai
terdiri atas Rencana Kontinjensi Operasi Pertahanan Pantai (Renkon
Opshantai) dan Rencana Pelaksanaan Operasi Pertahanan Pantai
(Renlaks Opshantai).

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Pertahanan Pantai


disusun pada saat kondisi damai dipimpin oleh Pejabat
Pangkogasgab Hantai yang ditunjuk. Leading sector; dan

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi


Pertahanan Pantai merupakan penyempurnaan dari Renkon
Operasi Pertahanan Pantai yang sudah dibuat. Rencana
pelaksanaan disusun oleh Staf Kogasgab Hantai yang dipimpin
oleh Pangkogasgab Hantai setelah eskalasi meningkat.
35

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogasgabhantai.

(1) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogasgabhantai dilaksanakan melalui
pembangunan dan penggelaran kekuatan yang mengacu
kepada Renkonops hantai; dan

(2) Setelah diturunkannya Perintah Persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan
Renlakopshantai sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogasgabhantai mengacu kepada
Renlakopshantai.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


pertahanan pantai, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi pertahanan pantai berakhir setelah


dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi pertahanan pantai berada pada Pang Kogasgabhantai;

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pang Kogasgabhantai dibantu oleh para Staf Kogasgabhantai; dan

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang, tugas dan tanggung jawab Pang Kogasgabhantai.

h. Operasi Dukungan (Support operations).

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi dukungan


adalah Komando Tugas Gabungan Dukungan (Kogasgabduk). Organisasi
ini merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI
berdasarkan hasil ATP Kogab TNI dapat berbentuk Kogasagab atau Satgas.
Pembentukan organisasi dimulai pada saat kondisi damai dengan mem-
bentuk kerangka organisasi Kogasgabduk yang ditempatkan pada Posko
Pusat Kampanye Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara penuh
dilaksanakan setelah dikeluarkannya Perintah Persiapan Pangkogab TNI.
Organisasi ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas Gabungan Dukungan
(Pangkogasgabduk) atau setingkat Komandan Satuan Tugas (Dansatgas).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi Dukungan dilaksanakan dalam empat


tahap, yaitu:
36

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Dukungan, Rencana Operasi Dukungan terdiri atas Rencana
Kontinjensi Operasi Dukungan (Renkon Opsduk) dan Rencana
Pelaksanaan Operasi Dukungan (Renlaks Opsduk).

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Dukungan


disusun pada saat kondisi damai dipimpin oleh Pejabat
Pangkogasgab Dukungan yang ditunjuk. Leading sector

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi Dukungan


merupakan penyempurnaan dari Renkon Operasi Dukungan
yang sudah dibuat. Rencana pelaksanaan disusun oleh Staf
Kogasgab. Dukungan yang dipimpin oleh Pangkogasgab
Dukungan setelah eskalasi meningkat.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogasgabduk.

(1) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogasgabduk dilaksanakan melalui pembangunan
dan penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkonops
Dukungan.

(2) Setelah diturunkannya Perintah Persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan
Renlakopsduk sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogasgabduk mengacu kepada Renlakopsduk.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


dukungan, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI mengeluarkan
Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi Dukungan berakhir setelah dikeluarkan


Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan dilanjutkan dengan
proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi Dukungan berada pada Pang Kogasgabduk.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pang Kogasgabduk dibantu oleh para Staf Kogasgabduk.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang, tugas dan tanggung jawab PangKogasgabduk.

24. Operasi Militer Selain Perang.

a. Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan OMSP adalah TNI yang


dipimpin oleh Panglima TNI.
37

b. Kegiatan. Kegiatan OMSP dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

1) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


OMSP, dilaksanakan di Mabes TNI. Rencana OMSP TNI terdiri atas
Rencana Kontinjensi OMSP dan Rencana Pelaksanaan OMSP.

a) Penyusunan Rencana Kontinjensi OMSP. Rencana Kontinjensi


OMSP disusun oleh suatu kelompok kerja yang dibentuk berdasarkan
surat perintah Panglima TNI pada saat kondisi aman. Leading sector
penyelenggara adalah Staf Perencanaan.

b) Penyusunan Rencana Pelaksanaan OMSP. Rencana


Pelaksanaan OMSP merupakan penyempurnaan dari Rencana
Kontinjensi OMSP. Rencana Pelaksanaan OMSP disusun oleh oleh
suatu kelompok kerja yang dibentuk berdasarkan surat perintah
Panglima TNI pada saat, setelah terjadi eskalasi keadaan meningkat
dan Presiden RI mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah
Persiapan/Prinsiap). Leading sector penyelenggara adalah Staf
Operasi.

2) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan dan


kemampuan TNI.

a) Selama keadaan damai, penyiapan kekuatan dan kemampuan


TNI dilaksankan melalui pembangunan dan penggelaran kekuatan
yang mengacu kepada Rencana Kontinjensi OMSP.

b) Pada saat eskalasi keadaan meningkat, penyiapan kekuatan


dan kemampuan TNI mengacu kepada Rencana Pelaksanaan
OMSP.

3) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya OMSP, yaitu


dimulai setelah Presiden mengeluarkan Perintah Pelaksanaan OMSP.

4) Pengakhiran. OMSP berakhir setelah dikeluarkan Perintah


Pengakhiran Oleh Presiden RI dan dilanjutkan proses penyerahan
kewenangan kepada pemerintah setelah keadaan aman atau normal
kembali.

c. Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

1) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan OMSP


secara penuh berada pada Panglima TNI.

2) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Panglima TNI dibantu oleh para Kepala Staf Angkatan, Staf Mabes TNI dan
Kabalakpus TNI.

3) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan OMSP pada


strata operasional dilaksanakan oleh Panglima Komando Gabungan
(Pangkogab) TNI dengan menyelenggarakan operasi gabungan selain
perang atau operasi gabungan dalam rangka OMSP.
38

4) Wewenang, tugas dan tanggung jawab pelaksanaan OMSP pada


strata taktis dilaksanakan oleh Panglima Komando Tugas Gabungan
(Pangkogasgab) TNI dengan menyelenggarakan operasi gabungan terpadu,
operasi gabungan bersama, dan operasi gabungan bersama terpadu.

25. Operasi Gabungan Terpadu.

a. Operasi Gabungan Terpadu Penanggulangan Pemberontakan


Bersenjata.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


penanggulangan pemberontakan bersenjata adalah Komando Tugas
Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata Gabungan Terpadu (Kogas
Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata). Organisasi ini merupakan
organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil
ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP untuk mendukung
pemerintah dalam rangka mewujudkan stabilitas keamanan dalam negeri.
Pembentukan organisasi Kogas dimulai pada saat kondisi aman dengan
membentuk kerangka organisasi yang ditempatkan pada Posko Kogab.
Pembentukan organisasi Kogassecara penuh dilaksanakan setelah keluar
Perintah Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh Panglima
Komando Tugas Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata Gabungan
Terpadu (Pangkogas Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi penanggulangan pemberontakan


bersenjata dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata, dilaksanakan
di Posko Kogas yang berada di Makogab TNI. Renops terdiri atas
Rencana Kontinjensi (Renkon) Operasi Penanggulangan
Pemberontakan Bersenjata dan Rencana Pelaksanaan (Renlaks)
Operasi Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi


Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata. Renkon disusun
pada saat kondisi masih aman oleh Staf kerangka Kogas yang
dipimpin oleh pejabat Pangkogas yang ditunjuk. Leading sector
penyusunan Renkon adalah Staf Perencanaan Kerangka
Kogas.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi


Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata. Renlaks
merupakan penyempurnaan dari Renkon yang sudah dibuat.
Renlaks disusun oleh Staf Kogas yang dipimpin oleh
Pangkogas Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata
setelah eskalasi keadaan meningkat dan Pangkogab TNI
mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap).
Leading sector penyusunan Renlaks operasi adalah Staf
Operasi Kogasgul penyusunan Renkon.
39

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogasgulbrontagabpad.

(1) Selama keadaan masih aman, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogas dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon operasi.

(2) Setelah diturunkannya perintah persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan Renlaks
operasi sudah selesai dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan mengacu kepada Renlaks operasi
Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


penanggulangan pemberontakan bersenjata, yaitu dimulai setelah
Pangkogab TNI mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi penanggulangan pemberontakan


bersenjata berakhir setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh
Pangkogab TNI dan dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi penanggulangan pemberontakan bersenjata berada pada
Pangkogas.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas Penanggulangan Pemberontakan Bersenjata dibantu oleh
para Staf Kogas.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas, dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas Penanggulangan Pemberontakan
Bersenjata.

b. Operasi Penanggulangan Separatisme.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


penanggulangan separatisme adalah Komando Tugas Penanggulangan
Sparatisme Gabungan Terpadu (Kogas Gulsparatis). Organisasi ini
merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI
berdasarkan hasil ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan
Kampanye Selain Perang untuk mendukung pemerintah dalam rangka
mewujudkan stabilitas keamanan dalam negeri. Pembentukan organisasi
Kogas Penanggulangan Separatis Gabungan Terpadu dimulai pada saat
kondisi aman dengan membentuk kerangka organisasi Kogas yang
ditempatkan pada Posko Kogab TNI. Pembentukan organisasi Kogas secara
penuh dilaksanakan setelah keluar perintah dari Panglima TNI. Organisasi
ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas Penanggulangan Separatisme
Gabungan Terpadu (Pangkogas Penanggulangan Separatis).
40

2) Kegiatan. Kegiatan operasi penanggulangan separatisme


dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya


Rencana Operasi (Renops) Penanggulangan Separatisme,
dilaksanakan di Posko Kogas yang berada di Makogab TNI. Renops
terdiri atasRencana Kontinjensi (Renkon) Operasi Penanggulangan
Separatisme dan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi
Penanggulangan Separatisme.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi


Penanggulangan Separatisme. Renkon disusun pada saat
kondisi masih aman oleh Staf kerangka Kogas yang dipimpin
oleh pejabat Pangkogas yang ditunjuk. Leading sector
penyusunan Renkon adalah Staf Perencanaan Kerangka
Kogas Penanggulangan Separatis Gabungan Terpadu.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi


Penanggulangan Separatisme. Renlaks merupakan
penyempurnaan dari Renkonyang sudah dibuat. Renlaks
operasi disusun oleh Staf Kogas Penanggulangan Separatis
Gabungan Terpadu yang dipimpin oleh Pangkogas setelah
eskalasi keadaan meningkat dan Pangkogab TNI
mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap).
Leading sector penyusunan Renlaks operasi adalah Staf
Operasi Kogas Penanggulangan Separatis Gabungan Terpadu.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas.

(1) Selama keadaan masih aman, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogas dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon.

(2) Setelah diturunkannya perintah oleh Panglima TNI


karena eskalasi keadaan meningkat dan Renlaks opersai
Penanggulangan Separatis sudah selesai dibuat, maka
penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogas mengacu kepada
Renlaks operasi Penanggulangan Separatis.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


penanggulangan separatis, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi penanggulangan separatis berakhir


setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.
41

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi penanggulangan separatis berada pada Pangkogas
Penanggulangan Separatis.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas Penanggulangan Separatis dibantu oleh para Staf Kogas.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas Penanggulangan
Separatis yang dilaksanakan berdasarkan ATP Kogas.

c. Operasi Gabungan Terpadu Penanggulangan Terorisme.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


penanggulangan terorisme adalah Komando Tugas Penanggulangan
Terorisme Gabungan Terpadu (Kogas Gultorgabpad). Organisasi ini
merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI
berdasarkan hasil ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP
untuk mendukung pemerintah dalam rangka mewujudkan stabilitas
keamanan dalam negeri. Pembentukan organisasi Kogas dimulai pada saat
kondisi aman dengan membentuk kerangka organisasi yang ditempatkan
pada Posko Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara penuh
dilaksanakan setelah keluar Perintah dari Panglima TNI. Organisasi ini
dipimpin oleh Panglima Komando Tugas Penanggulangan Terorisme
Gabungan Terpadu (Pangkogas Penanggulangan Teroris).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi penanggulangan teroris dilaksanakan


dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya


Rencana Operasi (Renops) Penanggulangan Teroris, dilaksanakan di
Posko Kogas yang berada di Makogab TNI. Renops terdiri
atasRencana Kontinjensi (Renkon) Operasi Penanggulangan Teroris
dan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi Penanggulangan
Teroris.

(1) Penyusunan Renkon Operasi Penanggulangan Teroris.


Renkon operasi disusun pada saat kondisi masih aman oleh
Staf kerangka Kogas yang dipimpin oleh pejabat Pangkogas
yang ditunjuk. Leading sector penyusunan Renkon operasi
adalah Staf Perencanaan Kerangka Kogas.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi


Penanggulangan Teroris. Renlaks operasi merupakan
penyempurnaan dari Renkon yang sudah dibuat. Renlaks
disusun oleh Staf Kogas yang dipimpin oleh Pangkogas
Penanggulangan Teroris setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap)
karena eskalasi keadaan meningkat. Leading sector
42

penyusunan Renlaks adalah Staf Operasi Kogas


Penanggulangan Teroris Gabungan Terpadu.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas Penanggulangan Teroris Gabungan Terpadu.

(1) Selama keadaan masih aman, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogas Penanggulangan Teroris Gabungan
Terpadu dilaksanakan melalui pembangunan dan penggelaran
kekuatan yang mengacu kepada Renkon Opsgultor.

(2) Setelah diturunkannya perintah persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan Renlaks
opsgultor sudah selesai dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogas mengacu kepada Renlaks opsgultor.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


penanggulangan teroris, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi penanggulangan teroris berakhir


setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi penanggulangan teroris berada pada Pangkogasgultor
gabungan terpadu.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogasgultor gabungan terpadu.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas Penanggulangan
Teroris Gabungan Terpadu yang dilaksanakan berdasarkan ATP
Kogasgultorgabpad.

d. Operasi Gabungan Terpadu Penanggulangan Konflik Komunal.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


penanggulangan konflik komunal adalah Komando Tugas Penanggulangan
Konflik Komunal Gabungan Terpadu (Kogas Penaggulanan Konflik
Komunal). Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk
oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP Kogab TNI dalam rangka
penyelenggaraan OMSP untuk mendukung pemerintah dalam rangka
mewujudkan stabilitas keamanan dalam negeri. Pembentukan organisasi
Kogas dimulai pada saat kondisi aman dengan membentuk kerangka
organisasi Kogas Penaggulangan Konflik Komunal gabungan terpadu yang
ditempatkan pada Posko Kogab TNI. Pembentukan organisasi Kogas secara
penuh dilaksanakan setelah keluar Perintah Persiapan dari Panglima TNI.
Organisasi ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas Penanggulangan
43

Konflik Komunal Gabungan Terpadu (Pangkogas Penanggulangan Konflik


Komunal).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi penanggulangan konflik komunal


dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya


Rencana Operasi (Renops) Penanggulangan Konflik Komunal,
dilaksanakan di Posko Kogas yang berada di Makogab TNI.
Renopsgulfliknal terdiri atas Rencana Kontinjensi (Renkon) Operasi
dan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi Penanggulangan
Konflik Komunal.

(1) Penyusunan Renkon Operasi Penanggulangan Konflik


Komunal. Renkon disusun pada saat kondisi masih aman
oleh Staf kerangka Kogas Penaggulanan Konflik Komunal yang
dipimpin oleh pejabat Pangkogas yang ditunjuk. Leading sector
penyusunan Renkon adalah Staf Perencanaan Kerangka
Kogas Gabungan Terpadu.

(2) Penyusunan Renlaks Operasi Penanggulangan Konflik


Komunal. Renlaks merupakan penyempurnaan dari Renkon
yang sudah dibuat. Renlaks operasi Penaggulanan Konflik
Komunal disusun oleh Staf Kogas yang dipimpin oleh
Pangkogas setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif
Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap) karena eskalasi
keadaan meningkat. Leading sector penyusunan Renlaks
Penaggulanan Konflik Komunal adalah Staf Operasi Kogas
Gabungan Terpadu.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas.

(1) Selama keadaan masih aman, penyiapan kekuatan dan


kemampuan dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon operasi
Penaggulangan Konflik Komunal.

(2) Setelah diturunkannya perintah persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat dan Renlaks
operasi sudah selesai dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan mengacu kepada Renlaks operasi Penaggulangan
Konflik Komunal.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


penanggulangan konflik komunal, yaitu dimulai setelah Pangkogab
TNI mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi penanggulangan konflik komunal


berakhir setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab
TNI dan dilanjutkan dengan proses konsolidasi.
44

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi penanggulangan konflik komunal berada pada Pangkogas
Penaggulanan Konflik Komunal gabungan terpadu.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


dibantu oleh para Staf Kogas gabungan terpadu.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas.

e. Operasi Gabungan Terpadu Pengamanan Jalur Pelayaran dan


Penerbangan Internasional/Jalur Transportasi Internasional.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi pengamanan


jalur transportasi (pelayaran dan penerbangan) internasional adalah Komando
Tugas Pengamanan Jalur Internasional Gabungan Terpadu (Kogaspam
Jaltrans Internasional). Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang
dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP Kogab TNI dalam
rangka penyelenggaraan OMSP untuk mendukung pemerintah dalam rangka
mewujudkan stabilitas keamanan dalam negeri. Pembentukan organisasi
Kogaspam gabungan terpadu dimulai pada saat kondisi aman dengan
membentuk kerangka organisasi Kogaspam yang ditempatkan pada Posko
Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara penuh dilaksanakan setelah
dikeluarkannya Perintah Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini
dipimpin oleh Panglima Komando Tugas Pengamanan Jalur Internasional
Gabungan Terpadu (Pangkogas Pengamanan Jalur Transportasi
Internasional).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi pengamanan jalur pelayaran dan


penerbangan internasional dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi (Renops) Pengamanan Jalur Internasional, dilaksanakan di
Posko Kogaspam gabungan terpadu yang berada di Makogab TNI.
Renops terdiri atas Rencana Kontinjensi (Renkon) dan Rencana
Pelaksanaan (Renlaks) Operasi Pengamanan Jalur Internasional.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Pengamanan


Jalur Internasional. Renkon disusun pada saat kondisi masih
aman oleh Staf kerangka Kogaspam gabungan terpadu yang
dipimpin oleh pejabat Pangkogaspam yang ditunjuk. Leading
sector penyusunan Renkon operasi adalah Staf Perencanaan
Kerangka Kogaspam gabungan terpadu.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi


Pengamanan Jalur Internasional. Renlaks merupakan
penyempurnaan dari Renkon yang sudah dibuat. Renlaks
disusun oleh Staf Kogaspamyang dipimpin oleh Pangkogas
setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif Persiapan
45

(Perintah Persiapan/Prinsiap) karena eskalasi keadaan


meningkat menjadi rawan. Leading sector penyusunan Renlaks
operasi adalah Staf Operasi Kogaspam gabungan terpadu.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogaspam Jaltrans Internasional Gabungan Terpadu.

(1) Selama keadaan masih aman, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogaspam dilaksanakan melalui pembangunan
dan penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon
operasi Jaltrans Internasional.

(2) Setelah diturunkannya perintah persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat menjadi
rawan dan Renlaks operasi sudah selesai dibuat, penyiapan
kekuatan dan kemampuan mengacu kepada Renlaks operasi
Pengamanan Jaltrans Internasional.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


pengamanan jalur internasional, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi pengamanan jalur internasional


berakhir setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab
TNI dan dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi pengamanan berada pada.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogaspam dibantu oleh para Staf Kogaspam Jaltrans
Internasional.

c) Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) merupakan wewenang


tugas dan tanggung jawab Pangkogaspam dilaksanakan berdasarkan
ATP Kogas gabungan terpadu.

f. Operasi Gabungan Terpadu Pengamanan Obyek Vital.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


pengamanan (Opspam) obyek vital (Obvit) adalah Komando Tugas
Pengamanan Obyek Vital Gabungan Terpadu. Organisasi ini merupakan
organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil
ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP untuk mendukung
pemerintah dalam rangka mewujudkan stabilitas keamanan dalam negeri.
Pembentukan organisasi Kogaspamobvit dimulai pada saat kondisi aman
dengan membentuk kerangka organisasi Kogas gabungan terpadu yang
ditempatkan pada Posko Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara penuh
dilaksanakan setelah dikeluarkannya Perintah Persiapan dari Panglima TNI.
46

Organisasi ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas Pengamanan Obyek


Vital Gabungan Terpadu (Pangkogas Pengamanan Obyek Vital).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi pengamanan obyek vital dilaksanakan


dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi (Renops) Pengamanan Obyek Vital yang dilaksanakan di
Posko Kogaspam dan berada di Makogab TNI. Renops terdiri atas
Rencana Kontinjensi (Renkon) dan Rencana Pelaksanaan (Renlaks)
Operasi Pengamanan Obyek Vital.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi


Pengamanan Obyek Vital. Renkon disusun pada saat kondisi
masih aman oleh Staf kerangka Kogaspam gabungan terpadu
yang dipimpin oleh pejabat Pangkogaspam yang ditunjuk.
Leading sector penyusunan Renkon operasi adalah Staf
Perencanaan Kerangka Kogaspam Gabungan Terpadu.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi


Pengamanan Obyek Vital. Renlaks merupakan
penyempurnaan dari Renkon yang sudah dibuat. Renlaks
disusun oleh Staf Kogaspam yang dipimpin oleh Pangkogas
setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif Persiapan
(Perintah Persiapan/Prinsiap) karena eskalasi keadaan
meningkat. Leading sector penyusunan Renlaks operasi
adalah Staf Operasi Kogaspam.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogaspam gabungan terpadu.

(1) Selama keadaan masih aman, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogas dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon operasi.

(2) Setelah diturunkannya perintah persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat menjadi
rawan dan Renlaks sudah selesai dibuat, maka penyiapan
kekuatan dan kemampuan Kogas mengacu kepada Renlaks
operasi obvit gabungan terpadu.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


pengamanan obyek vital, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan perintah operasi.

d) Pengakhiran. Operasi pengamanan obyek vital berakhir


setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.
47

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi pengamanan obyek vital berada pada Pangkogas gabungan
terpadu.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogaspam dibantu oleh para Staf Kogaspam gabungan terpadu.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogaspamobvit gabungan terpadu.

g. Operasi Gabungan Terpadu Penanggulangan Bencana.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


penanggulangan bencana adalah Komando Tugas (Kogas)
Penanggulangan Bencana Gabungan Terpadu. Organisasi ini merupakan
organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil
ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP untuk mendukung
pemerintah dalam rangka mewujudkan stabilitas keamanan dalam negeri.
Pembentukan organisasi Kogas dimulai pada saat kondisi aman dengan
membentuk kerangka organisasi yang ditempatkan pada Posko Kogab TNI.
Pembentukan organisasi secara penuh dilaksanakan setelah keluar Perintah
Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh Panglima
Komando Tugas Penanggulangan Bencana Gabungan Terpadu (Pangkogas
Penanggulangan Bencana).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi penanggulangan bencana dilaksanakan


dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi (renops) Penanggulangan Bencana, dilaksanakan di Posko
Kogasyang berada di Makogab TNI. Renops terdiri atas Rencana
Kontinjensi (Renkon) dan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi
Penanggulangan Bencana.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi


Penanggulangan Bencana. Renkon operasi disusun pada
saat kondisi masih aman oleh Staf kerangka Kogas yang
dipimpin oleh pejabat Pangkogas gabungan terpadu yang
ditunjuk. Leading sector penyusunan Renkon operasi adalah
Staf Perencanaan Kerangka Kogas Gabungan Terpadu.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi


Penanggulangan Bencana. Renlaks merupakan
penyempurnaan dari Renkonyang sudah dibuat. Renlaks
operasi disusun oleh Staf Kogas gabungan terpadu yang
dipimpin oleh Pangkogas setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap)
karena eskalasi keadaan meningkat. Leading sector
penyusunan Renlaks operasi adalah Staf Operasi Kogas.
48

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas Gabungan Terpadu.

(1) Selama keadaan masih aman, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogas dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon operasi.

(2) Setelah diturunkannya perintah persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat menjadi
rawan dan Renlaks operasi sudah selesai dibuat, maka
penyiapan kekuatan dan kemampuan TNI mengacu kepada
Renlaks operasi penanggulangan bencana.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


penanggulangan bencana, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi penanggulangan bencana berakhir


setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi penanggulangan bencana berada pada Pangkogas
Gabungan Terpadu.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas Penanggulangan Bencana
Terpadu.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas.

h. Operasi Gabungan Terpadu Penanggulangan Wabah Penyakit.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


penanggulangan wabah penyakit adalah Komando Tugas (Kogas)
Penanggulangan Wabah Penyakit Gabungan Terpadu. Organisasi ini
merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI
berdasarkan hasil ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP
untuk mendukung pemerintah dalam rangka mewujudkan stabilitas
keamanan dalam negeri. Pembentukan organisasi dimulai pada saat kondisi
aman dengan membentuk kerangka yang ditempatkan pada Posko Kogab
TNI. Pembentukan organisasi secara penuh dilaksanakan setelah keluar
Perintah Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh
Panglima Komando Tugas Penanggulangan Wabah Penyakit Gabungan
Terpadu (Pangkogas Penanggulangan Wabah Penyakit).
49

2) Kegiatan. Kegiatan operasi penanggulangan wabah penyakit


dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi (Renops) Penanggulangan Wabah Penyakit, dilaksanakan di
Posko Kogas yang berada di Makogab TNI. Renops terdiri atas
Rencana Kontinjensi (Renkon) Operasi Penanggulangan Wabah
Penyakit dan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi
Penanggulangan Wabah Penyakit.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi


Penanggulangan Wabah Penyakit. Renkon disusun pada
saat kondisi masih aman oleh Staf kerangka Kogas gabungan
terpadu yang dipimpin oleh pejabat Pangkogas yang ditunjuk.
Leading sector penyusunan Renkot adalah Staf Perencanaan
Kerangka Kogas.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi


Penanggulangan Wabah Penyakit. Renlaks merupakan
penyempurnaan dari Renkon yang sudah dibuat. Renlaks
disusun oleh Staf Kogas yang dipimpin oleh Pangkogas setelah
Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah
Persiapan/Prinsiap) karena eskalasi keadaan meningkat.
Leading sector penyusunan Renlaks operasi adalah Staf
Operasi Kogas.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas penanggulangan wabah penyakit gabungan
terpadu.

(1) Selama keadaan masih aman, penyiapan kekuatan dan


kemampuan dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon operasi.

(2) Setelah diturunkannya perintah persiapan oleh


Panglima TNI karena eskalasi keadaan meningkat menjadi
rawan dan Renlaks operasi sudah selesai dibuat, maka
penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogas mengacu kepada
operasi penanggulangan wabah penyakit gabungan terpadu.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


penanggulangan wabah penyakit, yaitu dimulai setelah Pangkogab
TNI mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi penanggulangan wabah penyakit


berakhir setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab
TNI dan dilanjutkan dengan proses konsolidasi.
50

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi penanggulangan wabah penyakit berada pada Pangkogas
Gabungan Terpadu.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas penanggulangan wabah penyakit gabungan
terpadu.

i. Operasi Gabungan Terpadu Pengamanan VVIP.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


pengamanan VVIP adalah Komando Tugas (Kogas) Pengamanan VVIP
Gabungan Terpadu. Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang
dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP Kogab TNI sebagai
bagian dari penyelenggaraan OMSP. Pembentukan organisasi Kogaspam
dimulai pada saat kondisi aman dengan membentuk kerangka organisasi
Kogas yang ditempatkan pada Posko Kogab TNI. Pembentukan organisasi
secara penuh dilaksanakan, setelah dikeluarkannya Perintah Persiapan dari
Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas
Pengamanan VVIP Gabungan Terpadu (Pangkogas Pengamanan VVIP).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi pengamanan VVIP dilaksanakan dalam


empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi (Renops) Pengamanan VVIP, dilaksanakan di Posko Kogas
Makogab TNI. Renops terdiri atas Rencana Kontinjensi (Renkon)
Operasi dan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi Pengamanan
VVIP.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi (Renkon) Operasi


Pengamanan VVIP. Renkon disusun pada saat kondisi masih
aman oleh Staf kerangka Kogaspam yang dipimpin oleh
pejabat Pangkogas yang ditunjuk. Leading sector penyusunan
Renkon adalah Staf Perencanaan Kerangka Kogas gabungan
terpadu.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi


Pengamanan VVIP. Renlaks operasi merupakan
penyempurnaan dari Renkon yang sudah dibuat. Renlaks
operasi disusun oleh Staf Kogaspam gabungan terpadu yang
dipimpin oleh Pangkogas setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap).
Leading sector penyusunan Renlaks operasi adalah Staf
Operasi Kogaspam VVIP.
51

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogaspam gabungan terpadu.

(1) Sebelum turun perintah persiapan dari Panglima TNI,


penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogaspam dilaksanakan
melalui pembangunan dan penggelaran kekuatan yang
mengacu kepada Renkon operasi Pengamanan VVIP.

(2) Setelah turun perintah persiapan dari Panglima TNI dan


Renlaks operasi sudah dibuat, maka penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogas mengacu kepada Renlaks Opspam VVIP.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


pengamanan VVIP, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi pengamanan VVIP berakhir setelah


dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi pengamanan obyek vital berada pada Pangkogas Gabungan
Terpadu.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas gabungan terpadu dibantu oleh para Staf Kogaspam VVIP
Gabungan Terpadu.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogaspam VVIP Gabungan Terpadu.

j. Operasi Gabungan Terpadu Pemberdayaan Wilayah Pertahanan.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


pemberdayaan wilayah perbatasan adalah Komando Tugas (Kogas)
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Gabungan Terpadu. Organisasi ini
merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI
berdasarkan hasil ATP Kogab TNI untuk menyiapkan komponen cadangan
dan komponen pendukung sebagai bagian dari penyelenggaraan OMSP.
Pembentukan organisasi Kogas gabungan terpadu dimulai pada saat kondisi
aman dengan membentuk kerangka organisasi yang ditempatkan pada
Posko Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara penuh dilaksanakan
setelah dikeluarkannya Perintah Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi
ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas Pemberdayaan Wilayah
Pertahanan Gabungan Terpadu (Pangkogas Pemberdayaan Wilayah
Pertahanan).
52

2) Kegiatan. Kegiatan operasi pemberdayaan wilayah pertahanan


dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya


Rencana Operasi (Renops) Pemberdayaan Wilayah Pertahanan,
yang dilaksanakan di Posko Kogas Gabungan Terpadu. Renops
terdiri atas Rencana Kontinjensi (Renkon) dan Rencana Pelaksanaan
(Renlaks) Operasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi


Pemberdayaan Wilayah Pertahanan. Renkon operasi disusun
oleh Staf Kogas Gabungan Terpadu yang dipimpin oleh pejabat
Pangkogas. Leading sector penyusunan Renkon operasi
adalah Staf Perencanaan Kogas Gabungan Terpadu.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi


Pemberdayaan Wilayah Pertahanan. Renlaks operasi
merupakan penyempurnaan dari Renkon yang sudah dibuat.
Renlaks operasi disusun oleh Staf Kogasyang dipimpin oleh
Pangkogas Pemberdayaan Wilayah Pertahanan setelah
Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah
Persiapan/Prinsiap). Leading sector penyusunan Renlaks
operasi adalah Staf Operasi Kogas Pemberdayaan Wilayah
Pertahanan.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas Pemberdayaan Wilayah Pertahanan.

(1) Sebelum turun perintah persiapan dari Panglima TNI,


penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogas Gabungan
Terpadu dilaksanakan melalui pembangunan dan penggelaran
kekuatan yang mengacu kepada Renkon Operasi
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan.

(2) Setelah turun perintah persiapan dari Panglima TNI dan


Renlaks operasi sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogas mengacu kepada Renlaks operasi
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


pemberdayaan wilayah pertahanan, yaitu dimulai setelah Pangkogab
TNI mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi pemberdayaan wilayah pertahanan


berakhir setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab
TNI dan dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi pemberdayaan wilayah pertahanan berada pada Pangkogas
Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Gabungan Terpadu.
53

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas Pemberdayaan Wilayah
Pertahanan Gabungan Terpadu.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas, yang dilaksanakan
berdasarkan ATP KogasPemberdayaan Wilayah Pertahanan.

k. Operasi Gabungan Terpadu Mendukung Tugas Polri.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi mendukung


tugas Polri adalah Komando Tugas (Kogas) Dukungan Kepada Polri
Gabungan Terpadu. Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang
dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP Kogab TNI dalam
rangka penyelenggaraan OMSP. Pembentukan organisasi dimulai pada
saat kondisi aman dengan membentuk kerangka organisasi yang
ditempatkan pada Posko Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara penuh
dilaksanakan setelah dikeluarkannya Perintah Persiapan dari Panglima TNI.
Organisasi ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas Dukungan Kepada
Polri Gabungan Terpadu (Pangkogas Pendukung Tugas Polri).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi mendukung tugas Polri dilaksanakan


dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi (Renops) Dukungan Kepada Polri, dilaksanakan di Posko
Kogas yang berada di Makogab TNI. Renops terdiri atasRencana
Kontinjensi (Renkon) dan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi
Dukungan Kepada Polri.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi (Renkon) Operasi


Dukungan Kepada Polri. Renkon disusun pada saat kondisi
aman oleh Staf kerangka Kogas Gabungan Terpadu yang
dipimpin oleh pejabat Pangkogas yang ditunjuk. Leading sector
penyusunan Renkon adalah Staf Perencanaan Kerangka
Kogas Gabungan Terpadu.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi


Dukungan Kepada Polri. Renlaks merupakan penyempurnaan
dari Renkon operasi yang sudah dibuat. Renlaks disusun oleh
Staf Kogas Gabungan Terpadu yang dipimpin oleh Pangkogas
setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif Persiapan
(Perintah Persiapan/Prinsiap). Leading sector penyusunan
Renlaks operasi adalah Staf Operasi Kogas Dukungan
Kepada Polri.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas Gabungan Terpadu.
54

(1) Sebelum turun perintah persiapan dari Panglima TNI,


penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogas yang
dilaksanakan melalui pembangunan dan penggelaran kekuatan
yang mengacu kepada Renkon operasi dukungan kepada Polri
Gabungan Terpadu.

(2) Setelah diturunkannya perintah persiapan dari Panglima


TNI dan Renlaks operasi sudah dibuat, maka penyiapan
kekuatan dan kemampuan Kogas gabungan terpadu mengacu
kepada Renlaks operasi dukungan kepada Polri.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


mendukung tugas Polri, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi mendukung tugas Polri berakhir setelah


dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi mendukung tugas Polri berada pada Pangkogas.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas Dukungan Kepada Polri
Gabungan Terpadu.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas, yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas Dukungan Kepada Polri Gabungan Terpadu.

l. Operasi Gabungan Terpadu SAR.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi SAR adalah


Komando Tugas (Kogas) SAR Gabungan Terpadu. Organisasi ini
merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI
berdasarkan hasil ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP.
Pembentukan organisasi dimulai pada saat kondisi aman dengan
membentuk kerangka organisasi Kogas gabungan terpadu yang
ditempatkan pada Posko Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara penuh
dilaksanakan setelah dikeluarkannya Perintah Persiapan dari Panglima TNI.
Organisasi ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas SAR Gabungan
Terpadu (Pangkogas SAR Gabungan Terpadu).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi SAR dilaksanakan dalam empat tahap,


yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi (Renops) SAR, dilaksanakan di Posko yang berada di
Makogab TNI. Renops terdiri atasRencana Kontinjensi (Renkon) dan
Rencana Pelaksanaan (Renlaks) Operasi SAR.
55

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi SAR.


Renkon operasi disusun pada saat kondisi masih aman oleh
Staf kerangka Kogas gabungan terpadu yang dipimpin oleh
pejabat Pangkogas yang ditunjuk. Leading sector penyusunan
Renko operasi adalah Staf Perencanaan Kerangka Kogas SAR
Gabungan Terpadu.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi SAR.


Renlaks operasi merupakan penyempurnaan dari
Renkonoperasi yang sudah dibuat. Renlaks operasi disusun
oleh Staf Kogas gabungan terpadu yang dipimpin oleh
Pangkogas setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif
Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap) karena eskalasi
keadaan meningkat. Leading sector penyusunan Renlaks
operasi adalah Staf Operasi Kogas SAR gabungan terpadu.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas gabungan terpadu.

(1) Selama keadaan masih aman, penyiapan kekuatan dan


kemampuan Kogas dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon Operasi
SAR.

(2) Pada saat eskalasi keadaan meningkat, penyiapan


kekuatan dan kemampuan Kogas gabungan terpadu mengacu
kepada Renlaks operasi SAR.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


SAR, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Perintah
Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi SAR berakhir setelah dikeluarkan


Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan dilanjutkan dengan
proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi SAR berada pada Pangkogas Gabungan Terpadu.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas SAR Gabungan Terpadu.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas SAR Gabungan Terpadu.
56

26. Operasi Gabungan Bersama.

a. Operasi Gabungan Bersama Pengamanan Wilayah Perbatasan (Pamtas


Darat, Laut dan Udara).

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


pengamanan wilayah perbatasan adalah Komando Tugas (Kogas)
Pengamanan Wilayah Perbatasan Gabungan Bersama. Organisasi ini
merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI
berdasarkan hasil ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP,
namun pelaksanaannya melibatkan Angkatan Bersenjata negara tetangga.
Pembentukan organisasi Kogas Pamtas Gabungan Bersama dimulai pada
saat kondisi aman dengan membentuk kerangka organisasi yang
ditempatkan pada Posko Mako Kogab TNI. Pembentukan organisasi
gabungan bersama secara penuh dilaksanakan setelah keluar Perintah
Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh Panglima
Komando Tugas Pengamanan Wilayah Perbatasan Gabungan Bersama
(Pangkogas Pamtas).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi gabungan bersama pengamanan wilayah


perbatasan dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Pengamanan Wilayah Perbatasan, yang dilaksanakan di
Posko Kogas gabungan bersama yang berada di Mako Kogab TNI.
Renops terdiri atas Rencana Kontinjensi dan Rencana Pelaksanaan
Operasi Kerjasama Pengamanan Wilayah Perbatasan.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi


Pengamanan Wilayah Perbatasan. Renkon operasi disusun
pada saat kondisi masih aman oleh Staf kerangka Kogas
gabungan bersama yang dipimpin oleh pejabat Pangkogas
yang ditunjuk. Leading sector penyusunan Renkon operasi
adalah Staf Perencanaan Kerangka Kogaspam gabungan
bersama.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi


Pengamanan Wilayah Perbatasan. Renlaks operasi gabungan
bersama merupakan penyempurnaan dari Renkon operasi
yang sudah dibuat. Renlaks operasi disusun oleh Staf Kogas
Pengamanan Perbatasan Gabungan Bersama yang dipimpin
oleh Pangkogas setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif
Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap). Leading sector
penyusunan Renlaks operasi adalah Staf Operasi Kogas
Pengamanan Perbatasan Gabungan Bersama.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan dalam rangka


menyiapkan kekuatan dan kemampuan Kogas Pamtas Gabungan
Bersama.

(1) Sebelum turun perintah persiapan dari Panglima TNI,


penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogas dilaksanakan
57

melalui pembangunan dan penggelaran kekuatan yang


mengacu kepada Renkon operasi pengamanan perbatasan.

(2) Setelah turun perintah persiapan dari Panglima TNI dan


Renlaks operasi sudah dibuat, maka penyiapan kekuatan dan
kemampuan TNI mengacu kepada Renlaks operasi gabungan
bersama.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


gabungan bersama pengamanan wilayah perbatasan, yaitu dimulai
setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi kerja sama pengamanan wilayah


perbatasan berakhir setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh
Pangkogab TNI dan dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi pengamanan wilayah perbatasan berada pada Pangkogas
Pengamanan Perbatasan Gabungan Bersama.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas Gabungan Bersama.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas Pengamanan Perbatasan Gabungan
Bersama.

b. Operasi Gabungan BersamaDukungan Evakuasi dan Pengungsian


(Evakuasi dan Pengungsian Darat, Laut dan Udara).

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi evakuasi


dan pengungsian adalah Komando Tugas (Kogas) Evakuasi dan
Pengungsian Gabungan Bersama. Organisasi ini merupakan organisasi
bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP Kogab
TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP. Pembentukan organisasi Kogas
dimulai dari kondisi aman dengan membentuk kerangka organisasi yang
ditempatkan pada Posko Mako Kogab TNI. Selanjutnya pembentukan
organisasi secara penuh dilaksanakan setelah dikeluarkannya Perintah
Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh Panglima
Komando Tugas Evakuasi dan Pengungsian Gabungan Bersama
(Pangkogas Evakuasi dan Pengungsian).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi evakuasi dan pengungsian dilaksanakan


dalam empat tahap, yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Evakuasi dan Pengungsian, yang dilaksanakan di Posko
Kogas Mako Kogab TNI. Renops terdiri atas Rencana Kontinjensi
58

dan Rencana Pelaksanaan Operasi Evakuasi dan Pengungsian


Gabungan Bersama.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Evakuasi


dan Pengungsian. Renkon disusun pada saat kondisi masih
aman oleh Staf kerangka Kogas gabungan bersama yang
dipimpin oleh pejabat Pangkogas yang ditunjuk. Leading
sector penyusunan Renkon operasi adalah Staf Perencanaan
Kerangka Kogas Evakuasi dan Pengungsian Gabungan
Bersama.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi Evakuasi


dan Pengungsian. Renlaks merupakan penyempurnaan dari
Renkon yang sudah dibuat. Renlaks operasi disusun oleh Staf
Kogas Evakuasi dan Pengungsian yang dipimpin oleh
Pangkogas setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif
Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap). Leading sector
penyusunan Renlaks operasi adalah Staf Operasi Kogas
Evakuasi dan Pengungsian Gabungan Bersama.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas Evakuasi dan Pengungsian Gabungan
Bersama.

(1) Sebelum turun perintah persiapan dari Panglima TNI,


penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogas Gabungan
Bersama dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon operasi
Evakuasi dan Pengungsian.

(2) Setelah diturunkannya perintah persiapan dari Panglima


TNI dan Renlaks operasi sudah dibuat, maka penyiapan
kekuatan dan kemampuan Kogas mengacu kepada Renlaks
operasi gabungan bersama Evakuasi dan Pengungsian.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


evakuasi dan pengungsian, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi evakuasi dan pengungsian berakhir


setelah dikeluarkan Perintah Pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi evakuasi berada pada Pangkogas Evakuasi dan
Pengungsian Gabungan Bersama.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas Evakuasi dan Pengungsian.
59

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas Evakuasi dan Pengungsian Gabungan
Bersama.

c. Operasi Gabungan Bersama Dukungan Kesehatan.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi Dukungan


Kesehatan adalah Komando Tugas Bantuan Kesehatan Gabungan
Bersama. Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk
oleh Pangkogab berdasarkan hasil ATP Kogab dalam rangka
penyelenggaraan OMSP, yang pelaksanaannya melibatkan Angkatan
Bersenjata negara tetangga atau negara lain yang berkepentingan dengan
instansi sipil terkait, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pembentukan organisasi Kogas Gabungan Bersama dimulai pada saat
kondisi aman dengan membentuk kerangka organisasi yang ditempatkan
pada Posko Mako Kogab. Pembentukan organisasi secara penuh
dilaksanakan setelah dikeluarkannya Perintah Persiapan dari Panglima TNI.
Organisasi ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas Dukungan
Kesehatan Gabungan Bersama (Pangkogas Dukungan Kesehatan).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi gabungan bersama dukungan kesehatan


dilaksanakan dalam empat tahap yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi Dukungan kesehatan, yang dilaksanakan di Posko Kogas
yang berada di Mako Kogab TNI. Renops terdiri atas Rencana
Kontinjensi dan Rencana Pelaksanaan Operasi Dukungan
Kesehatan.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Dukungan


kesehatan. Renkon operasi gabungan bersama disusun pada
saat kondisi aman oleh Staf kerangka Kogas yang dipimpin
oleh pejabat Pangkogas yang ditunjuk. Leading sector
penyusunan Renkon operasi adalah Staf Perencanaan
Kerangka Kogas Kesehatan Gabungan Bersama.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi Dukungan


Kesehatan. Renlaks operasi merupakan penyempurnaan dari
Renkon operasi yang sudah dibuat. Renlaks bantuan
kesehatan disusun oleh Staf Kogas yang dipimpin oleh
Pangkogas setelah Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif
Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap). Leading sector
penyusunan Renlaks operasi adalah Staf Operasi Kogas
Kesehatan Gabungan Bersama.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas Dukungan KesehatanGabungan Bersama.

(1) Sebelum turun perintah persiapan dari Panglima TNI,


penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogas dilaksanakan
melalui pembangunan dan penggelaran kekuatan yang
60

mengacu kepada Renkon operasi terpadu bantuan kesehatan


bersama.

(2) Setelah turun perintah persiapan dari Panglima TNI dan


Renlaks operasi sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogas mengacu kepada Renlaks operasi.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


bersama dukungan kesehatan, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi bersama dukungan kesehatan berakhir


setelah dikeluarkan perintah pengakhiran oleh Pangkogab TNI dan
dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi gabungan bersama dukungan kesehatan berada pada
Pangkogas Dukungan Kesehatan.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas Dukungan Kesehatan
Gabungan Bersama.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas, yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas Dukungan Kesehatan Gabungan Bersama.

d. Operasi Gabungan Bersama Rehabilitasi Akibat Bencana.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi Rehabilitasi


Akibat Bencana adalah Komando Tugas Rehabilitasi Akibat Bencana
Gabungan Bersama. Organisasi ini merupakan organisasi bentukan, yang
dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil ATP Kogab TNI dalam
rangka penyelenggaraan OMSP, yang pelaksanaannya melibatkan
Angkatan Bersenjata negara tetangga atau negara lain yang berkepentingan
dan terpadu dengan instansi sipil terkait, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Pembentukan organisasi dimulai pada saat kondisi aman dengan
membentuk kerangka organisasi Kogas yang ditempatkan pada Posko
Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara penuh dilaksanakan setelah
dikeluarkannya Perintah Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini
dipimpin oleh Panglima Komando Tugas Rehabilitasi Akibat Bencana
Gabungan Bersama (Pankogas Rehabilitasi Akibat Bencana).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi gabungan bersama rehabilitasi akibat


bencana dilaksanakan dalam empat tahap yaitu:

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi gabungan bersama Rehabilitasi Akibat Bencana, yang
dilaksanakan di Posko Kogas yang berada di Mako Kogab TNI.
61

Renops terdiri atas Rencana Kontinjensi dan Rencana Pelaksanaan


Operasi Rehabilitasi Akibat Bencana.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Gabungan


Bersama Rehabilitasi Akibat Bencana. Renkon operasi
disusun pada saat kondisi aman oleh Staf kerangka Kogas
gabungan bersama yang dipimpin oleh pejabat Pangkogas
yang ditunjuk. Leading sector penyusunan Renkon adalah
Staf Perencanaan Kerangka Kogas Rehabilitasi Akibat
Bencana Gabungan Bersama.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi


Rehabilitasi Akibat Bencana. Renlaks operasi merupakan
penyempurnaan dari Renkon operasi yang sudah dibuat.
Renlaks operasi disusun oleh Staf Kogas Rehabilitasi Akibat
Bencana yang dipimpin oleh Pangkogas setelah Pangkogab
TNI mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah
Persiapan/Prinsiap). Leading sector penyusunan Renlaks
operasi adalah Staf Operasi Kogas Rehabilitasi Akibat
Bencana Gabungan Bersama.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas Rehabilitasi Akibat Bencana.

(1) Sebelum turun perintah persiapan dari Panglima TNI,


penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogas gabungan
bersama yang dilaksanakan melalui pembangunan dan
penggelaran kekuatan yang mengacu kepada Renkon operasi
Rehabilitasi Akibat Bencana.

(2) Setelah turun perintah persiapan dari Panglima TNI dan


Renlaks operasi sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogas mengacu kepada Renlaks operasi
Rehabilitasi Akibat Bencana.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


Rehabilitasi Akibat Bencana, yaitu dimulai setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi kerjasama terpadu Rehabilitasi Akibat


Bencana berakhir setelah dikeluarkan perintah pengakhiran oleh
Pangkogab TNI dan dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi Rehabilitasi Akibat Bencana berada pada Pangkogas.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas Rehabilitasi Akibat
Bencana.
62

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas, yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas Rehabilitasi Akibat Bencana.

e. Operasi Gabungan Bersama Pemeliharaan Perdamaian Dunia.

1) Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi


pemeliharaan perdamaian dunia adalah Komando Tugas (Kogas)
Pemeliharaan Perdamaian Gabungan Bersama. Organisasi ini merupakan
organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan hasil
ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP, namun
pelaksanaannya melibatkan Angkatan Bersenjata negara tetangga atau
negara lain yang berkepentingan. Pembentukan organisasi dimulai pada
saat kondisi aman dengan membentuk kerangka organisasi Kogas yang
ditempatkan pada Posko Mako Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara
penuh dilaksanakan setelah dikeluarkannya Perintah Persiapan dari
Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh Panglima Komando Tugas
Pemeliharaan Perdamaian Gabungan Bersama (Pangkogas Pemeliharaan
Perdamaian).

2) Kegiatan. Kegiatan operasi pemeliharaan perdamaian dunia


dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap, yaitu :

a) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya


Rencana Operasi Pemeliharaan Perdamaian, yang dilaksanakan di
Posko Kogas dan berada di Mako Kogab TNI. Renops Pemeliharaan
Perdamaian terdiri atas Rencana Kontinjensi dan Rencana
Pelaksanaan Operasi Kerjasama Pemeliharaan Perdamaian.

(1) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi


Pemeliharaan Perdamaian. Renkon operasi disusun pada
saat kondisi aman oleh Staf kerangka Kogas gabungan
bersama yang dipimpin oleh pejabat Pangkogas yang ditunjuk.
Leading sector penyusunan Renkon operasi adalah Staf
Perencanaan Kerangka Kogas Pemeliharaan Perdamaian
Gabungan Bersama.

(2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Operasi


Pemeliharaan Perdamaian. Renlaks operasi merupakan
penyempurnaan dari Renkon yang sudah dibuat.Renlaks
operasi disusun oleh Staf Kogas gabungan bersama yang
dipimpin oleh Pangkogas setelah Pangkogab TNI
mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah Persiapan/Prinsiap).
Leading sector penyusunan Renlaks operasi adalah Staf
Operasi Kogas Pemeliharaan Perdamaian Gabungan
Bersama.

b) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan


dan kemampuan Kogas Pemeliharaan PerdamaianGabungan
Bersama.
63

(1) Sebelum turun perintah persiapan dari Panglima TNI,


maka penyiapan kekuatan dan kemampuan Kogas
dilaksanakan melalui pembangunan dan penggelaran kekuatan
yang mengacu kepada Renkon operasi Pemeliharaan
Perdamaian.

(2) Setelah turun perintah persiapan dari Panglima TNI dan


Renlaks operasi sudah dibuat, penyiapan kekuatan dan
kemampuan TNI mengacu kepada Renlaks.

c) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi


pemeliharaan perdamaian dunia, yaitu dimulai setelah Pangkogab
TNI mengeluarkan Perintah Operasi.

d) Pengakhiran. Operasi pemeliharaan perdamaian dunia


berakhir setelah dikeluarkan perintah pengakhiran oleh Pangkogab
TNI dan dilanjutkan dengan proses konsolidasi.

3) Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

a) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan


operasi pemeliharaan perdamaian dunia berada pada Pangkogas.

b) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas Pemeliharaan Perdamaian
Gabungan Bersama.

c) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan


wewenang tugas dan tanggung jawab Pangkogas yang dilaksanakan
berdasarkan ATP Kogas Pemeliharaan Perdamaian Gabungan
Bersama.

27. Operasi Gabungan Bersama Terpadu. Operasi Gabungan Bersama


Terpadu Bencana diarahkan untuk menanggulangi, bencana banjir, gempa bumi, gunung
meletus, dan bencana tsunami serta bencana lain yang memerlukan keterlibatan TNI,
Instansi pemerintah dan negara lain.

a. Organisasi. Organisasi yang menyelenggarakan operasi gabungan


bersama terpadu penanggulangan bencana adalah Komando Tugas (Kogas)
Penanggulangan Bencana Gabungan Bersama Terpadu. Organisasi ini
merupakan organisasi bentukan, yang dibentuk oleh Pangkogab TNI berdasarkan
hasil ATP Kogab TNI dalam rangka penyelenggaraan OMSP, yang
pelaksanaannya melibatkan angkatan bersenjata negara lain dan gabungan
bersama terpadu dengan instansi sipil dari dalam maupun luar negeri.
Pembentukan Organisasi Kogas Gabungan Bersama Terpadu dimulai pada saat
kondisi aman dengan membentuk kerangka organisasi yang ditempatkan pada
Posko Kogab TNI. Pembentukan organisasi secara penuh dilaksanakan setelah
dikeluarkannya Perintah Persiapan dari Panglima TNI. Organisasi ini dipimpin oleh
Panglima Komando Tugas (Pangkogas) Penanggulangan Gabungan Bersama
Terpadu.
64

b. Kegiatan. Kegiatan operasi gabungan bersama terpadu penanggulangan


bencana dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap, yaitu :

1) Perencanaan. Merupakan tahap kegiatan disusunnya Rencana


Operasi gabungan bersama terpadu Penanggulangan Bencana,
dilaksanakan di Posko Kogasyang berada di Mako Kogab TNI. Renops
terdiri atas Rencana Kontinjensi dan Rencana Pelaksanaan Operasi
gabungan bersama terpadu Penanggulangan Bencana.

a) Penyusunan Rencana Kontinjensi Operasi Gabungan


Bersama Terpadu Penanggulangan Bencana. Renkon disusun pada
saat kondisi aman oleh Staf kerangka Kogas yang dipimpin oleh
pejabat Pangkogas yang ditunjuk. Leading sector penyusunan
Renkon adalah Staf Perencanaan Kerangka Kogas Gabungan
Bersama terpadu.

b) Penyusunan rencana pelaksanaan operasi gabungan bersama


terpadu penanggulangan bencana. Renlaks operasi merupakan
penyempurnaan dari Renkon yang sudah dibuat. Renlaks operasi
disusun oleh Staf Kogas yang dipimpin oleh Pangkogas setelah
Pangkogab TNI mengeluarkan Direktif Persiapan (Perintah
Persiapan/Prinsiap). Leading sector penyusunan Renlaks operasi
adalah Staf Operasi Kogas Penanggulangan Bencana Gabungan
Bersama Terpadu.

2) Persiapan. Merupakan tahap kegiatan menyiapkan kekuatan dan


kemampuan Kogas Penanggulangan Bencana Gabungan Bersama
Terpadu.

a) Sebelum turun perintah persiapan dari Panglima TNI,


penyiapan kekuatan dan kemampuan dilaksanakan melalui
pembangunan dan penggelaran kekuatan yang mengacu kepada
Renkon operasi Penanggulangan Bencana Gabungan Bersama
Terpadu.

b) Setelah turun perintah persiapan dari Panglima TNI dan


Renlaks operasi Penanggulangan Bencana Gabungan Bersama
Terpadu yang sudah dibuat, maka penyiapan kekuatan dan
kemampuan Kogas mengacu kepada Renlaks Penanggulangan
Bencana Gabungan Bersama Terpadu.

3) Pelaksanaan. Merupakan tahap dilaksanakannya operasi gabungan


bersama terpadu penanggulangan bencana, yaitu dimulai setelah
Pangkogab TNI mengeluarkan Perintah Operasi.

4) Pengakhiran. Operasi gabungan bersama terpadu penanggulangan


bencana berakhir setelah dikeluarkan perintah pengakhiran oleh Pangkogab
TNI dan dilanjutkan dengan proses konsolidasi.
65

c. Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab.

1) Wewenang tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan operasi


gabungan bersama terpadu penanggulangan bencana berada pada
Pangkogas.

2) Dalam menjalankan wewenang tugas dan tanggung jawabnya


Pangkogas dibantu oleh para Staf Kogas Penanggulangan Bencana
Gabungan Bersama Terpadu.

3) Pembentukan Satuan-satuan Tugas (Satgas) merupakan wewenang


tugas dan tanggung jawab Pangkogas yang dilaksanakan berdasarkan ATP
Kogas Penanggulangan Bencana Gabungan Bersama Terpadu.

BAB IV
KOMANDO DAN KENDALI

28. Umum. Komando dan kendali dalam operasi gabungan TNI merupakan fungsi
komando seorang Panglima/Komandan atas semua satuan yang terlibat dalam
penyelenggaraan operasi gabunganTNI. Sistem Komando dan kendali yang baik dapat
meniadakan duplikasi atau saling intervensi antar komponen yang terlibat dalam
penyelenggaraan operasi gabunganTNI, sehingga benar-benar dapat terjamin
terlaksananya tugas yang harus dikerjakan mengalir dari atas sampai kepada unsur yang
paling bawah dalam rangka mencapai terwujudnya keberhasilan tugas pokok TNI.

29. Komando dan Kendali OMP dan OMSP.

a. Komando Tertinggi (National Command Authority/NCA). Pada strata


Grand Strategy, wewenang komando tertinggi untuk mengerahkan dan
menggunakan kekuatan TNI berada pada Presiden RI selaku pemegang
kekuasaan tertinggi atas TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut dan TNI
Angkatan Udara.

b. Komando Penuh (Full Command). Pada strata Sub-grand strategy


(Strategi Militer/TNI), wewenang dan tanggung jawab operasi militer berada pada
Panglima TNI untuk mengeluarkan perintah kepada satuan bawah. Wewenang
dan tanggung jawab tersebut meliputi setiap aspek operasi militer dan administrasi
dalam arti luas. Jadi tidak ada seorang Panglima dari Komando Gabungan
dan jajaran komando dibawahnya yang memiliki wewenang komando penuh
atas satuan yang ditugaskan kepadanya.

c. Komando dan Kendali Operasi. Komando dan kendali operasi


merupakan kewenangan yang dimiliki oleh seorang Panglima Komando
Gabungan dan Panglima Komando Tugas Gabungan atas satuan-satuan
yang ditugaskan dibawah komandonya untuk mengkomposisikan satuan,
memberikan tugas, menentukan sasaran, mengendalikan dan mengawasi
sumber daya yang diberikan serta memimpin dengan kewenangan yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas.

d. Komando Operasional. Komando Operasional adalah wewenang yang


dimiliki oleh Panglima Komando Gabungan untuk menetapkan tugas pokok dan
66

tugas-tugas kepada para Panglima Komando Tugas Gabungan yang berada


dibawahnya dalam menggelar atau menugaskan satuan-satuannya, memegang
atau mendelegasikan komando taktis, kendali operasional, dan atau kendali
taktis, termasuk kendali bidang administrasi dan logistik.

e. Kendali Operasional. Kendali Operasional adalah wewenang dimiliki oleh


Panglima Komando Gabungan untuk menggelar dan mengarahkan satuan-
satuan yang ditugaskan kepada komandonya, sehingga dapat menyelesaikan
tugas pokok maupun tugas-tugas, memegang atau melimpahkan pengendalian
taktis terhadap satuan-satuan dalam komandonya. Wewenang ini mencakup
wewenang pengendalian dalam bidang administrasi.

f. Komando Taktis. Komando Taktis adalah wewenang yang dimiliki oleh


Panglima Komando Tugas Gabungan dan komandan-komandan satuan
bawahannya pada tingkat taktis (di bawah tingkat operasional) untuk
merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan operasi dari satuan-satuan
yang ditugaskan/di-BKO-kan (Bawah Komando Operasi) kepadanya dalam
pelaksanaan tugas operasi.

g. Kendali Taktis. Wewenang yang dimiliki oleh Panglima Komando Tugas


Gabungan dan Komandan Satuan bawahannya untuk memimpin satuan yang
ditugaskan ataupun satuan yang berstatus di Bawah Kendali Operasi, yang
dibatasi pada kewenangan untuk memberikan petunjuk-petunjuk pada level
taktis dan kendali pergerakan ataupun manuver untuk menyelesaikan misi ataupun
tugas pokok dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
67

BAB V
PENUTUP

30. Perlakuan. Doktrin Operasi gabungan TNI ini yang berisi ajaran-ajaran
fundamental tentang pokok-pokok operasi dan penyelenggaran operasi harus dipedomani
dalam setiap penyelenggaraan operasi gabungan TNI.

31. Pengamalan.

a. Dengan telah dirumuskan Doktrin Operasi gabungan TNI ini, diharapkan


dapat digunakan sebagai pedoman dalam setiap penyelenggaraan operasi
gabungan.

b. Sesuai dengan stratifikasi doktrin TNI, untuk pemenuhan kebutuhan doktrin-


doktrin operasi gabungan TNI, perlu disusun doktrin-doktrin operasional yang
mengajarkan tentang Kampanye Militer untuk OMP dan Kampanye Militer untuk
OMSP serta doktrin-doktrin taktis yang mengajarkan tentang operasi gabungan.

c. Untuk penyempurnaan lebih lanjut, naskah ini tidak menutup kemungkinan


dilakukan berbagai perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan di lapangan.

d. Dilarang memperbanyak tanpa seijin Panglima TNI dhi. Asops Panglima


TNI.

a.n. Panglima TNI


Asops

Hambali Hanafiah
Mayor Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai