Anda di halaman 1dari 49

KONFIDENSIAL

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran Surat Keputusan Danpussenif


PUSAT KESENJATAAN INFANTERI Nomor Skep / / / 2005
Tanggal 2005

BUKU PETUNJUK LAPANGAN

tentang

GERILYA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

a. Dalam peperangan tidak hanya dua Angkatan Bersenjata yang terlibat.


Perang dapat meluas dan mendalam dengan berbagai alasan yang bersifat teknis
di lapangan. Perang pada waktu sekarang mempunyai sejumlah kualitas, seluruh
rakyat dengan harta dan sumber daya yang dimiliki dikerahkan untuk dapat
mencapai kemenangan. Seluruh sumber daya yang ada harus disatukan, untuk
mengalahkan lawan tidak hanya angkatan bersenjatanya yang harus dikalahkan
tetapi juga mengalahkan kekuatan politiknya serta sosial ekonominya. Perang
modern akan menggerakkan seluruh kekuatan militer, politik, psikologi dan sosial
ekonomi pada saat yang sama. Pihak yang terlibat dalam perang, baik yang
menyerang maupun diserang akan mengerahkan secara total kekuatan rakyatnya
untuk pertahanan.

b. Untuk dapat melaksanakan perang berlarut sesuai sistem pertahanan


negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang TNI,
Doktrin “KEP” tentang operasi militer untuk perang maka perlu disusun kekuatan
yang bersumber dari Angkatan Bersenjata (TNI), Komponen Cadangan dan
Komponen Pendukung sehingga perang dapat dijalankan dalam jangka waktu
yang lama serta melibatkan aspek militer, politik, psikologi dan sosial ekonomi.

KONFIDENSIAL
4

c. Gerilya merupakan cara berperang yang tidak terikat secara resmi pada
ketentuan perang, biasanya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan dengan
tiba-tiba.Walaupun demikian perlu dibuat Buku Petunjuk Lapangan tentang Gerilya
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas.

2. Maksud dan Tujuan

a. Maksud. Sebagai pedoman pokok bagi jajaran TNI AD dan satuan


pengguna dalam pembinaan dan penggunaan gerilya.

b. Tujuan. Agar diperoleh persamaan persepsi tentang gerilya, sehingga


dipeoleh daya guna dan hasil guna yang optimal.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut

a. Ruang Lingkup. Meliputi pengetahuan tentang gerilya dan kegiatannya


dalam operasi perlawanan wilayah.

b. Tata Urut

1) Pendahuluan.
2) Pokok-Pokok Organisasi, Tugas dan Tanggung Jawab.
3) Pelaksanaan.
4) Komando dan Pengendalian.
5) Penutup.

4. Landasan

a. Undang-Undang No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.


b. Undang-Undang No 34 Tahun 2004 tentang TNI.
c. Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma 2000 (Naskah Sementara).
d. Doktrin Kartika Eka Paksi.
e. Bujukin Infanteri No Skep 58/III/2004 tanggal 9 Maret 2004.
5

f. Naskah Sementara Buku Petunjuk Operasi Infanteri no Skep 56/XI/2004


tanggal 23 Nopember 2004.
g. Buku Pokok-Pokok Gerilya karangan Jenderal AH. Nasution.

5. Pengertian-Pengertian. Sub Lampiran A

BAB II
POKOK-POKOK ORGANISASI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

6. Umum. Gerilya merupakan cara berperang yang tidak terikat secara resmi
pada ketentuan perang, biasanya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan dengan tiba-
tiba. Organisasi gerilya terdiri dari tentara reguler, para militer dan rakyat yang secara
spontan ikut serta dalam usaha mempertahankan negara. Tugas dan tanggung jawab
satuan gerilya terletak pada kewajibannya dalam membela kedaulatan negara.
Pemahaman arti gerilya dalam lingkup operasi gerilya hendaknya diorientasikan pada
pola operasi penggunaan militer untuk perang, dalam arti gerilya timbul sebagai strategi
menghadapi akibat militer yang dilancarkan oleh negara lain, dimana keunggulan
kekuatan berada di pihak musuh.

a. Gerilya. Gerilya berasal dari kata GUERRILIA yang berarti perang kecil.
Asal kata ini terjadi pada waktu Napoleon berusaha menduduki SPANYOL. Bangsa
Spanyol yang gigih mempertahankan daerahnya membentuk suatu pasukan kecil-
kecil untuk menghancurkan kekuatan Napoleon dari dalam dan mereka
melaksanakan GUERRILIA atau perang kecil.
GERILYA :

1) Seorang Komandan bukan anggota pasukan yang tersusun dan


diakui.
2) Merupakan pelopor ideologi dan pelopor pertempuran.
6

3) Bertugas untuk merongrong dan mengurangi kemampuan bertempur


musuh.

b. Operasi Gerilya. Adalah bagian utama dari operasi perlawanan wilayah


dimana diutamakan untuk merongrong kekuatan musuh di daerah belakang dan
komunikasinya, sehingga kekuatan dan kemampuan perang musuh semakin
berkurang tanpa mengambil resiko kehancuran kekuatan perang sendiri.

c. Perang gerilya. Perang secara Non konvensionil, dilakukan oleh pasukan


yang lemah/kecil terhadap lawan yang besar/kuat, dengan menghancurkan musuh
guna mencapai tujuan politik atau tercapainya pertimbangan kekuatan yang
menguntungkan untuk dilanjutkan dengan operasi-operasi yang lebih besar dan
menentukan.

d. Perang Partisan. Perang partisan merupakan salah satu bentuk perang


gerilya yang dilakukan oleh lapisan masyarakat secara spontan oleh karena
adanya musuh yang menguasai daerahnya dan lapisan masyarakat tersebut belum
terorganisir pada waktu sebelum perang.

e. Perang Revolusioner.

1) Perang revolusioner adalah suatu bentuk perang untuk merebut


kekuasaan negara dengan kekerasan senjata, yang umumnya dilancarkan
secara bertahap.

2) Perang revolusioner selalu didahului oleh gerakan-gerakan politik,


baik yang legal maupun yang tidak legal. Selama perang revolusioner
berlangsung, kegiatan politik berjalan terus.

7. Organisasi.

a. Organisasi. Organisasi satuan gerilya terdiri dari tentara reguler, personel


para militer dan rakyat yang secara spontan ikut serta dalam usaha
mempertahankan negara. Dalam hal ini satuan gerilya Indonesia nantinya terdiri
7

dari berbagai komponen, sesuai dengan Undang-Undang No. 34 tahun 2004


tentang TNI maka komponen-komponen tersebut adalah komponen utama yaitu
TNI, komponen cadangan dan komponen pendukung yang kondisinya tentunya
sudah lemah karena dikuasai oleh musuh.

b. Tugas Pokok. Tugas pokok satuan gerilya disesuaikan dengan


situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat itu. Pada umumnya satuan gerilya
mampu melaksanakan operasi intelijen, tempur, teritorial dan kamtibmas, dimana
operasi tempur dititik beratkan pada pada operasi gerilya untuk merongrong
kekuatan bersenjata lawan di daerah belakang dan garis komunikasinya, agar
kekuatan dan kemampuan perangnya semakin berkurang sehingga diperoleh
kekuatan yang relatif seimbang untuk melaksanakan offensif balas .

8. Tugas dan Tanggung Jawab.

a. Komandan satuan gerilya.

1) Memimpin semua kegiatan untuk pelaksanaan tugas pokok gerilya.


2) Memelihara, mengawasi kelancaran pelaksanaan kegiatan gerilya.
3) Memupuk nilai tempur yang tinggi dari seluruh anggota gerilya.
4) Memelihara moril dan kesiapan satuan gerilya.
5) Memelihara hubungan baik dengan rakyat didaerah operasi.

b. Satuan gerilya.

1) Melaksanakan kegiatan untuk pelaksanaan tugas pokok gerilya.


2) Turut mengawasi kelancaran dari pelaksanaan kegiatan gerilya.
3) Memupuk nilai tempur yang tinggi.
4) Memelihara moril dan kesiapan.
5) Turut memelihara hubungan baik dengan rakyat di daerah operasi.

9. Kemampuan dan Batas Kemampuan

a. Kemampuan.
8

1) Motivasi,semangat dan mental ideologi. Pada hakekatnya perang


gerilya adalah untuk mengembalikan kekuasaan pemerintah yang telah
jatuh ke tangan musuh, sehingga harus mempunyai landasan ideologi yang
kuat, mental baja serta semangat menyerang yang tinggi sebagai dasar
perjuangan untuk memenangkan perang.

2) Pelopor politik. Untuk mendukung dan menggerakkan jalannya


pemerintahan yang hendak dicapai, pasukan gerilya harus menjadi pelopor
politik yang harus berjuang didepan untuk menghancurkan musuh.

3) Penguasaan daerah operasi. Dengan menyiapkan daerah gerilya


dan daerah- daerah operasi untuk memperluas daerah penguasaan gerilya.

4) Mendapat dukungan rakyat.

5) Penguasaan terhadap sosial budaya.

b. Batas Kemampuan.

1) Pasukan kecil dan alat peralatan kurang.


2) Menderita tekanan fisik, mental akibat pertempuran yang berlarut.
3) Daerah pangkal yang tidak selalu ideal atau memenuhi syarat.
4) Teknologi terbatas maka pengaruhi mobilitas, daya tembak dan
komunikasi.
5) Tindakan pengamanan merupakan tindakan yang diprioritaskan.
6) Perlawanan/aksi yang tidak terang-terangan.
7) Logistik sangat tergantung pada kemampuan bantuan rakyat
8) Kegiatan administrasi tidak dapat berjalan dengan baik.

BAB III
PELAKSANAAN
9

10. Umum. Azas, Prinsip dalam perang gerilya pada prinsipnya sama dengan
perang konvensional. Tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran
dalam pelaksanaan operasi serta taktik, teknik dalam perang konvensional dan lawan
gerilya juga berlaku untuk perang gerilya, namun penerapan di lapangan sesuai situasi
dan kondisi.

11. Azas-azas Perang Gerilya

a. Azas Perang Gerilya pada dasarnya sama dengan azas perang rakyat
semesta (perata) yang menerapkan azas perang universal dan khusus yakni :

1) Azas-azas Perang Universal :

(a) Memegang teguh tujuan.


(b) Azas Ofensif.
(c) Pemusatan tenaga menurut ruang waktu.
(d) Penghematan tenaga untuk memungkinkan pemusatan.
(e) Pendadakan dan penipuan.
(f) Pengamanan segala usaha.
(g) Kesederhanaan dalam rencana.
(h) Ketinggian moril dari seluruh kekuatan perang.
(i) Gerakan untuk penempatan yang lebih baik.
(j) Kesatuan komando seluruh kekuatan perang.

2) Azas-azas Perang khusus :

(a) Perlawanan teratur secara terus menerus.


(b) Tidak mengenal menyerah.
(c) Keutuhan dan kesatuan idiologi dan politik.
(d) Kekenyalan dalam pikiran dan tindakan.
(e) Penyebaran untuk menghindari pemusnahan.
10

b. Azas di atas menurut ruang dan waktu diperlukan terhadap seluruh usaha
perang, yaitu dibidang idiologi, sosial budaya, sosial politik, sosial ekonomi dan
militer.

c. Azas-azas perang yang sangat menonjol dalam perang Gerilya adalah azas
yang tersebut pada azas khusus perata dan azas perang universal yaitu :

1) Ofensif untuk memegang inisiatif.


2) Pendadakan.
3) Kesatuan komando

12. Sifat Perang Gerilya.

a. Perang Gerilya adalah :

1) Perang yang sifatnya perjuangan semesta.


2) Perang Ideologi.
3) Dilakukan dengan motivasi perjuangan yang tinggi.

b. Perang Gerilya dalam lingkup strategis adalah defensif sehingga tidak akan
menentukan kemenangan akhir. Kemenangan perang hanya dapat dengan
ofensif oleh satuan-satuan reguler yang teratur dan setara.

c. Pimpinan dan perencanaan disentralisasi tetapi pelaksanaan


didesentralisasi secara penuh dari tingkat wilayah sampai tingkat daerah Gerilya
yang terendah.

13. Kedudukan Hukum. Dalam Hukum Internasional tidak disebut-sebut istilah


pasukan gerilya tetapi yang ada adalah pasukan partisan dimana disebutkan syarat-
syarat pasukan partisan agar mereka di dalam perang diperlakukan sama dengan
kesatuan reguler. Agar dapat diperlakukan sebagai tawanan perang berdasarkan hukum
Internasional apabila tertawan, maka pasukan Gerilya harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :

a. Dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab atas bawahannya.


b. Mempunyai tanda pengenal serta dikenal dari jarak jauh.
11

c. Membawa senjata secara terbuka.


d. Menyelenggarakan operasi sesuai dengan hukum dan kebijaksanaan
perang.

14. Konsep Pelaksanaan Perang Gerilya

a. Pola Operasi Militer untuk Perang. Sesuai Doktrin Kartika Eka Paksi
bahwa perang gerilya merupakan penggunaan militer pada pola operasi militer
untuk perang, yaitu pada tahap operasi perlawanan wilayah. Adapun penggunaan
militer pada pola operasi militer untuk perang yaitu :

1) Terhadap Agresi Langsung. Pola operasi perang dalam rangka


menghadapi agresi langsung bersifat pertahanan mendalam (defence in
deph) sebagai berikut :

a) Operasi Pencegahan. Tahapan operasi pencegahan


dilaksanakan untuk membatalkan atau mencegah niat musuh
melakukan tindakan permusuhan. Sasaran operasi di daerah musuh,
diimbangi dengan sasaran di negara lain atau badan-badan
internasional untuk meningkatkan voting power dan membentuk opini
yang mendukung Indonesia.

b) Operasi Penindakan. Tahapan operasi penindakan


dilaksanakan apabila operasi pencegahan tidak berhasil dan musuh
melanjutkan agresi langsungnya. Operasi penindakan bertujuan
untuk menggagalkan atau menghancurkan musuh, sebagai berikut :

(1) Zona I, medan pertahanan penyanggah dimulai dari


garis batas ZEE keluar dengan menggunakan kekuatan laut
dan udara.

(2) Zona II, medan pertahanan utama dimulai dari garis


batas ZEE ke dalam garis batas laut teritorial dengan
menggunakan kekuatan laut dan udara.
12

(3) Zona III, medan perlawanan dimulai dari garis batas laut
teritorial ke dalam dengan mengunakan kekuatan darat, laut
dan udara serta komponen pertahanan negara lainnya.

c) Operasi Perlawanan Wilayah. Tahapan operasi perlawanan


wilayah dilaksanakan bila operasi penindakan tidak berhasil dan
musuh menguasai sebagian atau seluruh wilayah nasional. Operasi
perlawanan wilayah dilaksanakan dengan cara gerilya untuk
merongrong kekuatan musuh sampai perimbangan kekuatan beralih
kepada kekuatan sendiri. TNI AD merupakan kekuatan utama
perlawanan di wilayah daratan.

d) Operasi Serangan Balas. Tahapan operasi serangan balas


dilakukan bila operasi perlawanan berhasil dengan tujuan
menghancurkan musuh atau memaksa meninggalkan wilayah
nasional Indonesia serta mencegah perkuatan musuh dalam
upayanya menguasai kembali wilayah darat, laut dan udara nasional.
TNI AD merupakan kekuatan utama operasi di wilayah daratan.

e) Operasi Pemulihan Keamanan. Tahapan operasi pemulihan


keamanan dilaksanakan bila tahapan-tahapan operasi sebelumnya
berhasil dengan tujuan untuk melakukan konsolidasi kekuatan,
rehabilitasi dan stabilitasi daerah-daerah yang rusak akibat perang
baik secara fisik maupun non fisik serta pemulihan hubungan antar
negara.

2) Terhadap Agresi tak langsung.

a) Operasi Pencegahan. Tahapan operasi pencegahan


dilaksanakan dengan tujuan yang sama dengan operasi pencegahan
yang dilaksanakan untuk menghadapi agresi langsung. Operasi
pencegahan dilakukan pula dengan sasaran masyarakat di dalam
negeri dengan melakukan pembinaan ketahanan nasional dan
kesadaran bela negara dalam rangka menciptakan daya tangkal
terhadap penggalangan dan provokasi pihak asing sesuai aturan
13

perundang-undangan yang mengatur wewenang dan tanggung jawab


TNI AD dalam pelaksanaan pembinaan.

b) Operasi Penindakan. Tahapan operasi penindakan


dilaksanakan secara simultan dengan operasi pencegahan untuk
mengantisipasi bahwa agresi tak langsung tidak dilaksanakan dengan
tahapan yang berurutan. Operasi penindakan bertujuan untuk
menggagalkan dan mengatasi infiltrasi, berbagai langkah destruktif
musuh, memisahkan infiltran dengan rakyat, melokalisasi ruang gerak
musuh dan partisan rakyat, menghancurkan kekuatan perlawanan
yang telah terbentuk serta mencegah berubahnya agresi tak
langsung menjadi agresi langsung.

c) Operasi Perlawanan Wilayah. Tahapan operasi perlawanan


wilayah dilaksanakan bila operasi penindakan tidak berhasil.
Pelaksanaannya sama dengan operasi perlawanan wilayah untuk
menghadapi agresi langsung bila seluruh wilayah nasional dikuasai
oleh musuh bersama kekuatan perlawanan yang dibantu. Dalam hal
musuh hanya menguasai sebagian wilayah, maka tindakan untuk
mengatasi dilaksanakan dengan operasi penindakan yang
ditingkatkan dengan mengerahkan komponen pertahanan pusat dan
daerah lain sesuai kebutuhan.

d) Operasi Serangan Balas. Tahapan serangan balas hanya


dilaksanakan bila operasi perlawanan wilayah berhasil melumpuhkan
atau menghancurkan musuh dan kekuatan perlawanan yang dibantu
di seluruh wilayah nasional. Pelaksanaan operasi serangan balas
sama dengan operasi menghadapi agresi langsung dengan tujuan
memutus hubungan musuh dengan kekuatan perlawanan dan
menghancurkan kekuatan perlawanan di dalam negeri.

e) Operasi Pemulihan Keamanan. Tahapan operasi pemulihan


keamanan dilaksanakan setelah operasi penindakan atau operasi
serangan balas berhasil dengan tujuan untuk melakukan konsolidasi
kekuatan, rehabiltasi dan stabilitasi daerah-daerah yang rusak akibat
14

perang baik secara fisik maupun non fisik dan pemulihan hubungan
antar negara.

b. Penyiapan wilayah.

1) Klasifikasi wilayah. Wilayah nasional diklasifikasikan menjadi :

a) Sasaran vital (bagi ancaman nyata dari musuh).


b) Jalan pendekat utama.
c) Sumber daya alam.
d) Pangkalan perlawanan.

2) Kompartementasi daerah. Dari klasifikasi di atas dapat


ditentukan menjadi kompartemen pertahanan, baik yang bersifat strategis
maupun taktis. Kompartementasi ini dimaksud agar masing-masing daerah
dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga mampu melaksanakan secara
terus menerus berdiri sendiri ataupun dibantu oleh daerah lain.

3) Penyiapan Daerah.

a) Melalui pengintegrasian kepentingan Hanneg dengan


pembangunan secara serasi. Keserasian ini menumbuhkan
hubungan timbal balik secara fisik dan psikologis antara semua pihak
yang terkait. Di samping itu terwujud pembagian tugas yang jelas
dalam mewujudkan sasaran pembangunan oleh tiap unsur. Kelak
akan dapat ditentukan mana daerah pangkalan, daerah penyangga
dan daerah tempur. Untuk daerah pangkalan dapat juga ditentukan
daerah pangkalan utama, cadangan, pengganti dan tipuan. Demikian
juga daerah pangkalan perlawanan yang diperlukan sesuai
kebutuhan operasi kelak.

Gambar Klasifikasi Daerah Type “B” untuk Gerilya


15

1. DAERAH PANGKAL
2. DAERAH PENYANGGA
3. DAERAH SENJA
1 2 3 4 4. DAERAH OPERASI TEMPUR

b) Pembagian Daerah/Klasifikasi Daerah.

(1) Daerah Pangkal.

(a) Daerah pangkal ialah daerah dimana dihimpun


kegiatan-kegiatan, baik daya tempur, daya intelijen,
daya teritorial dan daya wilayah secara maksimal.

(b) Merupakan pusat operasi darimana kegiatan


dilancarkan tempat penyusunan, konsolidasi, istirahat
dan penimbunan logistik. Oleh karenanya daerah
pangkal tidak hanya dapat dihutan/gunung tetapi
mungkin juga dapat di tengah kota.

(c) Syarat-syarat daerah pangkal :

i. Dikuasai penuh oleh pasukan gerilya,


minimal dibawah pengaruh.

ii. Daerah relatif sukar didatangi musuh.


16

iii. Rakyat membantu gerilya sepenuhnya.

iv. Secara ekonomis mampu berdiri sendiri


minimal dibidang pangan.

v. Mudah untuk menyelinap/menghilang


serta di dapat kemungkinan berkedudukan
sentral.

(d) Satuan Gerilya dalam menentukan RAH KAL :

i. Dapat menempati beberapa daerah


pangkal.

Gambar RAH KAL

RAHKAL RAHKAL RAHKAL

ii. Dpt merupakan sebagian Rahkal.

RAHKAL YONIF

RAHKAL BRIGIF

iii. Rah Kal ditentukan oleh Komandan


atasan, tetapi dalam keadaan tertentu Dansat
Gerilya dapat menentukan sendiri.

iv. Dansat menentukan daerah pangkal untuk


Satuan-satuan gerilya dan daerah pangkal
cadangan.
17

(e) Kegiatan Satuan Gerilya dalam daerah pangkal.

i. Memantapkan dan menegakkan wibawa


pemerintah. Sebagai kesatuan gerilya ikut
membantu menegakkan kewibawaan
pemerintah, menjaga agar rakyat percaya
terhadap kemampuan pemerintahnya untuk
melindungi, menjaga keselamatan rakyat.

ii. Membina kesetiaan penduduk terhadap


pemerintah, mereka harus yakin untuk apa
berperang sehingga keselamatan serta
perlindungan terhadap pasukan gerilya dapat
terjamin.

iii. Menyiapkan logistik wilayah untuk


kesiapan tugas.

iv. Mengamankan daerah pangkal. Dengan


membentuk organisasi teritorial yang kuat dan
menempatkan sel-sel intelijen, sehingga daerah
pangkal bebas dari pendadakan musuh.

(f) Titik berat operasi di daerah pangkal adalah


memantapkan kondisi daerah pangkal, baik geografi
maupun kondisi sosial untuk dapat dijadikan suatu basis
gerilya yang tangguh dengan melaksanakan operasi
teritorial dibantu dengan operasi intelijen sebagai
operasi pendukung.

(2) Daerah Penyangga.


18

(a) Daerah penyangga merupakan daerah


lingkungan pengamanan terhadap daerah pangkal
sekaligus merupakan daerah pertahanan garis kedua
untuk mencegah penerobosan musuh ke daerah
pangkal.

(b) Merupakan daerah yang masih dalam


penguasaan gerilya, baik di tinjau dari penguasaan
medan maupun pengaruh terhadap rakyat.

(c) Titik berat operasi yang dilaksanakan di daerah


penyangga adalah operasi teritorial untuk memantapkan
rakyat sehingga memungkinkan perluasan daerah
pangkal, dibantu dengan operasi intelijen untuk
menunjang pengamanan terhadap kemungkinan
penerobosan musuh, baik ke daerah penyangga
maupun daerah pangkal.

Operasi tempur dilakukan terutama untuk


menghancurkan sel-sel yang berusaha merongrong
gerilya dari dalam.

(d) Kegiatan di daerah penyangga.

i. Menegakkan kewibawaan pemerintah dan


memelihara ketertiban umum dalam masyarakat.
ii. Mengembangkan kesetiaan penduduk
terhadap pemerintah.
iii. Menghancurkan kemungkinan adanya
jaringan intelijen musuh.
iv. Membangun kondisi daerah penyangga
sehingga memungkinkan perluasan daerah
pangkal.
19

v. Menghancurkan kemungkinan adanya


penerobosan musuh.
vi. Mengadakan patroli pengamanan.

(3) Daerah Senja.

(a) Daerah senja merupakan daerah lingkungan


pertahanan pertama terhadap daerah pangkal.

(b) Merupakan daerah perebutan kekuasaan, baik


oleh musuh maupun kita dapat mengadakan kontrol.
terutama yang dijadikan obyek perebutan adalah
masyarakat.

(c) Titik berat operasi di daerah senja adalah operasi


intelijen dibantu dengan operasi tempur dan operasi
teritorial. Kerawanan-kerawanan dalam bidang
kehidupan masyarakat harus dapat ditanggulangi agar
tidak dimanfaatkan oleh pihak lawan untuk menghantam
gerilya.

Penghayatan ideologi harus dipertebal untuk dapat


diamalkan sebagai penolak terhadap ideologi musuh,
sehingga daerah senja ini dapat sepenuhnya dikuasai
oleh pihak gerilya.

(d) Kegiatan-kegiatan di daerah senja :

i. Membantu intelijen dengan menempatkan


sel-sel dan jaring-jaring intelijen untuk
mengetahui gerak gerik musuh serta
menghancurkan jaringan intelijen musuh.

ii. Menghancurkan pemerintahan boneka


yang dibentuk oleh musuh.
20

iii. Menghimpun, menarik simpati rakyat


terutama yang berfihak kepada musuh untuk
merubah supaya memihak kepada pasukan
gerilya.

iv. Mempertinggi kesetiaan penduduk.

v. Membantu menegakkan wibawa


pemerintah.

(4) Daerah Operasi Tempur.

(a) Daerah operasi tempur merupakan daerah yang


dikuasai sepenuhnya oleh musuh, baik rakyat maupun
pemerintahan sepenuhnya dipengaruhi musuh.

(b) Merupakan daerah operasi dimana pasukan


gerilya beroperasi untuk menentukan sasaran-sasaran
bagi Sat Pur.

(c) Titik berat operasi di daerah tempur ini adalah


operasi tempur dimana tujuan utama menghancurkan
musuh/ kekuatannya dan merebut daerah-daerah yang
dikuasai musuh dibantu dengan operasi intelijen serta
operasi teritorial.

(d) Kegiatan di daerah operasi tempur :

i. Merongrong, melawan, mengacau dan


menghancurkan musuh serta kekuatan
bertempur musuh.

ii. Merebut massa rakyat untuk berpihak


kepada gerilya.
21

iii. Menghancurkan pemerintahan musuh.

iv. Membentuk sel-sel teritorial dan membuat


jaringan intelijen.

v. Membuat suasana agar rakyat


membutuhkan adanya pemerintahan kita dan
rakyat membantu kita dengan menyelesaikan
musuh.

(5) Pemahaman daerah pangkalan dan daerah pangkalan


perlawanan.

(a) Tiap Kompartemen Strategis punya satu daerah


pangkalan sedangkan Kompartemen dibawahnya punya
satu atau lebih. Merupakan mata rantai/penghubung
antar Koter setingkat maupun vertikal. Lokasinya
sebaiknya diketahui secara terbatas. Daerah pangkalan
berperan sebagai pusat pengendalian strategis
perlawanan wilayah.

(b) Daerah pangkalan perlawanan bisa ditentukan/


disiapkan di daerah pangkalan, daerah penyangga dan
daerah senja. Merupakan tempat menyelam/istirahat
sesaat dan resuply bekal (Gerilya hidupnya tergantung
dari mobilitasnya dan ranselnya adalah pangkalan
perbekalannya).

b. Penyiapan Kekuatan. Sistem pertahanan negara dalam menghadapi


ancaman militer menempatkan TNI sebagai komponen utama dengan didukung
oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. Komponen cadangan,
terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana
dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi
22

guna memperbesar dan memperkuat komponen utama. Sedangkan komponen


pendukung, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan,
serta sarana dan prasarana Nasional yang secara langsung atau tidak langsung
dapat meningkatkan kekuatan komponen utama dan komponen cadangan.
Penyiapan satuan TNI yang menjadi komponen utama, secara kuantitatif
berkekuatan kecil, tapi handal dan memiliki mobilitas tinggi serta berperan sebagai
pelatih rakyat.

c. Satuan Gerilya/Pasukan Gerilya.

1) Satuan/Pasukan gerilya terdiri dari gerilyawan-gerilyawan tempur dan


non tempur yang terdiri dari :

a) Penduduk sipil di pribumi seperti petani, buruh, mahasiswa/


pelajar, bekas tentara dan sebagainya.

b) Anggota-anggota Hansip/Wanra/Kamra.

c) Anggota/satuan tentara reguler yang menjalankan perang


gerilya di daerah yang tidak diduduki/dikuasai musuh disebut “Satuan
Tentara Bergerilya”.

d) Para partisan.

2) Satuan Tempur Gerilya.

a) Satuan reguler.

(1) Merupakan satuan bersenjata yang mempunyai


organisasi yang teratur dan terlatih, seragam, merupakan
satuan induk.

(2) Melaksanakan tugas operasi gerilya di seluruh wilayah.


23

(3) Kekuatannya dapat berupa organisasi tempur setingkat


Yonif maupun Satuan yang lebih kecil misal Kompi peleton dan
regu.

b) Satuan statis/Semi statis.

(1) Merupakan satuan bela diri bersifat statis dan semi


statis di desa.

(2) Anggotanya setiap hari bekerja biasa hanya bila di desa


dalam keadaan darurat mereka melaksanakan tugas
perlawanan bersenjata.

c) Satuan Komando Kewilayahan.

(1) Statusnya permanen sebagai anggota organisasi


bersenjata di dalam lingkungan daerah tertentu.

(2) Terdapat pada tingkat Kecamatan, Kabupaten dan


Propinsi.

(3) Melaksanakan tugas tempur terbatas, bebas dari


pencaharian sehari-hari.

d) Satuan Bantuan Tempur.

(1) Satuan tenaga angkutan


(2) Satuan tenaga kesehatan.
(3) Satuan tenaga logistik.
(4) Satuan tenaga intel.
(5) Dan sebagainya.
24

d. Penyiapan Logistik.

1) Berorientasi pada sistim logistik wilayah.

a) Untuk kepentingan perang.


b) Sebagai logistik penghasil.
c) Bertumpu pada kemampuan dan sumber daya yang tersedia.
d) Tidak hanya bersifat penimbunan bekal, tapi juga sebagai
penyedia/ penggandaan sumber logistik.

2) Dibangun bersama rencana pembangunan daerah/wilayah.

3) Masalah pokok yang perlu harus diperhatikan dibidang penyiapan


logistik untuk perang Gerilya adalah mengaktualisasikan fungsi-fungsi yang
mempunyai pengaruh besar dalam memelihara moril personel, meliputi :

a) Pembekalan terutama dibidang penggadaaan penimbunan dan


distribusi harus disesuaikan dengan kebutuhan daya gerak yang
tinggi.

b) Pelayanan pemeliharaan.

c) Perawatan dan pengungsian orang sakit, terutama dibidang


pembekalan obat-obatan (obat-obatan tradisional di samping obat-
obatan modern) dan penyebaran perawatan orang sakit.

e. Pembinaan Latihan.

1) Sehubungan dengan penyelenggaraan perang Gerilya secara


kewilayahan, maka penyelenggaraan latihanpun didesentralisasi. Untuk itu
tiap Kompartemen Strategis perlu memiliki fasilitas latihan yang memenuhi
kebutuhan.
25

2) Dengan bertitik tolak pada sifat-sifat perang Gerilya pembinaan


latihan berorientasi kepada :

a) Bidang militer yang diarahkan untuk mampu :

(1) Memahami dan melakukan tugas-tugas Gerilya seperti


sabotase, propaganda, serangan malam, penyelidikan dan
lain-lain.

(2) Bertempur secara perorangan, dalam hubungan


kelompok dan satuan-satuan kecil memiliki daya kreatif yang
besar dan mampu berdiri sendiri.

(3) Bertempur secara konvensional di dalam rangka offensif


strategis.

b) Bidang mental ideologi yang ditujukan untuk :

(1) Memelihara dan mengembangkan semangat


perlawanan yang tidak kenal menyerah.

(2) Di samping sebagai pendukung ideologi yang setia


mampu menanamkan dan mengembangkan ideologi pada
rakyat.

(3) Pola latihan TNI memiliki siklus latihan teknis militer,


latihan perorangan dan latihan satuan yang terprogram
dengan baik.

(4) Pola latihan Ratih, diatur secara periodik dan teratur.


Bila perlu bagi yang berkualifikasi Wanra bisa disertakan
dalam latihan lapangan satuan TNI.

f. Peran Satuan Tempur dan Komando Kewilayahan dalam Perang


Gerilya.
26

1) Peran Satuan Tempur.

a) Sebagai satuan pemukul/mobil dalam susunan yang reguler


ataupun telah dimodifikasikan untuk memudahkan penyelarasan
taktik dan kecepatan menyebar dan memusat.

b) Sebagai pelaksana perlawanan bersenjata.

c) Sebagai inti kekuatan taktis offensif.

2) Peran Komando Kewilayahan.

a) Sebagai pembina daerah pangkalan.

b) Sebagai pengendali seluruh kegiatan operasi perlawanan


wilayah (dari daerah pangkalan).

c) Sebagai pengendali pembangkangan sipil di daerah penduduk


musuh maupun terhadap badan/sel intelijen.

d) Sebagai mata rantai komando dan pengendali perlawanan


wilayah.

g. Sasaran gerilya.

1) Satuan atau pos lawan yang relatif lemah dan terpencil.


2) Daerah belakang dan komunikasi.
3) Instalasi logistik, pusat komunikasi dan posko musuh.
4) Iring-iringan kendaraan, patroli dan sebagainya.

h. Daerah operasi gerilya. Satuan gerilya melaksanakan operasi meliputi:

1) Daerah yang diduduki musuh secara fisik.


2) Daerah yang tak bertuan/vacum sebagai daerah patroli musuh.
3) Daerah lalulintas/ komunikasi rutin musuh.
27

15. Kegiatan Operasi Tempur dalam Gerilya.

a. Perencanaan dan Persiapan.


Perencanaan dan persiapan harus didasarkan kepada :

1) Hasil penyelidikan yang tepat (penyelidikan pertempuran dan unsur-


unsur sosial).
2) Pertimbangan faktor TUMMPAS.
3) Pertimbangan terhadap kemungkinan penerapan dasar-dasar taktik
gerilya.
4) Pertimbangan kemungkinan koordinasi dengan satuan reguler/gerilya
tetangga.
5) Yang mencakup hal-hal :

a) Organisasi.
b) Gerakan.
c) Pengamanan.
d) Pengendalian.
e) Daerah operasi.
f) Sasaran.
g) Administrasi.

b. Dasar-Dasar Taktik Gerilya.

1) Timbul tenggelam pada saat dan tempat yang tepat.


2) Membuka pertempuran jika yakin akan sukses.
3) Musuh lemah kita serang, musuh kuat kita menghilang.
4) Menyerang cepat, singkat tetapi dahsyat.
5) Menggunakan taktik yang berubah-ubah.

c. Operasi Gerilya Offensif.

1) Kekacauan sipil (Civil Disturbance).


28

a) Bentuk-bentuk aksi :

(1) Pemogokan.
(2) Pelambatan-pelambatan kerja.
(3) Rapat-rapat protes.
(4) Huru-hara.

b) Bertujuan antara lain:

(1) Merintangi produksi perang.


(2) Merusak moril musuh, agen dan simpatisan musuh.
(3) Dengan berselimutkan kekacauan-kekacauan produksi
dan bahan-bahan mentah dapat di sabot.

2) Sabotase.

a) Sabotase bertujuan untuk merusak potensi material perang


musuh dan mempunyai kemampuan untuk menghancurkan moril
musuh dan simpatisannya.

b) Dapat dilaksanakan oleh gerilya maupun penduduk yang


simpati.

c) Sasarannya antara lain instansi-instansi musuh termasuk


pemerintah BONEKA-nya

d) Sabotase kecil-kecilan yang dilakukan oleh kelompok atau


perorangan yang tidak puas/sakit hati dan bersimpati kepada gerilya,
terdorong oleh propaganda untuk melakukan tindakan-tindakan,
tindakan subversi.

e) Sabotase yang berencana dan tersusun dengan baik akan


membawa hasil yang baik dan berita-berita tentang tindakan
sabotase yang berhasil akan mempertinggi moril pasukan gerilya.
29

3) Serangan.

a) Serangan dalam operasi gerilya dapat berbeda sifatnya sesuai


dengan macam, bentuk serta sifat sasaran (instansi, pos-pos, patroli,
bentuk besar kecilnya serta mempunyai sifat bergerak atau tetap,
hidup atau mati).

b) Prinsip serangan.
Dasar-dasar serangan konvensional berlaku juga untuk serangan
gerilya tetapi prinsip-prinsip pokok yang selalu mempengaruhi
rencana serangan gerilya ialah :

(1) Perang harus teguh pada tujuan.


(2) Serangan hanya dilakukan apabila memiliki keunggulan
kekuatan personel dan daya tembak.
(3) Setiap serangan harus bersifat pendadakan.

c) Atas dasar prinsip-prinsip di atas maka serangan gerilya


mempunyai faktor yang menonjol yaitu :

(1) Terpeliharanya inisiatif.


(2) Mobilitas tinggi.
(3) Pengamanan.
(4) Kerahasiaan tentang arah waktu dan sasaran serangan.

d) Taktik dan teknik Serangan Gerilya.

(1) Taktik Busur dan Panah.

(a) Pelaksanaan.
30

i. 1/5 bagian dari kekuatan pasukan di


kerahkan untuk melakukan gerakan-gerakan
untuk memancing dan mengacaukan situasi
serta menarik pasukan musuh kearah/ke daerah
yang diinginkan sebagai “Killing Ground”.

ii. Sisa yang 4/5 bagian dari kekuatan


pasukan gerilya, menduduki posisi yang telah
dipersiapkan sebelumnya.

iii. Apabila gerakan pancingan telah berhasil


menarik pasukan musuh ke daerah “Killing
Ground” maka pasukan yang sudah siap pada
posisi tadi secara serentak melakukan manuver
terhadap serangan pasukan musuh.

iv. Taktik ini bukan untuk tujuan pertempuran


yang menentukan. Oleh karena itu pasukan
Gerilya segera mengundurkan diri (melarikan diri)
menuju ke titik yang telah ditentukan.

(b) Gambar Taktik Busur Panah


31

(2) Taktik Ayam Alas.

(a) Pelaksanaan.

i. Taktik ini dilakukan dengan cara zig-zag


dimana 1/5 kekuatan pasukan menembak
kesegala arah dengan maksud mengacaukan
situasi dan mengikat perhatian pasukan atau
kedudukan pasukan yang diserang.
32

ii. Di dalam kelompok-kelompok yang


mengacau tersebut di tempatkan juga
penembak-penembak Runduk yang bertugas
menembak sasaran-sasaran tertentu (komandan-
komandan).

iii. Selain dari pada itu pasukan gerilya juga


menggunakan lampu-lampu senter (flash light)
atau obor/api sebagai alat pancingan agar
ditembak oleh pasukan musuh.

iv. Dengan adanya tembakan dari pasukan


musuh maka pasukan gerilya akan dapat
mengetahui arah kedudukan pasukan musuh
yang akan diserang dan dimana tempat-tempat
yang lemah atau kosong.

v. Apabila situasi yang diinginkan


(diciptakan) sudah sedemikian rupa dan
memberikan tuntutan (kemungkinan) bagi
pasukan gerilya maka sisa 4/5 kekuatan yang
sudah dipersiapkan untuk mengadakan
pelambungan, melakukan serangan secara
mendadak dengan momentum yang maksimal ke
arah posisi pasukan musuh yang lemah untuk
menghancurkan musuh tersebut.

vi. Berhasil atau tidak aksi serangan yang


dilakukan pasukan gerilya dengan segera
mengundurkan diri ke titik berkumpul dan
selanjutnya menghilang.

vii. Dalam hubungan aksi-aksi gerilya yang


dilakukan sebelum gerilya mengundurkan diri
dari
33

daerah pertempuran, harus selalu berusaha


merampas alat-alat perang dan para korban
pihak musuh yang berhasil dilumpuhkan.

(b) Bagan taktik Ayam Alas

(-) 4/5

(-) 4/5

(+) 1/5

1/5

(3) Taktik Tekan Induk Makan Anak.

(a) Pelaksanaan.

i. Taktik ini digunakan untuk melakukan


serangan terhadap kedudukan pertahanan
lawan.

ii. Sebagaimana taktik lainnya, selalu


mengadakan pancingan-pancingan dengan
tembakan-tembakan dari kelompok-kelompok
kecil, tujuan dari pancingan ini adalah untuk
mengetahui kedudukan pokok pertahanan
musuh.
34

iii. Setelah kedudukan pertahanan musuh


diketahui, pasukan gerilya harus memperhebat
gangguan dan berusaha agar musuh betul-betul
terikat terhadap serangan-serangan tersebut.

iv. Tujuan pokok dari tekanan tersebut adalah


untuk memutuskan hubungan pasukan musuh
dengan kawan pos pertahanan musuh yang lain,
sehingga mereka dapat dihancurkan.

v. Serangan pokok Gerilya bukan ke


dudukan pokok pertahanan musuh, tetapi
ditujukan kepada pos-pos depan pertahanan
musuh.

(b) Bagan Taktik Tekan Induk Makan Anak.


35

(4) Taktik Serangan Terhadap Pertahanan Keliling.

(a) Pelaksanaan.

i. Taktik ini biasanya digunakan gerilya


untuk menyerang kedudukan pertahanan keliling
musuh.

ii. Secara serentak dilancarkan serangan


secara kecil-kecilan terhadap semua sektor
pertahanan musuh.

iii. Tujuan serangan pertama ini adalah untuk


mengetahui kedudukan pertahanan musuh,
dimana letak kedudukan yang kuat, dimana letak
senjata-senjata bantuan termasuk senjata
otomatis (SMR, SMB) serta kedudukan musuh
yang lemah.

iv. Bilamana kedudukan musuh sudah


diketahui dan letak senjata otomatis (SMR, SMB)
sudah diketahui pula, gerilya akan mengikat
senjata otomatis tersebut sehingga tidak akan
diarahkan ketempat lain.

v. Kemudian gerilya akan melancarkan


serangan kedua yang lebih besar terhadap posisi
pertahanan musuh yang lemah untuk
dihancurkan.
36

(b) Bagan Taktik Serangan terhadap pertahanan


keliling.

(5) Taktik Penyeberangan Sungai.

(a) Pelaksanaan.
37

i. Taktik ini biasanya digunakan oleh gerilya


untuk menyerang musuh yang sedang
melaksanakan gerakan, terpaksa harus
menyeberangi rintangan sungai.

ii. Gerilya mengambil kedudukan di


seberang sungai yang akan di seberangi musuh.
Sebagian dari gerilya tersebut sudah disiapkan
dalam waktu yang cepat juga menyeberangi
sungai.

iii. Pada waktu pasukan musuh melakukan


penyeberangan, secara diam-diam gerilya yang
telah disiapkan juga melakukan penyeberangan
sungai dengan arah yang berlawanan.

iv. Setelah sebagian pasukan gerilya


melakukan penyeberangan, secara diam-diam
gerilya yang berada dalam kedudukan membuka
tembakan untuk mengikatnya. Gerilya yang
telah menyeberang tadi secara tiba-tiba
menyerang sisa pasukan musuh yang
menyeberangi sungai untuk dihancurkan.

(b) Bagan Taktik Penyeberangan Sungai.


38

(-)

(6) Taktik Pancingan.

(a) Pelaksanaan.

i. Apabila gerilya semakin terdesak dan


persediaan amunisinya semakin menipis, maka
untuk menimbulkan korban pada pihak musuh
gerilya melakukan berbagai cara tipuan dengan
maksud pancingan.

ii. Cara-cara yang sering dilakukan gerilya


misalnya sebagai berikut :
Gerilya dan rakyat berpura-pura mengibarkan
bendera putih dan rakyat diperintahkan berteriak-
teriak minta dijemput seakan-akan mau
menyerah/bergabung dengan musuh.

iii. Apabila pasukan musuh tidak teliti, hati-


hati maka musuh akan terjebak dan
terperangkap karena telah dipasang lapangan
ranjau ditempat yang telah disiapkan.
39

e) Penyergapan.

(1) Bagan Taktik Penyergapan

TB AKHIR

PAM

PAM

BANT SERBU

SAS

TB TB SAS

PAM
PAM

(2) Tujuan :
40

(a) Merampas senjata munisi perlengkapan, bahan


makanan dan menimbulkan korban pada musuh.

(b) Menghancurkan instalasi penting/vital.

(c) Untuk mengalihkan perhatian musuh.

(d) Memaksa musuh untuk menyebarkan


penempatan pasukan.

(e) Menggagalkan usaha musuh untuk mengadakan


perbaikan-perbaikan.

(f) Sebagai propaganda dengan maksud


meningkatkan moril dan kepercayaan para pendukung
gerilya serta menurunkan moril musuh/simpatisannya.

(2) Pelaksanaan.

(a) Penyusunan Pasukan.


Pasukan gerilya di susun dalam kelompok-kelompok
sebagai berikut :

i. Kelompok keamanan.
Tugasnya :
- Memberitahukan/mencegah
datangnya bala bantuan musuh.
- Melindungi pasukan penyerbu.
- Menghambat usaha pengejaran
musuh.

ii. Kelompok penyerbu.


41

Tugasnya :
- Perusakan.
- Pembunuhan senyap.
- Mendapatkan tawanan.
- Merampas senjata, munisi dan lain-
lain (dapat diperbuat dengan tenaga
pengangkut barang-barang).

iii. Kelompok Bantuan.


Tugasnya : Memberi bantuan kepada kelompok
penyerbuan bila diperlukan.

(b) Di dalam pelaksanaannya, sebagai berikut :

i. Pasukan berangkat dari DP menuju TB


sasaran.

ii. Selanjutnya kelompok-kelompok PAM


menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk
melaksanakan pengamanan.

iii. Kelompok penyerbu menuju sasaran


untuk melaksanakan tugasnya.

iv. Kelompok bantuan menempatkan diri


ditempat yang ditentukan dan siap membantu
kelompok penyerbu.

v. Setelah selesai aksi/sasaran dihancurkan


maka kelompok penyerbu menuju TB akhir diikuti
oleh kelompok bantuan.
42

vi. Kelompok PAM menuju ke TB akhir


setelah mengamankan Kelompok Penyerbu dan
kelompok bantuan.

vii. Setibanya seluruh pasukan di TB akhir


diadakan pengecekan personel dan
perlengkapan. Setelah lengkap pasukan dipimpin
Dansat gerilya kembali.

f) Penghadangan.

(1) Penghadangan adalah suatu cara menyerang yang


ditujukan kepada sasaran yang bergerak (iring-iringan pasukan
yang berjalan kaki, konvoi kendaraan, kereta api dan lain
sebagainya).

(2) Tujuan Penghadangan.

(a) Menghancurkan/menawan dan merampas suply


musuh.
(b) Menghambat/menahan gerakan maupun suply
musuh.
(c) Menyalurkan gerakan musuh kearah tertentu dan
mencegah penggunaan jalan yang sudah direncanakan.
(d) Menekan moril musuh.

(3) Syarat kedudukan penghadangan.

(a) Medan memberikan lindung tinjau dan tembak


yang baik.
(b) Lapangan tembak luas.
(c) Jalan pemunduran tidak mudah dipotong musuh.
43

(d) Terdapat rintangan alam yang akan


disempurnakan untuk menyalurkan musuh kearah yang
kita kehendaki.

(4) Penyusunan pasukan.


Pasukan disusun dalam 3 (tiga) kelompok sebagai berikut :

(a) Pasukan keamanan.


Tugas :
i. Mengadakan pengamanan ditempat yang
ditentukan.
ii. Mengadakan peninjauan terhadap musuh.
iii. Melindungi pasukan yang mundur.

iv. Menyalurkan musuh ke daerah


penghancuran.

(b) Pasukan penyerbu.


Tugas :

i. Melumpuhkan musuh dengan tembakan.


ii. Menghancurkan musuh.

(c) Pasukan pengangkut.


Tugas :

i. Merampas senjata dan munisi dan alat


perlengkapan.
ii. Mengangkut yang gugur/luka.

(5) Pelaksanaan.

(a) Setelah pasukan disusun dalam kelompok-


kelompok, kemudian diberangkatkan ke TB yang
ditentukan dan selanjutnya menuju kedudukan masing-
masing.
44

(b) Pada saat musuh mendekat, Komandan pasukan


penghadang mempertimbangkan jadi/tidaknya
penghadangan dilakukan.

(c) Jika jadi maka konvoi depan pasukan musuh


dibiarkan melalui kedudukan utama, setelah kepala
konvoi tiba di daerah III maka dikeluarkan tembakan
dan ledakan ranjau.

(d) Bila musuh kacau pasukan penyerbu


menggempur dan menghancurkan musuh.

(e) Pasukan pengangkut merampas dan


mengangkut barang-barang kawan yang luka/gugur.
Rah bahaya II
(f) Pasukan pengaman menyikat kawal depan dan
belakang musuh.

Rah Penghancuran
Rah bahaya I (g) Bila musuh telah hancur dan barang-barang telah
dirampas bantuan musuh segera datang maka segera
Musuh mundur dengan dilindungi pasukan pengaman.

Pok PAM
(6) Bagan Taktik Penghadangan.

Pok PAM

Pok Penyerbu

TB

TB (cad)
45

d. Operasi Gerilya Defensif.

1) Pengamanan.

a) Pengamanan terdiri dari tindakan-tindakan yang diambil oleh


satuan gerilya untuk melindungi :

(1) Pendadakan.
(2) Spionase.
(3) Peninjau.
(4) Gangguan musuh.

b) Keamanan dapat diperoleh melalui kegiatan Intel, lawan Intel,


daya gerak penyebaran dan pengorganisasian penduduk sipil.

c) Gerakan gerilya makin meluas, masalah keamanan makin sulit


dan penting karena musuh akan lebih menggiatkan operasi
perlawanan gerilyanya.

d) Hal-hal yang penting perlu diperhatikan :


46

(1) Instalasi-instalasi gerilya hendaknya ditempatkan di


medan-medan yang menguntungkan, bersifat mobil-mobil
punya early warning sistim yang baik dan punya kedudukan
cadangan yang sudah dipersiapkan.

(2) Pengamanan komunikasi dan sarana komunikasi yang


baik kontra terhadap kesetiaan penduduk dan pembatasan
terhadap orang-orang yang datang dan pergi.

(3) Pengamanan informasi dan penyebaran informasi-


informasi palsu untuk menipu musuh.

2) Pertahanan.

a) Pasukan-pasukan gerilya tidak mempunyai senjata-senjata


bantuan yang lengkap seperti satuan reguler, oleh karena itu
hendaknya di hindari operasi defensif yang statis.

b) Apabila terpaksa mengadakan operasi defensif, dasar-dasar


operasi defensif konvensional harus dimodifikasikan agar kekurangan
yang ada dapat teratasi dan tujuan tercapai.

c) Medan dicari yang tidak menguntungkan atau membatasi


penggunaan lapis baja musuh dan penyalur bantuan logistiknya.

3) Mempertahankan posisi/daerah. Pertempuran pertahanan oleh


pasukan gerilya bertujuan :

a) Mencegah musuh menerobos ke daerah yang sudah dikuasai.


b) Memperoleh waktu bagi pasukan induk untuk berkumpul.
47

c) Mengikat musuh dalam suatu posisi yang menguntungkan kita


untuk menyerang punggung atau lambung musuh.
d) Mempertahankan suatu medan atau instalasi dalam jangka
waktu tertentu sambil menunggu pasukan kawan (misalnya dalam
rangka penggabungan/Link Up).

4) Pertahanan terhadap peningkaran.

a) Peningkaran oleh musuh terhadap suatu kedudukan adalah


berbahaya bagi pasukan gerilya yang bersangkutan.

b) Segera sesudah diketahui akan adanya peningkaran tersebut


harus segera diambil tindakan untuk meloloskan diri dari
peningkaran.

c) Tindakan-tindakan yang perlu diambil apabila peningkaran


tersebut sudah tidak dapat dihindari lagi.

(1) Menggerakkan pasukan ke medan yang


menguntungkan untuk pertahanan dan segera menyusun
pertahanan melingkar yang kuat.

(2) Mempersiapkan dan melaksanakan rencana untuk


mengadakan penembusan sepagi mungkin.

16. Kegiatan Operasi Teritorial dalam Gerilya. Kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangka OPSTER antara lain :

a. Opster yang ditujukan kedalam.


b. Pemberian contoh/tauladan (sikap ter).
c. Memberikan bantuan tenaga kepada Kowil setempat untuk :
1) Pengawalan.
2) Penjagaan.
48

3) Pam daerah.
4) Dan sebagainya.

d. Memberikan tenaga kepada Kowil yang berwenang untuk pembersihan


Daerah Teritorial yang kita kuasai berupa tindakan represif terhadap oknum
pengkhianat dan subversi.

e. Turut serta berusaha bersama rakyat agar dapat berdikari dalam bidang
sandang, pangan dan lain sebagainya.

f. Pekerjaan yang bersifat intel dengan menggunakan alpal sat banpur.

17. Kegiatan Operasi Intelijen dalam Gerilya.

a. Intelijen dalam operasi Gerilya.

1) Penyelidikan Gerilya memiliki tujuan sebagai berikut :

a) Agar pimpinan mengetahui tentang rencana musuh.

b) Agar pimpinan mengetahui segala sesuatunya berkenaan


dengan musuh, sehingga tiap-tiap serangan membawa hasil.

c) Menyediakan keterangan yang berharga bagi pasukan-


pasukan konvensional.

2) Jaringan-jaringan intelijen yang luas di seluruh lapisan dan lapangan


serta cara penyusunan harus sedemikian rupa, sehingga bila seseorang
anggota ditangkap tidak mengakibatkan terbongkarnya seluruh sistim intel.

b. Lawan intelijen (counter intel). Tindakan lawan intelijen yang luas dan
ketat diselenggarakan dengan bantuan rakyat terutama terhadap mereka yang
menggabungkan diri dengan pasukan gerilya perlu disaring dan diawasi dalam
satuan periode tertentu.
49

c. Perang urat syaraf (PUS). Perang urat syaraf digunakan sebagai sarana
untuk :
1) Mengobarkan semangat perlawanan rakyat.
2) Menekan moril musuh.

BAB IV
KOMANDO DAN PENGENDALIAN

18. Komando.

a. Komandan Satuan gerilya harus selalu mengetahui rencana gerakan dari


satuan-satuan gerilya di bawahnya dengan mengadakan POSKO MOBIL yang
selalu bergerak ke daerah-daerah yang diperlukan akan kehadirannya.

b. Komandan Satuan gerilya juga menyiapkan POSKO TIS biasa di daerah


pangkal atau juga di daerah penyangga maupun daerah senja.

c. Satuan-satuan gerilya diberikan kebebasan bertindak untuk


mengembangkan inisiatifnya dengan melaksanakan petunjuk rencana yang
terpusat.

d. Alat-alat pengendalian yang digunakan Satuan-satuan gerilya sama dengan


yang digunakan pasukan reguler hanya saja disesuaikan dengan tugas yang
dihadapi.

19. Pengendalian

a. Pengendalian operasi Gerilya dilaksanakan dengan cara desentralisasi,


dilaksanakan oleh Komando Kewilayahan.
50

b. Koordinasi antar satuan-satuan Gerilya dilaksanakan sejauh situasinya


memungkinkan. Demikian juga antar daerah pangkalan di semua tingkat teritorial.
Koordinasi taktik antara Gerilya dan operasi konvensional.

1) Pasukan-pasukan konvensional mengkoordinasikan operasi Gerilya


dengan operasi reguler.

2) Tugas-tugas sebagai pasukan Gerilya disesuaikan dengan :


a) Tujuan operasi yang hendak dicapai pasukan konvensional.
b) Kemampuan pasukan Gerilya.

3) Operasi-operasi Gerilya diintegrasikan atau disingkronisasikan


dengan operasi-operasi non fisik sehingga dapat saling mengisi.

4) Klasifikasi daerah operasi perlu diadakan agar satuan-satuan Gerilya


secara terkoordinasi dapat melakukan tugas di daerah masing-masing
termasuk pembinaan teritorial.

5) Setiap tindakan yang berhubungan dengan operasi Gerilya perlu


diserasikan dengan strategis politik perang yang dijalankan pada saat itu.
KONFIDENSIAL
Lampiran Surat Keputusan Danpussenif
Nomor Skep / / / 2005
Tanggal 2005

BAB V
PENUTUP

20. Keberhasilan. Disiplin untuk mentaati ketentuan yang ada dalam Buku
Petunjuk Lapangan ini oleh para pembina dan satuan pengguna akan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas.

21. Penyempurnaan. Hal-hal yang dirasakan perlu akibat adanya perkembangan


situasi dan tuntutan untuk menyempurnakan Buku Petunjuk Lapangan tentang Gerilya ini
agar disampaikan kepada Kasad melalui Komando Kodiklat TNI AD.
51

KOMANDAN PUSAT KESENJATAAN INFANTERI

ARIEF BUDI SAMPURNO


MAYOR JENDERAL TNI

KONFIDENSIAL

Anda mungkin juga menyukai